Laylatul qadr – malam qadar The Night of PowerAsudi Hamdun
Laylatul Qadr adalah malam penuh berkat di bulan Ramadhan dimana ibadah pada malam itu melebihi 1000 bulan. Malam suci ini turunnya al-Quran dan agama Islam kepada Nabi Muhammad saw. Ibadah pada 10 malam terakhir Ramadhan lebih dicari karena kemungkinan terjadinya Laylatul Qadr.
1. Dokumen membahas tentang proses penciptaan manusia menurut Al-Quran dan ilmu sains, serta fungsi dan peran manusia sebagai hamba Allah dan khalifah di bumi. Proses penciptaan manusia melalui beberapa tahap yaitu nutfah, 'alaqah, mudghah, hingga ditiupkan ruh. Manusia diciptakan untuk menyembah Allah dan menjadi khalifah di bumi. Dokumen juga membahas proses terjadinya hujan,
Dokumen tersebut membahas tentang nasakh (pembatalan) ayat-ayat Al-Quran dan penggantian ayat yang telah dinasakhkan dengan ayat yang lebih baik atau setara. Dibahas pula kaedah mengetahui ayat mana yang telah dinasakhkan berdasarkan riwayat Nabi atau sahabat, ijma' umat Islam, dan sejarah turunnya ayat Al-Quran. Hikmah nasakh juga dibahas seperti menyesuaikan hukum dengan kemasla
Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
Perjalanan dimohonkan lancar dan bermanfaat serta diberikan kemudahan untuk melihat keindahan alam ciptaan Allah agar insaf akan kerdilnya manusia di sisi-Nya serta dapat mengambil hikmah untuk diri sendiri dan orang lain.
Berkhalwat antara laki-laki dan wanita yang bukan mahram dilarang karena dapat memunculkan fitnah dan kemungkinan terjadinya perbuatan maksiat. Hadis menyebutkan bahwa jika seseorang berkhalwat, setan menjadi ketiga di antara mereka. Walaupun niat mereka tidak buruk, tetapi khalwat berpotensi memunculkan godaan dan masalah. Oleh karena itu, larangan ini bersifat antisipatif untuk mencegah
Laylatul qadr – malam qadar The Night of PowerAsudi Hamdun
Laylatul Qadr adalah malam penuh berkat di bulan Ramadhan dimana ibadah pada malam itu melebihi 1000 bulan. Malam suci ini turunnya al-Quran dan agama Islam kepada Nabi Muhammad saw. Ibadah pada 10 malam terakhir Ramadhan lebih dicari karena kemungkinan terjadinya Laylatul Qadr.
1. Dokumen membahas tentang proses penciptaan manusia menurut Al-Quran dan ilmu sains, serta fungsi dan peran manusia sebagai hamba Allah dan khalifah di bumi. Proses penciptaan manusia melalui beberapa tahap yaitu nutfah, 'alaqah, mudghah, hingga ditiupkan ruh. Manusia diciptakan untuk menyembah Allah dan menjadi khalifah di bumi. Dokumen juga membahas proses terjadinya hujan,
Dokumen tersebut membahas tentang nasakh (pembatalan) ayat-ayat Al-Quran dan penggantian ayat yang telah dinasakhkan dengan ayat yang lebih baik atau setara. Dibahas pula kaedah mengetahui ayat mana yang telah dinasakhkan berdasarkan riwayat Nabi atau sahabat, ijma' umat Islam, dan sejarah turunnya ayat Al-Quran. Hikmah nasakh juga dibahas seperti menyesuaikan hukum dengan kemasla
Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
Perjalanan dimohonkan lancar dan bermanfaat serta diberikan kemudahan untuk melihat keindahan alam ciptaan Allah agar insaf akan kerdilnya manusia di sisi-Nya serta dapat mengambil hikmah untuk diri sendiri dan orang lain.
Berkhalwat antara laki-laki dan wanita yang bukan mahram dilarang karena dapat memunculkan fitnah dan kemungkinan terjadinya perbuatan maksiat. Hadis menyebutkan bahwa jika seseorang berkhalwat, setan menjadi ketiga di antara mereka. Walaupun niat mereka tidak buruk, tetapi khalwat berpotensi memunculkan godaan dan masalah. Oleh karena itu, larangan ini bersifat antisipatif untuk mencegah
Doa Nabi Muhammad SAW memohon kemiskinan sebenarnya dimaksudkan sebagai keadaan khusyu' dan tawadhu' dalam berdoa, bukan arti kemiskinan secara materi. Islam memerangi kemiskinan melalui zakat dan mengingatkan tentang tanggung jawab sosial.
Dokumen tersebut menjelaskan makna kalimat 'insyâallâh' secara mendalam. Kalimat tersebut bermakna bahwa seseorang hanya dapat berjanji atau merencanakan sesuatu dengan izin dan kehendak Allah, karena manusia tidak memiliki kendali mutlak atas masa depan. Setelah mengucapkan 'insyâallâh', seseorang harus berusaha semaksimal mungkin dengan sikap sabar dan tawakal kepada
Pemimpin seharusnya menjadi teladan dan bertanggung jawab kepada rakyat dan Allah, bukan sebagai penguasa yang hanya mengejar kekuasaan. Pemimpin ideal adalah yang mengutamakan kemaslahatan rakyat dalam setiap kebijakannya, seperti Nabi Muhammad. Tugas pemimpin sangat luas, yaitu menjalankan ajaran agama, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan menjaga hubungan baik dengan alam se
Ayat Al-Quran menganjurkan kejujuran dan memperingatkan bahwa kejujuran akan membawa kebaikan sedangkan kebohongan akan membawa kejahatan. Tulisan ini menjelaskan definisi kejujuran, keutamaannya, dan konsekuensi buruk dari kebohongan. Kejujuran adalah kesesuaian antara ucapan dengan kenyataan, sementara kebohongan adalah perbedaan antara ucapan dengan kenyataan. Kejujuran dipu
Dokumen tersebut menceritakan kisah seorang laki-laki biasa yang disebutkan oleh Nabi Muhammad sebagai calon penghuni surga. Laki-laki tersebut selalu mengingat Allah, berdoa, dan melakukan kebajikan sederhana seperti membersihkan diri. Kisah tersebut mengajarkan bahwa kebajikan kecil pun dapat membawa pahala besar di akhirat.
Dokumen tersebut membahas tentang makna dan hakikat dari zuhud menurut ajaran Islam. Zuhud dijelaskan sebagai sikap menghindari keinginan duniawi secara berlebihan dan hanya mengambil kebutuhan yang diperlukan secara syar'i. Rasulullah mencontohkan hidup yang sederhana walaupun bekerja sangat keras. Tujuan utama seorang mukmin adalah keridhaan Allah, bukan kebahagiaan duniawi
Kisah ini menggambarkan sikap sabar Nabi Muhammad SAW ketika mengalami penolakan dalam dakwah di kota Thaif. Meskipun disiksa oleh penduduk lokal, beliau memilih untuk mengharapkan petunjuk Allah bagi mereka daripada menghukum mereka.
Tiga kalimat ringkasan:
Dokumen tersebut menjelaskan konsep ihsan dalam Islam yang merujuk pada perbuatan baik dan akhlak mulia tidak hanya kepada Tuhan tetapi juga kepada sesama. Ihsan dijelaskan sebagai pengendali motif insani yang mendasari seluruh tindakan manusia dan menyempurnakan iman serta amal.
Naskah PDF ini saya bagikan free. Naskah ini sudah mengalami beberapa kali revisi, dan insyaAllah akan saya akan revisi agar lebih lengkap lagi. Semoga bermanfaat dan berkah
1. Dokumen tersebut membahas tentang takhrij hadis yang berkaitan dengan nikah siri dan pandangan ulama terhadap nikah siri.
2. Beberapa hadis tentang nikah siri hanya diriwayatkan oleh tiga imam hadis, yaitu Imam Ahmad, Ibn Majah, dan At-Turmudzi.
3. Pandangan ulama beragam mengenai keabsahan nikah siri, dari tidak sah hingga boleh tetapi makruh.
Makalah ini membahas tentang nikah siri dari berbagai perspektif. Secara umum, nikah siri didefinisikan sebagai pernikahan tanpa wali atau yang tidak dicatatkan secara resmi meski sah secara agama. Makalah ini menjelaskan pandangan Islam, hukum negara, dan berbagai pendapat terkait nikah siri. Tujuannya adalah agar pembaca memahami berbagai aspek nikah siri.
Doa Nabi Muhammad SAW memohon kemiskinan sebenarnya dimaksudkan sebagai keadaan khusyu' dan tawadhu' dalam berdoa, bukan arti kemiskinan secara materi. Islam memerangi kemiskinan melalui zakat dan mengingatkan tentang tanggung jawab sosial.
Dokumen tersebut menjelaskan makna kalimat 'insyâallâh' secara mendalam. Kalimat tersebut bermakna bahwa seseorang hanya dapat berjanji atau merencanakan sesuatu dengan izin dan kehendak Allah, karena manusia tidak memiliki kendali mutlak atas masa depan. Setelah mengucapkan 'insyâallâh', seseorang harus berusaha semaksimal mungkin dengan sikap sabar dan tawakal kepada
Pemimpin seharusnya menjadi teladan dan bertanggung jawab kepada rakyat dan Allah, bukan sebagai penguasa yang hanya mengejar kekuasaan. Pemimpin ideal adalah yang mengutamakan kemaslahatan rakyat dalam setiap kebijakannya, seperti Nabi Muhammad. Tugas pemimpin sangat luas, yaitu menjalankan ajaran agama, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan menjaga hubungan baik dengan alam se
Ayat Al-Quran menganjurkan kejujuran dan memperingatkan bahwa kejujuran akan membawa kebaikan sedangkan kebohongan akan membawa kejahatan. Tulisan ini menjelaskan definisi kejujuran, keutamaannya, dan konsekuensi buruk dari kebohongan. Kejujuran adalah kesesuaian antara ucapan dengan kenyataan, sementara kebohongan adalah perbedaan antara ucapan dengan kenyataan. Kejujuran dipu
Dokumen tersebut menceritakan kisah seorang laki-laki biasa yang disebutkan oleh Nabi Muhammad sebagai calon penghuni surga. Laki-laki tersebut selalu mengingat Allah, berdoa, dan melakukan kebajikan sederhana seperti membersihkan diri. Kisah tersebut mengajarkan bahwa kebajikan kecil pun dapat membawa pahala besar di akhirat.
Dokumen tersebut membahas tentang makna dan hakikat dari zuhud menurut ajaran Islam. Zuhud dijelaskan sebagai sikap menghindari keinginan duniawi secara berlebihan dan hanya mengambil kebutuhan yang diperlukan secara syar'i. Rasulullah mencontohkan hidup yang sederhana walaupun bekerja sangat keras. Tujuan utama seorang mukmin adalah keridhaan Allah, bukan kebahagiaan duniawi
Kisah ini menggambarkan sikap sabar Nabi Muhammad SAW ketika mengalami penolakan dalam dakwah di kota Thaif. Meskipun disiksa oleh penduduk lokal, beliau memilih untuk mengharapkan petunjuk Allah bagi mereka daripada menghukum mereka.
Tiga kalimat ringkasan:
Dokumen tersebut menjelaskan konsep ihsan dalam Islam yang merujuk pada perbuatan baik dan akhlak mulia tidak hanya kepada Tuhan tetapi juga kepada sesama. Ihsan dijelaskan sebagai pengendali motif insani yang mendasari seluruh tindakan manusia dan menyempurnakan iman serta amal.
Naskah PDF ini saya bagikan free. Naskah ini sudah mengalami beberapa kali revisi, dan insyaAllah akan saya akan revisi agar lebih lengkap lagi. Semoga bermanfaat dan berkah
1. Dokumen tersebut membahas tentang takhrij hadis yang berkaitan dengan nikah siri dan pandangan ulama terhadap nikah siri.
2. Beberapa hadis tentang nikah siri hanya diriwayatkan oleh tiga imam hadis, yaitu Imam Ahmad, Ibn Majah, dan At-Turmudzi.
3. Pandangan ulama beragam mengenai keabsahan nikah siri, dari tidak sah hingga boleh tetapi makruh.
Makalah ini membahas tentang nikah siri dari berbagai perspektif. Secara umum, nikah siri didefinisikan sebagai pernikahan tanpa wali atau yang tidak dicatatkan secara resmi meski sah secara agama. Makalah ini menjelaskan pandangan Islam, hukum negara, dan berbagai pendapat terkait nikah siri. Tujuannya adalah agar pembaca memahami berbagai aspek nikah siri.
Makalah ini membahas tentang nikah siri dari berbagai perspektif. Secara umum, nikah siri didefinisikan sebagai pernikahan tanpa wali, pernikahan yang sah secara agama namun tidak tercatat, atau pernikahan yang dirahasiakan. Makalah ini juga membahas landasan hukum terkait pencatatan pernikahan menurut hukum Islam dan negara. Berbagai pendapat mengenai nikah siri dianalisis, termasuk dampak positif
Makalah ini membahas tentang akad nikah dengan teknologi baru, termasuk pengertian akad nikah, rukun-rukun akad nikah, dan keabsahan ijab qabul melalui telekomunikasi. Secara ringkas, makalah ini menjelaskan bahwa akad nikah merupakan syarat sah pernikahan menurut Islam yang terdiri atas ijab dari wali dan qabul dari mempelai pria beserta saksi-saksi. Beberapa fuq
Kawin Kontrak (Mut'ah) dan Siri dalam Tinjauan Fikih IslamRendra Fahrurrozie
Tinjauan hukum Islam menyatakan bahwa kawin kontrak (nikah mut'ah) dan pernikahan siri adalah haram. Kawin kontrak dianggap tidak sah karena bertentangan dengan Al-Quran dan hadis yang menyatakan bahwa pernikahan bersifat mutlak dan tidak terbatas waktu. Pernikahan siri dianggap sah secara agama asalkan memenuhi rukun pernikahan, meski tidak dicatat negara.
Dokumen tersebut membahas tentang pernikahan dan berbagai masalah yang terkait dengannya. Terdapat definisi pernikahan menurut istilah dan Islam, syarat-syarat sahnya nikah, jenis-jenis pernikahan, talak, asal usul poligami dan alasan-alasan yang memperbolehkan poligami.
Dokumen tersebut membahas tentang kemudahan memahami al-Quran. Allah telah menjamin bahwa al-Quran mudah dipahami bagi siapa saja yang berkemauan kuat untuk mempelajarinya. Kebenaran agama juga jelas, meskipun diperlukan kesungguhan untuk memahaminya. Oleh karena itu, tidak ada alasan untuk mengklaim bahwa memahami al-Quran sulit.
1. Istighfar merupakan kunci utama untuk mendapatkan berkah dan kemudahan dalam kehidupan, termasuk rezeki yang melimpah. Teladan Nabi Muhammad SAW dan sahabat mencontohkan pentingnya istighfar.
2. Banyak manusia mengumpulkan harta dengan cara yang tidak benar tanpa istighfar dan mengundang murka Allah. Istighfar yang tulus dapat menyelesaikan masalah dan membuka jalan baru untuk rezeki.
3
Dokumen tersebut membahas etika dalam berdoa menurut pandangan Islam. Beberapa etika utama dalam berdoa antara lain memilih waktu-waktu mulia untuk berdoa seperti malam Jumat, bulan Ramadhan, dan sepertiga malam terakhir, tidak meninggikan suara, merendahkan hati dengan penuh khusyuk dan harap, mengawali doa dengan dzikir dan shalawat, serta berdoa dengan optimisme bahwa doa akan dikab
Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
1. Dokumen tersebut membahas tentang kesalahan dalam mendidik anak generasi milenial di Indonesia yang mengakibatkan kecelakaan beruntun.
2. Orang tua kini terlalu fokus pada materi dan gaya hidup mewah tanpa memberikan fondasi hidup yang baik kepada anak-anak.
3. Anak-anak perlu dilatih keterampilan hidup seperti self-control, fleksib
Muhsin Hariyanto adalah dosen tetap Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan mubaligh kampung yang aktif mengajar, berdakwah, dan menulis di berbagai media. Ia menyelesaikan pendidikan dasar, menengah, dan tinggi di berbagai lembaga pendidikan Islam. Saat ini ia juga menyelesaikan program doktoral dengan fokus Politik Islam.
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifMuhsin Hariyanto
Teks memberikan nasihat untuk berbahagia dengan cara membuang energi negatif melalui zakat dan sedekah, serta menabung energi positif melalui amal saleh seperti yang disarankan dalam beberapa ayat Al-Quran. Ayat-ayat tersebut mendorong umat Islam untuk memberikan sebagian harta mereka kepada orang-orang yang membutuhkan.
Teks ini membahas pentingnya menjadi diri sendiri tanpa topeng kepalsuan dan menyarankan untuk tampil sebagai diri sejati dengan kejujuran dan kerendahhatian. Sang penulis mengingatkan bahwa berpura-pura menjadi orang luar biasa akan menyebabkan tersiksa karena harus terus berbohong dan menyembunyikan diri sebenarnya.
1. Menyoal Nikah Sirri
Oleh: Muhsin Hariyanto
Mas, Kenapa sekarang ini orang ribut soal nikah sirri, padahal, apa
yang dikerjakan Nabi kita (Muhammad s.a.w.) dan para sahabatnya sama
dengan apa yang tengah ‘diributkan’ orang? Itulah pertanyaan para
tetangga saya, ketika mencermati kehebohan berita pernikahan ‘sirri’
mengenai seorang pejabat publik di negeri kita tercinta baru-baru ini.
Saya, yang kebetulan juga sedang mencermati kasus-kasus serupa,
menjawab spontan: “tak ada yang salah dalam nikah sirri, selain ruh (spirit)-
nya yang perlu diselaraskan”. Kalau nikah sirri sekadar dimaknai sebagai
pernikahan yang tak tercatat, atau sekadar belum tercatat secara
administratif di KUA (Kantor Urusan Agama), Nabi s.a.w. dan para
sahabatnya pun tak pernah memiliki bukti catatan administratif pernikahan
mereka, karena – pada saat itu – belum ada lembaga yang berkepentingan
dan dianggap penting untuk diadakan, karena pertimbangan ‘mashlahat’-
nya yang belum memerlukan. Tetapi, pada saat ini, karena pertimbangan
mashlahat ‘ke-kini-an dan ke-di sini-an’ (waktu dan ruang) yang berbeda,
pencatatan itu bisa jadi sangat diperlukan, bahkan pada waktu dan ruang
tertentu menjadi sesuatu yang tidak bisa tidak ‘harus ada’, sehingga tingkat
kemashlahatannya menjadi bersifat ‘dharûri’ (primer), bukan lagi hajji
(sekunder), apalagi (sekadar) tahsîni (tersier). Sehingga dapat diberlakukan
kaedah fikih: “mâ lâ yatimul wâjibu illâ bihi fa huwa wâjib” (maksudnya:
sesuatu yang menjadi prasyarat-mutlak untuk terwujudnya sebuah
kewajiban, maka prasyarat itu pun harus diadakan, dan hukumnya menjadi
wajib sebagaimana status hukum kewajiban yang tak mungkin terwujud
tanpa prasyarat itu).
Pernikahan itu, sebagaimana yang dijelaskan oleh Allah sendiri
dalam firmanNya dalam QS an-Nisâ, 4: 21, merupakan: “mîtsâqan ghalîdhan”
(perjanjian yang sangat kokoh).
1
2. ٍوكيف تأخذونه وقد أ َفضى بعضكم إ ِلى بعض
ْ َ َ ْ ُ ُ ْ َ َ ْ ْ َ َ ُ َ ُ ُ َْ َ َْ َ
وأَخذن منكم ميثاقا غليظا
ً َِ ً َ ّ ُ ِ َ ْ َ َ
“Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu telah
bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami-isteri. Dan mereka (isteri-
isterimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat.”
Bagaimana mungkin sebuah perjanjian yang sangat kokoh hanya
sekadar dibuat dengan upacara ritual seadanya, dengan menghilangkan
nilai sakralitas ‘upacara pernikahan’ yang ditandai dengan ucapan ‘ijâb-
qabûl’ antara kedua mempelai yang disaksikan oleh sejumlah saksi formal,
maupun non-formal? Lalu, dengan seenaknya sendiri ‘Sang Suami’
menceraikan isterinya yang dinikahinya dengan upacara suci itu dengan
‘pesan singkat’ melalu telepon seluler? Atau, sebaliknya ‘Si Isteri’ meminta
kepada suaminya untuk diceraikan melalui ‘telepon rumah’? Apakah
tindakan yang demikian itu selaras dengan ruh (spirit) pernikahan yang
disebut oleh Allah dengan (sebutan) mîtsâqan ghalîdhan? Sehingga Nabi
s.a.w. pun meminta kepada umatnya untuk mempermaklumkannya dengan
kalimat “Aulim walau bi syâtin”, yang kurang lebih bermakna: “meskipun
hanya sekadar dengan menyembelih seekor kambing, pemberitahuan atas
pernikahan muslim-muslimah menjadi sebuah kepentingan yang harus
diperhatikan oleh siapa pun yang telah mengaku sebagai pengikut
Rasulullah s.a.w.”
أَولم ولو بشاة
ٍ َ ِ ْ ََ ْ ِْ
“Selenggarakanlah walimah (upacara pemakluman pernikahan kepada komunitas
yang diperrlukan dan memerlukan), meskipun hanya sekadar dengan
(menyembelih) seekor kambing.”(Hadis Riwayat al-Bukhari dari Anas bin
Malik).
2
3. Kalau pun di kemudian hari ada persoalan yang dihampiri oleh
kedua mempelai, solusinya tidak harus ‘thalaq’. Karena masih banyak
alternatif yang bisa dipilih oleh mereka, demi kepentingan yang lebih
utama, yang nilainya lebih baik daripada “thalaq’.
Thalaq (atau yang sering disederhanakan maknanya dengan
perceraian), yang saat ini menjadi ‘trend’ para selebritis, yang pada saatnya
juga bisa menjadi ‘virus’ yang menular kepada siapa pun, memang sesuatu
yang bisa disebut halâl. Tetapi, bukankah Rasulullah s.a.w. sendiri telah
menyebutnya sebagai ‘abghadhul halâl ‘ilallâh’ (sesuatu yang halal, tetapi
paling dibenci oleh Allah) dan tidak pernah dilakukan oleh Nabi s.a.w.?
« .» أَبغض الحل َل إِلى الله تعالى الطل َق
ُ ّ َ َ َ ِ ّ َ ِ َ ْ ُ َ ْ
“Perbuatan halal yang paling dibenci oleh Allah ialah talak (perceraian)” (Hadis
Riwayat Abu Dawud dan Ibnu Majah dari Abdullah bin Umar).
Dan, oleh karena itu ‘thalaq atau yang kemudian disebut talak’,
disebut oleh para ulama sebagai solusi atas persoalan pernikahan yang
paling tidak ‘ideal’, atau dalam ungkapan para budayawan dikatakan
sebagai ‘pilihan terpahit’ di antara pilihan-pilihan pahit lainnya. Sehingga,
‘kita’ – sebagai pengikut Rasulullah s.a.w. – harus berupaya seoptimal
mungkin untuk menghindarinya.
Nah, ‘nikah sirri’ yang dilakukan oleh para pelaku pernikahan saat
ini, ternyata rentan berakhir pada talak atau ‘perceraian’ itu, karena tak
kokohnya ‘janji pernikahan‘ yang diucapkan (disebabkan oleh tidak atau
belum tercatatkannya atau terpublikasikannya upacara pernikahan itu), dan
– dalam banyak hal – sering atau tidak jarang berakhir pada sejumlah
‘kemadharatan’ bagi banyak pihak, utamanya bagi kaum perempuan dan
anak-anaknya. Sementara itu, bagi kaum lelaki, memang tidak begitu
dirasakan. Apalagi, ketika pernikahan itu dilakukan dengan niat yang tak
selaras dengan tujuan pernikahan itu sendiri (membangun keluarga
sakinah), maka pernikahan yang dilakukan oleh siapa pun akan menjadi
sebuah bangunan yang sangat rapuh.
3
4. Oleh karena itu, kesaksian dari para saksi formal maupun non-formal
menjadi sesuatu yang ditandai dengan upacara publikasi pernikahan
(walîmah al-‘ursy) sangat diperlukan, termasuk di dalamnya ‘kesaksian
tertulis’ dari lembaga formal yang berwenang untuk memberikan
penguatan atas ‘janji-pernikahan’ yang ditandai derngan ucapan ijâb-qabûl
kedua mempelai, tentu saja akan semakin memperkokoh ikatan pernikahan
keduanya, termasuk dalam rangka mengantisipasi dampak negatif yang
bisa muncul di kemudian hari.
Walau pun di masa Nabi s.a.w. belum ada ‘lembaga pencatat nikah’,
bukan berarti keberadaan lembaga pencatat nikah pada masa sekarang dan
juga di masa yang akan datang harus dipersoalkan keberadaannya. Bahkan,
dengan pertimbangan mashlahat yang lebih besar, keberadaannya bisa
dianggap sebagai sebuah kepentingan yang tak mungkin diabaikan.
Pertaynyaan penting berkaitan dengannya adalah: “Apa susahnya
memublikasikan dan mencatatkan ‘pernikahan’, yang pada akhirnya
‘insyâallâh’ bisa memberi kepastian yang lebih kokoh atas ‘pernikahan’ yang
kita lalukan, dibandingkan dengan tindakan ‘menyembunyikan’ peristiwa
sakral (pernikahan) yang telah kita lakukan dengan penuh kesungguhan,
yang pada akhirnya bisa berdampak negatif bagi siapa pun yang memahami
esensi pernikahan sebagai mîtsâqan ghalîdhan?
Mari, tanpa mengurangi ‘rasa hormat’ pada siapa pun yang berniat
baik dalam tindakan nikah sirri, dalam rangka memeroleh kemashlatan dan
menghindari kemadharatan, kita akhiri segala bentuk pernikahan yang
berpotensi (untuk) berdampak negatif di kemudian hari, dengan melakukan
pernikahan yang ‘terbuka’ dan ‘tercatat’, demi kemashalahatan kita
bersama!
Penulis adalah Dosen Tetap FAI UM Yogyakarta dan Dosen Tidak Tetap
STIKES 'Aisyiyah Yogyakarta
4