SlideShare a Scribd company logo
Berkhalwat, Mengapa Dilarang?
Oleh: Muhsin Hariyanto
Mengapa Rasulullah s.a.w. melarang diri kita berkhalwat? Itulah pertanyaan
yang beberapa kali muncul dalam pengajian remaja yang saya asuh. Mereka – para
remaja – sering memertanyakan alasan yang ada di balik larangan itu, karena saat ini
– berdasarkan pengamatan mereka -- berkhalwat sudah menjadi bagian tak
terpisahkan dari aktivitas remaja pada umumnya.
Saya pun – secara spontan -- menjawab, bahwa Rasulullah s.a.w. memang
pernah bersabda, antara lain dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam at-
Tirmidzi dari sahabat Abdullah bin Umar:
‫ن‬ُ ‫طنا‬َ‫نا‬ ‫ي‬ْ‫اَط‬‫ش‬َّ ‫ال‬ ‫منا‬َ‫نا‬ ‫ه‬ُ ‫ث‬َ‫نا‬‫ل‬ِ‫ث‬‫ثنا‬َ‫نا‬ ‫ن‬َ‫نا‬ ‫كنا‬َ‫نا‬ ‫ال‬َّ ‫إ‬ِ‫ث‬ ‫ة‬ٍ ‫إ‬‫أ‬َ‫نا‬‫ر‬َ‫نا‬ ‫م‬ْ‫اَط‬ ‫بنا‬ِ‫ث‬ ‫ل‬ٌ ‫ب‬ ‫ج‬ُ ‫ر‬َ‫نا‬ ‫ن‬َّ ‫و‬َ‫نا‬ ‫ل‬ُ‫خ‬ْ‫اَط‬ ‫ي‬َ‫نا‬ ‫ال‬َ‫نا‬
“Tidaklah seorang laki-laki (yang) menyepi (berduaan) dengan seorang wanita,
kecuali yang ketiga dari keduanya adalah setan”.
Kita pun memahami bahwa larangan untuk tidak berkhalwat (berdua-duaan)
antara seorang laki-laki dan wanita yang bukan mahram selama ini ‘memang’
selayaknya dipatuhi oleh setiap orang yang beriman sebagai wujud dari ketaatan
‘kita’ kepada Allah dan Rasul-Nya. Tetapi, masih banyak di antara kita, yang tidak
atau minimal ‘kurang’ memahami ‘illat (alasan) di balik larangan itu. Sehingga
muncul pertanyaan: “Karena apa hal tersebut (berkhalwat) dilarang?”
Kita semua tahu bahwa hadis di atas menegaskan keharaman berkhalwat bagi
seorang laki-laki dengan wanita yang bukan mahramnya. Dan kita pun – sebagai
muslim -- meyakini bahwa melalui larangan ini ‘Rasulullah s.a.w.’ menginginkan
agar kita terhindar dari godaan setan.
Sebagai ilustrasi, ketika seorang beriman mampu menghindarkan diri dari
berkhalwat, maka ia – sebenarnya – telah mencegah dirinya dari perbuatan maksiat
yang bisa terjadi sebagai akibat dari perbuatan itu. Inilah yang dalam tradisi
pemikiran fiqih disebut dengan prinsip saddudz dzarî’ah (baca: menjaga diri dari
perbuatan yang berpotensi menimbulkan kemadharatan)
Khalwat (khalwah) -- dalam bahasa Arab -- berarti berdua di suatu tempat
yang tidak ada orang lain. Maksud dari ‘tidak adanya orang lain’ dalam hal ini
mencakup dua pengertian. Pertama, tidak ada orang lain sama sekali; kedua, ada
orang lain dan keberadaan keduanya ‘faktual’ terlihat oleh orang lain, tetapi
pembicaraan atau keberadaan keduanya tidak dapat terpantau oleh orang lain yang
ada di sekitarnya. Yang pertama, disebut khalwah mughallazhah (khalwat kelas
berat), sedang yang kedua disebut khalwah mukhaffafah (khalwat kelas ringan).
Berkaitan dengan larangan berkhalwat, para ulama menyatakan bahwa tidak
bisa dipungkiri bahwa berduanya seorang laki-laki dengan wanita yang bukan
mahramnya sangat berpotensi untuk membuka peluang terjadinya fitnah. Kendati
pun -- boleh jadi -- keduanya sama sekali tidak memiliki niat untuk berbuat maksiat.
Oleh sebab itu, hadis di atas dipahami oleh para ulama sebagai larangan yang
bersifat antisipatif, yang dalam bahasa fiqih dikenal dengan sebutan: “harâm li
saddidz dzarî’ah (larangan yang dimaksudkan untuk mengantisipasi terjadinya
kemamadharatan, sebagai akibat dari perbuatan yang dilarang itu)”. Atau dengan
kata lain: “bukan semata-mata larangan untuk melakukan tindakan itu, tetapi
‘larangan’ yang dimaksudkan untuk mengantisipasi akibat-akibat buruk yang
mungkin ‘bisa’ terjadi karena tindakan yang dilarang itu”.
Dengan merujuk kepada makna larangan berkhalwat dalam hadis tersebut,
maka banyak fenomena berkhalwat yang dapat dikemukakan. Terutama khalwat
yang pada umumnya kurang mendapat perhatian kita. Contohnya adalah berduanya
seseorang laki-laki dengan wanita di atas kendaraan di tengah keramaian. Walaupun
laki-laki tersebut – misalnya -- sedang mengemudikan motor atau mobilnya, tetapi
keberadaan keduanya (laki-laki dan wanita) di atas motor atau mobil yang terlihat
oleh orang lain itu, komunikasi interpersonal antara keduanya tidak mungkin
seluruhnya terpantau oleh siapa pun. Bahkan, dengan pertimbangan kehati-hatian,
para ulama ada yang berpendapat bahwa “termasuk dalam kategori perbuatan
khalwat” adalah “khalwat-profesi”, yaitu khalwat yang terjadi karena “tuntutan”
profesi. Misalnya khalwat antara konsultan, dokter dan perawat dengan para klien
dan pasiennya,. Profesi-profesi ini rentan untuk bisa menimbulkan fitnah dengan
klien atau pasiennya. Tidak terkecuali pula, dalam konteks khalwat ini, yang sering
terjadi dalam sebagian masyarakat adalah: “khalwat dalam pergaulan dengan kerabat
dekat yang bukan mahram”, seperti mertua dan anak-menantu atau kakak dan adik
ipar yang kurang terpantau dan tidak disikapi dengan kehati-hatian.
Dalam sebuah hadis, Rasulullah s.a.w. bersabda:
« ‫لل‬َّ‫ه‬ِ ‫َفَأ‬ ‫ا‬ ‫ل‬َ  ‫سلو‬ُ‫لو‬ ‫ر‬َ  ‫ي ا‬َ  ‫ر‬ِ ‫َفَأ‬ ‫ص ا‬َ  ‫ن‬ْ‫اَص‬‫أل‬َ  ‫ا‬ ‫ن‬َ  ‫م‬ِ ‫َفَأ‬ ‫ل‬ٌ ‫م‬ ‫ج‬ُ‫لو‬ ‫ر‬َ  ‫ل‬َ  ‫ق ا‬َ ‫ف‬َ  .‫ء‬ِ ‫َفَأ‬ ‫س ا‬َ  ‫ن‬ِّ‫ال‬ ‫ل ى‬َ ‫ع‬َ  ‫ل‬َ  ‫خلو‬ُ‫لو‬ ‫د‬ُّ‫وال‬َ  ‫م‬ْ‫اَص‬ ‫ك‬ُ‫لو‬ ‫ي ا‬َّ‫ه‬‫إ‬ِ ‫َفَأ‬
‫ت‬ُ‫لو‬ ‫لو‬ْ‫اَص‬ ‫م‬َ  ‫ل‬ْ‫اَص‬‫ا‬ ‫لو‬ُ‫لو‬ ‫م‬ْ‫اَص‬ ‫ح‬َ  ‫ل‬ْ‫اَص‬‫ا‬ » ‫ل‬َ  ‫ق ا‬َ  ‫لو‬َ  ‫م‬ْ‫اَص‬ ‫ح‬َ  ‫ل‬ْ‫اَص‬‫ا‬ ‫ت‬َ  ‫ي‬ْ‫اَص‬‫أ‬َ ‫ر‬َ  ‫ف‬َ ‫أ‬َ  ».
“Jauhilah kalian masuk ke (ruang) wanita.” Seorang lelaki Anshar bertanya:
“Wahai Rasulullah, bagaimana dengan kerabat suami?” Beliau menjawab:
“Kerabat suami itu (laksana) maut.” (Hadis Riwayat Bukhari-Muslim dari ‘Uqbah
bin ‘Amir)
Dalam hadis ini, Rasulullah s.a.w. menyebut kerabat suami sebagai maut karena
dapat menjerumuskan kepada hal-hal yang tidak dikehendaki. Apalagi jika
mengingat kedudukan keluarga suami yang sedemikian dekat, sehingga jarang
menimbulkan kecurigaan dan luput dari perhatian.
Sebagai solusi, untuk keluar dari permasalahan khalwat, lebih baik jika ada
laki-laki atau wanita yang berduaan ditemani oleh mahramnya yang diprediksi --
senantiasa -- bisa memantau dan mengingatkan keduanya, meskipun tidak seratus
persen menjamin keselamatannya, sebagaimana sabda Rasulullah s.a.w:
‫م‬ٍ㡱‫ر‬َ‫ٍم‬ ‫ح‬ْ‫َر‬ ‫م‬َ‫ٍم‬ ‫ذ ي‬ِ‫ي‬ ‫ع‬َ‫ٍم‬ ‫م‬َ‫ٍم‬ ‫ال‬َّ ‫م‬ ‫إ‬ِ‫ي‬ ‫ة‬ٍ㡱‫أ‬َ‫ٍم‬‫ر‬َ‫ٍم‬ ‫م‬ْ‫َر‬ ‫بما‬ِ‫ي‬ ‫ل‬ٌ ‫ب‬ ‫ج‬ُ‫ٌل‬ ‫ر‬َ‫ٍم‬ ‫ن‬َّ ‫م‬ ‫و‬َ‫ٍم‬ ‫ل‬ُ‫ٌل‬‫خ‬ْ‫َر‬ ‫ي‬َ‫ٍم‬ ‫ال‬َ‫ٍم‬َ‫ٍم‬
“Janganlah seorang lelaki berdua dengan seorang wanita, kecuali dengan
mahramnya.”
Hadis ini -- bersama hadis-hadis yang lain yang semakna -- memberikan
warning (peringatan dini) bahwa kondisi khalwat, andaikata diperlukan, relatif bisa
diantisipasi dengan kehadiran mahram dari keduanya. Dengan demikian, bisa
diharapkan kondisi khalwat yang dapat menimbulkan fitnah itu bisa tereduksi.
Tetapi, tentu saja bila komunikasi atau perjumpaan antara laki-laki dan wanita
tersebut dalam masih kisaran perkara-perkara yang mubah dan disertai dengan niat
baik keduanya, dan keduanya tetap bisa menjaga batasan-batasan ‘syariat’ yang
semestinya menjadi perhatian keduanya dalam membangun kemashlahatan.
Bila kemashlahatan yang dimaksud diprediksi tidak akan tercipta, dan
bahkan cenderung akan memunculkan kemadharatan, maka khalwat – dalam bentuk
apa pun – sebaiknya dijauhi, dalam rangka mengantisipasi terjadinya perbuatan
maksiat.
Wallâhu a’lamu bish shawâb.
Penulis adalah Dosen Tetap FAI UM Yogyakarta dan Dosen Tidak Tetap STIKES
’Aisyiyah Yogyakarta.

More Related Content

What's hot

PPT Materi Agama Islam kelas 10 tentang kontrol diri, prasangka baik, dan Uhk...
PPT Materi Agama Islam kelas 10 tentang kontrol diri, prasangka baik, dan Uhk...PPT Materi Agama Islam kelas 10 tentang kontrol diri, prasangka baik, dan Uhk...
PPT Materi Agama Islam kelas 10 tentang kontrol diri, prasangka baik, dan Uhk...
Sulistiowati Nur Faimi
 
Materi Perbedaan Hisab & Rukyat.pptx
Materi Perbedaan Hisab & Rukyat.pptxMateri Perbedaan Hisab & Rukyat.pptx
Materi Perbedaan Hisab & Rukyat.pptx
AliSyawaluddin
 
Pidato tema kebersihan lingkungan di sekolah
Pidato tema kebersihan lingkungan di sekolahPidato tema kebersihan lingkungan di sekolah
Pidato tema kebersihan lingkungan di sekolah
Mar Toro
 
Struktur organisasi madrasah diniyah takmiliyah pamaba
Struktur organisasi madrasah diniyah takmiliyah pamabaStruktur organisasi madrasah diniyah takmiliyah pamaba
Struktur organisasi madrasah diniyah takmiliyah pamaba
mohamad soleh
 
4.6 khashaishur risalati muhammad saw
4.6 khashaishur risalati muhammad saw4.6 khashaishur risalati muhammad saw
4.6 khashaishur risalati muhammad saw
Isalzone Faisal
 
Sirah Nabawiyah 112: Aktivitas Nabi SAW Saat Subuh
Sirah Nabawiyah 112: Aktivitas Nabi SAW Saat SubuhSirah Nabawiyah 112: Aktivitas Nabi SAW Saat Subuh
Sirah Nabawiyah 112: Aktivitas Nabi SAW Saat Subuh
AbuNailah
 
Power point toleransi
Power point toleransiPower point toleransi
Power point toleransi
galihlatiano
 
Sejarah perkembangan islam di indonesia
Sejarah perkembangan islam di indonesiaSejarah perkembangan islam di indonesia
Sejarah perkembangan islam di indonesia
MuhammadAbduArRahman
 
Urgensi menjadi murabbi
Urgensi menjadi murabbiUrgensi menjadi murabbi
Urgensi menjadi murabbiDela Aristi
 
Laporan Pertanggung Jawaban
Laporan Pertanggung JawabanLaporan Pertanggung Jawaban
Laporan Pertanggung Jawaban
Wildan Munawar
 
Presentasi strategi dakwah rasulullah periode madinah
Presentasi strategi dakwah rasulullah periode madinah Presentasi strategi dakwah rasulullah periode madinah
Presentasi strategi dakwah rasulullah periode madinah
Rafi Hidayat
 
Keluarga dakwah cinta al quran
Keluarga dakwah cinta al quranKeluarga dakwah cinta al quran
Keluarga dakwah cinta al quranHatta Syamsuddin
 
Kontrol diri (mujahadah), prasangka baik (husnudzan), dan persaudaraan (ukhuwah)
Kontrol diri (mujahadah), prasangka baik (husnudzan), dan persaudaraan (ukhuwah)Kontrol diri (mujahadah), prasangka baik (husnudzan), dan persaudaraan (ukhuwah)
Kontrol diri (mujahadah), prasangka baik (husnudzan), dan persaudaraan (ukhuwah)
Aida Anisa
 
Nikmatnya menuntut ilmu dan berbagi ilmu pengetahuan
Nikmatnya menuntut ilmu dan berbagi ilmu pengetahuanNikmatnya menuntut ilmu dan berbagi ilmu pengetahuan
Nikmatnya menuntut ilmu dan berbagi ilmu pengetahuan
FitriHastuti2
 
Sejarah perang badar
Sejarah perang badarSejarah perang badar
Sejarah perang badar
arifrahman9709
 
Anak sholeh
Anak sholehAnak sholeh
Anak sholeh
sugani smki
 
PERANG BADAR
PERANG BADARPERANG BADAR
PERANG BADAR
Aliffah Alif
 

What's hot (20)

PPT Materi Agama Islam kelas 10 tentang kontrol diri, prasangka baik, dan Uhk...
PPT Materi Agama Islam kelas 10 tentang kontrol diri, prasangka baik, dan Uhk...PPT Materi Agama Islam kelas 10 tentang kontrol diri, prasangka baik, dan Uhk...
PPT Materi Agama Islam kelas 10 tentang kontrol diri, prasangka baik, dan Uhk...
 
Materi Perbedaan Hisab & Rukyat.pptx
Materi Perbedaan Hisab & Rukyat.pptxMateri Perbedaan Hisab & Rukyat.pptx
Materi Perbedaan Hisab & Rukyat.pptx
 
Pidato tema kebersihan lingkungan di sekolah
Pidato tema kebersihan lingkungan di sekolahPidato tema kebersihan lingkungan di sekolah
Pidato tema kebersihan lingkungan di sekolah
 
Struktur organisasi madrasah diniyah takmiliyah pamaba
Struktur organisasi madrasah diniyah takmiliyah pamabaStruktur organisasi madrasah diniyah takmiliyah pamaba
Struktur organisasi madrasah diniyah takmiliyah pamaba
 
4.6 khashaishur risalati muhammad saw
4.6 khashaishur risalati muhammad saw4.6 khashaishur risalati muhammad saw
4.6 khashaishur risalati muhammad saw
 
Sirah Nabawiyah 112: Aktivitas Nabi SAW Saat Subuh
Sirah Nabawiyah 112: Aktivitas Nabi SAW Saat SubuhSirah Nabawiyah 112: Aktivitas Nabi SAW Saat Subuh
Sirah Nabawiyah 112: Aktivitas Nabi SAW Saat Subuh
 
Power point toleransi
Power point toleransiPower point toleransi
Power point toleransi
 
Sejarah perkembangan islam di indonesia
Sejarah perkembangan islam di indonesiaSejarah perkembangan islam di indonesia
Sejarah perkembangan islam di indonesia
 
Urgensi menjadi murabbi
Urgensi menjadi murabbiUrgensi menjadi murabbi
Urgensi menjadi murabbi
 
Masa kejayaan islam yang dinantikan kembali
Masa kejayaan islam yang dinantikan kembaliMasa kejayaan islam yang dinantikan kembali
Masa kejayaan islam yang dinantikan kembali
 
Laporan Pertanggung Jawaban
Laporan Pertanggung JawabanLaporan Pertanggung Jawaban
Laporan Pertanggung Jawaban
 
Presentasi strategi dakwah rasulullah periode madinah
Presentasi strategi dakwah rasulullah periode madinah Presentasi strategi dakwah rasulullah periode madinah
Presentasi strategi dakwah rasulullah periode madinah
 
Ummu salamah
Ummu salamahUmmu salamah
Ummu salamah
 
Keluarga dakwah cinta al quran
Keluarga dakwah cinta al quranKeluarga dakwah cinta al quran
Keluarga dakwah cinta al quran
 
Kontrol diri (mujahadah), prasangka baik (husnudzan), dan persaudaraan (ukhuwah)
Kontrol diri (mujahadah), prasangka baik (husnudzan), dan persaudaraan (ukhuwah)Kontrol diri (mujahadah), prasangka baik (husnudzan), dan persaudaraan (ukhuwah)
Kontrol diri (mujahadah), prasangka baik (husnudzan), dan persaudaraan (ukhuwah)
 
Nikmatnya menuntut ilmu dan berbagi ilmu pengetahuan
Nikmatnya menuntut ilmu dan berbagi ilmu pengetahuanNikmatnya menuntut ilmu dan berbagi ilmu pengetahuan
Nikmatnya menuntut ilmu dan berbagi ilmu pengetahuan
 
Sejarah perang badar
Sejarah perang badarSejarah perang badar
Sejarah perang badar
 
Anak sholeh
Anak sholehAnak sholeh
Anak sholeh
 
PERANG BADAR
PERANG BADARPERANG BADAR
PERANG BADAR
 
Menyambut ramadhan-1431-h
Menyambut ramadhan-1431-hMenyambut ramadhan-1431-h
Menyambut ramadhan-1431-h
 

Viewers also liked

Ehra basic-method
Ehra basic-methodEhra basic-method
Ehra basic-method
Febri Putra
 
Cerap4 mac
Cerap4 macCerap4 mac
Cerap4 mac
sofie
 
Robot gedek
Robot gedekRobot gedek
Robot gedek
eghha
 
Budaya
BudayaBudaya
1. set soalan silt 2
1. set soalan silt 21. set soalan silt 2
1. set soalan silt 2
Liana Hasmey
 
Bedak
BedakBedak
Quarterly Journal of Varanid Biology and Husbandry #Vol1 no1
Quarterly Journal of Varanid Biology and Husbandry #Vol1 no1 Quarterly Journal of Varanid Biology and Husbandry #Vol1 no1
Quarterly Journal of Varanid Biology and Husbandry #Vol1 no1
Addin Adiluhung
 

Viewers also liked (7)

Ehra basic-method
Ehra basic-methodEhra basic-method
Ehra basic-method
 
Cerap4 mac
Cerap4 macCerap4 mac
Cerap4 mac
 
Robot gedek
Robot gedekRobot gedek
Robot gedek
 
Budaya
BudayaBudaya
Budaya
 
1. set soalan silt 2
1. set soalan silt 21. set soalan silt 2
1. set soalan silt 2
 
Bedak
BedakBedak
Bedak
 
Quarterly Journal of Varanid Biology and Husbandry #Vol1 no1
Quarterly Journal of Varanid Biology and Husbandry #Vol1 no1 Quarterly Journal of Varanid Biology and Husbandry #Vol1 no1
Quarterly Journal of Varanid Biology and Husbandry #Vol1 no1
 

Similar to Berkhalwat, mengapa dilarang

Pergaulan bebas muda mudi
Pergaulan bebas muda mudiPergaulan bebas muda mudi
Pergaulan bebas muda mudi
emaisa
 
Beberapa permasalahan mengenai aurat
Beberapa permasalahan mengenai auratBeberapa permasalahan mengenai aurat
Beberapa permasalahan mengenai auratAmmar Rahman
 
11. Pergaulan Pria & Wanita dlm Islam.pptx
11. Pergaulan Pria & Wanita dlm Islam.pptx11. Pergaulan Pria & Wanita dlm Islam.pptx
11. Pergaulan Pria & Wanita dlm Islam.pptx
gesang2
 
Tentang aurat laki
Tentang aurat lakiTentang aurat laki
Tentang aurat laki
trio0000
 
fanatik dan taksub kepada guru
 fanatik dan taksub kepada guru fanatik dan taksub kepada guru
fanatik dan taksub kepada guru
R&R Darulkautsar
 
pacaran menurut pandangan islam
pacaran menurut pandangan islampacaran menurut pandangan islam
pacaran menurut pandangan islamVivi Narwastu
 
Pergaulan Dalam Islam.pptx
Pergaulan Dalam Islam.pptxPergaulan Dalam Islam.pptx
Pergaulan Dalam Islam.pptx
NazalFurqonUchon
 
Berbahagialah wahai wanita shalehah
Berbahagialah wahai wanita shalehah Berbahagialah wahai wanita shalehah
Berbahagialah wahai wanita shalehah
Ledi Merlin
 
1. FIQH AWLAWIYYAT DAN MAQASID SYRAK
1. FIQH AWLAWIYYAT DAN MAQASID SYRAK1. FIQH AWLAWIYYAT DAN MAQASID SYRAK
1. FIQH AWLAWIYYAT DAN MAQASID SYRAK
Amiruddin Ahmad
 
Buletin Jumat PPMI Assalaam
Buletin Jumat PPMI AssalaamBuletin Jumat PPMI Assalaam
Buletin Jumat PPMI Assalaam
pondok assalaam
 
Terapirasulullah
TerapirasulullahTerapirasulullah
Terapirasulullah
Helmon Chan
 
Artikel zina
Artikel zinaArtikel zina
Artikel zina
slempack c
 

Similar to Berkhalwat, mengapa dilarang (13)

Pergaulan bebas muda mudi
Pergaulan bebas muda mudiPergaulan bebas muda mudi
Pergaulan bebas muda mudi
 
Beberapa permasalahan mengenai aurat
Beberapa permasalahan mengenai auratBeberapa permasalahan mengenai aurat
Beberapa permasalahan mengenai aurat
 
11. Pergaulan Pria & Wanita dlm Islam.pptx
11. Pergaulan Pria & Wanita dlm Islam.pptx11. Pergaulan Pria & Wanita dlm Islam.pptx
11. Pergaulan Pria & Wanita dlm Islam.pptx
 
Tentang aurat laki
Tentang aurat lakiTentang aurat laki
Tentang aurat laki
 
fanatik dan taksub kepada guru
 fanatik dan taksub kepada guru fanatik dan taksub kepada guru
fanatik dan taksub kepada guru
 
pacaran menurut pandangan islam
pacaran menurut pandangan islampacaran menurut pandangan islam
pacaran menurut pandangan islam
 
Pergaulan Dalam Islam.pptx
Pergaulan Dalam Islam.pptxPergaulan Dalam Islam.pptx
Pergaulan Dalam Islam.pptx
 
Berbahagialah wahai wanita shalehah
Berbahagialah wahai wanita shalehah Berbahagialah wahai wanita shalehah
Berbahagialah wahai wanita shalehah
 
1. FIQH AWLAWIYYAT DAN MAQASID SYRAK
1. FIQH AWLAWIYYAT DAN MAQASID SYRAK1. FIQH AWLAWIYYAT DAN MAQASID SYRAK
1. FIQH AWLAWIYYAT DAN MAQASID SYRAK
 
Dakwah kita
Dakwah kitaDakwah kita
Dakwah kita
 
Buletin Jumat PPMI Assalaam
Buletin Jumat PPMI AssalaamBuletin Jumat PPMI Assalaam
Buletin Jumat PPMI Assalaam
 
Terapirasulullah
TerapirasulullahTerapirasulullah
Terapirasulullah
 
Artikel zina
Artikel zinaArtikel zina
Artikel zina
 

More from Muhsin Hariyanto

Khutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 hKhutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 h
Muhsin Hariyanto
 
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahPembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahMuhsin Hariyanto
 
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Muhsin Hariyanto
 
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanIstighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
Muhsin Hariyanto
 
Etika dalam berdoa
Etika dalam berdoaEtika dalam berdoa
Etika dalam berdoa
Muhsin Hariyanto
 
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMemahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMuhsin Hariyanto
 
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Muhsin Hariyanto
 
10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabulMuhsin Hariyanto
 
Opini dul
Opini   dulOpini   dul
Opini dul
Muhsin Hariyanto
 
Inspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamInspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamMuhsin Hariyanto
 
Tentang diri saya
Tentang diri sayaTentang diri saya
Tentang diri saya
Muhsin Hariyanto
 
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifBerbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Muhsin Hariyanto
 
Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!
Muhsin Hariyanto
 

More from Muhsin Hariyanto (20)

Khutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 hKhutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 h
 
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahPembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
 
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
 
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanIstighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
 
Etika dalam berdoa
Etika dalam berdoaEtika dalam berdoa
Etika dalam berdoa
 
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMemahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
 
Manajemen syahwat
Manajemen syahwatManajemen syahwat
Manajemen syahwat
 
Manajemen syahwat
Manajemen syahwatManajemen syahwat
Manajemen syahwat
 
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
 
10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul
 
Khitan bagi wanita (01)
Khitan bagi wanita (01)Khitan bagi wanita (01)
Khitan bagi wanita (01)
 
Strategi dakwah
Strategi dakwahStrategi dakwah
Strategi dakwah
 
Sukses karena kerja keras
Sukses karena kerja kerasSukses karena kerja keras
Sukses karena kerja keras
 
Opini dul
Opini   dulOpini   dul
Opini dul
 
Inspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamInspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayam
 
Tentang diri saya
Tentang diri sayaTentang diri saya
Tentang diri saya
 
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifBerbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
 
Ketika kita gagal
Ketika kita gagalKetika kita gagal
Ketika kita gagal
 
Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!
 
Gatotkaca winisuda
Gatotkaca winisudaGatotkaca winisuda
Gatotkaca winisuda
 

Berkhalwat, mengapa dilarang

  • 1. Berkhalwat, Mengapa Dilarang? Oleh: Muhsin Hariyanto Mengapa Rasulullah s.a.w. melarang diri kita berkhalwat? Itulah pertanyaan yang beberapa kali muncul dalam pengajian remaja yang saya asuh. Mereka – para remaja – sering memertanyakan alasan yang ada di balik larangan itu, karena saat ini – berdasarkan pengamatan mereka -- berkhalwat sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari aktivitas remaja pada umumnya. Saya pun – secara spontan -- menjawab, bahwa Rasulullah s.a.w. memang pernah bersabda, antara lain dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam at- Tirmidzi dari sahabat Abdullah bin Umar: ‫ن‬ُ ‫طنا‬َ‫نا‬ ‫ي‬ْ‫اَط‬‫ش‬َّ ‫ال‬ ‫منا‬َ‫نا‬ ‫ه‬ُ ‫ث‬َ‫نا‬‫ل‬ِ‫ث‬‫ثنا‬َ‫نا‬ ‫ن‬َ‫نا‬ ‫كنا‬َ‫نا‬ ‫ال‬َّ ‫إ‬ِ‫ث‬ ‫ة‬ٍ ‫إ‬‫أ‬َ‫نا‬‫ر‬َ‫نا‬ ‫م‬ْ‫اَط‬ ‫بنا‬ِ‫ث‬ ‫ل‬ٌ ‫ب‬ ‫ج‬ُ ‫ر‬َ‫نا‬ ‫ن‬َّ ‫و‬َ‫نا‬ ‫ل‬ُ‫خ‬ْ‫اَط‬ ‫ي‬َ‫نا‬ ‫ال‬َ‫نا‬ “Tidaklah seorang laki-laki (yang) menyepi (berduaan) dengan seorang wanita, kecuali yang ketiga dari keduanya adalah setan”. Kita pun memahami bahwa larangan untuk tidak berkhalwat (berdua-duaan) antara seorang laki-laki dan wanita yang bukan mahram selama ini ‘memang’ selayaknya dipatuhi oleh setiap orang yang beriman sebagai wujud dari ketaatan ‘kita’ kepada Allah dan Rasul-Nya. Tetapi, masih banyak di antara kita, yang tidak atau minimal ‘kurang’ memahami ‘illat (alasan) di balik larangan itu. Sehingga muncul pertanyaan: “Karena apa hal tersebut (berkhalwat) dilarang?” Kita semua tahu bahwa hadis di atas menegaskan keharaman berkhalwat bagi seorang laki-laki dengan wanita yang bukan mahramnya. Dan kita pun – sebagai muslim -- meyakini bahwa melalui larangan ini ‘Rasulullah s.a.w.’ menginginkan agar kita terhindar dari godaan setan. Sebagai ilustrasi, ketika seorang beriman mampu menghindarkan diri dari berkhalwat, maka ia – sebenarnya – telah mencegah dirinya dari perbuatan maksiat yang bisa terjadi sebagai akibat dari perbuatan itu. Inilah yang dalam tradisi pemikiran fiqih disebut dengan prinsip saddudz dzarî’ah (baca: menjaga diri dari perbuatan yang berpotensi menimbulkan kemadharatan) Khalwat (khalwah) -- dalam bahasa Arab -- berarti berdua di suatu tempat yang tidak ada orang lain. Maksud dari ‘tidak adanya orang lain’ dalam hal ini mencakup dua pengertian. Pertama, tidak ada orang lain sama sekali; kedua, ada orang lain dan keberadaan keduanya ‘faktual’ terlihat oleh orang lain, tetapi pembicaraan atau keberadaan keduanya tidak dapat terpantau oleh orang lain yang ada di sekitarnya. Yang pertama, disebut khalwah mughallazhah (khalwat kelas berat), sedang yang kedua disebut khalwah mukhaffafah (khalwat kelas ringan). Berkaitan dengan larangan berkhalwat, para ulama menyatakan bahwa tidak bisa dipungkiri bahwa berduanya seorang laki-laki dengan wanita yang bukan mahramnya sangat berpotensi untuk membuka peluang terjadinya fitnah. Kendati
  • 2. pun -- boleh jadi -- keduanya sama sekali tidak memiliki niat untuk berbuat maksiat. Oleh sebab itu, hadis di atas dipahami oleh para ulama sebagai larangan yang bersifat antisipatif, yang dalam bahasa fiqih dikenal dengan sebutan: “harâm li saddidz dzarî’ah (larangan yang dimaksudkan untuk mengantisipasi terjadinya kemamadharatan, sebagai akibat dari perbuatan yang dilarang itu)”. Atau dengan kata lain: “bukan semata-mata larangan untuk melakukan tindakan itu, tetapi ‘larangan’ yang dimaksudkan untuk mengantisipasi akibat-akibat buruk yang mungkin ‘bisa’ terjadi karena tindakan yang dilarang itu”. Dengan merujuk kepada makna larangan berkhalwat dalam hadis tersebut, maka banyak fenomena berkhalwat yang dapat dikemukakan. Terutama khalwat yang pada umumnya kurang mendapat perhatian kita. Contohnya adalah berduanya seseorang laki-laki dengan wanita di atas kendaraan di tengah keramaian. Walaupun laki-laki tersebut – misalnya -- sedang mengemudikan motor atau mobilnya, tetapi keberadaan keduanya (laki-laki dan wanita) di atas motor atau mobil yang terlihat oleh orang lain itu, komunikasi interpersonal antara keduanya tidak mungkin seluruhnya terpantau oleh siapa pun. Bahkan, dengan pertimbangan kehati-hatian, para ulama ada yang berpendapat bahwa “termasuk dalam kategori perbuatan khalwat” adalah “khalwat-profesi”, yaitu khalwat yang terjadi karena “tuntutan” profesi. Misalnya khalwat antara konsultan, dokter dan perawat dengan para klien dan pasiennya,. Profesi-profesi ini rentan untuk bisa menimbulkan fitnah dengan klien atau pasiennya. Tidak terkecuali pula, dalam konteks khalwat ini, yang sering terjadi dalam sebagian masyarakat adalah: “khalwat dalam pergaulan dengan kerabat dekat yang bukan mahram”, seperti mertua dan anak-menantu atau kakak dan adik ipar yang kurang terpantau dan tidak disikapi dengan kehati-hatian. Dalam sebuah hadis, Rasulullah s.a.w. bersabda: « ‫لل‬َّ‫ه‬ِ ‫َفَأ‬ ‫ا‬ ‫ل‬َ ‫سلو‬ُ‫لو‬ ‫ر‬َ ‫ي ا‬َ ‫ر‬ِ ‫َفَأ‬ ‫ص ا‬َ ‫ن‬ْ‫اَص‬‫أل‬َ ‫ا‬ ‫ن‬َ ‫م‬ِ ‫َفَأ‬ ‫ل‬ٌ ‫م‬ ‫ج‬ُ‫لو‬ ‫ر‬َ ‫ل‬َ ‫ق ا‬َ ‫ف‬َ .‫ء‬ِ ‫َفَأ‬ ‫س ا‬َ ‫ن‬ِّ‫ال‬ ‫ل ى‬َ ‫ع‬َ ‫ل‬َ ‫خلو‬ُ‫لو‬ ‫د‬ُّ‫وال‬َ ‫م‬ْ‫اَص‬ ‫ك‬ُ‫لو‬ ‫ي ا‬َّ‫ه‬‫إ‬ِ ‫َفَأ‬ ‫ت‬ُ‫لو‬ ‫لو‬ْ‫اَص‬ ‫م‬َ ‫ل‬ْ‫اَص‬‫ا‬ ‫لو‬ُ‫لو‬ ‫م‬ْ‫اَص‬ ‫ح‬َ ‫ل‬ْ‫اَص‬‫ا‬ » ‫ل‬َ ‫ق ا‬َ ‫لو‬َ ‫م‬ْ‫اَص‬ ‫ح‬َ ‫ل‬ْ‫اَص‬‫ا‬ ‫ت‬َ ‫ي‬ْ‫اَص‬‫أ‬َ ‫ر‬َ ‫ف‬َ ‫أ‬َ ». “Jauhilah kalian masuk ke (ruang) wanita.” Seorang lelaki Anshar bertanya: “Wahai Rasulullah, bagaimana dengan kerabat suami?” Beliau menjawab: “Kerabat suami itu (laksana) maut.” (Hadis Riwayat Bukhari-Muslim dari ‘Uqbah bin ‘Amir) Dalam hadis ini, Rasulullah s.a.w. menyebut kerabat suami sebagai maut karena dapat menjerumuskan kepada hal-hal yang tidak dikehendaki. Apalagi jika mengingat kedudukan keluarga suami yang sedemikian dekat, sehingga jarang menimbulkan kecurigaan dan luput dari perhatian. Sebagai solusi, untuk keluar dari permasalahan khalwat, lebih baik jika ada laki-laki atau wanita yang berduaan ditemani oleh mahramnya yang diprediksi -- senantiasa -- bisa memantau dan mengingatkan keduanya, meskipun tidak seratus persen menjamin keselamatannya, sebagaimana sabda Rasulullah s.a.w:
  • 3. ‫م‬ٍ㡱‫ر‬َ‫ٍم‬ ‫ح‬ْ‫َر‬ ‫م‬َ‫ٍم‬ ‫ذ ي‬ِ‫ي‬ ‫ع‬َ‫ٍم‬ ‫م‬َ‫ٍم‬ ‫ال‬َّ ‫م‬ ‫إ‬ِ‫ي‬ ‫ة‬ٍ㡱‫أ‬َ‫ٍم‬‫ر‬َ‫ٍم‬ ‫م‬ْ‫َر‬ ‫بما‬ِ‫ي‬ ‫ل‬ٌ ‫ب‬ ‫ج‬ُ‫ٌل‬ ‫ر‬َ‫ٍم‬ ‫ن‬َّ ‫م‬ ‫و‬َ‫ٍم‬ ‫ل‬ُ‫ٌل‬‫خ‬ْ‫َر‬ ‫ي‬َ‫ٍم‬ ‫ال‬َ‫ٍم‬َ‫ٍم‬ “Janganlah seorang lelaki berdua dengan seorang wanita, kecuali dengan mahramnya.” Hadis ini -- bersama hadis-hadis yang lain yang semakna -- memberikan warning (peringatan dini) bahwa kondisi khalwat, andaikata diperlukan, relatif bisa diantisipasi dengan kehadiran mahram dari keduanya. Dengan demikian, bisa diharapkan kondisi khalwat yang dapat menimbulkan fitnah itu bisa tereduksi. Tetapi, tentu saja bila komunikasi atau perjumpaan antara laki-laki dan wanita tersebut dalam masih kisaran perkara-perkara yang mubah dan disertai dengan niat baik keduanya, dan keduanya tetap bisa menjaga batasan-batasan ‘syariat’ yang semestinya menjadi perhatian keduanya dalam membangun kemashlahatan. Bila kemashlahatan yang dimaksud diprediksi tidak akan tercipta, dan bahkan cenderung akan memunculkan kemadharatan, maka khalwat – dalam bentuk apa pun – sebaiknya dijauhi, dalam rangka mengantisipasi terjadinya perbuatan maksiat. Wallâhu a’lamu bish shawâb. Penulis adalah Dosen Tetap FAI UM Yogyakarta dan Dosen Tidak Tetap STIKES ’Aisyiyah Yogyakarta.