2. Setiap manusia pasti selalu mempunyai
keinginan untuk dekat dan dicintai oleh
tuhannya sama seperti ketika seseorang
pacar dengan pacarnya atau istri tidak mau
jauh-jauh dengan suaminya. Namun, tidak
semua orang mampu untuk mahabbah,
dikarenakan mahabbah bukanlah
merupakan hal yang mudah
3. Kata mahabbah berasal dari kata Ahabba,
Yuhibbu, Mahabatan, yang secara harfiah
berarti mencintai secara mendalam, atau
kecintaan atau cinta yang mendalam.
Menurut Abu Ya’kub, “ Hakekat Mahabbah
ialah lupa terhadap kepentingan sendiri
karena mendahulukan kepentingan Allah”.
4. Cinta kepada Allah adalah kehidupan hati
dan nutrisi ruhani. Tanpanya hati tidak
akan merasakan kenikmatan, mendapatkan
keberuntungan dan memiliki kehidupan.
Jika hati kehilangan Dia, niscaya
kepedihannya lebih hebat daripada mata
kehilangan cahanyanya atau telinga
kehilangan pendengarannya.
6. Sesuatu itu dapat dicintai jika telah dikenal dan
diketahui. Jika sesuatu itu sudah dikenal dan
diketahui kemudian ada kecocokan sifat dan
kesesuaian, maka timbullah rasa cinta. Karena
itu rasa cinta itu karena kecenderungan
perasaan terhadap sesuatu yang
menyenangkan. Kecenderungan perasaan yang
kuat itulah yang disebut cinta
Timbulnya Rasa Cinta
7.
8. MA’RIFATULLAH
Ma’rifat Kepada Allah, Ma’rifat kepada
Allah mengantarkan orang yang mencintai
Allah untuk bisa mengetahui segala sesuatu.
Kita tidak mungkin mencintai sesuatu yang
tidak kita kenal. Tak kenal, maka tak
sayang, kata pepatah. Dengan demikian
asas bagi cinta kepada Allah adalah ma’rifat
kepadaNya
9. Ini adalah merupakan jalan yang
pertama dan titik berangkat menuju
kebaikan dan kebahagiaan, dan itu
merupakan syarat yang tak terpisahkan
dari cinta kepada Allah
10. TAQARRUB ILLALLAH
Seorang hamba yang kehidupannya selalu berada
di dekat Allah, akan senantiasa menyadari bahwa
semua gerak-gerik dan perbuatannya tak akan
pernah luput dari pengawasan Allah Swt, dan
bahwa Allah Swt yang dicintainya tidak akan
membiarkan dirinya berjalan sendiri tanpa
petunjuk dan perlindungan-Nya. Kesadaran seperti
ini, pada tahap selanjutnya, akan membuat dia
selalu berusaha untuk mendekatkan iri
(Taqarrub) kepada Allah
11. Di dalam kehidupan yang penuh tantangan
dan godaan, Taqarrub kepada Allah
merupakan suatu keharusan bagi seorang
Mukmin, sebab dengan Taqarrub dia akan
terhindar dari perbuatan-perbuatan buruk,
baik dalam hubungannya dengan Allah Swt
maupun dengan sesama manusia
12. TAQARRUB BIL-FARAIDL
WA AN-NAWAFIL
Pendekatan atau yang lebih populer disebut
Taqarrub, ditegaskan Allah Swt dalam
Hadis Qudsi yang menegaskan bahwa Allah
suka didekati dengan cara melakukan apa-
apa yang Dia fardlukan, dan Allah Swt akan
semakin suka jika usaha tersebut ditambah
dengan mengamalkan yang Nawafil, yakni
ibadah-ibadah sunat.
13. QS. Al-Maidah [05] : 27
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan
diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya,
supaya kamu mendapat keberuntungan.
QS. Al Imran [03] : 31
Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai
Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan
mengampuni dosadosamu.“ Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang
14. “Seorang hamba akan selalu melakukan
pendekatan kepada-Ku dengan cara melakukan
nawafil (ibadah-ibadah sunah; seperti shalat
sunah) sehingga Aku mencintainya. Jika Aku
telah mencintainya, maka Aku akan menjadi
pendengarannya yang bisa mendengarkan; Aku
akan menjadi penglihatannya akan bisa
melihat; Aku akan menjadi lisannya yang bisa
berbicara; Aku akan menjadi tangannya yang
bisa bertindak; dan Aku akan menjadi kakinya
yang bisa berjalan.” (H.R. Al-Bukhari)
15. Dzikir Kepada Allah
Dzikir kepada Allah, selalu ingat dan
mengucap asma Allah, termasuk salah satu
syarat yang wajib dipenuhi dalam rangka
cinta kepada Allah SWT.
QS. Al-'Ahzab[33]: 41-42
Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah
(dengan menyebut nama) Allah, zikir yang
sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah
kepada-Nya diwaktu pagi dan petang
16. Taat Kepada Allah
Taat dan patuh kepada Allah merupakan
salah satu syarat dasar bagi cinta kepada
Allah, sekaligus hubungan kuat yang
mengikatkan hamba yang mencintai dengan
sang penciptanya, tunduknya yang lemah
kepada Yang Maha Perkasa, mengikatkan
seorang pecinta kepada kekasihnya, dalam
semua aspek kehidupan
17. Dengan demikian, tanda-tanda cinta
seorang hamba kepada kekasihnya adalah
sejauh mana ketaatan hamba tersebut dalam
melaksanakan perintah-Nya sekaligus
dalam meninggalkan sejauh-jauh mungkin
semua larangan-Nya.
18. Ikhlas
Ikhlas Kepada Allah. Asas lain bagi cinta kepada
Allah yang mesti dimiliki oleh seorang hamba
yang mencintai-Nya, adalah dia harus ikhlas
kepada-Nya, hal ini menjauhkan diri dari
kemusyirikan dan rasa riya’ didalam cintanya.
Karena itu, tidak bisa tidak harus ada pelurusan
niat, pengukuhan tujuan, dan penyucian jiwa
sehingga terbentuk cintanya, bahkan semua
amalnya tidak menemukan kesia-sian.
19. Takut kepada Allah
Takut kepada Allah membantuk motif yang sangat
kuat untuk untuk menjauhkan manusia dari
melakukan hal-hal yang dilarang oleh Allah. Dengan
demikian ketika seorang hamba yang mempunyai rasa
cinta kepada Allah itu benar-benar takut kepada-Nya,
maka hamba tersebut akan terpelihara dari
“kejengkelan”Allah atau murka-Nya lantaran
perbuatan dosa, sehingga dengan demikian jalinan
cinta kasih antara sang hamba tersebut dengan
kekasihnya akan terjalin mesra.
20. Tawakkal
Tawakkal kepada Allah dalam semua
kondisi dan situasi akan membangkitkan
cinta yang kuat, dan semangat kuat yang
dari situ akan menjadi tidak berartinya
segala kesulitan. Pada saat seperti itu, maka
hamba tersebut akan merasakan bahwa di
situ terdapat sandaran yang sangat kuat dan
kukuh yang menompang, melindungi dan
menyelamatkannya setiap saat.
21. Syukur Kepada Allah
Bersyukur atas kebaikan cipataan-Nya, atas
segala nikmat-Nya dan karunia hidup yang
diberikan-Nya kepada kita. Kenikmatan dan
anugerah itu sesungguhnya terlampau
banyak untuk bisa dihitung.
Syukur seorang hamba kepada kekasihnya,
hendaknya muncul dari pengatahuan atas
nikmat-nikmat yang telah diberikan-Nya.
22. Sabar
Sabar yang dimaksud disini adalah sabar dalam
menghadapi apa yang yang diwajibkan-Nya dan
yang datang dari dan ditujukan kepadanya.
Dengan kesabaran sudah barang tentu akan terjalin
kepribadian tersendiri dalam diri hamba yang
mencintai Allah. Dan dengan itu seorang hamba
yang mencintai Allah akan selalu tegar dalam
menghadapi berbagai rintangan di hari-harinya.
24. Allah pun demikian. Walaupun Dia Maha
Sempurna, ada kalanya Dia tampak tidak sempurna
di mata kita yang bodoh ini.
Kadang tindakan-Nya menyakitkan kita,
Kadang menyebalkan kita.
Kadang kita tidak memahami-Nya,
Kadang Dia demikian membingungkan.
Kadang cinta kita pada-Nya terkikis.
Meski demikian,
akankah kita hentikan pengabdian ini kepada-Nya?
Apakah kita hanya mau mencintai-Nya, jika Dia
memberi imbalan saja?
Jika kita mampu merasakan rasa dimanja-Nya saja?