1. MARI BERSATU DI BARISAN KOKOH. QS.61:4 WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET MARI PERERAT UKHUWAH: 1 ALLAH, 1 QUR’AN, 1 KIBLAT, 1 ISLAM, 1 HATI
HENDAKLAH MENYERU DENGAN HIKMAH & CARA BAIK DISERTAI BUKTI SEPERTI PARA NABI MENYERU SELALU DISERTAI BUKTI.
http://islamterbuktibenar.net/?pg=articles&article=13526
ijk
السالم
عليكم
.
ال
إله
ﱠالإ
ﷲ
.
محمد
رسو
ل
ﷲ
الحمد
رب
العا
لمين
.
الصالة
و
السالم
على
رسو
ل
ﷲ
.
اما
بعد
Segala puji hanya bagi Allah semata yang telah memberi kesempatan pada
kita semua juga atas Hidayah serta segala nikmat yang tidak akan
pernah bisa kita hitung satu persatu.
Terimakasih kami ucapkan pada saudara saudari yg setia pada ITB versi
page www.facebook.com/1SLAM.TERBUKTI.BENAR?sk=info versi group
www.facebook.com/home.php?sk=group_131429706933189view=members
Kami tak dapat membalas apa-apa, hanya teriring doa agar semua
dukungan saudara-saudari menjadi amal yang berat timbangannya di hari
perhitungan kelak saat emas perak tidak berlaku lagi.
MERASAKAN NIKMAT IMAN
Generasi pertama para sahabat dapat sedemikian jaya hingga menguasai
seluruh afrika, eropa, timur tengah hingga beratus-ratus tahun lamanya.
Bagaimana cara Rasulullah Muhammad SAW mendidik para sahabat?
DAN KITA TAK KAN BANGKIT TANPA TERAPKAN PEGANG ERAT APA
YANG RASUL AJARKAN PADA GENERASI PERTAMA PARA SAHABAT !!!
UMAT MASA INI TAK AKAN PERNAH JAYA KECUALI DENGAN DIDIKAN
YANG MEMBUAT UMAT TERDAHULU JAYA
Islam ialah agama yang mendasari ajarannya dengan realitas, bukan
didasarkan pada khayalan ilusi. Ia TIDAK menolak perasaan saling
mencintai antar manusia, sebab itu fitrah manusia. Secara naluri kita
mencintai istri, keluarga, harta tempat tinggal.
Seseorang ialah wajar mencintai pasangannya
5. FREE DOWNLOAD: E-BOOK, SOFTWARE ISLAM KOMPUTER HANDPHONE, CERAMAH, VIDEO WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET
KEWAJIBANMU YANG DIBEBANKAN ATASMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.16:82 KEWAJIBANMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.3:20, QS.42:48
SEKALI-KALI KAU TAK KAN SAMPAI PADA KEBAJIKAN HINGGA KAU NAFKAHKAN HARTA DI JALAN ALLAH. QS.3 ALI IMRAN:19, 61 SHAFF:10-12, 47 HUJURAAT:15
IKHLAS AGAR AMAL TAK SIA-SIA
MUKHADDIMAH
PENTINGNYA SEBUAH TUJUAN
Seluruh aktivitas perbuatan manusia pasti didorong oleh motivasi,
sehingga dilakukan dengan sukarela tanpa beban. Faktor-faktor pendorong ini,
timbul karena kebutuhan manusia itu sendiri, seperti makan, minum menikah.
boleh jadi, ia timbul karena ada tujuan tertentu yang ingin dicapai. Itulah yang
mendorongnya untuk terus berusaha. Karena dia menyadari kebaikan yang
tersimpan dibalik usaha kerja keras tersebut.
Motivasi inilah yang menuntut adanya tujuan tertentu, yang terkadang
berada di luar jangkauan nalar yang ingin dicapai manusia, tidak mustahil ia
berubah menjadi tujuan utama. Sebagian ulama mengatakan bahwa faktor
pendorong ini, terdiri dari sekumpulan motiovasi tujuan yang hendak dicapai,
sementara (dalam buku ini), kita akan mengkonsentrasikan pembahasan pada
tujuan yang hendak dicapai. Karena, sisi ini memainkan peranan yang sangat
penting, melebihi sisi-sisi lain, walau diantara keduanya ada hubungan yang tidak
dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lain.
Tujuan yang digambarkan dibayangkan oleh manusia, biasanya sangat
berpengaruh, oleh karenanya ada orang yang rela mengorbankan harta nyawa
di medan tempur, hanya karena ingin gugur sebagai syahid mengharapkan
ridha dari Allah SWT. Mereka lakukannya karena sadar akan pahala dibalik gugur
sebagai syahid sangatlah agung.
Orang-orang bijak, para penguasa, para pemimpin, para pendidik
(murabbi) para ekonom serta yang lain-lain…selalu berusaha dengan sangat
serius mengkaji motivasi tujuan. Mereka selalu mengembangkan penelitian
yang semakin lama semakin luas tak bertepi.
Kita sudah tahu tujuan yang ingin dicapai harapan yang ingin diwujudkan
tanpa perlu bersusah payah, melalui pemahaman terhadap diri sendiri orang
lain yang ada di sekitar kita. Itulah yang membuat kita tertarik menyibukkan
akal pikiran. Ia selalu terbayang, walau kita disibukkan oleh berbagai masalah
kehidupan, kita tidak bisa istirahat tidak bisa tenang, hingga kita
mengetahuinya dengan baik sempurna. Jika tidak demikian, maka penyesalan
kan selalu melekat di hati kepedihan kan selalu menyertai jiwa kita.
Oleh karena itu, para ahli (dalam berbagai bidang ilmu), selalu berusaha
mendalami masalah yang satu ini. Tujuannya ialah untuk memahami bagaimana
mengarahkan perilaku manusia, sesuai harapan mereka. Para pakar pendidikan
6. 100 AGAMA TAK BERARTI ADA 100 TUHAN, TUHAN TETAP 1 TURUNKAN AGAMA PUN CUMA 1 WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET
ISLAM TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT MASIH BANYAK RAGU TAK DAPAT BUKTIKAN ISLAM SEBAGAI SATU-SATUNYA AGAMA YANG TERBUKTI BENAR
ISLAM PUN TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT CINTA DUNIA SERTA TIDAK MENCINTAI ALLAH RASUL MELEBIHI SEGALANYA. QS.9:24, 33:6, 9:120, 9:15
menginginkan agar generasi yang mereka didik terdorong secara individu untuk
mewujudkan tujuan yang mereka tentukan.
Sementara para pakar ekonomi menginginkan agar produktivitas selalu
meningkat, itu tidak akan terwujud, kecuali bila para pekerja, menjalankan
tugas dengan baik sukarela serta yakin bahwa pekerjaan itu akan membuahkan
banyak kebaikan..begitulah selanjutnya.
Islam datang untuk meluruskan perilaku manusia, Allah SWT, Maha
Mengetahui seluk beluk jiwa manusia itu. Oleh karenanya, Islam tidak pernah
memaksa manusia untuk memeluk Islam mengamalkan ajarannya. Karena,
pemaksaan sangat bertentangan dengan fitrah manusia, tidak sejalan dengan
hikmah kenapa manusia diciptakan. Oleh karenanya, cara yang ditempuh Islam
ialah menjelaskan tujuan yang hendak dicapai, menjelaskan sebab-sebab yang
akan mengantarkannya pada tujuan tersebut, lalu menjelaskan apa yang akan
didapatkan oleh manusia dibalik itu, apa akibat negative yang akan diderita, jika
terjadi penyimpangan yang ditetapkan Islam. Saat kita memperhatikan al-Qur’an
Hadits, kita akan tahu betapa lengkapnya pengarahan penjelasan tujuan
menyingkap bahaya penyimpangan.
Di sini kita bisa memahami, bahwa tujuan
yang selalu menjadi harapan setiap muslim dibalik
perbuatannya, ialah berjalan sesuai aturan,
sehingga tidak terjadi penyimpangan. Apakah suatu
amal akan bernilai pahala atau tidak, semuanya
tergantung pada tujuan yang hendak dicapai.
Seseorang yang mendirikan shalat untuk mencari
ridha Allah SWT, maka amalnya ialah amal terbaik,
sementara seseorang yang menunaikannya karena
ingin mendapatkan penghargaan dari orang lain,
maka amalnya akan berubah menjadi amal
terburuk. Seseorang yang hijrah karena patuh
taat pada perintah Allah SWT menolong agama-Nya, maka amalnya akan
mengantarkannya pada martabat yang lebih tinggi, sedangkan orang yang hijrah
karena mengharapkan keuntungan duniawi: seperti harta atau ingin menikahi
seorang wanita, maka amalnya tidak akan membuahkan pahala. Oleh karena itu,
Allah SWT berfirman,
“Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami
segerakan baginya di dunia itu apa yang kami kehendaki bagi orang yang
kami kehendaki Kami tentukan baginya neraka jahannam; ia akan
memasukinya dalam keadaan tercela terusir. barangsiapa yang
menghendaki kehidupan akhirat berusaha ke arah itu dengan sungguh-
sungguh sedang ia ialah mukmin, maka mereka itu ialah orang-orang yang
usahanya dibalasi dengan baik. (QS. Al-Isra’ [17]: 18-19)
Rasulallah S.A.W bersabda, “Sesungguhnya segala amal, ditentukan oleh
niat, sesungguhnya setiap pekerjaan (hasil-nya) akan sesuai dengan niat, siapa
yang hijrah pada Allah rasul-Nya, maka hijrahnya ialah pada Allah Rasul-Nya,
siapa yang hijrah untuk mendapatkan dunia, maka dia akan mendapatkannya,
atau karena ingin menikahi seorang wanita, maka dia akan menikahinya. Oleh
karena itu, hasil hijrah seseorang sesuai dengan niatnya.”
Maka, mengetahui tujuan yang hakiki, merupakan kunci sukses bagi jiwa
itu sendiri. Karena, jiwa tak obahnya bagai wadah yang menyimpan banyak
rahasia keajaiban yang sulit dipahami. Betapa banyak pakar yang tidak mampu
memahaminya dengan sempurna sudah berapa banyak pilosof yang
kebingungan belum mampu mendeteksinya semenjak dulu hingga sekarang.
Sudah banyak para ahli yang memberikan pengorbanan yang tidak sedikit untuk
memahami kejiwaan manusia, mereka pelajari seluk-beluknya, namun hasilnya
usaha yang mereka lakukan umur yang mereka habiskan hanya membuahkan
kebingungan kesia-siaan. Sebabnya ialah, karena mereka mengkaji hal-hal
yang tidak pernah Allah perintahkan pada mereka, mereka pasti tidak akan
mampu lakukan penelitian mengenai masalah ini. Karena, ruh rahasia
kehidupan manusia, merupakan rahasia Allah SWT.
Allah berfirman, “….Katakanlah (hai Muhammad): Roh itu termasuk
urusan Tuhan-ku…” (QS. Al-Isra’ [17]: 85)
Di zaman ini para ahli menyimpulkan, bahwa jiwa manusia sebenarnya
tidak berwujud sama sekali, manusia hanyalah sebagai alat yang mempunyai
sensitifitas kesadaran, ia tidak digerakkan oleh faktor interen apa-pun.
mayoritas peneliti berpendapat, bahwa insting faktor pendorong fitrah, boleh
jadi merupakan mata rantai dari pantulan perbuatan.
Maka para pakar yang hanya berpedoman pada materi saja, mereka hanya
akan memandang manusia dari sudut materi pula, mereka tidak akan mengakui,
bahwa dalam diri manusia ada faktor atau sisi yang sangat berharga.
Freud menggambarkan, manusia ialah gabungan dari berbagai syahwat,
pendapat ini tidak lebih dari teori materi tidak dapat dibenarkan sama sekali.
Mereka berpendapat manusia ialah makhluk yang diciptakan di bumi bumi
sebagai tempat hidupnya, dia selalu berusaha mempertahankannya, bumi
ialah tujuan cita-cita serta harapannya yang paling tinggi.
Betapa banyak manusia yang tersesat, padahal dia sedang mencari sesuatu
yang paling dekat dengan dirinya, yaitu dirinya sendiri. Berapa banyak manusia
yang kehilangan dirinya, padahal dia sedang mencarinya. Ada kelompok yang
7. FREE DOWNLOAD: E-BOOK, SOFTWARE ISLAM KOMPUTER HANDPHONE, CERAMAH, VIDEO WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET
KEWAJIBANMU YANG DIBEBANKAN ATASMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.16:82 KEWAJIBANMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.3:20, QS.42:48
SEKALI-KALI KAU TAK KAN SAMPAI PADA KEBAJIKAN HINGGA KAU NAFKAHKAN HARTA DI JALAN ALLAH. QS.3 ALI IMRAN:19, 61 SHAFF:10-12, 47 HUJURAAT:15
tidak mengakui hakekat manusia, karena mereka mengingkari ruh yang mengalir
dalam jasad. Ada pula yang tidak sanggup mengenal ruh dengan sesungguhnya,
walau beriman dengan keberadaannya mengakui tujuan yang hendak dicapai.
Namun, tetap saja masih samar manhaj atau cara yang ditempuh tetap tidak
jelas. Dengan demikian, manusia akan hidup dalam kebingungan, dia jalani
kehidupan, sementara dia sendiri tidak tahu.
Kita tidak mungkin membahas hakekat jiwa manusia, karena semua usaha
yang dilakukan kea rah itu hanya akan membuahkan kegagalan, Allah telah
memaklumatkan, bahwa kita tidak akan mampu memahaminya. Tapi kita akan
mampu mengenal tujuannya yang sangat tinggi terpuji. Bila ada aturan untuk
jiwa manusia, lalu berinteraksi dengannya, dia akan lakukan berbagai kebaikan
membimbingnya untuk mewujudkan kebahagiaan kedamaian. Inilah yang
disampaikan oleh al-Qur’an.
Sudah berapa banyak pengorbanan yang diberikan, padahal yang dia cari
ialah dirinya sendiri, sedangkan Islam telah memberikan solusi yang paling tepat
bagi kerumitan yang dihadapi manusia.
Islam memberikan bimbingan yang sangat mudah manusia pasti mampu
mewujudkannya, dengan demikian, dia menemukan jati dirinya, memainkan
peranan terus berusaha mencari mewujudkan harapan. Jika sudah demikian,
maka derajatnya terangkat, kelelahan yang dialami akibat perbuatan orang-
orang yang sesat karena kebodohan yang berlangsung selama berabad-abad
akan terobati. Inilah yang akan kita jelaskan dalam buku ini Insya Allah.
NIAT YANG DIGARISKAN ISLAM
Tidak ada perbedaan dikalangan manusia, bahwa semua orang menginginkan
kebahagiaan. Karena mengharap kebahagiaan-lah manusia terus berusaha
berbuat tanpa henti. Ini diakui oleh para pakar ahli ma’rifah serta pisikolog.
Berhubungan dengan masalah ini, Ibnu Hazim berkata: “Ada harapan yang ingin
dicapai oleh semua manusia, mereka sama berusaha mencari mewujudkannya,
harapan mereka ternyata hanya satu saja, yaitu membuang kebimbangan.
Saat aku renungkan, akhirnya aku sampai pada satu kesimpulan, bahwa
manusia hanya sama dalam berbuat baik saja, namun berbeda dalam vara
mewujudkannya, aku juga melihat kecenderungan manusia itu berbeda-beda.
Sebenarnya, usaha yang mereka lakukan baru sebatas mengusir kebimbangan
yang melanda diri mereka. Ada yang keliru dalam menentukan jalan yang akan
ditempuh, ada yang lebih dekat pada kesalahan ada pula yang sudah benar,
tapi kelompok yang terakhir ini sangat sedikit.
Berhubungan dengan mengusir kebimbangan, ini disepakati oleh semua
umat semenjak alam diciptakan hingga kiamat datang, akan diikuti oleh
suasana berhisab. Disana mereka hanya akan menikmati usaha atau perbuatan
yang mereka lakukan semasa hidup di dunia, tidak ada bantuan dari siapa pun,
maka diantara manusia ada yang tidak mempersiapkan diri untuk menghadapi
situasi itu.”
Penyebab perbedaan ini ialah kebodohan, betapapun tingginya ilmu yang
dimiliki manusia, betapapun beragamnya keinginan untuk mencari sesuatu,
namun pada akhirnya hanya akan membuahkan kesengsaraan kebinasaan bagi
diri mereka sendiri. Sementara yang lain menganggap, bahwa untuk mencpai
suatu harapan, sangat sulit berliku, sehingga mereka akan meninggalkannya,
seperti orang yang lari karena takut dengan srigala, padahal kebahagiaan
kedamaian itu, tersimpan dalam usaha mewujudkan urusan ini.
Kebodohan ini kembali pada pemahaman masalah yang sangat terbatas
kurangnya ilmu tentang akibat buruk perbuatan dosa (neraka atau siksa). Aku
tambahkan, bahwa apa yang akan terjadi setelah kehidupan ini, merupakan
sesuatu yang ghaib tidak diketahui oleh manusia. Pandangan manusia hanya
terbatas pada kehidupan dunia, sebabnya ialah karena terbatasnya ilmu mereka.
Kebodohan masih diikuti oleh kezaliman terhadap diri sendiri. Karena, jiwa
akan mengikuti kesenangan manusia, seperti mendapatkan berbagai kenikmatan
yang terlihat, ia akan membuatnya buta terhadap kebaikan hakiki yang
seharusnya menjadi tujuan utama.
Allah SWT berfirman, “Tapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan
duniawi.” (QS. Al- ‘la [87]: 16)
Inilah sebabnya banyak yang mendahulukan keinginan hawa nafsu memuaskan
keinginan jasmani, sementara akhirat mereka tinggalkan begitu saja. Karena
untuk mendapatkan kebahagiaan akhirat, perlu perjuangan pengorbanan yang
tidak sedikit, bahkan sering berseberangan dengan keinginan hawa nafsu.
Disebabkan karena manusia tidak mampu mengetahui jalan lurus tujuan
mulia, maka Allah menurunkan bimbingan mengutus pada Nabi rasul untuk
menjelaskan hakekat tujuan yang hendak dicapai manusia.
NIAT PENGARUHNYA
Ada beberapa faktor dominan yang pengaruhi manusia agar terus berusaha
merealisasikan keinginannya, termasuk faktor alam, Allah menciptakan ala
mini untuk manusia, untuk mewujudkan merealisasikan keinginannya.
Sekiranya Allah tidak menciptakan dorongan-dorongan ini, maka manusia
tidak akan mau berusaha mencari rezeki, tidak akan mau makan tidak mau
8. 100 AGAMA TAK BERARTI ADA 100 TUHAN, TUHAN TETAP 1 TURUNKAN AGAMA PUN CUMA 1 WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET
ISLAM TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT MASIH BANYAK RAGU TAK DAPAT BUKTIKAN ISLAM SEBAGAI SATU-SATUNYA AGAMA YANG TERBUKTI BENAR
ISLAM PUN TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT CINTA DUNIA SERTA TIDAK MENCINTAI ALLAH RASUL MELEBIHI SEGALANYA. QS.9:24, 33:6, 9:120, 9:15
menikah…Sekelompok pakar mengadakan penelitian, bahwa faktor pendorong
itu ialah faktor alam yang tertanam dalam jiwa manusia.
Dengan adanya faktor ini, syari’at menganggapnya cukup, faktor pendorong
untuk merealisasikannya tidak hanya berdasarkan kecenderungan batin saja.
Karena faktor alam saja, cukup untuk mengerahkan manusia merealisasikan
keinginannya. Seandainya ada manusia yang ingin lakukan perbuatan yang tidak
sesuai dengan tabi’atnya, seperti menikah memakan makanan yang baik-
baik…maka apa yang mereka lakukan tidaklah terpuji dalam pandangan syari’at,
bahkan dianggap sebagai pelanggaran penyimpangan yang fatal.
Saat ada perbuatan yang tidak disukai jiwa manusia, sementara syari’at
menganjurkannya, saat itu syari’at akan memberikan harapan-harapan sesuai
dengan ukuran berat atau ringannya suatu perbuatan dalam pandangan
manusia. Cobalah baca kitab at-Tarhibu Wa at-Targhib, agar kita mengetahui
betapa besarnya pahala yang dijanjikan bila kita menunaikan perintah wajib
lakukan berbagai hal yang sunnah. Saat suatu perintah didengar oleh hati
dipahami, maka ia akan berusaha meringankan pekerjaan yang berat sulit,
sehingga dorongan untuk merealisasikannya akan semakin kuat.
Bagi pembaca yang sudah membaca biografi para salaf yang saleh pasti
akan ta’jub, betapa tingginya kesabaran mereka dalam menghadapi berbagai
kesulitan derita, betapa besarnya pengorbanan mereka di jalan Allah, mereka
tidak peduli dengan kehidupan yang sempit, rumah seadanya sulitnya
kehidupan yang mereka jalani.
Siapa yang membaca sejarah kehidupan mereka, pasti akan ta’jub,
bagaimana mereka berjuang menundukkan keinginan untuk tidur nyenyak di
malam hari menggantinya dengan shalat tahajjud beristighfar. Mereka tidak
pernah mengharapkan pujian ucapan terima kasih serta balasan. Bagaimana
pula mereka menundukkan hawa nafsu, mereka berpuasa pada puncak musim
panas, pada saat waktu siang jauh lebih panjang lebih lama dari malam.
Kenapa mereka mau lakukan semua itu? Karena mereka tahu akan janji Allah
bagi siapa saja yang konsisten menjalankan syari’at-Nya.
Oleh karena itu, mereka lebih memilih menunaikan apa yang disenangi
Allah SWT, dengan harapan akan mendapatkan apa yang Allah janjikan.
Kita juga melihat, syari’at menambah harapan untuk menundukkan
kecenderungan hawa nafsu bujuk rayu setan serta tantangan yang lebih berat,
yaitu dengan menundukkan nafsu amarah tipu daya setan yang sudah terbiasa
memoles keburukan dosa menjadi sesuatu yang baik dengan menguasai hati
manusia.
Oleh sebab itu, amal-amal yang tidak disukai jiwa sulit direalisasikan,
saat itu Allah akan mengilhamkan pendorong, sehingga manusia akan
menganggapnya ringan tidak menjadi beban. Lalu, dia lakukan dengan sukarela
tanpa paksaan. Inilah metode yang paling jitu bagi mereka yang banyak
membaca Al-Qur’an Sunnah. Oleh karenanya, Allah mensifati Al-Qur’an dengan
berita gembira peringatan.
Allah SWT berfirman, “Sebagai bimbingan yang lurus, untuk
memperingatkan siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah memberi berita
gembira pada orang-orang yang beriman, yang mengerjakan amal saleh, bahwa
mereka akan mendapat pembalasan yang baik,” (QS. Al-Kahfi [18]: 2)
Dan Rasulallah S.A.W mensifatinya dengan dua sifat, sebagaimana firman Allah
berikut ini, “Sesungguhnya Kami mengutus engkau sebagai saksi, pembawa
berita gembira pemberi peringatan.” (QS. Al-Fath [48]: 8)
TUJUAN YANG HENDAK DICAPAI DENGAN NIAT
Luruskan Niat Dalam Beribadah
Tujuan yang hendak dicapai manusia dalam beribadah hanya satu, yaitu ridha
Allah SWT. Sebab itu, bila suatu amal diniatkan bukan untuk mencari ridha Allah
SWT, maka ia tidak akan bernilai apa-apa. Pembaca yang membaca Al-Qur’an
Sunnah, tentu sudah tahu, bahwa inilah satu-satunya tujuan yang dianjurkan
dalam Islam. Perintah utama Al-Qur’an ialah isi kandungan dari firman Allah,
“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu orang-
orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah [2] : 21)
Dan firman Allah, dalam QS. Al-Bayyinah [98] : 5
“Dan mereka tidak diperintah, kecuali untuk beribadah pada Allah.”
Hanya Satu Tujuan Dalam Al-Qur’an, Yaitu Ikhlas
Al-Qur’an mengistilahkan tujuan ini dengan ikhlas. Ikhlas tidak hanya
sekedar menghadap pada Allah dalam lakukan satu amal saja, tapi semua amal
yang dilakukan oleh mukallaf hendaknya tertuju hanya pada Allah semata.
9. FREE DOWNLOAD: E-BOOK, SOFTWARE ISLAM KOMPUTER HANDPHONE, CERAMAH, VIDEO WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET
KEWAJIBANMU YANG DIBEBANKAN ATASMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.16:82 KEWAJIBANMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.3:20, QS.42:48
SEKALI-KALI KAU TAK KAN SAMPAI PADA KEBAJIKAN HINGGA KAU NAFKAHKAN HARTA DI JALAN ALLAH. QS.3 ALI IMRAN:19, 61 SHAFF:10-12, 47 HUJURAAT:15
Ibadah bukan untuk meraih kekuasaan kedudukan, tidak pula menyembah
batu, pohon, bulan matahari. Ikhlas maksudnya ialah hanya menghadap pada
Allah semata dengan amal hati anggota badan. Ikhlas ialah agama yang Allah
turunkan pada para Nabi rasul, ikhlas ialah inti dakwah inti agama yang
disampaikan oleh para Rasul.
Allah SWT berfirman, dalam QS. Al-Bayyinah [98] : 5
“Dan mereka tidak diperintah, kecuali untuk beribadah pada Allah.”
Semua Rasul berkata pada kaumnya,
“Beribadahlah kalian pada Allah, kalian tidak mempunyai Tuhan selain
Dia,” (QS. Al-Mukminun [23]: 32)
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami
wahyukan padanya: Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku,
maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku. (QS. Al-Anbiya’ [21]: 25)
“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): Sembahlah Allah (saja), jauhilah Thaghut….”. (QS.Nahl [16]: 36)
Definisi ikhlas menurut para ulama memang berbeda-beda, namun
tujuannya tetap sama, yaitu mengikhlaskan berbagai aktivitas untuk
mendekatkan diri hanya pada Allah saja.
Ar-Raghib mendefinisikan, “Ikhlas ialah mengikhlaskan niat hanya karena Allah.”
Sementara Abul Qasim al-Qusyairi mendefinisikan, “Mengesakan Allah
SWT dalam berbiadah dengan niat, dalam lakukan keta’atan, hanya berharap
pada Allah saja. Tidak berpura-pura pada makhluk mengharapkan pujian atau
supaya disayangi orang lain, atau dengan lakukan berbagai cara untuk
mendekatkan diri pada selain Allah.”
Pada kesempatan lain dia mendefinisikan, “Boleh juga didefinisikan bahwa
ikhlas ialah membersihkan amal dari segala pengaruh makhluk.”
‘Izz bin ‘Abdussalam mendefinisikan, “Ikhlas ialah, bahwa seorang mukallaf
lakukan ketaatan dengan penuh keikhlasan hanya karena Allah semata, tidak
mengharapkan penghargaan dari siapapun, tidak mengharapkan manfaat
keagamaan tidak pula untuk menolak mudarat duniawi.”
Al-Harits al-Muhasibi mendefinisikan, “Ikhlas ialah mengesamping-kan
makhluk dalam beribadah pada Tuhan.”
Sahl bin ‘Abdullah mendefinisikan, “Ikhlas ialah diam bergeraknya
seorang mukallaf, hanya untuk Allah semata.”
Setelah mengemukakan beberapa definisi diatas, Iman Ghazali berkata,
“Semua definisi ini ialah kalimat-kalimat yang padat makna mencakup semua
tujuan yang hendak dicapai.”
Ikhlas dalam buku-buku Bahasa ialah membersihkan membedakan
sesuatu dari segala bentuk kotoran yang menghinggapinya.
Sementara “al-Khilash” ialah emas perak yang sudah dibersihkan dengan api.
Makna-makna ini tertuang dalam Al-Qur’an,
“…Kami memberimu minum dari pada apa yang berada dalam perutnya
(berupa) susu yang bersih antara tahi darah… (QS. An-Nahl [16]: 66)
Sedangkan yang dimaksud dengan firman Allah “Khalashuu Najiyya” pada
saudara-saudara Yusuf ialah, Mereka menghindar berpisah darinya.
Dan yang dimaksud dalam ayat saat Allah menceritakan orang-orang
musyrik “Khalishatan Lidzukuurina,” maksudnya ialah, hanya kaum laki-laki saja
yang boleh menikmatinya.
Allah SWT berfirman, “Katakanlah: Siapakah yang mengharamkan
perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya
(siapa pulakah yang mengharamkan) rezki yang baik? Katakanlah: Semuanya
itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus
(untuk mereka saja) di hari kiamat…”. (QS. Al-A ‘raf [7]: 32)
Maksudnya ialah, tak seorang kafir pun menyertai mereka dalam menikmatinya.
Dari sini dapat dipahami, bahwa antara makna Bahasa istilah ada
keserasian, maka tujuan ikhlas ialah membersihkan niat pada Allah dari segala
kerusakan yang mencampurinya, sehingga ibadah hanya akan tertuju pada Allah
saja, bukan pada yang lain-lain.
Sungguh Sulitnya Ikhlas
Keikhlasan yang sesungguhnya, ialah tugas yang sangat berat untuk
ditunaikan oleh manusia. Namun demikian, kesulitan ini tidak begitu dirasakan
oleh orang awam, sementara para ulama merasakannya sangat berat sulit.
Betapa banyak ulama orang-orang saleh yang merasakan berat sulitnya
ikhlas. Sufyan ats-Tsauri berkata: “Aku tidak pernah menghadapi sesuatu yang
paling berat untuk diluruskan selain niatku, ia selalu berubah menyeretku.”
Oleh arena itu, Rasulallah S.A.W sering berdoa sebagaimana sabdanya,
“Wahai dzat yang membolak balikkan hati, tetapkanlah hatiku dalam
agama-Mu.” (HR. Tirmidzi, No. 49, 124 Ibnu Majah)
10. 100 AGAMA TAK BERARTI ADA 100 TUHAN, TUHAN TETAP 1 TURUNKAN AGAMA PUN CUMA 1 WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET
ISLAM TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT MASIH BANYAK RAGU TAK DAPAT BUKTIKAN ISLAM SEBAGAI SATU-SATUNYA AGAMA YANG TERBUKTI BENAR
ISLAM PUN TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT CINTA DUNIA SERTA TIDAK MENCINTAI ALLAH RASUL MELEBIHI SEGALANYA. QS.9:24, 33:6, 9:120, 9:15
Rasulallah S.A.W sering mengatakan, “Tidak, Demi dzat yang membolak
balikkan hati.” HR. Bukhari, lihat Fathul Bari 13/377)
Hati memang sering mengalami perubahan saat menentukan suatu niat.
Siapa yang ingin mengetahui lebih dalam, perhatikanlah bagaimana niat begitu
cepat berubah dalam waktu yang sangat singkat. Rasulullah saq bersabda,
“Semua hati berada dalam genggaman Allah, jika Allah berkehendak, Dia
akan menjadikannya istiqamah, jika Allah berkehendak, Dia akan
mencabut keistiqamahannya, begitu juga Mizan, ia berada dalam
genggaman Allah, Allah akan mengangkat suatu kaum merendahkan
kaum yang lain, hingga kiamat datang.” (HR. Ahmad dalam Musnadnya,
Ibnu Majah dalam Sunannya Hakim dalam Mustadraknya. Lihat: Shahih
al-Jami’ 5/5623)
Rasulallah S.A.W juga bersabda,“Sungguh, hati anak Adam itu lebih cepat
berpaling daripada air yang sedang mendidih.” (HR. Ahmad dalam Musnadnya
Hakim dalam Mustadraknya dari Miqdad. Lihat: Kanzul ‘Ummal 1/216)
Penyebab berpalingnya hati ialah karena banyaknya masalah yang
dihadapi. Sedangkan hati, menurut Sahl bin ‘Abdullah ialah, “Sangat halus
mudah dipengaruhi oleh hal-hal sepele.”
Al-Harits al-Muhasibi menjelaskan hal-hal yang biasa mempengaruhi hati,
yaitu terdiri dari tiga faktor:
Pertama: Berupa teguran dari Allah SWT. Rasulallah S.A.W bersabda,
“Siapa yang Allah kehendaki menjadi hamba yang baik, maka Allah akan
menjadikan baginya penegur dalam hatinya.”
Dalam hadits lain Rasulallah S.A.W juga bersabda, “Allah memberikan
perumpamaan jalan yang lurus di kedua sisinya terdapat dinding, di dinding itu
ada pintu-pintu yang terbuka, pada setiap pintu ada hijab yang menutupi,
sementara diatasnya ada orang yang memanggil: Wahai manusia, tempuhlah
halan ini dengan baik janganlah kalian sampai menyimpang. Lalu ada lagi
seorang penyeru, saat seseorang ingin membuka hijab salah satu pintu itu, dia
berkata: Celaka kamu, janganlah kamu buka pintu itu. Karena, bila kamu
membukanya, maka kamu harus memasukinya.
Jalan yang dimaksud itu ialah agama Islam, dua pagar yang disebutkan itu
ialah aturan ketentuan Allah SWT, sedangkan pintu-pintu yang terbuka itu
ialah semua hal yang diharamkan Allah, sementara penyeru yang berada di jalan
itu ialah Al-Qur’an penyeru dari atas jalan itu ialah petugas Allah yang berada
dalam hati manusia.”
Al-Muhasibi berkata, penegur yang Allah tugaskan akan selalu berada
dalam hati seorang muslim, Allah akan menumbuhkan perasaan dalam
hatinya, atau dengan menugaskan seorang malaikat untuk lakukan itu.
Kedua: Tipu daya was-was yg dihembuskan setan, Allah SWT memerintahkan
Rasul-Nya untuk segera berlindung pada Allah dari bujuk rayu setan,
“Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan maka berlindunglah pada
Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
(QS. Al-a ‘raf [7]: 200)
Allah memberitahu bahwa setan selalu berusaha menggoda merayu manusia,
“(Berlindung)-lah dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi,
yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia.” QS. Naas: 4-5
Allah memang memberi kemampuan pada setan untuk menyelinap ke
dalam hati manusia. Dalam sebuah hadits, Rasulallah S.A.W menjelaskan,
“Sesungguhnya setan memasuki pembuluh darah anak Adam.”
(HR. Bukhari Muslim)
Tujuannya ialah untuk membisikkan kejahatan pada manusia, tapi bila
seorang hamba berzikir mengingat Allah, maka setan itu akan lari.
Setan akan selalu berusaha menghiasi kejahatan maksiat supaya
dilakukan oleh manusia. Allah SWT berfirman,
“Tidakkah kamu lihat, bahwasanya Kami telah mengirim syaitan-syaitan
itu pada orang-orang kafir untuk menghasung mereka berbuat ma'siat
dengan sungguh-sungguh?,” (QS. Maryam [19]: 83)
Maksudnya ialah, setan selalu mengajak mereka untuk lakukan perbuatan
maksiat dosa dengan segala usaha.
Allah SWT berfirman, “Dan Kami tetapkan bagi mereka teman-teman yang
menjadikan mereka memandang bagus apa yang ada di hadapan di belakang
mereka...” (QS. Fushshilat [41]: 25)
Dan Allah SWT menjelaskan bagaimana tipu daya bujuk rayu setan untuk
menyesatkan manusia. Allah berfirman,
“Yang dila'nati Allah syaitan itu mengatakan: Saya benar-benar akan
mengambil dari hamba-hamba Engkau bahagian yang sudah ditentukan
(untuk saya), aku benar-benar akan menyesatkan mereka, akan
membangkitkan angan-angan kosong pada mereka menyuruh mereka
(memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar
11. FREE DOWNLOAD: E-BOOK, SOFTWARE ISLAM KOMPUTER HANDPHONE, CERAMAH, VIDEO WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET
KEWAJIBANMU YANG DIBEBANKAN ATASMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.16:82 KEWAJIBANMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.3:20, QS.42:48
SEKALI-KALI KAU TAK KAN SAMPAI PADA KEBAJIKAN HINGGA KAU NAFKAHKAN HARTA DI JALAN ALLAH. QS.3 ALI IMRAN:19, 61 SHAFF:10-12, 47 HUJURAAT:15
memotongnya, akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah)…”
(QS. An-Nisa [4]: 118-119)
Dalam hadits lain Rasulallah S.A.W bersabda,
“Sesungguhnya setan selalu menghadang manusia dalam segala kesempatan, ia
menghadangnya di jalan Islam berkata: Apakah kamu akan masuk Islam, lalu
meninggalkan agamamu agama nenek moyangmu. Namun demikian, hamba
ini tidak menghiraukan rayuan itu tetap memeluk agama Islam.
Lalu setan merayunya di jalan hijrah berkata: Apakah kamu akan hijrah
meninggalkan kampong halaman tanah tumpah darahmu?
Sesungguhnya perumpamaan orang yang hijrah itu tak obahnya seperti
kuda dalam perjalanan, hamba itu pun tidak menghiraukan bujuk rayu setan ini,
dia pun tetap hijrah.
Lalu setan merayunya di jalan jihad, yaitu berjihad dengan jiwa raga
harta benda, setan akan berkata: Apakah kamu akan membunuh, akan rela
terbunuh, lalu isterimu akan dinikahi orang lain harta kekayaanmu akan dibagi-
bagikan? Hamba itu pun tidak peduli dengan bujuk rayu setan yang terkutuk ini,
lalu dia pun berjuang di jalan Allah.” (HR. Ahmad dalam Musnadnya, lihat juga
Ighatsatu al-Lahfan 1/101)
Dan diantara hikmah Allah menciptakan hati manusia sebagai medan perjuangan
ialah, karena hati selalu dipengaruhi oleh malaikat setan, terkadang ia
dibimbing oleh malaikat pada kesempatan lain, ia dikuasai oleh setan.
Allah SWT berfirman, “Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu
dengan kemiskinan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah
menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya karunia…” (QS. [2]: 268)
Rasulallah S.A.W menjelaskan hal itu dalam sabdanya,
“Sesungguhnya malaikat setan akan mempengaruhi hati manusia.
Adapun pengaruh malaikat, ialah berupa ajakan lakukan kebaikan
membenarkan janji-janji Allah, sedangkan ajakan setan, ialah menjanjikan
kejahatan mendustakan apa-apa yang Allah janjikan, lalu Rasulallah S.A.W
membaca firman Allah,
“Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kalian, dengan kemiskinan menyuruh
kalian berbuat kejahatan (kikir), sedangkan Allah menjanjikan ampunan
karunia untuk kalian dari-Nya.” (HR. Tirmidzi, l;ihat Misykah 1/28)
Ibnul Qayyim menerangkan hadits ini, “Malaikat setan selalu datang silih
berganti ingin menguasai hati manusia seperti silih bergantinya siang malam.
Ada manusia yang waktu malamnya lebih panjang dari siang, sementara yang lain
lebih panjang siangnya ada pula yang semua waktunya hanya siang saja,
sementara yang lain hanya malam saja.”
Hasan Basri berkata, “Keduanya (malaikat setan) ialah kebimbangan
yang senantiasa menguasai hati manusia, ada kebimbangan yang datang dari
Allah ada pula yang datang dari musuh Allah, Allah merahmati hamba yang
berpikir saat menghadapi kebimbangan, jika ia datang dari Allah, maka dia akan
melaksanakannya, jika ia datang dari setan, maka dia akan berusaha
menundukkannya.”
Bila setan berusaha menguasai manusia membujuk dengan berbagai cara,
maka semua jasad manusia itu akan rusak secara total. Rasulallah S.A.W
bersabda,
“Ketahuilah, bahwa dalam diri manusia terdapat segumpal darah, bila ia
baik, maka akan baiklah jasad itu secara keseluruhan bila ia rusak, maka
akan rusak pulalah jasad itu secara keseluruhan. Ketahuilah, segumpal
darah itu ialah hati.”(HR. Bukhari Muslim)
Dalam hadits lain Rasulallah S.A.W bersabda, “Sesungguhnya amal itu ialah
seperti bejana, bila bagian bawahnya bersih, maka bagian atasnya juga akan
ikut bersih bila bagian dalamnya kotor, maka bagian atasnya juga akan ikut
kotor.” (HR. Ibnu Majah Ahmad)
Ibnul Qayyim berkata, “Setan mampu menyihir akal, sehingga terpedaya, tidak
ada yang selamat dari tipu dayanya selain orang yang dijaga oleh Allah SWT.
Setan selalu memperindah perbuatan jahat jadi kebaikan yang sangat berharga
menghalangi manusia untuk berbuat kebaikan yang paling bernilai, sehingga dia
menganggapnya sebagai suatu amal yang paling berbahaya tak berharga.
Tidak ada Tuhan selain Allah, betapa banyak manusia yang ditipu dirayu
setan, betapa banyak hati manusia yang dihalangi dari iman, Islam ihsan
betapa banyak kebatilan yang lebih ditonjolkan dianggap kebaikan. Sementara
kebaikan, sengaja dikubur diperlihatkan seperti sesuatu yang tidak baik!
Betapa banyak orang-orang rakus yang menikah dengan orang-orang yang arif!
Inilah salah satu tipu daya setan terhadap akal manusia, ia akan senantiasa
berusaha menjerumuskan membujuk manusia agar mau memperturutkan
hawa nafsu, hingga akhirnya mengikuti semua jalan kesesatan satu persatu
dengan perlahan tapi pasti.”
12. 100 AGAMA TAK BERARTI ADA 100 TUHAN, TUHAN TETAP 1 TURUNKAN AGAMA PUN CUMA 1 WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET
ISLAM TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT MASIH BANYAK RAGU TAK DAPAT BUKTIKAN ISLAM SEBAGAI SATU-SATUNYA AGAMA YANG TERBUKTI BENAR
ISLAM PUN TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT CINTA DUNIA SERTA TIDAK MENCINTAI ALLAH RASUL MELEBIHI SEGALANYA. QS.9:24, 33:6, 9:120, 9:15
Ketiga: Pihak ketiga yang mempengaruhi hati ialah sebagaimana yang
dikemukakan oleh al-Muhasibi: Nafsu akan selalu mengajak manusia untuk
lakukan perbuatan tercela, mengajak pada kedurhakaan kejahatan.
Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya nafsu itu selalu mengajak pada
kejahatan.” (QS. Yusuf [12]: 53)
Nabi Ya’qub as berkata pada anak-anaknya saat mereka mengatakan
bahwa srigala telah mencabik-cabik memakan jasad Yusuf as.
“Sebenarnya kalian-lah yang memandang baik perbuatan (yang buruk).”
(QS. Yusuf [12]: 18)
Allah SWT menjelaskan kisah seorang manusia yang membunuh saudaranya
sendiri, “Maka hanya nafsu Qabil-lah yang menjadikannya menganggap mudah
membunuh saudaranya.” (QS. Al-maidah[5]: 30)
Nafsu amarah biasanya ditunggangi oleh berbagai keinginan syahwat. Oleh
sebab itu, seorang muslim hanya akan selamat dalam menghadapi perjuangan ini
dengan menundukkan mengalahkan keinginan hawa nafsu itu sendiri.
Inilah tiga faktor yang senantiasa mempengaruhi hati manusia, seorang
hamba hendaklah selalu siap untuk menyelamatkan diri dari wayuan hawa
nafsunya, berusaha mengekang mengendalikan nafsu amarah, mempersiapkan
segala sesuatu untuk memerangi menundukkan musuh; yaitu setan, berperang
melawan setan dengan senjata yang sudah Allah berikan, yaitu dzikir, membaca
ayat-ayat Al-Qur’an beribadah serta lakukan berbagai kebaikan lainnya.
Hanya Allah Tujuan Kita
Berharap berniat hanya karena Allah, bukan tidak punya alasan yang logis
tujuan yang hakiki dalam membimbing akal menuju ketenangan kedamaian
jiwa. Berikut ini akan kita kemukakan sebagian hakikat yang akan diwujudkan
oleh niat yang ikhlas dalam beribadah mendekatkan diri pada Allah SWT.
1. Tujuan Tertinggi Yang Tiada Bandingannya
Semua manusia; mukmin kafir, mempunyai tujuan yang hendak dicapai,
mereka akan terus berusaha merealisasikannya. Demikianlah fitrah pemberian
Allah. Manusia selalu bercita-cita berkeinginan, berusaha bergerak. Oleh
karena itu, nama yang paling baik ialah Harits (selalu berusaha) Hammam
(mempunyai cita-cita tinggi) sebagaimana yang disebutkan dalam sabda
Rasulallah S.A.W. Karena semua manusia selalu berusaha (Harits) semua
manusia mempunyai cita-cita keinginan yang tinggi (Hammam).
Manusia diciptakan mempunyai kecenderungan untuk mendapatkan
sesuatu, mempunyai keinginan mendapatkan pertolongan, mendapatkan
tempat bergantung. Boleh jadi yang dia tuju ialah Allah boleh jadi selain Allah,
manusia memang mempunyai banyak keinginan.
Sebab, manusia tidak bisa hidup sendiri, selalu membutuhkan orang lain untuk
menutupi kekurangan, menyempurnakan melengkapi serta mendapatkan apa
yang dia inginkan. Kebutuhan ini selalu ada tidak pernah habis.
Dan diantara kelemahan manusia ialah, mengharapkan sesuatu dari
sesama makhluk, dia mengira bahwa makhluk akan mampu memenuhi
keinginannya. Rasulallah S.A.W bersabda,
“Jika sekiranya anak Adam memiliki dua lembah emas, sungguh dia akan
menginginkan lembah emas yang ketiga.” (HR. Bukhari Muslim)
Jiwa manusia selalu ingin mendapatkan apa yang belum dia dapatkan.
semua kebutuhan itu tidak akan terpenuhi, kecuali bila dia sudah sampai pada
Tuhan yang disembahnya, bila dia sudah mengenal berusaha mencari
keridhaan-Nya. Pada saat itulah, hatinya akan mendapatkan ketenangan hakiki.
Allah SWT berfirman,
“Ketahuilah, hanya dengan mengingat Allah hati akan mendapatkan
ketenangan.” (QS. Ar-Ra’ad [13]: 28)
Tidak ada yang dapat merangkul ketenangan selain sampai pada Allah
dengan ma’rifah yang sempurna, berniat hanya karena-Nya mengharap hanya
pada-Nya.
Dalam mencari harapan, jiwa manusia bertingkat-tingkat selalu ingin
mendapatkan yang terbaik paling sempurna. Sedangkan semua
kesempurnaan, hanya ada pada dzat Allah. Berhubungan dengan masalah ini,
Ibnu Khaldum berkata: “Akal selalu menginginkan apa yang menjadi harapannya,
yaitu ma’rifah (mengenal Allah) ilmu (yang akan mengantarkan pada ma’rifah),
pemikiran akan selalu berusaha encari merindukan kesempurnaan yang lebih
tinggi untuk mengenal Sang Pencipta, karena hanya Dia Yang Lebih Sempurna,
sedangkan makhluk, semua mempunyai kekurangan kelemahan.
Akal selalu berusaha berdampingan dengan-Nya, semua gerakannya seragam
tidak pernah bosan, tidak pernah merasa lelah letih sebagaimana yang biasa
dirasakan oleh jasad, akal selalu berpindah lebih cepat dari kilat udara.”
Penyebab utama yang membuat manusia selalu mencari sesuatu yang
paling rendah tak berharga, mencari apa-apa yang tidak mampu menolak
kemudaratan mendatangkan manfaat ialah, karena ilmu yang keliru, karena
kebodohan cita-cita yang terlalu rendah. Semakin benar ilmu yang didapatkan
13. FREE DOWNLOAD: E-BOOK, SOFTWARE ISLAM KOMPUTER HANDPHONE, CERAMAH, VIDEO WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET
KEWAJIBANMU YANG DIBEBANKAN ATASMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.16:82 KEWAJIBANMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.3:20, QS.42:48
SEKALI-KALI KAU TAK KAN SAMPAI PADA KEBAJIKAN HINGGA KAU NAFKAHKAN HARTA DI JALAN ALLAH. QS.3 ALI IMRAN:19, 61 SHAFF:10-12, 47 HUJURAAT:15
oleh seseorang, kebodohannya akan semakin berkurang. Saat itu, keyakinannya
akan semakin lurus, cita-citanya akan semakin tinggi akan berusaha mencari
hal-hal yang lebih berharga.
Tapi apa yang hendak dikata, ada orang yang cita-citanya tidak lebih dari
sekedar mendapatkan sesuap nasi untuk mengeyangkan perutnya, mendapatkan
minuman untuk menghilangkan rasa dahaga yang dia rasakan hanya sekedar
mendapatkan pakaian untuk menutupi auratnya saja, jangankan orang-orang
yang beriman, kalangan jahiliyah pun mencela orang yang seperti ini.
Betapa banyak orang yang hanya mengharapkan kenikmatan dunia,
minum khamar bersenang-senang dengan para wanita penghibur, sedikit
orang yang bercita-cita tinggi untuk membela orang yang lemah sengsara.
Beginilah keadaan orang-orang jahiliyah dulu.
Tharafah bin ‘Abd, seorang penyair Jahiliyah yang meninggal pada tahun
60 sebelum hijrah telah menghabiskan separuh umurnya untuk bersenang-
senang dengan para wanita, sementara separuhnya lagi, dia habiskan untuk
merebut kekuasaan, namun semua usahanya hanya sia-sia, akhirnya dia pun
mati. Apa yang dia cari selama ini tidak pernah berhasil, lalu jejak langkahnya
diikuti oleh al-Mutanabbi yang mati karena memperebutkan kekuasaan, tapi
semua usahanya hanya bagai fatamorgana belaka.
Adapun cita-cita seorang muslim, ialah mencapai tujuan tertinggi tiada
tara mengharapkan sesuatu yang tiada bandingnya. Pernah dikatakan pada
salah seorang saleh: Cita-cita si Fulan itu sangat tinggi. Dia menjawab: jika begitu,
berarti dia hanya mengharapkan surga yang Allah janjikan. Dalam kitab ‘Uyun al-
Akhbar dikisahkan bahwa ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz as didatangi oleh seseorang
yang berpakaian lusuh. Umar berkata: Wahai laki-laki yang berpakaian lusuh,
sesungguhnya aku mempunyai jiwa yang selalu terjaga hingga aku menjadi
pemimpin. Saat aku duduk di kursi kepemimpinan, ia semakin berkeinginan
untuk menjadi Khalifah, saat aku berhasil menjadi Khalifah, jiwaku justru
menginginkan surga.
2. Hanya Allah Yang Berhak Penerima Pengabdian
Hanya ridha Allah-lah yang patut dicari, bukan yang lain-lain. Karena hanya
Allah-lah yang mempunyai sifat-sifat kemuliaan kesempurnaan. Dia’lah yang
paling sempurna pada dzat Sifat-Nya, Dia-lah yang memberi nikmat,
mendatangkan manfaat mudarat, memberi melarang, menolong
merendahkan Dia pula yang memuliakan menghinakan. Allah berfirman,
“Katakanlah: Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan
pada orang yang Engkau kehendaki Engkau cabut kerajaan dari orang yang
Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki Engkau
hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan.
Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Engkau masukkan
malam ke dalam siang Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau
keluarkan yang hidup dari yang mati, Engkau keluarkan yang mati dari yang
hidup. Engkau beri rezki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas)”.
(QS. Ali ‘Imran[3]: 26-27)
Hanya pada Allah-lah tempat berharap, karena Dia-lah dzat Yang
menciptakan, memberi petunjuk, memberi makan minum, menyembuhkan
yang sakit mengampuni dosa-dosa kesalahan.
Allah SWT berfirman, “(yaitu Tuhan) Yang telah menciptakan aku, maka
Dialah yang menunjuki aku, Tuhanku, Yang Dia memberi makan minum
padaku, apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku, Yang akan
mematikan aku, lalu akan menghidupkan aku (kembali), Yang amat kuinginkan
akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat”.
(QS. Asy-Syu’ara[26]: 78-82)
Dari Allah-lah permulaan pada-Nya akan kembali segala sesuatu, hanya Dia
yang patut dipuji, tiada Tuhan selain Dia hanya Dia yang patut disembah.
Allah SWT berfirman, “Dan bahwasanya pada Tuhamulah kesudahan
(segala sesuatu), bahwasanya Dialah yang menjadikan orang tertawa
menangis, bahwasanya Dialah yang mematikan menghidupkan,
bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria wanita. dari
air mani, apabila dipancarkan. bahwasanya Dia-lah yang menetapkan kejadian
yang lain (kebangkitan sesudah mati), bahwasanya Dia yang memberikan
kekayaan memberikan kecukupan, bahwasanya Dialah yang Tuhan (yang
memiliki) bintang syi'ra, bahwasanya Dia telah membinasakan kaum 'Aad yang
pertama, kaum Tsamud. Maka tidak seorangpun yang ditinggalkan Nya
(hidup).” (QS. Najm [53]: 42-51)
Allah ialah dzat Yang mempunyai sifat-sifat perbuatan sebagaimana
dituangkan dalam ayat diatas, maka Dia berhak untuk disembah, sementara yang
lain (makhluk), tidak berhak disembah tidak patut diagungkan, ridha-Nya-lah
yang patut dicari, tempat berlindung tempat meminta kenikmatan.
Beribadah pada Allah merupakan hak-Nya murni, tidak disertai oleh siapapun.
Mu’adz bin Jabal ra menceritakan: Dalam suatu perjalanan, aku berboncengan
dengan Rasulallah S.A.W di punggung keledai, lalu beliau berkata padaku:
“Wahai Mu’adz, apakah kamu tahu, apa saja hak Allah atas hamba-Nya, apa
saja hak hamba atas Allah?” Aku menjawab: Allah rasul-Nya yang lebih
mengetahui. Lalu Rasulallah S.A.W bersabda, “Hak Allah atas hamba-Nya yaitu
mereka menyembah-Nya tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun,
14. 100 AGAMA TAK BERARTI ADA 100 TUHAN, TUHAN TETAP 1 TURUNKAN AGAMA PUN CUMA 1 WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET
ISLAM TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT MASIH BANYAK RAGU TAK DAPAT BUKTIKAN ISLAM SEBAGAI SATU-SATUNYA AGAMA YANG TERBUKTI BENAR
ISLAM PUN TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT CINTA DUNIA SERTA TIDAK MENCINTAI ALLAH RASUL MELEBIHI SEGALANYA. QS.9:24, 33:6, 9:120, 9:15
sedangkan hak hamba atas Allah, ialah bahwa Dia tidak akan menyiksa orang-
orang yang tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.”
(HR. Bukhari Muslim)
Hanya Allah yang patut disembah, karena takut (akan siksaan-Nya)
harap (akan pahala yang Dia janjikan), tempat berserah diri bergantung, shalat
puasa, zakat haji serta nazar, hanya karena dzat-Nya semata.
Jika sekiranya Allah tidak menciptakan surga neraka, tidak ada pahala
dosa, maka Allah tetap menjadi dzat yang paling pantas untuk disembah. Dalam
sebuah atsar disebutkan,
“Jika Aku tidak menciptakan surga neraka, tidakkah Aku pantas untuk
disembah?”, Dengan demikian, Maha Benar Allah Yang berfirman,
“Dia ialah Tuhan Yang patut (kita) bertakwa pada-Nya berhak memberi
ampunan.” (QS. Al-Mudastsir [74]: 56)
Seorang ahli sya’ir bersenandung,
Jika berita berbangkit tidak disampaikan oleh Rasul-Nya
dan panasnya api neraka belum menyala-nyala
Tidakkah merupakan kewajiban menunaikan hak
mematuhi Tuhan yang mengatur langit bumi?
3. Ridha Allah Berbuah Bahagia
Bila masih ada tujuan yang diinginkan oleh seorang hamba dibalik amal-
amal-Nya selain mencari ridha Allah, maka dia akan semakin sengsara dengan
amal dirinya sendiri. Kehidupan yang dia jalani hanya akan menjadi mata rantai
kesengsaraan, walau dia memiliki dunia segala isinya. Karena sumber
kebahagiaan kesengsaraan, selalu bersarang dalam relung hatinya. Manusia
diberi fitrah untuk beribadah pada Allah meminta pertolongan hanya pada-Nya
saja.
Bila manusia tidak mendapatkan ini, maka apa-pun yang akan dia raih,
tidak adakan berarti apa-apa, sedangkan orang yang mencari keridhaan selain
ridha Allah, maka keadaannya sama dengan seorang yang memakai jam tangan,
lalu dia pukuli dengan palu. Ini namanya menzalimi jam tangan, karena ia dibuat
bukan untuk itu, tapi untuk mengetahui perjalanan waktu.
Jiwa manusia, diciptakan untuk beribadah berharap pada Allah, bila dia
beribadah berharap pada selain Allah, sesungguhnya dia telah menzalimi
dirinya sendiri. Oleh karenanya, dalam Al-Qur’an disebutkan,
“Sesunggunya syirik itu ialah kezaliman yang sangat besar.” (QS.Luqman: 13)
Sementara berharap pada selain Allah, sebenarnya merusak jiwa,
“Sungguh, merugilah orang yang mengotori jiwanya.” (QS. Asy-Syams[91]: 10)
Sebagaimana berharap pada dzat-Nya saja dengan ibadah, lakukan
perbaikan mensucikan diri, merupakan keberuntungan.
“Sungguh, beruntunglah orang-orang yang mensucikan dirinya…”
(QS. Asy-Syams[91]: 9)
Sesungguhnya fitrah akan selalu mendorong manusia untuk beribadah, ia
akan mencari siapa yang berhak disembah. Allah telah mengutus para Rasul
untuk membimbing manusia, memperkenalkan mereka pada dzat yang patut
mereka sembah. Saat itu, manusia akan sampai pada tujuan yang sudah lama dia
cari, yaitu dzat yang akan dia sembah, yang tidak mungkin dihindari,
ketenangan akan diperoleh bersama-Nya. Inilah kebutuhan manusia yang
sebenarnya, inilah hajat jiwa manusia yang sesungguhnya.
Allah SWT berfirman, “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus pada
agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu…” (QS. Ar-Rum[30]: 30)
Bila manusia berusaha menentukan arah hidupnya jauh dari aturan Allah,
maka dia akan menemukan kesengsaraan, karena cita-cita tujuan akhir yang
hendak dia capai sudah bercabang. Bila cita-cita seorang hamba sudah
bercabang, maka dia akan dibimbangkan oleh berbagai cita-cita duniawi yang
sebenarnya tidak berharga, saat itu kebingungan akan menyelimutinya, kemana
dia akan pergi jalan mana yang akan dia tempuh serta bagaimana caranya
menelusuri jalan itu?
Terkadang dia menempuh jalan ke Timur pada kesempatan lain,
menempuh jalan ke Barat. Boleh jadi dia akan menyembah berhala pada
kesempatan yang lain menyembah Matahari atau Bulan. Terkadang dia rela
dengan ini pada kesempatan yang lain dia akan marah. Perbuatan yang
sebenarnya baik, akan dia anggap sebagai perbuatan yang tidak baik setelah
beberapa waktu berlalu.
Saat itu, manusia akan mengalami kegelisahan, selalu dilanda kegalauan
tekanan batin serta berbagai penyakit jiwa lainnya, bahkan dapat
menjerumuskannya pada tindakan bunuh diri.
15. FREE DOWNLOAD: E-BOOK, SOFTWARE ISLAM KOMPUTER HANDPHONE, CERAMAH, VIDEO WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET
KEWAJIBANMU YANG DIBEBANKAN ATASMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.16:82 KEWAJIBANMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.3:20, QS.42:48
SEKALI-KALI KAU TAK KAN SAMPAI PADA KEBAJIKAN HINGGA KAU NAFKAHKAN HARTA DI JALAN ALLAH. QS.3 ALI IMRAN:19, 61 SHAFF:10-12, 47 HUJURAAT:15
Sedangkan seorang muslim, hanya mempunyai satu tujuan. Oleh sebab itu,
niatnya hanya satu, manhaj yang akan mengantarkannya pada tujuan hanya ada
satu, yaitu selalu berusaha menelusuri keridhaan Allah berjalan sesuai dengan
petunjuk-Nya. Dengan demikian, niatnya akan menjadi satu harapannya juga
satu. Berhubungan dengan ini, Rasulallah S.A.W bersabda,
“Siapa yang ingin mencari kebahagiaan di akhirat, maka Allah akan
menjadikan kekayaan dalam hatinya, Allah akan mengumpulkan
kekuatannya dunia akan mendatanginya, padahal dia tidak
menginginkannya, siapa yang ingin mendapatkan kemegahan dunia,
maka Allah akan menjadikan kefakiran selalu berada di pelupuk matanya,
urusannya akan menjadi berantakan dunia yang menjadi tujuannya
tidak akan dia dapatkan, kecuali hanya sesuai dengan suratan yang sudah
ditakdirkan baginya.” (HR. Tirmidzi ad-Darimi)
Saat tujuan yang hendak dicapai tidak hanya satu, maka ia akan
mengantarkan manusia menuju kesengsaraan. Karena manusia hanya
mempunyai satu hati, tidak mungkin manusia akan menyembah dua Tuhan, ingin
mewujudkan dua tujuan membagi dua amal-nya.
Allah SWT berfirman, “Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang 2
buah hati dalam rongganya.” (QS. Al-Ahzab[33]: 4)
Manusia hanya mempunyai satu hati yang seharusnya menghadap pada
satu Tuhan, tapi manakala dia beribadah pada dua sesembahan, maka ia akan
menyebabkan kesengsaraan bagi hati jiwa sekaligus. Ini berarti penyimpangan
jauh dari kebenaran. Sedangkan kebahagiaan, hanya tersimpan pada
penghambaan diri yang jujur pada Allah, bukan pada yang lain.
Ini di dunia, masih ada kesengsaraan kebahagiaan di akhirat, keduanya
sangat ditentukan oleh perjalanan hidup mansia di dunia ini. Maka orang yang
hanya mencari keridhaan Allah semata di dunia, bukan ingin menyenangkan yang
lain-lain, beramal untuk tujuan yang kekal, maka di akhirat nanti, dia pasti
termasuk golongan orang-orang yang beruntung mendapat kebahagiaan.
kebahagiaan itu, sebagaimana yang disampaikan oleh Imam Ghazali:
“Kekal tiada kefanaan, lezat tiada kelelahan, gembira tanpa ada kesedihan,
kaya tanpa ada kefakiran, sempurna tanpa ada kekurangan sedikit pun mulia
tanpa ada kehinaan sedikit pun.” Inilah kebahagiaan hakiki yang kekal,
sedangkan kebahagiaan yang lain-ain, akan lenyap habis. Ibnu Hazm berkata:
“Bila Anda mengikuti segala sesuatu, maka ia akan merusak Anda sendiri,
akhirnya ia akan lenyap habis, hingga Anda sadar bahwa beramal hanya untuk
akhirat saja. Karena semua angan-angan yang Anda capai, setelah itu Anda akan
diikuti oleh penyesalan, mungkin karena ia pergi dari Anda mungkin juga
karena Anda yang pergi meninggalkannya. Keduanya harus Anda lalui Anda
hadapi, kecuali bila Anda beramal hanya untuk mencari ridha Allah, niscaya Anda
akan menemukan kebahagiaan, cepat atau lambat. Adapun di dunia, jangan
hiraukan apa-apa yang menjadi perhatian banyak orang, niscaya Anda akan
dihargai oleh kawan lawan, sedangkan di akhirat, Anda akan mendapatkan
balasan surga yang abadi.”
Berhubungan dengan kesengsaraan kebahagiaan di dunia di akhirat
ini, Allah berfirman,
“…Barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat tidak
akan celaka. barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka
sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, Kami akan
menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. Berkatalah ia:
Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta,
padahal aku dahulunya ialah seorang yang melihat? Allah berfirman:
Demikianlah, telah datang padamu ayat-ayat Kami, maka kamu
melupakannya, begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan.
demikianlah Kami membalas orang yang melampaui batas tidak percaya
pada ayat-ayat Tuhannya. sesungguhnya azab di akhirat itu lebih berat
lebih kekal.” (QS. Thaha[20]: 123-127)
4. Tidak Ada Jalan Untuk Membebaskan Jiwa Manusia, Kecuali
Dengan Menghadap Allah Semata
Pemahaman tentang ‘ubudiyyah (beribadah) pada Allah dalam Islam,
merupakan kebebasan yang paling tinggi martabat yang paling sempurna. Bila
ibadah dilakukan dengan benar, berrati dia telah membebaskan diri dari
kekuasaan perbudakan makhluk tunduk kepdanya. Seorang muslim
memandang alam dengan pandangan kekuasaan, sedangkan Allah menciptakan
segala sesuatu untuk manusia ditundukkan untuknya.
Allah SWT berfirman, “Dan Allah tundukkan bagi kalian semua yang ada di
langit di bumi secara keseluruhan…” (QS. Al-Jatsiyah[45]: 13)
Jika demikian, maka seorang muslim tidaklah pantas tunduk pada makhluk
makhluk tidak layak dijadikan tujuan,karena kedudukannya sangat rendah,
dank arena ia diciptakan untuk dimanfaatkan sebagai sarana kemaslahatan bagi
orang-orang muslim.
Seorang muslim tidak pantas diperbudak oleh manusia lain, karena
semuanya ialah hamba Allah. Jika ada manusia yang berbuat semena-mena,
seorang muslim patut menyampaikan kalimat yang hak atau kebenaran serta
mengingatkan akan tujuan kenapa mereka diciptakan, kemana mereka akan
dikembalikan mengingatkan kelemahan mereka, agar mereka sadar.
16. 100 AGAMA TAK BERARTI ADA 100 TUHAN, TUHAN TETAP 1 TURUNKAN AGAMA PUN CUMA 1 WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET
ISLAM TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT MASIH BANYAK RAGU TAK DAPAT BUKTIKAN ISLAM SEBAGAI SATU-SATUNYA AGAMA YANG TERBUKTI BENAR
ISLAM PUN TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT CINTA DUNIA SERTA TIDAK MENCINTAI ALLAH RASUL MELEBIHI SEGALANYA. QS.9:24, 33:6, 9:120, 9:15
Dengan beribadah pada Allah, sebenarnya manusia telah terbebas
merdeka dari segala pengaruh hawa nafsunya, karena hawa nafsu ialah berhala
terburuk yang disembah. Allah SWT berfirman,“Apakah kamu melihat orang
yang menjadikan hawa nafsu sebagai Tuhannya?” (QS. Al-Furqan[25]: 43)
Karena, terkadang manusia menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhan yang
disembah menguasai jiwanya. Tindakannya hanya akan sesuai dengan
keinginan hawa nafsu usahanya akan sejalan dengan kehendak hawa nafsunya
dalam mencari apa yang ia inginkan.
Islam menganggap tunduk pada hawa nafsu yang biasa mengajak manusia
lakukan berbagai hal yang haram ialah dosa. Adapun melawan hawa nafsu untuk
lakukan berbagai hal yang haram –walau disukai oleh jiwa- ia merupakan bagian
kebebasannya masih terbatas, dengan meninggalkan sebagian yang ia senangi,
tapi sesungguhnya dia telah bebas dari kekuasaan hawa nafsu pada sisi lain.
Orang yang mengatakan bahwa mereka mampu merealisasikan kebebasan
jauh dari aturan Allah manhaj-Nya, maka apa yang mereka kemukakan itu ialah
keliru besar. Karena, manusia seluruh makhluk akan tetap menjadi hamba,
suka atau tidak suka. Tapi, manakala dia menolak untuk tunduk pada Allah
karena pilihannya sendiri, berarti dia akan tunduk pada makhluk yang
kedudukannya sama dengan dirinya sendiri, tidak mampu mendatangkan
manfaat tidak pula kuasa menolak bahaya. Bahkan, boleh jadi dia akan tunduk
patuh pada makhluk yang lebih rendah lebih hina dari dirinya.
Dengan demikian, berarti dia sudah menukar ‘ubudiyyah pada Allah
dengan ‘ubudiyyah pada makhluk, dia tidak akan pernah keluar dari
perbudakan menuju kebebasan yang hakiki. Bahkan, dia mungkin akan
menghindari ber’ubudiyyah pada Allah, lalu ber’ubudiyyah pada Thaghut,
berhala atau patung, manusia, matahari atau bulan…Dan Allah mencela orang-
orang yang bersifat seperti ini.
Allah berfirman, “Diantara mereka ada yang Allah jadikan kera babi
serta penyembah Thaghut.” (QS. Al-Maidah[5]: 60)
Cobaan yang diturunkan Allah pada mereka ialah sebagai balasan dari
pendustaan mereka, bahwa mereka rela diperbudak oleh para Thaghut, padahal
sebelumnya mereka ialah penyembah Allah.
Akhir-akhir ini banyak semboyan-semboyan kebebasan yang disuarakan, mereka
mengatakan bahwa revolusi Perancis-lah yang mendeklarasikan dasar-dasar
kebebasan ini, PBB juga mendukungnya. Padahal, sebenarnya bukanlah
demikian. Apa yang mereka lakukan, tidak lebih dari mengeluarkan manusia dari
perbudakan perundang-undangan ras menuju perundang-undangan baru ras
yang baru. Namun demikian, mereka tetap saja diperbudak, walau mereka
menganggap diri mereka sudah bebas merdeka.
Perundang-undangan aturan itu tidak akan pernah mengeluarkan mereka dari
perbudakan manusia menjerumuskan pada perbudakan yang zalim, kecuali
bila mereka sudah jadi hamba Allah hanya taat serta patuh pada-Nya.
Bila mereka hanya berniat untuk mencari keridhaan-Nya semata, saat itu
mereka akan merasakan kebebasan yang sebenarnya dari kekuasaan penguasa.
Bahkan, akan terbebas dari perbudakan hawa nafsunya sendiri yang senantiasa
mengalir dalam tubuhnya.
Kebanyakan manusia tidak ber’ubudiyyah pada Allah, tapi ber’ubudiyyah
pada selain Allah. Orang-orang komunis ialah manusia yang paling pembangkang
terhadap paling jauh dari Allah. Mereka sangat sombong tidak mengakui
keberadaan Allah, seperti di Rusia China.
Kebebasan yang mereka gambor-gemborkan tak lain dari kebohongan
fatamorgana belaka. Orang-orang Komunis hanya ingin membebaskan dari dari
kekuasaan Allah SWT, lalu mendirikan Negara sebagai Tuhan yang mampu
memproduksi kebebasan bagi rakyatnya melarang mereka untuk
mengemukakan pendapat. Sementara itu, pemerintah berkuasa penuh atas hak
milik rakyat, jutaan orang ditangkap serta dibuang ke Siberia, dikurung dalam
penjara yang disediakan untuk menampung banyak orang. Saat merayakan hari
besar, belasan juta orang disuruh melintas sambil menundukkan kepala di
hadapan patung pendiri komunis yang tidak manusiawi itu di Moskow. Mereka
telah berhasil mengeluarkan manusia dari hanya sekedar gelap menuju
kegelapan sejati, mereka mengeluarkan manusia dari suatu sesembahan pada
sesembahan yang lain (selain Allah). Padahal, tidak ada yang mampu
membimbing manusia untuk menyembah Allah, selain Islam.
Sungguh benar apa yang dikemukakan oleh salah seorang panglima kaum
muslimin saat berhadapan dengan angkatan perang Persia, dia berkata, “Allah
telah mengutus kami untuk mengeluarkan manusia dari menyembah makhluk
untuk menyembah Allah, mengeluarkan manusia dari kesemena-menaan
berbagai agama menuju keadilan Islam mengeluarkan manusia dari sempit
dunia menuju luas betapa indahnya dunia akhirat.”
Siapa yang tidak mau menerima Islam sebagai agama menjadikannya
sebagai sumber hukum, maka sesungguhnya dia telah berada dalam kubangan
kotoran yang paling busuk yaitu kotoran jahiliyah. Allah SWT berfirman,
“Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, (hukum) siapakah
yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin ?”
(QS. Al-Maidah [5]: 50)
17. FREE DOWNLOAD: E-BOOK, SOFTWARE ISLAM KOMPUTER HANDPHONE, CERAMAH, VIDEO WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET
KEWAJIBANMU YANG DIBEBANKAN ATASMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.16:82 KEWAJIBANMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.3:20, QS.42:48
SEKALI-KALI KAU TAK KAN SAMPAI PADA KEBAJIKAN HINGGA KAU NAFKAHKAN HARTA DI JALAN ALLAH. QS.3 ALI IMRAN:19, 61 SHAFF:10-12, 47 HUJURAAT:15
Siapa yang tidak mengakui Allah sebagai Tuhan yang disembah, maka
sesungguhnya dia telah menghinakan dirinya sendiri dengan menyembah
berbagai makhluk yang boleh jadi lebih rendah lebih hina dari dirinya sendiri.
Sementara itu, mereka telah menginjak-injak harga diri mereka sendiri. Islam
menganggap orang yang cita-cita tujuan tertingginya ialah uang, emas perak
serta pakaian makanan, ialah sebagai budak dari berbagai materi yang
menguasai dirinya. Rasulallah S.A.W bersabda,
“Celakalah orang yang diperbudak oleh Dinar Dirham, celakalah orang yang
diperbudak oleh pakaian mewah, celaka hina bila dia tertusuk duri, dia tidak
mampu mengeluarkannya.” (HR. Bukhari, lihat Misykat al-Mashabih 2/649)
5. Karunia Allah Kebaikan Terhadap Hamba
Diantara sebab yang mengharuskan manusia beribadah pada Allah ialah,
bahwa Allah SWT selalu berbuat baik memberi mereka berbagai karunia. Di
balik itu, Allah tidak pernah mengharapkan balasan dari mereka. Allah telah
memudahkan berbagai kebaikan menyingkap mana yang berbahaya
memberi mudarat. Semua itu bukan bertujuan agar Allah mendapatkan
keuntungan penghargaan dari manusia, tidak pula untuk menolak
kemudaratan atas dzat-Nya, tapi ialah sebagai rahmat kebaikan-Nya.
Manusia lakukan kebaikan pada orang lain ialah karena mengharapkan
sesuatu, jika tidak karena mengharapkan ridha Allah. Karena, bila orang sudah
saling mencintai, maka dia akan meminta agar apa yang dia inginkan dapat
dipetik dari orang yang mencintainya. Apakah mereka mencintainya karena
kecantikan atau karena ketampanan lahir atau batinnya. Bila mereka mencintai
para Nabi orang-orang saleh, mereka pasti ingin bertemu, mereka ingin
melihat mendengar ucapannya. Demikian juga halnya orang yang mencintai
seseorang karena keberanian, karena kepemimpinan, karena kecantikan
ketampanan atau karena kedermawanannya, pasti ada sesuatu yang diharapkan
dibalik perasaan cintanya tersebut. Jika tidaklah karena harapan itu, maka
mereka tidak akan mencintainya.
Jika mereka mendapatkan keuntungan, seperti dibantu diberi sejumlah
uang, atau diselamatkan dari bahaya seperti sakit, paling tidak dengan doa atau
dengan memberikan pujian, mereka pasti mengharapkan balas jasa, jika
perbuatan itu tidak dilakukan karena Allah semata.
Angkatan perang, para pelayan di istana, para buruh di berbagai
perusahaan para pembantu Presiden, semuanya mau bekerja karena ingin
mendapatkan sesuatu. Tidak ada yang berharap lebih, kecuali jika sudah
diberitahu, dididik oleh pihak lain, pendidikan itu ialah pendidikan agama, atau
karena adanya kecenderungan naluri untuk berlaku adil berbuat baik untuk
balas jasa saling mengasihi. Jika tidak demikian, maka tujuannya ialah tujuan
yang pertama, yaitu mendapatkan keuntungan pribadi. Inilah hikmah yang dapat
dijadikan barometer kemaslatan bagi makhluk-Nya.
Manusia selalu mengharapkan berbagai kebaikan untuk diri mereka,
sedangkan Tuhan menginginkan agar diri Anda menjadi milik Anda sendiri.
Ikhlas Dalam Beribadah
Siddiq Hasan Khan berkata: Tidak ada perbedaan pendapat dikalangan
para ulama, bahwa ikhlas ialah salah satu syarat sah diterimanya suatu amal,
diantara mereka yang mendukungnya ialah ‘Iz bin ‘Abdussalam, dia berkata:
“Ikhlas dalam beribadah ialah termasuk syarat.” Sementara Imam Qurthubi
mengatakan bahwa ikhlas termasuk hal yang wajib dalam beribadah. Ibnu
Taimiyyah mengatakan bahwa ikhlas dalam beribadah hukumnya ialah fardhu.
Oleh karena itu, sangat aneh bila sebagian pengikut madzhab Hanafi
mengatakan bahwa ibadah akan sah tanpa ikhlas. Al-Humawi berkata: “Bila
seseorang lakukan shalat karena riya’ sum’ah, maka shalatnya sah menurut
hukum fikih, karena dia sudah menyempurnakan syarat rukunnya. Namun
demikian, dia tidak berhak mendapatkan pahala, karena tidak adanya
keikhlasan.”
Pada kesempatan lain dia juga berkata: “Niat yang ikhlas, sangat
menentukan dalam hal mendapatkan pahala, bukan sah-nya suatu ibadah,
karena pahala didasarkan pada adanya keinginan yang kuat, yaitu ikhlas,
sedangkan sahnya ibadah, tidak tergantung pada ikhlas, tapi tergantung pada
asal niat. Jika ada orang yang shalat karena riya’, maka shalatnya tetap sah,
namun tidak mendapatkan pahala.”
Ibnu ‘Abidin berkata: “Ikhlas ialah salah satu syarat untuk mendapatkan
pahala, bukan syarat sah-nya ibadah. Jika ada yang berkata: Lakukanlah shalat
Zhuhur, aku akan memberimu uang sebanyak satu Dinar, lalu dia shalat untuk
mendapatkan uang satu Dinar, maka yang berjanji memberinya uang sebaiknya
tidak memberinya sebagaimana yang dijanjikan. Karena, dalam ibadah fardhu
tidak ada istilah riya’ untuk menggugurkan kewajiban.”
18. 100 AGAMA TAK BERARTI ADA 100 TUHAN, TUHAN TETAP 1 TURUNKAN AGAMA PUN CUMA 1 WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET
ISLAM TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT MASIH BANYAK RAGU TAK DAPAT BUKTIKAN ISLAM SEBAGAI SATU-SATUNYA AGAMA YANG TERBUKTI BENAR
ISLAM PUN TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT CINTA DUNIA SERTA TIDAK MENCINTAI ALLAH RASUL MELEBIHI SEGALANYA. QS.9:24, 33:6, 9:120, 9:15
Demikianlah pendapat mereka, jika mereka bermaksud untuk menjelaskan
bahwa keikhlasan tidak diperlukan dalam beribadah, tapi masalahnya ialah
antara seorang hamba dengan Allah SWT, sebagaimana yang dikemukakan dalam
kitab adz-Dzakhirah al-Murdhiyah. Maka apa yang mereka kemukakan itu ialah
benar. Tapi, jika mereka mensahkan ibadah menganggap niat sebagai syarat
untuk mendapatkan pahala, bukan untuk kesahan ibadah, maka apa yang
mereka katakana ini ialah keliru.
Pendapat dua orang hali Fikih ini dikemukakan karena pengaruh pembagian ilmu-
ilmu dalam Islam menjadi bagian-bagian tersendiri, bahkan sampai pada
masalah-masalah yang sebenarnya satu, akhirnya dipisah ikhlas ialah salah satu
pembahasan ilmu tauhid yang merupakan pondasi bagi setiap amal perbuatan
hati, perkataan atau perbuatan badan, masalah keikhlasan ini sepatutnya
mendapat perhatian serius. Adapun seperti yang dikatakan oleh orang-orang
akhir-akhir ini bahwa ikhlas merupakan “masalah tambahan pelengkap niat,
bisa jadi niat aka nada tanpa ikhlas. Sementara pembahasan para ahli Fikih,
hanya terbatas pada niat hukum-hukum yang mereka bahas berhubungan
dengan niat saja,” pendapat ini tidaklah sepenuhnya benar.
Imam Suyuthi mengatakan: Tidak sah-nya ibadah orang yang menyembelih
dengan niat berkurban karena Allah dank arena selain Allah pada waktu yang
sama, yang demikian itu ialah karena tidak adanya keikhlasan.
Kita telah mengemukakan pendapat sebagian ulama yang menganggap
ikhlas sebagai syarat, mereka yang mengatakan bahwa suatu ibadah yang
dilakukan karena tidak ikhlas ialah batal. Al-Haththab berkata: “Orang yang ikhlas
beribadah ialah orang yang amalnya bersih dari segala bentuk cacat kemusryikan
riya’, itu akan terjadi jika tujuannya beramal hanyalah untuk mendekatkan diri
pada Allah SWT mengharapkan pahala yang dijanjikan-Nya. Tapi, manakala dia
berbuat bertindak bukan karena Allah, tapi karena ada tujuan duniawi, maka
apa yang dia lakukan tidak akan bernilai ibadah, tapi akan berbalik menjadi
musibah yang akan menjerumuskan pelakunya.”
Ibnu Taimiyah menjelaskan, mereka yang membayarkan zakat pada
penguasa karena takut diancam, takut leher mereka akan dipancung atau harga
diri mereka akan dilecehkan, atau harta mereka akan disita, begitu juga mereka
yang menunaikan shalat karena takut, beliau mensifati mereka dengan sifat
munafik riya’, lalu beliau berkata: “Menurut pendapat kami mayoritas
ulama, bahwa ibadah yang mereka lakukan ialah ibadah yang rusak tak
bernilai, jika niat mereka seperti ini, maka ibadah itu tidak menggugurkan yang
fardhu.”
Rasulallah S.A.W bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak akan menerima
amal seseorang, kecuali yang dilakukan dengan ikhlas dank arena ingin mencari
ridha Allah semata.” (HR. Nisai, lihat Shahih al-Jami 2 hadits No. 1852)
IKHLASLAH, JANGAN TERTIPU
Diantara kendala yang senantiasa menghadang manusia dari dulu hingga
sekarang ialah karena mereka tidak mengikuti kebenaran sebagaimana mestinya,
bahkan mereka cenderung berlebih-lebihan atau malas. Oleh sebab itu, banyak
orang yang mempertuhankan Nabi Isa as. Kita juga menemukan seperti
Komunitas tidak memberikan kebebasan pribadi pada masyarakatnya berbagai
kelompok lain, sednagkan pada sisi lain, mereka memberikan kebebasan tanpa
batas seperti yang dilakukan oleh kelompok kepitalis. Lalu datanglah Islam
membawa manhaj atau aturan hidup yang sangat- toleran pertengahan,
ummat ini ialah ummat yang pertengahan. Allah SWT berfirman,
“Demikianlah, Kami jadikan kalian sebagai umat pertengahan.”
(QS. Al-Baqarah[2]: 143)
Pertengahan ialah yang terbaik, karena surga Firdaus ialah surga yang paling
tinggi terletak di jantung surga, disanalah hulu sungai-sungai yang mengalir di
surga sebagaimana yang disebutkan dalam beberapa hadits Rasulallah S.A.W.
Dalam membahas ikhlas, ada kelompok yang berlebih-lebihan
mendefinisikannya. Bahkan, untuk mendapatkannya, merupakan hal yang sangat
sulit hanya bisa dijangkau dengan khayalan. Jika kita renungkan apa yang
mereka kemukakan tentang sifat-sifat orang ikhlas, maka kita akan menemukan
banyak kesulitan untuk menemukan siapa sebenarnya yang ikhlas.
Dalam buku yang sederhana ini, kita hanya ingin mengembalikan
kebenaran ke tempatnya semula menyingkap kepalsuan yang menyelimuti
ikhlas yang dianggap sebagai pondasi yang paling dasar akhir dari segala
tujuan. Jika tidak demikian, maka keputusan akan selalu menimpa orang-orang
yang berjalan mencari ridha Allah. Jika putus asa sudah menguasai manusia,
maka mereka tidak akan beramal lagi, mereka akan bertindak menentang
manhaj atau aturan Allah SWT.
1. Ikhlas Tanpa Keinginan (Iradah)
Sebagian orang yang mencari ridha Allah berpendapat, bahwa ikhlas tidak
akan terwujud, kecuali bila mampu menghilangkan keinginan tidak melihat
pada amal-nya. Mereka berpendapat bahwa orang yang belum mampu
menghilangkan keinginan memandang amalnya, dianggap dapat mengurangi
merusak keikhlasan. As-Sahrurdi mensifati mereka sebagai orang yang belum
19. FREE DOWNLOAD: E-BOOK, SOFTWARE ISLAM KOMPUTER HANDPHONE, CERAMAH, VIDEO WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET
KEWAJIBANMU YANG DIBEBANKAN ATASMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.16:82 KEWAJIBANMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.3:20, QS.42:48
SEKALI-KALI KAU TAK KAN SAMPAI PADA KEBAJIKAN HINGGA KAU NAFKAHKAN HARTA DI JALAN ALLAH. QS.3 ALI IMRAN:19, 61 SHAFF:10-12, 47 HUJURAAT:15
ikhlas. Sebagian mereka mengingatkan, “Bila mereka sudah melihat keikhlasan
dalam keikhlasan, maka keikhlasan mereka masih membutuhkan keikhlasan yang
lebih mendalam.” Al-Jurjani mendefinisikan bahwa orang yang ikhlas tidak lagi
mempunyai kehendak, ia menukil dari Muhyiddin bin ‘Arabi yang berkata dalam
al-Fathu al-Makki: “Orang yang ikhlas ialah orang yang hanya focus pada Allah
semata, tidak memperhatikan yang lain-lain tidak pula minta diperhatikan
serta tidak mempunyai keinginan selain mencari ridha Allah.” Dia menjelaskan,
orang yang ikhlas ialah: “Yang menyadari bahwa tidak ada sesuatupun yang
terjadi, kecuali sesuai dengan kehendak Allah, bukan atas kehendak yang lain-lain
(selain Allah). Saat itu, seorang hamba hendaklah mampu menghilangkan
keinginan kehendaknya dalam menunaikan kehendak Allah. Oleh sebab itu, dia
tidak pantas berkehendak jika tidak akan sejalan dengan kehendak Allah.”
Pada kesempatan lain dia mendefinisikan orang yang ikhlas ialah: “Yang tidak
mempunyai keinginan.” Ada pula yang menukil dari Abu Hamid (Imam Ghazali)
yaitu: “Orang yang dibukakan baginya pintu nama-nama Allah masuk bersama
orang-orang yang sampai pada Allah melalui nama-nama-Nya.”
Jurjani menyebutkan tingkatan yang lebih tinggi dari itu dengan
mendefinisikan orang yang ikhlas: “Seperti besi yang ditarik oleh magnet,
dijauhkan dari keinginannya diikuti oleh persiapan yang sempurna. Dengan
demikian, dia akan melintasi berbagai penghalang tingkatan tanpa harus
menghadapi perjuangan yang berarti.”
Ini dijelaskan oleh Imam Ghazali dalam Ihya-nya: “Niat ialah permulaan
iman. Oleh sebab itu, ketaatan orang yang beriman bermula dari ikhlas, lalu hati
menjadi bangkit dari tidurnya bersama jiwa menuju Allah, karena hati selalu
bersama jiwa, yang membangkitkan itu disebut niat.” Lalu dia menjelaskan
bahwa ada beberapa kaum yang tidak lagi membutuhkan niat, karena kedudukan
mereka sudah lebih tinggi dari niat itu sendiri, dia berkata: “Dan orang-orang
yang ‘yakni’, telah melintasi kedudukan derajat ini, sehingga hati mereka selalu
bersama Allah tidak lagi bersama jiwa. Mereka sudah kosong dari niat, karena
niat ialah bangkit, maka bangkitnya hati dari pengaruh bujukan syahwat serta
kebiasaan pada Allah ialah dengan lakukan ketaatan, yaitu dengan niat.
Sedangkan orang yang hatinya terpaut pada keesaan dzat Allah, saat itu tidak lagi
dikatakan bangkit pada Allah, karena dia sudah diliputi oleh berbagai keagungan
Allah, menolak tempat yang ia tempati berangkat menuju Allah SWT.
Apa yang kami nukil ini perlu dijelaskan diteliti dengan baik.
Mungkinkah Beramal Tanpa Keinginan (Iradah)?
Masalah penting yang perlu dijelaskan diteliti ialah, pendapat yang
mengatakan adanya kemungkinan beramal tanpa keinginan. Mungkinkah?
Sebagian orang mencoba membayangkan, bahwa yang demikian itu bisa terjadi.
Mereka mengira bahwa kesempurnaan pengabdian, ialah tidak adanya keinginan
sama sekali. Sebabnya, ialah karena mereka tidak merasakan iradah atau
keinginan tersebut disebabkan karena ibadah mereka yang berlebihan. Karena,
iradah ialah sesuatu, sedangkan merasakannya ialah sesuatu yang lain tidak
ada hubungannya. Saat mereka tidak merasakannya, mereka mengira bahwa
keinginan itu tidak ada. Ini sangat keliru, karena seorang hamba tidak mungkin
bergerak, jika tidak ada keinginan.
Sebagian ahli ibadah para pencari ridha Allah ingin membuang
keinginan, karena hanya bertujuan mencari ridha Allah fana dalam menuju
Allah, bukan untuk menyenangkan selain Allah. Saat itu, dia hanya akan
menyaksikan tanda-tanda kebesaran Allah, inilah yang mereka sebut dengan
“Fana dari semua makhluk.”
Tapi, sebenarnya hati yang lebih tertarik untuk berdzikir, beribadah mencintai
Allah menyebabkan mereka lemah terhadap selain Allah, sehingga hanya Allah
yang ada dalam hati mereka, sebagaimana dikemukakan dalam firman Allah,
“Dan menjadi kosonglah hati ibu Musa[1114]
. Sesungguhnya hampir saja ia
menyatakan rahasia tentang Musa, seandainya tidak Kami teguhkan hati-
nya….” (QS. Al-Qashash[28]: 10)
Maksudnya ialah kosong dari segala sesuatu, kecuali dari mengingat Musa. Ini
biasa dialami oleh orang yang tiba-tiba dikejutkan oleh sesuatu, seperti cinta,
takut atau harap. Saat itu, hati hanya akan memperhatikan apa yang ia cintai, ia
takuti atau ia cari, saat ingatan perasaannya hanya tertuju pada satu saja.
Saat keadaan itu semakin kuat di hati para pencari ridha Allah, maka Allah akan
fana bersama makhluk, akan hilang dengan sebutan-Nya dari berdzikir pada-Nya,
kebaikan-Nya akan hilang dengan mengenal-Nya. Bahkan, orang yang tidak tahu
pun akan fana, yaitu makhluk yang menyembah selain Allah, yang akan tinggal
hanya satu yaitu Allah SWT. Yang dimaksud dengan kefanaan hamba ialah dalam
kesaksian dzikir, fana untuk mengetahui menyaksikan dzat-Nya.
Berhubungan masalah ini, banyak orang-orang mencintai yang lemah tidak
mampu membedakannya. Sebagian mengira bahwa itulah Sang Kekasihnya.
Banyak orang yang tergelincir. Padahal, para sahabat para wali Allah
terdahulu, seperti Abu Bakar Umar serta orang-orang yang lebih dulu memeluk
Islam dari kalangan Muhajirin Anshar tidak pernah lakukan hal-hal seperti ini,
apalagi orang yang lebih baik dari mereka, seperti para Nabi. Ini baru terjadi
sepeninggal para sahabat.
Para sahabat ialah orang-orang yang paling sempurna, paling teguh
20. 100 AGAMA TAK BERARTI ADA 100 TUHAN, TUHAN TETAP 1 TURUNKAN AGAMA PUN CUMA 1 WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET
ISLAM TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT MASIH BANYAK RAGU TAK DAPAT BUKTIKAN ISLAM SEBAGAI SATU-SATUNYA AGAMA YANG TERBUKTI BENAR
ISLAM PUN TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT CINTA DUNIA SERTA TIDAK MENCINTAI ALLAH RASUL MELEBIHI SEGALANYA. QS.9:24, 33:6, 9:120, 9:15
konsisten dalam keimanan, akal mereka tidak pernah mengalami seperti itu,
belum pernah kita baca dalam sejarah bahwa diantara mereka yang sampai
pingsan fana atau mabuk dalam berdzikir. Pada awalnya cara-cara seperti itu
ialah buatan para ahli ibadah dari kalangan Tabi’in di Bashrah, bahkan ada yang
sampai tidak sadar pingsan saat mendengarkan bacaan ayat-ayat al-Qur’an,
bahkan ada yang langsung meninggal.
Akhirnya apa yang mereka lakukan itu ditiru oleh sebagian ahli ibadah
sepeninggal mereka. Saat itu, mereka mengucapkan kalimat-kalimat yang walau
benar, namun keliru dalam mengucapkannya.
Ini bukan berarti kesempurnaan, karena kesempurnaan itu ada pada
keinginan mencari ridha Allah Yang Maha Esa saja dalam keadaan sadar
mampu membedakan antara yang benar dengan yang salah. Karena,
kesempurnaan bukan berarti hamba tidak peduli dengan makhluk. Tapi,
kesempurnaan seorang hamba ialah memperhatikan peduli terhadap orang
lain dalam hal menunaikan perintah Allah, menyadari bahwa dirinya berjalan
sesuai dengan kehendak Allah beribadah pada-Nya, dapat dijadikan contoh
peringatan. Sehingga apa yang mereka lihat, akan menjadi pendorong
keikhlasan mengharapkan ridha Allah semata.
Alah SWT berfirman, “Sesungguhnya dalam penciptaan langit bumi,
silih bergantinya malam siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk
atau dalam keadan berbaring mereka memikirkan tentang penciptaan langit
bumi (seraya berkata): Ya Tuhan kami, tiialah Engkau menciptakan ini dengan
sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Ali-
Imran[3]: 190-191)
Kita sudah sama-sama tahu bahwa Rasulallah S.A.W dimi’rajkan ke langit
diperlihatkan padanya banyak peristiwa tanda-tanda kekuasaan Allah, lalu
Allah memberinya wahyu tentang munajat atau shalat. Keesokan harinya, dia
sudah sampai di Makkah dengan keadaan yang tidak berubah sama sekali.
Rasulallah S.A.W tidak pernah mengalami apa yang dialami oleh para ahli ibadah
dalam berdzikir bermunajat (berdoa) tidak pula lupa dengan makhluk saat
dinaikkan ke langit.
Banyak orang beribadah yang keliru, mereka mengira bahwa cara yang
paling sempurna ialah dengan menghilangkan semua keinginan. Tujuan mereka
sesuai dengan yang ditakdirkan Tuhan, mereka mengira bahwa cara yan
seperti ini merupakan hakekat yang sangat agung.
Mereka berkata: sesungguhnya metode seperti ini akan mengkonsentrasikan
hati, sehingga jalan yang ditempuh tidak akan bercabang. Saat itu, dia tidak
melihat perbuatan tindakan makhluk, tapi hanya akan melihat pada kehendak
Allah saja. Sebenarnya, mereka selalu bertolak belakang dengan naluri hati
mereka sendiri. Boleh jadi seorang hamba ditakdirkan menjadi fasik, berbuat
kejahatan membunuh serta tindakan negative lainnya, tapi ini tidak diinginkan
Allah, bahkan dimurkai-Nya. Oleh sebab itu, seorang hamba hendaklah melihat
berbagai hal, bukan hanya menyerah pada takdir belaka, tapi juga harus
berusaha menjalankan kewajiban meninggalkan larangan Allah SWT. Sehingga
keinginan hamba akan sesuai dengan kehendak Allah menahan diri dari apa
saja yang Allah larang. Karena orang yang menginginkan apa yang lakukan hal-hal
yang haram meningalkan yang wajib, lalu mengatakan bahwa dirinya sudah
menunaikan kewajiban sebagai seorang hamba, karena apa yang diperbuatnya
merupakan perbuatan Allah pada dirinya, bukan perbuatan pribadinya.
Jika demikian, maka dia akan berdosa (meninggalkan perintah lakukan
tindakan yang haram). Ini ialah kesesatan yang nyata jauh dari kebenaran.
Seorang hamba yang tidak menginginkan sesuatu, tidak dapat dikategorikan
sebagai kebenaran tidak pula termasuk kebenaran, bila seseorang
menginginkan apa yang sudah terjadi. Tapi yang benar ialah hamba yang
berkeinginan sesuai dengan kehendak Allah mencintai apa yang dicintai Allah.
Fana Yang Sebenarnya
Fana ialah kalimat yang tidak pernah disebutkan dalam AL-Qur’an tidak
pula dalam Sunnah Rasulallah S.A.W. Ia mengandung makna hak makna batil.
Pada lembaran terdahulu sudah kita kemukakan tentang kekacauan yang dijalani
oleh sebagian manusia. Ada yang berlebih-lebihan, mereka mengatakan bahwa
Allah menggantikan kedudukannya, sehingga yang tinggal hanya Allah semata.
Keberadaan Allah merupakan bagian dari keberadaan makhluk, sehingga tidak
lagi dapat dibedakan antara makhluk dengan Khaliq (Allah). Ini merupakan
kesesatan yang paling besar fatal!!
Mereka mengira bahwa para sahabat yang saleh juga menempuh jalan
seperti yang mereka lalui, padahal bukanlah demikian. Bila sebagian mereka
mengatakan: Aku tidak melihat selain Allah, atau aku tidak akan memandang
pada selain Allah, atau aku tidak akan memandang pada selain Allah. Maka yang
mereka maksud ialah: Hanya Allah saja yang aku akui sebagai Tuhan
sesembahan, tidak ada yang menciptakan tidak ada yang mengatur selain Dia,
tujuanku hanyalah mencari keridhaan-Nya.