Bab 4 membahas sikap terpuji atau husnuzan yang merupakan perilaku baik dalam hubungan dengan Allah, sesama manusia, dan makhluk lain. Husnuzan kepada Allah berarti berprasangka baik kepada Allah dan mengakui bahwa segala nikmat berasal dari-Nya, sedangkan musibah berasal dari kesalahan diri sendiri. Husnuzan kepada Allah dapat tumbuh melalui iman yang kuat, bertakwa, beribadah, dan mener
1. Bab 4
Sikap Terpuji-Husnuzan
Manusia adalah makhluk Allah yang paling mulia dibandingkan dengan makhluk
lain, bahkan dengan malaikat sekalipun. Kemuliaan manusia nampak ketika Allah SWT
berkehendak menciptakan Adam sebagai Khalifah-Nya di muka bumi dengan misi
beribadah kepada-Nya. Kehendak Allah tersebut berdasarkan perencanaan yang
sangat matang, sehingga ketika para malaikat mempertanyakan rencana Allah
tersebut, Allah menjawabnya:
“Sungguh Aku mengetahui apa yang kalian tidak ketahui.” (Q.S. Al-Baqarah (2) : 30)
Namun kemuliaan itu sangat erat kaitannya dengan komitmen manusia itu
sendiri dengan menjaga perilakunya dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam
hubungannya dengan Allah, dengan sesama manusia, maupun dengan makhluk Allah
yang lain. Karena itu agar kemuliaan tetap terjaga, manusia harus tetap berperilaku
yang baik (terpuji) atau ber akhlaqul karimah. Sebagaimana Nabi bersabda
اكمل المؤمنين احسنهم خلقا ﴿رواه الترمذى﴾
Artinya: “Orang-orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik
akhlaknya.” (HR Tirmidzi)
Akhlakul karimah atau akhlaq terpuji adalah perilaku atau perbuatan baik
yang tampak dalam kehidupan sehari-hari baik dalam hubungannya dengan sang
khaliq (Allah SWT), dengan sesama manusia dan dengan makhluk Allah yang lainnya.
Dan diantara akhlak yang terpuji adalah :
1. Husnuzzan kepada Allah SWT
2. Husnuzzan terhadap diri sendiri
3. Husnuzzan kepada sesama manusia
1. HUSNUZZAN KEPADA ALLAH
a. Pengertian Husnuzzan kepada Allah
Husnuzzan artinya berprasangka baik atau biasa disebut positive thingking
Husnuzzan kepada Allah artinya berprasangka baik kepada Allah SWT. yaitu selalu
meyakini bahwa apa saja yang Allah berikan kepada manusia baik yang menyenangkan
2. maupun yang menyedihkan, pasti bermanfaat bagi menusia itu sendiri, Sebagaimana
Firman-Nya
ه براخَ ذَََهذَخ اَقَبَر كَنَرحَبَخ نَراَب اَذَه تَََقَلَخ اَر اَن بَر
Artinya : “ .... Ya Tuhan Kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia,
Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.” (QS. Ali Imran ; 191)
Dan mengakui bahwa apa saja yang baik itu datangnya dari Allah, sedangkan
yang buruk adalah dari diri manusia itu sendiri.
Sebagaimana Firman-Nya :
Artinya : “Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang
menimpamu, Maka dari (kesalahan) dirimu sendiri ... “ (QS.An-Nisa ; 79)
Lawan dari husnuzzan adalah su’uzzan biasa disebut dengan negative
thingking artinya berprasangka buruk. Su’uzzan kepada Allah berarti berprasangka
buruk kepada Allah SWT, yaitu menganggap bahwa sumber segala bencana atau
melapataka adalah Allah, dan manusia yang bersifat seperti ini tidak akan pernak
mensyukuri nikmat Allah apapun bentuknya, sehingga tidak akan bisa hidup qana’ah.
Husnuzzan kepada Allah SWT merupakan salah satu dari beberap macam
keyakinan. Hal tersebut menurut keadaan manusia yang mengamalkan terbagi
menjadi dua golongan, yaitu yang bersifat khusus dan yang bersifat umum. Yang
termasuk khusus adalah golongan para ulama, orang-orang yang taat dan dekat
kepada Allah SWT. Bagi orang yang khusus mengetahui betapa Allah SWT telah
melimpahkan kasih sayang-Nya kepada manusia dan dan makhluk lain dimuka bumi
ini. Mreka telah merasakan kenikmatan dari sifat rahman ddan rahimnya Allah
SWT, ia mlihat semuanya adalah anugerah dari Allah SWT juga., berprasangka baik
(berhusnuzhan) ekpada Allah. Ia tidak berkeluh kesah terhadap apa saja yang
menimpanya, seumpama musibah merenggut harta benda dan nyawa diri dan
keluarganya. Ia menerima dengan syukur dan penuh harapan kepada Allah, bahkan
mengharap ridha Allah atas kejadian dan peristiwa tersebut.
Husnuzhan orang wam kepada Allah SWT, karena mereka telah erasakan dan
menikmati pemberian Allah bagi dirinya dan alam semesta. Maka timbullah ras
syukur dan terima kasih yang tak terhingga kapada Allah dengan diikuti kedekatan
dan ketakwaan dalam ibadah dan amal.
3. Berprasangka baik kepada Allah merupakan salah satu dasar utama manusia
membangun hubungan dengan Allah SWT. Karena Allah SWT terhadap hambanya
seperti yang hambanya sangkakan kepada-Nya, kalau seorang hamba berprasangka
buruk kepada Allah SWT maka buruklah prasangka Allah kepada orang tersebut,
jika baik prasangka hamba kepada-Nya maka baik pulalah prasangka Allah kepada
orang tersebut. Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh bukhari mempertegas hal
ini,
Artinya : Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Nabi saw. bersabda : “Allah Ta’ala berfirman :
“Aku menurut sangkaan hambaKu kepadaKu, dan Aku bersamanya apabila ia ingat
kepadaKu. Jika ia ingat kepadaKu dalam dirinya maka Aku mengingatnya dalam
diriKu. Jika ia ingat kepadaKu dalam kelompok orang-orang yang lebih baik dari
kelompok mereka. Jika ia mendekat kepadaKu sejengkal maka Aku mendekat
kepadanya sehasta. jika ia mendekat kepadaKu sehasta maka Aku mendekat
kepadanya sedepa. Jika ia datang kepadaKu dengan berjalan maka Aku datang
kepadanya dengan berlari-lari kecil“. (Hadits ditakhrij oleh Bukhari).
Orang yang berbaik sangka kepada Allah tentu meiliki akhlak yang baik (sifat
terpuji) karena selalu merasa dimana saja berada diawasi oleh Allah SWT.. Akhlak
yang baik merupakan modal yang lebih berharga dibanding dengan modal harta
kekayaan. Selain itu akhlak yang baik dapat meninggikan derajat dan martabat di
hadapan manusia, sekaligus menyempurnakan iman kepada Allah SWT dan
mendekatkan hubungan kita kepada-Nya.
Rasulullah SAW dalam sebuah haditsnya mengingatkan kepada kita:
اكمل المؤمنين احسنهم خلقا ﴿رواه الترمذى﴾
Artinya: “Orang-orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik
akhlaknya.” (HR Tirmidzi)
Dengan demikian husnuzzan kepada Allah SWT dapat tumbuh dan
berkembang pada diri seseorang apabila dilandasi oleh aqidah atau keyakinan yang
kuiat. Diantara sikap yang harus diwujudkan sebagai dasar dalam berhusnuzzhan
kepada Allah adalah seperti berikut :
1). Meyakini bahwa allah itu Maha Esa ( Tauhid )
2). Bertakwa kepada Allah
SWT
3).Beribadah dan berdoa kepada Allah
4. 4). Berserah diri kepada Allah
(tawakal)
5). Menerima dengan ihlas semua keputusan Allah
b. Contoh-contoh perilaku husnuzzan kepada Allah SWT.
Diantara sikap perilaku terpuji yang dilaksanakan oleh orang yang berbaik
sangka kepada Allah ialah syukur dan
sabar.
1). Syukur
Kata syukur berasal dari bahasa Arab, yang artinya terima kasih. Menurut
istilah, syukur ialah berterima kasih kepada Allah SWT dan pengakuan yang tulus
atas nikmat dan karunia-Nya, melalui ucapan, sikap, dan perbuatan.
Dengan kata lain syukur berarti mempergunakan nikmat Allah menurut yang
dikehendaki oleh Allah, dan dalam istilah populernya dinamakan syukur nikmat.
Sedangkan mempergunakan nikmat Allah tidak pada tempatnya ; unpama mata untuk
melihat hal-hal yang dilarang oleh Allah atau yang haram, mulut untuk berbicara
yang kotor, memperoleh rizki untuk berbuat kemaksiatan, bukan dinamakan syukur,
tetapi kufur nukmat.
Syukur seorang hamba kepada Allah adalah dengan memuji dan menyebut
serta mempergunakan nikmat itu. Kebaikan sesuai dengan maksud Allah memberikan
nikmat itu. Kebaikan seorang hamba kepada Tuhannya ialah ketundukan dan
kepatuhan terhadap perintah Tuhannya. Sedangkan kebaikan Tuhan terhadap
hamba-Nya ialah memberi nikmat itu dan memberikan taufik-Nya. Karena itu dapat
dikatakan bahwa syukur hamba yang sebenarnya ialah menuturkan dengan lidahnya,
mengakui dengn hatinya akan nikmat Tuhannya, dan mempergunakan nikmat itu
sesuai yang dikehendaki Tuhannya.