Dokumen tersebut membahas tentang tujuan berpuasa di bulan Ramadhan yaitu membentuk pribadi yang bertaqwa melalui berbagai amalan ibadah. Amalan-amalan tersebut dapat membentuk prilaku ihsan yang mencakup sikap baik kepada Allah, manusia, dan alam semesta. Prilaku ihsan dapat terbentuk jika amalan seseorang sesuai dengan hukum Allah, hati nurani, dan nafsu yang terarah dengan baik.
1. AMALAN ROMADHAN SALAH SATU CARA
MEMBENTUK PRILAKU IHSAN SESUDAHNYA
Tujuan berpuasa di bulan Romadhan adalah membentuk
pribadi yang bertaqwa, yaitu pribadi yang berusaha meningkatkan
ketaatan kepada Allah dengan meningkatkan amalan perintah dan
anjuran sesuai tuntunan Nabi dan berusaha dengan sekuat tenaga
menghidari larangan-larangan-Nya. (QS. Al-Baqarah (2): 183).
Dan amalah bulan Ramadhan salah satu cara membentuk prilaku
ihsan, dan amalan apa saja yang mampu membentuk prilaku ihsan?
Masih banyak amalan-amalan lain baik yang bersifat fardhu atau
sunnah yang perlu kita perhatikan setelah bulan Ramadhan, seperti
shalat lima waktu dan berbagai rangkaian shalat-shalat sunnahnya,
zakat, infaq dan shadaqah, puasa-puasa sunnah, haji dan umrah
jika mampu, serta amalan-amalan sunnah lainnya. Semuanya akan
membentuk prilaku ihsan pada diri kita masing-masing.
Dalam penciptaanya, Allah telah mengilhamkan (melekatkan
jalan) kejahatan dan ketaqwaan, sungguh beruntung orang
menyucikannya (mengembangkan jiwanya secara suci), dan
sungguh rugi orang yang mengotorinya. (QS. Asy-Syams (91) 8-
10).
Manusia sebagai subyek telah diberi bahan dasar yang ada
didalamnya sifat baik dab buruk. Untuk mengolah bahan itu Allah
mengkarunai alat kelengkapan yang sempurna dibanding dengan
makhluk lain yaitu pikiran, hati dan nafsu yang tidak steril dari
sifat baik dan buruk.Sedangkan untuk menggerakkan alat
kelengkapan itu, maka Allah mengkaruniai pancaindera, dan
dengan pancainderanya itu manusia akan mampu menyerap dan
menampung masuk ke dalam dirinya berbagai fenomena/gejala
yang baik dan yang buruk disekitarnya.
2. Melalui potensi pikiran, hati, dan nafsunya manusia bekerja
menyeleksi berbagai fenomena/gejala tersebut, namun manusia
tidak akan mampu menyelamatkan dirinya dari pengaruh buruk
ketiganya. Dari sinilah baik dan buruk itu dipandu dengan hidayah
Allah (petunjuk) yaitu Al-Qur’an, Allah berfirman:
َل ِزْنُأ ِيذَّلا َناَضَمَر ُرْهَشانَق ْرُفْلاَو ىَدُهْلا َنِم ٍتَانِيَبَو ِاسَّنلِل ًىدُه ُنَآ ْرُقْلا ِهيِف...
“Bulan romadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-
Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan
mengenaipetunjukitu dan pembeda (antara yang benar yang batil)... (QS.
Al-Baqarah (2): 185)
Karena itu, dalam menyelamatkan manusia Allah mengutus seorang
rasul (Muhammad saw), Allah swt berfirmar:
ا َوَباَتِكْالُمُكُمِلَعُي َوْمُكيِكَزُي ََاونِتاَيَآْمُكْيَلَعوُلْتَيْمُكْنِم ًوًلُس َرْمُكيِفَانْلَس ْرَاأَمَكُمَلْعَتواُنوُكَتْمَلاَمْمُكُمِلَعُي َوَةَمْك ِحْل
َون
“Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu seorang Rasul
(Muhammad) dari (kalangan) kamu yang membacakan ayat-ayat Kami,
menyucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Kitab (Al-Qur’an) dan
Hikmah (Sunnah), serta mengajarkan apa yang belum kamu ketahui. (QS.
Al-Baqarah (2): 151).
Dalam hal ini cukup jelas bahwa ketiga potensi di atas (pikiran, hati
dan nafsu) yang menyerap berbagai fenomena tersebut sangat rentan dengan
pengaruh-pengaruh buruknya, karena itu petunjuk berfungsi sebagai
penyelamat jalan kehidupan dunia dan akherat, karena petunjuk itu berfungsi
mengembangkan jiwa secara suci (fitrah) dan menumbuhkan ketaatan
ketaatan kepada-Nya. Jiwa yang suci (fitrah) akan membentuk prilaku ihsan
baik prilaku yang berhubungan kepada Allah, prilaku yang berhubungan
dengan sesama manusia, dan prilaku yang berhubungan dengan selain
manusia (sunnatullah), seperti lahirnya kesadaran dan perasaan bahwa
semua perbuatan yang kita lakukan seperti ada yang mengawasinya
3. INTERNAL EKSTERNAL
BAIK TAQWA HIDAYAH ALLAH
BURUK FUJUR THAGHUT
Baik buruk itu ukurannya apa? Baik itu kita disuruh mengerjakannya
sedangkan buruk itu kita diminta menghindarinya. Bagaimana cara berbuat
yang baik itu? Yaitu mentaati Allah, mentaati Rasul, dan pemimpin di antara
kamu, Allah berfirman:
ُُّّدُرَف ٍءأَيشيِفأمُتأعَازَنَتأنِإَفأمُكأنِم ِرأمَ أياْلِلوُأ َوَلُوس َُّواالرعيِطَأ َوَهَُّوااللعيِطَواأُنَمَآَنيِذَّاالَهُّيَاأَيىاَلِإُهوَُّّالر َوِهَّلل
ُِّر ِخَ أاْلِم أوَيأال َوِهَّاللِبَنوُنِمأؤُتأمُتأنُكأنِ ُِوِلس
ًُّيلِوأأَتُنَسحأَأ َوٌأريََخكِلَذُّ(59)
Wahai orang-orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Muhammad) dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan)1 di antara kamu.
Kemudian jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul(Sunnahnya), jika kamu
beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama
(bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS. An-Nisa’ (4): 59)
Dalam istilah ajaran Islam, berbuat baik itu disebut AMAL SHALIH,
namun disebut amal shaleh jika landasannya adalah Aqidah sahihah (IMAN).
Maka perbuatan kita akan terhitung amal shaleh apabila sesuai dengan
hukum Allah, sesuai hati nurani, dan sesuai dengan dorongan nafsu
mutmainah.
1Selama pemegang kekuasaan itu berpegang pada kitab Allah dan Sunnah Rasul
AMAL SHALEH
ASH-SHIDQU/BENAR
Sesuai dengan hukum
Allah
FUADUN/HATI NURANI
Sesuai dengan hari
nurani
FADHAIL/KEUTAMAAN
Sesuai dengan jiwa
(nafsu) mutmainah
4. Ketiga indikator di atas merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan
untuk disebut amal shaleh, seperti dalam istilah para winasis Jawa “bener
nanging ora pener”. Rasulullah saw bersabda:
ليتحذاحدكمقلباشاكراولساناذاكراوزوجةمؤمنةتعينهعلىامراًلخرة
“Hendaklahkamu (berbahagia) bila mempunyaihatiyang bersyukur,
lidah yang berdzikir dan isteri (suami) mukmin yang membantunya dalam
urusan akherat” (HR. Ahmad, Tirmidzi, dan Ibnu Majah)
Inilah amal shaleh yang membentuk prilaku ihsan
Lalu apa ihsan itu? Ihsan itu mempunyai banyak arti, namun
hakekatnya mencakup segala sikap pribadi yang melahirkan perbuatan dan
yang dapat dirasakan menyenangkan dan mengikat hati baik dalam
lingkungan rumah tangga, maupun dalam masyarakat dan negara. Karena itu
ihsan merupakan suatu sikap yang baik dan perbuatan baik dalam segala
sesuatu pada saat apa pun.
ُُّّعليهُّالسلمُّ(مالُّجبريثُّحديىوفاالحسانُُُّّّفإنهُّيراكهُّتكنُّترامُّكأنكُّتراهُّفإنُّلهللاُّدُّأنُّتعبلقا
ُّ)ُّصدقتلقا.مسلم احلديث.خرجه وذكر
Artinya: … engkau sembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, namun
jika engkau tidak bisa melihat-Nya, maka Dia (Allah) melihat kamu …
Pelajaran yang dapat diambil dari hadis di atas adalah jika sikap itu
dapat dimiliki seseorang maka sikap itu merupakan dasar dan pupuk untuk
lahirnya sikap dan perbuatan baik dalam kehidupan sehari-hari baik dalam
pergaulan masyarakat, bangsa dan negara.
Sebagai contoh Al-Qur’an surat at-Taubah (9): 100 menyatakan yang
berbunyi:
ُّ ِارَصأنَ أاْل َُّوَين ِر ِاجَهُمأُّالَنُِّمَونُلَّوَ أُّاْلَونُقِبَّاسال َوُُّهأنَعُّواُض َرَُّوأمُهأنَعُُّ َُّّاَّللَي ِض َُّرٍانَسحأِإِبُّأمُهُوعَبَّتُّاَينِذَّال َو
(ُُّميِظَعأُّالُزأوَفأُّال َكِلَاُّذًدَبَاُّأَهيِفَُّينِدِلاَُّخُارَهأنَ أاُّاْلَهَتحأَتُّي ِجأرَتٍُّاتَّنَُّجأمُهَلَُّّدَعَأ َو100at-Taubah:ُّ)
Artinya: Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama
(masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-
orang yang mengikuti mereka dengan baik (ihsan), Allah ridla kepada
5. mereka dan mereka pun ridla kepada Allah. Allah menyediakan bagimereka
surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di
dalamnya selama-lamanya. Itulah keberuntungan yang agung (QS. at-
Taubah (9): 100).
As-Sabiqun al-Awwalun yang maksud adalah:
1. Muhajirin: Kalangan keluarga Rasulullah saw adalah Siti Khadijah, Ali
bin Abi Thalib, Zaid bin Haritsah. Luar keluarga adalah Abu Bakar ash-
shiddiq, di samping itu para sahabat yang dijamin masuk surga.
2. Kalangan Anshar adalah penduduk Madinah yang telah berikrar setia
kepada Nabi di Aqabah (Mina), yaitu pertama, pada tahun ke-11 kenabian
berjumlah 7 orang, kedua, pada ke-12 kenabian di tempat yang sama
berjumlah 72 orang (70 laki-laki dan 2 perempuan), baru yang lainnya
setelah mendengar bacaan Al-Qur’an yang dibaca Abu Zarrah Mus’ab bin
Umar bin Hasyim.
3. Orang-orang yang telah mengikuti kaum as-Sabiqun al-Awwalun itu
dengan baik ialah mereka yang ikut berhijrah ke Madinah dan berjuang
menegakkan agama Islam; atau
4. Mereka yang membuktikan kebaikan mereka dalam perbuatan dan
perkataan setelah mendapat bimbingan dan pelajaran dari para sahabat
(as-Sabiqun al-Awwalun), yang merupakan pemimpin yang diikuti dan
dijadikan suri tauladan dalam tingkah laku, perbuatan, ucapan dan
perjuangan menegakkan agama Allah (setelah Rasulullah saw wafat); atau
orang-orang yang mengikuti mereka dalam ketaatan dan ketaqwaan
sampai hari kiamat.
Berkaitan dengan perbuatan manusia. Orang yang berbuat salah
dan keliru pada hakekatnya masih dalam batas-batas kewajaran sebagai
manusia. Namun di antara ukuran ihsan adalah bila orang itu kemudian
merasa sedih atau menyesal atas kesalahan atau kekeliruannya itu, lalu
bertaubat dan memperbaiki diri (berbuat baik). Dan dia pun akan merasa
senang apabila telah dapat berbuat baik. Dalam hal ini Rasulullah saw
bersabda:
ُّنُّفذلكُّهوالمؤمهُّسيئاتهُّسائتوُُّّحسناتههمنُّسرت---روامهسلم
Artinya: “Barangsiapa merasa gembira berkatkebaikan-kebaikannya, serta
merasa sedih akibatkejahatan-kejahatannya (keburukan-keburukannya).Itu
pertanda bahwa dia adalah orang beriman (HR. Muslim).