SlideShare a Scribd company logo
Menumbuhkembangkan Sikap ‘Hilm’
                             Oleh: Muhsin Hariyanto
          Sang Penyabar, itulah predikat yang pantas diberikan kepada Rasulullah
s.a.w. . Betapa tidak? Ketika usai perang Uhud, beliau – dengan sangat lembut –
menyapa umatnya dengan sapaan yang amat santun, dan seraya berdoa kepada
Allah untuk memberi maaf dan ampunan kepada siapa pun yang dianggap oleh
pasukan Perang Uhud sebagai biang kekalahan telak melawan musuhnya. Padahal,
andaikata – pada saat itu – Rasulullah s.a.w. meluapkan kemarahannya pun semua
orang memaklumi. Rasulullah s.a.w. paham bahwa Allah tak pernah melarang siapa
pun yang dizalimi untuk membalas kezaliman itu dengan balasan yang sepadan,
tetapi memaafkan kepada semua orang yang pernah berbuat zalim kepada dirinya
jauh lebih baik nilainya.
         Simaklah kembali dengan cermat esensi firman Allah dalam QS Âli ‘Imran
[3]: 159: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam
urusan itu [maksudnya: urusan peperangan dan hal-hal duniawiyah lainnya, seperti
urusan politik, ekonomi, kemasyarakatan dan lain-lainnya]. Kemudian apabila
kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” Ayat itu
mengingatkan kepada kita bahwa Rasulullah s.a.w. benar-benar pemimpin yang
mampu bersikap ‘hilm’ pada saat yang tepat.
          Sikap Rasulullah s.a.w. yang semakna dengan hal itu, berkali-kali
dibuktikan dalam wilayah praksis oleh beliau. Sebagai sebuah contoh, pada suatu
hari ‘Aisyah r.a. (isterinya) yang tengah duduk santai bersama suaminya --
Rasulullah s.a.w. -- dikagetkan oleh kedatangan seorang Yahudi yang meminta izin
untuk masuk ke rumahnya dengan ucapan kasar “assâmu ’alaikum (yang bermakna
umpatan kasar: “semoga anda celaka”)” sebagai ganti dari ucapan lembut as-
salâmu ’alaikum yang seharusnya diucapkan olehnya kepada Rasulullah s.a.w..
Setelah itu, tak lama kemudian datang lagi seseorang (Yahudi) yang lain yang
melakukan perbuatan yang sama dengan pendahulunya, dia pun masuk dan
mengucapkan ungkapan kata yang sama: “assâmu ’alaikum”. Bisa dipahami, bahwa
mereka datang dengan sengaja untuk mengganggu ketenangan Rasulullah s.a.w.
beserta isterinya. Dan, ketika menyaksikan perilaku mereka, Aisyah pun gemas, lalu
dengan spontan berteriak: “Kalianlah yang semestinya celaka!”
        Melihat sikap isterinya (‘Aisyah r.a), ternyata Rasulullah s.a.w. kurang
berkenan, dan sama sekali tidak menyukai reaksi keras ‘Aisyah terhadap perilaku
kedua orang tersebut. Dan beliau pun secara spontan menegurnya: “Aduhai


                                        1
‘Aisyah, jangan kau ucapkan sesuatu yang keji. Seandainya Allah menampakkan
gambaran yang keji secara nyata, niscaya dia akan berbentuk sesuatu yang paling
buruk dan jahat. Berlemah- lembut atas semua yang telah terjadi akan menghias dan
memperindah perbuatan itu, dan atas segala sesuatu yang bakal terjadi akan
menanamkan keindahannya. Kenapa engkau harus marah?”
        ‘Aisyah pun bertanya: “Ya Rasulullah, apakah engkau tidak mendengar apa
yang mereka ucapkan secara keji sebagai pengganti dari ucapan salam?”
        Belia pun menjawab: “Ya, aku benar-benar telah mendengarnya. Aku pun
telah menjawabnya wa’alaikum (juga atas kalian), dan saya berpendapat bahwa
jawabanku itu sudah cukup.” (Hadis Riwayat Bukhari-Muslim)
         Sikap Rasulullah s.a.w. ini telah membuktikan bahwa beliau menang telah
menjadi seorang penyabar, yang mampu memberikan pelajaran yag sangat berharga
kepada isteri dan umatnya. Beliau telah memiliki “kepribadian” matang dalam
menghadapi provokasi apa pun dan oleh siapa pun, tidak mudah terpancing
amarahnya. Inilai yang dalam istilah psikologi disebut sebagai “kematangan emosi”,
sebuah pengendalian emosi yang sangat luar biasa”. Dan itulah sikap ‘hilm’
Rasulullah s.a.w. Mampukah kita meneladaninya?
          Persoalan ‘salam’ sering dianggap sebagi sesuatu yang sederhana. Padahal,
kalau kita rujuk pada hadis Rasulullah s.a.w.: “Maukah kamu kutunjukkan sesuatu,
yang bila kau lakukan kamu sekalian akan benar-benar saling-mencintai?
Tebarkan salam!” (Hadis Riwayat Muslim dan Abu Dawud dari Abu Hurairah),
ternyata ‘salam’ benar-benar mendapatkan porsi perhatian yang cukup besar. Salam
bukan sekadar pembuka kata dalam setiap perjumpaan dan perpisahan. Salam –
seharusnya -- bisa menunjukkan kepribadian seseorang. Hadis Nabi s.a.w. tersebut
memberi isyarat akan artipentingnya “salâm”. Bukan sekadar mengucapkan salam,
dan tidak sesederhana itu. Karena kata “salâm” dalam hadis itu bisa dimaknai lebih
daripada sekadar mengucapkan salam secara verbal. Lebih jauh dari itu, salâm bisa
dimaknai sebagai “kedamaian” dalam pengertian luas. Tebarkan kedamaian untuk
siapa pun dalam konteks apa pun. Karena Islam hadir dengan tawaran damai: “peace
for all” (damai untuk semuanya), selaras dengan misi kerahmatannya, rahmatan li
al-âlamîn. Itulah kurang-lebih makna kalimat “afsyus salâm” (tebarkanlah
kedamaian untuk semua orang) dalam hadis di atas.
          Kasus Rasulullah s.a.w. yang disapa oleh kedua orang Yahudi dengan
ungkapan kasar, di ketika bercengkerama dengan ‘Aisyah di atas, bisa memperjelas
pelajaran Rasulullah s.a.w. kepada diri kita, bahwa kita – sebagai umatnya – harus
selalu mengedepankan sikap ‘hilm’, seorang penyabar yang selalu bisa
‘memaafkan’. Andaikata kita diberi pilihan untuk menghukum atau memaafkan
kesalahan orang, seharusnya ‘memaafkan’ lebih kita pilih daripada ‘menghukum’
siapa pun yang pernah bersalah kepada diri kita. Jadilah manusia yang memiliki sifat
‘hilm’, seorang yang berkepribadian ‘penyabar’, yang bisa bersabar di mana pun,


                                         2
kapan pun dan kepada siapa pun dalam situasi dan kondisi apa pun dengan
mengedepankan sikap “memberi maaf”, bahkan sebelum siapa pun meminta maaf
kepada diri kita. Balaslah setiap keburukan dengan beragam kebaikan, dan
hindarilah tindakan membalas keburukan dengan keburukan yang sama. Itulah sikap
muslim sejati!
         Ketika Rasulullah s.a.w. mampu melaksanakannya, mampukah diri kita –
sebagai pengikut setia beliau -- meneladaninya?
         Mudah-mudahan, dengan sebulan berpuasa, kita semua bisa menjadi
pribadi “pemaaf” yang selalu bersedia “memberi maaf”.
Penulis adalah Dosen Tetap FAI UM Yogyakarta dan Dosen Tidak Tetap STIKES
'Aisyiyah Yogyakarta




                                      3

More Related Content

What's hot

Bab 3 hadits 1 Riyadus Shalihin PPT
Bab 3  hadits 1 Riyadus Shalihin PPTBab 3  hadits 1 Riyadus Shalihin PPT
Bab 3 hadits 1 Riyadus Shalihin PPT
soleh solehudin
 
Akhlak mulia
Akhlak muliaAkhlak mulia
Akhlak mulia
Slight Hope
 
Tetap istiqamah
Tetap istiqamahTetap istiqamah
Tetap istiqamah
Yogi Yogaswara
 
Kekuatan hasbalah
Kekuatan hasbalahKekuatan hasbalah
Kekuatan hasbalah
Wiyanto Suud
 
Akhlak book review
Akhlak book reviewAkhlak book review
Akhlak book reviewrozitaupm
 
Quran Hadis tentang Sabar menghadapi ujian dan cobaan
Quran Hadis tentang Sabar menghadapi ujian dan cobaan Quran Hadis tentang Sabar menghadapi ujian dan cobaan
Quran Hadis tentang Sabar menghadapi ujian dan cobaan
Eneng Susanti
 
Istiqamah
IstiqamahIstiqamah
Istiqamah
abuhamzah79
 
Hukum memakai jimat
Hukum memakai jimatHukum memakai jimat
Hukum memakai jimat
Dyta Dwi Hartanti
 
Muslim wajib ber ahlak santun
Muslim wajib ber ahlak santunMuslim wajib ber ahlak santun
Muslim wajib ber ahlak santun
Helmon Chan
 
Bab 3 lanjutan hadits-hadits ttg Sabar riyadus shalihin ppt
Bab 3 lanjutan hadits-hadits ttg Sabar riyadus shalihin pptBab 3 lanjutan hadits-hadits ttg Sabar riyadus shalihin ppt
Bab 3 lanjutan hadits-hadits ttg Sabar riyadus shalihin ppt
soleh solehudin
 
Hadist dakwah
Hadist dakwahHadist dakwah
Hadist dakwah
fakhrul rizal
 
Dakwah remaja dakwah cinta
Dakwah remaja dakwah cintaDakwah remaja dakwah cinta
Dakwah remaja dakwah cinta
Kang Masduki
 
Peringatan dari-bahaya-penculikan-pembunuhan-serta-tindak-peledakan-2-2
Peringatan dari-bahaya-penculikan-pembunuhan-serta-tindak-peledakan-2-2Peringatan dari-bahaya-penculikan-pembunuhan-serta-tindak-peledakan-2-2
Peringatan dari-bahaya-penculikan-pembunuhan-serta-tindak-peledakan-2-2Ra Hardianto
 
Meneladani akhlaq rasulullah
Meneladani akhlaq rasulullahMeneladani akhlaq rasulullah
Meneladani akhlaq rasulullah
Sofyan Siroj
 
Riyadhus Shalihin Bab 1 -3 ppt
Riyadhus Shalihin Bab 1 -3 pptRiyadhus Shalihin Bab 1 -3 ppt
Riyadhus Shalihin Bab 1 -3 ppt
soleh solehudin
 
Tingkah laku terpuji
Tingkah laku terpujiTingkah laku terpuji
Tingkah laku terpujiYandra Helira
 
Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1
guest7ede9dd
 
Istiqomah 2
Istiqomah 2Istiqomah 2

What's hot (20)

Bab 3 hadits 1 Riyadus Shalihin PPT
Bab 3  hadits 1 Riyadus Shalihin PPTBab 3  hadits 1 Riyadus Shalihin PPT
Bab 3 hadits 1 Riyadus Shalihin PPT
 
Akhlak mulia
Akhlak muliaAkhlak mulia
Akhlak mulia
 
Tetap istiqamah
Tetap istiqamahTetap istiqamah
Tetap istiqamah
 
Kekuatan hasbalah
Kekuatan hasbalahKekuatan hasbalah
Kekuatan hasbalah
 
Akhlak book review
Akhlak book reviewAkhlak book review
Akhlak book review
 
Afsyus salam
Afsyus salamAfsyus salam
Afsyus salam
 
Quran Hadis tentang Sabar menghadapi ujian dan cobaan
Quran Hadis tentang Sabar menghadapi ujian dan cobaan Quran Hadis tentang Sabar menghadapi ujian dan cobaan
Quran Hadis tentang Sabar menghadapi ujian dan cobaan
 
Istiqamah
IstiqamahIstiqamah
Istiqamah
 
Hukum memakai jimat
Hukum memakai jimatHukum memakai jimat
Hukum memakai jimat
 
Muslim wajib ber ahlak santun
Muslim wajib ber ahlak santunMuslim wajib ber ahlak santun
Muslim wajib ber ahlak santun
 
Bab 3 lanjutan hadits-hadits ttg Sabar riyadus shalihin ppt
Bab 3 lanjutan hadits-hadits ttg Sabar riyadus shalihin pptBab 3 lanjutan hadits-hadits ttg Sabar riyadus shalihin ppt
Bab 3 lanjutan hadits-hadits ttg Sabar riyadus shalihin ppt
 
Hadist dakwah
Hadist dakwahHadist dakwah
Hadist dakwah
 
Dakwah remaja dakwah cinta
Dakwah remaja dakwah cintaDakwah remaja dakwah cinta
Dakwah remaja dakwah cinta
 
Peringatan dari-bahaya-penculikan-pembunuhan-serta-tindak-peledakan-2-2
Peringatan dari-bahaya-penculikan-pembunuhan-serta-tindak-peledakan-2-2Peringatan dari-bahaya-penculikan-pembunuhan-serta-tindak-peledakan-2-2
Peringatan dari-bahaya-penculikan-pembunuhan-serta-tindak-peledakan-2-2
 
Meneladani akhlaq rasulullah
Meneladani akhlaq rasulullahMeneladani akhlaq rasulullah
Meneladani akhlaq rasulullah
 
Riyadhus Shalihin Bab 1 -3 ppt
Riyadhus Shalihin Bab 1 -3 pptRiyadhus Shalihin Bab 1 -3 ppt
Riyadhus Shalihin Bab 1 -3 ppt
 
168815644 prilaku-jujur
168815644 prilaku-jujur168815644 prilaku-jujur
168815644 prilaku-jujur
 
Tingkah laku terpuji
Tingkah laku terpujiTingkah laku terpuji
Tingkah laku terpuji
 
Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1
 
Istiqomah 2
Istiqomah 2Istiqomah 2
Istiqomah 2
 

Similar to Menumbuhkembangkan sikap 'hilm'

Damai ala rasulullah s.a.w.
Damai ala rasulullah s.a.w.Damai ala rasulullah s.a.w.
Damai ala rasulullah s.a.w.Muhsin Hariyanto
 
Berhari raya dengan berlapang dada
Berhari raya dengan berlapang dadaBerhari raya dengan berlapang dada
Berhari raya dengan berlapang dadaMuhsin Hariyanto
 
Bersangka baik
Bersangka baikBersangka baik
Bersangka baik
Sitti Rahman
 
Damai ala rasulullah s.a.w.
Damai ala rasulullah s.a.w.Damai ala rasulullah s.a.w.
Damai ala rasulullah s.a.w.
Muhsin Hariyanto
 
Damai ala rasulullah s.a.w.
Damai ala rasulullah s.a.w.Damai ala rasulullah s.a.w.
Damai ala rasulullah s.a.w.Muhsin Hariyanto
 
kepribadian Rasulullah saw
kepribadian Rasulullah sawkepribadian Rasulullah saw
kepribadian Rasulullah saw
Islamic Invitation
 
Hadits arbain ke 27
Hadits arbain ke 27Hadits arbain ke 27
Hadits arbain ke 27
lilissofiani
 
Sifat mulia - Al hilm
Sifat mulia - Al hilmSifat mulia - Al hilm
Sifat mulia - Al hilm
Dzul Fahmi
 
MENTORING DINIYAH KARYAWAN_20240220_141305_0000.pptx
MENTORING DINIYAH KARYAWAN_20240220_141305_0000.pptxMENTORING DINIYAH KARYAWAN_20240220_141305_0000.pptx
MENTORING DINIYAH KARYAWAN_20240220_141305_0000.pptx
LaniAnaFauziah
 
Sikap & tingkah laku Akhlakul Karimah
Sikap & tingkah laku Akhlakul KarimahSikap & tingkah laku Akhlakul Karimah
Sikap & tingkah laku Akhlakul Karimah
Kampus-Sakinah
 
Mencari titik temu antarperbedaan, mungkinkah
Mencari titik temu antarperbedaan, mungkinkahMencari titik temu antarperbedaan, mungkinkah
Mencari titik temu antarperbedaan, mungkinkahMuhsin Hariyanto
 
Perasa rukun & sifat pembimbing
Perasa rukun & sifat pembimbingPerasa rukun & sifat pembimbing
Perasa rukun & sifat pembimbingKamarudin Jaafar
 
Saling menasehati
Saling menasehatiSaling menasehati
Saling menasehati
SMAN 54 Jakarta
 
40 cara menyelesaikan masalah
40 cara menyelesaikan masalah40 cara menyelesaikan masalah
40 cara menyelesaikan masalah
mr_haryono
 
Mendudukkan akhlaq rasulullah saw
Mendudukkan akhlaq rasulullah sawMendudukkan akhlaq rasulullah saw
Mendudukkan akhlaq rasulullah saw
Mush'ab Abdurrahman
 
Konsep menanti jodoh
Konsep menanti jodohKonsep menanti jodoh
Konsep menanti jodohSyaiful Hadi
 
HATI MEMBANTU MU MENIMBANG ANTARA KEBAIKAN DAN KEBURUKAN | HADITS ARBAIN KE 27
HATI MEMBANTU MU MENIMBANG ANTARA KEBAIKAN DAN KEBURUKAN | HADITS ARBAIN KE 27HATI MEMBANTU MU MENIMBANG ANTARA KEBAIKAN DAN KEBURUKAN | HADITS ARBAIN KE 27
HATI MEMBANTU MU MENIMBANG ANTARA KEBAIKAN DAN KEBURUKAN | HADITS ARBAIN KE 27
Ustadz Ahmad Ridwan
 
Rasulullah peribadi unggul
Rasulullah peribadi unggulRasulullah peribadi unggul
Rasulullah peribadi unggul
dhoan Evridho
 

Similar to Menumbuhkembangkan sikap 'hilm' (20)

Damai ala rasulullah s.a.w.
Damai ala rasulullah s.a.w.Damai ala rasulullah s.a.w.
Damai ala rasulullah s.a.w.
 
Berhari raya dengan berlapang dada
Berhari raya dengan berlapang dadaBerhari raya dengan berlapang dada
Berhari raya dengan berlapang dada
 
Bersangka baik
Bersangka baikBersangka baik
Bersangka baik
 
Menyebarluaskan salam
Menyebarluaskan salamMenyebarluaskan salam
Menyebarluaskan salam
 
Damai ala rasulullah s.a.w.
Damai ala rasulullah s.a.w.Damai ala rasulullah s.a.w.
Damai ala rasulullah s.a.w.
 
Damai ala rasulullah s.a.w.
Damai ala rasulullah s.a.w.Damai ala rasulullah s.a.w.
Damai ala rasulullah s.a.w.
 
kepribadian Rasulullah saw
kepribadian Rasulullah sawkepribadian Rasulullah saw
kepribadian Rasulullah saw
 
Hadits arbain ke 27
Hadits arbain ke 27Hadits arbain ke 27
Hadits arbain ke 27
 
Sifat mulia - Al hilm
Sifat mulia - Al hilmSifat mulia - Al hilm
Sifat mulia - Al hilm
 
MENTORING DINIYAH KARYAWAN_20240220_141305_0000.pptx
MENTORING DINIYAH KARYAWAN_20240220_141305_0000.pptxMENTORING DINIYAH KARYAWAN_20240220_141305_0000.pptx
MENTORING DINIYAH KARYAWAN_20240220_141305_0000.pptx
 
Sikap & tingkah laku Akhlakul Karimah
Sikap & tingkah laku Akhlakul KarimahSikap & tingkah laku Akhlakul Karimah
Sikap & tingkah laku Akhlakul Karimah
 
Mencari titik temu antarperbedaan, mungkinkah
Mencari titik temu antarperbedaan, mungkinkahMencari titik temu antarperbedaan, mungkinkah
Mencari titik temu antarperbedaan, mungkinkah
 
Perasa rukun & sifat pembimbing
Perasa rukun & sifat pembimbingPerasa rukun & sifat pembimbing
Perasa rukun & sifat pembimbing
 
Saling menasehati
Saling menasehatiSaling menasehati
Saling menasehati
 
40 cara menyelesaikan masalah
40 cara menyelesaikan masalah40 cara menyelesaikan masalah
40 cara menyelesaikan masalah
 
Mendudukkan akhlaq rasulullah saw
Mendudukkan akhlaq rasulullah sawMendudukkan akhlaq rasulullah saw
Mendudukkan akhlaq rasulullah saw
 
Isu Isu Penting Ikhtilaf
Isu Isu Penting IkhtilafIsu Isu Penting Ikhtilaf
Isu Isu Penting Ikhtilaf
 
Konsep menanti jodoh
Konsep menanti jodohKonsep menanti jodoh
Konsep menanti jodoh
 
HATI MEMBANTU MU MENIMBANG ANTARA KEBAIKAN DAN KEBURUKAN | HADITS ARBAIN KE 27
HATI MEMBANTU MU MENIMBANG ANTARA KEBAIKAN DAN KEBURUKAN | HADITS ARBAIN KE 27HATI MEMBANTU MU MENIMBANG ANTARA KEBAIKAN DAN KEBURUKAN | HADITS ARBAIN KE 27
HATI MEMBANTU MU MENIMBANG ANTARA KEBAIKAN DAN KEBURUKAN | HADITS ARBAIN KE 27
 
Rasulullah peribadi unggul
Rasulullah peribadi unggulRasulullah peribadi unggul
Rasulullah peribadi unggul
 

More from Muhsin Hariyanto

Khutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 hKhutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 h
Muhsin Hariyanto
 
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahPembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahMuhsin Hariyanto
 
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Muhsin Hariyanto
 
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanIstighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
Muhsin Hariyanto
 
Etika dalam berdoa
Etika dalam berdoaEtika dalam berdoa
Etika dalam berdoa
Muhsin Hariyanto
 
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMemahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMuhsin Hariyanto
 
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Muhsin Hariyanto
 
10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabulMuhsin Hariyanto
 
Opini dul
Opini   dulOpini   dul
Opini dul
Muhsin Hariyanto
 
Inspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamInspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamMuhsin Hariyanto
 
Tentang diri saya
Tentang diri sayaTentang diri saya
Tentang diri saya
Muhsin Hariyanto
 
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifBerbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Muhsin Hariyanto
 
Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!
Muhsin Hariyanto
 

More from Muhsin Hariyanto (20)

Khutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 hKhutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 h
 
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahPembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
 
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
 
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanIstighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
 
Etika dalam berdoa
Etika dalam berdoaEtika dalam berdoa
Etika dalam berdoa
 
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMemahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
 
Manajemen syahwat
Manajemen syahwatManajemen syahwat
Manajemen syahwat
 
Manajemen syahwat
Manajemen syahwatManajemen syahwat
Manajemen syahwat
 
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
 
10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul
 
Khitan bagi wanita (01)
Khitan bagi wanita (01)Khitan bagi wanita (01)
Khitan bagi wanita (01)
 
Strategi dakwah
Strategi dakwahStrategi dakwah
Strategi dakwah
 
Sukses karena kerja keras
Sukses karena kerja kerasSukses karena kerja keras
Sukses karena kerja keras
 
Opini dul
Opini   dulOpini   dul
Opini dul
 
Inspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamInspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayam
 
Tentang diri saya
Tentang diri sayaTentang diri saya
Tentang diri saya
 
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifBerbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
 
Ketika kita gagal
Ketika kita gagalKetika kita gagal
Ketika kita gagal
 
Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!
 
Gatotkaca winisuda
Gatotkaca winisudaGatotkaca winisuda
Gatotkaca winisuda
 

Menumbuhkembangkan sikap 'hilm'

  • 1. Menumbuhkembangkan Sikap ‘Hilm’ Oleh: Muhsin Hariyanto Sang Penyabar, itulah predikat yang pantas diberikan kepada Rasulullah s.a.w. . Betapa tidak? Ketika usai perang Uhud, beliau – dengan sangat lembut – menyapa umatnya dengan sapaan yang amat santun, dan seraya berdoa kepada Allah untuk memberi maaf dan ampunan kepada siapa pun yang dianggap oleh pasukan Perang Uhud sebagai biang kekalahan telak melawan musuhnya. Padahal, andaikata – pada saat itu – Rasulullah s.a.w. meluapkan kemarahannya pun semua orang memaklumi. Rasulullah s.a.w. paham bahwa Allah tak pernah melarang siapa pun yang dizalimi untuk membalas kezaliman itu dengan balasan yang sepadan, tetapi memaafkan kepada semua orang yang pernah berbuat zalim kepada dirinya jauh lebih baik nilainya. Simaklah kembali dengan cermat esensi firman Allah dalam QS Âli ‘Imran [3]: 159: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu [maksudnya: urusan peperangan dan hal-hal duniawiyah lainnya, seperti urusan politik, ekonomi, kemasyarakatan dan lain-lainnya]. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” Ayat itu mengingatkan kepada kita bahwa Rasulullah s.a.w. benar-benar pemimpin yang mampu bersikap ‘hilm’ pada saat yang tepat. Sikap Rasulullah s.a.w. yang semakna dengan hal itu, berkali-kali dibuktikan dalam wilayah praksis oleh beliau. Sebagai sebuah contoh, pada suatu hari ‘Aisyah r.a. (isterinya) yang tengah duduk santai bersama suaminya -- Rasulullah s.a.w. -- dikagetkan oleh kedatangan seorang Yahudi yang meminta izin untuk masuk ke rumahnya dengan ucapan kasar “assâmu ’alaikum (yang bermakna umpatan kasar: “semoga anda celaka”)” sebagai ganti dari ucapan lembut as- salâmu ’alaikum yang seharusnya diucapkan olehnya kepada Rasulullah s.a.w.. Setelah itu, tak lama kemudian datang lagi seseorang (Yahudi) yang lain yang melakukan perbuatan yang sama dengan pendahulunya, dia pun masuk dan mengucapkan ungkapan kata yang sama: “assâmu ’alaikum”. Bisa dipahami, bahwa mereka datang dengan sengaja untuk mengganggu ketenangan Rasulullah s.a.w. beserta isterinya. Dan, ketika menyaksikan perilaku mereka, Aisyah pun gemas, lalu dengan spontan berteriak: “Kalianlah yang semestinya celaka!” Melihat sikap isterinya (‘Aisyah r.a), ternyata Rasulullah s.a.w. kurang berkenan, dan sama sekali tidak menyukai reaksi keras ‘Aisyah terhadap perilaku kedua orang tersebut. Dan beliau pun secara spontan menegurnya: “Aduhai 1
  • 2. ‘Aisyah, jangan kau ucapkan sesuatu yang keji. Seandainya Allah menampakkan gambaran yang keji secara nyata, niscaya dia akan berbentuk sesuatu yang paling buruk dan jahat. Berlemah- lembut atas semua yang telah terjadi akan menghias dan memperindah perbuatan itu, dan atas segala sesuatu yang bakal terjadi akan menanamkan keindahannya. Kenapa engkau harus marah?” ‘Aisyah pun bertanya: “Ya Rasulullah, apakah engkau tidak mendengar apa yang mereka ucapkan secara keji sebagai pengganti dari ucapan salam?” Belia pun menjawab: “Ya, aku benar-benar telah mendengarnya. Aku pun telah menjawabnya wa’alaikum (juga atas kalian), dan saya berpendapat bahwa jawabanku itu sudah cukup.” (Hadis Riwayat Bukhari-Muslim) Sikap Rasulullah s.a.w. ini telah membuktikan bahwa beliau menang telah menjadi seorang penyabar, yang mampu memberikan pelajaran yag sangat berharga kepada isteri dan umatnya. Beliau telah memiliki “kepribadian” matang dalam menghadapi provokasi apa pun dan oleh siapa pun, tidak mudah terpancing amarahnya. Inilai yang dalam istilah psikologi disebut sebagai “kematangan emosi”, sebuah pengendalian emosi yang sangat luar biasa”. Dan itulah sikap ‘hilm’ Rasulullah s.a.w. Mampukah kita meneladaninya? Persoalan ‘salam’ sering dianggap sebagi sesuatu yang sederhana. Padahal, kalau kita rujuk pada hadis Rasulullah s.a.w.: “Maukah kamu kutunjukkan sesuatu, yang bila kau lakukan kamu sekalian akan benar-benar saling-mencintai? Tebarkan salam!” (Hadis Riwayat Muslim dan Abu Dawud dari Abu Hurairah), ternyata ‘salam’ benar-benar mendapatkan porsi perhatian yang cukup besar. Salam bukan sekadar pembuka kata dalam setiap perjumpaan dan perpisahan. Salam – seharusnya -- bisa menunjukkan kepribadian seseorang. Hadis Nabi s.a.w. tersebut memberi isyarat akan artipentingnya “salâm”. Bukan sekadar mengucapkan salam, dan tidak sesederhana itu. Karena kata “salâm” dalam hadis itu bisa dimaknai lebih daripada sekadar mengucapkan salam secara verbal. Lebih jauh dari itu, salâm bisa dimaknai sebagai “kedamaian” dalam pengertian luas. Tebarkan kedamaian untuk siapa pun dalam konteks apa pun. Karena Islam hadir dengan tawaran damai: “peace for all” (damai untuk semuanya), selaras dengan misi kerahmatannya, rahmatan li al-âlamîn. Itulah kurang-lebih makna kalimat “afsyus salâm” (tebarkanlah kedamaian untuk semua orang) dalam hadis di atas. Kasus Rasulullah s.a.w. yang disapa oleh kedua orang Yahudi dengan ungkapan kasar, di ketika bercengkerama dengan ‘Aisyah di atas, bisa memperjelas pelajaran Rasulullah s.a.w. kepada diri kita, bahwa kita – sebagai umatnya – harus selalu mengedepankan sikap ‘hilm’, seorang penyabar yang selalu bisa ‘memaafkan’. Andaikata kita diberi pilihan untuk menghukum atau memaafkan kesalahan orang, seharusnya ‘memaafkan’ lebih kita pilih daripada ‘menghukum’ siapa pun yang pernah bersalah kepada diri kita. Jadilah manusia yang memiliki sifat ‘hilm’, seorang yang berkepribadian ‘penyabar’, yang bisa bersabar di mana pun, 2
  • 3. kapan pun dan kepada siapa pun dalam situasi dan kondisi apa pun dengan mengedepankan sikap “memberi maaf”, bahkan sebelum siapa pun meminta maaf kepada diri kita. Balaslah setiap keburukan dengan beragam kebaikan, dan hindarilah tindakan membalas keburukan dengan keburukan yang sama. Itulah sikap muslim sejati! Ketika Rasulullah s.a.w. mampu melaksanakannya, mampukah diri kita – sebagai pengikut setia beliau -- meneladaninya? Mudah-mudahan, dengan sebulan berpuasa, kita semua bisa menjadi pribadi “pemaaf” yang selalu bersedia “memberi maaf”. Penulis adalah Dosen Tetap FAI UM Yogyakarta dan Dosen Tidak Tetap STIKES 'Aisyiyah Yogyakarta 3