Buku cerita dapat mengasah keterampilan berpikir kritis anak dengan memperkenalkan konsep authorship dan pentingnya mempertanyakan validitas informasi dari sumber yang berbeda. Anak perlu belajar membedakan, memilah, dan merespon informasi dengan tepat ketika membaca.

1. mengasah
keterampilan
berpikir
anak
dengan
buku cerita

2. mengasah keterampilan
berpikir anak dengan
buku cerita

3. Sebenarnya yang dipelajari anak melalui buku
bukan informasi yang terkandung,
tapi bagaimana mengukur kualitas informasi
dan narasumber dalam bacaan.

4. Kenalkan konsep authorship.
Karya tulis, bacaan, atau buku sangatlah bergantung
pada subyektivitas penulis atau pengarangnya.

5. Saat mengenalkan konsep ini,
contohkan sikap kritis terhadap informasi.

6. Bacaan bukanlah
suatu “kebenaran mutlak” atau “kenyataan”.

7. Maka, tentunya, pembaca dapat mempertanyakan apakah
yang tertulis valid?

8. Apakah informasi dari pengarang bisa dipercaya?

9. Anak perlu memahami bahwa cerita apa pun
bisa tampil dengan berbagai versi yang dipengaruhi oleh
unsur “subyek” sang penyampai gagasan.

10. Kalau si X menulis buku tentang dinosaurus,
maka hasilnya akan berbeda dengan si “Y”,
meski bercerita tentang dinosaurus yang sama.

11. Ketika membaca, anak bukan menjadi penerima
informasi yang pasif. Ia belajar:
membedakan, memilah, merespon bacaan dengan tepat.

12. Konsep ini penting untuk belajar hal-hal lain juga, seperti
ketika memahami konik atau pelajaran sejarah di sekolah.

13. Di era informasi, menyeleksi, dan mengolah informasi
adalah salah satu keterampilan hidup
yang sangat penting.