SlideShare a Scribd company logo
1 of 13
LANDASAN PENDIDIKAN
ONE TEACHER ONE MISSION




              OLEH

         IB. HADI PRAMANA

          NIM: 1129011105




         PASCA SARJANA
   PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
              2011
Pendahuluan
1.1 Latar belakang

      “Banyak orang mengatakan bahwa kecerdasanlah yang menjadikan seseorang

ilmuan hebat, namun mereka salah; karakterlah yang menjadikan seseorang ilmuan

hebat” itulah salah satu kutipan terkenal yang diungkapkan oleh seorang ilmuan

dibidang fisika bernama Albert Einstein. Hal yang bisa ditafsirkan dari apa yang Albert

Einstein ungkapkan itu adalah kecerdasan bukanlah satu-satunya hal yang menjadikan

seseorang sebagai pribadi yang berguna dan dipandang dimasyarakat, akan tetapi

karakterlah yang paling berperan. Karakter seseorang seperti sifat ingin tahunya,

pengabdiannya, keberaniaannya, kepeduliaanya, dan tindak-tanduknya adalah apa

yang menjadikannya sebagai pribadi yang hebat. Kecerdasan bisa menjadi nomor dua

karena sifat-sifat seperti rasa ingin tahu, pengabdian, keberanian dan kepedulian bisa

menciptakan kecerdasan itu sendiri. Dengan sikap dan rasa ingin tahu, seseorang akan

terus menggali ilmu pengetahuan untuk mencari “tahu”. Dengan pengabdian,

seseorang akan terus berusaha tanpa kenal lelah untuk mengatasi permasalahan-

permasalahan yang muncul dalam pencahariaanya untuk ilmu pengetahuan. Dengan

keberaniannya, seseorang dapat melangkah, mencoba, terjun, dan menciptakan teori-

teori baru untuk mengaplikasikan apa yang dia ketahui, berikut mengakui dan

memperbaiki kesalahannya. Dan dengan kepedulian, ilmu pengetahuan yang

seseorang miliki dapat menjadi alat terbaik untuk menjadikan kehidupan orang lain

dan diri sendiri menjadi lebih baik dan harmonis.

      Pendidikan adalah media paling ideal untuk membangun dan mengembangkan

karakter. Martin Luther King, Jr. seorang penerima nobel, pendeta babtis, aktivis HAM,

dan salah seorang pemimpin terpenting dalam sejarah Amerika Serikat dan sejarah
non-kekerasan pada zaman modern pernah mengungkapkan bahwa pendidikan adalah

untuk mengajarkan seseorang berfikir intensif dan kritis, tujuan pendidikan yang

sebenarnya adalah kecerdasan dan karakter. Bila bercermin dari apa yang Martin

Luther King, Jr. ungkapkan tersebut bisa dikatakan bahwa pendidikan di Indonesia

saat ini terlalu mengagungkan kecerdasan sampai hampir melupakan satu hal penting

yaitu “memanusiakan” manusia. Bagaimana tidak? Pendidikan difokuskan pada

standar mutu kompetensi dengan test-test evaluasi pilihan ganda yang sepertinya

melupakan bahwa nilai-nilai tinggi dari test-test tersebut bukan segalanya, bahkan

pendidikan budi pekerti hanya berkesan teoritis tanpa aplikasi yang menarik. Hidup

adalah pilihan namun hidup sama sekali berbeda dengan pilihan objektif yang tersedia

dalam lembaran-lembaran soal yang dibuat untuk meningkatkan standar mutu

pendidikan. Sekolah menjadi tempat membosankan yang hanya menyediakan

pengajaran dan menjual ilmu pengetahuan. Pendidikan yang hanya berfokus pada

pengajaran ini sepertinya adalah pendidikan yang telah kehilangan jiwanya.

        Pendididkan seharusnya adalah sesuatu yang menyenangkan seperti bercerita

secara bergiliran dibawah pohon akasia tentang legenda-legenda yang memuat pesan-

pesan bagus, terjun kesawah untuk menyelamatkan ikan yang menggelepar tidak

berdaya karena kekeringan, atau mungkin berbagi di panti asuhan dengan teman-

teman    yang   kurang   beruntung.   Lingkungan     sekitar   bisa   digunakan   untuk

meningkatkan     kepekaan,   membangun     nilai-nilai   hidup,   dan   membangkitkan

kreatifitas. Namun itu semua sangat sulit terjadi di Indonesia, dengan sistem

pendidikan yang memaksa para pendidik untuk melihat segala sesuatunya dalam

“ruangan-ruangan sempit bersudut,” melalui dogmasi dan dikte dari buku-buku teks.

Produk yang dihasilkan tentu saja adalah generasi-generasi yang memandang dunia

sebagai “tempat sempit yang bersudut pula” dimana kebenaran bagi generasi ini

adalah kebenaran berdasarkan sudut pandangnya, dan segala tindakan mereka
didasarkan atas dorongan kesenangan impulsive tanpa mempedulikan keselamatan

orang lain dan diri mereka sendiri. Hal inilah yang terjadi berkat pendidikan yang

minim memperhitungkan output karakter yang akan dihasilkan.

      Untuk bangkit dari situasi ini, setiap oknum pendidik harus mulai membuka

dan menginstropkesi diri dalam “menciptakan dunia luas yang tidak bersudut di hati

mereka” serta menghancurkan “ruangan-ruangan sempit itu” untuk mengajarkan nilai-

nilai kehidupan kepada siswa dan siswi mereka dengan cara-cara yang tidak langsung

dan menyenangkan. Mengapa cara-cara yang tidak langsung dan menyenangkan?

Cara-cara yang tidak langsung dan menyenangkan adalah pendekatan paling tepat

dalam mengajarkan nilai-nilai hidup karena hal ini bisa membuat seseorang menjadi

kreatif, luwes, dan santai. Membuat seseorang belajar dan bukan mengajarkannya

adalah strategi terbaik untuk menciptakan generasi-generasi yang mampu berkreasi

lebih inovatif sebab dalam pencaharian intisari dari sebuah pengalaman seseorang akan

merenung dan berfikir secara mendalam. Maksud dari hal ini adalah daripada

mendiktekan nilai-nilai hidup kepada anak didik kita yang akan membuat mereka

menjadi pribadi yang kaku dan tidak bisa memilah dimana harus berkompromi pada

nilai-nilai hidup mereka, lebih baik membuat mereka menyimpulkan sendiri pelajaran

apa yang mereka dapat setelah para pendidik memberikan mereka suatu situasi

melalui tuntunan yang tepat. Akan sangat tidak lucu bila seseorang sama sekali tidak

berbohong dalam lingkungan sosialnya, setidaknya berbohong bisa dilakukan ketika

seseorang sedang bercanda atau dihadapkan situasi yang kritis. Namun berbohong

tentu saja tidak dapat ditoleransi ketika digunakan untuk memanipulasi orang lain

guna mencapai tujuan yang merugikan orang lain dan dirinya sendiri. “Dunia itu tidak

bersudut” dan warnanya bukanlah hitam dan putih, memilah dunia berdasarkan

warna hitam dan putih bukanlah sesuatu yang baik.
Metode yang tepat untuk pendidikan yang berorientasi pada karakter sangatlah

diperlukan untuk menghadapi krisis karakter dikalangan generasi muda pada

khususnya. Sebuah metode yang dapat menanamkan kepekaan, serta menumbuhkan

kepedulian pada lingkungan sekitar dan pribadi masing-masing, metode yang dapat

menjadi vaksin untuk sifat “ikut-ikutan yang tidak baik.” Untuk itu terpikirkanlah

sebuah konsep yang saya sebut dengan “one teacher one mission” dimana fokus dari

konsep ini adalah satu guru dan satu misi dalam jangka waktu tertentu. Setiap guru

memilih sebuah misi untuk dilaksanakan, dimana misi itu adalah mengajarkan nilai-

nilai hidup tertentu seperti; keberanian, harapan, cinta kasih, kejujuran, pengabdian

dan lain sebagainya dalam jangka waktu tertentu dengan sekreatif serta semenarik

mungkin.
Pembahasan
2.1 Landasan Teori

      Adapun teori-teori yang melandasi konsep “one teacher one mission” ini adalah

beberapa teori pembentukan perilaku dalam bidang psikologi seperti kondisioning,

insight, dan model. Kondisioning bisa diartikan sebagai mengkondisikan lingkungan

atau membiasakan diri untuk berprilaku seperti yang diharapkan, sedangkan Insight

dapat diartikan sebagai cara pembentukan perilaku yang dilakukan dengan

menumbuhkan pengertian, dan model adalah penggunaan contoh untuk membentuk

prilaku. Dalam menggunakan teori-teori pembentukan prilaku ini ada baiknya untuk

melihat beberapa teori prilaku yang dikemukakan oleh para ahli dibidan psikologi.

Beberapa teori prilaku itu adalah sebagai berikut:

             Teori Insting; teori ini dikemukakan oleh seorang pelopor psikologi sosial

      bernama McDouggall dimana dalam teori ini perilaku dipandang terjadi karena

      insting. Insting adalah perilaku yang bersifat innate (bawaan) dan prilaku ini

      mengalami perubahan seiring pengalaman

             Teori Dorongan; teori ini memandang prilaku terjadi akibat adanya

      dorongan-dorongan atas kebutuhan dimana dorongan ini akan mengalami

      reduksi atau pengurangan apabila kebutuhan tersebut terpenuhi.

             Teori Insentif; dalam teori ini perilaku terjadi karena adanya

      reinforcement, baik itu karena reinforcement positif atau negative.

      Reinforcement positif mendorong organism untuk berbuat, sedangkan

      reinforcement negative menghambat organism untuk berbuat.

             Teori Atribusi; teori ini adalah teori yang menjelaskan sebab-sebab

      perilaku seseorang, baik karena disebabkan oleh disposisi internal seperti motif,
sikap, dan lain sebagainya ataupun kerena keadaan eksternal seperti lingkungan.

             Teori Kognitif; teori ini membahas tentang pemilihan perilaku

      berdasarkan manfaat sebesar-besarnya pada indifidu. Dalam teori ini faktor

      berfikirlah yang menentukan pemilihan prilaku dimana perilaku terjadi akibat

      respons dari stimulus yang dikendalikan oleh sisi kognitif.

      Dari beberapa teori tentang perilaku dan pembentukan perilaku yang sering

disampaikan dalam teori pisikologi perkembangan, pisikologi kepribadian, dan

pisikologi sosial tersebut, tindakan-tindakan yang dihasilkan akibat aktivitas kejiwaan

dapat amati dan diarahkan untuk membentuk karakter seseorang. Baik dengan

melakukan kondisioning seperti membiasakan anak didik untuk melakukan sesuatu

yang baik hingga menjadi kebiasaan, sampai dengan memberikan kemampuan berfikir

kritis dan akurat dengan menstimulasi anak didik untuk mengambil kesimpulan guna

membentuk pengertian. Dalam pembentukan pola pikir kritis dan dan pengertian ini

para pendidik harus berhati-hati untuk tidak memberikan stimulasi yang salah. Karena

dampak dari stimulasi yang salah akan menyebabkan simpulan menjadi salah pula.

Para pendidik harus dapat mengarahkan anak-anak didiknya dengan tepat saat melihat

terjadi indikasi pelencengan namun tetap dengan cara yang menyenangkan. Cara yang

menyenangkan      dipilih   karena   mempertimbangkan       beberapa    prinsip    yang

menyebabkan seseorang tergerak untuk berprilaku. Dua diantaranya adalah prinsip

kenikmatan, dan kebutuhan dasar manusia dengan memperkenalkan mereka

kenikmatan saat melakukan sesuatu yang baik dan benar, yang nantinya bisa menjadi

motivasi untuk melakukan tindakan-tindakan selanjutnya. Apapun metodenya,

diharapkan agar para pendidik dapat membangun suasana yang ceria dan

menyenangkan untuk mencegah agar nantinya tidak malah menjadi reinforcement

negatif (yang membuat seseorang memilih untuk tidak melakukan sesuatu).
Karena karakter merupakan kebiasaan yang menjadi “identitas” dan kebiasaan

timbul akibat perilaku atau tindakan-tindakan yang konstan, maka sebaiknya

pendidikan karakter diajarkan dengan tindakan-tindakan yang menumbuhkan

pengertian dan berfikir. Membuat anak didik untuk berfikir berbeda dengan membuat

anak didik untuk menghafal, karena aktifitas kognitif akan lebih kental dengan

membuat anak didik untuk berfikir atau merenung. Seperti yang telah dipaparkan

dalam teori kognitif diatas, dengan kemampuan kognitif yang kuat anak didik

diharapkan untuk nantinya dapat memilih perilaku yang paling menguntungkan untuk

dirinya. Sebagai contoh ilustrasi; seorang anak dihadapkan dengan lingkungan yang

kurang baik, dilingkungan tersebut menegak minuman keras, berjudi, dan sex bebas

adalah hal yang biasa. Dengan expose seperti ini dari lingkungan seseorang nantinya

diharapkan untuk memilih tidak ikut dengan lingkungan yang demikian karena

memiliki kemampuan kognitif untuk memilih yang bagus dengan pertimbangan

bahwa tindakan-tindakan yang di expose oleh lingkungan tidak memberikan manfaat

yang baik bagi dirinya sendiri .

      Dengan mengadopsi dua pandangan pembentukan perilaku yaitu pandangan

behaviorist dan kognitif, kegiatan sekolah yang dirancang oleh seorang guru untuk

misi tertentu ditekankan pada action dan pengertian. Action seperti yang dipandang

oleh para behaviorist dapat membantu seseorang untuk membentuk perilakunya,

sedangkan kemampuan kognitif atau pengertian dapat membantu seseorang untuk

memilih    perilaku    mana        yang   terbaik   untuk   dirinya   dan   lingkungan.



2.2 Konsep “One Teacher One Mission”

      Berangkat dari sebuah ide bahwa sekolah adalah tempat manusia dimanusiakan,

“One teacher One mission” adalah sebuah konsep mengajar dimana setiap 3 minggu
seorang pendidik diberikan sebuah misi untuk disampaikan kepada anak didiknya.

Adapun misi yang diberikan adalah berupa nilai-nilai kemanusiaan seperti; Friendship

(persahabatan), Life (kehidupan), Love (cinta dan kasih saying), Familly (keluarga),

Charity and Compassion (kepedulian) dan lain sebagainya.

      Dalam konsep ini setiap guru diberikan kebebasan dalam menyampaikan nilai-

nilai itu sekreatif dan semenarik mungkin dimana hal ini tidak harus dilakukan

didalam kelas. Sebagai contoh, untuk menyampaikan misi charity, guru bisa mengajak

siswa-siswinya untuk pergi ke panti asuhan dengan instruksi setiap anak didik

diharapkan untuk mencari seorang teman dipanti asuhan tersebut untuk diajak

bermain atau “didengarkan.”

      Sebelum event berlangsung, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan

diinstruksikan dengan jelas. Misalnya seperti tidak boleh terlalu banyak berbicara

tentang diri sendiri, atau harus bertanya hanya hal-hal tentang keseharian saja, dan lain

sebagainya. Setelah event berlangsung, siswa-siswi diberikan tugas untuk membuat

sebuah laporan tentang apa yang mereka alami berupa narasi yang nantinya akan

dibacakan atau disampaikan didepan kelas.

      Apabila situasi tidak memungkinkan untuk mengajak siswa-siswi keluar dari

sekolah, penyampaian misi ini bisa dilakukan didalam kelas dengan mengambil jam

penuh. Misalnya untuk menyampaikan misi Familly, siswa-siswi diajak untuk bercerita

dan berbagi tentang apa yang akan mereka lakukan, bila seandainya suatu hari mereka

menjadi seorang ayah atau ibu. Sebelum hal ini dilakukan, guru bisa menciptakan

situasi kelas yang diinginkan dengan memberikan impresi tentang pandangannya

terlebih dahulu. Sebagai contoh; “bila suatu hari saya menjadi seorang ayah, saya akan

mengajak anak-anak saya untuk bermain dibawah rindangnya pepohonan... saya ingin

memberikan sebuah kenangan yang menyenangkan tentang bagaimana alam
memberikan mereka begitu banyak kegembiraan, saya ingin agar anak-anak saya lebih

mencintai alam... agar suatu hari nanti ketika mereka besar dan menjadi orang yang

membangun negri ini, mereka akan berfikir ulang saat memutuskan untuk menanam

tiang-tiang beton pondasi bangunan, mereka akan mengingat bahwa alam sudah

memberikan kerindangan dimasa kecil mereka, bahwa alam sudah memberikan tempat

bermain untuk mereka… bahwa alam telah begitu baik dengan memberikan

rerumputan hijau tempat mereka berlari dengan bebas, bahwa alam begitu mengasihi

mereka dengan keteduhan yang diberikannya… sehingga mereka akan mencintai alam

dan alam akan mencintai mereka sebagaimana mereka mencintainya.” Setelah itu guru

bisa mengajak siswa-siswinya untuk secara bergiliran berbicara secara spontan tentang

keinginan mereka dan diakhiri dengan sesi tanya jawab yang bersifat casual.

         Untuk membawakan misi family bisa juga dilakukan dengan meminta siswa-

siswi untuk menulis pengalaman yang paling berkesan bersama salah seorang family

dengan tetap memberikan contoh untuk mengarahkan siswa-siswi pada impresi yang

ingin disampaikan. Guru bisa saja memberikan contoh sebagai berikut           “Tahukah

kalian    kalau   kakekku   sangat   hebat;   ia   menggendongku   dipundaknya    dan

memperkenalkanku pada kadal yang bisa terbang, ia juga memberitahuku tentang

serangga yang bisa berenang sangat cepat di air dan kumbang yang kulitnya luar biasa

keras... tahukah kalian kalau kakekku sangat hebat; ia membuatkanku senjata yang

disebut tulupan... dan tak ada satu orang pun yang menyamai tulupan buatan kakekku,

ia juga membuatkanku ketapel yang sangat bagus, dengan pegangan yang ia sesuaikan

dengan tangan kecilku dan talinya yang ia buat dari ban bekas. tahukah kalian kalau

kakekku sangat hebat; ia bercerita padaku tentang raksasa yang tinggal disebuah goa

ketika kami berjalan-jalan dan menemukan sebuah goa besar didekat sungai. ia berkata

bahwa raksasa itu sering menculik anak-anak... tapi jangan khawatir karena ia sudah

mengalahkannya, ia juga bercerita padaku tentang yuyu raksasa yang ia kalahkan dan
ia tunjukan capitnya sebelum kami makan malam... tahukah kalian kalau kakekku

sangat hebat; ia sama sekali tidak marah ketika aku membongkar satu-satunya pompa

sepeda miliknya karena ingin tahu bagaimana benda itu bisa mengeluarkan angin, ia

juga tidak marah ketika aku membongkar jam weker dan senter miliknya. “ Setelah itu

siswa siswi diajak untuk mengutarakan pentingnya keluarga dan mendefinisikannya

berdasarkan penilaian mereka.

       Dalam konsep ini subjektifitas memang kental karena harus mendefinisikan

misi-misi kemanusiaan yang ingin disampaikan melalui pandangan pribadi, untuk itu

setiap guru yang dalam kesehariannya dinilai dapat merepresentasikan nilai tertentu

ditunjuk untuk mempresentasikan nilai tersebut kepada siswa siswinya. Dengan fokus

pada satu nilai atau misi dalam waktu 3 minggu sekali saja, guru yang

mempresentasikan nilai tertentu ini diharapkan dapat mengembangkan dan menggali

kreatifitas serta semangatnya dalam menyampaikan misi tersebut kepada siswa-dan

siswinya, dan begitu pula dengan guru-guru lain yang mendapat misi lain. Tujuan dari

konsep ini selain sebagai pendidikan karakter juga adalah untuk memberikan

penghargaan    dan    kehormatan     kepada    guru    yang   dipandang     mampu

merepresentasikan sebuah nilai kemanusiaan tertentu, sehingga setiap guru juga

memiliki predikat berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan yang diajarkannya. Jadi setiap

guru yang ditunjuk untuk merepresentasikan nilai tertentu sesungguhnya adalah guru

yang diberikan kehormatan karena dipandang mampu dalam membawakan nilai

tersebut.
Simpulan dan Saran
      One Teacher One Mission adalah sebuah konsep yang mengusahakan

terbentuknya karakter anak didik melalui pengembangan perilaku dengan aksi dan

penggalian kognitif dimana aksi bertujuan untuk pembiasaan perilaku baik sedangkan

penggalian kognitif bertujuan untuk membentuk kesadaran yang melatar belakangi

perilaku tersebut. Outcome dari metode ini diharapkan adalah generasi-generasi yang

memiliki karakter kuat dan beresistensi tinggi terhadap pengaruh-pengaruh negatif.

Untuk itu setidaknya para pendidik harus membuka kemungkinan akan metode-

metode lain yang dapat digunakan untuk membentuk pola pikir anak didiknya agar

fungsi sekolah tidak hanya menjadi tempat pengajaran melainkan juga tempat manusia

dimanusiakan.
DAFTAR PUSTAKA
Depporter, Bobbi. Reardon, Mark. Singer, N.S. Quantum Teaching. Mizan. Bandung

May Jo, Meadow. 1989. Memahami orang lain. Kanisius. Yogyakarta.

Tobler, Jan. Carrol, Lee. 2000. An Indigo Celebration. PT Bhuana Ilmu Populer
Kelompok Gramedia. Jakarta

Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Sosial. C.V Andi Offset. Yogyakarta

More Related Content

What's hot

Pragmatisme Pendidikan Jasmani
Pragmatisme Pendidikan JasmaniPragmatisme Pendidikan Jasmani
Pragmatisme Pendidikan JasmaniAnnisa Ikhsanah
 
Makalah teori humanistik
Makalah teori humanistikMakalah teori humanistik
Makalah teori humanistikPujiati Puu
 
Pendekatan ilmu perilaku dan kognitif sosial
Pendekatan ilmu perilaku dan kognitif sosialPendekatan ilmu perilaku dan kognitif sosial
Pendekatan ilmu perilaku dan kognitif sosialK. S. Widodo
 
Teory humanistik (bayu prasetya,isnadziya,sayyidah karismatika)
Teory humanistik  (bayu prasetya,isnadziya,sayyidah karismatika)Teory humanistik  (bayu prasetya,isnadziya,sayyidah karismatika)
Teory humanistik (bayu prasetya,isnadziya,sayyidah karismatika)nadziya
 
Teori Belajar Humanistik
Teori Belajar HumanistikTeori Belajar Humanistik
Teori Belajar HumanistikRozaq Fadlli
 
Psikologi perkembangan dan pembelajaran
Psikologi perkembangan dan pembelajaranPsikologi perkembangan dan pembelajaran
Psikologi perkembangan dan pembelajaranNOR HIDAYAH
 
Teori belajar humanistik
Teori belajar humanistikTeori belajar humanistik
Teori belajar humanistikPujiati Puu
 
Psikologi umum Holistik dan Humanistik
Psikologi umum Holistik dan HumanistikPsikologi umum Holistik dan Humanistik
Psikologi umum Holistik dan Humanistikcahya ningsih
 
Teori Pembelajaran Humanisme
Teori Pembelajaran HumanismeTeori Pembelajaran Humanisme
Teori Pembelajaran HumanismeAsyrafRidzuan
 
Makalah psikologi pendidikan
Makalah psikologi pendidikanMakalah psikologi pendidikan
Makalah psikologi pendidikanNarendra
 
Perspektif Psikologi Dalam Memahami Perkembangan
Perspektif Psikologi Dalam Memahami PerkembanganPerspektif Psikologi Dalam Memahami Perkembangan
Perspektif Psikologi Dalam Memahami PerkembanganFikri Rasyid
 

What's hot (20)

Pragmatisme Pendidikan Jasmani
Pragmatisme Pendidikan JasmaniPragmatisme Pendidikan Jasmani
Pragmatisme Pendidikan Jasmani
 
Asas Psikologi
Asas PsikologiAsas Psikologi
Asas Psikologi
 
Makalah teori humanistik
Makalah teori humanistikMakalah teori humanistik
Makalah teori humanistik
 
Pendekatan ilmu perilaku dan kognitif sosial
Pendekatan ilmu perilaku dan kognitif sosialPendekatan ilmu perilaku dan kognitif sosial
Pendekatan ilmu perilaku dan kognitif sosial
 
psikologi pendidikan
psikologi pendidikanpsikologi pendidikan
psikologi pendidikan
 
Teory humanistik (bayu prasetya,isnadziya,sayyidah karismatika)
Teory humanistik  (bayu prasetya,isnadziya,sayyidah karismatika)Teory humanistik  (bayu prasetya,isnadziya,sayyidah karismatika)
Teory humanistik (bayu prasetya,isnadziya,sayyidah karismatika)
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Teori Belajar Humanistik
Teori Belajar HumanistikTeori Belajar Humanistik
Teori Belajar Humanistik
 
Learning 2
Learning 2Learning 2
Learning 2
 
Psikologi perkembangan dan pembelajaran
Psikologi perkembangan dan pembelajaranPsikologi perkembangan dan pembelajaran
Psikologi perkembangan dan pembelajaran
 
Teori belajar humanistik
Teori belajar humanistikTeori belajar humanistik
Teori belajar humanistik
 
Teori humanistik
Teori humanistikTeori humanistik
Teori humanistik
 
Teori konstruktive
Teori konstruktiveTeori konstruktive
Teori konstruktive
 
LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN
LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN
LANDASAN PSIKOLOGI PROSES PENDIDIKAN
 
Makalah humanisme
Makalah humanismeMakalah humanisme
Makalah humanisme
 
Psikologi umum Holistik dan Humanistik
Psikologi umum Holistik dan HumanistikPsikologi umum Holistik dan Humanistik
Psikologi umum Holistik dan Humanistik
 
Aliran pragmatisme
Aliran pragmatismeAliran pragmatisme
Aliran pragmatisme
 
Teori Pembelajaran Humanisme
Teori Pembelajaran HumanismeTeori Pembelajaran Humanisme
Teori Pembelajaran Humanisme
 
Makalah psikologi pendidikan
Makalah psikologi pendidikanMakalah psikologi pendidikan
Makalah psikologi pendidikan
 
Perspektif Psikologi Dalam Memahami Perkembangan
Perspektif Psikologi Dalam Memahami PerkembanganPerspektif Psikologi Dalam Memahami Perkembangan
Perspektif Psikologi Dalam Memahami Perkembangan
 

Similar to Pendidikan karakter (iseng jangan dibaca)

Kelompok 1 - Perkembangan Kognitif Remaja.pptx
Kelompok 1 - Perkembangan Kognitif Remaja.pptxKelompok 1 - Perkembangan Kognitif Remaja.pptx
Kelompok 1 - Perkembangan Kognitif Remaja.pptxAqilSh
 
Aliran Filsafat pgsd 3A
Aliran Filsafat pgsd 3AAliran Filsafat pgsd 3A
Aliran Filsafat pgsd 3AFennipratiwi95
 
landasan pendidikan.pptx
landasan pendidikan.pptxlandasan pendidikan.pptx
landasan pendidikan.pptxrizqi62
 
Asigment pembangunan sahsiah betul
Asigment pembangunan sahsiah betulAsigment pembangunan sahsiah betul
Asigment pembangunan sahsiah betulSiti Jaharah Muhamad
 
Bab iv filsafat
Bab iv filsafatBab iv filsafat
Bab iv filsafatMask Kur
 
Pendekatak konseling realita
Pendekatak konseling realitaPendekatak konseling realita
Pendekatak konseling realitavarizalamir
 
TEORI BELAJAR SOSIAL.pdf
TEORI BELAJAR SOSIAL.pdfTEORI BELAJAR SOSIAL.pdf
TEORI BELAJAR SOSIAL.pdfAkhina3
 
Makalah teori belajar
Makalah teori belajarMakalah teori belajar
Makalah teori belajarNarendra
 
Makalah belajar dan pembelajaran
Makalah belajar dan pembelajaranMakalah belajar dan pembelajaran
Makalah belajar dan pembelajaranPujiati Puu
 
Bandingkan persamaan dan perbezaan antara pendekatan psikoanalitik dengan pen...
Bandingkan persamaan dan perbezaan antara pendekatan psikoanalitik dengan pen...Bandingkan persamaan dan perbezaan antara pendekatan psikoanalitik dengan pen...
Bandingkan persamaan dan perbezaan antara pendekatan psikoanalitik dengan pen...Nor Rani Othman
 
Hakikat Manusia dan Pengembangannya
Hakikat Manusia dan PengembangannyaHakikat Manusia dan Pengembangannya
Hakikat Manusia dan PengembangannyaHariyatunnisa Ahmad
 
PENDIDIKAN KARATER SEMANGAT PAGI - DJOKO AW
PENDIDIKAN KARATER SEMANGAT PAGI - DJOKO AWPENDIDIKAN KARATER SEMANGAT PAGI - DJOKO AW
PENDIDIKAN KARATER SEMANGAT PAGI - DJOKO AWKafe Buku Pak Aw
 

Similar to Pendidikan karakter (iseng jangan dibaca) (20)

Psikologi dalam Pendidikan
Psikologi dalam PendidikanPsikologi dalam Pendidikan
Psikologi dalam Pendidikan
 
Makalah pembentukan karakter
Makalah pembentukan karakterMakalah pembentukan karakter
Makalah pembentukan karakter
 
Asas kurikulum
Asas kurikulumAsas kurikulum
Asas kurikulum
 
Teori humanis
Teori humanisTeori humanis
Teori humanis
 
Kelompok 1 - Perkembangan Kognitif Remaja.pptx
Kelompok 1 - Perkembangan Kognitif Remaja.pptxKelompok 1 - Perkembangan Kognitif Remaja.pptx
Kelompok 1 - Perkembangan Kognitif Remaja.pptx
 
Karya ilmiah3
Karya ilmiah3Karya ilmiah3
Karya ilmiah3
 
Pgsd 3 a-6
Pgsd 3 a-6Pgsd 3 a-6
Pgsd 3 a-6
 
Aliran Filsafat pgsd 3A
Aliran Filsafat pgsd 3AAliran Filsafat pgsd 3A
Aliran Filsafat pgsd 3A
 
landasan pendidikan.pptx
landasan pendidikan.pptxlandasan pendidikan.pptx
landasan pendidikan.pptx
 
Asigment pembangunan sahsiah betul
Asigment pembangunan sahsiah betulAsigment pembangunan sahsiah betul
Asigment pembangunan sahsiah betul
 
Filsafat guru
Filsafat guruFilsafat guru
Filsafat guru
 
Bab iv filsafat
Bab iv filsafatBab iv filsafat
Bab iv filsafat
 
Pendekatak konseling realita
Pendekatak konseling realitaPendekatak konseling realita
Pendekatak konseling realita
 
TEORI BELAJAR SOSIAL.pdf
TEORI BELAJAR SOSIAL.pdfTEORI BELAJAR SOSIAL.pdf
TEORI BELAJAR SOSIAL.pdf
 
Makalah teori belajar
Makalah teori belajarMakalah teori belajar
Makalah teori belajar
 
Makalah belajar dan pembelajaran
Makalah belajar dan pembelajaranMakalah belajar dan pembelajaran
Makalah belajar dan pembelajaran
 
Bandingkan persamaan dan perbezaan antara pendekatan psikoanalitik dengan pen...
Bandingkan persamaan dan perbezaan antara pendekatan psikoanalitik dengan pen...Bandingkan persamaan dan perbezaan antara pendekatan psikoanalitik dengan pen...
Bandingkan persamaan dan perbezaan antara pendekatan psikoanalitik dengan pen...
 
Hakikat Manusia dan Pengembangannya
Hakikat Manusia dan PengembangannyaHakikat Manusia dan Pengembangannya
Hakikat Manusia dan Pengembangannya
 
Teori pendidikan
Teori pendidikan Teori pendidikan
Teori pendidikan
 
PENDIDIKAN KARATER SEMANGAT PAGI - DJOKO AW
PENDIDIKAN KARATER SEMANGAT PAGI - DJOKO AWPENDIDIKAN KARATER SEMANGAT PAGI - DJOKO AW
PENDIDIKAN KARATER SEMANGAT PAGI - DJOKO AW
 

Pendidikan karakter (iseng jangan dibaca)

  • 1. LANDASAN PENDIDIKAN ONE TEACHER ONE MISSION OLEH IB. HADI PRAMANA NIM: 1129011105 PASCA SARJANA PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA 2011
  • 2. Pendahuluan 1.1 Latar belakang “Banyak orang mengatakan bahwa kecerdasanlah yang menjadikan seseorang ilmuan hebat, namun mereka salah; karakterlah yang menjadikan seseorang ilmuan hebat” itulah salah satu kutipan terkenal yang diungkapkan oleh seorang ilmuan dibidang fisika bernama Albert Einstein. Hal yang bisa ditafsirkan dari apa yang Albert Einstein ungkapkan itu adalah kecerdasan bukanlah satu-satunya hal yang menjadikan seseorang sebagai pribadi yang berguna dan dipandang dimasyarakat, akan tetapi karakterlah yang paling berperan. Karakter seseorang seperti sifat ingin tahunya, pengabdiannya, keberaniaannya, kepeduliaanya, dan tindak-tanduknya adalah apa yang menjadikannya sebagai pribadi yang hebat. Kecerdasan bisa menjadi nomor dua karena sifat-sifat seperti rasa ingin tahu, pengabdian, keberanian dan kepedulian bisa menciptakan kecerdasan itu sendiri. Dengan sikap dan rasa ingin tahu, seseorang akan terus menggali ilmu pengetahuan untuk mencari “tahu”. Dengan pengabdian, seseorang akan terus berusaha tanpa kenal lelah untuk mengatasi permasalahan- permasalahan yang muncul dalam pencahariaanya untuk ilmu pengetahuan. Dengan keberaniannya, seseorang dapat melangkah, mencoba, terjun, dan menciptakan teori- teori baru untuk mengaplikasikan apa yang dia ketahui, berikut mengakui dan memperbaiki kesalahannya. Dan dengan kepedulian, ilmu pengetahuan yang seseorang miliki dapat menjadi alat terbaik untuk menjadikan kehidupan orang lain dan diri sendiri menjadi lebih baik dan harmonis. Pendidikan adalah media paling ideal untuk membangun dan mengembangkan karakter. Martin Luther King, Jr. seorang penerima nobel, pendeta babtis, aktivis HAM, dan salah seorang pemimpin terpenting dalam sejarah Amerika Serikat dan sejarah
  • 3. non-kekerasan pada zaman modern pernah mengungkapkan bahwa pendidikan adalah untuk mengajarkan seseorang berfikir intensif dan kritis, tujuan pendidikan yang sebenarnya adalah kecerdasan dan karakter. Bila bercermin dari apa yang Martin Luther King, Jr. ungkapkan tersebut bisa dikatakan bahwa pendidikan di Indonesia saat ini terlalu mengagungkan kecerdasan sampai hampir melupakan satu hal penting yaitu “memanusiakan” manusia. Bagaimana tidak? Pendidikan difokuskan pada standar mutu kompetensi dengan test-test evaluasi pilihan ganda yang sepertinya melupakan bahwa nilai-nilai tinggi dari test-test tersebut bukan segalanya, bahkan pendidikan budi pekerti hanya berkesan teoritis tanpa aplikasi yang menarik. Hidup adalah pilihan namun hidup sama sekali berbeda dengan pilihan objektif yang tersedia dalam lembaran-lembaran soal yang dibuat untuk meningkatkan standar mutu pendidikan. Sekolah menjadi tempat membosankan yang hanya menyediakan pengajaran dan menjual ilmu pengetahuan. Pendidikan yang hanya berfokus pada pengajaran ini sepertinya adalah pendidikan yang telah kehilangan jiwanya. Pendididkan seharusnya adalah sesuatu yang menyenangkan seperti bercerita secara bergiliran dibawah pohon akasia tentang legenda-legenda yang memuat pesan- pesan bagus, terjun kesawah untuk menyelamatkan ikan yang menggelepar tidak berdaya karena kekeringan, atau mungkin berbagi di panti asuhan dengan teman- teman yang kurang beruntung. Lingkungan sekitar bisa digunakan untuk meningkatkan kepekaan, membangun nilai-nilai hidup, dan membangkitkan kreatifitas. Namun itu semua sangat sulit terjadi di Indonesia, dengan sistem pendidikan yang memaksa para pendidik untuk melihat segala sesuatunya dalam “ruangan-ruangan sempit bersudut,” melalui dogmasi dan dikte dari buku-buku teks. Produk yang dihasilkan tentu saja adalah generasi-generasi yang memandang dunia sebagai “tempat sempit yang bersudut pula” dimana kebenaran bagi generasi ini adalah kebenaran berdasarkan sudut pandangnya, dan segala tindakan mereka
  • 4. didasarkan atas dorongan kesenangan impulsive tanpa mempedulikan keselamatan orang lain dan diri mereka sendiri. Hal inilah yang terjadi berkat pendidikan yang minim memperhitungkan output karakter yang akan dihasilkan. Untuk bangkit dari situasi ini, setiap oknum pendidik harus mulai membuka dan menginstropkesi diri dalam “menciptakan dunia luas yang tidak bersudut di hati mereka” serta menghancurkan “ruangan-ruangan sempit itu” untuk mengajarkan nilai- nilai kehidupan kepada siswa dan siswi mereka dengan cara-cara yang tidak langsung dan menyenangkan. Mengapa cara-cara yang tidak langsung dan menyenangkan? Cara-cara yang tidak langsung dan menyenangkan adalah pendekatan paling tepat dalam mengajarkan nilai-nilai hidup karena hal ini bisa membuat seseorang menjadi kreatif, luwes, dan santai. Membuat seseorang belajar dan bukan mengajarkannya adalah strategi terbaik untuk menciptakan generasi-generasi yang mampu berkreasi lebih inovatif sebab dalam pencaharian intisari dari sebuah pengalaman seseorang akan merenung dan berfikir secara mendalam. Maksud dari hal ini adalah daripada mendiktekan nilai-nilai hidup kepada anak didik kita yang akan membuat mereka menjadi pribadi yang kaku dan tidak bisa memilah dimana harus berkompromi pada nilai-nilai hidup mereka, lebih baik membuat mereka menyimpulkan sendiri pelajaran apa yang mereka dapat setelah para pendidik memberikan mereka suatu situasi melalui tuntunan yang tepat. Akan sangat tidak lucu bila seseorang sama sekali tidak berbohong dalam lingkungan sosialnya, setidaknya berbohong bisa dilakukan ketika seseorang sedang bercanda atau dihadapkan situasi yang kritis. Namun berbohong tentu saja tidak dapat ditoleransi ketika digunakan untuk memanipulasi orang lain guna mencapai tujuan yang merugikan orang lain dan dirinya sendiri. “Dunia itu tidak bersudut” dan warnanya bukanlah hitam dan putih, memilah dunia berdasarkan warna hitam dan putih bukanlah sesuatu yang baik.
  • 5. Metode yang tepat untuk pendidikan yang berorientasi pada karakter sangatlah diperlukan untuk menghadapi krisis karakter dikalangan generasi muda pada khususnya. Sebuah metode yang dapat menanamkan kepekaan, serta menumbuhkan kepedulian pada lingkungan sekitar dan pribadi masing-masing, metode yang dapat menjadi vaksin untuk sifat “ikut-ikutan yang tidak baik.” Untuk itu terpikirkanlah sebuah konsep yang saya sebut dengan “one teacher one mission” dimana fokus dari konsep ini adalah satu guru dan satu misi dalam jangka waktu tertentu. Setiap guru memilih sebuah misi untuk dilaksanakan, dimana misi itu adalah mengajarkan nilai- nilai hidup tertentu seperti; keberanian, harapan, cinta kasih, kejujuran, pengabdian dan lain sebagainya dalam jangka waktu tertentu dengan sekreatif serta semenarik mungkin.
  • 6. Pembahasan 2.1 Landasan Teori Adapun teori-teori yang melandasi konsep “one teacher one mission” ini adalah beberapa teori pembentukan perilaku dalam bidang psikologi seperti kondisioning, insight, dan model. Kondisioning bisa diartikan sebagai mengkondisikan lingkungan atau membiasakan diri untuk berprilaku seperti yang diharapkan, sedangkan Insight dapat diartikan sebagai cara pembentukan perilaku yang dilakukan dengan menumbuhkan pengertian, dan model adalah penggunaan contoh untuk membentuk prilaku. Dalam menggunakan teori-teori pembentukan prilaku ini ada baiknya untuk melihat beberapa teori prilaku yang dikemukakan oleh para ahli dibidan psikologi. Beberapa teori prilaku itu adalah sebagai berikut: Teori Insting; teori ini dikemukakan oleh seorang pelopor psikologi sosial bernama McDouggall dimana dalam teori ini perilaku dipandang terjadi karena insting. Insting adalah perilaku yang bersifat innate (bawaan) dan prilaku ini mengalami perubahan seiring pengalaman Teori Dorongan; teori ini memandang prilaku terjadi akibat adanya dorongan-dorongan atas kebutuhan dimana dorongan ini akan mengalami reduksi atau pengurangan apabila kebutuhan tersebut terpenuhi. Teori Insentif; dalam teori ini perilaku terjadi karena adanya reinforcement, baik itu karena reinforcement positif atau negative. Reinforcement positif mendorong organism untuk berbuat, sedangkan reinforcement negative menghambat organism untuk berbuat. Teori Atribusi; teori ini adalah teori yang menjelaskan sebab-sebab perilaku seseorang, baik karena disebabkan oleh disposisi internal seperti motif,
  • 7. sikap, dan lain sebagainya ataupun kerena keadaan eksternal seperti lingkungan. Teori Kognitif; teori ini membahas tentang pemilihan perilaku berdasarkan manfaat sebesar-besarnya pada indifidu. Dalam teori ini faktor berfikirlah yang menentukan pemilihan prilaku dimana perilaku terjadi akibat respons dari stimulus yang dikendalikan oleh sisi kognitif. Dari beberapa teori tentang perilaku dan pembentukan perilaku yang sering disampaikan dalam teori pisikologi perkembangan, pisikologi kepribadian, dan pisikologi sosial tersebut, tindakan-tindakan yang dihasilkan akibat aktivitas kejiwaan dapat amati dan diarahkan untuk membentuk karakter seseorang. Baik dengan melakukan kondisioning seperti membiasakan anak didik untuk melakukan sesuatu yang baik hingga menjadi kebiasaan, sampai dengan memberikan kemampuan berfikir kritis dan akurat dengan menstimulasi anak didik untuk mengambil kesimpulan guna membentuk pengertian. Dalam pembentukan pola pikir kritis dan dan pengertian ini para pendidik harus berhati-hati untuk tidak memberikan stimulasi yang salah. Karena dampak dari stimulasi yang salah akan menyebabkan simpulan menjadi salah pula. Para pendidik harus dapat mengarahkan anak-anak didiknya dengan tepat saat melihat terjadi indikasi pelencengan namun tetap dengan cara yang menyenangkan. Cara yang menyenangkan dipilih karena mempertimbangkan beberapa prinsip yang menyebabkan seseorang tergerak untuk berprilaku. Dua diantaranya adalah prinsip kenikmatan, dan kebutuhan dasar manusia dengan memperkenalkan mereka kenikmatan saat melakukan sesuatu yang baik dan benar, yang nantinya bisa menjadi motivasi untuk melakukan tindakan-tindakan selanjutnya. Apapun metodenya, diharapkan agar para pendidik dapat membangun suasana yang ceria dan menyenangkan untuk mencegah agar nantinya tidak malah menjadi reinforcement negatif (yang membuat seseorang memilih untuk tidak melakukan sesuatu).
  • 8. Karena karakter merupakan kebiasaan yang menjadi “identitas” dan kebiasaan timbul akibat perilaku atau tindakan-tindakan yang konstan, maka sebaiknya pendidikan karakter diajarkan dengan tindakan-tindakan yang menumbuhkan pengertian dan berfikir. Membuat anak didik untuk berfikir berbeda dengan membuat anak didik untuk menghafal, karena aktifitas kognitif akan lebih kental dengan membuat anak didik untuk berfikir atau merenung. Seperti yang telah dipaparkan dalam teori kognitif diatas, dengan kemampuan kognitif yang kuat anak didik diharapkan untuk nantinya dapat memilih perilaku yang paling menguntungkan untuk dirinya. Sebagai contoh ilustrasi; seorang anak dihadapkan dengan lingkungan yang kurang baik, dilingkungan tersebut menegak minuman keras, berjudi, dan sex bebas adalah hal yang biasa. Dengan expose seperti ini dari lingkungan seseorang nantinya diharapkan untuk memilih tidak ikut dengan lingkungan yang demikian karena memiliki kemampuan kognitif untuk memilih yang bagus dengan pertimbangan bahwa tindakan-tindakan yang di expose oleh lingkungan tidak memberikan manfaat yang baik bagi dirinya sendiri . Dengan mengadopsi dua pandangan pembentukan perilaku yaitu pandangan behaviorist dan kognitif, kegiatan sekolah yang dirancang oleh seorang guru untuk misi tertentu ditekankan pada action dan pengertian. Action seperti yang dipandang oleh para behaviorist dapat membantu seseorang untuk membentuk perilakunya, sedangkan kemampuan kognitif atau pengertian dapat membantu seseorang untuk memilih perilaku mana yang terbaik untuk dirinya dan lingkungan. 2.2 Konsep “One Teacher One Mission” Berangkat dari sebuah ide bahwa sekolah adalah tempat manusia dimanusiakan, “One teacher One mission” adalah sebuah konsep mengajar dimana setiap 3 minggu
  • 9. seorang pendidik diberikan sebuah misi untuk disampaikan kepada anak didiknya. Adapun misi yang diberikan adalah berupa nilai-nilai kemanusiaan seperti; Friendship (persahabatan), Life (kehidupan), Love (cinta dan kasih saying), Familly (keluarga), Charity and Compassion (kepedulian) dan lain sebagainya. Dalam konsep ini setiap guru diberikan kebebasan dalam menyampaikan nilai- nilai itu sekreatif dan semenarik mungkin dimana hal ini tidak harus dilakukan didalam kelas. Sebagai contoh, untuk menyampaikan misi charity, guru bisa mengajak siswa-siswinya untuk pergi ke panti asuhan dengan instruksi setiap anak didik diharapkan untuk mencari seorang teman dipanti asuhan tersebut untuk diajak bermain atau “didengarkan.” Sebelum event berlangsung, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan diinstruksikan dengan jelas. Misalnya seperti tidak boleh terlalu banyak berbicara tentang diri sendiri, atau harus bertanya hanya hal-hal tentang keseharian saja, dan lain sebagainya. Setelah event berlangsung, siswa-siswi diberikan tugas untuk membuat sebuah laporan tentang apa yang mereka alami berupa narasi yang nantinya akan dibacakan atau disampaikan didepan kelas. Apabila situasi tidak memungkinkan untuk mengajak siswa-siswi keluar dari sekolah, penyampaian misi ini bisa dilakukan didalam kelas dengan mengambil jam penuh. Misalnya untuk menyampaikan misi Familly, siswa-siswi diajak untuk bercerita dan berbagi tentang apa yang akan mereka lakukan, bila seandainya suatu hari mereka menjadi seorang ayah atau ibu. Sebelum hal ini dilakukan, guru bisa menciptakan situasi kelas yang diinginkan dengan memberikan impresi tentang pandangannya terlebih dahulu. Sebagai contoh; “bila suatu hari saya menjadi seorang ayah, saya akan mengajak anak-anak saya untuk bermain dibawah rindangnya pepohonan... saya ingin memberikan sebuah kenangan yang menyenangkan tentang bagaimana alam
  • 10. memberikan mereka begitu banyak kegembiraan, saya ingin agar anak-anak saya lebih mencintai alam... agar suatu hari nanti ketika mereka besar dan menjadi orang yang membangun negri ini, mereka akan berfikir ulang saat memutuskan untuk menanam tiang-tiang beton pondasi bangunan, mereka akan mengingat bahwa alam sudah memberikan kerindangan dimasa kecil mereka, bahwa alam sudah memberikan tempat bermain untuk mereka… bahwa alam telah begitu baik dengan memberikan rerumputan hijau tempat mereka berlari dengan bebas, bahwa alam begitu mengasihi mereka dengan keteduhan yang diberikannya… sehingga mereka akan mencintai alam dan alam akan mencintai mereka sebagaimana mereka mencintainya.” Setelah itu guru bisa mengajak siswa-siswinya untuk secara bergiliran berbicara secara spontan tentang keinginan mereka dan diakhiri dengan sesi tanya jawab yang bersifat casual. Untuk membawakan misi family bisa juga dilakukan dengan meminta siswa- siswi untuk menulis pengalaman yang paling berkesan bersama salah seorang family dengan tetap memberikan contoh untuk mengarahkan siswa-siswi pada impresi yang ingin disampaikan. Guru bisa saja memberikan contoh sebagai berikut “Tahukah kalian kalau kakekku sangat hebat; ia menggendongku dipundaknya dan memperkenalkanku pada kadal yang bisa terbang, ia juga memberitahuku tentang serangga yang bisa berenang sangat cepat di air dan kumbang yang kulitnya luar biasa keras... tahukah kalian kalau kakekku sangat hebat; ia membuatkanku senjata yang disebut tulupan... dan tak ada satu orang pun yang menyamai tulupan buatan kakekku, ia juga membuatkanku ketapel yang sangat bagus, dengan pegangan yang ia sesuaikan dengan tangan kecilku dan talinya yang ia buat dari ban bekas. tahukah kalian kalau kakekku sangat hebat; ia bercerita padaku tentang raksasa yang tinggal disebuah goa ketika kami berjalan-jalan dan menemukan sebuah goa besar didekat sungai. ia berkata bahwa raksasa itu sering menculik anak-anak... tapi jangan khawatir karena ia sudah mengalahkannya, ia juga bercerita padaku tentang yuyu raksasa yang ia kalahkan dan
  • 11. ia tunjukan capitnya sebelum kami makan malam... tahukah kalian kalau kakekku sangat hebat; ia sama sekali tidak marah ketika aku membongkar satu-satunya pompa sepeda miliknya karena ingin tahu bagaimana benda itu bisa mengeluarkan angin, ia juga tidak marah ketika aku membongkar jam weker dan senter miliknya. “ Setelah itu siswa siswi diajak untuk mengutarakan pentingnya keluarga dan mendefinisikannya berdasarkan penilaian mereka. Dalam konsep ini subjektifitas memang kental karena harus mendefinisikan misi-misi kemanusiaan yang ingin disampaikan melalui pandangan pribadi, untuk itu setiap guru yang dalam kesehariannya dinilai dapat merepresentasikan nilai tertentu ditunjuk untuk mempresentasikan nilai tersebut kepada siswa siswinya. Dengan fokus pada satu nilai atau misi dalam waktu 3 minggu sekali saja, guru yang mempresentasikan nilai tertentu ini diharapkan dapat mengembangkan dan menggali kreatifitas serta semangatnya dalam menyampaikan misi tersebut kepada siswa-dan siswinya, dan begitu pula dengan guru-guru lain yang mendapat misi lain. Tujuan dari konsep ini selain sebagai pendidikan karakter juga adalah untuk memberikan penghargaan dan kehormatan kepada guru yang dipandang mampu merepresentasikan sebuah nilai kemanusiaan tertentu, sehingga setiap guru juga memiliki predikat berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan yang diajarkannya. Jadi setiap guru yang ditunjuk untuk merepresentasikan nilai tertentu sesungguhnya adalah guru yang diberikan kehormatan karena dipandang mampu dalam membawakan nilai tersebut.
  • 12. Simpulan dan Saran One Teacher One Mission adalah sebuah konsep yang mengusahakan terbentuknya karakter anak didik melalui pengembangan perilaku dengan aksi dan penggalian kognitif dimana aksi bertujuan untuk pembiasaan perilaku baik sedangkan penggalian kognitif bertujuan untuk membentuk kesadaran yang melatar belakangi perilaku tersebut. Outcome dari metode ini diharapkan adalah generasi-generasi yang memiliki karakter kuat dan beresistensi tinggi terhadap pengaruh-pengaruh negatif. Untuk itu setidaknya para pendidik harus membuka kemungkinan akan metode- metode lain yang dapat digunakan untuk membentuk pola pikir anak didiknya agar fungsi sekolah tidak hanya menjadi tempat pengajaran melainkan juga tempat manusia dimanusiakan.
  • 13. DAFTAR PUSTAKA Depporter, Bobbi. Reardon, Mark. Singer, N.S. Quantum Teaching. Mizan. Bandung May Jo, Meadow. 1989. Memahami orang lain. Kanisius. Yogyakarta. Tobler, Jan. Carrol, Lee. 2000. An Indigo Celebration. PT Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia. Jakarta Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Sosial. C.V Andi Offset. Yogyakarta