Dokumen ini membahas perjalanan Syeikh Mursyid beserta rombongan ke beberapa negara di Eropa Barat seperti Italia, Vatikan, Swiss, Jerman, Belanda, Belgia, dan Prancis. Perjalanan ini dilakukan untuk mewujudkan wasiat guru silsilah sebelumnya dan sekaligus membangun peradaban dunia melalui interaksi lintas agama.
2. 1SIRNARASA UNTUK SURYALAYA
Membangun Peradaban Dunia
Penulis : KH B Rahman Hakim
Foto - Foto : Dr. Syuhudul Anwar dan KH B Rahman Hakim
Tata Letak : Supriadi HD
Cetakan Pertama : Januari 2014
ISBN : 978-602-7936-16-4
Diterbitkan oleh
KANZUL‘ARSYPUBLISHINGHOUSE-RMBOOKS
PESANTREN INTERNASIONALJAGAT ‘ARSY
Jl. Yapen Raya no. 21 Rawa Mekar Jaya, BSD,
Tangerang Selatan, Banten, Indonesia
3. SIRNARASA UNTUK SURYALAYA2 Membangun Peradaban Dunia
PERJALANAN ke Western
Europe, persisnya ke-7 (tujuh)
negara —Vatikan, Italia, Swiss,
Jerman, Belanda, Belgia, dan
Prancis, boleh dibilang fisiknya
sangat mendadak, di luar rencana.
Tiba-tiba harus berangkat saja dan
terspesial lagi ikut serta Wali
Mursyid Thoriqoh Qoodiriyyah
Naqsyabandiyyah Pondok Pesan-
tren Suryalaya (TQN PPS), Syeikh
Muhammad Abdul Gaos Saefulloh
Maslul Al-Qodiri (Abah Aos) Q.S.
Namun non-fisiknya perjalanan ini
tentu sudah direncanakan lama
sejak di alam sana. Ini tentu
merupakan bagian dari sirr-nya
para Ahli Silsilah TQN PPS.
Pengurusan visa Schengen-
staten (visa yang berlaku untuk
masuk seluruh negara Eropa
kecuali Inggris) termasuk mepet-
mepet waktu keberangkatan.
Biasanya memerlukan tenggang
waktu yang panjang untuk jaga-
jaga visa tidak keluar. Maklum, ini
high season travelling karena
berbarengan dengan libur
panjang sekolah dan perkantoran,
kedutaan negara-negara Eropa
dengan demikian sedang sibuk-
sibuknya dan ketat-ketatnya.
Pintu pengajuan visa
Schengenstaten kali ini melalui
Kedutaan Belanda di Indonesia.
Tidak sedikit para pengaju visa
ditolak lantaran punya catatan
hitam alias blacklist. Bahkan
dikabarkan ada yang sudah tiba di
salah satu negara Uni Eropa
terpaksa harus dideportasi ke
negara asal karena alasan secu-
rity, bahkan seringkali tanpa
alasan yang jelas. Peraturan
keamanan terutama persyaratan
finansial bagi visitors semakin
mengetat setelah dilanda badai
krisis keuangan yang nyaris
menggulungtikarkan perekono-
mian negara-negara bekas
penguasa dunia ini.
Western Europe adalah belahan
dunia di benua Eropa yang sering
kita, masyarakat di Timur, per-
sepsi sebagai pusat peradaban
Barat selama ini. Pada Perang
Dunia kedua (World War II) ,
negara-negara di Western Europe
ini adalah para kolonial negara-
negara sedang berkembang di
Timur jauh. Penjajahan yang
mereka lakukan masih berlang-
sung hingga saat ini meski dalam
bentuknya yang halus, seperti
penjajahan bidang ekonomi juga
gaya hidup atau disebut dengan
neo-kolonialisme.
Ketika menyebut peradaban
Barat, maka negara-negara yang
ada di Western Europe inilah
pelopor, penemu, pengamal,
pelestari, dan penyebar nilai-
nilainya. Dari negara-negara
inilah idiologi, lifestyle, dan
pandangan ke-barat-baratan
seperti liberalisme, egaliterianis-
me, dan demokrasi berasal dan
lalu “diekspor” ke negara-negara
sedang tumbuh (developing
countries) termasuk Indonesia.
Di depan Collosium, Roma, Italia.
Depan Menara Eiffel.
.
4. 3SIRNARASA UNTUK SURYALAYA
Membangun Peradaban Dunia
PERJALANAN ke Eropa tidak
terlepas dari misteri dari wasiat
Guru Agung Silsilah ke-36 (tiga
puluh enam) TQN PPS Syeikh
Abdulloh Mubarok bin Nur
Muhammad (Abah Sepuh) yang
disampaikan kepada penerusnya,
Silsilah ke-37 (tiga puluh tujuh)
Syeikh Ahmad Shohibul Wafa
Tajul ‘Arifin (Abah Anom),
persisnya disampaikan setelah
Abah Anom memparipurnakan
riyadhoh 1 (satu) tahun duduk
dan tiga tahun tidak tidur.
Wasiat Abah Sepuh ini oleh
Abah Anom lalu dikisahkan
langsung kepada Silsilah ke-38
(tiga puluh delapan) Abah Aos
dalam kesempatan percakapan
berdua pada 1 Syawal di tahun
1970.
“...Nanti ulama-ulama akan
tumbang. Raja-raja akan bertekuk
lutut. Nanti akan muncul di
Eropa. Kalau Malaysia sudah
diduduki, berarti dunia sudah
digenggam oleh TQN Pondok
Pesantren Suryalaya,” tutur Abah
Anom menirukan terawang
spiritual Abah Sepuh.
Ziarah Manaqib Eropa inilah,
sambung Syeikh Mursyid, ja-
waban dari apa yang disampaikan
oleh Abah Sepuh dan sekaligus
atas restu seluruh Ahli Silsilah
TQN PPS.
Kenapa Harus Western Europe?
Depan Menara Pisa.
Di downton Amsterdam, dekat Amstel River. Depan Frankfrut Forum, Jerman.
Di Puncak Gunung Titlis.
6. 5SIRNARASA UNTUK SURYALAYA
Membangun Peradaban Dunia
Talqin Zikir
Ke Jantung
Peradaban
Barat Via
Telephone
Dalam sebuah kesempatan,
Abah Aos berkata, “Talkin Zikir
Thoriqoh (TQN PPS) ini ditujukan
kepada siapa saja yang ada di
kolong langit ini.”
Pernyataan Syeikh Mursyid di
atas disampaikan saat pengang-
katan para Wakil Talqin-nya untuk
menegaskan, tugas membimbing-
kan talqin zikir tidak mengenal
batas wilayah atau zona dakwah.
Sungguh tidak terbatas dan
bahkan melampaui batas-batas
wilayah. Cakupan tugas mem-
bimbingkan zikir ini melintasi
garis-garis geografis.
“Talqin zikir diberikan kepada
siapa saja yang minta, dan kepada
siapa saja yang dianggap penting
untuk diberikan,” ucap Syeikh
menambahkan. Para wakil Abah
Aos, dengan demikian, bisa lebih
pro-aktif menawarkan bimbingan
ini kepada khalayak. “Mereka
tidak meminta bisa jadi karena
tidak tahu,” katanya.
Bukti keteladanan atas ucapan
Syeikh Mursyid ini dapat disaksi-
kan melalui fakta, Syeikh sudah
melakukan bimbingan talqin
dzikir lintas batas kota, propinsi,
negara, bahkan benua. Melalui
perangkat komunikasi Abad 21,
sejak 2005, Abah Aos sudah
melakukan talqin menggunakan
handphone atau telepon seluler.
Konsistensi meski ada yang
mencaci dalam melakukan talqin
menggunakan hp ini berlangsung
sampai sekarang. Kebijakan
mentalqin melalui hp ini tentu
terkait otoritas kebijakan umum
yang sudah diberikan Abah Anom
kepada Abah Aos sejak tahun
1974. “Pangersa Abah Anom
menyampaikan kepada Abah,
‘Abah mah kumaha Aos we. Ceuk
Aos A, A, Ceuk Aos B, B...”
Selanjutnya, sambung Syeikh
Mursyid, menerima perintah
untuk syiar Manaqib Syeikh Abdul
Qodir Al-Jaelani (AQJ). “Kembang-
keun manaqib tempatkeun mu-
baligh, urang mah teu kudu ngaji
da geus arapaleun iyeuh urang
mah bisa ngaji,”(Terserah Aos
saja. Kembangkan manaqib
tempatkan mubaligh. Kita tidak
perlu ceramah, kan sudah pada
tahu kita bisa ceramah) ucap Abah
Anom seperti ditirukan Abah Aos.
Kebijakan boleh mentalqin
melalui hp masih terus diteruskan
meski Syeikh Mursyid sudah
memiliki Wakil Talqin sebanyak 40
orang (sampai tulisan ini diturun-
kan). Talqin menggunakan perang-
kat komunikasi modern ini barang-
kali sedikit berkurang seiring terus
bertambahnya jumlah Wakil
Talkin. Dan tugas mulia tapi berat
itu sudah diserahkan kepada
mereka, sementara Pangersa Abah
Aos akan banyak diam, kelak.
Sejak tahun itu, melalui
sambungan telephon, Syeikh
Mursyid sudah melakukan
bimbingan zikir kepada ikhwan
yang bermukim di negara yang
kini dikunjungi, yakni, Qatar,
Italia (Roma, Pisa, Venice, dan
Milan), Vatikan, Jerman, Belanda,
Belgia, Prancis, kecuali Swiss yang
belum. Dan kini, ke negara-negara
pusat Western Civilization inilah
Abah Aos menjejakkan kaki.
Alhamdulillah proses
pengurusan dan keluarnya visa
berlangsung lancar. Saat jadwal
wawancara di Kedubes Belanda
yang biasanya ribet, membludak
dan lama karena antrean mengu-
lar, prosesnya lancar dan cepat,
keesokan harinya, visa keluar.
Tanggal keberangkatan pun
berubah-ubah. Semula sudah
matang di penghujung Desember
2013 namun entah kenapa harus
berangkat seperti dua tahun
lamanya. Berangkat tahun 2013
(tanggal 24 Desember kembali
2014 (tanggal 5 Januari). Peru-
bahan termasuk negara tujuan
pertama keberangkatan.
7. SIRNARASA UNTUK SURYALAYA6 Membangun Peradaban Dunia
Training ESQ.
Abah Aos bersama Dr Ary Ginandjar Agustian dan pengurus ESQ.
Abah di Masjid di lantai paling atas Menara 165.
8. 7SIRNARASA UNTUK SURYALAYA
Membangun Peradaban Dunia
Perjalanan mulia ini atas wasilah
Travel ESQ 165, yang pemiliknya
tak lain Wakil Talkin Syeikh
Mursyid: Dr (HC) Ary Ginanjar
Agustian. Kang Ary, begitu ia
akrab disapa, mendapat hirqoh
membimbingkan talkin dzikir dari
Syeikh Mursyid pada Ahad 22
Desember pukul 13.25 WIB di
Mesjid di lantai paling atas
Gedung Menara 165. “Menara 165
sekarang menjadi Menara
Suryalaya,” begitu ucapnya,
sesaat menerima kedatangan sang
Sirnarasa, Abah Aos, ke gedung
Menara 165
Jadi Menara
Suryalaya
Oleh Sang
Sirnarasa
tinggi itu.
Seluruh pengurusan perjalanan
mulia ini dilakukan oleh orang
kepercayaan Kang Ary di industri
travel, yakni, General Manager
ESQ Travel Bapak Solihin, yang
ternyata sudah menjadi ikhwan
dan aktifis TQN PPS sejak masa
Syeikh Ahmad Shohibul Wafa
Tajul ‘Arifin (Abah Anom).
Bahkan mendapat talqin zikir dari
Abah Aos di tahun 1992. “Saya
dulu sering Manaqib dan dibim-
bing oleh Ustadz Rosyidi,”
akunya, buka kartu.
9. SIRNARASA UNTUK SURYALAYA8 Membangun Peradaban Dunia
...Adapun soal keagamaan, itu
terserah agamanya masing-masing,
mengingat suroh Al-Kafirun ayat 6:
AGAMAMU UNTUK KAMU, AGA-
MAKU UNTUK AKU. Maksudnya
jangan terjadi perselisihan, wajiblah
kita hidup rukun dan damai, saling
harga menghargai, tetapi janganlah
sekali-kali ikut campur...
—Tanbih Syeikh Abdulloh Mubarokq
bin Nur Muhammad—
Perjalanan ziarah manaqib ke Wes-
tern Europe ini seperti untuk bukti
pengamalan Tanbih Pangersa Abah
Sepuh. Ziarah Manaqib Eropa harus
dijalani dengan rombongan lintas
agama. Dengan wasilah ESQ, Abah Aos
bergabung dengan rombongan per-
jalanan yang anggotanya terdiri dari
lintas Agama. Avia Tour menjadi mitra
ESQ dalam memperjalankan Syeikh
Mursyid ke Eropa Barat.
Selama perjalanan di Western Europe
sana, Syeikh Mursyid bertemu dan
berinteraksi dengan banyak orang dari
berbagai latar belakang. Inilah napak
tilas (manaqib) Syeikh Mursyid agar
sekalian ikhwan mendunia dan turut
membangun peradaban dunia.
Manaqib
Lintas Agama
Foto bersama di kota Venice, Italia.
11. SIRNARASA UNTUK SURYALAYA10 Membangun Peradaban Dunia
Keberangkatan ke Eropa Barat
akhirnya terjadi pada tanggal 24
Desember 2013. Transit di Doha,
Qatar, beberapa saat, langsung
terbang ke Roma. Rupanya,
keberangkatan pada tanggal itu
bertepatan dengan momentum
kemeriahan Natal di kota suci
kaum yang tengah semarak
merayakannya, di keesokan hari:
Vatikan. Yaitu, negara berdaulat
yang luasnya hanya 44 Ha (empat
puluh empat hektar).
Namun untuk menembus ke
negara terkecil di dunia itu harus
menjelajah kota Roma, Italia.
Syeikh Mursyid dan rombongan
akhirnya tiba di Bandara
Internasional Leonardo Da Vinci,
Roma, Italia, pada Rabu 25
Desember 2013. Hari masih pagi
ketika Syeikh Mursyid dan
rombongan tiba, semilir angin
musim dingin, menusuk tulang.
Karena penduduknya mayoritas
beragama Katolik, situasi di
bandara dan jalan-jalan tampak
lengang. Semua tengah menikmati
liburan panjang, sebagian besar
menghabiskan waktu bersama
keluarga di rumah masing-
masing, sebagian lainnya ke
gereja dan tentu berkumpul di
Basilica St Peter, Vatikan.
Sebelum masuk ke Vatikan,
Syeikh Mursyid dan rombongan
mampir ke situs-situs penting di
ibu kota negara Italia. Inilah kota
dengan keagungan masa silam.
Keagungan karena kekuatan
militer serta tata kelola pemerin-
tahannya yang ekspansif sehingga
Alloh merasa perlu mengaba-
dikannya kedigjayaan bangsa ini
dalam Al-Quran melalui sebuah
surat tersendiri, yang ke-30 (tiga
puluh): Ar-Ruum.
Dalam ayat-ayat di surat ini
disebutkan, Kekaisaran Bizantium
telah mengalami kekalahan besar,
tetapi akan segera memperoleh
kemenangan. Begini bunyinya:
“Alif, Lam, Mim. Telah
dikalahkan bangsa Romawi, di
negeri yang terdekat dan mereka
Sang Sirnarasa:
Dari Suryalaya Menuju Roma
sesudah dikalahkan itu akan
menang, dalam beberapa tahun
(lagi). Bagi Allah-lah urusan
sebelum dan sesudah (mereka
menang).” (Al Qur’an, 30:1-4)
Ayat-ayat ini diturunkan pada
tahun 620 Masehi, hampir tujuh
tahun setelah kekalahan hebat
Bizantium Kristen di tangan
bangsa Persia, ketika Bizantium
kehilangan Yerusalem. Kemudian
diriwayatkan dalam ayat ini,
Bizantium dalam waktu dekat
menang. Padahal, Bizantium
waktu itu telah menderita
kekalahan begitu telak hingga
nampak mustahil untuk
mempertahankan keberadaannya
sekalipun, apalagi merebut
kemenangan kembali. Ancaman
mengintai kekuasaan Romawi saat
itu, dari segala penjuru kekuatan.
Setiap orang menyangka
Kekaisaran Bizantium akan
runtuh. Dalam situasi seperti ini
ayat pertama Surat Ar Ruum
turun, mengumumkan: Bizantium
akan mendapatkan kemenangan
dalam beberapa tahun lagi.
Kemenangan ini tampak sede-
mikian mustahil sehingga kaum
musyrikin Arab menjadikan ayat
Foto bersama pelepasan Abah Aos menuju Eropa.
12. 11SIRNARASA UNTUK SURYALAYA
Membangun Peradaban Dunia
Syeikh Mursyid, Kyai Soleh dan penulis ngobrol santai di bandara Internasional Soekarno-Hatta.
Syeikh Mursyid dan rombongan tiba di bandara internasional Leonardo Da Vinci, Roma, Italia.
13. SIRNARASA UNTUK SURYALAYA12 Membangun Peradaban Dunia
ini sebagai bahan cemoohan.
Mereka berkeyakinan, kemenang-
an yang diberitakan Al Qur’an
takkan pernah menjadi ke-
nyataan.
Namun, sekitar tujuh tahun
setelah diturunkannya ayat
pertama Surat Ar Ruum, pada
Desember 627 Masehi, pecahlah
perang penentu antara Kekaisaran
Bizantium dan Persia di Nineveh.
Dan kali ini, pasukan Bizantium
secara mengejutkan mengalahkan
pasukan Persia. Beberapa bulan
kemudian, bangsa Persia harus
membuat perjanjian dengan
Bizantium, yang mewajibkan
mereka untuk mengembalikan
wilayah yang mereka ambil dari
Bizantium.
Dengan demikian, “kemenangan
bangsa Romawi” yang diumum-
kan oleh Allah dalam Al Qur’an,
terbukti jadi kenyataan. Bangsa
Romawi masih dalam kejayaan-
nya. Dan pada masa-masa jaya itu
Di depan Collosium, Roma, Italia.
14. 13SIRNARASA UNTUK SURYALAYA
Membangun Peradaban Dunia
mereka membangun situs-situs
perlambang kegagahan serta
kebesaran bangsanya.
Salah satu yang terbesar diba-
ngun yakni Collosium. Inilah
stadion raksasa yang dapat me-
nampung ratusan ribu manusia. Di
stadion terbuka yang tampak sisa-
sisa kemegahannya itu, mereka
biasanya mementaskan beberapa
pertarungan unjuk kesaktian antar
ksatria dan atau hamba sahaya. Ke
tempat inilah Syeikh Mursyid
melakukan napak nilas.
Selain Collosium, situs-situs
bersejarah yang masuk dalam
UNESCO heritage list di kota
Roma ialah Monument Vittorio
Emanuele II, Piaza Venezia,
Roman Forum, dan Trevi Foun-
tain. Kesemua situs itu satu
persatu di kunjungi Syeikh Mur-
syid. Sampai waktunya tiba,
masuk ke negara Vatikan, pusat
otoritas Gereja Katolik seluruh
dunia.
Dalam kesempatan perjalanan,
Abah Aos berkata, “Dulu Abah
Anom pernah bilang kepada
Abah, ‘Sagala teh ulah beja, ulah
ceuk... Kudu kapapay...’ (Segala
sesuatu jangan menurut berita,
jangan ‘katanya’... Semua harus
dialami).”
Kejayaan negara-negara Barat di
Eropa, termasuk bangsa Romawi,
tambah Syeikh Mursyid, jangan
cuma katanya, melainkan harus
melihat dengan mata sendiri,
menyaksikan dan mengalami
rasanya. Dalam bahasa Abah
Sepuh, Abah Aos menambahkan,
“Kudu asak rampa...ulah diliwa-
tan.” (Harus matang pegangan...
Jangan ada yang kelewat)”.
Di depan
Trevi Fountain.
15. SIRNARASA UNTUK SURYALAYA14 Membangun Peradaban Dunia
Tanggal kedatangan ke tanah
Eropa dan tempat pertama
pendaratan bertepatan dengan
Hari Natal 25 Desember 2013 di
pusat perayaannya, yakni, kota
suci kaum Nasroni: Vatikan. Bagi
mereka inilah tanggal suci dan
tempat suci penuh limpahan
spiritual dari yang mereka selalu
sucikan ruhnya, Ruhul Qudus,
Yesus Kristus. Tidak ada yang
kebetulan, Guru Suci TQN PPS
Syeikh Mursyid tiba di tanggal
dan tempat yang diimani suci
sekaligus sakral kaum Nasroni.
Negara yang kekuasaanya kini di
tangan Uskup Agung Paus Fransis-
kus. Papa Fransesco ini adalah
seorang imam Yesuit pertama dan
orang Amerika Latin keturunan
Italia pertama yang terpilih sebagai
Paus. Lahir dengan nama Jorge
Mario Bergoglio di Buenos Aires,
Argentina, 17 Desember 1936; umur
77 tahun) adalah Paus ke-266. Ia
kini adalah pemimpin Gereja Katolik
Roma dan sekaligus kepala negara
dari Negara Kota Vatikan.
Perjalanan saat Natal ke negara
terkecil di dunia ini sebagai upaya
meneruskan tradisi Guru Suci
Syeikh Mursyid Abah Aos, yang
setiap tahunnya tidak pernah
melewatkan untuk mengikuti
seremoni Natal live melalui
televisi dari kota suci kaum
Nashroni, Vatikan. “Bukti kajem-
baran rahmaniyahnya Alloh, yang
bohong saja sebegitu meriah dan
begitu banyak pengikutnya,” ucap
Syeikh, setiba di lapangan luas
depan Basilica St Peter.
Saat tiba di lapangan, tampak
kerumunan ratusan ribu jemaat
Katolik menyemut, tengah
menunggu kemunculan sekaligus
mendengar pidato singkat Papa
Fransiskus menyampaikan
khotbah Natal. Tidak lama me-
Natal Vatikan:
Guru Suci Ke
“Kota Suci”
Syeikh Mursyid dan penulis di lapangan depan Basilica St. Peter.
Foto di lapangan luas depan Basilica St. Peter. Kerumunan ratusan ribu jema
16. 15SIRNARASA UNTUK SURYALAYA
Membangun Peradaban Dunia
nunggu, muncul yang ditunggu-
tunggu dari balkon di ketinggian
Gereja St Peter. Terdengar riuh
dan gemuruh tepuk tangan
jemaat, menyambut.
Terdengar gema dari audio di
setiap penjuru lapangan pemandu
acara, membuka. Dilanjutkan
pidato Papa Fransisco dengan
suara baritonnya, penuh wibawa.
Beberapa kalimat yang diluncur-
kan mengundang tepuk tangan,
teriak histeris, bahkan standing
applouse.
Hanya beberapa menit saja
menyampaikan, lalu usai. Keru-
munan jemaat bubar lalu mengu-
lar dalam antrean panjang, masuk
ke dalam gereja terbesar di dunia
itu. Di dalam sana, jemaat dan
termasuk rombongan menyaksi-
kan keindahan pahatan patung
dari batu alam pilihan. Termasuk
menyaksikan jasad Paus dari masa
ke masa yang dimumikan.
Syeikh Mursyid menyantap
siang di restoran sekitar Vatikan
Square. Setelah santap siang,
Abah Aos melihat setiap sudut
negara kota Vatikan yang dingin,
lalu mampir ke sebuah kafe untuk
menghangatkan badan dengan
menyeruput secangkir teh.
Hari semakin gelap, rombongan
pun akhirnya memutuskan melan-
jutkan perjalanan kembali ke kota
Roma untuk bersantap malam dan
menginap di Hotel Best Western
Roma Tor Vergata. Menjelang
shubuh, Abah Aos mengajak
manaqib terbatas. Manaqib
berlangsung dengan khidmat.
at Khatolik mendengarkan ceramah Papa Fransisco.
Abah Aos melihat sudut-sudut negara Vatikan.
Syeik Mursyid di depan Gereja St. Peter.
17. SIRNARASA UNTUK SURYALAYA16 Membangun Peradaban Dunia
Waktu shubuh di Roma hampir
setengah tujuh pagi. Seusai
berjamaah, Abah Aos menyantap
sarapan pagi ala Roma lalu
bersiap-siap melanjutkan perja-
lanan. Tujuan berikutnya: kota
Pisa, Italia. Ada apa di kota yang
dulu negara bagian dengan
maritim yang kuat ini?
Pisa adalah sebuah kota di
Toscana, Italia tengah, di sisi
kanan mulut Sungai Arno di Laut
Tirenia. Pisa merupakan ibu kota
Provinsi Pisa. Luasnya adalah 185
km² dan penduduknya berjumlah
88.363 jiwa (Desember 2004).
Kota ini paling dikenal sebagai
tempat terletaknya Menara
Miring Pisa. Di kota ini lahir para
pemikir kenamaan dan pan-
dangannya menyulut kontroversi
di kalangan gereja: Galilea-Galilei
dan Copernicus.
Menara Miring Pisa (Bahasa
Italia: Torre pendente di Pisa atau
disingkat Torre di Pisa) adalah
sebuah campanile atau menara
lonceng katedral di kota Pisa,
Italia. Menara Pisa sebenarnya
dibuat agar berdiri secara vertikal
seperti menara lonceng pada
umumnya, namun mulai miring
tak lama setelah pembangunan-
nya dimulai pada Agustus 1173.
Ia terletak di belakang katedral
dan merupakan bangunan ketiga
Campo dei Miracoli (lapangan
pelangi) kota Pisa.
Ketinggian menara ini adalah
55,86 m dari permukaan tanah
terendah dan 56,70 m dari
permukaan tanah tertinggi.
Kelebaran dinding di bawahnya
mencapai 4,09 m dan di puncak
2,48 m. Bobotnya diperkirakan
Dari Yang
Tak Terhingga
Hingga
Keajaiban Dunia
Dari Menara 165
Ke Menara Miring Pisa:
18. 17SIRNARASA UNTUK SURYALAYA
Membangun Peradaban Dunia
mencapai 14.500 ton. Menara Pisa
memiliki 294 anak tangga. Dengan
adanya menara ini, sektor
pendapatan ekonomi jadi bertam-
bah karena adanya objek wisata.
Luar biasa! Inilah perjalanan
Syeikh Mursyid dari menara ke
menara. Beberapa hari sebelum
keberangkatan ke Eropa, Syeikh
Mursyid berkunjung ke Menara
165 di Jakarta, Indonesia, kini,
menginjakan kaki di Menara Miring
di Pisa, Italia. Ya, dari menara
dengan angka tak terhingga makna-
nya ke menara yang dianggap
merupakan keajaiban dunia.
Hujan rintik-rintik mengguyur
kota Pisa menjelang sore.
Memasuki musim dingin hari
cepat gelap, memang. Untuk
menghangatkan badan, Abah Aos
mampir di sebuah kedai penjaja
kebab di pojok jalan menuju
Menara Pisa. Mampir ke kedai itu
karena tertera tulisan Halal Food.
Di situ menyantap kebab ditemani
secangkir teh manis panas.
Ketika gelap semakin pekat,
rombongan pun beringsut dari
lokasi menuju restoran Cina di
kota itu untuk santap malam,
sebelum akhirnya bermalam di
kota kecil ini. Dan kami pun
menginap di Hotel Pisa Galilei
sampai pagi hari tiba.
Foto bersama Abah Aos di Menara Pisa.
Manaqib di Hotel Pisa Galilei.
19. SIRNARASA UNTUK SURYALAYA18 Membangun Peradaban Dunia
Hari masih gelap ketika Abah Aos
dan rombongan bergerak menuju
kota air, Venice, Italia. Venesia
(bahasa Italia: Venezia) adalah ibu
kota regione Veneto dan Provinsi
Venesia di Italia. Kota ini memiliki
luas wilayah 412 km² dan populasi
271.663 jiwa (2003). Republik
Venesia berdiri di kota ini dari abad
ke-9 hingga ke-18.
Kota kanal ini terkenal dengan
sarana transportasi air, di antaranya
gondola, menyusuri lorong-lorong
kota yang dikelilingi aliran air. Dan
Abah Aos berkesempatan menaiki
gondola. Hari menjelang sore ketika
perahu kayu yang membawa Syeikh
Mursyid mengarungi perairan kota
Venice yang bagi honeymoners
sangat romantis.
Di kawasan Venice, terdapat situs
bersejarah lain yang disinggahi Abah
Aos, yakni, St Mark Square, St Mark
Chatedral, dan Bridge of Sigh (jem-
batan keluh kesah), dan Doge’s Palace.
Rombongan kembali ke daratan
utama Italia ketika hari sudah mulai
gelap. Seluruh anggota rombongan
tampak puas namun lelah. Dengan
mengendarai water taxi rombongan
kembali, langsung menuju restoran
untuk santap malam. Setelah ke-
nyang, bergerak ke penginapan di
tepian kota Venice, yakni, di Hotel
Move.
Venice
Manis
Keluarga
Romantis
AbaAbah Aos dan Kyai Budidi di St. Mark Square.
20. 19SIRNARASA UNTUK SURYALAYA
Membangun Peradaban Dunia
Syeikh Mursyid
mengarungi
pemandangan kota
dengan perahu kayu.
Foto bersama di lorong-lorong kota. Jembatan keluh kesah.ah Aos di Alun-alun St. Mark Chatedral
21. SIRNARASA UNTUK SURYALAYA20 Membangun Peradaban Dunia
Abah Aos menyusuri pusat-pusat perbelanjaan merk-merk terkenal di mal Downton, Milan.
Abah Aos di depan patung Leonardo Da Vinci, Milan.
22. 21SIRNARASA UNTUK SURYALAYA
Membangun Peradaban Dunia
Milan: Pabrik
dan Eksportir
Gaya Hidup
Orang Barat
Memasuki hari keempat perja-
lanan, Abah Aos dan rombongan
bersiap menuju Negara Swiss.
Namun karena ada tawaran yang
memungkinkan dari segi waktu
dan biaya, maka semua sepakat
untuk mampir dulu di sebuah kota
yang merupakan jantung sekali-
gus pusat mode dunia: kota Milan.
Selain tentu karena dua klub
sepakbolanya yang bekeng, AC
Milan dan Inter Milan, kota super
sibuk ini terkenal dengan pusat
fashion di dunia. Pusat-pusat
perbelanjaan merek-merek
terkenal (branded) berdiri megah
di mal-mal downtown Milan.
Jutaaan manusia dari berbagai
bangsa dan penjuru negara datang
dan lalu lalang di sentra-sentra
perbelanjaan untuk sekedar
menghabiskan Euro shopping.
Inilah Milan dengan segala
dinamika fashionable-nya.
Kota tua yang pernah jadi
benteng dari invasi koloni Nazi-
Jerman ini juga mengabadikan
karya-karya arsitektur dan seni
pahat masa silam yang menunjuk-
kan keagungan dan ketinggian
peradaban masyarakatnya.
Semua tampak indah dan klasik.
Di Milan ada Katedral Milan,
yaitu, katedral Gothic terbesar di
dunia. Konstruksi dimulai pada
1386 tetapi penyelesaiannya
memakan waktu hampir 500
tahun. Katedral ini memiliki 135
menara dan 3.200 patung yang
menghiasi atap katedral. Anda
bisa menggunakan sebuah
elevator atau menaiki tangga
untuk melihat lebih dekat tam-
pilan atap serta pemandangan
indah kota di bawahnya.
Selain itu, juga terdapat situs
terkenal bernama Piazza del
Duomo, alun-alun di mana kate-
dral berada adalah pusat pusat
bersejarah Milan. Di alun-alun ini
juga terdapat patung Vittorio
Emanuele dan perumahan Palazzo
Reale, Museum Duomo dan
Museum Seni Kontemporer.
Jalan di downtwon Milan hanya
sampai tengah hari. Selepas
makan siang, Abah Aos dan
rombongan melanjutkan perja-
lanan ke negara berikutnya,
yakni, Swiss atau Swistland,
persisnya ke kota Zurich. Dengan
mengendarai bis, rombongan
bergerak melewati puluhan
terowongan pangjang menembus
pegunungan batu.
Dalam perjalanan ke Zurich itu
pula kita melewati tunnel kedua
terpanjang di dunia. Tunnel-
tunnel inilah jalan alternatif
tercepat sekaligus menjadi
penghubung antar negara di
Eropa. Sungguh inovasi
infrastruktur yang luar biasa,
mampu menggerakkan roda
ekonomi antar bangsa khususnya
di bidang industri turisme.
Abah Aos dan penulis beserta keluarga foto bersama di depan Katedral Gothic, Milan.
23. SIRNARASA UNTUK SURYALAYA22 Membangun Peradaban Dunia
Hari mulai gelap ketika bis
rombongan Syeikh Mursyid
memasuki gerbang perbatasan
antara Italia dan Swiss. Bis terus
melaju kencang menyusuri jalan
highway menembus gunung
bebatuan yang terhubung oleh
terowongan nan kokoh. Tunnel-
tunnel itu tercipta karena keadaan
telah memaksa penduduk di
daratan Eropa Barat untuk
menemukan teknologi pembobol
gunung. Terbangunlah jalan
bawah gunung berupa terowong-
an (tunnel) itu sebagai alternatif
rute yang lebih cepat, dan
mendekatkan jarak.
Di samping kiri-kanan jalan
menuju kota Zurich tampak
indahnya puncak pegunungan
Alpen yang cantik, putih. Seolah
tak ingin luput dari perhatian.
Bukit dan lembah yang dilalui
mulai memutih diselimuti salju.
Perlahan, turun butiran salju
seperti kapas putih yang ditiup
angin dari langit, indah sekali.
Suhu di luar sana angkanya
semakin mengecil, menyentuh
angka 4 derajat celcius.
Malam pun tiba. Kota masyhur
di Swiss ini seperti kota mati saja.
Udara dingin memaksa penduduk-
nya mengurung di rumah masing-
masing. Sebelum akhirnya
menginap di hotel, Abah Aos dan Abah Aos di rest area berjalan di bawah luruh hujan salju.
Zurich, Salju Abadi
Dalam Ketidakabadian
Abah Aos di puncak pegunungan Alpen yang cantik, putih.
24. 23SIRNARASA UNTUK SURYALAYA
Membangun Peradaban Dunia
rombongan menikmati hidangan
makan malam chinese food di
kota itu. Setelah kenyang dan
tubuh menghangat, semua
bergerak ke Zurich Novotel
Airport Messe, hotel tempat Abah
dan rombongan menginap.
Zürich (bahasa Perancis: Zurich,
bahasa Italia: Zurigo, bahasa
Rumantsch: Turitg, bahasa
Jerman Zürich: Züri) adalah kota
terbesar di Swiss dan ibu kota dari
Canton Zürich. Kota ini dihuni
oleh 364.558 jiwa pada 2002
dengan ditambah daerah urban-
nya menjadi 1.091.732 jiwa.
Zürich adalah pusat perdagang-
an di Swiss dan menjadi salah satu
Bus rombongan Syeikh memasuki gerbang perbatasan antara Italia dan Swiss.
Abah Aos menuju Swiss indahnya pegunungan salju.
25. SIRNARASA UNTUK SURYALAYA24 Membangun Peradaban Dunia
kota yang sangat penting di dunia
bersama Jenewa. Dua hari lama-
nya Abah Aos di kota yang nama
Romawinya adalah Turicum ini.
Selain Zurich, kota lain yang
disinggahi di negeri jam ini ialah
Lucerne.
Pagi hari di Zurich. Burung-
burung musim dingin berkicau
dalam kepaknya, menyambut.
Sambil menunggu waktu shubuh,
Syeikh Mursyid mengajak untuk
melaksanakan Manaqib TQN PPS.
Waktu shalat shubuh hampir
pukul tujuh pagi, khusuk. Usai
manaqib dan shalat shubuh,
beranjak sarapan lalu siap-siap ke
puncak gunung salju abadi yang
terkenal di Swiss: Gunung Titlis
(glacier mountain).
Gunung Titlis dengan tinggi
3238 meter, merupakan gunung
di pegunungan Alpen, terletak di
perbatasan antara Obwalden dan
Bern di Swiss, menghadap Engel-
berg. Berada di ketinggian 3020
mdl, membuat Gunung Titlis
dianugrahi keajaiban: salju sepan-
jang tahun, bahkan, abadi selama
roda dunia ini masih berputar.
Oleh karenanya, di pegunungan ini
orang-orang bisa bermain salju
sepanjang musim, berselancar di
tengah gundukan es.
Agar bisa mencapai di
ketinggian itu, pemerintah Swiss
telah membangun transportasi
berupa cable car dan kereta
gantung. Teknologi transportasi
itulah yang mempermudah
sekaligus menjadi magnet wisata-
wan lokal dan mancanegara. Abah
Aos dan rombongan tentu menai-
ki fasilitas transportasi canggih
ini, yang uniknya, bisa memutar
selama perjalanan naik ke atas.
Jadi indahnya salju dan hijaunya
pegunungan sekitar (bila di
musim panas) bisa dinikmati
dengan jelas, dari atas.
Sistim cable car yang menghu-
bungkan Engelberg ke puncak
Titlis melalui 3 tempat atau
stasiun: Gerschnialp (1261 m)
menggunakan kereta gantung
berjumlah 6 penumpang, Trubsee
(1796 m), Stand (2428 m), dan
bagian terakhir menggunakan Abah Aos dan penulis foto bersama dengan remaja setempat.
26. 25SIRNARASA UNTUK SURYALAYA
Membangun Peradaban Dunia
cable car dengan kapasitas
penumpang 80 orang. Meski
berdesak, tetap saja dingin.
Di sepanjang perjalan naik ke
puncak, tampak salju berkilau
seperti berlian tertimpa mentari
pagi, cahayanya berpendar-
pendar. Ratusan wisatawan yang
akrab dengan olahraga ice-sky
berseluncuran dengan lihainya.
Sebagian lagi hanya dengan papan
seluncur sekedar hiburan,
riangnya.
Akhirnya, tibalah di ketinggian
3020 mdl. Udara semakin dingin
menusuk tulang, di luar sana
ternyata minus 11 derajat celcius.
Sebelum melihat panorama di
puncak gunung, Abah Aos mengi-
si perut dengan makanan khas
Swiss, dan menghangatkan badan
dengan secangkir teh manis. Lalu
bersiap-siap melihat keindahan
triliunan butiran salju yang
memeluk puncak Titlis.
Selain itu, di puncak sana juga
ada pemandangan indah Glazier
Syeikh Mursyid bersama
rombongan di puncak
gunung salju, Gunung Titlis.
27. SIRNARASA UNTUK SURYALAYA26 Membangun Peradaban Dunia
Cave (gua es). Di dalamnya
terlihat sebuah thermometer
yang menunjukkan angka -12
derajat celsius! Menurut tour
guide, pendakian pertama di
Gunung Titlis ini terjadi pada
1739, dilakukan oleh Ignaz Herz
dan JE Waser dari Engelberg. Dan
pendakian pertama memakai ski,
dilakukan oleh Joseph Kuster dan
Will Amrhein pada 21 Januari
1904.
Meski masih sayang untuk
ditinggalkan, pukul 14 rombongan
harus bergerak ke tujuan kota
berikutnya, Luzern. Di kota inilah
para peziarah dapat membeli
oleh-oleh khas Swiss.
Selain itu, terdapat monumen
perlambang kegagahan serta
kesetiaan tentara Swiss (Swiss
Army atau dikenal juga Swiss
Guard).
Kota ini memiliki danau yang
indah, Danau Lauzern, namanya.
Juga ada Chaple Bridge yang
klasik melintang di atas danau.
Angin utara berhembus kencang
membuat udara sore yang gelap
bertambah dingin. Hanya toko-
Abah Aos di pendakian Gunung Titlis.
28. 27SIRNARASA UNTUK SURYALAYA
Membangun Peradaban Dunia
toko soupenir dan cafe saja yang
buka, selebihnya tutup menikmati
liburan.
Malam semakin pekat. Tiba
saatnya kembali ke penginapan.
Sebagian besar rombongan puas
dengan tentengan buah tangan
khas Switzerland. Malam pun
berlalu, membisu. Sampai akhir-
nya datang mentari pagi, berseri.
29. SIRNARASA UNTUK SURYALAYA28 Membangun Peradaban Dunia
Hari masih pagi ketika bis dan
rombongan melanjutkan perjala-
nan. Hujan luruh membasahi
bumi. Jalan dan pepohonan basah
kuyup tersiram embun dan hujan
semalaman. Sebelum menerobos
perbatasan Jerman, Abah Aos
dan rombongan dimampirkan ke
sebuah tempat yang indah dan
sejuk: Scaffhausen.
Di kota itu, terdapat wisata
favorit berupa air terjun. Inilah
Niagara fall-nya Eropa, Rheinfall
namanya. Angin kencang disertai
cipratan air yang terbawa angin
membuat cuaca semakin dingin.
Belum banyak kegiatan, karena
hari masih pagi. Tidak lama,
perjalanan dilanjutkan.
“Niagara Fall”
Eropa yang Tak
Terlupa
Syeikh dan rombongan foto bersama di Air Terjun Rheinfall.
30. 29SIRNARASA UNTUK SURYALAYA
Membangun Peradaban Dunia
Titisee
Yang Manise
dipilih untuk menikmati udara
negara pusatnya Nazi pada zaman
perang ini ialah Titise, yang
danaunya terkenal sampai
menjadi nama kota.
Danau Titisee diambil dari nama
seorang Kaisar Roma, Titus.
Kaisar Roma itu menemukan
Danau Titisee sekitar tahun 41
Masehi. Dialah Kaisar Roma yang
memulai konstruksi pemba-
ngunan Colosseum yang megah di
Roma-Italia. Danau berlokasi di
selatan pegunungan Black Forest.
Black Forest memiliki hutan
cemara yang terluas di Jerman.
Secara geografis, Danau Titisee
terletak di Baden-Württemberg, di
tepian kota Titisee-Neustadt,
sebuah kota kecil yang asri dan
sejuk. Danau itu berada di
ketinggian 840 m dengan luas
Sebelum jam makan siang, bis
rombongan sudah melewati
perbatasan Swiss dan Jerman.
Kota pertama di Jerman yang
Abah menelusuri jalan-jalan kota Titisee, Jerman.
31. SIRNARASA UNTUK SURYALAYA30 Membangun Peradaban Dunia
wilayah sebesar 1,3 km ² dan
mempunyai kedalaman rata-rata
20 m, sedang kedalaman maksi-
mumnya bisa mencapai 40 m.
Namun saat tiba di Titise, salju
sedang asyik menyelimuti tanah
daratan Titise di ketinggian.
Begitu Abah Aos mendekat ke
pinggiran danau yang indah itu,
tampak airnya membeku, putih
menjadi bongkahan es tebal,
menghampar ke dari titik tengah
ke setiap sudut bibir danau.
Praktis tidak ada kegiatan pela-
yaran, hanya dalam suhu tertentu
digunakan untuk olahraga atau
hiburan sky oleh para wisatawan.
Berdiri di pinggir danau terasa
begitu dingin bagaikan masuk di
sebuah kulkas raksasa. Tidak ada
yang sanggup bertahan lama
didekatnya, beberapa saat saja
hanya untuk mengambil gambar
dan menyaksikan hamparan salju
yang memeluk danau Titise.
Banyak yang lalu bergegas masuk
ke toko souvenir, toko pakaian,
dan restaurant untuk meng-
hangatkan badan.
Di setiap gedung di mana saja
yang mengalami musim dingin
pasti terpasang heater (pemanas
suhu ruangan), termasuk di Titise
ini. Jarum jam menunjuk angka
11.30, sebentar lagi saatnya makan
siang. Abah Aos dan rombongan
pun bergegas masuk rumah makan
khas Jerman. Menu yang
disediakan di dalam, steik daging
sapi, kentang goreng, dan satu yang
dirindukan: sebakul nasi. Semua
makan dengan lahapnya.
Untuk kuliner, kota Titisee
masyhur dengan cake yang lezat,
yakni kue Black Forest. Nama cake
ini terkenal ke seantero dunia, dan
di rumah makan itu juga disajikan
sebagai makanan penutup (de-
sert). Ya, dari sinilah kue bolu ini
berasal, di ambil dari nama hutan
Black Forest. Sedangkan untuk
kerajinannya, Danau Titisee
terkenal dengan pembuatan jam
kuk-kuk (cuckoo clock).
Di depan Danau Titisee
yang membeku.
32. 31SIRNARASA UNTUK SURYALAYA
Membangun Peradaban Dunia
Perjalanan pun berlanjut. Kota
di Jerman berikutnya: Frankfurt.
Hari sudah mulai gelap ketika
Abah Aos dan rombongan tiba di
kota yang terkenal dengan Ma-
dzhab Filsafatnya ini. Karena
waktu sudah menunjuk saatnya
makan malam maka chinese
restaurant menjadi first
destination.
Frankfurt, Kota
Para Filosof
Abah di kota para
Filosof, Frankfurt.
33. SIRNARASA UNTUK SURYALAYA32 Membangun Peradaban Dunia
Rupanya, hanya kuliner ala
chinalah yg dianggap cocok oleh
seluruh anggota rombongan.
Setelah makan selesai, Abah Aos
dan rombongan berjalan kaki ke
sebuah tempat favorit di Frank-
furt: Roman Square.
Frankfurt adalah kota terbesar
di negara bagian Hessen, Jerman
dan kota terbesar kelima di
Jerman, dengan jumlah penduduk
pada tahun 2012 sebesar 704.449
orang. Kawasan urban kota ini
diperkirakan berpenduduk 2,3
juta orang pada tahun 2010.
Kawasan Metropolitan Frankfurt
mempunyai penduduk kira-kira
5,6 juta orang, dan merupakan
kawasan metropolitan kedua
terbesar di Jerman.
Frankfurt juga adalah pusat
keuangan dan transportasi serta
pusat finansial terbesar di benua
Eropa. Kota ini menjadi tempat
dari kantor pusat Bank Sentral
Eropa, Bank Federal Jerman,
Bursa Efek Frankfurt dan Pameran
Perdagangan Frankfurt, serta
beberapa bank besar lain seperti
Deutsche Bank, Commerzbank
dan DZ Bank.
Bandara Frankfurt merupakan
salah satu bandara internasional
tersibuk di dunia, Stasiun Sentral
Frankfurt merupakan salah satu
terminal stasiun terbesar di
Eropa, dan Frankfurter Kreuz juga
merupakan salah satu persim-
pangan Autobahn tersibuk di
Eropa. Indonesia juga memiliki
konsulat jenderal di kota ini.
Pada 2011, firma konsultan
Mercer menempatkan Frankfurt
sebagai kota dengan Kualitas
Hidup terbaik ketujuh di dunia.
Menurut majalah The Economist,
biaya hidup di Frankfurt adalah
yang termahal di Jerman, dan
biaya hidup kota ini berada di
urutan ke-10 termahal dunia.
Frankfurt biasa dipanggil dengan
nama lengkapnya untuk mem-
bedakannya dari Frankfurt
lainnya di Jerman, Frankfurt an
der Oder.
Malam semakin pekat, udara
semakin dingin disertai angin di
downtown Frankfurt. Abah Aos
dan rombongan menuju ke hotel
di suburb Frankfurt: Frankfurt
Lindner Congress. Semalam saja
di kota ini, karena besok harus
berpindah negara: Amsterdam,
Belanda.
Abah Aos dan rombongan berjalan kaki ke sebuah tempat favorit di Frankfurt. Abah Aos di salah satu toko oleh-oleh.
35. SIRNARASA UNTUK SURYALAYA34 Membangun Peradaban Dunia
Menghapus Dendam di
Pagi dari Frankfurt bis ngebut.
Abah Aos dan rombongan menik-
mati indahnya pemandangan
jalan sekitar Frankfurt, Jerman
menuju Amsterdam, Netherland.
Sebuah pemandangan tentang
kehidupan yang bertabur kemo-
dernan dan super teknologi. Ya,
kedua negara ini benar-benar
bersandar dari engineering lahan
Menjelajah
Tanah
Penjajah
Abah Aos di pusat kota Amsterdam.
36. 35SIRNARASA UNTUK SURYALAYA
Membangun Peradaban Dunia
Amsterdam
sempit jadi produktif sekaligus
menggenjot industri di bidang
jasa. Dan teknologi pun menjadi
panglima dalam kehidupan
sehari-hari.
Inovasi teknologi adalah kunci
kemajuan di negeri kincir angin
ini, karena kalau tidak maka akan
mati. Luas area kekuasaan negara
Belanda setelah berhenti jadi
koloni di Timur jauh seperti
Indonesia kembali ke aslinya.
Terbatas dan terpaksa harus
mereklamasi pantai untuk
memperluas daratan. Daratan
yang ada, semuanya di bawah
permukaan laut.
Ganasnya laut utara Eropa
sukses mereka taklukan dengan
ditemukannya teknologi ben-
dungan (dam) yang melindungi
kota-kota utara Netherland.
Jadilah mereka raja dam di
seantero Eropa.
Teknologi telah menyulap
negara yang berlahan sempit ini
menjadi negara yang memiliki
keunggulan di bidang pertanian.
Teknologi telah mempercepat
proses produksi pertanian
37. SIRNARASA UNTUK SURYALAYA36 Membangun Peradaban Dunia
sekaligus mempertingginya
kualitas hasil produksinya.
Negara-negara yang berarea luas
kalah dibuatnya. Terciptanya
teknologi seringkali karena
keadaan yang memaksa.
Jarum jam menunjuk angka
14.30 ketika rombongan Abah
Aos tiba di kota cantik campernik
ini. Lokasi pertama yang dituju
yakni tempat persewaan Canal
Cruise. Dengan water taxi ber-
ukuran panjang ini, Abah dan
rombongan diajak untuk menyu-
suri Amstel River. Dari dalam
kapal Cruise, semua dapat
menyaksikan sisa-sisa kejayaan
masa silam sebuah pusat kota
mantan penjajah republik Indone-
sia selama 350 tahun ini.
Selama menyusuri sungai, sang
pemandu wisata menjelaskan,
Abah Aos dan rombongan tiba di kota cantik campernik.
Abah di salah satu sudut kota
cantik campernik Amsterdam..
38. 37SIRNARASA UNTUK SURYALAYA
Membangun Peradaban Dunia
Amsterdam adalah kota terbesar
sekaligus ibu kota Belanda. Posisi
Amsterdam saat ini sebagai ibu
kota Kerajaan Belanda diatur oleh
konstitusi 24 Agustus 1815 dan
penerusnya. Amsterdam memiliki
jumlah penduduk sebanyak
783.364 jiwa di dalam batas kota,
populasi perkotaan 1.209.419
jiwa dan populasi metropolitan
2.158.592 jiwa.
Kota ini, sambungnya, terletak
di provinsi Holland Utara di
sebelah barat Belanda. Wilayah
Amsterdam mencakup bagian
utara Randstad, salah satu konur-
basi terbesar di Eropa dengan
jumlah penduduk sekitar 7 juta
jiwa. Nama kota ini berasal dari
kata Amstelredamme, yang
merupakan asal usul kota ini,
yaitu sebuah bendungan di sungai
Amstel. Dulunya dihuni sebagai
desa nelayan kecil pada akhir
abad ke-12, Amterdam lalu
menjadi salah satu pelabuhan
terpenting di dunia selama Masa
Keemasan Belanda, akibat pe-
ngembangan perdagangan yang
inovatif. Pada waktu itu, kota ini
merupakan pusat keuangan dan
permata terdepan.
Pada abad ke-19 dan ke-20, kota
ini memperluas diri dan banyak
permukiman serta kota pinggiran
yang dibangun. Kanal-kanal
Amsterdam (Belanda: ‘Grach-
tengordel’) abad ke-17 yang
berada di jantung Amsterdam
dimasukkan ke Daftar Warisan
Dunia UNESCO pada Juli 2010.
Kota ini adalah, tambahnya,
merupakan ibu kota keuangan dan
budaya Belanda. Banyak perusa-
haan besar Belanda memiliki
kantor pusat di sini, dan 7 dari
500 perusahaan teratas dunia,
termasuk Philips dan ING, berpu-
sat di kota ini. Pada tahun 2010,
Amsterdam menempati peringkat
ke-13 dalam daftar kota dengan
kualitas hidup terbaik di dunia
oleh Mercer, dan sebelumnya
peringkat ke-3 dalam inovasi oleh
2thinknow pada Indeks Kota
Inovasi 2009.
Bursa Saham Amsterdam, bursa
saham tertua di dunia, terletak di
pusat kota. Tempat-tempat wisata
utama Amsterdam, termasuk
kanal-kanal bersejarahnya,
Rijksmuseum, Van Gogh Museum,
Stedelijk Museum, Hermitage
Amsterdam, Anne Frank House,
Amsterdam Museum, distrik
lampu merah, dan kedai kopi
cannabisnya menarik lebih dari
3,66 juta wisatawan mancanegara
setiap tahunnya.
Terakhir kunjungan di Amster-
dam yakni singgah di pusat
pengasahan berlian. Gassan,
namanya. Hanya sekedar lihat-
lihat, lalu, setelah tour keliling
pabrik, semua diajak serta. Malam
pun datang. Abah Aos dan
rombongan menginap di
Amsterdam Schiphol.
Abah beserta rombongan menaiki Canal Cruise (taxi air)
Abah Aos dan rombongan menyusuri Amstel River dengan
menyewa Canal Cruise.
39. SIRNARASA UNTUK SURYALAYA38 Membangun Peradaban Dunia
Kota Kincir Angin
yang Dingin
Happy New Year 2014! Pagi di
Amsterdam sudah dengan tahun
yang baru. Sebelum shubuh
terlebih dulu melakukan manaqib,
mengawali awal tahun yang baru.
Lalu pada saat bada shalat Isyraq,
Abah Aos mengajak melakukan
shalat lildhafilbala empat rakaat,
yang sekarang menjadi shalat
Isti’anah.
Sebelum bertolak ke Brussel,
Belgia, Abah Aos diajak untuk
berjunjung ke sebuah kota di
mana tradisionalisme dan keku-
noan dipelihara dengan baik di
negeri Belanda. Inilah sisi terkla-
sik dari sebuah perkampungan
masyarakat Netherland yang
dipertahankan untuk kepentingan
world heritage. Nama desa kecil
tersebut: Zaanse Schaan.
Pilihan melestarikan tradisi ini
rupanya dengan maksud tertentu,
selain untuk mengapresiasi
Abah Aos di Zaanse Schan kota kincir angin.
40. 39SIRNARASA UNTUK SURYALAYA
Membangun Peradaban Dunia
Abah Aos berpakaian tradisional Zaane Schaan
lengkap dengan alat musiknya.
Abah Aos berpakaian tradisional Zaane Schaan.
Abah Aos dan
penulis beserta
keluarga berpakaian
tradisional Zaane
Schaan, Netherland.
41. SIRNARASA UNTUK SURYALAYA40 Membangun Peradaban Dunia
kekayaan khazanah budaya juga
agar menjadi magnet wisata
mancanegara. Sudah berjuta-juta
manusia sudah mendatangi desa
ini, desa yang membuat Belanda
dijuluki sebagai negeri kincir
angin.
Udara di dusun ini dingin sekali.
Anginnya berhembus kencang,
menambah udara semakin dingin
hingga ke tulang sumsum. Rumah-
rumah zaman baheula berjejer
dengan uniknya, jumpa, ada
rumah sepatu khas belanda.
Ornamen-ornamen klasik
dibiarkan merenda rumah-rumah
orang Belanda masa silam.
Tak lebih dari dua jam, rombo-
ngan meneruskan perjalanan ke
sebuah kawasan wisata pinggir
pantai: Poolendam.
Di situs ini, Abah Aos dipersila-
kan untuk mengabadikan gambar
dengan menggunakan pakaian
khas nan tradisional Belanda.
Selain toko Souvenir, di Poolen-
dam banyak sajian kuliner sea-
food. Di sini hingga berlalu jam
makan siang.
Perjalanan terus berlanjut,
dengan kota dan negara be-
rikutnya: Brussel, Belgia.
Abah Aos di perkampungan
rumah-rumah zaman dulu.
43. SIRNARASA UNTUK SURYALAYA42 Membangun Peradaban Dunia
Bis rombongan membelah
keramaian kota Brussel, sore itu.
Meski udara dingin di luar namun
kegiatan di kota tersibuk di Belgia
itu tidak menampakkan tanda-
tanda beringsut. Akhirnya,
tibalah di sudut kota.
Brussel (bahasa Perancis:
Région de Bruxelles-Capitale,
bahasa Belanda: Brussels Hoofd-
stedelijk Gewest, bahasa Jerman:
Region Brüssel-Hauptstadt)
adalah salah satu dari tiga entitas
federal Belgia. Daerah ini menca-
kup 19 munisipalitas dan luasnya
adalah 161 km2. Jumlah pendu-
duknya adalah 1.018.804 jiwa
sedangkan kepadatannya adalah
6.312 jiwa per km2.
Secara resmi, daerah ini meru-
pakan daerah dwibahasa di mana
bahasa Belanda dan bahasa
Perancis kedua-duanya merupa-
kan bahasa resmi. Namun penutur
bahasa Perancis merupakan
mayoritas di sini (sekitar 85% -
90%). Namun jika daerah ini
dianggap sebagai daerah berba-
hasa Perancis, maka daerah ini
merupakan semacam pulau atau
eksklave di tengah-tengah daerah
berbahasa Belanda. Sementara itu
penutur bahasa Belanda ada
sekitar 10% - 15%.
Di kota ini, banyak yang bisa
dikunjungi, lokasi pertama yang
Syeikh Mursyid singgahi adalah
alun-alun atau square yang
masyhur disebut Grand Place.
Square ini dikelilingi gedung-
gedung dengan gaya arsitekturnya
khas gaya klasik Eropa yaitu gothic
dan baroque. Ada Town Hall
(Hotel de Ville), dan Guildhouses.
Di seberang Town Hall, ada
bangunan yang disebut dengan
Maison du Roi (bahasa Perancis).
Brussels,
Pemberi Inspirasi
Abah Aos dan rombongan foto bersama di alun-alun Grand Place.
44. 43SIRNARASA UNTUK SURYALAYA
Membangun Peradaban Dunia
Ada yang menyebutnya dengan
Wisma Raja atau King’s house.
Gedung megah lainnya adalah La
Pigeon dan La Maison des Boula-
ngers yang dahulu merupakan
tempat tinggal tapi kini jadi cafe
dan pertokoan.
Setelah berkeliling di alun-alun,
Abah Aos tiba di suatu sudut jalan
antara Rue de L’Etuve (Stoof-
straat) dan Rue de Chene (Eiks-
traat), tempat dimana patung
legendaris mannekin pis berada.
Inilah patung legenda. Dari situ,
Abah Aos mampir di sebuah pusat
cokelat, di mana Belgia terkenal
dengan keunggulan cokelatnya
ini. Di sepanjang jalan juga
terdapat banyak yang menjaja
waffle, dan Belgian masyhur
dengan kue satu ini.
Malam semakin dingin di jantung
kota Brussels ini. Setelah berkeli-
ling, menuju restoran untuk santap
malam. Di kota ini, Syeikh Mursyid
mencetuskan ajaran tentang
ekspresi birrulwalidain (berbuat
baik kepada orangtua) bagi mereka
yang ketepatan Hari Ulang Tahun.
Dengan wasilah Hari Ultah
pendiri Pesantren Internasional
Jagat ‘Arsy, Hj Siti Amaniah yang
jatuh pada 4 Januari, Abah mene-
tapkan ajaran moral untuk
mengucapkan Selamat Ulang Tahun
Melahirkan kepada kedua orang tua
yang melahirkan di hari ulang
tahun kelahiran. “Yang melahirkan
itu pada hakikatnya ibu dan bapak,
terjadinya saat perjumpaan sperma
dan sel telur, itulah saat-saat
melahirkan dimaksud. Oleh karena-
nya itu kalimat yang digunakan
berbakti kepada kedua orang tua,
bukan cuma salah satu.”
Hanya semalam di kota ini.
Menginap di pinggir kota Brussels,
Ramada Brussels Woluwe. Dalam
perjalanan ke tujuan berikut,
Syeikh Mursyid berbisik, dari kota
ini tercetus nama-nama para
wakil talkin untuk diangkat pada
Manaqib Syeikh Abdul Qodir Al-
Jailani di Sirnarasa.
45. SIRNARASA UNTUK SURYALAYA44 Membangun Peradaban Dunia
Abah Aos disalah satu
sudut jalan antara Rue de
L’Etuve dan Rue de Chene.
47. SIRNARASA UNTUK SURYALAYA46 Membangun Peradaban Dunia
Ini adalah kota dan negara
tujuan terakhir yang dikunjungi
Syeikh Mursyid. Pukul 08 pagi
perjalanan ke Prancis dimulai. Bis
dan supirnya asal Italia masih
setia menemani. Jarak Belgia -
Prancis tidak terlalu jauh, rupa-
nya. Pukul 10 sudah sampai ke
pinggiran kota Paris. Lokasi yang
dituju, the one and only di tanah
Europe yakni the Disney Land.
Paris Euro Disney adalah yang
Bukan Paris
Van Java
terbesar kedua di luar Amerika.
Dari dunia imaji inilah kebudaya-
an dan gaya hidup Barat dipentas-
kan lalu dikirim ke negara-negara
di seluruh penjuru dunia. Tiba di
Paris Euro Disney sebelum jam
makan siang.
Di kawasan hiburan itu, Abah
Aos hanya mengamati. Lautan
manusia menyemut. Mengeru-
mun. Berjejal, mengular, berburu
situs-situs permainan. Tidak lama
berselang, berbaris diiringini
musik keras, berdendang dengan
ragam kostum yang aneh-aneh.
Parade kebudayaan Barat pun
dipertontonkan. Inilah parade
hiburan sarat tontonan, bukan
tuntunan.
Paris pun ditelan malam. Abah
Aos dan rombongan pun berma-
lam di Novotel Noisy Le Grand.
Keesokan harinya, aktivitas pagi
dimulai dengan sarapan bersama.
Perjalanan pun berlanjut, ke pusat
kota Paris.
Paris merupakan kota yang kaya
sejarah dan budaya, dengan 30
juta pengunjung luar negeri per
tahunnya, Paris menjadi salah satu
kota yang palng banyak dikunjungi
di dunia. Kebanyakan keunikan
Paris terletak pada monumen dan
arsitekturnya, seperti Arc de
Triomphe, Menara Eiffel dan jalan
dan bangunan Haussmann neo-
klasik. Museum, opera dan ruang
konser Paris juga menjadi sumber
Peristirahatan terakhir Napo
48. 47SIRNARASA UNTUK SURYALAYA
Membangun Peradaban Dunia
budaya dan hiburan di Paris.
Sesampainya di downtown Paris,
dengan melewatiNotre Dame de
Paris (Katedral Notre Dame) di Île
de la Cité —bangunan abad ke-12
Paris, Abah Aos singgah di Arc de
Triomphe, yakni, monumen di
tengah Place de l’Étoile, meraya-
kan kemenangan Perancis dan
menghormati semua yang gugur
dalam pertempuran. Lalu, dari situ
berkunjung ke Les Invalides;
museum dan pemakaman banyak
tentara terkenal Perancis, terma-
suk Jenderal perang masyhur:
Napoleon Bonaparte.
Dari Les Invalides, Abah Aos
bergerak ke sudut kota yang bisa
melihat Menara Eiffel dalam posisi
oleon Bonaparte. Di depan Arc de Triomphe.
49. SIRNARASA UNTUK SURYALAYA48 Membangun Peradaban Dunia
yang indah. Dari situ, bergerak ke
gedung tertinggi di Paris: Mntpar-
nasse Tower. Di ketinggian tower
ini, pengunjung bisa menikmati
pemandangan kota Paris.
Jarum jam menunjuk angka 15
waktu Paris. Di pinggiran sungai
Seine, sudah menunggu kapal
Cruise di bawah bendera: Batea-
zux Mouches. Kapal besar dengan
kapasitas penumpang hampir
200an orang ini, yang membawa
Abah Aos dan rombongan me-
nyusuri Sungai Seine untuk
menikmati indahnya pemandang-
an Paris dari sudut yang lain.
Cruise ini membawa penumpang
menikmati sisi terindah Paris
selama 1 (satu) jam. Para penum-
pang bisa menyaksikan dari
sebuah jarak tegaknya dengan
gagah Menara Eifel, gedung-
gedung bernuansa klasik gothik,
dan relief patung yang menghiasi
jembatan serta deretan bangunan.
Semua diseragamkan dengan
indah seperti membatik saja.
Begitu selesai, Abah Aos dan
rombongan bergerak ke sebuah
sentra perbelanjaan barang-
barang dengan merek branded.
Ada dua lokasi ke Paris Look dan
Galeri Lavayette. Di sinilah orang-
orang memenuhi ambisi bergaya
ala masyarakat kota dunia. Ratusan
juta Euro mereka habiskan untuk
memenuhi hasrat bermode ria.
Terang pun ditelan gelapnya
malam. Ini hari terakhir Abah Aos
di tanah Eropa. Besok pagi sudah
harus bertolak ke Indonesia
melalui Doha, Qatar. Waktu pun
berlalu, membisu.
Abah Aos di lapangan menara Eiffel.
Abah Aos di menara tertinggi di Paris, Mintparnesse Tower.
Membubuhkan tanda tangan.
51. SIRNARASA UNTUK SURYALAYA50 Membangun Peradaban Dunia
Akhirnya, untuk menutup kisah
perjalanan Syeikh Mursyid ke
Western Europe, izinkan untuk
mengulas karya David Levering
Lewis dalam The Greatness of Al-
Andalus —Ketika Islam mewarnai
Peradaban Barat. Dalam buku itu,
David memberi argumentasi
ilmiah bahwa, saat kehancuran-
nya Islam justru menjadi bara
pencerahan untuk Eropa.
Tahukah,
Kejayaan Eropa
Sumbangan Islam
52. 51SIRNARASA UNTUK SURYALAYA
Membangun Peradaban Dunia
Ini tentang kontribusi Islam di
masa keemasannya hingga mema-
suki the dark age yang justru
ternyata menginspirasi spirit
kemodernan ke tanah Eropa.
Sejatinya, masyarakat Eropa
berterimakasih kepada Islam atas
sumbangan sejarah yang amat
berharga bagi peradaban Barat.
Islam sukses membentuk Eropa
pada 570-1215.
Perjalanan Syeikh Mursyid ke
tanah Eropa sejatinya memiliki
sirr yang kelak terungkap entah
kapan dan seperti apa. Tidak
mustahil kejayaan Eropa yang
sudah bertahun-tahun digenggam
justru mendorong kembalinya
kejayaan Islam. Dan itu dimulai
dengan dijejakkannya kaki Syeikh
Mursyid ke jantung peradaban
Barat ini.
53. SIRNARASA UNTUK SURYALAYA52 Membangun Peradaban Dunia
Abah Aos dan penulis berpakaian tradisional Zaane Schaan.
55. SIRNARASA UNTUK SURYALAYA54 Membangun Peradaban Dunia
“Dan apakah mereka tidak mengada-
kan perjalanan di muka bumi dan mem-
perhatikan bagaimana akibat (yang
diderita) oleh orang-orang sebelum
mereka? orang-orang itu adalah lebih
kuat dari mereka (sendiri) dan telah
mengolah bumi (tanah) serta memakmur-
kannya lebih banyak dari apa yang telah
mereka makmurkan. Dan telah datang
kepada mereka rasul-rasul mereka
dengan membawa bukti-bukti yang
nyata. Maka Allah sekali-kali tidak
berlaku zalim kepada mereka, akan tetapi
merekalah yang berlaku zalim kepada diri
sendiri”. Surah Ar-Rum (30) ayat 9
Di dalam Al Quran begitu banyak ter-
dapat perintah melakukan perjalanan.
Tentu bukan tanpa maksud. Ada banyak
hikmah dan manfaat dengan mendatangi
berbagai tempat di pelosok bumi ini. Kita
bukan hanya merambah wilayah yang
Allah bentangkan tak bertepi, namun juga
merenungi beragam peristiwa yang
melatarbelakanginya.
Sejarah bukan hanya tumpkan cerita
masa lalu, karena sang waktu bukan seperti
lembaran hari yang tak memiliki arti. Kita
saat ini adalah produk masa lalu, dan
masa depan ditentukan oleh kita saat ini.
Secara etimologis sejarah berasal dari
bahasa Arab yaitu “syajarotun” yang
memiliki arti pohon. Sejarah bagaikan
pohon yang memiliki siklus berasal dari
biji, tumbuh menjadi tunas dan memiliki
akar, lalu berkembang terus merimbun
dan menjulang. Kemudian sang pohon
berbunga dan menghasilkan buah. Sang
buah menghasilkan biji dan kembali
bertunas. Konon seperti itu pula sejarah
senantiasa berulang.
Sejarah juga diibaratkan pohon karena
pada awal pertumbuhannya menjadi akar,
batang, cabang, ranting dan buah, dapat
kita lihat gambaran dari silsilah keluarga
para raja. Berawal dari akarnya kemudian
berkembang dan bercabang menyerupai
bentuk pohon. Karena itu sejarah sering
diartikan sebagai suatu kejadian masa lalu
untuk dijadikan pelajaran masa sekarang
dan masa yang akan datang.
Karenanya melakukan perjalanan ke
tempat-tempat bersejarah menjadi
sesuatu yang penting karena yang
mengembara bukan saja fisik, namun juga
pikiran dan jiwa. Melintasi berabad zaman
dan menembus lorong waktu, bukan
hanya terpaku dan termanggu di kehe-
batan masa kini namun juga bercermin ke
masa silam lalu mematut diri.
Catatan perjalanan “Menembus Ruang
dan Waktu” karya saudara KH Budi Rah-
man Hakim, merupakan buku yang mena-
rik. Sebuah perjalanan biasa menjadi tak
biasa karena dilakukan oleh orang-orang
luar biasa dan untuk tujuan yang tidak
biasa. Kisah perjalanan selalu akan mena-
rik jika mampu merenungi dan memaknai-
nya. Terlebih mengunjungi negeri-negeri
Eropa, yang saat ini yang menjadi pusat
peradaban manusia modern, yang juga
menjadi magnet bagi manusia di seluruh
penjuru dunia untuk mengunjunginya.
Namun ke manapun kaki melangkah, ke
arah manapun wajah di hadapkan maka
hanya satu hal yang akan kita temukan:
bahwa di balik keindahan, kecantikan,
kemegahan, kerapihan, keteraturan
sesungguhnya tersimpan sifat Yang Maha
Indah, Yang Maha Perkasa, Yang Maha
Mengatur, Yang Maha Menjaga hanyalah
Dia Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Ziarah Sejarah
& Peradaban
Oleh: DR (HC) Ary Ginandjar Agustian
Founder ESQ 165
EPILOG
56. 55SIRNARASA UNTUK SURYALAYA
Membangun Peradaban Dunia
KH B Rahman Hakim (BRH) lahir di
Purwakarta, 21 Oktober 1976, adalah
Dosen tetap di Fakultas Dakwah dan
Komunikasi Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Menyelesaikan studi sarjana dan
pascasarjana di McGill University
School of Social Work. Montreal,
Canada dengan tesis berjudul
Modernization of Social Work and
The State: A critical Survey of Its
Development In Indonesia. Se-
belumnya, ia pernah menjadi santri
di Pondok Pesantren Persatuan Islam
(Persis) No 67 Tasikmalaya dan
dilanjutkan di Pondok Pesantren
Persatuan Islam (Persis) No 33
Purwakarta masing-masing selama
tiga tahun. Lalu melanjutkan studi di
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam (KPI) di IAIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, lulus dengan
predikat terbaik (cumlaude) dan
tercepat (3,5 tahun).
BRH adalah Chief Executive Officer
(CEO) Harian Politik Nasional Rakyat
Merdeka -The Political News Leader
dan sekaligus holding company
media Rakyat Merdeka Group, Jawa
Pos Group. Selain pengamat dan
praktisi pekerja sosial, kehidupan
menjadi wartawan telah digeluguti-
nya sejak dibangku kuliah. Lama
menekuni kerja redaksi sebagai
reporter hingga front-page editor
Rakyat Merdeka, kini ia lebih intens
berkecimpung di ranah bisnisnya,
serta terlibat aktif dalam mengem-
bangkan media-media dalam jaringan
Rakyat Merdeka dan Jawa Pos Group.
Sebagai sosok yang hidup didunia
pendidikan telah menginspirasi untuk
membangun sayap pendidikan media
dan penerbitan buku di Rakyat
Merdeka Group. Kini ia tercatat
sebagai Bendahara Umum Persatuan
Wartawan Indonesia (PWI) Pusat.
Di organisasi masyarakat Islam,
BRH tercatat sebagai Wakil Ketua
Dewan Tafkir Pimpinan Pusat
Persatuan Islam (PP PERSIS) dan
aktif sebagai Mudir Idaroh Wustho’
Jam’iyyah Ahli Thoriqoh Mu’tabaroh
An-Nahdly (JATMAN) Propinsi
Banten, sekaligus merupakan ikhwan
di Thoriqoh Qoodiriyyah Naqsya-
bandiyyah Pondok Pesantren
Suryalaya (TQN PPS), dan mendapat
kepercayaan sebagai Pembantu
Khusus Syeikh Mursyid TQN PPS.
Bersama sang istri Hj Siti Amaniah,
BRH merintis, membangun, dan
mengembangkan jaringan Pesantren
Internasional JAGAT ‘ARSY (Inter-
national Boarding School) yang
berpusat di kawasan elit Bumi
Serpong Damai (BSD), Serpong,
Tangerang Selatan, Banten.