SlideShare a Scribd company logo
1 of 17
Download to read offline
PARAMETER S
Suatu rangkaian (network) mempunyai suatu ‘black box’ yang berisikan
berbagai komponen elektronika atau lumped element seperti resistor,
kapasitor, induktor atau transistor. Untuk mendefinisikan parameter-S, perlu
ditekankan bahwa keseluruhan jaringan berlaku linear dengan input sinyal
kecil. Hal ini berlaku untuk komponen-komponen dalam sistem
telekomunikasi seperti attenuator, filter, coupler dan equalizer, dengan
syarat bahwa mereka beroperasi dalam kondisi linear.
Rangkaian Linear, atau rangkaian non-linear yang beroperasi dengan
sinyal input cukup kecil sehingga sistem bisa memberikan respon yang linear,
dapat dikarakteristikkan secara lengkap dengan parameter yang diukur pada
terminal (port) tanpa perlu melihat isi dari rangkaian. Ketika parameter
suatu rangkaian telah ditentukan, maka responnya terhadap inputan dari luar
bisa diprediksi.
Pada frekuensi rendah, parameter yang umum dipakai adalah parameter Y, H
atau Z dengan menggunakan nilai-nilai arus dan tegangan yang diukur pada
beban terbuka (open circuit) atau hubungan singkat (short circuit).
Pada frekuensi tinggi, parameter tersebut (Y, H, dan Z) sangat sulit diukur
karena :
1. penggunaan beban terbuka/hubung singkat dapat menyebabkan
komponen aktif yang digunakan menjadi tidak stabil (berosilasi).
2. sulit memperoleh beban terbuka/hubung singkat dengan bidang
frekuensi yang lebar pada frekuensi tinggi.
Untuk itu, pada frekuensi tinggi parameter yang diukur adalah parameter s
(scattering) yang menggunakan konsep magnitud dan phase dari gelombang
berjalan (gelombang maju dan gelombang pantul). Parameter-S adalah
suatu konsep yang penting dalam disain gelombang mikro karena mudah
diukur dan bekerja dengan baik pada frekuensi tinggi.
Parameter dalam jaringan 2 terminal (jaringan 4 kutub):
Walaupun suatu rangkaian bisa memiliki banyak terminal, parameter
rangkaian bisa dijelaskan dengan mudah dengan menggunakan hanya dua
terminal saja, yaitu terminal input dan output, seperti rangkaian di bawah ini.

I1

I2
2-port
device

V1

V2

Beberapa parameter bisa digunakan untuk memberikan karakteristik
rangkaian. Masing-masing parameter direlasikan dengan empat variabel yang
berasosiasi dengan model dua terminal. Dua dari empat variabel ini mewakili
eksitasi rangkaian (variabel independent) dan dua variabel lainnya mewakili
respon rangkaian terhadap eksitasi yang diberikan (variabel dependent)
Jika rangkaian pada gambar 1 dipicu (eksitasi) dengan tegangan V1 dan V2,
maka arus I1 dan I2 akan dikaitkan dengan persamaan berikut :
I1 = y11 V1 + y12 V2
I2 = y21 V1 + y22 V2
Dalam kasus ini, dimana tegangan dijadikan sebagai variabel independent
dan arus sebagai variabel dependent, parameter penghubung disebut dengan
short circuit admittance parameter atau parameter Y.
Untuk mendapatkan nilai parameter y11, y12, y21, dan y22, dilakukan dengan
memberi eksitasi pada satu port sedangkan port lainnya di short-circuit.

y 11 =

I1
V1 V2 = 0(short circuit )

Parameter lain yang umum digunakan adalah parameter Z dan H (Hibrid)
Parameter Z (impedansi):
V1 = Z11 I1 + Z12 I2
V2 = Z21 I1 + Z22 I2
Parameter H (hybrid):
V1 = H11 I1 + H12 V2
I2 = H21 I1 + H22 V2
Nilai dari parameter bisa dicari seperti contoh berikut :

H 12 =

V1
I 1 = ∞(opencircuit)
V2

Dalam rentang frekuensi mikro, digunakan parameter gelombang berjalan
yang disebut parameter S yang merupakan parameter dalam bentuk
kompleks ( magnitus dan sudut). Magnitud parameter s bisa dinyatakan
dalam bentuk linear atau logarithmic. Dalam bnetuk logarithmic, magnitud
mempunyai unit tanpa dimensi desibel. Sudut parameter s dinyatakan dalam
derajat atau radian. Parameter s bisa digambarkan dalam diagram polar
sebagai suatu titik untuk satu frekuensi, atau locus untuk suatu rentang
frekuensi.

Keuntungan pemakaian parameter S berangkat dari kenyataan bahwa
gelombang berjalan, tidak seperti tegangan dan arus, tidak mengalami
variasi magnitud di sepanjang saluran transmisi lossless
Ini berarti bahwa parameter s bisa diukur pada suatu jarak tertentu dengan
asumsi saluran transmisi mempunyai rugi-rugi yang kecil.
Parameter S menjabarkan inter-relasi dari satu set variabel (ai bi). Variabel
(ai bi) adalah gelombang tegangan kompleks yang ternormalisasi yang
datang dan dipantulkan dari terminal ke-i dari rangkaian.
Variabel ini didefinisikan dengan tegangan terminal Vi, arus terminal Ii dan
suatu impedansi referensi Zi.

ai =

*

Vi + Zi Ii
2

bi =

Re ⋅ Zi

Vi − Zi Ii
2

Re ⋅ Zi

Tanda asterisk (*) menyatakan konjugasi kompleks.
Umumnya Zi bernilai real positif dan dinyatakan dengan Z0.
Fungsi gelombang yang digunakan untuk menentukan parameter S pada
suatu rangkaian dua terminal ditunjukkan berikut ini:

Parameter S dalam jaringan 2-port :

a1

a2
S11

Zg

S12
ZL

S21

Vs

S22

b1

b2

Rangkaian dua terminal menunjukkan gelombang datang/incident ( a1, a2)
dan gelombang pantul ( b1, b2)
Variable independent a1 dan a2 adalah tegangan datang ternormalisasi sbb :

a1 =

V1 + I1Z0
2 Z0

=

gelombang tegangan datang pada port 1
Z0

=

Vi1
Z0
a2 =

V2 + I 2 Z 0
2 Z0

=

gelombang tegangan datang pada port 2
Z0

=

Vi 2
Z0

Variabel dependent b1 dan b2 adalah tegangan pantul ternormalisasi :

b1 =

b2 =

V1 − I1Z0
2 Z0
V2 − I 2 Z 0
2 Z0

=

gelombang tegangan pantul dari port 1
Z0

=

gelombang tegangan pantul dari port 2
Z0

Vr1

=

Z0

=

Vr 2
Z0

Persamaan linear yang menyatakan rangkaian dua terminal menjadi :
b1 = S11 a1 + S12 a2
b2 = S21 a1 + S22 a2
Masing-masing persamaan memberi hubungan antara gelombang maju dan
gelombang pantul pada masing-masing terminal, 1 dan 2.
Jika port 2 diterminasi dengan beban yang sama dengan impedansi sistem
(Z0), maka berdasar teori transfer daya maksimum, b2 akan total diserap
dan membuat a2 sama dengan nol. Oleh karena itu

S 11 =

S 21 =

V1

−

V1

+

V2

−

V1

+

Koefisien refleksi input dengan output diberi beban
yang sesuai (matched) ; ZL = Zo dengan a2 = 0)

Penguatan transmisi maju dengan terminal output
diberi beban yang sesuai (matched)
Dengan cara serupa, jika port 1 diterminasi sesuai dengan impedansi sistem
Z0 maka a1 menjadi nol dan :

S 12 =

S 22 =

V1

−

V2

+

V2

−

V2

Penguatan transmisi balik dengan terminal input
diberi beban yang sesuai (matched)

+

Koefisien refleksi output dengan input diberi beban
yang sesuai (matched) ; ZS = Zo dengan VS = 0)

Perhatikan bahwa :

S 11

V1
− Z0
Z − Z0
b1
I1
=
=
= 1
a 1 V1
Z1 + Z 0
+ Z0
I1

dan

dimana

adalah impedansi input pada port-1.

Network tanpa rugi (lossless)
Network/rangkaian lossless adalah rangkaian yang tidak men-disipasi daya,
atau :

Total penjumlahan daya datang pada semua port adalah sama dengan total
penjumlahan daya pantul pada semua port.
Ini berarti matriks parameter s adalah unitary :

Dimana

adalah complex conjugate dari transpose

dan

adalah

matriks identitas

TLossy NetworksT
Jaringan lossy adalah jaringan dimana total daya datang pada semua port
lebih besar dari total daya pantul pada semua port, yang berarti ada daya
yang di-disipasi.

TKoefisien Refleksi
Koefisien pantul tegangan pada port input Γin ekivalen dengan S11, dan
Γout ekivalen dengan S22. Koefisien pantul adalah besaran kompleks dan
bisa disajikan dalam bentuk grafik dalam smith chart.
Voltage Standing Wave Ratio
VSWR pada suatu port adalah berkaitan dengan magnitud dari koefisien
pantul, dengan hubungan :

Γ in =

1 + S 11
1 − S 11
Γ out =

1 + S 22
1 − S 22

Koefisien refleksi S11 dan S22 bisa diplot dalam smith chart, dikonversi ke
impedansi dan dengan mudah bisa dimanipulasi untuk menentukan
rangkaian penyesuai impedansi (matching network) untuk optimasi dalam
disain rangkaian.

Hubungan dari variabel a dan b adalah sbb :
Keuntungan lain dari parameter s berangkat dari hubungan yang sederhana
dari variabel a dan b dengan beberapa gelombang daya :

⎪a1⎪2 = daya datang pada input rangkaian
= daya yang tersedia dari sumber dengan impedansi Z0
⎪a2⎪2 = daya datang pada output rangkaian
= daya yang dipantulkan oleh beban
⎪b1⎪2 = daya yang dipantulkan dari terminal input
= daya yang tersedia dari sumber dengan Z0 minus daya yang
terkirim ke input rangkaian
⎪b2⎪2 = Daya yang dipantulkan dari terminal output
= daya datang pada beban

⎪S11⎪2 =

daya yang dipantulkan dari input rangkaian
daya datang pada input rangkaian

⎪S22⎪2 =

daya yang dipantulkan dari output rangkaian
daya datang pada output rangkaian

⎪S21⎪2 =

daya yang dikirim ke beban Z0
daya yang tersedia dari sumber Z0

⎪S12⎪2= Reverse transducer power gain dengan beban dan sumber Z0
ATURAN ALIRAN ARUS MASON (Non Touching Loop)

a1
Z in

Zg

Γ in

Vs

a2
S11

S12

S21

Z out
Γ out

S22

b1

ZL

b2

Masing-masing terminal/port dinyatakan dengan dua node. Node an adalah
gelombang menuju perangkat. Node bn adalah gelombang meninggalkan
perangkat pada port n. Parameter S dinyatakan sebagai faktor pengali dari
masing-masing cabang yang menghubungkan node. Flow graph dari gambar
di atas adalah sbb :

bS

=

V Zo
S
Z + Zo
S

Γs

a1

S21

S11

b1

b2

Γl

S22

S12

a2

b1 = S11 a1 + S12 a2
b2 = S21 a1 + S22 a2
Fungsi alih dari bs menuju b2 bisa diturunkan dari aturan non touching loop.
Aturan tersebut adalah :
1. Path/Jalur. Path adalah deretan garis yang mempunyai arah yang sama
sedemikian rupa shg tidak ada node yang dilewati lebih dari satu kali.
Nilai dari path adalah perkalian dari semua koefisien yang ditemui.
Pada gambar di atas ada satu path dari bs ke b2 dan nilainya adalah S21
2. Loop orde I. Didefinisikan sebagai perkalian semua koefisien sepanjang
path mulai dari sebuah node dan bergerak searah tanda panah kembali
ke node asal tanpa melewati node yang sama dua kali. Gambar di atas
mempunyai tiga Loop Orde I dengan nilai S11 Γs ; S22 Γl ; S21ΓsS12Γl
3. Loop Orde II. Adalah perkalian dari dua Nontouching Loop Orde I. (S11
Γs S22 Γl)
4. Loop Orde II. Adalah perkalian dari 3 nontouching Loop Orde I.

Parameter S dalam Disain Penguat
Parameter penting dalam disain penguat adalah stabilitas. Dalam penguat
gelombang mikro, penguat biasanya didahului oleh suatu rangkaian
penyesuai impedansi ( matching network) dan diikuti oleh rangkaian
penyesuai impedansi lainnya, seperti ditunjukkan pada gambar.

Rangkaian penyesuai impedansi meminimalkan pantulan dan
mengoptimalkan rangkaian untuk memperoleh daya transfer maksimum.
Pemilihan rangkaian penyesuai impedansi yang tepat juga mencegah penguat
ber-osilasi.
Parameter S12 menentukan level feedback dari output suatu penguat ke
bagian input, dan bersama dengan parameter S21 mempengaruhi stabilitas
penguat ( kecenderungan ber-osilasi). Penguat dimana terminal input dan
outputnya saling ter-isolasi akan mempunyai S12 yang bernilai nol. Penguat
seperti ini disebut unilateral. Kebanyakan penguat bersifat bilateral, dimana
isolasi input dan output yang terbatas akan menyebabkan koefisien pantul
dilihat pada sisi input dipengaruhi oleh beban yang terpasang pada output.
Andaikan terminal output suatu penguat bilateral diberi beban dengan
koefisien pantul Γℓ, koefisien pantul yang terlihat dari terminal input Γin
diberikan dengan persamaan :

Γ in = S 11 +

S 12 S 21 Γ l S 11 − ∆Γ l
=
1 − S 22 Γ l 1 − S 22 Γ l

Jika penguat adalah unilateral, maka S12 = 0 dan Γin = S11. Atau, dengan
kata lain pembebanan pada output tidak memberi dampak pada input.
Properti yang sama berlaku untuk arah sebaliknya. Jika Γout adalah koefisien
refleksi yang terlihat pada terminal output dan Γs adalah koefisien refleksi
sumber yang terhubung ke terminal input, maka :

Γ out = S 22 +

S 12 S 21 Γ s S 22 − ∆Γ s
=
1 − S 11 Γ s 1 − S 11 Γ s

Suatu penguat dikatakan stabil tanpa syarat jika beban atau sumber dengan
suatu koefisien pantul bisa dihubungkan dengan rangkaian penguat tanpa
menimbulkan ketidak-stabilan. Kondisi ini terjadi jika magnitud dari koefisien
pantul pada sumber, beban, input dan output penguat mempunyai nilai
kurang dari satu. Ketidak-stabilan bisa menimbulkan distorsi pada respon
frekuensi penguatan atau menimbulkan osilasi. Untuk bisa stabil tanpa syarat
pada frekuensi tertentu, suatu penguat harus memenuhi 4 persamaan
berikut :
⎪Γs⎪ < 1
⎪ΓL⎪ < 1
⎪Γin⎪< 1
⎪Γout⎪< 1
Batasan dari kondisi ini adalah masing-masing bernilai satu yang bisa
disajikan dalam bentuk lingkaran dalam diagram polar dari koefisien pantul
(kompleks), untuk port input dan port output. Gambar ini bisa diskalakan
dalam smith chart. Masing-masing lingkaran mempunyai pusat dan radius
sbb :
(Output Stability Circle)

Radius

Center
(Input Stability Circle)

Radius

Center
dimana

Lingkaran tersebut adalah dalam koefisien pantul kompleks, sehingga bisa
digambarkan pada smith chart dengan basis impedansi maupun admitansi,
yang dinormalisasi terhadap impedansi sistem.
Cara lain untuk melihat kestabilan adalah dengan menggunakan Rollet
stability factor K, yang didefinisikan :
.
Kondisi unconditional stabil diperoleh jika

dan

∆ = S11S22 – S12S21
Persamaan Penguatan Daya
Ada benerapa persamaan penguatan daya yang diturunkan dari rangkaian
dua terminal pada penguat gelombang mikro :
1.

Transducer Power Gain

2.

Available Power Gain

3.

Power Gain

Transducer Power Gain gelombang mikro didefinisikan sebagai perbandingan
daya output PL yang dikirim ke beban ZL terhadap daya input Pavs yang
disediakan oleh sumber kepada rangkaian

GT =

PL
Pavs

PL = daya yang terkirim ke beban
= daya datang pada beban – daya pantul dari beban
= ½ ⎪b2⎪2 - ½ ⎪a2⎪2
= ½ ⎪b2⎪2(1-⎪ΓL⎪2)
Pavs = daya yang tersedia dari sumber
Pavs

Dimana :

1
2
bs
= 2
2
1 − Γs
ΓL =

ZL − Z 0
ZL + Z 0

Γs =

Zs − Z0
Z s + Z0

PL = Pavr jika ΓL = Γ∗out
Pavs = Pin jika Γin = Γ∗s
Pavr = daya yang tersedia dari jaringan/network
Daya yang terkirim ke beban adalah resultan dari daya datang pada beban
minus daya pantul dari beban.
bs adalah suatu fungsi dari b2 yang akan ditentukan
Transducer Power Gain dinyatakan :
2
b
2⎞
⎞⎛
⎛
⎟
⎜1 − Γ 2 ⎟ ⎜1 − Γ
G = 2
s ⎟⎜
t
L ⎟
2 ⎜
⎟
⎜
⎠⎝
⎝
⎠
bs

G =
t

Zg

2⎛
2⎞
⎛
2 ⎞
⎜1 − Γ
⎟
⎜1 − Γ
⎟ S
s
⎜
⎟ 21 ⎜
L ⎟
⎝
⎠
⎝
⎠
⎛1 − S Γ ⎞ ⎛1 − S
Γ ⎞ −S S Γ Γ
⎜
⎟⎜
⎟
11 s ⎠ ⎝
⎝
22 L ⎠ 12 21 s L

2

Input
matching
network

output
matching
network

Vs
Γs

Zin
Γin

Zout
Γout

ΓL

Diagram untuk koefisien pantul

ZL
Transducer Power Gain juga bisa dinyatakan sbb:

Gt =

Gt =

1 − Γs

2

1 − Γ in Γ s

1 − Γs

2

S21

2

1 − ΓL

1 − S22 Γ L

2

1 − S11 Γ s

2

S21

2

1 − ΓL

2

2

2

1 − Γ out Γ L

2

Dimana

Γ in = S 11 +

S 12 S 21 Γ l S 11 − ∆Γ l
=
1 − S 22 Γ l 1 − S 22 Γ l

Γ out = S 22 +

S 12 S 21 Γ s S 22 − ∆Γ s
=
1 − S 11 Γ s 1 − S 11 Γ s

Ada tiga kasus khusus untuk transducer power gain :
1. matched transducer power gain (Γs = ΓL =0)
Jika input rangkaian adalah sesuai sempurna (matched) terhadap
impedansi sumber dan maupun output sesuai dengan impedansi beban.
Transducer power gain adalah : Gtm =⎪S21⎪2
2. unilateral transducer powr gain (⎪S12⎪2 = 0 )
Unilateral transducer power gain Gtu adalah power gain maju dalam
penguat dengan umpan balik dimana power gain balik (reverse) di-set
nol (⎪S12⎪2 = 0 )

Gtu =

1 − Γs

2

1 − S Γs
11

S
2 21

2 1 − ΓL
1−S

2

Γ
22 L

2

3. Maximum unilateral transducer power gain
Power gain ini diperoleh jika Γs = S*11 dan ΓL = S*22

G tumax =

S 21

2

2

2

(1 − S 11 )(1 − S 22 )

Contoh
Suatu Amplifier GaAs dengan parameter S sbb :
S11 = 0,55 ∠ 158o
S12 = 0,01 ∠ -5o
S21 = 1,95 ∠ 9o
S22 = 0,46 ∠ -148o
Γs = 0,20 ∠ 0 o
ΓL = 0,33 ∠ 0 o
hitung (a) delta factor ; (b) stability factor ;
(c) Transducer Power Gain ; (d) transducer power gain jika Γs = ΓL = 0.
Jawab :
(a)

Delta factor

∆ = S11S22 – S12S21
= 0,55 ∠ 158o x 0,46 ∠ -148o - 0,01 ∠ -5o x 1,95 ∠ 9o
= 0,23 ∠ 9,87o
(b)

Stability factor didefinisikan sbb :

2

K=

2

1 + ∆ − S 11 − S 22
2 S 12 S 21

2

>1

2
2
2
1 + 0,23 − 0,55 − 0,46
=
2 0,01 ∗1,95

= 13,5 > 1
(c ) Transducer Power Gain

2

Gt =

2

2

(1 − Γ s ) S 21 (1 − Γ L )
(1 − S 11 Γ s )(1 − S 22 Γ L ) − S 12 S 21 Γ s Γ L

2

2

Gt =

2

(1 − 0,20 )1,95 2 (1 − 0,33 )
(1 − 0,55∠158 ⋅ 0,20)(1 − 0,46∠ − 148 ⋅ 0,33) − 0,01∠ − 5 ⋅ 1,95∠9 ⋅ 0,2 ⋅ 0,33

= 2,08 =3,18 dB
(d) Matched transducer power gain Gtm = 3,80 = 5,8 dB

(e) Unilateral transducer power gain
(f) maksimum unilateral power gain

⎪S12⎪2 = 0

2

More Related Content

What's hot

Laporan 2 penyearah gelombang penuh dengan beban tahanan murni
Laporan 2 penyearah gelombang penuh dengan beban tahanan murniLaporan 2 penyearah gelombang penuh dengan beban tahanan murni
Laporan 2 penyearah gelombang penuh dengan beban tahanan murniridwan35
 
Serat Optik
Serat OptikSerat Optik
Serat Optikampas03
 
Makalah Dasar Telekomunikasi Sinyal Digital
Makalah Dasar Telekomunikasi Sinyal DigitalMakalah Dasar Telekomunikasi Sinyal Digital
Makalah Dasar Telekomunikasi Sinyal DigitalRisdawati Hutabarat
 
sharing belajar OP Am elektronika dasar
sharing belajar OP Am elektronika dasarsharing belajar OP Am elektronika dasar
sharing belajar OP Am elektronika dasarRinanda S
 
5 teorema rangkaian listrik
5 teorema rangkaian listrik5 teorema rangkaian listrik
5 teorema rangkaian listrikSimon Patabang
 
Menjelaskan prinsip register
Menjelaskan prinsip registerMenjelaskan prinsip register
Menjelaskan prinsip registerEko Supriyadi
 
Pengubah BCD ke 7 segmen
Pengubah BCD ke 7 segmenPengubah BCD ke 7 segmen
Pengubah BCD ke 7 segmenayu purwati
 
9 jembatan arus searah
9 jembatan arus searah9 jembatan arus searah
9 jembatan arus searahSimon Patabang
 
Laporan Praktikum Flip Flop
Laporan Praktikum Flip FlopLaporan Praktikum Flip Flop
Laporan Praktikum Flip FlopAnarstn
 
Hand out sinyal & sistem
Hand out sinyal & sistemHand out sinyal & sistem
Hand out sinyal & sistemSetyo Wibowo'
 
10 pengolahan sinyal diskrit
10 pengolahan sinyal diskrit10 pengolahan sinyal diskrit
10 pengolahan sinyal diskritSimon Patabang
 
Adc dan dac lanjutan
Adc dan dac lanjutanAdc dan dac lanjutan
Adc dan dac lanjutanpersonal
 
Gaya coulumb & intensitas medan listrik
Gaya coulumb & intensitas medan listrikGaya coulumb & intensitas medan listrik
Gaya coulumb & intensitas medan listrikRahmat Dani
 
Medan Elektromagnetik 2-8
Medan Elektromagnetik 2-8Medan Elektromagnetik 2-8
Medan Elektromagnetik 2-8Fathan Hakim
 

What's hot (20)

Rangkaian dua pintu
Rangkaian dua pintuRangkaian dua pintu
Rangkaian dua pintu
 
Laporan 2 penyearah gelombang penuh dengan beban tahanan murni
Laporan 2 penyearah gelombang penuh dengan beban tahanan murniLaporan 2 penyearah gelombang penuh dengan beban tahanan murni
Laporan 2 penyearah gelombang penuh dengan beban tahanan murni
 
Serat Optik
Serat OptikSerat Optik
Serat Optik
 
Rangkaian kutub empat by muhammad kennedy
Rangkaian kutub empat by muhammad kennedyRangkaian kutub empat by muhammad kennedy
Rangkaian kutub empat by muhammad kennedy
 
Makalah Dasar Telekomunikasi Sinyal Digital
Makalah Dasar Telekomunikasi Sinyal DigitalMakalah Dasar Telekomunikasi Sinyal Digital
Makalah Dasar Telekomunikasi Sinyal Digital
 
sharing belajar OP Am elektronika dasar
sharing belajar OP Am elektronika dasarsharing belajar OP Am elektronika dasar
sharing belajar OP Am elektronika dasar
 
5 teorema rangkaian listrik
5 teorema rangkaian listrik5 teorema rangkaian listrik
5 teorema rangkaian listrik
 
Menjelaskan prinsip register
Menjelaskan prinsip registerMenjelaskan prinsip register
Menjelaskan prinsip register
 
Pengubah BCD ke 7 segmen
Pengubah BCD ke 7 segmenPengubah BCD ke 7 segmen
Pengubah BCD ke 7 segmen
 
Makalah kutub empat
Makalah kutub empatMakalah kutub empat
Makalah kutub empat
 
Modulasi digital ASK kelompok 2
Modulasi digital ASK kelompok 2Modulasi digital ASK kelompok 2
Modulasi digital ASK kelompok 2
 
9 jembatan arus searah
9 jembatan arus searah9 jembatan arus searah
9 jembatan arus searah
 
Laporan Praktikum Flip Flop
Laporan Praktikum Flip FlopLaporan Praktikum Flip Flop
Laporan Praktikum Flip Flop
 
Hand out sinyal & sistem
Hand out sinyal & sistemHand out sinyal & sistem
Hand out sinyal & sistem
 
10 pengolahan sinyal diskrit
10 pengolahan sinyal diskrit10 pengolahan sinyal diskrit
10 pengolahan sinyal diskrit
 
Adc dan dac lanjutan
Adc dan dac lanjutanAdc dan dac lanjutan
Adc dan dac lanjutan
 
Laporan praktikum elektronika
Laporan praktikum elektronikaLaporan praktikum elektronika
Laporan praktikum elektronika
 
Gaya coulumb & intensitas medan listrik
Gaya coulumb & intensitas medan listrikGaya coulumb & intensitas medan listrik
Gaya coulumb & intensitas medan listrik
 
Medan Elektromagnetik 2-8
Medan Elektromagnetik 2-8Medan Elektromagnetik 2-8
Medan Elektromagnetik 2-8
 
Rangkaian Resonansi Paralel
Rangkaian Resonansi ParalelRangkaian Resonansi Paralel
Rangkaian Resonansi Paralel
 

Similar to Materi s-parameter

Dioda rectifier
Dioda rectifierDioda rectifier
Dioda rectifiernuricho22
 
Narasi device semikonduktor 2
Narasi device semikonduktor 2Narasi device semikonduktor 2
Narasi device semikonduktor 2Eno Sastrodiharjo
 
Rangkaian Arus Searah
Rangkaian Arus SearahRangkaian Arus Searah
Rangkaian Arus SearahSyihab Ikbal
 
Elektronika analog 1_ch2_latihan
Elektronika analog 1_ch2_latihanElektronika analog 1_ch2_latihan
Elektronika analog 1_ch2_latihanYgrex Thebygdanns
 
Makalah elektronika analog
Makalah elektronika analogMakalah elektronika analog
Makalah elektronika analogNur Aoliya
 
Presentation elektronika dasar
Presentation elektronika dasarPresentation elektronika dasar
Presentation elektronika dasarKevin Maulana
 
RANGKAIAN PENYEARAH GELOMBANG (RECTIFIER)_FIX.ppt
RANGKAIAN PENYEARAH GELOMBANG (RECTIFIER)_FIX.pptRANGKAIAN PENYEARAH GELOMBANG (RECTIFIER)_FIX.ppt
RANGKAIAN PENYEARAH GELOMBANG (RECTIFIER)_FIX.pptRizky211141
 
383765800-bab-V-transistor-efek-medan-ppt.ppt
383765800-bab-V-transistor-efek-medan-ppt.ppt383765800-bab-V-transistor-efek-medan-ppt.ppt
383765800-bab-V-transistor-efek-medan-ppt.pptMadeSudana9
 
ELEKTRONIKA DAYA GHEA.docx
ELEKTRONIKA DAYA GHEA.docxELEKTRONIKA DAYA GHEA.docx
ELEKTRONIKA DAYA GHEA.docxGheaTutkey1
 
Teknik tenaga listrik pertemuan 2
Teknik tenaga listrik  pertemuan 2Teknik tenaga listrik  pertemuan 2
Teknik tenaga listrik pertemuan 2indra putra
 
Bahan Ajar Elektronika Daya Penyearah Daya.pdf
Bahan Ajar Elektronika Daya Penyearah Daya.pdfBahan Ajar Elektronika Daya Penyearah Daya.pdf
Bahan Ajar Elektronika Daya Penyearah Daya.pdfAbdullahNiam1
 
Tugas elektronika membaca dioda
Tugas elektronika membaca diodaTugas elektronika membaca dioda
Tugas elektronika membaca diodaSyahrul Munir
 

Similar to Materi s-parameter (20)

Dioda rectifier
Dioda rectifierDioda rectifier
Dioda rectifier
 
Narasi device semikonduktor 2
Narasi device semikonduktor 2Narasi device semikonduktor 2
Narasi device semikonduktor 2
 
Rangkaian Arus Searah
Rangkaian Arus SearahRangkaian Arus Searah
Rangkaian Arus Searah
 
Job 2
Job 2Job 2
Job 2
 
Jfet
JfetJfet
Jfet
 
06rangkaiandioda
06rangkaiandioda06rangkaiandioda
06rangkaiandioda
 
Elektronika analog 1_ch2_latihan
Elektronika analog 1_ch2_latihanElektronika analog 1_ch2_latihan
Elektronika analog 1_ch2_latihan
 
Makalah elektronika analog
Makalah elektronika analogMakalah elektronika analog
Makalah elektronika analog
 
Dioda
DiodaDioda
Dioda
 
50260591 tl-6
50260591 tl-650260591 tl-6
50260591 tl-6
 
Presentation elektronika dasar
Presentation elektronika dasarPresentation elektronika dasar
Presentation elektronika dasar
 
RANGKAIAN PENYEARAH GELOMBANG (RECTIFIER)_FIX.ppt
RANGKAIAN PENYEARAH GELOMBANG (RECTIFIER)_FIX.pptRANGKAIAN PENYEARAH GELOMBANG (RECTIFIER)_FIX.ppt
RANGKAIAN PENYEARAH GELOMBANG (RECTIFIER)_FIX.ppt
 
383765800-bab-V-transistor-efek-medan-ppt.ppt
383765800-bab-V-transistor-efek-medan-ppt.ppt383765800-bab-V-transistor-efek-medan-ppt.ppt
383765800-bab-V-transistor-efek-medan-ppt.ppt
 
ELEKTRONIKA DAYA GHEA.docx
ELEKTRONIKA DAYA GHEA.docxELEKTRONIKA DAYA GHEA.docx
ELEKTRONIKA DAYA GHEA.docx
 
Teknik tenaga listrik pertemuan 2
Teknik tenaga listrik  pertemuan 2Teknik tenaga listrik  pertemuan 2
Teknik tenaga listrik pertemuan 2
 
Dioda
DiodaDioda
Dioda
 
Bahan Ajar Elektronika Daya Penyearah Daya.pdf
Bahan Ajar Elektronika Daya Penyearah Daya.pdfBahan Ajar Elektronika Daya Penyearah Daya.pdf
Bahan Ajar Elektronika Daya Penyearah Daya.pdf
 
Elektronika analog 1_ch2
Elektronika analog 1_ch2Elektronika analog 1_ch2
Elektronika analog 1_ch2
 
Ppt modul 16
Ppt modul 16Ppt modul 16
Ppt modul 16
 
Tugas elektronika membaca dioda
Tugas elektronika membaca diodaTugas elektronika membaca dioda
Tugas elektronika membaca dioda
 

More from ampas03

Digital 131341 t 27623-analisis kualitas-tinjauan literatur
Digital 131341 t 27623-analisis kualitas-tinjauan literaturDigital 131341 t 27623-analisis kualitas-tinjauan literatur
Digital 131341 t 27623-analisis kualitas-tinjauan literaturampas03
 
Dasar telekomunikasi
Dasar telekomunikasiDasar telekomunikasi
Dasar telekomunikasiampas03
 
komunikasi serat optik
komunikasi serat optikkomunikasi serat optik
komunikasi serat optikampas03
 
Network layer m6
Network layer m6Network layer m6
Network layer m6ampas03
 
Makalah phase shift keying
Makalah phase shift keyingMakalah phase shift keying
Makalah phase shift keyingampas03
 
Jaringan dan teknologi fiber opti kkkkkkk
Jaringan dan teknologi fiber opti kkkkkkkJaringan dan teknologi fiber opti kkkkkkk
Jaringan dan teknologi fiber opti kkkkkkkampas03
 
Datalink layer m5
Datalink layer m5Datalink layer m5
Datalink layer m5ampas03
 
Bounce diagram technique
Bounce diagram techniqueBounce diagram technique
Bounce diagram techniqueampas03
 
Bahan presentasi
Bahan presentasiBahan presentasi
Bahan presentasiampas03
 
Bab 4 perkembangan dan kemajuan sistem komunikasi bergerak
Bab 4 perkembangan dan kemajuan sistem komunikasi bergerakBab 4 perkembangan dan kemajuan sistem komunikasi bergerak
Bab 4 perkembangan dan kemajuan sistem komunikasi bergerakampas03
 
Bab 3 konsep sistem komunikasi bergerak
Bab 3 konsep sistem komunikasi bergerakBab 3 konsep sistem komunikasi bergerak
Bab 3 konsep sistem komunikasi bergerakampas03
 
Bab 2 arsitektur sistem komunikasi bergerak
Bab 2 arsitektur sistem komunikasi bergerakBab 2 arsitektur sistem komunikasi bergerak
Bab 2 arsitektur sistem komunikasi bergerakampas03
 
Bab 1 pendahuluan
Bab 1 pendahuluanBab 1 pendahuluan
Bab 1 pendahuluanampas03
 
10 wired lan
10 wired lan10 wired lan
10 wired lanampas03
 
10 hub bridgeswitch
10 hub bridgeswitch10 hub bridgeswitch
10 hub bridgeswitchampas03
 
9 multiple access
9 multiple access9 multiple access
9 multiple accessampas03
 
5 multiplexing dan media transmisi(1)
5 multiplexing dan media transmisi(1)5 multiplexing dan media transmisi(1)
5 multiplexing dan media transmisi(1)ampas03
 
5 multiplexing dan media transmisi
5 multiplexing dan media transmisi5 multiplexing dan media transmisi
5 multiplexing dan media transmisiampas03
 
2.saluran transmisi
2.saluran transmisi2.saluran transmisi
2.saluran transmisiampas03
 

More from ampas03 (20)

Digital 131341 t 27623-analisis kualitas-tinjauan literatur
Digital 131341 t 27623-analisis kualitas-tinjauan literaturDigital 131341 t 27623-analisis kualitas-tinjauan literatur
Digital 131341 t 27623-analisis kualitas-tinjauan literatur
 
Dasar telekomunikasi
Dasar telekomunikasiDasar telekomunikasi
Dasar telekomunikasi
 
komunikasi serat optik
komunikasi serat optikkomunikasi serat optik
komunikasi serat optik
 
Network layer m6
Network layer m6Network layer m6
Network layer m6
 
Makalah phase shift keying
Makalah phase shift keyingMakalah phase shift keying
Makalah phase shift keying
 
Komdat
KomdatKomdat
Komdat
 
Jaringan dan teknologi fiber opti kkkkkkk
Jaringan dan teknologi fiber opti kkkkkkkJaringan dan teknologi fiber opti kkkkkkk
Jaringan dan teknologi fiber opti kkkkkkk
 
Datalink layer m5
Datalink layer m5Datalink layer m5
Datalink layer m5
 
Bounce diagram technique
Bounce diagram techniqueBounce diagram technique
Bounce diagram technique
 
Bahan presentasi
Bahan presentasiBahan presentasi
Bahan presentasi
 
Bab 4 perkembangan dan kemajuan sistem komunikasi bergerak
Bab 4 perkembangan dan kemajuan sistem komunikasi bergerakBab 4 perkembangan dan kemajuan sistem komunikasi bergerak
Bab 4 perkembangan dan kemajuan sistem komunikasi bergerak
 
Bab 3 konsep sistem komunikasi bergerak
Bab 3 konsep sistem komunikasi bergerakBab 3 konsep sistem komunikasi bergerak
Bab 3 konsep sistem komunikasi bergerak
 
Bab 2 arsitektur sistem komunikasi bergerak
Bab 2 arsitektur sistem komunikasi bergerakBab 2 arsitektur sistem komunikasi bergerak
Bab 2 arsitektur sistem komunikasi bergerak
 
Bab 1 pendahuluan
Bab 1 pendahuluanBab 1 pendahuluan
Bab 1 pendahuluan
 
10 wired lan
10 wired lan10 wired lan
10 wired lan
 
10 hub bridgeswitch
10 hub bridgeswitch10 hub bridgeswitch
10 hub bridgeswitch
 
9 multiple access
9 multiple access9 multiple access
9 multiple access
 
5 multiplexing dan media transmisi(1)
5 multiplexing dan media transmisi(1)5 multiplexing dan media transmisi(1)
5 multiplexing dan media transmisi(1)
 
5 multiplexing dan media transmisi
5 multiplexing dan media transmisi5 multiplexing dan media transmisi
5 multiplexing dan media transmisi
 
2.saluran transmisi
2.saluran transmisi2.saluran transmisi
2.saluran transmisi
 

Materi s-parameter

  • 1. PARAMETER S Suatu rangkaian (network) mempunyai suatu ‘black box’ yang berisikan berbagai komponen elektronika atau lumped element seperti resistor, kapasitor, induktor atau transistor. Untuk mendefinisikan parameter-S, perlu ditekankan bahwa keseluruhan jaringan berlaku linear dengan input sinyal kecil. Hal ini berlaku untuk komponen-komponen dalam sistem telekomunikasi seperti attenuator, filter, coupler dan equalizer, dengan syarat bahwa mereka beroperasi dalam kondisi linear. Rangkaian Linear, atau rangkaian non-linear yang beroperasi dengan sinyal input cukup kecil sehingga sistem bisa memberikan respon yang linear, dapat dikarakteristikkan secara lengkap dengan parameter yang diukur pada terminal (port) tanpa perlu melihat isi dari rangkaian. Ketika parameter suatu rangkaian telah ditentukan, maka responnya terhadap inputan dari luar bisa diprediksi. Pada frekuensi rendah, parameter yang umum dipakai adalah parameter Y, H atau Z dengan menggunakan nilai-nilai arus dan tegangan yang diukur pada beban terbuka (open circuit) atau hubungan singkat (short circuit). Pada frekuensi tinggi, parameter tersebut (Y, H, dan Z) sangat sulit diukur karena : 1. penggunaan beban terbuka/hubung singkat dapat menyebabkan komponen aktif yang digunakan menjadi tidak stabil (berosilasi). 2. sulit memperoleh beban terbuka/hubung singkat dengan bidang frekuensi yang lebar pada frekuensi tinggi. Untuk itu, pada frekuensi tinggi parameter yang diukur adalah parameter s (scattering) yang menggunakan konsep magnitud dan phase dari gelombang berjalan (gelombang maju dan gelombang pantul). Parameter-S adalah suatu konsep yang penting dalam disain gelombang mikro karena mudah diukur dan bekerja dengan baik pada frekuensi tinggi.
  • 2. Parameter dalam jaringan 2 terminal (jaringan 4 kutub): Walaupun suatu rangkaian bisa memiliki banyak terminal, parameter rangkaian bisa dijelaskan dengan mudah dengan menggunakan hanya dua terminal saja, yaitu terminal input dan output, seperti rangkaian di bawah ini. I1 I2 2-port device V1 V2 Beberapa parameter bisa digunakan untuk memberikan karakteristik rangkaian. Masing-masing parameter direlasikan dengan empat variabel yang berasosiasi dengan model dua terminal. Dua dari empat variabel ini mewakili eksitasi rangkaian (variabel independent) dan dua variabel lainnya mewakili respon rangkaian terhadap eksitasi yang diberikan (variabel dependent) Jika rangkaian pada gambar 1 dipicu (eksitasi) dengan tegangan V1 dan V2, maka arus I1 dan I2 akan dikaitkan dengan persamaan berikut : I1 = y11 V1 + y12 V2 I2 = y21 V1 + y22 V2 Dalam kasus ini, dimana tegangan dijadikan sebagai variabel independent dan arus sebagai variabel dependent, parameter penghubung disebut dengan short circuit admittance parameter atau parameter Y. Untuk mendapatkan nilai parameter y11, y12, y21, dan y22, dilakukan dengan memberi eksitasi pada satu port sedangkan port lainnya di short-circuit. y 11 = I1 V1 V2 = 0(short circuit ) Parameter lain yang umum digunakan adalah parameter Z dan H (Hibrid)
  • 3. Parameter Z (impedansi): V1 = Z11 I1 + Z12 I2 V2 = Z21 I1 + Z22 I2 Parameter H (hybrid): V1 = H11 I1 + H12 V2 I2 = H21 I1 + H22 V2 Nilai dari parameter bisa dicari seperti contoh berikut : H 12 = V1 I 1 = ∞(opencircuit) V2 Dalam rentang frekuensi mikro, digunakan parameter gelombang berjalan yang disebut parameter S yang merupakan parameter dalam bentuk kompleks ( magnitus dan sudut). Magnitud parameter s bisa dinyatakan dalam bentuk linear atau logarithmic. Dalam bnetuk logarithmic, magnitud mempunyai unit tanpa dimensi desibel. Sudut parameter s dinyatakan dalam derajat atau radian. Parameter s bisa digambarkan dalam diagram polar sebagai suatu titik untuk satu frekuensi, atau locus untuk suatu rentang frekuensi. Keuntungan pemakaian parameter S berangkat dari kenyataan bahwa gelombang berjalan, tidak seperti tegangan dan arus, tidak mengalami variasi magnitud di sepanjang saluran transmisi lossless Ini berarti bahwa parameter s bisa diukur pada suatu jarak tertentu dengan asumsi saluran transmisi mempunyai rugi-rugi yang kecil.
  • 4. Parameter S menjabarkan inter-relasi dari satu set variabel (ai bi). Variabel (ai bi) adalah gelombang tegangan kompleks yang ternormalisasi yang datang dan dipantulkan dari terminal ke-i dari rangkaian. Variabel ini didefinisikan dengan tegangan terminal Vi, arus terminal Ii dan suatu impedansi referensi Zi. ai = * Vi + Zi Ii 2 bi = Re ⋅ Zi Vi − Zi Ii 2 Re ⋅ Zi Tanda asterisk (*) menyatakan konjugasi kompleks. Umumnya Zi bernilai real positif dan dinyatakan dengan Z0. Fungsi gelombang yang digunakan untuk menentukan parameter S pada suatu rangkaian dua terminal ditunjukkan berikut ini: Parameter S dalam jaringan 2-port : a1 a2 S11 Zg S12 ZL S21 Vs S22 b1 b2 Rangkaian dua terminal menunjukkan gelombang datang/incident ( a1, a2) dan gelombang pantul ( b1, b2) Variable independent a1 dan a2 adalah tegangan datang ternormalisasi sbb : a1 = V1 + I1Z0 2 Z0 = gelombang tegangan datang pada port 1 Z0 = Vi1 Z0
  • 5. a2 = V2 + I 2 Z 0 2 Z0 = gelombang tegangan datang pada port 2 Z0 = Vi 2 Z0 Variabel dependent b1 dan b2 adalah tegangan pantul ternormalisasi : b1 = b2 = V1 − I1Z0 2 Z0 V2 − I 2 Z 0 2 Z0 = gelombang tegangan pantul dari port 1 Z0 = gelombang tegangan pantul dari port 2 Z0 Vr1 = Z0 = Vr 2 Z0 Persamaan linear yang menyatakan rangkaian dua terminal menjadi : b1 = S11 a1 + S12 a2 b2 = S21 a1 + S22 a2 Masing-masing persamaan memberi hubungan antara gelombang maju dan gelombang pantul pada masing-masing terminal, 1 dan 2. Jika port 2 diterminasi dengan beban yang sama dengan impedansi sistem (Z0), maka berdasar teori transfer daya maksimum, b2 akan total diserap dan membuat a2 sama dengan nol. Oleh karena itu S 11 = S 21 = V1 − V1 + V2 − V1 + Koefisien refleksi input dengan output diberi beban yang sesuai (matched) ; ZL = Zo dengan a2 = 0) Penguatan transmisi maju dengan terminal output diberi beban yang sesuai (matched)
  • 6. Dengan cara serupa, jika port 1 diterminasi sesuai dengan impedansi sistem Z0 maka a1 menjadi nol dan : S 12 = S 22 = V1 − V2 + V2 − V2 Penguatan transmisi balik dengan terminal input diberi beban yang sesuai (matched) + Koefisien refleksi output dengan input diberi beban yang sesuai (matched) ; ZS = Zo dengan VS = 0) Perhatikan bahwa : S 11 V1 − Z0 Z − Z0 b1 I1 = = = 1 a 1 V1 Z1 + Z 0 + Z0 I1 dan dimana adalah impedansi input pada port-1. Network tanpa rugi (lossless) Network/rangkaian lossless adalah rangkaian yang tidak men-disipasi daya, atau : Total penjumlahan daya datang pada semua port adalah sama dengan total penjumlahan daya pantul pada semua port.
  • 7. Ini berarti matriks parameter s adalah unitary : Dimana adalah complex conjugate dari transpose dan adalah matriks identitas TLossy NetworksT Jaringan lossy adalah jaringan dimana total daya datang pada semua port lebih besar dari total daya pantul pada semua port, yang berarti ada daya yang di-disipasi. TKoefisien Refleksi Koefisien pantul tegangan pada port input Γin ekivalen dengan S11, dan Γout ekivalen dengan S22. Koefisien pantul adalah besaran kompleks dan bisa disajikan dalam bentuk grafik dalam smith chart. Voltage Standing Wave Ratio VSWR pada suatu port adalah berkaitan dengan magnitud dari koefisien pantul, dengan hubungan : Γ in = 1 + S 11 1 − S 11
  • 8. Γ out = 1 + S 22 1 − S 22 Koefisien refleksi S11 dan S22 bisa diplot dalam smith chart, dikonversi ke impedansi dan dengan mudah bisa dimanipulasi untuk menentukan rangkaian penyesuai impedansi (matching network) untuk optimasi dalam disain rangkaian. Hubungan dari variabel a dan b adalah sbb : Keuntungan lain dari parameter s berangkat dari hubungan yang sederhana dari variabel a dan b dengan beberapa gelombang daya : ⎪a1⎪2 = daya datang pada input rangkaian = daya yang tersedia dari sumber dengan impedansi Z0 ⎪a2⎪2 = daya datang pada output rangkaian = daya yang dipantulkan oleh beban ⎪b1⎪2 = daya yang dipantulkan dari terminal input = daya yang tersedia dari sumber dengan Z0 minus daya yang terkirim ke input rangkaian ⎪b2⎪2 = Daya yang dipantulkan dari terminal output = daya datang pada beban ⎪S11⎪2 = daya yang dipantulkan dari input rangkaian daya datang pada input rangkaian ⎪S22⎪2 = daya yang dipantulkan dari output rangkaian daya datang pada output rangkaian ⎪S21⎪2 = daya yang dikirim ke beban Z0 daya yang tersedia dari sumber Z0 ⎪S12⎪2= Reverse transducer power gain dengan beban dan sumber Z0
  • 9. ATURAN ALIRAN ARUS MASON (Non Touching Loop) a1 Z in Zg Γ in Vs a2 S11 S12 S21 Z out Γ out S22 b1 ZL b2 Masing-masing terminal/port dinyatakan dengan dua node. Node an adalah gelombang menuju perangkat. Node bn adalah gelombang meninggalkan perangkat pada port n. Parameter S dinyatakan sebagai faktor pengali dari masing-masing cabang yang menghubungkan node. Flow graph dari gambar di atas adalah sbb : bS = V Zo S Z + Zo S Γs a1 S21 S11 b1 b2 Γl S22 S12 a2 b1 = S11 a1 + S12 a2 b2 = S21 a1 + S22 a2 Fungsi alih dari bs menuju b2 bisa diturunkan dari aturan non touching loop. Aturan tersebut adalah :
  • 10. 1. Path/Jalur. Path adalah deretan garis yang mempunyai arah yang sama sedemikian rupa shg tidak ada node yang dilewati lebih dari satu kali. Nilai dari path adalah perkalian dari semua koefisien yang ditemui. Pada gambar di atas ada satu path dari bs ke b2 dan nilainya adalah S21 2. Loop orde I. Didefinisikan sebagai perkalian semua koefisien sepanjang path mulai dari sebuah node dan bergerak searah tanda panah kembali ke node asal tanpa melewati node yang sama dua kali. Gambar di atas mempunyai tiga Loop Orde I dengan nilai S11 Γs ; S22 Γl ; S21ΓsS12Γl 3. Loop Orde II. Adalah perkalian dari dua Nontouching Loop Orde I. (S11 Γs S22 Γl) 4. Loop Orde II. Adalah perkalian dari 3 nontouching Loop Orde I. Parameter S dalam Disain Penguat Parameter penting dalam disain penguat adalah stabilitas. Dalam penguat gelombang mikro, penguat biasanya didahului oleh suatu rangkaian penyesuai impedansi ( matching network) dan diikuti oleh rangkaian penyesuai impedansi lainnya, seperti ditunjukkan pada gambar. Rangkaian penyesuai impedansi meminimalkan pantulan dan mengoptimalkan rangkaian untuk memperoleh daya transfer maksimum. Pemilihan rangkaian penyesuai impedansi yang tepat juga mencegah penguat ber-osilasi. Parameter S12 menentukan level feedback dari output suatu penguat ke bagian input, dan bersama dengan parameter S21 mempengaruhi stabilitas penguat ( kecenderungan ber-osilasi). Penguat dimana terminal input dan
  • 11. outputnya saling ter-isolasi akan mempunyai S12 yang bernilai nol. Penguat seperti ini disebut unilateral. Kebanyakan penguat bersifat bilateral, dimana isolasi input dan output yang terbatas akan menyebabkan koefisien pantul dilihat pada sisi input dipengaruhi oleh beban yang terpasang pada output. Andaikan terminal output suatu penguat bilateral diberi beban dengan koefisien pantul Γℓ, koefisien pantul yang terlihat dari terminal input Γin diberikan dengan persamaan : Γ in = S 11 + S 12 S 21 Γ l S 11 − ∆Γ l = 1 − S 22 Γ l 1 − S 22 Γ l Jika penguat adalah unilateral, maka S12 = 0 dan Γin = S11. Atau, dengan kata lain pembebanan pada output tidak memberi dampak pada input. Properti yang sama berlaku untuk arah sebaliknya. Jika Γout adalah koefisien refleksi yang terlihat pada terminal output dan Γs adalah koefisien refleksi sumber yang terhubung ke terminal input, maka : Γ out = S 22 + S 12 S 21 Γ s S 22 − ∆Γ s = 1 − S 11 Γ s 1 − S 11 Γ s Suatu penguat dikatakan stabil tanpa syarat jika beban atau sumber dengan suatu koefisien pantul bisa dihubungkan dengan rangkaian penguat tanpa menimbulkan ketidak-stabilan. Kondisi ini terjadi jika magnitud dari koefisien pantul pada sumber, beban, input dan output penguat mempunyai nilai kurang dari satu. Ketidak-stabilan bisa menimbulkan distorsi pada respon frekuensi penguatan atau menimbulkan osilasi. Untuk bisa stabil tanpa syarat pada frekuensi tertentu, suatu penguat harus memenuhi 4 persamaan berikut : ⎪Γs⎪ < 1 ⎪ΓL⎪ < 1 ⎪Γin⎪< 1 ⎪Γout⎪< 1
  • 12. Batasan dari kondisi ini adalah masing-masing bernilai satu yang bisa disajikan dalam bentuk lingkaran dalam diagram polar dari koefisien pantul (kompleks), untuk port input dan port output. Gambar ini bisa diskalakan dalam smith chart. Masing-masing lingkaran mempunyai pusat dan radius sbb : (Output Stability Circle) Radius Center (Input Stability Circle) Radius Center dimana Lingkaran tersebut adalah dalam koefisien pantul kompleks, sehingga bisa digambarkan pada smith chart dengan basis impedansi maupun admitansi, yang dinormalisasi terhadap impedansi sistem. Cara lain untuk melihat kestabilan adalah dengan menggunakan Rollet stability factor K, yang didefinisikan : .
  • 13. Kondisi unconditional stabil diperoleh jika dan ∆ = S11S22 – S12S21 Persamaan Penguatan Daya Ada benerapa persamaan penguatan daya yang diturunkan dari rangkaian dua terminal pada penguat gelombang mikro : 1. Transducer Power Gain 2. Available Power Gain 3. Power Gain Transducer Power Gain gelombang mikro didefinisikan sebagai perbandingan daya output PL yang dikirim ke beban ZL terhadap daya input Pavs yang disediakan oleh sumber kepada rangkaian GT = PL Pavs PL = daya yang terkirim ke beban = daya datang pada beban – daya pantul dari beban = ½ ⎪b2⎪2 - ½ ⎪a2⎪2 = ½ ⎪b2⎪2(1-⎪ΓL⎪2) Pavs = daya yang tersedia dari sumber Pavs Dimana : 1 2 bs = 2 2 1 − Γs
  • 14. ΓL = ZL − Z 0 ZL + Z 0 Γs = Zs − Z0 Z s + Z0 PL = Pavr jika ΓL = Γ∗out Pavs = Pin jika Γin = Γ∗s Pavr = daya yang tersedia dari jaringan/network Daya yang terkirim ke beban adalah resultan dari daya datang pada beban minus daya pantul dari beban. bs adalah suatu fungsi dari b2 yang akan ditentukan Transducer Power Gain dinyatakan : 2 b 2⎞ ⎞⎛ ⎛ ⎟ ⎜1 − Γ 2 ⎟ ⎜1 − Γ G = 2 s ⎟⎜ t L ⎟ 2 ⎜ ⎟ ⎜ ⎠⎝ ⎝ ⎠ bs G = t Zg 2⎛ 2⎞ ⎛ 2 ⎞ ⎜1 − Γ ⎟ ⎜1 − Γ ⎟ S s ⎜ ⎟ 21 ⎜ L ⎟ ⎝ ⎠ ⎝ ⎠ ⎛1 − S Γ ⎞ ⎛1 − S Γ ⎞ −S S Γ Γ ⎜ ⎟⎜ ⎟ 11 s ⎠ ⎝ ⎝ 22 L ⎠ 12 21 s L 2 Input matching network output matching network Vs Γs Zin Γin Zout Γout ΓL Diagram untuk koefisien pantul ZL
  • 15. Transducer Power Gain juga bisa dinyatakan sbb: Gt = Gt = 1 − Γs 2 1 − Γ in Γ s 1 − Γs 2 S21 2 1 − ΓL 1 − S22 Γ L 2 1 − S11 Γ s 2 S21 2 1 − ΓL 2 2 2 1 − Γ out Γ L 2 Dimana Γ in = S 11 + S 12 S 21 Γ l S 11 − ∆Γ l = 1 − S 22 Γ l 1 − S 22 Γ l Γ out = S 22 + S 12 S 21 Γ s S 22 − ∆Γ s = 1 − S 11 Γ s 1 − S 11 Γ s Ada tiga kasus khusus untuk transducer power gain : 1. matched transducer power gain (Γs = ΓL =0) Jika input rangkaian adalah sesuai sempurna (matched) terhadap impedansi sumber dan maupun output sesuai dengan impedansi beban. Transducer power gain adalah : Gtm =⎪S21⎪2 2. unilateral transducer powr gain (⎪S12⎪2 = 0 ) Unilateral transducer power gain Gtu adalah power gain maju dalam penguat dengan umpan balik dimana power gain balik (reverse) di-set nol (⎪S12⎪2 = 0 ) Gtu = 1 − Γs 2 1 − S Γs 11 S 2 21 2 1 − ΓL 1−S 2 Γ 22 L 2 3. Maximum unilateral transducer power gain
  • 16. Power gain ini diperoleh jika Γs = S*11 dan ΓL = S*22 G tumax = S 21 2 2 2 (1 − S 11 )(1 − S 22 ) Contoh Suatu Amplifier GaAs dengan parameter S sbb : S11 = 0,55 ∠ 158o S12 = 0,01 ∠ -5o S21 = 1,95 ∠ 9o S22 = 0,46 ∠ -148o Γs = 0,20 ∠ 0 o ΓL = 0,33 ∠ 0 o hitung (a) delta factor ; (b) stability factor ; (c) Transducer Power Gain ; (d) transducer power gain jika Γs = ΓL = 0. Jawab : (a) Delta factor ∆ = S11S22 – S12S21 = 0,55 ∠ 158o x 0,46 ∠ -148o - 0,01 ∠ -5o x 1,95 ∠ 9o = 0,23 ∠ 9,87o (b) Stability factor didefinisikan sbb : 2 K= 2 1 + ∆ − S 11 − S 22 2 S 12 S 21 2 >1 2 2 2 1 + 0,23 − 0,55 − 0,46 = 2 0,01 ∗1,95 = 13,5 > 1
  • 17. (c ) Transducer Power Gain 2 Gt = 2 2 (1 − Γ s ) S 21 (1 − Γ L ) (1 − S 11 Γ s )(1 − S 22 Γ L ) − S 12 S 21 Γ s Γ L 2 2 Gt = 2 (1 − 0,20 )1,95 2 (1 − 0,33 ) (1 − 0,55∠158 ⋅ 0,20)(1 − 0,46∠ − 148 ⋅ 0,33) − 0,01∠ − 5 ⋅ 1,95∠9 ⋅ 0,2 ⋅ 0,33 = 2,08 =3,18 dB (d) Matched transducer power gain Gtm = 3,80 = 5,8 dB (e) Unilateral transducer power gain (f) maksimum unilateral power gain ⎪S12⎪2 = 0 2