SlideShare a Scribd company logo
1 of 150
SISTEM
OPERASIONAL
BANK SYARIAH
Disampaikan Oleh :
Waluyo, Lc., M.A.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
IAIN Surakarta
PERSPEKTIF BANK SYARIAH
Perbankan Syariah memiliki peran strategis dalam meningkat-
kan kesejahteraan ummat; melalui proses intermediasi kegiatan
penghimpunan dan penyaluran dana maupun penyediaan jasa
keuangan lainnya, berlandaskan kepada prinsip-prinsip syariah.
Ketika sistem perbankan konvensional sempoyongan karena
krisis moneter dan memerlukan biaya yang begitu besar untuk
mempertahankannya, perbankan syariah justeru mampu
menyelamatkan sebagian ekonomi ummat.
Kemampuan survival perbankan syariah dalam era krisis, telah
menarik banyak perhatian para bankir konvensional yang
kemudian membuka kantor-kantor cabang syariah.
KEUNGGULAN OPERASIONAL
BANK SYARIAH
1. Kegiatan usaha dilakukan secara profesional, namun tetap realistis,
seraya mengakui keterbatasan manusia yang tidak selalu dapat
memperoleh hasil sebagaimana yang diinginkannya.
Sama halnya dengan bank konvensional, prinsip prudential
maupun profesionalitas juga diterapkan dalam perbankan syariah.
Bank syariah tidak memastikan besaran return dalam menjalan
kan usahanya, dan karenanya tidak mengenal “bunga” sebagai
parameter balas jasa finansial.
“………Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan
pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun
yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati……..”.
QS. Luqman (31) : 34
KEUNGGULAN OPERASIONAL
BANK SYARIAH
2. Bagi hasil dalam perbankan syariah dilakukan dengan cara
menetapkan porsi pembagian keuntungan (nisbah), baik antara
bank dengan nasabah pemilik dana (liabilities) maupun dengan
nasabah pengguna dana (assets). Sedangkan angka nominal yang
akan diperoleh oleh para pihak akan sangat tergantung pada
realisasi hasil usaha.
3. Berbeda dengan bank konvensional, pendekatan usaha yang
dilakukan perbankan syariah adalah pada sisi assets terlebih
dahulu, baru kemudian sisi liabilities. Artinya, tingkat
produktivitas assets akan sangat menentukan return bagi para
pemilik dana yang pada gilirannya mempengaruhi pertumbuhan
sisi liabilities.
KEUNGGULAN OPERASIONAL
BANK SYARIAH
4. Bank syariah tidak akan pernah mengalami negative spread.
Kerugian hanya akan terjadi bila pendapatan dari transaksi bagi
hasil dan jual-beli maupun pendapatan lainnya, lebih kecil
dibandingkan dengan biaya operasinal bank.
5. Pelaksanaan aktivitas usaha dilakukan atas dasar prinsip
kesetaraan (equality), keadilan (fairness) dan keterbukaan
(transparency).
LANDASAN OPERASIONAL
BANK SYARIAH
1. Menghindari riba, karena memang riba mengandung ketidak-
adilan dan dapat merusak prinsip kemitraan.
2. Memperlakukan uang hanya sebagai alat tukar dan bukan
sebagai komoditi yang diperdagangkan.
3. Pembiayaan hanya dilakukan terhadap aktivitas ekonomi
maupun kebutuhan nasabah lainnya yang disamping bankable,
juga tidak bertentangan dengan syariah.
LANDASAN OPERASIONAL
BANK SYARIAH
5. Dalam berinteraksi dengan nasabah, bank syariah memposisikan
diri sebagai mitra investor dan pedagang, bukan dalam hubungan
lender & borrower sebagaimana yang berlaku pada bank
konvensional.
6. Akad transaksi yang sudah disepakati dengan nasabah tidak akan
mengalami perubahan sampai dengan berakhirnya, walaupun
misalnya terjadi gejolak moneter.
4. Tidak membenarkan transaksi spekulatif (maysir), jual-beli atas
suatu barang yang belum dimiliki (garar) dan jual-beli bersyarat
(mengandung unsur riba).
Islamic Banking Map
Definisi Bank
• Perbankan adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya
kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak. (pasal 5 UU 7/92)
• Kegiatan Usaha Perbankan :
• Penghimpunan dana
• Penyaluran dana
• Jasa keuangan perbankan
Landasan Hukum
UU No 7/92 tentang Perbankan
PP No 72/92 tentang
Bank Berdasarkan
Bagi Hasil
UU No 10/98 tentang
perubahan UU 7/92
Dicabut dg
PP 30/99
BANK SYARIAH
Konsep & Sistem
Perbankan
Fungsi Bank adalah menghimpun dana dari
masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut
kepada masyarakat lain yang memerlukan
Masyarakat
Pemilik Dana
Masyarakat
Pengguna Dana
Proses
Penghimpunan Dana
Proses
Penyaluran Dana
Konsep & Sistem
Bank Konvensional
Masyarakat
Pemilik Dana
Masyarakat
Pengguna Dana
Proses
Penghimpunan Dana
Proses
Penyaluran Dana
Penetapan Imbalan Penetapan Beban
SIKLUS DANA BANK SYARIAH
Masyarakat
Pemilik Dana
Masyarakat
Pengguna Dana
Proses
Penghimpunan Dana
Proses
Penyaluran Dana
Konsep Penghimpunan Dana :
1. Al Wadiah
2. Mudharabah
Konsep Penyaluran Dana :
1. Bagi Hasil (Mudharabah &
Musyarakah)
2. Jual Beli (Murabahah, Istishna &
Salam)
3. Ujroh ( Ijarah Muntahiah Bitamlik)
4. Jasa bank (Rahn, Qardh & Hiwalah)
BAGI HASIL
BAGI HASIL
PRINSIP DAN LANDASAN PENGEMBANGAN PRODUK
BISNIS ISLAMI
LIMA AKAD DASAR TRANSAKSI
SYARI’AH :
TITIPAN (WADI’AH)
Giro Wadi’ah
Tabungan Wadi’ah
BAGI HASIL (SYIRKAH)
Funding
Giro Mudharabah
Tabungan Mudharabah
Deposito Mudharabah
BAGI HASIL (SYIRKAH)
Financing
Pembiayaan Mudharabah
Pembiayaan Musyarakah
JUAL-BELI (TIJAROH)
Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan Salam
Pembiayaan Istishna’
SEWA (IJARAH)
Ijarah
Ijarah Muntahia Bittamlik
JASA/FEE( AL UJROH)
Wakalah, Kafalah, Hiwalah, Rahn,
FUNGSIBANK SYARIAH
MANAGER
INVESTASI
Penghimpunan dana :
Prinsip wadiah yad dhamanah
Prinsip mudharabah
INVESTOR
Penyaluran dana
Prinsip jual beli
Prinsip bagi hasil
Prinsip sewa beli
Jasa perbankan
JASA LAYANAN
Produk jasa
Wakalah, Kafalah, Sharf,
Ijarah, Wadiah yad Amanah
SOSIAL
Dana kebajikan
Penghimpunan dan penyaluran Qardhul Hasan
Penghimpunan dan penyaluran ZIS
TAMWIL
MAAL
Fungsi Aplikasi produk
KONSEP PEMBIAYAAN
BANK SYARIAH
PEMBIAYAAN
(Financing)
BAGI HASIL
(P & L Sharing)
JUAL – BELI
(Sale & Purch.)
PEMB. LAIN
(Other Fin.)
PINJ. KEBJK.
(NonCompLen)
MUSYARAKAH
MUDHARABAH
MURABAHAH
SALAM
ISTISHNA’
IJARAH WA
IQTINA
HAWALAH
RAHN
QARDH
PEMBIAYAAN BAGI HASIL
(Profit & Loss Sharing)
Bagi hasil merupakan konsep pembiayaan yang adil dan
memiliki nuansa kemitraan yang sangat kental.
Hasil yang diperoleh dibagi berdasarkan perbandingan
(nisbah) yang disepakati, dan bukan sebagaimana
penetapan suku bunga pada bank konvensional.
Pembiayaan bagi hasil dalam perbankan syariah, meliputi :
AL MUSYARAKAH
AL MUDHARABAH
AL MUSYARAKAH
Pengertian :
MUSYARAKAH (SYIRKAH) adalah akad kerjasama antara dua
pihak atau lebih untuk melakukan suatu kegiatan usaha tertentu;
masing-masing pihak memberikan kontribusi dana sesuai dengan
porsi yang disepakati.
Sementara keuntungan yang diperoleh maupun kerugian yang
mungkin timbul akan dibagi secara proporsional atau sesuai
dengan kesepakatan bersama.
AL MUSYARAKAH
Landasan Syariah :
‫ماهم‬ ‫وقليل‬ ‫وعملواالصلحت‬ ‫ءامنوا‬ ‫االالذين‬ ‫بعض‬ ‫على‬ ‫بعضهم‬ ‫ليبغي‬ ‫الخلطاء‬ ‫من‬ ‫كثيرا‬ ‫وان‬
....
(
‫ص‬
:
24
)
“…….. Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang
yang berserikat itu sebagian mereka berbuat zalim kepada
sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh; dan amat sedikitlah mereka ini.”
QS. Shaad (38) : 24
“Aku adalah pihak ketiga dari dua orang yang berserikat
selama salah satunya tidak menghianati lainnya.”
(HR. Abu Daud dan Hakim)
‫هريرة‬ ‫أبي‬ ‫عن‬
,
‫قال‬ ‫رفعه‬
:
‫يقول‬ ‫هللا‬ ‫ان‬
:
‫الشركين‬ ‫ثالث‬ ‫نا‬ ‫أ‬
,
‫أحدهم‬ ‫يخن‬ ‫مالم‬
‫ا‬
‫صاحبه‬
,
‫بينهما‬ ‫من‬ ‫خرجت‬ ‫خانه‬ ‫فاذا‬
(
‫هريرة‬ ‫أبي‬ ‫عن‬ ‫والحاكم‬ ‫داود‬ ‫أبوا‬ ‫رواه‬
)
•
“Dari Abu Hurairah yang dirafa’kan kepada Nabi SAW, bahwa
Nabi SAW bersabda, sesungguhnya Allah SWT berfirman : “
aku adalah pihak ketiga antara dua orang yng bersrikat selama
salah satu pihak tidak menghianati pihak yang lain. jika salah
satu pihak telah berkhianat, aku keluar dari mereka “. ( HR.
Abu Daud dari Abu Hurairah ).
Ijma’
Berdasarkan sumber hukum di atas maka secara ‘Ijma para
ulama sepakat bahwa hukum musyarakah yaitu boleh. Hanya
saja, mereka berbeda pendapat tentang jenisnya. Ibnu
Qudamah dalam kitabnya al-Mughni telah berkata: kaum
muslimin telah berkonsensus terhadap legimasi Musyarakah
secara global walaupun terdapat perbedaan pendapat dalam
beberapa elemen darinya.
AL MUSYARAKAH
Jenis Musyarakah :
MUSYARAKAH KEPEMILIKAN (SYIRKAH AL MILK)
Jenis Musyarakah ini timbul karena faktor warisan, wasiat atau
kondisi lainnya yang mengakibatkan terjadinya kepemilikan
terhadap suatu assets oleh dua orang atau lebih. Keuntungan
yang diperoleh dari pengoperasian assets tersebut kemudian
dibagi bersama berdasarkan kesepakatan.
MUSYARAKAH AKAD (SYIRKAH AL ‘UQUD)
Merupakan hasil suatu kesepakatan dari dua orang atau lebih
untuk mengadakan kerjasama usaha. Masing-masing
memberikan kontribusi modal dan sepakat untuk berbagi
keuntungan maupun kerugian.
AL MUSYARAKAH
MUSYARAKAH AKAD (SYIRKAH AL ‘UQUD)
Musyarakah Akad terbagi atas :
SYIRKAH AL INAN
SYIRKAH MUFAWADHAH
SYIRKAH A’MAL
SYIRKAH WUJUH
AL MUSYARAKAH
Jenis Musyarakah Akad (Syirkah ‘Uqud) :
1. SYIRKAH AL INAN
Merupakan akad kerjasama antara dua orang atau lebih, masing-
masing memberikan kontribusi dana dan berpartisipasi dalam
kerja.
Porsi dana dan bobot partisipasi dalam kerja tidak harus sama,
bahkan dimungkinkan hanya salah seorang yang aktif mengelola
usaha yang ditunjuk oleh partner lainnya.
Sementara keuntungan atau kerugian yang timbul dibagi
menurut kesepakatan bersama.
AL MUSYARAKAH
Jenis Musyarakah Akad (Syirkah ‘Uqud) :
2. SYIRKAH MUFAWADHAH
Merupakan akad kerjasama antara dua orang atau lebih, masing-
masing memberikan kontribusi dana dalam porsi yang sama dan
berpartisipasi dalam kerja dengan bobot yang sama pula. Masing-
masing partner saling menanggung satu sama lain dalam hak dan
kewajiban.
Tidak diperkenankan salah seorang memasukkan modal yang lebih
besar dan memperoleh keuntungan yang lebih besar pula
dibandingkan dengan partner lainnya.
Keuntungan maupun kerugian yang diperoleh harus dibagi secara
sama.
AL MUSYARAKAH
Jenis Musyarakah Akad (Syirkah ‘Uqud) :
3. SYIRKAH A’MAL/ABDAN
Merupakan kesepakatan kerjasama antara dua orang atau lebih
yang memiliki profesi dan keahlian tertentu, untuk menerima
serta melaksanakan suatu pekerjaan secara bersama dan
berbagi keuntungan dari hasil yang diperoleh.
AL MUSYARAKAH
Jenis Musyarakah Akad (Syirkah ‘Uqud) :
4. SYIRKAH WUJUH
Syirkah ini terbentuk antara dua orang atau lebih, tanpa setoran
modal. Modal yang digunakan hanyalah nama baik yang
dimiliki, terutama karena kepribadian dan kejujuran masing-
masing dalam berniaga.
Dengan memiliki reputasi seperti itu, mereka dapat membeli
barang-barang tertentu dengan pembayaran tangguh dan
menjualnya kembali secara tunai.
Keuntungan yang diperoleh akan dibagi sesuai dengan
kesepakatan bersama.
AL MUSYARAKAH
Jenis Musyarakah Akad (Syirkah ‘Uqud) :
Dari keempat jenis MUSYARAKAH AKAD tersebut,
hanya SYIRKAH AL INAN yang diaplikasikan dalam
perbankan syariah sebagai salah satu produk
pembiayaan, karena karakteristiknya yang sesuai.
AL MUSYARAKAH
Prinsip Musyarakah :
1. Proyek atau kegiatan usaha yang akan dikerjakan tidak
bertentangan dengan syariah.
2. Pihak-pihak yang turut dalam kerjasama memasukkan dana
musyarakah, dengan ketentuan :
Dapat berupa uang tunai atau assets yang likuid.
Dana yang terhimpun bukan lagi milik perorangan, tetapi
menjadi dana usaha.
AL MUSYARAKAH
Prinsip Musyarakah :
3. Pengelola usaha dapat merupakan pemilik modal atau orang
yang ditunjuk oleh pemilik modal.
4. Pemilik modal dapat melakukan intervensi atas kebijakan usaha.
5. Bagi hasil (nisbah) didasarkan atas porsi kontribusi modal atau
sesuai dengan kesepakatan bersama.
AL MUSYARAKAH
Skema Musyarakah :
Proyek/Usaha
Laba
Rugi
Akad Musyarakah
PARTNER-2
PARTNER-1
60% Modal 40% Modal
Keahlian Keahlian
60% 40%
50% 50%
AL MUSYARAKAH
Pengertian :
Musyarakah Dalam Teknis Perbankan
1. MUSYARAKAH merupakan akad kerjasama pembiayaan antara
bank syariah atau beberapa lembaga keuangan secara bersama-
sama dengan nasabah, untuk mengelola suatu kegiatan usaha;
masing-masing memasukkan penyertaan dana sesuai porsi yang
disepakati. Sedangkan untuk pengelolaan kegiatan usaha,
dipercayakan kepada nasabah.
2. Selaku pengelola, nasabah wajib menyampaikan laporan berkala
mengenai perkembangan usaha kepada bank atau bank-bank
sebagai pemilik dana. Disamping itu pemilik dana dapat melakukan
intervensi terhadap kebijakan usaha.
AL MUSYARAKAH
Pengertian :
Musyarakah Dalam Teknis Perbankan
3. Keuntungan usaha yang diperoleh dibagi menurut perbandingan
(nisbah) yang disepakati dan pada akhir masa kerjasama, nasabah
harus mengembalikan modal usaha kepada pemilik dana.
4. Apabila terjadi kerugian atau kegagalan usaha, maka akan dipikul
bersama secara proporsional.
AL MUSYARAKAH
Aplikasi :
Musyarakah Dalam Teknis Perbankan
Pembiayan Modal Kerja
Dapat dialokasikan untuk perusahaan yang bergerak dalam
bidang konstruksi, industri, perdagangan dan jasa.
Pembiayaan Investasi
Dapat dialokasikan untuk perusahaan yang bergerak dalam
bidang industri.
Pembiayaan Secara Sindikasi
Baik untuk kepentingan modal kerja maupun investasi.
AL MUSYARAKAH
Skema Musyarakah : Contoh Aplikasi Perbankan
Rugi
Laba
Akad Musyarakah
CV. Berkah
Abadi
Bank
Syariah “A”
Usaha
Ayam Potong
Escrow
Account
75% Modal 25% Modal
25%
75%
Keahlian
80% (Nisbah)
20% (Nisbah)
Pengembalian Mdl. Usaha 75% X (80% Laba)
(1) (1)
(2) (2)
(3) (3)
(3)
(4)
(3a)
(3a)
Syirkah Muthanaqisah
• Secara harfiah berasal dari dua kata, yakni (i) Musyarakah dan
(ii) Mutanaqishah;Musharakah biasa juga disebut dengan
syirkah yang berarti kerja sama. Ada berbagai macam syirkah ,
di antaranya: syirkah inan, syirkah mufawadhah, syirkah
wujuh, syirkah amal (abdan);
• Mutanaqishah berasal dari naqashayang berarti
berkurang;Musyarakah Mutanaqishaadalah akad kepemilikan
bersama (syirkahamlak) atas satu aset kekayaan dimana salah
satu pihak kepemilikannya berkurang hingga habis (nol) untuk
dimiliki secara sempurna oleh pihak lainnya.
• Musyarakah mutanaqishah (diminishing partnership) adalah
bentuk kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk
kepemilikan suatu barang atau asset. Dimana kerjasama ini
akan mengurangi hak kepemilikan salah satu pihak sementara
pihak yang lain bertambah hak kepemilikannya. Perpindahan
kepemilikan ini melalui mekanisme pembayaran atas hak
kepemilikan yang lain. Bentuk kerjasama ini berakhir dengan
pengalihan hak salah satu pihak kepada pihak lain.
• Implementasi dalam operasional perbankan syariah adalah
merupakan kerjasama antara bank syariah dengan nasabah untuk
pengadaan atau pembelian suatu barang (benda). Dimana asset
barang tersebut jadi milik bersama. Adapun besaran kepemilikan
dapat ditentukan sesuai dengan sejumlah modal atau dana yang
disertakan dalam kontrak kerjasama tersebut. Selanjutnya nasabah
akan membayar (mengangsur) sejumlah modal/dana yang dimiliki
oleh bank syariah. Perpindahan kepemilikan dari porsi bank syariah
kepada nasabah seiring dengan bertambahnya jumlah modal
nasabah dari pertambahan angsuran yang dilakukan nasabah.
Hingga angsuran berakhir berarti kepemilikan suatu barang atau
benda tersebut sepenuhnya menjadi milik nasabah. Penurunan porsi
kepemilikan bank syariah terhadap barang atau benda berkurang
secara proporsional sesuai dengan besarnya angsuran.
• Selain sejumlah angsuran yang harus dilakukan nasabah untuk
mengambil alih kepemilikan, nasabah harus membayar
sejumlah sewa kepada bank syariah hingga berakhirnya batas
kepemilikan bank syariah. Pembayaran sewa dilakukan
bersamaan dengan pembayaran angsuran. Pembayaran
angsuran merupakan bentuk pengambilalihan porsi
kepemilikan bank syariah. Sedangkan pembayaran sewa
adalah bentuk keuntungan (fee) bagi bank syariah atas
kepemilikannya terhadap aset tersebut. Pembayaran sewa
merupakan bentuk kompensasi kepemilikan dan kompensasi
jasa bank syariah.
AL MUDHARABAH
Pengertian :
MUDHARABAH adalah akad kerjasama antara pemilik dana
(shahibul maal) yang menyediakan seluruh kebutuhan modal
dengan pihak pengelola usaha (mudharib) untuk melakukan suatu
kegiatan usaha bersama. Keuntungan yang diperoleh dibagi
menurut perbandingan (nisbah) yang disepakati.
Dalam hal terjadi kerugian, akan ditanggung oleh pemilik modal,
selama bukan diakibatkan karena kelalaian pengelola usaha.
Sedangkan kerugian yang timbul karena kelalaian pengelola akan
menjadi tanggung jawab pengelola usaha itu sendiri.
Pemilik modal tidak turut campur dalam pengelolaan usaha, tetapi
mempunyai hak untuk melakukan pengawasan.
AL MUDHARABAH
Landasan Syariah :
“Tiga hal yang didalamnya terdapat keberkatan : jual-beli secara
tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum
dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual”.
(HR. Ibnu Majah)
“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di
muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah
banyak-banyak supaya kamu beruntung”.
QS. Al Jumu’ah (62) : 10
AL MUDHARABAH
Jenis Mudharabah :
MUDHARABAH MUTHLAQAH
Pemilik dana (shahibul maal) memberikan keleluasaan penuh
kepada pengelola (mudharib) dalam menentukan jenis usaha
maupun pola pengelolaan yang dianggapnya baik dan mengun-
tungkan, sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan syariah.
MUDHARABAH MUQAYYADAH
Pemilik dana memberikan batasan-batasan tertentu kepada
pengelola usaha dengan menetapkan jenis usaha yang harus
dikelola, jangka waktu pengelolaan, lokasi usaha dsb.
AL MUDHARABAH
Rugi
Laba
Akad Mudharabah
Mudharib
Shahibul Maal
Modal
Usaha
100% Modal
0%
100%
Keahlian
Y% (Nisbah)
X% (Nisbah)
Pengembalian Mdl. Usaha Penyisihan seb.Laba
(1) (1)
(2) (2)
(3) (3)
(3)
(4)
(3a)
(3a)
Proyek/Usaha
Skema Mudharabah :
AL MUDHARABAH
PENGERTIAN (Dalam Konteks Pembiayaan) :
Mudharabah Dalam Teknis Perbankan
1. MUDHARABAH adalah akad kerjasama pembiayaan antara
bank syariah selaku pemilik dana (shahibul maal) yang
menyediakan semua kebutuhan modal dengan nasabah
(mudharib) sebagai pihak yang mempunyai keahlian atau
ketrampilan tertentu, untuk mengelola suatu kegiatan usaha
yang produktif dan sesuai syariah.
2. Bank tidak mencampuri manajemen usaha, tetapi mempunyai
hak untuk melakukan pengawasan.
AL MUDHARABAH
PENGERTIAN (Dalam Konteks Pembiayaan) :
Mudharabah Dalam Teknis Perbankan
3. Keuntungan usaha dibagi berdasarkan perbandingan (nisbah)
yang telah disepakati dan pada akhir periode kerjasama, nasabah
harus mengembalikan semua modal usaha kepada bank.
4. Dalam hal terjadi kerugian, akan menjadi tanggungan bank,
kecuali bila diakibatkan oleh kelalaian nasabah. Untuk
menghindari kemungkinan terjadinya kerugian, bank harus
memahami karakteristik resiko usaha tersebut dan bekerjasama
dengan nasabah untuk mengatasi berbagai masalah.
AL MUDHARABAH
APLIKASI (Dalam Konteks Pembiayaan) :
Mudharabah Dalam Teknis Perbankan
Pembiayaan MODAL KERJA
Modal kerja bagi perusahaan yang bergerak dalam bidang
industri, perdagangan dan jasa.
Pembiayaan INVESTASI
Untuk pengadaan barang-barang modal, aktiva tetap dsb.
Pembiayaan INVESTASI KHUSUS
Bank bertindak dan memposisikan diri sebagai arranger yang
mempertemukan kepentingan pemilik dana, seperti Yayasan
dan Lembaga Keuangan Non Bank, dengan pengusaha yang
memerlukan dana.
AL MUDHARABAH
Laba
Akad Mudharabah
Burhan
(Nasabah)
Bank
Syariah “X”
100% Modal
0%
100%
Keahlian
(1) (1)
(2) (2)
(3b)
(3b)
Skema Mudharabah : Contoh Aplikasi Perbankan
Rumah Makan
Padang
Rugi
Peng.Mdl.Ush.Rp.15 Juta/Bln.(3)
50% (Nisbah) 50% (Nisbah)
(3a) (3a)
JUAL - BELI
(Sale & Purchase)
Konsep jual-beli dalam perbankan syariah mengandung beberapa
kebaikan, antara lain pembiayaan yang diberikan selalu terkait
dengan sektor riil, karena yang menjadi dasar adalah barang yang
diperjual-belikan. Disamping itu harga yang telah disepakati tidak
akan mengalami perubahan sampai dengan berakhirnya akad.
Konsep jual-beli yang diaplikasikan dalam produk pembiayaan
perbankan syariah, meliputi :
BAI’AL MURABAHAH
BAI’AS SALAM
BAI’AL ISTISHNA’
IJARAH WA IQTINA
BAI’ AL MURABAHAH
Pengertian :
MURABAHAH adalah akad jual-beli atas suatu barang,
dengan harga yang disepakati antara penjual dan pembeli,
setelah sebelumnya penjual menyebutkan dengan sebenarnya
harga perolehan atas barang tersebut dan besarnya keuntungan
yang diperolehnya.
BAI’ AL MURABAHAH
Landasan Syariah :
“………. Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan
riba.” QS. Al Baqarah (2) : 275
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka
diantara kamu”. QS. An Nisaa’ (4) : 29
“Pedagang yang jujur dan terpercaya, maka dia bersama nabi,
orang-orang yang jujur dan para syuhada”. (HR. Tarmidzi)
BAI’ AL MURABAHAH
Rukun Murabahah :
Bai’ (penjual)
Musytari (pembeli)
Mabi’ (barang yang diperjual-belikan)
Tsaman (harga barang)
Ijab-qabul (pernyataan serah terima)
BAI’ AL MURABAHAH
Syarat Murabahah :
Pihak yang berakad (Bai’ & Musytari) cakap hukum dan tidak
dalam keadaan terpaksa.
Barang yang diperjual-belikan (Mabi’) tidak termasuk barang
haram dan jenis maupun jumlahnya jelas.
Harga barang (Tsaman) harus dinyatakan secara transparan
(harga pokok dan komponen keuntungan) dan cara
pembayarannya disebutkan dengan jelas.
Pernyatan serah-terima (Ijab-Qabul) harus jelas dengan
menyebutkan secara spesifik pihak-pihak yang berakad.
BAI’ AL MURABAHAH
Skema Murabahah :
Akad Murabahah
PEMBELI
PENJUAL
Negosiasi
Barang
(1) (1)
(2) (2)
Kirim Barang & Dokumen Terima Barang & Dokumen
(3) (3a)
Bayar Kewajiban
(4)
BAI’ AL MURABAHAH
Pengertian :
Murabahah Dalam Teknis Perbankan
1. MURABAHAH adalah akad jual-beli antara bank dan nasabah
atas suatu jenis barang tertentu dengan harga yang disepakati
bersama. Bank akan mengadakan barang yang dibutuhkan dan
menjualnya kepada nasabah dengan harga setelah ditambah
keuntungan yang disepakati.
2. Guna memastikan keseriusannya untuk membeli, bank dapat
mensyaratkan nasabah agar terlebih dahulu membayar uang
muka.
BAI’ AL MURABAHAH
Pengertian :
Murabahah Dalam Teknis Perbankan
3. Nasabah membayar kepada bank atas harga barang tersebut
(setelah dikurangi uang muka) secara angsuran selama jangka
waktu yang disepakati, dengan memperhatikan kemampuan
mengangsur ataupun arus kas usahanya. Pembayaran secara
angsuran ini dikenal dengan istilah Bai’ Bitsaman Ajil (BBA).
4. Baik harga jual maupun besarnya angsuran yang telah disepakati
tidak berubah hingga akad pembiayaan berakhir.
5. Tidak ada denda atas keterlambatan pembayaran angsuran
(penalty overdue).
BAI’ AL MURABAHAH
Aplikasi :
Murabahah Dalam Teknis Perbankan
Pembiayaan INVESTASI
Antara lain untuk pengadaan aktiva tetap, mesin-mesin dan
barang-barang modal lainnya.
Pembiayaan KONSUMER
Antara lain untuk pembelian rumah, mobil dan sebagainya.
BAI’ AL MURABAHAH
Skema Murabahah : Contoh Aplikasi Perbankan
Akad Murabahah
CV. Bina
Amanah
Bank
Syariah ABC
Negosiasi
(1) (1)
(2) (2)
Beli ruko Rp. 400 Juta Jual ruko Rp.420 Juta
(4) (5)
Bayar Angsuran
(6)
Bayar Uang Muka : Rp. 120 Juta
(3)
RUKO
Serahkan surat-surat ruko
(7)
BAI’ AS SALAM
Pengertian :
SALAM adalah akad jual-beli atas suatu barang dengan jenis
dan dalam jumlah tertentu yang penyerahannya dilakukan
beberapa waktu kemudian, sedangkan pembayarannya segera
(dimuka).
SALAM PARALEL merupakan dua transaksi Salam yang
dilakukan secara simultan dan melibatkan tiga pihak yang
berkepentingan. Salah satu diantaranya bertindak sebagai
pembeli dan sekaligus penjual; yang membeli suatu barang
dari pihak kedua dan menjualnya kembali kepada pihak ketiga.
BAI’ AS SALAM
Landasan Syariah :
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah
tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya”. QS. Al Baqarah (2) : 282
Ibnu Abbas r.a. mengungkapkan : “Aku bersaksi bahwa salam
(salaf) yang dijamin untuk jangka waktu tertentu telah dihalalkan
Allah pada kitab-Nya dan diizinkan-Nya”, seraya membaca ayat
tersebut diatas.
Ibnu Abbas r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda :
“Barangsiapa yang melakukan salaf (salam), hendaknya ia
melakukan dengan takaran yang jelas dan timbangan yang
jelas pula, untuk jangka waktu yang diketahui”.
BAI’ AS SALAM
Rukun Salam :
Pembeli (Muslam)
Penjual (Muslam Ilaih)
Barang yang diperjual-belikan (Muslam Fiih)
Harga barang (Ra’sul Maal)
Sighot (Ijab-Qabul)
BAI’ AS SALAM
Syarat Salam :
Pembeli dan penjual ( Muslam & Muslam Ilaih) cakap
hukum, tidak dalam keadaan terpaksa dan tidak ingkar janji.
Penjual (Muslam Ilaih) harus memiliki kapasitas dan
kemampuan untuk memproduksi barang yang diperjual-belikan.
Barang yang diperjual-belikan (Muslam Fiih) harus jelas jenis,
ukuran, mutu dan jumlahnya serta tidak dilarang syariah.
Sedangkan waktu penyerahannya disepakati bersama.
Harga barang (Ra’sul Maal) harus pasti dan dibayarkan
segera (dimuka).
BAI’ AS SALAM
Skema Salam :
Akad Salam
PEMBELI
PRODUSEN/
PENJUAL
Negosiasi
Barang
(1) (1)
(2) (2)
Kirim Barang
(5)
Bayar Harga Barang
(3)
Produksi Barang
(4)
BAI’ AS SALAM
Skema Salam Paralel :
Akad Salam
PEMBELI-II
PEMBELI-I
/PENJUAL-II
Negosiasi
Barang
(1) (1)
(2) (2)
Bayar Harga Barang
(3)
PRODUSEN/
PENJUAL-I
Akad
Salam (2a)
Negosiasi (1a)
Bayar Hrg Brg (3a)
Kirim Dokumen (5a)
Produksi
Barang
Kirim
Barang
(4) (5)
BAI’ AS SALAM
Pengertian :
Salam Paralel Dalam Teknis Perbankan
1. SALAM PARALEL merupakan transaksi pembelian atas
barang tertentu yang dilakukan oleh bank dari pihak produsen
atau pihak ketiga lainnya dengan pembayaran dimuka, untuk
kemudian dijual kembali kepada nasabah dengan waktu
penyerahan yang disepakati.
2. Pembayaran oleh nasabah kepada bank dapat dilakukan dimuka
pada saat ditanda-tanganinya akad Salam atau secara tunai pada
saat penyerahan barang (Salam Wal Bai’Al Mutlaqah) atau
dengan cara mengangsur (Salam Wal Murabahah).
BAI’ AS SALAM
Pengertian :
Salam Paralel Dalam Teknis Perbankan
3. Apabila pembayaran oleh nasabah dilakukan secara tunai atau
dengan cara mengangsur, biasanya bank mensyaratkan agar
nasabah terlebih dahulu membayar sejumlah uang muka yang
diperlukan.
BAI’ AS SALAM
Aplikasi :
Salam Paralel Dalam Teknis Perbankan
Pembiayaan MODAL KERJA
Misalnya untuk modal kerja usaha pertanian, peternakan
atau industri yang menghasilkan barang-barang konsumsi.
Pembiayaan INVESTASI
Misalnya untuk pengadaan barang-barang modal, seperti
mesin-mesin dan sebagainya.
BAI’ AS SALAM
Skema Salam : Contoh Aplikasi Perbankan
Akad Salam
PT. Anugerah
Sentosa
Bank
Syariah “XYZ”
Negosiasi
Jagung
(1) (1)
(2) (2)
Bayar Uang Muka Rp. 300 Juta
(4)
KUD Lestari
Akad
Salam (2a)
Negosiasi (1a)
Bank Garansi (3)
Kirim Faktur (7a)
Produksi
Jagung
Kirim
Jagung
(6) (7)
Bayar Angsuran
Bayar Rp. 1,5 M (5)
(8)
BAI’ AL ISTISHNA’
Pengertian :
ISTISHNA’ merupakan akad jual-beli antara pemesan/pembeli
dengan pihak produsen/penjual atas suatu barang tertentu yang
harus dipesan terlebih dahulu, dengan spesifikasi dan harga yang
disepakati. Sementara pembayarannya dapat dilakukan dimuka,
ditengah atau pada saat penyerahan barang.
ISTISHNA’ PARALEL merupakan gabungan dari dua transaksi
Istishna’ yang dilakukan secara simultan. Pihak penjual pada
transaksi Istishna’ yang pertama bukanlah produsen yang
sesungguhnya dan karenanya membuat akad serupa dengan pihak
lain (produsen) untuk memenuhi pesanan pembeli.
BAI’ AL ISTISHNA’
Landasan Syariah :
Mengingat sifat transaksinya yang sama, maka secara umum
landasan syariah yang berlaku pada Bai’As Salam juga
berlaku pada Bai’Al Istishna’
Rukun Istishna’:
Produsen / Penjual (Shaani’)
Pemesan / Pembeli (Mustashni’)
Barang / Jasa yang dipesan (Mashnu’)
Harga Barang / Jasa (Tsaman)
Sighot (Ijab-Qabul)
BAI’ AL ISTISHNA’
Syarat Istishna’:
Produsen dan pemesan (Shaani’ & Mustashni’) cakap hukum,
tidak dalam keadaan terpaksa dan tidak ingkar janji.
Produsen (Shaani’) memiliki kapasitas dan kesanggupan untuk
membuat/mengadakan barang yang dipesan.
Barang yang dipesan (Mashnu’) harus jelas spesifikasinya dan
tidak termasuk yang dilarang syariah. Sedangkan waktu
penyerahannya sesuai kesepakatan.
Harga barang (Tsaman) harus dinyatakan secara jelas dan
pembayarannya dilakukan sesuai dengan kesepakatan.
BAI’ AL ISTISHNA’
Skema Istishna’ :
PEMBELI
(Mustashni’)
PRODUSEN
(Shaani’)
Barang
(Mashnu’)
Kirim Barang
(4)
Bayar Harga Barang
Produksi Barang
(3)
Pesan Barang
Akad Istishna’
(1)
(2)
(5)
BAI’ AL ISTISHNA’
Skema Istishna’ Paralel :
PEMESAN-I
PEMESAN-II/
PENJUAL
Barang
Bayar Harga Barang
Pesan Barang
Akad Istishna’
(1)
(2)
(4)
PRODUSEN
Pesan
Barang (1a)
Akad
Istishna’ (2a)
Krm.Dok. (4a)
Bayar Harga Barang
Produksi
Barang
Kirim
Barang
(3)
(5)
(6)
BAI’ AL ISTISHNA’
Pengertian :
Istishna’ Paralel Dalam Teknis Perbankan
1. ISTISHNA’ PARALEL merupakan akad jual-beli barang antara
bank dan nasabah dengan spesifikasi sesuai yang dikehendaki
nasabah dan dengan harga serta cara pembayaran yang disepakati
bersama. Kemudian bank akan meminta produsen/kontraktor
untuk membuatkan barang yang dipesan oleh nasabah tersebut.
2. Oleh karena menggunakan dua akad jual-beli, maka cara
pembayaran bank kepada produsen/kontraktor dapat berbeda
dengan cara pembayaran nasabah kepada bank, sesuai dengan
kesepakatan.
BAI’ AL ISTISHNA’
Pengertian :
Istishna’ Paralel Dalam Teknis Perbankan
3. Apabila pembayaran oleh nasabah tidak dilakukan dimuka,
maka biasanya bank mensyaratkan agar nasabah menyediakan
sejumlah uang muka yang diperlukan.
BAI’ AL ISTISHNA’
Aplikasi :
Istishna’ Paralel Dalam Teknis Perbankan
Pembiayaan MODAL KERJA
Misalnya untuk modal kerja industri barang-barang konsumsi,
termasuk garmen, sepatu dan sebagainya.
Pembiayaan KONSTRUKSI (Construction Financing)
Pembiayaan INVESTASI
Misalnya untuk pengadaan barang-barang modal, seperti
mesin-mesin dan sebagainya.
BAI’ AL ISTISHNA’
Skema Istishna’ : Contoh Aplikasi Perbankan
PT. AMANAH
SEJATI
(Kontraktor)
BANK
SYARIAH
“AFIAT”
ABDULLAH
(Nasabah)
PROYEK
RUKO
Negosiasi (1a) Negosiasi (1)
Akad Istn’ (2a) Akad Istn’ (2)
Bank Garansi (3a)
Bayar Rp. 4,5 milyar (7)
Kembalikan B.Garansi (6)
Bayar U.Muka (3)
Bayar Angsuran (8)
Kerjakan
Proyek (4)
Serah-Terima Pry. (5)
(5)
Serah-Terima
Proyek (5a)
(5a)
IJARAH & IJARAH WA IQTINA
Pengertian :
IJARAH adalah akad pengalihan hak penggunaan atas suatu
barang untuk jangka waktu tertentu dengan kompensasi
pembayaran uang sewa, tanpa diikuti oleh perubahan
kepemilikan atas barang tersebut.
IJARAH WA IQTINA (IJARAH MUNTAHIA BITTAMLIK)
adalah akad sewa-menyewa atas suatu barang untuk jangka
waktu tertentu yang diakhiri dengan pengalihan kepemilikannya
kepada penyewa.
Dalil Ijarah
• Q.S. Az Zuhruf: 32
“ Apakah mereka yang membagi-bagikan rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan
antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan
sebagian mereka atas sebagian lain beberapa derajat agar sebagian mereka dapat
mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang
mereka kumpulkan.”
• Q.S. Al Baqarah: 233
“…dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, tidak dosa bagimu apabila kamu
memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertaqwalah kepada Allah; dan ketahuilah
bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”
• Q.S. Al Qashash: 26, 27
“Salah seorang dari kedua wanita itu berkata; Hai ayahku! Ambilah ia sebagai orang yang
bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk
bekerja (pada kita) adalah orang yang kuat lagi terpercaya.”
Dalil Ijarah
• Al Hadist:
“ kami telah menyewakan tanah dengan bayaran hasil pertaniannya,
maka Rasulullah melarang kami melakukan hal tersebut dan
memerintahkan agar kami menyewakannya dengan emas atau perak.”
(HR. Abu Daud)
“Berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya kering.”
“Perdamaian dapat dilakukan diantara kaum muslimin kecuali
perdamaian yang menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang
halal; dan kaum muslimin terkait dengan syarat-syrat mereka kecuali
syarat yang mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram.”
• Kaidah Fiqih
“Pada dasarnya bentuk muamalah adalah boleh kecuali ada dalil yang
mengharamkan.”
“Menghindari Mafsadah harus didahulukan atas mendatangkan
manfaat.”
IJARAH & IJARAH WA IQTINA
Rukun Ijarah :
Penyewa (Musta’jir)
Pemilik barang (Mu’ajjir)
Barang yang disewakan (Ma’jur)
Harga sewa (Ajran)
Shigot (Ijab-Qabul)
IJARAH & IJARAH WA IQTINA
Syarat Ijarah :
Pemilik barang (Mu’ajjir) dan penyewa (musta’jir) cakap
hukum, tidak dalam keadaan terpaksa dan tidak ingkar janji.
Barang yang disewakan (Ma’jur) memiliki manfaat yang
dibenarkan oleh syariah.
Harga sewa (Ajran) harus dinyatakan secara jelas dan
pembayarannya dilakukan sesuai dengan kesepakatan.
IJARAH & IJARAH WA IQTINA
Skema Ijarah :
Pemilik Barang
(Mu’ajjir)
Penyewa
(Musta’jir)
Objek Sewa
(Ma’jur)
Akad Ijarah (1)
Pembayaran Sewa (2)
Penyerahan
Hak Penggunaan (3) Hak Penggunaan (4)
Pemanfaatan
IJARAH & IJARAH WA IQTINA
Skema Ijarah Wa Iqtina :
Pemilik Barang
(Mu’ajjir)
Penyewa
(Musta’jir)
Objek Sewa
(Ma’jur)
Akad Ijarah Wa Iqtina (1)
Pembayaran Sewa (2)
Penyerahan
Hak Penggunaan (3) Hak Penggunaan (3a)
Pemanfaatan
Pembayaran Atas Pembelian (4)
Penyerahan Kepemilikan (5) Penyerahan Kepemilikan (5)
IJARAH & IJARAH WA IQTINA
Ijarah Wa Iqtina Dalam Teknis Perbankan
Pengertian :
IJARAH WA IQTINA (IJARAH MUNTAHIA BITTAMLIK)
adalah akad sewa-menyewa atas barang tertentu antara bank sebagai
pemilik barang (Mu’ajjir) dengan nasabah selaku penyewa
(Musta’jir) untuk suatu jangka waktu dan dengan harga yang
disepakati. Pada akhir masa sewa, bank memberikan opsi kepada
nasabah untuk membeli barang tersebut dengan harga yang
disepakati pula.
IJARAH & IJARAH WA IQTINA
Ijarah Wa Iqtina Dalam Teknis Perbankan
Aplikasi :
Pembiayaan INVESTASI
Misalnya untuk pembiayaan barang-barang modal, seperti
mesin-mesin dan sebagainya.
Pembiayaan KONSUMER
Misalnya untuk pembelian mobil, rumah dan sebagainya.
IJARAH & IJARAH WA IQTINA
Skema Ijarah Wa Iqtina : Contoh Aplikasi
Penjual
(Dealer)
Objek Sewa
(Kijang)
PT. Alam Permai
(Nasabah)
Bank Syariah
“Barokah”
Akad Ijarah
W.I. (1)
Beli 5 Unit
Kijang (2)
Penyerahan (3) Kendaraan (3a)
Surat2
Kendaraan
(3b)
Bayar Sewa (4)
Bayar Hrg.Beli (5)
Peny.Srt.Kendaraan (6)
PEMBIAYAN LAIN
(Other Financing)
Berbeda dengan kelompok pembiayaan dengan pola bagi hasil
maupun jual-beli, dalam “pembiayaan lain” tidak ada unsur
barang sebagai objek pembiayaan dan karenanya lebih
merupakan transaksi pinjam-meminjam.
Kalaupun ada unsur barang yang terkait dalam transaksi, maka
bukanlah merupakan objek transaksi, melainkan berfungsi
sebagai jaminan.
Ada dua produk perbankan syariah yang termasuk dalam kategori
ini, masing-masing adalah :
AL HAWALAH
AR RAHN
AL HAWALAH
Pengertian :
HAWALAH adalah akad pengalihan hutang-piutang dari
suatu pihak kepada pihak lain.
Landasan Syariah :
“Menunda pembayaran bagi orang yang mampu adalah suatu
perbuatan dzalim, dan jika salah seorang dari kamu diikutkan
(di-hawalah-kan) kepada orang yang mampu/kaya, maka
terimalah hawalah itu”. (HR. Abu Hurairah)
AL HAWALAH
Rukun Hawalah :
Pihak yang berhutang (Muhil)
Pihak yang berpiutang (Muhal)
Pihak yang menerima pengalihan hutang-piutang
(Muhal ‘Alaih)
Sighot (Ijab-Qabul)
AL HAWALAH
Syarat Hawalah :
Hutang-piutang yang akan dialihkan jelas jumlahnya.
Adanya bukti hutang-piutang antara Muhil dan Muhal.
Pengalihan hutang-piutang disepakati oleh pihak-pihak
yang terlibat (Muhil, Muhal dan Muhal ‘Alaih).
AL HAWALAH
Hawalah Dalam Teknis Perbankan
Pengertian :
HAWALAH adalah akad pengalihan piutang nasabah (muhal)
kepada bank (muhal ‘alaih). Nasabah meminta bantuan bank agar
membayarkan terlebih dahulu piutangnya atas transaksi yang halal
dengan pihak yang berhutang (muhil). Selanjutnya bank akan
menagih kepada pihak yang berhutang tersebut.
Atas bantuannya membayarkan terlebih dahulu piutang nasabah,
bank dapat membebankan fee jasa penagihan yang penetapannya
dilakukan dengan memperhatikan besar-kecilnya resiko tidak
tertagihnya piutang.
AL HAWALAH
Hawalah Dalam Teknis Perbankan
Aplikasi :
Pembiayaan MODAL KERJA
Melalui transaksi Anjak Piutang (Factoring).
AL HAWALAH
Skema Hawalah : Contoh Aplikasi Perbankan
PT. Nyiur Melambai
(Supplier / Muhal)
Bank Syariah
“Amanah”
(Muhal ‘Alaih)
PT. Carefour Ind.
(Pembeli / Muhil)
Penunjukan Supplier (1)
Supply Barang (2)
Akad
Hawalah (3)
Bayar (4)
Tagih /
Invoice (5)
Bayar (6)
AR RAHN
Pengertian :
AR RAHN adalah akad gadai, dimana suatu pihak menyerahkan
barang tertentu miliknya kepada pihak lain, dalam rangka
memperoleh pinjaman uang yang diperlukannya.
Landasan Syariah :
QS. Al Baqarah: 283
Dari Anas r.a. berkata : “Rasulullah menggadaikan baju besinya
kepada seorang Yahudi di Madinah dan mengambil darinya
gandum untuk keluarga beliau”. (HR. Bukhari)
Ijma’ Ulama’, akan tetapi ada perselihan tentang
disyariatkannya rahn yang tidak dalam perjalanan
AR RAHN
Rukun Rahn :
Pihak yang menggadaikan (Rahin)
Pihak yang menerima gadai (Murtahin)
Barang yang digadaikan (Marhun)
Hutang / pinjaman (Marhun Bih)
Sighot (Ijab-Qabul)
AR RAHN
Syarat Rahn :
Pihak yang menggadaikan (Rahin) dan pihak yang menerima
gadai (Murtahin) cakap hukum serta sama-sama ikhlas.
Pihak yang menggadaikan (Rahin) mempunyai kemampuan
untuk mengembalikan pinjaman.
Barang yang digadaikan (Marhun) benar-benar milik Rahin
dan bebas dari ikatan atau syarat apapun.
Jumlah hutang (Marhun Bih) disebutkan dengan jelas.
AR RAHN
Rahn Dalam Teknis Perbankan
RAHN merupakan produk penunjang sebagai alternatif
pegadaian, terutama untuk membantu nasabah dalam
memenuhi kebutuhan insidentilnya yang mendesak.
Bank tidak menarik manfaat apapun, kecuali biaya
pemeliharaan dan keamanan atas barang yang digadaikan.
Akad Rahn dapat pula diaplikasikan untuk memenuhi
permintaan bank akan jaminan tambahan atas suatu pemberian
fasilitas pembiayaan kepada nasabah.
Hukum-Hukum Barang Gadaian Selama
Dalam Status Digadaikan
• 1. Biaya barang gadaian/rahin ditanggung oleh pegadai/rahin
• Pembiayaan barang gadaian ditanggung oleh pegadai/rahin,
mulai makannya, pakaiannya, tempat tinggal atau
penyimpanannya, penjaganya, pengawetannya, hingga apa
saja yang memerlukan pembiayaan. Ini adalah pendapat Malik
dan asy-Syafi’i. Alasannya, pembiayaan tersebut adalah bagian
dari nafkah terhadapnya, dan barang tersebut tetap berstatus
sebagai miliknya. Dalam hal ini ada sebuah riwayat yang
mursal (lemah),
• ُ‫ه‬ُ‫م‬ ْ‫ر‬ُ‫غ‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫و‬ ُ‫ه‬ُ‫م‬ْ‫ن‬ُ‫غ‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬ ُ‫ن‬ْ‫ه‬َّ‫الر‬ ُ‫ق‬َ‫ل‬ْ‫غ‬َ‫ي‬ َ‫ال‬
• “Barang gadaian tidak boleh ditutup, miliknyalah
keuntungannya dan atasnyalah kerugiannya.” (HR. ad-
Daraquthni, Ibnu Hibban, dan al-Baihaqi. Lihat Irwa’ul Ghalil
no. 1410)
• Namun, banyak ulama yang sependapat dengan kandungan
riwayat tersebut karena selaras dengan alasan bahwa barang
itu masih menjadi miliknya, sebagaimana apabila berkembang
tetap miliknya, ketika berkurang dan membutuhkan biaya pun
menjadi tanggungannya. (al-Mughni 6/517, ManarusSabil
2/89, al-Mulakhash al-Fiqhi 2/55)
Apabilamurtahinmengeluarkanbiaya,
bolehkahia memintaganti kepadarahin?
Apabila penggadai mengeluarkan biaya, ada dua kemungkinan:
a. Dengan niat sedekah, maka tidak ada hak meminta ganti
tentunya.
b. Dengan niat meminta kembali, ini pun ada beberapa macam :
• Dalam keadaan mungkin untuk meminta izin lantas ia tidak
memintanya, maka ia tidak boleh meminta ganti rugi karena ini
adalah kesalahannya.
• Dalam keadaan mungkin untuk meminta izin dan ia
memintanya, maka boleh meminta ganti rugi karena dia di sini
ibarat wakil pemilik barang.
• Dalam keadaan tidak mungkin meminta izin karena halangan
tertentu yang diterima secara syar’i, maka ia boleh meminta
ganti rugi karena diamengeluarkan biaya demi menjaga haknya.
Bahkan, ia telah berbuat baik
kepadapegadai/rahin.(ManarusSabil, 2/89)
Murtahin memanfaatkan
barang gadaian/rahn
• Untuk menerangkan masalah ini, barang gadaian dibagi
menjadi dua keadaan :
• Pertama, yang tidak membutuhkan biaya, seperti rumah dan
perhiasan. Barang jenis ini tidak boleh dimanfaatkan tanpa
seizin pegadai/rahin. Bahkan, dengan izin pun tidak boleh
dimanfaatkan apabila itu adalah barang gadaian dari sebuah
utang, karena memanfaatkannya berarti telah mengambil
sebuah manfaat dari utangnya. Sementara itu, kaidah
menyebutkan, “Setiap utang yang membawa kepada
pengambilan manfaat, maka itu adalah riba.”
• Kedua, yang membutuhkan biaya, maka sama dengan
sebelumnya. Lain halnya apabila dalam bentuk hewan yang
menghasilkan susu dan hewan yang dapat ditunggangi. Para
ulama berbeda pendapat dalam hal ini.
• Sebagian ulama membolehkan pengambilan manfaat dari
susu dan punggungnya walaupun tanpa seizing pegadai/rahin,
selama dia mengeluarkan biaya makan hewan tersebut, maka
ia dapat memanfaatkan seukuran biayanya. Dalam hadits dari
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shalallahu ‘alaihi
wasallam bersabda,
•
َ‫ل‬ َ‫و‬ ،‫ا‬ً‫ن‬‫و‬ُ‫ه‬ ْ‫ر‬َ‫م‬ َ‫ان‬َ‫ك‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬ ِ‫ه‬ِ‫ت‬َ‫ق‬َ‫ف‬َ‫ن‬ِ‫ب‬ ُ‫ب‬َ‫ك‬ ْ‫ر‬ُ‫ي‬ ُ‫ن‬ْ‫ه‬َّ‫الر‬
ِ‫ه‬ِ‫ت‬َ‫ق‬َ‫ف‬َ‫ن‬ِ‫ب‬ ُ‫ب‬ َ‫ر‬ْ‫ش‬ُ‫ي‬ ِ
‫َّر‬‫د‬‫ال‬ ُ‫ن‬َ‫ب‬
،‫ا‬ً‫ن‬‫و‬ُ‫ه‬ ْ‫ر‬َ‫م‬ َ‫ان‬َ‫ك‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬
ُ‫ة‬َ‫ق‬َ‫ف‬َّ‫ن‬‫ال‬ ُ‫ب‬ َ‫ر‬ْ‫ش‬َ‫ي‬ َ‫و‬ ُ‫ب‬َ‫ك‬ ْ‫ر‬َ‫ي‬ ‫ِى‬‫ذ‬َّ‫ال‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫و‬
• “Barang gadaian dapat ditunggangi dengan member biayanya
apabila dalam keadaan tergadai, dan susu juga dapat diminum
dengan nafkahnya apabila dalam keadaan tergadai, dan
kewajiban yang menaiki dan meminumnya untuk memberi
nafkah.” (Shahih, HR. al-Bukhari).
• Ini adalah pendapat Ahmad dan Ishaq bin Rahuyah.
• Pendapat lain, tidak boleh memanfaatkan barang gadaian
tersebut sama sekali. Ini adalah pendapat Abu Hanifah, Malik,
dan asy-Syafi’i rahimahumullah.
• Pendapat pertama lebih kuat, sesuai dengan teks hadits.
Masalah lain, barang gadaian selain yang dapat diambil
susunya atau ditunggangi.
Rahin memanfaatkan
barang gadaian/rahn
• Ibnu Qudamah rahimahullah mengatakan, “Tidak boleh bagi
pegadai memanfaatkan barang gadaiannya… dan tidak boleh
bertransaksi atasnya, baik menyewakan, meminjamkan, atau
selain keduanya tanpa keridhaan murtahin. Ini adalah
pendapat ats-Tsauri. Adapun menjaga dan memperbaikinya,
ini adalah keharusan bagi rahin.”(al-Mughni, 6/516—517)
• Akan tetapi, apabila pegadai/ rahin diberi izin oleh murtahin
untuk memanfaatkannya, hal ini diperbolehkan. Ini adalah
pendapat asy-Syafi’i dan Ibnu Hazm. Dasarnya adalah
keumuman hadits Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam,
•
َ‫ل‬ َ‫و‬ ،‫ا‬ً‫ن‬‫و‬ُ‫ه‬ ْ‫ر‬َ‫م‬ َ‫ان‬َ‫ك‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬ ِ‫ه‬ِ‫ت‬َ‫ق‬َ‫ف‬َ‫ن‬ِ‫ب‬ ُ‫ب‬َ‫ك‬ ْ‫ر‬ُ‫ي‬ ُ‫ن‬ْ‫ه‬َّ‫الر‬
ِ‫ه‬ِ‫ت‬َ‫ق‬َ‫ف‬َ‫ن‬ِ‫ب‬ ُ‫ب‬ َ‫ر‬ْ‫ش‬ُ‫ي‬ ِ
‫َّر‬‫د‬‫ال‬ ُ‫ن‬َ‫ب‬
،‫ا‬ً‫ن‬‫و‬ُ‫ه‬ ْ‫ر‬َ‫م‬ َ‫ان‬َ‫ك‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬
ُ‫ة‬َ‫ق‬َ‫ف‬َّ‫ن‬‫ال‬ ُ‫ب‬ َ‫ر‬ْ‫ش‬َ‫ي‬ َ‫و‬ ُ‫ب‬َ‫ك‬ ْ‫ر‬َ‫ي‬ ‫ِى‬‫ذ‬َّ‫ال‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫و‬
• “Barang gadaian ditunggangi dengan nafkahnya apabila
digadaikan, dan susu hewan yang mengeluarkan susu dapat
diminum dengan nafkahnya apabila digadaikan, dan kewajiban
yang menunggangi dan meminum adalah member nafkah.”
(Shahih, HR. al- Bukhari dan yang lain)
• Asy-Syafi’i rahimahullah mengatakan bahwa barang siapa
menggadaikan hewan yang dapat diperah dan ditunggangi, ia
tidak dihalangi untuk memerah susunya dan menungganginya.
Namun, tentu pemanfaatan tersebut selama tidak bermudarat
terhadap barang gadaian. (Abhats Hai’ah Kibar Ulama, Bab
“ar-Rahn”)
Hasil dari rahn
• Globalnya, seluruh perkembangan dan hasil dari rahn menjadi
barang gadaian di tangan pemegang barang gadaian tersebut,
seperti pokoknya. Apabila dibutuhkan untuk dijual maka dijual
bersama pokoknya, baik hasil yang berkembang itu tersambung
dengan pokoknya -seperti kegemukan atau kepintaran-maupun yang
terpisah- seperti penghasilan keterampilan, upah, anak, buah, susu,
wol, dan bulu. Pendapat semacam ini yang diambil oleh an-Nakha’i
dan asy-Sya’bi. Alasannya, hukum gadai telah tetap pada barang
tersebut dengan akad dari pemilik sehingga termasuk di dalamnya
perkembangan dan manfaat yang dihasilkannya, sebagaimana
kepemilikan dalam hal pembelian dan perkembangan itu adalah
perkembangan dari barang gadaian tersebut. (al-Mughni, 6/513)
• Masih ada pendapat lain selain pendapat di atas, namun inilah yang
rajih.
Apabila rahn rusak atau mati
• adaian sebagai jaminan atas seluruh utangnya. Namun, kerusakan
selama dalam pegangan penggadai/murtahin, siapakah yang
menanggungnya? Ada dua kemungkinan.
• a. Kerusakan tersebut karena kesengajaan penggadai atau
kelalaiannya, maka dia yang menanggungnya. Ibnu Qudamah
rahimahullah berkata, “Apabila murtahin melakukan perusakan pada
barang gadaian atau menyepelekan penjagaan barang gadaian yang
berada dalam pemeliharaannya, dia harus menanggung ganti rugi.
Kami tidak mengetahui adanya perbedaan pendapat dalam hal
wajibnya ditanggung penggadai. Sebab, ini adalah amanat yang ada
di tangannya. Ia juga wajib menggantinya apabila rusak karena
kesengajaan atau kelalaiannya, layaknya sebuah barang titipan
(wadi’ah).”
• b. Apabila rusak tanpa kesengajaan atau kelalaiannya, ia tidak wajib
mengganti. Kerusakan ini jika terjadi pada harta pegadai/rahin.
Pendapat ini diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib, dan dipegangi oleh
Atha’, az-Zuhri, al-Auza’i, asy-Syafi’i, Abu Tsaur, dan Ibnul Mundzir.
(al-Mughni, 6/522)
Perbedaan utama antara gadai syariah
dengan gadai konvensional
• Perbedaan utama antara gadai syariah dengan gadai yang
haram adalah dalam hal pengenaan bunga. Pegadaian syariah
bebas dari bunga, yang ada adalah biaya penitipan barang.
• Misalnya seseorang menggadaikan mobilnya dan
mendapatkan uang pinjaman sebesar 50 juta. Uang pinjaman
ini adalah hutang yang harus dibayarkan pokok dan bunganya.
Dan selama pokok pinjaman itu belum dikembalikan,
bunganya tetap terus berkembang. Boleh jadi ke depannya
jumlah hutangnya sudah membengkak menjadi 100 juta. Beda
gadai ini dengan pinjaman uang biasa adalah pada masalah
jaminan, di mana dengan digadaikannya mobil itu, pihak yang
memberi pinjaman akan lebih mudah mengeluarkan uang
pinjaman. Sebab harga mobil itu sudah pasti lebih mahal dari
jumlah pinjaman yang diberikan.
Perbandingan
Gadai dengan Rahn (Gadai Syari’ah)
INDIKATOR RAHN (GADAY SYARI’AH) GADAI KONVENSIONAL
Konsep
Dasar
Tolong Menolong (Jasa Pemeliharaan
Barang Jaminan)
Profit Oriented (Bunga dari Pinjaman
Pokok / Biaya Sewa Modal)
Jenis
Barang Jaminan
Barang Bergerak & Tidak Bergerak Hanya Barang Bergerak
Beban Biaya Pemeliharaan Bunga (dari pokok pinjaman)
Lembaga Bisa Dilakukan Perseorangan
Hanya bisa dilakukan oleh lembaga
(perum Pegadaian)
Perlakuan
Di jual (kelebihan dikembalikan kepada
yang memiliki barang)
Di lelang
:
Pemanfaatan Barang Yang Digadaikan
• Barang yang digadaikan pada dasarnya untuk jaminan
pinjaman bukan untuk dikomersilkan
• Tidak diperbolehkan bagi murtahin untuk mengambil manfaat
dari benda yang digadaikan walaupun atas ijin rahin karena
hal itu termasuk Qardun Jara Naf’an dan setiap Qardun Jara
Naf’an adalah riba.
• Akan tetapi kalau barang yang digadaikan perlu pemeliharaan
seperti binatang ternak maka boleh dimanfaatkan dengan
diperah susunya atau dijadikan binatang tunggangan
PINJAMAN KEBAJIKAN
(Non Compensation Financing)
Disamping landasan prinsip kesetaraan dan kemitraan, ciri lain
perbankan syariah yang cukup menonjol adalah melekatnya
prinsip saling membantu, baik dalam berinteraksi dengan
nasabah maupun lingkungan sekitar. Hal itu antara lain
tercermin dari salah satu produknya, yaitu :
AL QARD (Pinjaman Kebajikan)
AL QARDH
Pengertian :
AL QARDH merupakan pinjaman yang diberikan oleh
satu pihak kepada pihak lain yang harus dikembalikan
pada waktu yang diperjanjikan, namun tanpa disertai
imbalan apapun.
Pinjaman yang diberikan tersebut adalah dalam rangka
saling membantu dan bukan merupakan transaksi
komersial.
AL QARDH
Rukun Qardh :
Peminjam (Muqtaridh)
Pemilik dana / pemberi pinjaman (Muqridh)
Dana yang dipinjamkan (Qardh)
Sighot (Ijab-Qabul)
AL QARDH
Syarat Qardh :
Pinjam-meminjam dilandasi oleh i’tikad baik dan
kerelaan kedua belah pihak yang berakad.
Dana yang dipinjamkan halal dan bermanfaat.
AL QARDH
Landasan Syariah :
“Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman
yang baik, maka Allah akan melipat-gandakan (balasan)
pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala
yang banyak. QS. Al Hadiid (57) : 11
“Barangsiapa yang telah melepaskan saudaranya yang
muslim satu dari kesusahan dunia, maka Allah akan
membantunya di dunia dan akhirat. Sesungguhnya Allah
senantiasa membantu seorang hamba selama hamba tersebut
membantu saudaranya”. (HR. Muslim)
AL QARDH
Landasan Syariah :
“Bukan seorang muslim (mereka) yang meminjamkan
muslim (lainnya) dua kali kecuali yang satunya adalah
(senilai) shadaqoh” (HR. Ibnu Majah).
“Aku melihat pada waktu malam di-isra’-kan, pada pintu
surga tertulis : Shadaqoh dibalas 10 kali lipat dan Qardh
18 kali. Aku bertanya : “Wahai Jibril mengapa Qardh lebih
utama dari shadaqoh ?”. Ia menjawab : “Karena peminta-
minta sesuatu dan ia punya, sedangkan yang meminjam
tidak akan meminjam kecuali karena keperluan”.
(HR. Ibnu Majah).
AL QARDH
Aplikasi Dalam Perbankan :
Merupakan produk pelengkap bagi nasabah dengan track
record yang baik, yang membutuhkan dana talangan segera
untuk masa yang sangat pendek.
Merupakan produk untuk membantu usaha yang sangat kecil
atau sektor sosial. Produk untuk sektor ini dikenal dengan
istilah Al Qardh Al Hasan.
Pengembalian pinjaman dilakukan pada waktu yang
diperjanjikan, dengan cara mengangsur atau secara sekaligus.
1.
2.
3.
AL QARDH
Aplikasi Dalam Perbankan :
Mengingat sifatnya yang bukan merupakan transaksi
komersial dan tanpa kompensasi, maka Qardh menggunakan
sumber dana yang berasal :
Untuk membantu kebutuhan dana talangan yang
bersifat jangka pendek, digunakan modal bank.
Untuk membantu usaha sangat kecil dan keperluan
sosial, digunakan dana yang bersumber dari zakat,
infaq dan shadaqoh.
4.
AL QARDH
Skema Qardh : Contoh Aplikasi Perbankan
BANK SYARIAH
(Muqridh)
Akad QARDH
USAHA
Modal + Keuntungan
NASABAH
(Muqtaridh)
Pinjaman Dana (Qardh)
Modal Usaha
Pengelolaan
Pengembalian Modal
100% Keuntungan
(1) (1)
(2)
(2)
(3)
(4)
(5a) (5)
TEORI BAGI HASIL
DAN PROFIT MARGIN
ManajemenDana
EARNINGASSET
Lainnya (modal dsb)
Prinsip bagi hasil
Prinsip jual beli
Bagi hasil/laba
Margin
Penghimpunan dana Penyaluran dana Pendapatan
Laporan Laba Rugi
Pendapatan Mdh Mutlaqah
(Investasi Tidak Terikat)
Pendapatan berbasis
imbalan (fee base income)
Mudharabah Mutlaqah
(Investasi Tdk Terikat)
Agen : Mdh Muqayyadah / investasi terikat
Jasa keuangan: wakalah, kafalah, sharf
Tabel
Wadiah yad dhamanah
Tabel
Bagi
hasil
Mudharib
Prinsip Ujroh Sewa
SISTEMDAN PERHITUNGANBAGI HASIL
• Dari sudut pandang Nasabah sebagai Investor
• Mudharabah Muqayyadah off Balance Sheet
(Chanelling)
• Mudharabah Muqayyadah on Balance Sheet (Executing)
• Mudharabah Mutlaqah
• Dari sudut Pandangan Bank
• Perhitungan Saldo Akhir Bulan
• Perhitungan Saldo Rata-rata Harian
SKEMA-SKEMAMUDHARABAH
Satu Nasabah
Investor
Bank Syari’ah
Satu Pelaksana
Usaha
Skema Mudharabah Muqayyadah Off Balance Sheet (Channelling)
Satu Nasabah
Investor
Pertanian
Skema Mudharabah Muqayyadah On Balance Sheet (executing) berdasar
sektor
Bank Syari’ah Manufaktur
Jasa
Satu Nasabah
Investor
Penjualan Cicilan
Skema Mudharabah Muqayyadah On Balance Sheet (executing) berdasar
akad yg digunakan
Bank Syari’ah Penyewaan Cicilan
Kerjasama Usaha
SKEMA-SKEMAMUDHARABAH
Nasabah 1
Nasabah 2
Nasabah 3
.
.
Nasabah n
Skema Mudharabah Mutlaqah On Balance Sheet
Jual
Bank
Syari’ah
Sewa
Kerjasama
Usaha
Penjualan 1
Penjualan 2
.
Penjualan n
Penyewaan 1
Penyewaan 2
.
Penyewaan n
Kerjasama 1
Kerjasama 2
.
Kerjasama n
KASUS MENGHITUNGBUNGA
KASUS:
Pada tanggal 1 Mei 2002, Bapak Johanes membuka deposito
sebesar Rp. 10.000.000, jangka waktu satu bulan, dengan tingkat
bunga 9% p.a. Berapa bunga yang diperoleh pada saat jatuh
tempo?
JAWAB
Bunga yang diperoleh bapak Johanes adalah:
Rp. 10.000.000 x 31 hari x 9% / 365 hari = Rp. 76.438
KASUS BAGI HASIL DEPOSITO
KASUS:
Bapak Ahmad membuka deposito sebesar Rp. 10.000.000, jangka
waktu satu bulan (tanggal 1 Mei s/d 1 Juni 2003), nisbah bagi hasil
antara nasabah dan bank 57% : 43%. Jika keuntungan bank yang
diperoleh untuk deposito satu bulan per 31 Mei 2003 adalah Rp.
20.000.000 dan total deposito jangka waktu satu bulan adanya Rp.
950.000.000, berapa keuntungan yang diperoleh bapak Ahmad?
JAWAB
Bagi hasil yang diperoleh bapak Ahmad adalah:
(Rp. 10 juta/Rp. 950 juta) x Rp. 20 juta x 57% = Rp. 120.000
KASUS
MENGHITUNG BAGI
HASIL DAN PROFIT
MARGIN
TABELDISTRIBUSIPENDAPATAN(BAGIHASIL)
Jenis
Produk
Rata-rata
Sebulan
Saldo
Harian
Bobot*
)
Saldo Rata-
rata
Tertimbang*
*) Distri-busi
Distribusi
Penyimpan Dana Bank
Porsi Pendapatan Porsi Pendapatan
(0) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
(A) (B) (A)x(B) = (C) (D) (E) (F)=(D)x(E) (G) (H)=(D)x(G)
Rekening
Giro
10000000 0,700 7000000 D1 0,250 F1 0,750 H1
Rek.
Tabungan
60000000 1,000 60000000 D2 0,550 F2 0,450 H2
Deposito
Mudharab
ah
1 bulan
10000000 0,800 8000000 D3 0,570 F3 0,430 H3
3 bulan 20000000 0,850 17000000 D4 0,600 F4 0,400 H4
6 bulan 5000000 0,900 4500000 D5 0,580 F5 0,420 H5
12 bulan 10000000 1,000 10000000 D6 0,570 F6 0,430 H6
Grand
Total
115000000 (B) 106500000 (D)
20000000
(F) (H)
Keterangan : D1=C1/Grand Total C x Grand Total D, dst
*) Bobot = 1 – (GWM + Excess Reserve + Floating)
**) Dalam bank konvensional dikenal dengan loanable funds
MENGHITUNGSALDORATA-RATA HARIAN
• Saldo rata-rata harian untuk jenis produk funding di
bank syari’ah ditentukan sebagai berikut:
1. Menentukan tanggal berapa keuntungan yang diperoleh
dari penempatan dana akan dibagi-hasilkan. Misalnya
setiap buLan ditentukan pada tanggal 25 bulan ybs, maka
pendapatan yang akan dibagihasilkan kepada penyimpan
dana adalah pendapatan yang diperoleh sejak tanggal 26
bulan sebelumnya sampai dengan tanggal 25 pada bulan di
mana pendapatan tersebut dibagi hasilkan
2. Jumlah hari yang dihitung dalam satu bulan adalah sesuai
dengan hitungan kalender. Oleh karena itu, saldo rata-rata
harian per bulan dihitung sejak tanggal 26 sampai dengan
tanggal 25 bulan berikutnya.
MENGHITUNGSALDORATA-RATA HARIAN
• Contoh kasus :
• Tuan Amir adalah nasabah Bank Syari’ah at-Taqwa, berupa tabungan
Mudharabah. Catatan kartu tabungannya menunjukkan transaksi
sebagai berikut:
Tanggal Debet Kredit Saldo
26/6/02 575.000 575.000
02/7/02 125.000 450.000
10/7/02 250.000 700.000
15/7/02 100.000 600.000
21/7/02 400.000 1.000.000
MENGHITUNGSALDORATA-RATA HARIAN
• Hitungan saldo rata-rata harian per bulan pada tanggal 25
Juli 2002, sebagai berikut:
1. Tgl. 26/6/02 s/d tgl. 1/7/02 = 6 hari x 575.000 = 3450000
2. Tgl. 02/7/02 s/d tgl. 9/7/02 = 8 hari x 450.000 = 3600000
3. Tgl. 10/7/02 s/d tgl. 14/7/02 = 5 hari x 700.000 = 3500000
4. Tgl. 15/7/02 s/d tgl. 20/7/02 = 6 hari x 600.000 = 3600000
5. Tgl. 21/7/02 s/d tgl. 25/7/02 = 5 hari x 1.000.000= 5000000
Jumlah = 30 hari = 19150000
Saldo rata-rata harian = 19.150.000/30 = 638.333
•Cara perhitungan di atas, juga digunakan untuk menghitung jenis simpanan yang lain.
•Jika terjadi penutupan rekening, maka saldo rata-rata yang dihitung adalah sejak
tanggal 26 sampai tanggal penutupan rekening tersebut, kemudian dihitung berapa bagi
hasilnya
PERHITUNGANBAGI HASIL POLABARU
Kelebihan cara ini:
Penyertaan dana shohibul maal dalam investasi dikoreksi dengan GWM
Bobot dihilangkan/diseragamkan = 1
Cara perhitungan relatif lebih mudah
Mempermudah perencanaan
Penggunaan ekuivalent rate hasil investasi per-Rp. 1000 dana nasabah
Penetapan
Pendapatan
yang akan
dibagihasikan:
Jenis dan
Jumlah
Perhitungan
Hasil Investasi
untuk setiap
rupiah 1000
dana nasabah
Distribusi ke
tiap nasabah
CONTOH: PerhitunganBagi Hasil Pola Baru
Apabila bank syari’ah mampu mengumpulkan dana pihak ketiga
(DPK) sebanyak Rp. 90.000.000. DPK yang dapat disalurkan
pada pembiayaan sebanyak Rp. 85.500.000 (karena ada Giro
Wajib Minumum sebesar 5%). Pembiayaan yang harus
disalurkan ke masyarakat sebanyak Rp. 100.000.000. Dari
pembiayaan Rp. 100.000.000 diperoleh pendapatan dari
penyaluran pembiayaan sebesar Rp. 6.000.000. Nisbah bagi hasil
65% (nasabah): 35% (bank). Saldo rata-rata harian dana nasabah
(Pak Amir) sebesar Rp. 1.000.000. (1) Berapa pendapatan bagi
setiap Rp. 1000 dana nasabah? (2) Berapa pendapatan bagi hasil
pak Amir?
CONTOH: PerhitunganBagi Hasil Pola Baru
Dana Pihak Ketiga (DPK Mudharabah) A 90,000,000.00
DPK yang disalurkan untuk Pembiayaan B 85,500,000.00
(= DPK x (1 - GWM) --> GWM = 5%)
Pembiayaan Yang Disalurkan C 100,000,000.00
Dana Bank 14,500,000.00
Pendapatan dari Penyaluran Pembiayaan D 6,000,000.00
Pendapatan bagi setiap Rp. 1000 DPK E 57.00
E= B/C * D * 1/A * 1000
CONTOH: PerhitunganBagi Hasil Pola Baru
Pendapatan Investasi untuk setiap Rp. 1000 E 57.00
DPK Mudharabah
Saldo rata-rata Harian Nasabah F 1,000,000.00
Nisbah Bagi Hasil G 65
Porsi Bagi Hasil untuk Nasabah bulan ini H 37,050.00
H= E/1000 * F * G/100
Dari hasil perhitungan di atas, ditemukan pendapatan nasabah untuk bulan ini dengan
dananya sebesar Rp. 1.000.000, bagi hasilnya sebesar Rp. 37,050.00
PENENTUANNISBAHBAGIHASIL
Nisbah bagi hasil dihitung berdasarkan profit sharing dari usaha
pengadaan kacang kedelai yang dibiayai dengan fasilitas
Mudharabah Muqayyadah sebesar Rp. 125.000.000, dengan
data sebagai berikut:
Harga Jual Kacang Kedelai = Rp. 2.150/kg
Harga jual kepada nasabah = setara 16% p.a
Volume Penjualan Kedelai per bulan = 65.000 kg
Nilai Penjualan (65.000 x Rp. 2.150) = Rp. 139.750.000
Harga Pokok Pembelian = Rp. 125.000.000
Laba penjualan kedelai = Rp. 14.750.000
Berapa Nisbah bagi hasilnya?
PENENTUANNISBAHPEMBIAYAAN
Perhitungan Nisbah:
Volume Penjualan = 65.000 kg
Profit Margin (Rp. 14.750.000/139.750.000)x 100% = 10,55%
Lama Piutang (data neraca 31-07-2003) = 65 hari
Lama persediaan (data neraca 31-08-2003) = 2 hari
Lama hutang dagang (pembayaran ke suplier & carry) = 0
Cash to cash periode = 360/(DI+DR-DP) = 5,4
DI= Days Inventories; DR= Days Receivable; DP= Days Payable
Profit margin per tahun = 5,4 x 10,55 = 57%
Nisbah Bank Syari’ah: (16%)/(57%)x100% = 28%
Nisbah untuk Nasabah: 100% - 28% = 72%
CONTOH:
PerhitunganBagiHasilPembiayaan
Seorang nasabah mengajukan pembiayaan untuk
modal kerja dagang sebesar Rp. 100.000.000
selama 1 tahun, dengan perbandingan bagi hasil
antara nasabah dan bank 60 : 40 %. Bagaimana
cara perhitungannya?
Penyelesaian Pertama :
Kasus Perhitungan Bagi Hasil Mudharabah
Bulan Laba Usaha Bagian Bank
40 %
Bagian Nasabah
60 %
Cicilan Pokok Total Setoran
1. 6.000.000 2.400.000 3.600.000 2.400.000
2. 7.000.000 2.800.000 4.200.000 2.800.000
3. 4.000.000 1.600.000 2.400.000 1.600.000
4. 4.500.000 1.800.000 2.700.000 1.800.000
5. 5.000.000 2.000.000 3.000.000 2.000.000
6. 5.500.000 2.200.000 3.300.000 2.200.000
7. 6.000.000 2.400.000 3.600.000 2.400.000
8. 5.400.000 2.160.000 3.240.000 2.160.000
9. 9.000.000 3.600.000 5.400.000 3.600.000
10. 5.700.000 2.280.000 3,420.000 2.280.000
11. 4.700.000 1.880.000 2.820.000 1.880.000
12. 3.500.000 1.400.000 2.100.000 100.000.000 1.400.000
Total 66.300.000 26.520.000 39.780.000 100.000.000 126.520.000
% dari Hasil
Usaha
0,40 0,60
% dari Modal 26,52 39.78
TEORI PRICING
PENENTUAN RETURN
PEMBIAYAAN
• Mark-up Pricing  Biaya produksi
• Target-Return Pricing  ROI (Return on Investment)
• Perceived-Value Pricing  persepsi nasabah
• Value Pricing  ono rego ono rupo
• Going Rate Pricing  tingkat bunga yang berlaku
Penentuan Harga dalam
Pembiayaan Syari’ah
• Penentuan harga dalam pembiayaan di bank syari’ah
dapat menggunakan salah satu di antara lima model
tersebut di atas
• Namun yang lazim digunakan oleh bank syari’ah saat ini
adalah dengan menggunakan metode going rate
pricing, yaitu menggunakan tingkat suku bunga pasar
sebagai rujukan (benchmark). Mengapa diterapkan?
Karena bank syari’ah berkompetisi dengan bank
konvensional. Di samping itu bank syari’ah juga
berkeinginan untuk mendapatkan customer yang
bersifat floating customer.
Penerapan Mark-up Pricing dalam
Pembiayaan Syari’ah
• Mark-up pricing hanya tepat jika digunakan untuk pembiayaan yang
sumber dananya dari Restricted Investment Account (RIA) atau
Mudharabah Muqayyadah.
Penerapan Target-Return Pricing dalam
Pembiayaan Syari’ah
• Bank syari’ah beroperasi dengan tidak menggunakan bunga, di dalamnya juga
diklasifikasikan akad yang menghasilkan keuntungan secara pasti, disebut
natural certainty contract, dan akad yang menghasilkan keuntungan yang
tidak pasti, disebut natural uncertainty contract.
• Jika pembiayaan dilakukan dengan akad natural certainty contract, maka
metode yang digunakan adalah required profit rate (rpr)
• rpr = n. v (n = tingkat keuntungan dalam transaksi tunai; v = jumlah
transaksi dalam satu periode
• Jika pembiayaan dilakukan dengan akad natural uncertainty contract, maka
metode yang digunakan adalah expected profit rate (epr)
• epr diperoleh berdasarkan: (1) tingkat keuntungan rata-rata pada industri
sejenis; (2) pertumbuhan ekonomi; (3) dihitung dari nilai rpr yang berlaku
di bank yang bersangkutan;
• Perhitungannya:
• Nisbah bank = epr/actual return bisnis yang dibiayai * 100%
• Aktual return bank = nsibah bank + aktual return bisnis
Menentukan Profit Margin
1. Harga Jual Bank = Harga Beli + (Harga beli * % * Waktu)  Gharar
= 150000000 + (150jt* 10%* 2 th)
= 120
2. Harga Jual Bank = Harga Beli Bank + Cost Recovery + Keuntungan
Cost Recovery = (Pemby MRB/Estimasi Tot Pemby)
x Estimasi Biaya Ops 1 Tahun
Mark Up/Profit Margin = Persentase x Pembiayaan
Cost Recovery + keuntungan
Margin dalam % = ----------------------------------------- x 100%
Harga Barang di Toko
Menentukan Profit Margin
Data pembiayaan
Estimasi Tot Pembiayaan = 5 milyar
Required Profit Rate = 10% (Pricing)
Estimasi biaya operasi 1 th = 200000000
Masa pembiayaan = 2 tahun
Harga Pokok Mobil = 150000000
Uang Muka = 30000000
Kekurangan Bank = 120000000
Cost Recovery = 120 jt/5 mil x 200 jt = 4.800.000
Mark up = 10% x 120 jt = 12.000.000
Harga jual = 120 juta + (1 x 4.800.000) + 12 jt
= 136.800.000
Jika menggunakan waktu 2 tahun, maka:
Harga jual = 120 juta + (2 x 4.800.000) + 12 jt
= 141.600.000
Menentukan Profit Margin
Cost Recovery + keuntungan
Margin dalam % = -------------------------------- x 100%
Harga Beli Barang di Dealer
4.800.000 + 12.000.000
Margin dalam % = ---------------------------------- x 100%
150.000.000
= 11,2%
Margin per bulan= 11,2%/12
= 0,933
Demikian …………….
TERIMA KASIH
Atas perhatian dan kebersamaannya …….

More Related Content

Similar to MATERI SISTEM OPERASIONAL BANK SYARIAH.ppt

Musyarakah mutanaqisah
Musyarakah mutanaqisahMusyarakah mutanaqisah
Musyarakah mutanaqisahRifai Aulia
 
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIAKONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIAAchmadHasanHafidzi
 
Tugas perbankan syariah UAS
Tugas perbankan syariah UASTugas perbankan syariah UAS
Tugas perbankan syariah UASDevia13
 
PRESENTASI BANK SYARIAH
PRESENTASI BANK SYARIAHPRESENTASI BANK SYARIAH
PRESENTASI BANK SYARIAHheckaathaya
 
Transaksi Dan Akad Dalam Lembaga Keuangan Syariah. IAIN SALATIGA
Transaksi Dan Akad Dalam Lembaga Keuangan Syariah. IAIN SALATIGATransaksi Dan Akad Dalam Lembaga Keuangan Syariah. IAIN SALATIGA
Transaksi Dan Akad Dalam Lembaga Keuangan Syariah. IAIN SALATIGAFerisa Dewi
 
Pengaruh tabungan mudharabah, pembiayaan mudharabah musyarakah dan pendapatan...
Pengaruh tabungan mudharabah, pembiayaan mudharabah musyarakah dan pendapatan...Pengaruh tabungan mudharabah, pembiayaan mudharabah musyarakah dan pendapatan...
Pengaruh tabungan mudharabah, pembiayaan mudharabah musyarakah dan pendapatan...An Nisbah
 
Akuntansi syariah produk haji bank syariah (muamalat)
Akuntansi syariah produk haji bank syariah (muamalat)Akuntansi syariah produk haji bank syariah (muamalat)
Akuntansi syariah produk haji bank syariah (muamalat)Herna Ferari
 
Azas Azas Kerjasama Ekonomi
Azas Azas Kerjasama EkonomiAzas Azas Kerjasama Ekonomi
Azas Azas Kerjasama Ekonomiguest3148e4
 
Kelompok 08 ppt bank syariah
Kelompok 08 ppt bank syariahKelompok 08 ppt bank syariah
Kelompok 08 ppt bank syariahPT. TERSERAH ANDA
 
Lembaga Keuangan Syariah
Lembaga Keuangan SyariahLembaga Keuangan Syariah
Lembaga Keuangan SyariahArimbi Priadipa
 
Transaksi Kerjasama Mudharabah dan Musyarakah
Transaksi Kerjasama Mudharabah dan MusyarakahTransaksi Kerjasama Mudharabah dan Musyarakah
Transaksi Kerjasama Mudharabah dan MusyarakahRikiKisami
 
Akuntansi perbankan syariah
Akuntansi perbankan syariahAkuntansi perbankan syariah
Akuntansi perbankan syariahPadepokan
 
3 bak-syariah-mlk-warsono
3 bak-syariah-mlk-warsono3 bak-syariah-mlk-warsono
3 bak-syariah-mlk-warsonoEko Wibowo
 
6. prinsip operasional bank syaraiah
6. prinsip operasional bank syaraiah6. prinsip operasional bank syaraiah
6. prinsip operasional bank syaraiahbranzbear
 

Similar to MATERI SISTEM OPERASIONAL BANK SYARIAH.ppt (20)

Bab 4
Bab 4Bab 4
Bab 4
 
Musyarakah mutanaqisah
Musyarakah mutanaqisahMusyarakah mutanaqisah
Musyarakah mutanaqisah
 
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIAKONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
 
Akuntansi perbankan-syariah
Akuntansi perbankan-syariahAkuntansi perbankan-syariah
Akuntansi perbankan-syariah
 
Konsep dasar bank syariah
Konsep dasar bank syariahKonsep dasar bank syariah
Konsep dasar bank syariah
 
Tugas perbankan syariah UAS
Tugas perbankan syariah UASTugas perbankan syariah UAS
Tugas perbankan syariah UAS
 
PRESENTASI BANK SYARIAH
PRESENTASI BANK SYARIAHPRESENTASI BANK SYARIAH
PRESENTASI BANK SYARIAH
 
Transaksi Dan Akad Dalam Lembaga Keuangan Syariah. IAIN SALATIGA
Transaksi Dan Akad Dalam Lembaga Keuangan Syariah. IAIN SALATIGATransaksi Dan Akad Dalam Lembaga Keuangan Syariah. IAIN SALATIGA
Transaksi Dan Akad Dalam Lembaga Keuangan Syariah. IAIN SALATIGA
 
Pengaruh tabungan mudharabah, pembiayaan mudharabah musyarakah dan pendapatan...
Pengaruh tabungan mudharabah, pembiayaan mudharabah musyarakah dan pendapatan...Pengaruh tabungan mudharabah, pembiayaan mudharabah musyarakah dan pendapatan...
Pengaruh tabungan mudharabah, pembiayaan mudharabah musyarakah dan pendapatan...
 
Akuntansi syariah produk haji bank syariah (muamalat)
Akuntansi syariah produk haji bank syariah (muamalat)Akuntansi syariah produk haji bank syariah (muamalat)
Akuntansi syariah produk haji bank syariah (muamalat)
 
Azas Azas Kerjasama Ekonomi
Azas Azas Kerjasama EkonomiAzas Azas Kerjasama Ekonomi
Azas Azas Kerjasama Ekonomi
 
Kelompok 08 ppt bank syariah
Kelompok 08 ppt bank syariahKelompok 08 ppt bank syariah
Kelompok 08 ppt bank syariah
 
Bank Syariah
Bank SyariahBank Syariah
Bank Syariah
 
Lembaga Keuangan Syariah
Lembaga Keuangan SyariahLembaga Keuangan Syariah
Lembaga Keuangan Syariah
 
Transaksi Kerjasama Mudharabah dan Musyarakah
Transaksi Kerjasama Mudharabah dan MusyarakahTransaksi Kerjasama Mudharabah dan Musyarakah
Transaksi Kerjasama Mudharabah dan Musyarakah
 
Akuntansi perbankan syariah
Akuntansi perbankan syariahAkuntansi perbankan syariah
Akuntansi perbankan syariah
 
3 bak-syariah-mlk-warsono
3 bak-syariah-mlk-warsono3 bak-syariah-mlk-warsono
3 bak-syariah-mlk-warsono
 
Riba
RibaRiba
Riba
 
Banking islamic prospect and problem
Banking islamic prospect and problemBanking islamic prospect and problem
Banking islamic prospect and problem
 
6. prinsip operasional bank syaraiah
6. prinsip operasional bank syaraiah6. prinsip operasional bank syaraiah
6. prinsip operasional bank syaraiah
 

Recently uploaded

Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal KerjaPengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerjamonikabudiman19
 
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdfKESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdfNizeAckerman
 
SIKLUS AKUNTANSI (Identifkasi dan analisis transaksi).ppt
SIKLUS AKUNTANSI (Identifkasi dan  analisis transaksi).pptSIKLUS AKUNTANSI (Identifkasi dan  analisis transaksi).ppt
SIKLUS AKUNTANSI (Identifkasi dan analisis transaksi).pptAchmadHasanHafidzi
 
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen StrategikKonsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategikmonikabudiman19
 
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptFrida Adnantara
 
Perkembangan-Industri-Fintech-di-Indonesia.pptx
Perkembangan-Industri-Fintech-di-Indonesia.pptxPerkembangan-Industri-Fintech-di-Indonesia.pptx
Perkembangan-Industri-Fintech-di-Indonesia.pptxzulfikar425966
 
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.pptBab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.pptatiakirana1
 
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelBab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelAdhiliaMegaC1
 
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN IPIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN IAccIblock
 
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.pptPengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.pptAchmadHasanHafidzi
 
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
Ukuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnyaUkuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnya
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnyaIndhasari3
 
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxZefanya9
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalKELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalAthoillahEconomi
 
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IMateri Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IIkaAliciaSasanti
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxHakamNiazi
 
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...ChairaniManasye1
 
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...OknaRyana1
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bankzulfikar425966
 

Recently uploaded (20)

Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal KerjaPengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
 
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdfKESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
 
SIKLUS AKUNTANSI (Identifkasi dan analisis transaksi).ppt
SIKLUS AKUNTANSI (Identifkasi dan  analisis transaksi).pptSIKLUS AKUNTANSI (Identifkasi dan  analisis transaksi).ppt
SIKLUS AKUNTANSI (Identifkasi dan analisis transaksi).ppt
 
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen StrategikKonsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
 
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
 
Perkembangan-Industri-Fintech-di-Indonesia.pptx
Perkembangan-Industri-Fintech-di-Indonesia.pptxPerkembangan-Industri-Fintech-di-Indonesia.pptx
Perkembangan-Industri-Fintech-di-Indonesia.pptx
 
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.pptBab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
 
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelBab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
 
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN IPIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
 
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.pptPengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
 
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
Ukuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnyaUkuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnya
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
 
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
 
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalKELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
 
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IMateri Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
 
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
 
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
 

MATERI SISTEM OPERASIONAL BANK SYARIAH.ppt

  • 1. SISTEM OPERASIONAL BANK SYARIAH Disampaikan Oleh : Waluyo, Lc., M.A. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Surakarta
  • 2. PERSPEKTIF BANK SYARIAH Perbankan Syariah memiliki peran strategis dalam meningkat- kan kesejahteraan ummat; melalui proses intermediasi kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana maupun penyediaan jasa keuangan lainnya, berlandaskan kepada prinsip-prinsip syariah. Ketika sistem perbankan konvensional sempoyongan karena krisis moneter dan memerlukan biaya yang begitu besar untuk mempertahankannya, perbankan syariah justeru mampu menyelamatkan sebagian ekonomi ummat. Kemampuan survival perbankan syariah dalam era krisis, telah menarik banyak perhatian para bankir konvensional yang kemudian membuka kantor-kantor cabang syariah.
  • 3. KEUNGGULAN OPERASIONAL BANK SYARIAH 1. Kegiatan usaha dilakukan secara profesional, namun tetap realistis, seraya mengakui keterbatasan manusia yang tidak selalu dapat memperoleh hasil sebagaimana yang diinginkannya. Sama halnya dengan bank konvensional, prinsip prudential maupun profesionalitas juga diterapkan dalam perbankan syariah. Bank syariah tidak memastikan besaran return dalam menjalan kan usahanya, dan karenanya tidak mengenal “bunga” sebagai parameter balas jasa finansial. “………Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati……..”. QS. Luqman (31) : 34
  • 4. KEUNGGULAN OPERASIONAL BANK SYARIAH 2. Bagi hasil dalam perbankan syariah dilakukan dengan cara menetapkan porsi pembagian keuntungan (nisbah), baik antara bank dengan nasabah pemilik dana (liabilities) maupun dengan nasabah pengguna dana (assets). Sedangkan angka nominal yang akan diperoleh oleh para pihak akan sangat tergantung pada realisasi hasil usaha. 3. Berbeda dengan bank konvensional, pendekatan usaha yang dilakukan perbankan syariah adalah pada sisi assets terlebih dahulu, baru kemudian sisi liabilities. Artinya, tingkat produktivitas assets akan sangat menentukan return bagi para pemilik dana yang pada gilirannya mempengaruhi pertumbuhan sisi liabilities.
  • 5. KEUNGGULAN OPERASIONAL BANK SYARIAH 4. Bank syariah tidak akan pernah mengalami negative spread. Kerugian hanya akan terjadi bila pendapatan dari transaksi bagi hasil dan jual-beli maupun pendapatan lainnya, lebih kecil dibandingkan dengan biaya operasinal bank. 5. Pelaksanaan aktivitas usaha dilakukan atas dasar prinsip kesetaraan (equality), keadilan (fairness) dan keterbukaan (transparency).
  • 6. LANDASAN OPERASIONAL BANK SYARIAH 1. Menghindari riba, karena memang riba mengandung ketidak- adilan dan dapat merusak prinsip kemitraan. 2. Memperlakukan uang hanya sebagai alat tukar dan bukan sebagai komoditi yang diperdagangkan. 3. Pembiayaan hanya dilakukan terhadap aktivitas ekonomi maupun kebutuhan nasabah lainnya yang disamping bankable, juga tidak bertentangan dengan syariah.
  • 7. LANDASAN OPERASIONAL BANK SYARIAH 5. Dalam berinteraksi dengan nasabah, bank syariah memposisikan diri sebagai mitra investor dan pedagang, bukan dalam hubungan lender & borrower sebagaimana yang berlaku pada bank konvensional. 6. Akad transaksi yang sudah disepakati dengan nasabah tidak akan mengalami perubahan sampai dengan berakhirnya, walaupun misalnya terjadi gejolak moneter. 4. Tidak membenarkan transaksi spekulatif (maysir), jual-beli atas suatu barang yang belum dimiliki (garar) dan jual-beli bersyarat (mengandung unsur riba).
  • 9. Definisi Bank • Perbankan adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. (pasal 5 UU 7/92) • Kegiatan Usaha Perbankan : • Penghimpunan dana • Penyaluran dana • Jasa keuangan perbankan
  • 10. Landasan Hukum UU No 7/92 tentang Perbankan PP No 72/92 tentang Bank Berdasarkan Bagi Hasil UU No 10/98 tentang perubahan UU 7/92 Dicabut dg PP 30/99 BANK SYARIAH
  • 11. Konsep & Sistem Perbankan Fungsi Bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat lain yang memerlukan Masyarakat Pemilik Dana Masyarakat Pengguna Dana Proses Penghimpunan Dana Proses Penyaluran Dana
  • 12. Konsep & Sistem Bank Konvensional Masyarakat Pemilik Dana Masyarakat Pengguna Dana Proses Penghimpunan Dana Proses Penyaluran Dana Penetapan Imbalan Penetapan Beban
  • 13. SIKLUS DANA BANK SYARIAH Masyarakat Pemilik Dana Masyarakat Pengguna Dana Proses Penghimpunan Dana Proses Penyaluran Dana Konsep Penghimpunan Dana : 1. Al Wadiah 2. Mudharabah Konsep Penyaluran Dana : 1. Bagi Hasil (Mudharabah & Musyarakah) 2. Jual Beli (Murabahah, Istishna & Salam) 3. Ujroh ( Ijarah Muntahiah Bitamlik) 4. Jasa bank (Rahn, Qardh & Hiwalah) BAGI HASIL BAGI HASIL
  • 14. PRINSIP DAN LANDASAN PENGEMBANGAN PRODUK BISNIS ISLAMI LIMA AKAD DASAR TRANSAKSI SYARI’AH : TITIPAN (WADI’AH) Giro Wadi’ah Tabungan Wadi’ah BAGI HASIL (SYIRKAH) Funding Giro Mudharabah Tabungan Mudharabah Deposito Mudharabah BAGI HASIL (SYIRKAH) Financing Pembiayaan Mudharabah Pembiayaan Musyarakah JUAL-BELI (TIJAROH) Pembiayaan Murabahah Pembiayaan Salam Pembiayaan Istishna’ SEWA (IJARAH) Ijarah Ijarah Muntahia Bittamlik JASA/FEE( AL UJROH) Wakalah, Kafalah, Hiwalah, Rahn,
  • 15. FUNGSIBANK SYARIAH MANAGER INVESTASI Penghimpunan dana : Prinsip wadiah yad dhamanah Prinsip mudharabah INVESTOR Penyaluran dana Prinsip jual beli Prinsip bagi hasil Prinsip sewa beli Jasa perbankan JASA LAYANAN Produk jasa Wakalah, Kafalah, Sharf, Ijarah, Wadiah yad Amanah SOSIAL Dana kebajikan Penghimpunan dan penyaluran Qardhul Hasan Penghimpunan dan penyaluran ZIS TAMWIL MAAL Fungsi Aplikasi produk
  • 16. KONSEP PEMBIAYAAN BANK SYARIAH PEMBIAYAAN (Financing) BAGI HASIL (P & L Sharing) JUAL – BELI (Sale & Purch.) PEMB. LAIN (Other Fin.) PINJ. KEBJK. (NonCompLen) MUSYARAKAH MUDHARABAH MURABAHAH SALAM ISTISHNA’ IJARAH WA IQTINA HAWALAH RAHN QARDH
  • 17. PEMBIAYAAN BAGI HASIL (Profit & Loss Sharing) Bagi hasil merupakan konsep pembiayaan yang adil dan memiliki nuansa kemitraan yang sangat kental. Hasil yang diperoleh dibagi berdasarkan perbandingan (nisbah) yang disepakati, dan bukan sebagaimana penetapan suku bunga pada bank konvensional. Pembiayaan bagi hasil dalam perbankan syariah, meliputi : AL MUSYARAKAH AL MUDHARABAH
  • 18. AL MUSYARAKAH Pengertian : MUSYARAKAH (SYIRKAH) adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk melakukan suatu kegiatan usaha tertentu; masing-masing pihak memberikan kontribusi dana sesuai dengan porsi yang disepakati. Sementara keuntungan yang diperoleh maupun kerugian yang mungkin timbul akan dibagi secara proporsional atau sesuai dengan kesepakatan bersama.
  • 19. AL MUSYARAKAH Landasan Syariah : ‫ماهم‬ ‫وقليل‬ ‫وعملواالصلحت‬ ‫ءامنوا‬ ‫االالذين‬ ‫بعض‬ ‫على‬ ‫بعضهم‬ ‫ليبغي‬ ‫الخلطاء‬ ‫من‬ ‫كثيرا‬ ‫وان‬ .... ( ‫ص‬ : 24 ) “…….. Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; dan amat sedikitlah mereka ini.” QS. Shaad (38) : 24 “Aku adalah pihak ketiga dari dua orang yang berserikat selama salah satunya tidak menghianati lainnya.” (HR. Abu Daud dan Hakim)
  • 20. ‫هريرة‬ ‫أبي‬ ‫عن‬ , ‫قال‬ ‫رفعه‬ : ‫يقول‬ ‫هللا‬ ‫ان‬ : ‫الشركين‬ ‫ثالث‬ ‫نا‬ ‫أ‬ , ‫أحدهم‬ ‫يخن‬ ‫مالم‬ ‫ا‬ ‫صاحبه‬ , ‫بينهما‬ ‫من‬ ‫خرجت‬ ‫خانه‬ ‫فاذا‬ ( ‫هريرة‬ ‫أبي‬ ‫عن‬ ‫والحاكم‬ ‫داود‬ ‫أبوا‬ ‫رواه‬ ) • “Dari Abu Hurairah yang dirafa’kan kepada Nabi SAW, bahwa Nabi SAW bersabda, sesungguhnya Allah SWT berfirman : “ aku adalah pihak ketiga antara dua orang yng bersrikat selama salah satu pihak tidak menghianati pihak yang lain. jika salah satu pihak telah berkhianat, aku keluar dari mereka “. ( HR. Abu Daud dari Abu Hurairah ).
  • 21. Ijma’ Berdasarkan sumber hukum di atas maka secara ‘Ijma para ulama sepakat bahwa hukum musyarakah yaitu boleh. Hanya saja, mereka berbeda pendapat tentang jenisnya. Ibnu Qudamah dalam kitabnya al-Mughni telah berkata: kaum muslimin telah berkonsensus terhadap legimasi Musyarakah secara global walaupun terdapat perbedaan pendapat dalam beberapa elemen darinya.
  • 22. AL MUSYARAKAH Jenis Musyarakah : MUSYARAKAH KEPEMILIKAN (SYIRKAH AL MILK) Jenis Musyarakah ini timbul karena faktor warisan, wasiat atau kondisi lainnya yang mengakibatkan terjadinya kepemilikan terhadap suatu assets oleh dua orang atau lebih. Keuntungan yang diperoleh dari pengoperasian assets tersebut kemudian dibagi bersama berdasarkan kesepakatan. MUSYARAKAH AKAD (SYIRKAH AL ‘UQUD) Merupakan hasil suatu kesepakatan dari dua orang atau lebih untuk mengadakan kerjasama usaha. Masing-masing memberikan kontribusi modal dan sepakat untuk berbagi keuntungan maupun kerugian.
  • 23. AL MUSYARAKAH MUSYARAKAH AKAD (SYIRKAH AL ‘UQUD) Musyarakah Akad terbagi atas : SYIRKAH AL INAN SYIRKAH MUFAWADHAH SYIRKAH A’MAL SYIRKAH WUJUH
  • 24. AL MUSYARAKAH Jenis Musyarakah Akad (Syirkah ‘Uqud) : 1. SYIRKAH AL INAN Merupakan akad kerjasama antara dua orang atau lebih, masing- masing memberikan kontribusi dana dan berpartisipasi dalam kerja. Porsi dana dan bobot partisipasi dalam kerja tidak harus sama, bahkan dimungkinkan hanya salah seorang yang aktif mengelola usaha yang ditunjuk oleh partner lainnya. Sementara keuntungan atau kerugian yang timbul dibagi menurut kesepakatan bersama.
  • 25. AL MUSYARAKAH Jenis Musyarakah Akad (Syirkah ‘Uqud) : 2. SYIRKAH MUFAWADHAH Merupakan akad kerjasama antara dua orang atau lebih, masing- masing memberikan kontribusi dana dalam porsi yang sama dan berpartisipasi dalam kerja dengan bobot yang sama pula. Masing- masing partner saling menanggung satu sama lain dalam hak dan kewajiban. Tidak diperkenankan salah seorang memasukkan modal yang lebih besar dan memperoleh keuntungan yang lebih besar pula dibandingkan dengan partner lainnya. Keuntungan maupun kerugian yang diperoleh harus dibagi secara sama.
  • 26. AL MUSYARAKAH Jenis Musyarakah Akad (Syirkah ‘Uqud) : 3. SYIRKAH A’MAL/ABDAN Merupakan kesepakatan kerjasama antara dua orang atau lebih yang memiliki profesi dan keahlian tertentu, untuk menerima serta melaksanakan suatu pekerjaan secara bersama dan berbagi keuntungan dari hasil yang diperoleh.
  • 27. AL MUSYARAKAH Jenis Musyarakah Akad (Syirkah ‘Uqud) : 4. SYIRKAH WUJUH Syirkah ini terbentuk antara dua orang atau lebih, tanpa setoran modal. Modal yang digunakan hanyalah nama baik yang dimiliki, terutama karena kepribadian dan kejujuran masing- masing dalam berniaga. Dengan memiliki reputasi seperti itu, mereka dapat membeli barang-barang tertentu dengan pembayaran tangguh dan menjualnya kembali secara tunai. Keuntungan yang diperoleh akan dibagi sesuai dengan kesepakatan bersama.
  • 28. AL MUSYARAKAH Jenis Musyarakah Akad (Syirkah ‘Uqud) : Dari keempat jenis MUSYARAKAH AKAD tersebut, hanya SYIRKAH AL INAN yang diaplikasikan dalam perbankan syariah sebagai salah satu produk pembiayaan, karena karakteristiknya yang sesuai.
  • 29. AL MUSYARAKAH Prinsip Musyarakah : 1. Proyek atau kegiatan usaha yang akan dikerjakan tidak bertentangan dengan syariah. 2. Pihak-pihak yang turut dalam kerjasama memasukkan dana musyarakah, dengan ketentuan : Dapat berupa uang tunai atau assets yang likuid. Dana yang terhimpun bukan lagi milik perorangan, tetapi menjadi dana usaha.
  • 30. AL MUSYARAKAH Prinsip Musyarakah : 3. Pengelola usaha dapat merupakan pemilik modal atau orang yang ditunjuk oleh pemilik modal. 4. Pemilik modal dapat melakukan intervensi atas kebijakan usaha. 5. Bagi hasil (nisbah) didasarkan atas porsi kontribusi modal atau sesuai dengan kesepakatan bersama.
  • 31. AL MUSYARAKAH Skema Musyarakah : Proyek/Usaha Laba Rugi Akad Musyarakah PARTNER-2 PARTNER-1 60% Modal 40% Modal Keahlian Keahlian 60% 40% 50% 50%
  • 32. AL MUSYARAKAH Pengertian : Musyarakah Dalam Teknis Perbankan 1. MUSYARAKAH merupakan akad kerjasama pembiayaan antara bank syariah atau beberapa lembaga keuangan secara bersama- sama dengan nasabah, untuk mengelola suatu kegiatan usaha; masing-masing memasukkan penyertaan dana sesuai porsi yang disepakati. Sedangkan untuk pengelolaan kegiatan usaha, dipercayakan kepada nasabah. 2. Selaku pengelola, nasabah wajib menyampaikan laporan berkala mengenai perkembangan usaha kepada bank atau bank-bank sebagai pemilik dana. Disamping itu pemilik dana dapat melakukan intervensi terhadap kebijakan usaha.
  • 33. AL MUSYARAKAH Pengertian : Musyarakah Dalam Teknis Perbankan 3. Keuntungan usaha yang diperoleh dibagi menurut perbandingan (nisbah) yang disepakati dan pada akhir masa kerjasama, nasabah harus mengembalikan modal usaha kepada pemilik dana. 4. Apabila terjadi kerugian atau kegagalan usaha, maka akan dipikul bersama secara proporsional.
  • 34. AL MUSYARAKAH Aplikasi : Musyarakah Dalam Teknis Perbankan Pembiayan Modal Kerja Dapat dialokasikan untuk perusahaan yang bergerak dalam bidang konstruksi, industri, perdagangan dan jasa. Pembiayaan Investasi Dapat dialokasikan untuk perusahaan yang bergerak dalam bidang industri. Pembiayaan Secara Sindikasi Baik untuk kepentingan modal kerja maupun investasi.
  • 35. AL MUSYARAKAH Skema Musyarakah : Contoh Aplikasi Perbankan Rugi Laba Akad Musyarakah CV. Berkah Abadi Bank Syariah “A” Usaha Ayam Potong Escrow Account 75% Modal 25% Modal 25% 75% Keahlian 80% (Nisbah) 20% (Nisbah) Pengembalian Mdl. Usaha 75% X (80% Laba) (1) (1) (2) (2) (3) (3) (3) (4) (3a) (3a)
  • 36. Syirkah Muthanaqisah • Secara harfiah berasal dari dua kata, yakni (i) Musyarakah dan (ii) Mutanaqishah;Musharakah biasa juga disebut dengan syirkah yang berarti kerja sama. Ada berbagai macam syirkah , di antaranya: syirkah inan, syirkah mufawadhah, syirkah wujuh, syirkah amal (abdan); • Mutanaqishah berasal dari naqashayang berarti berkurang;Musyarakah Mutanaqishaadalah akad kepemilikan bersama (syirkahamlak) atas satu aset kekayaan dimana salah satu pihak kepemilikannya berkurang hingga habis (nol) untuk dimiliki secara sempurna oleh pihak lainnya.
  • 37. • Musyarakah mutanaqishah (diminishing partnership) adalah bentuk kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk kepemilikan suatu barang atau asset. Dimana kerjasama ini akan mengurangi hak kepemilikan salah satu pihak sementara pihak yang lain bertambah hak kepemilikannya. Perpindahan kepemilikan ini melalui mekanisme pembayaran atas hak kepemilikan yang lain. Bentuk kerjasama ini berakhir dengan pengalihan hak salah satu pihak kepada pihak lain.
  • 38. • Implementasi dalam operasional perbankan syariah adalah merupakan kerjasama antara bank syariah dengan nasabah untuk pengadaan atau pembelian suatu barang (benda). Dimana asset barang tersebut jadi milik bersama. Adapun besaran kepemilikan dapat ditentukan sesuai dengan sejumlah modal atau dana yang disertakan dalam kontrak kerjasama tersebut. Selanjutnya nasabah akan membayar (mengangsur) sejumlah modal/dana yang dimiliki oleh bank syariah. Perpindahan kepemilikan dari porsi bank syariah kepada nasabah seiring dengan bertambahnya jumlah modal nasabah dari pertambahan angsuran yang dilakukan nasabah. Hingga angsuran berakhir berarti kepemilikan suatu barang atau benda tersebut sepenuhnya menjadi milik nasabah. Penurunan porsi kepemilikan bank syariah terhadap barang atau benda berkurang secara proporsional sesuai dengan besarnya angsuran.
  • 39. • Selain sejumlah angsuran yang harus dilakukan nasabah untuk mengambil alih kepemilikan, nasabah harus membayar sejumlah sewa kepada bank syariah hingga berakhirnya batas kepemilikan bank syariah. Pembayaran sewa dilakukan bersamaan dengan pembayaran angsuran. Pembayaran angsuran merupakan bentuk pengambilalihan porsi kepemilikan bank syariah. Sedangkan pembayaran sewa adalah bentuk keuntungan (fee) bagi bank syariah atas kepemilikannya terhadap aset tersebut. Pembayaran sewa merupakan bentuk kompensasi kepemilikan dan kompensasi jasa bank syariah.
  • 40. AL MUDHARABAH Pengertian : MUDHARABAH adalah akad kerjasama antara pemilik dana (shahibul maal) yang menyediakan seluruh kebutuhan modal dengan pihak pengelola usaha (mudharib) untuk melakukan suatu kegiatan usaha bersama. Keuntungan yang diperoleh dibagi menurut perbandingan (nisbah) yang disepakati. Dalam hal terjadi kerugian, akan ditanggung oleh pemilik modal, selama bukan diakibatkan karena kelalaian pengelola usaha. Sedangkan kerugian yang timbul karena kelalaian pengelola akan menjadi tanggung jawab pengelola usaha itu sendiri. Pemilik modal tidak turut campur dalam pengelolaan usaha, tetapi mempunyai hak untuk melakukan pengawasan.
  • 41. AL MUDHARABAH Landasan Syariah : “Tiga hal yang didalamnya terdapat keberkatan : jual-beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual”. (HR. Ibnu Majah) “Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”. QS. Al Jumu’ah (62) : 10
  • 42. AL MUDHARABAH Jenis Mudharabah : MUDHARABAH MUTHLAQAH Pemilik dana (shahibul maal) memberikan keleluasaan penuh kepada pengelola (mudharib) dalam menentukan jenis usaha maupun pola pengelolaan yang dianggapnya baik dan mengun- tungkan, sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan syariah. MUDHARABAH MUQAYYADAH Pemilik dana memberikan batasan-batasan tertentu kepada pengelola usaha dengan menetapkan jenis usaha yang harus dikelola, jangka waktu pengelolaan, lokasi usaha dsb.
  • 43. AL MUDHARABAH Rugi Laba Akad Mudharabah Mudharib Shahibul Maal Modal Usaha 100% Modal 0% 100% Keahlian Y% (Nisbah) X% (Nisbah) Pengembalian Mdl. Usaha Penyisihan seb.Laba (1) (1) (2) (2) (3) (3) (3) (4) (3a) (3a) Proyek/Usaha Skema Mudharabah :
  • 44. AL MUDHARABAH PENGERTIAN (Dalam Konteks Pembiayaan) : Mudharabah Dalam Teknis Perbankan 1. MUDHARABAH adalah akad kerjasama pembiayaan antara bank syariah selaku pemilik dana (shahibul maal) yang menyediakan semua kebutuhan modal dengan nasabah (mudharib) sebagai pihak yang mempunyai keahlian atau ketrampilan tertentu, untuk mengelola suatu kegiatan usaha yang produktif dan sesuai syariah. 2. Bank tidak mencampuri manajemen usaha, tetapi mempunyai hak untuk melakukan pengawasan.
  • 45. AL MUDHARABAH PENGERTIAN (Dalam Konteks Pembiayaan) : Mudharabah Dalam Teknis Perbankan 3. Keuntungan usaha dibagi berdasarkan perbandingan (nisbah) yang telah disepakati dan pada akhir periode kerjasama, nasabah harus mengembalikan semua modal usaha kepada bank. 4. Dalam hal terjadi kerugian, akan menjadi tanggungan bank, kecuali bila diakibatkan oleh kelalaian nasabah. Untuk menghindari kemungkinan terjadinya kerugian, bank harus memahami karakteristik resiko usaha tersebut dan bekerjasama dengan nasabah untuk mengatasi berbagai masalah.
  • 46. AL MUDHARABAH APLIKASI (Dalam Konteks Pembiayaan) : Mudharabah Dalam Teknis Perbankan Pembiayaan MODAL KERJA Modal kerja bagi perusahaan yang bergerak dalam bidang industri, perdagangan dan jasa. Pembiayaan INVESTASI Untuk pengadaan barang-barang modal, aktiva tetap dsb. Pembiayaan INVESTASI KHUSUS Bank bertindak dan memposisikan diri sebagai arranger yang mempertemukan kepentingan pemilik dana, seperti Yayasan dan Lembaga Keuangan Non Bank, dengan pengusaha yang memerlukan dana.
  • 47. AL MUDHARABAH Laba Akad Mudharabah Burhan (Nasabah) Bank Syariah “X” 100% Modal 0% 100% Keahlian (1) (1) (2) (2) (3b) (3b) Skema Mudharabah : Contoh Aplikasi Perbankan Rumah Makan Padang Rugi Peng.Mdl.Ush.Rp.15 Juta/Bln.(3) 50% (Nisbah) 50% (Nisbah) (3a) (3a)
  • 48. JUAL - BELI (Sale & Purchase) Konsep jual-beli dalam perbankan syariah mengandung beberapa kebaikan, antara lain pembiayaan yang diberikan selalu terkait dengan sektor riil, karena yang menjadi dasar adalah barang yang diperjual-belikan. Disamping itu harga yang telah disepakati tidak akan mengalami perubahan sampai dengan berakhirnya akad. Konsep jual-beli yang diaplikasikan dalam produk pembiayaan perbankan syariah, meliputi : BAI’AL MURABAHAH BAI’AS SALAM BAI’AL ISTISHNA’ IJARAH WA IQTINA
  • 49. BAI’ AL MURABAHAH Pengertian : MURABAHAH adalah akad jual-beli atas suatu barang, dengan harga yang disepakati antara penjual dan pembeli, setelah sebelumnya penjual menyebutkan dengan sebenarnya harga perolehan atas barang tersebut dan besarnya keuntungan yang diperolehnya.
  • 50. BAI’ AL MURABAHAH Landasan Syariah : “………. Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba.” QS. Al Baqarah (2) : 275 “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu”. QS. An Nisaa’ (4) : 29 “Pedagang yang jujur dan terpercaya, maka dia bersama nabi, orang-orang yang jujur dan para syuhada”. (HR. Tarmidzi)
  • 51. BAI’ AL MURABAHAH Rukun Murabahah : Bai’ (penjual) Musytari (pembeli) Mabi’ (barang yang diperjual-belikan) Tsaman (harga barang) Ijab-qabul (pernyataan serah terima)
  • 52. BAI’ AL MURABAHAH Syarat Murabahah : Pihak yang berakad (Bai’ & Musytari) cakap hukum dan tidak dalam keadaan terpaksa. Barang yang diperjual-belikan (Mabi’) tidak termasuk barang haram dan jenis maupun jumlahnya jelas. Harga barang (Tsaman) harus dinyatakan secara transparan (harga pokok dan komponen keuntungan) dan cara pembayarannya disebutkan dengan jelas. Pernyatan serah-terima (Ijab-Qabul) harus jelas dengan menyebutkan secara spesifik pihak-pihak yang berakad.
  • 53. BAI’ AL MURABAHAH Skema Murabahah : Akad Murabahah PEMBELI PENJUAL Negosiasi Barang (1) (1) (2) (2) Kirim Barang & Dokumen Terima Barang & Dokumen (3) (3a) Bayar Kewajiban (4)
  • 54. BAI’ AL MURABAHAH Pengertian : Murabahah Dalam Teknis Perbankan 1. MURABAHAH adalah akad jual-beli antara bank dan nasabah atas suatu jenis barang tertentu dengan harga yang disepakati bersama. Bank akan mengadakan barang yang dibutuhkan dan menjualnya kepada nasabah dengan harga setelah ditambah keuntungan yang disepakati. 2. Guna memastikan keseriusannya untuk membeli, bank dapat mensyaratkan nasabah agar terlebih dahulu membayar uang muka.
  • 55. BAI’ AL MURABAHAH Pengertian : Murabahah Dalam Teknis Perbankan 3. Nasabah membayar kepada bank atas harga barang tersebut (setelah dikurangi uang muka) secara angsuran selama jangka waktu yang disepakati, dengan memperhatikan kemampuan mengangsur ataupun arus kas usahanya. Pembayaran secara angsuran ini dikenal dengan istilah Bai’ Bitsaman Ajil (BBA). 4. Baik harga jual maupun besarnya angsuran yang telah disepakati tidak berubah hingga akad pembiayaan berakhir. 5. Tidak ada denda atas keterlambatan pembayaran angsuran (penalty overdue).
  • 56. BAI’ AL MURABAHAH Aplikasi : Murabahah Dalam Teknis Perbankan Pembiayaan INVESTASI Antara lain untuk pengadaan aktiva tetap, mesin-mesin dan barang-barang modal lainnya. Pembiayaan KONSUMER Antara lain untuk pembelian rumah, mobil dan sebagainya.
  • 57. BAI’ AL MURABAHAH Skema Murabahah : Contoh Aplikasi Perbankan Akad Murabahah CV. Bina Amanah Bank Syariah ABC Negosiasi (1) (1) (2) (2) Beli ruko Rp. 400 Juta Jual ruko Rp.420 Juta (4) (5) Bayar Angsuran (6) Bayar Uang Muka : Rp. 120 Juta (3) RUKO Serahkan surat-surat ruko (7)
  • 58. BAI’ AS SALAM Pengertian : SALAM adalah akad jual-beli atas suatu barang dengan jenis dan dalam jumlah tertentu yang penyerahannya dilakukan beberapa waktu kemudian, sedangkan pembayarannya segera (dimuka). SALAM PARALEL merupakan dua transaksi Salam yang dilakukan secara simultan dan melibatkan tiga pihak yang berkepentingan. Salah satu diantaranya bertindak sebagai pembeli dan sekaligus penjual; yang membeli suatu barang dari pihak kedua dan menjualnya kembali kepada pihak ketiga.
  • 59. BAI’ AS SALAM Landasan Syariah : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya”. QS. Al Baqarah (2) : 282 Ibnu Abbas r.a. mengungkapkan : “Aku bersaksi bahwa salam (salaf) yang dijamin untuk jangka waktu tertentu telah dihalalkan Allah pada kitab-Nya dan diizinkan-Nya”, seraya membaca ayat tersebut diatas. Ibnu Abbas r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda : “Barangsiapa yang melakukan salaf (salam), hendaknya ia melakukan dengan takaran yang jelas dan timbangan yang jelas pula, untuk jangka waktu yang diketahui”.
  • 60. BAI’ AS SALAM Rukun Salam : Pembeli (Muslam) Penjual (Muslam Ilaih) Barang yang diperjual-belikan (Muslam Fiih) Harga barang (Ra’sul Maal) Sighot (Ijab-Qabul)
  • 61. BAI’ AS SALAM Syarat Salam : Pembeli dan penjual ( Muslam & Muslam Ilaih) cakap hukum, tidak dalam keadaan terpaksa dan tidak ingkar janji. Penjual (Muslam Ilaih) harus memiliki kapasitas dan kemampuan untuk memproduksi barang yang diperjual-belikan. Barang yang diperjual-belikan (Muslam Fiih) harus jelas jenis, ukuran, mutu dan jumlahnya serta tidak dilarang syariah. Sedangkan waktu penyerahannya disepakati bersama. Harga barang (Ra’sul Maal) harus pasti dan dibayarkan segera (dimuka).
  • 62. BAI’ AS SALAM Skema Salam : Akad Salam PEMBELI PRODUSEN/ PENJUAL Negosiasi Barang (1) (1) (2) (2) Kirim Barang (5) Bayar Harga Barang (3) Produksi Barang (4)
  • 63. BAI’ AS SALAM Skema Salam Paralel : Akad Salam PEMBELI-II PEMBELI-I /PENJUAL-II Negosiasi Barang (1) (1) (2) (2) Bayar Harga Barang (3) PRODUSEN/ PENJUAL-I Akad Salam (2a) Negosiasi (1a) Bayar Hrg Brg (3a) Kirim Dokumen (5a) Produksi Barang Kirim Barang (4) (5)
  • 64. BAI’ AS SALAM Pengertian : Salam Paralel Dalam Teknis Perbankan 1. SALAM PARALEL merupakan transaksi pembelian atas barang tertentu yang dilakukan oleh bank dari pihak produsen atau pihak ketiga lainnya dengan pembayaran dimuka, untuk kemudian dijual kembali kepada nasabah dengan waktu penyerahan yang disepakati. 2. Pembayaran oleh nasabah kepada bank dapat dilakukan dimuka pada saat ditanda-tanganinya akad Salam atau secara tunai pada saat penyerahan barang (Salam Wal Bai’Al Mutlaqah) atau dengan cara mengangsur (Salam Wal Murabahah).
  • 65. BAI’ AS SALAM Pengertian : Salam Paralel Dalam Teknis Perbankan 3. Apabila pembayaran oleh nasabah dilakukan secara tunai atau dengan cara mengangsur, biasanya bank mensyaratkan agar nasabah terlebih dahulu membayar sejumlah uang muka yang diperlukan.
  • 66. BAI’ AS SALAM Aplikasi : Salam Paralel Dalam Teknis Perbankan Pembiayaan MODAL KERJA Misalnya untuk modal kerja usaha pertanian, peternakan atau industri yang menghasilkan barang-barang konsumsi. Pembiayaan INVESTASI Misalnya untuk pengadaan barang-barang modal, seperti mesin-mesin dan sebagainya.
  • 67. BAI’ AS SALAM Skema Salam : Contoh Aplikasi Perbankan Akad Salam PT. Anugerah Sentosa Bank Syariah “XYZ” Negosiasi Jagung (1) (1) (2) (2) Bayar Uang Muka Rp. 300 Juta (4) KUD Lestari Akad Salam (2a) Negosiasi (1a) Bank Garansi (3) Kirim Faktur (7a) Produksi Jagung Kirim Jagung (6) (7) Bayar Angsuran Bayar Rp. 1,5 M (5) (8)
  • 68. BAI’ AL ISTISHNA’ Pengertian : ISTISHNA’ merupakan akad jual-beli antara pemesan/pembeli dengan pihak produsen/penjual atas suatu barang tertentu yang harus dipesan terlebih dahulu, dengan spesifikasi dan harga yang disepakati. Sementara pembayarannya dapat dilakukan dimuka, ditengah atau pada saat penyerahan barang. ISTISHNA’ PARALEL merupakan gabungan dari dua transaksi Istishna’ yang dilakukan secara simultan. Pihak penjual pada transaksi Istishna’ yang pertama bukanlah produsen yang sesungguhnya dan karenanya membuat akad serupa dengan pihak lain (produsen) untuk memenuhi pesanan pembeli.
  • 69. BAI’ AL ISTISHNA’ Landasan Syariah : Mengingat sifat transaksinya yang sama, maka secara umum landasan syariah yang berlaku pada Bai’As Salam juga berlaku pada Bai’Al Istishna’ Rukun Istishna’: Produsen / Penjual (Shaani’) Pemesan / Pembeli (Mustashni’) Barang / Jasa yang dipesan (Mashnu’) Harga Barang / Jasa (Tsaman) Sighot (Ijab-Qabul)
  • 70. BAI’ AL ISTISHNA’ Syarat Istishna’: Produsen dan pemesan (Shaani’ & Mustashni’) cakap hukum, tidak dalam keadaan terpaksa dan tidak ingkar janji. Produsen (Shaani’) memiliki kapasitas dan kesanggupan untuk membuat/mengadakan barang yang dipesan. Barang yang dipesan (Mashnu’) harus jelas spesifikasinya dan tidak termasuk yang dilarang syariah. Sedangkan waktu penyerahannya sesuai kesepakatan. Harga barang (Tsaman) harus dinyatakan secara jelas dan pembayarannya dilakukan sesuai dengan kesepakatan.
  • 71. BAI’ AL ISTISHNA’ Skema Istishna’ : PEMBELI (Mustashni’) PRODUSEN (Shaani’) Barang (Mashnu’) Kirim Barang (4) Bayar Harga Barang Produksi Barang (3) Pesan Barang Akad Istishna’ (1) (2) (5)
  • 72. BAI’ AL ISTISHNA’ Skema Istishna’ Paralel : PEMESAN-I PEMESAN-II/ PENJUAL Barang Bayar Harga Barang Pesan Barang Akad Istishna’ (1) (2) (4) PRODUSEN Pesan Barang (1a) Akad Istishna’ (2a) Krm.Dok. (4a) Bayar Harga Barang Produksi Barang Kirim Barang (3) (5) (6)
  • 73. BAI’ AL ISTISHNA’ Pengertian : Istishna’ Paralel Dalam Teknis Perbankan 1. ISTISHNA’ PARALEL merupakan akad jual-beli barang antara bank dan nasabah dengan spesifikasi sesuai yang dikehendaki nasabah dan dengan harga serta cara pembayaran yang disepakati bersama. Kemudian bank akan meminta produsen/kontraktor untuk membuatkan barang yang dipesan oleh nasabah tersebut. 2. Oleh karena menggunakan dua akad jual-beli, maka cara pembayaran bank kepada produsen/kontraktor dapat berbeda dengan cara pembayaran nasabah kepada bank, sesuai dengan kesepakatan.
  • 74. BAI’ AL ISTISHNA’ Pengertian : Istishna’ Paralel Dalam Teknis Perbankan 3. Apabila pembayaran oleh nasabah tidak dilakukan dimuka, maka biasanya bank mensyaratkan agar nasabah menyediakan sejumlah uang muka yang diperlukan.
  • 75. BAI’ AL ISTISHNA’ Aplikasi : Istishna’ Paralel Dalam Teknis Perbankan Pembiayaan MODAL KERJA Misalnya untuk modal kerja industri barang-barang konsumsi, termasuk garmen, sepatu dan sebagainya. Pembiayaan KONSTRUKSI (Construction Financing) Pembiayaan INVESTASI Misalnya untuk pengadaan barang-barang modal, seperti mesin-mesin dan sebagainya.
  • 76. BAI’ AL ISTISHNA’ Skema Istishna’ : Contoh Aplikasi Perbankan PT. AMANAH SEJATI (Kontraktor) BANK SYARIAH “AFIAT” ABDULLAH (Nasabah) PROYEK RUKO Negosiasi (1a) Negosiasi (1) Akad Istn’ (2a) Akad Istn’ (2) Bank Garansi (3a) Bayar Rp. 4,5 milyar (7) Kembalikan B.Garansi (6) Bayar U.Muka (3) Bayar Angsuran (8) Kerjakan Proyek (4) Serah-Terima Pry. (5) (5) Serah-Terima Proyek (5a) (5a)
  • 77. IJARAH & IJARAH WA IQTINA Pengertian : IJARAH adalah akad pengalihan hak penggunaan atas suatu barang untuk jangka waktu tertentu dengan kompensasi pembayaran uang sewa, tanpa diikuti oleh perubahan kepemilikan atas barang tersebut. IJARAH WA IQTINA (IJARAH MUNTAHIA BITTAMLIK) adalah akad sewa-menyewa atas suatu barang untuk jangka waktu tertentu yang diakhiri dengan pengalihan kepemilikannya kepada penyewa.
  • 78. Dalil Ijarah • Q.S. Az Zuhruf: 32 “ Apakah mereka yang membagi-bagikan rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian lain beberapa derajat agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” • Q.S. Al Baqarah: 233 “…dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, tidak dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertaqwalah kepada Allah; dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” • Q.S. Al Qashash: 26, 27 “Salah seorang dari kedua wanita itu berkata; Hai ayahku! Ambilah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) adalah orang yang kuat lagi terpercaya.”
  • 79. Dalil Ijarah • Al Hadist: “ kami telah menyewakan tanah dengan bayaran hasil pertaniannya, maka Rasulullah melarang kami melakukan hal tersebut dan memerintahkan agar kami menyewakannya dengan emas atau perak.” (HR. Abu Daud) “Berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya kering.” “Perdamaian dapat dilakukan diantara kaum muslimin kecuali perdamaian yang menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal; dan kaum muslimin terkait dengan syarat-syrat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram.” • Kaidah Fiqih “Pada dasarnya bentuk muamalah adalah boleh kecuali ada dalil yang mengharamkan.” “Menghindari Mafsadah harus didahulukan atas mendatangkan manfaat.”
  • 80. IJARAH & IJARAH WA IQTINA Rukun Ijarah : Penyewa (Musta’jir) Pemilik barang (Mu’ajjir) Barang yang disewakan (Ma’jur) Harga sewa (Ajran) Shigot (Ijab-Qabul)
  • 81. IJARAH & IJARAH WA IQTINA Syarat Ijarah : Pemilik barang (Mu’ajjir) dan penyewa (musta’jir) cakap hukum, tidak dalam keadaan terpaksa dan tidak ingkar janji. Barang yang disewakan (Ma’jur) memiliki manfaat yang dibenarkan oleh syariah. Harga sewa (Ajran) harus dinyatakan secara jelas dan pembayarannya dilakukan sesuai dengan kesepakatan.
  • 82. IJARAH & IJARAH WA IQTINA Skema Ijarah : Pemilik Barang (Mu’ajjir) Penyewa (Musta’jir) Objek Sewa (Ma’jur) Akad Ijarah (1) Pembayaran Sewa (2) Penyerahan Hak Penggunaan (3) Hak Penggunaan (4) Pemanfaatan
  • 83. IJARAH & IJARAH WA IQTINA Skema Ijarah Wa Iqtina : Pemilik Barang (Mu’ajjir) Penyewa (Musta’jir) Objek Sewa (Ma’jur) Akad Ijarah Wa Iqtina (1) Pembayaran Sewa (2) Penyerahan Hak Penggunaan (3) Hak Penggunaan (3a) Pemanfaatan Pembayaran Atas Pembelian (4) Penyerahan Kepemilikan (5) Penyerahan Kepemilikan (5)
  • 84. IJARAH & IJARAH WA IQTINA Ijarah Wa Iqtina Dalam Teknis Perbankan Pengertian : IJARAH WA IQTINA (IJARAH MUNTAHIA BITTAMLIK) adalah akad sewa-menyewa atas barang tertentu antara bank sebagai pemilik barang (Mu’ajjir) dengan nasabah selaku penyewa (Musta’jir) untuk suatu jangka waktu dan dengan harga yang disepakati. Pada akhir masa sewa, bank memberikan opsi kepada nasabah untuk membeli barang tersebut dengan harga yang disepakati pula.
  • 85. IJARAH & IJARAH WA IQTINA Ijarah Wa Iqtina Dalam Teknis Perbankan Aplikasi : Pembiayaan INVESTASI Misalnya untuk pembiayaan barang-barang modal, seperti mesin-mesin dan sebagainya. Pembiayaan KONSUMER Misalnya untuk pembelian mobil, rumah dan sebagainya.
  • 86. IJARAH & IJARAH WA IQTINA Skema Ijarah Wa Iqtina : Contoh Aplikasi Penjual (Dealer) Objek Sewa (Kijang) PT. Alam Permai (Nasabah) Bank Syariah “Barokah” Akad Ijarah W.I. (1) Beli 5 Unit Kijang (2) Penyerahan (3) Kendaraan (3a) Surat2 Kendaraan (3b) Bayar Sewa (4) Bayar Hrg.Beli (5) Peny.Srt.Kendaraan (6)
  • 87. PEMBIAYAN LAIN (Other Financing) Berbeda dengan kelompok pembiayaan dengan pola bagi hasil maupun jual-beli, dalam “pembiayaan lain” tidak ada unsur barang sebagai objek pembiayaan dan karenanya lebih merupakan transaksi pinjam-meminjam. Kalaupun ada unsur barang yang terkait dalam transaksi, maka bukanlah merupakan objek transaksi, melainkan berfungsi sebagai jaminan. Ada dua produk perbankan syariah yang termasuk dalam kategori ini, masing-masing adalah : AL HAWALAH AR RAHN
  • 88. AL HAWALAH Pengertian : HAWALAH adalah akad pengalihan hutang-piutang dari suatu pihak kepada pihak lain. Landasan Syariah : “Menunda pembayaran bagi orang yang mampu adalah suatu perbuatan dzalim, dan jika salah seorang dari kamu diikutkan (di-hawalah-kan) kepada orang yang mampu/kaya, maka terimalah hawalah itu”. (HR. Abu Hurairah)
  • 89. AL HAWALAH Rukun Hawalah : Pihak yang berhutang (Muhil) Pihak yang berpiutang (Muhal) Pihak yang menerima pengalihan hutang-piutang (Muhal ‘Alaih) Sighot (Ijab-Qabul)
  • 90. AL HAWALAH Syarat Hawalah : Hutang-piutang yang akan dialihkan jelas jumlahnya. Adanya bukti hutang-piutang antara Muhil dan Muhal. Pengalihan hutang-piutang disepakati oleh pihak-pihak yang terlibat (Muhil, Muhal dan Muhal ‘Alaih).
  • 91. AL HAWALAH Hawalah Dalam Teknis Perbankan Pengertian : HAWALAH adalah akad pengalihan piutang nasabah (muhal) kepada bank (muhal ‘alaih). Nasabah meminta bantuan bank agar membayarkan terlebih dahulu piutangnya atas transaksi yang halal dengan pihak yang berhutang (muhil). Selanjutnya bank akan menagih kepada pihak yang berhutang tersebut. Atas bantuannya membayarkan terlebih dahulu piutang nasabah, bank dapat membebankan fee jasa penagihan yang penetapannya dilakukan dengan memperhatikan besar-kecilnya resiko tidak tertagihnya piutang.
  • 92. AL HAWALAH Hawalah Dalam Teknis Perbankan Aplikasi : Pembiayaan MODAL KERJA Melalui transaksi Anjak Piutang (Factoring).
  • 93. AL HAWALAH Skema Hawalah : Contoh Aplikasi Perbankan PT. Nyiur Melambai (Supplier / Muhal) Bank Syariah “Amanah” (Muhal ‘Alaih) PT. Carefour Ind. (Pembeli / Muhil) Penunjukan Supplier (1) Supply Barang (2) Akad Hawalah (3) Bayar (4) Tagih / Invoice (5) Bayar (6)
  • 94. AR RAHN Pengertian : AR RAHN adalah akad gadai, dimana suatu pihak menyerahkan barang tertentu miliknya kepada pihak lain, dalam rangka memperoleh pinjaman uang yang diperlukannya. Landasan Syariah : QS. Al Baqarah: 283 Dari Anas r.a. berkata : “Rasulullah menggadaikan baju besinya kepada seorang Yahudi di Madinah dan mengambil darinya gandum untuk keluarga beliau”. (HR. Bukhari) Ijma’ Ulama’, akan tetapi ada perselihan tentang disyariatkannya rahn yang tidak dalam perjalanan
  • 95. AR RAHN Rukun Rahn : Pihak yang menggadaikan (Rahin) Pihak yang menerima gadai (Murtahin) Barang yang digadaikan (Marhun) Hutang / pinjaman (Marhun Bih) Sighot (Ijab-Qabul)
  • 96. AR RAHN Syarat Rahn : Pihak yang menggadaikan (Rahin) dan pihak yang menerima gadai (Murtahin) cakap hukum serta sama-sama ikhlas. Pihak yang menggadaikan (Rahin) mempunyai kemampuan untuk mengembalikan pinjaman. Barang yang digadaikan (Marhun) benar-benar milik Rahin dan bebas dari ikatan atau syarat apapun. Jumlah hutang (Marhun Bih) disebutkan dengan jelas.
  • 97. AR RAHN Rahn Dalam Teknis Perbankan RAHN merupakan produk penunjang sebagai alternatif pegadaian, terutama untuk membantu nasabah dalam memenuhi kebutuhan insidentilnya yang mendesak. Bank tidak menarik manfaat apapun, kecuali biaya pemeliharaan dan keamanan atas barang yang digadaikan. Akad Rahn dapat pula diaplikasikan untuk memenuhi permintaan bank akan jaminan tambahan atas suatu pemberian fasilitas pembiayaan kepada nasabah.
  • 98. Hukum-Hukum Barang Gadaian Selama Dalam Status Digadaikan • 1. Biaya barang gadaian/rahin ditanggung oleh pegadai/rahin • Pembiayaan barang gadaian ditanggung oleh pegadai/rahin, mulai makannya, pakaiannya, tempat tinggal atau penyimpanannya, penjaganya, pengawetannya, hingga apa saja yang memerlukan pembiayaan. Ini adalah pendapat Malik dan asy-Syafi’i. Alasannya, pembiayaan tersebut adalah bagian dari nafkah terhadapnya, dan barang tersebut tetap berstatus sebagai miliknya. Dalam hal ini ada sebuah riwayat yang mursal (lemah), • ُ‫ه‬ُ‫م‬ ْ‫ر‬ُ‫غ‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫و‬ ُ‫ه‬ُ‫م‬ْ‫ن‬ُ‫غ‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬ ُ‫ن‬ْ‫ه‬َّ‫الر‬ ُ‫ق‬َ‫ل‬ْ‫غ‬َ‫ي‬ َ‫ال‬ • “Barang gadaian tidak boleh ditutup, miliknyalah keuntungannya dan atasnyalah kerugiannya.” (HR. ad- Daraquthni, Ibnu Hibban, dan al-Baihaqi. Lihat Irwa’ul Ghalil no. 1410)
  • 99. • Namun, banyak ulama yang sependapat dengan kandungan riwayat tersebut karena selaras dengan alasan bahwa barang itu masih menjadi miliknya, sebagaimana apabila berkembang tetap miliknya, ketika berkurang dan membutuhkan biaya pun menjadi tanggungannya. (al-Mughni 6/517, ManarusSabil 2/89, al-Mulakhash al-Fiqhi 2/55)
  • 100. Apabilamurtahinmengeluarkanbiaya, bolehkahia memintaganti kepadarahin? Apabila penggadai mengeluarkan biaya, ada dua kemungkinan: a. Dengan niat sedekah, maka tidak ada hak meminta ganti tentunya. b. Dengan niat meminta kembali, ini pun ada beberapa macam : • Dalam keadaan mungkin untuk meminta izin lantas ia tidak memintanya, maka ia tidak boleh meminta ganti rugi karena ini adalah kesalahannya. • Dalam keadaan mungkin untuk meminta izin dan ia memintanya, maka boleh meminta ganti rugi karena dia di sini ibarat wakil pemilik barang. • Dalam keadaan tidak mungkin meminta izin karena halangan tertentu yang diterima secara syar’i, maka ia boleh meminta ganti rugi karena diamengeluarkan biaya demi menjaga haknya. Bahkan, ia telah berbuat baik kepadapegadai/rahin.(ManarusSabil, 2/89)
  • 101. Murtahin memanfaatkan barang gadaian/rahn • Untuk menerangkan masalah ini, barang gadaian dibagi menjadi dua keadaan : • Pertama, yang tidak membutuhkan biaya, seperti rumah dan perhiasan. Barang jenis ini tidak boleh dimanfaatkan tanpa seizin pegadai/rahin. Bahkan, dengan izin pun tidak boleh dimanfaatkan apabila itu adalah barang gadaian dari sebuah utang, karena memanfaatkannya berarti telah mengambil sebuah manfaat dari utangnya. Sementara itu, kaidah menyebutkan, “Setiap utang yang membawa kepada pengambilan manfaat, maka itu adalah riba.” • Kedua, yang membutuhkan biaya, maka sama dengan sebelumnya. Lain halnya apabila dalam bentuk hewan yang menghasilkan susu dan hewan yang dapat ditunggangi. Para ulama berbeda pendapat dalam hal ini.
  • 102. • Sebagian ulama membolehkan pengambilan manfaat dari susu dan punggungnya walaupun tanpa seizing pegadai/rahin, selama dia mengeluarkan biaya makan hewan tersebut, maka ia dapat memanfaatkan seukuran biayanya. Dalam hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, • َ‫ل‬ َ‫و‬ ،‫ا‬ً‫ن‬‫و‬ُ‫ه‬ ْ‫ر‬َ‫م‬ َ‫ان‬َ‫ك‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬ ِ‫ه‬ِ‫ت‬َ‫ق‬َ‫ف‬َ‫ن‬ِ‫ب‬ ُ‫ب‬َ‫ك‬ ْ‫ر‬ُ‫ي‬ ُ‫ن‬ْ‫ه‬َّ‫الر‬ ِ‫ه‬ِ‫ت‬َ‫ق‬َ‫ف‬َ‫ن‬ِ‫ب‬ ُ‫ب‬ َ‫ر‬ْ‫ش‬ُ‫ي‬ ِ ‫َّر‬‫د‬‫ال‬ ُ‫ن‬َ‫ب‬ ،‫ا‬ً‫ن‬‫و‬ُ‫ه‬ ْ‫ر‬َ‫م‬ َ‫ان‬َ‫ك‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬ ُ‫ة‬َ‫ق‬َ‫ف‬َّ‫ن‬‫ال‬ ُ‫ب‬ َ‫ر‬ْ‫ش‬َ‫ي‬ َ‫و‬ ُ‫ب‬َ‫ك‬ ْ‫ر‬َ‫ي‬ ‫ِى‬‫ذ‬َّ‫ال‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫و‬ • “Barang gadaian dapat ditunggangi dengan member biayanya apabila dalam keadaan tergadai, dan susu juga dapat diminum dengan nafkahnya apabila dalam keadaan tergadai, dan kewajiban yang menaiki dan meminumnya untuk memberi nafkah.” (Shahih, HR. al-Bukhari). • Ini adalah pendapat Ahmad dan Ishaq bin Rahuyah.
  • 103. • Pendapat lain, tidak boleh memanfaatkan barang gadaian tersebut sama sekali. Ini adalah pendapat Abu Hanifah, Malik, dan asy-Syafi’i rahimahumullah. • Pendapat pertama lebih kuat, sesuai dengan teks hadits. Masalah lain, barang gadaian selain yang dapat diambil susunya atau ditunggangi.
  • 104. Rahin memanfaatkan barang gadaian/rahn • Ibnu Qudamah rahimahullah mengatakan, “Tidak boleh bagi pegadai memanfaatkan barang gadaiannya… dan tidak boleh bertransaksi atasnya, baik menyewakan, meminjamkan, atau selain keduanya tanpa keridhaan murtahin. Ini adalah pendapat ats-Tsauri. Adapun menjaga dan memperbaikinya, ini adalah keharusan bagi rahin.”(al-Mughni, 6/516—517)
  • 105. • Akan tetapi, apabila pegadai/ rahin diberi izin oleh murtahin untuk memanfaatkannya, hal ini diperbolehkan. Ini adalah pendapat asy-Syafi’i dan Ibnu Hazm. Dasarnya adalah keumuman hadits Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam, • َ‫ل‬ َ‫و‬ ،‫ا‬ً‫ن‬‫و‬ُ‫ه‬ ْ‫ر‬َ‫م‬ َ‫ان‬َ‫ك‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬ ِ‫ه‬ِ‫ت‬َ‫ق‬َ‫ف‬َ‫ن‬ِ‫ب‬ ُ‫ب‬َ‫ك‬ ْ‫ر‬ُ‫ي‬ ُ‫ن‬ْ‫ه‬َّ‫الر‬ ِ‫ه‬ِ‫ت‬َ‫ق‬َ‫ف‬َ‫ن‬ِ‫ب‬ ُ‫ب‬ َ‫ر‬ْ‫ش‬ُ‫ي‬ ِ ‫َّر‬‫د‬‫ال‬ ُ‫ن‬َ‫ب‬ ،‫ا‬ً‫ن‬‫و‬ُ‫ه‬ ْ‫ر‬َ‫م‬ َ‫ان‬َ‫ك‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬ ُ‫ة‬َ‫ق‬َ‫ف‬َّ‫ن‬‫ال‬ ُ‫ب‬ َ‫ر‬ْ‫ش‬َ‫ي‬ َ‫و‬ ُ‫ب‬َ‫ك‬ ْ‫ر‬َ‫ي‬ ‫ِى‬‫ذ‬َّ‫ال‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫و‬ • “Barang gadaian ditunggangi dengan nafkahnya apabila digadaikan, dan susu hewan yang mengeluarkan susu dapat diminum dengan nafkahnya apabila digadaikan, dan kewajiban yang menunggangi dan meminum adalah member nafkah.” (Shahih, HR. al- Bukhari dan yang lain)
  • 106. • Asy-Syafi’i rahimahullah mengatakan bahwa barang siapa menggadaikan hewan yang dapat diperah dan ditunggangi, ia tidak dihalangi untuk memerah susunya dan menungganginya. Namun, tentu pemanfaatan tersebut selama tidak bermudarat terhadap barang gadaian. (Abhats Hai’ah Kibar Ulama, Bab “ar-Rahn”)
  • 107. Hasil dari rahn • Globalnya, seluruh perkembangan dan hasil dari rahn menjadi barang gadaian di tangan pemegang barang gadaian tersebut, seperti pokoknya. Apabila dibutuhkan untuk dijual maka dijual bersama pokoknya, baik hasil yang berkembang itu tersambung dengan pokoknya -seperti kegemukan atau kepintaran-maupun yang terpisah- seperti penghasilan keterampilan, upah, anak, buah, susu, wol, dan bulu. Pendapat semacam ini yang diambil oleh an-Nakha’i dan asy-Sya’bi. Alasannya, hukum gadai telah tetap pada barang tersebut dengan akad dari pemilik sehingga termasuk di dalamnya perkembangan dan manfaat yang dihasilkannya, sebagaimana kepemilikan dalam hal pembelian dan perkembangan itu adalah perkembangan dari barang gadaian tersebut. (al-Mughni, 6/513) • Masih ada pendapat lain selain pendapat di atas, namun inilah yang rajih.
  • 108. Apabila rahn rusak atau mati • adaian sebagai jaminan atas seluruh utangnya. Namun, kerusakan selama dalam pegangan penggadai/murtahin, siapakah yang menanggungnya? Ada dua kemungkinan. • a. Kerusakan tersebut karena kesengajaan penggadai atau kelalaiannya, maka dia yang menanggungnya. Ibnu Qudamah rahimahullah berkata, “Apabila murtahin melakukan perusakan pada barang gadaian atau menyepelekan penjagaan barang gadaian yang berada dalam pemeliharaannya, dia harus menanggung ganti rugi. Kami tidak mengetahui adanya perbedaan pendapat dalam hal wajibnya ditanggung penggadai. Sebab, ini adalah amanat yang ada di tangannya. Ia juga wajib menggantinya apabila rusak karena kesengajaan atau kelalaiannya, layaknya sebuah barang titipan (wadi’ah).” • b. Apabila rusak tanpa kesengajaan atau kelalaiannya, ia tidak wajib mengganti. Kerusakan ini jika terjadi pada harta pegadai/rahin. Pendapat ini diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib, dan dipegangi oleh Atha’, az-Zuhri, al-Auza’i, asy-Syafi’i, Abu Tsaur, dan Ibnul Mundzir. (al-Mughni, 6/522)
  • 109. Perbedaan utama antara gadai syariah dengan gadai konvensional • Perbedaan utama antara gadai syariah dengan gadai yang haram adalah dalam hal pengenaan bunga. Pegadaian syariah bebas dari bunga, yang ada adalah biaya penitipan barang.
  • 110. • Misalnya seseorang menggadaikan mobilnya dan mendapatkan uang pinjaman sebesar 50 juta. Uang pinjaman ini adalah hutang yang harus dibayarkan pokok dan bunganya. Dan selama pokok pinjaman itu belum dikembalikan, bunganya tetap terus berkembang. Boleh jadi ke depannya jumlah hutangnya sudah membengkak menjadi 100 juta. Beda gadai ini dengan pinjaman uang biasa adalah pada masalah jaminan, di mana dengan digadaikannya mobil itu, pihak yang memberi pinjaman akan lebih mudah mengeluarkan uang pinjaman. Sebab harga mobil itu sudah pasti lebih mahal dari jumlah pinjaman yang diberikan.
  • 111. Perbandingan Gadai dengan Rahn (Gadai Syari’ah) INDIKATOR RAHN (GADAY SYARI’AH) GADAI KONVENSIONAL Konsep Dasar Tolong Menolong (Jasa Pemeliharaan Barang Jaminan) Profit Oriented (Bunga dari Pinjaman Pokok / Biaya Sewa Modal) Jenis Barang Jaminan Barang Bergerak & Tidak Bergerak Hanya Barang Bergerak Beban Biaya Pemeliharaan Bunga (dari pokok pinjaman) Lembaga Bisa Dilakukan Perseorangan Hanya bisa dilakukan oleh lembaga (perum Pegadaian) Perlakuan Di jual (kelebihan dikembalikan kepada yang memiliki barang) Di lelang :
  • 112. Pemanfaatan Barang Yang Digadaikan • Barang yang digadaikan pada dasarnya untuk jaminan pinjaman bukan untuk dikomersilkan • Tidak diperbolehkan bagi murtahin untuk mengambil manfaat dari benda yang digadaikan walaupun atas ijin rahin karena hal itu termasuk Qardun Jara Naf’an dan setiap Qardun Jara Naf’an adalah riba. • Akan tetapi kalau barang yang digadaikan perlu pemeliharaan seperti binatang ternak maka boleh dimanfaatkan dengan diperah susunya atau dijadikan binatang tunggangan
  • 113. PINJAMAN KEBAJIKAN (Non Compensation Financing) Disamping landasan prinsip kesetaraan dan kemitraan, ciri lain perbankan syariah yang cukup menonjol adalah melekatnya prinsip saling membantu, baik dalam berinteraksi dengan nasabah maupun lingkungan sekitar. Hal itu antara lain tercermin dari salah satu produknya, yaitu : AL QARD (Pinjaman Kebajikan)
  • 114. AL QARDH Pengertian : AL QARDH merupakan pinjaman yang diberikan oleh satu pihak kepada pihak lain yang harus dikembalikan pada waktu yang diperjanjikan, namun tanpa disertai imbalan apapun. Pinjaman yang diberikan tersebut adalah dalam rangka saling membantu dan bukan merupakan transaksi komersial.
  • 115. AL QARDH Rukun Qardh : Peminjam (Muqtaridh) Pemilik dana / pemberi pinjaman (Muqridh) Dana yang dipinjamkan (Qardh) Sighot (Ijab-Qabul)
  • 116. AL QARDH Syarat Qardh : Pinjam-meminjam dilandasi oleh i’tikad baik dan kerelaan kedua belah pihak yang berakad. Dana yang dipinjamkan halal dan bermanfaat.
  • 117. AL QARDH Landasan Syariah : “Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak. QS. Al Hadiid (57) : 11 “Barangsiapa yang telah melepaskan saudaranya yang muslim satu dari kesusahan dunia, maka Allah akan membantunya di dunia dan akhirat. Sesungguhnya Allah senantiasa membantu seorang hamba selama hamba tersebut membantu saudaranya”. (HR. Muslim)
  • 118. AL QARDH Landasan Syariah : “Bukan seorang muslim (mereka) yang meminjamkan muslim (lainnya) dua kali kecuali yang satunya adalah (senilai) shadaqoh” (HR. Ibnu Majah). “Aku melihat pada waktu malam di-isra’-kan, pada pintu surga tertulis : Shadaqoh dibalas 10 kali lipat dan Qardh 18 kali. Aku bertanya : “Wahai Jibril mengapa Qardh lebih utama dari shadaqoh ?”. Ia menjawab : “Karena peminta- minta sesuatu dan ia punya, sedangkan yang meminjam tidak akan meminjam kecuali karena keperluan”. (HR. Ibnu Majah).
  • 119. AL QARDH Aplikasi Dalam Perbankan : Merupakan produk pelengkap bagi nasabah dengan track record yang baik, yang membutuhkan dana talangan segera untuk masa yang sangat pendek. Merupakan produk untuk membantu usaha yang sangat kecil atau sektor sosial. Produk untuk sektor ini dikenal dengan istilah Al Qardh Al Hasan. Pengembalian pinjaman dilakukan pada waktu yang diperjanjikan, dengan cara mengangsur atau secara sekaligus. 1. 2. 3.
  • 120. AL QARDH Aplikasi Dalam Perbankan : Mengingat sifatnya yang bukan merupakan transaksi komersial dan tanpa kompensasi, maka Qardh menggunakan sumber dana yang berasal : Untuk membantu kebutuhan dana talangan yang bersifat jangka pendek, digunakan modal bank. Untuk membantu usaha sangat kecil dan keperluan sosial, digunakan dana yang bersumber dari zakat, infaq dan shadaqoh. 4.
  • 121. AL QARDH Skema Qardh : Contoh Aplikasi Perbankan BANK SYARIAH (Muqridh) Akad QARDH USAHA Modal + Keuntungan NASABAH (Muqtaridh) Pinjaman Dana (Qardh) Modal Usaha Pengelolaan Pengembalian Modal 100% Keuntungan (1) (1) (2) (2) (3) (4) (5a) (5)
  • 122. TEORI BAGI HASIL DAN PROFIT MARGIN
  • 123. ManajemenDana EARNINGASSET Lainnya (modal dsb) Prinsip bagi hasil Prinsip jual beli Bagi hasil/laba Margin Penghimpunan dana Penyaluran dana Pendapatan Laporan Laba Rugi Pendapatan Mdh Mutlaqah (Investasi Tidak Terikat) Pendapatan berbasis imbalan (fee base income) Mudharabah Mutlaqah (Investasi Tdk Terikat) Agen : Mdh Muqayyadah / investasi terikat Jasa keuangan: wakalah, kafalah, sharf Tabel Wadiah yad dhamanah Tabel Bagi hasil Mudharib Prinsip Ujroh Sewa
  • 124. SISTEMDAN PERHITUNGANBAGI HASIL • Dari sudut pandang Nasabah sebagai Investor • Mudharabah Muqayyadah off Balance Sheet (Chanelling) • Mudharabah Muqayyadah on Balance Sheet (Executing) • Mudharabah Mutlaqah • Dari sudut Pandangan Bank • Perhitungan Saldo Akhir Bulan • Perhitungan Saldo Rata-rata Harian
  • 125. SKEMA-SKEMAMUDHARABAH Satu Nasabah Investor Bank Syari’ah Satu Pelaksana Usaha Skema Mudharabah Muqayyadah Off Balance Sheet (Channelling) Satu Nasabah Investor Pertanian Skema Mudharabah Muqayyadah On Balance Sheet (executing) berdasar sektor Bank Syari’ah Manufaktur Jasa Satu Nasabah Investor Penjualan Cicilan Skema Mudharabah Muqayyadah On Balance Sheet (executing) berdasar akad yg digunakan Bank Syari’ah Penyewaan Cicilan Kerjasama Usaha
  • 126. SKEMA-SKEMAMUDHARABAH Nasabah 1 Nasabah 2 Nasabah 3 . . Nasabah n Skema Mudharabah Mutlaqah On Balance Sheet Jual Bank Syari’ah Sewa Kerjasama Usaha Penjualan 1 Penjualan 2 . Penjualan n Penyewaan 1 Penyewaan 2 . Penyewaan n Kerjasama 1 Kerjasama 2 . Kerjasama n
  • 127. KASUS MENGHITUNGBUNGA KASUS: Pada tanggal 1 Mei 2002, Bapak Johanes membuka deposito sebesar Rp. 10.000.000, jangka waktu satu bulan, dengan tingkat bunga 9% p.a. Berapa bunga yang diperoleh pada saat jatuh tempo? JAWAB Bunga yang diperoleh bapak Johanes adalah: Rp. 10.000.000 x 31 hari x 9% / 365 hari = Rp. 76.438
  • 128. KASUS BAGI HASIL DEPOSITO KASUS: Bapak Ahmad membuka deposito sebesar Rp. 10.000.000, jangka waktu satu bulan (tanggal 1 Mei s/d 1 Juni 2003), nisbah bagi hasil antara nasabah dan bank 57% : 43%. Jika keuntungan bank yang diperoleh untuk deposito satu bulan per 31 Mei 2003 adalah Rp. 20.000.000 dan total deposito jangka waktu satu bulan adanya Rp. 950.000.000, berapa keuntungan yang diperoleh bapak Ahmad? JAWAB Bagi hasil yang diperoleh bapak Ahmad adalah: (Rp. 10 juta/Rp. 950 juta) x Rp. 20 juta x 57% = Rp. 120.000
  • 130. TABELDISTRIBUSIPENDAPATAN(BAGIHASIL) Jenis Produk Rata-rata Sebulan Saldo Harian Bobot* ) Saldo Rata- rata Tertimbang* *) Distri-busi Distribusi Penyimpan Dana Bank Porsi Pendapatan Porsi Pendapatan (0) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (A) (B) (A)x(B) = (C) (D) (E) (F)=(D)x(E) (G) (H)=(D)x(G) Rekening Giro 10000000 0,700 7000000 D1 0,250 F1 0,750 H1 Rek. Tabungan 60000000 1,000 60000000 D2 0,550 F2 0,450 H2 Deposito Mudharab ah 1 bulan 10000000 0,800 8000000 D3 0,570 F3 0,430 H3 3 bulan 20000000 0,850 17000000 D4 0,600 F4 0,400 H4 6 bulan 5000000 0,900 4500000 D5 0,580 F5 0,420 H5 12 bulan 10000000 1,000 10000000 D6 0,570 F6 0,430 H6 Grand Total 115000000 (B) 106500000 (D) 20000000 (F) (H) Keterangan : D1=C1/Grand Total C x Grand Total D, dst *) Bobot = 1 – (GWM + Excess Reserve + Floating) **) Dalam bank konvensional dikenal dengan loanable funds
  • 131. MENGHITUNGSALDORATA-RATA HARIAN • Saldo rata-rata harian untuk jenis produk funding di bank syari’ah ditentukan sebagai berikut: 1. Menentukan tanggal berapa keuntungan yang diperoleh dari penempatan dana akan dibagi-hasilkan. Misalnya setiap buLan ditentukan pada tanggal 25 bulan ybs, maka pendapatan yang akan dibagihasilkan kepada penyimpan dana adalah pendapatan yang diperoleh sejak tanggal 26 bulan sebelumnya sampai dengan tanggal 25 pada bulan di mana pendapatan tersebut dibagi hasilkan 2. Jumlah hari yang dihitung dalam satu bulan adalah sesuai dengan hitungan kalender. Oleh karena itu, saldo rata-rata harian per bulan dihitung sejak tanggal 26 sampai dengan tanggal 25 bulan berikutnya.
  • 132. MENGHITUNGSALDORATA-RATA HARIAN • Contoh kasus : • Tuan Amir adalah nasabah Bank Syari’ah at-Taqwa, berupa tabungan Mudharabah. Catatan kartu tabungannya menunjukkan transaksi sebagai berikut: Tanggal Debet Kredit Saldo 26/6/02 575.000 575.000 02/7/02 125.000 450.000 10/7/02 250.000 700.000 15/7/02 100.000 600.000 21/7/02 400.000 1.000.000
  • 133. MENGHITUNGSALDORATA-RATA HARIAN • Hitungan saldo rata-rata harian per bulan pada tanggal 25 Juli 2002, sebagai berikut: 1. Tgl. 26/6/02 s/d tgl. 1/7/02 = 6 hari x 575.000 = 3450000 2. Tgl. 02/7/02 s/d tgl. 9/7/02 = 8 hari x 450.000 = 3600000 3. Tgl. 10/7/02 s/d tgl. 14/7/02 = 5 hari x 700.000 = 3500000 4. Tgl. 15/7/02 s/d tgl. 20/7/02 = 6 hari x 600.000 = 3600000 5. Tgl. 21/7/02 s/d tgl. 25/7/02 = 5 hari x 1.000.000= 5000000 Jumlah = 30 hari = 19150000 Saldo rata-rata harian = 19.150.000/30 = 638.333 •Cara perhitungan di atas, juga digunakan untuk menghitung jenis simpanan yang lain. •Jika terjadi penutupan rekening, maka saldo rata-rata yang dihitung adalah sejak tanggal 26 sampai tanggal penutupan rekening tersebut, kemudian dihitung berapa bagi hasilnya
  • 134. PERHITUNGANBAGI HASIL POLABARU Kelebihan cara ini: Penyertaan dana shohibul maal dalam investasi dikoreksi dengan GWM Bobot dihilangkan/diseragamkan = 1 Cara perhitungan relatif lebih mudah Mempermudah perencanaan Penggunaan ekuivalent rate hasil investasi per-Rp. 1000 dana nasabah Penetapan Pendapatan yang akan dibagihasikan: Jenis dan Jumlah Perhitungan Hasil Investasi untuk setiap rupiah 1000 dana nasabah Distribusi ke tiap nasabah
  • 135. CONTOH: PerhitunganBagi Hasil Pola Baru Apabila bank syari’ah mampu mengumpulkan dana pihak ketiga (DPK) sebanyak Rp. 90.000.000. DPK yang dapat disalurkan pada pembiayaan sebanyak Rp. 85.500.000 (karena ada Giro Wajib Minumum sebesar 5%). Pembiayaan yang harus disalurkan ke masyarakat sebanyak Rp. 100.000.000. Dari pembiayaan Rp. 100.000.000 diperoleh pendapatan dari penyaluran pembiayaan sebesar Rp. 6.000.000. Nisbah bagi hasil 65% (nasabah): 35% (bank). Saldo rata-rata harian dana nasabah (Pak Amir) sebesar Rp. 1.000.000. (1) Berapa pendapatan bagi setiap Rp. 1000 dana nasabah? (2) Berapa pendapatan bagi hasil pak Amir?
  • 136. CONTOH: PerhitunganBagi Hasil Pola Baru Dana Pihak Ketiga (DPK Mudharabah) A 90,000,000.00 DPK yang disalurkan untuk Pembiayaan B 85,500,000.00 (= DPK x (1 - GWM) --> GWM = 5%) Pembiayaan Yang Disalurkan C 100,000,000.00 Dana Bank 14,500,000.00 Pendapatan dari Penyaluran Pembiayaan D 6,000,000.00 Pendapatan bagi setiap Rp. 1000 DPK E 57.00 E= B/C * D * 1/A * 1000
  • 137. CONTOH: PerhitunganBagi Hasil Pola Baru Pendapatan Investasi untuk setiap Rp. 1000 E 57.00 DPK Mudharabah Saldo rata-rata Harian Nasabah F 1,000,000.00 Nisbah Bagi Hasil G 65 Porsi Bagi Hasil untuk Nasabah bulan ini H 37,050.00 H= E/1000 * F * G/100 Dari hasil perhitungan di atas, ditemukan pendapatan nasabah untuk bulan ini dengan dananya sebesar Rp. 1.000.000, bagi hasilnya sebesar Rp. 37,050.00
  • 138. PENENTUANNISBAHBAGIHASIL Nisbah bagi hasil dihitung berdasarkan profit sharing dari usaha pengadaan kacang kedelai yang dibiayai dengan fasilitas Mudharabah Muqayyadah sebesar Rp. 125.000.000, dengan data sebagai berikut: Harga Jual Kacang Kedelai = Rp. 2.150/kg Harga jual kepada nasabah = setara 16% p.a Volume Penjualan Kedelai per bulan = 65.000 kg Nilai Penjualan (65.000 x Rp. 2.150) = Rp. 139.750.000 Harga Pokok Pembelian = Rp. 125.000.000 Laba penjualan kedelai = Rp. 14.750.000 Berapa Nisbah bagi hasilnya?
  • 139. PENENTUANNISBAHPEMBIAYAAN Perhitungan Nisbah: Volume Penjualan = 65.000 kg Profit Margin (Rp. 14.750.000/139.750.000)x 100% = 10,55% Lama Piutang (data neraca 31-07-2003) = 65 hari Lama persediaan (data neraca 31-08-2003) = 2 hari Lama hutang dagang (pembayaran ke suplier & carry) = 0 Cash to cash periode = 360/(DI+DR-DP) = 5,4 DI= Days Inventories; DR= Days Receivable; DP= Days Payable Profit margin per tahun = 5,4 x 10,55 = 57% Nisbah Bank Syari’ah: (16%)/(57%)x100% = 28% Nisbah untuk Nasabah: 100% - 28% = 72%
  • 140. CONTOH: PerhitunganBagiHasilPembiayaan Seorang nasabah mengajukan pembiayaan untuk modal kerja dagang sebesar Rp. 100.000.000 selama 1 tahun, dengan perbandingan bagi hasil antara nasabah dan bank 60 : 40 %. Bagaimana cara perhitungannya?
  • 141. Penyelesaian Pertama : Kasus Perhitungan Bagi Hasil Mudharabah Bulan Laba Usaha Bagian Bank 40 % Bagian Nasabah 60 % Cicilan Pokok Total Setoran 1. 6.000.000 2.400.000 3.600.000 2.400.000 2. 7.000.000 2.800.000 4.200.000 2.800.000 3. 4.000.000 1.600.000 2.400.000 1.600.000 4. 4.500.000 1.800.000 2.700.000 1.800.000 5. 5.000.000 2.000.000 3.000.000 2.000.000 6. 5.500.000 2.200.000 3.300.000 2.200.000 7. 6.000.000 2.400.000 3.600.000 2.400.000 8. 5.400.000 2.160.000 3.240.000 2.160.000 9. 9.000.000 3.600.000 5.400.000 3.600.000 10. 5.700.000 2.280.000 3,420.000 2.280.000 11. 4.700.000 1.880.000 2.820.000 1.880.000 12. 3.500.000 1.400.000 2.100.000 100.000.000 1.400.000 Total 66.300.000 26.520.000 39.780.000 100.000.000 126.520.000 % dari Hasil Usaha 0,40 0,60 % dari Modal 26,52 39.78
  • 143. PENENTUAN RETURN PEMBIAYAAN • Mark-up Pricing  Biaya produksi • Target-Return Pricing  ROI (Return on Investment) • Perceived-Value Pricing  persepsi nasabah • Value Pricing  ono rego ono rupo • Going Rate Pricing  tingkat bunga yang berlaku
  • 144. Penentuan Harga dalam Pembiayaan Syari’ah • Penentuan harga dalam pembiayaan di bank syari’ah dapat menggunakan salah satu di antara lima model tersebut di atas • Namun yang lazim digunakan oleh bank syari’ah saat ini adalah dengan menggunakan metode going rate pricing, yaitu menggunakan tingkat suku bunga pasar sebagai rujukan (benchmark). Mengapa diterapkan? Karena bank syari’ah berkompetisi dengan bank konvensional. Di samping itu bank syari’ah juga berkeinginan untuk mendapatkan customer yang bersifat floating customer.
  • 145. Penerapan Mark-up Pricing dalam Pembiayaan Syari’ah • Mark-up pricing hanya tepat jika digunakan untuk pembiayaan yang sumber dananya dari Restricted Investment Account (RIA) atau Mudharabah Muqayyadah.
  • 146. Penerapan Target-Return Pricing dalam Pembiayaan Syari’ah • Bank syari’ah beroperasi dengan tidak menggunakan bunga, di dalamnya juga diklasifikasikan akad yang menghasilkan keuntungan secara pasti, disebut natural certainty contract, dan akad yang menghasilkan keuntungan yang tidak pasti, disebut natural uncertainty contract. • Jika pembiayaan dilakukan dengan akad natural certainty contract, maka metode yang digunakan adalah required profit rate (rpr) • rpr = n. v (n = tingkat keuntungan dalam transaksi tunai; v = jumlah transaksi dalam satu periode • Jika pembiayaan dilakukan dengan akad natural uncertainty contract, maka metode yang digunakan adalah expected profit rate (epr) • epr diperoleh berdasarkan: (1) tingkat keuntungan rata-rata pada industri sejenis; (2) pertumbuhan ekonomi; (3) dihitung dari nilai rpr yang berlaku di bank yang bersangkutan; • Perhitungannya: • Nisbah bank = epr/actual return bisnis yang dibiayai * 100% • Aktual return bank = nsibah bank + aktual return bisnis
  • 147. Menentukan Profit Margin 1. Harga Jual Bank = Harga Beli + (Harga beli * % * Waktu)  Gharar = 150000000 + (150jt* 10%* 2 th) = 120 2. Harga Jual Bank = Harga Beli Bank + Cost Recovery + Keuntungan Cost Recovery = (Pemby MRB/Estimasi Tot Pemby) x Estimasi Biaya Ops 1 Tahun Mark Up/Profit Margin = Persentase x Pembiayaan Cost Recovery + keuntungan Margin dalam % = ----------------------------------------- x 100% Harga Barang di Toko
  • 148. Menentukan Profit Margin Data pembiayaan Estimasi Tot Pembiayaan = 5 milyar Required Profit Rate = 10% (Pricing) Estimasi biaya operasi 1 th = 200000000 Masa pembiayaan = 2 tahun Harga Pokok Mobil = 150000000 Uang Muka = 30000000 Kekurangan Bank = 120000000 Cost Recovery = 120 jt/5 mil x 200 jt = 4.800.000 Mark up = 10% x 120 jt = 12.000.000 Harga jual = 120 juta + (1 x 4.800.000) + 12 jt = 136.800.000 Jika menggunakan waktu 2 tahun, maka: Harga jual = 120 juta + (2 x 4.800.000) + 12 jt = 141.600.000
  • 149. Menentukan Profit Margin Cost Recovery + keuntungan Margin dalam % = -------------------------------- x 100% Harga Beli Barang di Dealer 4.800.000 + 12.000.000 Margin dalam % = ---------------------------------- x 100% 150.000.000 = 11,2% Margin per bulan= 11,2%/12 = 0,933
  • 150. Demikian ……………. TERIMA KASIH Atas perhatian dan kebersamaannya …….