SlideShare a Scribd company logo
1 of 33
Panduan Latihan Penajaman RPLP:
Kajian Risiko Bencana Kebakaran
Panduan sederhana ini bertujuan untuk memperoleh gambaran risiko bencana yang ada di lokasi dampingan KOTAKU. Pengukuran
tidak perlu bersifat akademis dan rigid, namun dapat dilakukan dengan observasi, wawancara pengalaman dan persepsi masyarakat
setempat. Apabila ada, dilengkapi dengan informasi/data/kajian dari maupun konsultasi dengan lembaga yang menekuni
kebencanaan. Panduan ini dibuat untuk melakukan kajian di tingkat kelurahan, sebagai salah satu upaya kesinambungan dengan
RPLP.
Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan
akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu
yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam,
hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan
harta, dan gangguan kegiatan masyarakat (UU 24/2007).
Unsur utama risiko bencana adalah Ancaman, Kerentanan, dan
Kapasitas. Risiko bencana berbanding lurus dengan Ancaman
dan Kerentanan, serta berbanding terbalik dengan Kapasitas
Apa itu Risiko Bencana?
Ancaman adalah suatu kejadian yang mempunyai potensi
untuk menyebabkan terjadinya cedera, hilangnya nyawa atau
kehilangan harta benda. Ancaman ini bisa menimbulkan
bencana maupun tidak. Ancaman dianggap sebuah bencana
(disaster) apabila telah menimbulkan korban dan kerugian.
Contoh ancaman: kebakaran, tanah longsor, gempa,
kekeringan, banjir, dll.
Kerentanan adalah suatu kondisi dari suatu komunitas atau
masyarakat yang mengarah atau menyebabkan
ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman bencana.
Kapasitas adalah kombinasi dari semua sumber daya yang
ada dalam suatu masyarakat yang dapat mengurangi tingkat
risiko atau dampak bencana.
Kajian Risiko Bencana dalam RPLP
Permukiman kumuh cenderung memiliki karakteristik yang kerentanannya tinggi terhadap bencana dan kapasitasnya rendah. Kajian
risiko bencana dalam RPLP bertujuan agar upaya penataan lingkungan permukiman, baik melalui kegiatan fisik, sosial, dan ekonomi,
dilakukan selaras dengan upaya pengurangan risiko bencana. RPLP yang telah dipengaruhi oleh kajian risiko bencana pun dapat
menjadi input dalam penyusunan RP2KPKP yang lebih proaktif dalam pengurangan risiko bencana.
Menyiapkan
Peta dan
Daftar
Ancaman
Setempat
Analisis
Risiko
Bencana
berdasarkan
Jenis
Ancaman
Overlay
Risiko
Seluruh
Ancaman
dan
Rekomendas
i Tindak
Lanjut
A-B-C Kajian Risiko Bencana
RPLP
A B C
Menyiapkan
Peta dan
Daftar
Ancaman
Setempat
Analisis
Risiko
Bencana
berdasarkan
Jenis
Ancaman
Overlay
Risiko
Seluruh
Ancaman
dan
Rekomendas
i Tindak
Lanjut
A B C
1. Peta untuk Kertas Kerja
Siapkan peta kelurahan dan delineasi wilayah kumuh sebagai kertas kerja proses
selanjutnya.
Lengkapi dengan informasi fitur fisik seperti sungai, pantai, embung, kontur, dll (bila
ada).
2. Daftar Ancaman
Buatlah daftar jenis ancaman yang ada di kelurahan. Pilihan sumbernya:
• RTRW, aplikasi InaRisk Personal, atau Rencana Penanggulangan Bencana
(bila ada)
• Pengalaman warga setempat
• Konsultasi dengan BPBD, praktisi, atau akademisi terkait
Tips:
Untuk praktik tatap muka, peta dicetak berukuran lebih besar dari A1.
Untuk praktik secara daring, dapat menggunakan GIS (bila ada).
Menyiapkan
Peta dan
Daftar
Ancaman
Setempat
Analisis
Risiko
Bencana
berdasarkan
Jenis
Ancaman
Overlay
Risiko
Seluruh
Ancaman
dan
Rekomendas
i Tindak
Lanjut
A B C
Untuk Tugas Pra-pelatihan, risiko bencana yang
akan dikaji adalah kebakaran saja, sehingga
cukup melakukan sampai Tahap B untuk
Kebakaran.
Tahap B untuk
Risiko Kebakaran
1. Ancaman Kebakaran (Peta Skala Kelurahan)
Sebaran Lokasi Sumber Ancaman dan Jenis Aktivitas. Tandai di peta, lokasi-lokasi sumber
ancaman dan beri keterangan jenis aktivitas sumber ancaman (mis. kegiatan industri
skala besar, kegiatan UMKM yang menggunakan bahan mudah terbakar, aktivitas
memasak di rumah, aktivitas membakar sampah, dll).
Jangkauan Dampak
Ancaman. Arsir perkiraan
jangkauan dampak
ancaman kebakaran untuk
setiap sumber ancaman.
Contoh Peta Ancaman Kebakaran
Industri
besar
UMKM
Batik
RT:
Memasak,
Korsleting
Apa artinya?
1. Kebakaran perlu dicegah di sumber ancaman.
Pelaku aktivitas yang berpotensi menjadi sumber
kebakaran perlu memperhatikan penggunaan
peralatan atau bahan terkait aktivitasnya.
2. Alat pemadam api dan sumber air perlu dipastikan
ada di dekat sumber ancaman.
3. Warga yang tinggal di dalam jangkauan dampak
kebakaran perlu ditingkatkan kesadarannya dan
kesiapsiagaannya.
Contoh Peta Ancaman Kebakaran
Contoh Peta Ancaman Kebakaran Kelurahan Kedunglumbu
Sumber: Tim Koordinator Kota Surakarta
Contoh Peta Ancaman Kebakaran Kelurahan Karang Asam Ilir
Sumber: Tim Koordinator Kota Samarinda
Ancaman Kebakaran (Tabel Rekap Tiap Delineasi Kumuh)
Tabel ini merekap berbagai jenis aktivitas yang ada di kelurahan yang berpotensi menjadi
sumber kebakaran, intensitasnya, dan jangkauan dampaknya. Potensi intensitas
kebakaran setiap jenis aktivitas dinilai relatif satu sama lain (1=rendah, 2=sedang,
3=tinggi). Sumber kebakaran dapat berada di dalam delineasi kumuh (internal) maupun
di luar delineasi kumuh (eksternal). Dampak kebakaran pun dapat berada di dalam
delineasi kumuh (internal) maupun di luar delineasi kumuh (eksternal).
Jenis Aktivitas Setempat yang
Berpotensi Sumber Kebakaran
Intensitas
(1/2/3)
Lokasi Sumber Ancaman
(internal/eksternal)
Jangkauan Dampak Kebakaran
(internal/eksternal)
Catatan Rekomendasi untuk
Mengelola Aktivitas yang
Berpotensi menjadi Sumber
Kebakaran
Memasak 2 Internal Internal
Korsleting 1 Internal Internal
UMKM Batik 2 Internal Internal
Industri Besar 3 Eksternal Internal
Contoh Tabel Rekap Ancaman Kebakaran di Delineasi Kumuh xxxx Kelurahan xxxx
2. Kerentanan Terhadap Kebakaran (Peta Skala Kelurahan)
Semakin tinggi kerentanan, semakin tinggi risiko kebakaran.
Tandai/arsir di peta kelurahan, kemudian overlay dengan Peta Ancaman:
Kerentanan Sosial:
Tingkat kepadatan penduduk tiap RT/RW (rendah-sedang-tinggi)
Kerentanan Ekonomi:
Tingkat perekonomian tiap RT/RW (rendah-sedang-tinggi)
(dapat dilakukan pendekatan dari rata-rata pendapatan atau %MBR)
Kerentanan Fisik:
Lokasi-lokasi dengan kepadatan bangunan tinggi
Lokasi-lokasi dengan material bangunan mudah terbakar
Apa artinya?
Dari proses ini, dapat diketahui di titik mana saja di kelurahan ini yang
perlu diprioritaskan penurunan tingkat kerentanannya. Contoh upaya
penurunan kerentanan dalam jangka panjang: meningkatkan daya
tahan ekonomi warga, menambah ruang terbuka hijau, memastikan
jalur evakuasi bebas hambatan, dll.
Contoh Peta Kerentanan Terhadap Kebakaran
(sebelum di-overlay dengan Peta Ancaman)
Contoh Peta Kerentanan Kebakaran
Contoh Peta Kerentanan Fisik untuk aspek Kepadatan Bangunan (Kiri)
dan Dinding Bangunan (Kanan) Kelurahan Karangwaru
Sumber: Tim Koordinator Kota Yogyakarta
Kerentanan Terhadap Kebakaran (Tabel Rekap Tiap Delineasi Kumuh)
Tabel ini merekap nilai kerentanan di setiap delineasi kumuh di dalam kelurahan. Klasifikasi
kerentanan dinilai berdasarkan kondisi/karakteristik lingkungan yang mengurangi
kemampuan masyarakat dalam menghadapi bencana. Semakin besar pengaruh dari
aspek tersebut dalam mengurangi kemampuan dalam menghadapi bencana, maka
semakin tinggi nilai kerentanannya.
Jenis Kerentanan Nilai Kerentanan (1/2/3) Catatan
Tingkat kepadatan penduduk 2
Tingkat perekonomian 3
Tingkat kepadatan bangunan 2
Tingkat keberadaan material bangunan mudah terbakar 3
Kriteria lainnya, jika data pendukung ada (lihat halaman
berikut)
Contoh Tabel Rekap Kerentanan Terhadap Kebakaran di Delineasi Kumuh Kelurahan xxxx
Referensi Kerentanan Terhadap Kebakaran
Tergantung kelengkapan dan tingkat kedetilan
data yang tersedia, berikut ini contoh kriteria
yang dapat dilakukan untuk analisis
kerentanan (opsional).
Contoh Kriteria Kerentanan Sosial dan Ekonomi
Variabel Klasifikasi Nilai Kerentanan
Kepadatan Penduduk (jiwa/ha,
jiwa/RW atau jiwa/RT)
Rendah 1 - Rendah
Sedang 2 - Sedang
Tinggi 3 - Tinggi
Keberadaan Kelompok Rentan
mis. Balita, Lansia, Penyandang
Disabilitas (jiwa/RW atau
jiwa/RT)
Rendah 1 - Rendah
Sedang 2 - Sedang
Tinggi 3 - Tinggi
Sumber Mata Pencaharian Tidak Terganggu 1 - Rendah
Cukup Terganggu 2 - Sedang
Sangat
Terganggu
3 - Tinggi
Pendapatan Tinggi 1 - Rendah
Sedang 2 - Sedang
Rendah 3 - Tinggi
Kemungkinan Kehilangan atau
Kerusakan Aset/ Properti
Tidak Mengalami 1 - Rendah
Mengalami, tapi
Tidak Parah
2 - Sedang
Parah 3 - Tinggi
Variabel Klasifikasi Nilai
Kerentanan
Kepadatan
Bangunan
<50% 1 - Rendah
50-75% 2 - Sedang
>75% 3 - Tinggi
Material
Bangunan
(Jenis Atap)
Semen, Seng, Genteng tanah liat dan seng, genteng tanah
liat
1 - Rendah
Plastik dan seng, Batu bata dan semen, Bilik dan seng,
Genteng tanah liat dan asbes, Genteng tanah liat dan
plastik, Plastik dan seng
2 - Sedang
Asbes, Kayu, Plastik 3 - Tinggi
Material
Bangunan
(Jenis
Dinding)
batu bata; batu bata dan semen; batu bata, semen, keramik;
batu bata, semen, seng; beton; kaca; keramik; semen; seng
1 - Rendah
Batubata, semen, bambu; batubata, semen, bilik; batubata,
semen, kayu; batubata, semen, lembaran seng; batubata,
semen, triplek; batubata, semen, plastik; kayu dan seng
2 - Sedang
bilik; kayu; kayu dan bilik; 3 - Tinggi
Contoh Kriteria Kerentanan Fisik
3. Kapasitas Menghadapi Kebakaran (Peta Skala Kelurahan)
Semakin tinggi kapasitas, semakin rendah risiko kebakaran.
Tandai/arsir di peta kelurahan, kemudian overlay dengan Peta Ancaman & Kerentanan:
• Cakupan pelayanan lembaga/komunitas yang berkapasitas dalam penanggulangan
kebakaran (mis. Damkar, tagana)
• Lebar jalan/aksesibilitas bagi pemadam kebakaran (>3,5 meter; <3,5 meter)
• Jarak dari sumber air (termasuk hidran) (<100 meter; >100 meter)
• Ruang terbuka publik (ada dan cukup luas, ada namun sempit, tidak ada)
Apa artinya?
Dari proses ini, dapat teridentifikasi lokasi-lokasi mana saja yang
berpotensi terkena dampak kebakaran, kerentanan tinggi dan belum
memiliki kapasitas cukup untuk merespon kebakaran. Di lokasi tersebut,
perlu diprioritaskan penambahan kapasitas pelayanan respon
kebakaran dan peningkatan kesiapsiagaan warga.
Kapasitas Menghadapi Kebakaran (Tabel Rekap Tiap Delineasi Kumuh)
Tabel ini merekap nilai kapasitas di setiap delineasi kumuh di dalam kelurahan.
Jenis Kapasitas Nilai Kapasitas (1 = rendah; 3 = tinggi) Catatan
Terlayani lembaga/komunitas yang berkapasitas dalam
penanggulangan kebakaran
1 (tidak terlayani) Nama lembaga: xxxxx
Komunitas tidak aktif, dll
Tingkat aksesibilitas jalan bagi pemadam kebakaran 1 (tidak terlayani)
Jarak ke sumber air (termasuk hidran) 2 (sebagian terlayani) Yang belum terlayani ada di xxxxxx
Keberadaan ruang terbuka publik 3 (ada dan cukup luas)
Contoh Tabel Rekap Kapasitas Menghadapi Kebakaran di Delineasi Kumuh xxxx Kelurahan xxxx
Referensi Kapasitas Menghadapi Kebakaran
Tergantung kelengkapan dan tingkat kedetilan
data yang tersedia, berikut ini contoh kriteria
yang dapat dilakukan untuk analisis kapasitas.
Jarak dari Sumber Air (termasuk Hidran)
Lebar Jalan/ Aksesibilitas bagi Pemadam Kebakaran
Lebar Jalan Keterangan Klasifikasi
>3,5 m Terlayani 3
< 3,5 m Tidak Terlayani 1
*Lebar akses mobil pemadam kebakaran = 3,5 m.
Klasifikasi bisa disesuaikan jika ada motor damkar.
Sumber Air Keterangan Klasifikasi
< 100m dari sumber air Terlayani 3
> 100m dari sumber air Tidak Terlayani 1
Contoh Peta Kapasitas Kebakaran – Jarak dari
Sumber Air
(sebelum di-overlay dengan Peta Ancaman-
Contoh Peta Kapasitas Kebakaran
Contoh Peta Kapasitas Kebakaran Kelurahan Karang Asam Ilir
Sumber: Tim Koordinator Kota Samarinda
Contoh Peta Kapasitas Kebakaran Kelurahan Mantul
Sumber: Tim Koordinator Kota Banjarmasin
4. Peta Risiko Bencana Kebakaran Kelurahan
Setelah selesai melakukan pemetaan ancaman, kerentanan, dan kapasitas, akan diperoleh
satu Peta Risiko Bencana Kebakaran seperti berikut ini :
Contoh Peta Risiko Kebakaran di Kelurahan Kuwung-Denpasar
Sumber: Tim Koordinator Kota Denpasar
Contoh Peta Risiko Kebakaran di Kelurahan Alung Banoa-Manado
Sumber: Tim Koordinator Kota Manado
Setelah memperoleh risiko bencana, maka selanjutnya dapat dirumuskan bersama
apa saja upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko yang ada, sambil
meningkatkan kualitas permukiman kumuh dan pencegahan kumuh di Delineasi
Kumuh xxx.
Kesimpulan Latihan Penajaman RPLP:
Rekomendasi Pengurangan Risiko Bencana Kebakaran di Delineasi Kumuh xxx
Kelurahan xxxx
2. Hal yang perlu dikonsolidasikan dengan tingkat
kota:
1. Rekomendasi hal yang perlu diperhatikan di delineasi kumuh xxxx ketika menyusun
perencanaan dan desain teknis:
• Ancaman
• Semakin tinggi nilai ancaman akan meningkatkan risiko bencana karena dapat mengganggu
kehidupan manusia, meningkatkan kerugian dan kerusukan lingkungan. Artinya segala pembangunan
dan aktivitas yang ada di wilayah dengan ancaman tinggi perlu dikurangi dan perlu meningkatkan
kesadaran masyarakat di wilayah tersebut untuk menghadapi ancaman yang ada.
• Kerentanan
• Apabila dalam suatu wilayah memiliki nilai kerentanan yang tinggi maka akan mengakibatkan
elemen risiko untuk terpapar bahaya menjadi semakin besar dan kemudian akan meningkatkan
risiko bencana.
• Kapasitas
• Apabila skor kapasitas tinggi menunjukkan bahwa masyarakat memiliki kemampuan untuk
mengantisipasi adanya bencana. Artinya risiko bencana semakin dapat dikurangi. Sementara, untuk
daerah dengan skor kapasitas rendah perlu ditingkatkan lagi kapasitasnya.
• Risiko Bencana
• Semakin tinggi nilai risiko bencana menunjukkan bahwa daerah tersebut memiliki potensi ancaman
dan kerentanan yang tinggi namun memiliki kapasitas yang rendah. Artinya masyarkat di daerah
tersebut tidak memiliki kemampunan/tindakan untuk mengurangi korban jiwa,kerugian harta
benda atau kerusakan lingkungan.
Hubungan Ancaman, Kerentanan, Kapasitas, dan Risiko Bencana
Tahap Operasionalisasi
Pengurangan Risiko Bencana
Kebakaran
1. Ruang Terbuka Publik sebagai Titik Kumpul dan Jalur
Evakuasi
• Ruang terbuka publik sebagai titik kumpul ketika terjadi bencana, beserta petunjuk arahnya merupakan elemen
penting dalam perencanaan tanggap darurat.
• Syarat penentuan titik kumpul antara lain :
1. Areal terbuka;
2. Mudah diakses oleh korban ataupun penolong;
3. Terlindungi dari jangkauan bahaya langsung / tidak langsung dari bencana;
4. Tersedia tempat sementara bagi kelompok rentan (lansia, bayi, ibu hamil, difabel);
5. Kemudahan akses mobilisasi;
6. Tersedia sarana komunikasi;
7. Tersedia sarana pertolongan pertama
Jalur Evakuasi dan Peta Rawan Bencana
• Selain menentukan ruang terbuka public sebagai titik kumpul jika terjadi bencana, perlu juga dilengkapi dengan
rencana jalur evakuasi (menuju ke ruang terbuka public/titik kumpul) dan peta rawan bencana. Jalur evakuasi juga
harus dilengkapi dengan tanda jalur evakuasi serta disesuaikan agar ramah dengan penyandang disabilitas.
Sumber : Desa Sumberharjo, Kab Pacitan
Gambar Fitur teknis dan
ukuran yang
direkomendasikan untuk
ramp yang dilengkapi
dengan hand railing
berdasarkan Standar ADA
Gambar Ilustrasi Perencanaan pegangan khusus untuk penyandang
disabilitas sebagai penuntun menuju titik kumpul evakuasi.
(Sumber: Tim Koordinator Kota Banjarmasin (Kelurahan Mantul)
Buta/penglihatan rendah
Jenis
Disabilitas
Kelengkapan Jalur Evakuasi untuk Penyandang Disabilitas Gambar
Tunanetra
• Pintu keluar harus ditandai dengan karakter taktil yang terletak dengan
benar
• Jalur evakuasi yang dapat digunakan harus dilengkapi dengan simbol
aksesibilitas internasional taktil
• Lantai dilengkapi dengan tactile paving atau guiding block menuju ke
tempat evakuasi
• Dilengkapi dengan tanda alarm bahaya yang dapat didengar dengan
jelas
• Dilengkapi dengan sistem pemandu atau directional sound yang dapat
mengarahkan orang dengan disabiltitas menuju ke pintu keluar.
• Apabila penyandang tunanetra tersebut tidak mampu melakukan evakuasi
mandiri, maka perlu dibantu oleh seseorang yang dapat menjelaskan
cara menuju jalur evakuasi serta menawarkan untuk meletakkan
tangan di bahu atau siku untuk segera menuju ke pintu keluar
Tuli
• Dilengkapi dengan papan pembaca bergerak yang memiliki teks
berwarna terang dan dapat berkedip
• Dapat dibantu seseorang melalui sentuhan dan kontak mata. Dilakukan
dengan cara menjelaskan masalahnya dengan jelas. Gerakan tubuh dan
menunjuk sangat membantu, serta menulis pernyataan singkat jika
orang tersebut tidak mengerti.
• Menawarkan instruksi visual untuk menyarankan rute atau arah
teraman dengan menunjuk ke arah pintu keluar atau peta evakuasi.
• Menawarkan untuk mengawal sampai ke tempat evakuasi
OPERSIONALISASI NON-STUKTURAL
KRITERIA KELENGKAPAN JALUR EVAKUASI BAGI PENYANDANG DISABILITAS
Sumber: NFPA. 2016. Emergency Evacuation Planning Guide for People with Disabilities
Jenis
Disabilitas
Kelengkapan Jalur Evakuasi untuk Penyandang
Disabilitas
Gambar
Tunawicara
• Dilengkapi dengan alarm peringatan bahaya dan suara pemandu
yang mengarahkan ke tempat evakuasi
• Dapat dibantu seseorang melalui sentuhan dan kontak mata.
Dilakukan dengan cara masalahnya dengan jelas. Gerakan tubuh
dan menunjuk sangat membantu, serta menulis pernyataan
singkat jika orang tersebut tidak mengerti.
• Menawarkan instruksi visual untuk menyarankan rute atau arah
teraman dengan menunjuk ke arah pintu keluar atau peta evakuasi.
• Menawarkan untuk mengawal sampai ke tempat evakuasi
Gangguan
mobilitas/Penggu
na kursi roda
• Dilengkapi dengan ramp yaitu jalur evakuasi yang memiliki
kemiriangan tertentu untuk orang yang tidak dapat menggunakan
tangga
• Pedestrian dilengkapi dengan Portal S yang berguna melindungi
pegguna kursi roda
• Dilengkapi dengan alarm peringatan bahaya dan suara pemandu
yang mengarahkan ke tempat evakuasi
• Setiap jalur sirkulasi yang tidak dapat digunakan harus
menyertakan tanda yang mengarahkan orang ke jalur lain yang
dapat digunakan.
• Orang dengan gangguan mobilitas harus diberikan beberapa
bentuk petunjuk tertulis, brosur, atau peta yang menunjukkan
semua rambu arah ke semua jalur sirkulasi yang dapat
digunakan
• Dilengkapi dengan denah bangunan sederhana yang
menunjukkan lokasi dan rute ke jalur sirkulasi
OPERSIONALISASI NON-STUKTURAL
KRITERIA KELENGKAPAN JALUR EVAKUASI BAGI PENYANDANG DISABILITAS
Portal S
Ramp
Sumber: NFPA. 2016. Emergency Evacuation Planning Guide for People with Disabilities
SUMBERDAYA LEMBAGA PENDANAAN
• Lokasi : disesuaikan dengan hasil kajian risiko
• Partisipasi masyarakat (sebagai bentuk
pemberdayaan masyarakat) 🡪 untuk
memperoleh informasi mengenai kondisi,
kebutuhan sikap masyarakat setempat, dan
menumbuhkan kepercayaan proyek atau
program pembangunan
• Pemberdayaan masyarakat : bekerjasama
mempersiapkan kawasan titik kumpul, jalur
evakuasi dan kebutuhannya
• Membangun desa tangguh bencana melalui
program pendampingan masyarakat tingkat
desa seperti sosialisasi mengenai bencana
kebakaran, pelatihan manajemen bencana
kebakaran dengan memanfatkan rth sebagai
tititk kumpul dan jalur evakuasi, mengkaji risiko
bencana kebakaran, membuat alat pendeteksi
kebakaran
• Pelibatan ahli : dalam penentuan lokasi
titik kumpul dan jalur evakuasi yang
sesuai
• Pelibatan swasta dan pemerintah untuk
pendanaan penyiapan jalur evakuasi dan
titik kumpul
• Barisan Pemadam Kebakaran :
melakukan sosialisasi tanggap darurat
kebakaran pada masyarakat dan
sosialisasi arah menuju titik kumpul
• Pelibatan pihak swasta bisa dilakukan
dengan pihak swasta lokal yang berada di
sekitar kawasan permukiman.
• Dalam kelembagaan, pastikan informasi
desa (kelurahan) tangguh terdistribusi
dan ada di setiap lembaga
• Diusulkan dalam Musrembang
(Musyawarah Perencanaan Pembangunan)
• Memasukan dalam anggaran perkotaan
• Bekerja sama dengan program CSR dari
swasta
• Bekerja sama menyiapkan keperluan dalam
pembangunan ruang terbuka public
(pendanaan dari biaya iuran warga/kas
desa)
OPERASIONALISASI NON-STUKTURAL
RUANG TERBUKA PUBLIK SEBAGAI TITIK KUMPUL DAN JALUR EVAKUASI
2. Pembangunan Hidran
Kebakaran
• Pasokan air dalam upaya menanggulangi kebakaran
sangat diperlukan.
• Menurut Permen PU No.20 Tahun 2009, pasokan air
untuk keperluan pemadam kebakaran diperoleh dari
sumber alam salah satunya sungai; maupun buatan
seperti hidran.
• Pasokan air dari sumber alam memiliki permasalahan
pada lokasi yang tidak menentu dengan lokasi kejadian
dan endapan yang terbawa saat proses pemadaman
dapat memperburuk kinerja pompa karena
menyumbat.
• Sedangkan pada hidran, suplai air didapat dari
distribusi air bersih yang mampu menjadi solusi atas
permasalahan tersebut dan lokasi hidran kebakaran
lebih teratur, karena ditentukan berdasarkan lokasi
stratgis kota dan akses jalan serta klasifikasi resiko
kebakaran (Permen PU No.20 Tahun 2009).
SUMBERDAYA LEMBAGA PENDANAAN
• Lokasi : disesuaikan dengan hasil kajian risiko
• Partisipasi masyarakat (sebagai bentuk
pemberdayaan masyarakat) 🡪 untuk
memperoleh informasi mengenai kondisi,
kebutuhan sikap masyarakat setempat, dan
menumbuhkan kepercayaan proyek atau
program pembangunan
• Sosialisi masyarakat terhadap kesadaran
pengurangan risiko bencana kebakaran dan
penggunaan hidran kebakaran
• Membangun desa tangguh bencana melalui
program pendampingan masyarakat tingkat
desa seperti sosialisasi mengenai bencana
kebakaran, pelatihan manajemen bencana
kebakaran dengan menggunakan hidran,
mengkaji risiko bencana kebakaran, membuat
alat pendeteksi kebakaran
• Pelibatan ahli : dalam penentuan lokasi
titik hidran kebakaran
• Pelibatan swasta dan pemerintah untuk
pendanaan
• Barisan Pemadam Kebakaran :
melakukan sosialisasi tanggap darurat
kebakaran pada masyarakat
• Pelibatan pihak swasta bisa dilakukan
dengan pihak swasta lokal yang berada di
sekitar kawasan permukiman.
• Dalam kelembagaan, pastikan informasi
desa (kelurahan) tangguh terdistribusi
dan ada di setiap lembaga
• Diusulkan dalam Musrembang
(Musyawarah Perencanaan Pembangunan)
• Memasukan dalam anggaran pemerintah
perkotaan/provinsi
• Bekerja sama membuat sumber air komunal
(pendanaan dari biaya iuran warga/kas
desa)
OPERSIONALISASI NON-STUKTURAL
HIDRAN KEBAKARAN
3. Sumber Air
Buatan
• Langkah pelaksanaan :
1. Menentukan radius selang dan semburan air dari
sungai dan BPK setempat.
2. Menentukan lokasi peletakan tambahan sumber air
(kolam) pada lokasi yang belum terjangkau radius
BPK dan sungai, dengan menyesuaikan lahan
kosong yang ada.
3. Penambahan jalan pada gang buntu dengan
menyambungkan pada jalan lainnya untuk
mempermudah akses evakuasi dan pemadam.
4. Dilakukan pemetaan jalur kendaraan jenis mobil
dan pick-up yang kemudian dilakukan pemetaan
pencapaian selang dari jalur tersebut.
5. Menambahkan beberapa titik sumber air (kolam)
pada area jalan yang tidak terjangkau selang dari
jalur mobil dan pick-up.
Pembangunan sumber air buatan di lokasi yang tidak
terjangkau
Atas : contoh ilustrasi peta persebaran sumber air
Bawah : ilustrasi fasilitas sumber air/kolam di titik kumpul
SUMBERDAYA LEMBAGA PENDANAAN
• Lokasi : disesuaikan dengan hasil kajian risiko
• Partisipasi masyarakat (sebagai bentuk
pemberdayaan masyarakat) 🡪 untuk
memperoleh informasi mengenai kondisi,
kebutuhan sikap masyarakat setempat, dan
menumbuhkan kepercayaan proyek atau
program pembangunan
• Pemberdayaan masyarakat : bekerja sama
membuat sumber air komunal
• Membangun desa tangguh bencana melalui
program pendampingan masyarakat tingkat
desa seperti sosialisasi mengenai bencana
kebakaran, pelatihan manajemen bencana
kebakaran dengan menggunakan sumber air,
mengkaji risiko bencana kebakaran, membuat
alat pendeteksi kebakaran
• Pelibatan ahli : dalam penentuan lokasi
titik sumber air
• Pelibatan swasta dan pemerintah untuk
pendanaan
• Barisan Pemadam Kebakaran :
melakukan sosialisasi tanggap darurat
kebakaran pada masyarakat
• Pelibatan pihak swasta bisa dilakukan
dengan pihak swasta lokal yang berada di
sekitar kawasan permukiman.
• Dalam kelembagaan, pastikan informasi
desa (kelurahan) tangguh terdistribusi
dan ada di setiap lembaga
• Diusulkan dalam Musrembang
(Musyawarah Perencanaan Pembangunan)
• Memasukan dalam anggaran perkotaan
• Bekerja sama membuat sumber air komunal
(pendanaan dari biaya iuran warga/kas
desa)
OPERSIONALISASI NON-STUKTURAL
SUMBER AIR
4. Perencanaan Ulang Sumber
Kebakaran
Setelah dilakukan pemetaan mengenai sumber kebakaran dalam hal ini contohnya adalah UKM rawan kebakaran,
maka dapat dilakukan dua hal :
2. Penataan ulang atau pemindahan lokasi
sumber kebakaran (contoh UKM yang rawan
kebakaran) ke daerah yang memiliki fasilitas
pemadaman api yang lebih lengkap (dapat diakses
dengan mudah, dekat dengan sumber air), atau di
lokasi yang tidak mempercepat kebakaran yang
terjadi (tidak di lokasi padat permukiman)
1. Melengkapi fasilitas APAR (Alat
Pemadam Api Ringan) di kawasan
sumber rawan kebakaran tersebut
Gambar Ilustrasi kawasan pasar rawan kebakaran (Kiri) dan penataan
ulang Kawasan pasar yang Tangguh dengan bencana kebakaran (Kanan)
Gambar Fasilitas Alat Pemadam Api
Ringan (APAR)
SUMBERDAYA LEMBAGA PENDANAAN
• Lokasi : disesuaikan dengan hasil kajian risiko
• Partisipasi masyarakat (sebagai bentuk
pemberdayaan masyarakat) 🡪 untuk
memperoleh informasi mengenai kondisi,
kebutuhan sikap masyarakat setempat, dan
menumbuhkan kepercayaan proyek atau
program pembangunan
• Pemberdayaan masyarakat : bekerja sama
membuat sumber air komunal
• Membangun desa tangguh bencana melalui
program pendampingan masyarakat tingkat
desa seperti sosialisasi mengenai bencana
kebakaran, pelatihan manajemen bencana
kebakaran dengan menggunakan sumber air,
mengkaji risiko bencana kebakaran, membuat
alat pendeteksi kebakaran
• Pelibatan ahli : dalam penentuan lokasi
untuk memindahkan UKM
• Pelibatan swasta dan pemerintah untuk
pendanaan
• Barisan Pemadam Kebakaran :
melakukan sosialisasi tanggap darurat
kebakaran pada masyarakat
• Pelibatan pihak swasta bisa dilakukan
dengan pihak swasta lokal yang berada di
sekitar kawasan permukiman.
• Dalam kelembagaan, pastikan informasi
desa (kelurahan) tangguh terdistribusi
dan ada di setiap lembaga
• Diusulkan dalam Musrembang
(Musyawarah Perencanaan Pembangunan)
• Memasukan dalam anggaran perkotaan
• Bekerja sama membuat sumber air komunal
(pendanaan dari biaya iuran warga/kas
desa)
OPERSIONALISASI NON-STUKTURAL
SUMBER AIR

More Related Content

Similar to Materi Lengkap Kajian Risiko Bencana Kebakaran.pptx

Pengertian-Mitigasi-Bencana.pptx
Pengertian-Mitigasi-Bencana.pptxPengertian-Mitigasi-Bencana.pptx
Pengertian-Mitigasi-Bencana.pptxkamal722626
 
Konsep Manajemen Bencana.pdf
Konsep Manajemen Bencana.pdfKonsep Manajemen Bencana.pdf
Konsep Manajemen Bencana.pdf3guna
 
Kerentanan Tsunami di Cilegon Banten.pptx
Kerentanan Tsunami di Cilegon Banten.pptxKerentanan Tsunami di Cilegon Banten.pptx
Kerentanan Tsunami di Cilegon Banten.pptxDariusArkwrightHamis
 
Modul 4 analisis resiko
Modul 4 analisis resikoModul 4 analisis resiko
Modul 4 analisis resikoJoni Iswanto
 
Mitigation behaviour sebagai upaya mereduksi dampak perubahan iklim
Mitigation behaviour sebagai upaya mereduksi dampak perubahan iklimMitigation behaviour sebagai upaya mereduksi dampak perubahan iklim
Mitigation behaviour sebagai upaya mereduksi dampak perubahan iklimRizki Yuniartanti
 
244871618 makalah-bencana-geologi
244871618 makalah-bencana-geologi244871618 makalah-bencana-geologi
244871618 makalah-bencana-geologiArdisAgustin
 
Fidel preparedness n mitigation
Fidel preparedness n mitigationFidel preparedness n mitigation
Fidel preparedness n mitigationawakmila
 
KEL_3_ANALISA_RESIKO_BENCANA.pptx
KEL_3_ANALISA_RESIKO_BENCANA.pptxKEL_3_ANALISA_RESIKO_BENCANA.pptx
KEL_3_ANALISA_RESIKO_BENCANA.pptxbaya13
 
Pengertian-tentang-Mitigasi-Bencana-alam.pptx
Pengertian-tentang-Mitigasi-Bencana-alam.pptxPengertian-tentang-Mitigasi-Bencana-alam.pptx
Pengertian-tentang-Mitigasi-Bencana-alam.pptxziaulfatwa2
 
Penanggulangan_Bencana.ppt
Penanggulangan_Bencana.pptPenanggulangan_Bencana.ppt
Penanggulangan_Bencana.pptsadisaputra2
 
PPT DESTANA.pptx
PPT DESTANA.pptxPPT DESTANA.pptx
PPT DESTANA.pptxYuniSafaria
 
Pengelolaan Krisis Pariwisata
Pengelolaan Krisis PariwisataPengelolaan Krisis Pariwisata
Pengelolaan Krisis PariwisataLestari Moerdijat
 
Materi Ringkasan DESTANA & KATANA 2022.pptx
Materi Ringkasan DESTANA & KATANA 2022.pptxMateri Ringkasan DESTANA & KATANA 2022.pptx
Materi Ringkasan DESTANA & KATANA 2022.pptxBoengRyan
 
Makalah Mitigasi Bencana Pesisir - Potensi Bencana Pesisir dan Upaya Mitigasi...
Makalah Mitigasi Bencana Pesisir - Potensi Bencana Pesisir dan Upaya Mitigasi...Makalah Mitigasi Bencana Pesisir - Potensi Bencana Pesisir dan Upaya Mitigasi...
Makalah Mitigasi Bencana Pesisir - Potensi Bencana Pesisir dan Upaya Mitigasi...Luhur Moekti Prayogo
 
Questionnaires needs assessment pacc members
Questionnaires needs assessment pacc membersQuestionnaires needs assessment pacc members
Questionnaires needs assessment pacc membersawakmila
 
MATERI TEMA 1.pptx
MATERI TEMA 1.pptxMATERI TEMA 1.pptx
MATERI TEMA 1.pptxCitraDewi86
 

Similar to Materi Lengkap Kajian Risiko Bencana Kebakaran.pptx (20)

Pengertian-Mitigasi-Bencana.pptx
Pengertian-Mitigasi-Bencana.pptxPengertian-Mitigasi-Bencana.pptx
Pengertian-Mitigasi-Bencana.pptx
 
Konsep Manajemen Bencana.pdf
Konsep Manajemen Bencana.pdfKonsep Manajemen Bencana.pdf
Konsep Manajemen Bencana.pdf
 
Disaster risk reduction
Disaster risk reductionDisaster risk reduction
Disaster risk reduction
 
Kerentanan Tsunami di Cilegon Banten.pptx
Kerentanan Tsunami di Cilegon Banten.pptxKerentanan Tsunami di Cilegon Banten.pptx
Kerentanan Tsunami di Cilegon Banten.pptx
 
Modul 4 analisis resiko
Modul 4 analisis resikoModul 4 analisis resiko
Modul 4 analisis resiko
 
Mitigation behaviour sebagai upaya mereduksi dampak perubahan iklim
Mitigation behaviour sebagai upaya mereduksi dampak perubahan iklimMitigation behaviour sebagai upaya mereduksi dampak perubahan iklim
Mitigation behaviour sebagai upaya mereduksi dampak perubahan iklim
 
244871618 makalah-bencana-geologi
244871618 makalah-bencana-geologi244871618 makalah-bencana-geologi
244871618 makalah-bencana-geologi
 
Fidel preparedness n mitigation
Fidel preparedness n mitigationFidel preparedness n mitigation
Fidel preparedness n mitigation
 
KEL_3_ANALISA_RESIKO_BENCANA.pptx
KEL_3_ANALISA_RESIKO_BENCANA.pptxKEL_3_ANALISA_RESIKO_BENCANA.pptx
KEL_3_ANALISA_RESIKO_BENCANA.pptx
 
Pengertian-tentang-Mitigasi-Bencana-alam.pptx
Pengertian-tentang-Mitigasi-Bencana-alam.pptxPengertian-tentang-Mitigasi-Bencana-alam.pptx
Pengertian-tentang-Mitigasi-Bencana-alam.pptx
 
Penanggulangan_Bencana.ppt
Penanggulangan_Bencana.pptPenanggulangan_Bencana.ppt
Penanggulangan_Bencana.ppt
 
PPT DESTANA.pptx
PPT DESTANA.pptxPPT DESTANA.pptx
PPT DESTANA.pptx
 
Pengelolaan Krisis Pariwisata
Pengelolaan Krisis PariwisataPengelolaan Krisis Pariwisata
Pengelolaan Krisis Pariwisata
 
Keperawatan Bencana.ppt
Keperawatan Bencana.pptKeperawatan Bencana.ppt
Keperawatan Bencana.ppt
 
Materi Ringkasan DESTANA & KATANA 2022.pptx
Materi Ringkasan DESTANA & KATANA 2022.pptxMateri Ringkasan DESTANA & KATANA 2022.pptx
Materi Ringkasan DESTANA & KATANA 2022.pptx
 
Makalah Mitigasi Bencana Pesisir - Potensi Bencana Pesisir dan Upaya Mitigasi...
Makalah Mitigasi Bencana Pesisir - Potensi Bencana Pesisir dan Upaya Mitigasi...Makalah Mitigasi Bencana Pesisir - Potensi Bencana Pesisir dan Upaya Mitigasi...
Makalah Mitigasi Bencana Pesisir - Potensi Bencana Pesisir dan Upaya Mitigasi...
 
PRESENTASI TABALONG.pdf
PRESENTASI TABALONG.pdfPRESENTASI TABALONG.pdf
PRESENTASI TABALONG.pdf
 
Questionnaires needs assessment pacc members
Questionnaires needs assessment pacc membersQuestionnaires needs assessment pacc members
Questionnaires needs assessment pacc members
 
Mitigasi Bencana.pdf
Mitigasi Bencana.pdfMitigasi Bencana.pdf
Mitigasi Bencana.pdf
 
MATERI TEMA 1.pptx
MATERI TEMA 1.pptxMATERI TEMA 1.pptx
MATERI TEMA 1.pptx
 

Recently uploaded

PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptxPPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptxJawahirIhsan
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Kegiatan Komunitas Belajar dalam sekolah .pptx
Kegiatan Komunitas Belajar dalam sekolah .pptxKegiatan Komunitas Belajar dalam sekolah .pptx
Kegiatan Komunitas Belajar dalam sekolah .pptxWulanEnggarAnaskaPut
 
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru PenggerakSkenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerakputus34
 
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdfUAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdfssuser29a952
 
Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...
Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...
Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...luqmanhakimkhairudin
 
Pembahasan Soal Ujian Komprehensif Farmasi Perapotekan
Pembahasan Soal Ujian Komprehensif Farmasi PerapotekanPembahasan Soal Ujian Komprehensif Farmasi Perapotekan
Pembahasan Soal Ujian Komprehensif Farmasi PerapotekanNesha Mutiara
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfIwanSumantri7
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdfSurat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdfEirinELS
 
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASARPPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASARElviraDemona
 
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docxcontoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docxdedyfirgiawan
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxDewiUmbar
 
Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945
Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945
Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945nrein671
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)
Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)
Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)BashoriAlwi4
 
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdfWebinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdfTeukuEriSyahputra
 

Recently uploaded (20)

PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptxPPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Kegiatan Komunitas Belajar dalam sekolah .pptx
Kegiatan Komunitas Belajar dalam sekolah .pptxKegiatan Komunitas Belajar dalam sekolah .pptx
Kegiatan Komunitas Belajar dalam sekolah .pptx
 
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru PenggerakSkenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
 
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdfUAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
 
Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...
Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...
Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...
 
Pembahasan Soal Ujian Komprehensif Farmasi Perapotekan
Pembahasan Soal Ujian Komprehensif Farmasi PerapotekanPembahasan Soal Ujian Komprehensif Farmasi Perapotekan
Pembahasan Soal Ujian Komprehensif Farmasi Perapotekan
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdfSurat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
 
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASARPPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
 
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docxcontoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
 
Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945
Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945
Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)
Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)
Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)
 
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdfWebinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
 

Materi Lengkap Kajian Risiko Bencana Kebakaran.pptx

  • 1. Panduan Latihan Penajaman RPLP: Kajian Risiko Bencana Kebakaran Panduan sederhana ini bertujuan untuk memperoleh gambaran risiko bencana yang ada di lokasi dampingan KOTAKU. Pengukuran tidak perlu bersifat akademis dan rigid, namun dapat dilakukan dengan observasi, wawancara pengalaman dan persepsi masyarakat setempat. Apabila ada, dilengkapi dengan informasi/data/kajian dari maupun konsultasi dengan lembaga yang menekuni kebencanaan. Panduan ini dibuat untuk melakukan kajian di tingkat kelurahan, sebagai salah satu upaya kesinambungan dengan RPLP. Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat (UU 24/2007). Unsur utama risiko bencana adalah Ancaman, Kerentanan, dan Kapasitas. Risiko bencana berbanding lurus dengan Ancaman dan Kerentanan, serta berbanding terbalik dengan Kapasitas Apa itu Risiko Bencana? Ancaman adalah suatu kejadian yang mempunyai potensi untuk menyebabkan terjadinya cedera, hilangnya nyawa atau kehilangan harta benda. Ancaman ini bisa menimbulkan bencana maupun tidak. Ancaman dianggap sebuah bencana (disaster) apabila telah menimbulkan korban dan kerugian. Contoh ancaman: kebakaran, tanah longsor, gempa, kekeringan, banjir, dll. Kerentanan adalah suatu kondisi dari suatu komunitas atau masyarakat yang mengarah atau menyebabkan ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman bencana. Kapasitas adalah kombinasi dari semua sumber daya yang ada dalam suatu masyarakat yang dapat mengurangi tingkat risiko atau dampak bencana. Kajian Risiko Bencana dalam RPLP Permukiman kumuh cenderung memiliki karakteristik yang kerentanannya tinggi terhadap bencana dan kapasitasnya rendah. Kajian risiko bencana dalam RPLP bertujuan agar upaya penataan lingkungan permukiman, baik melalui kegiatan fisik, sosial, dan ekonomi, dilakukan selaras dengan upaya pengurangan risiko bencana. RPLP yang telah dipengaruhi oleh kajian risiko bencana pun dapat menjadi input dalam penyusunan RP2KPKP yang lebih proaktif dalam pengurangan risiko bencana.
  • 4. 1. Peta untuk Kertas Kerja Siapkan peta kelurahan dan delineasi wilayah kumuh sebagai kertas kerja proses selanjutnya. Lengkapi dengan informasi fitur fisik seperti sungai, pantai, embung, kontur, dll (bila ada). 2. Daftar Ancaman Buatlah daftar jenis ancaman yang ada di kelurahan. Pilihan sumbernya: • RTRW, aplikasi InaRisk Personal, atau Rencana Penanggulangan Bencana (bila ada) • Pengalaman warga setempat • Konsultasi dengan BPBD, praktisi, atau akademisi terkait Tips: Untuk praktik tatap muka, peta dicetak berukuran lebih besar dari A1. Untuk praktik secara daring, dapat menggunakan GIS (bila ada).
  • 5. Menyiapkan Peta dan Daftar Ancaman Setempat Analisis Risiko Bencana berdasarkan Jenis Ancaman Overlay Risiko Seluruh Ancaman dan Rekomendas i Tindak Lanjut A B C Untuk Tugas Pra-pelatihan, risiko bencana yang akan dikaji adalah kebakaran saja, sehingga cukup melakukan sampai Tahap B untuk Kebakaran.
  • 7. 1. Ancaman Kebakaran (Peta Skala Kelurahan) Sebaran Lokasi Sumber Ancaman dan Jenis Aktivitas. Tandai di peta, lokasi-lokasi sumber ancaman dan beri keterangan jenis aktivitas sumber ancaman (mis. kegiatan industri skala besar, kegiatan UMKM yang menggunakan bahan mudah terbakar, aktivitas memasak di rumah, aktivitas membakar sampah, dll). Jangkauan Dampak Ancaman. Arsir perkiraan jangkauan dampak ancaman kebakaran untuk setiap sumber ancaman. Contoh Peta Ancaman Kebakaran Industri besar UMKM Batik RT: Memasak, Korsleting Apa artinya? 1. Kebakaran perlu dicegah di sumber ancaman. Pelaku aktivitas yang berpotensi menjadi sumber kebakaran perlu memperhatikan penggunaan peralatan atau bahan terkait aktivitasnya. 2. Alat pemadam api dan sumber air perlu dipastikan ada di dekat sumber ancaman. 3. Warga yang tinggal di dalam jangkauan dampak kebakaran perlu ditingkatkan kesadarannya dan kesiapsiagaannya.
  • 8. Contoh Peta Ancaman Kebakaran Contoh Peta Ancaman Kebakaran Kelurahan Kedunglumbu Sumber: Tim Koordinator Kota Surakarta Contoh Peta Ancaman Kebakaran Kelurahan Karang Asam Ilir Sumber: Tim Koordinator Kota Samarinda
  • 9. Ancaman Kebakaran (Tabel Rekap Tiap Delineasi Kumuh) Tabel ini merekap berbagai jenis aktivitas yang ada di kelurahan yang berpotensi menjadi sumber kebakaran, intensitasnya, dan jangkauan dampaknya. Potensi intensitas kebakaran setiap jenis aktivitas dinilai relatif satu sama lain (1=rendah, 2=sedang, 3=tinggi). Sumber kebakaran dapat berada di dalam delineasi kumuh (internal) maupun di luar delineasi kumuh (eksternal). Dampak kebakaran pun dapat berada di dalam delineasi kumuh (internal) maupun di luar delineasi kumuh (eksternal). Jenis Aktivitas Setempat yang Berpotensi Sumber Kebakaran Intensitas (1/2/3) Lokasi Sumber Ancaman (internal/eksternal) Jangkauan Dampak Kebakaran (internal/eksternal) Catatan Rekomendasi untuk Mengelola Aktivitas yang Berpotensi menjadi Sumber Kebakaran Memasak 2 Internal Internal Korsleting 1 Internal Internal UMKM Batik 2 Internal Internal Industri Besar 3 Eksternal Internal Contoh Tabel Rekap Ancaman Kebakaran di Delineasi Kumuh xxxx Kelurahan xxxx
  • 10. 2. Kerentanan Terhadap Kebakaran (Peta Skala Kelurahan) Semakin tinggi kerentanan, semakin tinggi risiko kebakaran. Tandai/arsir di peta kelurahan, kemudian overlay dengan Peta Ancaman: Kerentanan Sosial: Tingkat kepadatan penduduk tiap RT/RW (rendah-sedang-tinggi) Kerentanan Ekonomi: Tingkat perekonomian tiap RT/RW (rendah-sedang-tinggi) (dapat dilakukan pendekatan dari rata-rata pendapatan atau %MBR) Kerentanan Fisik: Lokasi-lokasi dengan kepadatan bangunan tinggi Lokasi-lokasi dengan material bangunan mudah terbakar Apa artinya? Dari proses ini, dapat diketahui di titik mana saja di kelurahan ini yang perlu diprioritaskan penurunan tingkat kerentanannya. Contoh upaya penurunan kerentanan dalam jangka panjang: meningkatkan daya tahan ekonomi warga, menambah ruang terbuka hijau, memastikan jalur evakuasi bebas hambatan, dll. Contoh Peta Kerentanan Terhadap Kebakaran (sebelum di-overlay dengan Peta Ancaman)
  • 11. Contoh Peta Kerentanan Kebakaran Contoh Peta Kerentanan Fisik untuk aspek Kepadatan Bangunan (Kiri) dan Dinding Bangunan (Kanan) Kelurahan Karangwaru Sumber: Tim Koordinator Kota Yogyakarta
  • 12. Kerentanan Terhadap Kebakaran (Tabel Rekap Tiap Delineasi Kumuh) Tabel ini merekap nilai kerentanan di setiap delineasi kumuh di dalam kelurahan. Klasifikasi kerentanan dinilai berdasarkan kondisi/karakteristik lingkungan yang mengurangi kemampuan masyarakat dalam menghadapi bencana. Semakin besar pengaruh dari aspek tersebut dalam mengurangi kemampuan dalam menghadapi bencana, maka semakin tinggi nilai kerentanannya. Jenis Kerentanan Nilai Kerentanan (1/2/3) Catatan Tingkat kepadatan penduduk 2 Tingkat perekonomian 3 Tingkat kepadatan bangunan 2 Tingkat keberadaan material bangunan mudah terbakar 3 Kriteria lainnya, jika data pendukung ada (lihat halaman berikut) Contoh Tabel Rekap Kerentanan Terhadap Kebakaran di Delineasi Kumuh Kelurahan xxxx
  • 13. Referensi Kerentanan Terhadap Kebakaran Tergantung kelengkapan dan tingkat kedetilan data yang tersedia, berikut ini contoh kriteria yang dapat dilakukan untuk analisis kerentanan (opsional). Contoh Kriteria Kerentanan Sosial dan Ekonomi Variabel Klasifikasi Nilai Kerentanan Kepadatan Penduduk (jiwa/ha, jiwa/RW atau jiwa/RT) Rendah 1 - Rendah Sedang 2 - Sedang Tinggi 3 - Tinggi Keberadaan Kelompok Rentan mis. Balita, Lansia, Penyandang Disabilitas (jiwa/RW atau jiwa/RT) Rendah 1 - Rendah Sedang 2 - Sedang Tinggi 3 - Tinggi Sumber Mata Pencaharian Tidak Terganggu 1 - Rendah Cukup Terganggu 2 - Sedang Sangat Terganggu 3 - Tinggi Pendapatan Tinggi 1 - Rendah Sedang 2 - Sedang Rendah 3 - Tinggi Kemungkinan Kehilangan atau Kerusakan Aset/ Properti Tidak Mengalami 1 - Rendah Mengalami, tapi Tidak Parah 2 - Sedang Parah 3 - Tinggi Variabel Klasifikasi Nilai Kerentanan Kepadatan Bangunan <50% 1 - Rendah 50-75% 2 - Sedang >75% 3 - Tinggi Material Bangunan (Jenis Atap) Semen, Seng, Genteng tanah liat dan seng, genteng tanah liat 1 - Rendah Plastik dan seng, Batu bata dan semen, Bilik dan seng, Genteng tanah liat dan asbes, Genteng tanah liat dan plastik, Plastik dan seng 2 - Sedang Asbes, Kayu, Plastik 3 - Tinggi Material Bangunan (Jenis Dinding) batu bata; batu bata dan semen; batu bata, semen, keramik; batu bata, semen, seng; beton; kaca; keramik; semen; seng 1 - Rendah Batubata, semen, bambu; batubata, semen, bilik; batubata, semen, kayu; batubata, semen, lembaran seng; batubata, semen, triplek; batubata, semen, plastik; kayu dan seng 2 - Sedang bilik; kayu; kayu dan bilik; 3 - Tinggi Contoh Kriteria Kerentanan Fisik
  • 14. 3. Kapasitas Menghadapi Kebakaran (Peta Skala Kelurahan) Semakin tinggi kapasitas, semakin rendah risiko kebakaran. Tandai/arsir di peta kelurahan, kemudian overlay dengan Peta Ancaman & Kerentanan: • Cakupan pelayanan lembaga/komunitas yang berkapasitas dalam penanggulangan kebakaran (mis. Damkar, tagana) • Lebar jalan/aksesibilitas bagi pemadam kebakaran (>3,5 meter; <3,5 meter) • Jarak dari sumber air (termasuk hidran) (<100 meter; >100 meter) • Ruang terbuka publik (ada dan cukup luas, ada namun sempit, tidak ada) Apa artinya? Dari proses ini, dapat teridentifikasi lokasi-lokasi mana saja yang berpotensi terkena dampak kebakaran, kerentanan tinggi dan belum memiliki kapasitas cukup untuk merespon kebakaran. Di lokasi tersebut, perlu diprioritaskan penambahan kapasitas pelayanan respon kebakaran dan peningkatan kesiapsiagaan warga.
  • 15. Kapasitas Menghadapi Kebakaran (Tabel Rekap Tiap Delineasi Kumuh) Tabel ini merekap nilai kapasitas di setiap delineasi kumuh di dalam kelurahan. Jenis Kapasitas Nilai Kapasitas (1 = rendah; 3 = tinggi) Catatan Terlayani lembaga/komunitas yang berkapasitas dalam penanggulangan kebakaran 1 (tidak terlayani) Nama lembaga: xxxxx Komunitas tidak aktif, dll Tingkat aksesibilitas jalan bagi pemadam kebakaran 1 (tidak terlayani) Jarak ke sumber air (termasuk hidran) 2 (sebagian terlayani) Yang belum terlayani ada di xxxxxx Keberadaan ruang terbuka publik 3 (ada dan cukup luas) Contoh Tabel Rekap Kapasitas Menghadapi Kebakaran di Delineasi Kumuh xxxx Kelurahan xxxx
  • 16. Referensi Kapasitas Menghadapi Kebakaran Tergantung kelengkapan dan tingkat kedetilan data yang tersedia, berikut ini contoh kriteria yang dapat dilakukan untuk analisis kapasitas. Jarak dari Sumber Air (termasuk Hidran) Lebar Jalan/ Aksesibilitas bagi Pemadam Kebakaran Lebar Jalan Keterangan Klasifikasi >3,5 m Terlayani 3 < 3,5 m Tidak Terlayani 1 *Lebar akses mobil pemadam kebakaran = 3,5 m. Klasifikasi bisa disesuaikan jika ada motor damkar. Sumber Air Keterangan Klasifikasi < 100m dari sumber air Terlayani 3 > 100m dari sumber air Tidak Terlayani 1 Contoh Peta Kapasitas Kebakaran – Jarak dari Sumber Air (sebelum di-overlay dengan Peta Ancaman-
  • 17. Contoh Peta Kapasitas Kebakaran Contoh Peta Kapasitas Kebakaran Kelurahan Karang Asam Ilir Sumber: Tim Koordinator Kota Samarinda Contoh Peta Kapasitas Kebakaran Kelurahan Mantul Sumber: Tim Koordinator Kota Banjarmasin
  • 18. 4. Peta Risiko Bencana Kebakaran Kelurahan Setelah selesai melakukan pemetaan ancaman, kerentanan, dan kapasitas, akan diperoleh satu Peta Risiko Bencana Kebakaran seperti berikut ini : Contoh Peta Risiko Kebakaran di Kelurahan Kuwung-Denpasar Sumber: Tim Koordinator Kota Denpasar Contoh Peta Risiko Kebakaran di Kelurahan Alung Banoa-Manado Sumber: Tim Koordinator Kota Manado
  • 19. Setelah memperoleh risiko bencana, maka selanjutnya dapat dirumuskan bersama apa saja upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko yang ada, sambil meningkatkan kualitas permukiman kumuh dan pencegahan kumuh di Delineasi Kumuh xxx. Kesimpulan Latihan Penajaman RPLP: Rekomendasi Pengurangan Risiko Bencana Kebakaran di Delineasi Kumuh xxx Kelurahan xxxx 2. Hal yang perlu dikonsolidasikan dengan tingkat kota: 1. Rekomendasi hal yang perlu diperhatikan di delineasi kumuh xxxx ketika menyusun perencanaan dan desain teknis:
  • 20. • Ancaman • Semakin tinggi nilai ancaman akan meningkatkan risiko bencana karena dapat mengganggu kehidupan manusia, meningkatkan kerugian dan kerusukan lingkungan. Artinya segala pembangunan dan aktivitas yang ada di wilayah dengan ancaman tinggi perlu dikurangi dan perlu meningkatkan kesadaran masyarakat di wilayah tersebut untuk menghadapi ancaman yang ada. • Kerentanan • Apabila dalam suatu wilayah memiliki nilai kerentanan yang tinggi maka akan mengakibatkan elemen risiko untuk terpapar bahaya menjadi semakin besar dan kemudian akan meningkatkan risiko bencana. • Kapasitas • Apabila skor kapasitas tinggi menunjukkan bahwa masyarakat memiliki kemampuan untuk mengantisipasi adanya bencana. Artinya risiko bencana semakin dapat dikurangi. Sementara, untuk daerah dengan skor kapasitas rendah perlu ditingkatkan lagi kapasitasnya. • Risiko Bencana • Semakin tinggi nilai risiko bencana menunjukkan bahwa daerah tersebut memiliki potensi ancaman dan kerentanan yang tinggi namun memiliki kapasitas yang rendah. Artinya masyarkat di daerah tersebut tidak memiliki kemampunan/tindakan untuk mengurangi korban jiwa,kerugian harta benda atau kerusakan lingkungan. Hubungan Ancaman, Kerentanan, Kapasitas, dan Risiko Bencana
  • 22.
  • 23. 1. Ruang Terbuka Publik sebagai Titik Kumpul dan Jalur Evakuasi • Ruang terbuka publik sebagai titik kumpul ketika terjadi bencana, beserta petunjuk arahnya merupakan elemen penting dalam perencanaan tanggap darurat. • Syarat penentuan titik kumpul antara lain : 1. Areal terbuka; 2. Mudah diakses oleh korban ataupun penolong; 3. Terlindungi dari jangkauan bahaya langsung / tidak langsung dari bencana; 4. Tersedia tempat sementara bagi kelompok rentan (lansia, bayi, ibu hamil, difabel); 5. Kemudahan akses mobilisasi; 6. Tersedia sarana komunikasi; 7. Tersedia sarana pertolongan pertama
  • 24. Jalur Evakuasi dan Peta Rawan Bencana • Selain menentukan ruang terbuka public sebagai titik kumpul jika terjadi bencana, perlu juga dilengkapi dengan rencana jalur evakuasi (menuju ke ruang terbuka public/titik kumpul) dan peta rawan bencana. Jalur evakuasi juga harus dilengkapi dengan tanda jalur evakuasi serta disesuaikan agar ramah dengan penyandang disabilitas. Sumber : Desa Sumberharjo, Kab Pacitan Gambar Fitur teknis dan ukuran yang direkomendasikan untuk ramp yang dilengkapi dengan hand railing berdasarkan Standar ADA Gambar Ilustrasi Perencanaan pegangan khusus untuk penyandang disabilitas sebagai penuntun menuju titik kumpul evakuasi. (Sumber: Tim Koordinator Kota Banjarmasin (Kelurahan Mantul)
  • 25. Buta/penglihatan rendah Jenis Disabilitas Kelengkapan Jalur Evakuasi untuk Penyandang Disabilitas Gambar Tunanetra • Pintu keluar harus ditandai dengan karakter taktil yang terletak dengan benar • Jalur evakuasi yang dapat digunakan harus dilengkapi dengan simbol aksesibilitas internasional taktil • Lantai dilengkapi dengan tactile paving atau guiding block menuju ke tempat evakuasi • Dilengkapi dengan tanda alarm bahaya yang dapat didengar dengan jelas • Dilengkapi dengan sistem pemandu atau directional sound yang dapat mengarahkan orang dengan disabiltitas menuju ke pintu keluar. • Apabila penyandang tunanetra tersebut tidak mampu melakukan evakuasi mandiri, maka perlu dibantu oleh seseorang yang dapat menjelaskan cara menuju jalur evakuasi serta menawarkan untuk meletakkan tangan di bahu atau siku untuk segera menuju ke pintu keluar Tuli • Dilengkapi dengan papan pembaca bergerak yang memiliki teks berwarna terang dan dapat berkedip • Dapat dibantu seseorang melalui sentuhan dan kontak mata. Dilakukan dengan cara menjelaskan masalahnya dengan jelas. Gerakan tubuh dan menunjuk sangat membantu, serta menulis pernyataan singkat jika orang tersebut tidak mengerti. • Menawarkan instruksi visual untuk menyarankan rute atau arah teraman dengan menunjuk ke arah pintu keluar atau peta evakuasi. • Menawarkan untuk mengawal sampai ke tempat evakuasi OPERSIONALISASI NON-STUKTURAL KRITERIA KELENGKAPAN JALUR EVAKUASI BAGI PENYANDANG DISABILITAS Sumber: NFPA. 2016. Emergency Evacuation Planning Guide for People with Disabilities
  • 26. Jenis Disabilitas Kelengkapan Jalur Evakuasi untuk Penyandang Disabilitas Gambar Tunawicara • Dilengkapi dengan alarm peringatan bahaya dan suara pemandu yang mengarahkan ke tempat evakuasi • Dapat dibantu seseorang melalui sentuhan dan kontak mata. Dilakukan dengan cara masalahnya dengan jelas. Gerakan tubuh dan menunjuk sangat membantu, serta menulis pernyataan singkat jika orang tersebut tidak mengerti. • Menawarkan instruksi visual untuk menyarankan rute atau arah teraman dengan menunjuk ke arah pintu keluar atau peta evakuasi. • Menawarkan untuk mengawal sampai ke tempat evakuasi Gangguan mobilitas/Penggu na kursi roda • Dilengkapi dengan ramp yaitu jalur evakuasi yang memiliki kemiriangan tertentu untuk orang yang tidak dapat menggunakan tangga • Pedestrian dilengkapi dengan Portal S yang berguna melindungi pegguna kursi roda • Dilengkapi dengan alarm peringatan bahaya dan suara pemandu yang mengarahkan ke tempat evakuasi • Setiap jalur sirkulasi yang tidak dapat digunakan harus menyertakan tanda yang mengarahkan orang ke jalur lain yang dapat digunakan. • Orang dengan gangguan mobilitas harus diberikan beberapa bentuk petunjuk tertulis, brosur, atau peta yang menunjukkan semua rambu arah ke semua jalur sirkulasi yang dapat digunakan • Dilengkapi dengan denah bangunan sederhana yang menunjukkan lokasi dan rute ke jalur sirkulasi OPERSIONALISASI NON-STUKTURAL KRITERIA KELENGKAPAN JALUR EVAKUASI BAGI PENYANDANG DISABILITAS Portal S Ramp Sumber: NFPA. 2016. Emergency Evacuation Planning Guide for People with Disabilities
  • 27. SUMBERDAYA LEMBAGA PENDANAAN • Lokasi : disesuaikan dengan hasil kajian risiko • Partisipasi masyarakat (sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat) 🡪 untuk memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan sikap masyarakat setempat, dan menumbuhkan kepercayaan proyek atau program pembangunan • Pemberdayaan masyarakat : bekerjasama mempersiapkan kawasan titik kumpul, jalur evakuasi dan kebutuhannya • Membangun desa tangguh bencana melalui program pendampingan masyarakat tingkat desa seperti sosialisasi mengenai bencana kebakaran, pelatihan manajemen bencana kebakaran dengan memanfatkan rth sebagai tititk kumpul dan jalur evakuasi, mengkaji risiko bencana kebakaran, membuat alat pendeteksi kebakaran • Pelibatan ahli : dalam penentuan lokasi titik kumpul dan jalur evakuasi yang sesuai • Pelibatan swasta dan pemerintah untuk pendanaan penyiapan jalur evakuasi dan titik kumpul • Barisan Pemadam Kebakaran : melakukan sosialisasi tanggap darurat kebakaran pada masyarakat dan sosialisasi arah menuju titik kumpul • Pelibatan pihak swasta bisa dilakukan dengan pihak swasta lokal yang berada di sekitar kawasan permukiman. • Dalam kelembagaan, pastikan informasi desa (kelurahan) tangguh terdistribusi dan ada di setiap lembaga • Diusulkan dalam Musrembang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan) • Memasukan dalam anggaran perkotaan • Bekerja sama dengan program CSR dari swasta • Bekerja sama menyiapkan keperluan dalam pembangunan ruang terbuka public (pendanaan dari biaya iuran warga/kas desa) OPERASIONALISASI NON-STUKTURAL RUANG TERBUKA PUBLIK SEBAGAI TITIK KUMPUL DAN JALUR EVAKUASI
  • 28. 2. Pembangunan Hidran Kebakaran • Pasokan air dalam upaya menanggulangi kebakaran sangat diperlukan. • Menurut Permen PU No.20 Tahun 2009, pasokan air untuk keperluan pemadam kebakaran diperoleh dari sumber alam salah satunya sungai; maupun buatan seperti hidran. • Pasokan air dari sumber alam memiliki permasalahan pada lokasi yang tidak menentu dengan lokasi kejadian dan endapan yang terbawa saat proses pemadaman dapat memperburuk kinerja pompa karena menyumbat. • Sedangkan pada hidran, suplai air didapat dari distribusi air bersih yang mampu menjadi solusi atas permasalahan tersebut dan lokasi hidran kebakaran lebih teratur, karena ditentukan berdasarkan lokasi stratgis kota dan akses jalan serta klasifikasi resiko kebakaran (Permen PU No.20 Tahun 2009).
  • 29. SUMBERDAYA LEMBAGA PENDANAAN • Lokasi : disesuaikan dengan hasil kajian risiko • Partisipasi masyarakat (sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat) 🡪 untuk memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan sikap masyarakat setempat, dan menumbuhkan kepercayaan proyek atau program pembangunan • Sosialisi masyarakat terhadap kesadaran pengurangan risiko bencana kebakaran dan penggunaan hidran kebakaran • Membangun desa tangguh bencana melalui program pendampingan masyarakat tingkat desa seperti sosialisasi mengenai bencana kebakaran, pelatihan manajemen bencana kebakaran dengan menggunakan hidran, mengkaji risiko bencana kebakaran, membuat alat pendeteksi kebakaran • Pelibatan ahli : dalam penentuan lokasi titik hidran kebakaran • Pelibatan swasta dan pemerintah untuk pendanaan • Barisan Pemadam Kebakaran : melakukan sosialisasi tanggap darurat kebakaran pada masyarakat • Pelibatan pihak swasta bisa dilakukan dengan pihak swasta lokal yang berada di sekitar kawasan permukiman. • Dalam kelembagaan, pastikan informasi desa (kelurahan) tangguh terdistribusi dan ada di setiap lembaga • Diusulkan dalam Musrembang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan) • Memasukan dalam anggaran pemerintah perkotaan/provinsi • Bekerja sama membuat sumber air komunal (pendanaan dari biaya iuran warga/kas desa) OPERSIONALISASI NON-STUKTURAL HIDRAN KEBAKARAN
  • 30. 3. Sumber Air Buatan • Langkah pelaksanaan : 1. Menentukan radius selang dan semburan air dari sungai dan BPK setempat. 2. Menentukan lokasi peletakan tambahan sumber air (kolam) pada lokasi yang belum terjangkau radius BPK dan sungai, dengan menyesuaikan lahan kosong yang ada. 3. Penambahan jalan pada gang buntu dengan menyambungkan pada jalan lainnya untuk mempermudah akses evakuasi dan pemadam. 4. Dilakukan pemetaan jalur kendaraan jenis mobil dan pick-up yang kemudian dilakukan pemetaan pencapaian selang dari jalur tersebut. 5. Menambahkan beberapa titik sumber air (kolam) pada area jalan yang tidak terjangkau selang dari jalur mobil dan pick-up. Pembangunan sumber air buatan di lokasi yang tidak terjangkau Atas : contoh ilustrasi peta persebaran sumber air Bawah : ilustrasi fasilitas sumber air/kolam di titik kumpul
  • 31. SUMBERDAYA LEMBAGA PENDANAAN • Lokasi : disesuaikan dengan hasil kajian risiko • Partisipasi masyarakat (sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat) 🡪 untuk memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan sikap masyarakat setempat, dan menumbuhkan kepercayaan proyek atau program pembangunan • Pemberdayaan masyarakat : bekerja sama membuat sumber air komunal • Membangun desa tangguh bencana melalui program pendampingan masyarakat tingkat desa seperti sosialisasi mengenai bencana kebakaran, pelatihan manajemen bencana kebakaran dengan menggunakan sumber air, mengkaji risiko bencana kebakaran, membuat alat pendeteksi kebakaran • Pelibatan ahli : dalam penentuan lokasi titik sumber air • Pelibatan swasta dan pemerintah untuk pendanaan • Barisan Pemadam Kebakaran : melakukan sosialisasi tanggap darurat kebakaran pada masyarakat • Pelibatan pihak swasta bisa dilakukan dengan pihak swasta lokal yang berada di sekitar kawasan permukiman. • Dalam kelembagaan, pastikan informasi desa (kelurahan) tangguh terdistribusi dan ada di setiap lembaga • Diusulkan dalam Musrembang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan) • Memasukan dalam anggaran perkotaan • Bekerja sama membuat sumber air komunal (pendanaan dari biaya iuran warga/kas desa) OPERSIONALISASI NON-STUKTURAL SUMBER AIR
  • 32. 4. Perencanaan Ulang Sumber Kebakaran Setelah dilakukan pemetaan mengenai sumber kebakaran dalam hal ini contohnya adalah UKM rawan kebakaran, maka dapat dilakukan dua hal : 2. Penataan ulang atau pemindahan lokasi sumber kebakaran (contoh UKM yang rawan kebakaran) ke daerah yang memiliki fasilitas pemadaman api yang lebih lengkap (dapat diakses dengan mudah, dekat dengan sumber air), atau di lokasi yang tidak mempercepat kebakaran yang terjadi (tidak di lokasi padat permukiman) 1. Melengkapi fasilitas APAR (Alat Pemadam Api Ringan) di kawasan sumber rawan kebakaran tersebut Gambar Ilustrasi kawasan pasar rawan kebakaran (Kiri) dan penataan ulang Kawasan pasar yang Tangguh dengan bencana kebakaran (Kanan) Gambar Fasilitas Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
  • 33. SUMBERDAYA LEMBAGA PENDANAAN • Lokasi : disesuaikan dengan hasil kajian risiko • Partisipasi masyarakat (sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat) 🡪 untuk memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan sikap masyarakat setempat, dan menumbuhkan kepercayaan proyek atau program pembangunan • Pemberdayaan masyarakat : bekerja sama membuat sumber air komunal • Membangun desa tangguh bencana melalui program pendampingan masyarakat tingkat desa seperti sosialisasi mengenai bencana kebakaran, pelatihan manajemen bencana kebakaran dengan menggunakan sumber air, mengkaji risiko bencana kebakaran, membuat alat pendeteksi kebakaran • Pelibatan ahli : dalam penentuan lokasi untuk memindahkan UKM • Pelibatan swasta dan pemerintah untuk pendanaan • Barisan Pemadam Kebakaran : melakukan sosialisasi tanggap darurat kebakaran pada masyarakat • Pelibatan pihak swasta bisa dilakukan dengan pihak swasta lokal yang berada di sekitar kawasan permukiman. • Dalam kelembagaan, pastikan informasi desa (kelurahan) tangguh terdistribusi dan ada di setiap lembaga • Diusulkan dalam Musrembang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan) • Memasukan dalam anggaran perkotaan • Bekerja sama membuat sumber air komunal (pendanaan dari biaya iuran warga/kas desa) OPERSIONALISASI NON-STUKTURAL SUMBER AIR