Dokumen tersebut membahas tentang Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) sebagai pendekatan untuk meningkatkan derajat kesehatan anak. Dokumen menjelaskan bahwa setiap tahun lebih dari 10 juta anak meninggal di dunia karena penyakit seperti pneumonia, diare, malaria, campak dan malnutrisi, dan bahwa implementasi MTBS telah terbukti dapat menurunkan angka kematian balita, memperbaiki status gizi, dan men
MTBS adalah upaya untuk menurunkan angka kematian balita dengan peningkatan kualitas tata laksana secara terpadu melalui Manajemen Terpadu Balita Sakit di sarana kesehatan. Strategi MTBS mencakup penatalaksanaan penyakit utama balita seperti ISPA, diare, campak, malaria dan malnutrisi secara bersamaan. Tujuannya adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian balita terkait penyebab utama penyakit.
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)/ Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM)pjj_kemenkes
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) adalah strategi untuk mengurangi kematian dan penyakit pada anak di bawah lima tahun dengan fokus pada penyebab utama seperti diare, pneumonia, campak, dan malnutrisi. Tujuannya meliputi anak usia 2 bulan sampai 5 tahun serta tenaga kesehatan puskesmas. Keuntungan program ini termasuk mengurangi kasus ISPA, diare,
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) adalah strategi untuk mengurangi kematian dan penyakit pada balita dan bayi dengan fokus pada penyebab utama seperti diare, pneumonia, campak, dan malnutrisi. Program ini bertujuan untuk meningkatkan deteksi dini dan penanganan gejala penyakit pada level fasilitas kesehatan dasar. Pelaksanaannya melibatkan tenaga kesehatan setempat
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah pendekatan komprehensif untuk menangani balita sakit yang datang ke fasilitas kesehatan dasar dengan menilai, mengklasifikasi, dan menentukan tindakan untuk penyakit seperti pneumonia, diare, campak, malaria, infeksi telinga, dan malnutrisi secara terpadu. Tujuannya adalah menurunkan angka kematian balita dan meningkatkan kesehatan balita melalui layanan kur
Dokumen tersebut membahas tentang Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) sebagai pendekatan untuk meningkatkan derajat kesehatan anak. Dokumen menjelaskan bahwa setiap tahun lebih dari 10 juta anak meninggal di dunia karena penyakit seperti pneumonia, diare, malaria, campak dan malnutrisi, dan bahwa implementasi MTBS telah terbukti dapat menurunkan angka kematian balita, memperbaiki status gizi, dan men
MTBS adalah upaya untuk menurunkan angka kematian balita dengan peningkatan kualitas tata laksana secara terpadu melalui Manajemen Terpadu Balita Sakit di sarana kesehatan. Strategi MTBS mencakup penatalaksanaan penyakit utama balita seperti ISPA, diare, campak, malaria dan malnutrisi secara bersamaan. Tujuannya adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian balita terkait penyebab utama penyakit.
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)/ Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM)pjj_kemenkes
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) adalah strategi untuk mengurangi kematian dan penyakit pada anak di bawah lima tahun dengan fokus pada penyebab utama seperti diare, pneumonia, campak, dan malnutrisi. Tujuannya meliputi anak usia 2 bulan sampai 5 tahun serta tenaga kesehatan puskesmas. Keuntungan program ini termasuk mengurangi kasus ISPA, diare,
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) adalah strategi untuk mengurangi kematian dan penyakit pada balita dan bayi dengan fokus pada penyebab utama seperti diare, pneumonia, campak, dan malnutrisi. Program ini bertujuan untuk meningkatkan deteksi dini dan penanganan gejala penyakit pada level fasilitas kesehatan dasar. Pelaksanaannya melibatkan tenaga kesehatan setempat
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah pendekatan komprehensif untuk menangani balita sakit yang datang ke fasilitas kesehatan dasar dengan menilai, mengklasifikasi, dan menentukan tindakan untuk penyakit seperti pneumonia, diare, campak, malaria, infeksi telinga, dan malnutrisi secara terpadu. Tujuannya adalah menurunkan angka kematian balita dan meningkatkan kesehatan balita melalui layanan kur
MTBS merupakan sistem manajemen terpadu yang digunakan untuk menangani balita sakit dengan memberikan penilaian, klasifikasi, dan tindakan sesuai kondisi balita. Sistem ini bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan balita dengan melibatkan petugas kesehatan dan masyarakat.
Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit Berbasis Masyarakat (MTBS-M) merupakan pedoman bagi para orang tua balita dan kader UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat) dalam melakukan penilaian, klasifikasi dan tindakan pada anak sakit (usia 0 - 5 tahun).
Kb 1 masalah yang dihadapi dan tanda bahaya umumpjj_kemenkes
Modul ini membahas tentang penilaian dan klasifikasi anak sakit umur 2 bulan sampai 5 tahun. Terdapat penjelasan mengenai pengertian Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), latar belakang perlunya penerapan MTBS di Indonesia, cara menanyakan masalah yang dihadapi anak kepada ibu, dan memeriksa tanda bahaya umum seperti kemampuan minum, muntah, kejang, dan kesadaran.
Dokumen tersebut membahas tentang pelayanan kesehatan untuk anak usia sekolah dan remaja yang dilakukan di fasilitas kesehatan maupun di luar fasilitas kesehatan melalui puskesmas, sekolah, dan komunitas dengan menggunakan pendekatan UKS (Unit Kesehatan Sekolah) dan model sekolah sehat yang menerapkan pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, serta pembinaan lingkungan sekolah yang sehat."
Perencanaan dan pelaksanaan Asuhan balita dan anak prasekolahpjj_kemenkes
Dokumen tersebut membahas perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi asuhan kebidanan pada balita dan anak prasekolah, termasuk imunisasi, tumbuh kembang, gizi, dan deteksi penyimpangan perkembangan menggunakan KPSP dan DDST.
Dokumen tersebut membahas tentang Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) untuk kelompok usia 2 bulan sampai 5 tahun. MTBS merupakan pendekatan keterpaduan dalam menangani balita sakit dengan melakukan penilaian gejala, klasifikasi penyakit, pengobatan, dan nasihat kepada orang tua. Dokumen ini juga menjelaskan prosedur pelaksanaan MTBS meliputi penilaian batuk, diare, demam, dan masalah t
1. Dokumen membahas tentang kesehatan ibu hamil dan bayi baru lahir, termasuk tanda bahaya kehamilan dan persalinan serta pentingnya pelayanan kesehatan ibu seperti ANC.
Modul 4 kb2 kelas ibu (ibu hamil dan ibu balita), buku kia dan stiker p4 kpjj_kemenkes
Dokumen tersebut membahas tentang Kelas Ibu (Ibu Hamil dan Ibu Balita), Buku KIA dan Stiker P4K. Kelas Ibu adalah kegiatan belajar bersama ibu hamil atau ibu balita yang dipandu oleh fasilitator terlatih untuk meningkatkan pengetahuan mereka tentang kesehatan ibu dan anak. Buku KIA dan Stiker P4K digunakan sebagai alat pembelajaran.
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA)pjj_kemenkes
Dokumen tersebut membahas tentang Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA) yang bertujuan untuk memantau cakupan dan mutu pelayanan kesehatan ibu dan anak secara terus-menerus di setiap wilayah. PWS KIA meliputi pemantauan pelayanan antenatal, pertolongan persalinan, pelayanan ibu nifas, pelayanan neonatus, serta deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan
Dokumen tersebut berisi ringkasan 7 kasus pasien yang dibawa ke puskesmas oleh ibunya karena berbagai keluhan kesehatan. Kasus-kasus tersebut meliputi bayi dengan diare, demam, masalah telinga, dan masalah gizi. Petugas kesehatan melakukan pemeriksaan gejala klinis dan mengklasifikasikan penyakit berdasarkan hasil diagnosa awal.
MTBS merupakan sistem manajemen terpadu yang digunakan untuk menangani balita sakit dengan memberikan penilaian, klasifikasi, dan tindakan sesuai kondisi balita. Sistem ini bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan balita dengan melibatkan petugas kesehatan dan masyarakat.
Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit Berbasis Masyarakat (MTBS-M) merupakan pedoman bagi para orang tua balita dan kader UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat) dalam melakukan penilaian, klasifikasi dan tindakan pada anak sakit (usia 0 - 5 tahun).
Kb 1 masalah yang dihadapi dan tanda bahaya umumpjj_kemenkes
Modul ini membahas tentang penilaian dan klasifikasi anak sakit umur 2 bulan sampai 5 tahun. Terdapat penjelasan mengenai pengertian Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), latar belakang perlunya penerapan MTBS di Indonesia, cara menanyakan masalah yang dihadapi anak kepada ibu, dan memeriksa tanda bahaya umum seperti kemampuan minum, muntah, kejang, dan kesadaran.
Dokumen tersebut membahas tentang pelayanan kesehatan untuk anak usia sekolah dan remaja yang dilakukan di fasilitas kesehatan maupun di luar fasilitas kesehatan melalui puskesmas, sekolah, dan komunitas dengan menggunakan pendekatan UKS (Unit Kesehatan Sekolah) dan model sekolah sehat yang menerapkan pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, serta pembinaan lingkungan sekolah yang sehat."
Perencanaan dan pelaksanaan Asuhan balita dan anak prasekolahpjj_kemenkes
Dokumen tersebut membahas perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi asuhan kebidanan pada balita dan anak prasekolah, termasuk imunisasi, tumbuh kembang, gizi, dan deteksi penyimpangan perkembangan menggunakan KPSP dan DDST.
Dokumen tersebut membahas tentang Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) untuk kelompok usia 2 bulan sampai 5 tahun. MTBS merupakan pendekatan keterpaduan dalam menangani balita sakit dengan melakukan penilaian gejala, klasifikasi penyakit, pengobatan, dan nasihat kepada orang tua. Dokumen ini juga menjelaskan prosedur pelaksanaan MTBS meliputi penilaian batuk, diare, demam, dan masalah t
1. Dokumen membahas tentang kesehatan ibu hamil dan bayi baru lahir, termasuk tanda bahaya kehamilan dan persalinan serta pentingnya pelayanan kesehatan ibu seperti ANC.
Modul 4 kb2 kelas ibu (ibu hamil dan ibu balita), buku kia dan stiker p4 kpjj_kemenkes
Dokumen tersebut membahas tentang Kelas Ibu (Ibu Hamil dan Ibu Balita), Buku KIA dan Stiker P4K. Kelas Ibu adalah kegiatan belajar bersama ibu hamil atau ibu balita yang dipandu oleh fasilitator terlatih untuk meningkatkan pengetahuan mereka tentang kesehatan ibu dan anak. Buku KIA dan Stiker P4K digunakan sebagai alat pembelajaran.
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA)pjj_kemenkes
Dokumen tersebut membahas tentang Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA) yang bertujuan untuk memantau cakupan dan mutu pelayanan kesehatan ibu dan anak secara terus-menerus di setiap wilayah. PWS KIA meliputi pemantauan pelayanan antenatal, pertolongan persalinan, pelayanan ibu nifas, pelayanan neonatus, serta deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan
Dokumen tersebut berisi ringkasan 7 kasus pasien yang dibawa ke puskesmas oleh ibunya karena berbagai keluhan kesehatan. Kasus-kasus tersebut meliputi bayi dengan diare, demam, masalah telinga, dan masalah gizi. Petugas kesehatan melakukan pemeriksaan gejala klinis dan mengklasifikasikan penyakit berdasarkan hasil diagnosa awal.
Balita di negara berkembang sering meninggal akibat infeksi pernapasan, malaria, diare, dan malnutrisi. Lebih dari 75% ibu membawa balita yang sakit ke klinik dengan berbagai keluhan yang sering tumpang tindih sehingga diagnosis tunggal sulit. Dokumen ini menyarankan pendekatan keterpaduan dalam penatalaksanaan balita sakit di fasilitas kesehatan dasar dengan memeriksa tanda bahaya umum, menentukan masalah ut
Makalah perlindungan anak (traficing child)Andy Susanto
Makalah ini membahas tentang child trafficking di Indonesia. Faktor penyebabnya antara lain kemiskinan, kurangnya pendidikan, dan korupsi. Kasusnya terjadi di berbagai kota besar dengan korban berjumlah ribuan per tahun. Pemerintah telah mengeluarkan undang-undang dan membentuk lembaga untuk mencegah dan menangani masalah ini.
1. Dokumen tersebut membahas tentang Kebijakan Pengembangan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) sebagai strategi kunci untuk meningkatkan kesehatan anak dengan mengintegrasikan aspek gizi, imunisasi, pencegahan penyakit, dan promosi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Posyandu merupakan forum komunikasi dan pelayanan kesehatan yang dikelola oleh dan untuk masyarakat dengan tujuan meningkatkan kesehatan ibu dan anak serta mencapai NKKBS. Posyandu menyediakan layanan kesehatan seperti imunisasi, gizi, KB, dan penanggulangan diare bagi balita, ibu hamil, dan ibu menyusui."
Dokumen tersebut membahas program OSOC (One Student One Client) yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi di Jawa Tengah melalui pendampingan mahasiswa kesehatan terhadap ibu hamil, bersalin dan nifas. Program ini melibatkan kolaborasi antar tenaga kesehatan dan multisektor serta memanfaatkan potensi sumber daya manusia di bidang kesehatan di Jawa Tengah. Ada beberapa tantangan pelaksanaan program ini seperti
Dokumen tersebut membahas tentang Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) sebagai pendekatan komprehensif dalam menangani penyakit-penyakit utama pada balita seperti pneumonia, diare, malaria, campak, dan malnutrisi di fasilitas kesehatan dasar. MTBS berfokus pada peningkatan keterampilan petugas kesehatan, sistem kesehatan, serta praktek keluarga dan masyarakat dalam menangani balita sakit."
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas penggunaan evidence-based practice dalam pelayanan kehamilan.
2. Evidence-based practice melibatkan penggunaan bukti ilmiah terbaik dari penelitian untuk membuat keputusan klinis bersama pasien.
3. Dokumen tersebut menjelaskan fokus baru pelayanan antenatal care yang lebih efektif berdasarkan bukti ilmiah.
1. Pelatihan peningkatan kapasitas bagi dokter dalam pelayanan kesehatan ibu dan bayi diselenggarakan untuk meningkatkan standar pelayanan nifas sesuai pedoman;
2. Pelayanan nifas meliputi skrining rutin, tatalaksana masalah kesehatan, dan pemberian edukasi kepada ibu tentang perawatan dirinya dan bayinya selama 6 minggu pasca persalinan;
3. Penggunaan algoritma dan bagan tatalaksana terpadu
EVIDENCE BASED PRACTICE PADA PELAYANAN KEHAMILAN.pptDiandr
Dokumen tersebut membahas tentang evidence based practice dalam pelayanan kehamilan. Beberapa poin penting yang diangkat antara lain penggunaan bukti terbaik dalam memberikan pelayanan kehamilan, fokus yang baru pada ANC yang lebih menekankan persiapan untuk komplikasi daripada pendekatan resiko, serta standar praktek yang didasarkan bukti seperti 7T dan 14T dalam pelaksanaan ANC.
Dokumen tersebut membahas tentang Kebijakan Program Kesehatan Balita dan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) terkait Program TB, yang bertujuan untuk meningkatkan kelangsungan hidup dan kesehatan balita melalui peningkatan kapasitas tenaga kesehatan, kerjasama lintas program, dan pemberdayaan masyarakat."
langkah langkah yang harus dilakukan pada pasien jiwa Surangga Jaya
Dokumen tersebut memberikan nasihat dan panduan untuk berperilaku baik dan positif dalam berinteraksi dengan lingkungan sosial, merawat diri, menjalankan aktivitas sehari-hari, serta merencanakan masa depan. Beberapa poin kuncinya adalah bersikap ramah, terbuka, dan sopan kepada orang lain, menjaga kebersihan dan kesehatan diri, serta memiliki tujuan dan rencana hidup yang jelas.
Dokumen tersebut membahas pengelolaan pasien dengan cedera kepala, mulai dari pemeriksaan awal, klasifikasi berat ringan dan berat, hingga tatalaksana yang sesuai untuk masing-masing klasifikasi. Tatalaksana meliputi pemberian oksigen, cairan infus, obat-obatan, dan pemantauan kondisi neurologi pasien. Pengelolaan yang tepat dan cepat diharapkan dapat menghasilkan prognosis yang baik bagi pasien.
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah pendekatan terintegrasi dalam tatalaksana balita sakit yang berfokus pada anak usia 0-59 bulan untuk menurunkan kesakitan dan kematian serta meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas. MTBS bukan merupakan program kesehatan tetapi pendekatan perawatan balita sakit secara menyeluruh.
Dokumen tersebut membahas tentang harga diri rendah, meliputi pengertian, penyebab, tanda dan gejala, proses terjadinya, akibat, faktor risiko, mekanisme koping, dan asuhan keperawatan. Secara khusus membahas tentang bagaimana harga diri rendah dapat terjadi pada pasien rawat inap akibat berbagai faktor seperti privasi dan perlakuan petugas kesehatan.
Askep klien dengan addison AKPER SUBANGSurangga Jaya
Penyakit Addison disebabkan oleh kerusakan kelenjar adrenal sehingga menurunkan produksi hormon steroid. Gejalanya antara lain kelemahan otot, hipotensi, hipoglikemia, dan hiperpigmentasi kulit. Penanganannya meliputi pemberian cairan dan elektrolit, steroid pengganti, serta manajemen gizi dan aktivitas untuk mencegah komplikasi.
3. BackgroundBackground
• Mid-1950s and mid-1960s -- application of
scientific knowledge in the field as verticalvertical
programmesprogrammes: fast results but not
sustainable in long term
• Global recessionGlobal recession made it difficult to have
integrated programmes
• 1984 WHO debate -- noted selective
programmes as entry points for integrated
programmes
• 1996 WHO Study group on integrated
health care delivery
4.
5.
6. Vertical ProgrammesVertical Programmes
vs
Horizontal/ IntegratedHorizontal/ Integrated
ProgrammesProgrammes
PROG. VERTIKALPROG. VERTIKAL
• Masing-2 penyakit
punya pedoman
klinis dan modul
pelatihan
• Masing-2 pengelola
program melakukan
pelatihan klinis
• Petugas sama
“mengintegrasikan"
semua pedoman
klinis
PROG. HORISONTALPROG. HORISONTAL
• Pedoman klinis & modul
pelatihan MTBS
• Kolaborasi program
pada pelatihan MTBS
• Tatalaksana kasus
secara terpadu
7. Program Kesehatan VertikalVertikal
KEUNTUNGAN
- Tujuan lebih jelas
& fokus
- Pelaksanaan
opersional lebih
mudah
- Monitoring lebih
mudah
KERUGIAN
–Tidak holistik
–Tidak cost-effective
–Butuh banyak
bantuan dana
untuk pelaksanaan
program
–Sulitnya koordinasi
antar program
8. Program Kesehatan
HorizontalHorizontal
KEUNTUNGAN
- Pelaksanaannya dapat
disesuaikan sesuai
kebutuhan lokal
- Merupakan refleksi konsep
kesehatan yang
multidimensi dan holistik
- Efektif untuk program
kesehatan baru & kondisi
bencana
- Lebih banyak hasil (output)
dengan sumberdaya (input)
yang terbatas
- Dapat berespon lebih baik
thd kebutuhan masyarakat
setempat
KERUGIAN
– Tujuan kurang fokus
– Banyak program yang
harus dilaksanakan
secara bersama-sama
9. MENGAPA PERLU MENGAPA PERLU
MTBS?MTBS?
• 12 juta balita per tahun meninggal di
negara berkembang
• 70% kematian balita karena
pneumonia, malaria, diare, campak,
malnutrisi atau kombinasi
• Lebih dari 75% ibu membawa balita ke
klinik dengan keluhan salah satu kondisi
di atas
• Sering ditemukan overlapping gejala,
sehingga diagnosis tunggal tidak tepat.
10. Penyebab Utama KematianPenyebab Utama Kematian
Balita, di negara anggota WHO,Balita, di negara anggota WHO,
19981998
• Seluruh kematian:10.8 juta balita setiap
tahun
• Malnutrisi menyumbang sekitar 50
% kematian anak
• Penyakit lain:
Malnutrisi 54%
ISPA 19% *
Diare* 19%
Campak* 7%
Malaria* 5%
Perinatal 18%
11.
12.
13. MTBS
Merupakan suatu pendekatan
keterpaduan dalam tatalaksana
balita sakit di fasilitas kesehatan
tingkat dasar
Bukan program vertikal
Strategi KUNCI untuk meningkatkan
kesehatan anak
14. MTBS MTBS
• Kombinasi tatalaksana kasus
(kuratif) dengan perbaikan gizi,
imunisasi dan konseling
(promotif, preventif)
• Penyakit anak yang dipilih
merupakan penyebab utama
kematian dan kesakitan anak.
22. KONTRIBUSI MTBS DALAMKONTRIBUSI MTBS DALAM
MENUJUMENUJU
INDONESIA SEHAT 2010INDONESIA SEHAT 2010
• Penghematan: biaya pelatihan, supervisi,
cetak, obat dan transport ibu.
• Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
dasar.
• Rasionalisasi pemakaian obat.
• Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
ibu/pengasuh anak dalam perawatan di rumah
pada balita sakit
• Mengoptimalkan pendayagunaan tenaga
kesehatan.
• Meningkatkan rujukan kasus tepat waktu.
• Memperbaiki perencanaan dan manajemen
kesehatan di tingkat kabupaten.
• Memenuhi HAK-HAK ANAK.
23. Strategi MTBSStrategi MTBS
• Meningkatkan ketrampilan petugas
kesehatan dalam tatalaksana
kasus
• Memperbaiki sistem kesehatan
agar penanganan penyakit-2 pada
balita lebih efektif
• Memperbaiki praktek keluarga &
masyarakat dalam home care dan care
seeking
24. TUJUAN MTBSTUJUAN MTBS
• Menurunkan secara signifikan
angka kesakitan dan kematian
yang terkait dengan penyebab
penyakit tersering pada balita.
• Kontribusi terhadap tumbuh
kembang anak sehat.
25. Pelaksana MTBSPelaksana MTBS
• Tenaga kesehatan di unit rawat
jalan tingkat dasar, yaitu:
– Paramedis (perawat, bidan).
– Dokter.
• Bukan untuk rawat inap
• Bukan untuk kader
28. Penatalaksanaan Balita
usia 2 bulan s/d 5 tahun
Memeriksa tanda bahaya umum
• Apakah anak bisa minum/ menetek?
• Apakah anak selalu memuntahkan semua
makanan?
• Apakah anak kejang?
• Apakah anak letargis/ tidak sadar?
Tanyakan keluhan utama
• Apakah anak batuk/ sukar bernafas?
• Apakah anak menderita diare?
• Apakah anak demam?
• Apakah anak mempunyai masalah telinga?
Periksa Status Gizi dan Anemia
Identifikasi/ Klasifikasi Masalah dan
Penatalaksanaan
29. Penatalaksanaan Balita
usia 1 hari s/d 2 bulan
Memeriksa tanda bahaya umum
• Apakah anak kejang?
• Apakah anak mengalami gangguan nafas?
• Apakah terdapat Hipotermi
• Apakah terdapat kemungkinan infeksi bakteri
• Apakah terdapat ikterus?
• Apakah terdapat gangguan saluran cerna?
• Apakah Bayi Diare?
• Apakah Berat Badan rendah/ ada masalah pemberian ASI?
Identifikasi/ Klasifikasi Masalah dan
Penatalaksanaan
Perlu
dirujuk
segera
Perlu dirujuk segera
tetapi tdk
memungkinkan
Tidak perlu
dirujuk
Konseling
Ibu
30.
31.
32.
33.
34. Contoh KasusContoh Kasus
• Seorang anak usia 3 tahun, BB 16 kg, tinggal
di Papua dibawa oleh ibunya ke Puskesmas
dengan keluhan panas, diare, dan batuk
sejak 3 hari yang lalu, diare + 5 x/ hari. Anak
tampak gelisah. Riwayat imunisasi lengkap.
Belum pernah mendapatkan kapsul vitamin A
sejak lahir
• Pada pemeriksaan fisik didapatkan nadi
100x/menit, RR 46x/ menit, T.ax = 38,6°C,
mata cekung, tidak ada tanda anemia, masih
dapat minum biasa (tdk tampak haus). Tidak
didapatkan stridor maupun retraksi dinding
dada. Cubitan kulit lambat kembalinya. Tidak
ada edema, uji torniquet (-).
35. Penatalaksanaan Kasus (lihat
bagan untuk balita 2 bln- 5 thn)
Memeriksa tanda bahaya umum
• Apakah anak bisa minum/ menetek?
• Apakah anak selalu memuntahkan semua
makanan?
• Apakah anak kejang?
• Apakah anak letargis/ tidak sadar?
Tanyakan keluhan utama
• Apakah anak batuk/ sukar bernafas?
• Apakah anak menderita diare?
• Apakah anak demam?
• Apakah anak mempunyai masalah telinga?
Periksa Status Gizi dan Anemia, Riwayat Imunisasi
Identifikasi/ Klasifikasi Masalah dan
Penatalaksanaan
TIDAKTIDAK
ADAADA
YAYA
YAYA
YAYA
TIDAKTIDAK
-BAIKBAIK
-Perlu tambahan
Vit. A
36. Identifikasi/ Klasifikasi Masalah dan
Penatalaksanaan
-Diare Dehidrasi Ringan/Sedang
-Pneumonia
-Malaria
-Perlu supplementasi vitamin A (hal.7)
DIARE Dehidrasi
Ringan/ Sedang
PNEUMONIA MALARI
A
-Rencana Terapi B (hal.13)
-Bila keadaan berat Rujuk
-Nasihati ibu kpn kembali
(hal.22)
-Kunjungan ulang 5 hari bila
tdk ada perbaikan
-Antibiotika yang sesuai
selama 5 hari (hal.8)
-Pereda batuk yg aman
-Nasihati ibu kpn
kembali (hal. 22)
-Kunjungan ulang 2 hari
- Antimalaria per oral
(hal.9)
- Parasetamol (hal. 9)
- Ambil sediaan darah
- Nasihati Ibu kpn
kembali
- Kunjungan ulang 2
hari jika tetap demam
- Jika demam tiap hari
selama 7 hari Rujuk
Kapsul
Vitamin A