Dokumen tersebut membahas tentang pengelolaan merek oleh Public Relations di organisasi. Secara ringkas, dokumen tersebut menjelaskan pentingnya memiliki merek yang kuat untuk organisasi, faktor-faktor yang membentuk citra merek, dan bagaimana Public Relations dapat membangun, memperkuat, atau membangun kembali suatu merek. Studi kasus PT Sinar Sosro juga digunakan untuk mengilustrasikan bagaimana merek dapat dibangun
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Pengelolaan Merek Oleh Public Relations dalam Perusahaan
1. Pengelolaan Merek Oleh PR
Dalam Organisasi
5F3.1
PRODI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS DAKWAH
IAIN SUNAN AMPEL SURABAYA
2. Disusun oleh:
Danus Ardiansah
Ahmad Misbahun Nasihin
Muhammad Hamka Mudhowillah
Minthuk Noerhayati
Nur Arieska Aisyah
3. Fokus
Pembahasan
Ekuitas Merk
Pengelolaan Merk
Membangun merk yang kuat
Brand Image
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Brand Image
Konsumen Brand Image dalam mempengaruhi
Pilihan Konsumen
Pentingnya Merek Bagi PRO
Stategi Pemasaran
Studi Kasus
4. A. Ekuitas Merk
Ekuitas merek adalah nilai tambah yang diberikan
pada produk dan jasa. Nilai ini dapat dicerminkan
dalam cara konsumen berpikir, merasa, dan
bertindak terhadap merek, harga, dan
profitabilitasyang dimiliki perusahaan.
Ekuitas tidak hanya sebagai representasi dari
produk yang dimiliki, tapi juga harus dapat
berfungsi untuk menciptakan nilai bagi pelanggan.
Merek disebut sebagai value indicator karena
brand mampu menciptakan dan menambahkan
value kepada produk, perusahaan, orang, atau
bahkan negara.
5. Ada empat komponen kunci ekuitas merek yaitu
1) Diferensiasi : Mengukur sejauh mana sebuah
merek dilihat berbeda dari merek lain.
2) Relevasi : Mengukur keluasan daya tarik merek.
3) Penghargaan : Mengukur baiknya anggapan dan
penghargaan terhadap merek.
4) Pengetahuan : Mengukur seberapa akrab dan
intinya konsumen terhadap merek itu.
Diferensiasi dan Relevasi bersama-sama menentukan
kekuatan merek. Kedua nya menunjukkan pada nilai
masa depan merek. Penghargaan dan pengetahuan
bersama menciptakan tingginya merek yang lebih
merupakan kartu laporan kinerja masa lampau.
6. Ada tiga perangkat utama pendorong ekuitas merek
yaitu:
1) Pilihan awal atas unsur-unsur merek atau
identitas membentuk merek (misalnya: nama merek,
logo, simbol, karakter, slogan, lagu, kemasan, dan
tanda).
2) Produk dan layanan serta semua aktifitas
pemasaran yang menyertai program pemasaran
yang mendukung.
3) Asosiasi lain yang secara tidak langsung dialihkan
ke merek dengan menautkannya dengan beberapa
etnis lain (misalnya pribadi, tempat, atau barang).
7. B. 1 Membangun Merk
Menangani sebuah merk :
Nama adalah sebuah basic brand yang masih
kosong tanpa arti.
Pada pemilihan nama harus ditambahkan kriteria
probabilitas tertentu untuk mencapai pengenalan
merek, asumsi, persepsi kualitas dan loyalitas.
Nama yang benar masih harus diperjuangkan
dengan biaya, tenaga dan waktu, supaya menjadi
ekuitas merek yang real.
Pemasaran suatu produk tidak akan bisa sukses
kecuali memiliki nama yang tepat. Perusahaan
terbaik, produk terbaik, kemasan terbaik di dunia
tidak akan berhasil jika namanya keliru.
8. B.2 Membangun Merek Baru
Dengan PR
Program pembangunan merek dapat dilakukan oleh
PR dengan tekhnik dan cara sebagai berikut :
1. Pembangunan merek perlahan-lahan
2. Sebuah nama kategori baru
3. Sebuah nama merek baru
4. Seorang juru bicara/endoser yang dipercaya.
B.3 Membangun Kembali Merek
Lama Dengan PR
1) Mengganti hal yang harus difokuskan
2) Mempersempit fokus
3) Menambahkan sebuah ide yang sepenuhnya baru
pada mereknya
9. C. Membangun merek yang kuat
Merek yang dimiliki oleh perusahaan akan menjadi
kuat bila memiliki brand equity yang juga kuat.
Untuk pelanggan akan memberikan efek
meningkatkan keyakinan pelanggan dalam
keputusan pembelian, dan meningkatkan
kepuasan mereka dalam menggunakan produk
atau jasa.
Elemen-elemen yang membangun brand equity
antara lain:
1. Brand Awareness/ Kesadaran atas merek
2. Brand Association / Asosiasi merek
3. Brand Loyalty / loyalitas merek
4. Atribut Perceived Quality/ kualitas yang diterima
5. Atribut Other Assets/Aset lainnya
10. D. Brand Image
Brand image atau brand description, yakni
deskripsi tentang asosiasi dan keyakinan
konsumen terhadap merek tertentu (Tjiptono, 2005
: 49)
Menurut Kotler, brand image adalah sejumlah
keyakinan tentang merek.
Menurut Aaker, brand image dianggap sebagai
“bagaimana merek dipersepsikan oleh konsumen”.
Berkenaan dengan persepsi.
Menurut Davis, seperti halnya manusia, merek
juga bisa digambarkan melalui kata sifat
(adjective), kata keterangan (adverb), atau frase
(phrase). Davis juga mengatakan bahwa brand
image memiliki dua komponen, yaitu asosiasi
merek dan brand personal. (Simamora, 2003: 63)
11. Hapsari (2007) mengambil beberapa kesimpulan
tentang brand image sebagai berikut:
Brand image merupakan pemahaman konsumen
mengenai merek secara keseluruhan. kepercayaan
konsumen terhadap merek dan bagaimana
pandangan konsumen tentang merek.
Brand image tidak semata ditentukan oleh
bagaimana pemberian nama yang baik kepada
sebuah produk. tetapi juga dibutuhkan bagaimana
cara memperkenalkan produk tersebut agar dapat
menjadi sebuah memori bagi konsumen dalam
membentuk suatu persepsi akan sebuah produk.
Brand image sangat berpatokan pada
pemahaman, kepercayaan, dan pandangan atau
persepsi konsumen terhadap suatu merek.
12. E. Faktor-faktor yang mempengaruhi Brand
Image
Persepsi konsumen mengenai pengenalan produk
Persepsi konsumen terhadap kualitas
Persepsi konsumen terhadap ukuran
Persepsi konsumen terhadap daya tahan
Persepsi konsumen terhadap desain atau model
kemasan.
Persepsi konsumen terhadap warna produk
Persepsi konsumen terhadap harga
Persepsi konsumen terhadap lokasi
Jadi dapat dijabarkan bahwa faktor yang
mempengaruhi citra merek atau brand image
sangat variatif menurut produk dan jasa itu sendiri
yang dinilai oleh konsumen.
13. F. Konsumen Brand Image dalam
mempengaruhi Pilihan Konsumen
Konsumen mengenali produsen karena brand
produsen tersebut.
Konsumen akan loyal dan setia dengan produk
tertentu karena brand yang dimiliki perusahaan
tersebut.
Konsumen yang seperti ini biasanya akan
mengajak konsumen yang lain untuk sama-sama
membeli produk yang sama.
Secara tidak langsung, hal tersebut akan
membantu perusahaan untuk menambah relasi
dan jaringan penjualan
14. Menurut Henry Assael yang dikutip oleh Sutisna (2002)
terdapat tiga faktor yang mempengaruhi pilihan
konsumen yaitu faktor individu, faktor lingkungan, dan
faktor control pemasaran :
Faktor individu konsumen menjelaskan bahwa pilihan
untuk membeli suatu produk dipengaruhi oleh variabel
gagasan (kebutuhan, motivasi, sikap, persepsi) dan
karakteristik konsumen (demografi, gaya hidup dan
kepribadian)
Menjelaskan bahwa faktor lingkungan yang
mempengaruhi keputusan konsumen adalah faktor
budaya ( norma masyarakat, sub budaya), kelas sosial
(pendapatan, jenis pekerjaan), kelompok referensi (
teman, sub budaya), situasi (situasi dimana barang
atau jasa dikonsumsi).
Kontrol pemasar yaitu bauran pemasaran. Dalam hal
ini strategi pemasaran yang lazim dikembangkan oleh
pemasar yaitu yang berhubungan dengan produk apa
yang akan ditawarkan, penentuan harga jual
produknya, strategi promosinya, dan bagaimana
melakukan distribusi produk pada konsumen.
15. G. Pentingnya Merk bagi PRO
Merk yang kuat merupakan aset yang tak berwujud
yang sangat berharga bagi suatu organisasi/
perusahaan dan merupakan alat pemasaran
strategis utama.
Merek memiliki kontribusi yang besar bagi nilai
sebuah perusahaan.
Peran merek sebagai sumber laba semakin
meningkat.
Saat ini perusahaan tidak lagi sekedar
memproduksi barang, tapi juga berupaya
memasarkan aspirasi, citra dan gaya hidup.
Dalam konteks ini, merek memiliki peran sebagai
sarana bagi organisasi untuk membina dan
mengembangkan loyalitas pelanggan.
16. H. Studi Kasus (PT. Sinar Sosro)
Coca-cola dan pepsi adalah segelintir perusahaan
asing yang produk minumannya familiar
dikalangan masyarakat Indonesia.
Lalu pada saat itu pula, sosro hadir dan merebut
hati konsumen Indonesia.
Sesungguhnya kehadiran Sosro ini dilihat dari
aspek pemasaran cukup unik.
Sosro dalam beberapa hal, telah mengabaikan
hukum-hukum pemasaraan yaitu perlunya riset
pasar sebelum meluncurkan produk.
Sosrodjojo pendiri perusahaan sosro memiliki ide
untuk mengahadirkan teh kemasan botol, itu
berasal dari pengalaman tes cicip di pasar-pasar
tradisional terhadap teh tubruk cap botol.
17. Akhirnya sosro mencoba memasukkan ke
kemasan botol limun agar mudah dibawa.
Berangkat dari itu mereka berpikir bahwa
penggunaan kemasan botol adalah alternatif yang
paling praktis dalam menghadirkan kenikmatan teh
langsung ke konsumen.
Sosro menyadari bahwa segmen konsumen untuk
sopir dan pejalan kaki ini memiliki keinginan
hadirnya minuman yang dapat menghilangkan
dahaga ditengah kelelahan dan kondisi panas
selama perjalanan.
Untuk menambah nilai kepuasan teh botol ini
disajikan dingin dengan menyediakan boks-boks
es pada titik-titik penjualannya.
Tentu saja mengubah kebiasaan tak semudah
membalik telapak tangan.
Terlebih ketika slogan “Apa pun makannya,
minumnya teh botol sosro” di munculkan. Slogan
ini tidak saja mengguncang sesama produk teh