Memandikan jenazah merupakan kewajiban agama yang harus dilakukan sebelum jenazah dishalatkan dan dikuburkan. Tata cara memandikan jenazah meliputi persiapan seperti air, sabun, dan peralatan lain serta proses pembersihan secara hati-hati dari bagian kemaluan hingga seluruh tubuh dengan 3 siraman air bersih. Hanya jenazah muslim dan yang bukan mati syahid yang wajib dimandikan oleh orang-
2. II
Kata Pengantar
Seperti orang yang hidup, Jenazah pun harus dimandikan sebelum dishalatkan dan
dikuburkan. Memandikan jenazah merupakan bahagian dari fardhu kifayah dalam
mengurus jenazah. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa fardhu kifayah merupakan
sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan, apabila tidak seorangpun yang melakukan hal
tersebut maka seluruh bahagian kampung dan penduduk di sekitar kediaman jenazah
tersebut akan berdosa, Oleh karena itu, memandikan jenazah merupakan keharusan yang
mesti dikerjakan. Dan apabila hal tersebut telah dilaksanakan, maka putuslah kewajiban
penduduk muslim setempat 1
.
Dalil mengenai kewajiban seorang muslim untuk memandikan jenazah terdapat
dalam hadis yang disabdakan Rasulullah Saw yaitu:
Dari Abu Hurairah r.a berkata, aku mendengar Rasulllulah saw bersabda, “hak
seorang Muslim yang lain ada lima hal: menjawab salam, membesuk orang sakit,
mengantar jenazah, mendatangi undangan, dan menjawab orang bersin.” (HR Bukhari)
Walaupun kata memandikan dalam hadis diatas tidak ada, namun sebagaimana
yang diketahui bahwa memandikan jenazah merupakan bahagian fardhu kifayah dalam
pengurusan jenazah. Itulah sebabnya memandikan jenazah merupakan kewajiban yang
harus dilaksanakan dengan segera.
1
Abu Ihsan Al-Maidani Al-Atsari, Shalat Jenazah (TP, TT, 2001), h 1
3. III
Daftar Isi
Kata Pengantar.......................................................................................................... II
Pembahasan................................................................................................................1
Mengurus Jenazah...................................................................................................1
2. Syarat Memandikan Jenazah ................................................................................1
3. Hukum Memandikan Jenazah...............................................................................2
4. Klasifikasi dalam Memandikan Jenazah................................................................2
5. Tata cara Dalam memandikan jenazah ..................................................................3
Penutup......................................................................................................................8
4. 1
Pembahasan
Mengurus Jenazah
Sebelum Jenazah dishalatkan, maka yang harus dilakukan adalah
memandikannya. Memandikan jenazah dimaksudkan agar segala bentuk hadas dan najis
yang ada pada jenazah tersebut hilang dan bersih, sehingga jenazah yang akan dikafani
terus dishalatkan telah suci dari hadas dan najis. Pada dasarnya memandikan jenazah
sama saja dengan mandinya orang yang hidup, namun perbedaannya adalah orang yang
hidup mandi sendiri sedangkan jenazah harus dimandikan.
Walaupun demikian ada sedikit perbedaan dalam memandikan jenazah, tidak saja
meratakan air keseluruh tubuh, namun dalam memandikannya juga harus dengan hati-hati
dan lemah lembut.
Memandikan jenazah adalah hal yang harus dilakukan atas jenazah seorang
muslim, sebelum ia dishalatkan. Mandi ini dilakukan dengan cara membersihkan segala
najis yang ada di badannya dahulu, utamanya bagian kemaluan, kemudian meratakan air
ke seleruh tubuhnya, ini harus di usahakan dengan hati-hati upaya mayat tersebut tidak
membawa kotoran ke hadapan Allah2
.
Dalam memandikan mayat wajib adanya niat mendekatkan diri kepada Allah
SWT, karena ia termasuk bagian dari ibadah. Demikian pula muthlak, suci dan halalnya
air. Menghilangkan najis dari badan mayat terlebih dahulu, dan tidak adanya penghalang
yang dapat mencegah sampainya air ke kulit mayat, semua itu harus dipenuhi dalam
memandikan mayat3
.
2. Syarat Memandikan Jenazah
Adapun syarat wajib memandikan jenazah yaitu :
2
A. Munirdan Sudarsono.Dasar-DasarAgamaIslam, (Jakarta: RinekaCipta,1992), hlm.
134
3
Muhammad JawabMughniyah.FiqihImanJa`farShadiq,(Jakarta: Lentera,1995), hlm.
90
5. 2
a. mayat itu islam
b. Lengkap tubuhnya atau ada bahagian tubuhnya walaupun sedikit
c. Jenazah tersebut bukan mati syahid (mati dalam peperangan membela agama Allah).
3. Hukum Memandikan Jenazah
Jumhur Ulama atau golongan terbesar dariulama berpendapat bahwa
memandikan mayat muslim, hukumnya adalah fardhu kifayah artinya bila telah dilakukan
oleh sebagian orang maka gugurlah kewajiban seluruh mukallaf[5].
4. Klasifikasi dalam Memandikan Jenazah
Klasifikasi ini bertujuan untuk memberikan perbedaan dalam memandikan
jenazah. Hal ini disebabkan bahwa tidak semua jenazah yang ada dapat atau harus
dimandikan. Berikut 2 hal yang perlu untuk diperhatikan dalam memandikan jenazah.
a. Jenazah yang boleh dimandikan
Jenazah yang wajib dimandikan adalah orang Islam dan orang yang meninggal
bukan karena mati syahid di Medan pertempuran[6]
b. Jenazah yang tidak perlu dimandikan
Jenazah yang tidak boleh dimandikan adalah jenazah yang mati syahid di medan
pertempuran karena setiap luka atau setetes darah akan semerbak dengan bau wangi pada
hari Kiamat[7].
Jenazah orang kafir tidak wajib dimandikan. Ini pernah dilakkan Nabi saw
terhadap paman beliau yang kafir [10]. Juga berdasarkan firman Allah SWT: “Dan
janganlah sekali-kali kamu menyalatkan jenazah salah seorang yang mati diantara
mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di kuburnya[8].”
Janin yang dibawah usia empat bulan tidak perlu dimandikan, dikafani, dan dishalatkan.
Cukup digali lubang dan dikebumikan.
6. 3
c. Orang Yang Berhak Memandikan
Tidak semua orang berhak dalam memandikan jenazah, hal ini dimaksudkan untuk
menjaga kerahasian aib atau cacat penyakit yang masih ada di dalam tubuh jenazah
tersebut. Tujuan menjaga dan membatasi bagi orang yang ingin memandikan jenazah
adalah agar tidak terjadi fitnah yang dapat memalukan keluarga jenazah tersebut. Adapun
Orang yang berhak memandikan Jenazah Adalah:
Apabila mayat itu laki-laki, hendaklah memandikannya laki-laki pula, perempuan
tidak boleh memandikan mayat laki-laki, kecuali istri dan muhrimnya. Jika mayat
perempuan, hendaklah dimandikan permpuan pula, laki-laki tidak boleh
memandikan mayat perempuan kecuali suami atau muhrimnya[9].
Orang Yang berhak memandikan Jenazah adalah orang yang telah ditunjuk oleh
si mayit sendiri sebelum wafatnya (berdasarkan wasiatnya)[10]
Kemudian bapaknya, sebab ia tentu lebih tahu mengenali si mayit daripada anak
si mayit tersebut. Kemudian keluarga terdekat si mayit.
Jenazah wanita dimandikan oleh pemegang wasiatnya[11] . Kemudian ibunya
lalu anak perempuannya setelah itu keluarga terdekat.
Seorang suami boleh memandikan jenazah istrinya berdasarkan sabda Nabi saw
kepada’Aisyah Radhiallahu ‘Anha: “Tentu tidak ada yang membuatmu gundah,
sebab jika kamu wafat sebelumku, akulah yang memandikan jenazahmu” [12]
5. Tata cara Dalam memandikan jenazah
a. Persiapan Sebelum Memandikan Jenazah
7. 4
Sebelum Memandikan jenazah, Maka harus dilakukan beberapa Persiapan,adapun Hal-
hal yang perlu dipersiapkan sebelum proses pemandian adalah:
Masker dan kaos tangan untuk memandikan jenazah agar terhindar dari kuman
jika si jenazah memiliki penyakit.
Sabun atau bahan lainnya untuk membersihkan tubuh si jenazah
Sampo untuk mengeramasirambut si jenazah agar bersih dari kuman dan kotoran
Air secukupnya untuk proses memandikan. Boleh memakai air yang dialiri oleh
selang, boleh juga menyiapkan air sebanyak tiga ember besar.
Meja besar atau dipan yang cukup dan kuat serta tahan air untuk tempat
meletakkan jenazah ketika dimandikan
Handuk untuk mengeringkan tubuh dan rambut si jenazah.
Kapas,kapur barus, daun bidara, atau wewangian yang lain serta bedak.
Dipersiapkan kain kafan tergantung jenis kelamin.
8. 5
b. Proses dan Tata Cara Memandikan Jenazah
Meletakkan jenazah diatas dipan atau meja, usahakan kepala lebih tinggi dari
kaki
Tempat jenazah harus tertutup, baik dinding maupun atapnya agar aurat dan cela
jenazah tidak terlihat.
Menutup aurat jenazah dengan handuk besar dan kain. Untuk jenazah putra dari
pusar sampai lutut, sedangkan untuk jenazah perempuan dari dada sampai mata
kaki.
Bersihkan kotoran dengan cara mengangkat pundak dan kepala sambil menekan
perut dan dada
Memiringkan ke kanan dan ke kiri sambil ditekan dengan mempergunakan
sarung tangan atau kain perca dan disiram berkali-kali agar kotoran hilang.
Basuhlah jenazah sebagaimana cara berwudhu.[15]
Siram dari mulai yang kanan anggota wudhu dengan bilangan gasal
menggunakan air dan daun bidara, kemudian seluruh tubuh jenazah diberi sabun
termasuk pada lipatan-lipatan yang ada.
Bersihkan tubuhnya dengan air dan miringkan ke kanan serta ke kiri.
Selama memandikan, aurat jenzah harus senantiasa agar tidak terlihat
Kemudian, rambut jenazah dikeramas dan disiram agar bersih. Dan jika
jenazahnya wanita, setelah rambutnya dikeringkan kemudian dipintal menjadi
tiga.[16]
Siramkan pada siraman yang terakhir dengan kapur barus dan miringkan ke
kanan dan ke kiri agar air keluar dari mulutnya dan dari lubang yang lain.
Setelah selesai, badannya dikeringkan dengan handuk, kewmudian ditutup
dengan kain yang kering agar auratnya tetap tertutup.
Bersihkan segala najis yang ada di badannya, utamanya bagian kemaluan,
kemudian meratakan air ke seluruh tubuh atau sebaiknya tiga kali yaitu dengan
9. 6
air yang bersih, air sabun dan air yang bercampur dengan kapur barus. Apabila
sudah selesai kesemuanya yang terakhir adalah di wudhukan.
Setiap mayat muslim itu wajib di mandiakn dengan tiga kali ; pertama dengan air
yang dicampur sedikit kapur dan bidara ; kedua dengan air yang dicapur sedikit
kapur kecuali yang mati dalam keadaan ihram, maka tidak boleh dicampur
dengan kapur ; ketiga dengan aiir murnbi tanpa dicampur apapun. Daun bidara
dan kapur yang dicampur dengan air itu jangan terlalu banyak, karena
dikhawatirkan air tersebut menjadi air mudhaf, sehingga tidak dapat
menyucikan.[3] Antara tiga kali mandi tersebut, diwajibkan pula tertib antara
anggota tubuh yang tiga, yakni dimulai dengan kepala berikut leher, lalu anggota
tubuh yang kanan, dan ketiga anggota tubuh yang kiri.
Pekerjaan yang pertama-tama dilakukan dalam menyelenggarakan urusan mayit adalah
memandikannya, yang mempunyai dua macam cara4
.[4]
1. yaitu cara,asalmemenuhi arti mandi yang dengan demikian maka terlepaslah kita dari
dosa, inilah asal najis yang barangkali ada pada tubuh si mayat hilang, kemudian siramlah
seluruh tubuhnya dengan air secara merata.
2. yaitu cara yang sempurna sehingga memenuhi as-sunnah yakni agar orang
memandikan mayit melakukan hal-hal berikut :
a. letakkanlah mayit di tempat kosong, diatas tempat yang tinggi, papan umpamanya, dan
tutuplah auratnya dengan kain atau semisalnya.
b. Mayat didudukkan di temapt mandi, condong ke belakang, sedang kepalanya di
sandarkan pada tangan kirinya, menekan keras-keras perut si mayat, supaya isinya yang
4
Muhammad JawabMughniyah.FiqihImanJa`farShadiq,(Jakarta: Lentera,1995), hlm.
90
10. 7
mungkin masih tersisa keluar. Sesudah itu balutlah tangan kiri itu dengan kain atau sarung tangan dan dibasuh kemaluannya dan dubur si mayat,
kemudian dibersihkan pula mulut dan lubang hidungnya lantas diwudhukan sepertiwudhu orang yang hidup.
c. Kepala dan wajah si mayat di basuh dengan sabun atau bisa juga digunakan dengan pembersih lainnya. Dilepas rambutnya kalau dia mempunyai
rambut yang panjang, dan kalau ada yang tercabut,maka rambut itu harus dikembalikan dan ditanam bersamanya.
d. Sisi kanan mayat sebelah depan terlebih dahului, barulah kemudian sisi depan sebelah kiri, sesudah itu basuh pula sisi kanannya sebelah kiri, sesudah
itu basuh pula sisi kanannya sebelah belakang, kemudian sisi belakang sebelah kiri, dengan demikian seluruh tubuhnya bisa di ratai air.
11. 8
Penutup
Di dalam memandikan mayat harus teliti supaya mayat itu tidak membawa
kotoran ke hadapan Allah. Perut si mayat harus di tekan, karena di dalam perutnya
itu mungkin masih ada kotoran.
Di dalam memandikan mayat terlebih dahulu adalah niat, karena niat adalah
bahagian dari ibadah. Kemudian siramlah tubuhnya sebelah kanan baru sebelah kiri
sampai air itu merata dalam tubuhnya, setelah semuanya siap, lalu mayat tersebut
diwudhukan.
Demikianlah isi makalah saya ini dan sebelumnya penulis terlebih dahulu
mohon maaf kepada bapak atas kekurangan yang terdapat di dalam makalah saya
ini. Dan saya berterima kasih atas bapak yang sudi memberikan judul ini terhadap
saya, karena saya sudah mengetahui lebih jelas lagi tentang cara-cara memandikan
mayat.
[1] Abu Ihsan Al-Maidani Al-Atsari, Shalat Jenazah (TP, TT, 2001), h 10
[2] Ibrahim Lubis adalah Mahasiswa Pascasarjana IAIN-SU Medan yang saat ini sedang
meyelesaikan tugas akhir yaitu Membuat tesis
[3] A. Munir dan Sudarsono.Dasar-Dasar Agama Islam, (Jakarta : Rineka Cipta, 1992), hlm. 134
[4] Muhammad Jawab Mughniyah. Fiqih Iman Ja`far Shadiq, (Jakarta : Lentera, 1995), hlm. 90
[5] Sayyid Sabiq. Fiqih Sunnah, (Bandung : PT Al-ma`arif, 1994), hlm. 78
[6] Muhammad Anis Sumaji, Panduan Pengurusan Shalat Jenazah, 2011, hlm. 13-18
[7] Muhammad Anis Sumaji, Panduan Pengurusan Shalat Jenazah, 2011, hlm. 22-23
[8] QS At-Taubah-84
[9] A. Munir dan Sudarsono.Op. cit, hlm. 135
[10] Abu Ihsan Al-Maidani Al-Atsari, Shalat Jenazah, 2001, hlm 10-13
[11] Abu Ihsan Al-Maidani Al-Atsari, Shalat Jenazah, 2001, hlm 10-13
[12] Ibid