1. Makalah ini membahas tentang motivasi, motif, dan konflik individu dalam proses pembelajaran. Motivasi dan motif penting untuk memberi dorongan kepada siswa agar belajar dengan giat, sementara guru berperan sebagai sumber motivasi.
2. Terdapat berbagai jenis motivasi dan motif, serta konflik dapat timbul bila ada dua motif yang bertentangan dalam diri individu.
3. Guru perlu membantu mengatasi konflik pada siswa
6 Asumsi Pembelajaran Orang Dewasa (Malcolm S. Knowles)Surya Kresnanda
Memfasilitasi pembelajaran orang dewasa berbeda dengan anak-anak. Malcolm S. Knowles telah merumuskan 6 asumsi yang perlu diyakini saat ingin merancang dan mengimplementasikan proses belajar kepada orang-orang usia dewasa. Ilmu ini sangat bermanfaat untuk Trainer di Perusahaan, serta Pemimpin dalam mendidik timnya,
Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)Rima Trianingsih
I. Perkembangan Moral Menurut Jean Piaget
Perkembangan moral dapat pula dipahami melalui pendekatan kognitif. Piaget (dalam Slavin, 2006:51) bahkan mempercayai bahwa struktur kognitif dan kemampuan kognitif anak adalah dasar dari pengembangan moralnya. Kemampuan kognitif itulah yang kemudian akan membantu anak untuk mengembangkan penalaran yang berkaitan dengan masalah sosial. Untuk mempelajari penalaran moral anak-anak, Piaget menghabiskan waktu yang panjang untuk mengamati anak-anak yang sedang bermain kelereng dan menanyakan kepada mereka tentang aturan permainan yang digunakan. Dalam permainan kelereng tersebut Piaget menemukan beberapa hal yaitu anak di bawah usia 6 tahun pada kenyataannya belum mengenal aturan permainan, sedangkan anak mulai usia 6 tahun sudah mengenal adanya aturan dalam permainan, meskipun mereka belum menerapkannya dengan baik dalam permainan. Anak usia 10-12 tahun , anak-anak sudah mampu mengikuti aturan permainan yang berlaku dan mereka sadar bahwa aturan tersebut dibuat untuk menghindari pertikaian antar pemain.
Piaget kemudian membagi tahap perkembangan moral anak menjadi dua tahapan, yaitu tahap heteronomous dan tahap autonomous.
II. Perkembangan Moral Menurut Lawrence Kohlberg
Mengembangkan teori dari Piaget, Lawrence Kohlberg membagi perkembangan moral menjadi tiga tingkatan, yaitu tingkat prekonvensional, tingkat konvensional, dan tingkat postkonvensional (Slavin, 2006:54). Menurut pandangan Kohlberg dari tiga tingkatan tersebut, anak harus melewati enam tahap dalam dirinya. Setiap tahap memberikan jalan untuk menuju ke tahap selanjutnya ketika anak mampu menemukan ‘aturan’ pada tahap itu, kemudian anak harus meninggalkan penalaran moral dari tahap awal menuju ke tahap berikutnya. Dengan cara tersebut, penalaran moral anak berkembang melalui tiga tingkat yang berbeda meskipun tidak semua anak mampu menguasainya (Manning, 1977:108).
Tahapan-tahapan perkembangan moral yang dikemukakan Kohlberg jauh lebih kompleks dibanding dengan tahapan-tahapan perkembangan moral dalam teori Piaget.
6 Asumsi Pembelajaran Orang Dewasa (Malcolm S. Knowles)Surya Kresnanda
Memfasilitasi pembelajaran orang dewasa berbeda dengan anak-anak. Malcolm S. Knowles telah merumuskan 6 asumsi yang perlu diyakini saat ingin merancang dan mengimplementasikan proses belajar kepada orang-orang usia dewasa. Ilmu ini sangat bermanfaat untuk Trainer di Perusahaan, serta Pemimpin dalam mendidik timnya,
Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)Rima Trianingsih
I. Perkembangan Moral Menurut Jean Piaget
Perkembangan moral dapat pula dipahami melalui pendekatan kognitif. Piaget (dalam Slavin, 2006:51) bahkan mempercayai bahwa struktur kognitif dan kemampuan kognitif anak adalah dasar dari pengembangan moralnya. Kemampuan kognitif itulah yang kemudian akan membantu anak untuk mengembangkan penalaran yang berkaitan dengan masalah sosial. Untuk mempelajari penalaran moral anak-anak, Piaget menghabiskan waktu yang panjang untuk mengamati anak-anak yang sedang bermain kelereng dan menanyakan kepada mereka tentang aturan permainan yang digunakan. Dalam permainan kelereng tersebut Piaget menemukan beberapa hal yaitu anak di bawah usia 6 tahun pada kenyataannya belum mengenal aturan permainan, sedangkan anak mulai usia 6 tahun sudah mengenal adanya aturan dalam permainan, meskipun mereka belum menerapkannya dengan baik dalam permainan. Anak usia 10-12 tahun , anak-anak sudah mampu mengikuti aturan permainan yang berlaku dan mereka sadar bahwa aturan tersebut dibuat untuk menghindari pertikaian antar pemain.
Piaget kemudian membagi tahap perkembangan moral anak menjadi dua tahapan, yaitu tahap heteronomous dan tahap autonomous.
II. Perkembangan Moral Menurut Lawrence Kohlberg
Mengembangkan teori dari Piaget, Lawrence Kohlberg membagi perkembangan moral menjadi tiga tingkatan, yaitu tingkat prekonvensional, tingkat konvensional, dan tingkat postkonvensional (Slavin, 2006:54). Menurut pandangan Kohlberg dari tiga tingkatan tersebut, anak harus melewati enam tahap dalam dirinya. Setiap tahap memberikan jalan untuk menuju ke tahap selanjutnya ketika anak mampu menemukan ‘aturan’ pada tahap itu, kemudian anak harus meninggalkan penalaran moral dari tahap awal menuju ke tahap berikutnya. Dengan cara tersebut, penalaran moral anak berkembang melalui tiga tingkat yang berbeda meskipun tidak semua anak mampu menguasainya (Manning, 1977:108).
Tahapan-tahapan perkembangan moral yang dikemukakan Kohlberg jauh lebih kompleks dibanding dengan tahapan-tahapan perkembangan moral dalam teori Piaget.
PPT Pengembangan Media Pembelajaran (Perencanaan Pembelajaran)Khusnul Kotimah
presentasi mengenai "Pengembangan Media Pembelajaran", guna memenuhi tugas mata kuliah "Perencanaan Pembelajaran".
silahkan kunjungi blog saya di http://khusnulsawo.blogspot.com/
saya tunggu salam dari anda semua.. terima kasiih.. \(^o^)/
Laporan Perkembangan Perilaku Anak Usia 4-6 Tahun - Dewinta SusantiSchool
A Latar Belakang
Banyak orang menyatakan bahwa perkembangan dan pertumbuhan itu sama, akan tetapi pada dasarnya keduanya berbeda. Meskipun memiliki hubungan yang saling terkait, keduanya dapat dipisahkan dan tidak dapat berdiri dengan sendirinya. Dalam ilmu psikologi yang menjadi objek di dalamnya adalah perkembangan manusia sebagai pribadi (sebagai perilakunya). Pada hakikatnya perkembangan adalah suatu perubahan psikologis atau mental yang dialami oleh suatu individu dalam proses menuju kedewasaan. Selain itu faktor lingkunganpun sangatlah berpengaruh terhadap perilaku perkembangan atau perilaku seorang anak karena dengan itulah baik buruknya seseorang dapat ditentukan oleh bawaan atau lingkungan tersebut.
Makalah motivasi belajar tugas mata kuliah psikologi belajareLMafaza1
Makalah motivasi belajar , makalah tugas kuliah yang membahas tentang bagaimana agar siswa termotivasi untuk belajar, disini penulis menurai menjadi beberapa poin penting yang berkaitan tentang motivasi belajar, definisi, apa saja komponen motivasi, apa fungsi motivasi, bagaimana sifat-sifat motivasi dan bagaimana motivasi diperkaya, penulis juga menyertakan referensi yang jelas dalam penyusunan makalah ini, dan makalah ini adalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah psikologi belajar
Motivasi Belajar Disusun untuk memenuhi tugas kuliah psikologi belajareLMafaza1
Makalah motivasi belajar , makalah ini disusun oleh kelompok mahasiswa dari universitas muhammadiyah ponorogo untuk memenuhi tugas mata kuliah pskologi belajar, makalah ini membahas tentang devinisi mitivasi belajar, komponen, jenis, sifat serta bagaimana motivasi itu diperkaya, da semoga makalah ini dapat membantu pembaca untuk manambah keilmuah tentang psikologi belajar
PPT Pengembangan Media Pembelajaran (Perencanaan Pembelajaran)Khusnul Kotimah
presentasi mengenai "Pengembangan Media Pembelajaran", guna memenuhi tugas mata kuliah "Perencanaan Pembelajaran".
silahkan kunjungi blog saya di http://khusnulsawo.blogspot.com/
saya tunggu salam dari anda semua.. terima kasiih.. \(^o^)/
Laporan Perkembangan Perilaku Anak Usia 4-6 Tahun - Dewinta SusantiSchool
A Latar Belakang
Banyak orang menyatakan bahwa perkembangan dan pertumbuhan itu sama, akan tetapi pada dasarnya keduanya berbeda. Meskipun memiliki hubungan yang saling terkait, keduanya dapat dipisahkan dan tidak dapat berdiri dengan sendirinya. Dalam ilmu psikologi yang menjadi objek di dalamnya adalah perkembangan manusia sebagai pribadi (sebagai perilakunya). Pada hakikatnya perkembangan adalah suatu perubahan psikologis atau mental yang dialami oleh suatu individu dalam proses menuju kedewasaan. Selain itu faktor lingkunganpun sangatlah berpengaruh terhadap perilaku perkembangan atau perilaku seorang anak karena dengan itulah baik buruknya seseorang dapat ditentukan oleh bawaan atau lingkungan tersebut.
Makalah motivasi belajar tugas mata kuliah psikologi belajareLMafaza1
Makalah motivasi belajar , makalah tugas kuliah yang membahas tentang bagaimana agar siswa termotivasi untuk belajar, disini penulis menurai menjadi beberapa poin penting yang berkaitan tentang motivasi belajar, definisi, apa saja komponen motivasi, apa fungsi motivasi, bagaimana sifat-sifat motivasi dan bagaimana motivasi diperkaya, penulis juga menyertakan referensi yang jelas dalam penyusunan makalah ini, dan makalah ini adalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah psikologi belajar
Motivasi Belajar Disusun untuk memenuhi tugas kuliah psikologi belajareLMafaza1
Makalah motivasi belajar , makalah ini disusun oleh kelompok mahasiswa dari universitas muhammadiyah ponorogo untuk memenuhi tugas mata kuliah pskologi belajar, makalah ini membahas tentang devinisi mitivasi belajar, komponen, jenis, sifat serta bagaimana motivasi itu diperkaya, da semoga makalah ini dapat membantu pembaca untuk manambah keilmuah tentang psikologi belajar
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
A. Pengertian Motivasi
Kata motif diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif sebagai daya penggerak dari dalam dan didalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Motif juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern(ke-siapsiagaan) Maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif.
Menurut Mc.Donald, Motivasi adalah perubahan energy dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” terhadap tujuan.
Kata motif diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif sebagai daya penggerak dari dalam dan didalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Motif juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern(ke-siapsiagaan) Maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif.
Menurut Mc.Donald, Motivasi adalah perubahan energy dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” terhadap tujuan.
Kata motif diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif sebagai daya penggerak dari dalam dan didalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Motif juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern(ke-siapsiagaan) Maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif.
Menurut Mc.Donald, Motivasi adalah perubahan energy dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” terhadap tujuan.
B. Kebutuhan dan teori tentang motivasi
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa BaratEldi Mardiansyah
Di dalamnya mencakup Presentasi tentang Pendampingan Individu 2 Pendidikan Guru Penggerak Aangkatan ke 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat tahun 2024 yang bertemakan Visi dan Prakarsa Perubahan pada SMP Negeri 4 Ciemas. Penulis adalah seorang Calon Guru Penggerak bernama Eldi Mardiansyah, seorang guru bahasa Inggris kelahiran Bogor.
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
1. BAB I
PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang Masalah
Psikologi pendidikan adalah cabang dari ilmu psikologi yang mengkhususkan diri
pada cara memahami pengajaran dan pembelajaran dalam lingkungan pendidikan.
Psikologi pendidikan merupakan sumbangsih dari ilmu pengetahuan psikologi terhadap
dunia pendidikan dalam kegiatan pendidikan pembelajaran, pengembangan kurikulum,
proses belajar mengajar, sistem evaluasi, dan layanan konseling merupakan serta
beberapa kegiatan utama dalam pendidikan terhadap peserta didik, pendidik, orang tua,
masyarakat dan pemerintah agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara sempurna dan
tepat guna.
Pendidikan memang tidak bisa dilepaskan dari psikologi. Oleh karena itu, agar tujuan
pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efisien, maka setiap orang yang terlibat
dalam pendidikan tersebut seyogyanya dapat memahami tentang perilaku individu
sekaligus dapat menunjukkan perilakunya secara efektif.
Dunia pendidikan khususnya di sekolah, memegang peranan penting dalam proses belajar
selain instasi sekolah adalah adanya kerjasama antara guru dan siswa. Seorang guru
memegang peranan penting dalam membentuk siswanya. Tidak hanya membentuk dalam
bentuk pola pikir atau pengetahuan, seorang guru juga dituntut untuk dapat membentuk
siswanya dari segi tingkah laku dan emosional siswa.Seorang guru juga berperan sebagai
pengganti orang tua atau orang tua kedua bagi siswa disekolah. Sehingga seorang guru
harus dapat dan mampu memberikan contoh yang posistif atau memberikan motivasi
yang baik bagi siswa. Di sekolah sering sekali terdapat anak yang malas, tidak
menyenangkan, suka membolos, dan lain sebagainya. Dalam hal demikian berarti bahwa
guru tidak berhasil memberikan motivasi yang tepat untuk mendorong dan memberi
semangat bagi anak didiknya agar dapat belajar dengan sungguh-sungguh .
2. 2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka dalam makalah ini penulis merumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah motif itu?
2. Apa yang dimaksud dengan motivasi ?
3. Apa itu konflik individu?
C. Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui arti motif.
2. Untuk mengetahui arti dari motivasi.
3. Untuk mengetahui arti dari konflik individu.
3. BAB II
PEMBAHASAN
3
A. Motif
1. Pengertian
Motif adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai sesuatu tujuan (Sumadi Suryabrata,
2004:70)
Jadi, motif bukanlah hal yang dapat diamati, tetapi adalah hal yang dapat disimpulkan
adanya karena sesuatu yang dapat kita saksikan. Tiap aktivitas yang dilakukan oleh
seseorang itu didorong oleh sesuatu kekuatan dari dalam diri orang itu, kekeuatan
pendorong inilah yang kita sebut motif.
2. Macam-macam Motif
Pendapat mengenai klasifikasi motif itu ada bermacam-macam. Beberapa yang
terkenal adalah seperti yang dikemukakan di bawah ini.
a. Menurut Woodworth dan Marquis (1995: 301-333) dalam (Sumadi Suryabrata, 2004: 71)
motif itu dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
1) Kebutuhan-kebutuhan organik, yang meliputi ;
Kebutuhan untuk minum,
Kebutuhan untuk makan,
Kebutuhan untuk bernafas,
Kebutuhan seksual,
Kebutuhan untuk berbuat, dan
Kebutuhan untuk beristirahat.
2) Motif-motif darurat, yang mencakup:
Dorongan untuk menyelamatkan diri,
Dorongan untuk membalas,
Dorongan untuk berusaha,
Dorongan untuk memburu.
4. Dorongan ini timbul karena perangsang dari luar. Pada dasarnya dorongan-dorongan
ini telah ada sejak lahir, tetapi bentuk-bentuknya tertentu yang sesuai dengan
perangsang tertentu berkembang karena dipelajari.
3) Motif-motif objektif, yang mencakup:
Kebutuhan-kebutuhan untuk melakukan eksplorasi,
Kebutuhan untuk melakukan manipulasi,
Kebutuhan untuk menaruh minat.
Motif-motif ini timbul karena dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar (sosial
dan non sosial) secara efektif.
b. Penggolongan lain dalam (Sumadi Suryabrata, 2004: 71-72) didasarkan atas terbentuknya
motif-motif itu. Berdasarkan atas hal ini dapat dibedakan adanya dua macam motif, yaitu:
1) Motif-motif bawaan, yaitu motif-motif yang dibawa sejak lahir, jadi ada tanpa
dipelajari, seperti:
Dorongan untuk makan,
Dorongan untuk minum,
Dorongan untuk bergerak dan beristirahat,
Dorongan seksual.
Motif-motif ini seringkali disebut juga motif-motif yang disyaratkan secara biologis,
artinya ada dalam warisan biologis manusia.
2) Motif-motif yang dipelajari, yaitu motif-motif yang timbulnya karena dipelajari,
seperti:
Dorongan untuk belajar sesuatu cabang ilmu pengetahuan,
Dorongan untuk mengejar sesuatu kedudukan dalam masyarakat, dan sebagainya.
Motif-motif ini seringkali disebut juga motif-motif yang disyaratkan secara sosial,
karena manusia hidup dalam lingkungan sosial dengan sesama manusia maka motif-motif
4
golongan ini terbentuk.
c. Berdasarkan atas jalarannya (Sumadi Suryabrata, 2004: 72-72), maka orang membedakan
adanya dua macam motif, yaitu:
1) Motif-motif ekstrinsik, yaitu motif-motif yang berfungsinya karena adanya
perangsang dari luar, misalnya orang belajar giat karena diberi tahu bahwa sebentar
5. lagi akan ada ujian, orang membaca sesuatu karena diberi tahu bahwa hal itu harus
dilakukannya sebelum dia dapat melamar pekerjaan, dan sebagainya.
2) Motif-motif intrinsik, yaitu motif-motif yang berfungsinya tidak usah dirangsang dari
luar. Memang dalam diri individu sendiri telah ada dorongan itu. Misalnya orang
yang gemar membaca tidak usah ada yang mendorongnya telah mencari sendiri buku-buku
untuk dibacanya, orang yang rajin dan bertanggung jawab tidak usah menanti
komando sudah belajar secara sebaik-baiknya.
d. Ada juga ahli yang menggolongkan motif-motif itu menjadi dua macam atas dasar isi
atau persangkutpautannya dalam (Sumadi Suryabrata, 2004: 73-74), yaitu:
1) Motif jasmaniah, seperti: refleks, instink, otomatisme, nafsu, hasrat’ dan sebagainya.
2) Motif rohaniah, yaitu kemauan.
Kemauan itu terbentuk melalui empat momen, seperti disajikan berikut ini.
a) Momen timbulnya alasan-alasan:
Misalnya seseorang sedang giat belajar dikamar karena (alasannya) sebentar lagi
akan menempuh ujian. Sekonyong-konyong dipanggil ibunya dan disuruh
mengantar/menemui tamu melihat pertunjukan wayang orang.
Disini timbul alasan baru: mungkin keinginan menghormati tamu, untuk tidak
mengecewakan ibunya, untuk menyaksikan pertunjukan wayang oran tersebut.
5
b) Momen pilih;
Momen pilih, yaitu keadaan dimana ada alternatif-alternatif, yang mengakibatkan
persaingan antara alasan-alasan itu. Di sini orang menimbang-nimbang dari
berbagai segi untuk menentukan pilihan, alternatif mana yang dipilih.
c) Momen putusan:
Momen perjuangan alasan-alasanberakhir dengan dipilihnya salah satu alternatif,
dan ini menjadi putusan, ketetapan yang menentukan aktivitas yang akan
dilakukan.
d) Momen terbentuknya kemauan:
Dengan diambilnya sesuatu keputusan, maka timbullah di dalam batin manusia
dorongan untuk bertindak, melakukan putusan tersebut.
6. 6
B. Motivasi
1. Pengertian
Dalam (Ratna Yudhawati dan Dani Haryanto, 2011: 79) motivasi dapat diartikan
sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat presentasi dan
antusiasismenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam
diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi
ekstrinsik)
Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap
kualitas prilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar bekerja maupun dalam
kehidupan lainnya. Kajian tentang motivasi telah sejak lama memiliki daya tarik
tersendiri bagi kalangan pendidik, manajer, dan peneliti, terutama dikaitkan dengan
kepentingan upaya pencapaian kinerja (prestasi) seseorang (Ratna Yudhawati dan Dani
Haryanto, 2011: 79).
2. Macam-macam Motivasi
Dalam membicarakan soal macam-macam motivasi, menurut (Syaiful Bahri
Djamarah, 2000: 115-117) hanya akan dibahas dari dua sudut pandang, yakni motivasi
yang berasal dari dalam diri pribadi seseorang yang disebut “motivasi intrinsik” dan
motivasi yang berasal dari luar diri seseorang disebut “motivasi ekstrinsik”
a. Motivasi Intrinsik
Yang dimaksud dengan motivasi intrisik adalah motif-motif yang terjadi
aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri
individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsic. Motivasi
ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang
dari luar.
7. 7
C. Konflik Individu
Menurut KBBI dalam (Primadi Avianto, 2011), konflik adalah percekcokan;
perselisihan; pertentangan. Dari asal kata configere yang berarti saling berbenturan.
Yakni semua bentuk benturan, tabrakan, ketidaksesuaian, pertentangan, perkelahian, dan
interaksi- interaksi yang saling bertentangan.
Dalam diri individu akan didapati sekian banyak motif yang mengarah kepada
tujuan tertentu. Dengan beragam motif yang terdapat dalam diri individu, adakalanya
individu harus berhadapan dengan motif yang saling bertentangan atau biasa disebut
konflik.
Konflik (conflict), terjadi ketika ada dua atau lebih motif yang saling bertentangan
sehingga individu berada dalam situasi petentangan batin, kebingungan, dan keragu-raguan.
Bentuk-bentuk konflik tersebut menurut (Jufry Malyno, 2012), antara lain:
1. Approach-approach Conflict
Approach-approach Conflict, dimana seseorang mengalami konflik karena
diperhadapkan pada dua tujuan yang sama-sama menguntungkan atau sama-sama
disukai, karena memiliki daya tarik yang sama juga. Sebagai contoh, di waktu yang sama,
seseorang harus membuat pilihan menerima promosi jabatan yang sudah lama
didambakan atau pindah tempat tugas ke tempat lain dengan iming- iming gaji yang besar.
2. Avoidance-avoidanceConflict
Di sini, seseorang menghadapi situasi yang mengharuskan ia terpaksa memilih di
antara dua alternatif yang sama-sama tidak disukai atau sama-sama dianggap buruk.
Contoh kongkrit, seumpama seseorang disuruh memilih untuk dipindahkan kerja ke
daerah lain pada lokasi yang tidak menyenangkan, atau tidak pindah ke tempat baru yang
disuruh tapi gajinya diturunkan.
3. Approach-avoidanceconflict
Pada kasus ini, seseorang harus menghadapi situasi dimana waktu ia memilih, ia
harus menghadapi konsekwensi yang saling bertolak belakang. Misalnya, orang itu akan
8. memperoleh gaji yang sangat besar, tapi harus pindah ke tempat terpencil yang sangat
tidak disukai.
Jika peserta didik menghadapi konflik-konflik seperti tersebut diatas, maka
tentunya akan mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan dan sangat mungkin
mengakibatkan terjadinya pergolakan jiwa atau perang batin yang berkepanjangan.
Disinilah peran guru sangat dibutuhkan untuk sedapat mungkin membantu para peserta
didik agar terhindar dari konflik yang berkepanjangan dan rasa frustasi yang mendalam
sekaligus memberikan bimbingan yang bermanfaat bagi peserta didik untuk mengatasi
setiap permasalahan atau konflik yang mereka alami.
8
9. BAB III
PENUTUP
9
A. Kesimpulan
1. Motivasi merupakan bagian yang tidak boleh dilupakan dalam proses pendidikan.
Karena motivasi akan dapat memberi semangat atau dorongan terhadap siswa agar
dapat dengan giat mengikuti proses pendidikan khususnya proses pendidikan di
sekolah. Guru berperan sebagai sumber motivasi yang dibutuhkan oleh siswanya.
Dengan terpenuhinya kebutuhan siswa yang berpedoman terhadap karakteristik
seorang guru yang menjadi sosok pengganti orang tua di sekolah, siswa pun akan
dapat memiliki motivasi dalam belajar. Maka sebagai dampak positif dari itu semua
proses pendidikan akan dapat berjalan dengan lancar dan tujuan pendidikan pun akan
dapat tercapai.
2. Konflik hanya dapat dicapai dan diselesaikan di lokasi emosional mereka
dengan orang yang telah memperoleh keterampilan memproses emosional.
B. Saran
Demikian yang dapat kami sajikan dalam makalah ini. Mungkin masih banyak
kekurangan yang perlu dibenahi. Kami membuka lebar pintu kritik dan saran bagi yang
berkenan, untuk pembenahan makalah ini. Sehingga kesalahan yang ada dapat dibenahi,
serta menjadi pelajaran untuk pembuatan makalah yang lebih sempurna lagi.
Kesalahan dalam belajar adalah sesuatu yang wajar dan maklum. Tetapi perlu adanya
perbaikan sehingga kesalahan yang sama tidak terulang lagi. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat khususnya bagi penulis, umumnya bagi semua yang berkenan menelaah
tulisan kami ini. Sekian, terima kasih.