SlideShare a Scribd company logo
PSIKOLOGI KEPRIBADIAN II 
“Logoterapi – Viktor E. Frankl” 
Disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah Psikologi Kepribadian II 
Disusun Oleh: 
Bunga Latif (46112120011) 
Dewi Puspita Sari (46112120014) 
Tri Astuti (46112120022) 
Fakultas Psikologi 
Universitas Mercu Buana 
Menteng 
2014
A. BIOGRAFI 
Viktor Emil Frankl lahir pada tanggal 26 Maret 1905 di Wina dan meninggal 2 September 
1997 pada umur 92 tahun Beliau berasal dari keluarga Yahudi kelas menengah masyarakat 
Austria. Beliau adalah Profesor dalam bidang neurologi dan psikiatri di The University of Vienna 
Medical School dan guru besar luar biasa bidang logoterapi pada U.S.International 
University.Dia adalah pendiri apa yang biasa disebut madzhab ketiga psikoterapi dari Wina 
(setelah psikoanalisis Sigmund Freud dan psikologi individu Alfred Adler), yaitu aliran 
logoterapi. Minat Frankl terhadap psikologi muncul sejak ia masih muda. Untuk ujian akhir 
(Matura) di SMA ia menulis sebuah makalah tentang psikologi pemikiran filsafat. Setelah lulus 
dari SMA pada 1923, ia belajar kedokteran di Universitas Wina dan kemudian mengambil 
spesialisasi dalam neurologi dan psikiatri. 
Ayahnya adalah seorang Yahudi Saleh yang pernah menjadi mahasiswa kedokteraan, tetapi 
terpaksa menghentikan kuliahnya karena kekurangan biaya. Setelah berhenti kuliah Ia bekerja 
dibagian Sekretariat Parlemen Kerajaan Austria sebagai penulis steno selama 10 tahun dan 
akhirnya menjadi pegawai tetap Depertemen Sosial sampai pensiun.Ayah frankl banyak menaruh 
perhatian pada masalah kesejahteraan pemuda, betapa gembiranya waktu anaknya, Viktor Frankl 
memilih studi kedokteran, bidang yang didambaannya yang kandas karena kekurangan biaya. 
Setelah lulus menjadi dokter, Viktor Frankl mengambil alih dalam bidang Neuro – psikiatri ( ahli 
penyakit syaraf dan jiwa ) dan berhasil meraih gelar dokter dalam Ilmu kedokteran ( M.D ), 
kemudian Dokter dalam Ilmu Filsafat ( Ph.D ) di Universitas Wina. 
Frankl meraih gelar Dokter dalam obat-obatan (M.D.) pada tahun 1930, dan Doktor filosofi 
(Ph.D.) pada tahun 1949, keduanya dari Universitas Vienna. Disamping itu, dia juga 
mendapatkan gelar Honoriskausa dari universitas di seluruh dunia yang jumlahnya lebih dari 
120. Dia menjadi pembicara terhormat pada United States International University di San 
Diego.Frankl juga menjadi Profesor tamu di Harvard, Duquesne, dan Southern Methodist 
Univercities. Dia menerima beberapa gelar kehormatan dari Loyola University di Chicago, 
Edgecliff, Rockford College dan Mount Mary College, serta dari universitas-universitas di 
Brazil, Venezuela, dan Afrika Selatan. Dia menjadi dosen tamu di berbagai universitas di seluruh 
dunia. Dia juga menjabat sebagai presiden di Austrian Medical Society of Psychotherapy serta 
anggota kehormatan di Austrian Academy of Sciences.
Dari tahun 1942 sampai 1945, Frankl menjadi tawanan di kamp konsentrasi Jerman, 
dimana orang tuanya, saudara laki-lakinya, isteri dan anak-anaknya mati. Pengalaman 
mengerikan di kamp konsentrasi tidak pernah hilang dari ingatannya, tetapi dia bisa 
menggunakan kenangan mengerikan itu secara konstruktif dan tidak mau kenangan itu 
memudarkan rasa cintanya dan kegairahannya untuk hidup. 
Teori dan terapi Viktor Frankl lahir dari pengalamannya selama menjadi tawanan di kamp 
konsentrasi Nazi. Di sana, ia menyaksikan banyak orang yang mampu bertahan hidup atau mati 
di tengah siksaan. Hingga akhirnya dia menganggap bahwa mereka yang tetap berharap bisa 
bersatu dengan orang-orang yang dicintai, punya urusan yang harus diselesaikan di masa depan, 
punya keyakinan kuat, memiliki kesempatan lebih banyak daripada yang kehilangan harapan. 
Di kamp konsentrasi yang dibangun oleh Nazi itu, Frankl banyak belajar tentang makna 
hidup, dan lebih spesifik lagi makna penderitaan. Ia pun mempraktekkan psikoterapi kelompok 
bagi sesama tawanan guna membantu mereka dalam mengatasi kesia-siaan, keputusasaan, 
keinginan bunuh diri dan berbagai kondisi patologis yang ia duga bersumber pada pengalaman 
kegagalan menemukan makna. Bagi Frankl, pelajaran dan praktek di dalam kamp konsentrasi 
memperkaya hasil studi formalnya dan menjadi bekal yang amat berharga dalam kehidupan 
profesinya sebagai teoritisi dan praktisi psikoterapi di kemudian hari. 
Dari pengalaman hidupnya, Frankl belajar bahwa manusia dapat kehilangan segala sesuatu 
yang dihargainya kecuali kebebasan manusia yang sangat fundamental yaitu kebebasan untuk 
memilih suatu sikap atau cara bereaksi terhadap nasib kita, kebebasan untuk memlilih cara kita 
sendiri. Apa yang berarti dalam eksistensi manusia, bukan semata-mata nasib yang menantikan 
kita, tetapi bagaimana cara kita menerima nasib itu. 
Frankl percaya bahwa arti dapat ditemukan dalam semua situasi, termasuk penderitaan dan 
kematian. Frankl berasumsi bahwa hidup ini adalah penderitaan, tetapi untuk menemukan sebuah 
arti dalam penderitaan maka kita harus terus menjalani dan bertahan untuk tetap hidup. Frankl 
menyatakan pentingnya dorongan dalam mencari sebuah arti untuk eksistensi manusia sebagai 
suatu sistem, yang kemudian disebut logoterapy. Logoterapy kemudian menjadi model 
psikoterapinya.
B. KARYA-KARYA 
Setelah perang berakhir dan semua tawanan yang masih tersisa di bebaskan, Frankl 
kembali ke Wina sebagai kepala bagian neurologi dan psikiatri di Poliklinik Hospital dan 
mengajar kembali di The University of Vienna Medical School. Selanjutnya Frankl 
menyebarluaskan pandangannya tentang logoterapi melalui artikel, buku dan ceramah-ceramah. 
Ia juga aktif melakukan kunjungan-kunjungan ke berbagai universitas di seluruh dunia sebagai 
dosen tamu atau pembicara, sebagaimana yang telah dipaparkan di atas. 
Tulisan Dr. Frankl pertama kali dimuat pada tahun 1924 dalam The International Journal 
of Psychoanalysis dan telah menerbitkan dua puluh tujuh buku, yang telah diterjemahkan dalam 
19 bahasa termasuk bahasa Jepang dan Cina. 
Mulai tahun 1946, setelah pembebasan dari kamp konsentrasi, karyakarya Frankl mulai 
muncul dan ternyata mendapat sambutan hangat dari kalangan ilmuwan, budayawan, pendidik, 
filosof, dan rohaniwan. Lebih-lebih setelah pengalamannya menjadi penghuni kamp konsentrasi 
ditulis dalam buku from Death Camp to Existensialism, kemudian judulnya diubah 
menjadi Man’s Search for Meaning, yang menjadi best seller di Amerika Serikat. Buku ini 
seakan-akan menjadi pembuka bagi logoterapi untuk masuk dan berkembang di Amerika Serikat 
dan menyebar ke negara-negara lain, serta akhirnya mendunia sebagai salah satu aliran dalam 
psikologi atau psikiatri modern. 
Man’s Search for Meaning merupakan edisi revisi dan perluasan dari from Death Camp to 
Existensialism, yang terpilih sebagai “Book of The Year” oleh Colby College, Baker University, 
Earlham College, Olivet Nazarene College dan St. Mary’s Dominian College. 
Selain itu, buku ini telah terjual lebih dari 2 juta eksemplar, sebuah rekor penjualan yang 
cukup spektakuler yang jarang bisa dicapai oleh buku nonfiksi. Sebagian besar bukunya telah 
diterjemahkan dari bahasa Jerman ke dalam berbagai bahasa, yang meliputi bahasa Inggris, 
Belanda, Itali, Spanyol, Portugis, Swedia, Polandia, Jepang dan Korea. 
Frankl memulai kegiatan menulisnya dengan penulisan artikel. Artikel pertamanya ditulis 
untuk jurnal psikologi individual. Ia juga pernah menulis artikel untuk jurnal psikoanalisis atas 
permintaan Freud. 
Buku-buku penting lainnya yang ditulis Frankl diantaranya adalah The Will to Meaning, 
The Unheard Cry for Meaning, Psychotherapy and Existensialism, The Unconscious God, 
Synchronization in Buchenwald yang secara keseluruhan menggambarkan orientasi atau
pendekatan eksistensialfenomenologis Frankl yang unik dalam menangani berbagai masalah 
klinis maupun non klinis melalui logoterap. Selain dalam bentuk artikel dan buku, karya-karya 
Frankl juga dapat dipelajari melalui film, rekaman dan kaset, serta edisi braile untuk kaum tuna 
netra. 
C. PEMIKIRAN VIKTOR E. FRANKL TENTANG LOGOTERAPI 
1) Gambaran Umum Logoterapi 
Kata logoterapi terbentuk dari dua kata, yaitu “logo” berasal dari kata “logos” yang 
diambil dari bahasa Yunani diterjemahkan dengan kata “arti” (meaning). Adapun kata 
“terapi” berasal dari bahasa Inggris “therapy” yang artinya penggunaan teknik untuk 
menyembuhkan dan mengurangi atu meringankan suatu penyakit. Kemudian logoterapi 
berbicara tentang arti dari eksistensi manusia dan kebutuhan manusia akan arti, dan juga 
teknik-teknik terapeutis khusus untuk menemukan arti dalam kehidupan. 
Dalam tahun 1930, Frankl menyebut pendekatannya ini Existenzanalyse (analisis 
eksistensialis). Akan tetapi, istilah “analisa eksistensial” pada saat itu dipakai dengan 
sangat leluas oleh beberapa ahli teori dalam Negara tempat dia bekerja. Untuk menghindari 
kekacauan ini, maka Frankl mengganti istilah “logotherapy” untuk menggambarkan 
sistemnya. 
Logoterapi diketahui dari hadirnya pertama kali adalah suatu metode psikoterapi untuk 
menangani orang-orang yang kehidupannya kehilangan arti. (Duane Schultz, 1991:150). 
Meskipun “logos” yang mempunyai komponen dari kata logoterapi ini mempunyai arti 
“rohani” secara harfiah, tetapi Frankl menyatakan bahwa rohani dalam logoterapi tidak 
mengandung unsur keagamaan, bahkan cenderung bersifat sekuler—di mana logoterapi 
memisahkan antara agama dan teknik logoterapi itu sendiri. 
Logoterapi percaya bahwa perjuangan untuk menemukan makna dalam kehidupan 
seseorang merupakan motivator utama orang tersebut. Maka dari itu, Frankl menyebutnya 
sebagai keinginan untuk mencari makna hidup yang sangat berbeda dengan pleasure 
principle (prinsip kesenangan) yang merupakan dasar dari aliran psikoanalisis Freud dan
juga berbeda dengan will to power yang merupakan landasan dari teori Erikson, atau pun 
striving for superiority yang merupakan pokok utama aliran psikologi Adler. 
Dengan kata lain, Frankl menjelaskan bahwa dorongan utama manusia dalam 
kehidupan adalah mencari bukan diri melainkan arti; dalam beberapa hal, ini menyangkut 
“melupakan” diri kita. Jadi, menurut Frankl tujuan dari hidup tidak selalu perihal 
aktualisasi diri. Frankl menolak perjuangan manusia untuk membangun setiap keadaan atau 
kondisi diri entah untuk kekuasaan, kenikmatan, atau aktualisasi. Frankl mengemukakan 
bahwa pandangan serupa itu menggambarkan orang sebagai sistem yang tertutup, yang 
tidak menyangkut interaksi dengan dunia yang nyata atau dengan orang-orang lain, tetapi 
hanya dengan diri. Frankl percaya bahwa mengejar tujuan semata-mata dalam diri kita 
adalah merusak diri. 
Semakin banyak kita mengejar kesenangan maka mungkin semakin kurang kita 
menemukannya. Kehidupan yang diarahkan untuk mengejar kebahagiaan tidak pernah akan 
menemukan kebahagiaan. Semakin kita berpusat pada kebahagiaan sebagai tujuan, maka 
semakin juga kita tidak akan melihat pertimbangan yang sehat untuk berbahagia. 
Kenikmatan dan kebahagiaan terjadi dan menambahkan kesenangan hidup, tetapi 
kenikmatan dan kebahagiaan bukanlah tujuan hidup. Kebahagiaan tidak dapat dikejar dan 
ditangkap; biasanya timbul secara spontan dari pemenuhan arti, dari mencapai tujuan di 
luar diri. 
Jadi, yang penting bukanlah aktivitas yang dikerjakannya, melainkan bagaimana 
caranya ia melakukan aktivitas itu, yaitu sejauh mana ia dapat menyatakan keunikan 
dirinya dalam akivitas itu. Adapun ajaran logoterapi dirumuskan oleh Joseph B. Fabry 
sebagai berikut: 
· Hidup itu bermakna dalam kondisi apapun 
· Kita memiliki kehendak hidup bermakna dan menjadi bahagia hanya ketika kita 
merasa telah memenuhinya. 
· Kita memiliki kebebasan—dengan segala keterbatasan—untuk memenuhi makna 
hidup kita 
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa tujuan utama dari logoterpi sendiri adalah
meraih hidup bermakna dan mampu mengatasi secara efektif berbagai kendala dan 
hambatan pribadi. Logoterapi tidak menyikapi setiap penderitaan (termasuk kematian) 
secara pesimistis, tetapi secara aktif. Sebagaimana yang dikemukakan Frankl (1988:73): 
Logotherapy is an optimistic approach to life, for it teaches that there are no tragic 
and negative aspects which could not be by the stand one takes to them transmuted into 
positive accomplishment. 
Dari pernyataan tersebut, Frankl menekankan sikap optimis dalam menjalani 
kehidupan dan mengajarkan bahwa tidak ada penderitaan dan aspek negative yang tidak 
dapat diubah menjadi suatu yang positif. Karena manusia mempunyai kapasitas untuk 
melakukan hal itu dan mampu mengambil sikap yang tepat terhadap apa yang sedang 
dialaminya. 
2) Landasan Filosofi Logoterapi 
Logoterapi mempunyai 3 konsep yang menjadi landasan filosofinya, yaitu kebebasan 
berkeinginan, keinginan akan maknaa, dan makna hidup. 
- Kebebasan Berkeinginan (The Freedom Of Will) 
Pemikiran ini terlahir setalah Frankl kembali dari kamp-kamp penahanan Nazi, 
dia kembali dengan pengetahuan yang lahir dari pengalaman yang merupakan sumber 
langsung di mana manusia dalam beberapa atau semua situasi, memiliki pilihan atas 
tindakan-tindakannya. 
Kita mampu mempertahankan, meskipun dalam saat-saat yang sangat gelap, 
suatu sisa kebebasan spiritual, suatu potongan kebebasan. Frankl belajar bahwa 
manusia dapat kehilangan segala sesuatu yang dihargainya kecuali kebebasan 
manusia yang sangat fundamental: kebebasan untuk memilih suatu sikap atau cara 
bereaksi terhadap nasib kita, kebebasan untuk memilih cara kita sendiri. 
Apa yang berarti dalam eksistensi manusia, bukan semata-mata nasib yang 
menantikan kita, tetapi cara bagaimana kita menerima nasib itu. Dan Frankl percaya 
bahwa arti dapat ditemukan dalam semua situasi, termasuk penderitaan dan kematian. 
Frankl menulis, “Hidup adalah menderita, tetapi untuk menemukan suatu arti dalam 
penderitaan seseorang ialah tetap hidup”.
Manusia mempunyai peranan yang sangat penting dalam tiap pengambilan 
keputusan yang menyangkut nasib kehidupan mereka. Meskipun kita dulu tidak ada 
pilihan untuk dilahirkan atau tidak, cara kita hidup dan menjadi apa kita ini 
merupakan hasil pilihan-pilihan yang kita tentukan (Corey, 1995: 255, dalam library 
walisongo). 
Dalam logoterapi diterangkan bahwa manusia mempunyai kebebasan yang 
terikat dengan keterbatasan, karena manusia adalah makhluk yang serba terbatas. Dan 
yang menjadi keterbatsan itu adalah: 
Pertama, kebebasan manusia bukan merupakan kebebasan dari kondisi-kondisi 
(biologis, psikologis, dan sosiologis), melainkan kebebasan yang menentukan sikap 
terhadap kondisi-kondisi tersebut. 
Frankl berpendapat bahwa manusia tidak sepenuhnya dikondisikan dan 
dipengaruhi; manusia bisa menentukan sendiri apakah dia akan menyerah atau 
mengatasi kondisi-kondisi yang dialami. Manusia bukan seperti mesin yang hanya 
sekedar hidup dan berjalan, di sini manusia benar-benar mempunyai control penuh 
tentang apa yang seharusnya merek pilih dan mereka abaikan. Inilah yang nantinya 
menjadikan manusia disebut sebagai “the self determining being” yang menunjukkan 
bahwa manusia memiliki kebebasan untuk menentukan apa yang dianggap penting 
dan baik bagi dirinya. (Bastaman, 1996: 13, dalam library walisongo). 
Kedua, kebebasan harus disertai dengan tanggung jawab (responsibility). Tanpa 
adanya tanggung jawab yang mendampingi jalannya kebebasan, maka manusia akan 
bertindak secara sewenang-wenang. 
Penekanan pada sikap bertanggung jawab tercermin dalam doktrin logoterapi, 
yaitu; 
“Hiduplah seakan-akan anda sedang menjalani kehidupan untuk kedua kalinya 
dan hiduplah seakan-akan anda sedang bersiap-siap untuk melakukan tindakan yang 
salah untuk pertama kalinya.” (Frankl, 2004: 173, dalam library walisongo).
Maka dari itu, bagi kaum eksistensialis seperti Frankl, hidup bebas dan menjadi 
manusia itu adalah identik. Kebebasan dan tanggung jawab berjalan seiring. Kita 
pencipta hidup kita sendiri 
- Kehendak Untuk Hidup Bermakna (The Will To Meaning) 
Upaya manusia untuk mencari makna hidup merupakan motivator utama dalam 
hidupnya, dan bukan “rasionalisasi sekunder” yang muncul karena dorongan-dorongan 
naluriah. Kemauan akan arti ini membuat manusia secara terus menerus 
mencari bukan diri kita melainkan suatu arti untuk member suatu maksud bagi 
eksistensi kita sebagai manusia. 
Makna hidup merupakan suatu yang unik dan khusus, yang mana makna hidup 
ini hanya mampu dipenuhi oleh orang yang bersangkutan saja. 
Jika para tokoh lainnya berpendapat bahwa makna-makna dan nilai-nilai hidup 
merupakan “mekanisme pertahanan diri”, “formasi reaksi”, dan “sublimasi”. Namun 
Frankl membantah hal tersebuut, Frankl tidak mau jika hidupnya hanya sebuah reaksi 
formasi, dan dia juga tidak mau jika harus mati sebagai sebuah mekanisme 
pertahanan diri. 
Frankl memberi tanggapan bahwa kesenangan sama sekali bukan tujuan, 
melainkan “akibat samping” dari tercapainya suatu tujuan. Sama juga halnya dengan 
kekuasaan adalah sarana atau alat untuk mencapai tujuan, dan bukan tujuan itu 
sendiri. Kesenangan dan kekuasaan sebenarnya tercakup dalam the will to meaning, 
kekuasaan merupakan sarana penting mencapi makna hidup, dan kesenangan 
merupakan akibat samping dari erpenuhinyha makna dan tujuan hidup (Bastaman, 
1994: 15, dalam library walisongo). Di mana dalam ajarannya Frankl mempercayai 
bahwa hasrat untuk hidup sesuatu yang khayali atau yang diada-adakan, meliainkan 
kenyataan yang benar-benar dirasakan penting oleh manusia dalam kehidupannya. 
Bastaman menggambarkan proses untuk meraih hidup bermakna seperti skema 
di bawah ini: 
Bahagia
Hasrat Hidup 
Bermakna 
Terpenuhi 
Tidak Terpenuhi 
Hidup 
Bermakna 
Hidup tak 
bermakna/frusta 
si eksistensial 
Neurosis 
noogenik 
Setiap orang cenderung untuk menginginkan dirinya untuk menjadi orang yang 
bermakna dan beharga bagi orang lain, keluarganya, lingkungan hidpnya, atau paling 
tidak kita dapat menjadi manusia yang bisa bermakna dan berharga bagi dirinya 
sendiri. 
Untuk meraih apa-apa yang diinginkan dalam kehidupnnya, kita sebagai manusia 
yang indepent, diharapkan dapt membebaskan bayangan kebesaran orang lain dalam 
kehidupan kita, kalaupun kita akan menjadi orang yang berharga dan bermakna bagi 
orang lain itu seua karena diri kita sepenuhnya, bukan atas pengaruh orang lain. 
Hal ini dikarenakan, jika kita mengejar kebermaknaan hidup karena orang lain, 
maka kebebasan kita sebagai manusia yang bebas tidak sepenuhnya dapat 
mendapatkan apa yang seharusnya kita dapatkan. Kebebasan fundamental ang 
dimiliki oleh kita otomatis akan terenggut oleh kehadiran orang lain. 
- Tentang Makna Hidup (The Meaning Of Life) 
Yang dimaksud dengan makna hidup dalam logoterapi adalah makna yang 
terkandung dan tersembunyi dalam setiap situasi yang dihadapi seseorang sepanjang 
hidup mereka (Frankl, 2004: 219).
Makna hidup yaitu hal-hal yang memberikan arti khusus bagi seseorang, yang 
apabila berhasil dipenuhi akan menyebabkan kehidupannya dirasa berarti dan 
bahagia. 
Makna hidup yang dikenalkan oleh Frankl ini mempunyai sifat yang unik, 
spesifik, personal, sehingga tiap orang mempunyai arti masing-masing dalam 
memaknai hidup mereka, dan berbeda dari orng satu dengn orang lainnya. Selain itu, 
makna hidup juga akan berbeda di tiap harinya, bahkan di tiap jam makna dari hidup 
itu akan mengalami pergeseran. Karena itu yang penting bukan makna hidup secara 
umum, melainkan makna khusus dari hidup seseorang pada suatu saat tertentu. 
Dalam logoterapi, untuk mencapai makna hidup manusia tidak boleh mencari 
makna hidup yang abstrak. Setiap orang mempunyai pekerjaan dan misi untuk 
menyelesaikan pekerjaan atau tugas khusus dalam hidupnya. Karena itu, manusia 
memiliki tugas unik dan kesempatan unik untuk menyelesaikan tugs-tugasnya. 
Dalam prakteknya manusia seharusya tidak menanyakan tentang makna 
hidupnya, melainkan sadar bahwa dialah yang akan ditanyai oleh hidup apa 
sebenarnya makna hidp yang ia miliki. Dan ketika hidup tela menanyai manusia akan 
makna hidup yang dia punyai, maka manusia hanya bis amenjawab pertanyaan itu 
dengan bertanggung jawab atas hidupnya; kepada hidup manusia hanya bis 
amenjawab dengan bertanggung jawab. Oleh karena itu, logoterai menganggap sikap 
bertanggung jawab sebagai esensi dasar kehidupan dasar manusia (Frankl, 2004: 
173). 
Makna hidup yang sejati adalah yang bisa ditemukan di dunia tempat manusia itu 
hidup, bukan pada jiwa ataupun batin manusia itu. Makna hidup manusia identik 
dengan keberadaan dan keberfungsian manusia itu dalam lingkungan hidupnya. 
Frankl menggaris bawahi fakta, bahwa manusia selalu menuju dan dituntut kepada 
sesuatu atau seseorang yang berada di luar dari dirinya. 
Untuk lebih jelas dalam mendapatkan pengertian dari makna hidup, berikut 
beberapa karakteristik makna hidup dalam kehidupan manusia.
Pertama, makna hidup bersifat “unik” dan “personal”. Artinya, apa yang 
dianggap penting oleh seseorang belum tentu hal itu juga penting dalam pandangan 
manusia lainnya. Bahkan apa yang dianggap penting oleh orang tersebut hari ini, 
belum tentu menjadi sesuatu yang penting di kemudian hari. 
Kedua, makna hidup bersifat “spesifik” dan “konkrit”. Artinya, dapat ditemukan 
dalam pengalaman dan kehidupan nyata, dan tidak selalu dikaitkan dengan tujuan-tujuan 
yang berhubungan dengan idealistis, prestasi akademik, atau hasil perenungan 
filosofi yang kaya dan kreatif. 
Ketiga, sifat ketiga dari makna hidup adalah “menantang” dan “mengundang”. 
Artinya makna hidup memberi pedoman dan arah terhadap kegiatan-kegiatan yang 
dilakukan, sehingga makna hidup seolah-olah menantang dan mengundang manusia 
untuk memenuhinya. 
Keempat, makna hidup bersifat “mutlak”, “universal”, dan “ultimate”. Bagi 
manusia yang tidak beragama, mungkin saja berangapan bahwa alam semesta, 
ekosistem, pandangan filsafat, dan idiologi tertentu memiliki nilai yang universal dan 
ultimate. Atas dasar ini, maka orang-orang dengan kelompok ini menjadikannya 
sebagai landasan dan sumber makna hidup. Dan, pada orang-orang yang menjunjung 
tinggi nilai keagamaan dan ketuhanan, maka Tuhan dan agama merupakan sumber 
makna hidup ultimate yang mendasari makna hidup pribadi. 
3) Meraih Makna Hidup 
Di dalam logoterapi ada tiga jenis nilai yang nantinya dapat membuat kehidupan 
manusia menjadi bermakna. Tiga nilai itu di antaranya adalah: 
- Nilai-Nilai Daya Cipta 
Menyangkut pemberian kepada dunia, diwujudkan dalam aktivitas yang kreatif dan 
produktif. Arti diberikan kepada kehidupan melalui tindakan yang menciptakan suatu 
hasil yang kelihatan atau ide yang tidak kelihatan atau dengan melayani orang – orang 
lain yang merupakan suatu ungkapan individu. 
- Nilai-Nilai Pengalaman
Menyangkut penerimaan dari dunia, diwujudakan dengan menyerahkan diri kepada 
keindahan yang ada di alam sekitar atau seni. Menurut Frankl ada kemungkinan 
memenuhi arti kehidupan dengan mengalami beberapa segi kehidupan secara intensif, 
walaupun individu tidak melakukan suatu tindakan yang positif. Yang menentukan bukan 
berapa banyak puncak yang kita capai atau berapa lama seseorang tinggal dalam 
tingkatan pencapaian tersebut namun intensitas yang kita alami terhadap hal – hal yang 
kita miliki. 
- Nilai-Nilai Sikap 
Situasi-situasi yang menimbulkan nilai-nilai sikap ialah situasi-siatuasi di mana manusia 
tak mampu mengubah atau menghindari situasi tersebut. Apabila dihadapkan dalam 
situasi ini maka satu-satunya cara untuk menyikapinya adalah menerima situasi tersebut. 
Cara bagaiman manusia menerima situasi tersebut, keberanian dalam menahan 
penderitaan tersebut, kebijaksanaan yang kita perlihatkan ketika berhadapan dengan 
bencana marupakan ujian dan ukuran terakhir dari pemenuhan kita sebagai manusia. 
Dengan memasukan nilai-nilai sikap sebagai cara member arti bagi kehidupan, Frankl 
memberi kita harapan bahwa kehidupan manusia, meskipun dalam keadaan yang paling 
gawat, dapat bercirikan arti dan maksud. 
Orang-orang yang menemukan arti dalam kehidupan mencapai keadaan transendensi-diri, 
keadaan ada yang terakhir untuk kepribadian yang sehat. 
4) Sindrom ketidakbermaknaan 
Menurut Frankl (dalam Koeswara, 1992), seseorang yang tidak menemukan makna 
hidup akan mengalami sindroma ketidakbermaknaan (syndrom of meaninglessness). 
Sindroma ini terdiri dari dua tahapan yaitu kevakuman eksistensi (existential vacum) dan 
neurosis noogenik. Kevakuman eksistensial terjadi ketika hasrat akan makna hidup tidak 
terpenuhi. Gejala-gejala yang ditimbulkan dari kevakuman eksistensial ini antara lain 
perasaan hampa, bosan, kehilangan inisiatif, dan kekosongan dalam hidup. 
Fenomena ini merupakan fenomena yang menonjol pada masyarakat modern saat 
ini. Hal ini dikarenakan pola masyarakat modern yang sudah terlalu jauh meninggalkan 
hal-hal yang bersifat religi dan moralitas. Hal ini juga diakui para terapis yang berada di
barat bahwa mereka sering menghadapi pasien dengan keluhan-keluhan yang menyangkut 
permasalahan yang terkait makna hidup seperti merasa tidak berguna dan perasaan hampa. 
Frankl menekankan bahwa kevakuman eksistensialis bukanlah sebuah penyakit 
dalam pengertian klinis. Frankl menyimpulkan bahwa frustasi eksistensi adalah sebuah 
penderitaan batin ketika pemenuhan akan hasrat untuk mempunyai hidup yang bermakna 
terhambat. Frankl menyatakan bahwa kevakuman eksistensial tersebut bermanifestasi 
dalam bentuk neurosis kolektif, neurosis hari Minggu, neurosis pengangguran dan 
pensiunan, dan penyakit eksekutif. Beberapa bentuk manifestasi ini gejalanya sama yaitu 
kebosanan dan kehampaan, namun terdapat pada kondisi, individu dan waktu tertentu. 
Neurosis noogenik merupakan sebuah simptomatologi yang berakar kevakuman 
eksistensialis. Frankl menerangkan bahwa neurosis ini terjadi apabila kevakuman 
eksistensialis disertai dengan simptom-simptom klinis. Disini permasalahan patologis 
tersebut berakar pada dimensi spiritual dan noogenis yang berbeda dengan neurosis 
somatogenik (neurosis yang berakar pada fisiologis) maupun neurosis psikogenik (neurosis 
yang berakar pada permasalahan psikologis. 
Menurut Frankl, neurosis noogenik itu sendiri dapat timbul dengan berbagai neurosis 
klinis seperti depresi, hiperseksualitas, alkoholisme, narkoba, dan kejahatan. Orang yang 
mengalami kehampaan dan kekosongan hidup mungkin lari kepada alkohol dan narkoba 
dalam rangka mengisi kekosongan hidup tersebut. Kasus alkoholik dan narkoba yang 
berakar pada permasalahan kevakuman eksistensialis inilah disebut dengan neurosis 
noogenik. 
5) Kesehatan mental menurut logoterapi 
Menurut Frankl, penyebab utama gangguan mental yang di derita seseorang adalah 
kegagalan manusia modern memperoleh arti kehidupan. Kehidupan modern telah 
mengabaikan keinginan manusia untuk mencari arti atau dasar hidup yang sesungguhnya. 
Dalam sistem Frankl, ada satu dorongan yang fundamental, yakni kemauan akan arti 
yang begitu kuat sampai mampu mengalahkan semua dorongan lain pada manusia. 
Kemauan akan arti sangat penting untuk kesehatan psikologis dan dalam situasi-situasi 
yang gawat (seperti yang dihadapi Frankl di Auschwitz), kemauan akan arti perlu sekadar 
supaya tetap hidup. Tanpa arti untuk kehidupan, tidak ada alasan untuk meneruskan 
kehidupan.
Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa arti kehidupan sangat khas (istimewa), unik 
bagi setiap individu. Arti kehidupan berbeda dari yang satu dengan yang lainnya, berbeda 
dari satu waktu dengan waktu yang lainnya. Tidak ada hal yang sedemikian rupa bahwa 
kemauan universal akan arti berlaku secara merata bagi semua manusia. 
Karena tugas-tugas dan nasib-nasib adalah unik bagi individu-individu dan periode-periode 
waktu, maka setiap orang harus menemukan caranya sendiri untuk memberikan 
respons. Setiap situasi adalah baru dan membutuhkan suatu respons tersendiri. 
Meskipun adanya variasi dalam apa yang memberi arti bagi kehidupan, namun 
Frankl tetap mempertahankan bahwa hanya ada satu jawaban terhadap setiap situasi. 
Masalah bagi kita ialah bukan bahwa bukan bahwa beberapa situasi tidak mempunyai arti 
—semua situasi mempunyai arti—tetapi bagaimana menemukan arti tesebut. 
Suatu pribadi yang sehat mengandung tingkat tegangan tertentu antara apa yang 
telah dicapai atau diselesaikan dan apa yang harus dicapai atau diselesaikan, suatu jurang 
pemisah antara siapa kita dan bagaimana seharusnya kita. 
6) Dimensi spiritual logoterapi 
Adanya gejala-gejala kejiwaan yang khas manusiawi – dengan proses 
eksistensialnya, mengisyaratkan adanya dimensi lain yang mengatasi dimensi somatic-psikis. 
Frankl menamakan dimensi itu itu sebagai dimensi noetic atau dimensi spiritual 
yang harus dibedakan dari dimensi psikis. Sesuai dengan arti “logos” yang dalam bahasa 
Yunani berarti “meaning” (makna) dan juga spirituality (ruhani). Logoterapi yang 
dikembangkan Frankl dilandasi oleh filsafat hidup dan wawasan mengenai manusia yang 
mengakui adanya dimensi spiritualitas, disamping dimensi somatic dan dimensi psiko 
sosial, serta beranggapan bahwa makna hidup (the meaning of life) dan hasrat untuk hidup 
bermakna (the will to meaning) sebagi motivasi utama manusia. Logoterapi mengajarakan 
bahwa manusia harus dipandang sebagai kesatuan raga-jiwa-ruhani yang tak terpisahkan 
(Bastaman, 1994: 21). 
Dimensi spiritual yang oleh frankl dinamakan juga “dimensi noetic”, dalam 
pandangan logoterapi lebih cenderung ke arah dimensi antropologis daripada dimensi 
teologis. Selain itu, dimensi spiritual yang dimaksud Frankl tidak mengandung konotasi 
agama, tetapi merupakan sumber dari kualitas-kualitas insani.
Kualitas-kualitas insani adalah semua kemampuan, sifat, sikap, dan kondisi yang 
semata-mata terpatri dan terpadu pada eksistensi manusia dan tidak dimiliki oleh hewan 
dan makhluk-makhluk lainnya. Yang termasuk kualitas-kualitas insani antara lain adalah 
intelegensi, ide, makna, imajinasi, kesadaran diri, pengembangan diri, humor, nilai-nilai, 
cinta kasih, hasrat untuk hidup bermakna, moralitas, hati nurani, transendensi diri, 
keimanan, kreativitas, kebebasan, dan tanggung jawab (Bastaman, 1996: 57, dalam library 
walisongo). 
Sekalipun pandangan ini jelas merupakan pandangan sekuler, dan logoterapi secara 
sadar menarik garis batas tegas dengan teologi, namun logoterapi tidak menutup diri 
terhadap agama, bahkan memberikan peluang sepenuhnya kepada setiap pribadi untuk 
merealisasikan nilai-nilai keagamaan sebagai sumber makna hidup. Kemudian yang lebih 
penting lagi, pandangan logoterapi yang mengakui dimensi spiritual (noetic) sebagai salah 
satu ciri khas manusia, merupakan langkah awal ke arah penjajagan terhadap dimensi 
spiritual dalam artian agama yang sejauh ini tidak tersentuh dan bahkan diabaikan oleh 
psikologi kontemporer yang sekuler (Bastaman, 1996: 207-208, library walisongo). 
Dengan demikian, agama diberi tempat yang tinggi dalam logoterapi. Frankl 
berpendapat bahwa ini merupakan kekuatan paling besar yang memberi arti kepada 
penderitaan manusia. Pendapatnya ini telah dibuktikan sendiri ketika dia menjadi tawanan 
tentara NAZI. Oleh karena itu, dibandingkan dengan Freud, Frankl menunjukkan sikap 
yang kontras terhadap agama. Ia dengan tajam mengecam penganut aliran psikoanalisis 
yang melihat semua aktivitas manusia, bahkan yang paling manusiawi pun, didasari 
sebagai motif-motif yang tidak disadari dan merupakan mekanisme pertahanan diri (Badri, 
1986: 75-76, dalam library walisongo). 
Meskipun Frankl mengatakan bahwa dimensi spiritual yang ia maksud tidak 
mengandung konotasi agama, bahkan mengatakan bahwa ajaran logoterapi adalah sekuler, 
tetapi ia telah berjasa menunjukkan adanya dimensi lain “di atas alam sadar”, yaitu sumber-sumber 
kualitas insani dengan segala potensialitasnya. Dimensi ini mengejawantah ke alam 
sadar dan benar-benar dapat dialami dan disadari manusia, tetapi sebagian besar masih 
belum teraktualisasi atau masih merupakan potensialitas yang tidak disadari (Bastaman, 
1994: 21, dalam library walisongo).
D. TEKNIK LOGOTERAPI 
Frankl dengan logoterapi-nya tidak hanya penyumbang teori tetapi juga sebagai 
penyumbang teknik-teknik dan metode-metode menemukan makna yang diharapkan dapat 
memperoleh gambaran mengenai logoterapi dalam konteks praktek. 
Untuk memudahkan pehamaman tentang teknik-teknik logoterapi perlu dijelaskan dahulu 
suatu fenomena psikologi klinis yang disebut Anticipatory Anxienty, yakni kecemasan yang 
ditimbulkan oleh antisipasi individu atas suatu situasi dan atau gejala yang ditakutinya. Menurut 
Frankl, kecemasan antisipatori mengurung individu di dalam kecemasan terhadap kecemasan. 
Frankl mencatat bahwa pola rekasi atau respon yang biasa digunakan oleh individu untuk 
mengatasi kecemasan antisipatorinya itu adalah dengan pola reaksi: fight from fear, menghindari 
atau lari dari obyek yang ditakuti dan situasi yang menjadi sumber kecemasan, fight against 
obsession, mencurahkan seluruh daya dan upaya untuk mengendalikan, menahan dan melawan 
pikiran tentang sesuatu atau keinginan untuk melakukan sesuatu yang sifatnya memaksa (suatu 
dorongan yang kuat) dan aneh dalam dirinya; fight for something, melawan suatu hasrat uang 
berlebihan (misal: kepuasan) yang dalam kenyataan sering sidertai kecenderungan kuat untuk 
selalu menanti-nantikan dengan penuh harapan saat-saat kepuasan itu terjadi pada dirinya. Dalam 
logoterapi, fenomena itu disebut hyper-reflection (terlalu memperhatikan kesenangan sendiri) 
dan hyper-intention (selalu menghasrati sesuatu) yang semuanya diluar kewajaran. 
Bagaimanapun menurut Frankl, kesenangan adalah semata-mata produk atau efek 
sampingan dari suatu tindakan yang tidak akan bisa diperoleh apabila dijadikan tujuan akhir 
dengan tindakan pencapaian yang bersifat memaksa. Ini sesuai dengan prinsip yang 
menyebutkan bahwa semakin seseorang memaksa mendorong dirinya ke arah kesenangan, akan 
semakin berkurang orang itu menikmati kesenangan. 
Dari pola respon tersebut, Frankl menemukan dua fakta, yakni kesenjangan yang 
memaksa untuk menghindari sesuatu semakin mendekatkan individu kepada sesuatu yang ingin 
dihindarinya, dan kesenjangan yang memaksa untuk mencapai sesuatu semakin menjauhkan 
individu dari sesuatu yang ingin dicapainya. Untuk mengatasi semua ini, Logoterapi 
mengembangkan teknik-teknik sebagai berikut : 
1. Intensi Paradoksial 
Teknik Intensi Paradoksial pada dasarnya memanfaatkan kemampuan insani dalam 
mengambil jarak (self detachment) dan kemampuan mengambil sikap (to take a stand)
terhadap keadaan diri sendiri dan lingkungannya. Selain itu, teknik ini memanfaatkan salah 
satu kualitas insani lainnya, yaitu rasa humor. Dalam menerapkan teknik Intensi Paradoksial 
penderita dibantu untuk menyadari pola keluhannya, mengambil jarak pada keluhannya itu 
dan menanggapinya sendiri secara humoristis. 
Teknik Intensi Paradoksial ini berusaha mengubah sikap penderita yang semula serba 
takut menjadi “akrab’ dengan obyek yang justru ditakutinya dengan memandang segi-segi 
humor dari keluhannya. 
2. De-reflection 
Teknik Dereflection pada dasarnya memanfaatkan kemampusan transendensi diri (self 
transcendence) yang ada dalam diri setiap orang. Dalam transendensi diri ini seseorang 
berupaya untuk keluar dan membebaskan diri dari kondisinya (berusaha untuk tidak lagi 
terlalu memperhatikan keluhan-keluhannya). Selanjutnya ia lebih mencurahkan perhatiannya 
kepada hal-hal lain yang lebih positif, lebih bermanfaat, lebih bermakna dan berguna 
baginya, lalu memutuskan untuk merealisasikannya. Dengan teknik Dereflection diharapkan 
mampu mengubah sikap yang semula terlalu memperhatikan (kesenangan) diri sendiri (self 
concerned), sekarang melakukan komitmen untuk melakukan sesuatu yang penting baginya 
(self commited). 
3. Bimbingan Rohani 
Frankl mengungkapkan bahwa dalam Logoterapi terdapat pula kasus-kasus dimana yang 
diperlukan sama sekali bukan terapi, melainkan sesuatu yang lain, yaitu bimbingan rohani. 
Dalam hidup ini sering ditemukan berbagai krisis dan peristiwa tragis yang tak terhindarkan 
lagi, sekalipun upaya-upaya mengatasinya secara maksimal telah dilakukan (baik 
menggunakan teknik Paradoxicial Intention dan Dereflection). Penyakit yang tak 
tersembuhkan, kelainan bawaan, kemandulan, kematian, dosa dan kesalahan, kecelakaan 
yang menyebabkan kecacatan, merupakan contoh peristiwa-peristiwa tragis yang dapat 
dialami oleh siapa pun. 
Mengingat kondisi-kondisi serupa itu tidak dapat dihindari, maka Logoterapi sebagai 
“terapi melalui makna” (sekarang mottonya “sehat melalui makna”) atau “terapi berwawasan 
spiritual” mengarahkan para penderita untuk berusaha mengembangkan sikap (attitude) yang 
tepat dan positif terhadap keadaan yang tidak terhindarkan itu. Bimbingan rohani menurut 
Frankl tidak berurusan dengan penyelamatan jiwa (soul salvation) yang merupakan tugas
para rohaniawan, tetapi berurusan dengan kesehatan rohani. Roh manusia akan tetap sehat 
selama ia tetap sadar akan tanggung jawabnya. Tanggung jawab yang dimaksud tidak lain 
adalah tanggung jawab merealisasi nilai-nilai, termasuk nilai-nilai bersikap, menunjukkan 
sikap positif terhadap penderitaannya, sehingga ia bisa menemukan makna dari 
penderitaannya itu. Misalnya, berupa upaya para penderita untuk bersedia meninjau 
masalahnya dari sudut lain, berolah seni, mendalami agama, dan lain sebagainya. 
E. CONTOH KASUS 
1. Penerapan Teknik Intensi Paradoksial 
a) Kasus hidrofobia yang dialami seorang klien selama 4 tahun, dimana ia selalu 
merasa gemetar dan keluar keringat tiap kali berjabat tangan dengan atasannya. 
Frankl mengajukan saran kepada kliennya supaya jika ia bertemu kembali dengan 
atasannya berusaha secara sengaja mengatakan pada dirinya bahwa ia akan 
mengeluarkan keringat sebanyak-banyaknya jika bersalaman dengan atasannya 
yang sebelumnya hanya sedikit. Dan hasilnya ternyata klien tidak berkeringat 
sedikitpun saat bersalaman dengan atasannya. 
b) Kasus bakterofobia dan kompulsi mencuci yang dialami ibu rumah tangga ditangani 
Frankl dengan mengajak ibu tersebut menirukan apa yang dilakukannya dengan 
menggosok-gosokkan tangan ke lantai dan kemudian berkata, ‘’Lihat, tangan saya 
menjadi kotor, tetapi saya tidak bisa menemukan banyak bakteri !’’ dan kemudian 
ibu tersebut mau menirukannya dan selama 5 hari berikutnya gejala-gejala 
bakterfobia mulai menyusut dan akhirnya hilang sama sekali. 
Dari contoh kasus diatas, dapat disimpulkan bahwa dengan intensi paradoksial 
individu didorong untuk melakukan sesuatu yang paradoks yakni mendekati sesuatu 
yang justru ditakutinya dan yang selalu ingin dihindarinya. 
2. Penerapan Teknik Dereflection 
Menjadi tua adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari. Saat memasuki periode 
lansia, keberadaan seseorang menjadi yang lebih berarti dalam hidup dan sangat 
penting. Lansia akan menghadapi berbagai persoalan yang terkait dengan beberapa 
perubahan yang dialami pada masanya, yaitu perubahan dalam aspek fisik, kognitif,
dan psikososial. Hal tersebut akan menimbulkan berbagai dampak bagi lansia, salah 
satunya ialah perasaan tidak bermakna dalam hidup yang dapat menyebabkan 
terjadinya gejala fisik. Subjek ialah lansia yang mengalami ketidakbermaknaan hidup 
dan berdampak pada gejala fisik. 
Konseling logoterapi diberikan pada subjek karena konseling ini merupakan 
konseling yang diberikan pada individu yang mengalami ketidakjelasan makna dan 
tujuan hidup. Hal tersebut menyebabkan subjek mengalami kehampaan dan kehilangan 
gairah hidup. Konseling logoterapi juga diberikan pada subjek karena konseling ini 
tidak diterapkan untuk kasus patologis berat yang membutuhkan psikoterapi. Selain itu, 
konseling logoterapi memiliki karakteristik jangka pendek, berorientasi masa depan dan 
berorientasi pada makna hidup (Bastaman, 2007). 
Hasil dari konseling logoterapi ini didukung oleh kemauan dan motivasi subjek 
untuk meningkatkan kebermaknaan hidupnya serta dukungan dari anggota keluarga 
subjek. Istri subjek menyatakan bahwa terdapat perubahan pada diri subjek ke arah 
yang lebih baik, termasuk berkaitan dengan sikapnya terhadap istri dan anak-anak 
subjek. Istri subjek tidak lagi menemui kebiasaan subjek untuk memeriksakan kondisi 
fisiknya secara berlebihan ke puskesmas. 
Istri subjek juga menyatakan bahwa subjek kini lebih dapat mengendalikan emosi 
daripada sebelumnya. Selain dari proses konseling logoterapi, peningkatan kondisi 
subjek tersebut dipengaruhi oleh pihak lain, yaitu penjelasan dari saudara subjek yang 
berprofesi dokter yang dapat meyakinkan subjek bahwa gejala fisik yang 
dikeluhkannya bukan merupakan gejala dari penyakit kronis tertentu. Serta percakapan 
yang sering dilakukan subjek dengan temannya dimana subjek diajarkan untuk 
mengubah sikapnya dalam menjalani hidup dan dalam menyikapi orang lain. Subjek 
menyadari bahwa masukan dari dua pihak tersebut serta proses konseling yang telah 
dilakukan memiliki manfaat yang besar terhadap dirinya untuk menjadi lebih baik di 
waktu yang akan datang. 
Selanjutnya berdasarkan Kuesioner Kebermaknaan Hidup yang diisi oleh subjek, 
terdapat perbedaan yang signifikan pada beberapa poin di awal konseling dengan di 
akhir konseling. Hal tersebut menunjukkan bahwa subjek belum menemukan tujuan 
hidupnya sebelum diberikan konseling dan telah mampu menentukan tujuan hidupnya
secara jelas setelah diberikan konseling, yaitu dapat membahagiakan keluarga, dapat 
bermanfaat bagi orang lain, serta lebih dekat dengan Tuhan. Pada poin lain juga 
terdapat perbedaan yang signifikan, dimana hasil pengisian kuesioner menunjukkan 
bahwa pada awal konseling subjek belum menemukan makna hidupnya dan pada akhir 
konseling subjek telah menemukan makna hidupnya. Sedangkan hasil pengisian 
kuesioner secara keseluruhan, kondisi subjek menunjukkan adanya perubahan pada 
awal dan akhir konseling. Subjek telah mampu menentukan tujuan hidupnya secara 
jelas dan telah menemukan makna hidupnya kembali. 
Selama proses konseling logoterapi, peneliti dan subjek memiliki hubungan yang 
akrab, terbuka, saling menghargai, memahami dan menerima, sehingga proses 
konseling dapat dilakukan secara fleksibel. Konseling bersifat direktif dimana peneliti 
memberikan pengarahan pada subjek mengenai hal-hal yang dapat dilakukan subjek 
sebagai proses untuk menemukan makna hidupnya. Peneliti berperan sebagai 
participating partner yang menarik keterlibatan dengan subjek sedikit demi sedikit 
setelah subjek mulai menyadari dan menemukan makna hidupnya (Bastaman, 2007). 
Keterbatasan dalam penelitian ini ialah faktor eksternal yang tidak dapat dikontrol 
oleh peneliti, yang kemungkinan dapat mempengaruhi hasil konseling. Faktor eksternal 
tersebut ialah pengaruh dari keluarga, saudara, serta sahabat subjek. Keluarga, terutama 
istri subjek, memberikan dukungan setiap saat agar subjek dapat menerima kondisi 
fisiknya dan menjalani hidup dengan lebih tenang. Selama proses konseling, keluarga 
mendukung subjek untuk melakukan hal-hal yang positif dan bermanfaat sehingga 
kebermaknaan hidup subjek meningkat. Saudara subjek yang berprofesi dokter juga 
memberikan pengaruh terhadap hasil konseling. Saudara subjek tersebut melakukan 
pemeriksaan terhadap kondisi fisik subjek dan tidak menemukan kemungkinan yang 
mengarah pada penyakit kronis tertentu. Saudara subjek menjelaskan bahwa gejala fisik 
yang dialami subjek akibat kondisi fisik subjek yang mengalami penurunan karena 
memasuki masa lansia, dan meyakinkan bahwa subjek tidak perlu mengkhawatirkan 
gejala-gejala tersebut. Selanjutnya sahabat subjek yang sering melakukan percakapan 
dengan subjek juga memberikan dukungan pada subjek. Ia meyakinkan bahwa subjek 
dapat memiliki kehidupan yang lebih tenang dengan menerima kondisi fisiknya yang 
menurun. Sahabat subjek yang mengalami kelumpuhan tersebut menyampaikan bahwa
ia dapat menjalani hidupnya dengan melakukan hal-hal yang bermanfaat, sehingga ia 
berharap subjek dengan kondisi fisik yang lebih baik juga dapat melakukan hal-hal 
yang bermanfaat. 
Diharapkan setelah konseling dihentikan, subjek dapat mempertahankan atau 
meningkatkan kebermaknaan hidupnya sehingga menjadi pribadi yang lebih terbuka 
dan menyenangkan, bersedia melakukan pengalaman baru (Reker & Woo, 2011) selalu 
memiliki harapan menjadi lebih baik dan bersedia untuk memperbaiki diri, berguna dan 
bermanfaat bagi lingkungan sekitar (Bastaman, 2007). Selain itu, sebagai proses 
meningkatkan kebermaknaan hidupnya, subjek diharapkan dapat mempertahankan 
ketertarikan, aktivitas, dan interaksi sosial selama periode lansia (Feldman, 2003) serta 
mampu menemukan makna yang positif dari kehidupan dan kematian, bahkan dalam 
kondisi fisik yang tidak baik, seperti penurunan fungsi tubuh (Wong, 2007). 
3. Penerapan Teknik Bimbingan Rohani 
Harold seorang warga Australia berusia paruh baya yang kehidupannya dengan 
cepat berubah carut-marut diluar kontrol seperti seorang pemabuk. Masalah keuangan 
dibebani oleh sejumlah biaya yang dihabiskan untuk minum dan pengaruh beban 
pekerjaan (stress). Simpati istrinya berkurang disamping ia juga punya masalah tidur 
tengah malam. Dia pulang untuk menemui Chris Wurm, seorang ahli Logotherapi. 
Wurm mengkombinasikan pendekatan medis sebagai contoh pemberian informasi 
terhadap bahaya minuman-minuman yang dilakukan dengan logotherapi. Roda 
kehidupan Harold kembali bergulir, liku-liku sisi alkohol dari kehidupannya muncul 
kembali dan tak bisa dihindari. Wurm berkata bahwa Harold harus memikirkan apa 
yang dia ketahui dan dapat menentukan pilihan serta menjalani kehidupan dengan 
berbagai cara. Harold harus menetukan pilihan yang membawa perubahan baginya dan 
memberikan gambaran masa-masa mendatang. Ternyata teknik tersebut berhasil dan 
berperan sangat efektif. Harold menjadi memandang bahwa akal piciknya menjadi 
bumerang untuk dirinya sendiri. 
F. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN LOGOTERAPI 
- Kelebihan Logoterapi
Logoterapi mengajarkan bahwa setiap kehidupan individu mempunyai maksud, 
tujuan, makna yang harus diupayakan untuk ditemukan dan dipenuhi. Hidup kita tidak 
lagi kosong jika kita menemukan suatu sebab dan sesuatu yang dapat mendedikasikan 
eksistensi kita. 
- Kekurangan Logoterapi 
Ada beberapa klien yang tidak dapat menunjukan makna hidupnya sehingga timbul 
suatu kebosanan merupakan ketidakmampuan seseorang untuk membangkitkan minat 
apatis, perasaan tanpa makna, hampa, gersang, merasa kehilangan tujuan hidup, 
meragukan kehidupan. Sehingga enyulitkan konselor untuk melakukan terapi kepada 
klien tersebut. 
Kekurangan makna hidup, bagi Frankl, merupakan suatu neourosis; dia menyebut 
kondisi ini noögenic neurosis. Inilah suatu keadaan yang bercirikan tanpa arti, tanpa 
maksud, tanpa tujuan dan hampa. Frankl menulis tentang kawan-kawan setahanannya, 
“celakalah diayang tidak lagi melihat arti dalam kehidupannya, tidak lagi melihat tujuan, 
tidak lagi melihat maksud, dan karena hal tersebut ada sesuatu yang turut serta. Dia akan 
merasa kehilangan”. Karena tidak merasa kehidupan yang penuh dan gairah, maka orang 
semacam itu berada dalam kekosongan eksistensial , suatu kondisi yang menurut 
keyakinan Frankl adalah lumrah dalam masa yang sudah modern ini 
DAFTAR PUSTAKA 
Frankl, V. Man’s Search for Meaning: An Introduction to Logotherapy. Boston: Beacon Press, 
1962. 
Graham, Helen (2005). Psikologi Humanistik. Yogyakarta: Pustaka Jaya. 
Gusti. Nona (2014). Teori Eksistensialisme Viktor. From http://nonagusti.blogspot.com, 17 
Novemer 2014 
Library.walisongo.ac.id/digilib, 2 November 2014 
Schultz, Duane (1991). Psikologi Pertumbuhan “Model-model Kepribadian Sehat”. Yogyakarta: 
Penerbit Kanisius.

More Related Content

What's hot

PPT PSIKOANALITIK HUMANISTIK - ERICH FROMM
PPT PSIKOANALITIK HUMANISTIK - ERICH FROMMPPT PSIKOANALITIK HUMANISTIK - ERICH FROMM
PPT PSIKOANALITIK HUMANISTIK - ERICH FROMMazizahzahro
 
Neo psikoanalisis horney
Neo psikoanalisis horneyNeo psikoanalisis horney
Neo psikoanalisis horneyRyan Advan
 
EKSISTENSIAL HUMANISTIK
EKSISTENSIAL HUMANISTIKEKSISTENSIAL HUMANISTIK
EKSISTENSIAL HUMANISTIK
FATHATUL FIKRIYAH
 
Pendekatan konseling psikoanalisis
Pendekatan konseling psikoanalisisPendekatan konseling psikoanalisis
Pendekatan konseling psikoanalisis
safutri nurhidayah
 
Makalah model model konseling 1 eksistensial humanistik
Makalah model model konseling 1 eksistensial humanistikMakalah model model konseling 1 eksistensial humanistik
Makalah model model konseling 1 eksistensial humanistik
Devi novianti
 
Psikoanalisis sigmund freud-psikologi kepribadian
Psikoanalisis sigmund freud-psikologi kepribadianPsikoanalisis sigmund freud-psikologi kepribadian
Psikoanalisis sigmund freud-psikologi kepribadianAfra Balqis
 
Psikoanalisa
PsikoanalisaPsikoanalisa
Psikoanalisa
psepti17
 
teori erik erikson
 teori erik erikson teori erik erikson
teori erik erikson
isma anggraeni
 
Pendekatan Konseling Psikoanalisis
Pendekatan Konseling PsikoanalisisPendekatan Konseling Psikoanalisis
Pendekatan Konseling Psikoanalisis
Langgeng Prayogo
 
Teori kepribadian menurut harry stack sullivan
Teori kepribadian menurut harry stack sullivanTeori kepribadian menurut harry stack sullivan
Teori kepribadian menurut harry stack sullivan
FATHATUL FIKRIYAH
 
Gambaran kepribadian menurut sigmund freud
Gambaran kepribadian menurut sigmund freudGambaran kepribadian menurut sigmund freud
Gambaran kepribadian menurut sigmund freudAgung Andi Nurul Patta
 
L o g o t e r a p i
L o g o t e r a p iL o g o t e r a p i
L o g o t e r a p i
Amy Puspita
 
Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)
Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)
Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)mncgita
 
Ppt pendekatan psikoanalisis
Ppt pendekatan psikoanalisisPpt pendekatan psikoanalisis
Ppt pendekatan psikoanalisis
bkupstegal
 
Psikoanalisis
PsikoanalisisPsikoanalisis
Psikoanalisis
Seta Wicaksana
 
Teori kepribadian Carl R. Rogers
Teori kepribadian Carl R. RogersTeori kepribadian Carl R. Rogers
Teori kepribadian Carl R. RogersAi Nurhasanah
 
Ppt eksistensial humanistik
Ppt eksistensial humanistikPpt eksistensial humanistik
Ppt eksistensial humanistik
Langgeng Prayogo
 
PSIKOTERAPI: TERAPI FEMINIS
PSIKOTERAPI: TERAPI FEMINISPSIKOTERAPI: TERAPI FEMINIS
PSIKOTERAPI: TERAPI FEMINISAli Hanafiah
 
Contoh kasus dan analisis kasus aldert
Contoh kasus dan analisis kasus aldertContoh kasus dan analisis kasus aldert
Contoh kasus dan analisis kasus aldertrina_nurjanah96
 
Psikologi konseling - Karaketristik dan Dimensi Hubungan dalam Konseling
Psikologi konseling - Karaketristik dan Dimensi Hubungan dalam KonselingPsikologi konseling - Karaketristik dan Dimensi Hubungan dalam Konseling
Psikologi konseling - Karaketristik dan Dimensi Hubungan dalam Konseling
tianachris
 

What's hot (20)

PPT PSIKOANALITIK HUMANISTIK - ERICH FROMM
PPT PSIKOANALITIK HUMANISTIK - ERICH FROMMPPT PSIKOANALITIK HUMANISTIK - ERICH FROMM
PPT PSIKOANALITIK HUMANISTIK - ERICH FROMM
 
Neo psikoanalisis horney
Neo psikoanalisis horneyNeo psikoanalisis horney
Neo psikoanalisis horney
 
EKSISTENSIAL HUMANISTIK
EKSISTENSIAL HUMANISTIKEKSISTENSIAL HUMANISTIK
EKSISTENSIAL HUMANISTIK
 
Pendekatan konseling psikoanalisis
Pendekatan konseling psikoanalisisPendekatan konseling psikoanalisis
Pendekatan konseling psikoanalisis
 
Makalah model model konseling 1 eksistensial humanistik
Makalah model model konseling 1 eksistensial humanistikMakalah model model konseling 1 eksistensial humanistik
Makalah model model konseling 1 eksistensial humanistik
 
Psikoanalisis sigmund freud-psikologi kepribadian
Psikoanalisis sigmund freud-psikologi kepribadianPsikoanalisis sigmund freud-psikologi kepribadian
Psikoanalisis sigmund freud-psikologi kepribadian
 
Psikoanalisa
PsikoanalisaPsikoanalisa
Psikoanalisa
 
teori erik erikson
 teori erik erikson teori erik erikson
teori erik erikson
 
Pendekatan Konseling Psikoanalisis
Pendekatan Konseling PsikoanalisisPendekatan Konseling Psikoanalisis
Pendekatan Konseling Psikoanalisis
 
Teori kepribadian menurut harry stack sullivan
Teori kepribadian menurut harry stack sullivanTeori kepribadian menurut harry stack sullivan
Teori kepribadian menurut harry stack sullivan
 
Gambaran kepribadian menurut sigmund freud
Gambaran kepribadian menurut sigmund freudGambaran kepribadian menurut sigmund freud
Gambaran kepribadian menurut sigmund freud
 
L o g o t e r a p i
L o g o t e r a p iL o g o t e r a p i
L o g o t e r a p i
 
Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)
Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)
Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)
 
Ppt pendekatan psikoanalisis
Ppt pendekatan psikoanalisisPpt pendekatan psikoanalisis
Ppt pendekatan psikoanalisis
 
Psikoanalisis
PsikoanalisisPsikoanalisis
Psikoanalisis
 
Teori kepribadian Carl R. Rogers
Teori kepribadian Carl R. RogersTeori kepribadian Carl R. Rogers
Teori kepribadian Carl R. Rogers
 
Ppt eksistensial humanistik
Ppt eksistensial humanistikPpt eksistensial humanistik
Ppt eksistensial humanistik
 
PSIKOTERAPI: TERAPI FEMINIS
PSIKOTERAPI: TERAPI FEMINISPSIKOTERAPI: TERAPI FEMINIS
PSIKOTERAPI: TERAPI FEMINIS
 
Contoh kasus dan analisis kasus aldert
Contoh kasus dan analisis kasus aldertContoh kasus dan analisis kasus aldert
Contoh kasus dan analisis kasus aldert
 
Psikologi konseling - Karaketristik dan Dimensi Hubungan dalam Konseling
Psikologi konseling - Karaketristik dan Dimensi Hubungan dalam KonselingPsikologi konseling - Karaketristik dan Dimensi Hubungan dalam Konseling
Psikologi konseling - Karaketristik dan Dimensi Hubungan dalam Konseling
 

Viewers also liked

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP PENING...
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP PENING...PENGARUH METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP PENING...
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP PENING...
Evert Sandye Taasiringan
 
TAHAP-TAHAP DAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN MANUSIA
TAHAP-TAHAP DAN  TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN MANUSIATAHAP-TAHAP DAN  TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN MANUSIA
TAHAP-TAHAP DAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN MANUSIA
Lutfi Koto
 
Jurnal PSikologi pendidikan
Jurnal PSikologi pendidikanJurnal PSikologi pendidikan
Jurnal PSikologi pendidikan
mppeutm
 
2015 Upload Campaigns Calendar - SlideShare
2015 Upload Campaigns Calendar - SlideShare2015 Upload Campaigns Calendar - SlideShare
2015 Upload Campaigns Calendar - SlideShare
SlideShare
 
What to Upload to SlideShare
What to Upload to SlideShareWhat to Upload to SlideShare
What to Upload to SlideShare
SlideShare
 
Getting Started With SlideShare
Getting Started With SlideShareGetting Started With SlideShare
Getting Started With SlideShare
SlideShare
 

Viewers also liked (7)

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP PENING...
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP PENING...PENGARUH METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP PENING...
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP PENING...
 
TAHAP-TAHAP DAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN MANUSIA
TAHAP-TAHAP DAN  TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN MANUSIATAHAP-TAHAP DAN  TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN MANUSIA
TAHAP-TAHAP DAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN MANUSIA
 
Viktor Frankl
Viktor FranklViktor Frankl
Viktor Frankl
 
Jurnal PSikologi pendidikan
Jurnal PSikologi pendidikanJurnal PSikologi pendidikan
Jurnal PSikologi pendidikan
 
2015 Upload Campaigns Calendar - SlideShare
2015 Upload Campaigns Calendar - SlideShare2015 Upload Campaigns Calendar - SlideShare
2015 Upload Campaigns Calendar - SlideShare
 
What to Upload to SlideShare
What to Upload to SlideShareWhat to Upload to SlideShare
What to Upload to SlideShare
 
Getting Started With SlideShare
Getting Started With SlideShareGetting Started With SlideShare
Getting Started With SlideShare
 

Similar to Makalah Logoterapi

Biografi victor frankl
Biografi victor franklBiografi victor frankl
Biografi victor frankl
Dian Arifin
 
PSIKOLOGI UMUM
PSIKOLOGI UMUMPSIKOLOGI UMUM
PSIKOLOGI UMUM
Bahiyah MaHiz
 
Hans Jonas Filsafat ilmu.pdf
Hans Jonas Filsafat ilmu.pdfHans Jonas Filsafat ilmu.pdf
Hans Jonas Filsafat ilmu.pdf
dahliadaud1
 
Makalah Psikologi Umum - Psikologi Jerman
Makalah Psikologi Umum - Psikologi JermanMakalah Psikologi Umum - Psikologi Jerman
Makalah Psikologi Umum - Psikologi Jerman
46113310011
 
Sejarah recovery dalam kesehatan jiwa
Sejarah recovery dalam kesehatan jiwaSejarah recovery dalam kesehatan jiwa
Sejarah recovery dalam kesehatan jiwa
Bagus Utomo
 
Makalah psikologi sebagai bagian dari ilmu faal
Makalah psikologi sebagai bagian dari ilmu faalMakalah psikologi sebagai bagian dari ilmu faal
Makalah psikologi sebagai bagian dari ilmu faalShera nisaka
 
Psikologi sebagai bagian dari ilmu faal
Psikologi sebagai bagian dari ilmu faalPsikologi sebagai bagian dari ilmu faal
Psikologi sebagai bagian dari ilmu faalMercu Buana University
 
Makalah psikologi sebagai bagian dari ilmu faal
Makalah psikologi sebagai bagian dari ilmu faalMakalah psikologi sebagai bagian dari ilmu faal
Makalah psikologi sebagai bagian dari ilmu faaljulian ellen
 
Tokoh Psikoanalisa
Tokoh PsikoanalisaTokoh Psikoanalisa
Tokoh Psikoanalisa
Levi Rolan
 
Power Point Psikologi Jerman
Power Point Psikologi JermanPower Point Psikologi Jerman
Power Point Psikologi Jerman
46113310011
 
Tugas biografi robert sesi woodworth
Tugas biografi robert sesi woodworthTugas biografi robert sesi woodworth
Tugas biografi robert sesi woodworth
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
 
Makalah Psikologi Sebagai Ilmu yang Berdiri Sendiri
Makalah Psikologi Sebagai Ilmu yang Berdiri SendiriMakalah Psikologi Sebagai Ilmu yang Berdiri Sendiri
Makalah Psikologi Sebagai Ilmu yang Berdiri Sendirifebedwi
 
Makalah Psikologi Sebagai Ilmu yang Berdiri Sendiri
Makalah Psikologi Sebagai Ilmu yang Berdiri SendiriMakalah Psikologi Sebagai Ilmu yang Berdiri Sendiri
Makalah Psikologi Sebagai Ilmu yang Berdiri Sendirifebedwi
 
Psikologi sebagai ilmu yang berdiri sendiri
Psikologi sebagai ilmu yang berdiri sendiri Psikologi sebagai ilmu yang berdiri sendiri
Psikologi sebagai ilmu yang berdiri sendiri amandayu
 
Teori kepribadian Carl Rogers dan Kurt Lewin
Teori kepribadian Carl Rogers dan Kurt LewinTeori kepribadian Carl Rogers dan Kurt Lewin
Teori kepribadian Carl Rogers dan Kurt Lewinmaulaulfa
 
Anna freud
Anna freudAnna freud
Anna freud
Reyvaa Novella
 
Teori Kepribadian.pdf
Teori Kepribadian.pdfTeori Kepribadian.pdf
Teori Kepribadian.pdf
Zukét Printing
 
TEORI PSIKOLOGI DAN PSIKOANALISIS.pptx
TEORI PSIKOLOGI DAN PSIKOANALISIS.pptxTEORI PSIKOLOGI DAN PSIKOANALISIS.pptx
TEORI PSIKOLOGI DAN PSIKOANALISIS.pptx
khoir33
 
Carl gustave jung
Carl gustave jungCarl gustave jung
Carl gustave jung
Levi Rolan
 
Psikologi abhidama dan transpersonal
Psikologi abhidama dan transpersonalPsikologi abhidama dan transpersonal
Psikologi abhidama dan transpersonal
Ikha Mardiyah
 

Similar to Makalah Logoterapi (20)

Biografi victor frankl
Biografi victor franklBiografi victor frankl
Biografi victor frankl
 
PSIKOLOGI UMUM
PSIKOLOGI UMUMPSIKOLOGI UMUM
PSIKOLOGI UMUM
 
Hans Jonas Filsafat ilmu.pdf
Hans Jonas Filsafat ilmu.pdfHans Jonas Filsafat ilmu.pdf
Hans Jonas Filsafat ilmu.pdf
 
Makalah Psikologi Umum - Psikologi Jerman
Makalah Psikologi Umum - Psikologi JermanMakalah Psikologi Umum - Psikologi Jerman
Makalah Psikologi Umum - Psikologi Jerman
 
Sejarah recovery dalam kesehatan jiwa
Sejarah recovery dalam kesehatan jiwaSejarah recovery dalam kesehatan jiwa
Sejarah recovery dalam kesehatan jiwa
 
Makalah psikologi sebagai bagian dari ilmu faal
Makalah psikologi sebagai bagian dari ilmu faalMakalah psikologi sebagai bagian dari ilmu faal
Makalah psikologi sebagai bagian dari ilmu faal
 
Psikologi sebagai bagian dari ilmu faal
Psikologi sebagai bagian dari ilmu faalPsikologi sebagai bagian dari ilmu faal
Psikologi sebagai bagian dari ilmu faal
 
Makalah psikologi sebagai bagian dari ilmu faal
Makalah psikologi sebagai bagian dari ilmu faalMakalah psikologi sebagai bagian dari ilmu faal
Makalah psikologi sebagai bagian dari ilmu faal
 
Tokoh Psikoanalisa
Tokoh PsikoanalisaTokoh Psikoanalisa
Tokoh Psikoanalisa
 
Power Point Psikologi Jerman
Power Point Psikologi JermanPower Point Psikologi Jerman
Power Point Psikologi Jerman
 
Tugas biografi robert sesi woodworth
Tugas biografi robert sesi woodworthTugas biografi robert sesi woodworth
Tugas biografi robert sesi woodworth
 
Makalah Psikologi Sebagai Ilmu yang Berdiri Sendiri
Makalah Psikologi Sebagai Ilmu yang Berdiri SendiriMakalah Psikologi Sebagai Ilmu yang Berdiri Sendiri
Makalah Psikologi Sebagai Ilmu yang Berdiri Sendiri
 
Makalah Psikologi Sebagai Ilmu yang Berdiri Sendiri
Makalah Psikologi Sebagai Ilmu yang Berdiri SendiriMakalah Psikologi Sebagai Ilmu yang Berdiri Sendiri
Makalah Psikologi Sebagai Ilmu yang Berdiri Sendiri
 
Psikologi sebagai ilmu yang berdiri sendiri
Psikologi sebagai ilmu yang berdiri sendiri Psikologi sebagai ilmu yang berdiri sendiri
Psikologi sebagai ilmu yang berdiri sendiri
 
Teori kepribadian Carl Rogers dan Kurt Lewin
Teori kepribadian Carl Rogers dan Kurt LewinTeori kepribadian Carl Rogers dan Kurt Lewin
Teori kepribadian Carl Rogers dan Kurt Lewin
 
Anna freud
Anna freudAnna freud
Anna freud
 
Teori Kepribadian.pdf
Teori Kepribadian.pdfTeori Kepribadian.pdf
Teori Kepribadian.pdf
 
TEORI PSIKOLOGI DAN PSIKOANALISIS.pptx
TEORI PSIKOLOGI DAN PSIKOANALISIS.pptxTEORI PSIKOLOGI DAN PSIKOANALISIS.pptx
TEORI PSIKOLOGI DAN PSIKOANALISIS.pptx
 
Carl gustave jung
Carl gustave jungCarl gustave jung
Carl gustave jung
 
Psikologi abhidama dan transpersonal
Psikologi abhidama dan transpersonalPsikologi abhidama dan transpersonal
Psikologi abhidama dan transpersonal
 

More from Tri Astuti Utomo (iyas)

Konsep Masyarakat dan Dinamika Masyarakat
Konsep Masyarakat dan Dinamika MasyarakatKonsep Masyarakat dan Dinamika Masyarakat
Konsep Masyarakat dan Dinamika Masyarakat
Tri Astuti Utomo (iyas)
 
Psikologi Perkembangan II - Perkembangan Fisik dan Kognitif pada Masa Remaja
Psikologi Perkembangan II - Perkembangan Fisik dan Kognitif pada Masa RemajaPsikologi Perkembangan II - Perkembangan Fisik dan Kognitif pada Masa Remaja
Psikologi Perkembangan II - Perkembangan Fisik dan Kognitif pada Masa Remaja
Tri Astuti Utomo (iyas)
 
Psikologi Perkembangan II - Perkembangan Fisik dan Kognitif pada Masa Remaja
Psikologi Perkembangan II - Perkembangan Fisik dan Kognitif pada Masa RemajaPsikologi Perkembangan II - Perkembangan Fisik dan Kognitif pada Masa Remaja
Psikologi Perkembangan II - Perkembangan Fisik dan Kognitif pada Masa RemajaTri Astuti Utomo (iyas)
 
Psikologi sosial - "Diri atau Konsep Diri"
Psikologi sosial - "Diri atau Konsep Diri"Psikologi sosial - "Diri atau Konsep Diri"
Psikologi sosial - "Diri atau Konsep Diri"
Tri Astuti Utomo (iyas)
 
Psikologi Sosial - "Diri"
Psikologi Sosial - "Diri"Psikologi Sosial - "Diri"
Psikologi Sosial - "Diri"
Tri Astuti Utomo (iyas)
 
Psikologi Sosial - "Diri"
Psikologi Sosial - "Diri"Psikologi Sosial - "Diri"
Psikologi Sosial - "Diri"
Tri Astuti Utomo (iyas)
 
Memori
MemoriMemori
Investigasi kasus korupsi
Investigasi kasus korupsi Investigasi kasus korupsi
Investigasi kasus korupsi
Tri Astuti Utomo (iyas)
 
Psikologi dalm pandangan gereja dan masa renaissance
Psikologi dalm pandangan gereja dan masa renaissancePsikologi dalm pandangan gereja dan masa renaissance
Psikologi dalm pandangan gereja dan masa renaissanceTri Astuti Utomo (iyas)
 

More from Tri Astuti Utomo (iyas) (9)

Konsep Masyarakat dan Dinamika Masyarakat
Konsep Masyarakat dan Dinamika MasyarakatKonsep Masyarakat dan Dinamika Masyarakat
Konsep Masyarakat dan Dinamika Masyarakat
 
Psikologi Perkembangan II - Perkembangan Fisik dan Kognitif pada Masa Remaja
Psikologi Perkembangan II - Perkembangan Fisik dan Kognitif pada Masa RemajaPsikologi Perkembangan II - Perkembangan Fisik dan Kognitif pada Masa Remaja
Psikologi Perkembangan II - Perkembangan Fisik dan Kognitif pada Masa Remaja
 
Psikologi Perkembangan II - Perkembangan Fisik dan Kognitif pada Masa Remaja
Psikologi Perkembangan II - Perkembangan Fisik dan Kognitif pada Masa RemajaPsikologi Perkembangan II - Perkembangan Fisik dan Kognitif pada Masa Remaja
Psikologi Perkembangan II - Perkembangan Fisik dan Kognitif pada Masa Remaja
 
Psikologi sosial - "Diri atau Konsep Diri"
Psikologi sosial - "Diri atau Konsep Diri"Psikologi sosial - "Diri atau Konsep Diri"
Psikologi sosial - "Diri atau Konsep Diri"
 
Psikologi Sosial - "Diri"
Psikologi Sosial - "Diri"Psikologi Sosial - "Diri"
Psikologi Sosial - "Diri"
 
Psikologi Sosial - "Diri"
Psikologi Sosial - "Diri"Psikologi Sosial - "Diri"
Psikologi Sosial - "Diri"
 
Memori
MemoriMemori
Memori
 
Investigasi kasus korupsi
Investigasi kasus korupsi Investigasi kasus korupsi
Investigasi kasus korupsi
 
Psikologi dalm pandangan gereja dan masa renaissance
Psikologi dalm pandangan gereja dan masa renaissancePsikologi dalm pandangan gereja dan masa renaissance
Psikologi dalm pandangan gereja dan masa renaissance
 

Recently uploaded

PERILAKU MENYIMPANG DAN PENGENDALIAN SOSIAL.ppt
PERILAKU MENYIMPANG DAN PENGENDALIAN SOSIAL.pptPERILAKU MENYIMPANG DAN PENGENDALIAN SOSIAL.ppt
PERILAKU MENYIMPANG DAN PENGENDALIAN SOSIAL.ppt
EkaPuspita67
 
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdfMODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
YuristaAndriyani1
 
CP SEKOLAH DASAR KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.docx
CP SEKOLAH DASAR KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.docxCP SEKOLAH DASAR KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.docx
CP SEKOLAH DASAR KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.docx
HUSINKADERI
 
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos ValidasiAksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
DinaSetiawan2
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
nasrudienaulia
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
UmyHasna1
 
Observasi Praktik Kinerja Kepala Sekolah.pdf
Observasi Praktik Kinerja Kepala Sekolah.pdfObservasi Praktik Kinerja Kepala Sekolah.pdf
Observasi Praktik Kinerja Kepala Sekolah.pdf
andikuswandi67
 
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdfPpt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
fadlurrahman260903
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
Kanaidi ken
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
setiatinambunan
 
Chapter 19 Intermediate Accounting Kieso
Chapter 19 Intermediate Accounting KiesoChapter 19 Intermediate Accounting Kieso
Chapter 19 Intermediate Accounting Kieso
AryaMahardhika3
 
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptxRefleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
SholahuddinAslam
 
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdekaKKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
irvansupriadi44
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
Nur afiyah
 
AKSI NYATA FASILITATOR PEMBELAJARAN.pptx
AKSI NYATA FASILITATOR PEMBELAJARAN.pptxAKSI NYATA FASILITATOR PEMBELAJARAN.pptx
AKSI NYATA FASILITATOR PEMBELAJARAN.pptx
AdeRinaMuliawati1
 
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOKPENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
GusniartiGusniarti5
 
Juknis penggunaan aplikasi ecoklit pilkada 2024
Juknis penggunaan  aplikasi ecoklit pilkada 2024Juknis penggunaan  aplikasi ecoklit pilkada 2024
Juknis penggunaan aplikasi ecoklit pilkada 2024
abdinahyan
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
indraayurestuw
 
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdfSeminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
inganahsholihahpangs
 

Recently uploaded (20)

PERILAKU MENYIMPANG DAN PENGENDALIAN SOSIAL.ppt
PERILAKU MENYIMPANG DAN PENGENDALIAN SOSIAL.pptPERILAKU MENYIMPANG DAN PENGENDALIAN SOSIAL.ppt
PERILAKU MENYIMPANG DAN PENGENDALIAN SOSIAL.ppt
 
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
 
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdfMODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
 
CP SEKOLAH DASAR KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.docx
CP SEKOLAH DASAR KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.docxCP SEKOLAH DASAR KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.docx
CP SEKOLAH DASAR KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.docx
 
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos ValidasiAksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
 
Observasi Praktik Kinerja Kepala Sekolah.pdf
Observasi Praktik Kinerja Kepala Sekolah.pdfObservasi Praktik Kinerja Kepala Sekolah.pdf
Observasi Praktik Kinerja Kepala Sekolah.pdf
 
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdfPpt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
 
Chapter 19 Intermediate Accounting Kieso
Chapter 19 Intermediate Accounting KiesoChapter 19 Intermediate Accounting Kieso
Chapter 19 Intermediate Accounting Kieso
 
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptxRefleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
 
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdekaKKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
 
AKSI NYATA FASILITATOR PEMBELAJARAN.pptx
AKSI NYATA FASILITATOR PEMBELAJARAN.pptxAKSI NYATA FASILITATOR PEMBELAJARAN.pptx
AKSI NYATA FASILITATOR PEMBELAJARAN.pptx
 
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOKPENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
 
Juknis penggunaan aplikasi ecoklit pilkada 2024
Juknis penggunaan  aplikasi ecoklit pilkada 2024Juknis penggunaan  aplikasi ecoklit pilkada 2024
Juknis penggunaan aplikasi ecoklit pilkada 2024
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
 
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdfSeminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
 

Makalah Logoterapi

  • 1. PSIKOLOGI KEPRIBADIAN II “Logoterapi – Viktor E. Frankl” Disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah Psikologi Kepribadian II Disusun Oleh: Bunga Latif (46112120011) Dewi Puspita Sari (46112120014) Tri Astuti (46112120022) Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Menteng 2014
  • 2. A. BIOGRAFI Viktor Emil Frankl lahir pada tanggal 26 Maret 1905 di Wina dan meninggal 2 September 1997 pada umur 92 tahun Beliau berasal dari keluarga Yahudi kelas menengah masyarakat Austria. Beliau adalah Profesor dalam bidang neurologi dan psikiatri di The University of Vienna Medical School dan guru besar luar biasa bidang logoterapi pada U.S.International University.Dia adalah pendiri apa yang biasa disebut madzhab ketiga psikoterapi dari Wina (setelah psikoanalisis Sigmund Freud dan psikologi individu Alfred Adler), yaitu aliran logoterapi. Minat Frankl terhadap psikologi muncul sejak ia masih muda. Untuk ujian akhir (Matura) di SMA ia menulis sebuah makalah tentang psikologi pemikiran filsafat. Setelah lulus dari SMA pada 1923, ia belajar kedokteran di Universitas Wina dan kemudian mengambil spesialisasi dalam neurologi dan psikiatri. Ayahnya adalah seorang Yahudi Saleh yang pernah menjadi mahasiswa kedokteraan, tetapi terpaksa menghentikan kuliahnya karena kekurangan biaya. Setelah berhenti kuliah Ia bekerja dibagian Sekretariat Parlemen Kerajaan Austria sebagai penulis steno selama 10 tahun dan akhirnya menjadi pegawai tetap Depertemen Sosial sampai pensiun.Ayah frankl banyak menaruh perhatian pada masalah kesejahteraan pemuda, betapa gembiranya waktu anaknya, Viktor Frankl memilih studi kedokteran, bidang yang didambaannya yang kandas karena kekurangan biaya. Setelah lulus menjadi dokter, Viktor Frankl mengambil alih dalam bidang Neuro – psikiatri ( ahli penyakit syaraf dan jiwa ) dan berhasil meraih gelar dokter dalam Ilmu kedokteran ( M.D ), kemudian Dokter dalam Ilmu Filsafat ( Ph.D ) di Universitas Wina. Frankl meraih gelar Dokter dalam obat-obatan (M.D.) pada tahun 1930, dan Doktor filosofi (Ph.D.) pada tahun 1949, keduanya dari Universitas Vienna. Disamping itu, dia juga mendapatkan gelar Honoriskausa dari universitas di seluruh dunia yang jumlahnya lebih dari 120. Dia menjadi pembicara terhormat pada United States International University di San Diego.Frankl juga menjadi Profesor tamu di Harvard, Duquesne, dan Southern Methodist Univercities. Dia menerima beberapa gelar kehormatan dari Loyola University di Chicago, Edgecliff, Rockford College dan Mount Mary College, serta dari universitas-universitas di Brazil, Venezuela, dan Afrika Selatan. Dia menjadi dosen tamu di berbagai universitas di seluruh dunia. Dia juga menjabat sebagai presiden di Austrian Medical Society of Psychotherapy serta anggota kehormatan di Austrian Academy of Sciences.
  • 3. Dari tahun 1942 sampai 1945, Frankl menjadi tawanan di kamp konsentrasi Jerman, dimana orang tuanya, saudara laki-lakinya, isteri dan anak-anaknya mati. Pengalaman mengerikan di kamp konsentrasi tidak pernah hilang dari ingatannya, tetapi dia bisa menggunakan kenangan mengerikan itu secara konstruktif dan tidak mau kenangan itu memudarkan rasa cintanya dan kegairahannya untuk hidup. Teori dan terapi Viktor Frankl lahir dari pengalamannya selama menjadi tawanan di kamp konsentrasi Nazi. Di sana, ia menyaksikan banyak orang yang mampu bertahan hidup atau mati di tengah siksaan. Hingga akhirnya dia menganggap bahwa mereka yang tetap berharap bisa bersatu dengan orang-orang yang dicintai, punya urusan yang harus diselesaikan di masa depan, punya keyakinan kuat, memiliki kesempatan lebih banyak daripada yang kehilangan harapan. Di kamp konsentrasi yang dibangun oleh Nazi itu, Frankl banyak belajar tentang makna hidup, dan lebih spesifik lagi makna penderitaan. Ia pun mempraktekkan psikoterapi kelompok bagi sesama tawanan guna membantu mereka dalam mengatasi kesia-siaan, keputusasaan, keinginan bunuh diri dan berbagai kondisi patologis yang ia duga bersumber pada pengalaman kegagalan menemukan makna. Bagi Frankl, pelajaran dan praktek di dalam kamp konsentrasi memperkaya hasil studi formalnya dan menjadi bekal yang amat berharga dalam kehidupan profesinya sebagai teoritisi dan praktisi psikoterapi di kemudian hari. Dari pengalaman hidupnya, Frankl belajar bahwa manusia dapat kehilangan segala sesuatu yang dihargainya kecuali kebebasan manusia yang sangat fundamental yaitu kebebasan untuk memilih suatu sikap atau cara bereaksi terhadap nasib kita, kebebasan untuk memlilih cara kita sendiri. Apa yang berarti dalam eksistensi manusia, bukan semata-mata nasib yang menantikan kita, tetapi bagaimana cara kita menerima nasib itu. Frankl percaya bahwa arti dapat ditemukan dalam semua situasi, termasuk penderitaan dan kematian. Frankl berasumsi bahwa hidup ini adalah penderitaan, tetapi untuk menemukan sebuah arti dalam penderitaan maka kita harus terus menjalani dan bertahan untuk tetap hidup. Frankl menyatakan pentingnya dorongan dalam mencari sebuah arti untuk eksistensi manusia sebagai suatu sistem, yang kemudian disebut logoterapy. Logoterapy kemudian menjadi model psikoterapinya.
  • 4. B. KARYA-KARYA Setelah perang berakhir dan semua tawanan yang masih tersisa di bebaskan, Frankl kembali ke Wina sebagai kepala bagian neurologi dan psikiatri di Poliklinik Hospital dan mengajar kembali di The University of Vienna Medical School. Selanjutnya Frankl menyebarluaskan pandangannya tentang logoterapi melalui artikel, buku dan ceramah-ceramah. Ia juga aktif melakukan kunjungan-kunjungan ke berbagai universitas di seluruh dunia sebagai dosen tamu atau pembicara, sebagaimana yang telah dipaparkan di atas. Tulisan Dr. Frankl pertama kali dimuat pada tahun 1924 dalam The International Journal of Psychoanalysis dan telah menerbitkan dua puluh tujuh buku, yang telah diterjemahkan dalam 19 bahasa termasuk bahasa Jepang dan Cina. Mulai tahun 1946, setelah pembebasan dari kamp konsentrasi, karyakarya Frankl mulai muncul dan ternyata mendapat sambutan hangat dari kalangan ilmuwan, budayawan, pendidik, filosof, dan rohaniwan. Lebih-lebih setelah pengalamannya menjadi penghuni kamp konsentrasi ditulis dalam buku from Death Camp to Existensialism, kemudian judulnya diubah menjadi Man’s Search for Meaning, yang menjadi best seller di Amerika Serikat. Buku ini seakan-akan menjadi pembuka bagi logoterapi untuk masuk dan berkembang di Amerika Serikat dan menyebar ke negara-negara lain, serta akhirnya mendunia sebagai salah satu aliran dalam psikologi atau psikiatri modern. Man’s Search for Meaning merupakan edisi revisi dan perluasan dari from Death Camp to Existensialism, yang terpilih sebagai “Book of The Year” oleh Colby College, Baker University, Earlham College, Olivet Nazarene College dan St. Mary’s Dominian College. Selain itu, buku ini telah terjual lebih dari 2 juta eksemplar, sebuah rekor penjualan yang cukup spektakuler yang jarang bisa dicapai oleh buku nonfiksi. Sebagian besar bukunya telah diterjemahkan dari bahasa Jerman ke dalam berbagai bahasa, yang meliputi bahasa Inggris, Belanda, Itali, Spanyol, Portugis, Swedia, Polandia, Jepang dan Korea. Frankl memulai kegiatan menulisnya dengan penulisan artikel. Artikel pertamanya ditulis untuk jurnal psikologi individual. Ia juga pernah menulis artikel untuk jurnal psikoanalisis atas permintaan Freud. Buku-buku penting lainnya yang ditulis Frankl diantaranya adalah The Will to Meaning, The Unheard Cry for Meaning, Psychotherapy and Existensialism, The Unconscious God, Synchronization in Buchenwald yang secara keseluruhan menggambarkan orientasi atau
  • 5. pendekatan eksistensialfenomenologis Frankl yang unik dalam menangani berbagai masalah klinis maupun non klinis melalui logoterap. Selain dalam bentuk artikel dan buku, karya-karya Frankl juga dapat dipelajari melalui film, rekaman dan kaset, serta edisi braile untuk kaum tuna netra. C. PEMIKIRAN VIKTOR E. FRANKL TENTANG LOGOTERAPI 1) Gambaran Umum Logoterapi Kata logoterapi terbentuk dari dua kata, yaitu “logo” berasal dari kata “logos” yang diambil dari bahasa Yunani diterjemahkan dengan kata “arti” (meaning). Adapun kata “terapi” berasal dari bahasa Inggris “therapy” yang artinya penggunaan teknik untuk menyembuhkan dan mengurangi atu meringankan suatu penyakit. Kemudian logoterapi berbicara tentang arti dari eksistensi manusia dan kebutuhan manusia akan arti, dan juga teknik-teknik terapeutis khusus untuk menemukan arti dalam kehidupan. Dalam tahun 1930, Frankl menyebut pendekatannya ini Existenzanalyse (analisis eksistensialis). Akan tetapi, istilah “analisa eksistensial” pada saat itu dipakai dengan sangat leluas oleh beberapa ahli teori dalam Negara tempat dia bekerja. Untuk menghindari kekacauan ini, maka Frankl mengganti istilah “logotherapy” untuk menggambarkan sistemnya. Logoterapi diketahui dari hadirnya pertama kali adalah suatu metode psikoterapi untuk menangani orang-orang yang kehidupannya kehilangan arti. (Duane Schultz, 1991:150). Meskipun “logos” yang mempunyai komponen dari kata logoterapi ini mempunyai arti “rohani” secara harfiah, tetapi Frankl menyatakan bahwa rohani dalam logoterapi tidak mengandung unsur keagamaan, bahkan cenderung bersifat sekuler—di mana logoterapi memisahkan antara agama dan teknik logoterapi itu sendiri. Logoterapi percaya bahwa perjuangan untuk menemukan makna dalam kehidupan seseorang merupakan motivator utama orang tersebut. Maka dari itu, Frankl menyebutnya sebagai keinginan untuk mencari makna hidup yang sangat berbeda dengan pleasure principle (prinsip kesenangan) yang merupakan dasar dari aliran psikoanalisis Freud dan
  • 6. juga berbeda dengan will to power yang merupakan landasan dari teori Erikson, atau pun striving for superiority yang merupakan pokok utama aliran psikologi Adler. Dengan kata lain, Frankl menjelaskan bahwa dorongan utama manusia dalam kehidupan adalah mencari bukan diri melainkan arti; dalam beberapa hal, ini menyangkut “melupakan” diri kita. Jadi, menurut Frankl tujuan dari hidup tidak selalu perihal aktualisasi diri. Frankl menolak perjuangan manusia untuk membangun setiap keadaan atau kondisi diri entah untuk kekuasaan, kenikmatan, atau aktualisasi. Frankl mengemukakan bahwa pandangan serupa itu menggambarkan orang sebagai sistem yang tertutup, yang tidak menyangkut interaksi dengan dunia yang nyata atau dengan orang-orang lain, tetapi hanya dengan diri. Frankl percaya bahwa mengejar tujuan semata-mata dalam diri kita adalah merusak diri. Semakin banyak kita mengejar kesenangan maka mungkin semakin kurang kita menemukannya. Kehidupan yang diarahkan untuk mengejar kebahagiaan tidak pernah akan menemukan kebahagiaan. Semakin kita berpusat pada kebahagiaan sebagai tujuan, maka semakin juga kita tidak akan melihat pertimbangan yang sehat untuk berbahagia. Kenikmatan dan kebahagiaan terjadi dan menambahkan kesenangan hidup, tetapi kenikmatan dan kebahagiaan bukanlah tujuan hidup. Kebahagiaan tidak dapat dikejar dan ditangkap; biasanya timbul secara spontan dari pemenuhan arti, dari mencapai tujuan di luar diri. Jadi, yang penting bukanlah aktivitas yang dikerjakannya, melainkan bagaimana caranya ia melakukan aktivitas itu, yaitu sejauh mana ia dapat menyatakan keunikan dirinya dalam akivitas itu. Adapun ajaran logoterapi dirumuskan oleh Joseph B. Fabry sebagai berikut: · Hidup itu bermakna dalam kondisi apapun · Kita memiliki kehendak hidup bermakna dan menjadi bahagia hanya ketika kita merasa telah memenuhinya. · Kita memiliki kebebasan—dengan segala keterbatasan—untuk memenuhi makna hidup kita Telah dijelaskan sebelumnya bahwa tujuan utama dari logoterpi sendiri adalah
  • 7. meraih hidup bermakna dan mampu mengatasi secara efektif berbagai kendala dan hambatan pribadi. Logoterapi tidak menyikapi setiap penderitaan (termasuk kematian) secara pesimistis, tetapi secara aktif. Sebagaimana yang dikemukakan Frankl (1988:73): Logotherapy is an optimistic approach to life, for it teaches that there are no tragic and negative aspects which could not be by the stand one takes to them transmuted into positive accomplishment. Dari pernyataan tersebut, Frankl menekankan sikap optimis dalam menjalani kehidupan dan mengajarkan bahwa tidak ada penderitaan dan aspek negative yang tidak dapat diubah menjadi suatu yang positif. Karena manusia mempunyai kapasitas untuk melakukan hal itu dan mampu mengambil sikap yang tepat terhadap apa yang sedang dialaminya. 2) Landasan Filosofi Logoterapi Logoterapi mempunyai 3 konsep yang menjadi landasan filosofinya, yaitu kebebasan berkeinginan, keinginan akan maknaa, dan makna hidup. - Kebebasan Berkeinginan (The Freedom Of Will) Pemikiran ini terlahir setalah Frankl kembali dari kamp-kamp penahanan Nazi, dia kembali dengan pengetahuan yang lahir dari pengalaman yang merupakan sumber langsung di mana manusia dalam beberapa atau semua situasi, memiliki pilihan atas tindakan-tindakannya. Kita mampu mempertahankan, meskipun dalam saat-saat yang sangat gelap, suatu sisa kebebasan spiritual, suatu potongan kebebasan. Frankl belajar bahwa manusia dapat kehilangan segala sesuatu yang dihargainya kecuali kebebasan manusia yang sangat fundamental: kebebasan untuk memilih suatu sikap atau cara bereaksi terhadap nasib kita, kebebasan untuk memilih cara kita sendiri. Apa yang berarti dalam eksistensi manusia, bukan semata-mata nasib yang menantikan kita, tetapi cara bagaimana kita menerima nasib itu. Dan Frankl percaya bahwa arti dapat ditemukan dalam semua situasi, termasuk penderitaan dan kematian. Frankl menulis, “Hidup adalah menderita, tetapi untuk menemukan suatu arti dalam penderitaan seseorang ialah tetap hidup”.
  • 8. Manusia mempunyai peranan yang sangat penting dalam tiap pengambilan keputusan yang menyangkut nasib kehidupan mereka. Meskipun kita dulu tidak ada pilihan untuk dilahirkan atau tidak, cara kita hidup dan menjadi apa kita ini merupakan hasil pilihan-pilihan yang kita tentukan (Corey, 1995: 255, dalam library walisongo). Dalam logoterapi diterangkan bahwa manusia mempunyai kebebasan yang terikat dengan keterbatasan, karena manusia adalah makhluk yang serba terbatas. Dan yang menjadi keterbatsan itu adalah: Pertama, kebebasan manusia bukan merupakan kebebasan dari kondisi-kondisi (biologis, psikologis, dan sosiologis), melainkan kebebasan yang menentukan sikap terhadap kondisi-kondisi tersebut. Frankl berpendapat bahwa manusia tidak sepenuhnya dikondisikan dan dipengaruhi; manusia bisa menentukan sendiri apakah dia akan menyerah atau mengatasi kondisi-kondisi yang dialami. Manusia bukan seperti mesin yang hanya sekedar hidup dan berjalan, di sini manusia benar-benar mempunyai control penuh tentang apa yang seharusnya merek pilih dan mereka abaikan. Inilah yang nantinya menjadikan manusia disebut sebagai “the self determining being” yang menunjukkan bahwa manusia memiliki kebebasan untuk menentukan apa yang dianggap penting dan baik bagi dirinya. (Bastaman, 1996: 13, dalam library walisongo). Kedua, kebebasan harus disertai dengan tanggung jawab (responsibility). Tanpa adanya tanggung jawab yang mendampingi jalannya kebebasan, maka manusia akan bertindak secara sewenang-wenang. Penekanan pada sikap bertanggung jawab tercermin dalam doktrin logoterapi, yaitu; “Hiduplah seakan-akan anda sedang menjalani kehidupan untuk kedua kalinya dan hiduplah seakan-akan anda sedang bersiap-siap untuk melakukan tindakan yang salah untuk pertama kalinya.” (Frankl, 2004: 173, dalam library walisongo).
  • 9. Maka dari itu, bagi kaum eksistensialis seperti Frankl, hidup bebas dan menjadi manusia itu adalah identik. Kebebasan dan tanggung jawab berjalan seiring. Kita pencipta hidup kita sendiri - Kehendak Untuk Hidup Bermakna (The Will To Meaning) Upaya manusia untuk mencari makna hidup merupakan motivator utama dalam hidupnya, dan bukan “rasionalisasi sekunder” yang muncul karena dorongan-dorongan naluriah. Kemauan akan arti ini membuat manusia secara terus menerus mencari bukan diri kita melainkan suatu arti untuk member suatu maksud bagi eksistensi kita sebagai manusia. Makna hidup merupakan suatu yang unik dan khusus, yang mana makna hidup ini hanya mampu dipenuhi oleh orang yang bersangkutan saja. Jika para tokoh lainnya berpendapat bahwa makna-makna dan nilai-nilai hidup merupakan “mekanisme pertahanan diri”, “formasi reaksi”, dan “sublimasi”. Namun Frankl membantah hal tersebuut, Frankl tidak mau jika hidupnya hanya sebuah reaksi formasi, dan dia juga tidak mau jika harus mati sebagai sebuah mekanisme pertahanan diri. Frankl memberi tanggapan bahwa kesenangan sama sekali bukan tujuan, melainkan “akibat samping” dari tercapainya suatu tujuan. Sama juga halnya dengan kekuasaan adalah sarana atau alat untuk mencapai tujuan, dan bukan tujuan itu sendiri. Kesenangan dan kekuasaan sebenarnya tercakup dalam the will to meaning, kekuasaan merupakan sarana penting mencapi makna hidup, dan kesenangan merupakan akibat samping dari erpenuhinyha makna dan tujuan hidup (Bastaman, 1994: 15, dalam library walisongo). Di mana dalam ajarannya Frankl mempercayai bahwa hasrat untuk hidup sesuatu yang khayali atau yang diada-adakan, meliainkan kenyataan yang benar-benar dirasakan penting oleh manusia dalam kehidupannya. Bastaman menggambarkan proses untuk meraih hidup bermakna seperti skema di bawah ini: Bahagia
  • 10. Hasrat Hidup Bermakna Terpenuhi Tidak Terpenuhi Hidup Bermakna Hidup tak bermakna/frusta si eksistensial Neurosis noogenik Setiap orang cenderung untuk menginginkan dirinya untuk menjadi orang yang bermakna dan beharga bagi orang lain, keluarganya, lingkungan hidpnya, atau paling tidak kita dapat menjadi manusia yang bisa bermakna dan berharga bagi dirinya sendiri. Untuk meraih apa-apa yang diinginkan dalam kehidupnnya, kita sebagai manusia yang indepent, diharapkan dapt membebaskan bayangan kebesaran orang lain dalam kehidupan kita, kalaupun kita akan menjadi orang yang berharga dan bermakna bagi orang lain itu seua karena diri kita sepenuhnya, bukan atas pengaruh orang lain. Hal ini dikarenakan, jika kita mengejar kebermaknaan hidup karena orang lain, maka kebebasan kita sebagai manusia yang bebas tidak sepenuhnya dapat mendapatkan apa yang seharusnya kita dapatkan. Kebebasan fundamental ang dimiliki oleh kita otomatis akan terenggut oleh kehadiran orang lain. - Tentang Makna Hidup (The Meaning Of Life) Yang dimaksud dengan makna hidup dalam logoterapi adalah makna yang terkandung dan tersembunyi dalam setiap situasi yang dihadapi seseorang sepanjang hidup mereka (Frankl, 2004: 219).
  • 11. Makna hidup yaitu hal-hal yang memberikan arti khusus bagi seseorang, yang apabila berhasil dipenuhi akan menyebabkan kehidupannya dirasa berarti dan bahagia. Makna hidup yang dikenalkan oleh Frankl ini mempunyai sifat yang unik, spesifik, personal, sehingga tiap orang mempunyai arti masing-masing dalam memaknai hidup mereka, dan berbeda dari orng satu dengn orang lainnya. Selain itu, makna hidup juga akan berbeda di tiap harinya, bahkan di tiap jam makna dari hidup itu akan mengalami pergeseran. Karena itu yang penting bukan makna hidup secara umum, melainkan makna khusus dari hidup seseorang pada suatu saat tertentu. Dalam logoterapi, untuk mencapai makna hidup manusia tidak boleh mencari makna hidup yang abstrak. Setiap orang mempunyai pekerjaan dan misi untuk menyelesaikan pekerjaan atau tugas khusus dalam hidupnya. Karena itu, manusia memiliki tugas unik dan kesempatan unik untuk menyelesaikan tugs-tugasnya. Dalam prakteknya manusia seharusya tidak menanyakan tentang makna hidupnya, melainkan sadar bahwa dialah yang akan ditanyai oleh hidup apa sebenarnya makna hidp yang ia miliki. Dan ketika hidup tela menanyai manusia akan makna hidup yang dia punyai, maka manusia hanya bis amenjawab pertanyaan itu dengan bertanggung jawab atas hidupnya; kepada hidup manusia hanya bis amenjawab dengan bertanggung jawab. Oleh karena itu, logoterai menganggap sikap bertanggung jawab sebagai esensi dasar kehidupan dasar manusia (Frankl, 2004: 173). Makna hidup yang sejati adalah yang bisa ditemukan di dunia tempat manusia itu hidup, bukan pada jiwa ataupun batin manusia itu. Makna hidup manusia identik dengan keberadaan dan keberfungsian manusia itu dalam lingkungan hidupnya. Frankl menggaris bawahi fakta, bahwa manusia selalu menuju dan dituntut kepada sesuatu atau seseorang yang berada di luar dari dirinya. Untuk lebih jelas dalam mendapatkan pengertian dari makna hidup, berikut beberapa karakteristik makna hidup dalam kehidupan manusia.
  • 12. Pertama, makna hidup bersifat “unik” dan “personal”. Artinya, apa yang dianggap penting oleh seseorang belum tentu hal itu juga penting dalam pandangan manusia lainnya. Bahkan apa yang dianggap penting oleh orang tersebut hari ini, belum tentu menjadi sesuatu yang penting di kemudian hari. Kedua, makna hidup bersifat “spesifik” dan “konkrit”. Artinya, dapat ditemukan dalam pengalaman dan kehidupan nyata, dan tidak selalu dikaitkan dengan tujuan-tujuan yang berhubungan dengan idealistis, prestasi akademik, atau hasil perenungan filosofi yang kaya dan kreatif. Ketiga, sifat ketiga dari makna hidup adalah “menantang” dan “mengundang”. Artinya makna hidup memberi pedoman dan arah terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan, sehingga makna hidup seolah-olah menantang dan mengundang manusia untuk memenuhinya. Keempat, makna hidup bersifat “mutlak”, “universal”, dan “ultimate”. Bagi manusia yang tidak beragama, mungkin saja berangapan bahwa alam semesta, ekosistem, pandangan filsafat, dan idiologi tertentu memiliki nilai yang universal dan ultimate. Atas dasar ini, maka orang-orang dengan kelompok ini menjadikannya sebagai landasan dan sumber makna hidup. Dan, pada orang-orang yang menjunjung tinggi nilai keagamaan dan ketuhanan, maka Tuhan dan agama merupakan sumber makna hidup ultimate yang mendasari makna hidup pribadi. 3) Meraih Makna Hidup Di dalam logoterapi ada tiga jenis nilai yang nantinya dapat membuat kehidupan manusia menjadi bermakna. Tiga nilai itu di antaranya adalah: - Nilai-Nilai Daya Cipta Menyangkut pemberian kepada dunia, diwujudkan dalam aktivitas yang kreatif dan produktif. Arti diberikan kepada kehidupan melalui tindakan yang menciptakan suatu hasil yang kelihatan atau ide yang tidak kelihatan atau dengan melayani orang – orang lain yang merupakan suatu ungkapan individu. - Nilai-Nilai Pengalaman
  • 13. Menyangkut penerimaan dari dunia, diwujudakan dengan menyerahkan diri kepada keindahan yang ada di alam sekitar atau seni. Menurut Frankl ada kemungkinan memenuhi arti kehidupan dengan mengalami beberapa segi kehidupan secara intensif, walaupun individu tidak melakukan suatu tindakan yang positif. Yang menentukan bukan berapa banyak puncak yang kita capai atau berapa lama seseorang tinggal dalam tingkatan pencapaian tersebut namun intensitas yang kita alami terhadap hal – hal yang kita miliki. - Nilai-Nilai Sikap Situasi-situasi yang menimbulkan nilai-nilai sikap ialah situasi-siatuasi di mana manusia tak mampu mengubah atau menghindari situasi tersebut. Apabila dihadapkan dalam situasi ini maka satu-satunya cara untuk menyikapinya adalah menerima situasi tersebut. Cara bagaiman manusia menerima situasi tersebut, keberanian dalam menahan penderitaan tersebut, kebijaksanaan yang kita perlihatkan ketika berhadapan dengan bencana marupakan ujian dan ukuran terakhir dari pemenuhan kita sebagai manusia. Dengan memasukan nilai-nilai sikap sebagai cara member arti bagi kehidupan, Frankl memberi kita harapan bahwa kehidupan manusia, meskipun dalam keadaan yang paling gawat, dapat bercirikan arti dan maksud. Orang-orang yang menemukan arti dalam kehidupan mencapai keadaan transendensi-diri, keadaan ada yang terakhir untuk kepribadian yang sehat. 4) Sindrom ketidakbermaknaan Menurut Frankl (dalam Koeswara, 1992), seseorang yang tidak menemukan makna hidup akan mengalami sindroma ketidakbermaknaan (syndrom of meaninglessness). Sindroma ini terdiri dari dua tahapan yaitu kevakuman eksistensi (existential vacum) dan neurosis noogenik. Kevakuman eksistensial terjadi ketika hasrat akan makna hidup tidak terpenuhi. Gejala-gejala yang ditimbulkan dari kevakuman eksistensial ini antara lain perasaan hampa, bosan, kehilangan inisiatif, dan kekosongan dalam hidup. Fenomena ini merupakan fenomena yang menonjol pada masyarakat modern saat ini. Hal ini dikarenakan pola masyarakat modern yang sudah terlalu jauh meninggalkan hal-hal yang bersifat religi dan moralitas. Hal ini juga diakui para terapis yang berada di
  • 14. barat bahwa mereka sering menghadapi pasien dengan keluhan-keluhan yang menyangkut permasalahan yang terkait makna hidup seperti merasa tidak berguna dan perasaan hampa. Frankl menekankan bahwa kevakuman eksistensialis bukanlah sebuah penyakit dalam pengertian klinis. Frankl menyimpulkan bahwa frustasi eksistensi adalah sebuah penderitaan batin ketika pemenuhan akan hasrat untuk mempunyai hidup yang bermakna terhambat. Frankl menyatakan bahwa kevakuman eksistensial tersebut bermanifestasi dalam bentuk neurosis kolektif, neurosis hari Minggu, neurosis pengangguran dan pensiunan, dan penyakit eksekutif. Beberapa bentuk manifestasi ini gejalanya sama yaitu kebosanan dan kehampaan, namun terdapat pada kondisi, individu dan waktu tertentu. Neurosis noogenik merupakan sebuah simptomatologi yang berakar kevakuman eksistensialis. Frankl menerangkan bahwa neurosis ini terjadi apabila kevakuman eksistensialis disertai dengan simptom-simptom klinis. Disini permasalahan patologis tersebut berakar pada dimensi spiritual dan noogenis yang berbeda dengan neurosis somatogenik (neurosis yang berakar pada fisiologis) maupun neurosis psikogenik (neurosis yang berakar pada permasalahan psikologis. Menurut Frankl, neurosis noogenik itu sendiri dapat timbul dengan berbagai neurosis klinis seperti depresi, hiperseksualitas, alkoholisme, narkoba, dan kejahatan. Orang yang mengalami kehampaan dan kekosongan hidup mungkin lari kepada alkohol dan narkoba dalam rangka mengisi kekosongan hidup tersebut. Kasus alkoholik dan narkoba yang berakar pada permasalahan kevakuman eksistensialis inilah disebut dengan neurosis noogenik. 5) Kesehatan mental menurut logoterapi Menurut Frankl, penyebab utama gangguan mental yang di derita seseorang adalah kegagalan manusia modern memperoleh arti kehidupan. Kehidupan modern telah mengabaikan keinginan manusia untuk mencari arti atau dasar hidup yang sesungguhnya. Dalam sistem Frankl, ada satu dorongan yang fundamental, yakni kemauan akan arti yang begitu kuat sampai mampu mengalahkan semua dorongan lain pada manusia. Kemauan akan arti sangat penting untuk kesehatan psikologis dan dalam situasi-situasi yang gawat (seperti yang dihadapi Frankl di Auschwitz), kemauan akan arti perlu sekadar supaya tetap hidup. Tanpa arti untuk kehidupan, tidak ada alasan untuk meneruskan kehidupan.
  • 15. Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa arti kehidupan sangat khas (istimewa), unik bagi setiap individu. Arti kehidupan berbeda dari yang satu dengan yang lainnya, berbeda dari satu waktu dengan waktu yang lainnya. Tidak ada hal yang sedemikian rupa bahwa kemauan universal akan arti berlaku secara merata bagi semua manusia. Karena tugas-tugas dan nasib-nasib adalah unik bagi individu-individu dan periode-periode waktu, maka setiap orang harus menemukan caranya sendiri untuk memberikan respons. Setiap situasi adalah baru dan membutuhkan suatu respons tersendiri. Meskipun adanya variasi dalam apa yang memberi arti bagi kehidupan, namun Frankl tetap mempertahankan bahwa hanya ada satu jawaban terhadap setiap situasi. Masalah bagi kita ialah bukan bahwa bukan bahwa beberapa situasi tidak mempunyai arti —semua situasi mempunyai arti—tetapi bagaimana menemukan arti tesebut. Suatu pribadi yang sehat mengandung tingkat tegangan tertentu antara apa yang telah dicapai atau diselesaikan dan apa yang harus dicapai atau diselesaikan, suatu jurang pemisah antara siapa kita dan bagaimana seharusnya kita. 6) Dimensi spiritual logoterapi Adanya gejala-gejala kejiwaan yang khas manusiawi – dengan proses eksistensialnya, mengisyaratkan adanya dimensi lain yang mengatasi dimensi somatic-psikis. Frankl menamakan dimensi itu itu sebagai dimensi noetic atau dimensi spiritual yang harus dibedakan dari dimensi psikis. Sesuai dengan arti “logos” yang dalam bahasa Yunani berarti “meaning” (makna) dan juga spirituality (ruhani). Logoterapi yang dikembangkan Frankl dilandasi oleh filsafat hidup dan wawasan mengenai manusia yang mengakui adanya dimensi spiritualitas, disamping dimensi somatic dan dimensi psiko sosial, serta beranggapan bahwa makna hidup (the meaning of life) dan hasrat untuk hidup bermakna (the will to meaning) sebagi motivasi utama manusia. Logoterapi mengajarakan bahwa manusia harus dipandang sebagai kesatuan raga-jiwa-ruhani yang tak terpisahkan (Bastaman, 1994: 21). Dimensi spiritual yang oleh frankl dinamakan juga “dimensi noetic”, dalam pandangan logoterapi lebih cenderung ke arah dimensi antropologis daripada dimensi teologis. Selain itu, dimensi spiritual yang dimaksud Frankl tidak mengandung konotasi agama, tetapi merupakan sumber dari kualitas-kualitas insani.
  • 16. Kualitas-kualitas insani adalah semua kemampuan, sifat, sikap, dan kondisi yang semata-mata terpatri dan terpadu pada eksistensi manusia dan tidak dimiliki oleh hewan dan makhluk-makhluk lainnya. Yang termasuk kualitas-kualitas insani antara lain adalah intelegensi, ide, makna, imajinasi, kesadaran diri, pengembangan diri, humor, nilai-nilai, cinta kasih, hasrat untuk hidup bermakna, moralitas, hati nurani, transendensi diri, keimanan, kreativitas, kebebasan, dan tanggung jawab (Bastaman, 1996: 57, dalam library walisongo). Sekalipun pandangan ini jelas merupakan pandangan sekuler, dan logoterapi secara sadar menarik garis batas tegas dengan teologi, namun logoterapi tidak menutup diri terhadap agama, bahkan memberikan peluang sepenuhnya kepada setiap pribadi untuk merealisasikan nilai-nilai keagamaan sebagai sumber makna hidup. Kemudian yang lebih penting lagi, pandangan logoterapi yang mengakui dimensi spiritual (noetic) sebagai salah satu ciri khas manusia, merupakan langkah awal ke arah penjajagan terhadap dimensi spiritual dalam artian agama yang sejauh ini tidak tersentuh dan bahkan diabaikan oleh psikologi kontemporer yang sekuler (Bastaman, 1996: 207-208, library walisongo). Dengan demikian, agama diberi tempat yang tinggi dalam logoterapi. Frankl berpendapat bahwa ini merupakan kekuatan paling besar yang memberi arti kepada penderitaan manusia. Pendapatnya ini telah dibuktikan sendiri ketika dia menjadi tawanan tentara NAZI. Oleh karena itu, dibandingkan dengan Freud, Frankl menunjukkan sikap yang kontras terhadap agama. Ia dengan tajam mengecam penganut aliran psikoanalisis yang melihat semua aktivitas manusia, bahkan yang paling manusiawi pun, didasari sebagai motif-motif yang tidak disadari dan merupakan mekanisme pertahanan diri (Badri, 1986: 75-76, dalam library walisongo). Meskipun Frankl mengatakan bahwa dimensi spiritual yang ia maksud tidak mengandung konotasi agama, bahkan mengatakan bahwa ajaran logoterapi adalah sekuler, tetapi ia telah berjasa menunjukkan adanya dimensi lain “di atas alam sadar”, yaitu sumber-sumber kualitas insani dengan segala potensialitasnya. Dimensi ini mengejawantah ke alam sadar dan benar-benar dapat dialami dan disadari manusia, tetapi sebagian besar masih belum teraktualisasi atau masih merupakan potensialitas yang tidak disadari (Bastaman, 1994: 21, dalam library walisongo).
  • 17. D. TEKNIK LOGOTERAPI Frankl dengan logoterapi-nya tidak hanya penyumbang teori tetapi juga sebagai penyumbang teknik-teknik dan metode-metode menemukan makna yang diharapkan dapat memperoleh gambaran mengenai logoterapi dalam konteks praktek. Untuk memudahkan pehamaman tentang teknik-teknik logoterapi perlu dijelaskan dahulu suatu fenomena psikologi klinis yang disebut Anticipatory Anxienty, yakni kecemasan yang ditimbulkan oleh antisipasi individu atas suatu situasi dan atau gejala yang ditakutinya. Menurut Frankl, kecemasan antisipatori mengurung individu di dalam kecemasan terhadap kecemasan. Frankl mencatat bahwa pola rekasi atau respon yang biasa digunakan oleh individu untuk mengatasi kecemasan antisipatorinya itu adalah dengan pola reaksi: fight from fear, menghindari atau lari dari obyek yang ditakuti dan situasi yang menjadi sumber kecemasan, fight against obsession, mencurahkan seluruh daya dan upaya untuk mengendalikan, menahan dan melawan pikiran tentang sesuatu atau keinginan untuk melakukan sesuatu yang sifatnya memaksa (suatu dorongan yang kuat) dan aneh dalam dirinya; fight for something, melawan suatu hasrat uang berlebihan (misal: kepuasan) yang dalam kenyataan sering sidertai kecenderungan kuat untuk selalu menanti-nantikan dengan penuh harapan saat-saat kepuasan itu terjadi pada dirinya. Dalam logoterapi, fenomena itu disebut hyper-reflection (terlalu memperhatikan kesenangan sendiri) dan hyper-intention (selalu menghasrati sesuatu) yang semuanya diluar kewajaran. Bagaimanapun menurut Frankl, kesenangan adalah semata-mata produk atau efek sampingan dari suatu tindakan yang tidak akan bisa diperoleh apabila dijadikan tujuan akhir dengan tindakan pencapaian yang bersifat memaksa. Ini sesuai dengan prinsip yang menyebutkan bahwa semakin seseorang memaksa mendorong dirinya ke arah kesenangan, akan semakin berkurang orang itu menikmati kesenangan. Dari pola respon tersebut, Frankl menemukan dua fakta, yakni kesenjangan yang memaksa untuk menghindari sesuatu semakin mendekatkan individu kepada sesuatu yang ingin dihindarinya, dan kesenjangan yang memaksa untuk mencapai sesuatu semakin menjauhkan individu dari sesuatu yang ingin dicapainya. Untuk mengatasi semua ini, Logoterapi mengembangkan teknik-teknik sebagai berikut : 1. Intensi Paradoksial Teknik Intensi Paradoksial pada dasarnya memanfaatkan kemampuan insani dalam mengambil jarak (self detachment) dan kemampuan mengambil sikap (to take a stand)
  • 18. terhadap keadaan diri sendiri dan lingkungannya. Selain itu, teknik ini memanfaatkan salah satu kualitas insani lainnya, yaitu rasa humor. Dalam menerapkan teknik Intensi Paradoksial penderita dibantu untuk menyadari pola keluhannya, mengambil jarak pada keluhannya itu dan menanggapinya sendiri secara humoristis. Teknik Intensi Paradoksial ini berusaha mengubah sikap penderita yang semula serba takut menjadi “akrab’ dengan obyek yang justru ditakutinya dengan memandang segi-segi humor dari keluhannya. 2. De-reflection Teknik Dereflection pada dasarnya memanfaatkan kemampusan transendensi diri (self transcendence) yang ada dalam diri setiap orang. Dalam transendensi diri ini seseorang berupaya untuk keluar dan membebaskan diri dari kondisinya (berusaha untuk tidak lagi terlalu memperhatikan keluhan-keluhannya). Selanjutnya ia lebih mencurahkan perhatiannya kepada hal-hal lain yang lebih positif, lebih bermanfaat, lebih bermakna dan berguna baginya, lalu memutuskan untuk merealisasikannya. Dengan teknik Dereflection diharapkan mampu mengubah sikap yang semula terlalu memperhatikan (kesenangan) diri sendiri (self concerned), sekarang melakukan komitmen untuk melakukan sesuatu yang penting baginya (self commited). 3. Bimbingan Rohani Frankl mengungkapkan bahwa dalam Logoterapi terdapat pula kasus-kasus dimana yang diperlukan sama sekali bukan terapi, melainkan sesuatu yang lain, yaitu bimbingan rohani. Dalam hidup ini sering ditemukan berbagai krisis dan peristiwa tragis yang tak terhindarkan lagi, sekalipun upaya-upaya mengatasinya secara maksimal telah dilakukan (baik menggunakan teknik Paradoxicial Intention dan Dereflection). Penyakit yang tak tersembuhkan, kelainan bawaan, kemandulan, kematian, dosa dan kesalahan, kecelakaan yang menyebabkan kecacatan, merupakan contoh peristiwa-peristiwa tragis yang dapat dialami oleh siapa pun. Mengingat kondisi-kondisi serupa itu tidak dapat dihindari, maka Logoterapi sebagai “terapi melalui makna” (sekarang mottonya “sehat melalui makna”) atau “terapi berwawasan spiritual” mengarahkan para penderita untuk berusaha mengembangkan sikap (attitude) yang tepat dan positif terhadap keadaan yang tidak terhindarkan itu. Bimbingan rohani menurut Frankl tidak berurusan dengan penyelamatan jiwa (soul salvation) yang merupakan tugas
  • 19. para rohaniawan, tetapi berurusan dengan kesehatan rohani. Roh manusia akan tetap sehat selama ia tetap sadar akan tanggung jawabnya. Tanggung jawab yang dimaksud tidak lain adalah tanggung jawab merealisasi nilai-nilai, termasuk nilai-nilai bersikap, menunjukkan sikap positif terhadap penderitaannya, sehingga ia bisa menemukan makna dari penderitaannya itu. Misalnya, berupa upaya para penderita untuk bersedia meninjau masalahnya dari sudut lain, berolah seni, mendalami agama, dan lain sebagainya. E. CONTOH KASUS 1. Penerapan Teknik Intensi Paradoksial a) Kasus hidrofobia yang dialami seorang klien selama 4 tahun, dimana ia selalu merasa gemetar dan keluar keringat tiap kali berjabat tangan dengan atasannya. Frankl mengajukan saran kepada kliennya supaya jika ia bertemu kembali dengan atasannya berusaha secara sengaja mengatakan pada dirinya bahwa ia akan mengeluarkan keringat sebanyak-banyaknya jika bersalaman dengan atasannya yang sebelumnya hanya sedikit. Dan hasilnya ternyata klien tidak berkeringat sedikitpun saat bersalaman dengan atasannya. b) Kasus bakterofobia dan kompulsi mencuci yang dialami ibu rumah tangga ditangani Frankl dengan mengajak ibu tersebut menirukan apa yang dilakukannya dengan menggosok-gosokkan tangan ke lantai dan kemudian berkata, ‘’Lihat, tangan saya menjadi kotor, tetapi saya tidak bisa menemukan banyak bakteri !’’ dan kemudian ibu tersebut mau menirukannya dan selama 5 hari berikutnya gejala-gejala bakterfobia mulai menyusut dan akhirnya hilang sama sekali. Dari contoh kasus diatas, dapat disimpulkan bahwa dengan intensi paradoksial individu didorong untuk melakukan sesuatu yang paradoks yakni mendekati sesuatu yang justru ditakutinya dan yang selalu ingin dihindarinya. 2. Penerapan Teknik Dereflection Menjadi tua adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari. Saat memasuki periode lansia, keberadaan seseorang menjadi yang lebih berarti dalam hidup dan sangat penting. Lansia akan menghadapi berbagai persoalan yang terkait dengan beberapa perubahan yang dialami pada masanya, yaitu perubahan dalam aspek fisik, kognitif,
  • 20. dan psikososial. Hal tersebut akan menimbulkan berbagai dampak bagi lansia, salah satunya ialah perasaan tidak bermakna dalam hidup yang dapat menyebabkan terjadinya gejala fisik. Subjek ialah lansia yang mengalami ketidakbermaknaan hidup dan berdampak pada gejala fisik. Konseling logoterapi diberikan pada subjek karena konseling ini merupakan konseling yang diberikan pada individu yang mengalami ketidakjelasan makna dan tujuan hidup. Hal tersebut menyebabkan subjek mengalami kehampaan dan kehilangan gairah hidup. Konseling logoterapi juga diberikan pada subjek karena konseling ini tidak diterapkan untuk kasus patologis berat yang membutuhkan psikoterapi. Selain itu, konseling logoterapi memiliki karakteristik jangka pendek, berorientasi masa depan dan berorientasi pada makna hidup (Bastaman, 2007). Hasil dari konseling logoterapi ini didukung oleh kemauan dan motivasi subjek untuk meningkatkan kebermaknaan hidupnya serta dukungan dari anggota keluarga subjek. Istri subjek menyatakan bahwa terdapat perubahan pada diri subjek ke arah yang lebih baik, termasuk berkaitan dengan sikapnya terhadap istri dan anak-anak subjek. Istri subjek tidak lagi menemui kebiasaan subjek untuk memeriksakan kondisi fisiknya secara berlebihan ke puskesmas. Istri subjek juga menyatakan bahwa subjek kini lebih dapat mengendalikan emosi daripada sebelumnya. Selain dari proses konseling logoterapi, peningkatan kondisi subjek tersebut dipengaruhi oleh pihak lain, yaitu penjelasan dari saudara subjek yang berprofesi dokter yang dapat meyakinkan subjek bahwa gejala fisik yang dikeluhkannya bukan merupakan gejala dari penyakit kronis tertentu. Serta percakapan yang sering dilakukan subjek dengan temannya dimana subjek diajarkan untuk mengubah sikapnya dalam menjalani hidup dan dalam menyikapi orang lain. Subjek menyadari bahwa masukan dari dua pihak tersebut serta proses konseling yang telah dilakukan memiliki manfaat yang besar terhadap dirinya untuk menjadi lebih baik di waktu yang akan datang. Selanjutnya berdasarkan Kuesioner Kebermaknaan Hidup yang diisi oleh subjek, terdapat perbedaan yang signifikan pada beberapa poin di awal konseling dengan di akhir konseling. Hal tersebut menunjukkan bahwa subjek belum menemukan tujuan hidupnya sebelum diberikan konseling dan telah mampu menentukan tujuan hidupnya
  • 21. secara jelas setelah diberikan konseling, yaitu dapat membahagiakan keluarga, dapat bermanfaat bagi orang lain, serta lebih dekat dengan Tuhan. Pada poin lain juga terdapat perbedaan yang signifikan, dimana hasil pengisian kuesioner menunjukkan bahwa pada awal konseling subjek belum menemukan makna hidupnya dan pada akhir konseling subjek telah menemukan makna hidupnya. Sedangkan hasil pengisian kuesioner secara keseluruhan, kondisi subjek menunjukkan adanya perubahan pada awal dan akhir konseling. Subjek telah mampu menentukan tujuan hidupnya secara jelas dan telah menemukan makna hidupnya kembali. Selama proses konseling logoterapi, peneliti dan subjek memiliki hubungan yang akrab, terbuka, saling menghargai, memahami dan menerima, sehingga proses konseling dapat dilakukan secara fleksibel. Konseling bersifat direktif dimana peneliti memberikan pengarahan pada subjek mengenai hal-hal yang dapat dilakukan subjek sebagai proses untuk menemukan makna hidupnya. Peneliti berperan sebagai participating partner yang menarik keterlibatan dengan subjek sedikit demi sedikit setelah subjek mulai menyadari dan menemukan makna hidupnya (Bastaman, 2007). Keterbatasan dalam penelitian ini ialah faktor eksternal yang tidak dapat dikontrol oleh peneliti, yang kemungkinan dapat mempengaruhi hasil konseling. Faktor eksternal tersebut ialah pengaruh dari keluarga, saudara, serta sahabat subjek. Keluarga, terutama istri subjek, memberikan dukungan setiap saat agar subjek dapat menerima kondisi fisiknya dan menjalani hidup dengan lebih tenang. Selama proses konseling, keluarga mendukung subjek untuk melakukan hal-hal yang positif dan bermanfaat sehingga kebermaknaan hidup subjek meningkat. Saudara subjek yang berprofesi dokter juga memberikan pengaruh terhadap hasil konseling. Saudara subjek tersebut melakukan pemeriksaan terhadap kondisi fisik subjek dan tidak menemukan kemungkinan yang mengarah pada penyakit kronis tertentu. Saudara subjek menjelaskan bahwa gejala fisik yang dialami subjek akibat kondisi fisik subjek yang mengalami penurunan karena memasuki masa lansia, dan meyakinkan bahwa subjek tidak perlu mengkhawatirkan gejala-gejala tersebut. Selanjutnya sahabat subjek yang sering melakukan percakapan dengan subjek juga memberikan dukungan pada subjek. Ia meyakinkan bahwa subjek dapat memiliki kehidupan yang lebih tenang dengan menerima kondisi fisiknya yang menurun. Sahabat subjek yang mengalami kelumpuhan tersebut menyampaikan bahwa
  • 22. ia dapat menjalani hidupnya dengan melakukan hal-hal yang bermanfaat, sehingga ia berharap subjek dengan kondisi fisik yang lebih baik juga dapat melakukan hal-hal yang bermanfaat. Diharapkan setelah konseling dihentikan, subjek dapat mempertahankan atau meningkatkan kebermaknaan hidupnya sehingga menjadi pribadi yang lebih terbuka dan menyenangkan, bersedia melakukan pengalaman baru (Reker & Woo, 2011) selalu memiliki harapan menjadi lebih baik dan bersedia untuk memperbaiki diri, berguna dan bermanfaat bagi lingkungan sekitar (Bastaman, 2007). Selain itu, sebagai proses meningkatkan kebermaknaan hidupnya, subjek diharapkan dapat mempertahankan ketertarikan, aktivitas, dan interaksi sosial selama periode lansia (Feldman, 2003) serta mampu menemukan makna yang positif dari kehidupan dan kematian, bahkan dalam kondisi fisik yang tidak baik, seperti penurunan fungsi tubuh (Wong, 2007). 3. Penerapan Teknik Bimbingan Rohani Harold seorang warga Australia berusia paruh baya yang kehidupannya dengan cepat berubah carut-marut diluar kontrol seperti seorang pemabuk. Masalah keuangan dibebani oleh sejumlah biaya yang dihabiskan untuk minum dan pengaruh beban pekerjaan (stress). Simpati istrinya berkurang disamping ia juga punya masalah tidur tengah malam. Dia pulang untuk menemui Chris Wurm, seorang ahli Logotherapi. Wurm mengkombinasikan pendekatan medis sebagai contoh pemberian informasi terhadap bahaya minuman-minuman yang dilakukan dengan logotherapi. Roda kehidupan Harold kembali bergulir, liku-liku sisi alkohol dari kehidupannya muncul kembali dan tak bisa dihindari. Wurm berkata bahwa Harold harus memikirkan apa yang dia ketahui dan dapat menentukan pilihan serta menjalani kehidupan dengan berbagai cara. Harold harus menetukan pilihan yang membawa perubahan baginya dan memberikan gambaran masa-masa mendatang. Ternyata teknik tersebut berhasil dan berperan sangat efektif. Harold menjadi memandang bahwa akal piciknya menjadi bumerang untuk dirinya sendiri. F. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN LOGOTERAPI - Kelebihan Logoterapi
  • 23. Logoterapi mengajarkan bahwa setiap kehidupan individu mempunyai maksud, tujuan, makna yang harus diupayakan untuk ditemukan dan dipenuhi. Hidup kita tidak lagi kosong jika kita menemukan suatu sebab dan sesuatu yang dapat mendedikasikan eksistensi kita. - Kekurangan Logoterapi Ada beberapa klien yang tidak dapat menunjukan makna hidupnya sehingga timbul suatu kebosanan merupakan ketidakmampuan seseorang untuk membangkitkan minat apatis, perasaan tanpa makna, hampa, gersang, merasa kehilangan tujuan hidup, meragukan kehidupan. Sehingga enyulitkan konselor untuk melakukan terapi kepada klien tersebut. Kekurangan makna hidup, bagi Frankl, merupakan suatu neourosis; dia menyebut kondisi ini noögenic neurosis. Inilah suatu keadaan yang bercirikan tanpa arti, tanpa maksud, tanpa tujuan dan hampa. Frankl menulis tentang kawan-kawan setahanannya, “celakalah diayang tidak lagi melihat arti dalam kehidupannya, tidak lagi melihat tujuan, tidak lagi melihat maksud, dan karena hal tersebut ada sesuatu yang turut serta. Dia akan merasa kehilangan”. Karena tidak merasa kehidupan yang penuh dan gairah, maka orang semacam itu berada dalam kekosongan eksistensial , suatu kondisi yang menurut keyakinan Frankl adalah lumrah dalam masa yang sudah modern ini DAFTAR PUSTAKA Frankl, V. Man’s Search for Meaning: An Introduction to Logotherapy. Boston: Beacon Press, 1962. Graham, Helen (2005). Psikologi Humanistik. Yogyakarta: Pustaka Jaya. Gusti. Nona (2014). Teori Eksistensialisme Viktor. From http://nonagusti.blogspot.com, 17 Novemer 2014 Library.walisongo.ac.id/digilib, 2 November 2014 Schultz, Duane (1991). Psikologi Pertumbuhan “Model-model Kepribadian Sehat”. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.