Laporan praktikum menentukan koefisien restitusi pada benda jatuh bebas dengan mengukur tinggi jatuh dan pantulan bola bekel, pingpong, dan tenis dari berbagai ketinggian. Hasilnya menunjukkan koefisien restitusi rata-rata masing-masing bola dan hubungan antara tinggi jatuh dan pantulan. Jenis tumbukan yang terjadi adalah lenting sebagian.
1. Sistem komplemen adalah kumpulan protein plasma yang berperan melengkapi sistem pertahanan tubuh dengan mengikat, mengaktifkan, dan membentuk kompleks pada permukaan patogen untuk difagositosis atau dilisisi.
2. Terdiri dari 9 komponen utama (C1-C9) yang dapat diaktifkan lewat jalur klasik, alternatif, atau lektin untuk memicu respons inflamasi dan membentuk kompleks serangan membran.
3. Berperan dalam op
Laporan praktikum menentukan koefisien restitusi pada benda jatuh bebas dengan mengukur tinggi jatuh dan pantulan bola bekel, pingpong, dan tenis dari berbagai ketinggian. Hasilnya menunjukkan koefisien restitusi rata-rata masing-masing bola dan hubungan antara tinggi jatuh dan pantulan. Jenis tumbukan yang terjadi adalah lenting sebagian.
1. Sistem komplemen adalah kumpulan protein plasma yang berperan melengkapi sistem pertahanan tubuh dengan mengikat, mengaktifkan, dan membentuk kompleks pada permukaan patogen untuk difagositosis atau dilisisi.
2. Terdiri dari 9 komponen utama (C1-C9) yang dapat diaktifkan lewat jalur klasik, alternatif, atau lektin untuk memicu respons inflamasi dan membentuk kompleks serangan membran.
3. Berperan dalam op
Osiloskop adalah alat untuk melihat dinamika besaran sebagai fungsi waktu secara visual. Osiloskop memiliki 5 komponen utama yaitu tabung sinar katoda, penguat simpangan Y dan X, pembangkit tegangan basis waktu, dan pengatur berkas."
Imunitas terhadap parasit kompleks dan bervariasi bergantung pada jenis parasitnya. Imunitas bawaan melibatkan fagositosis namun parasit dapat resisten. Imunitas dapatan melibatkan respons Th1 dan Th2 serta antibodi tetapi seringkali tidak mampu mengeliminasi parasit secara utuh sehingga menyebabkan infeksi kronis.
Dokumen tersebut membahas percobaan mengukur percepatan gravitasi bumi menggunakan bandul. Percobaan ini melibatkan pengukuran periode ayunan dengan berbagai panjang tali dan massa beban. Hasilnya menunjukkan percepatan gravitasi yang diukur sekitar 9,79 m/s2, mendekati nilai konstan percepatan gravitasi bumi 9,8 m/s2.
Laporan Praktikum Kimia indikator asam basaFeren Jr
Laporan ini mempelajari penggunaan indikator asam basa alami dan buatan. Percobaan dilakukan dengan meneteskan ekstrak tanaman seperti bit, kunyit, dan bunga ke larutan asam dan basa, yang menghasilkan perubahan warna yang berbeda untuk setiap indikator. Percobaan juga menggunakan indikator buatan seperti kertas lakmus dan pH meter untuk menentukan sifat asam atau basa dari beberapa larutan. Has
Kelompok 2 terdiri dari 5 anggota yang mempelajari termodinamika, termasuk hukum-hukum dan proses-prosesnya seperti siklus Otto, Rankine, dan Carnot. Dokumen ini juga menjelaskan konsep kalor, usaha, dan energi dalam termodinamika beserta rumus-rumusnya.
Makalah sistem imun (hipersensitivitas tipe lambat)DARMAPERTIWIDARMA
Makalah ini membahas sistem imun khususnya hipersensitivitas tipe lambat. Hipersnesitivitas tipe lambat diperantarai oleh sel T CD4+ dan menghasilkan respons lambat terhadap antigen. Reaksi ini ditandai dengan infiltrasi sel T dan makrofag pada area luka dan menghasilkan inflamasi dan fibrosis jika antigen bersifat persisten. Hipersnesitivitas tipe lambat berperan dalam pertahanan tubuh terhadap infeksi intrasel.
Dokumen tersebut merupakan laporan praktikum tentang lensa cembung yang berisi pendahuluan, dasar teori, pembahasan, dan kesimpulan. Laporan ini menjelaskan cara menentukan fokus dan letak bayangan pada lensa cembung melalui rumus optika yang relevan.
1 b 11170163000059_utut muhammad_laporan akhir pp (pemuaian panjang)umammuhammad27
Laporan praktikum pemuaian panjang menjelaskan tentang pengukuran koefisien muai panjang logam seperti tembaga, kuningan, dan baja dengan pemanasan. Dilakukan pengukuran panjang awal dan akhir logam, suhu awal dan akhir, serta perhitungan koefisien muai panjangnya.
Evolusi bintang terjadi secara perlahan selama keberadaan bintang di alam semesta. Bintang mengalami berbagai tahapan seperti kelahiran, tumbuh di deret utama, menjadi raksasa merah, dan akhirnya mati menjadi bintang kerdil putih atau hitam. Proses ini melibatkan reaksi nuklir inti yang mengubah hidrogen menjadi helium dan unsur berat lainnya. Perubahan komposisi inti menyebabkan per
Osiloskop adalah alat untuk melihat dinamika besaran sebagai fungsi waktu secara visual. Osiloskop memiliki 5 komponen utama yaitu tabung sinar katoda, penguat simpangan Y dan X, pembangkit tegangan basis waktu, dan pengatur berkas."
Imunitas terhadap parasit kompleks dan bervariasi bergantung pada jenis parasitnya. Imunitas bawaan melibatkan fagositosis namun parasit dapat resisten. Imunitas dapatan melibatkan respons Th1 dan Th2 serta antibodi tetapi seringkali tidak mampu mengeliminasi parasit secara utuh sehingga menyebabkan infeksi kronis.
Dokumen tersebut membahas percobaan mengukur percepatan gravitasi bumi menggunakan bandul. Percobaan ini melibatkan pengukuran periode ayunan dengan berbagai panjang tali dan massa beban. Hasilnya menunjukkan percepatan gravitasi yang diukur sekitar 9,79 m/s2, mendekati nilai konstan percepatan gravitasi bumi 9,8 m/s2.
Laporan Praktikum Kimia indikator asam basaFeren Jr
Laporan ini mempelajari penggunaan indikator asam basa alami dan buatan. Percobaan dilakukan dengan meneteskan ekstrak tanaman seperti bit, kunyit, dan bunga ke larutan asam dan basa, yang menghasilkan perubahan warna yang berbeda untuk setiap indikator. Percobaan juga menggunakan indikator buatan seperti kertas lakmus dan pH meter untuk menentukan sifat asam atau basa dari beberapa larutan. Has
Kelompok 2 terdiri dari 5 anggota yang mempelajari termodinamika, termasuk hukum-hukum dan proses-prosesnya seperti siklus Otto, Rankine, dan Carnot. Dokumen ini juga menjelaskan konsep kalor, usaha, dan energi dalam termodinamika beserta rumus-rumusnya.
Makalah sistem imun (hipersensitivitas tipe lambat)DARMAPERTIWIDARMA
Makalah ini membahas sistem imun khususnya hipersensitivitas tipe lambat. Hipersnesitivitas tipe lambat diperantarai oleh sel T CD4+ dan menghasilkan respons lambat terhadap antigen. Reaksi ini ditandai dengan infiltrasi sel T dan makrofag pada area luka dan menghasilkan inflamasi dan fibrosis jika antigen bersifat persisten. Hipersnesitivitas tipe lambat berperan dalam pertahanan tubuh terhadap infeksi intrasel.
Dokumen tersebut merupakan laporan praktikum tentang lensa cembung yang berisi pendahuluan, dasar teori, pembahasan, dan kesimpulan. Laporan ini menjelaskan cara menentukan fokus dan letak bayangan pada lensa cembung melalui rumus optika yang relevan.
1 b 11170163000059_utut muhammad_laporan akhir pp (pemuaian panjang)umammuhammad27
Laporan praktikum pemuaian panjang menjelaskan tentang pengukuran koefisien muai panjang logam seperti tembaga, kuningan, dan baja dengan pemanasan. Dilakukan pengukuran panjang awal dan akhir logam, suhu awal dan akhir, serta perhitungan koefisien muai panjangnya.
Evolusi bintang terjadi secara perlahan selama keberadaan bintang di alam semesta. Bintang mengalami berbagai tahapan seperti kelahiran, tumbuh di deret utama, menjadi raksasa merah, dan akhirnya mati menjadi bintang kerdil putih atau hitam. Proses ini melibatkan reaksi nuklir inti yang mengubah hidrogen menjadi helium dan unsur berat lainnya. Perubahan komposisi inti menyebabkan per
Dokumen tersebut merangkum evolusi bintang, mulai dari terbentuknya bintang dari nebula, evolusi awal menjadi protobintang, kemudian menjadi bintang deret utama, dan berbagai tahapan selanjutnya hingga akhir hayat bintang bergantung pada massanya, seperti menjadi bintang raksasa merah, supernova, atau bintang neutron.
Tatasuryadanjagatraya 131230155557-phpapp01Regina Regina
Teks tersebut membahas tentang tata surya, jagat raya, dan teori-teori terbentuknya jagat raya dan tata surya. Beberapa teori yang disebutkan antara lain teori ledakan besar, teori keadaan tetap, teori nebula, teori planetesimal, teori pasang surut, teori awan debu, dan teori bintang kembar.
Makalah Ilmu Kealaman Dasar "ALAM SEMESTA DAN TATA SURYA SERTA MENGENAL TATA ...Fitri Sintaa Handayani
Makalah ini membahas tentang alam semesta dan tata surya, termasuk pengertian alam semesta, teori pembentukan galaksi dan tata surya, serta anggota-anggota tata surya. Dijelaskan pula beberapa teori terbentuknya alam semesta seperti teori keadaan tetap dan teori ledakan besar."
Dokumen tersebut membahas enam teori pembentukan bumi dan alam semesta, yaitu Teori Nebula, Planetesimal, Pasang Surut, Bintang Kembar, Whipple, dan Big Bang. Teori-teori tersebut menjelaskan proses pembentukan bumi melalui gaya-gaya seperti gravitasi, pembekuan, perputaran, dan ledakan serta dipengaruhi oleh matahari dan partikel bermassa.
Dokumen tersebut membahas tentang latar belakang pembelajaran mengenai alam semesta bagi calon guru sekolah dasar. Ia juga membahas tentang terbentuknya alam semesta melalui teori Ledakan Besar dan ekspansi-kontraksi, serta bentuk-bentuk galaksi seperti spiral, elips, dan tak beraturan.
Terdapat beberapa teori terbentuknya alam semesta menurut para ahli, di antaranya Teori Nebula, Teori Kontraksi, dan Teori Big Bang. Teori Nebula menyatakan bahwa planet-planet terbentuk dari sisa-sisa gas raksasa yang berputar dan mendingin. Teori Kontraksi menyatakan alam semesta mengalami siklus ekspansi dan kontraksi selama 30 miliar tahun. Teori Big Bang menyatakan alam semesta berasal dari keadaan super pad
Teks tersebut membahas tentang evolusi akhir hayat bintang, dimulai dari tahap bintang menjadi bintang raksasa merah ketika hidrogen di pusatnya habis, lalu menjadi bintang maharaksasa merah ketika terjadi pembakaran helium, dan berakhir menjadi bintang katai putih atau mengalami ledakan seperti nova atau supernova tergantung massanya.
Dokumen tersebut membahas tentang teori-teori penciptaan planet bumi dan tata surya serta planet-planet yang ada di dalam tata surya, seperti teori nebula, planetesimal, pasang surut, awan debu, dan bintang kembar. Juga dibahas tentang ciri-ciri planet Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars."
Teks tersebut membahas beberapa teori tentang asal usul jagad raya, termasuk teori nebula, planetesimal, pasang surut bintang, kondensasi, bintang kembar, dan big bang. Teori-teori tersebut mencoba menjelaskan bagaimana sistem tata surya dan galaksi terbentuk.
file ini berisi materi tentang tata surya, materi tata surya adalah materi untuk siswa kelas 7 semester genap K13. file ini berisi peta konsep, materi pengayaan, lembar kerja siswa dan uji kompetensi
Matahari dan planet-planet terbentuk dari awan gas dan debu yang berputar sekitar 5 milyar tahun lalu. Awan tersebut menyusut karena gravitasi, sehingga tekanan dan suhunya meningkat. Bumi terbentuk dari fragmen awan yang memadat, tetapi batuan tertua di Bumi hanya berumur 3,8 milyar tahun. Matahari menarik bahan tambahan dari angkasa untuk membentuk planet dan bulan. Fusi nuklir di inti M
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Fathan Emran
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka.
Laporan Pembina Pramuka SD dalam format doc dapat anda jadikan sebagai rujukan dalam membuat laporan. silakan download di sini https://unduhperangkatku.com/contoh-laporan-kegiatan-pramuka-format-word/
Materi ini membahas tentang defenisi dan Usia Anak di Indonesia serta hubungannya dengan risiko terpapar kekerasan. Dalam modul ini, akan diuraikan berbagai bentuk kekerasan yang dapat dialami anak-anak, seperti kekerasan fisik, emosional, seksual, dan penelantaran.
Paper ini bertujuan untuk menganalisis pencemaran udara akibat pabrik aspal. Analisis ini akan fokus pada emisi udara yang dihasilkan oleh pabrik aspal, dampak kesehatan dan lingkungan dari emisi tersebut, dan upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi pencemaran udara
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka.
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Makalah ipa evolusi bintang
1. MAKALAHKONSEP DASAR IPA
“EVOLUSI BINTANG”
Di SusunOleh:
Kelompok 13
1. ZulfaIstiqomah (1711240070)
2. Ummi Atya Nurjanah (1711240060)
DosenPengampu:
Raden Gamal Thamrin M.Pd
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BENGKULU
TAHUN 2018
2. 2
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin. Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan
Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Evolusi
Bintang”.
Shalawat dan salam kami curahkan kepada baginda tercinta Nabi Muhammad Saw
yang telah menerangi dunia ke arah yang lebih baik dengan penuh ilmu pengetahuan.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam menambah wawasan dan
pengetahuan kita mengenai “Evolusi Bintang”dalam “Konsep Dasar Ipa”kami
menyadari sepenuhnya di dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Bengkulu,17November 2018
Penyusun
3. 3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..............................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................................ii
DAFTAR ISI ……….............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...……...................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...……..............................................................................................4
C. Tujuan Penulisan...……................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. Evolusi Bintang...................................……...................................................................6
B. Sumber energi bintang…………..…….…..….….........................................................6
C. Kelahiran bintang…………………………………..……….…....................................8
D. Tahap evolusi lanjut…………………………………………………...........................9
E. Kematian bintang…………………………………...…...............................................10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………………….....14
B. Saran………………………………………………………………………...............14
DAFTAR PUSTAKA
4. 4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bintang dikenal sebagai objek langit yang tampak di malam hari. Sebuah cahaya
titik yang berkerlap-kerlip, dan terkadang bila diperhatikan dengan seksama, warnanya
berubah-ubah dari putih ke biru atau merah dan sebaliknya. Sebenarnya bintang
merupakan bola gas yang terbentuk karena gaya gravitasinya sendiri. Cahaya bintang
berasal dari hasil reaksi fusi nuklir di mana hidrogen digabungkan untuk menghasilkan
helium, gelombang eletromagnetik, dan energi. Bintang memancarkan energinya relatif
konstan/stabil setiap saat. Jadi, perubahan yang terjadi tidak berasal dari bintang itu
sendiri. Lalu, bagaimana bintang bisa tampak berkedip.
Penyebab utamanya adalah karena bumi memiliki atmosfer dengan temperatur yang
berbeda-beda, menyebabkan lapisan-lapisan udara tersebut bergerak-gerak sehingga
menimbulkan turbulensi. Turbulensi ini bentuknya sama seperti ombak atau gelombang di
laut dan kolam renang.
Pada zaman dahulu, orang mengira semua objek di langit adalah bintang. Hingga
mereka mulai mengamati dan menyadari bahwa ada beberapa objek langit yang memiliki
perpindahan berbeda dengan yang lain, juga tidak berkedip. Dan diketahuilah bahwa
benda tersebut planet, bukan bintang.Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan
instrumentasi astronomi, diketahui bahwa bintang yang ada di langit tidak seluruhnya
benar-benar bintang, melainkan terbagi-bagi lagi menjadi beberapa kategori. Ada nebula,
awan gas debu yang merupakan cikal bakal bintang. Cluster, yang merupakan sekumpulan
bintang. Bintang itu sendiri, yang terbagi menjadi dua kategori yaitu bintang tunggal dan
multiple stars, dan Planetary nebula.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu evolusi bintang?
2. bagaimana sumber energi bintang?
3. bagaimana kelahiran bintang?
4. apa yang dimaksud tahap evolusi lanjut?
5. bagaimana akhir dari kematian bintang?
5. 5
C. Tujuan Penulisan
1. Memahami Definisi evolusi bintang.
2. Mengetahui dan Memahami sumber energi bintang.
3. Mengetahui kelahiran bintang
4. Mengetahui tahapan evolusi lanjut.
5. Mengetahui bagaimana akhir dari kmatian bintang.
6. 6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Evolusi Bintang
Bintang merupakan benda langit yang dapat memancarkan cahaya sendiri. Lalu
yang dimaksud evolusi bintang adalah perubahan perlahan-lahan sejak suatu bintang
terjadi sampai menjadi bintang yang stabil, kemudian memasuki deret utama dalam waktu
yang lama, kemudian menjadi bintang raksasa merah, lalu mengalami keadaan degenerasi,
seterusnya melontarkan sebagaian masanya bagian luar dan membentuk masa kecil
dengan kerapatan yang besar. Sampai menjadi bintang neutron dan black hole melalui
beberapa tahapan.
Bintang tidak berbeda jauh dengan manusia atau makhluk hidup yang ada di Bumi.
Bintang dilahirkan, berkembang, dan pada akhirnya padam, tidak bersinar lagi. Bedanya,
tentu saja bintang tidak berkembang biak. Proses evolusi bintang ini, bila dibandingkan
dengan usia manusia atau bahkan usia seluruh peradaban manusia, tentunya memakan
waktu yang sangat lama hingga milyaran tahun. 1
B. Sumber Energi Bintang
Di pertengahan abad ke-19, Lord Kelvin dan Hermann von Helmholtz, dengan
menggunakan teori konservasi energi mempostulatkan bahwa energi yang dihasilkan
Matahari berasal dari pengerutan gravitasi. Proses pengerutan mengubah energi gravitasi
menjadi energi panas dan meningkatkan suhu di inti Matahari.
Perkembangan fisika kuantum, menelurkan teori baru akan pembangkitan energi di
dalam bintang. Adalah Sir Arthur Eddington pada 1920 yang mengemukakannya untuk
1 A. Gunawan Admiranto, Tata Surya dan Alam Semesta. (Yogyakarta: Kanisius, 2000) hlm 46.
7. 7
pertama kali, melibatkan dua proton yang bergabung untuk membentuk satu inti helium
dikuti dengan pelepasan energi. Pada 1939, Hans Bethe mengemukakan mekanisme daur
proton-proton untuk pembangkitan energi di dalam bintang kelas matahari, melengkapi
teori mekanisme daur karbon-nitrogen-oksigen yang dikemukakan sebelumnya oleh Carl
Friedrich von Weizsacker.
Energi yang begitu besar yang dibangkitkan dari reaksi CNO membuat bagian luar
bintang juga memiliki temperatur yang tinggi sehingga hampir semua atom hidrogen
berada dalam keadaan terionisasi. Hal ini menyebabkan foton-foton ultra violet tidak
menemui ’halangan’ dan lolos begitu saja, sehingga penghantaran energi dengan cara
radiasi lebih dominan di bagian kulit bintang.
Akibat reaksi pembakaran hidrogen, jumlah helium di pusat bintang bertambah.
Timbunana helium di pusat bintang ini disebut pusat helium. Terjadi pengerutan gravitasi
secara perlahan pada pusat helium itu. Energi yang dibangkitkan akibat pengerutan itu
kecil sekali hingga gradien temperatur di situ kecil. Dengan kata lain pusat helium ini
bersifat isoterm (suhunya sama di semua tempat). Pusat helium tidak lagi mengerut
dengan perlahan tetapi runtuh dengan cepat. Massa kritis pusat helium agar hal ini terjadi
disebut batas Schonberg Chandrasekhar. Saat itu struktur bintang berubah secara hebat.
Bagian luar bintang akan memuai dengan cepat. Bintang berevolusi menjadi bintang
raksasa merah.2
Matahari atau bintang memancarkan cahaya ke segala penjuru, yang berarti
memancarkan radiasi elektromagnetik. Jika setiap saat memancarkan cahaya. Kalau
matahari tiap detik memancarkan tenaga 400. 000. 000.000. 000. 000. 000. 000. 000. 000.
000. 000. erg ( satu erg sama dengan 1/10.000.000 wat), maka matahari berkekutan
40.000.000.000.000.000.000.000.000 wat. Dari mana matahari mendapatkan tenaga yang
sangat besar, tidak lain dan tidak bukan dari badannya sendiri. Hal ini sesuai dengan
rumus:
Ket: E = tenaga atau energy
m = maassa
c = kecepatan cahaya
2A. Rahman Ritonga, Rahasia Alam Semesta, (Jakarta: Monora, 2013) hlm 52
E = mc2
8. 8
C. Kelahiran bintang
Pada dasarnya luar angkasa tidak benar-benar hampa udara. Tetapi tersusun atas
partikel gas dengan kerapatan yang sangat kecil. Jika ditakar dalam volume, kira-kira satu
juta meter kubik hanya berisi satu partikel gas. Walaupun demikian, tidak semua daerah
antar bintang memiliki kerapatan yang sama. Ada daerah yang lebih renggang dari pada
itu dan ada daerah yang lebih rapat dari itu. Dengan kata lain, persebaran partikel gas di
ruang antar bintang tidak merata. Bintang biasanya terentuk di daerah yang memiliki
kerapatan yang tinggi (untuk ukuran ruang hampa). Di daerah yang memiliki kerapatan
tinggi, gaya tarik menarik antar partikel besar. Mengapa gayanya besar? Hal tersebut
disebabkan jarak antar partikel yang lebih rapat. Logikanya, semakin jauh jarak benda
dengan bumi, gaya tarik bumi akan semakin lemah. Gaya gravitasi ini juga berlaku pada
partikel-partikel gas tadi.
Adanya gaya gravitasi menyebabkan semakin banyak partikel udara yang tertarik.
Semakin banyak partikel yang tertarik maka gaya gravitasinya akan semakin besar untuk
menarik partikel yang lebih luas. Gaya gravitasi tersebut menyebabkan terjadinya
pengerutan di bagian inti gravitasi.3 Di bagian inti, tumbukan antar partikel menjadi lebih
sering terjadi sehingga timbullah panas. Semakin banyak partikel udara di ruang angkasa
yang tertarik menyebabkan terjadinya pengerutan inti yang lebih kuat (karena gas yang
mengumpul menjadi semakin besar). Tumbukan akan semakin intens terjadi hingga pada
suatu titik panas yang terjadi akibat tumbukan cukup untuk melakukan reaksi termonuklir.
Siklus kehidupan bintang
3Nyoman suwitra, Astronomi Dasar, (Singaraja: penerbit IKIP Negeri Singaraja, 2001) hlm 127
9. 9
Jadi intinya, ketika terjadi reaksi termonuklir maka bintang akan terbentuk. Ketika
panas yang dihasilkan oleh tumbukan tidak mencukupi untuk melakukan reaksi
termonuklir, maka bintang tak akan terbentuk. Gravitasi sangat menentukan apakah akan
terbentuk bintang atau tidak. Sedangkan gravitasi dipengaruhi oleh jumlah partikel udara
yang terkumpul (massa udara). Selain itu, komposisi partikel yang berkumpul akan
menentukan juga apakah kumpulan partikel tersebut akan menjadi bintang atau tidak.
Komposisi senyawa/ unsur yang akan menjadi bintang adalah apabila kumpulan partikel
tersebut tersusun sebagian besar oleh unsur hidrogen dengan unsur lain dalam jumlah yang
sedikit.
Bintang dikatakan baru lahir saat terjadi reaksi termonuklit di pusatnya dan bintang
langsung masuk kederet utama diagram Herzaprung-Russell. Tahap yang berlangsung
antara tahap dimulai pemanansan di inti bintang yang mambangkitkan reaksi termonuklir
dan saat bitang masuk deret utama dinamakan tahap praderet utama.
D. Tahap Evolusi Lanjut
Suatu bintang yang telah menggunakan bahan bakar hidrogennya akan bergantung
pada massa bintang itu sendiri. Bila pembakaran hidrogen terhenti maka pengerutan
gravitasi berlangsung lagi yang menyebabkan suhu bintang meningkat lagi. Hal ini
memungkinkan terjadinya reaksi fusi helium dan unsur-unsur yang lebih berat lainnya.
Bintang yang telah memasuki usia tua akan segera menghabiskan energi fusi yang tersedia
dan bintang kehabisan energi dan akan mati. Proses ini bisa terjadi dengan membuang
sisa-sisa energinya secara perlahan-lahan dan berangsur menjadi bintang katai putih, atau
bisa juga mengerut menjadi bintang dengan kerapatan yang amat besar, menjadi bintang
neutron ataukah black hole.
Dalam awal lahirnya alam semesta ini, materi yang mula-mula dihasilkan terdiri
dari hidrogen 75% dan helium 25%. Sedang unsur-unsur kimia lainnya terbentuk dalam
bintang itu sendiri melalui reaksi nuklir yang terjadi pada bagian dalam bintang itu sendiri.
Suhu pembakaran untuk memungkinkan terjadinya reaksi ini adalah sekitar 107 K. Ketika
hidrogen berubah menjadi helium dan mencapai batas Schonberg, tekanan radiasi tidak
mampu lagi menahan tarikan gravitasi sehingga terjadi lagi pengerutan gravitasi. Pada
10. 10
suhu yang setinggi ini energi kinetik termal sudah cukup mengatasi penolakan Coulomb
dari inti helium sehingga kini memungkinkan berlangsungnya reaksi fusi helium.
E. Kematian Bintang
1. Menuju Raksasa Merah
Bila sutau bintang telah mulai menghabiskan bahan bakar hidrogennya sehingga
bintang itu sendiri kebanyakan helium, maka fusi hidrogen tidak bisa terjadi lagi.
Akibatnya tekanan radiasi tidak lagi mampu menahan keruntuhan gravitasi. Oleh
karena itu pusat helium mulai runtuh sehingga terjadi lagi perubahan energi potensial
gravitasi menjadi energi kinetik termal sehingga pusat bintang bertambah panas.
Kerapatan pusat bintang meningkat dari 100 gr/cm3 menjadi sekitar 105 gr/cm3 dan
suhu naik menjadi 108K. Pada tingkat suhu ini mulai terjadi fusi helium menjadi unsur-
unsur ruang lebih berat seperti karbon, oksigen, dan neon. Proses ini dinamakan pula
dengan proses pembakaran helium. Menurut hukum Stfaan-Boltzmann
W = T4
Karena energi per satuan luas W berkurang maka suhunya T juga berkurang.
Dengan demikian kini permukaan bintang suhunya menjadi semakin rendah sehingga
cahayanya menjadi semakin merah. Jadi pada tahapan ini bintang menjadi bintang yang
sangat besar dan dengan cahaya yang kemerahan sehingga disebut raksasa merah.
Matahari juga dalam evolusinya nanti juga akan mencapai tahap raksasa merah dan
pada saat itu jejari matahari akan sampai ke orbit Venus.
Bintang dalam tahap raksasa merah akan terus membakar helium dan mungkin
juga unsur-unsur yang lebih berat sampai siklus fusi ini berakhir dengan pembentukan
11. 11
inti besi 56Fe. Oleh karenanya pusat bintang kerapatannya menjadi semakin besar,
sementara itu materi sekitarnya makin kehabisan hidrogen dan mengerut mengumpul di
pusat bintang. Hal ini menyebabkan pusat bintang makin kecil dan makin panas sampai
suhunya cukup tinggi untuk memenuhi terjadinya reaksi triple alpha
2. Menjadi Bintang Katai Putih (white dwarf)
Bintang katai putih merupakan fase akhir bintang yang berukuran kecil seperti
matahari. Matinya bintang diawali dengan habisnya unsur hidrogen di inti bintang.
Habisnya hidrogen menyebabkan tidak terjadinya reaksi thermonuklir di inti bintang.4
Reaksi thermonuklir pada kondisi bintang normal tidak hanya memancarkan panas,
tetapi juga menahan gravitasi inti agar partikel yang ada di kulit tidak tertarik ke dalam
dan mengakibatkan bintang mengkerut. Dengan hilangnya reaksi thermonuklir di inti,
maka bintang akan mengkerut. Pengerutan bintang akan terus terjadi sampai pada suatu
titik intibintang kembai memancarkan energi. Pengerutan bintang menyebabkan jarak
antar partikel menjadi semakin mampat. Akibatnya tumbukan antar partikel menjadi
lebih sering terjadi. Akibat tumbukan tersebut, timbullah panas. Panas tersebut yang
memicu terjadinya reaksi lanjutan yang membakar helium menjadi karbon.
Energi yang dipancarkan inti lebih besar dari pada pada saat bintang dalam
kondisi normal. Akan tetapi, karena selubung membesar, energi tersebut di
distribusikan pada luasan yang lebih luas sehingga suhu permukaan menjadi lebih
rendah. Jadi pada saat bintang berwarna merah, dan memiliki ukuran bintang
membesar, tetapi suhunya menjadi lebih rendah. Warna merah menunjukkan penurunan
suhu. Seperti pada api di bumi. api biru lebih panas daripada api merah. Ketika sebuah
bintang berwarna merah, suhu bintang pada bagian selubung turun.
Selanjutnya ketika bintang kehabisan unsur helium di inti, maka bintang akan
menjadi semakin mengkerut. pengerutan bintang akan terus terjadi sampai pada suatu
titik bintang tidak bisa mengkerut lagi karena sudah sangat mampat. Ketika bintang
dalam kondisi ini, bintang dalam kondisi stabil mampat. Bintang ini akan memancarkan
cahaya lemah sampai benar-benar mati. Fase inilah yang disebut bintang katai putih.
Inti pada bintang katai putih beragam. Pada umumnya reaksi thermonuklir hanya
sampai pada pembentukan inti karbon. Tetapi ada jenis lain seperti oksigen atau neon.
4S Winardi, Astofisika,(Bandung: Penerbit ITB Bandung, 2006) hlm 81
12. 12
Pada kondisi katai putih, bintang dalam kondisi stabil karena elektron mengalami
degenerasi dalam kondisi yang mampat. materi inti mampu menahan gravitasi bintang
sehingga tidak mengalami keruntuhan lebih lanjut tanpa mengalami perubahan volume.
Hal inilah yang meyebabkan bintang dalam kondisi stabil. karena bahan bakar bintang
semakin sedikit, maka bintang perlahan-lahan tidak memancarkan cahaya lagi atau
disebut dengan bintang Katai Hitam.
3. Terjadinya Nova dan Supernova
Sering terjadi suatu bintang dengan tiba-tiba memancarkan ledakan cahaya,
luminositasnya meningkat sampai terlihat dengan mata telanjang seakan muncul suatu
bintang baru. Kejadian ini dinamakan Nova. Cahaya nova ini bisa tetap terang sampai
beberapa hari atau beberapa minggu, lalu kemudian perlahan memudar.
Menurut teori terbaru, nova terjadi dalam sistem bintang ganda yang berdekatan
dimana tingkat evolusi akhirnya dipengaruhi oleh pasangannya. Bila kedua pasangan
bintang ganda itu memiliki massa yang berbeda, yang lebih besar akan berevolusi lebih
cepat dan lebih dahulu mencapai tingkat katai putih.
Penimbunan materi ini menyebabkan kenaikan suhunya sampai mendekati
bagian dalam katai putih yang terdegenerasi sehingga menimbulkan ketidakstabilan,
yang secara eksplosif menyulut pembakaran hidrogen melalui daur CNO sehingga
terjadi suatu ledakan energi dan hamburan materi yang telah terakumulasi pada katai
putih itu. Luminositasnya meningkat dengan cepat sampai puluhan ribu kali lebih
terang sehingga sepertinya tampak di langit tercipta bintang baru. Oleh karena itu,
diberi nama “novae” yang artinya baru.
Kebanyakan nova tidak tampak oleh mata telanjang meskipun pada terang
maksimumnya yang dapat mencapai magnitudo mutlak -6 sampai -9 karena jaraknya
yang sangat jauh. Meskipun diperkirakan tiap tahunnya pada galaksi kita terjadi
beberapa puluh ledakan nova, tetapi kebanyakan tidak tampak oleh mata telanjang.
Tiga supernova yang sangat terkenal yang teramati selama milenium kedua dalam
galaksi kita adalah:
a) Supernova tahun 1054 di rasi Taurus (seperti yang disebutkan dalam almanak
cina).
b) Bintang Tycho tahun 1572 di rasi Cassiopiea
13. 13
c) Supernova tahun 1604 di rasi Serpen yang disebutkan oleh Kepler dan Gellileo.
4. Bintang Neutron
Bintang Netron merupakan fase selanjutnya. Apabila massa bintang cukup
besar, maka pemanpatan/pengerutan bintang akan menyebabkan reaksi berikutnya yaitu
pengubahan karbon menjadi unsur yang lebih berat yaitu oksigen. Ketika karbon habis
maka pemampatan akan kembali terjadi hingga. Terjadi reaksi pembentukan unsur yang
lebih berat seperti silica hingga terbentuk besi. Besi merupakan unsur terberat yang
dapat dibentuk oleh sebuah bintang. Ketika dalam kondisi ini, membuat bintang seperti
bawang merah atau kue lapis. Di inti terjadi pembentukan besi, di kulit terluar terjadi
pembentukan helium.
5. Black Hole atau Lubang Hitam
Apa yang terjadi apabila gelombang kejut dari peluruhan besi tidak mampu
menghancurkan bintang? Bintang akan berevolusi menjadi objek lain yang memiliki
gravitasi yang sangat besar. Gravitasi tersebut bahkan dapat membelokkan atau
membuat cahaya terperangkap. objek tersebut dinamakan lubang hitam atau black hole.
Gravitasi inti akan meruntuhkan bintang menjadi sesuatu yang sangat mampat.
Bintang yang bermassa besar akan mengalami pengerutan sehingga menjadi sangat
mampat. Ketika gelombang kejut inti neutrino tidak mampu menahan keruntuhan
bintang, maka bintang akan menjadi semakin mampat sehingga massa jenisnya juga
akan semakin besar. Besarnya massa akan membuat gravitasi juga besar hingga
terbentuk sebuah inti yang bahkan bisa membelokkan cahaya dengan gravitasinya.
14. 14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bintang merupakan benda langit yang dapat memancarkan cahaya sendiri. Lalu
yang dimaksud evolusi bintang adalah perubahan perlahan-lahan sejak suatu bintang
terjadi sampai menjadi bintang yang stabil, kemudian memasuki deret utama dalam waktu
yang lama, kemudian menjadi bintang raksasa merah, lalu mengalami keadaan degenerasi,
seterusnya melontarkan sebagaian masanya bagian luar dan membentuk masa kecil
dengan kerapatan yang besar. Sampai menjadi bintang neutron dan black hole melalui
beberapa tahapan.
Bintang lahir dari sekumpulan awan gas dan debu yang kita sebut nebula. Ukuran
awan ini sangat besar (diameternya mencapai puluhan SA) tetapi kerapatannya
sangatrendah. Awal dari pembentukan bintang dimulai ketika ada gangguan gravitasi
(misalnya, ada bintang meledak/supernova), maka partikel-partikel dalam nebula tersebut
akan bergerak merapat dan memulai interaksi gravitasi di antara mereka setelah
sebelumnya tetap dalam keadaan setimbang. Akibatnya, partikel saling bertumbukan dan
temperatur naik.
Tidak semua bintang mengakhiri hidupnya dengan meledak menjadi supernova,
yaitu hanya terjadi pada bintang yang massanya 8 kali massa matahari atau lebih massif
dari matahari. Supernova akan terjadi ketika bintang tersebut tidak lagi memiliki cukup
bahan bakar untuk proses fusi di inti bintang. Menciptakan tekanan keluar sehingga
memicu terjadinya dorongan gravitasi kedalam massa bintang yang besar.
B. Saran
Melalui makalah ini kitabisa lihat dan memperhatikan secara serius
bagaimanaevolusi bintang terjadi dan mengalami perubahan perlahan-lahan sejak suatu
bintang terjadi sampai menjadi bintang yang stabil, kemudian memasuki deret utama
dalam waktu yang lama, kemudian menjadi bintang raksasa merah, lalu mengalami
keadaan degenerasi, seterusnya melontarkan sebagaian masanya bagian luar dan
membentuk masa kecil dengan kerapatan yang besar. Sampai menjadi bintang neutron dan
black hole melalui beberapa tahapan.
15. 15
DAFTAR PUSTAKA
Admiranto, A. Gunawan. 2000. Tata Surya dan Alam Semesta. Yogyakarta: Kanisius.
Ritonga, A. Rahman. 2013. Rahasia Alam Semesta. Jakarta: Monora.
Suwitra, Nyoman. 2001. Astronomi Dasar. Singaraja: penerbit IKIP Negeri Singaraja.
Winardi, S. 2006. Astofisika. Bandung: Penerbit ITB Bandung.