SlideShare a Scribd company logo
MAKALAHKONSEP DASAR IPA
“EVOLUSI BINTANG”
Di SusunOleh:
Kelompok 13
1. ZulfaIstiqomah (1711240070)
2. Ummi Atya Nurjanah (1711240060)
DosenPengampu:
Raden Gamal Thamrin M.Pd
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BENGKULU
TAHUN 2018
2
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin. Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan
Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Evolusi
Bintang”.
Shalawat dan salam kami curahkan kepada baginda tercinta Nabi Muhammad Saw
yang telah menerangi dunia ke arah yang lebih baik dengan penuh ilmu pengetahuan.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam menambah wawasan dan
pengetahuan kita mengenai “Evolusi Bintang”dalam “Konsep Dasar Ipa”kami
menyadari sepenuhnya di dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Bengkulu,17November 2018
Penyusun
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..............................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................................ii
DAFTAR ISI ……….............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...……...................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...……..............................................................................................4
C. Tujuan Penulisan...……................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. Evolusi Bintang...................................……...................................................................6
B. Sumber energi bintang…………..…….…..….….........................................................6
C. Kelahiran bintang…………………………………..……….…....................................8
D. Tahap evolusi lanjut…………………………………………………...........................9
E. Kematian bintang…………………………………...…...............................................10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………………….....14
B. Saran………………………………………………………………………...............14
DAFTAR PUSTAKA
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bintang dikenal sebagai objek langit yang tampak di malam hari. Sebuah cahaya
titik yang berkerlap-kerlip, dan terkadang bila diperhatikan dengan seksama, warnanya
berubah-ubah dari putih ke biru atau merah dan sebaliknya. Sebenarnya bintang
merupakan bola gas yang terbentuk karena gaya gravitasinya sendiri. Cahaya bintang
berasal dari hasil reaksi fusi nuklir di mana hidrogen digabungkan untuk menghasilkan
helium, gelombang eletromagnetik, dan energi. Bintang memancarkan energinya relatif
konstan/stabil setiap saat. Jadi, perubahan yang terjadi tidak berasal dari bintang itu
sendiri. Lalu, bagaimana bintang bisa tampak berkedip.
Penyebab utamanya adalah karena bumi memiliki atmosfer dengan temperatur yang
berbeda-beda, menyebabkan lapisan-lapisan udara tersebut bergerak-gerak sehingga
menimbulkan turbulensi. Turbulensi ini bentuknya sama seperti ombak atau gelombang di
laut dan kolam renang.
Pada zaman dahulu, orang mengira semua objek di langit adalah bintang. Hingga
mereka mulai mengamati dan menyadari bahwa ada beberapa objek langit yang memiliki
perpindahan berbeda dengan yang lain, juga tidak berkedip. Dan diketahuilah bahwa
benda tersebut planet, bukan bintang.Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan
instrumentasi astronomi, diketahui bahwa bintang yang ada di langit tidak seluruhnya
benar-benar bintang, melainkan terbagi-bagi lagi menjadi beberapa kategori. Ada nebula,
awan gas debu yang merupakan cikal bakal bintang. Cluster, yang merupakan sekumpulan
bintang. Bintang itu sendiri, yang terbagi menjadi dua kategori yaitu bintang tunggal dan
multiple stars, dan Planetary nebula.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu evolusi bintang?
2. bagaimana sumber energi bintang?
3. bagaimana kelahiran bintang?
4. apa yang dimaksud tahap evolusi lanjut?
5. bagaimana akhir dari kematian bintang?
5
C. Tujuan Penulisan
1. Memahami Definisi evolusi bintang.
2. Mengetahui dan Memahami sumber energi bintang.
3. Mengetahui kelahiran bintang
4. Mengetahui tahapan evolusi lanjut.
5. Mengetahui bagaimana akhir dari kmatian bintang.
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Evolusi Bintang
Bintang merupakan benda langit yang dapat memancarkan cahaya sendiri. Lalu
yang dimaksud evolusi bintang adalah perubahan perlahan-lahan sejak suatu bintang
terjadi sampai menjadi bintang yang stabil, kemudian memasuki deret utama dalam waktu
yang lama, kemudian menjadi bintang raksasa merah, lalu mengalami keadaan degenerasi,
seterusnya melontarkan sebagaian masanya bagian luar dan membentuk masa kecil
dengan kerapatan yang besar. Sampai menjadi bintang neutron dan black hole melalui
beberapa tahapan.
Bintang tidak berbeda jauh dengan manusia atau makhluk hidup yang ada di Bumi.
Bintang dilahirkan, berkembang, dan pada akhirnya padam, tidak bersinar lagi. Bedanya,
tentu saja bintang tidak berkembang biak. Proses evolusi bintang ini, bila dibandingkan
dengan usia manusia atau bahkan usia seluruh peradaban manusia, tentunya memakan
waktu yang sangat lama hingga milyaran tahun. 1
B. Sumber Energi Bintang
Di pertengahan abad ke-19, Lord Kelvin dan Hermann von Helmholtz, dengan
menggunakan teori konservasi energi mempostulatkan bahwa energi yang dihasilkan
Matahari berasal dari pengerutan gravitasi. Proses pengerutan mengubah energi gravitasi
menjadi energi panas dan meningkatkan suhu di inti Matahari.
Perkembangan fisika kuantum, menelurkan teori baru akan pembangkitan energi di
dalam bintang. Adalah Sir Arthur Eddington pada 1920 yang mengemukakannya untuk
1 A. Gunawan Admiranto, Tata Surya dan Alam Semesta. (Yogyakarta: Kanisius, 2000) hlm 46.
7
pertama kali, melibatkan dua proton yang bergabung untuk membentuk satu inti helium
dikuti dengan pelepasan energi. Pada 1939, Hans Bethe mengemukakan mekanisme daur
proton-proton untuk pembangkitan energi di dalam bintang kelas matahari, melengkapi
teori mekanisme daur karbon-nitrogen-oksigen yang dikemukakan sebelumnya oleh Carl
Friedrich von Weizsacker.
Energi yang begitu besar yang dibangkitkan dari reaksi CNO membuat bagian luar
bintang juga memiliki temperatur yang tinggi sehingga hampir semua atom hidrogen
berada dalam keadaan terionisasi. Hal ini menyebabkan foton-foton ultra violet tidak
menemui ’halangan’ dan lolos begitu saja, sehingga penghantaran energi dengan cara
radiasi lebih dominan di bagian kulit bintang.
Akibat reaksi pembakaran hidrogen, jumlah helium di pusat bintang bertambah.
Timbunana helium di pusat bintang ini disebut pusat helium. Terjadi pengerutan gravitasi
secara perlahan pada pusat helium itu. Energi yang dibangkitkan akibat pengerutan itu
kecil sekali hingga gradien temperatur di situ kecil. Dengan kata lain pusat helium ini
bersifat isoterm (suhunya sama di semua tempat). Pusat helium tidak lagi mengerut
dengan perlahan tetapi runtuh dengan cepat. Massa kritis pusat helium agar hal ini terjadi
disebut batas Schonberg Chandrasekhar. Saat itu struktur bintang berubah secara hebat.
Bagian luar bintang akan memuai dengan cepat. Bintang berevolusi menjadi bintang
raksasa merah.2
Matahari atau bintang memancarkan cahaya ke segala penjuru, yang berarti
memancarkan radiasi elektromagnetik. Jika setiap saat memancarkan cahaya. Kalau
matahari tiap detik memancarkan tenaga 400. 000. 000.000. 000. 000. 000. 000. 000. 000.
000. 000. erg ( satu erg sama dengan 1/10.000.000 wat), maka matahari berkekutan
40.000.000.000.000.000.000.000.000 wat. Dari mana matahari mendapatkan tenaga yang
sangat besar, tidak lain dan tidak bukan dari badannya sendiri. Hal ini sesuai dengan
rumus:
Ket: E = tenaga atau energy
m = maassa
c = kecepatan cahaya
2A. Rahman Ritonga, Rahasia Alam Semesta, (Jakarta: Monora, 2013) hlm 52
E = mc2
8
C. Kelahiran bintang
Pada dasarnya luar angkasa tidak benar-benar hampa udara. Tetapi tersusun atas
partikel gas dengan kerapatan yang sangat kecil. Jika ditakar dalam volume, kira-kira satu
juta meter kubik hanya berisi satu partikel gas. Walaupun demikian, tidak semua daerah
antar bintang memiliki kerapatan yang sama. Ada daerah yang lebih renggang dari pada
itu dan ada daerah yang lebih rapat dari itu. Dengan kata lain, persebaran partikel gas di
ruang antar bintang tidak merata. Bintang biasanya terentuk di daerah yang memiliki
kerapatan yang tinggi (untuk ukuran ruang hampa). Di daerah yang memiliki kerapatan
tinggi, gaya tarik menarik antar partikel besar. Mengapa gayanya besar? Hal tersebut
disebabkan jarak antar partikel yang lebih rapat. Logikanya, semakin jauh jarak benda
dengan bumi, gaya tarik bumi akan semakin lemah. Gaya gravitasi ini juga berlaku pada
partikel-partikel gas tadi.
Adanya gaya gravitasi menyebabkan semakin banyak partikel udara yang tertarik.
Semakin banyak partikel yang tertarik maka gaya gravitasinya akan semakin besar untuk
menarik partikel yang lebih luas. Gaya gravitasi tersebut menyebabkan terjadinya
pengerutan di bagian inti gravitasi.3 Di bagian inti, tumbukan antar partikel menjadi lebih
sering terjadi sehingga timbullah panas. Semakin banyak partikel udara di ruang angkasa
yang tertarik menyebabkan terjadinya pengerutan inti yang lebih kuat (karena gas yang
mengumpul menjadi semakin besar). Tumbukan akan semakin intens terjadi hingga pada
suatu titik panas yang terjadi akibat tumbukan cukup untuk melakukan reaksi termonuklir.
Siklus kehidupan bintang
3Nyoman suwitra, Astronomi Dasar, (Singaraja: penerbit IKIP Negeri Singaraja, 2001) hlm 127
9
Jadi intinya, ketika terjadi reaksi termonuklir maka bintang akan terbentuk. Ketika
panas yang dihasilkan oleh tumbukan tidak mencukupi untuk melakukan reaksi
termonuklir, maka bintang tak akan terbentuk. Gravitasi sangat menentukan apakah akan
terbentuk bintang atau tidak. Sedangkan gravitasi dipengaruhi oleh jumlah partikel udara
yang terkumpul (massa udara). Selain itu, komposisi partikel yang berkumpul akan
menentukan juga apakah kumpulan partikel tersebut akan menjadi bintang atau tidak.
Komposisi senyawa/ unsur yang akan menjadi bintang adalah apabila kumpulan partikel
tersebut tersusun sebagian besar oleh unsur hidrogen dengan unsur lain dalam jumlah yang
sedikit.
Bintang dikatakan baru lahir saat terjadi reaksi termonuklit di pusatnya dan bintang
langsung masuk kederet utama diagram Herzaprung-Russell. Tahap yang berlangsung
antara tahap dimulai pemanansan di inti bintang yang mambangkitkan reaksi termonuklir
dan saat bitang masuk deret utama dinamakan tahap praderet utama.
D. Tahap Evolusi Lanjut
Suatu bintang yang telah menggunakan bahan bakar hidrogennya akan bergantung
pada massa bintang itu sendiri. Bila pembakaran hidrogen terhenti maka pengerutan
gravitasi berlangsung lagi yang menyebabkan suhu bintang meningkat lagi. Hal ini
memungkinkan terjadinya reaksi fusi helium dan unsur-unsur yang lebih berat lainnya.
Bintang yang telah memasuki usia tua akan segera menghabiskan energi fusi yang tersedia
dan bintang kehabisan energi dan akan mati. Proses ini bisa terjadi dengan membuang
sisa-sisa energinya secara perlahan-lahan dan berangsur menjadi bintang katai putih, atau
bisa juga mengerut menjadi bintang dengan kerapatan yang amat besar, menjadi bintang
neutron ataukah black hole.
Dalam awal lahirnya alam semesta ini, materi yang mula-mula dihasilkan terdiri
dari hidrogen 75% dan helium 25%. Sedang unsur-unsur kimia lainnya terbentuk dalam
bintang itu sendiri melalui reaksi nuklir yang terjadi pada bagian dalam bintang itu sendiri.
Suhu pembakaran untuk memungkinkan terjadinya reaksi ini adalah sekitar 107 K. Ketika
hidrogen berubah menjadi helium dan mencapai batas Schonberg, tekanan radiasi tidak
mampu lagi menahan tarikan gravitasi sehingga terjadi lagi pengerutan gravitasi. Pada
10
suhu yang setinggi ini energi kinetik termal sudah cukup mengatasi penolakan Coulomb
dari inti helium sehingga kini memungkinkan berlangsungnya reaksi fusi helium.
E. Kematian Bintang
1. Menuju Raksasa Merah
Bila sutau bintang telah mulai menghabiskan bahan bakar hidrogennya sehingga
bintang itu sendiri kebanyakan helium, maka fusi hidrogen tidak bisa terjadi lagi.
Akibatnya tekanan radiasi tidak lagi mampu menahan keruntuhan gravitasi. Oleh
karena itu pusat helium mulai runtuh sehingga terjadi lagi perubahan energi potensial
gravitasi menjadi energi kinetik termal sehingga pusat bintang bertambah panas.
Kerapatan pusat bintang meningkat dari 100 gr/cm3 menjadi sekitar 105 gr/cm3 dan
suhu naik menjadi 108K. Pada tingkat suhu ini mulai terjadi fusi helium menjadi unsur-
unsur ruang lebih berat seperti karbon, oksigen, dan neon. Proses ini dinamakan pula
dengan proses pembakaran helium. Menurut hukum Stfaan-Boltzmann
W = T4
Karena energi per satuan luas W berkurang maka suhunya T juga berkurang.
Dengan demikian kini permukaan bintang suhunya menjadi semakin rendah sehingga
cahayanya menjadi semakin merah. Jadi pada tahapan ini bintang menjadi bintang yang
sangat besar dan dengan cahaya yang kemerahan sehingga disebut raksasa merah.
Matahari juga dalam evolusinya nanti juga akan mencapai tahap raksasa merah dan
pada saat itu jejari matahari akan sampai ke orbit Venus.
Bintang dalam tahap raksasa merah akan terus membakar helium dan mungkin
juga unsur-unsur yang lebih berat sampai siklus fusi ini berakhir dengan pembentukan
11
inti besi 56Fe. Oleh karenanya pusat bintang kerapatannya menjadi semakin besar,
sementara itu materi sekitarnya makin kehabisan hidrogen dan mengerut mengumpul di
pusat bintang. Hal ini menyebabkan pusat bintang makin kecil dan makin panas sampai
suhunya cukup tinggi untuk memenuhi terjadinya reaksi triple alpha
2. Menjadi Bintang Katai Putih (white dwarf)
Bintang katai putih merupakan fase akhir bintang yang berukuran kecil seperti
matahari. Matinya bintang diawali dengan habisnya unsur hidrogen di inti bintang.
Habisnya hidrogen menyebabkan tidak terjadinya reaksi thermonuklir di inti bintang.4
Reaksi thermonuklir pada kondisi bintang normal tidak hanya memancarkan panas,
tetapi juga menahan gravitasi inti agar partikel yang ada di kulit tidak tertarik ke dalam
dan mengakibatkan bintang mengkerut. Dengan hilangnya reaksi thermonuklir di inti,
maka bintang akan mengkerut. Pengerutan bintang akan terus terjadi sampai pada suatu
titik intibintang kembai memancarkan energi. Pengerutan bintang menyebabkan jarak
antar partikel menjadi semakin mampat. Akibatnya tumbukan antar partikel menjadi
lebih sering terjadi. Akibat tumbukan tersebut, timbullah panas. Panas tersebut yang
memicu terjadinya reaksi lanjutan yang membakar helium menjadi karbon.
Energi yang dipancarkan inti lebih besar dari pada pada saat bintang dalam
kondisi normal. Akan tetapi, karena selubung membesar, energi tersebut di
distribusikan pada luasan yang lebih luas sehingga suhu permukaan menjadi lebih
rendah. Jadi pada saat bintang berwarna merah, dan memiliki ukuran bintang
membesar, tetapi suhunya menjadi lebih rendah. Warna merah menunjukkan penurunan
suhu. Seperti pada api di bumi. api biru lebih panas daripada api merah. Ketika sebuah
bintang berwarna merah, suhu bintang pada bagian selubung turun.
Selanjutnya ketika bintang kehabisan unsur helium di inti, maka bintang akan
menjadi semakin mengkerut. pengerutan bintang akan terus terjadi sampai pada suatu
titik bintang tidak bisa mengkerut lagi karena sudah sangat mampat. Ketika bintang
dalam kondisi ini, bintang dalam kondisi stabil mampat. Bintang ini akan memancarkan
cahaya lemah sampai benar-benar mati. Fase inilah yang disebut bintang katai putih.
Inti pada bintang katai putih beragam. Pada umumnya reaksi thermonuklir hanya
sampai pada pembentukan inti karbon. Tetapi ada jenis lain seperti oksigen atau neon.
4S Winardi, Astofisika,(Bandung: Penerbit ITB Bandung, 2006) hlm 81
12
Pada kondisi katai putih, bintang dalam kondisi stabil karena elektron mengalami
degenerasi dalam kondisi yang mampat. materi inti mampu menahan gravitasi bintang
sehingga tidak mengalami keruntuhan lebih lanjut tanpa mengalami perubahan volume.
Hal inilah yang meyebabkan bintang dalam kondisi stabil. karena bahan bakar bintang
semakin sedikit, maka bintang perlahan-lahan tidak memancarkan cahaya lagi atau
disebut dengan bintang Katai Hitam.
3. Terjadinya Nova dan Supernova
Sering terjadi suatu bintang dengan tiba-tiba memancarkan ledakan cahaya,
luminositasnya meningkat sampai terlihat dengan mata telanjang seakan muncul suatu
bintang baru. Kejadian ini dinamakan Nova. Cahaya nova ini bisa tetap terang sampai
beberapa hari atau beberapa minggu, lalu kemudian perlahan memudar.
Menurut teori terbaru, nova terjadi dalam sistem bintang ganda yang berdekatan
dimana tingkat evolusi akhirnya dipengaruhi oleh pasangannya. Bila kedua pasangan
bintang ganda itu memiliki massa yang berbeda, yang lebih besar akan berevolusi lebih
cepat dan lebih dahulu mencapai tingkat katai putih.
Penimbunan materi ini menyebabkan kenaikan suhunya sampai mendekati
bagian dalam katai putih yang terdegenerasi sehingga menimbulkan ketidakstabilan,
yang secara eksplosif menyulut pembakaran hidrogen melalui daur CNO sehingga
terjadi suatu ledakan energi dan hamburan materi yang telah terakumulasi pada katai
putih itu. Luminositasnya meningkat dengan cepat sampai puluhan ribu kali lebih
terang sehingga sepertinya tampak di langit tercipta bintang baru. Oleh karena itu,
diberi nama “novae” yang artinya baru.
Kebanyakan nova tidak tampak oleh mata telanjang meskipun pada terang
maksimumnya yang dapat mencapai magnitudo mutlak -6 sampai -9 karena jaraknya
yang sangat jauh. Meskipun diperkirakan tiap tahunnya pada galaksi kita terjadi
beberapa puluh ledakan nova, tetapi kebanyakan tidak tampak oleh mata telanjang.
Tiga supernova yang sangat terkenal yang teramati selama milenium kedua dalam
galaksi kita adalah:
a) Supernova tahun 1054 di rasi Taurus (seperti yang disebutkan dalam almanak
cina).
b) Bintang Tycho tahun 1572 di rasi Cassiopiea
13
c) Supernova tahun 1604 di rasi Serpen yang disebutkan oleh Kepler dan Gellileo.
4. Bintang Neutron
Bintang Netron merupakan fase selanjutnya. Apabila massa bintang cukup
besar, maka pemanpatan/pengerutan bintang akan menyebabkan reaksi berikutnya yaitu
pengubahan karbon menjadi unsur yang lebih berat yaitu oksigen. Ketika karbon habis
maka pemampatan akan kembali terjadi hingga. Terjadi reaksi pembentukan unsur yang
lebih berat seperti silica hingga terbentuk besi. Besi merupakan unsur terberat yang
dapat dibentuk oleh sebuah bintang. Ketika dalam kondisi ini, membuat bintang seperti
bawang merah atau kue lapis. Di inti terjadi pembentukan besi, di kulit terluar terjadi
pembentukan helium.
5. Black Hole atau Lubang Hitam
Apa yang terjadi apabila gelombang kejut dari peluruhan besi tidak mampu
menghancurkan bintang? Bintang akan berevolusi menjadi objek lain yang memiliki
gravitasi yang sangat besar. Gravitasi tersebut bahkan dapat membelokkan atau
membuat cahaya terperangkap. objek tersebut dinamakan lubang hitam atau black hole.
Gravitasi inti akan meruntuhkan bintang menjadi sesuatu yang sangat mampat.
Bintang yang bermassa besar akan mengalami pengerutan sehingga menjadi sangat
mampat. Ketika gelombang kejut inti neutrino tidak mampu menahan keruntuhan
bintang, maka bintang akan menjadi semakin mampat sehingga massa jenisnya juga
akan semakin besar. Besarnya massa akan membuat gravitasi juga besar hingga
terbentuk sebuah inti yang bahkan bisa membelokkan cahaya dengan gravitasinya.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bintang merupakan benda langit yang dapat memancarkan cahaya sendiri. Lalu
yang dimaksud evolusi bintang adalah perubahan perlahan-lahan sejak suatu bintang
terjadi sampai menjadi bintang yang stabil, kemudian memasuki deret utama dalam waktu
yang lama, kemudian menjadi bintang raksasa merah, lalu mengalami keadaan degenerasi,
seterusnya melontarkan sebagaian masanya bagian luar dan membentuk masa kecil
dengan kerapatan yang besar. Sampai menjadi bintang neutron dan black hole melalui
beberapa tahapan.
Bintang lahir dari sekumpulan awan gas dan debu yang kita sebut nebula. Ukuran
awan ini sangat besar (diameternya mencapai puluhan SA) tetapi kerapatannya
sangatrendah. Awal dari pembentukan bintang dimulai ketika ada gangguan gravitasi
(misalnya, ada bintang meledak/supernova), maka partikel-partikel dalam nebula tersebut
akan bergerak merapat dan memulai interaksi gravitasi di antara mereka setelah
sebelumnya tetap dalam keadaan setimbang. Akibatnya, partikel saling bertumbukan dan
temperatur naik.
Tidak semua bintang mengakhiri hidupnya dengan meledak menjadi supernova,
yaitu hanya terjadi pada bintang yang massanya 8 kali massa matahari atau lebih massif
dari matahari. Supernova akan terjadi ketika bintang tersebut tidak lagi memiliki cukup
bahan bakar untuk proses fusi di inti bintang. Menciptakan tekanan keluar sehingga
memicu terjadinya dorongan gravitasi kedalam massa bintang yang besar.
B. Saran
Melalui makalah ini kitabisa lihat dan memperhatikan secara serius
bagaimanaevolusi bintang terjadi dan mengalami perubahan perlahan-lahan sejak suatu
bintang terjadi sampai menjadi bintang yang stabil, kemudian memasuki deret utama
dalam waktu yang lama, kemudian menjadi bintang raksasa merah, lalu mengalami
keadaan degenerasi, seterusnya melontarkan sebagaian masanya bagian luar dan
membentuk masa kecil dengan kerapatan yang besar. Sampai menjadi bintang neutron dan
black hole melalui beberapa tahapan.
15
DAFTAR PUSTAKA
Admiranto, A. Gunawan. 2000. Tata Surya dan Alam Semesta. Yogyakarta: Kanisius.
Ritonga, A. Rahman. 2013. Rahasia Alam Semesta. Jakarta: Monora.
Suwitra, Nyoman. 2001. Astronomi Dasar. Singaraja: penerbit IKIP Negeri Singaraja.
Winardi, S. 2006. Astofisika. Bandung: Penerbit ITB Bandung.

More Related Content

What's hot

Makalah biolistrik
Makalah biolistrikMakalah biolistrik
Makalah biolistrik
A'al Hardian
 
Spektroskopi (pendahuluan)
Spektroskopi (pendahuluan)Spektroskopi (pendahuluan)
Spektroskopi (pendahuluan)
Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia
 
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Osiloskop
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang OsiloskopLaporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Osiloskop
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Osiloskop
Lydia Nurkumalawati
 
Reaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasit
Reaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasitReaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasit
Reaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasit
Surya Seftiawan Pratama
 
High performance liquid chromatography (hplc)
High performance liquid chromatography (hplc)High performance liquid chromatography (hplc)
High performance liquid chromatography (hplc)muhlisun_azim
 
Gejala gejala gelombang bunyi
Gejala gejala gelombang bunyiGejala gejala gelombang bunyi
Gejala gejala gelombang bunyiNur Physics
 
Laporan ayunan sederhana
Laporan ayunan sederhanaLaporan ayunan sederhana
Laporan ayunan sederhana
Adhi Susanto
 
Catu Daya dan Rangkaian Penyearah Gelombang
Catu Daya dan Rangkaian Penyearah GelombangCatu Daya dan Rangkaian Penyearah Gelombang
Catu Daya dan Rangkaian Penyearah GelombangMateri Kuliah Online
 
Aktivitas listrik jantung
Aktivitas listrik jantungAktivitas listrik jantung
Aktivitas listrik jantung
datascribdyes
 
Laporan Praktikum Kimia indikator asam basa
Laporan Praktikum Kimia indikator asam basaLaporan Praktikum Kimia indikator asam basa
Laporan Praktikum Kimia indikator asam basa
Feren Jr
 
Fisika TERMODINAMIKA
Fisika TERMODINAMIKAFisika TERMODINAMIKA
Fisika TERMODINAMIKA
Pradhana Satria
 
Reaksi hipersensitivitas
Reaksi hipersensitivitasReaksi hipersensitivitas
Reaksi hipersensitivitas
fikri asyura
 
laporan praktikum nadi
laporan praktikum nadilaporan praktikum nadi
laporan praktikum nadi
Ganti Junior
 
Makalah sistem imun (hipersensitivitas tipe lambat)
Makalah sistem imun (hipersensitivitas tipe lambat)Makalah sistem imun (hipersensitivitas tipe lambat)
Makalah sistem imun (hipersensitivitas tipe lambat)
DARMAPERTIWIDARMA
 
Kapal uap
Kapal uapKapal uap
Kapal uap
dcomunitypgsd
 
Laporan praktikum fisika 1
Laporan praktikum fisika 1Laporan praktikum fisika 1
Laporan praktikum fisika 1
Windawati
 
1 b 11170163000059_utut muhammad_laporan akhir pp (pemuaian panjang)
1 b 11170163000059_utut muhammad_laporan akhir pp (pemuaian panjang)1 b 11170163000059_utut muhammad_laporan akhir pp (pemuaian panjang)
1 b 11170163000059_utut muhammad_laporan akhir pp (pemuaian panjang)
umammuhammad27
 
Praktek kimia organik pr
Praktek kimia organik prPraktek kimia organik pr
Praktek kimia organik pr
khurrymuamala
 

What's hot (20)

Makalah biolistrik
Makalah biolistrikMakalah biolistrik
Makalah biolistrik
 
Fisika modern
Fisika modernFisika modern
Fisika modern
 
Spektroskopi (pendahuluan)
Spektroskopi (pendahuluan)Spektroskopi (pendahuluan)
Spektroskopi (pendahuluan)
 
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Osiloskop
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang OsiloskopLaporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Osiloskop
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Osiloskop
 
Reaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasit
Reaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasitReaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasit
Reaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasit
 
High performance liquid chromatography (hplc)
High performance liquid chromatography (hplc)High performance liquid chromatography (hplc)
High performance liquid chromatography (hplc)
 
Gejala gejala gelombang bunyi
Gejala gejala gelombang bunyiGejala gejala gelombang bunyi
Gejala gejala gelombang bunyi
 
Laporan ayunan sederhana
Laporan ayunan sederhanaLaporan ayunan sederhana
Laporan ayunan sederhana
 
Catu Daya dan Rangkaian Penyearah Gelombang
Catu Daya dan Rangkaian Penyearah GelombangCatu Daya dan Rangkaian Penyearah Gelombang
Catu Daya dan Rangkaian Penyearah Gelombang
 
Aktivitas listrik jantung
Aktivitas listrik jantungAktivitas listrik jantung
Aktivitas listrik jantung
 
Laporan Praktikum Kimia indikator asam basa
Laporan Praktikum Kimia indikator asam basaLaporan Praktikum Kimia indikator asam basa
Laporan Praktikum Kimia indikator asam basa
 
Fisika TERMODINAMIKA
Fisika TERMODINAMIKAFisika TERMODINAMIKA
Fisika TERMODINAMIKA
 
Reaksi hipersensitivitas
Reaksi hipersensitivitasReaksi hipersensitivitas
Reaksi hipersensitivitas
 
laporan praktikum nadi
laporan praktikum nadilaporan praktikum nadi
laporan praktikum nadi
 
Makalah sistem imun (hipersensitivitas tipe lambat)
Makalah sistem imun (hipersensitivitas tipe lambat)Makalah sistem imun (hipersensitivitas tipe lambat)
Makalah sistem imun (hipersensitivitas tipe lambat)
 
Kapal uap
Kapal uapKapal uap
Kapal uap
 
Laporan praktikum fisika 1
Laporan praktikum fisika 1Laporan praktikum fisika 1
Laporan praktikum fisika 1
 
1 b 11170163000059_utut muhammad_laporan akhir pp (pemuaian panjang)
1 b 11170163000059_utut muhammad_laporan akhir pp (pemuaian panjang)1 b 11170163000059_utut muhammad_laporan akhir pp (pemuaian panjang)
1 b 11170163000059_utut muhammad_laporan akhir pp (pemuaian panjang)
 
Komunikasi sel
Komunikasi selKomunikasi sel
Komunikasi sel
 
Praktek kimia organik pr
Praktek kimia organik prPraktek kimia organik pr
Praktek kimia organik pr
 

Similar to Makalah ipa evolusi bintang

Evolusi Bintang
Evolusi BintangEvolusi Bintang
Evolusi Bintang
marnitukan
 
Tata surya dan jagat raya
Tata surya dan jagat rayaTata surya dan jagat raya
Tata surya dan jagat rayaKhaerun Nisa
 
evolusi bintang
evolusi bintangevolusi bintang
evolusi bintang
Ajeng Rizki Rahmawati
 
Tatasuryadanjagatraya 131230155557-phpapp01
Tatasuryadanjagatraya 131230155557-phpapp01Tatasuryadanjagatraya 131230155557-phpapp01
Tatasuryadanjagatraya 131230155557-phpapp01
Regina Regina
 
Makalah Ilmu Kealaman Dasar "ALAM SEMESTA DAN TATA SURYA SERTA MENGENAL TATA ...
Makalah Ilmu Kealaman Dasar "ALAM SEMESTA DAN TATA SURYA SERTA MENGENAL TATA ...Makalah Ilmu Kealaman Dasar "ALAM SEMESTA DAN TATA SURYA SERTA MENGENAL TATA ...
Makalah Ilmu Kealaman Dasar "ALAM SEMESTA DAN TATA SURYA SERTA MENGENAL TATA ...
Fitri Sintaa Handayani
 
Alam semesta
Alam semestaAlam semesta
Alam semesta
novialfianto
 
Ppt geofis kelompok 6
Ppt geofis kelompok 6Ppt geofis kelompok 6
Ppt geofis kelompok 6
RizkiPramayuda1
 
Alam Semesta dan tata surya di dunia.pptx
Alam Semesta dan tata surya di dunia.pptxAlam Semesta dan tata surya di dunia.pptx
Alam Semesta dan tata surya di dunia.pptx
fiko26
 
Jagat Raya
Jagat RayaJagat Raya
Jagat Raya
Tresya Issura
 
Makalah Konsep Dasar IPA II
Makalah Konsep Dasar IPA IIMakalah Konsep Dasar IPA II
Makalah Konsep Dasar IPA II
Shriie Arianti
 
Proses terjadinya alam semesta
Proses terjadinya alam semestaProses terjadinya alam semesta
Proses terjadinya alam semesta
Bunga Cantik Saleha
 
AKHIR KEHIDUPAN BINTANG.pptx
AKHIR KEHIDUPAN BINTANG.pptxAKHIR KEHIDUPAN BINTANG.pptx
AKHIR KEHIDUPAN BINTANG.pptx
RiskaSriHidayanti1
 
Geografi - pembentukkan jagad raya
Geografi - pembentukkan jagad rayaGeografi - pembentukkan jagad raya
Geografi - pembentukkan jagad raya
Athia Nabila Faqiha
 
3-TEORI-TERBENTUKNYA-BUMI.ppt
3-TEORI-TERBENTUKNYA-BUMI.ppt3-TEORI-TERBENTUKNYA-BUMI.ppt
3-TEORI-TERBENTUKNYA-BUMI.ppt
GandesSekarPutri1
 
3-TEORI-TERBENTUKNYA-BUMI.ppt
3-TEORI-TERBENTUKNYA-BUMI.ppt3-TEORI-TERBENTUKNYA-BUMI.ppt
3-TEORI-TERBENTUKNYA-BUMI.ppt
Darfin
 
Powerpoin matery jagat raya
Powerpoin matery jagat rayaPowerpoin matery jagat raya
Powerpoin matery jagat raya
De Saputra
 
Asal Usul Jagad Raya
Asal Usul Jagad RayaAsal Usul Jagad Raya
Asal Usul Jagad Raya
SMA N 1 SUMATERA BARAT
 
Bab 6 tata surya
Bab 6 tata suryaBab 6 tata surya
Bab 6 tata surya
Esti Widiawati
 
ILMU ALAMIAH DASAR3
ILMU ALAMIAH DASAR3ILMU ALAMIAH DASAR3
ILMU ALAMIAH DASAR3
Ayi Suwandi
 
Alam semesta dan tata surya
Alam semesta dan tata suryaAlam semesta dan tata surya
Alam semesta dan tata surya
Yesica Adicondro
 

Similar to Makalah ipa evolusi bintang (20)

Evolusi Bintang
Evolusi BintangEvolusi Bintang
Evolusi Bintang
 
Tata surya dan jagat raya
Tata surya dan jagat rayaTata surya dan jagat raya
Tata surya dan jagat raya
 
evolusi bintang
evolusi bintangevolusi bintang
evolusi bintang
 
Tatasuryadanjagatraya 131230155557-phpapp01
Tatasuryadanjagatraya 131230155557-phpapp01Tatasuryadanjagatraya 131230155557-phpapp01
Tatasuryadanjagatraya 131230155557-phpapp01
 
Makalah Ilmu Kealaman Dasar "ALAM SEMESTA DAN TATA SURYA SERTA MENGENAL TATA ...
Makalah Ilmu Kealaman Dasar "ALAM SEMESTA DAN TATA SURYA SERTA MENGENAL TATA ...Makalah Ilmu Kealaman Dasar "ALAM SEMESTA DAN TATA SURYA SERTA MENGENAL TATA ...
Makalah Ilmu Kealaman Dasar "ALAM SEMESTA DAN TATA SURYA SERTA MENGENAL TATA ...
 
Alam semesta
Alam semestaAlam semesta
Alam semesta
 
Ppt geofis kelompok 6
Ppt geofis kelompok 6Ppt geofis kelompok 6
Ppt geofis kelompok 6
 
Alam Semesta dan tata surya di dunia.pptx
Alam Semesta dan tata surya di dunia.pptxAlam Semesta dan tata surya di dunia.pptx
Alam Semesta dan tata surya di dunia.pptx
 
Jagat Raya
Jagat RayaJagat Raya
Jagat Raya
 
Makalah Konsep Dasar IPA II
Makalah Konsep Dasar IPA IIMakalah Konsep Dasar IPA II
Makalah Konsep Dasar IPA II
 
Proses terjadinya alam semesta
Proses terjadinya alam semestaProses terjadinya alam semesta
Proses terjadinya alam semesta
 
AKHIR KEHIDUPAN BINTANG.pptx
AKHIR KEHIDUPAN BINTANG.pptxAKHIR KEHIDUPAN BINTANG.pptx
AKHIR KEHIDUPAN BINTANG.pptx
 
Geografi - pembentukkan jagad raya
Geografi - pembentukkan jagad rayaGeografi - pembentukkan jagad raya
Geografi - pembentukkan jagad raya
 
3-TEORI-TERBENTUKNYA-BUMI.ppt
3-TEORI-TERBENTUKNYA-BUMI.ppt3-TEORI-TERBENTUKNYA-BUMI.ppt
3-TEORI-TERBENTUKNYA-BUMI.ppt
 
3-TEORI-TERBENTUKNYA-BUMI.ppt
3-TEORI-TERBENTUKNYA-BUMI.ppt3-TEORI-TERBENTUKNYA-BUMI.ppt
3-TEORI-TERBENTUKNYA-BUMI.ppt
 
Powerpoin matery jagat raya
Powerpoin matery jagat rayaPowerpoin matery jagat raya
Powerpoin matery jagat raya
 
Asal Usul Jagad Raya
Asal Usul Jagad RayaAsal Usul Jagad Raya
Asal Usul Jagad Raya
 
Bab 6 tata surya
Bab 6 tata suryaBab 6 tata surya
Bab 6 tata surya
 
ILMU ALAMIAH DASAR3
ILMU ALAMIAH DASAR3ILMU ALAMIAH DASAR3
ILMU ALAMIAH DASAR3
 
Alam semesta dan tata surya
Alam semesta dan tata suryaAlam semesta dan tata surya
Alam semesta dan tata surya
 

Recently uploaded

materi penyuluhan kesehatan reproduksi remaja
materi penyuluhan kesehatan reproduksi remajamateri penyuluhan kesehatan reproduksi remaja
materi penyuluhan kesehatan reproduksi remaja
DewiInekePuteri
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Fathan Emran
 
Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...
Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...
Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...
ahyani72
 
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptxNovel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
NirmalaJane
 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
MildayantiMildayanti
 
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdfKONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
AsyeraPerangin1
 
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARUAKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
junaedikuluri1
 
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
NURULNAHARIAHBINTIAH
 
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docxLaporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
RUBEN Mbiliyora
 
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada AnakDefenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak
 
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Fathan Emran
 
POWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptx
POWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptxPOWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptx
POWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptx
cikgumeran1
 
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdfKelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
JALANJALANKENYANG
 
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul AjarPowerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
MashudiMashudi12
 
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPALANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
Annisa Syahfitri
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
nasrudienaulia
 
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptxPembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Sosdiklihparmassdm
 
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptxRPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
YongYongYong1
 
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptxMateri 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
ahyani72
 

Recently uploaded (20)

materi penyuluhan kesehatan reproduksi remaja
materi penyuluhan kesehatan reproduksi remajamateri penyuluhan kesehatan reproduksi remaja
materi penyuluhan kesehatan reproduksi remaja
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
 
Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...
Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...
Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...
 
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptxNovel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
 
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdfKONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
 
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARUAKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
 
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
 
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docxLaporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
 
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada AnakDefenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
 
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
 
POWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptx
POWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptxPOWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptx
POWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptx
 
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdfKelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
 
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul AjarPowerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
 
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPALANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
 
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptxPembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
 
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptxRPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
 
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptxMateri 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
 

Makalah ipa evolusi bintang

  • 1. MAKALAHKONSEP DASAR IPA “EVOLUSI BINTANG” Di SusunOleh: Kelompok 13 1. ZulfaIstiqomah (1711240070) 2. Ummi Atya Nurjanah (1711240060) DosenPengampu: Raden Gamal Thamrin M.Pd PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BENGKULU TAHUN 2018
  • 2. 2 KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil’alamin. Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Evolusi Bintang”. Shalawat dan salam kami curahkan kepada baginda tercinta Nabi Muhammad Saw yang telah menerangi dunia ke arah yang lebih baik dengan penuh ilmu pengetahuan. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam menambah wawasan dan pengetahuan kita mengenai “Evolusi Bintang”dalam “Konsep Dasar Ipa”kami menyadari sepenuhnya di dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Bengkulu,17November 2018 Penyusun
  • 3. 3 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ..............................................................................................................i KATA PENGANTAR............................................................................................................ii DAFTAR ISI ……….............................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...……...................................................................................................4 B. Rumusan Masalah...……..............................................................................................4 C. Tujuan Penulisan...……................................................................................................5 BAB II PEMBAHASAN A. Evolusi Bintang...................................……...................................................................6 B. Sumber energi bintang…………..…….…..….….........................................................6 C. Kelahiran bintang…………………………………..……….…....................................8 D. Tahap evolusi lanjut…………………………………………………...........................9 E. Kematian bintang…………………………………...…...............................................10 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan……………………………………………………………………….....14 B. Saran………………………………………………………………………...............14 DAFTAR PUSTAKA
  • 4. 4 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bintang dikenal sebagai objek langit yang tampak di malam hari. Sebuah cahaya titik yang berkerlap-kerlip, dan terkadang bila diperhatikan dengan seksama, warnanya berubah-ubah dari putih ke biru atau merah dan sebaliknya. Sebenarnya bintang merupakan bola gas yang terbentuk karena gaya gravitasinya sendiri. Cahaya bintang berasal dari hasil reaksi fusi nuklir di mana hidrogen digabungkan untuk menghasilkan helium, gelombang eletromagnetik, dan energi. Bintang memancarkan energinya relatif konstan/stabil setiap saat. Jadi, perubahan yang terjadi tidak berasal dari bintang itu sendiri. Lalu, bagaimana bintang bisa tampak berkedip. Penyebab utamanya adalah karena bumi memiliki atmosfer dengan temperatur yang berbeda-beda, menyebabkan lapisan-lapisan udara tersebut bergerak-gerak sehingga menimbulkan turbulensi. Turbulensi ini bentuknya sama seperti ombak atau gelombang di laut dan kolam renang. Pada zaman dahulu, orang mengira semua objek di langit adalah bintang. Hingga mereka mulai mengamati dan menyadari bahwa ada beberapa objek langit yang memiliki perpindahan berbeda dengan yang lain, juga tidak berkedip. Dan diketahuilah bahwa benda tersebut planet, bukan bintang.Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan instrumentasi astronomi, diketahui bahwa bintang yang ada di langit tidak seluruhnya benar-benar bintang, melainkan terbagi-bagi lagi menjadi beberapa kategori. Ada nebula, awan gas debu yang merupakan cikal bakal bintang. Cluster, yang merupakan sekumpulan bintang. Bintang itu sendiri, yang terbagi menjadi dua kategori yaitu bintang tunggal dan multiple stars, dan Planetary nebula. B. Rumusan Masalah 1. Apa itu evolusi bintang? 2. bagaimana sumber energi bintang? 3. bagaimana kelahiran bintang? 4. apa yang dimaksud tahap evolusi lanjut? 5. bagaimana akhir dari kematian bintang?
  • 5. 5 C. Tujuan Penulisan 1. Memahami Definisi evolusi bintang. 2. Mengetahui dan Memahami sumber energi bintang. 3. Mengetahui kelahiran bintang 4. Mengetahui tahapan evolusi lanjut. 5. Mengetahui bagaimana akhir dari kmatian bintang.
  • 6. 6 BAB II PEMBAHASAN A. Evolusi Bintang Bintang merupakan benda langit yang dapat memancarkan cahaya sendiri. Lalu yang dimaksud evolusi bintang adalah perubahan perlahan-lahan sejak suatu bintang terjadi sampai menjadi bintang yang stabil, kemudian memasuki deret utama dalam waktu yang lama, kemudian menjadi bintang raksasa merah, lalu mengalami keadaan degenerasi, seterusnya melontarkan sebagaian masanya bagian luar dan membentuk masa kecil dengan kerapatan yang besar. Sampai menjadi bintang neutron dan black hole melalui beberapa tahapan. Bintang tidak berbeda jauh dengan manusia atau makhluk hidup yang ada di Bumi. Bintang dilahirkan, berkembang, dan pada akhirnya padam, tidak bersinar lagi. Bedanya, tentu saja bintang tidak berkembang biak. Proses evolusi bintang ini, bila dibandingkan dengan usia manusia atau bahkan usia seluruh peradaban manusia, tentunya memakan waktu yang sangat lama hingga milyaran tahun. 1 B. Sumber Energi Bintang Di pertengahan abad ke-19, Lord Kelvin dan Hermann von Helmholtz, dengan menggunakan teori konservasi energi mempostulatkan bahwa energi yang dihasilkan Matahari berasal dari pengerutan gravitasi. Proses pengerutan mengubah energi gravitasi menjadi energi panas dan meningkatkan suhu di inti Matahari. Perkembangan fisika kuantum, menelurkan teori baru akan pembangkitan energi di dalam bintang. Adalah Sir Arthur Eddington pada 1920 yang mengemukakannya untuk 1 A. Gunawan Admiranto, Tata Surya dan Alam Semesta. (Yogyakarta: Kanisius, 2000) hlm 46.
  • 7. 7 pertama kali, melibatkan dua proton yang bergabung untuk membentuk satu inti helium dikuti dengan pelepasan energi. Pada 1939, Hans Bethe mengemukakan mekanisme daur proton-proton untuk pembangkitan energi di dalam bintang kelas matahari, melengkapi teori mekanisme daur karbon-nitrogen-oksigen yang dikemukakan sebelumnya oleh Carl Friedrich von Weizsacker. Energi yang begitu besar yang dibangkitkan dari reaksi CNO membuat bagian luar bintang juga memiliki temperatur yang tinggi sehingga hampir semua atom hidrogen berada dalam keadaan terionisasi. Hal ini menyebabkan foton-foton ultra violet tidak menemui ’halangan’ dan lolos begitu saja, sehingga penghantaran energi dengan cara radiasi lebih dominan di bagian kulit bintang. Akibat reaksi pembakaran hidrogen, jumlah helium di pusat bintang bertambah. Timbunana helium di pusat bintang ini disebut pusat helium. Terjadi pengerutan gravitasi secara perlahan pada pusat helium itu. Energi yang dibangkitkan akibat pengerutan itu kecil sekali hingga gradien temperatur di situ kecil. Dengan kata lain pusat helium ini bersifat isoterm (suhunya sama di semua tempat). Pusat helium tidak lagi mengerut dengan perlahan tetapi runtuh dengan cepat. Massa kritis pusat helium agar hal ini terjadi disebut batas Schonberg Chandrasekhar. Saat itu struktur bintang berubah secara hebat. Bagian luar bintang akan memuai dengan cepat. Bintang berevolusi menjadi bintang raksasa merah.2 Matahari atau bintang memancarkan cahaya ke segala penjuru, yang berarti memancarkan radiasi elektromagnetik. Jika setiap saat memancarkan cahaya. Kalau matahari tiap detik memancarkan tenaga 400. 000. 000.000. 000. 000. 000. 000. 000. 000. 000. 000. erg ( satu erg sama dengan 1/10.000.000 wat), maka matahari berkekutan 40.000.000.000.000.000.000.000.000 wat. Dari mana matahari mendapatkan tenaga yang sangat besar, tidak lain dan tidak bukan dari badannya sendiri. Hal ini sesuai dengan rumus: Ket: E = tenaga atau energy m = maassa c = kecepatan cahaya 2A. Rahman Ritonga, Rahasia Alam Semesta, (Jakarta: Monora, 2013) hlm 52 E = mc2
  • 8. 8 C. Kelahiran bintang Pada dasarnya luar angkasa tidak benar-benar hampa udara. Tetapi tersusun atas partikel gas dengan kerapatan yang sangat kecil. Jika ditakar dalam volume, kira-kira satu juta meter kubik hanya berisi satu partikel gas. Walaupun demikian, tidak semua daerah antar bintang memiliki kerapatan yang sama. Ada daerah yang lebih renggang dari pada itu dan ada daerah yang lebih rapat dari itu. Dengan kata lain, persebaran partikel gas di ruang antar bintang tidak merata. Bintang biasanya terentuk di daerah yang memiliki kerapatan yang tinggi (untuk ukuran ruang hampa). Di daerah yang memiliki kerapatan tinggi, gaya tarik menarik antar partikel besar. Mengapa gayanya besar? Hal tersebut disebabkan jarak antar partikel yang lebih rapat. Logikanya, semakin jauh jarak benda dengan bumi, gaya tarik bumi akan semakin lemah. Gaya gravitasi ini juga berlaku pada partikel-partikel gas tadi. Adanya gaya gravitasi menyebabkan semakin banyak partikel udara yang tertarik. Semakin banyak partikel yang tertarik maka gaya gravitasinya akan semakin besar untuk menarik partikel yang lebih luas. Gaya gravitasi tersebut menyebabkan terjadinya pengerutan di bagian inti gravitasi.3 Di bagian inti, tumbukan antar partikel menjadi lebih sering terjadi sehingga timbullah panas. Semakin banyak partikel udara di ruang angkasa yang tertarik menyebabkan terjadinya pengerutan inti yang lebih kuat (karena gas yang mengumpul menjadi semakin besar). Tumbukan akan semakin intens terjadi hingga pada suatu titik panas yang terjadi akibat tumbukan cukup untuk melakukan reaksi termonuklir. Siklus kehidupan bintang 3Nyoman suwitra, Astronomi Dasar, (Singaraja: penerbit IKIP Negeri Singaraja, 2001) hlm 127
  • 9. 9 Jadi intinya, ketika terjadi reaksi termonuklir maka bintang akan terbentuk. Ketika panas yang dihasilkan oleh tumbukan tidak mencukupi untuk melakukan reaksi termonuklir, maka bintang tak akan terbentuk. Gravitasi sangat menentukan apakah akan terbentuk bintang atau tidak. Sedangkan gravitasi dipengaruhi oleh jumlah partikel udara yang terkumpul (massa udara). Selain itu, komposisi partikel yang berkumpul akan menentukan juga apakah kumpulan partikel tersebut akan menjadi bintang atau tidak. Komposisi senyawa/ unsur yang akan menjadi bintang adalah apabila kumpulan partikel tersebut tersusun sebagian besar oleh unsur hidrogen dengan unsur lain dalam jumlah yang sedikit. Bintang dikatakan baru lahir saat terjadi reaksi termonuklit di pusatnya dan bintang langsung masuk kederet utama diagram Herzaprung-Russell. Tahap yang berlangsung antara tahap dimulai pemanansan di inti bintang yang mambangkitkan reaksi termonuklir dan saat bitang masuk deret utama dinamakan tahap praderet utama. D. Tahap Evolusi Lanjut Suatu bintang yang telah menggunakan bahan bakar hidrogennya akan bergantung pada massa bintang itu sendiri. Bila pembakaran hidrogen terhenti maka pengerutan gravitasi berlangsung lagi yang menyebabkan suhu bintang meningkat lagi. Hal ini memungkinkan terjadinya reaksi fusi helium dan unsur-unsur yang lebih berat lainnya. Bintang yang telah memasuki usia tua akan segera menghabiskan energi fusi yang tersedia dan bintang kehabisan energi dan akan mati. Proses ini bisa terjadi dengan membuang sisa-sisa energinya secara perlahan-lahan dan berangsur menjadi bintang katai putih, atau bisa juga mengerut menjadi bintang dengan kerapatan yang amat besar, menjadi bintang neutron ataukah black hole. Dalam awal lahirnya alam semesta ini, materi yang mula-mula dihasilkan terdiri dari hidrogen 75% dan helium 25%. Sedang unsur-unsur kimia lainnya terbentuk dalam bintang itu sendiri melalui reaksi nuklir yang terjadi pada bagian dalam bintang itu sendiri. Suhu pembakaran untuk memungkinkan terjadinya reaksi ini adalah sekitar 107 K. Ketika hidrogen berubah menjadi helium dan mencapai batas Schonberg, tekanan radiasi tidak mampu lagi menahan tarikan gravitasi sehingga terjadi lagi pengerutan gravitasi. Pada
  • 10. 10 suhu yang setinggi ini energi kinetik termal sudah cukup mengatasi penolakan Coulomb dari inti helium sehingga kini memungkinkan berlangsungnya reaksi fusi helium. E. Kematian Bintang 1. Menuju Raksasa Merah Bila sutau bintang telah mulai menghabiskan bahan bakar hidrogennya sehingga bintang itu sendiri kebanyakan helium, maka fusi hidrogen tidak bisa terjadi lagi. Akibatnya tekanan radiasi tidak lagi mampu menahan keruntuhan gravitasi. Oleh karena itu pusat helium mulai runtuh sehingga terjadi lagi perubahan energi potensial gravitasi menjadi energi kinetik termal sehingga pusat bintang bertambah panas. Kerapatan pusat bintang meningkat dari 100 gr/cm3 menjadi sekitar 105 gr/cm3 dan suhu naik menjadi 108K. Pada tingkat suhu ini mulai terjadi fusi helium menjadi unsur- unsur ruang lebih berat seperti karbon, oksigen, dan neon. Proses ini dinamakan pula dengan proses pembakaran helium. Menurut hukum Stfaan-Boltzmann W = T4 Karena energi per satuan luas W berkurang maka suhunya T juga berkurang. Dengan demikian kini permukaan bintang suhunya menjadi semakin rendah sehingga cahayanya menjadi semakin merah. Jadi pada tahapan ini bintang menjadi bintang yang sangat besar dan dengan cahaya yang kemerahan sehingga disebut raksasa merah. Matahari juga dalam evolusinya nanti juga akan mencapai tahap raksasa merah dan pada saat itu jejari matahari akan sampai ke orbit Venus. Bintang dalam tahap raksasa merah akan terus membakar helium dan mungkin juga unsur-unsur yang lebih berat sampai siklus fusi ini berakhir dengan pembentukan
  • 11. 11 inti besi 56Fe. Oleh karenanya pusat bintang kerapatannya menjadi semakin besar, sementara itu materi sekitarnya makin kehabisan hidrogen dan mengerut mengumpul di pusat bintang. Hal ini menyebabkan pusat bintang makin kecil dan makin panas sampai suhunya cukup tinggi untuk memenuhi terjadinya reaksi triple alpha 2. Menjadi Bintang Katai Putih (white dwarf) Bintang katai putih merupakan fase akhir bintang yang berukuran kecil seperti matahari. Matinya bintang diawali dengan habisnya unsur hidrogen di inti bintang. Habisnya hidrogen menyebabkan tidak terjadinya reaksi thermonuklir di inti bintang.4 Reaksi thermonuklir pada kondisi bintang normal tidak hanya memancarkan panas, tetapi juga menahan gravitasi inti agar partikel yang ada di kulit tidak tertarik ke dalam dan mengakibatkan bintang mengkerut. Dengan hilangnya reaksi thermonuklir di inti, maka bintang akan mengkerut. Pengerutan bintang akan terus terjadi sampai pada suatu titik intibintang kembai memancarkan energi. Pengerutan bintang menyebabkan jarak antar partikel menjadi semakin mampat. Akibatnya tumbukan antar partikel menjadi lebih sering terjadi. Akibat tumbukan tersebut, timbullah panas. Panas tersebut yang memicu terjadinya reaksi lanjutan yang membakar helium menjadi karbon. Energi yang dipancarkan inti lebih besar dari pada pada saat bintang dalam kondisi normal. Akan tetapi, karena selubung membesar, energi tersebut di distribusikan pada luasan yang lebih luas sehingga suhu permukaan menjadi lebih rendah. Jadi pada saat bintang berwarna merah, dan memiliki ukuran bintang membesar, tetapi suhunya menjadi lebih rendah. Warna merah menunjukkan penurunan suhu. Seperti pada api di bumi. api biru lebih panas daripada api merah. Ketika sebuah bintang berwarna merah, suhu bintang pada bagian selubung turun. Selanjutnya ketika bintang kehabisan unsur helium di inti, maka bintang akan menjadi semakin mengkerut. pengerutan bintang akan terus terjadi sampai pada suatu titik bintang tidak bisa mengkerut lagi karena sudah sangat mampat. Ketika bintang dalam kondisi ini, bintang dalam kondisi stabil mampat. Bintang ini akan memancarkan cahaya lemah sampai benar-benar mati. Fase inilah yang disebut bintang katai putih. Inti pada bintang katai putih beragam. Pada umumnya reaksi thermonuklir hanya sampai pada pembentukan inti karbon. Tetapi ada jenis lain seperti oksigen atau neon. 4S Winardi, Astofisika,(Bandung: Penerbit ITB Bandung, 2006) hlm 81
  • 12. 12 Pada kondisi katai putih, bintang dalam kondisi stabil karena elektron mengalami degenerasi dalam kondisi yang mampat. materi inti mampu menahan gravitasi bintang sehingga tidak mengalami keruntuhan lebih lanjut tanpa mengalami perubahan volume. Hal inilah yang meyebabkan bintang dalam kondisi stabil. karena bahan bakar bintang semakin sedikit, maka bintang perlahan-lahan tidak memancarkan cahaya lagi atau disebut dengan bintang Katai Hitam. 3. Terjadinya Nova dan Supernova Sering terjadi suatu bintang dengan tiba-tiba memancarkan ledakan cahaya, luminositasnya meningkat sampai terlihat dengan mata telanjang seakan muncul suatu bintang baru. Kejadian ini dinamakan Nova. Cahaya nova ini bisa tetap terang sampai beberapa hari atau beberapa minggu, lalu kemudian perlahan memudar. Menurut teori terbaru, nova terjadi dalam sistem bintang ganda yang berdekatan dimana tingkat evolusi akhirnya dipengaruhi oleh pasangannya. Bila kedua pasangan bintang ganda itu memiliki massa yang berbeda, yang lebih besar akan berevolusi lebih cepat dan lebih dahulu mencapai tingkat katai putih. Penimbunan materi ini menyebabkan kenaikan suhunya sampai mendekati bagian dalam katai putih yang terdegenerasi sehingga menimbulkan ketidakstabilan, yang secara eksplosif menyulut pembakaran hidrogen melalui daur CNO sehingga terjadi suatu ledakan energi dan hamburan materi yang telah terakumulasi pada katai putih itu. Luminositasnya meningkat dengan cepat sampai puluhan ribu kali lebih terang sehingga sepertinya tampak di langit tercipta bintang baru. Oleh karena itu, diberi nama “novae” yang artinya baru. Kebanyakan nova tidak tampak oleh mata telanjang meskipun pada terang maksimumnya yang dapat mencapai magnitudo mutlak -6 sampai -9 karena jaraknya yang sangat jauh. Meskipun diperkirakan tiap tahunnya pada galaksi kita terjadi beberapa puluh ledakan nova, tetapi kebanyakan tidak tampak oleh mata telanjang. Tiga supernova yang sangat terkenal yang teramati selama milenium kedua dalam galaksi kita adalah: a) Supernova tahun 1054 di rasi Taurus (seperti yang disebutkan dalam almanak cina). b) Bintang Tycho tahun 1572 di rasi Cassiopiea
  • 13. 13 c) Supernova tahun 1604 di rasi Serpen yang disebutkan oleh Kepler dan Gellileo. 4. Bintang Neutron Bintang Netron merupakan fase selanjutnya. Apabila massa bintang cukup besar, maka pemanpatan/pengerutan bintang akan menyebabkan reaksi berikutnya yaitu pengubahan karbon menjadi unsur yang lebih berat yaitu oksigen. Ketika karbon habis maka pemampatan akan kembali terjadi hingga. Terjadi reaksi pembentukan unsur yang lebih berat seperti silica hingga terbentuk besi. Besi merupakan unsur terberat yang dapat dibentuk oleh sebuah bintang. Ketika dalam kondisi ini, membuat bintang seperti bawang merah atau kue lapis. Di inti terjadi pembentukan besi, di kulit terluar terjadi pembentukan helium. 5. Black Hole atau Lubang Hitam Apa yang terjadi apabila gelombang kejut dari peluruhan besi tidak mampu menghancurkan bintang? Bintang akan berevolusi menjadi objek lain yang memiliki gravitasi yang sangat besar. Gravitasi tersebut bahkan dapat membelokkan atau membuat cahaya terperangkap. objek tersebut dinamakan lubang hitam atau black hole. Gravitasi inti akan meruntuhkan bintang menjadi sesuatu yang sangat mampat. Bintang yang bermassa besar akan mengalami pengerutan sehingga menjadi sangat mampat. Ketika gelombang kejut inti neutrino tidak mampu menahan keruntuhan bintang, maka bintang akan menjadi semakin mampat sehingga massa jenisnya juga akan semakin besar. Besarnya massa akan membuat gravitasi juga besar hingga terbentuk sebuah inti yang bahkan bisa membelokkan cahaya dengan gravitasinya.
  • 14. 14 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Bintang merupakan benda langit yang dapat memancarkan cahaya sendiri. Lalu yang dimaksud evolusi bintang adalah perubahan perlahan-lahan sejak suatu bintang terjadi sampai menjadi bintang yang stabil, kemudian memasuki deret utama dalam waktu yang lama, kemudian menjadi bintang raksasa merah, lalu mengalami keadaan degenerasi, seterusnya melontarkan sebagaian masanya bagian luar dan membentuk masa kecil dengan kerapatan yang besar. Sampai menjadi bintang neutron dan black hole melalui beberapa tahapan. Bintang lahir dari sekumpulan awan gas dan debu yang kita sebut nebula. Ukuran awan ini sangat besar (diameternya mencapai puluhan SA) tetapi kerapatannya sangatrendah. Awal dari pembentukan bintang dimulai ketika ada gangguan gravitasi (misalnya, ada bintang meledak/supernova), maka partikel-partikel dalam nebula tersebut akan bergerak merapat dan memulai interaksi gravitasi di antara mereka setelah sebelumnya tetap dalam keadaan setimbang. Akibatnya, partikel saling bertumbukan dan temperatur naik. Tidak semua bintang mengakhiri hidupnya dengan meledak menjadi supernova, yaitu hanya terjadi pada bintang yang massanya 8 kali massa matahari atau lebih massif dari matahari. Supernova akan terjadi ketika bintang tersebut tidak lagi memiliki cukup bahan bakar untuk proses fusi di inti bintang. Menciptakan tekanan keluar sehingga memicu terjadinya dorongan gravitasi kedalam massa bintang yang besar. B. Saran Melalui makalah ini kitabisa lihat dan memperhatikan secara serius bagaimanaevolusi bintang terjadi dan mengalami perubahan perlahan-lahan sejak suatu bintang terjadi sampai menjadi bintang yang stabil, kemudian memasuki deret utama dalam waktu yang lama, kemudian menjadi bintang raksasa merah, lalu mengalami keadaan degenerasi, seterusnya melontarkan sebagaian masanya bagian luar dan membentuk masa kecil dengan kerapatan yang besar. Sampai menjadi bintang neutron dan black hole melalui beberapa tahapan.
  • 15. 15 DAFTAR PUSTAKA Admiranto, A. Gunawan. 2000. Tata Surya dan Alam Semesta. Yogyakarta: Kanisius. Ritonga, A. Rahman. 2013. Rahasia Alam Semesta. Jakarta: Monora. Suwitra, Nyoman. 2001. Astronomi Dasar. Singaraja: penerbit IKIP Negeri Singaraja. Winardi, S. 2006. Astofisika. Bandung: Penerbit ITB Bandung.