Mempelajari tentang pemeriksaan fisik thorax dengan cara inspeksi, pelpasi, perkusi dan auskultasi. serta harus mengetahui suara atau bunyi yang dihasilkan dan batas pemeriksaan antara jantung dan paru. maka perawat dapat mempelajari dan harus mengetahui tentang pemeriksaan paru dan jantung
Prinsip pengkajian pada pasien gawat darurat dan kritis adalah “treat first what kill first”
Pengkajian gawat darurat dilakukan dengan Primary survey dan Secondary Survey (pengkajian primer dan pengkajian sekunder)
Assessment dan intervensi dilakukan secara simultan/bersama-sama dan terus menerus atau Assess, Address, advance
Ini adalah kuliah saya untuk keperawatan gawat darurat di Akademi Keperawatan Panti Rapih. Kuliah ini memuat sindrom koroner akut, henti jantung, dan syok kardiogenik.
Update:
Tanggal 15 Oktober 2015, American Heart Association menerbitkan panduan baru untuk Cardiopulmonary Resuscitation & Emergency Cardiac Care. Panduan baru tersebut dapat diunduh di http://circ.ahajournals.org/content/132/18_suppl_2.toc
Mempelajari tentang pemeriksaan fisik thorax dengan cara inspeksi, pelpasi, perkusi dan auskultasi. serta harus mengetahui suara atau bunyi yang dihasilkan dan batas pemeriksaan antara jantung dan paru. maka perawat dapat mempelajari dan harus mengetahui tentang pemeriksaan paru dan jantung
Prinsip pengkajian pada pasien gawat darurat dan kritis adalah “treat first what kill first”
Pengkajian gawat darurat dilakukan dengan Primary survey dan Secondary Survey (pengkajian primer dan pengkajian sekunder)
Assessment dan intervensi dilakukan secara simultan/bersama-sama dan terus menerus atau Assess, Address, advance
Ini adalah kuliah saya untuk keperawatan gawat darurat di Akademi Keperawatan Panti Rapih. Kuliah ini memuat sindrom koroner akut, henti jantung, dan syok kardiogenik.
Update:
Tanggal 15 Oktober 2015, American Heart Association menerbitkan panduan baru untuk Cardiopulmonary Resuscitation & Emergency Cardiac Care. Panduan baru tersebut dapat diunduh di http://circ.ahajournals.org/content/132/18_suppl_2.toc
1. MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN STROKE
BAB I
LATAR BELAKANG
Stroke atau gangguan perdarahan otak (GPDO) merupakan ppenyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus
ditangani secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang disebabkan
karena terjadinya ganggan peredaran otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja. Menurut WHO stroke
adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal ( global ) dengan gejala-
gejala yang berlangsung selama 24 jam aau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang
jelas selain vaskular. Stroke merupakan penyakit yang paling sering menyebabkan cacat berupa kelumpuhan anggota
gerak, gangguan bicara, gangguan proses berfikir daya ingat, dan bentuk-bentu kecacatan yang lain sebagai akibat
gangguan fungsi otak.
Badan kesehatan sedunia WHO memperkirakan sekitar 15 juta orang terserang stroke setiap tahunnya. Stroke
merupakan penyebab kematian utama urutan kedua pada kelompok usia diatas 60 tahun, dan urutan kelima
penyebab kematiian pada kelompok usia 15-59 tahun. Diindonesia prevalensi stroke terus meningkat setiap
tahunnya, seiring dengan peningkatan usia harapan hidup dan perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat yang
tidak diimbangi dengan perbaikan prilaku dan pola hidup yang sehat.
BAB II
KONSEP DASAR
Definisi
Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah kebagian otak.( brunner
&suddarth)
Stroke adalah deficite neurologist akut yang disebabkan oleh gangguan aliran darah yang timbul secara mendadak
dengan tanda dan gejala yang sesuai dengan daerah fokal otak yang terkena ( WHO, 1989 ).
Etiologi
Stroke biasanya diakibatkan dari salah satu dari empat kejadia:
1) Trombosis
Bekuan darah dalam pembuluh drah otak atau leher
2) Embolisme serebral
Bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari bagian tubuh yang lain
3) Iskemia
Penurunan aliran darah ke area otak
4) Hemoragi serebral
Pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan kedalam jaringan otak atau ruang sekitar otak.
Akibatnya adalah penghentian suplai darah ke otak, yang menyebabka kehilangan sementara atau parmanen
gerakan, berfikir, memori, bicara, atau sensasi. (brunner & suddarth)
Faktor resiko terjadinya stroke adalah:
2. 1) Hipertensi
Dapat disebabkan oleh terosklerosis atau sebaliknya. Proses ini dpat menimbulkan pecahnya pembuluh darah atau
timbulnya thrombus sehingga dapat mengganggu aliran darah serebral.
2) Aneurisma pembuluh darah cerebral
Adanya kelainan pembuluh darah yakni nerupa penebalan pada satuu tempat yang diikuti oleh penipisan ditempat
lain. Pada daerah penipisa yang maneuvertertentu dapat menimbulkan perdarahan.
3) Kelainn jantung
Kerusakan kerja jantung akan menurunkan kardiak output dan menurunkan aliran darah ke otak
4) Diabetes melitus
Pada diabetes melitus viskositas darah meningkat sehingga memperlambat aliran darah kususnya serebral
5) Usia lanjut
Pada usia lanjut terjadi proses klasifikasi pembuluh darah termasuk pembuluh darah otak
6) Polocitemia
Pada polocitemia viskositas dara meningkat dan aliran darah menjadi lambat sehingga perfusi otak menurun
7) Peningkatan kolesterol
Kolesterol yang tinggi dapat menyebabkn aterosklerosis danterbentuknya embolus dari lemak
8) Obesitas
Pada obesitas dapat terjadi hipertensi dan peningktan kadar kolesterol sehingga dapat menyebabkan gangguan pada
pembuluh darah
9) Perokok
Pada perokok akan timbul plaque pada pembuluh darah oleh nikotin sehingga terjadi aterosklerosis
10) Kurang aktivitas fisik
Kurang aktivitas fisik dapat mengurangi kelenturan fisik termasuk kelenturan pembuluh darah. (pembuluh darah
menjadi kaku)
Klasifikasi stroke
Berdasarkan proses patologi dan gejala klinisnya stroke dapat diklasifikasikan menjadi:
1) Stroke hemoragik
Terjadi perdarahan serebral dan mungkin juga perdarahan subarachnoid yang disebabkan oleh pecahnya
pembuluh darah otak. Umumnya terjadi saat melakukan aktifitas, namun juga dapat terjadi pada saat istirahat.
Kesadaraan umumnya menurn dan penyebab yang paling banyak adalah akibat hipertensi yang tidak terkontrol.
2) Stroke non hemoragik
Dapat berupa iskemia, emboli spasme ataupun thrombus pembuluh darah otak. Umumnya terjadi setelh istirahat
cukup lama atau bangun tidur. Tidak terjadi perdarahan, kesadaran umumnya baik dan terjadi proses edema otak
oleh karena hipoksia jaringan otak. ( brunner & suddrrth)
3. Patofisiologi
· Stroke non hemoragik
Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak oleh thrombus atau embolus. Thrombus
umumnya terjadi karena penkembangan ateroklerosis pada dinding pembuluh darah, sehingga arteri menjadi
tersumbat, aliran darah ke area thrombus menjadi berkurang, menyebabkan iskemia kemudian menjadi kompleks
iskemia, akhirnya terjadi infark pada jaringan otak. Emboli disebabkan oleh embolus yang berjalan menuju arteri
karotis. Terjadiny blok pada arteri tersebut menyebabkan iskemia yang tiba-tiba berkembang cepat dan terjadi
gangguan neurologist fokal. Perdarahan otak dapat disebabkan oleh pecahnya dinding pembuluh darah oleh emboli.
· Stroke hemoragik
Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke substansi atau ruangan subaracnoid
yang menimbulkan perubahan komponen intracranial yang seharusnya konstan. Adanya perubahan komponen
intracranial yang tidak dapat dikompensasi tubuh akan menimbulkan peningkatan TIK yang bila berlanjut akan
menyebabka herniasi otak sehingga timbul kematian. Disamping itu darah yang mengalir ke substansi otak atau
ruang subracranoid dapat menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak dan penekanan pada daerah tersebut
menimbulkan aliran berkurang atau tidak ada sehingga terjadi nekrosis jaringan otak.
Manifestasi klinis
· Defisit lapang penglihatan
Ø Kehilangan penglihatan perifer : kesulitan melihat pada malam hari
Ø Diplopia : penglihatan ganda
· Defisite motorik
Ø Hemiparesis : kelemahan wajah,lengan,dan kaki pada sisi yang sama
Ø Hemiplegia : paralisis wajah, lengan dan kaki
Ø Ataksia : berjalan tidak mantap
Ø Disartria : kesulitan dalam membentuk kata
· Defisit sensori
Ø Kebas dan semutan pada bagian tubuh
· Defisit verbal
Ø Afasia ekspresif : tidak mampu membetuk kata yang dapat dipahami
Ø Afasia reseptif : tidak mampu memahami kata yang dibicarakan, mampu bicara tetapi tidak masuk akal.
Ø Afasia global : kombinasi afasia ekspresif dan afasi resptif
· Defisit kognitif
Ø Kehilangan memori jangka pendek dan panjang
Ø kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi
Ø perubahan penilaian
· defisit emosional
4. Ø kehilangan kontrol diri
Ø labilitas emosional
Ø penurunan tpleransi pada situasi yang menimbulkan stres
Ø depresi
Ø menarik diri
Ø rasa takut, bermusuhan dan marah
Pemeriksaan diagnostik
· Pemeriksaan laboratorium
Ø Lumbal fugsi : pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan
yang kecil biasanya warna likuor masih normal
Ø Pemeriksaan darah rutin
Ø Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula darah dapat mencapai 250 mg di
dalam serumdan kemudian berangsur-angsurturun kembali
Ø Pemeriksaan darah lengkap : untuk mencari kelainan pada daerah itu sendiri
· CT scan kepala
Untuk mengetahui lokasi dan luasnya perdarahan atau infark
· MRI
Untuk mengetahui adanya edema, infark hematom dan bergesernya struktur otak
· Angiografi
Untuk mengetahui penyebab dan gambaran yang jelas mengenai pembuluh darah yang terganggu
· USG Doppler
Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovana (masalah sistem karotis)
· EEG
Untuk melihat masalah yang timul dan dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunkan implus listrik dalam
jaringan otak.
Penatalaksanaan
· Penatalaksanaan
Ø Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi miring jika muntah dan boleh dimulai mobilisasi bertahap jika
hemodinamika stabil
Ø Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat, bila perlu berikan oksigen sesuai kebutuhan
Ø Tanda-tanda vital usahakan stabil
Ø Bed rest
Ø Perrtahankan keseimbangan cairan dan elektrlolit
5. Ø Kantung kemih yang penuh kosongkan
· Pencegahan
Yang dapat diperbuat untuk mencegah suatu stroke adalah dengan cara menghindari faktor resiko, seperti:
Ø Hipertensi
Ø Merokok
Ø Diabetes melitus
Ø Obesitas
· Pengobatan
Ø Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS)
Ø Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra arterial.
Ø Medikasi anti trombosit dapat diresepkan karena trombosit memainkan peran sangat penting dalam
pembentukan thrombus dan embolisasi
Ø Antikoagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya thrombosis atau embolisasi dari tempat lain dalam
sistem kardiovaskular.
Komplikasi
Komplikasi stroke meliputi:
1. hipoksia serebral
2. penurunan aliran darah serebral
3. luasnya area cidera.
(smeltzer C.Suzanne, 2002)
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
1. Resiko peningkatan TIK yang berhubungan dengan adanya peningkatan volume intrakranial, penekanan
jaringan otak dan edema serebral.
2. Perubahan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan perdarahan intraserebral, okulasi otak vasospasme,
dan edema otak.
3. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubugan dengan akumulasi sekret, kemampuan batuk menurun,
penurunan mobilitas fisik sekunder dan perubahan tingkat kesadaran.
4. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan hemiparese/hemiplagia, kelemahan neuromuskular pada
ekstremitas.
5. Resiko tinggi terjadinya cidera berhubungan dengan penurunan luas lapang pandang, penurunan sensasi saraf (
panas/dingin)
6. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan tira baring lama.
7. Kerusakan komuniksi verbal berhubungan dengan efek kerusakan pada area bicara di hemisfer otak, kehilangan
kontrol tonus otot fasial atau oral.
8. Takut yang berhubungan denganparahnya kondisi
6. 9. Gangguan konsep diri citra tubuh berhubungan dengan perubahan persepsi.
BAB III
TINJAUAN SKENARIO
Ny. D usia 60 tahun, agama islam, alamat Rt 02 Mendalo darat. Masuk Rumah Sakit Raden Mataher Jambi tanggal 05
februari 2012, Ny. D dirawat diruang Neuro kelas II dengan alasan masuk klien tidak bisa menggerakkan tangan dan
kaki klien. Keluarga klien mengatakan klien menderita penyakit darah tinggi. Saat dilakukan pengkajian klien tampak
lemah, ekstremitas atas dan bawah pada daerah dekstra tidak bisa digerakkan, mulu sebelah kanan tampak miring,
nafsu makan kurang, hanya ¼ porsi yang dimakan, akral teraba dingin, kapiler refil > 4 detik, mukosa bibir kering,
wajah pucat. Keluarga klien mengatakan semua aktifitas klien dirumah sakit dibantu oleh keluarga, klien tampak
bedrest total, keadaan oto menurun, sulit berkomunikasi. Dari pemeriksaan didapatkan hasil :
TD : 200/100 mmHg, Nd : 80x/i, S : 37 derajat celcius, RR : 20x/i
Pemeriksaan labor lengkap, CT scan.
BAB IV
PENUTUP
1. Apa pengertian dari stroke?
Jawab :
· Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah kebagian otak.
· Stroke adalah deficite neurologist akut yang disebabkan oleh gangguan aliran darah yang timbul secara
mendadak dengan tanda dan gejala yang sesuai dengan daerah fokal otak yang terkena ( WHO, 1989 )
· Stroke menurut Iskandar Junaidi adalah merupakan penyakit gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan
saraf/deficit neurologik akibat gangguan aliran darah pada salah satu bagian otak.
2. Apa penyebab dan faktor resiko terjadinya stroke?
Jawab :
· Stroke biasanya diakibatkan dari salah satu dari empat kejadia:
5) Trombosis
Bekuan darah dalam pembuluh drah otak atau leher
6) Embolisme serebral
Bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari bagian tubuh yang lain
7) Iskemia
Penurunan aliran darah ke area otak
8) Hemoragi serebral
Pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan kedalam jaringan otak atau ruang sekitar otak.
Akibatnya adalah penghentian suplai darah ke otak, yang menyebabka kehilangan sementara atau parmanen
gerakan, berfikir, memori, bicara, atau sensasi.
7. · Faktor resiko terjadinya stroke adalah:
10. Hipertensi
Dapat disebabkan oleh terosklerosis atau sebaliknya. Proses ini dpat menimbulkan pecahnya pembuluh darah atau
timbulnya thrombus sehingga dapat mengganggu aliran darah serebral.
11. Aneurisma pembuluh darah cerebral
Adanya kelainan pembuluh darah yakni nerupa penebalan pada satuu tempat yang diikuti oleh penipisan ditempat
lain. Pada daerah penipisa yang maneuvertertentu dapat menimbulkan perdarahan.
12. Kelainn jantung
Kerusakan kerja jantung akan menurunkan kardiak output dan menurunkan aliran darah ke otak
13. Diabetes melitus
Pada diabetes melitus viskositas darah meningkat sehingga memperlambat aliran darah kususnya serebral
14. Usia lanjut
Pada usia lanjut terjadi proses klasifikasi pembuluh darah termasuk pembuluh darah otak
15. Polocitemia
Pada polocitemia viskositas dara meningkat dan aliran darah menjadi lambat sehingga perfusi otak menurun
16. Peningkatan kolesterol
Kolesterol yang tinggi dapat menyebabkn aterosklerosis danterbentuknya embolus dari lemak
17. Obesitas
Pada obesitas dapat terjadi hipertensi dan peningktan kadar kolesterol sehingga dapat menyebabkan gangguan pada
pembuluh darah
18. Perokok
Paa perokok akan timbul plaque pada pembuluh darah oleh nikotin sehingga terjadi aterosklerosis
19. Kurang aktivitas fisik
Kurang aktivitas fisik dapat mengurangi kelenturan fisik termasuk kelenturan pembuluh darah. (pembuluh darah
menjadi kaku)
3. Klasifikasi stroke?
Jawab :
Berdasarkan proses patologi dan gejala klinisnya stroke dapat diklasifikasikan menjadi:
3) Stroke hemoragik
Terjadi perdarahan serebral dan mungkin juga perdarahan subarachnoid yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh
darah otak. Umumnya terjadi saat melakukan aktifitas, namun juga dapat terjadi pada saat istirahat. Kesadaraan
umumnya menurn dan penyebab yang paling banyak adalah akibat hipertensi yang tidak terkontrol.
4) Stroke non hemoragik
8. Dapat berupa iskemia, emboli spasme ataupun thrombus pembuluh darah otak. Umumnya terjadi setelh istirahat
cukup lama atau bangun tidur. Tidak terjadi perdarahan, kesadaran umumnya baik dan terjadi proses edema otak
oleh karena hipoksia jaringan otak.
4. Patofisiologi stroke?
Jawab :
· Stroke non hemoragik
Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak oleh thrombus atau embolus. Thrombus umumnya
terjadi karena penkembangan ateroklerosis pada dinding pembuluh darah, sehingga arteri menjadi tersumbat, aliran
darah ke area thrombus menjadi berkurang, menyebabkan iskemia kemudian menjadi kompleks iskemia, akhirnya
terjadi infark pada jaringan otak. Emboli disebabkan oleh embolus yang berjalan menuju arteri karotis. Terjadiny
blok pada arteri tersebut menyebabkan iskemia yang tiba-tiba berkembang cepat dan terjadi gangguan neurologist
fokal. Perdarahan otak dapat disebabkan oleh pevahnya dinding pembuluh darah oleh emboli.
· Stroke hemoragik
Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke substansi atau ruangan subaracnoid yang
menimbulkan perubahan komponen intracranial yang seharusnya konstan. Adanya perubahan komponen
intracranial yang tidak dapat dikompensasi tubuh akan menimbulkan peningkatan TIK yang bila berlanjut akan
menyebabka herniasi otak sehingga timbul kematian. Disamping itu darah yang mengalir ke substansi otak atau
ruang subracranoid dapat menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak dan penekanan pada daerah tersebut
menimbulkan aliran berkurang atau tidak ada sehingga terjadi nekrosis jaringan otak.
5. Manifestasi klinis stroke?
Jawab :
· Defisit lapang penglihatan
Ø Kehilangan penglihatan perifer : kesulitan melihat pada malam hari
Ø Diplopia : penglihatan ganda
· Defisite motorik
Ø Hemiparesis : kelemahan wajah,lengan,dan kaki pada sisi yang sama
Ø Hemiplegia : paralisis wajah, lengan dan kaki
Ø Ataksia : berjalan tidak mantap
Ø Disartria : kesulitan dalam membentuk kata
· Defisit sensori
Ø Kebas dan semutan pada bagian tubuh
· Defisit verbal
Ø Afasia ekspresif : tidak mampu membetuk kata yang dapat dipahami
Ø Afasia reseptif : tidak mampu memahami kata yang dibicarakan, mampu bicara tetapi tidak masuk akal.
Ø Afasia global : kombinasi afasia ekspresif dan afasi resptif
· Defisit kognitif
9. Ø Kehilangan memori jangka pendek dan panjang
Ø kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi
Ø perubahan penilaian
· defisit emosional
Ø kehilangan kontrol diri
Ø labilitas emosional
Ø penurunan tpleransi pada situasi yang menimbulkan stres
Ø depresi
Ø menarik diri
Ø rasa takut, bermusuhan dan marah
6. Pemeriksaan diagnostik stroke ?
Jawab :
· Pemeriksaan laboratorium
Ø Lumbal fugsi : pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan
yang kecil biasanya warna likuor masih normal
Ø Pemeriksaan darah rutin
Ø Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula darah dapat mencapai 250 mg di
dalam serumdan kemudian berangsur-angsurturun kembali
Ø Pemeriksaan darah lengkap : untuk mencari kelainan pada daerah itu sendiri
· CT scan kepala
Untuk mengetahui lokasi dan luasnya perdarahan atau infark
· MRI
Untuk mengetahui adanya edema, infark hematom dan bergesernya struktur otak
· Angiografi
Untuk mengetahui penyebab dan gambaran yang jelas mengenai pembuluh darah yang terganggu
· USG Doppler
Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovana (masalah sistem karotis)
· EEG
Untuk melihat masalah yang timul dan dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunkan implus listrik dalam
jaringan otak.
7. Penatalaksanaan ( pencegahan, pengobatan ) stroke?
Jawab :
· Penatalaksanaan
10. Ø Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi miring jika muntah dan boleh dimulai mobilisasi bertahap jika
hemodinamika stabil
Ø Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat, bila perlu berikan oksigen sesuai kebutuhan
Ø Tanda-tanda vital usahakan stabil
Ø Bed rest
Ø Perrtahankan keseimbangan cairan dan elektrlolit
Ø Kantung kemih yang penuh kosongkan
· Pencegahan
Yang dapat diperbuat untuk mencegah suatu stroke adalah dengan cara menghindari faktor resiko, seperti:
Ø Hipertensi
Ø Merokok
Ø Diabetes melitus
Ø Obesitas
· Pengobatan
Ø Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS)
Ø Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra arterial.
Ø Medikasi anti trombosit dapat diresepkan karena trombosit memainkan peran sangat penting dalam
pembentukan thrombus dan embolisasi
Ø Antikoagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya thrombosis atau embolisasi dari tempat lain dalam
sistem kardiovaskular.
8. Apa komplikasi dari stroke dan apakah stroke bisa disembuhkan secara total?
Jawab :
Komplikasi stroke meliputi:
4. hipoksia serebral
5. penurunan aliran darah serebral
6. luasnya area cidera.
(smeltzer C.Suzanne, 2002)
· Ada sekitar 30%-40% penderita stroke yang masih dapat sembuh secara sempurna asalkan ditangani dalam
jangka waktu 6 jam atau kurang kurang dari itu. Hal ini penting agar penderita tidak mengalami kecatatan. Kalaupun
ada gejala sisa seperti jalannya pincang atau bicaranya pelo, namun gejala tsb masih bisa disembuhkan.
9. Jenis stroke apa yang diderita oleh Ny.D dan apa penyebabnya?
Jawab :
Nyonya D menderita stroke iskemik yaitu yang disebabkan oleh hipertensi
11. 10. Obat traditional apa yang bisa diberikan pada penderita stroke?
Jawab :
Pengobatan trsdisional stroke dengan xamthone plus. Xamtone plus yang terbuat dari manggis mengandung
antioksidan yang sangat kuat yaitu xanthones, melebihi beberapa kali lipat dari kekuatan vitamin C dan E.
11. Mengapa nyonya D mulut kanannya miring, akral teraba dingin dan keadaan otot menurun?
Jawab :
o Organ bagian kaan mengalami gangguan karena adanya gangguan /iskemia di otak sebelah kanan
o Akral teraba dingin karena penurunan perfusi perifer
o Keadaan otot menurun karena peurunan perfusi jaringan serebral
12. Mengapa stroke ini banyak terjadi pada lansia?
Jawab :
Karena pada usia lanjut terjadi proses klasifikasi pembuuh darah termasuk pembuluh darah otak. Dan juga karena
proses degeneratif dan penurunan sistem imun pada lansia.
13. Mengap penderita darah tinggi bisa mengakibatkan stroke?
Jawab :
Karena pada hipertensi menyebabkan pecahnya pembulu darah atau timbulnya thrombus sehigga dapat
mengganggu aliran darah cerebral
14. Apa penanganan pertama yang bisa dilakukan pada penderita stroke saat berada dirumah?
· Pederita Jangan langsung di pindahkan dari tempat kejadian,karena memindahkan dari tempat semula akan
mempercepat perpecahan pembuluh darah halus di otak
· Bantu penderita mengambil posisi duduk yang baik agar tidak jauh lagi.
· Tusuk semua jari klien untuk pengeluaran darah dengan jarum steril. Kluar kan darah dari masing – masing jari
1 – 2 tetes.beberapa menit kemudian klien akan sadar.
· Apabila mulut klien tampak mencong / tidk normal , maka ke 2 daun telinga klien harus di tarik sampai
kemerah – merahan, setelah itu lakukan 2 kali penusukan pada masing – masing ujung bawah daun telinga sehingga
darah keluar sebanyak 2 tetes dari setiap ujung daun telinga. Maka dalam eberapa menit bentuk mulut klien akan
normal kembali.
· Bawalah klien dengan hati hati kedokter atau rumah sakit terdekat untuk untuk mendapatkan pertolongan
lebih lanjut.
ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI MASALAH
KEPERAWATAN
12. DS : - Keluarga klien mengatakan semua aktifitas klien di RS dibantu Gangguan Gangguan mobilitas
oleh keluarga. neurovaskular fisik
DO : -klien tampak lemah, ekstremitas atas bawah dekstra tidak bisa
digerakkan, keadn otot menurun
DS : - Gangguan aliran darah Perubahan perfusi
jaringan
DO : -akral teraba dingin
- Mukosa bibir kering
- Wajah pucat
- TD:200/100 mmHg
DS : - Gangguan sirkulasi ke Gangguan komunikasi
serebral verbal
DO : - mulut sebelah kanan miring
- Klien sulit berkomunikasi
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan neurologik
Tujuan :
- Mempertahankan posisi dan fungsi optimal dengan tidak adanya kontraktur dan footdrop.
- Mempertahankan kekuatan dan fungsi area yang sakit serta kompensasi bagian tubuh yang lain
Kriteria hasil : Klien menunjukkan prilaku aktivitas yang lebih baik
INTERVENSI RASIONAL
Kaji kemampuan fungsi otot klasifikasi dg Mengidentifikasi kekuatankelemahan dapat membantu memberi
skala 0-4 informasi yng diperlukan untuk pemilihan intervensi
Rubah posisi tiap 2 jam , terutama pada Dapat menurunkan resikoiskemia jaringan injuri
bagian yang sakit
Berikan posisi prone satu atau dua kali sehari Membantu memelihara fungsi ekstensi panggul dan membantu
bernafas
Mulai ROM aktif/pasif untuk semua Memiimalkan atropi otot, meningkatkan sirkulasi dan membantu
ekstremitas mencegah kontraktur
Pilih metode komunikasi alternatif misalnya Memberi komunikasi dasar sesuai dengan situasi individu
menulis pada papan tulis
Antisipasi dn bantu kebutuhan klien Membantu menurunkan prustasi oleh karena ketergantungan
atau ketidakmampuan berkomunikasi
Berbicara dengan nada normal dan hindari Pasien tidak dipaksa untuk mendegar, tidak menyebabkan pasien
13. ucapan yang terlalu cepat. Beri waktu pasien marah dan tidak menyebabkan pasien merasa prustasi.
untuk berespon.
2. Perubahan perfusi jaringan b.d gangguan aliran darah
Tujuan : kesadaran meningkat, kognitif dan fungsi motorik sensorik
Kriteria hasil : TTV stabil dan tidak adanya peningkatan TIK
INTERVENSI RASIONAL
Berikan penjelasan kepada keluarga pasie tentang sebab Keluarga lebih berpatisipasi dalam proses
peningkatan TIK dan akibatnya penyembuhan
Berikan klien bed rest total dengan posisi terlentang Perubahan pada tekanan intrakranilakan dapat
tanpa bantal menyebabkan resiko herniasi otak
Monitor tanda-tanda status neurologi dg GCS Dapt mengurangi kerusakan otak lebih lanjut
Monitot TTV seperti TD,nadi,suhu, respirasi dan hati- Pada keadaan norml autoregulasi mempertahankan
hati pada hipertensi sistolik keadaan tekanan darah sistemik berubah secara
fliktuasi
Monitor input dan output Hipertemi dapat menyebabkan peningkatan IWL dan
meningkatkan resiko dehidrasi terutama pada pasien
yang tidak sadar
Anjurkan klien untuk menghindri batuk dan mengejan Batuk dan mengejan dpat menyebabkan peningkatan
berlebihan intrakranial dan potensial terjadi perdarahn ulang
Berikan terapi sesuai intruksi dokter
Steroid
Aminofel Menurunkan permeabilitas kafiler
antibiotika Menurunkan edema serebri
Menurunkan metabolik sel/konsumsi dan kejang.
3. Gangguan komunikasi verbal b.d gangguan sirkulasi ke serebral
Tujuan :dalam waktu 2x24 jam klien dpat menunjukkan pengertian terhadap masalah komunikasi, mampu
mengekspresika masalahnya.
Kriteria hasil : tercipta suatu komunikasi, klien mampu merespon setiap berkomunikasi secara verbal maupun
isyarat.
Intervensi Rasional
Kaji tipe disfungsi misalnya klien tidak megerti ttg kata- Membantu menentukan kerusakan area pada otak dan
kata atau masalah bicara atau tidak mengerti bahasa menentukan kesulitan klien dengan sebagian atau
14. sendiri seluruh proses komunikasi
Bedakan afaisa dengan disartria Dapat menentukan pilihan intervensi sesuai dg tipe
gangguan
Lakukan metode percakapan yang baik dan lengkap, Klien dapat kehilngan kemampuan untuk memonitor
beri kesempatan klien untuk mengklarisifikasi ucapnnya, komunikasinya secara tidak sadar, dg
melengkapi dapat merealisasikan pengertian klien dan
dapat mengklerisifikasikan perckapan
Katakan untuk megikuti perintah secara sederhana Untuk menguji afasia reseptif
seperti tutup matamu dan lihat kepintu
Perinthkan klien untuk menyebutkan nama suatu Menguji afasia ekspresif mislnya klien dapat mengenal
benda yang diperhatikn bend tsb tetapi tidak mampu menyebutkan namanya.
MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DIARE
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diare atau dikenal dengan sebutan mencret memang merupakan penyakit yang masih banyak terjadi pada masa
kanak dan bahkan menjadi salah satu penyakit yang banyak menjadi penyebab kematian anak yang berusia di bawah
lima tahun (balita). Karenanya, kekhawatiran orang tua terhadap penyakit diare adalah hal yang wajar dan harus
dimengerti. Justru yang menjadi masalah adalah apabila ada orang tua yang bersikap tidak acuh atau kurang
waspada terhadap anak yang mengalami diare. Misalnya, pada sebagian kalangan masyarakat, diare dipercaya atau
dianggap sebagai pertanda bahwa anak akan bertumbuh atau berkembang. Kepercayaan seperti itu secara tidak
sadar dapat mengurangi kewaspadaan orang tua. sehingga mungkin saja diare akan membahayakan anak.
(anaksehat.blogdrive.com).
Menurut data United Nations Children's Fund (UNICEF) dan World Health Organization (WHO) pada 2009, diare
merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita di dunia, nomor 3 pada bayi, dan nomor 5 bagi segala umur.
Data UNICEF memberitakan bahwa 1,5 juta anak meninggal dunia setiap tahunnya karena diare
Angka tersebut bahkan masih lebih besar dari korban AIDS, malaria, dan cacar jika digabung. Sayang, di beberapa
negara berkembang, hanya 39 persen penderita mendapatkan penanganan serius.
Di Indonesia sendiri, sekira 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekira 460 balita setiap harinya akibat diare.
Daerah Jawa Barat merupakan salah satu yang tertinggi, di mana kasus kematian akibat diare banyak menimpa anak
berusia di bawah 5 tahun. Umumnya, kematian disebabkan dehidrasi karena keterlambatan orangtua memberikan
perawatan pertama saat anak terkena diare.
Diare disebabkan faktor cuaca, lingkungan, dan makanan. Perubahan iklim, kondisi lingkungan kotor, dan kurang
memerhatikan kebersihan makanan merupakan faktor utamanya. Penularan diare umumnya melalui 4F, yaitu Food,
Fly , Feces, dan Finger.
Oleh karena itu, upaya pencegahan diare yang praktis adalah dengan memutus rantai penularan tersebut. Sesuai
data UNICEF awal Juni 2010, ditemukan salah satu pemicu diare baru, yaitu bakteri Clostridium difficile yang dapat
menyebabkan infeksi mematikan di saluran pencernaan. Bakteri ini hidup di udara dan dapat dibawa oleh lalat yang
hinggap di makanan. (lifestyle.okezone.com).
15. Angka kejadian diare di sebagian besar wilayah Indonesia hingga saat ini masih tinggi. Di Indonesia, sekitar 162 ribu
balita meninggal setiap tahun atau sekitar 460 balita setiap harinya. Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) di Indonesia, diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita dan nomor 3 bagi bayi serta nomor 5
bagi semua umur. Setiap anak di Indonesia mengalami episode diare sebanyak 1,6 – 2 kali per tahun
Kasubdit Diare dan Kecacingan Depkes, I Wayan Widaya mengatakan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)
tahun 2004, angka kematian akibat diare 23 per 100 ribu penduduk dan pada balita 75 per 100 ribu balita. Selama
tahun 2006 sebanyak 41 kabupaten di 16 provinsi melaporkan KLB (kejadian luar biasa) diare di wilayahnya. Jumlah
kasus diare yang dilaporkan sebanyak 10.980 dan 277 diantaranya menyebabkan kematian. Hal tersebut, terutama
disebabkan rendahnya ketersediaan air bersih, sanitasi buruk dan perilaku hidup tidak sehat. (piogama.ugm.ac.id).
Sedangkan di Provinsi Riau Pada 27 maret 2008 tercatat Diare 182 kasus yang diakibatkan adanya banjir di Provinsi
Riau. Adapun kecamatan yang terkena banjir sebanyak 36 kecamatan, 164 desa, 29.950 Kepala Keluarga atau 60.950
Jiwa. (yankesriau.wordpress.com).
Sepintas diare terdengar sepele dan sangat umum terjadi. Namun, ini bukan alasan untuk mengabaikannya,
dehidrasi pada penderita diare bisa membahayakan dan ternyata ada beberapa jenis yang menular.Diare
kebanyakan disebabkan oleh Virus atau bakteri yang masuk ke makanan atau minuman, makanan berbumbu tajam,
alergi makanan, reaksi obat, alkohol dan bahkan perubahan emosi juga dapat menyebabkan diare, begitu pula
sejumlah penyakit tertentu. (lovenhealth.blogspot.com).
B. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Pada anak dengan diare
Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tinjauan teoritis diare
2. Untuk mengetahui Pengkajian pada anak dengan diare
3. Untuk mengetahui Diagnosa keperawatan pada anak dengan diare
4. Untuk mengetahui Intervensi keperawatan pada anak dengan diare
5. Untuk mengetahui Implementasi keperawatan pada anak dengan diare
6. Untuk mengetahui Evaluasi keperawatan pada anak dengan diare
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian
Menurut Haroen N, S. Suraatmaja dan P.O Asdil (1998), diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan
atau tanpa darah atau lendir dalam tinja.
16. Sedangkan menurut C.L Betz & L.A Sowden (1996) diare merupakan suatu keadaan terjadinya inflamasi mukosa
lambung atau usus.
Menurut Suradi & Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan cairan dan
elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer
atau cair.
Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan
konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses
inflamasi pada lambung atau usus.
2. Etiologi
a. Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare, meliputi infeksi bakteri
(Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus,
Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans).
b. Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan diare seperti: otitis
media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.
c. Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi
glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi dan anak.
Di samping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein.
d. Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi terhadap jenis makanan tertentu.
e. Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas).
3. Manifestasi klinis
Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus, hematoschezia, nyeri perut dan atau
kejang perut. Akibat paling fatal dari diare yang berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah kematian
akibat dehidrasi yang menimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang
berlanjut. Seseoran yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat badan berkurang, mata cekung, lidah kering,
tulang pipi tampak lebih menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini
disebabkan oleh deplesi air yang isotonik.
Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam karbonat berkurang mengakibatkan
penurunan pH darah yang merangsang pusat pernapasan sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam
(pernapasan Kussmaul)
Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut
nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral
dingin dan kadang-kadang sianosis. Karena kekurangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.
Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai timbul oliguria/anuria. Bila keadaan ini
tidak segera diatsi akan timbul penyulit nekrosis tubulus ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut.
4. Pemeriksaan Diagnostik
- Pemeriksaan tinja.
- Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila memungkinkan dengan menentukan PH
keseimbangan analisa gas darah atau astrup, bila memungkinkan.
- Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.
17. - Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kuantitatif, terutama
dilakukan pada klien diare kronik.
5. Penatalaksanaan
Penanggulangan kekurangan cairan merupakan tindakan pertama dalam mengatasi pasien diare. Hal sederhana
seperti meminumkan banyak air putih atau oral rehidration solution (ORS) seperti oralit harus cepat dilakukan.
Pemberian ini segera apabila gejala diare sudah mulai timbul dan kita dapat melakukannya sendiri di rumah.
Kesalahan yang sering terjadi adalah pemberian ORS baru dilakukan setelah gejala dehidrasi nampak.
Pada penderita diare yang disertai muntah, pemberian larutan elektrolit secara intravena merupakan pilihan utama
untuk mengganti cairan tubuh, atau dengan kata lain perlu diinfus. Masalah dapat timbul karena ada sebagian
masyarakat yang enggan untuk merawat-inapkan penderita, dengan berbagai alasan, mulai dari biaya, kesulitam
dalam menjaga, takut bertambah parah setelah masuk rumah sakit, dan lain-lain. Pertimbangan yang banyak ini
menyebabkan respon time untuk mengatasi masalah diare semakin lama, dan semakin cepat penurunan kondisi
pasien kearah yang fatal.
Diare karena virus biasanya tidak memerlukan pengobatan lain selain ORS. Apabila kondisi stabil, maka pasien dapat
sembuh sebab infeksi virus penyebab diare dapat diatasi sendiri oleh tubuh (self-limited disease).
Diare karena infeksi bakteri dan parasit seperti Salmonella sp, Giardia lamblia, Entamoeba coli perlu mendapatkan
terapi antibiotik yang rasional, artinya antibiotik yang diberikan dapat membasmi kuman.
Oleh karena penyebab diare terbanyak adalah virus yang tidak memerlukan antibiotik, maka pengenalan gejala dan
pemeriksaan laboratorius perlu dilakukan untuk menentukan penyebab pasti. Pada kasus diare akut dan parah,
pengobatan suportif didahulukan dan terkadang tidak membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut kalau kondisi sudah
membaik.
6. Komplikasi
Menurut Broyles (1997) komplikasi diare ialah: dehidrasi, hipokalemia, hipokalsemia, disritmia jantung (yang
disebabkan oleh hipokalemia dan hipokalsemia), hiponatremia, dan shock hipovolemik.
Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan penentuan masalah. Pengumpulan data
diperoleh dengan cara intervensi, observasi, pemeriksaan fisik. Pengkaji data menurut Cyndi Smith Greenberg, 1992
adalah :
1. Identitas klien.
2. Riwayat keperawatan.
· Awalan serangan : Awalnya anak cengeng,gelisah,suhu tubuh meningkat,anoreksia kemudian timbul diare.
· Keluhan utama : Faeces semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak air dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi,berat
badan menurun. Pada bayi ubun-ubun besar cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir
kering, frekwensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer.
3. Riwayat kesehatan masa lalu.
Riwayat penyakit yang diderita, riwayat pemberian imunisasi.
4. Riwayat psikososial keluarga.
18. Hospitalisasi akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi keluarga, kecemasan meningkat jika orang
tua tidak mengetahui prosedur dan pengobatan anak, setelah menyadari penyakit anaknya, mereka akan bereaksi
dengan marah dan merasa bersalah.
5. Kebutuhan dasar.
· Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari, BAK sedikit atau jarang.
· Pola nutrisi : diawali dengan mual, muntah, anopreksia, menyebabkan penurunan berat badan pasien.
· Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak
nyaman.
· Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya.
· Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri akibat distensi abdomen.
6. Pemerikasaan fisik.
a. Pemeriksaan psikologis : keadaan umum tampak lemah, kesadaran composmentis sampai koma, suhu tubuh
tinggi, nadi cepat dan lemah, pernapasan agak cepat.
b. Pemeriksaan sistematik :
· Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan bibir kering, berat badan menurun, anus
kemerahan.
· Perkusi : adanya distensi abdomen.
· Palpasi : Turgor kulit kurang elastis
· Auskultasi : terdengarnya bising usus.
c. Pemeriksaan tingkat tumbuh kembang.
d. Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi sehingga berat badan menurun.
e. Pemeriksaan penunjang.
f.Pemeriksaan tinja, darah lengkap dan duodenum intubation yaitu untuk mengetahui penyebab secara kuantitatip
dan kualitatif.
2. Diagnosa yang Mungkin Muncul
a. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta intake terbatas (mual).
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan absorbsi nutrien dan peningkatan peristaltik usus.
c. Nyeri (akut) b.d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.
d. Kecemasan keluarga b.d perubahan status kesehatan anaknya
e. Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b.d pemaparan informasi terbatas,
salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif.
f. Kecemasan anak b.d perpisahan dengan orang tua, lingkungan yang baru
3. Intervensi dan Rasional
19. Dx.1 Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta intake terbatas (mual)
Tujuan : Kebutuhan cairan akan terpenuhi dengan kriteria tidak ada tanda-tanda dehidrasi
Berikan cairan oral dan parenteral sesuai dengan program rehidrasi
Sebagai upaya rehidrasi untuk mengganti cairan
Pantau intake dan output. yang keluar bersama feses.
Memberikan informasi status keseimbangan cairan untuk menetapkan kebutuhan cairan pengganti.
Kaji tanda vital, tanda/gejala dehidrasi dan hasil pemeriksaan laboratorium Menilai status hidrasi, elektrolit dan
keseimbangan asam basa
Kolaborasi pelaksanaan terapi definitif
Pemberian obat-obatan secara kausal penting setelah penyebab diare diketahui
Dx.2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien dan peningkatan peristaltik
usus.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria terjadi peningkatan berat badan
Pertahankan tirah baring dan pembatasan aktivitas selama fase akut.
Menurunkan kebutuhan metabolic
Pertahankan status puasa selama fase akut (sesuai program terapi) dan segera mulai pemberian makanan per oral
setelah kondisi klien mengizinkan Pembatasan diet per oral mungkin ditetapkan selama fase akut untuk menurunkan
peristaltik sehingga terjadi kekurangan nutrisi. Pemberian makanan sesegera mungkin penting setelah keadaan klinis
klien memungkinkan.
Bantu pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan program diet Memenuhi kebutuhan nutrisi klien
Kolaborasi pemberian nutrisi parenteral sesuai indikasi Mengistirahatkan kerja gastrointestinal dan
mengatasi/mencegah kekurangan nutrisi lebih lanju
Dx.3 : Nyeri (akut) b/d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.
Tujuan:Nyeriberkurangdengankriteriatidakterdapatlecetpadaperirektal
Atur posisi yang nyaman bagi klien, misalnya dengan lutut fleksi.
Menurunkan tegangan permukaan abdomen dan mengurangi nyeri
Lakukan aktivitas pengalihan untuk memberikan rasa nyaman seperti masase punggung dan kompres hangat
abdomen
Meningkatkan relaksasi, mengalihkan fokus perhatian klien dan meningkatkan kemampuan koping
Bersihkan area anorektal dengan sabun ringan dan airsetelah defekasi dan berikan perawatan kulit
Melindungi kulit dari keasaman feses, mencegah iritasi
Kolaborasi pemberian obat analgetika dan atau antikolinergik sesuai indikasi
Analgetik sebagai agen anti nyeri dan antikolinergik untuk menurunkan spasme traktus GI dapat diberikan sesuai
indikasi klinis
20. Kaji keluhan nyeri dengan Visual Analog Scale (skala 1-5), perubahan karakteristik nyeri, petunjuk verbal dan non
verbal
Mengevaluasi perkembangan nyeri untuk menetapkan intervensi selanjutnya
Dx.4 : Kecemasan keluarga b/d perubahan status kesehatan anaknya.
Tujuan : Keluarga mengungkapkan kecemasan berkurang.
Dorong keluarga klien untuk membicarakan kecemasan dan berikan umpan balik tentang mekanisme koping yang
tepat.
Membantu mengidentifikasi penyebab kecemasan dan alternatif pemecahan masalah
Tekankan bahwa kecemasan adalah masalah yang umum terjadi pada orang tua klien yang anaknya mengalami
masalah yang sama
Membantu menurunkan stres dengan mengetahui bahwa klien bukan satu-satunya orang yang mengalami masalah
yang demikian
Ciptakan lingkungan yang tenang, tunjukkan sikap ramah tamah dan tulus dalam membantu klien.
Mengurangi rangsang eksternal yang dapat memicu peningkatan kecemasan
Dx.5 : Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d pemaparan informasi
terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif.
Tujuan : Keluarga akan mengerti tentang penyakit dan pengobatan anaknya, serta mampu mendemonstrasikan
perawatan anak di rumah.
Kaji kesiapan keluarga klien mengikuti pembelajaran, termasuk pengetahuan tentang penyakit dan perawatan
anaknya.
Efektivitas pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental serta latar belakang pengetahuan sebelumnya.
Jelaskan tentang proses penyakit anaknya, penyebab dan akibatnya terhadap gangguan pemenuhan kebutuhan
sehari-hari aktivitas sehari-hari.
Pemahaman tentang masalah ini penting untuk meningkatkan partisipasi keluarga klien dan keluarga dalam proses
perawatan klien
Jelaskan tentang tujuan pemberian obat, dosis, frekuensi dan cara pemberian serta efek samping yang mungkin
timbul
Meningkatkan pemahaman dan partisipasi keluarga klien dalam pengobatan.
Jelaskan dan tunjukkan cara perawatan perineal setelah defekasi
Meningkatkan kemandirian dan kontrol keluarga klien terhadap kebutuhan perawatan diri anaknya
Dx. 6 : Kecemasan anak b.d Perpisahan dengan orang tua, lingkugan yang baru
Tujuan : Kecemasan anak berkurang dengan kriteria memperlihatkan tanda-tanda kenyamanan
Anjurkan pada keluarga untuk selalu mengunjungi klien dan berpartisipasi dalam perawatn yang dilakukan
Mencegah stres yang berhubungan dengan perpisahan
21. Berikan sentuhan dan berbicara pada anak sesering mungkin
Memberikan rasa nyaman dan mengurangi stress
Lakukan stimulasi sensory atau terapi bermain sesuai dengan ingkat perkembangan klien
Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan secara optimum
4. Implementasi
Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan yang telah direncanakan sebelumnya.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan sejauhmana tujuan tersebut tercapai. Bila ada yang belum tercapai
maka dilakukan pengkajian ulang, kemudian disusun rencana, kemudian dilaksanakan dalam implementasi
keperawatan lalau dievaluasi, bila dalam evaluasi belum teratasi maka dilakukan langkah awal lagi dan seterusnya
sampai tujuan tercapai.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Anak Arya
Umur : 4 bulan
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : Kulim Jalan Harapan Raya
Tanggal Masuk: 23 oktober 2010
Diagnosa medis: gastroenteritis
Nama Ayah : Tuan Endang
Umur :35 tahun
Pekerjaan : wiraswasta
Pendidikan : SMA
Suku bangsa : sunda
Alamat : Kulim Jalan Harapan Raya
Nama Ayah : Bu Novi
22. Umur : 31 tahun
Pekerjaan : wiraswasta
Pendidikan : SMA
Suku bangsa : sunda
Alamat : Kulim Jalan Harapan Raya
1. Keluhan Utama
Alas an masuk dengan keluhan BAB berlendir dan berdarah sudah 4 hari yang lalu. BAB yang sedikit tapi sering
sekitar 7-8 kali perhari.ps. masuk via IGD Rujukan dr. Arya Bunda.
3. Keadaan Umum
Tingkat kesadaran compos mentis, panjang badan 65 cm, BB 6 kg, LILA 35 cm, lingkar kepala 18 cm, TTV: Suhu:
36,6 C, Nadi 140 x/menit, RR 46 x/menit, keluhan lain BAB berlendir dan berdarah serta encer.
4. Riwayat kesehatan
keluhan utama BAB encer, berlendir dan berdarah,sehari bias 7-8 kali. Keluhan sudah ada 4 hari
sebelum pasien masuk RS, factor pencetus adalah alergi susu sapi. Pada riwayat kesehatan dahulu tidak ada penyakit
berat dan tidak ada dioperasi, keluarga tidak ada penyakit menular atau keturunan.
5. Riwayat Imunisasi
imunisasi belum lengkap, imunisasi yang didapat adalah BCG, DPT, Polio, imunisasi yang belum didapat adalah
Campak, waktu imunisasi adalah sebelum dirawat di RS.
6. Psikososial
hubungan dengan anggota keluarga anak sangat dekat dengan ayah dan ibunya. ps tidak ada teman sebaya.
karakter periang.
7. Riwayat Tumbuh Kembang
motorik halus, motorik kasar, kognitif dan bahasa berkembang dengan baik.
8. Jenis Kebutuhan
a. makanan, pada kondisi sehat nakan teratur, makanan air tajin, 3x/ hari. selama sakit ps tidak diperbolehkan
minum susu sapi oleh dokter, intake inadekuat, mengisap putting susu lemah, ASI diberikan tidak adekuat, ibu jarang
menyusui bayinya.
b. cairan, selama sehat ps minum susu teratur, selama sakit masukan oral sebayak 300cc dan pemasukan parenteral
sebanyak 250cc total 550 cc.
c. eliminasi, selama sehat frekuensi BAK 5-6 kali perhari, warna kuning bening bau khas, jumlah 350- 400 cc/ hari.
selama sakit frekuensi 6-7 kali perhari, warna kuning, bau khas, tidak terpasang kateter, ada tahana waktu BAK, ps
tampak mengedan saat BAK. BAB selama sehat 1 x / hari, konsistensi lembek, mengikuti bentuk kolon. warna dan
bau tidak terkaji. waktu sakit BAB 7-8 x / hari dengan konsistensi encer, tidak mengikuti bentuk kolon, warna kuning
kemerahan, bau amis, jumlah tidak terkaji, ada lendir dan darah, ps tampak mengedan saat BAB dan meringis, tidak
ada pemakaian laksatif.
23. d. tidur, selama sehat pola tidur teratur, malam 9-10 jam, siang 1,5 jam, jumlah jam tidur 11,5 jam. waktu sakit,
pola teratur, malam 9-10 jam, siang 11,5 jam,
e. kebutuha bermain, waktu sehat, jenis permainan tepuk tangan frekuensi sering jika ps tidak bisa tidur, 16 menit
tiap bermain, teman bermain ibu pasien. waktu sakit permainan sama.
9. Pemeriksaan Fisik
a. kepala : lingkar kepala 37 cm, distribusi rambut hanya dibagian atas saja tekstur rambut halus, warna hitam,
tidak ada lesi, wajah agak pucat.
b. Mata : mata simetris, palpebra tidak ada pembengkakan, konjungtiva agak pucat, sclera putih,m ukuran pupil 2
cm, reaksi pupil +/+ kiri dan kanan..
c. Hidung : hidung simetris, warna sama dengan kulit sekitar, bersih, septumdan konka hidung tidak ada kelainan,
tidak ada sekret dan polip.
d. Telinga: posis sejajar kiri dan kana, tidak ada secret, membrane timpani tidak ada peradangan, ketajaman penuh.
Tidak ada nyri aurikel dan mastoid.
e. Mulut : simetris, bersih, bibir normal, gigi belum lengkap, tonsil normal.
f. Thorak / dada paru : bentuk normal chest, simetris, pernafasan dada, gerakan paru simetris, ekspansi dada
simetris, taktil fremitus teraba, sura paru sonor, suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan.
g. Jantung: iktus kordis tidak terlihat, precordial fraction rub tidak terlihat, iktus kordis teraba, batas jantung jelas
dan tidak ada pembesaran, suara organ jantung pekak, bunyi jantung S1 dan S2 terdengar, intensitas S1>S2 dan
bunyi reguler.Tidak ada bunyi jantung tambahan.
h. Abdomen dan anus : abdomen bentuk soepel, simetris, warna sama dengan kulit sekitar, tidak ada lesi dan
asites. Bising usus 38 x / menit, bunyi bruit tidak terdengar. Suara abdomen tympani, tidak terdapat massa dan
pembesaran, titik mc burney tidak ada nyeri, tanda peritonitis tidak ada. Palpasi dalam pada hepar dan limpa tidak
terdapat pembesaran dan nyeri. Warna anus merah muda / kemerah-merahan. terdapat lesi, tidak ada fistula dan
hemoroid.
i. Genitalia : simetris, tidak terpasang kateter dan tidak ada kelainan.
j. Ektremitas dan punggung : punggung tidak ada lesi, tidak ada nyeri dan kelainan tulang belakang. Ekstremitas
simetris, tidak ada edema dan deformitas tulang. Palpasi tulang dan sendi normal. Kekuatan otot 5. Tidak ada
keterbatasan gerak.
k. Kulit : lesi tidak ada, kulit lembab, turgor elastisitas, tekstur elastic, tidak ada kemerah merah.
10. Pemeriksaan Neurologis
Reflek fisiologis: babynski +, rooting +, soaking lemah, bayi malas mengisap putting susu ibunya, reflek
meningeal: kejang + tiap sebentar,sekitar 5 detik.
11. Hasil Pemeriksaan Diagnostic
- Pemeriksaan Hb = 9,8 gr% ( 04 Nov. 2010)
- Pemeriksaan Hb = 10,2 gr% ( 05 Nov. 2010)
- Pemeriksaan Hb = 10,7 gr% ( 06 Nov. 2010)
24. 12. Terapi Yang Diberikan
02-11-2010 :
Luminal 2 x 15 mg
Oralit 50 mg tiap mencret
Diit ML 700 kkal
IVFD Kaen IIIB 28 tts / i
03-11-2010 :
Luminal 2 x 15 mg
Oralit 50 mg tiap mencret
Diit ML 700 kkal
IVFD Kaen IIIB 28 tts / i
02-11-2010 :
Luminal 2 x 15 mg
Oralit 50 mg tiap mencret
Diit ML 700 kkal
IVFD Kaen IIIB 28 tts / i
B. Analisa Data
No. Data Fokus Penyebab Masalah
1. DO: Alergi susu Diare
sapi
· BAB encer, berlendir serta berdarah
· KU ps. Lemah
· Bising usus 38x/menit
· BAB 7-8 Perhari
· TTV: Suhu: 36,6 C, Nadi 140 x/menit, RR 46 x/menit
DS:
· Keluaga mengatakan BAB encer sudah 4 hari, jumlah sedikit.
2. DO: ekskresi/BAB Kerusakan
sering integritas
· Warna anus kemerahan
kulit
25. · Terdapat lesi disekitar anus
· Frekuensi diare 7-8 x/ hari
· Daerah sekitar anus lembab
DS:
· Keluarga mengatakan lesi dibagian anus sudah 2 hari.
3. Do: Kelemahan Menyusui
reflek tidak efektif
· Bayi tampak malas menyusu kepada ibunya menyusui
· Reflek menyusu lemah
· BB turun = 6,5 kg – 6 kg dalam 3 hari
· KU lemah
· Ps. Hanya minum susu ASI
· Hb: 9,8 gr%
· Wajah bayi agak pucat
DS:
· Ibunya mengataka bahwa jarang menyusui anaknya
· Ibunya mengatakan mrnyusui anaknya tidak teratur
C. Diagnosa Keperawatan
Diare b.d Alergi susu sapi
kerusakan integritas kulit b.d ekskresi/BAB sering
Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui
D. Intervensi
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
(NOC) (NIC)
1 Diare b.d Alergi susu sapi Setelah dilakukan tidakan Fluid management
keperawatan dalam 5 x 24
Ditandai dengan : jam eliminasi BAB dan status · Timbang popok/pembalut jika diperlukan
· Keluaga mengatakan hidrasi efektif. · Pertahankan catatan intake dan output yang
BAB encer sudah 4 hari, akurat
jumlah sedikit.
Kriteria hasil: · Monitor status hidrasi (kelembaban membran
· BAB encer, berlendir mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik), jika
26. serta berdarah · Tidak ada diare diperlukan
· KU ps. Lemah · Konsistensi tidak cair · Monitor vital sign
· Bising usus 38x/menit · Ada ampas · Monitor masukan makanan / cairan dan hitung
intake kalori harian
· BAB 7-8 Perhari · Tidak ada tanda-tanda
dehidrasi · Kolaborasikan pemberian cairan intravena IV
· TTV: Suhu: 36,6 C,
Nadi 140 x/menit, RR 46 · TTV dalam batas normal · Monitor status nutrisi
x/menit
· Bising usus dalam batas · Dorong masukan oral
normal
· Kontrol bising usus
· Dorong keluarga untuk membantu pasien
minum susu
· Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih
muncul meburuk
· Berikan oralit sesuai indikasi
2 kerusakan integritas kulit Setelah dilakukan tidakan Skin care
b/d ekskresi/BAB sering keperawatan dalam 5 x 24
jam membrane mukosa dan § Hindari kerutan padaa tempat tidur
DO: kulit kembali efektif § Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
· Warna anus
kemerahan § Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua
Kriteria Hasil : jam sekali
· Terdapat lesi
disekitar anus v Integritas kulit yang baik § Monitor kulit akan adanya kemerahan
bisa dipertahankan (sensasi, § Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah
· Frekuensi diare 7-8 elastisitas, temperatur,
x/ hari yang tertekan
hidrasi, pigmentasi)
· Daerah sekitar anus § Monitor status nutrisi pasien
v Tidak ada luka/lesi pada
lembab § Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
kulit
DS: v Perfusi jaringan baik § Jaga kulit tetap kering
Keluarga mengatakan lesi
v Menunjukkan pemahaman
dibagian anus sudah 2 dalam proses perbaikan kulit
hari. dan mencegah terjadinya
sedera berulang
v Mampu melindungi kulit
dan mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan alami
3 Menyusui tidak efektif b.d Setelah dilakukan tidakan Nutrition Management
Kelemahan reflek keperawatan dalam 7 x 24
menyusui d.d: jam status nutrisi dan § Kaji BB setiap hari
27. Do: menyusui efektif. § Kaji adanya kelemahan dan kelasan bayi dalam
menyusui
· Bayi tampak malas Kriteria Hasil :
menyusu kepada ibunya § Kaji kadar Hb
· Adanya peningkatan
· Reflek menyusu berat badan sesuai dengan § Ajarkan ibu pentingnya memberi susu secara
lemah tujuan teratur
· BB turun = 6,5 kg – 6 · malnutrisi § Kaji adanya pucat
kg dalam 3 hari
· Tidak terjadi penurunan § Beritahu ibu pentingnya ASI bagi bayi
· KU lemah berat badan yang berarti
· Ps. Hanya minum · Ibu mau menyusui
susu ASI anaknya dengan teratur
· Hb: 9,8 gr% · Reflek menyusui anak
baik
· Wajah bayi agak
pucat · Hb dalam batas normal
· Bayi tidak lagi malas
mengisap putting susu
DS:
· Bayi tidak lagi pucat
· Ibunya mengatakan
bahwa jarang menyusui
anaknya
· Ibunya mengatakan
mrnyusui anaknya tidak
teratur
E. Implementasi dan Evaluasi
Tanggal Jam No. Implementasi Evaluasi Paraf
Dx
/ hari
04 09.00 I · Mengukur TTV S: - TTD
Nov. 09.10 · Mengkaji keadaan umum O:
ps
2010 10.00 - berat popok 500 gr
· Memberikan cairan lewat
infus - TTV: S: 36,6 C
Kamis 12.00 · Mengukur balance cairan N: 140x/menit
12.30 · Mengkaji BAB RR:46 X/menit
12.45 · Menimbang popok - IVFD=RL 20 tts / menit mikro.
28. 13.00 · Mengukur bising usus - Balance cairan +150 ml
- KU ps lemah
- BAB encer, berlendir, dan berdarah
- Bisisng usus = 38 x / menit
A: Diare b.d Alergi susu sapi belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
04 09.00 II · Mengkaji adnya lesi S: TTD
Nov. 09.10 · Mengkaji frekuensi diare - keluaga mengatakan ada lesi dibagian anus
setiap 24 jam
2010 O:
· Mengobservasi tanda –
19.15 tanda kerusakan integritas - frekuensi diare 7-8 x/ hari
Kamis kulit - terdapat kemerahan disekitar anus
· Memandikan ps - verbeden setiap hari
10.00 · Melakukan verbeden - ps. Tamapk tenag setelah dimandikan dan
diberi lotion
12.00
A: kerusakan integritas kulit b/d ekskresi/BAB sering
belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
04 10.00 III § mengkaji kekuatan S:- TTD
menusui pada bayi
Nov. O:
§ menimbang BB
2010 12.00 - Ps. Alergi susu sapi
§ Mengkaji turgor kulit
12.10 - Diit diberikan sesuai konsultasi ahli gizi
§ Mengkaji adanya alergi
Kamis 12.15 - BB: 6 kg
§ Mengkaji tingkat
12.30 kerajinan ibu dalam - Turgor kulit jelek
menyusui bayinya. - Lingkungan nyaman selama pemberian diit
§ Memberiakn diit sesuai - Tidak ada perubahan pigmen kulit
indikasi
12.45 - Hb 9,8 gr%
§ Mengukur Hb
A: Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek
menyusui belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
Tanggal Jam No. Implementasi Evaluasi Paraf
29. / hari Dx
06 09.00 I · Mengukur TTV S: - TTD
Nov. 09.10 · Mengkaji keadaan umum O:
ps
2010 10.00 - berat popok 400 gr
· Memberikan cairan lewat
infus - TTV: S: 36,8 C
Sabtu 12.00 · Mengukur balance cairan N: 148 x /menit
12.30 · Mengkaji BAB RR:50 x /menit
12.45 · Menimbang popok - IVFD=RL 20 tts / menit mikro.
13.00 · Mengukur bising usus - Balance cairan +170 ml
- KU ps lemah
- BAB encer, berlendir, dan berdarah
- Bisisng usus = 36 x / menit
A: Diare b.d Alergi susu sapi belum teratasi
P=Intervensi dilanjutkan
06 09.00 II · Mengkaji adnya lesi S: TTD
Nov. 09.10 · Mengkaji frekuensi diare - keluaga mengatakan masih ada lesi dibagian
setiap 24 jam anus
2010
· Mengobservasi tanda – O:
19.15 tanda kerusakan integritas
kulit - frekuensi diare 6-7 x / hari
Sabtu
· Memandikan ps - terdapat kemerahan disekitar anus
· Melakukan verbeden - verbeden setiap hari
10.00
- ps. Tampak tenag setelah dimandikan dan
12.00 diberi lotion
A: kerusakan integritas kulit b/d ekskresi/BAB sering
belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
06 10.00 III § mengkaji kekuatan S:- TTD
menusui pada bayi
Nov. O:
§ menimbang BB
2010 12.00 - Ps. Alergi susu sapi
§ Mengkaji turgor kulit
12.10 - Diit diberikan sesuai konsultasi ahli gizi
§ Mengkaji adanya alergi
Sabtu 12.15 - BB: 6,1 kg
§ Mengkaji tingkat
12.30 kerajinan ibu dalam - Turgor kulit jelek
30. menyusui bayinya. - Lingkungan nyaman selama pemberian diit
§ Memberiakn diit sesuai - Tidak ada perubahan pigmen kulit
indikasi
12.45 - Hb 10,2 gr%
§ Mengukur Hb
A: Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek
menyusui belum teratasi
13.00
P : intervensi dilanjutkan
Tanggal Jam No. Implementasi Evaluasi Paraf
Dx
/ hari
05 09.00 I · Mengukur TTV S: - TTD
Nov. 09.10 · Mengkaji keadaan umum O:
ps
2010 10.00 - berat popok 350 gr
· Memberikan cairan lewat
- TTV: S: 36,5 C
infus
Jumat 12.00 · Mengukur balance cairan N: 140 x /menit
12.30 · Mengkaji BAB RR: 46 x /menit
12.45 · Menimbang popok - IVFD=RL 20 tts / menit mikro.
13.00 - Balance cairan +170 ml
· Mengukur bising usus
- KU ps lemah
- BAB encer, berlendir, dan berdarah
- Bising usus = 32 x / menit
A: Diare b.d Alergi susu sapi belum teratasi
P=Intervensi dilanjutkan
05 09.00 II · Mengkaji adnya lesi S: TTD
Nov. 09.10 · Mengkaji frekuensi diare - keluaga mengatakan masih ada lesi dibagian
setiap 24 jam anus
2010
· Mengobservasi tanda – O:
19.15 tanda kerusakan integritas
kulit - frekuensi diare 5 x / hari
Jumat
· Memandikan ps - terdapat kemerahan disekitar anus
· Melakukan verbeden - verbeden setiap hari
10.00
- ps. Tampak tenag setelah dimandikan dan
12.00 diberi lotion
A: kerusakan integritas kulit b/d ekskresi/BAB sering
31. belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
05 10.00 III § mengkaji kekuatan S:- TTD
menusui pada bayi
Nov. O:
§ menimbang BB
2010 12.00 - Ps. Alergi susu sapi
§ Mengkaji turgor kulit
12.10 - Diit diberikan sesuai konsultasi ahli gizi
§ Mengkaji adanya alergi
Jumat 12.15 - BB: 6,3 kg
§ Mengkaji tingkat
12.30 kerajinan ibu dalam - Turgor kulit jelek
menyusui bayinya. - Lingkungan nyaman selama pemberian diit
§ Memberiakn diit sesuai - Tidak ada perubahan pigmen kulit
indikasi
12.45 - Hb 10,7 gr%
§ Mengukur Hb
A: Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek
menyusui belum teratasi
13.00
P : intervensi dilanjutkan
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Sesuai dengan pengkajian teoritis dibandingkan dengan Pengkajian pada Anak Arya dengan Gastroenteritis maka
didapatkan data senajng sebagai berikut :
No. Data Senjang Penyebab Masalah
1. DO: Alergi susu sapi Diare
· BAB encer, berlendir serta berdarah
· KU ps. Lemah
· Bising usus 38x/menit
· BAB 7-8 Perhari
· TTV: Suhu: 36,6 C, Nadi 140 x/menit, RR 46 x/menit
DS:
· Keluaga mengatakan BAB encer sudah 4 hari, jumlah sedikit.
32. 2. DO: ekskresi/BAB sering Kerusakan
integritas
· Warna anus kemerahan kulit
· Terdapat lesi disekitar anus
· Frekuensi diare 7-8 x/ hari
· Daerah sekitar anus lembab
DS:
· Keluarga mengatakan lesi dibagian anus sudah 2 hari.
3. Do: Kelemahan reflek Menyusui
menyusui tidak
· Bayi tampak malas menyusu kepada ibunya efektif
· Reflek menyusu lemah
· BB turun = 6,5 kg – 6 kg dalam 3 hari
· KU lemah
· Ps. Hanya minum susu ASI
· Hb: 9,8 gr%
· Wajah bayi agak pucat
DS:
· Ibunya mengatakan bahwa jarang menyusui anaknya
· Ibunya mengatakan mrnyusui anaknya tidak teratur
Data senjang diatas sesuai dengan pengkajian teoritis yang telah dibuat.
B. Diagnosa Keperawatan
Secara teoritis diagnosa keperawatan yang berkemungkinan muncul pada diare ada 6 diagnosa. Dari 6 diagnosa
keperawatan tersebut, hanya 3 diagnosa yang kelompok temukan pada kasus ini. Adapun diagnosa yang muncul
pada anak Arya Yaitu:
Diare b.d Alergi susu sapi
Diagnosa ini diangkat karena bayi tersebut diare disebabkan oleh alergi susu sapi.
kerusakan integritas kulit b.d ekskresi/BAB sering
33. Diagnosa ini diangkat karena pada anus pasien sudah terdapat lesi dan warnanya merah muda
Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui
Diagnosa ini diangkat karena bayi tampak malas menyusui dan menyusui tidak teratur
C. Perencanaan
1. Intervensi Fluid management diangkat diharapkan eliminasi BAB dan status hidrasi bias efektif
Intervensi Skin care diangkat diharapkan membrane mukosa dan kulit kembali efektif
Intervensi Nutrition Management diangkat diharapkan status nutrisi dan menyusui efektif.
Implementasi
Diare b.d Alergi susu sapi
1. Mengukur TTV
2. Mengkaji keadaan umum ps
3. Memberikan cairan lewat infus
4. Mengukur balance cairan
5. Mengkaji BAB
6. Menimbang popok
7. Mengukur bising usus
kerusakan integritas kulit b/d ekskresi/BAB sering
1. Mengkaji adnya lesi
2. Mengkaji frekuensi diare setiap 24 jam
3. Mengobservasi tanda – tanda kerusakan integritas kulit
4. Memandikan ps
5. Melakukan verbeden
Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui
1. mengkaji kekuatan menusui pada bayi
2. menimbang BB
3. Mengkaji turgor kulit
4. Mengkaji adanya alergi
5. Mengkaji tingkat kerajinan ibu dalam menyusui bayinya.
6. Memberiakan diit sesuai indikasi
7. Mengukur Hb
34. Dalam asuhan keperawatn hanya implementasi diatas saja yang dilaksanakan, ada beberapa intervensi yang tidak
dilakukan karena keterbatasan waktu bagi kelompok untuk mengelola pasien.
E. Evaluasi
Dalam evaluasi ini tidak semua criteria hasil dapat tercapai karena keterbatasan waktu dari kelompok untuk
mengelola asuhan keperawatan pada anak Arya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penerapan proses keperawatan yang kelompom lakukan pada An. A dengan Gastroenteritis diruangan
Merak I RSUD Arifin Achmad Pekanbaru dapat ditemukan 3 diagnosa keperawatan yang muncul yaitu:
Diare b.d Alergi susu sapi
kerusakan integritas kulit b.d ekskresi/BAB sering
Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui
Setelah Perencanaan keperawatan disusun, dalam pelaksanaan keperawatan, kelompok dapat melaksanakan semua
rencana keperawatan yang telah disusun Dalam melaksanakan tindakan keperawatan kelompok bekerjasama
dengan klien, keluarga, dan perawat ruangan. Selain itu, implementasi keperawatan tersebut disesuaikan dengan
kondisi dan fasilitas ruangan perawatan klien.
RESUME KEPERAWATAN
BAB II
RESUME KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada hari Minggu 22 Juni 2008, pukul 16.45 WIB di Rumah Sakit Purbowangi R. Handayani Ff .
1. Identitas Pasien
Nn. O umur 19 th, jenis kelamin perempuan, agama Islam suku bangsa Jawa/indonesia, pendidikan terakhir Sekolah
Menengah Atas, pekerjaan Mahasiswa, beralamat Jetis 2/3 Nusawungu, Nomor Register 041759 tanggal masuk 20
Juni 2008.
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke Instalasi Gawat Darurat RS Purbowangi pada tanggal 20 Juni pukul 16.45 dengan post Kecelaaan
Lalu Lintas (KLL) pasien mengeluh pusing dan mual muntah. Selain pusing pasien juga terdapat luka lecet di tangan
sebelah kanan. Dan nyeri saat berdiri, nyerinya seperti ditususk- tusuk jarum, nyerinya di kepala bagian belakang skal
nyeri 6 serta lamanya nyeri ± 3 menit.
3. Riwayat penyakit dahulu
Pasien sebelumnya belum pernah mengalami sakit yang sama seperti yang di derita sekarang ini, belum pernah
dirawat di Rumah Sakit sebelumnya.
4. Pengkajian Fokus
Pengkajian dilakukan pada hari Minggu tanggal 22 Juni 2008 puul 16.45 WIB pada hari kedua perawatan pasien
mengatakan nyeri kepala dengan skala nyeri 6, nyeri datang dan semakin bertambah saat duduk dan berkurang
ketika sedang istirahat atau dengan tiduran, nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk, pasien juga mengatakan lemas
35. saat melakukan aktivitas dan berkurang jika istirahat. Pada tangan kanan terpasang infus RL 20 tetes permenit dan
pada bagian tangan sebelah kiri (pada siku) terdapat luka lecet.
Pada saat pengkajian kesadaran umum Compos mentis, Glasglow Coma Scale (GCS) 15 dengan eye 4 verbal 5 dan
motorik 6. Tanda-tanda Vital: Tekanan darah 120/90 mmHg, nadi 81 kali permenit, respirasi rate 23 kali permenit,
suhu 36oC. Dari pemeriksaan laboratorium pada tanggal 21 Juni 2008 ditemukan data Hemoglobin: 13,2 gr% (normal
12-18 gr%), Antal Leukosit 8.900 mm3 (normal 4.000-10.000 mm3 ), Golongan darah O.
Terapi yang duberikan pada tanggal 22 Juni 2008 yaitu terapi Oral Mertigo 3x6 mg, Neuciti 1x1, Antasida syirup 3x1
sendok teh, Asam mefenamat 3x500 mg, dan terapi intra vena yaitu Ranitidin 2x1@250mg, Ampicilin 3x1gr,
Primperan 3x1 dan Piracetam 3x1.
B. Analisa Data dan Diagnosa
Dari data yang didapat pada tanggal 22 Juni 2008 maka diagnosa yang muncul pada Nn. O adalah sebagai berikut:
Pertama, dari data subyektif pasien megatakan pasien mengatakan pusing banget dan data oyektif pasien
didapatkan data Skala nyeri 6, pasien kelihatan pucat, nyeri berkurang saat duduk dan berkurang jika tiduran, nyeri
dirasakan seperti ditusuk-tusuk, dan lamanya nyeri ± 3 menit, Tekanan Darah: 120/90 mmHg, Nadi: 81X/mnt
Respirate rate: 23 kali permenit Suhu: 36O Celcius. Dari kedua data maka diagnosa keperawatan yang muncul adalah
nyeri akut berhubungan dengan trauma kepala.
Kedua, dari data subyektif pasien didapatkan data: pasien pusing saat melakukan aktivitas dan hilang saat istirahat
sedangkan dari data obyektif pasien didapatkan data: pasien terlihat tiduran dan aktivitas dibantu keluarga. Dari
kedua data maka diagnosa keperawatan yang muncul adalah Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring/
imobilitas.
Ketiga, dari data obyektif pasien didapatkan data: terpasang infus Ringer Laktat 20 tetes permenit, terdapat luka
lecet di tngan sebelah kiri. Dari kedua data maka diagnosa keperawatan yang muncul adalah Risiko tinggi infeksi
berhubungan dengan jalan masuk mikroorganisme.
C. Intervensi, Implementasi, dan Evaluasi
Penulis merangkaikan perencanaan, pelaksanaan, dan eveluasi menjadi satu bagian agar pembaca lebih mudah
memehami masalah yang dihadapui olh pasien, rencana tindakan yang akan dilaukan untuk menyelesaikan masalah
tersebut, bagaimana pelaksanaan tindakanya, serta bagaimana hasil akhir dari asuhan keperawatan yang diberikan.
1. Nyeri berhubungan dengan trauma kepala
Tujuan yang hendak dicapai adalah nyeri dapat berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 1X8 jam,
dengan kriteria, skala nyeri turun menjadi 3, wajah tampak rilek dan tanda-tanda vital dalam batas normal.
Sedangkan rencana tindakan untuk mengatasi masalah nyeri yaitu memonitor tanda-tanda vital, kaji skala,
karakteristik, intensitas, kualitas dan kuantitas nyeri (PQRST), ajarkan teknik relaksasi dan distraksi, berikan posisi
yang senyaman mungkin, ciptakan lingungan yang aman dan nyaman berikan analgtik sesuai dengan instrusi dokter
(Asam Mefenamat 3X500 mg, Mertigo 3X6 mg).
Adapun pelaksanaan dari rencana tindakan tersebut pada tanggal 23 Juni 2008 pukul 09.00 WIB adalah mengkaji
keadaan umum pasien baik, kesadaran Compos Mentis dengan Glasglow Coma Skale 15 (E4 V5 M6). Mengukur
tanda-tanda vital dengan respon Tekanan darah 120/90 mmHg, nadi 81 kali permenit, respirasi rate 23 kali permenit,
suhu 36oC. Pada pukul 09.30 WIB mengkaji keluhan pasien dengan respon pasien mengatakan nyeri dengan skala 6
pada kepalanya, seperti ditusuk-tusuk, nyeri timbul dan bertambah ketika duduk dan berkurang jika tiduran atau
dengan istirahat. Pada pukul 10.00 WIB mengajarkan teknik relaksasi dan distraksi dengan respon pasien mengikuti
dan tampak antusias mengikuti anjuran teknik relaksasi dan distraksi. Pada pukul 11.00 WIB memberikan obat oral
Mertigo 6 mg, Asam Mefenamat 500 mg dan Neurodex.
Evaluasi pada pukul tanggal 24 Juni 2008 yaitu data subyektif pasien mengatakan nyeri kepalanya masih ada. Data
obyektifnya pasien masih telihat menahan nyeri dan sesekali masih memegang area nyeri, tekanan darah 120/90
mmHg, nadi 81 kali permenit, respirasi rate 23 kali permenit, suhu 36oC. Masalah keperawatan nyeri belum teratasi.
Lanjutkan intervensi (megajarkan teknik relaksasi dan distraksi, juga melatih nafas dalam dan memberikan obat
analgetik sesuai dengan indikasi).
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
Tujuannya setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2X24 jam diharapkan kelemahan fisik pasien berkurang
dengan kriteria: pasien tidak trlihat pucat dan lemes, pasien dapat beraktivitas secara bertahap dan mndiri.
36. Untuk mncapai tujuan tersebut, rencana tindakan yang akan dilaksanakan yaitu: kaji tingkat aktivitas pasien,
instruksikan tentang beraktivitas secara bertahap, kaji respon terhadap aktivitasnya dan libatkan keluarga dalam
melakukan aktivitas.
Adapun pelaksanaan dan pengamatan respon pasien terhadap tindakan yang telah dilakukan pada pukul 11.00 WIB
tanggal 23 Juni 2008 yaitu: mengajarkan pasien untuk melakukan aktivitas dengan berlahan (latihan duduk/ latihan
imobilisasi) dengan respon pasien mau latihan duduk, menganjurkan keluarga membantu ADL (Aktivity Daily Living)
pasien dengan respon keluarga bersedia membantu dan memenuhi ADL pasien.
Evaluasi pada tanggal 24 Juni 2008 pukul 09.00 WIB yaitu data subyektif pasien mengatakan sudah dapat duduk
walaupun hanya sebentar. Masalah kedua sudah teratasi. Pertahankan intervensi.
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan jalan masuk mikroorganisme
Tujuan yang hendak dicapai yaitu tidak terjadi penyebaran infeksi. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
1X8 jam dengan kriteria tidak ada tanda-tanda infeksi (rubor, calor,dolor, tumor dan penurunan fungsi), tanda-tanda
vital dalam batas normal, luka lecet mengering, leukosit dalam batas normal.
Untuk mencapai tujuan tersebut, rencana tindakan yang akan ilakukan adalah kaji tanda-tanda infeksi (rubor,
calor,dolor, tumor dan penurunan fungsi), memonitor tanda-tanda vital, ganti balutan infus setiap hari, lakukan
perawatan luka setiap hari dan berikan obat antibiotik sesuai dengan instruksi dokter.
Adapun pelaksanaan dan pengamatan respon pasien terhadap tindakan yang dilakukan pada pukul 12.00 WIB
tanggal 23 Juni 2008 yaitu: memonitor tanda-tanda vital dengan respon pasien tekanan darah 120/90 mmHg, nadi
81 kali permenit, respirasi rate 23 kali permenit, suhu 36oC. Mengkaji adanya tanda-tanda infeksi dengan respon dari
tindakan ini adalah tidak ditemukan tanda-tanda infeksi (rubor, calor,dolor, tumor dan penurunan fungsi).
Melakukan perawatan luka dengan respon luka pasien tampak bersih, balutan infus tampak bersih. Memberikan
antibiotik sesuai dengan instruksi dokter (injeksi intra vena) dengan respon injeksi Ampicilin 1000 mg masuk serta
tidak disertai reaksi alergi.
Evaluasi pada tanggal 24 Juni 2008 yaitu mendapatkan data obyektif dan data obyektifnya yaitu: TTV dengan
tekanan darah 120/90 mmHg, nadi 81 kali permenit, respirasi rate 23 kali permenit, suhu 36oC, Leukosit 8.900 mm3,
balutan infus tampak bersih, luka lecet terlihat sudah mengering, tidak terdapat tanda-tanda infeksi. Masalah ketiga
teratasi dan pertahankan intervensi.
ASKEP TB PARU
CONTOH KASUS TB Paru Seorang bapak datang ke RSUD ciamis pada hari selasa tanggal 5 Oktober 2010 pukul 09.00,
ditemani oleh istrinya Ny. D dibawa ke IGD RSUD Ciamis, lalu Tn. R mendapat No. Register 454. Lalu Tn. R
mendapatkan diagnosa dari dokter dia menderita TB Paru. Setelah dokter memberikan diagnosis medis lalu perawat
bertanya kepada pasien tersebut dan didapatkan data dari pasien tersebut, nama pasien Tn. R, umur 30 tahun, jenis
kelamin laki-laki, agama Islam, Suku bangsa sunda, sehari – hari menggunakan bahasa sunda, Pendidikan SMA,
Profesi sebagai buruh di pabrik rokok bagian gudang dan sekaligus penyuplai barang, status sudah menikah, alamat
jalan sukasenang no. 3 Rt/Rw. 09/03 kecamatan cijeungjing kabupaten Ciamis. Setelah didapatkan data oleh perawat
maka pasien dibawa ke ruang teratai RSUD ciamis. Dokter yang menanganinya bernama dr. Biyang. Pasien datang
dengan keluhan batuk > 30 hari dan mengeluarkan sputum, batuk dengan rasa panas di tenggorokan, kadang Tn. R
mengalami sesak napas dan nyeri dada. Setelah lewat dari 30 hari terdapat darah segar berwarna merah muda pada
batuknya. Selain itu Tn. R mengalami demam pada sore dan malam hari disertai dengan keringat malam, anoreksia,
penurunan BB serta malaise selama 3 hari sebelum dibawa ke RSUD Ciamis. Tn. R hanya minum obat dari warung
terdekat tanpa memeriksakan ke Dokter. Lalu Istri Tn. R mengeluh kalau sedang batuk Tn. R tidak ditutup. Sehari-hari
pasien adalah seorang pekerja di bagian gudang rokok terkadang pasien mengantarkan barang karena pekerjaannya
dengan menggunakan sepeda motor baik siang ataupun malam tanpa safety yang memadai. Tn.R terkadang batuk-
batuk ketika bekerja disertai nyeri dada dan memakai obat untuk meredakan nyeri tersebut. Tn. R juga merupakan
pecandu rokok yang berat. Pasien selalu merokok 2 bungkus/hari. Pasien sering jajan sembarangan. Pasien berada di
daerah pedesaan dengan ekonomi lemah dan anggota keluarga yang hidup ditempat tinggalnya ada 8 orang yaitu
pasien,istrinya, beserta ke 4 anaknya, dan saudara pasien 2 orang yang ikut tinggal dirumah pasien. Rumah pasien
tergolong tidak sehat dan sempit, karena berukuran panjang 8m dan lebar 5m =40m2. Setelah dinyatakan riwayat
37. kesehatan keluarga, pasien mengatakan bahwa tidak ada anggota keluarganya yang mengalami TB paru. Pasien
terlihat Letargi dengan Berat badan sebelum sakit 63 Kg dan BB pasien sekarang 55 Kg, Tinggi pasien 160 cm status
gizi pasien kurang baik/ malnutrisi, mukosa bibir kering, turgor kulit (+), TD 110/80 MmHg, dengan suhu 37,50 C
(oral), denyut nadi 70/menit, Frekuensi pernapasan 18 x/menit, setelah perawat melakukan inspeksi didapatkan
data kulit kepala, kualitas rambut kasar, alis mata, leher normal, gerakan nafas tidak terjadi perubahan, batuknya
produktif disertai produksi sekret dan sputum yang purulen. Dan setelah di palpasi didapat data gerakan dada saat
bernafas normal dan seimbang antara bagian kanan dan kiri. Lalu setelah perawat melakukan perkusi kepada pasien
terdapat sonor pada seluruh lapang paru. Serta ada ronkhi pada sisi yang sakit, bunyi jantung tambahan tidak
didapatkan & pada abdomen terdapat bising usus setelah dilakukan auskultasi. Tulang belakang normal. Untuk data
ekstremitas didapatkan data tangan kasar, pada kaki terasa dingin bilateral (masih hangat), warna kulit kaki pucat,
integritas kulit kering, ekstremitas tonus otot lemah. Hasil mikturisi pasien warna kuning pucat. Setelah dilakukan
pemeriksaan Lab yaitu dilakukan pemeriksaan darah tepi leukositosis ringan, pemeriksaan radiologis bayangan lesi
radiologik yang terletak di lapangan atas paru,terlihat sebagian daerah dengan garis opaque yang ukurannya
bervariasi denagn batas lesi tidak jelas. Pemeriksaan sputum BTA (+). Lalu setelah dilakukan pemeriksaan Lab, Tn.R
diberikan terapi Isoniazid dengan dosis untuk Tn.R adalah 5mg/kb BB perhari (dengan 1,6 mg/BB per 1x makan).
FORMAT PENGKAJIAN Tanggal/jam memeriksa : 5 Oktober 2010/ 09.00 WIB Ruang : Teratai RSUD Ciamis No.
Register : 454 Dx. Medis : TB Paru Tgl Pengkajian : 5 oktober 2010 A. IDENTITAS KLIEN Nama : Tn. R Ibu/ Orang tua
Umur : 30 Tahun Nama : Ny. D Jenis kelamin : Laki – laki Alamat : Jln.sukasenang no. 3, rt/rw 09/03 kec. Cijengjing
kab ciamis Agama : Islam Pekerjaan : - Suku/ bangsa : Sunda Bahasa : Sunda Pendidikan : SMA Pekerjaan : pekerja di
bagian gudang rokok Penanggung jawab Status : menikah Nama : Dr. Biyang Alamat : jalan sukasenang Alamat : jalan
cimamut no. 5 rt/rw. 02/03 no. 3 Rt/Rw. 09/03 kec. maleber Kab. Ciamis kec cijeungjing kab Ciamis. B. KELUHAN
UTAMA Tn. R mengalami batuk > 30 hari dengan konsintensi sputum yang pekat dan mengeluarkan darah. C.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG Pasien mengalami batuk > 30 hari, mengeluarkan sputum, batuk dengan rasa panas
di tenggorokan, kadang Tn. R mengalami sesak napas dan nyeri dada. Setelah lewat dari 30 hari terdapat darah segar
berwarna merah muda pada batuknya. Selain itu Tn. R mengalami demam pada sore dan malam hari disertai dengan
keringat malam, anoreksia. Upaya yang sudah dilakukan : Tidak ada upaya yang dilakukan Ny. D kepada Tn. R Terapi
yang sudah diberikan : Minum obat dari warung terdekat dengan rumah pasien. D. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU
Tn.R mengalami batuk 1 bulan yang lalu, Tn.R mengatakan sering menggunakan kendaraan bermotor pada malam/
siang hari karena pekerjaannya, Tn. R juga merupakan pecandu rokok yang berat. E. RIWAYAT KESEHATAN
KELUARGA Tidak ada penyakit yang menular dan yang sama dengan penyakit yang diderita Tn. R. F. PEMERIKSAAN
FISIK 1. Status kesehatan umum a. Keadaan umum : Letargi b. Kesadaran : Letargi GCS : Mata (4), Verbal (5), Gerakan
(3) c. BB sebelum sakit : 63 Kg TB : 160 Cm d. BB saat ini : 55 Kg e. Status gizi : Kurang/ Malnutrisi f. Status hidrasi :
Dehidrasi ringan g. Tanda – tanda vital : TD : 110/80 MmHg, Suhu : 37,50 C (oral), N : 70/menit, RR : 18 x/menit 2.
Kepala : kulit kepala, kualitas rambut kasar, alis mata, mukosa bibir kering. 3. Leher : normal, tidak ada gangguan. 4.
Dada : Gerakan dada saat bernafas normal & seimbang antara bagian kanan & kiri. di perkusi terdapat sonor pada
seluruh lapang paru & ronkhi. 5. Abdomen : ada bising usus dalam batas normal 6. Tulang belakang : normal, tidak
ada gangguan. 7. Ekstremitas : Atas; tangan kasar, integritas kulit kering, tonus otot lemah. Bawah; kaki dingin
bilateral , warna kulit kaki pucat, tonus otot lemah. 8. Genetalia & anus : karakter urin kuning pucat. 9. Pemeriksaan
neurologis : - G. POLA FUNGSI KESEHATAN : Sehari-hari Tn.R merupakan pekerja di bagian gudang rokok terkadang
pasien mengantarkan barang dengan menggunakan sepeda motor baik siang ataupun malam tanpa safety yang
memadai. Tn. R juga merupakan pecandu rokok yang berat. H. PSIKOLOGIS SOSIAL : Normal, tidak ada gangguan. I.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK : Pemeriksaan darah tepi : leukositosis ringan, Pemeriksaan radiologis : bayangan lesi
radiologik yang terletak di lapangan atas paru,terlihat sebagian daerah dengan garis2 opaque yang ukurannya
bervariasi denagn batas lesi tidak jelas. Pemeriksaan sputum : BTA (+). J. Terapi : Isoniazaid dengan dosis 5mg/kb BB
perhari. ASKEP PADA TB PARU ANALISA DATA No. Data Etiologi Problem 1 Ds : - Tn. R mengeluh nyeri dada dan batuk
berdarah. - Istri Tn. R mengeluh kalau sedang batuk Tn. R tidak ditutup. Do : - Hasil Lab BTA (+) - Pemeriksaan
radiologis bayangan lesi radiologik yang terletak di lapangan atas paru. Penderita TB bersin, bicara, batuk. Droplet
Nuklei Jatuh ke lantai, tanah/ tempat lainnya/ bahkan langsung ke orla. Suhu udara disekitar panas Menguap Dengan
bantuan angin terbang ke udara bebas Terhirup orang yang sehat Infeksi resiko tinggi (penyebaran atau aktivasi
ulang). Infeksi resiko tinggi (penyebaran atau aktivasi ulang). DIAGNOSA KEPERAWATAN Resiko tinggi (penyebaran/
aktivasi ulang) berhubungan dengan TB paru ditandai dengan nyeri dada, batuk berdarah dan batuk tidak ditutup.
38. PERENCANAAN KEPERAWATAN / INTERVENSI KEPERAWATAN Tgl/jam No dx Tujuan & kriteria hasil Intervensi
rasional paraf 5okt/ 09.00 WIB 1 -Fungsi pernafasan adekuat untuk memenuhi kebutuhan individu,komplikasi
dicegah , pola hidup/ prilaku berubah diadopsi untuk mencegah penyebaran infeksi. - mengidentifikasi intervensi u/
mncegah atau menurukan risiko penyebaran infeksi. -menunjukan teknik atau melakukan perubahan pola hidup
untuk meningkatkan lingkungan yang aman. Mandiri 1.kaji patologi penyakit (aktif / fase tak aktif; diseminasin infeksi
melalui bronkus untuk membatasi jaringan atau melalui aliran darah/ sisten limfatik) & potensial penyebaran infeksi
melalui droplet udara selama batuk, bersin, meludah , bicara , tertawa, menyanyi. 2.identifikasi orla yag berisiko ,
contoh anggota rumah, shabat karib/teman . 3.dianjurkan pasienn u/ batuk/ bersin dan mengeluarkan pada tisu dan
menghindai meludah. Kaji pembuangan tisu sekali pakai &teknik mencuci tangan yang tepat.dorong u/ mengulangi
demonstrasi. 4.kaji tindakan kontrol infeksi sementara, contoh masker/isolasi pernafasan. 5.awasi suhu sesuai
indikasi. 6.identifikasi faktor risiko individu terhadap pengaktifan berulang tuberkulosiss, contoh tahanan bawah
(alkoholisme, malnutrisi/bedah bypass intestinal);gunakan obat penekan imun /kortikosteroid ;adanya diabetes
melitus, kanker,kalium. 7.tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi obat. 8.kaji pentingnya mengikuti dan
kultur ulang secara periodik terhadap sputum u/ lmanya terapi. 9.dorong memilih/mencerna makanan
seimbang.berikan makan sering kecil makanan kecil pada jumlah makanan besar yang tepat. Kolaborasi 1.berikan
agen anti infeksi sesuai indikasi, contoh : Obat utama :isoniazid (INH) etambutal (Myambutol) ; rifampi
(RMP/Rifadin). 2.pirazinamida (PZA/aldinamide); para-amino salisik (PAS); sikloserin (seromisin );
sterptomisin(strycin). 3.awasi pemeriksaan laboratorium, contoh : hasil usap sputum. 4.AST/ALT 5.laporkan ke
departemen kesehatan lokal. 1.membantu pasien menyadari/ menerima perlunya mematuhi program pengobatan
untuk mencegah pengaktifan berulang/komplikasi.pemahaman bgaimna penyakit dsebarkan &kesadaran
kmungkinan transmisi membntu pasien & org trdekat u/ mngambil lngkah u/ mncegah infeksi k org lain. 2.org orang
yang terpejan ini perlu program terapi obat u/ mncegah penyebaran/tterjadinya infeksi. 3.perilaku yang diperlukan
u/ mencegah penyebaran infeksi. 4.dapat membantu menurunkan rasa terisolasi pasien dan membuang stigma
sosial sehubungan dengan penyakit menular. 5.reaksi demam indikator adanya infekssi lanjut. 6.pengetahuan
tentang faktor ini membantu pasien u/ mengubah pola hidup dan menghindari/menurunkan insiden eksaserbasi.
7.periode singkat berakhir 2-3 hr stelah kemoterapi awal,tetapi pada adanya ronggga/ penyakit luas sedang, risiko
penyebaran infeksi dpt berlanjut smpai 3 bln. 8.alat dalam pengawasan efek dan keefektipan obat dam respon
pasien terhadap terapi. 9.adanya anoreksia/malnutisi sebelummerendahkan tahanan terhadap proses infeksi dan
mengganggu penyembuhan.makan kecil dapat meningkatkan pemasukan semua. 1.kombinasi agen anti infeksi
digunakan, contoh 2 obt primer/stu primer tambah stu dan obat sekunder.INH biasanya obat pilihan u/ pasien
infeksi dan pada risiko terjadi TB.kemoterapi INH dan refampin jangan pernah(selama 9bln)dgn etambutal (slama
2blln pertama)pengobatan ckup untuk TB paru.etambutal harus diberikan bila sisten saraf pusat/ takterkomplikasi,
penyakit diseminata terjadi atau bila dicurigai resisten INH.terapi luas (ssampai 24bln)diindikasikan untuk kasus
reaktivasi , reaktivasi TB ekstrampulmonal,atau adanya ,masaalah medik lain,contoh : diabetes melitus/silikosis.
Profilaksis dengan INH selama 12 bln harus dipertimbangkan pada pasien dengan HIV positf dengan PPD positif. 2.ini
obat sekunder diperlukan bila infeksi resisten terhadap atau tidak toleran obat primer. 3.pasien yang mengalami 3
usapan negatip (memerlukan 3-5 bln), perlu mentaati program obat , dan asimtomatik akan diklasifikasikan tak
menyebar. 4.efek merugikan terafi obat termasuk hepatitis. 5.membantu mengidentifikasi lembaga yang dapat
dihubungi u/ menurunkan penyebaran infeksi. PELAKSANAAN KEPERAWATAN Dx kep Jam Tindakan Paraf Mandiri I
09.00 Menganjurkan pasien untuk ungkapkan pa yang dirasakan 09.03 Mengauskultasi bunyi nafas, dan periksa suhu
dll 09.07 Memantau frekuensi, kedalaman nafas dll 09.15 Membantu pasien menyadari perlunya mematuhi program
pengobatan 09.20 Mencatat ada kelelahan ketika batuk 10.00 Memberikan latihan rentang gerak secara pasif. 10.10
Melakukan perubahan posisi, contoh memberikan sokongan. 10.20 Mengevaluasi refleks batuk, menelan, catat
jumlah mucus dan sekret yang keluar. 10.25 Mengevaluasi derajat nyeri / rs tdk nyaman dengan gunakan skala 0-10
(mengobservasi tanda non verbal dari nyeri tsb.) EVALUASI KEPERAWATAN Masalah Keperawatan Tgl/jam Catatan
Perkembanagn Paraf Resiko tinggi (penyebaran/ aktivitasi ulang) 6-10-2010/ jam 09.00 WIB S: Tn. R tidak mengeluh
nyeri dada dan batuk menjadi berkurang. O: Tn.R sudah tidak batuk berdarah lagi. A: Batuk masih tidak ditutup. P:
rencana tindakan keperawatan mandiri nomor 3 dilanjutkan.