SlideShare a Scribd company logo
MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN STROKE

                                                        BAB I

                                                 LATAR BELAKANG

Stroke atau gangguan perdarahan otak (GPDO) merupakan ppenyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus
ditangani secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang disebabkan
karena terjadinya ganggan peredaran otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja. Menurut WHO stroke
adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal ( global ) dengan gejala-
gejala yang berlangsung selama 24 jam aau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang
jelas selain vaskular. Stroke merupakan penyakit yang paling sering menyebabkan cacat berupa kelumpuhan anggota
gerak, gangguan bicara, gangguan proses berfikir daya ingat, dan bentuk-bentu kecacatan yang lain sebagai akibat
gangguan fungsi otak.

Badan kesehatan sedunia WHO memperkirakan sekitar 15 juta orang terserang stroke setiap tahunnya. Stroke
merupakan penyebab kematian utama urutan kedua pada kelompok usia diatas 60 tahun, dan urutan kelima
penyebab kematiian pada kelompok usia 15-59 tahun. Diindonesia prevalensi stroke terus meningkat setiap
tahunnya, seiring dengan peningkatan usia harapan hidup dan perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat yang
tidak diimbangi dengan perbaikan prilaku dan pola hidup yang sehat.

                                                       BAB II

                                                  KONSEP DASAR

Definisi

Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah kebagian otak.( brunner
&suddarth)

Stroke adalah deficite neurologist akut yang disebabkan oleh gangguan aliran darah yang timbul secara mendadak
dengan tanda dan gejala yang sesuai dengan daerah fokal otak yang terkena ( WHO, 1989 ).

Etiologi

Stroke biasanya diakibatkan dari salah satu dari empat kejadia:

1)    Trombosis

Bekuan darah dalam pembuluh drah otak atau leher

2)    Embolisme serebral

Bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari bagian tubuh yang lain

3)    Iskemia

Penurunan aliran darah ke area otak

4)    Hemoragi serebral

Pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan kedalam jaringan otak atau ruang sekitar otak.

Akibatnya adalah penghentian suplai darah ke otak, yang menyebabka kehilangan sementara atau parmanen
gerakan, berfikir, memori, bicara, atau sensasi. (brunner & suddarth)

Faktor resiko terjadinya stroke adalah:
1) Hipertensi

Dapat disebabkan oleh terosklerosis atau sebaliknya. Proses ini dpat menimbulkan pecahnya pembuluh darah atau
timbulnya thrombus sehingga dapat mengganggu aliran darah serebral.

2) Aneurisma pembuluh darah cerebral

Adanya kelainan pembuluh darah yakni nerupa penebalan pada satuu tempat yang diikuti oleh penipisan ditempat
lain. Pada daerah penipisa yang maneuvertertentu dapat menimbulkan perdarahan.

3) Kelainn jantung

Kerusakan kerja jantung akan menurunkan kardiak output dan menurunkan aliran darah ke otak

4) Diabetes melitus

Pada diabetes melitus viskositas darah meningkat sehingga memperlambat aliran darah kususnya serebral

5) Usia lanjut

Pada usia lanjut terjadi proses klasifikasi pembuluh darah termasuk pembuluh darah otak

6) Polocitemia

Pada polocitemia viskositas dara meningkat dan aliran darah menjadi lambat sehingga perfusi otak menurun

7) Peningkatan kolesterol

Kolesterol yang tinggi dapat menyebabkn aterosklerosis danterbentuknya embolus dari lemak

8) Obesitas

Pada obesitas dapat terjadi hipertensi dan peningktan kadar kolesterol sehingga dapat menyebabkan gangguan pada
pembuluh darah

9) Perokok

Pada perokok akan timbul plaque pada pembuluh darah oleh nikotin sehingga terjadi aterosklerosis

10)     Kurang aktivitas fisik

Kurang aktivitas fisik dapat mengurangi kelenturan fisik termasuk kelenturan pembuluh darah. (pembuluh darah
menjadi kaku)



Klasifikasi stroke

Berdasarkan proses patologi dan gejala klinisnya stroke dapat diklasifikasikan menjadi:

1)     Stroke hemoragik

       Terjadi perdarahan serebral dan mungkin juga perdarahan subarachnoid yang disebabkan oleh pecahnya
pembuluh darah otak. Umumnya terjadi saat melakukan aktifitas, namun juga dapat terjadi pada saat istirahat.
Kesadaraan umumnya menurn dan penyebab yang paling banyak adalah akibat hipertensi yang tidak terkontrol.

2)        Stroke non hemoragik

Dapat berupa iskemia, emboli spasme ataupun thrombus pembuluh darah otak. Umumnya terjadi setelh istirahat
cukup lama atau bangun tidur. Tidak terjadi perdarahan, kesadaran umumnya baik dan terjadi proses edema otak
oleh karena hipoksia jaringan otak. ( brunner & suddrrth)
Patofisiologi

·   Stroke non hemoragik

          Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak oleh thrombus atau embolus. Thrombus
umumnya terjadi karena penkembangan ateroklerosis pada dinding pembuluh darah, sehingga arteri menjadi
tersumbat, aliran darah ke area thrombus menjadi berkurang, menyebabkan iskemia kemudian menjadi kompleks
iskemia, akhirnya terjadi infark pada jaringan otak. Emboli disebabkan oleh embolus yang berjalan menuju arteri
karotis. Terjadiny blok pada arteri tersebut menyebabkan iskemia yang tiba-tiba berkembang cepat dan terjadi
gangguan neurologist fokal. Perdarahan otak dapat disebabkan oleh pecahnya dinding pembuluh darah oleh emboli.

·   Stroke hemoragik

          Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke substansi atau ruangan subaracnoid
yang menimbulkan perubahan komponen intracranial yang seharusnya konstan. Adanya perubahan komponen
intracranial yang tidak dapat dikompensasi tubuh akan menimbulkan peningkatan TIK yang bila berlanjut akan
menyebabka herniasi otak sehingga timbul kematian. Disamping itu darah yang mengalir ke substansi otak atau
ruang subracranoid dapat menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak dan penekanan pada daerah tersebut
menimbulkan aliran berkurang atau tidak ada sehingga terjadi nekrosis jaringan otak.

Manifestasi klinis

·   Defisit lapang penglihatan

Ø Kehilangan penglihatan perifer : kesulitan melihat pada malam hari

Ø Diplopia : penglihatan ganda

·   Defisite motorik

Ø Hemiparesis : kelemahan wajah,lengan,dan kaki pada sisi yang sama

Ø Hemiplegia : paralisis wajah, lengan dan kaki

Ø Ataksia : berjalan tidak mantap

Ø Disartria : kesulitan dalam membentuk kata

·   Defisit sensori

Ø Kebas dan semutan pada bagian tubuh

·   Defisit verbal

Ø Afasia ekspresif : tidak mampu membetuk kata yang dapat dipahami

Ø Afasia reseptif : tidak mampu memahami kata yang dibicarakan, mampu bicara tetapi tidak masuk akal.

Ø Afasia global : kombinasi afasia ekspresif dan afasi resptif

·   Defisit kognitif

Ø Kehilangan memori jangka pendek dan panjang

Ø kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi

Ø perubahan penilaian

·   defisit emosional
Ø kehilangan kontrol diri

Ø labilitas emosional

Ø penurunan tpleransi pada situasi yang menimbulkan stres

Ø depresi

Ø menarik diri

Ø rasa takut, bermusuhan dan marah

Pemeriksaan diagnostik

·   Pemeriksaan laboratorium

Ø Lumbal fugsi : pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan
yang kecil biasanya warna likuor masih normal

Ø Pemeriksaan darah rutin

Ø Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula darah dapat mencapai 250 mg di
dalam serumdan kemudian berangsur-angsurturun kembali

Ø Pemeriksaan darah lengkap : untuk mencari kelainan pada daerah itu sendiri

·   CT scan kepala

Untuk mengetahui lokasi dan luasnya perdarahan atau infark

·   MRI

Untuk mengetahui adanya edema, infark hematom dan bergesernya struktur otak

·   Angiografi

Untuk mengetahui penyebab dan gambaran yang jelas mengenai pembuluh darah yang terganggu

·   USG Doppler

Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovana (masalah sistem karotis)

·   EEG

Untuk melihat masalah yang timul dan dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunkan implus listrik dalam
jaringan otak.

Penatalaksanaan

·   Penatalaksanaan

Ø Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi miring jika muntah dan boleh dimulai mobilisasi bertahap jika
hemodinamika stabil

Ø Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat, bila perlu berikan oksigen sesuai kebutuhan

Ø Tanda-tanda vital usahakan stabil

Ø Bed rest

Ø Perrtahankan keseimbangan cairan dan elektrlolit
Ø Kantung kemih yang penuh kosongkan

·    Pencegahan

Yang dapat diperbuat untuk mencegah suatu stroke adalah dengan cara menghindari faktor resiko, seperti:

Ø Hipertensi

Ø Merokok

Ø Diabetes melitus

Ø Obesitas

·    Pengobatan

Ø Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS)

Ø Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra arterial.

Ø Medikasi anti trombosit dapat diresepkan karena trombosit memainkan peran sangat penting dalam
pembentukan thrombus dan embolisasi

Ø Antikoagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya thrombosis atau embolisasi dari tempat lain dalam
sistem kardiovaskular.

Komplikasi

Komplikasi stroke meliputi:

1. hipoksia serebral

2.   penurunan aliran darah serebral

3. luasnya area cidera.

(smeltzer C.Suzanne, 2002)

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

1. Resiko peningkatan TIK yang berhubungan dengan adanya peningkatan volume intrakranial, penekanan
jaringan otak dan edema serebral.

2. Perubahan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan perdarahan intraserebral, okulasi otak vasospasme,
dan edema otak.

3. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubugan dengan akumulasi sekret, kemampuan batuk menurun,
penurunan mobilitas fisik sekunder dan perubahan tingkat kesadaran.

4. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan hemiparese/hemiplagia, kelemahan neuromuskular pada
ekstremitas.

5. Resiko tinggi terjadinya cidera berhubungan dengan penurunan luas lapang pandang, penurunan sensasi saraf (
panas/dingin)

6.    Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan tira baring lama.

7. Kerusakan komuniksi verbal berhubungan dengan efek kerusakan pada area bicara di hemisfer otak, kehilangan
kontrol tonus otot fasial atau oral.

8.    Takut yang berhubungan denganparahnya kondisi
9.    Gangguan konsep diri citra tubuh berhubungan dengan perubahan persepsi.



                                                        BAB III

                                                 TINJAUAN SKENARIO

Ny. D usia 60 tahun, agama islam, alamat Rt 02 Mendalo darat. Masuk Rumah Sakit Raden Mataher Jambi tanggal 05
februari 2012, Ny. D dirawat diruang Neuro kelas II dengan alasan masuk klien tidak bisa menggerakkan tangan dan
kaki klien. Keluarga klien mengatakan klien menderita penyakit darah tinggi. Saat dilakukan pengkajian klien tampak
lemah, ekstremitas atas dan bawah pada daerah dekstra tidak bisa digerakkan, mulu sebelah kanan tampak miring,
nafsu makan kurang, hanya ¼ porsi yang dimakan, akral teraba dingin, kapiler refil > 4 detik, mukosa bibir kering,
wajah pucat. Keluarga klien mengatakan semua aktifitas klien dirumah sakit dibantu oleh keluarga, klien tampak
bedrest total, keadaan oto menurun, sulit berkomunikasi. Dari pemeriksaan didapatkan hasil :

TD : 200/100 mmHg, Nd : 80x/i, S : 37 derajat celcius, RR : 20x/i

Pemeriksaan labor lengkap, CT scan.

                                                        BAB IV

                                                       PENUTUP

1.    Apa pengertian dari stroke?

Jawab :

·    Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah kebagian otak.

· Stroke adalah deficite neurologist akut yang disebabkan oleh gangguan aliran darah yang timbul secara
mendadak dengan tanda dan gejala yang sesuai dengan daerah fokal otak yang terkena ( WHO, 1989 )

· Stroke menurut Iskandar Junaidi adalah merupakan penyakit gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan
saraf/deficit neurologik akibat gangguan aliran darah pada salah satu bagian otak.

2.    Apa penyebab dan faktor resiko terjadinya stroke?

Jawab :

·    Stroke biasanya diakibatkan dari salah satu dari empat kejadia:

5)     Trombosis

Bekuan darah dalam pembuluh drah otak atau leher

6)     Embolisme serebral

Bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari bagian tubuh yang lain

7)     Iskemia

Penurunan aliran darah ke area otak

8)     Hemoragi serebral

Pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan kedalam jaringan otak atau ruang sekitar otak.

Akibatnya adalah penghentian suplai darah ke otak, yang menyebabka kehilangan sementara atau parmanen
gerakan, berfikir, memori, bicara, atau sensasi.
·     Faktor resiko terjadinya stroke adalah:

10.    Hipertensi

Dapat disebabkan oleh terosklerosis atau sebaliknya. Proses ini dpat menimbulkan pecahnya pembuluh darah atau
timbulnya thrombus sehingga dapat mengganggu aliran darah serebral.

11.    Aneurisma pembuluh darah cerebral

Adanya kelainan pembuluh darah yakni nerupa penebalan pada satuu tempat yang diikuti oleh penipisan ditempat
lain. Pada daerah penipisa yang maneuvertertentu dapat menimbulkan perdarahan.

12.    Kelainn jantung

Kerusakan kerja jantung akan menurunkan kardiak output dan menurunkan aliran darah ke otak

13.    Diabetes melitus

Pada diabetes melitus viskositas darah meningkat sehingga memperlambat aliran darah kususnya serebral

14.    Usia lanjut

Pada usia lanjut terjadi proses klasifikasi pembuluh darah termasuk pembuluh darah otak

15.    Polocitemia

Pada polocitemia viskositas dara meningkat dan aliran darah menjadi lambat sehingga perfusi otak menurun

16.    Peningkatan kolesterol

Kolesterol yang tinggi dapat menyebabkn aterosklerosis danterbentuknya embolus dari lemak

17.    Obesitas

Pada obesitas dapat terjadi hipertensi dan peningktan kadar kolesterol sehingga dapat menyebabkan gangguan pada
pembuluh darah

18.    Perokok

Paa perokok akan timbul plaque pada pembuluh darah oleh nikotin sehingga terjadi aterosklerosis

19.    Kurang aktivitas fisik

Kurang aktivitas fisik dapat mengurangi kelenturan fisik termasuk kelenturan pembuluh darah. (pembuluh darah
menjadi kaku)

3.     Klasifikasi stroke?

Jawab :

Berdasarkan proses patologi dan gejala klinisnya stroke dapat diklasifikasikan menjadi:

3)      Stroke hemoragik

Terjadi perdarahan serebral dan mungkin juga perdarahan subarachnoid yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh
darah otak. Umumnya terjadi saat melakukan aktifitas, namun juga dapat terjadi pada saat istirahat. Kesadaraan
umumnya menurn dan penyebab yang paling banyak adalah akibat hipertensi yang tidak terkontrol.

4)      Stroke non hemoragik
Dapat berupa iskemia, emboli spasme ataupun thrombus pembuluh darah otak. Umumnya terjadi setelh istirahat
cukup lama atau bangun tidur. Tidak terjadi perdarahan, kesadaran umumnya baik dan terjadi proses edema otak
oleh karena hipoksia jaringan otak.

4.    Patofisiologi stroke?

Jawab :

·    Stroke non hemoragik

Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak oleh thrombus atau embolus. Thrombus umumnya
terjadi karena penkembangan ateroklerosis pada dinding pembuluh darah, sehingga arteri menjadi tersumbat, aliran
darah ke area thrombus menjadi berkurang, menyebabkan iskemia kemudian menjadi kompleks iskemia, akhirnya
terjadi infark pada jaringan otak. Emboli disebabkan oleh embolus yang berjalan menuju arteri karotis. Terjadiny
blok pada arteri tersebut menyebabkan iskemia yang tiba-tiba berkembang cepat dan terjadi gangguan neurologist
fokal. Perdarahan otak dapat disebabkan oleh pevahnya dinding pembuluh darah oleh emboli.

·    Stroke hemoragik

Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke substansi atau ruangan subaracnoid yang
menimbulkan perubahan komponen intracranial yang seharusnya konstan. Adanya perubahan komponen
intracranial yang tidak dapat dikompensasi tubuh akan menimbulkan peningkatan TIK yang bila berlanjut akan
menyebabka herniasi otak sehingga timbul kematian. Disamping itu darah yang mengalir ke substansi otak atau
ruang subracranoid dapat menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak dan penekanan pada daerah tersebut
menimbulkan aliran berkurang atau tidak ada sehingga terjadi nekrosis jaringan otak.

5.    Manifestasi klinis stroke?

Jawab :

·    Defisit lapang penglihatan

Ø Kehilangan penglihatan perifer : kesulitan melihat pada malam hari

Ø Diplopia : penglihatan ganda

·    Defisite motorik

Ø Hemiparesis : kelemahan wajah,lengan,dan kaki pada sisi yang sama

Ø Hemiplegia : paralisis wajah, lengan dan kaki

Ø Ataksia : berjalan tidak mantap

Ø Disartria : kesulitan dalam membentuk kata

·    Defisit sensori

Ø Kebas dan semutan pada bagian tubuh

·    Defisit verbal

Ø Afasia ekspresif : tidak mampu membetuk kata yang dapat dipahami

Ø Afasia reseptif : tidak mampu memahami kata yang dibicarakan, mampu bicara tetapi tidak masuk akal.

Ø Afasia global : kombinasi afasia ekspresif dan afasi resptif

·    Defisit kognitif
Ø Kehilangan memori jangka pendek dan panjang

Ø kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi

Ø perubahan penilaian

·    defisit emosional

Ø kehilangan kontrol diri

Ø labilitas emosional

Ø penurunan tpleransi pada situasi yang menimbulkan stres

Ø depresi

Ø menarik diri

Ø rasa takut, bermusuhan dan marah

6.    Pemeriksaan diagnostik stroke ?

Jawab :

·    Pemeriksaan laboratorium

Ø Lumbal fugsi : pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan
yang kecil biasanya warna likuor masih normal

Ø Pemeriksaan darah rutin

Ø Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula darah dapat mencapai 250 mg di
dalam serumdan kemudian berangsur-angsurturun kembali

Ø Pemeriksaan darah lengkap : untuk mencari kelainan pada daerah itu sendiri

·    CT scan kepala

Untuk mengetahui lokasi dan luasnya perdarahan atau infark

·    MRI

Untuk mengetahui adanya edema, infark hematom dan bergesernya struktur otak

·    Angiografi

Untuk mengetahui penyebab dan gambaran yang jelas mengenai pembuluh darah yang terganggu

·    USG Doppler

Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovana (masalah sistem karotis)

·    EEG

Untuk melihat masalah yang timul dan dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunkan implus listrik dalam
jaringan otak.

7.    Penatalaksanaan ( pencegahan, pengobatan ) stroke?

Jawab :

·    Penatalaksanaan
Ø Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi miring jika muntah dan boleh dimulai mobilisasi bertahap jika
hemodinamika stabil

Ø Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat, bila perlu berikan oksigen sesuai kebutuhan

Ø Tanda-tanda vital usahakan stabil

Ø Bed rest

Ø Perrtahankan keseimbangan cairan dan elektrlolit

Ø Kantung kemih yang penuh kosongkan

·    Pencegahan

Yang dapat diperbuat untuk mencegah suatu stroke adalah dengan cara menghindari faktor resiko, seperti:

Ø Hipertensi

Ø Merokok

Ø Diabetes melitus

Ø Obesitas

·    Pengobatan

Ø Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS)

Ø Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra arterial.

Ø Medikasi anti trombosit dapat diresepkan karena trombosit memainkan peran sangat penting dalam
pembentukan thrombus dan embolisasi

Ø Antikoagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya thrombosis atau embolisasi dari tempat lain dalam
sistem kardiovaskular.

8.    Apa komplikasi dari stroke dan apakah stroke bisa disembuhkan secara total?

Jawab :

Komplikasi stroke meliputi:

4. hipoksia serebral

5.   penurunan aliran darah serebral

6. luasnya area cidera.

(smeltzer C.Suzanne, 2002)

· Ada sekitar 30%-40% penderita stroke yang masih dapat sembuh secara sempurna asalkan ditangani dalam
jangka waktu 6 jam atau kurang kurang dari itu. Hal ini penting agar penderita tidak mengalami kecatatan. Kalaupun
ada gejala sisa seperti jalannya pincang atau bicaranya pelo, namun gejala tsb masih bisa disembuhkan.

9.    Jenis stroke apa yang diderita oleh Ny.D dan apa penyebabnya?

Jawab :

Nyonya D menderita stroke iskemik yaitu yang disebabkan oleh hipertensi
10. Obat traditional apa yang bisa diberikan pada penderita stroke?

       Jawab :

       Pengobatan trsdisional stroke dengan xamthone plus. Xamtone plus yang terbuat dari manggis mengandung
       antioksidan yang sangat kuat yaitu xanthones, melebihi beberapa kali lipat dari kekuatan vitamin C dan E.

       11. Mengapa nyonya D mulut kanannya miring, akral teraba dingin dan keadaan otot menurun?

       Jawab :

       o Organ bagian kaan mengalami gangguan karena adanya gangguan /iskemia di otak sebelah kanan

       o Akral teraba dingin karena penurunan perfusi perifer

       o Keadaan otot menurun karena peurunan perfusi jaringan serebral

       12. Mengapa stroke ini banyak terjadi pada lansia?

       Jawab :

       Karena pada usia lanjut terjadi proses klasifikasi pembuuh darah termasuk pembuluh darah otak. Dan juga karena
       proses degeneratif dan penurunan sistem imun pada lansia.

       13. Mengap penderita darah tinggi bisa mengakibatkan stroke?

       Jawab :

       Karena pada hipertensi menyebabkan pecahnya pembulu darah atau timbulnya thrombus sehigga dapat
       mengganggu aliran darah cerebral

       14. Apa penanganan pertama yang bisa dilakukan pada penderita stroke saat berada dirumah?

       ·  Pederita Jangan langsung di pindahkan dari tempat kejadian,karena memindahkan dari tempat semula akan
       mempercepat perpecahan pembuluh darah halus di otak

       ·    Bantu penderita mengambil posisi duduk yang baik agar tidak jauh lagi.

       ·     Tusuk semua jari klien untuk pengeluaran darah dengan jarum steril. Kluar kan darah dari masing – masing jari
       1 – 2 tetes.beberapa menit kemudian klien akan sadar.

       ·    Apabila mulut klien tampak mencong / tidk normal , maka ke 2 daun telinga klien harus di tarik sampai
       kemerah – merahan, setelah itu lakukan 2 kali penusukan pada masing – masing ujung bawah daun telinga sehingga
       darah keluar sebanyak 2 tetes dari setiap ujung daun telinga. Maka dalam eberapa menit bentuk mulut klien akan
       normal kembali.

       ·     Bawalah klien dengan hati hati kedokter atau rumah sakit terdekat untuk untuk mendapatkan pertolongan
       lebih lanjut.



       ANALISA DATA



DATA                                                                      ETIOLOGI                 MASALAH
                                                                                                   KEPERAWATAN
DS : - Keluarga klien mengatakan semua aktifitas klien di RS dibantu            Gangguan                Gangguan mobilitas
oleh keluarga.                                                                  neurovaskular           fisik

DO : -klien tampak lemah, ekstremitas atas bawah dekstra tidak bisa
digerakkan, keadn otot menurun

DS : -                                                                          Gangguan aliran darah   Perubahan perfusi
                                                                                                        jaringan
DO : -akral teraba dingin

-        Mukosa bibir kering

-        Wajah pucat

-        TD:200/100 mmHg

DS : -                                                                          Gangguan sirkulasi ke   Gangguan komunikasi
                                                                                serebral                verbal
DO : - mulut sebelah kanan miring

-        Klien sulit berkomunikasi




         ASUHAN KEPERAWATAN

         1. Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan neurologik

         Tujuan :

         -      Mempertahankan posisi dan fungsi optimal dengan tidak adanya kontraktur dan footdrop.

         -      Mempertahankan kekuatan dan fungsi area yang sakit serta kompensasi bagian tubuh yang lain

         Kriteria hasil : Klien menunjukkan prilaku aktivitas yang lebih baik

             INTERVENSI                                       RASIONAL

             Kaji kemampuan fungsi otot klasifikasi dg        Mengidentifikasi kekuatankelemahan dapat membantu memberi
             skala 0-4                                        informasi yng diperlukan untuk pemilihan intervensi

             Rubah posisi tiap 2 jam , terutama pada          Dapat menurunkan resikoiskemia jaringan injuri
             bagian yang sakit

             Berikan posisi prone satu atau dua kali sehari   Membantu memelihara fungsi ekstensi panggul dan membantu
                                                              bernafas

             Mulai ROM aktif/pasif untuk semua                Memiimalkan atropi otot, meningkatkan sirkulasi dan membantu
             ekstremitas                                      mencegah kontraktur

             Pilih metode komunikasi alternatif misalnya      Memberi komunikasi dasar sesuai dengan situasi individu
             menulis pada papan tulis

             Antisipasi dn bantu kebutuhan klien              Membantu menurunkan prustasi oleh karena ketergantungan
                                                              atau ketidakmampuan berkomunikasi

             Berbicara dengan nada normal dan hindari         Pasien tidak dipaksa untuk mendegar, tidak menyebabkan pasien
ucapan yang terlalu cepat. Beri waktu pasien      marah dan tidak menyebabkan pasien merasa prustasi.
 untuk berespon.



2. Perubahan perfusi jaringan b.d gangguan aliran darah

Tujuan : kesadaran meningkat, kognitif dan fungsi motorik sensorik

Kriteria hasil : TTV stabil dan tidak adanya peningkatan TIK



INTERVENSI                                                     RASIONAL

Berikan penjelasan kepada keluarga pasie tentang sebab         Keluarga lebih berpatisipasi dalam proses
peningkatan TIK dan akibatnya                                  penyembuhan

Berikan klien bed rest total dengan posisi terlentang          Perubahan pada tekanan intrakranilakan dapat
tanpa bantal                                                   menyebabkan resiko herniasi otak

Monitor tanda-tanda status neurologi dg GCS                    Dapt mengurangi kerusakan otak lebih lanjut

Monitot TTV seperti TD,nadi,suhu, respirasi dan hati-          Pada keadaan norml autoregulasi mempertahankan
hati pada hipertensi sistolik                                  keadaan tekanan darah sistemik berubah secara
                                                               fliktuasi

Monitor input dan output                                       Hipertemi dapat menyebabkan peningkatan IWL dan
                                                               meningkatkan resiko dehidrasi terutama pada pasien
                                                               yang tidak sadar

Anjurkan klien untuk menghindri batuk dan mengejan             Batuk dan mengejan dpat menyebabkan peningkatan
berlebihan                                                     intrakranial dan potensial terjadi perdarahn ulang

Berikan terapi sesuai intruksi dokter

Steroid

Aminofel                                                       Menurunkan permeabilitas kafiler

antibiotika                                                    Menurunkan edema serebri

                                                               Menurunkan metabolik sel/konsumsi dan kejang.



3. Gangguan komunikasi verbal b.d gangguan sirkulasi ke serebral

Tujuan :dalam waktu 2x24 jam klien dpat menunjukkan pengertian terhadap masalah komunikasi, mampu
mengekspresika masalahnya.

Kriteria hasil : tercipta suatu komunikasi, klien mampu merespon setiap berkomunikasi secara verbal maupun
isyarat.

 Intervensi                                                    Rasional

 Kaji tipe disfungsi misalnya klien tidak megerti ttg kata-    Membantu menentukan kerusakan area pada otak dan
 kata atau masalah bicara atau tidak mengerti bahasa           menentukan kesulitan klien dengan sebagian atau
sendiri                                                    seluruh proses komunikasi

 Bedakan afaisa dengan disartria                            Dapat menentukan pilihan intervensi sesuai dg tipe
                                                            gangguan

 Lakukan metode percakapan yang baik dan lengkap,           Klien dapat kehilngan kemampuan untuk memonitor
 beri kesempatan klien untuk mengklarisifikasi              ucapnnya, komunikasinya secara tidak sadar, dg
                                                            melengkapi dapat merealisasikan pengertian klien dan
                                                            dapat mengklerisifikasikan perckapan

 Katakan untuk megikuti perintah secara sederhana           Untuk menguji afasia reseptif
 seperti tutup matamu dan lihat kepintu

 Perinthkan klien untuk menyebutkan nama suatu              Menguji afasia ekspresif mislnya klien dapat mengenal
 benda yang diperhatikn                                     bend tsb tetapi tidak mampu menyebutkan namanya.



MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DIARE

                                                        BAB I

                                                   PENDAHULUAN



A. Latar Belakang

Diare atau dikenal dengan sebutan mencret memang merupakan penyakit yang masih banyak terjadi pada masa
kanak dan bahkan menjadi salah satu penyakit yang banyak menjadi penyebab kematian anak yang berusia di bawah
lima tahun (balita). Karenanya, kekhawatiran orang tua terhadap penyakit diare adalah hal yang wajar dan harus
dimengerti. Justru yang menjadi masalah adalah apabila ada orang tua yang bersikap tidak acuh atau kurang
waspada terhadap anak yang mengalami diare. Misalnya, pada sebagian kalangan masyarakat, diare dipercaya atau
dianggap sebagai pertanda bahwa anak akan bertumbuh atau berkembang. Kepercayaan seperti itu secara tidak
sadar dapat mengurangi kewaspadaan orang tua. sehingga mungkin saja diare akan membahayakan anak.
(anaksehat.blogdrive.com).

Menurut data United Nations Children's Fund (UNICEF) dan World Health Organization (WHO) pada 2009, diare
merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita di dunia, nomor 3 pada bayi, dan nomor 5 bagi segala umur.
Data UNICEF memberitakan bahwa 1,5 juta anak meninggal dunia setiap tahunnya karena diare

Angka tersebut bahkan masih lebih besar dari korban AIDS, malaria, dan cacar jika digabung. Sayang, di beberapa
negara berkembang, hanya 39 persen penderita mendapatkan penanganan serius.

Di Indonesia sendiri, sekira 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekira 460 balita setiap harinya akibat diare.
Daerah Jawa Barat merupakan salah satu yang tertinggi, di mana kasus kematian akibat diare banyak menimpa anak
berusia di bawah 5 tahun. Umumnya, kematian disebabkan dehidrasi karena keterlambatan orangtua memberikan
perawatan pertama saat anak terkena diare.

Diare disebabkan faktor cuaca, lingkungan, dan makanan. Perubahan iklim, kondisi lingkungan kotor, dan kurang
memerhatikan kebersihan makanan merupakan faktor utamanya. Penularan diare umumnya melalui 4F, yaitu Food,
Fly , Feces, dan Finger.

Oleh karena itu, upaya pencegahan diare yang praktis adalah dengan memutus rantai penularan tersebut. Sesuai
data UNICEF awal Juni 2010, ditemukan salah satu pemicu diare baru, yaitu bakteri Clostridium difficile yang dapat
menyebabkan infeksi mematikan di saluran pencernaan. Bakteri ini hidup di udara dan dapat dibawa oleh lalat yang
hinggap di makanan. (lifestyle.okezone.com).
Angka kejadian diare di sebagian besar wilayah Indonesia hingga saat ini masih tinggi. Di Indonesia, sekitar 162 ribu
balita meninggal setiap tahun atau sekitar 460 balita setiap harinya. Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) di Indonesia, diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita dan nomor 3 bagi bayi serta nomor 5
bagi semua umur. Setiap anak di Indonesia mengalami episode diare sebanyak 1,6 – 2 kali per tahun

Kasubdit Diare dan Kecacingan Depkes, I Wayan Widaya mengatakan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)
tahun 2004, angka kematian akibat diare 23 per 100 ribu penduduk dan pada balita 75 per 100 ribu balita. Selama
tahun 2006 sebanyak 41 kabupaten di 16 provinsi melaporkan KLB (kejadian luar biasa) diare di wilayahnya. Jumlah
kasus diare yang dilaporkan sebanyak 10.980 dan 277 diantaranya menyebabkan kematian. Hal tersebut, terutama
disebabkan rendahnya ketersediaan air bersih, sanitasi buruk dan perilaku hidup tidak sehat. (piogama.ugm.ac.id).

Sedangkan di Provinsi Riau Pada 27 maret 2008 tercatat Diare 182 kasus yang diakibatkan adanya banjir di Provinsi
Riau. Adapun kecamatan yang terkena banjir sebanyak 36 kecamatan, 164 desa, 29.950 Kepala Keluarga atau 60.950
Jiwa. (yankesriau.wordpress.com).

Sepintas diare terdengar sepele dan sangat umum terjadi. Namun, ini bukan alasan untuk mengabaikannya,
dehidrasi pada penderita diare bisa membahayakan dan ternyata ada beberapa jenis yang menular.Diare
kebanyakan disebabkan oleh Virus atau bakteri yang masuk ke makanan atau minuman, makanan berbumbu tajam,
alergi makanan, reaksi obat, alkohol dan bahkan perubahan emosi juga dapat menyebabkan diare, begitu pula
sejumlah penyakit tertentu. (lovenhealth.blogspot.com).



B. Tujuan Penulisan

     Tujuan Umum

     Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Pada anak dengan diare

     Tujuan Khusus

1.     Untuk mengetahui tinjauan teoritis diare

2.     Untuk mengetahui Pengkajian pada anak dengan diare

3.     Untuk mengetahui Diagnosa keperawatan pada anak dengan diare

4.     Untuk mengetahui Intervensi keperawatan pada anak dengan diare

5.     Untuk mengetahui Implementasi keperawatan pada anak dengan diare

6.     Untuk mengetahui Evaluasi keperawatan pada anak dengan diare



                                                       BAB II

                                                  TINJAUAN TEORITIS



Konsep Dasar Penyakit

1.     Pengertian

Menurut Haroen N, S. Suraatmaja dan P.O Asdil (1998), diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan
atau tanpa darah atau lendir dalam tinja.
Sedangkan menurut C.L Betz & L.A Sowden (1996) diare merupakan suatu keadaan terjadinya inflamasi mukosa
lambung atau usus.

Menurut Suradi & Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan cairan dan
elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer
atau cair.

Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan
konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses
inflamasi pada lambung atau usus.

2.   Etiologi

a.    Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare, meliputi infeksi bakteri
(Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus,
Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans).

b. Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan diare seperti: otitis
media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.

c.   Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi
glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi dan anak.
Di samping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein.

d.   Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi terhadap jenis makanan tertentu.

e.   Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas).

3.   Manifestasi klinis

Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus, hematoschezia, nyeri perut dan atau
kejang perut. Akibat paling fatal dari diare yang berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah kematian
akibat dehidrasi yang menimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang
berlanjut. Seseoran yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat badan berkurang, mata cekung, lidah kering,
tulang pipi tampak lebih menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini
disebabkan oleh deplesi air yang isotonik.

Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam karbonat berkurang mengakibatkan
penurunan pH darah yang merangsang pusat pernapasan sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam
(pernapasan Kussmaul)

Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut
nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral
dingin dan kadang-kadang sianosis. Karena kekurangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.

Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai timbul oliguria/anuria. Bila keadaan ini
tidak segera diatsi akan timbul penyulit nekrosis tubulus ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut.

4.   Pemeriksaan Diagnostik

- Pemeriksaan tinja.

- Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila memungkinkan dengan menentukan PH
keseimbangan analisa gas darah atau astrup, bila memungkinkan.

- Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.
- Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kuantitatif, terutama
dilakukan pada klien diare kronik.

5.   Penatalaksanaan

Penanggulangan kekurangan cairan merupakan tindakan pertama dalam mengatasi pasien diare. Hal sederhana
seperti meminumkan banyak air putih atau oral rehidration solution (ORS) seperti oralit harus cepat dilakukan.
Pemberian ini segera apabila gejala diare sudah mulai timbul dan kita dapat melakukannya sendiri di rumah.
Kesalahan yang sering terjadi adalah pemberian ORS baru dilakukan setelah gejala dehidrasi nampak.

Pada penderita diare yang disertai muntah, pemberian larutan elektrolit secara intravena merupakan pilihan utama
untuk mengganti cairan tubuh, atau dengan kata lain perlu diinfus. Masalah dapat timbul karena ada sebagian
masyarakat yang enggan untuk merawat-inapkan penderita, dengan berbagai alasan, mulai dari biaya, kesulitam
dalam menjaga, takut bertambah parah setelah masuk rumah sakit, dan lain-lain. Pertimbangan yang banyak ini
menyebabkan respon time untuk mengatasi masalah diare semakin lama, dan semakin cepat penurunan kondisi
pasien kearah yang fatal.

Diare karena virus biasanya tidak memerlukan pengobatan lain selain ORS. Apabila kondisi stabil, maka pasien dapat
sembuh sebab infeksi virus penyebab diare dapat diatasi sendiri oleh tubuh (self-limited disease).

Diare karena infeksi bakteri dan parasit seperti Salmonella sp, Giardia lamblia, Entamoeba coli perlu mendapatkan
terapi antibiotik yang rasional, artinya antibiotik yang diberikan dapat membasmi kuman.

Oleh karena penyebab diare terbanyak adalah virus yang tidak memerlukan antibiotik, maka pengenalan gejala dan
pemeriksaan laboratorius perlu dilakukan untuk menentukan penyebab pasti. Pada kasus diare akut dan parah,
pengobatan suportif didahulukan dan terkadang tidak membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut kalau kondisi sudah
membaik.

6.   Komplikasi

Menurut Broyles (1997) komplikasi diare ialah: dehidrasi, hipokalemia, hipokalsemia, disritmia jantung (yang
disebabkan oleh hipokalemia dan hipokalsemia), hiponatremia, dan shock hipovolemik.

Konsep Asuhan Keperawatan

1.   Pengkajian

Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan penentuan masalah. Pengumpulan data
diperoleh dengan cara intervensi, observasi, pemeriksaan fisik. Pengkaji data menurut Cyndi Smith Greenberg, 1992
adalah :

1. Identitas klien.

2. Riwayat keperawatan.

· Awalan serangan : Awalnya anak cengeng,gelisah,suhu tubuh meningkat,anoreksia kemudian timbul diare.

· Keluhan utama : Faeces semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak air dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi,berat
badan menurun. Pada bayi ubun-ubun besar cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir
kering, frekwensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer.

3. Riwayat kesehatan masa lalu.

 Riwayat penyakit yang diderita, riwayat pemberian imunisasi.

4. Riwayat psikososial keluarga.
Hospitalisasi akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi keluarga, kecemasan meningkat jika orang
tua tidak mengetahui prosedur dan pengobatan anak, setelah menyadari penyakit anaknya, mereka akan bereaksi
dengan marah dan merasa bersalah.

5. Kebutuhan dasar.

· Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari, BAK sedikit atau jarang.

· Pola nutrisi : diawali dengan mual, muntah, anopreksia, menyebabkan penurunan berat badan pasien.

· Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak
nyaman.

· Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya.

· Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri akibat distensi abdomen.

6. Pemerikasaan fisik.

  a. Pemeriksaan psikologis : keadaan umum tampak lemah, kesadaran composmentis sampai koma, suhu tubuh
tinggi, nadi cepat dan lemah, pernapasan agak cepat.

 b. Pemeriksaan sistematik :

  · Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan bibir kering, berat badan menurun, anus
kemerahan.

     · Perkusi : adanya distensi abdomen.

· Palpasi : Turgor kulit kurang elastis

· Auskultasi : terdengarnya bising usus.

c. Pemeriksaan tingkat tumbuh kembang.

d. Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi sehingga berat badan menurun.

e. Pemeriksaan penunjang.

f.Pemeriksaan tinja, darah lengkap dan duodenum intubation yaitu untuk mengetahui penyebab secara kuantitatip
dan kualitatif.

2.     Diagnosa yang Mungkin Muncul

a. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta intake terbatas (mual).

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan absorbsi nutrien dan peningkatan peristaltik usus.

c. Nyeri (akut) b.d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.

d. Kecemasan keluarga b.d perubahan status kesehatan anaknya

e. Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b.d pemaparan informasi terbatas,
salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif.

f. Kecemasan anak b.d perpisahan dengan orang tua, lingkungan yang baru



3.     Intervensi dan Rasional
Dx.1 Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta intake terbatas (mual)

Tujuan : Kebutuhan cairan akan terpenuhi dengan kriteria tidak ada tanda-tanda dehidrasi



Berikan cairan oral dan parenteral sesuai dengan program rehidrasi

Sebagai upaya rehidrasi untuk mengganti cairan



Pantau intake dan output. yang keluar bersama feses.

Memberikan informasi status keseimbangan cairan untuk menetapkan kebutuhan cairan pengganti.


Kaji tanda vital, tanda/gejala dehidrasi dan hasil pemeriksaan laboratorium Menilai status hidrasi, elektrolit dan
keseimbangan asam basa

Kolaborasi pelaksanaan terapi definitif

Pemberian obat-obatan secara kausal penting setelah penyebab diare diketahui
Dx.2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien dan peningkatan peristaltik
usus.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria terjadi peningkatan berat badan

Pertahankan tirah baring dan pembatasan aktivitas selama fase akut.
Menurunkan kebutuhan metabolic

Pertahankan status puasa selama fase akut (sesuai program terapi) dan segera mulai pemberian makanan per oral
setelah kondisi klien mengizinkan Pembatasan diet per oral mungkin ditetapkan selama fase akut untuk menurunkan
peristaltik sehingga terjadi kekurangan nutrisi. Pemberian makanan sesegera mungkin penting setelah keadaan klinis
klien memungkinkan.
Bantu pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan program diet Memenuhi kebutuhan nutrisi klien
Kolaborasi pemberian nutrisi parenteral sesuai indikasi Mengistirahatkan kerja gastrointestinal dan
mengatasi/mencegah kekurangan nutrisi lebih lanju
Dx.3 : Nyeri (akut) b/d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.

Tujuan:Nyeriberkurangdengankriteriatidakterdapatlecetpadaperirektal
Atur posisi yang nyaman bagi klien, misalnya dengan lutut fleksi.
Menurunkan tegangan permukaan abdomen dan mengurangi nyeri

Lakukan aktivitas pengalihan untuk memberikan rasa nyaman seperti masase punggung dan kompres hangat
abdomen

Meningkatkan relaksasi, mengalihkan fokus perhatian klien dan meningkatkan kemampuan koping

Bersihkan area anorektal dengan sabun ringan dan airsetelah defekasi dan berikan perawatan kulit

Melindungi kulit dari keasaman feses, mencegah iritasi

Kolaborasi pemberian obat analgetika dan atau antikolinergik sesuai indikasi

Analgetik sebagai agen anti nyeri dan antikolinergik untuk menurunkan spasme traktus GI dapat diberikan sesuai
indikasi klinis
Kaji keluhan nyeri dengan Visual Analog Scale (skala 1-5), perubahan karakteristik nyeri, petunjuk verbal dan non
verbal

Mengevaluasi perkembangan nyeri untuk menetapkan intervensi selanjutnya

Dx.4 : Kecemasan keluarga b/d perubahan status kesehatan anaknya.
Tujuan : Keluarga mengungkapkan kecemasan berkurang.

Dorong keluarga klien untuk membicarakan kecemasan dan berikan umpan balik tentang mekanisme koping yang
tepat.

Membantu mengidentifikasi penyebab kecemasan dan alternatif pemecahan masalah

Tekankan bahwa kecemasan adalah masalah yang umum terjadi pada orang tua klien yang anaknya mengalami
masalah yang sama

Membantu menurunkan stres dengan mengetahui bahwa klien bukan satu-satunya orang yang mengalami masalah
yang demikian

Ciptakan lingkungan yang tenang, tunjukkan sikap ramah tamah dan tulus dalam membantu klien.

Mengurangi rangsang eksternal yang dapat memicu peningkatan kecemasan
Dx.5 : Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d pemaparan informasi
terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif.

Tujuan : Keluarga akan mengerti tentang penyakit dan pengobatan anaknya, serta mampu mendemonstrasikan
perawatan anak di rumah.

Kaji kesiapan keluarga klien mengikuti pembelajaran, termasuk pengetahuan tentang penyakit dan perawatan
anaknya.

Efektivitas pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental serta latar belakang pengetahuan sebelumnya.

Jelaskan tentang proses penyakit anaknya, penyebab dan akibatnya terhadap gangguan pemenuhan kebutuhan
sehari-hari aktivitas sehari-hari.

Pemahaman tentang masalah ini penting untuk meningkatkan partisipasi keluarga klien dan keluarga dalam proses
perawatan klien

Jelaskan tentang tujuan pemberian obat, dosis, frekuensi dan cara pemberian serta efek samping yang mungkin
timbul

Meningkatkan pemahaman dan partisipasi keluarga klien dalam pengobatan.



Jelaskan dan tunjukkan cara perawatan perineal setelah defekasi

Meningkatkan kemandirian dan kontrol keluarga klien terhadap kebutuhan perawatan diri anaknya

Dx. 6 : Kecemasan anak b.d Perpisahan dengan orang tua, lingkugan yang baru

Tujuan : Kecemasan anak berkurang dengan kriteria memperlihatkan tanda-tanda kenyamanan

Anjurkan pada keluarga untuk selalu mengunjungi klien dan berpartisipasi dalam perawatn yang dilakukan

Mencegah stres yang berhubungan dengan perpisahan
Berikan sentuhan dan berbicara pada anak sesering mungkin

Memberikan rasa nyaman dan mengurangi stress



Lakukan stimulasi sensory atau terapi bermain sesuai dengan ingkat perkembangan klien

Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan secara optimum

4.   Implementasi

Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan yang telah direncanakan sebelumnya.

5.   Evaluasi

Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan sejauhmana tujuan tersebut tercapai. Bila ada yang belum tercapai
maka dilakukan pengkajian ulang, kemudian disusun rencana, kemudian dilaksanakan dalam implementasi
keperawatan lalau dievaluasi, bila dalam evaluasi belum teratasi maka dilakukan langkah awal lagi dan seterusnya
sampai tujuan tercapai.



                                                         BAB III

                                                     TINJAUAN KASUS



A.          Pengkajian

1. Identitas Pasien

Nama            : Anak Arya

Umur            : 4 bulan

Jenis kelamin : laki-laki

Alamat                  : Kulim Jalan Harapan Raya

Tanggal Masuk: 23 oktober 2010

Diagnosa medis: gastroenteritis



Nama Ayah       : Tuan Endang

Umur            :35 tahun

Pekerjaan       : wiraswasta

Pendidikan      : SMA

Suku bangsa : sunda

Alamat                  : Kulim Jalan Harapan Raya



Nama Ayah       : Bu Novi
Umur          : 31 tahun

Pekerjaan        : wiraswasta

Pendidikan       : SMA

Suku bangsa : sunda

Alamat                   : Kulim Jalan Harapan Raya



1.   Keluhan Utama

Alas an masuk dengan keluhan BAB berlendir dan berdarah sudah 4 hari yang lalu. BAB yang sedikit tapi sering
sekitar 7-8 kali perhari.ps. masuk via IGD Rujukan dr. Arya Bunda.

3. Keadaan Umum

       Tingkat kesadaran compos mentis, panjang badan 65 cm, BB 6 kg, LILA 35 cm, lingkar kepala 18 cm, TTV: Suhu:
36,6 C, Nadi 140 x/menit, RR 46 x/menit, keluhan lain BAB berlendir dan berdarah serta encer.

4. Riwayat kesehatan

                 keluhan utama BAB encer, berlendir dan berdarah,sehari bias 7-8 kali. Keluhan sudah ada 4 hari
sebelum pasien masuk RS, factor pencetus adalah alergi susu sapi. Pada riwayat kesehatan dahulu tidak ada penyakit
berat dan tidak ada dioperasi, keluarga tidak ada penyakit menular atau keturunan.

5. Riwayat Imunisasi

  imunisasi belum lengkap, imunisasi yang didapat adalah BCG, DPT, Polio, imunisasi yang belum didapat adalah
Campak, waktu imunisasi adalah sebelum dirawat di RS.

6. Psikososial

   hubungan dengan anggota keluarga anak sangat dekat dengan ayah dan ibunya. ps tidak ada teman sebaya.
karakter periang.

7. Riwayat Tumbuh Kembang

motorik halus, motorik kasar, kognitif dan bahasa berkembang dengan baik.

8. Jenis Kebutuhan

a. makanan, pada kondisi sehat nakan teratur, makanan air tajin, 3x/ hari. selama sakit ps tidak diperbolehkan
minum susu sapi oleh dokter, intake inadekuat, mengisap putting susu lemah, ASI diberikan tidak adekuat, ibu jarang
menyusui bayinya.

b. cairan, selama sehat ps minum susu teratur, selama sakit masukan oral sebayak 300cc dan pemasukan parenteral
sebanyak 250cc total 550 cc.

c. eliminasi, selama sehat frekuensi BAK 5-6 kali perhari, warna kuning bening bau khas, jumlah 350- 400 cc/ hari.
selama sakit frekuensi 6-7 kali perhari, warna kuning, bau khas, tidak terpasang kateter, ada tahana waktu BAK, ps
tampak mengedan saat BAK. BAB selama sehat 1 x / hari, konsistensi lembek, mengikuti bentuk kolon. warna dan
bau tidak terkaji. waktu sakit BAB 7-8 x / hari dengan konsistensi encer, tidak mengikuti bentuk kolon, warna kuning
kemerahan, bau amis, jumlah tidak terkaji, ada lendir dan darah, ps tampak mengedan saat BAB dan meringis, tidak
ada pemakaian laksatif.
d. tidur, selama sehat pola tidur teratur, malam 9-10 jam, siang 1,5 jam, jumlah jam tidur 11,5 jam. waktu sakit,
pola teratur, malam 9-10 jam, siang 11,5 jam,

e. kebutuha bermain, waktu sehat, jenis permainan tepuk tangan frekuensi sering jika ps tidak bisa tidur, 16 menit
tiap bermain, teman bermain ibu pasien. waktu sakit permainan sama.

9. Pemeriksaan Fisik

a. kepala : lingkar kepala 37 cm, distribusi rambut hanya dibagian atas saja tekstur rambut halus, warna hitam,
tidak ada lesi, wajah agak pucat.

b. Mata : mata simetris, palpebra tidak ada pembengkakan, konjungtiva agak pucat, sclera putih,m ukuran pupil 2
cm, reaksi pupil +/+ kiri dan kanan..

c. Hidung : hidung simetris, warna sama dengan kulit sekitar, bersih, septumdan konka hidung tidak ada kelainan,
tidak ada sekret dan polip.

d. Telinga: posis sejajar kiri dan kana, tidak ada secret, membrane timpani tidak ada peradangan, ketajaman penuh.
Tidak ada nyri aurikel dan mastoid.

e. Mulut : simetris, bersih, bibir normal, gigi belum lengkap, tonsil normal.

f. Thorak / dada paru : bentuk normal chest, simetris, pernafasan dada, gerakan paru simetris, ekspansi dada
simetris, taktil fremitus teraba, sura paru sonor, suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan.

g. Jantung: iktus kordis tidak terlihat, precordial fraction rub tidak terlihat, iktus kordis teraba, batas jantung jelas
dan tidak ada pembesaran, suara organ jantung pekak, bunyi jantung S1 dan S2 terdengar, intensitas S1>S2 dan
bunyi reguler.Tidak ada bunyi jantung tambahan.

h. Abdomen dan anus : abdomen bentuk soepel, simetris, warna sama dengan kulit sekitar, tidak ada lesi dan
asites. Bising usus 38 x / menit, bunyi bruit tidak terdengar. Suara abdomen tympani, tidak terdapat massa dan
pembesaran, titik mc burney tidak ada nyeri, tanda peritonitis tidak ada. Palpasi dalam pada hepar dan limpa tidak
terdapat pembesaran dan nyeri. Warna anus merah muda / kemerah-merahan. terdapat lesi, tidak ada fistula dan
hemoroid.

i.   Genitalia : simetris, tidak terpasang kateter dan tidak ada kelainan.

j. Ektremitas dan punggung : punggung tidak ada lesi, tidak ada nyeri dan kelainan tulang belakang. Ekstremitas
simetris, tidak ada edema dan deformitas tulang. Palpasi tulang dan sendi normal. Kekuatan otot 5. Tidak ada
keterbatasan gerak.

k. Kulit : lesi tidak ada, kulit lembab, turgor elastisitas, tekstur elastic, tidak ada kemerah merah.



10. Pemeriksaan Neurologis

        Reflek fisiologis: babynski +, rooting +, soaking lemah, bayi malas mengisap putting susu ibunya, reflek
meningeal: kejang + tiap sebentar,sekitar 5 detik.



11. Hasil Pemeriksaan Diagnostic

- Pemeriksaan Hb = 9,8 gr% ( 04 Nov. 2010)

- Pemeriksaan Hb = 10,2 gr% ( 05 Nov. 2010)

- Pemeriksaan Hb = 10,7 gr% ( 06 Nov. 2010)
12. Terapi Yang Diberikan

     02-11-2010 :

     Luminal 2 x 15 mg

     Oralit 50 mg tiap mencret

     Diit ML 700 kkal

     IVFD Kaen IIIB 28 tts / i

 03-11-2010 :

     Luminal 2 x 15 mg

     Oralit 50 mg tiap mencret

     Diit ML 700 kkal

     IVFD Kaen IIIB 28 tts / i

 02-11-2010 :

     Luminal 2 x 15 mg

     Oralit 50 mg tiap mencret

     Diit ML 700 kkal

     IVFD Kaen IIIB 28 tts / i



B.             Analisa Data

No. Data Fokus                                                             Penyebab       Masalah

1.      DO:                                                                Alergi susu    Diare
                                                                           sapi
        ·     BAB encer, berlendir serta berdarah

        ·     KU ps. Lemah

        ·     Bising usus 38x/menit

        ·     BAB 7-8 Perhari

        ·     TTV: Suhu: 36,6 C, Nadi 140 x/menit, RR 46 x/menit

        DS:

        ·     Keluaga mengatakan BAB encer sudah 4 hari, jumlah sedikit.



2.      DO:                                                                ekskresi/BAB   Kerusakan
                                                                           sering         integritas
        ·      Warna anus kemerahan
                                                                                          kulit
·       Terdapat lesi disekitar anus

      ·       Frekuensi diare 7-8 x/ hari

      ·       Daerah sekitar anus lembab

      DS:

      ·       Keluarga mengatakan lesi dibagian anus sudah 2 hari.

3.    Do:                                                                                   Kelemahan      Menyusui
                                                                                            reflek         tidak efektif
      ·       Bayi tampak malas menyusu kepada ibunya                                       menyusui
      ·       Reflek menyusu lemah

      ·       BB turun = 6,5 kg – 6 kg dalam 3 hari

      ·       KU lemah

      ·       Ps. Hanya minum susu ASI

      ·       Hb: 9,8 gr%

      ·       Wajah bayi agak pucat



      DS:

      ·       Ibunya mengataka bahwa jarang menyusui anaknya

      ·       Ibunya mengatakan mrnyusui anaknya tidak teratur



C.           Diagnosa Keperawatan

Diare b.d Alergi susu sapi

kerusakan integritas kulit b.d ekskresi/BAB sering

Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui



D.           Intervensi

No Diagnosa keperawatan              Tujuan dan Kriteria Hasil       Intervensi

                                     (NOC)                           (NIC)

1    Diare b.d Alergi susu sapi      Setelah dilakukan tidakan       Fluid management
                                     keperawatan dalam 5 x 24
     Ditandai dengan :               jam eliminasi BAB dan status    ·       Timbang popok/pembalut jika diperlukan

     · Keluaga mengatakan            hidrasi efektif.                ·    Pertahankan catatan intake dan output yang
     BAB encer sudah 4 hari,                                         akurat
     jumlah sedikit.
                                     Kriteria hasil:                 ·   Monitor status hidrasi (kelembaban membran
     ·      BAB encer, berlendir                                     mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik), jika
serta berdarah                ·   Tidak ada diare            diperlukan

    ·     KU ps. Lemah            ·   Konsistensi tidak cair     ·    Monitor vital sign

    ·     Bising usus 38x/menit   ·   Ada ampas                  ·     Monitor masukan makanan / cairan dan hitung
                                                                 intake kalori harian
    ·     BAB 7-8 Perhari         · Tidak ada tanda-tanda
                                  dehidrasi                      ·    Kolaborasikan pemberian cairan intravena IV
    · TTV: Suhu: 36,6 C,
    Nadi 140 x/menit, RR 46       ·   TTV dalam batas normal     ·    Monitor status nutrisi
    x/menit
                                  · Bising usus dalam batas      ·    Dorong masukan oral
                                  normal
                                                                 ·    Kontrol bising usus

                                                                 ·   Dorong keluarga untuk membantu pasien
                                                                 minum susu

                                                                 ·   Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih
                                                                 muncul meburuk

                                                                 ·    Berikan oralit sesuai indikasi

2   kerusakan integritas kulit    Setelah dilakukan tidakan      Skin care
    b/d ekskresi/BAB sering       keperawatan dalam 5 x 24
                                  jam membrane mukosa dan        § Hindari kerutan padaa tempat tidur
    DO:                           kulit kembali efektif          § Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
    ·   Warna anus
    kemerahan                                                    § Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua
                                  Kriteria Hasil :               jam sekali
    ·     Terdapat lesi
    disekitar anus                v Integritas kulit yang baik   § Monitor kulit akan adanya kemerahan
                                  bisa dipertahankan (sensasi,   § Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah
    ·     Frekuensi diare 7-8     elastisitas, temperatur,
    x/ hari                                                      yang tertekan
                                  hidrasi, pigmentasi)
    ·   Daerah sekitar anus                                      § Monitor status nutrisi pasien
                                  v Tidak ada luka/lesi pada
    lembab                                                       § Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
                                  kulit
    DS:                           v Perfusi jaringan baik        § Jaga kulit tetap kering
    Keluarga mengatakan lesi
                                  v Menunjukkan pemahaman
    dibagian anus sudah 2         dalam proses perbaikan kulit
    hari.                         dan mencegah terjadinya
                                  sedera berulang

                                  v Mampu melindungi kulit
                                  dan mempertahankan
                                  kelembaban kulit dan
                                  perawatan alami



3   Menyusui tidak efektif b.d    Setelah dilakukan tidakan      Nutrition Management
    Kelemahan reflek              keperawatan dalam 7 x 24
    menyusui d.d:                 jam status nutrisi dan         § Kaji BB setiap hari
Do:                           menyusui efektif.                    § Kaji adanya kelemahan dan kelasan bayi dalam
                                                                          menyusui
       ·   Bayi tampak malas         Kriteria Hasil :
       menyusu kepada ibunya                                              § Kaji kadar Hb
                                     · Adanya peningkatan
       ·    Reflek menyusu           berat badan sesuai dengan            § Ajarkan ibu pentingnya memberi susu secara
       lemah                         tujuan                               teratur

       ·     BB turun = 6,5 kg – 6   ·   malnutrisi                       § Kaji adanya pucat
       kg dalam 3 hari
                                     · Tidak terjadi penurunan            § Beritahu ibu pentingnya ASI bagi bayi
       ·     KU lemah                berat badan yang berarti

       ·    Ps. Hanya minum          · Ibu mau menyusui
       susu ASI                      anaknya dengan teratur

       ·     Hb: 9,8 gr%             · Reflek menyusui anak
                                     baik
       ·     Wajah bayi agak
       pucat                         ·   Hb dalam batas normal

                                     · Bayi tidak lagi malas
                                     mengisap putting susu
       DS:
                                     ·   Bayi tidak lagi pucat
       ·    Ibunya mengatakan
       bahwa jarang menyusui
       anaknya

       ·     Ibunya mengatakan
       mrnyusui anaknya tidak
       teratur




E.           Implementasi dan Evaluasi

Tanggal        Jam      No.    Implementasi                      Evaluasi                                                Paraf
                        Dx
/ hari

04             09.00 I         · Mengukur TTV                    S: -                                                    TTD

Nov.           09.10           · Mengkaji keadaan umum           O:
                               ps
2010           10.00                                             -      berat popok 500 gr
                               · Memberikan cairan lewat
                               infus                             -      TTV: S: 36,6 C

Kamis          12.00           · Mengukur balance cairan                    N: 140x/menit

               12.30           · Mengkaji BAB                               RR:46 X/menit

               12.45           · Menimbang popok                 -      IVFD=RL 20 tts / menit mikro.
13.00         · Mengukur bising usus       -     Balance cairan +150 ml

                                                     -     KU ps lemah

                                                     -     BAB encer, berlendir, dan berdarah

                                                     -     Bisisng usus = 38 x / menit

                                                     A: Diare b.d Alergi susu sapi belum teratasi

                                                     P: Intervensi dilanjutkan

04        09.00 II      · Mengkaji adnya lesi        S:                                                      TTD

Nov.      09.10         · Mengkaji frekuensi diare   -        keluaga mengatakan ada lesi dibagian anus
                        setiap 24 jam
2010                                                 O:
                        · Mengobservasi tanda –
          19.15         tanda kerusakan integritas   -        frekuensi diare 7-8 x/ hari

Kamis                   kulit                        -        terdapat kemerahan disekitar anus
                        · Memandikan ps              -       verbeden setiap hari

          10.00         · Melakukan verbeden         -       ps. Tamapk tenag setelah dimandikan dan
                                                     diberi lotion
          12.00
                                                     A: kerusakan integritas kulit b/d ekskresi/BAB sering
                                                     belum teratasi

                                                     P: Intervensi dilanjutkan

04        10.00 III     § mengkaji kekuatan          S:-                                                     TTD
                        menusui pada bayi
Nov.                                                 O:
                        § menimbang BB
2010      12.00                                      -     Ps. Alergi susu sapi
                        § Mengkaji turgor kulit
          12.10                                      -     Diit diberikan sesuai konsultasi ahli gizi
                        § Mengkaji adanya alergi
  Kamis   12.15                                      -     BB: 6 kg
                        § Mengkaji tingkat
          12.30         kerajinan ibu dalam          -     Turgor kulit jelek
                        menyusui bayinya.            -     Lingkungan nyaman selama pemberian diit
                        § Memberiakn diit sesuai     -     Tidak ada perubahan pigmen kulit
                        indikasi
          12.45                                      -     Hb 9,8 gr%
                        § Mengukur Hb
                                                     A: Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek
                                                     menyusui belum teratasi

                                                     P : intervensi dilanjutkan




Tanggal   Jam     No.   Implementasi                 Evaluasi                                                Paraf
/ hari           Dx

06       09.00 I      · Mengukur TTV               S: -                                                    TTD

Nov.     09.10        · Mengkaji keadaan umum      O:
                      ps
2010     10.00                                     -      berat popok 400 gr
                      · Memberikan cairan lewat
                      infus                        -      TTV: S: 36,8 C

Sabtu    12.00        · Mengukur balance cairan               N: 148 x /menit

         12.30        · Mengkaji BAB                          RR:50 x /menit

         12.45        · Menimbang popok            -      IVFD=RL 20 tts / menit mikro.

         13.00        · Mengukur bising usus       -      Balance cairan +170 ml

                                                   -      KU ps lemah

                                                   -      BAB encer, berlendir, dan berdarah

                                                   -      Bisisng usus = 36 x / menit

                                                   A: Diare b.d Alergi susu sapi belum teratasi

                                                   P=Intervensi dilanjutkan

06       09.00 II     · Mengkaji adnya lesi        S:                                                      TTD

Nov.     09.10        · Mengkaji frekuensi diare   -         keluaga mengatakan masih ada lesi dibagian
                      setiap 24 jam                anus
2010
                      · Mengobservasi tanda –      O:
         19.15        tanda kerusakan integritas
                      kulit                        -         frekuensi diare 6-7 x / hari
Sabtu
                      · Memandikan ps              -         terdapat kemerahan disekitar anus

                      · Melakukan verbeden         -        verbeden setiap hari
         10.00
                                                   -       ps. Tampak tenag setelah dimandikan dan
         12.00                                     diberi lotion

                                                   A: kerusakan integritas kulit b/d ekskresi/BAB sering
                                                   belum teratasi

                                                   P: Intervensi dilanjutkan

06       10.00 III    § mengkaji kekuatan          S:-                                                     TTD
                      menusui pada bayi
Nov.                                               O:
                      § menimbang BB
2010     12.00                                     -      Ps. Alergi susu sapi
                      § Mengkaji turgor kulit
         12.10                                     -      Diit diberikan sesuai konsultasi ahli gizi
                      § Mengkaji adanya alergi
Sabtu    12.15                                     -      BB: 6,1 kg
                      § Mengkaji tingkat
         12.30        kerajinan ibu dalam          -      Turgor kulit jelek
menyusui bayinya.            -      Lingkungan nyaman selama pemberian diit

                        § Memberiakn diit sesuai     -      Tidak ada perubahan pigmen kulit
                        indikasi
          12.45                                      -      Hb 10,2 gr%
                        § Mengukur Hb
                                                     A: Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek
                                                     menyusui belum teratasi
          13.00
                                                     P : intervensi dilanjutkan



Tanggal   Jam     No.   Implementasi                 Evaluasi                                                Paraf
                  Dx
/ hari

05        09.00 I       · Mengukur TTV               S: -                                                    TTD

Nov.      09.10         · Mengkaji keadaan umum      O:
                        ps
2010      10.00                                      -      berat popok 350 gr
                        · Memberikan cairan lewat
                                                     -      TTV: S: 36,5 C
                        infus
Jumat     12.00         · Mengukur balance cairan               N: 140 x /menit

          12.30         · Mengkaji BAB                          RR: 46 x /menit

          12.45         · Menimbang popok            -      IVFD=RL 20 tts / menit mikro.

          13.00                                      -      Balance cairan +170 ml
                        · Mengukur bising usus
                                                     -      KU ps lemah

                                                     -      BAB encer, berlendir, dan berdarah

                                                     -      Bising usus = 32 x / menit

                                                     A: Diare b.d Alergi susu sapi belum teratasi

                                                     P=Intervensi dilanjutkan

05        09.00 II      · Mengkaji adnya lesi        S:                                                      TTD

Nov.      09.10         · Mengkaji frekuensi diare   -         keluaga mengatakan masih ada lesi dibagian
                        setiap 24 jam                anus
2010
                        · Mengobservasi tanda –      O:
          19.15         tanda kerusakan integritas
                        kulit                        -        frekuensi diare 5 x / hari
Jumat
                        · Memandikan ps              -        terdapat kemerahan disekitar anus

                        · Melakukan verbeden         -        verbeden setiap hari
          10.00
                                                     -       ps. Tampak tenag setelah dimandikan dan
          12.00                                      diberi lotion

                                                     A: kerusakan integritas kulit b/d ekskresi/BAB sering
belum teratasi

                                                             P: Intervensi dilanjutkan

05               10.00 III      § mengkaji kekuatan          S:-                                                        TTD
                                menusui pada bayi
Nov.                                                         O:
                                § menimbang BB
2010             12.00                                       -     Ps. Alergi susu sapi
                                § Mengkaji turgor kulit
                 12.10                                       -     Diit diberikan sesuai konsultasi ahli gizi
                                § Mengkaji adanya alergi
Jumat            12.15                                       -     BB: 6,3 kg
                                § Mengkaji tingkat
                 12.30          kerajinan ibu dalam          -     Turgor kulit jelek
                                menyusui bayinya.            -     Lingkungan nyaman selama pemberian diit
                                § Memberiakn diit sesuai     -     Tidak ada perubahan pigmen kulit
                                indikasi
                 12.45                                       -     Hb 10,7 gr%
                                § Mengukur Hb
                                                             A: Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek
                                                             menyusui belum teratasi
                 13.00
                                                             P : intervensi dilanjutkan



BAB IV

PEMBAHASAN




A.     Pengkajian

Sesuai dengan pengkajian teoritis dibandingkan dengan Pengkajian pada Anak Arya dengan Gastroenteritis maka
didapatkan data senajng sebagai berikut :

No.     Data Senjang                                                               Penyebab                     Masalah

1.      DO:                                                                        Alergi susu sapi             Diare

        ·     BAB encer, berlendir serta berdarah

        ·     KU ps. Lemah

        ·     Bising usus 38x/menit

        ·     BAB 7-8 Perhari

        ·     TTV: Suhu: 36,6 C, Nadi 140 x/menit, RR 46 x/menit

        DS:

        ·     Keluaga mengatakan BAB encer sudah 4 hari, jumlah sedikit.
2.    DO:                                                                      ekskresi/BAB sering    Kerusakan
                                                                                                      integritas
      ·     Warna anus kemerahan                                                                      kulit
      ·     Terdapat lesi disekitar anus

      ·     Frekuensi diare 7-8 x/ hari

      ·     Daerah sekitar anus lembab

      DS:

      ·     Keluarga mengatakan lesi dibagian anus sudah 2 hari.

3.    Do:                                                                      Kelemahan reflek       Menyusui
                                                                               menyusui               tidak
      ·      Bayi tampak malas menyusu kepada ibunya                                                  efektif
      ·      Reflek menyusu lemah

      ·      BB turun = 6,5 kg – 6 kg dalam 3 hari

      ·      KU lemah

      ·      Ps. Hanya minum susu ASI

      ·      Hb: 9,8 gr%

      ·      Wajah bayi agak pucat



      DS:

      ·     Ibunya mengatakan bahwa jarang menyusui anaknya

      ·     Ibunya mengatakan mrnyusui anaknya tidak teratur



Data senjang diatas sesuai dengan pengkajian teoritis yang telah dibuat.




B.   Diagnosa Keperawatan

Secara teoritis diagnosa keperawatan yang berkemungkinan muncul pada diare ada 6 diagnosa. Dari 6 diagnosa
keperawatan tersebut, hanya 3 diagnosa yang kelompok temukan pada kasus ini. Adapun diagnosa yang muncul
pada anak Arya Yaitu:

Diare b.d Alergi susu sapi

Diagnosa ini diangkat karena bayi tersebut diare disebabkan oleh alergi susu sapi.

kerusakan integritas kulit b.d ekskresi/BAB sering
Diagnosa ini diangkat karena pada anus pasien sudah terdapat lesi dan warnanya merah muda

Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui

Diagnosa ini diangkat karena bayi tampak malas menyusui dan menyusui tidak teratur

C.   Perencanaan

1.   Intervensi Fluid management diangkat diharapkan eliminasi BAB dan status hidrasi bias efektif

Intervensi Skin care diangkat diharapkan membrane mukosa dan kulit kembali efektif

Intervensi Nutrition Management diangkat diharapkan status nutrisi dan menyusui efektif.



Implementasi

Diare b.d Alergi susu sapi

1.   Mengukur TTV

2.   Mengkaji keadaan umum ps

3.   Memberikan cairan lewat infus

4.   Mengukur balance cairan

5.   Mengkaji BAB

6.   Menimbang popok

7.   Mengukur bising usus

kerusakan integritas kulit b/d ekskresi/BAB sering

1.   Mengkaji adnya lesi

2.   Mengkaji frekuensi diare setiap 24 jam

3.   Mengobservasi tanda – tanda kerusakan integritas kulit

4.   Memandikan ps

5.   Melakukan verbeden

Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui

1.   mengkaji kekuatan menusui pada bayi

2.   menimbang BB

3.   Mengkaji turgor kulit

4.   Mengkaji adanya alergi

5.   Mengkaji tingkat kerajinan ibu dalam menyusui bayinya.

6.   Memberiakan diit sesuai indikasi

7.   Mengukur Hb
Dalam asuhan keperawatn hanya implementasi diatas saja yang dilaksanakan, ada beberapa intervensi yang tidak
dilakukan karena keterbatasan waktu bagi kelompok untuk mengelola pasien.

E. Evaluasi

     Dalam evaluasi ini tidak semua criteria hasil dapat tercapai karena keterbatasan waktu dari kelompok untuk
mengelola asuhan keperawatan pada anak Arya.

                                                       BAB V

                                                      PENUTUP



A. Kesimpulan

Dari hasil penerapan proses keperawatan yang kelompom lakukan pada An. A dengan Gastroenteritis diruangan
Merak I RSUD Arifin Achmad Pekanbaru dapat ditemukan 3 diagnosa keperawatan yang muncul yaitu:

Diare b.d Alergi susu sapi

kerusakan integritas kulit b.d ekskresi/BAB sering

Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui

Setelah Perencanaan keperawatan disusun, dalam pelaksanaan keperawatan, kelompok dapat melaksanakan semua
rencana keperawatan yang telah disusun Dalam melaksanakan tindakan keperawatan kelompok bekerjasama
dengan klien, keluarga, dan perawat ruangan. Selain itu, implementasi keperawatan tersebut disesuaikan dengan
kondisi dan fasilitas ruangan perawatan klien.

RESUME KEPERAWATAN


                                                     BAB II
                                              RESUME KEPERAWATAN


A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada hari Minggu 22 Juni 2008, pukul 16.45 WIB di Rumah Sakit Purbowangi R. Handayani Ff .
1. Identitas Pasien
Nn. O umur 19 th, jenis kelamin perempuan, agama Islam suku bangsa Jawa/indonesia, pendidikan terakhir Sekolah
Menengah Atas, pekerjaan Mahasiswa, beralamat Jetis 2/3 Nusawungu, Nomor Register 041759 tanggal masuk 20
Juni 2008.
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke Instalasi Gawat Darurat RS Purbowangi pada tanggal 20 Juni pukul 16.45 dengan post Kecelaaan
Lalu Lintas (KLL) pasien mengeluh pusing dan mual muntah. Selain pusing pasien juga terdapat luka lecet di tangan
sebelah kanan. Dan nyeri saat berdiri, nyerinya seperti ditususk- tusuk jarum, nyerinya di kepala bagian belakang skal
nyeri 6 serta lamanya nyeri ± 3 menit.
3. Riwayat penyakit dahulu
Pasien sebelumnya belum pernah mengalami sakit yang sama seperti yang di derita sekarang ini, belum pernah
dirawat di Rumah Sakit sebelumnya.
4. Pengkajian Fokus
Pengkajian dilakukan pada hari Minggu tanggal 22 Juni 2008 puul 16.45 WIB pada hari kedua perawatan pasien
mengatakan nyeri kepala dengan skala nyeri 6, nyeri datang dan semakin bertambah saat duduk dan berkurang
ketika sedang istirahat atau dengan tiduran, nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk, pasien juga mengatakan lemas
saat melakukan aktivitas dan berkurang jika istirahat. Pada tangan kanan terpasang infus RL 20 tetes permenit dan
pada bagian tangan sebelah kiri (pada siku) terdapat luka lecet.
Pada saat pengkajian kesadaran umum Compos mentis, Glasglow Coma Scale (GCS) 15 dengan eye 4 verbal 5 dan
motorik 6. Tanda-tanda Vital: Tekanan darah 120/90 mmHg, nadi 81 kali permenit, respirasi rate 23 kali permenit,
suhu 36oC. Dari pemeriksaan laboratorium pada tanggal 21 Juni 2008 ditemukan data Hemoglobin: 13,2 gr% (normal
12-18 gr%), Antal Leukosit 8.900 mm3 (normal 4.000-10.000 mm3 ), Golongan darah O.
Terapi yang duberikan pada tanggal 22 Juni 2008 yaitu terapi Oral Mertigo 3x6 mg, Neuciti 1x1, Antasida syirup 3x1
sendok teh, Asam mefenamat 3x500 mg, dan terapi intra vena yaitu Ranitidin 2x1@250mg, Ampicilin 3x1gr,
Primperan 3x1 dan Piracetam 3x1.
B. Analisa Data dan Diagnosa
Dari data yang didapat pada tanggal 22 Juni 2008 maka diagnosa yang muncul pada Nn. O adalah sebagai berikut:
Pertama, dari data subyektif pasien megatakan pasien mengatakan pusing banget dan data oyektif pasien
didapatkan data Skala nyeri 6, pasien kelihatan pucat, nyeri berkurang saat duduk dan berkurang jika tiduran, nyeri
dirasakan seperti ditusuk-tusuk, dan lamanya nyeri ± 3 menit, Tekanan Darah: 120/90 mmHg, Nadi: 81X/mnt
Respirate rate: 23 kali permenit Suhu: 36O Celcius. Dari kedua data maka diagnosa keperawatan yang muncul adalah
nyeri akut berhubungan dengan trauma kepala.
Kedua, dari data subyektif pasien didapatkan data: pasien pusing saat melakukan aktivitas dan hilang saat istirahat
sedangkan dari data obyektif pasien didapatkan data: pasien terlihat tiduran dan aktivitas dibantu keluarga. Dari
kedua data maka diagnosa keperawatan yang muncul adalah Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring/
imobilitas.
Ketiga, dari data obyektif pasien didapatkan data: terpasang infus Ringer Laktat 20 tetes permenit, terdapat luka
lecet di tngan sebelah kiri. Dari kedua data maka diagnosa keperawatan yang muncul adalah Risiko tinggi infeksi
berhubungan dengan jalan masuk mikroorganisme.
C. Intervensi, Implementasi, dan Evaluasi
Penulis merangkaikan perencanaan, pelaksanaan, dan eveluasi menjadi satu bagian agar pembaca lebih mudah
memehami masalah yang dihadapui olh pasien, rencana tindakan yang akan dilaukan untuk menyelesaikan masalah
tersebut, bagaimana pelaksanaan tindakanya, serta bagaimana hasil akhir dari asuhan keperawatan yang diberikan.

1. Nyeri berhubungan dengan trauma kepala
Tujuan yang hendak dicapai adalah nyeri dapat berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 1X8 jam,
dengan kriteria, skala nyeri turun menjadi 3, wajah tampak rilek dan tanda-tanda vital dalam batas normal.
Sedangkan rencana tindakan untuk mengatasi masalah nyeri yaitu memonitor tanda-tanda vital, kaji skala,
karakteristik, intensitas, kualitas dan kuantitas nyeri (PQRST), ajarkan teknik relaksasi dan distraksi, berikan posisi
yang senyaman mungkin, ciptakan lingungan yang aman dan nyaman berikan analgtik sesuai dengan instrusi dokter
(Asam Mefenamat 3X500 mg, Mertigo 3X6 mg).
Adapun pelaksanaan dari rencana tindakan tersebut pada tanggal 23 Juni 2008 pukul 09.00 WIB adalah mengkaji
keadaan umum pasien baik, kesadaran Compos Mentis dengan Glasglow Coma Skale 15 (E4 V5 M6). Mengukur
tanda-tanda vital dengan respon Tekanan darah 120/90 mmHg, nadi 81 kali permenit, respirasi rate 23 kali permenit,
suhu 36oC. Pada pukul 09.30 WIB mengkaji keluhan pasien dengan respon pasien mengatakan nyeri dengan skala 6
pada kepalanya, seperti ditusuk-tusuk, nyeri timbul dan bertambah ketika duduk dan berkurang jika tiduran atau
dengan istirahat. Pada pukul 10.00 WIB mengajarkan teknik relaksasi dan distraksi dengan respon pasien mengikuti
dan tampak antusias mengikuti anjuran teknik relaksasi dan distraksi. Pada pukul 11.00 WIB memberikan obat oral
Mertigo 6 mg, Asam Mefenamat 500 mg dan Neurodex.
Evaluasi pada pukul tanggal 24 Juni 2008 yaitu data subyektif pasien mengatakan nyeri kepalanya masih ada. Data
obyektifnya pasien masih telihat menahan nyeri dan sesekali masih memegang area nyeri, tekanan darah 120/90
mmHg, nadi 81 kali permenit, respirasi rate 23 kali permenit, suhu 36oC. Masalah keperawatan nyeri belum teratasi.
Lanjutkan intervensi (megajarkan teknik relaksasi dan distraksi, juga melatih nafas dalam dan memberikan obat
analgetik sesuai dengan indikasi).
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
Tujuannya setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2X24 jam diharapkan kelemahan fisik pasien berkurang
dengan kriteria: pasien tidak trlihat pucat dan lemes, pasien dapat beraktivitas secara bertahap dan mndiri.
Untuk mncapai tujuan tersebut, rencana tindakan yang akan dilaksanakan yaitu: kaji tingkat aktivitas pasien,
instruksikan tentang beraktivitas secara bertahap, kaji respon terhadap aktivitasnya dan libatkan keluarga dalam
melakukan aktivitas.
Adapun pelaksanaan dan pengamatan respon pasien terhadap tindakan yang telah dilakukan pada pukul 11.00 WIB
tanggal 23 Juni 2008 yaitu: mengajarkan pasien untuk melakukan aktivitas dengan berlahan (latihan duduk/ latihan
imobilisasi) dengan respon pasien mau latihan duduk, menganjurkan keluarga membantu ADL (Aktivity Daily Living)
pasien dengan respon keluarga bersedia membantu dan memenuhi ADL pasien.
Evaluasi pada tanggal 24 Juni 2008 pukul 09.00 WIB yaitu data subyektif pasien mengatakan sudah dapat duduk
walaupun hanya sebentar. Masalah kedua sudah teratasi. Pertahankan intervensi.
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan jalan masuk mikroorganisme
Tujuan yang hendak dicapai yaitu tidak terjadi penyebaran infeksi. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
1X8 jam dengan kriteria tidak ada tanda-tanda infeksi (rubor, calor,dolor, tumor dan penurunan fungsi), tanda-tanda
vital dalam batas normal, luka lecet mengering, leukosit dalam batas normal.
Untuk mencapai tujuan tersebut, rencana tindakan yang akan ilakukan adalah kaji tanda-tanda infeksi (rubor,
calor,dolor, tumor dan penurunan fungsi), memonitor tanda-tanda vital, ganti balutan infus setiap hari, lakukan
perawatan luka setiap hari dan berikan obat antibiotik sesuai dengan instruksi dokter.
Adapun pelaksanaan dan pengamatan respon pasien terhadap tindakan yang dilakukan pada pukul 12.00 WIB
tanggal 23 Juni 2008 yaitu: memonitor tanda-tanda vital dengan respon pasien tekanan darah 120/90 mmHg, nadi
81 kali permenit, respirasi rate 23 kali permenit, suhu 36oC. Mengkaji adanya tanda-tanda infeksi dengan respon dari
tindakan ini adalah tidak ditemukan tanda-tanda infeksi (rubor, calor,dolor, tumor dan penurunan fungsi).
Melakukan perawatan luka dengan respon luka pasien tampak bersih, balutan infus tampak bersih. Memberikan
antibiotik sesuai dengan instruksi dokter (injeksi intra vena) dengan respon injeksi Ampicilin 1000 mg masuk serta
tidak disertai reaksi alergi.
Evaluasi pada tanggal 24 Juni 2008 yaitu mendapatkan data obyektif dan data obyektifnya yaitu: TTV dengan
tekanan darah 120/90 mmHg, nadi 81 kali permenit, respirasi rate 23 kali permenit, suhu 36oC, Leukosit 8.900 mm3,
balutan infus tampak bersih, luka lecet terlihat sudah mengering, tidak terdapat tanda-tanda infeksi. Masalah ketiga
teratasi dan pertahankan intervensi.

ASKEP TB PARU



CONTOH KASUS TB Paru Seorang bapak datang ke RSUD ciamis pada hari selasa tanggal 5 Oktober 2010 pukul 09.00,
ditemani oleh istrinya Ny. D dibawa ke IGD RSUD Ciamis, lalu Tn. R mendapat No. Register 454. Lalu Tn. R
mendapatkan diagnosa dari dokter dia menderita TB Paru. Setelah dokter memberikan diagnosis medis lalu perawat
bertanya kepada pasien tersebut dan didapatkan data dari pasien tersebut, nama pasien Tn. R, umur 30 tahun, jenis
kelamin laki-laki, agama Islam, Suku bangsa sunda, sehari – hari menggunakan bahasa sunda, Pendidikan SMA,
Profesi sebagai buruh di pabrik rokok bagian gudang dan sekaligus penyuplai barang, status sudah menikah, alamat
jalan sukasenang no. 3 Rt/Rw. 09/03 kecamatan cijeungjing kabupaten Ciamis. Setelah didapatkan data oleh perawat
maka pasien dibawa ke ruang teratai RSUD ciamis. Dokter yang menanganinya bernama dr. Biyang. Pasien datang
dengan keluhan batuk > 30 hari dan mengeluarkan sputum, batuk dengan rasa panas di tenggorokan, kadang Tn. R
mengalami sesak napas dan nyeri dada. Setelah lewat dari 30 hari terdapat darah segar berwarna merah muda pada
batuknya. Selain itu Tn. R mengalami demam pada sore dan malam hari disertai dengan keringat malam, anoreksia,
penurunan BB serta malaise selama 3 hari sebelum dibawa ke RSUD Ciamis. Tn. R hanya minum obat dari warung
terdekat tanpa memeriksakan ke Dokter. Lalu Istri Tn. R mengeluh kalau sedang batuk Tn. R tidak ditutup. Sehari-hari
pasien adalah seorang pekerja di bagian gudang rokok terkadang pasien mengantarkan barang karena pekerjaannya
dengan menggunakan sepeda motor baik siang ataupun malam tanpa safety yang memadai. Tn.R terkadang batuk-
batuk ketika bekerja disertai nyeri dada dan memakai obat untuk meredakan nyeri tersebut. Tn. R juga merupakan
pecandu rokok yang berat. Pasien selalu merokok 2 bungkus/hari. Pasien sering jajan sembarangan. Pasien berada di
daerah pedesaan dengan ekonomi lemah dan anggota keluarga yang hidup ditempat tinggalnya ada 8 orang yaitu
pasien,istrinya, beserta ke 4 anaknya, dan saudara pasien 2 orang yang ikut tinggal dirumah pasien. Rumah pasien
tergolong tidak sehat dan sempit, karena berukuran panjang 8m dan lebar 5m =40m2. Setelah dinyatakan riwayat
kesehatan keluarga, pasien mengatakan bahwa tidak ada anggota keluarganya yang mengalami TB paru. Pasien
terlihat Letargi dengan Berat badan sebelum sakit 63 Kg dan BB pasien sekarang 55 Kg, Tinggi pasien 160 cm status
gizi pasien kurang baik/ malnutrisi, mukosa bibir kering, turgor kulit (+), TD 110/80 MmHg, dengan suhu 37,50 C
(oral), denyut nadi 70/menit, Frekuensi pernapasan 18 x/menit, setelah perawat melakukan inspeksi didapatkan
data kulit kepala, kualitas rambut kasar, alis mata, leher normal, gerakan nafas tidak terjadi perubahan, batuknya
produktif disertai produksi sekret dan sputum yang purulen. Dan setelah di palpasi didapat data gerakan dada saat
bernafas normal dan seimbang antara bagian kanan dan kiri. Lalu setelah perawat melakukan perkusi kepada pasien
terdapat sonor pada seluruh lapang paru. Serta ada ronkhi pada sisi yang sakit, bunyi jantung tambahan tidak
didapatkan & pada abdomen terdapat bising usus setelah dilakukan auskultasi. Tulang belakang normal. Untuk data
ekstremitas didapatkan data tangan kasar, pada kaki terasa dingin bilateral (masih hangat), warna kulit kaki pucat,
integritas kulit kering, ekstremitas tonus otot lemah. Hasil mikturisi pasien warna kuning pucat. Setelah dilakukan
pemeriksaan Lab yaitu dilakukan pemeriksaan darah tepi leukositosis ringan, pemeriksaan radiologis bayangan lesi
radiologik yang terletak di lapangan atas paru,terlihat sebagian daerah dengan garis opaque yang ukurannya
bervariasi denagn batas lesi tidak jelas. Pemeriksaan sputum BTA (+). Lalu setelah dilakukan pemeriksaan Lab, Tn.R
diberikan terapi Isoniazid dengan dosis untuk Tn.R adalah 5mg/kb BB perhari (dengan 1,6 mg/BB per 1x makan).
FORMAT PENGKAJIAN Tanggal/jam memeriksa : 5 Oktober 2010/ 09.00 WIB Ruang : Teratai RSUD Ciamis No.
Register : 454 Dx. Medis : TB Paru Tgl Pengkajian : 5 oktober 2010 A. IDENTITAS KLIEN Nama : Tn. R Ibu/ Orang tua
Umur : 30 Tahun Nama : Ny. D Jenis kelamin : Laki – laki Alamat : Jln.sukasenang no. 3, rt/rw 09/03 kec. Cijengjing
kab ciamis Agama : Islam Pekerjaan : - Suku/ bangsa : Sunda Bahasa : Sunda Pendidikan : SMA Pekerjaan : pekerja di
bagian gudang rokok Penanggung jawab Status : menikah Nama : Dr. Biyang Alamat : jalan sukasenang Alamat : jalan
cimamut no. 5 rt/rw. 02/03 no. 3 Rt/Rw. 09/03 kec. maleber Kab. Ciamis kec cijeungjing kab Ciamis. B. KELUHAN
UTAMA Tn. R mengalami batuk > 30 hari dengan konsintensi sputum yang pekat dan mengeluarkan darah. C.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG Pasien mengalami batuk > 30 hari, mengeluarkan sputum, batuk dengan rasa panas
di tenggorokan, kadang Tn. R mengalami sesak napas dan nyeri dada. Setelah lewat dari 30 hari terdapat darah segar
berwarna merah muda pada batuknya. Selain itu Tn. R mengalami demam pada sore dan malam hari disertai dengan
keringat malam, anoreksia. Upaya yang sudah dilakukan : Tidak ada upaya yang dilakukan Ny. D kepada Tn. R Terapi
yang sudah diberikan : Minum obat dari warung terdekat dengan rumah pasien. D. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU
Tn.R mengalami batuk 1 bulan yang lalu, Tn.R mengatakan sering menggunakan kendaraan bermotor pada malam/
siang hari karena pekerjaannya, Tn. R juga merupakan pecandu rokok yang berat. E. RIWAYAT KESEHATAN
KELUARGA Tidak ada penyakit yang menular dan yang sama dengan penyakit yang diderita Tn. R. F. PEMERIKSAAN
FISIK 1. Status kesehatan umum a. Keadaan umum : Letargi b. Kesadaran : Letargi GCS : Mata (4), Verbal (5), Gerakan
(3) c. BB sebelum sakit : 63 Kg TB : 160 Cm d. BB saat ini : 55 Kg e. Status gizi : Kurang/ Malnutrisi f. Status hidrasi :
Dehidrasi ringan g. Tanda – tanda vital : TD : 110/80 MmHg, Suhu : 37,50 C (oral), N : 70/menit, RR : 18 x/menit 2.
Kepala : kulit kepala, kualitas rambut kasar, alis mata, mukosa bibir kering. 3. Leher : normal, tidak ada gangguan. 4.
Dada : Gerakan dada saat bernafas normal & seimbang antara bagian kanan & kiri. di perkusi terdapat sonor pada
seluruh lapang paru & ronkhi. 5. Abdomen : ada bising usus dalam batas normal 6. Tulang belakang : normal, tidak
ada gangguan. 7. Ekstremitas : Atas; tangan kasar, integritas kulit kering, tonus otot lemah. Bawah; kaki dingin
bilateral , warna kulit kaki pucat, tonus otot lemah. 8. Genetalia & anus : karakter urin kuning pucat. 9. Pemeriksaan
neurologis : - G. POLA FUNGSI KESEHATAN : Sehari-hari Tn.R merupakan pekerja di bagian gudang rokok terkadang
pasien mengantarkan barang dengan menggunakan sepeda motor baik siang ataupun malam tanpa safety yang
memadai. Tn. R juga merupakan pecandu rokok yang berat. H. PSIKOLOGIS SOSIAL : Normal, tidak ada gangguan. I.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK : Pemeriksaan darah tepi : leukositosis ringan, Pemeriksaan radiologis : bayangan lesi
radiologik yang terletak di lapangan atas paru,terlihat sebagian daerah dengan garis2 opaque yang ukurannya
bervariasi denagn batas lesi tidak jelas. Pemeriksaan sputum : BTA (+). J. Terapi : Isoniazaid dengan dosis 5mg/kb BB
perhari. ASKEP PADA TB PARU ANALISA DATA No. Data Etiologi Problem 1 Ds : - Tn. R mengeluh nyeri dada dan batuk
berdarah. - Istri Tn. R mengeluh kalau sedang batuk Tn. R tidak ditutup. Do : - Hasil Lab BTA (+) - Pemeriksaan
radiologis bayangan lesi radiologik yang terletak di lapangan atas paru. Penderita TB bersin, bicara, batuk. Droplet
Nuklei Jatuh ke lantai, tanah/ tempat lainnya/ bahkan langsung ke orla. Suhu udara disekitar panas Menguap Dengan
bantuan angin terbang ke udara bebas Terhirup orang yang sehat Infeksi resiko tinggi (penyebaran atau aktivasi
ulang). Infeksi resiko tinggi (penyebaran atau aktivasi ulang). DIAGNOSA KEPERAWATAN Resiko tinggi (penyebaran/
aktivasi ulang) berhubungan dengan TB paru ditandai dengan nyeri dada, batuk berdarah dan batuk tidak ditutup.
PERENCANAAN KEPERAWATAN / INTERVENSI KEPERAWATAN Tgl/jam No dx Tujuan & kriteria hasil Intervensi
rasional paraf 5okt/ 09.00 WIB 1 -Fungsi pernafasan adekuat untuk memenuhi kebutuhan individu,komplikasi
dicegah , pola hidup/ prilaku berubah diadopsi untuk mencegah penyebaran infeksi. - mengidentifikasi intervensi u/
mncegah atau menurukan risiko penyebaran infeksi. -menunjukan teknik atau melakukan perubahan pola hidup
untuk meningkatkan lingkungan yang aman. Mandiri 1.kaji patologi penyakit (aktif / fase tak aktif; diseminasin infeksi
melalui bronkus untuk membatasi jaringan atau melalui aliran darah/ sisten limfatik) & potensial penyebaran infeksi
melalui droplet udara selama batuk, bersin, meludah , bicara , tertawa, menyanyi. 2.identifikasi orla yag berisiko ,
contoh anggota rumah, shabat karib/teman . 3.dianjurkan pasienn u/ batuk/ bersin dan mengeluarkan pada tisu dan
menghindai meludah. Kaji pembuangan tisu sekali pakai &teknik mencuci tangan yang tepat.dorong u/ mengulangi
demonstrasi. 4.kaji tindakan kontrol infeksi sementara, contoh masker/isolasi pernafasan. 5.awasi suhu sesuai
indikasi. 6.identifikasi faktor risiko individu terhadap pengaktifan berulang tuberkulosiss, contoh tahanan bawah
(alkoholisme, malnutrisi/bedah bypass intestinal);gunakan obat penekan imun /kortikosteroid ;adanya diabetes
melitus, kanker,kalium. 7.tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi obat. 8.kaji pentingnya mengikuti dan
kultur ulang secara periodik terhadap sputum u/ lmanya terapi. 9.dorong memilih/mencerna makanan
seimbang.berikan makan sering kecil makanan kecil pada jumlah makanan besar yang tepat. Kolaborasi 1.berikan
agen anti infeksi sesuai indikasi, contoh : Obat utama :isoniazid (INH) etambutal (Myambutol) ; rifampi
(RMP/Rifadin). 2.pirazinamida (PZA/aldinamide); para-amino salisik (PAS); sikloserin (seromisin );
sterptomisin(strycin). 3.awasi pemeriksaan laboratorium, contoh : hasil usap sputum. 4.AST/ALT 5.laporkan ke
departemen kesehatan lokal. 1.membantu pasien menyadari/ menerima perlunya mematuhi program pengobatan
untuk mencegah pengaktifan berulang/komplikasi.pemahaman bgaimna penyakit dsebarkan &kesadaran
kmungkinan transmisi membntu pasien & org trdekat u/ mngambil lngkah u/ mncegah infeksi k org lain. 2.org orang
yang terpejan ini perlu program terapi obat u/ mncegah penyebaran/tterjadinya infeksi. 3.perilaku yang diperlukan
u/ mencegah penyebaran infeksi. 4.dapat membantu menurunkan rasa terisolasi pasien dan membuang stigma
sosial sehubungan dengan penyakit menular. 5.reaksi demam indikator adanya infekssi lanjut. 6.pengetahuan
tentang faktor ini membantu pasien u/ mengubah pola hidup dan menghindari/menurunkan insiden eksaserbasi.
7.periode singkat berakhir 2-3 hr stelah kemoterapi awal,tetapi pada adanya ronggga/ penyakit luas sedang, risiko
penyebaran infeksi dpt berlanjut smpai 3 bln. 8.alat dalam pengawasan efek dan keefektipan obat dam respon
pasien terhadap terapi. 9.adanya anoreksia/malnutisi sebelummerendahkan tahanan terhadap proses infeksi dan
mengganggu penyembuhan.makan kecil dapat meningkatkan pemasukan semua. 1.kombinasi agen anti infeksi
digunakan, contoh 2 obt primer/stu primer tambah stu dan obat sekunder.INH biasanya obat pilihan u/ pasien
infeksi dan pada risiko terjadi TB.kemoterapi INH dan refampin jangan pernah(selama 9bln)dgn etambutal (slama
2blln pertama)pengobatan ckup untuk TB paru.etambutal harus diberikan bila sisten saraf pusat/ takterkomplikasi,
penyakit diseminata terjadi atau bila dicurigai resisten INH.terapi luas (ssampai 24bln)diindikasikan untuk kasus
reaktivasi , reaktivasi TB ekstrampulmonal,atau adanya ,masaalah medik lain,contoh : diabetes melitus/silikosis.
Profilaksis dengan INH selama 12 bln harus dipertimbangkan pada pasien dengan HIV positf dengan PPD positif. 2.ini
obat sekunder diperlukan bila infeksi resisten terhadap atau tidak toleran obat primer. 3.pasien yang mengalami 3
usapan negatip (memerlukan 3-5 bln), perlu mentaati program obat , dan asimtomatik akan diklasifikasikan tak
menyebar. 4.efek merugikan terafi obat termasuk hepatitis. 5.membantu mengidentifikasi lembaga yang dapat
dihubungi u/ menurunkan penyebaran infeksi. PELAKSANAAN KEPERAWATAN Dx kep Jam Tindakan Paraf Mandiri I
09.00 Menganjurkan pasien untuk ungkapkan pa yang dirasakan 09.03 Mengauskultasi bunyi nafas, dan periksa suhu
dll 09.07 Memantau frekuensi, kedalaman nafas dll 09.15 Membantu pasien menyadari perlunya mematuhi program
pengobatan 09.20 Mencatat ada kelelahan ketika batuk 10.00 Memberikan latihan rentang gerak secara pasif. 10.10
Melakukan perubahan posisi, contoh memberikan sokongan. 10.20 Mengevaluasi refleks batuk, menelan, catat
jumlah mucus dan sekret yang keluar. 10.25 Mengevaluasi derajat nyeri / rs tdk nyaman dengan gunakan skala 0-10
(mengobservasi tanda non verbal dari nyeri tsb.) EVALUASI KEPERAWATAN Masalah Keperawatan Tgl/jam Catatan
Perkembanagn Paraf Resiko tinggi (penyebaran/ aktivitasi ulang) 6-10-2010/ jam 09.00 WIB S: Tn. R tidak mengeluh
nyeri dada dan batuk menjadi berkurang. O: Tn.R sudah tidak batuk berdarah lagi. A: Batuk masih tidak ditutup. P:
rencana tindakan keperawatan mandiri nomor 3 dilanjutkan.

More Related Content

What's hot

Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)
Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)
Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)
Amee Hidayat
 
Pemeriksaan fisik thorax
Pemeriksaan fisik thoraxPemeriksaan fisik thorax
Pemeriksaan fisik thorax
Maria Haryanthi Butar-Butar
 
Guideline stroke-2011
Guideline stroke-2011Guideline stroke-2011
Guideline stroke-2011
Septyne Rahayuni Putri
 
ASKEP pada Perkembangan Psikososial Anak Usia Sekolah (6-12 tahun): Industri ...
ASKEP pada Perkembangan Psikososial Anak Usia Sekolah (6-12 tahun): Industri ...ASKEP pada Perkembangan Psikososial Anak Usia Sekolah (6-12 tahun): Industri ...
ASKEP pada Perkembangan Psikososial Anak Usia Sekolah (6-12 tahun): Industri ...
Annisa Setia Candra
 
Makalah kebutuhan nutrisi
Makalah kebutuhan nutrisiMakalah kebutuhan nutrisi
Makalah kebutuhan nutrisi
Septian Muna Barakati
 
Fisiologi Kardiovaskular
Fisiologi KardiovaskularFisiologi Kardiovaskular
Fisiologi Kardiovaskular
NURSAPTIA PURWA ASMARA
 
Primary and secondary survey
Primary and secondary surveyPrimary and secondary survey
Primary and secondary survey
Ira Rahmawati
 
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
masantian
 
Asuhan keperawatan snh
Asuhan keperawatan snhAsuhan keperawatan snh
Asuhan keperawatan snhMas Mawon
 
Kegawatan Kardiovaskuler: Sindrom Koroner Akut, Henti Jantung, dan Syok Kardi...
Kegawatan Kardiovaskuler: Sindrom Koroner Akut, Henti Jantung, dan Syok Kardi...Kegawatan Kardiovaskuler: Sindrom Koroner Akut, Henti Jantung, dan Syok Kardi...
Kegawatan Kardiovaskuler: Sindrom Koroner Akut, Henti Jantung, dan Syok Kardi...
Robertus Arian Datusanantyo
 
KRISIS HIPERTENSI DAN STROKE
KRISIS HIPERTENSI DAN STROKEKRISIS HIPERTENSI DAN STROKE
KRISIS HIPERTENSI DAN STROKE
Asyifa Adawiyah
 
05 pengkajian fisik&psikologis
05 pengkajian fisik&psikologis05 pengkajian fisik&psikologis
05 pengkajian fisik&psikologis
dhina wida
 
Gagal ginjal Kronis dan Akute
Gagal ginjal Kronis dan AkuteGagal ginjal Kronis dan Akute
Gagal ginjal Kronis dan Akute
Alfrida Zebua
 
Asuhan Keperawatan Emfisema
Asuhan Keperawatan EmfisemaAsuhan Keperawatan Emfisema
Asuhan Keperawatan Emfisema
Amee Hidayat
 
Makalah diare
Makalah diareMakalah diare
Makalah diareDiana Ary
 
Overview syok
Overview syokOverview syok
Penyakit Stroke
Penyakit StrokePenyakit Stroke
Penyakit Stroke
Candra Wiguna
 
LP CHF.doc
LP CHF.docLP CHF.doc
LP CHF.doc
NuraWulandari
 

What's hot (20)

Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)
Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)
Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)
 
Pemeriksaan fisik thorax
Pemeriksaan fisik thoraxPemeriksaan fisik thorax
Pemeriksaan fisik thorax
 
Penyimpangan kdm infark miokard akut
Penyimpangan kdm infark miokard akutPenyimpangan kdm infark miokard akut
Penyimpangan kdm infark miokard akut
 
Guideline stroke-2011
Guideline stroke-2011Guideline stroke-2011
Guideline stroke-2011
 
ASKEP pada Perkembangan Psikososial Anak Usia Sekolah (6-12 tahun): Industri ...
ASKEP pada Perkembangan Psikososial Anak Usia Sekolah (6-12 tahun): Industri ...ASKEP pada Perkembangan Psikososial Anak Usia Sekolah (6-12 tahun): Industri ...
ASKEP pada Perkembangan Psikososial Anak Usia Sekolah (6-12 tahun): Industri ...
 
Makalah kebutuhan nutrisi
Makalah kebutuhan nutrisiMakalah kebutuhan nutrisi
Makalah kebutuhan nutrisi
 
Fisiologi Kardiovaskular
Fisiologi KardiovaskularFisiologi Kardiovaskular
Fisiologi Kardiovaskular
 
Primary and secondary survey
Primary and secondary surveyPrimary and secondary survey
Primary and secondary survey
 
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
 
Asuhan keperawatan snh
Asuhan keperawatan snhAsuhan keperawatan snh
Asuhan keperawatan snh
 
ASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSIASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSI
 
Kegawatan Kardiovaskuler: Sindrom Koroner Akut, Henti Jantung, dan Syok Kardi...
Kegawatan Kardiovaskuler: Sindrom Koroner Akut, Henti Jantung, dan Syok Kardi...Kegawatan Kardiovaskuler: Sindrom Koroner Akut, Henti Jantung, dan Syok Kardi...
Kegawatan Kardiovaskuler: Sindrom Koroner Akut, Henti Jantung, dan Syok Kardi...
 
KRISIS HIPERTENSI DAN STROKE
KRISIS HIPERTENSI DAN STROKEKRISIS HIPERTENSI DAN STROKE
KRISIS HIPERTENSI DAN STROKE
 
05 pengkajian fisik&psikologis
05 pengkajian fisik&psikologis05 pengkajian fisik&psikologis
05 pengkajian fisik&psikologis
 
Gagal ginjal Kronis dan Akute
Gagal ginjal Kronis dan AkuteGagal ginjal Kronis dan Akute
Gagal ginjal Kronis dan Akute
 
Asuhan Keperawatan Emfisema
Asuhan Keperawatan EmfisemaAsuhan Keperawatan Emfisema
Asuhan Keperawatan Emfisema
 
Makalah diare
Makalah diareMakalah diare
Makalah diare
 
Overview syok
Overview syokOverview syok
Overview syok
 
Penyakit Stroke
Penyakit StrokePenyakit Stroke
Penyakit Stroke
 
LP CHF.doc
LP CHF.docLP CHF.doc
LP CHF.doc
 

Similar to Makalah asuhan keperawatan stroke

Bab ii
Bab iiBab ii
Penanganan pasien pasca stroke (daiku7)
Penanganan pasien pasca stroke (daiku7)Penanganan pasien pasca stroke (daiku7)
Penanganan pasien pasca stroke (daiku7)Tengku Maulana
 
Makalah stroke
Makalah strokeMakalah stroke
Makalah stroke
Septian Muna Barakati
 
Kelainan pada sistem saraf
Kelainan pada sistem sarafKelainan pada sistem saraf
Kelainan pada sistem saraf
Operator Warnet Vast Raha
 
68839012 hemiparese
68839012 hemiparese68839012 hemiparese
68839012 hemiparese
Samuel Rumende
 
Askep stroke
Askep strokeAskep stroke
Askep stroke
iwan547203
 
Laporan pendahuluan
Laporan pendahuluanLaporan pendahuluan
Laporan pendahuluan
nervaeria
 
Asuhan Keperawatan Stroke
Asuhan Keperawatan StrokeAsuhan Keperawatan Stroke
Asuhan Keperawatan Stroke
Fransiska Oktafiani
 
Askep cedera otak berat
Askep cedera otak beratAskep cedera otak berat
Askep cedera otak beratf' yagami
 
Askep cedera kepala
Askep cedera kepalaAskep cedera kepala
Askep cedera kepala
fienndhut
 
PROLANIS_STROKE.pptx
PROLANIS_STROKE.pptxPROLANIS_STROKE.pptx
PROLANIS_STROKE.pptx
ahmadyawidyatma
 
STROKE NEW (1).pptxmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
STROKE NEW (1).pptxmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmSTROKE NEW (1).pptxmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
STROKE NEW (1).pptxmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
juniati14
 

Similar to Makalah asuhan keperawatan stroke (20)

Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Penanganan pasien pasca stroke (daiku7)
Penanganan pasien pasca stroke (daiku7)Penanganan pasien pasca stroke (daiku7)
Penanganan pasien pasca stroke (daiku7)
 
Ca
CaCa
Ca
 
tak
taktak
tak
 
Makalah stroke
Makalah strokeMakalah stroke
Makalah stroke
 
Kelainan pada sistem saraf
Kelainan pada sistem sarafKelainan pada sistem saraf
Kelainan pada sistem saraf
 
68839012 hemiparese
68839012 hemiparese68839012 hemiparese
68839012 hemiparese
 
Kelainan pada sistem saraf
Kelainan pada sistem sarafKelainan pada sistem saraf
Kelainan pada sistem saraf
 
Askep strok
Askep strokAskep strok
Askep strok
 
Cidera kepala
Cidera kepalaCidera kepala
Cidera kepala
 
Askep stroke
Askep strokeAskep stroke
Askep stroke
 
Stroke
StrokeStroke
Stroke
 
Laporan pendahuluan
Laporan pendahuluanLaporan pendahuluan
Laporan pendahuluan
 
Asuhan Keperawatan Stroke
Asuhan Keperawatan StrokeAsuhan Keperawatan Stroke
Asuhan Keperawatan Stroke
 
Askep cedera otak berat
Askep cedera otak beratAskep cedera otak berat
Askep cedera otak berat
 
Askep cedera kepala
Askep cedera kepalaAskep cedera kepala
Askep cedera kepala
 
Askep strok
Askep strokAskep strok
Askep strok
 
PROLANIS_STROKE.pptx
PROLANIS_STROKE.pptxPROLANIS_STROKE.pptx
PROLANIS_STROKE.pptx
 
STROKE NEW (1).pptxmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
STROKE NEW (1).pptxmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmSTROKE NEW (1).pptxmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
STROKE NEW (1).pptxmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
 
Askep strok
Askep strokAskep strok
Askep strok
 

More from Terminal Purba

Rancang bangun penjadwalan tugas (task) pada komputasi paralel dengan menggun...
Rancang bangun penjadwalan tugas (task) pada komputasi paralel dengan menggun...Rancang bangun penjadwalan tugas (task) pada komputasi paralel dengan menggun...
Rancang bangun penjadwalan tugas (task) pada komputasi paralel dengan menggun...
Terminal Purba
 
Proposal 110605203718-phpapp02
Proposal 110605203718-phpapp02Proposal 110605203718-phpapp02
Proposal 110605203718-phpapp02
Terminal Purba
 
Prarancangan pabrik
Prarancangan pabrikPrarancangan pabrik
Prarancangan pabrik
Terminal Purba
 
Perbandingan beberapa algoritma hash kriptografik dalam bahasa java
Perbandingan beberapa algoritma hash kriptografik dalam bahasa javaPerbandingan beberapa algoritma hash kriptografik dalam bahasa java
Perbandingan beberapa algoritma hash kriptografik dalam bahasa java
Terminal Purba
 
Pancasila sebagai identitas nasional serta aktualisasi pengamalan pancasila d...
Pancasila sebagai identitas nasional serta aktualisasi pengamalan pancasila d...Pancasila sebagai identitas nasional serta aktualisasi pengamalan pancasila d...
Pancasila sebagai identitas nasional serta aktualisasi pengamalan pancasila d...
Terminal Purba
 
Oktober
OktoberOktober
Multimedia pembelajaran-1262909494-phpapp01
Multimedia pembelajaran-1262909494-phpapp01Multimedia pembelajaran-1262909494-phpapp01
Multimedia pembelajaran-1262909494-phpapp01
Terminal Purba
 
Manajemenpendidikan 110510225231-phpapp02
Manajemenpendidikan 110510225231-phpapp02Manajemenpendidikan 110510225231-phpapp02
Manajemenpendidikan 110510225231-phpapp02
Terminal Purba
 
Makalah sumber-daya-alam
Makalah sumber-daya-alamMakalah sumber-daya-alam
Makalah sumber-daya-alam
Terminal Purba
 
Makalahpti 120222201512-phpapp01
Makalahpti 120222201512-phpapp01Makalahpti 120222201512-phpapp01
Makalahpti 120222201512-phpapp01
Terminal Purba
 
Makalah global-warming
Makalah global-warmingMakalah global-warming
Makalah global-warming
Terminal Purba
 
Makalah pendidikan kewarganegaraan
Makalah pendidikan kewarganegaraanMakalah pendidikan kewarganegaraan
Makalah pendidikan kewarganegaraan
Terminal Purba
 
Formulir pengajuan pasien increso jj2
Formulir pengajuan pasien increso jj2Formulir pengajuan pasien increso jj2
Formulir pengajuan pasien increso jj2
Terminal Purba
 
Formulir lamaran kerja iso
Formulir lamaran kerja  isoFormulir lamaran kerja  iso
Formulir lamaran kerja iso
Terminal Purba
 
Forensic odontologist
Forensic odontologist Forensic odontologist
Forensic odontologist
Terminal Purba
 
Definisikaryailmiah 121001045132-phpapp01
Definisikaryailmiah 121001045132-phpapp01Definisikaryailmiah 121001045132-phpapp01
Definisikaryailmiah 121001045132-phpapp01
Terminal Purba
 
Contoh pembukaan-makalah
Contoh pembukaan-makalahContoh pembukaan-makalah
Contoh pembukaan-makalah
Terminal Purba
 
Contoh makalah-tentang-pengangguran-dan-kemiskinan-di-indonesia
Contoh makalah-tentang-pengangguran-dan-kemiskinan-di-indonesiaContoh makalah-tentang-pengangguran-dan-kemiskinan-di-indonesia
Contoh makalah-tentang-pengangguran-dan-kemiskinan-di-indonesia
Terminal Purba
 
Contoh makalah-tentang-keuangan-negara
Contoh makalah-tentang-keuangan-negaraContoh makalah-tentang-keuangan-negara
Contoh makalah-tentang-keuangan-negara
Terminal Purba
 
Contoh makalah-supervisi-pendidikan
Contoh makalah-supervisi-pendidikanContoh makalah-supervisi-pendidikan
Contoh makalah-supervisi-pendidikan
Terminal Purba
 

More from Terminal Purba (20)

Rancang bangun penjadwalan tugas (task) pada komputasi paralel dengan menggun...
Rancang bangun penjadwalan tugas (task) pada komputasi paralel dengan menggun...Rancang bangun penjadwalan tugas (task) pada komputasi paralel dengan menggun...
Rancang bangun penjadwalan tugas (task) pada komputasi paralel dengan menggun...
 
Proposal 110605203718-phpapp02
Proposal 110605203718-phpapp02Proposal 110605203718-phpapp02
Proposal 110605203718-phpapp02
 
Prarancangan pabrik
Prarancangan pabrikPrarancangan pabrik
Prarancangan pabrik
 
Perbandingan beberapa algoritma hash kriptografik dalam bahasa java
Perbandingan beberapa algoritma hash kriptografik dalam bahasa javaPerbandingan beberapa algoritma hash kriptografik dalam bahasa java
Perbandingan beberapa algoritma hash kriptografik dalam bahasa java
 
Pancasila sebagai identitas nasional serta aktualisasi pengamalan pancasila d...
Pancasila sebagai identitas nasional serta aktualisasi pengamalan pancasila d...Pancasila sebagai identitas nasional serta aktualisasi pengamalan pancasila d...
Pancasila sebagai identitas nasional serta aktualisasi pengamalan pancasila d...
 
Oktober
OktoberOktober
Oktober
 
Multimedia pembelajaran-1262909494-phpapp01
Multimedia pembelajaran-1262909494-phpapp01Multimedia pembelajaran-1262909494-phpapp01
Multimedia pembelajaran-1262909494-phpapp01
 
Manajemenpendidikan 110510225231-phpapp02
Manajemenpendidikan 110510225231-phpapp02Manajemenpendidikan 110510225231-phpapp02
Manajemenpendidikan 110510225231-phpapp02
 
Makalah sumber-daya-alam
Makalah sumber-daya-alamMakalah sumber-daya-alam
Makalah sumber-daya-alam
 
Makalahpti 120222201512-phpapp01
Makalahpti 120222201512-phpapp01Makalahpti 120222201512-phpapp01
Makalahpti 120222201512-phpapp01
 
Makalah global-warming
Makalah global-warmingMakalah global-warming
Makalah global-warming
 
Makalah pendidikan kewarganegaraan
Makalah pendidikan kewarganegaraanMakalah pendidikan kewarganegaraan
Makalah pendidikan kewarganegaraan
 
Formulir pengajuan pasien increso jj2
Formulir pengajuan pasien increso jj2Formulir pengajuan pasien increso jj2
Formulir pengajuan pasien increso jj2
 
Formulir lamaran kerja iso
Formulir lamaran kerja  isoFormulir lamaran kerja  iso
Formulir lamaran kerja iso
 
Forensic odontologist
Forensic odontologist Forensic odontologist
Forensic odontologist
 
Definisikaryailmiah 121001045132-phpapp01
Definisikaryailmiah 121001045132-phpapp01Definisikaryailmiah 121001045132-phpapp01
Definisikaryailmiah 121001045132-phpapp01
 
Contoh pembukaan-makalah
Contoh pembukaan-makalahContoh pembukaan-makalah
Contoh pembukaan-makalah
 
Contoh makalah-tentang-pengangguran-dan-kemiskinan-di-indonesia
Contoh makalah-tentang-pengangguran-dan-kemiskinan-di-indonesiaContoh makalah-tentang-pengangguran-dan-kemiskinan-di-indonesia
Contoh makalah-tentang-pengangguran-dan-kemiskinan-di-indonesia
 
Contoh makalah-tentang-keuangan-negara
Contoh makalah-tentang-keuangan-negaraContoh makalah-tentang-keuangan-negara
Contoh makalah-tentang-keuangan-negara
 
Contoh makalah-supervisi-pendidikan
Contoh makalah-supervisi-pendidikanContoh makalah-supervisi-pendidikan
Contoh makalah-supervisi-pendidikan
 

Makalah asuhan keperawatan stroke

  • 1. MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN STROKE BAB I LATAR BELAKANG Stroke atau gangguan perdarahan otak (GPDO) merupakan ppenyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus ditangani secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang disebabkan karena terjadinya ganggan peredaran otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja. Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal ( global ) dengan gejala- gejala yang berlangsung selama 24 jam aau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular. Stroke merupakan penyakit yang paling sering menyebabkan cacat berupa kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara, gangguan proses berfikir daya ingat, dan bentuk-bentu kecacatan yang lain sebagai akibat gangguan fungsi otak. Badan kesehatan sedunia WHO memperkirakan sekitar 15 juta orang terserang stroke setiap tahunnya. Stroke merupakan penyebab kematian utama urutan kedua pada kelompok usia diatas 60 tahun, dan urutan kelima penyebab kematiian pada kelompok usia 15-59 tahun. Diindonesia prevalensi stroke terus meningkat setiap tahunnya, seiring dengan peningkatan usia harapan hidup dan perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat yang tidak diimbangi dengan perbaikan prilaku dan pola hidup yang sehat. BAB II KONSEP DASAR Definisi Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah kebagian otak.( brunner &suddarth) Stroke adalah deficite neurologist akut yang disebabkan oleh gangguan aliran darah yang timbul secara mendadak dengan tanda dan gejala yang sesuai dengan daerah fokal otak yang terkena ( WHO, 1989 ). Etiologi Stroke biasanya diakibatkan dari salah satu dari empat kejadia: 1) Trombosis Bekuan darah dalam pembuluh drah otak atau leher 2) Embolisme serebral Bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari bagian tubuh yang lain 3) Iskemia Penurunan aliran darah ke area otak 4) Hemoragi serebral Pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan kedalam jaringan otak atau ruang sekitar otak. Akibatnya adalah penghentian suplai darah ke otak, yang menyebabka kehilangan sementara atau parmanen gerakan, berfikir, memori, bicara, atau sensasi. (brunner & suddarth) Faktor resiko terjadinya stroke adalah:
  • 2. 1) Hipertensi Dapat disebabkan oleh terosklerosis atau sebaliknya. Proses ini dpat menimbulkan pecahnya pembuluh darah atau timbulnya thrombus sehingga dapat mengganggu aliran darah serebral. 2) Aneurisma pembuluh darah cerebral Adanya kelainan pembuluh darah yakni nerupa penebalan pada satuu tempat yang diikuti oleh penipisan ditempat lain. Pada daerah penipisa yang maneuvertertentu dapat menimbulkan perdarahan. 3) Kelainn jantung Kerusakan kerja jantung akan menurunkan kardiak output dan menurunkan aliran darah ke otak 4) Diabetes melitus Pada diabetes melitus viskositas darah meningkat sehingga memperlambat aliran darah kususnya serebral 5) Usia lanjut Pada usia lanjut terjadi proses klasifikasi pembuluh darah termasuk pembuluh darah otak 6) Polocitemia Pada polocitemia viskositas dara meningkat dan aliran darah menjadi lambat sehingga perfusi otak menurun 7) Peningkatan kolesterol Kolesterol yang tinggi dapat menyebabkn aterosklerosis danterbentuknya embolus dari lemak 8) Obesitas Pada obesitas dapat terjadi hipertensi dan peningktan kadar kolesterol sehingga dapat menyebabkan gangguan pada pembuluh darah 9) Perokok Pada perokok akan timbul plaque pada pembuluh darah oleh nikotin sehingga terjadi aterosklerosis 10) Kurang aktivitas fisik Kurang aktivitas fisik dapat mengurangi kelenturan fisik termasuk kelenturan pembuluh darah. (pembuluh darah menjadi kaku) Klasifikasi stroke Berdasarkan proses patologi dan gejala klinisnya stroke dapat diklasifikasikan menjadi: 1) Stroke hemoragik Terjadi perdarahan serebral dan mungkin juga perdarahan subarachnoid yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak. Umumnya terjadi saat melakukan aktifitas, namun juga dapat terjadi pada saat istirahat. Kesadaraan umumnya menurn dan penyebab yang paling banyak adalah akibat hipertensi yang tidak terkontrol. 2) Stroke non hemoragik Dapat berupa iskemia, emboli spasme ataupun thrombus pembuluh darah otak. Umumnya terjadi setelh istirahat cukup lama atau bangun tidur. Tidak terjadi perdarahan, kesadaran umumnya baik dan terjadi proses edema otak oleh karena hipoksia jaringan otak. ( brunner & suddrrth)
  • 3. Patofisiologi · Stroke non hemoragik Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak oleh thrombus atau embolus. Thrombus umumnya terjadi karena penkembangan ateroklerosis pada dinding pembuluh darah, sehingga arteri menjadi tersumbat, aliran darah ke area thrombus menjadi berkurang, menyebabkan iskemia kemudian menjadi kompleks iskemia, akhirnya terjadi infark pada jaringan otak. Emboli disebabkan oleh embolus yang berjalan menuju arteri karotis. Terjadiny blok pada arteri tersebut menyebabkan iskemia yang tiba-tiba berkembang cepat dan terjadi gangguan neurologist fokal. Perdarahan otak dapat disebabkan oleh pecahnya dinding pembuluh darah oleh emboli. · Stroke hemoragik Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke substansi atau ruangan subaracnoid yang menimbulkan perubahan komponen intracranial yang seharusnya konstan. Adanya perubahan komponen intracranial yang tidak dapat dikompensasi tubuh akan menimbulkan peningkatan TIK yang bila berlanjut akan menyebabka herniasi otak sehingga timbul kematian. Disamping itu darah yang mengalir ke substansi otak atau ruang subracranoid dapat menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak dan penekanan pada daerah tersebut menimbulkan aliran berkurang atau tidak ada sehingga terjadi nekrosis jaringan otak. Manifestasi klinis · Defisit lapang penglihatan Ø Kehilangan penglihatan perifer : kesulitan melihat pada malam hari Ø Diplopia : penglihatan ganda · Defisite motorik Ø Hemiparesis : kelemahan wajah,lengan,dan kaki pada sisi yang sama Ø Hemiplegia : paralisis wajah, lengan dan kaki Ø Ataksia : berjalan tidak mantap Ø Disartria : kesulitan dalam membentuk kata · Defisit sensori Ø Kebas dan semutan pada bagian tubuh · Defisit verbal Ø Afasia ekspresif : tidak mampu membetuk kata yang dapat dipahami Ø Afasia reseptif : tidak mampu memahami kata yang dibicarakan, mampu bicara tetapi tidak masuk akal. Ø Afasia global : kombinasi afasia ekspresif dan afasi resptif · Defisit kognitif Ø Kehilangan memori jangka pendek dan panjang Ø kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi Ø perubahan penilaian · defisit emosional
  • 4. Ø kehilangan kontrol diri Ø labilitas emosional Ø penurunan tpleransi pada situasi yang menimbulkan stres Ø depresi Ø menarik diri Ø rasa takut, bermusuhan dan marah Pemeriksaan diagnostik · Pemeriksaan laboratorium Ø Lumbal fugsi : pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal Ø Pemeriksaan darah rutin Ø Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula darah dapat mencapai 250 mg di dalam serumdan kemudian berangsur-angsurturun kembali Ø Pemeriksaan darah lengkap : untuk mencari kelainan pada daerah itu sendiri · CT scan kepala Untuk mengetahui lokasi dan luasnya perdarahan atau infark · MRI Untuk mengetahui adanya edema, infark hematom dan bergesernya struktur otak · Angiografi Untuk mengetahui penyebab dan gambaran yang jelas mengenai pembuluh darah yang terganggu · USG Doppler Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovana (masalah sistem karotis) · EEG Untuk melihat masalah yang timul dan dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunkan implus listrik dalam jaringan otak. Penatalaksanaan · Penatalaksanaan Ø Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi miring jika muntah dan boleh dimulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil Ø Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat, bila perlu berikan oksigen sesuai kebutuhan Ø Tanda-tanda vital usahakan stabil Ø Bed rest Ø Perrtahankan keseimbangan cairan dan elektrlolit
  • 5. Ø Kantung kemih yang penuh kosongkan · Pencegahan Yang dapat diperbuat untuk mencegah suatu stroke adalah dengan cara menghindari faktor resiko, seperti: Ø Hipertensi Ø Merokok Ø Diabetes melitus Ø Obesitas · Pengobatan Ø Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) Ø Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra arterial. Ø Medikasi anti trombosit dapat diresepkan karena trombosit memainkan peran sangat penting dalam pembentukan thrombus dan embolisasi Ø Antikoagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya thrombosis atau embolisasi dari tempat lain dalam sistem kardiovaskular. Komplikasi Komplikasi stroke meliputi: 1. hipoksia serebral 2. penurunan aliran darah serebral 3. luasnya area cidera. (smeltzer C.Suzanne, 2002) Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul 1. Resiko peningkatan TIK yang berhubungan dengan adanya peningkatan volume intrakranial, penekanan jaringan otak dan edema serebral. 2. Perubahan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan perdarahan intraserebral, okulasi otak vasospasme, dan edema otak. 3. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubugan dengan akumulasi sekret, kemampuan batuk menurun, penurunan mobilitas fisik sekunder dan perubahan tingkat kesadaran. 4. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan hemiparese/hemiplagia, kelemahan neuromuskular pada ekstremitas. 5. Resiko tinggi terjadinya cidera berhubungan dengan penurunan luas lapang pandang, penurunan sensasi saraf ( panas/dingin) 6. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan tira baring lama. 7. Kerusakan komuniksi verbal berhubungan dengan efek kerusakan pada area bicara di hemisfer otak, kehilangan kontrol tonus otot fasial atau oral. 8. Takut yang berhubungan denganparahnya kondisi
  • 6. 9. Gangguan konsep diri citra tubuh berhubungan dengan perubahan persepsi. BAB III TINJAUAN SKENARIO Ny. D usia 60 tahun, agama islam, alamat Rt 02 Mendalo darat. Masuk Rumah Sakit Raden Mataher Jambi tanggal 05 februari 2012, Ny. D dirawat diruang Neuro kelas II dengan alasan masuk klien tidak bisa menggerakkan tangan dan kaki klien. Keluarga klien mengatakan klien menderita penyakit darah tinggi. Saat dilakukan pengkajian klien tampak lemah, ekstremitas atas dan bawah pada daerah dekstra tidak bisa digerakkan, mulu sebelah kanan tampak miring, nafsu makan kurang, hanya ¼ porsi yang dimakan, akral teraba dingin, kapiler refil > 4 detik, mukosa bibir kering, wajah pucat. Keluarga klien mengatakan semua aktifitas klien dirumah sakit dibantu oleh keluarga, klien tampak bedrest total, keadaan oto menurun, sulit berkomunikasi. Dari pemeriksaan didapatkan hasil : TD : 200/100 mmHg, Nd : 80x/i, S : 37 derajat celcius, RR : 20x/i Pemeriksaan labor lengkap, CT scan. BAB IV PENUTUP 1. Apa pengertian dari stroke? Jawab : · Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah kebagian otak. · Stroke adalah deficite neurologist akut yang disebabkan oleh gangguan aliran darah yang timbul secara mendadak dengan tanda dan gejala yang sesuai dengan daerah fokal otak yang terkena ( WHO, 1989 ) · Stroke menurut Iskandar Junaidi adalah merupakan penyakit gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan saraf/deficit neurologik akibat gangguan aliran darah pada salah satu bagian otak. 2. Apa penyebab dan faktor resiko terjadinya stroke? Jawab : · Stroke biasanya diakibatkan dari salah satu dari empat kejadia: 5) Trombosis Bekuan darah dalam pembuluh drah otak atau leher 6) Embolisme serebral Bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari bagian tubuh yang lain 7) Iskemia Penurunan aliran darah ke area otak 8) Hemoragi serebral Pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan kedalam jaringan otak atau ruang sekitar otak. Akibatnya adalah penghentian suplai darah ke otak, yang menyebabka kehilangan sementara atau parmanen gerakan, berfikir, memori, bicara, atau sensasi.
  • 7. · Faktor resiko terjadinya stroke adalah: 10. Hipertensi Dapat disebabkan oleh terosklerosis atau sebaliknya. Proses ini dpat menimbulkan pecahnya pembuluh darah atau timbulnya thrombus sehingga dapat mengganggu aliran darah serebral. 11. Aneurisma pembuluh darah cerebral Adanya kelainan pembuluh darah yakni nerupa penebalan pada satuu tempat yang diikuti oleh penipisan ditempat lain. Pada daerah penipisa yang maneuvertertentu dapat menimbulkan perdarahan. 12. Kelainn jantung Kerusakan kerja jantung akan menurunkan kardiak output dan menurunkan aliran darah ke otak 13. Diabetes melitus Pada diabetes melitus viskositas darah meningkat sehingga memperlambat aliran darah kususnya serebral 14. Usia lanjut Pada usia lanjut terjadi proses klasifikasi pembuluh darah termasuk pembuluh darah otak 15. Polocitemia Pada polocitemia viskositas dara meningkat dan aliran darah menjadi lambat sehingga perfusi otak menurun 16. Peningkatan kolesterol Kolesterol yang tinggi dapat menyebabkn aterosklerosis danterbentuknya embolus dari lemak 17. Obesitas Pada obesitas dapat terjadi hipertensi dan peningktan kadar kolesterol sehingga dapat menyebabkan gangguan pada pembuluh darah 18. Perokok Paa perokok akan timbul plaque pada pembuluh darah oleh nikotin sehingga terjadi aterosklerosis 19. Kurang aktivitas fisik Kurang aktivitas fisik dapat mengurangi kelenturan fisik termasuk kelenturan pembuluh darah. (pembuluh darah menjadi kaku) 3. Klasifikasi stroke? Jawab : Berdasarkan proses patologi dan gejala klinisnya stroke dapat diklasifikasikan menjadi: 3) Stroke hemoragik Terjadi perdarahan serebral dan mungkin juga perdarahan subarachnoid yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak. Umumnya terjadi saat melakukan aktifitas, namun juga dapat terjadi pada saat istirahat. Kesadaraan umumnya menurn dan penyebab yang paling banyak adalah akibat hipertensi yang tidak terkontrol. 4) Stroke non hemoragik
  • 8. Dapat berupa iskemia, emboli spasme ataupun thrombus pembuluh darah otak. Umumnya terjadi setelh istirahat cukup lama atau bangun tidur. Tidak terjadi perdarahan, kesadaran umumnya baik dan terjadi proses edema otak oleh karena hipoksia jaringan otak. 4. Patofisiologi stroke? Jawab : · Stroke non hemoragik Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak oleh thrombus atau embolus. Thrombus umumnya terjadi karena penkembangan ateroklerosis pada dinding pembuluh darah, sehingga arteri menjadi tersumbat, aliran darah ke area thrombus menjadi berkurang, menyebabkan iskemia kemudian menjadi kompleks iskemia, akhirnya terjadi infark pada jaringan otak. Emboli disebabkan oleh embolus yang berjalan menuju arteri karotis. Terjadiny blok pada arteri tersebut menyebabkan iskemia yang tiba-tiba berkembang cepat dan terjadi gangguan neurologist fokal. Perdarahan otak dapat disebabkan oleh pevahnya dinding pembuluh darah oleh emboli. · Stroke hemoragik Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke substansi atau ruangan subaracnoid yang menimbulkan perubahan komponen intracranial yang seharusnya konstan. Adanya perubahan komponen intracranial yang tidak dapat dikompensasi tubuh akan menimbulkan peningkatan TIK yang bila berlanjut akan menyebabka herniasi otak sehingga timbul kematian. Disamping itu darah yang mengalir ke substansi otak atau ruang subracranoid dapat menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak dan penekanan pada daerah tersebut menimbulkan aliran berkurang atau tidak ada sehingga terjadi nekrosis jaringan otak. 5. Manifestasi klinis stroke? Jawab : · Defisit lapang penglihatan Ø Kehilangan penglihatan perifer : kesulitan melihat pada malam hari Ø Diplopia : penglihatan ganda · Defisite motorik Ø Hemiparesis : kelemahan wajah,lengan,dan kaki pada sisi yang sama Ø Hemiplegia : paralisis wajah, lengan dan kaki Ø Ataksia : berjalan tidak mantap Ø Disartria : kesulitan dalam membentuk kata · Defisit sensori Ø Kebas dan semutan pada bagian tubuh · Defisit verbal Ø Afasia ekspresif : tidak mampu membetuk kata yang dapat dipahami Ø Afasia reseptif : tidak mampu memahami kata yang dibicarakan, mampu bicara tetapi tidak masuk akal. Ø Afasia global : kombinasi afasia ekspresif dan afasi resptif · Defisit kognitif
  • 9. Ø Kehilangan memori jangka pendek dan panjang Ø kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi Ø perubahan penilaian · defisit emosional Ø kehilangan kontrol diri Ø labilitas emosional Ø penurunan tpleransi pada situasi yang menimbulkan stres Ø depresi Ø menarik diri Ø rasa takut, bermusuhan dan marah 6. Pemeriksaan diagnostik stroke ? Jawab : · Pemeriksaan laboratorium Ø Lumbal fugsi : pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal Ø Pemeriksaan darah rutin Ø Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula darah dapat mencapai 250 mg di dalam serumdan kemudian berangsur-angsurturun kembali Ø Pemeriksaan darah lengkap : untuk mencari kelainan pada daerah itu sendiri · CT scan kepala Untuk mengetahui lokasi dan luasnya perdarahan atau infark · MRI Untuk mengetahui adanya edema, infark hematom dan bergesernya struktur otak · Angiografi Untuk mengetahui penyebab dan gambaran yang jelas mengenai pembuluh darah yang terganggu · USG Doppler Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovana (masalah sistem karotis) · EEG Untuk melihat masalah yang timul dan dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunkan implus listrik dalam jaringan otak. 7. Penatalaksanaan ( pencegahan, pengobatan ) stroke? Jawab : · Penatalaksanaan
  • 10. Ø Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi miring jika muntah dan boleh dimulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil Ø Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat, bila perlu berikan oksigen sesuai kebutuhan Ø Tanda-tanda vital usahakan stabil Ø Bed rest Ø Perrtahankan keseimbangan cairan dan elektrlolit Ø Kantung kemih yang penuh kosongkan · Pencegahan Yang dapat diperbuat untuk mencegah suatu stroke adalah dengan cara menghindari faktor resiko, seperti: Ø Hipertensi Ø Merokok Ø Diabetes melitus Ø Obesitas · Pengobatan Ø Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) Ø Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra arterial. Ø Medikasi anti trombosit dapat diresepkan karena trombosit memainkan peran sangat penting dalam pembentukan thrombus dan embolisasi Ø Antikoagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya thrombosis atau embolisasi dari tempat lain dalam sistem kardiovaskular. 8. Apa komplikasi dari stroke dan apakah stroke bisa disembuhkan secara total? Jawab : Komplikasi stroke meliputi: 4. hipoksia serebral 5. penurunan aliran darah serebral 6. luasnya area cidera. (smeltzer C.Suzanne, 2002) · Ada sekitar 30%-40% penderita stroke yang masih dapat sembuh secara sempurna asalkan ditangani dalam jangka waktu 6 jam atau kurang kurang dari itu. Hal ini penting agar penderita tidak mengalami kecatatan. Kalaupun ada gejala sisa seperti jalannya pincang atau bicaranya pelo, namun gejala tsb masih bisa disembuhkan. 9. Jenis stroke apa yang diderita oleh Ny.D dan apa penyebabnya? Jawab : Nyonya D menderita stroke iskemik yaitu yang disebabkan oleh hipertensi
  • 11. 10. Obat traditional apa yang bisa diberikan pada penderita stroke? Jawab : Pengobatan trsdisional stroke dengan xamthone plus. Xamtone plus yang terbuat dari manggis mengandung antioksidan yang sangat kuat yaitu xanthones, melebihi beberapa kali lipat dari kekuatan vitamin C dan E. 11. Mengapa nyonya D mulut kanannya miring, akral teraba dingin dan keadaan otot menurun? Jawab : o Organ bagian kaan mengalami gangguan karena adanya gangguan /iskemia di otak sebelah kanan o Akral teraba dingin karena penurunan perfusi perifer o Keadaan otot menurun karena peurunan perfusi jaringan serebral 12. Mengapa stroke ini banyak terjadi pada lansia? Jawab : Karena pada usia lanjut terjadi proses klasifikasi pembuuh darah termasuk pembuluh darah otak. Dan juga karena proses degeneratif dan penurunan sistem imun pada lansia. 13. Mengap penderita darah tinggi bisa mengakibatkan stroke? Jawab : Karena pada hipertensi menyebabkan pecahnya pembulu darah atau timbulnya thrombus sehigga dapat mengganggu aliran darah cerebral 14. Apa penanganan pertama yang bisa dilakukan pada penderita stroke saat berada dirumah? · Pederita Jangan langsung di pindahkan dari tempat kejadian,karena memindahkan dari tempat semula akan mempercepat perpecahan pembuluh darah halus di otak · Bantu penderita mengambil posisi duduk yang baik agar tidak jauh lagi. · Tusuk semua jari klien untuk pengeluaran darah dengan jarum steril. Kluar kan darah dari masing – masing jari 1 – 2 tetes.beberapa menit kemudian klien akan sadar. · Apabila mulut klien tampak mencong / tidk normal , maka ke 2 daun telinga klien harus di tarik sampai kemerah – merahan, setelah itu lakukan 2 kali penusukan pada masing – masing ujung bawah daun telinga sehingga darah keluar sebanyak 2 tetes dari setiap ujung daun telinga. Maka dalam eberapa menit bentuk mulut klien akan normal kembali. · Bawalah klien dengan hati hati kedokter atau rumah sakit terdekat untuk untuk mendapatkan pertolongan lebih lanjut. ANALISA DATA DATA ETIOLOGI MASALAH KEPERAWATAN
  • 12. DS : - Keluarga klien mengatakan semua aktifitas klien di RS dibantu Gangguan Gangguan mobilitas oleh keluarga. neurovaskular fisik DO : -klien tampak lemah, ekstremitas atas bawah dekstra tidak bisa digerakkan, keadn otot menurun DS : - Gangguan aliran darah Perubahan perfusi jaringan DO : -akral teraba dingin - Mukosa bibir kering - Wajah pucat - TD:200/100 mmHg DS : - Gangguan sirkulasi ke Gangguan komunikasi serebral verbal DO : - mulut sebelah kanan miring - Klien sulit berkomunikasi ASUHAN KEPERAWATAN 1. Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan neurologik Tujuan : - Mempertahankan posisi dan fungsi optimal dengan tidak adanya kontraktur dan footdrop. - Mempertahankan kekuatan dan fungsi area yang sakit serta kompensasi bagian tubuh yang lain Kriteria hasil : Klien menunjukkan prilaku aktivitas yang lebih baik INTERVENSI RASIONAL Kaji kemampuan fungsi otot klasifikasi dg Mengidentifikasi kekuatankelemahan dapat membantu memberi skala 0-4 informasi yng diperlukan untuk pemilihan intervensi Rubah posisi tiap 2 jam , terutama pada Dapat menurunkan resikoiskemia jaringan injuri bagian yang sakit Berikan posisi prone satu atau dua kali sehari Membantu memelihara fungsi ekstensi panggul dan membantu bernafas Mulai ROM aktif/pasif untuk semua Memiimalkan atropi otot, meningkatkan sirkulasi dan membantu ekstremitas mencegah kontraktur Pilih metode komunikasi alternatif misalnya Memberi komunikasi dasar sesuai dengan situasi individu menulis pada papan tulis Antisipasi dn bantu kebutuhan klien Membantu menurunkan prustasi oleh karena ketergantungan atau ketidakmampuan berkomunikasi Berbicara dengan nada normal dan hindari Pasien tidak dipaksa untuk mendegar, tidak menyebabkan pasien
  • 13. ucapan yang terlalu cepat. Beri waktu pasien marah dan tidak menyebabkan pasien merasa prustasi. untuk berespon. 2. Perubahan perfusi jaringan b.d gangguan aliran darah Tujuan : kesadaran meningkat, kognitif dan fungsi motorik sensorik Kriteria hasil : TTV stabil dan tidak adanya peningkatan TIK INTERVENSI RASIONAL Berikan penjelasan kepada keluarga pasie tentang sebab Keluarga lebih berpatisipasi dalam proses peningkatan TIK dan akibatnya penyembuhan Berikan klien bed rest total dengan posisi terlentang Perubahan pada tekanan intrakranilakan dapat tanpa bantal menyebabkan resiko herniasi otak Monitor tanda-tanda status neurologi dg GCS Dapt mengurangi kerusakan otak lebih lanjut Monitot TTV seperti TD,nadi,suhu, respirasi dan hati- Pada keadaan norml autoregulasi mempertahankan hati pada hipertensi sistolik keadaan tekanan darah sistemik berubah secara fliktuasi Monitor input dan output Hipertemi dapat menyebabkan peningkatan IWL dan meningkatkan resiko dehidrasi terutama pada pasien yang tidak sadar Anjurkan klien untuk menghindri batuk dan mengejan Batuk dan mengejan dpat menyebabkan peningkatan berlebihan intrakranial dan potensial terjadi perdarahn ulang Berikan terapi sesuai intruksi dokter Steroid Aminofel Menurunkan permeabilitas kafiler antibiotika Menurunkan edema serebri Menurunkan metabolik sel/konsumsi dan kejang. 3. Gangguan komunikasi verbal b.d gangguan sirkulasi ke serebral Tujuan :dalam waktu 2x24 jam klien dpat menunjukkan pengertian terhadap masalah komunikasi, mampu mengekspresika masalahnya. Kriteria hasil : tercipta suatu komunikasi, klien mampu merespon setiap berkomunikasi secara verbal maupun isyarat. Intervensi Rasional Kaji tipe disfungsi misalnya klien tidak megerti ttg kata- Membantu menentukan kerusakan area pada otak dan kata atau masalah bicara atau tidak mengerti bahasa menentukan kesulitan klien dengan sebagian atau
  • 14. sendiri seluruh proses komunikasi Bedakan afaisa dengan disartria Dapat menentukan pilihan intervensi sesuai dg tipe gangguan Lakukan metode percakapan yang baik dan lengkap, Klien dapat kehilngan kemampuan untuk memonitor beri kesempatan klien untuk mengklarisifikasi ucapnnya, komunikasinya secara tidak sadar, dg melengkapi dapat merealisasikan pengertian klien dan dapat mengklerisifikasikan perckapan Katakan untuk megikuti perintah secara sederhana Untuk menguji afasia reseptif seperti tutup matamu dan lihat kepintu Perinthkan klien untuk menyebutkan nama suatu Menguji afasia ekspresif mislnya klien dapat mengenal benda yang diperhatikn bend tsb tetapi tidak mampu menyebutkan namanya. MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DIARE BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare atau dikenal dengan sebutan mencret memang merupakan penyakit yang masih banyak terjadi pada masa kanak dan bahkan menjadi salah satu penyakit yang banyak menjadi penyebab kematian anak yang berusia di bawah lima tahun (balita). Karenanya, kekhawatiran orang tua terhadap penyakit diare adalah hal yang wajar dan harus dimengerti. Justru yang menjadi masalah adalah apabila ada orang tua yang bersikap tidak acuh atau kurang waspada terhadap anak yang mengalami diare. Misalnya, pada sebagian kalangan masyarakat, diare dipercaya atau dianggap sebagai pertanda bahwa anak akan bertumbuh atau berkembang. Kepercayaan seperti itu secara tidak sadar dapat mengurangi kewaspadaan orang tua. sehingga mungkin saja diare akan membahayakan anak. (anaksehat.blogdrive.com). Menurut data United Nations Children's Fund (UNICEF) dan World Health Organization (WHO) pada 2009, diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita di dunia, nomor 3 pada bayi, dan nomor 5 bagi segala umur. Data UNICEF memberitakan bahwa 1,5 juta anak meninggal dunia setiap tahunnya karena diare Angka tersebut bahkan masih lebih besar dari korban AIDS, malaria, dan cacar jika digabung. Sayang, di beberapa negara berkembang, hanya 39 persen penderita mendapatkan penanganan serius. Di Indonesia sendiri, sekira 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekira 460 balita setiap harinya akibat diare. Daerah Jawa Barat merupakan salah satu yang tertinggi, di mana kasus kematian akibat diare banyak menimpa anak berusia di bawah 5 tahun. Umumnya, kematian disebabkan dehidrasi karena keterlambatan orangtua memberikan perawatan pertama saat anak terkena diare. Diare disebabkan faktor cuaca, lingkungan, dan makanan. Perubahan iklim, kondisi lingkungan kotor, dan kurang memerhatikan kebersihan makanan merupakan faktor utamanya. Penularan diare umumnya melalui 4F, yaitu Food, Fly , Feces, dan Finger. Oleh karena itu, upaya pencegahan diare yang praktis adalah dengan memutus rantai penularan tersebut. Sesuai data UNICEF awal Juni 2010, ditemukan salah satu pemicu diare baru, yaitu bakteri Clostridium difficile yang dapat menyebabkan infeksi mematikan di saluran pencernaan. Bakteri ini hidup di udara dan dapat dibawa oleh lalat yang hinggap di makanan. (lifestyle.okezone.com).
  • 15. Angka kejadian diare di sebagian besar wilayah Indonesia hingga saat ini masih tinggi. Di Indonesia, sekitar 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekitar 460 balita setiap harinya. Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia, diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita dan nomor 3 bagi bayi serta nomor 5 bagi semua umur. Setiap anak di Indonesia mengalami episode diare sebanyak 1,6 – 2 kali per tahun Kasubdit Diare dan Kecacingan Depkes, I Wayan Widaya mengatakan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004, angka kematian akibat diare 23 per 100 ribu penduduk dan pada balita 75 per 100 ribu balita. Selama tahun 2006 sebanyak 41 kabupaten di 16 provinsi melaporkan KLB (kejadian luar biasa) diare di wilayahnya. Jumlah kasus diare yang dilaporkan sebanyak 10.980 dan 277 diantaranya menyebabkan kematian. Hal tersebut, terutama disebabkan rendahnya ketersediaan air bersih, sanitasi buruk dan perilaku hidup tidak sehat. (piogama.ugm.ac.id). Sedangkan di Provinsi Riau Pada 27 maret 2008 tercatat Diare 182 kasus yang diakibatkan adanya banjir di Provinsi Riau. Adapun kecamatan yang terkena banjir sebanyak 36 kecamatan, 164 desa, 29.950 Kepala Keluarga atau 60.950 Jiwa. (yankesriau.wordpress.com). Sepintas diare terdengar sepele dan sangat umum terjadi. Namun, ini bukan alasan untuk mengabaikannya, dehidrasi pada penderita diare bisa membahayakan dan ternyata ada beberapa jenis yang menular.Diare kebanyakan disebabkan oleh Virus atau bakteri yang masuk ke makanan atau minuman, makanan berbumbu tajam, alergi makanan, reaksi obat, alkohol dan bahkan perubahan emosi juga dapat menyebabkan diare, begitu pula sejumlah penyakit tertentu. (lovenhealth.blogspot.com). B. Tujuan Penulisan Tujuan Umum Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Pada anak dengan diare Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui tinjauan teoritis diare 2. Untuk mengetahui Pengkajian pada anak dengan diare 3. Untuk mengetahui Diagnosa keperawatan pada anak dengan diare 4. Untuk mengetahui Intervensi keperawatan pada anak dengan diare 5. Untuk mengetahui Implementasi keperawatan pada anak dengan diare 6. Untuk mengetahui Evaluasi keperawatan pada anak dengan diare BAB II TINJAUAN TEORITIS Konsep Dasar Penyakit 1. Pengertian Menurut Haroen N, S. Suraatmaja dan P.O Asdil (1998), diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja.
  • 16. Sedangkan menurut C.L Betz & L.A Sowden (1996) diare merupakan suatu keadaan terjadinya inflamasi mukosa lambung atau usus. Menurut Suradi & Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair. Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus. 2. Etiologi a. Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans). b. Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. c. Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein. d. Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi terhadap jenis makanan tertentu. e. Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas). 3. Manifestasi klinis Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus, hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling fatal dari diare yang berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang menimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang berlanjut. Seseoran yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat badan berkurang, mata cekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air yang isotonik. Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam karbonat berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat pernapasan sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam (pernapasan Kussmaul) Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis. Karena kekurangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung. Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai timbul oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul penyulit nekrosis tubulus ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut. 4. Pemeriksaan Diagnostik - Pemeriksaan tinja. - Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau astrup, bila memungkinkan. - Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.
  • 17. - Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kuantitatif, terutama dilakukan pada klien diare kronik. 5. Penatalaksanaan Penanggulangan kekurangan cairan merupakan tindakan pertama dalam mengatasi pasien diare. Hal sederhana seperti meminumkan banyak air putih atau oral rehidration solution (ORS) seperti oralit harus cepat dilakukan. Pemberian ini segera apabila gejala diare sudah mulai timbul dan kita dapat melakukannya sendiri di rumah. Kesalahan yang sering terjadi adalah pemberian ORS baru dilakukan setelah gejala dehidrasi nampak. Pada penderita diare yang disertai muntah, pemberian larutan elektrolit secara intravena merupakan pilihan utama untuk mengganti cairan tubuh, atau dengan kata lain perlu diinfus. Masalah dapat timbul karena ada sebagian masyarakat yang enggan untuk merawat-inapkan penderita, dengan berbagai alasan, mulai dari biaya, kesulitam dalam menjaga, takut bertambah parah setelah masuk rumah sakit, dan lain-lain. Pertimbangan yang banyak ini menyebabkan respon time untuk mengatasi masalah diare semakin lama, dan semakin cepat penurunan kondisi pasien kearah yang fatal. Diare karena virus biasanya tidak memerlukan pengobatan lain selain ORS. Apabila kondisi stabil, maka pasien dapat sembuh sebab infeksi virus penyebab diare dapat diatasi sendiri oleh tubuh (self-limited disease). Diare karena infeksi bakteri dan parasit seperti Salmonella sp, Giardia lamblia, Entamoeba coli perlu mendapatkan terapi antibiotik yang rasional, artinya antibiotik yang diberikan dapat membasmi kuman. Oleh karena penyebab diare terbanyak adalah virus yang tidak memerlukan antibiotik, maka pengenalan gejala dan pemeriksaan laboratorius perlu dilakukan untuk menentukan penyebab pasti. Pada kasus diare akut dan parah, pengobatan suportif didahulukan dan terkadang tidak membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut kalau kondisi sudah membaik. 6. Komplikasi Menurut Broyles (1997) komplikasi diare ialah: dehidrasi, hipokalemia, hipokalsemia, disritmia jantung (yang disebabkan oleh hipokalemia dan hipokalsemia), hiponatremia, dan shock hipovolemik. Konsep Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan penentuan masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi, observasi, pemeriksaan fisik. Pengkaji data menurut Cyndi Smith Greenberg, 1992 adalah : 1. Identitas klien. 2. Riwayat keperawatan. · Awalan serangan : Awalnya anak cengeng,gelisah,suhu tubuh meningkat,anoreksia kemudian timbul diare. · Keluhan utama : Faeces semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak air dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi,berat badan menurun. Pada bayi ubun-ubun besar cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering, frekwensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer. 3. Riwayat kesehatan masa lalu. Riwayat penyakit yang diderita, riwayat pemberian imunisasi. 4. Riwayat psikososial keluarga.
  • 18. Hospitalisasi akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi keluarga, kecemasan meningkat jika orang tua tidak mengetahui prosedur dan pengobatan anak, setelah menyadari penyakit anaknya, mereka akan bereaksi dengan marah dan merasa bersalah. 5. Kebutuhan dasar. · Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari, BAK sedikit atau jarang. · Pola nutrisi : diawali dengan mual, muntah, anopreksia, menyebabkan penurunan berat badan pasien. · Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman. · Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya. · Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri akibat distensi abdomen. 6. Pemerikasaan fisik. a. Pemeriksaan psikologis : keadaan umum tampak lemah, kesadaran composmentis sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah, pernapasan agak cepat. b. Pemeriksaan sistematik : · Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan bibir kering, berat badan menurun, anus kemerahan. · Perkusi : adanya distensi abdomen. · Palpasi : Turgor kulit kurang elastis · Auskultasi : terdengarnya bising usus. c. Pemeriksaan tingkat tumbuh kembang. d. Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi sehingga berat badan menurun. e. Pemeriksaan penunjang. f.Pemeriksaan tinja, darah lengkap dan duodenum intubation yaitu untuk mengetahui penyebab secara kuantitatip dan kualitatif. 2. Diagnosa yang Mungkin Muncul a. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta intake terbatas (mual). b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan absorbsi nutrien dan peningkatan peristaltik usus. c. Nyeri (akut) b.d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal. d. Kecemasan keluarga b.d perubahan status kesehatan anaknya e. Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b.d pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif. f. Kecemasan anak b.d perpisahan dengan orang tua, lingkungan yang baru 3. Intervensi dan Rasional
  • 19. Dx.1 Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta intake terbatas (mual) Tujuan : Kebutuhan cairan akan terpenuhi dengan kriteria tidak ada tanda-tanda dehidrasi Berikan cairan oral dan parenteral sesuai dengan program rehidrasi Sebagai upaya rehidrasi untuk mengganti cairan Pantau intake dan output. yang keluar bersama feses. Memberikan informasi status keseimbangan cairan untuk menetapkan kebutuhan cairan pengganti. Kaji tanda vital, tanda/gejala dehidrasi dan hasil pemeriksaan laboratorium Menilai status hidrasi, elektrolit dan keseimbangan asam basa Kolaborasi pelaksanaan terapi definitif Pemberian obat-obatan secara kausal penting setelah penyebab diare diketahui Dx.2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien dan peningkatan peristaltik usus. Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria terjadi peningkatan berat badan Pertahankan tirah baring dan pembatasan aktivitas selama fase akut. Menurunkan kebutuhan metabolic Pertahankan status puasa selama fase akut (sesuai program terapi) dan segera mulai pemberian makanan per oral setelah kondisi klien mengizinkan Pembatasan diet per oral mungkin ditetapkan selama fase akut untuk menurunkan peristaltik sehingga terjadi kekurangan nutrisi. Pemberian makanan sesegera mungkin penting setelah keadaan klinis klien memungkinkan. Bantu pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan program diet Memenuhi kebutuhan nutrisi klien Kolaborasi pemberian nutrisi parenteral sesuai indikasi Mengistirahatkan kerja gastrointestinal dan mengatasi/mencegah kekurangan nutrisi lebih lanju Dx.3 : Nyeri (akut) b/d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal. Tujuan:Nyeriberkurangdengankriteriatidakterdapatlecetpadaperirektal Atur posisi yang nyaman bagi klien, misalnya dengan lutut fleksi. Menurunkan tegangan permukaan abdomen dan mengurangi nyeri Lakukan aktivitas pengalihan untuk memberikan rasa nyaman seperti masase punggung dan kompres hangat abdomen Meningkatkan relaksasi, mengalihkan fokus perhatian klien dan meningkatkan kemampuan koping Bersihkan area anorektal dengan sabun ringan dan airsetelah defekasi dan berikan perawatan kulit Melindungi kulit dari keasaman feses, mencegah iritasi Kolaborasi pemberian obat analgetika dan atau antikolinergik sesuai indikasi Analgetik sebagai agen anti nyeri dan antikolinergik untuk menurunkan spasme traktus GI dapat diberikan sesuai indikasi klinis
  • 20. Kaji keluhan nyeri dengan Visual Analog Scale (skala 1-5), perubahan karakteristik nyeri, petunjuk verbal dan non verbal Mengevaluasi perkembangan nyeri untuk menetapkan intervensi selanjutnya Dx.4 : Kecemasan keluarga b/d perubahan status kesehatan anaknya. Tujuan : Keluarga mengungkapkan kecemasan berkurang. Dorong keluarga klien untuk membicarakan kecemasan dan berikan umpan balik tentang mekanisme koping yang tepat. Membantu mengidentifikasi penyebab kecemasan dan alternatif pemecahan masalah Tekankan bahwa kecemasan adalah masalah yang umum terjadi pada orang tua klien yang anaknya mengalami masalah yang sama Membantu menurunkan stres dengan mengetahui bahwa klien bukan satu-satunya orang yang mengalami masalah yang demikian Ciptakan lingkungan yang tenang, tunjukkan sikap ramah tamah dan tulus dalam membantu klien. Mengurangi rangsang eksternal yang dapat memicu peningkatan kecemasan Dx.5 : Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif. Tujuan : Keluarga akan mengerti tentang penyakit dan pengobatan anaknya, serta mampu mendemonstrasikan perawatan anak di rumah. Kaji kesiapan keluarga klien mengikuti pembelajaran, termasuk pengetahuan tentang penyakit dan perawatan anaknya. Efektivitas pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental serta latar belakang pengetahuan sebelumnya. Jelaskan tentang proses penyakit anaknya, penyebab dan akibatnya terhadap gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari aktivitas sehari-hari. Pemahaman tentang masalah ini penting untuk meningkatkan partisipasi keluarga klien dan keluarga dalam proses perawatan klien Jelaskan tentang tujuan pemberian obat, dosis, frekuensi dan cara pemberian serta efek samping yang mungkin timbul Meningkatkan pemahaman dan partisipasi keluarga klien dalam pengobatan. Jelaskan dan tunjukkan cara perawatan perineal setelah defekasi Meningkatkan kemandirian dan kontrol keluarga klien terhadap kebutuhan perawatan diri anaknya Dx. 6 : Kecemasan anak b.d Perpisahan dengan orang tua, lingkugan yang baru Tujuan : Kecemasan anak berkurang dengan kriteria memperlihatkan tanda-tanda kenyamanan Anjurkan pada keluarga untuk selalu mengunjungi klien dan berpartisipasi dalam perawatn yang dilakukan Mencegah stres yang berhubungan dengan perpisahan
  • 21. Berikan sentuhan dan berbicara pada anak sesering mungkin Memberikan rasa nyaman dan mengurangi stress Lakukan stimulasi sensory atau terapi bermain sesuai dengan ingkat perkembangan klien Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan secara optimum 4. Implementasi Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan yang telah direncanakan sebelumnya. 5. Evaluasi Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan sejauhmana tujuan tersebut tercapai. Bila ada yang belum tercapai maka dilakukan pengkajian ulang, kemudian disusun rencana, kemudian dilaksanakan dalam implementasi keperawatan lalau dievaluasi, bila dalam evaluasi belum teratasi maka dilakukan langkah awal lagi dan seterusnya sampai tujuan tercapai. BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian 1. Identitas Pasien Nama : Anak Arya Umur : 4 bulan Jenis kelamin : laki-laki Alamat : Kulim Jalan Harapan Raya Tanggal Masuk: 23 oktober 2010 Diagnosa medis: gastroenteritis Nama Ayah : Tuan Endang Umur :35 tahun Pekerjaan : wiraswasta Pendidikan : SMA Suku bangsa : sunda Alamat : Kulim Jalan Harapan Raya Nama Ayah : Bu Novi
  • 22. Umur : 31 tahun Pekerjaan : wiraswasta Pendidikan : SMA Suku bangsa : sunda Alamat : Kulim Jalan Harapan Raya 1. Keluhan Utama Alas an masuk dengan keluhan BAB berlendir dan berdarah sudah 4 hari yang lalu. BAB yang sedikit tapi sering sekitar 7-8 kali perhari.ps. masuk via IGD Rujukan dr. Arya Bunda. 3. Keadaan Umum Tingkat kesadaran compos mentis, panjang badan 65 cm, BB 6 kg, LILA 35 cm, lingkar kepala 18 cm, TTV: Suhu: 36,6 C, Nadi 140 x/menit, RR 46 x/menit, keluhan lain BAB berlendir dan berdarah serta encer. 4. Riwayat kesehatan keluhan utama BAB encer, berlendir dan berdarah,sehari bias 7-8 kali. Keluhan sudah ada 4 hari sebelum pasien masuk RS, factor pencetus adalah alergi susu sapi. Pada riwayat kesehatan dahulu tidak ada penyakit berat dan tidak ada dioperasi, keluarga tidak ada penyakit menular atau keturunan. 5. Riwayat Imunisasi imunisasi belum lengkap, imunisasi yang didapat adalah BCG, DPT, Polio, imunisasi yang belum didapat adalah Campak, waktu imunisasi adalah sebelum dirawat di RS. 6. Psikososial hubungan dengan anggota keluarga anak sangat dekat dengan ayah dan ibunya. ps tidak ada teman sebaya. karakter periang. 7. Riwayat Tumbuh Kembang motorik halus, motorik kasar, kognitif dan bahasa berkembang dengan baik. 8. Jenis Kebutuhan a. makanan, pada kondisi sehat nakan teratur, makanan air tajin, 3x/ hari. selama sakit ps tidak diperbolehkan minum susu sapi oleh dokter, intake inadekuat, mengisap putting susu lemah, ASI diberikan tidak adekuat, ibu jarang menyusui bayinya. b. cairan, selama sehat ps minum susu teratur, selama sakit masukan oral sebayak 300cc dan pemasukan parenteral sebanyak 250cc total 550 cc. c. eliminasi, selama sehat frekuensi BAK 5-6 kali perhari, warna kuning bening bau khas, jumlah 350- 400 cc/ hari. selama sakit frekuensi 6-7 kali perhari, warna kuning, bau khas, tidak terpasang kateter, ada tahana waktu BAK, ps tampak mengedan saat BAK. BAB selama sehat 1 x / hari, konsistensi lembek, mengikuti bentuk kolon. warna dan bau tidak terkaji. waktu sakit BAB 7-8 x / hari dengan konsistensi encer, tidak mengikuti bentuk kolon, warna kuning kemerahan, bau amis, jumlah tidak terkaji, ada lendir dan darah, ps tampak mengedan saat BAB dan meringis, tidak ada pemakaian laksatif.
  • 23. d. tidur, selama sehat pola tidur teratur, malam 9-10 jam, siang 1,5 jam, jumlah jam tidur 11,5 jam. waktu sakit, pola teratur, malam 9-10 jam, siang 11,5 jam, e. kebutuha bermain, waktu sehat, jenis permainan tepuk tangan frekuensi sering jika ps tidak bisa tidur, 16 menit tiap bermain, teman bermain ibu pasien. waktu sakit permainan sama. 9. Pemeriksaan Fisik a. kepala : lingkar kepala 37 cm, distribusi rambut hanya dibagian atas saja tekstur rambut halus, warna hitam, tidak ada lesi, wajah agak pucat. b. Mata : mata simetris, palpebra tidak ada pembengkakan, konjungtiva agak pucat, sclera putih,m ukuran pupil 2 cm, reaksi pupil +/+ kiri dan kanan.. c. Hidung : hidung simetris, warna sama dengan kulit sekitar, bersih, septumdan konka hidung tidak ada kelainan, tidak ada sekret dan polip. d. Telinga: posis sejajar kiri dan kana, tidak ada secret, membrane timpani tidak ada peradangan, ketajaman penuh. Tidak ada nyri aurikel dan mastoid. e. Mulut : simetris, bersih, bibir normal, gigi belum lengkap, tonsil normal. f. Thorak / dada paru : bentuk normal chest, simetris, pernafasan dada, gerakan paru simetris, ekspansi dada simetris, taktil fremitus teraba, sura paru sonor, suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan. g. Jantung: iktus kordis tidak terlihat, precordial fraction rub tidak terlihat, iktus kordis teraba, batas jantung jelas dan tidak ada pembesaran, suara organ jantung pekak, bunyi jantung S1 dan S2 terdengar, intensitas S1>S2 dan bunyi reguler.Tidak ada bunyi jantung tambahan. h. Abdomen dan anus : abdomen bentuk soepel, simetris, warna sama dengan kulit sekitar, tidak ada lesi dan asites. Bising usus 38 x / menit, bunyi bruit tidak terdengar. Suara abdomen tympani, tidak terdapat massa dan pembesaran, titik mc burney tidak ada nyeri, tanda peritonitis tidak ada. Palpasi dalam pada hepar dan limpa tidak terdapat pembesaran dan nyeri. Warna anus merah muda / kemerah-merahan. terdapat lesi, tidak ada fistula dan hemoroid. i. Genitalia : simetris, tidak terpasang kateter dan tidak ada kelainan. j. Ektremitas dan punggung : punggung tidak ada lesi, tidak ada nyeri dan kelainan tulang belakang. Ekstremitas simetris, tidak ada edema dan deformitas tulang. Palpasi tulang dan sendi normal. Kekuatan otot 5. Tidak ada keterbatasan gerak. k. Kulit : lesi tidak ada, kulit lembab, turgor elastisitas, tekstur elastic, tidak ada kemerah merah. 10. Pemeriksaan Neurologis Reflek fisiologis: babynski +, rooting +, soaking lemah, bayi malas mengisap putting susu ibunya, reflek meningeal: kejang + tiap sebentar,sekitar 5 detik. 11. Hasil Pemeriksaan Diagnostic - Pemeriksaan Hb = 9,8 gr% ( 04 Nov. 2010) - Pemeriksaan Hb = 10,2 gr% ( 05 Nov. 2010) - Pemeriksaan Hb = 10,7 gr% ( 06 Nov. 2010)
  • 24. 12. Terapi Yang Diberikan 02-11-2010 : Luminal 2 x 15 mg Oralit 50 mg tiap mencret Diit ML 700 kkal IVFD Kaen IIIB 28 tts / i 03-11-2010 : Luminal 2 x 15 mg Oralit 50 mg tiap mencret Diit ML 700 kkal IVFD Kaen IIIB 28 tts / i 02-11-2010 : Luminal 2 x 15 mg Oralit 50 mg tiap mencret Diit ML 700 kkal IVFD Kaen IIIB 28 tts / i B. Analisa Data No. Data Fokus Penyebab Masalah 1. DO: Alergi susu Diare sapi · BAB encer, berlendir serta berdarah · KU ps. Lemah · Bising usus 38x/menit · BAB 7-8 Perhari · TTV: Suhu: 36,6 C, Nadi 140 x/menit, RR 46 x/menit DS: · Keluaga mengatakan BAB encer sudah 4 hari, jumlah sedikit. 2. DO: ekskresi/BAB Kerusakan sering integritas · Warna anus kemerahan kulit
  • 25. · Terdapat lesi disekitar anus · Frekuensi diare 7-8 x/ hari · Daerah sekitar anus lembab DS: · Keluarga mengatakan lesi dibagian anus sudah 2 hari. 3. Do: Kelemahan Menyusui reflek tidak efektif · Bayi tampak malas menyusu kepada ibunya menyusui · Reflek menyusu lemah · BB turun = 6,5 kg – 6 kg dalam 3 hari · KU lemah · Ps. Hanya minum susu ASI · Hb: 9,8 gr% · Wajah bayi agak pucat DS: · Ibunya mengataka bahwa jarang menyusui anaknya · Ibunya mengatakan mrnyusui anaknya tidak teratur C. Diagnosa Keperawatan Diare b.d Alergi susu sapi kerusakan integritas kulit b.d ekskresi/BAB sering Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui D. Intervensi No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (NOC) (NIC) 1 Diare b.d Alergi susu sapi Setelah dilakukan tidakan Fluid management keperawatan dalam 5 x 24 Ditandai dengan : jam eliminasi BAB dan status · Timbang popok/pembalut jika diperlukan · Keluaga mengatakan hidrasi efektif. · Pertahankan catatan intake dan output yang BAB encer sudah 4 hari, akurat jumlah sedikit. Kriteria hasil: · Monitor status hidrasi (kelembaban membran · BAB encer, berlendir mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik), jika
  • 26. serta berdarah · Tidak ada diare diperlukan · KU ps. Lemah · Konsistensi tidak cair · Monitor vital sign · Bising usus 38x/menit · Ada ampas · Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian · BAB 7-8 Perhari · Tidak ada tanda-tanda dehidrasi · Kolaborasikan pemberian cairan intravena IV · TTV: Suhu: 36,6 C, Nadi 140 x/menit, RR 46 · TTV dalam batas normal · Monitor status nutrisi x/menit · Bising usus dalam batas · Dorong masukan oral normal · Kontrol bising usus · Dorong keluarga untuk membantu pasien minum susu · Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul meburuk · Berikan oralit sesuai indikasi 2 kerusakan integritas kulit Setelah dilakukan tidakan Skin care b/d ekskresi/BAB sering keperawatan dalam 5 x 24 jam membrane mukosa dan § Hindari kerutan padaa tempat tidur DO: kulit kembali efektif § Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering · Warna anus kemerahan § Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua Kriteria Hasil : jam sekali · Terdapat lesi disekitar anus v Integritas kulit yang baik § Monitor kulit akan adanya kemerahan bisa dipertahankan (sensasi, § Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah · Frekuensi diare 7-8 elastisitas, temperatur, x/ hari yang tertekan hidrasi, pigmentasi) · Daerah sekitar anus § Monitor status nutrisi pasien v Tidak ada luka/lesi pada lembab § Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat kulit DS: v Perfusi jaringan baik § Jaga kulit tetap kering Keluarga mengatakan lesi v Menunjukkan pemahaman dibagian anus sudah 2 dalam proses perbaikan kulit hari. dan mencegah terjadinya sedera berulang v Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami 3 Menyusui tidak efektif b.d Setelah dilakukan tidakan Nutrition Management Kelemahan reflek keperawatan dalam 7 x 24 menyusui d.d: jam status nutrisi dan § Kaji BB setiap hari
  • 27. Do: menyusui efektif. § Kaji adanya kelemahan dan kelasan bayi dalam menyusui · Bayi tampak malas Kriteria Hasil : menyusu kepada ibunya § Kaji kadar Hb · Adanya peningkatan · Reflek menyusu berat badan sesuai dengan § Ajarkan ibu pentingnya memberi susu secara lemah tujuan teratur · BB turun = 6,5 kg – 6 · malnutrisi § Kaji adanya pucat kg dalam 3 hari · Tidak terjadi penurunan § Beritahu ibu pentingnya ASI bagi bayi · KU lemah berat badan yang berarti · Ps. Hanya minum · Ibu mau menyusui susu ASI anaknya dengan teratur · Hb: 9,8 gr% · Reflek menyusui anak baik · Wajah bayi agak pucat · Hb dalam batas normal · Bayi tidak lagi malas mengisap putting susu DS: · Bayi tidak lagi pucat · Ibunya mengatakan bahwa jarang menyusui anaknya · Ibunya mengatakan mrnyusui anaknya tidak teratur E. Implementasi dan Evaluasi Tanggal Jam No. Implementasi Evaluasi Paraf Dx / hari 04 09.00 I · Mengukur TTV S: - TTD Nov. 09.10 · Mengkaji keadaan umum O: ps 2010 10.00 - berat popok 500 gr · Memberikan cairan lewat infus - TTV: S: 36,6 C Kamis 12.00 · Mengukur balance cairan N: 140x/menit 12.30 · Mengkaji BAB RR:46 X/menit 12.45 · Menimbang popok - IVFD=RL 20 tts / menit mikro.
  • 28. 13.00 · Mengukur bising usus - Balance cairan +150 ml - KU ps lemah - BAB encer, berlendir, dan berdarah - Bisisng usus = 38 x / menit A: Diare b.d Alergi susu sapi belum teratasi P: Intervensi dilanjutkan 04 09.00 II · Mengkaji adnya lesi S: TTD Nov. 09.10 · Mengkaji frekuensi diare - keluaga mengatakan ada lesi dibagian anus setiap 24 jam 2010 O: · Mengobservasi tanda – 19.15 tanda kerusakan integritas - frekuensi diare 7-8 x/ hari Kamis kulit - terdapat kemerahan disekitar anus · Memandikan ps - verbeden setiap hari 10.00 · Melakukan verbeden - ps. Tamapk tenag setelah dimandikan dan diberi lotion 12.00 A: kerusakan integritas kulit b/d ekskresi/BAB sering belum teratasi P: Intervensi dilanjutkan 04 10.00 III § mengkaji kekuatan S:- TTD menusui pada bayi Nov. O: § menimbang BB 2010 12.00 - Ps. Alergi susu sapi § Mengkaji turgor kulit 12.10 - Diit diberikan sesuai konsultasi ahli gizi § Mengkaji adanya alergi Kamis 12.15 - BB: 6 kg § Mengkaji tingkat 12.30 kerajinan ibu dalam - Turgor kulit jelek menyusui bayinya. - Lingkungan nyaman selama pemberian diit § Memberiakn diit sesuai - Tidak ada perubahan pigmen kulit indikasi 12.45 - Hb 9,8 gr% § Mengukur Hb A: Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui belum teratasi P : intervensi dilanjutkan Tanggal Jam No. Implementasi Evaluasi Paraf
  • 29. / hari Dx 06 09.00 I · Mengukur TTV S: - TTD Nov. 09.10 · Mengkaji keadaan umum O: ps 2010 10.00 - berat popok 400 gr · Memberikan cairan lewat infus - TTV: S: 36,8 C Sabtu 12.00 · Mengukur balance cairan N: 148 x /menit 12.30 · Mengkaji BAB RR:50 x /menit 12.45 · Menimbang popok - IVFD=RL 20 tts / menit mikro. 13.00 · Mengukur bising usus - Balance cairan +170 ml - KU ps lemah - BAB encer, berlendir, dan berdarah - Bisisng usus = 36 x / menit A: Diare b.d Alergi susu sapi belum teratasi P=Intervensi dilanjutkan 06 09.00 II · Mengkaji adnya lesi S: TTD Nov. 09.10 · Mengkaji frekuensi diare - keluaga mengatakan masih ada lesi dibagian setiap 24 jam anus 2010 · Mengobservasi tanda – O: 19.15 tanda kerusakan integritas kulit - frekuensi diare 6-7 x / hari Sabtu · Memandikan ps - terdapat kemerahan disekitar anus · Melakukan verbeden - verbeden setiap hari 10.00 - ps. Tampak tenag setelah dimandikan dan 12.00 diberi lotion A: kerusakan integritas kulit b/d ekskresi/BAB sering belum teratasi P: Intervensi dilanjutkan 06 10.00 III § mengkaji kekuatan S:- TTD menusui pada bayi Nov. O: § menimbang BB 2010 12.00 - Ps. Alergi susu sapi § Mengkaji turgor kulit 12.10 - Diit diberikan sesuai konsultasi ahli gizi § Mengkaji adanya alergi Sabtu 12.15 - BB: 6,1 kg § Mengkaji tingkat 12.30 kerajinan ibu dalam - Turgor kulit jelek
  • 30. menyusui bayinya. - Lingkungan nyaman selama pemberian diit § Memberiakn diit sesuai - Tidak ada perubahan pigmen kulit indikasi 12.45 - Hb 10,2 gr% § Mengukur Hb A: Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui belum teratasi 13.00 P : intervensi dilanjutkan Tanggal Jam No. Implementasi Evaluasi Paraf Dx / hari 05 09.00 I · Mengukur TTV S: - TTD Nov. 09.10 · Mengkaji keadaan umum O: ps 2010 10.00 - berat popok 350 gr · Memberikan cairan lewat - TTV: S: 36,5 C infus Jumat 12.00 · Mengukur balance cairan N: 140 x /menit 12.30 · Mengkaji BAB RR: 46 x /menit 12.45 · Menimbang popok - IVFD=RL 20 tts / menit mikro. 13.00 - Balance cairan +170 ml · Mengukur bising usus - KU ps lemah - BAB encer, berlendir, dan berdarah - Bising usus = 32 x / menit A: Diare b.d Alergi susu sapi belum teratasi P=Intervensi dilanjutkan 05 09.00 II · Mengkaji adnya lesi S: TTD Nov. 09.10 · Mengkaji frekuensi diare - keluaga mengatakan masih ada lesi dibagian setiap 24 jam anus 2010 · Mengobservasi tanda – O: 19.15 tanda kerusakan integritas kulit - frekuensi diare 5 x / hari Jumat · Memandikan ps - terdapat kemerahan disekitar anus · Melakukan verbeden - verbeden setiap hari 10.00 - ps. Tampak tenag setelah dimandikan dan 12.00 diberi lotion A: kerusakan integritas kulit b/d ekskresi/BAB sering
  • 31. belum teratasi P: Intervensi dilanjutkan 05 10.00 III § mengkaji kekuatan S:- TTD menusui pada bayi Nov. O: § menimbang BB 2010 12.00 - Ps. Alergi susu sapi § Mengkaji turgor kulit 12.10 - Diit diberikan sesuai konsultasi ahli gizi § Mengkaji adanya alergi Jumat 12.15 - BB: 6,3 kg § Mengkaji tingkat 12.30 kerajinan ibu dalam - Turgor kulit jelek menyusui bayinya. - Lingkungan nyaman selama pemberian diit § Memberiakn diit sesuai - Tidak ada perubahan pigmen kulit indikasi 12.45 - Hb 10,7 gr% § Mengukur Hb A: Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui belum teratasi 13.00 P : intervensi dilanjutkan BAB IV PEMBAHASAN A. Pengkajian Sesuai dengan pengkajian teoritis dibandingkan dengan Pengkajian pada Anak Arya dengan Gastroenteritis maka didapatkan data senajng sebagai berikut : No. Data Senjang Penyebab Masalah 1. DO: Alergi susu sapi Diare · BAB encer, berlendir serta berdarah · KU ps. Lemah · Bising usus 38x/menit · BAB 7-8 Perhari · TTV: Suhu: 36,6 C, Nadi 140 x/menit, RR 46 x/menit DS: · Keluaga mengatakan BAB encer sudah 4 hari, jumlah sedikit.
  • 32. 2. DO: ekskresi/BAB sering Kerusakan integritas · Warna anus kemerahan kulit · Terdapat lesi disekitar anus · Frekuensi diare 7-8 x/ hari · Daerah sekitar anus lembab DS: · Keluarga mengatakan lesi dibagian anus sudah 2 hari. 3. Do: Kelemahan reflek Menyusui menyusui tidak · Bayi tampak malas menyusu kepada ibunya efektif · Reflek menyusu lemah · BB turun = 6,5 kg – 6 kg dalam 3 hari · KU lemah · Ps. Hanya minum susu ASI · Hb: 9,8 gr% · Wajah bayi agak pucat DS: · Ibunya mengatakan bahwa jarang menyusui anaknya · Ibunya mengatakan mrnyusui anaknya tidak teratur Data senjang diatas sesuai dengan pengkajian teoritis yang telah dibuat. B. Diagnosa Keperawatan Secara teoritis diagnosa keperawatan yang berkemungkinan muncul pada diare ada 6 diagnosa. Dari 6 diagnosa keperawatan tersebut, hanya 3 diagnosa yang kelompok temukan pada kasus ini. Adapun diagnosa yang muncul pada anak Arya Yaitu: Diare b.d Alergi susu sapi Diagnosa ini diangkat karena bayi tersebut diare disebabkan oleh alergi susu sapi. kerusakan integritas kulit b.d ekskresi/BAB sering
  • 33. Diagnosa ini diangkat karena pada anus pasien sudah terdapat lesi dan warnanya merah muda Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui Diagnosa ini diangkat karena bayi tampak malas menyusui dan menyusui tidak teratur C. Perencanaan 1. Intervensi Fluid management diangkat diharapkan eliminasi BAB dan status hidrasi bias efektif Intervensi Skin care diangkat diharapkan membrane mukosa dan kulit kembali efektif Intervensi Nutrition Management diangkat diharapkan status nutrisi dan menyusui efektif. Implementasi Diare b.d Alergi susu sapi 1. Mengukur TTV 2. Mengkaji keadaan umum ps 3. Memberikan cairan lewat infus 4. Mengukur balance cairan 5. Mengkaji BAB 6. Menimbang popok 7. Mengukur bising usus kerusakan integritas kulit b/d ekskresi/BAB sering 1. Mengkaji adnya lesi 2. Mengkaji frekuensi diare setiap 24 jam 3. Mengobservasi tanda – tanda kerusakan integritas kulit 4. Memandikan ps 5. Melakukan verbeden Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui 1. mengkaji kekuatan menusui pada bayi 2. menimbang BB 3. Mengkaji turgor kulit 4. Mengkaji adanya alergi 5. Mengkaji tingkat kerajinan ibu dalam menyusui bayinya. 6. Memberiakan diit sesuai indikasi 7. Mengukur Hb
  • 34. Dalam asuhan keperawatn hanya implementasi diatas saja yang dilaksanakan, ada beberapa intervensi yang tidak dilakukan karena keterbatasan waktu bagi kelompok untuk mengelola pasien. E. Evaluasi Dalam evaluasi ini tidak semua criteria hasil dapat tercapai karena keterbatasan waktu dari kelompok untuk mengelola asuhan keperawatan pada anak Arya. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil penerapan proses keperawatan yang kelompom lakukan pada An. A dengan Gastroenteritis diruangan Merak I RSUD Arifin Achmad Pekanbaru dapat ditemukan 3 diagnosa keperawatan yang muncul yaitu: Diare b.d Alergi susu sapi kerusakan integritas kulit b.d ekskresi/BAB sering Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui Setelah Perencanaan keperawatan disusun, dalam pelaksanaan keperawatan, kelompok dapat melaksanakan semua rencana keperawatan yang telah disusun Dalam melaksanakan tindakan keperawatan kelompok bekerjasama dengan klien, keluarga, dan perawat ruangan. Selain itu, implementasi keperawatan tersebut disesuaikan dengan kondisi dan fasilitas ruangan perawatan klien. RESUME KEPERAWATAN BAB II RESUME KEPERAWATAN A. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada hari Minggu 22 Juni 2008, pukul 16.45 WIB di Rumah Sakit Purbowangi R. Handayani Ff . 1. Identitas Pasien Nn. O umur 19 th, jenis kelamin perempuan, agama Islam suku bangsa Jawa/indonesia, pendidikan terakhir Sekolah Menengah Atas, pekerjaan Mahasiswa, beralamat Jetis 2/3 Nusawungu, Nomor Register 041759 tanggal masuk 20 Juni 2008. 2. Riwayat penyakit sekarang Pasien datang ke Instalasi Gawat Darurat RS Purbowangi pada tanggal 20 Juni pukul 16.45 dengan post Kecelaaan Lalu Lintas (KLL) pasien mengeluh pusing dan mual muntah. Selain pusing pasien juga terdapat luka lecet di tangan sebelah kanan. Dan nyeri saat berdiri, nyerinya seperti ditususk- tusuk jarum, nyerinya di kepala bagian belakang skal nyeri 6 serta lamanya nyeri ± 3 menit. 3. Riwayat penyakit dahulu Pasien sebelumnya belum pernah mengalami sakit yang sama seperti yang di derita sekarang ini, belum pernah dirawat di Rumah Sakit sebelumnya. 4. Pengkajian Fokus Pengkajian dilakukan pada hari Minggu tanggal 22 Juni 2008 puul 16.45 WIB pada hari kedua perawatan pasien mengatakan nyeri kepala dengan skala nyeri 6, nyeri datang dan semakin bertambah saat duduk dan berkurang ketika sedang istirahat atau dengan tiduran, nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk, pasien juga mengatakan lemas
  • 35. saat melakukan aktivitas dan berkurang jika istirahat. Pada tangan kanan terpasang infus RL 20 tetes permenit dan pada bagian tangan sebelah kiri (pada siku) terdapat luka lecet. Pada saat pengkajian kesadaran umum Compos mentis, Glasglow Coma Scale (GCS) 15 dengan eye 4 verbal 5 dan motorik 6. Tanda-tanda Vital: Tekanan darah 120/90 mmHg, nadi 81 kali permenit, respirasi rate 23 kali permenit, suhu 36oC. Dari pemeriksaan laboratorium pada tanggal 21 Juni 2008 ditemukan data Hemoglobin: 13,2 gr% (normal 12-18 gr%), Antal Leukosit 8.900 mm3 (normal 4.000-10.000 mm3 ), Golongan darah O. Terapi yang duberikan pada tanggal 22 Juni 2008 yaitu terapi Oral Mertigo 3x6 mg, Neuciti 1x1, Antasida syirup 3x1 sendok teh, Asam mefenamat 3x500 mg, dan terapi intra vena yaitu Ranitidin 2x1@250mg, Ampicilin 3x1gr, Primperan 3x1 dan Piracetam 3x1. B. Analisa Data dan Diagnosa Dari data yang didapat pada tanggal 22 Juni 2008 maka diagnosa yang muncul pada Nn. O adalah sebagai berikut: Pertama, dari data subyektif pasien megatakan pasien mengatakan pusing banget dan data oyektif pasien didapatkan data Skala nyeri 6, pasien kelihatan pucat, nyeri berkurang saat duduk dan berkurang jika tiduran, nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk, dan lamanya nyeri ± 3 menit, Tekanan Darah: 120/90 mmHg, Nadi: 81X/mnt Respirate rate: 23 kali permenit Suhu: 36O Celcius. Dari kedua data maka diagnosa keperawatan yang muncul adalah nyeri akut berhubungan dengan trauma kepala. Kedua, dari data subyektif pasien didapatkan data: pasien pusing saat melakukan aktivitas dan hilang saat istirahat sedangkan dari data obyektif pasien didapatkan data: pasien terlihat tiduran dan aktivitas dibantu keluarga. Dari kedua data maka diagnosa keperawatan yang muncul adalah Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring/ imobilitas. Ketiga, dari data obyektif pasien didapatkan data: terpasang infus Ringer Laktat 20 tetes permenit, terdapat luka lecet di tngan sebelah kiri. Dari kedua data maka diagnosa keperawatan yang muncul adalah Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan jalan masuk mikroorganisme. C. Intervensi, Implementasi, dan Evaluasi Penulis merangkaikan perencanaan, pelaksanaan, dan eveluasi menjadi satu bagian agar pembaca lebih mudah memehami masalah yang dihadapui olh pasien, rencana tindakan yang akan dilaukan untuk menyelesaikan masalah tersebut, bagaimana pelaksanaan tindakanya, serta bagaimana hasil akhir dari asuhan keperawatan yang diberikan. 1. Nyeri berhubungan dengan trauma kepala Tujuan yang hendak dicapai adalah nyeri dapat berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 1X8 jam, dengan kriteria, skala nyeri turun menjadi 3, wajah tampak rilek dan tanda-tanda vital dalam batas normal. Sedangkan rencana tindakan untuk mengatasi masalah nyeri yaitu memonitor tanda-tanda vital, kaji skala, karakteristik, intensitas, kualitas dan kuantitas nyeri (PQRST), ajarkan teknik relaksasi dan distraksi, berikan posisi yang senyaman mungkin, ciptakan lingungan yang aman dan nyaman berikan analgtik sesuai dengan instrusi dokter (Asam Mefenamat 3X500 mg, Mertigo 3X6 mg). Adapun pelaksanaan dari rencana tindakan tersebut pada tanggal 23 Juni 2008 pukul 09.00 WIB adalah mengkaji keadaan umum pasien baik, kesadaran Compos Mentis dengan Glasglow Coma Skale 15 (E4 V5 M6). Mengukur tanda-tanda vital dengan respon Tekanan darah 120/90 mmHg, nadi 81 kali permenit, respirasi rate 23 kali permenit, suhu 36oC. Pada pukul 09.30 WIB mengkaji keluhan pasien dengan respon pasien mengatakan nyeri dengan skala 6 pada kepalanya, seperti ditusuk-tusuk, nyeri timbul dan bertambah ketika duduk dan berkurang jika tiduran atau dengan istirahat. Pada pukul 10.00 WIB mengajarkan teknik relaksasi dan distraksi dengan respon pasien mengikuti dan tampak antusias mengikuti anjuran teknik relaksasi dan distraksi. Pada pukul 11.00 WIB memberikan obat oral Mertigo 6 mg, Asam Mefenamat 500 mg dan Neurodex. Evaluasi pada pukul tanggal 24 Juni 2008 yaitu data subyektif pasien mengatakan nyeri kepalanya masih ada. Data obyektifnya pasien masih telihat menahan nyeri dan sesekali masih memegang area nyeri, tekanan darah 120/90 mmHg, nadi 81 kali permenit, respirasi rate 23 kali permenit, suhu 36oC. Masalah keperawatan nyeri belum teratasi. Lanjutkan intervensi (megajarkan teknik relaksasi dan distraksi, juga melatih nafas dalam dan memberikan obat analgetik sesuai dengan indikasi). 2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik Tujuannya setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2X24 jam diharapkan kelemahan fisik pasien berkurang dengan kriteria: pasien tidak trlihat pucat dan lemes, pasien dapat beraktivitas secara bertahap dan mndiri.
  • 36. Untuk mncapai tujuan tersebut, rencana tindakan yang akan dilaksanakan yaitu: kaji tingkat aktivitas pasien, instruksikan tentang beraktivitas secara bertahap, kaji respon terhadap aktivitasnya dan libatkan keluarga dalam melakukan aktivitas. Adapun pelaksanaan dan pengamatan respon pasien terhadap tindakan yang telah dilakukan pada pukul 11.00 WIB tanggal 23 Juni 2008 yaitu: mengajarkan pasien untuk melakukan aktivitas dengan berlahan (latihan duduk/ latihan imobilisasi) dengan respon pasien mau latihan duduk, menganjurkan keluarga membantu ADL (Aktivity Daily Living) pasien dengan respon keluarga bersedia membantu dan memenuhi ADL pasien. Evaluasi pada tanggal 24 Juni 2008 pukul 09.00 WIB yaitu data subyektif pasien mengatakan sudah dapat duduk walaupun hanya sebentar. Masalah kedua sudah teratasi. Pertahankan intervensi. 3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan jalan masuk mikroorganisme Tujuan yang hendak dicapai yaitu tidak terjadi penyebaran infeksi. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X8 jam dengan kriteria tidak ada tanda-tanda infeksi (rubor, calor,dolor, tumor dan penurunan fungsi), tanda-tanda vital dalam batas normal, luka lecet mengering, leukosit dalam batas normal. Untuk mencapai tujuan tersebut, rencana tindakan yang akan ilakukan adalah kaji tanda-tanda infeksi (rubor, calor,dolor, tumor dan penurunan fungsi), memonitor tanda-tanda vital, ganti balutan infus setiap hari, lakukan perawatan luka setiap hari dan berikan obat antibiotik sesuai dengan instruksi dokter. Adapun pelaksanaan dan pengamatan respon pasien terhadap tindakan yang dilakukan pada pukul 12.00 WIB tanggal 23 Juni 2008 yaitu: memonitor tanda-tanda vital dengan respon pasien tekanan darah 120/90 mmHg, nadi 81 kali permenit, respirasi rate 23 kali permenit, suhu 36oC. Mengkaji adanya tanda-tanda infeksi dengan respon dari tindakan ini adalah tidak ditemukan tanda-tanda infeksi (rubor, calor,dolor, tumor dan penurunan fungsi). Melakukan perawatan luka dengan respon luka pasien tampak bersih, balutan infus tampak bersih. Memberikan antibiotik sesuai dengan instruksi dokter (injeksi intra vena) dengan respon injeksi Ampicilin 1000 mg masuk serta tidak disertai reaksi alergi. Evaluasi pada tanggal 24 Juni 2008 yaitu mendapatkan data obyektif dan data obyektifnya yaitu: TTV dengan tekanan darah 120/90 mmHg, nadi 81 kali permenit, respirasi rate 23 kali permenit, suhu 36oC, Leukosit 8.900 mm3, balutan infus tampak bersih, luka lecet terlihat sudah mengering, tidak terdapat tanda-tanda infeksi. Masalah ketiga teratasi dan pertahankan intervensi. ASKEP TB PARU CONTOH KASUS TB Paru Seorang bapak datang ke RSUD ciamis pada hari selasa tanggal 5 Oktober 2010 pukul 09.00, ditemani oleh istrinya Ny. D dibawa ke IGD RSUD Ciamis, lalu Tn. R mendapat No. Register 454. Lalu Tn. R mendapatkan diagnosa dari dokter dia menderita TB Paru. Setelah dokter memberikan diagnosis medis lalu perawat bertanya kepada pasien tersebut dan didapatkan data dari pasien tersebut, nama pasien Tn. R, umur 30 tahun, jenis kelamin laki-laki, agama Islam, Suku bangsa sunda, sehari – hari menggunakan bahasa sunda, Pendidikan SMA, Profesi sebagai buruh di pabrik rokok bagian gudang dan sekaligus penyuplai barang, status sudah menikah, alamat jalan sukasenang no. 3 Rt/Rw. 09/03 kecamatan cijeungjing kabupaten Ciamis. Setelah didapatkan data oleh perawat maka pasien dibawa ke ruang teratai RSUD ciamis. Dokter yang menanganinya bernama dr. Biyang. Pasien datang dengan keluhan batuk > 30 hari dan mengeluarkan sputum, batuk dengan rasa panas di tenggorokan, kadang Tn. R mengalami sesak napas dan nyeri dada. Setelah lewat dari 30 hari terdapat darah segar berwarna merah muda pada batuknya. Selain itu Tn. R mengalami demam pada sore dan malam hari disertai dengan keringat malam, anoreksia, penurunan BB serta malaise selama 3 hari sebelum dibawa ke RSUD Ciamis. Tn. R hanya minum obat dari warung terdekat tanpa memeriksakan ke Dokter. Lalu Istri Tn. R mengeluh kalau sedang batuk Tn. R tidak ditutup. Sehari-hari pasien adalah seorang pekerja di bagian gudang rokok terkadang pasien mengantarkan barang karena pekerjaannya dengan menggunakan sepeda motor baik siang ataupun malam tanpa safety yang memadai. Tn.R terkadang batuk- batuk ketika bekerja disertai nyeri dada dan memakai obat untuk meredakan nyeri tersebut. Tn. R juga merupakan pecandu rokok yang berat. Pasien selalu merokok 2 bungkus/hari. Pasien sering jajan sembarangan. Pasien berada di daerah pedesaan dengan ekonomi lemah dan anggota keluarga yang hidup ditempat tinggalnya ada 8 orang yaitu pasien,istrinya, beserta ke 4 anaknya, dan saudara pasien 2 orang yang ikut tinggal dirumah pasien. Rumah pasien tergolong tidak sehat dan sempit, karena berukuran panjang 8m dan lebar 5m =40m2. Setelah dinyatakan riwayat
  • 37. kesehatan keluarga, pasien mengatakan bahwa tidak ada anggota keluarganya yang mengalami TB paru. Pasien terlihat Letargi dengan Berat badan sebelum sakit 63 Kg dan BB pasien sekarang 55 Kg, Tinggi pasien 160 cm status gizi pasien kurang baik/ malnutrisi, mukosa bibir kering, turgor kulit (+), TD 110/80 MmHg, dengan suhu 37,50 C (oral), denyut nadi 70/menit, Frekuensi pernapasan 18 x/menit, setelah perawat melakukan inspeksi didapatkan data kulit kepala, kualitas rambut kasar, alis mata, leher normal, gerakan nafas tidak terjadi perubahan, batuknya produktif disertai produksi sekret dan sputum yang purulen. Dan setelah di palpasi didapat data gerakan dada saat bernafas normal dan seimbang antara bagian kanan dan kiri. Lalu setelah perawat melakukan perkusi kepada pasien terdapat sonor pada seluruh lapang paru. Serta ada ronkhi pada sisi yang sakit, bunyi jantung tambahan tidak didapatkan & pada abdomen terdapat bising usus setelah dilakukan auskultasi. Tulang belakang normal. Untuk data ekstremitas didapatkan data tangan kasar, pada kaki terasa dingin bilateral (masih hangat), warna kulit kaki pucat, integritas kulit kering, ekstremitas tonus otot lemah. Hasil mikturisi pasien warna kuning pucat. Setelah dilakukan pemeriksaan Lab yaitu dilakukan pemeriksaan darah tepi leukositosis ringan, pemeriksaan radiologis bayangan lesi radiologik yang terletak di lapangan atas paru,terlihat sebagian daerah dengan garis opaque yang ukurannya bervariasi denagn batas lesi tidak jelas. Pemeriksaan sputum BTA (+). Lalu setelah dilakukan pemeriksaan Lab, Tn.R diberikan terapi Isoniazid dengan dosis untuk Tn.R adalah 5mg/kb BB perhari (dengan 1,6 mg/BB per 1x makan). FORMAT PENGKAJIAN Tanggal/jam memeriksa : 5 Oktober 2010/ 09.00 WIB Ruang : Teratai RSUD Ciamis No. Register : 454 Dx. Medis : TB Paru Tgl Pengkajian : 5 oktober 2010 A. IDENTITAS KLIEN Nama : Tn. R Ibu/ Orang tua Umur : 30 Tahun Nama : Ny. D Jenis kelamin : Laki – laki Alamat : Jln.sukasenang no. 3, rt/rw 09/03 kec. Cijengjing kab ciamis Agama : Islam Pekerjaan : - Suku/ bangsa : Sunda Bahasa : Sunda Pendidikan : SMA Pekerjaan : pekerja di bagian gudang rokok Penanggung jawab Status : menikah Nama : Dr. Biyang Alamat : jalan sukasenang Alamat : jalan cimamut no. 5 rt/rw. 02/03 no. 3 Rt/Rw. 09/03 kec. maleber Kab. Ciamis kec cijeungjing kab Ciamis. B. KELUHAN UTAMA Tn. R mengalami batuk > 30 hari dengan konsintensi sputum yang pekat dan mengeluarkan darah. C. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG Pasien mengalami batuk > 30 hari, mengeluarkan sputum, batuk dengan rasa panas di tenggorokan, kadang Tn. R mengalami sesak napas dan nyeri dada. Setelah lewat dari 30 hari terdapat darah segar berwarna merah muda pada batuknya. Selain itu Tn. R mengalami demam pada sore dan malam hari disertai dengan keringat malam, anoreksia. Upaya yang sudah dilakukan : Tidak ada upaya yang dilakukan Ny. D kepada Tn. R Terapi yang sudah diberikan : Minum obat dari warung terdekat dengan rumah pasien. D. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU Tn.R mengalami batuk 1 bulan yang lalu, Tn.R mengatakan sering menggunakan kendaraan bermotor pada malam/ siang hari karena pekerjaannya, Tn. R juga merupakan pecandu rokok yang berat. E. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA Tidak ada penyakit yang menular dan yang sama dengan penyakit yang diderita Tn. R. F. PEMERIKSAAN FISIK 1. Status kesehatan umum a. Keadaan umum : Letargi b. Kesadaran : Letargi GCS : Mata (4), Verbal (5), Gerakan (3) c. BB sebelum sakit : 63 Kg TB : 160 Cm d. BB saat ini : 55 Kg e. Status gizi : Kurang/ Malnutrisi f. Status hidrasi : Dehidrasi ringan g. Tanda – tanda vital : TD : 110/80 MmHg, Suhu : 37,50 C (oral), N : 70/menit, RR : 18 x/menit 2. Kepala : kulit kepala, kualitas rambut kasar, alis mata, mukosa bibir kering. 3. Leher : normal, tidak ada gangguan. 4. Dada : Gerakan dada saat bernafas normal & seimbang antara bagian kanan & kiri. di perkusi terdapat sonor pada seluruh lapang paru & ronkhi. 5. Abdomen : ada bising usus dalam batas normal 6. Tulang belakang : normal, tidak ada gangguan. 7. Ekstremitas : Atas; tangan kasar, integritas kulit kering, tonus otot lemah. Bawah; kaki dingin bilateral , warna kulit kaki pucat, tonus otot lemah. 8. Genetalia & anus : karakter urin kuning pucat. 9. Pemeriksaan neurologis : - G. POLA FUNGSI KESEHATAN : Sehari-hari Tn.R merupakan pekerja di bagian gudang rokok terkadang pasien mengantarkan barang dengan menggunakan sepeda motor baik siang ataupun malam tanpa safety yang memadai. Tn. R juga merupakan pecandu rokok yang berat. H. PSIKOLOGIS SOSIAL : Normal, tidak ada gangguan. I. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK : Pemeriksaan darah tepi : leukositosis ringan, Pemeriksaan radiologis : bayangan lesi radiologik yang terletak di lapangan atas paru,terlihat sebagian daerah dengan garis2 opaque yang ukurannya bervariasi denagn batas lesi tidak jelas. Pemeriksaan sputum : BTA (+). J. Terapi : Isoniazaid dengan dosis 5mg/kb BB perhari. ASKEP PADA TB PARU ANALISA DATA No. Data Etiologi Problem 1 Ds : - Tn. R mengeluh nyeri dada dan batuk berdarah. - Istri Tn. R mengeluh kalau sedang batuk Tn. R tidak ditutup. Do : - Hasil Lab BTA (+) - Pemeriksaan radiologis bayangan lesi radiologik yang terletak di lapangan atas paru. Penderita TB bersin, bicara, batuk. Droplet Nuklei Jatuh ke lantai, tanah/ tempat lainnya/ bahkan langsung ke orla. Suhu udara disekitar panas Menguap Dengan bantuan angin terbang ke udara bebas Terhirup orang yang sehat Infeksi resiko tinggi (penyebaran atau aktivasi ulang). Infeksi resiko tinggi (penyebaran atau aktivasi ulang). DIAGNOSA KEPERAWATAN Resiko tinggi (penyebaran/ aktivasi ulang) berhubungan dengan TB paru ditandai dengan nyeri dada, batuk berdarah dan batuk tidak ditutup.
  • 38. PERENCANAAN KEPERAWATAN / INTERVENSI KEPERAWATAN Tgl/jam No dx Tujuan & kriteria hasil Intervensi rasional paraf 5okt/ 09.00 WIB 1 -Fungsi pernafasan adekuat untuk memenuhi kebutuhan individu,komplikasi dicegah , pola hidup/ prilaku berubah diadopsi untuk mencegah penyebaran infeksi. - mengidentifikasi intervensi u/ mncegah atau menurukan risiko penyebaran infeksi. -menunjukan teknik atau melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang aman. Mandiri 1.kaji patologi penyakit (aktif / fase tak aktif; diseminasin infeksi melalui bronkus untuk membatasi jaringan atau melalui aliran darah/ sisten limfatik) & potensial penyebaran infeksi melalui droplet udara selama batuk, bersin, meludah , bicara , tertawa, menyanyi. 2.identifikasi orla yag berisiko , contoh anggota rumah, shabat karib/teman . 3.dianjurkan pasienn u/ batuk/ bersin dan mengeluarkan pada tisu dan menghindai meludah. Kaji pembuangan tisu sekali pakai &teknik mencuci tangan yang tepat.dorong u/ mengulangi demonstrasi. 4.kaji tindakan kontrol infeksi sementara, contoh masker/isolasi pernafasan. 5.awasi suhu sesuai indikasi. 6.identifikasi faktor risiko individu terhadap pengaktifan berulang tuberkulosiss, contoh tahanan bawah (alkoholisme, malnutrisi/bedah bypass intestinal);gunakan obat penekan imun /kortikosteroid ;adanya diabetes melitus, kanker,kalium. 7.tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi obat. 8.kaji pentingnya mengikuti dan kultur ulang secara periodik terhadap sputum u/ lmanya terapi. 9.dorong memilih/mencerna makanan seimbang.berikan makan sering kecil makanan kecil pada jumlah makanan besar yang tepat. Kolaborasi 1.berikan agen anti infeksi sesuai indikasi, contoh : Obat utama :isoniazid (INH) etambutal (Myambutol) ; rifampi (RMP/Rifadin). 2.pirazinamida (PZA/aldinamide); para-amino salisik (PAS); sikloserin (seromisin ); sterptomisin(strycin). 3.awasi pemeriksaan laboratorium, contoh : hasil usap sputum. 4.AST/ALT 5.laporkan ke departemen kesehatan lokal. 1.membantu pasien menyadari/ menerima perlunya mematuhi program pengobatan untuk mencegah pengaktifan berulang/komplikasi.pemahaman bgaimna penyakit dsebarkan &kesadaran kmungkinan transmisi membntu pasien & org trdekat u/ mngambil lngkah u/ mncegah infeksi k org lain. 2.org orang yang terpejan ini perlu program terapi obat u/ mncegah penyebaran/tterjadinya infeksi. 3.perilaku yang diperlukan u/ mencegah penyebaran infeksi. 4.dapat membantu menurunkan rasa terisolasi pasien dan membuang stigma sosial sehubungan dengan penyakit menular. 5.reaksi demam indikator adanya infekssi lanjut. 6.pengetahuan tentang faktor ini membantu pasien u/ mengubah pola hidup dan menghindari/menurunkan insiden eksaserbasi. 7.periode singkat berakhir 2-3 hr stelah kemoterapi awal,tetapi pada adanya ronggga/ penyakit luas sedang, risiko penyebaran infeksi dpt berlanjut smpai 3 bln. 8.alat dalam pengawasan efek dan keefektipan obat dam respon pasien terhadap terapi. 9.adanya anoreksia/malnutisi sebelummerendahkan tahanan terhadap proses infeksi dan mengganggu penyembuhan.makan kecil dapat meningkatkan pemasukan semua. 1.kombinasi agen anti infeksi digunakan, contoh 2 obt primer/stu primer tambah stu dan obat sekunder.INH biasanya obat pilihan u/ pasien infeksi dan pada risiko terjadi TB.kemoterapi INH dan refampin jangan pernah(selama 9bln)dgn etambutal (slama 2blln pertama)pengobatan ckup untuk TB paru.etambutal harus diberikan bila sisten saraf pusat/ takterkomplikasi, penyakit diseminata terjadi atau bila dicurigai resisten INH.terapi luas (ssampai 24bln)diindikasikan untuk kasus reaktivasi , reaktivasi TB ekstrampulmonal,atau adanya ,masaalah medik lain,contoh : diabetes melitus/silikosis. Profilaksis dengan INH selama 12 bln harus dipertimbangkan pada pasien dengan HIV positf dengan PPD positif. 2.ini obat sekunder diperlukan bila infeksi resisten terhadap atau tidak toleran obat primer. 3.pasien yang mengalami 3 usapan negatip (memerlukan 3-5 bln), perlu mentaati program obat , dan asimtomatik akan diklasifikasikan tak menyebar. 4.efek merugikan terafi obat termasuk hepatitis. 5.membantu mengidentifikasi lembaga yang dapat dihubungi u/ menurunkan penyebaran infeksi. PELAKSANAAN KEPERAWATAN Dx kep Jam Tindakan Paraf Mandiri I 09.00 Menganjurkan pasien untuk ungkapkan pa yang dirasakan 09.03 Mengauskultasi bunyi nafas, dan periksa suhu dll 09.07 Memantau frekuensi, kedalaman nafas dll 09.15 Membantu pasien menyadari perlunya mematuhi program pengobatan 09.20 Mencatat ada kelelahan ketika batuk 10.00 Memberikan latihan rentang gerak secara pasif. 10.10 Melakukan perubahan posisi, contoh memberikan sokongan. 10.20 Mengevaluasi refleks batuk, menelan, catat jumlah mucus dan sekret yang keluar. 10.25 Mengevaluasi derajat nyeri / rs tdk nyaman dengan gunakan skala 0-10 (mengobservasi tanda non verbal dari nyeri tsb.) EVALUASI KEPERAWATAN Masalah Keperawatan Tgl/jam Catatan Perkembanagn Paraf Resiko tinggi (penyebaran/ aktivitasi ulang) 6-10-2010/ jam 09.00 WIB S: Tn. R tidak mengeluh nyeri dada dan batuk menjadi berkurang. O: Tn.R sudah tidak batuk berdarah lagi. A: Batuk masih tidak ditutup. P: rencana tindakan keperawatan mandiri nomor 3 dilanjutkan.