Kasus ini membahas proses identifikasi korban akibat bencana kebakaran hotel dengan korban 400 orang. Tim Disaster Victim Identification (DVI) melibatkan dokter gigi untuk membantu proses identifikasi karena gigi dan mulut menyimpan informasi penting untuk identifikasi. Proses identifikasi meliputi pengumpulan data post mortem dan ante mortem, kemudian dilakukan rekonsiliasi data untuk mengidentifikasi korban secara pasti.
Makalah ini membahas tentang pemanasan global, termasuk penyebabnya seperti efek rumah kaca dan penggundulan hutan, dampaknya seperti perubahan iklim dan kenaikan permukaan laut, serta upaya penanggulangannya seperti penanaman pohon dan daur ulang.
Makalah ini membahas tentang keluarga berencana di Indonesia, termasuk kewajiban warga negara untuk mendukung program keluarga berencana guna menekan pertumbuhan penduduk yang pesat. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan pemilihan alat kontrasepsi di Desa Pengkol, Kabupaten Sragen.
Pancasila sebagai identitas nasional serta aktualisasi pengamalan pancasila d...Terminal Purba
Makalah ini membahas tentang Pancasila sebagai identitas nasional Indonesia dan aktualisasi pelaksanaannya di bidang politik pada era globalisasi. Pembahasan meliputi hakikat globalisasi, peran Pancasila sebagai identitas bangsa di tengah arus global, serta upaya penerapan nilai-nilai Pancasila secara kontemporer di bidang politik negara.
Makalah ini membahas tentang pemanasan global, termasuk penyebabnya seperti efek rumah kaca dan penggundulan hutan, dampaknya seperti perubahan iklim dan kenaikan permukaan laut, serta upaya penanggulangannya seperti penanaman pohon dan daur ulang.
Makalah ini membahas tentang keluarga berencana di Indonesia, termasuk kewajiban warga negara untuk mendukung program keluarga berencana guna menekan pertumbuhan penduduk yang pesat. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan pemilihan alat kontrasepsi di Desa Pengkol, Kabupaten Sragen.
Pancasila sebagai identitas nasional serta aktualisasi pengamalan pancasila d...Terminal Purba
Makalah ini membahas tentang Pancasila sebagai identitas nasional Indonesia dan aktualisasi pelaksanaannya di bidang politik pada era globalisasi. Pembahasan meliputi hakikat globalisasi, peran Pancasila sebagai identitas bangsa di tengah arus global, serta upaya penerapan nilai-nilai Pancasila secara kontemporer di bidang politik negara.
Dokumen tersebut memberikan definisi dan penjelasan mengenai karya ilmiah. Secara ringkas, karya ilmiah adalah hasil karya tulis yang disusun berdasarkan hasil penelitian ilmiah. Terdapat beberapa jenis karya ilmiah seperti makalah, skripsi, tesis, dan disertasi.
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang perencanaan sumber daya manusia, faktor-faktor yang mempengaruhi perekrutan tenaga kerja, dan metode-metode yang digunakan dalam perekrutan termasuk kendala-kendalanya. Dokumen tersebut juga membahas tentang pentingnya peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia untuk bersaing dalam era globalisasi.
Bab I merangkum latar belakang masalah pengembangan media pembelajaran berbasis multimedia di STMIK Widya Cipta Dharma. Masalah yang dihadapi adalah kurangnya stimulus untuk meningkatkan semangat belajar mandiri mahasiswa. Tujuan penelitian ini adalah membuat aplikasi multimedia interaktif untuk mata kuliah Teknik Multimedia.
Dokumen tersebut membahas konsep-konsep dasar ekonomi manajerial seperti fungsi, turunan, biaya total, rata-rata, dan marjinal serta aturan-aturan diferensiasi.
Dokumen tersebut membahas permasalahan yang dihadapi remaja, seperti bahaya merokok, penyalahgunaan narkoba dan seks bebas. Remaja mengalami perubahan fisik, kognitif, moral dan psikologis yang membuat mereka rentan terhadap masalah-masalah tersebut. Orang tua dan pendidik berperan penting dalam membimbing remaja menghadapi tantangan masa remaja.
Dokumen tersebut membahas tentang peran kepala sekolah sebagai supervisor dalam pendidikan. Terdapat beberapa tantangan dalam pendidikan seperti peningkatan mutu, relevansi kurikulum, dan pengelolaan manajemen pendidikan. Tulisan ini juga membahas rumusan masalah tentang sejauh mana peran, fungsi, dan profesionalisme kepala sekolah sebagai supervisor. Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan tentang supervisi pem
Dokumen tersebut membahas tentang pengangguran dan kemiskinan di Indonesia. Secara singkat, tingkat pengangguran di Indonesia masih cukup tinggi pada 2010 meskipun mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Faktor-faktor penyebab pengangguran antara lain ketidakseimbangan antara angkatan kerja dan kesempatan kerja serta struktur lapangan kerja yang tidak seimbang. Dampak pengangguran meliputi berkurangnya pendapatan dan pajak neg
Makalah ini membahas identifikasi ras korban melalui ciri-ciri gigi dan antropologi. Terdapat 3 ras utama yaitu caucasoid, mongoloid, dan negroid yang memiliki ciri khas pada gigi seperti bentuk, ukuran, dan pola fissure. Identifikasi ras dapat membantu menentukan identitas mayat tidak dikenal.
Dokumen tersebut membahas tentang ilmu kedokteran forensik, yang merupakan ilmu yang mempelajari penerapan ilmu kedokteran untuk kepentingan peradilan. Ilmu ini membantu mengungkap proses tindak pidana, identitas korban, dan identitas pelaku dengan memeriksa barang bukti medis seperti darah, sperma, sel kulit, dan lainnya. Dokter memiliki peran penting dalam memberikan keterangan ahli baik secar
1. Dokumen tersebut membahas tentang identifikasi tindak pidana lingkungan hidup dan kehutanan. Termasuk pengertian, tujuan, objek identifikasi, barang bukti, pelaku, dan modus operandi tindak pidana. 2. Juga dibahas tentang kerawanan kawasan hutan dan skala prioritas untuk menentukan daerah yang rawan akan terjadinya tindak pidana. 3. Metode observasi dan wawancara digunakan untuk mengidentifikasi tindak pidana
Dokumen tersebut membahas tentang ilmu kedokteran forensik, yang merupakan ilmu yang menerapkan ilmu kedokteran untuk kepentingan peradilan. Dokumen ini menjelaskan peran dokter dan ahli forensik lainnya dalam membantu proses hukum dengan memberikan keterangan medis dan bukti yang diperlukan."
Dokumen tersebut membahas peran dokter dalam kasus pidana, khususnya dalam memberikan keterangan ahli mengenai luka-luka dan cedera. Dokter diminta untuk melakukan pemeriksaan secara akurat dan mendokumentasikan hasilnya untuk membantu penyidik dan hakim dalam menentukan berat ringannya suatu tindak pidana.
Dokumen tersebut memberikan definisi dan penjelasan mengenai karya ilmiah. Secara ringkas, karya ilmiah adalah hasil karya tulis yang disusun berdasarkan hasil penelitian ilmiah. Terdapat beberapa jenis karya ilmiah seperti makalah, skripsi, tesis, dan disertasi.
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang perencanaan sumber daya manusia, faktor-faktor yang mempengaruhi perekrutan tenaga kerja, dan metode-metode yang digunakan dalam perekrutan termasuk kendala-kendalanya. Dokumen tersebut juga membahas tentang pentingnya peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia untuk bersaing dalam era globalisasi.
Bab I merangkum latar belakang masalah pengembangan media pembelajaran berbasis multimedia di STMIK Widya Cipta Dharma. Masalah yang dihadapi adalah kurangnya stimulus untuk meningkatkan semangat belajar mandiri mahasiswa. Tujuan penelitian ini adalah membuat aplikasi multimedia interaktif untuk mata kuliah Teknik Multimedia.
Dokumen tersebut membahas konsep-konsep dasar ekonomi manajerial seperti fungsi, turunan, biaya total, rata-rata, dan marjinal serta aturan-aturan diferensiasi.
Dokumen tersebut membahas permasalahan yang dihadapi remaja, seperti bahaya merokok, penyalahgunaan narkoba dan seks bebas. Remaja mengalami perubahan fisik, kognitif, moral dan psikologis yang membuat mereka rentan terhadap masalah-masalah tersebut. Orang tua dan pendidik berperan penting dalam membimbing remaja menghadapi tantangan masa remaja.
Dokumen tersebut membahas tentang peran kepala sekolah sebagai supervisor dalam pendidikan. Terdapat beberapa tantangan dalam pendidikan seperti peningkatan mutu, relevansi kurikulum, dan pengelolaan manajemen pendidikan. Tulisan ini juga membahas rumusan masalah tentang sejauh mana peran, fungsi, dan profesionalisme kepala sekolah sebagai supervisor. Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan tentang supervisi pem
Dokumen tersebut membahas tentang pengangguran dan kemiskinan di Indonesia. Secara singkat, tingkat pengangguran di Indonesia masih cukup tinggi pada 2010 meskipun mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Faktor-faktor penyebab pengangguran antara lain ketidakseimbangan antara angkatan kerja dan kesempatan kerja serta struktur lapangan kerja yang tidak seimbang. Dampak pengangguran meliputi berkurangnya pendapatan dan pajak neg
Makalah ini membahas identifikasi ras korban melalui ciri-ciri gigi dan antropologi. Terdapat 3 ras utama yaitu caucasoid, mongoloid, dan negroid yang memiliki ciri khas pada gigi seperti bentuk, ukuran, dan pola fissure. Identifikasi ras dapat membantu menentukan identitas mayat tidak dikenal.
Dokumen tersebut membahas tentang ilmu kedokteran forensik, yang merupakan ilmu yang mempelajari penerapan ilmu kedokteran untuk kepentingan peradilan. Ilmu ini membantu mengungkap proses tindak pidana, identitas korban, dan identitas pelaku dengan memeriksa barang bukti medis seperti darah, sperma, sel kulit, dan lainnya. Dokter memiliki peran penting dalam memberikan keterangan ahli baik secar
1. Dokumen tersebut membahas tentang identifikasi tindak pidana lingkungan hidup dan kehutanan. Termasuk pengertian, tujuan, objek identifikasi, barang bukti, pelaku, dan modus operandi tindak pidana. 2. Juga dibahas tentang kerawanan kawasan hutan dan skala prioritas untuk menentukan daerah yang rawan akan terjadinya tindak pidana. 3. Metode observasi dan wawancara digunakan untuk mengidentifikasi tindak pidana
Dokumen tersebut membahas tentang ilmu kedokteran forensik, yang merupakan ilmu yang menerapkan ilmu kedokteran untuk kepentingan peradilan. Dokumen ini menjelaskan peran dokter dan ahli forensik lainnya dalam membantu proses hukum dengan memberikan keterangan medis dan bukti yang diperlukan."
Dokumen tersebut membahas peran dokter dalam kasus pidana, khususnya dalam memberikan keterangan ahli mengenai luka-luka dan cedera. Dokter diminta untuk melakukan pemeriksaan secara akurat dan mendokumentasikan hasilnya untuk membantu penyidik dan hakim dalam menentukan berat ringannya suatu tindak pidana.
Odontologi forensik dapat membantu identifikasi korban yang tidak dapat diidentifikasi secara visual dengan membandingkan data gigi postmortem dan ante mortem. Identifikasi melalui odontologi lebih murah dibandingkan DNA dan memerlukan data yang akurat dari pemeriksaan gigi, foto, dan rekaman radiologi untuk hasil yang valid.
1. Dokumen tersebut membahas tentang identifikasi korban bencana massal melalui ilmu kedokteran gigi forensik. Termasuk di dalamnya adalah pengertian forensik dan odontologi forensik serta peran dokter gigi dalam proses identifikasi.
2. Beberapa metode identifikasi yang dibahas antara lain melalui ras, jenis kelamin, dan ciri-ciri khusus gigi dan mulut seperti bentuk, ukuran, dan pola gigitan
Dokumen tersebut membahas tentang pengumpulan bahan dan keterangan (Pulbaket) yang dilakukan oleh polisi hutan dalam menangani kasus kehutanan. Pulbaket bertujuan untuk mengidentifikasi pelaku, mencari bukti, dan mempersiapkan penindakan hukum. Teknik yang digunakan meliputi observasi, wawancara, dan pemantauan untuk mengumpulkan informasi mengenai orang, benda, tempat, dan waktu kejadian perkara
Dokumen tersebut membahas tentang DNA fingerprint yang merupakan teknik identifikasi forensik berdasarkan profil DNA unik setiap individu. Teknik ini pertama kali dikembangkan pada tahun 1985 dan telah banyak digunakan untuk membuktikan kasus kriminal. Ada beberapa jenis analisis DNA yang dapat digunakan seperti RFLP, PCR, dan STR.
Usulan penelitian ini membahas rancang bangun penjadwalan tugas pada komputasi paralel menggunakan algoritma cost-time optimization. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan laboratorium dalam memproses data dengan komputasi tinggi dengan menerapkan konsep komputasi paralel pada sejumlah komputer pribadi menggunakan algoritma penjadwalan tugas berbasis biaya dan waktu.
Pendidikan dan manajemen pendidikan memiliki peran penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia dan mencapai tujuan organisasi secara efektif. Pendidikan adalah proses pemberian pengetahuan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai kepribadian, sementara manajemen pendidikan adalah keseluruhan proses pelaksanaan kegiatan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Makalah ini membahas permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah langsung (Pilkada) pada tahun 2005, termasuk penyelewengan yang dilakukan oleh bakal calon dan KPUD serta solusi untuk mengatasinya."
Makalah ini membahas tentang keuangan negara, termasuk definisi, asas-asas pengelolaannya, kekuasaan atas pengelolaan, proses penyusunan anggaran belanja negara/daerah, serta klasifikasi pengeluaran pemerintah. Tujuannya adalah mengetahui hal-hal terkait pengelolaan keuangan negara secara lebih mendalam.
Makalah ini membahas beberapa masalah sosial di Indonesia seperti narkoba, korupsi, dan ganja. Narkoba seperti heroin dan kokain dapat menyebabkan efek seperti halusinasi, stimulan, depresi, dan kecanduan. Korupsi didefinisikan sebagai penyalahgunaan kekuasaan untuk kepentingan pribadi. Ganja memiliki kontroversi karena di beberapa negara dianggap narkotika namun tidak selalu menyebabkan kecanduan
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian, syarat, dan hikmah dari tayamum. Tayamum adalah menggunakan tanah untuk menyapu wajah dan tangan dengan niat melaksanakan shalat ketika tidak ada air. Syarat tayamum adalah sudah masuk waktu shalat, sudah mencari air tapi tidak dapat, menggunakan tanah bersih, dan sudah bersih dari najis. Hikmah tayamum antara l
Dokumen tersebut membahas tentang penerapan pendekatan bermain dengan permainan "Kepala Beranjau" dalam pembelajaran teknik passing atas bola voli pada siswa kelas VII. Permainan ini bertujuan untuk meningkatkan keberanian, ketepatan passing, kerjasama tim, dan sportivitas siswa. Guru menggunakan bola voli, bola plastik, ban sepeda, dan bangku sebagai alat dalam permainan ini.
Dokumen tersebut membahas tentang main hakim sendiri dari perspektif sosiologis. Ia menjelaskan bahwa tindakan main hakim sendiri muncul karena adanya anomie di masyarakat yang disebabkan oleh ketidaksesuaian antara nilai-nilai lama dengan perkembangan zaman, serta hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga penegak hukum. Dokumen tersebut juga menganalisis hubungan antara hukum, m
1. CASE 1
Seorang dokter gigi pada lokasi X dihubungi dari pihak manajemen DVI untuk
membantu proses identifikasi dari bencana masal, korban kebakaran dari suatu hotel dengan
jumlah korban yang meninggal kurang lebih 400 orang dari berbagai daerah dan
mancanegara, apakah yang harus dilakukan oleh dokter gigi tersebut dan apa yang
melatarbelakangi Tim DVI melibatkan dokter gigi dalam proses mengidentifikasi serta dasar
hukum apa dokter gigi berperan untuk membantu tim DVI.
Apa yang menjadi permasalahan dalam kasus ini ?
Berikan hipotesis dari permasalahan ini !
Apakah topik utama dalam permasalahan ini ?
DVI atau Disaster Victim Identification adalah suatu defenisi yang diberikan sebagai
prosedur untuk mengidentifikasi korban mati akibat bencana massal secara ilmiah yang dapat
dipertanggung-jawabkan dan mangacu pada standar baku Interpol.
Tim DVI sendiri terdiri dari dokter spesialis forensik, dokter gigi, ahli anthropology
(ilmu yang mempelajari tulang), kepolisian, fotografi, dan ada yang berasal dari masyarakat
juga. Tugasnya adalah mengidentifikasi korban.
Adapun proses DVI meliputi 5 fase, dimana setiap fasenya mempunyai keterkaitan
satu dengan yang lainnya, yaitu:
a. Initial Action at the Disaster Site
Merupakan tindakan awal yang dilakukan di tempat kejadian peristiwa (TKP)
bencana. Ketika suatu bencana terjadi, prioritas yang paling utama adalah untuk
mengetahui seberapa luas jangkauan bencana. Sebuah organisasi resmi harus
mengasumsikan komando operasi secara keseluruhan untuk memastikan koordinasi
personil dan sumber daya material yang efektif dalam penanganan bencana. Dalam
kebanyakan kasus, polisi memikul tanggung jawab komando untuk operasi secara
keseluruhan. Sebuah tim pendahulu (kepala tim DVI, ahli patologi forensik dan
petugas polisi) harus sedini mungkin dikirim ke TKP untuk mengevaluasi situasi
berikut :
- Keluasan TKP, pemetaan jangkauan bencana dan pemberian koordinat untuk area
bencana.
2. - Perkiraan jumlah korban.
- Keadaan mayat.
- Evaluasi durasi yang dibutuhkan untuk melakukan DVI.
- Institusi medikolegal yang mampu merespon dan membantu proses DVI.
- Metode untuk menangani mayat.
- Transportasi mayat.
- Penyimpanan mayat.
- Kerusakan properti yang terjadi.
Pada prinsipnya untuk fase tindakan awal yang dilakukan di situs bencana, ada
tiga langkah utama. Langkah pertama adalah to secure atau untuk mengamankan,
langkah kedua adalah to collect atau untuk mengumpulkan dan langkah ketiga adalah
documentation atau pelabelan.
Pada langkah to secure organisasi yang memimpin komando DVI harus
mengambil langkah untuk mengamankan TKP agar TKP tidak menjadi rusak.
Langkah – langkah tersebut antara lain adalah :
- Memblokir pandangan situs bencana untuk orang yang tidak berkepentingan
(penonton yang penasaran, wakil – wakil pers, dll), misalnya dengan memasang
police line.
- Menandai gerbang untuk masuk ke lokasi bencana.
- Menyediakan jalur akses yang terlihat dan mudah bagi yang berkepentingan.
- Menyediakan petugas yang bertanggung jawab untuk mengontrol siapa saja yang
memiliki akses untuk masuk ke lokasi bencana.
- Periksa semua individu yang hadir di lokasi untuk menentukan tujuan kehaditan
dan otorisasi.
- Data terkait harus dicatat dan orang yang tidak berwenang harus meninggalkan
area bencana.
Pada langkah to collect organisasi yang memimpin komando DVI harus
mengumpulkan korban – korban bencana dan mengumpulkan properti yang terkait
dengan korban yang mungkin dapat digunakan untuk kepentingan identifikasi
korban.
Pada langkah documentation organisasi yang memimpin komando DVI
mendokumentasikan kejadian bencana dengan cara memfoto area bencana dan
korban kemudian memberikan nomor dan label pada korban.
3. Setelah ketiga langkah tersebut dilakukan maka korban yang sudah diberi nomor
dan label dimasukkan ke dalam kantung mayat untuk kemudian dievakuasi.
b. Collecting Post Mortem Data
Pengumpulan data post-mortem atau data yang diperoleh paska kematian
dilakukan oleh post-mortem unit yang diberi wewenang oleh organisasi yang
memimpin komando DVI. Pada fase ini dilakukan berbagai pemeriksaan yang
kesemuanya dilakukan untuk memperoleh dan mencatat data selengkap – lengkapnya
mengenai korban. Pemeriksaan dan pencatatan data jenazah yang dilakukan
diantaranya meliputi :
- Dokumentasi korban dengan mengabadikan foto kondisi jenazah korban.
- Pemeriksaan fisik, baik pemeriksaan luar maupun pemeriksaan dalam jika
diperlukan.
- Pemeriksaan sidik jari.
- Pemeriksaan rontgen.
- Pemeriksaan odontologi forensik: bentuk gigi dan rahang merupakan ciri
khusus tiap orang ; tidak ada profil gigi yang identik pada 2 orang yang
berbeda.
- Pemeriksaan DNA.
- Pemeriksaan antropologi forensik : pemeriksaan fisik secara keseluruhan, dari
bentuk tubuh, tinggi badan, berat badan, tatto hingga cacat tubuh dan bekas luka
yang ada di tubuh korban.
Data – data hasil pemeriksaan tersebut kemudian digolongkan ke dalam data
primer dan data sekunder sebagai berikut :
- PRIMER : sidik jari, profil gigi, DNA
- SECONDARY : visual, fotografi, properti jenazah, medik-antropologi (tinggi
badan, ras, dll.)
Selain mengumpulkan data paska kematian, pada fase ini juga sekaligus
dilakukan tindakan untuk mencegah perubahan – perubahan paska kematian pada
jenazah, misalnya dengan meletakkan jenazah pada lingkungan dingin untuk
memperlambat pembusukan.
c. Collecting Ante Mortem Data
Pada fase ini dilakukan pengumpulan data mengenai jenazah sebelum kematian.
Data ini biasanya diperoleh dari keluarga jenazah maupun orang yang terdekat dengan
4. jenazah. Data yang diperoleh dapat berupa foto korban semasa hidup, interpretasi ciri
– ciri spesifik jenazah (tattoo, tindikan, bekas luka, dll), rekaman pemeriksaan gigi
korban, data sidik jari korban semasa hidup, sampel DNA orang tua maupun kerabat
korban, serta informasi – informasi lain yang relevan dan dapat digunakan untuk
kepentingan identifikasi, misalnya informasi mengenai pakaian terakhir yang
dikenakan korban.
d. Reconciliation
Pada fase ini dilakukan pembandingan data post mortem dengan data ante
mortem. Ahli forensik dan profesional lain yang terkait dalam proses identifikasi
menentukan apakah temuan post mortem pada jenazah sesuai dengan data ante
mortem milik korban yang dicurigai sebagai jenazah. Apabila data yang dibandingkan
terbukti cocok maka dikatakan identifikasi positif atau telah tegak. Apabila data yang
dibandingkan ternyata tidak cocok maka identifikasi dianggap negatif dan data post
mortem jenazah tetap disimpan sampai ditemukan data ante mortem yang sesuai
dengan temuan post mortem jenazah.
e. Returning to the Family
Korban yang telah diidentifikasi direkonstruksi hingga didapatkan kondisi
kosmetik terbaik kemudian dikembalikan pada keluarganya untuk dimakamkan.
Apabila korban tidak teridentifikasi maka data post mortem jenazah tetap disimpan
sampai ditemukan data ante mortem yang sesuai dengan temuan post mortem jenazah,
dan pemakaman jenazah menjadi tanggung jawab organisasi yang memimpin
komando DVI. Sertifikasi jenazah dan kepentingan mediko-legal serta administrative
untuk penguburan menjadi tanggung jawab pihak yang menguburkan jenazah.
Prinsip dari proses identifikasi ini adalah dengan membandingkan data Ante Mortem
dan Post Mortem, semakin banyak yang cocok maka akan semakin baik. Primary Identifiers
mempunyai nilai yang sangat tinggi bila dibandingkan dengan Secondary Identifiers.
Selanjutnya dalam identifikasi tidak hanya menggunakan satu cara saja, segala cara
yang mungkin harus dilakukan, hal ini penting oleh karena semakin banyak kesamaan yang
ditemukan akan semakin akurat. Identifikasi tersebut minimal harus menggunakan 2 cara
yang digunakan memberikan hasil yang positif (tidak meragukan). Prinsip dari proses
identifikasi adalah mudah yaitu dengan membandingkan datadata tersangka korban dengan
data dari korban yang tak dikenal, semakin banyak kecocokan semakin tinggi nilainya. Data
gigi, sidik jari, atau DNA secara tersendiri sudah dapat digunakan sebagai faktor determinan
5. primer, sedangkan data medis, properti dan ciri fisik harus dikombinasikan setidaknya dua
jenis untuk dianggap sebagai ciri identitas yang pasti. Gigi merupakan suatu cara identifikasi
yang dapat dipercaya, khususnya bila rekam dan foto gigi pada waktu masih hidup yang
pernah dibuat masih tersimpan dengan baik. Pemeriksaan gigi ini menjadi amat penting
apabila mayat sudah dalam keadaan membusuk atau rusak, seperti halnya kebakaran.
Adapun dalam melaksanakan identifikasi manusia melalui gigi, kita dapatkan 2
kemungkinan:
1) Memperoleh informasi melalui data gigi dan mulut untuk membatasi atau
menyempitkan identifikasi. Informasi ini dapat diperoleh antara lain mengenai:
a. umur
b. jenis kelamin
c. ras
d. golongan darah
e. bentuk wajah
f. DNA
Dengan adanya informasi mengenai perkiraan batas-batas umur korban misalnya,
maka pencarian dapat dibatasi pada data-data orang hilang yang berada disekitar umur
korban. Dengan demikian penyidikan akan menjadi lebih terarah.
2) Mencari ciri-ciri yang merupakan tanda khusus pada korban tersebut. Di sini dicatat
ciri-ciri yang diharapkan dapat menentukan identifikasi secara lebih akurat dari pada
sekedar mencari informasi tentang umur atau jenis kelamin. Ciri-ciri demikian antara
lain:
a. Identifikasi ras korban maupun pelaku dari gigi-geligi dan antropologi ragawi
b. Identifikasi sex atau jenis kelamin korban melalui gigi-geligi dan tulang rahang
serta antropologi ragawi
c. Identifikasi umur korban (janin) melalui benih gigi
d. Identifikasi umur korban melalui gigi sementara (decidui)
e. Identifikasi umur korban melalui gigi campuran
f. Identifikasi umur korban melalui gigi tetap
g. Identifikasi korban melalui kebiasaan menggunakan gigi
h. Identifikasi korban dari pekerjaan menggunakan gigi
i. Identifikasi golongan darah korban melalui pulpa gigi
j. Identifikasi golongan darah korban melalui air liur
6. k. Identifikasi DNA korban dari analisa air liur dan jaringan dari sel dalam rongga
mulut
l. Identifikasi korban melalui gigi palsu yang dipakainya
m. Identifikasi wajah korban dari rekonstruksi tulang rahang dan tulang facial
n. Identifikasi wajah korban
o. Identifikasi korban melalui pola gigitan pelaku
p. Identifikasi korban melalui ekslusi pada korban massal
q. Radiologi Ilmu Kedokteran Gigi Forensik
r. Fotografi Ilmu Kedokteran Gigi Forensik
s. Victim Identification Form
Yang dibutuhkan oleh dokter gigi untuk mendapatkan data gigi sebelum kematian
yaitu catatan gigi (tertulis), foto rontgen gigi, model hasil cetakan, clinical photographs,
keterangan dari dokter gigi/keluarga/teman dan surat dari rumah sakit.
Identifikasi dengan menggunakan faktor dental biasanya digunakan apabila metode
umum lainnya seperti metode pengamatan dan sidik jari tidak mampu menghasilkan hasil
yang diharapkan, atau sebagai identifikasi tambahan bila diperlukan. Idealnya identifikasi
positif ( yang berhasil ) harus berdasarkan dari 2 identifikasi atau lebih.
Identifikasi visual adalah metode yang sangat umum dilakukan oleh polisi atau yang
berwenang. Namun metode ini tidak dapat dilakukan bila mayat atau jenazah mengalami
kerusakan yang sangat parah, terbakar atau terdekomposisi. Terutama apabila terjadi bencana
alam yang menghasilkan banyak korban, pengamatan secara visual hamper tidak bisa
dilakukan.
Identifikasi melalui sidik jari pun tidak selalu menghasilkan identifikasi postif, karena
tidak semua orang memiliki catatan mengenai sidik jari mereka, hanya tentara serta pelaku
criminal saja yang biasanya memiliki data mengenai sidik jari mereka.
Dengan beberapa kelemahan yang ada pada metode lainnya, identifikasi secara dental
menjadi salah satu metode yang diandalkan untuk melengkapi metode lainnya.
Seorang odontologist forensic harus mampu dan bersedia melakukan pemeriksaan
gigi dan mulut pada tubuh dengan kategori sebagai berikut :
Normal. Semua dikatakan normal terkecuali bila subjeknya telah meninggal. Pada tubuh yang
telah kehilangan nyawanya, tubuh akan mengalami kekakuan. Apabila mayat sudah mulai
kaku atau bahkan kaku sepenuhnya, maka hal ini akan mempersulit pekerjaan karena akan
mempersulit akses ke gigi dan mulut.
7. Kekakuan mayat dapat pula digunakan untuk mengetahui waktu kematian mayat karena
kekakuan memiliki beberapa tahapan sebagai berikut :
- 3-4 jam setelah kematian, mayat mulai mengalami kekakuan
- 12 jam setelah kematian, mayat mengalami kekakuan secara menyeluruh
- 18-36 jam setelah kematian, mayat mulai kehilangan kekakuannya
- 48-60 jam setelah kematian, kekakuan mayat menghilang
Prosedur di kamar jenazah/mayat
Tidak seperti patologis, seorang forensic odontologist jarang bekerja regular di kamar mayat
yang sama. Hal ini terjadi karena pekerjaan yang dating berdasarkan panggilan dan bias
berasal dari ruang mayat mana saja. Beberapa tahapan pengerjaan dilakukan sebelum
melakukan pemeriksaan di kamar mayat,yaitu :
Preliminaries ( Persiapan )
Hubungi terlebih dahulu yang berwenang untuk mendapatkan izin masuk dan memeriksa di
kamar mayat tersebut.
Beberapa kebutuhan mengenai pemeriksaan, outline pemeriksaan, serta teknik yang akan
digunakan sebaiknya dibicarakan dulu dengan yang berwenang, sehingga mengurangi
kemungkina terjadinya kesalahpahaman. Terutama apabila akan melakukan pemotongan
8. rahang. seorang forensic odontologist yang bekerja bersama dengan patologis sebaiknya
menghubungi pula patologis tersebut sehingga pemeriksaan dapat berlangsung dengan baik.
Siapkan alat – alat yang dibutuhkan, terutama bila alat yang dibutuhkan tidak tersedia pada
ruang pemeriksaan mayat tersebut. Siapkan juga pendingin untuk menyimpan specimen yang
diambil dari tuguh mayat.
Periksa juga tentang ketersidaan air, terutama untuk membersihkan diri dan mayat yang telah
diperiksa.
Armamentarium
Seorang forensic odontologist yang baik, tentu saja memiliki alat – alat untuk pemeriksaan
standar masing – masing, terutama beberapa ruang pemeriksaan mayat tidak menyediakan
alat – alat sederhana tersebut.
Beberapa alat yang sebaiknya disiapkan secara pribadi adalaha, kaca mulut, sonde, cotton
pliers, serta impression material, siapkan juga disclosing solution untuk mengetahui adanya
tambalan komposit atau silikat.
Wedges juga sebaiknya disiapkan untuk membuka dan menahan mulut terutam bila mayat
masih dalam keadaan kaku. Siapkan juga sikat gigi yang sudah tidak terpakai untuk
membersihkan gigi dari debris dan kotoran yang menempel.
Prosedur
9. Pada waktu pemeriksaan, sebaiknya siapkan catatan untuk mencatat setiap proses
pemeriksaan. Pemeriksaan itu sendiri sebaiknya dilakukan oleh 2 orang, karena cukup sulit
untuk mencatat ketika tangan kita menggunakan sarung tangan karet (hand gloves) yang
kotor. Asisten tersebut haruslah memiliki pengetahuan tentang gigi dan mulut juga, sehingga
tidak mempersulit proses pencatatan.
Beri label pada setiap bagian yang dipisahkan dari mayat berupa tanggal,waktu serta tempat
pemeriksaan. Setelah itu beri tanda tangan pemeriksa serta orang yang menyaksikan
pemeriksaan tersebut.
Setelah melakukan, mayat sebaiknya dibersihkan kembali. Setelah itu simpan mayat ke
tempatnya semula. Setelah itu melapor pada pihak yang berwenang bahwa pemeriksaan telah
dilakukan.
Hazards ( hal – hal yang membahayakan )
10. Seorang forensic odontologist rentan terhadap bahaya – bahaya yang mungkin berasal dari
mayat. Yang paling sering muncul adalah belatung, namun biasanya belatung telah ditangani
sebelumnya oleh patologis.
Hal yang paling membahayakan adalah apabila mayat memiliki penyakit menular yang
membahayakan seperti AIDS, hepatitis ata tubercolusis. Maka sebaiknya kita berhati – hati
dan juga mengenal dengan baik mayat yang akan kita periksa.
Hal – hal sederhana yang perlu diperhatikan adalah tulang. Tulang cenderung kuat dan bias
menjadi sangat tajam. Maka hati – hati dalam melakukan pemeriksaan agar terhindar dari hal
– hal tersebut.
Gaining access
Gaining access adalah tahapan pertama dari identifikasi dental untuk pemeriksaan gigi mayat.
Metode yang dipilih adalah metode dengan kerusakan minimal pada jaringan yang terlihat.
Sehingga mayat ttidak mengalami kerusakaan yang besar setelah pemeriksaan. Setelah proses
untuk mendapatkan akses tercapai,maka keadaan mulut secara umum dari mayat haruslah
dicatat.
Mayat yang mengalami kondisi berbeda, seperti korban kecelakaan, dekomposisi atau
terbakar harus mendapat perlakuan sedikit berbeda terutama saat proses gaining access
tersebut. Debris, serta cairan yang akan mengganggu sebaiknya dihilangkan sehingga akses
pemeriksaan untuk gigi dan mulut dapat terbuka dan pemeriksaan dapat berjalan dengan baik.
Examination ( Pemeriksaan )
Idealnya dilakukan oleh 2 orang dan dilakukan pencatatan pada setiap tahapan pemeriksaan.
Bila pemeriksaan dilakukan sendiri maka sebaiknya siapkan rekaman suara dari proses
pemeriksaan untuk mengganti proses pencatatan. Pemeriksaan dilakukan secara sistematis
dan mulai dilakukan setelah memperoleh akses untuk pemeriksaan gigi dan mulut tercapai.
Siapkan table gigi standar untuk informasi dan memudahkan pencatatan.
Beberapa informasi lainnya yang dilampirkan pada catatan antara lain :
Tanggal dan waktu permintaan pemeriksaan
Nama dan orang yang berwenang dalam permintaan pemeriksaan
Izin untuk melepaskan rahang bila dibutuhkan untuk pemeriksaan menyeluruh
Keadaan kematian ; tanggal,waktu serta penyebab kematian
Lokasi ditemukan mayat
Tanggal dan waktu pemeriksaan
Nomor kasus dari koroner, pemeriksa medis atau polisi
11. Nama dari asisten atau saksi mata pemeriksaan
Deskripsi fisik dari mayat termasuk tinggi,berat,perkiraan umur,jenis kelamin,ras
serta karakteristik yang terlihat menonjol lainnya
Pemeriksaan Rinci
Pemeriksaan lanjutan setelah pemeriksaan umum dilakukan untuk mengetahui keadaan gigi
dan mulut pada mayat secara terperinci. Pemeriksaan dilakukan pada bagian – bagian sebagai
berikut :
Penilaian keadaan umum mulut jenazah
Seperti kalkulus,warna gigi, kebersihan mulut secara umum
Status umum gigi
Catatan mengenai gigi yang hilang terutama bila gigi yang hilang terjadi pada saat
kematian, catat pula apakah gigi tersebut adalah gigi tetap atau gigi sulung.
Restorasi
Catatan mengenai restorasi yang ada pada gigi mayat
Crown and Bridges
Keadaan periodontal
Penilaian ortodontik mayat dengan klasifikasinya
Protesa
Radiografi
Fotografi
Prosedur Yang Dilakukan Saat terjadi Bencana Masal
Pada saat bencana alam terjadi, anda mungkin akan dipanggil oleh petugas
medis/koroner atau petugas polisi yang berkuasa, untuk membentuk tim pengidentifikasi
korban; atau anda mungkin akan diminta bergabung dalam tim yang telah terbentuk oleh
kolega anda. Tim pengidentifikasi ini terbagi atas dua kelompok.
Kelompok yang pertama dikenal sebagai ‘home team’ yang tugasnya mengumpulkan
data antemortem dental pada korban yang dilaporkan hilang atau diduga terkait dalam dalam
bencana dan mengirimkan informasi ini pada kelompok ke dua; yang dikenal sebagai ‘away
team’, yang bersituasi di tempat penyimpanan jenazah sementara di dekat lokasi bencana.
12. Fungsi ‘away team’ adalah pemeriksaan dental dari tiap korban yang berhasil
ditemukan, persiapan data postmortem dental, kemudian membandingkan data ini dengan
data antemortem dari orang hilang dan, jika mungkin, dental identifikasi dari korban.
The Home Team
Kelompok ini berhubungan erat dengan polisi bagian informasi korban dan sering
ditempatkan di koordinasi pusat bencana atau pusat komando yang mungkin bertempat di
kantor polisi atau bangunan yang berada dekat dengan lokasi bencana yang diambil alih
untuk keperluan tersebut. Saat korban terbanyak berasal dari orang luar negeri, kemungkinan
satu atau beberapa orang dari tim akan dikirimkan ke negara asal korban untuk berhubungan
dengan petugas lokal yang mengumpulkan dental data. Home team yang lengkap mungkin
akan terisolasi dari koordinasi pusat lokasi ketika bencana tersebut meliputi negara lain.
Meskipun petugas umum memiliki rencana di saat bencana alam yang telah terlatih, ada
kemungkinan hal itu tidak dapat digunakandan karenanya diperlukan kerjasama dengan rantai
komando. Pemberian handout yang telah dipersiapkan sebelumnya pada seluruh staff sangat
membantu pengorganisasian tim.
Tabel 9.1 Daftar barang-barang yang diperlukan home team.
-. Minimal dua orang petugas polisi ditempatkan dalam tim sebagai
penghubung dengan petugas lain
-. Line telepon terpisah untuk tiap anggota
-. Alat faksimil
-. Line telepon khusus untuk tempat tim pengumpulan jenazah
-. Komputer dan fasilitas modem
-. Fasilitas onward transmisi dari pendata antemortem di tempat kejadian ke
tempat penampungan jenazah
-. Fasilitas koleksi data antemortem
-. Internasional dan kode area lokasi
13. -. World time-zone chart
-. Registrasi Dentist (pada korban UK)
-. Fornulir data dental antemortem dari interpol
-. Formulir tim dental antemortem
-. Log book
-. Sisim pengisian A-Z
-. Kertas A4 pads
-. Pulpen tinta hitam, pensil, penghapus, tip-ex, strapler, elastic bands
-. Wall-chart papers, minimal 1m x 2m, pena felt-tip, highlighter
-. Masking tepe untuk chart-fixing, dan mmbetulkan kabel telepon yang
berserakan
-. Senter dan baterai
-. Fasilitas fotokopi
-. Dental simbol chart referensi pengenal kilat (Appendix 4)
-. Dental daftar dental abbreviasi milik tim (Appendiz 6)
-. Glossary dental abbreviasi (Appendix 5)
-. Telepon dan fax direktori dengan kontak dental forensik dunia
-. Mesin perekam
-. Lencana identifikasi tim
14. Hal pertama yang harus dilakukan adalah mendapatkan lokasi kerja khusus tim dental.
Barang-barang yang diperlukan tim ini telah terdaftar dalam tabel 9.1. Meja kerja haruslah
dikelompokkan persegi sehingga para anggotanya menghadap satu sama lain dengan alat-alat
tulis dan sistim filing ditempatkan di tengah. Panggilan dari telepon yang berbeda dapat
segera diberikan pada yang bersangkutan. Dinding di dekat meja digunakan untuk
menggantungkan wall-chart. Saat area/ruangan tealah siap dan petugas polisi ditempatkan
dalam tim, pekerjaan dapat dimulai.
Langkah selanjutnya, ketua tim duduk dengan anggota lain dan petugas polisi untuk
mereview detail dari prosedur yang akan digunakan. Saat ini, anda berhubungan dengan
petugas polisi yang tidak tahu apapun tentang fungsi anda dan sengatlah diperlukan bagi
mereka untuk mengerti secara menyeluruh apa yang perlu dilakukan dan bagaiman cara kerja
tim. Anda juga memerlukan data dari kantor bagian informasi korban. Ini diperlukan untuk
tugas kedepannya agar tidak lagi membuang-buang waktu dikemudian hari.
Langkah berikutnya adalah mengeset sistim komunikasi dengan petugas yang
berwenang yang mengumpulkan data-data korban yang hilang dengan menugaskan petugas
15. polisi pengumpul data secara manual/telepon. Informasi yang baru saja masuk belum tentu
dapat langsung dipakai oleh tim; karena itu, ada baiknya menyiapkan kopian anda sendiri.
Metode pengambilan data antemortem korban mungkin akan bervariasi tergantung
persiapan lokal dan distribusi list orang hilang. Komunikasi yang digunakan saat itu melalui
line telepon. Namun, sangatlah tidak efisien bagi seorang dokter gigi yang sedang melakukan
operasi untuk menelepon dan menanyakan perihal data pasien di tengah-tengah proses
operasi. Cara yang efektif adalah dengan menanyakan pada resepsionist bedah untuk
kemudian disampaikan langsung kepada yang bersangkutan. Jangan beranggapan bahwa
dokter gigi yang terkait akan langsung memberikan data-data lengkap yang dibutuhkan.
Seringkali diperlukan pengajuan pertanyaan-pertanyaan untuk mendapatkan seluruh data-data
yang diperlukan. Jika perlu, kontak pada laboratorium dental mungkin akan diperlukan.
Sayangnya, kebanyakan dokter gigi tidak memiliki chart gigi penuh pasien pada kunjungan
pertama, dan data yang ada sering hanya mengindikasi kerja klinis yang dikerjakan seorang
dokter gigi. Hal ini perlu dicek kembali kelengkapannya.
Kemudian, ketua grup home team akan mendapatkan daftar orang hilang dan daftar
tersebut haruslah disis dengan tinta hitam tebal di wall-chart di kolom kiri. Inisial dari dokter
yang diberi tugas mengangani di kolom sebelahnya. Kolom yang lain dibagi menurut jenis
kecelakaan dan record data-data yang telah di dapat. Kolom terakhir untuk jumlah korban
yang telah diidentifikasi. Sangatlah penting log yang detail itu terjaga karena sangat mudah
untuk menduplikasi pekerjaan tiap orang, atau berasumsi bahwa seseorang telah menghandel
pekerjaan tertentu.
Jika formulir antemortem telah komplit, data tersebut disusun secara alfabet dan
ditaruh di tengah-tengah area kerja sampai record aktual telah tiba. Sistem filing terpisah
harus dihindari, kumpulkan seluruh informasi yang telah didapat tentang per individu yang
hilang di satu tempat.
18. -. Keluarga korban tidak mengetahui nama dokter gigi atau memberikan nama yang
salah, atau dokter gigi menyatakan bahwa tidak ada data dari nama korban yang
diberikan.
Tanya kembali pada petugas yang berwenang untuk mengecek kembali pada keluarga korban
dan cari tahu apa mungkin oang yang hilang tersebut memeriksakan diri ke tempat praktek
yang dekat dengan tempat kerja jika berada di daerah lain. Jika tidak ada informasi lain,
tunda dahulu untuk konfirmasi lebih lanjut bila ada waktu. Bila salah memberikan nama
dokter gigi, tanyakan informasi tentang dokter gigi lain yang ada di daerah sekitar. Jika sulit,
tanyakan pada kantor polisi lokal/operator telepon. Tanyakan satu per satu. Hal ini makan
waktu, namun diperlukan untuk mengurangi jumlah korban yang tidak memiliki dental
record. Ulangi proses di tempat korban bekerja bila berbeda tempat.
-. Telepon tidak di angkat atau disambungkan dengan mesin penjawab
Jika menelpon ke luar negeri, cek time-zone chart dan telpon kira-kira pada waktu tempat
praktek buka. Jika majoriti korban berasal dari luar negeri, perlu penyesuaian jadwal kembali.
Jika berada dalam waktu lokal, cara terefektif adalah dengan menelepon kantor polisi dan
meminta mereka untuk menghubungi key holder dengan permintaan untuk disambungkan
dengan anda. Alternatif lainnya adalah menelon kembali setelahnya, namun kurang
dapatmemuaskan.
-. Saat Akhir minggu atau hari libur.
Bila dokter gigi yang bersangkutan tidak ada di tempat dikarenakan di luar jam kerja, maka
cara tercepat adalah meminta petugas polisi untuk menghubungi mereka di temopat mereka
berada saat itu. Saat terjadi bencana alam, kebanyakan dokter gigi bersedia untuk
bekerjasama kapan saja dan dimana saja.
-. Data tidak dapat disediakan dalam waktu kurang dari 12 jam karena jarak yang jauh.
Minta kantor polisi lokal untuk mengefax data yang dibutuhkan.
-. Korban adalah turis luar negeri dengan informasi tentang dokter giginya yang kurang
jelas.
Kontak kantor embassy negara yang bersangkutan atau kantor embassy negara anda di negara
yang bersangkutan. Metode lainnya adalah dengan cara menghubungi dokter gigi
19. forensikmelalui International Organization for Forensic Odontostomatology di negara
tersebut dan minta mereka menghubungi anda kembali.
Tujuan home team adalah untukmendapatkan informasi maksimum untuk antemortem
dental dalam jumlah korban sebanyak mungkin dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Hal
ini mungkin termasuk menghubungi beberapa dokter gigi tentang pasien yang sama,
mengecek ke rumah sakit untuk radiogrfi tulang, dengan unit bedah oralsaat treatment telah
dilakukan, serta kantor bagian casuality untuk komentar yang telah diberikan keluarga korban
tentang gigi korban.
Setelah dental chart telah didapatkan, -lembaran faks dari formulir home team dan
lembaran faks dari dental record- setelah diterima akan dikirimkan kepada ‘away team’. Saat
tidak dapat dikirimkan langsung, maka akan diserahkan pada petugas polisi untuk file
identifikasi final.
The away team
The away team mempunyai tanggung jawab yang tinggi. Hasil identifikasi pada
bencana yang telah terjadi menunjukan bahwa pengidentifikasian gigi seringkali merupakan
metode yang paling berhasil. Pada 54 bencana yang terjadi pada 1951 dan 1988 (Clark,
1989), bagian ilmu kedokteran gigi berkontribusi sebanyak 43% dalam proses identifikasi.
Beberapa (6.25% - 91.67%) menunjukan penemuan yang sulit, persentase yang paling kecil
terjadi ketika hampir semua 112 korban di Asia tidak memiliki dental record (Clark, 1986)
dan hanya 37 restorasi yang ditemukan dari 1275 gigi yang diperiksa, dan persentase tertinggi
dimana dental record dimiliki oleh semua, kecuali 2 dari 70 korban ( McCarty et al.,1987 ).
Dalam 5 bencana besar yang ditangani tim dari Inggris antara 1985 dan 1989, terdapat
lebih dari 1000 korban, ilmu kedokteran gigi berkontribusi untuk mengindentifikasi sebanyak
lebih dari 80%.
Anggota tim harus siap dipanggil kapan saja dan bersiap-siap untuk pergi dalam
waktu beberapa jam setelah ada pemberitahuan . Kebanyakan bencana yang terjadi adalah
kecelakaan pada pesawat terbang. Tim mungkin akan dipanggil untuk beberapa bagian di
dunia jika pesawat terbang terdaftar pada Negara tim tsb. Oleh karena kepentingan itu setiap
anggota tim mempunyai passport terbaru dan vaksinasi untuk demam kuning, thypoid dan
20. hepatitis B. Untuk kunjungan ke luar negeri asuransi medis sangat diperlukan. Sebagai bagian
dari tim, anda harus mempersiapkan untuk bekerja dengan waktu yang panjang , jauh dari
keadaan dan temperature ideal yang tidak diketahui sampai berapa hari.
Dalam home team, hubungan yang terbuka antara polisi dan orang yang punya hak
untuk menginvestisasi perlu ditetapkan di awal. Pada kedatangan sementara di kamar mayat,
ketua tim harus bertemu senior pathologist dan senior kepala investigasi yang bertanggung
jawab untuk identifikasi secara keseluruhan. Orang terakhir mungkin perwira polisi, coroner
(orang yang memeriksa sebab kematian seseorang) atau pemeriksa medis, perwira militer
atau hakim pemeriksa. Otoritas diperlukan untuk pemeriksaan gigi dan pemotongan rahang.
Dimana identifikasi secara visual mungkin menjadi pertimbangan, izin untuk pemotongan
rahang mungkin ditolak atau ditunda.
Dalam kecelakaan penerbangan gabungan gaya tabrakan dan kebakaran setelah
tubrukan biasanya membuat identifikasi secara visual menjadi tidak mungkin. Perwira polisi
yang familiar dengan local arrangement harus dilibatkan pada tim dental. Di negara dengan
bahasa asing perwira harus fasih berbahasa yang digunakan di dalam tim. Dental team,
berkonsultasi dengan pathologist seharusnya tetap pada lokasi kamar mayat untuk
pemeriksaan gigi dan persetujuan pada point prosedur pemeriksaan gigi dapat dilakukan.
Selama periode itu, ketua tim bertemu dengan pemegang otoritas, anggota yang lain
seharusnya mensurvei fasilitas seperti air dan pencahayaan dan area terdekat yang nyaman
untuk mengatur dental office. Meja, kursi dan telepon merupakan hal yang tak boleh
dilewatkan. Idealnya portakabin seharusnya disewa dan ditempatkan di luar kamar mayat tapi
tertutup dan terlindung dari umum, dimana kamar mayat sementara yang serupa dibangun,
dan berada didalamnya. Ini menyediakan tidak hanya kantor yang aman tapi juga merubah
area isolasi dari kamar mayat. Tim harus mempunyai financial yang cukup untuk menyewa
fasilitas local.
21. Tim dokter gigi harus punya cukup waktu untuk mengatur pengetahuannya sebagai bagian
dari investigasi korban normalnya memerlukan:
1. Fotografi korban
2. Rekaman dan pemindahan kain yang melekat, perhiasan dan dokumen.
3. Pengamatan eksternal tubuh untuk melihat gambaran fisik.
4. Fotografi tubuh tanpa penutup ( unclothed ).
5. Sidik jari.
6. Pengamatan medical postmortem
7. Pengamatan dental postmortem
8. Embalming dan casketing.
22. Kebutuhan sebenarnya mungkin lebih bermacam-macam menurut keadaan. Dental
postmortem lebih cepat dibanding medical postmortem, pathologists mungkin lebih senang
dokter gigi bekerja dengan mereka. Dalam prakteknya ini memudahkan untuk menunggu
sampai medical postmortem didapatkan, pengeringan dari air dan pembersihan gigi lebih
mudah dicapai.
Tim seharusnya bekerja berpasangan, satu anggota membawa postmortem, pencatatan
kedua, dan mengecek diktat chart. Pasangan akan bergerak dari tubuh ke tubuh dengan alat
mereka, atau memastikan table dengan tubuh yang dipindahkan sebagai progress.
Sebelum memeriksa mulut korban, ukuran tubuh, dan jenis kelamin harus diperiksa
oleh beberapa anggota tim, lalu memasukannya ke dalam chart. Meskipun ukuran tubuh
seharusnya tidak dimulai dengan satu atau dua nomor atau huruf, ini mungkin terjadi, jika
dalan kasus ini penting untuk double check dan menggaris bawahi 6,9,69 dan 96, 68, dan 89,
3, M dan W.
Bila terjadi kesalahan selama dalam pembuatan chart, sebaiknya tidak dicoret,namun
dimulai kembali dengan chart baru atau gunakan cairan koreksi. Akses untuk memasuki
rongga mulut sulit selama 24-36 jam pertama karena kekakuan mayat. Penggunaan kunci
tengkorak, sumbat mulut dan prop (penyangga) diperlukan mengingat gaya dalam kasus ini
dimana rahang tidak dipotong, hati - hati jangan membuat gigi menjadi fraktur. Jika rahang
dipotong, seharusnya segera dipindahkan ditandai dengan label tahan air dengan ukuran
tubuh, ditempatkan dalam tas, kemudian disegel dan diikat dengat label yang lainnya yang
memuat nomor tubuh.Metode alternative menyimpan gigi untuk referensi lebih lanjut, dan
yang membuat tugas embalmers menjadi lebih mudah, adalah menggunakan cetakan,
kemudian cabut dan masukan gigi ke dalam cetakan dan cetak dalam batu.
Dalam kecelakaan yang parah, banyak korban mungkin mengalami kerusakan
maxillofacial yang parah dengan gigi dan bagian rahang yang hilang. Jaringan harus dicari
untuk bagian yang hilang dan jika ditemukan, ini harus disusun untuk mengecek gigi apakah
gigi yang tepat mungkin lepas dalam garis fraktur yang telah hilang ante atau post mortem.
Garis fraktur harus dicatat dalam chart. Jika bagian tidak ditemukan, bagian yang
hilang harus ditandai dalam chart sebagai ‘lost post mortem’. Kemudian penemuan segmen
mungkin harus diidentifikasi dan ditempatkan pada tubuh. Pada korban kebakaran ,gigi
anterior yang kaku diperlukan aplikasi lem cyanoacrylate sebelumnya untuk prosedur
23. pemeriksaan, catatan bahwa ketiadaan enamel mungkin memberikan gambaran preparasi
mahkota jaket.
Masalah utama, anda akan berhadapan dengan restorasi komposit. Kecil, restorasi
anterior interproximal mudah lepas dan jika ragu ada lakukan prosedur cepat untuk
memotong gigi, bersihkan periksa dan pindahkan.Pendapat penulis ini merupakan praktek
rutin untuk semua gigi anterior.
Teknik post mortem, radiografi dan fotografi ditempuh di tempat lain dalam buku ini
dan tidak dikomentari secara detail. Bagaimanapun satu atau dua poin yang harus diingat.
Radiasi adalah berbahaya, meskipun dalam fasilitas yang sementara. Radiografi seharusnya
lebih dipakai diluar dekat area kamar mayat. Jika diambil di dalam kamar mayat, semua staf
harus peduli terhadap aturan dan perhatian yang kuat. Fotografer polisi harus memastikan
bahwa film tidak disimpan dekat perangkat sinar X, dan dental film harus dijaga dalam
tempat tahan radiasi.
Disarankan untuk menutup camera dengan cling-film untuk menghindari kontaminasi
cairan tubuh pada saat digunakan.Beberapa jam dental postmortem dalam kondisi bencana
sangat melelahkan, beberapa jika pemotongan dengan gergaji tangan.
Menyusun Prosedur Perbandingan
Pada hari pertama mengerjakan postmortem, system lembar kerja dibentuk. Ini
memungkinkan pengerjaan di lokasi atau pada akomodasi yang ditentukan untuk tim. Wall
chart harus terdapat catatan ukuran badan, jenis kelamin, pemeriksaan initial, perubahan
rahang? ’indentifikasi sebagai’ , ’pembuatan statement’. Chart ini seharusnya diambil di
kamar mayat dan masing2 pasangan pemeriksa harus melengkapi kolom yang cocok sebagai
progress postmortem, penyediaan keterangan secara cepat dan double check yang tak seorang
pun diabaikan.
Proses Chart postemortem
Tanpa menggunakan computer
Semua form postmortem harus difotokopi dulu. Sistem yang ada kemudian mulai
membagi form dalam beberapa bagian. Dimana ini tidak memiliki kemungkinan untuk
memisahkan jenis kelamin atau hanya bagian yang dapat ditemukan, ini akan digolongkan
sebagai ‘unsexed’ dan dibandingkan dengan semua catatan artemortem lainnya. Set form
24. yang kedua adalah file dalam nomor sebagai master copy. Set form yang ketiga mungkin juga
diambil sebagai back-up
Mahkota dan jembatan yang merupakan poin yang berguna pada identifikasi chart
mahkota dipersiapkan, menunjukan posisi single line mahkota di dalam mulut. (gb.9)
Kesamaan chart mungkin dapat digabung untuk menunjukan gigi pada gigi buatan. Record
sekarang penting dalam perbandingan sebagai prosedur awal.
Dengan menggunakan program computer identifikasi gigi
Operator computer yang harus berpengalaman dengan dental software, mampu
mengatur system di kamar mayat dan memasuki data postemortem sebagai data yang
komplit. Program tidak memerlukan pengkodean data gigi untuk dimasukan dan membuat
print-out berdasarkan data Interpol yang akan jadi sangat berguna. Data setiap postmortem
dimasukan, back –up dan dibuat 2 hard copy. Ini akan menjamin jika terjadi kerusakan
computer saat bekerja, data masih tersedia untuk di periksa. Setiapp print-out komputer harus
25. diperiksa untuk input yang bertentangan dengan form postmortem yang asli. Chart urutan
nomor, mahkota dan gigi dapat secara otomatis dihasilkan dari program computer.
Antemortem record
Sistem penyimpanan yang mirip digunakan untuk antemordem dental record seperti
yang mereka terima. Fotokopian pertama untuk menghasilkan arsip master secara alphabet.
Jika menggunakan program computer, file antemortem dibuka dan data masuk dengan cara
yang serupa untuk data postmortem. Chart antemortem mahkota dan gigi harus diteruskan
oleh home team yang diperbaharui secara harian, program computer akan mengupdatenya
secara otomatis saat data dimasukan
Di akhir setiap hari, anggota tim harus memeriksa antemortem record yang diterima,
di akhir hari ke dua atau ke tiga informasi yang cukup seharusnya sudah tersedia untuk
memulai prosedur perbandingan. Secara luas tergantung pada keberhasilan home team dan
beberapa korban. Dalam kecelakaan kecil ( kurang dari 50 korban) melibatkan korban lokal.
Membandingkan dan identifikasi mungkin dimulai pada hari pertama.
26. Antemortem record yang menunjukan mahkota atau gigi palsu dapat secara cepat diperiksa,
lain hal dengan chart postmortem, sehingga lebih cepat dalam proses identifikasi.
Prosedur Membandingkan
Setiap antemortem record pertama dibandingkan dengan record file postmortem
berkemungkinan besar. Sebagai contoh orang hilang tanpa mahkota atau gigi palsu pertama
diperiksa dengan melihat kesamaan pada jenis kelamin pada data korban yang ada di file
postmortem, banyaknya kemungkinan yang secara cepat dihasilkan adalah banyaknya ketidak
cocokan sampai salah satu yang cocok ditemukan atau kemungkinan kecil yang sama. Jika
27. postmortem record yang disimpan tidak menyediakan informasi yang berguna,pencarian tetap
berdasarkan file selanjutnya yang paling mungkin.
Program dental computer akan mengurangi jumlah pemeriksaan secara manual,
menghasilkan daftar yang paling mungkin sesuai dengan yang diharapkan.Komputer tidak
pernah melewatkan identifikasi, ini akan mengurangi banyaknya record yang dibandingkan
dan dental team membuat keputusan akhir.
Mengkonsultasikan dengan tim yang lain tentang pencatatan gambaran fisik, sidik
jari, pakaian, dokumen dan perhiasan mungkin beberapa dihilangkan atau semua halangan
yang mungkin. Setelah idendifikasi gigi positif dilakukan secara menyeluruh, antemortem
dan postmortem record digabungkan dengan pernyataan yang mendukung positif identifikasi.
Kata yang tepat pada pernyataan akan bervariasi sesuai syarat yang diperlukan oleh
suatu negara. Salinan dokumen seharusnya disusun secara alphabet dalam bagian positif
identifikasi untuk system penyusunan, nama lengkap korban dan marga yang digarisbawahi
dimasukan pada kolom yang tepat di chart dan salinan utama diputuskan polisi setelah double
checking.
Satu prosedur yang paling utama pada prosedur managemen dan identifikasi bencana
masal dalah menyusun pertemuan harian antara pimpinan dan bagian tim identifikasi. Orang
yang memegang keseluruhan instruksi dalam pertemuan harus seorang yang senior dalam
bidang patologi. Pada pertemuan ini setiap tubuh yang diperiksa dan ditemukan oleh setiap
tim ditaruh kedepan. Jika identifikasi positif dicapai dengan berbagai metode, pemimpin tim
yang lain akan memeriksa hasil penemuannya bila terdapat ketidak sesuaian.Bila semua
setuju, lalu sebelumnya, patolog akan mengkonfirmasi identifikasi akhir. Kesalahan dalam
menyusun pertemuan harian akan menghasilkan konsekuensi, yaitu hasil identifikasi yang
didasarkan pada satu metode yang tidak ilmiah seperti identifikasi visual, pakaian atau
dokumen.
Seiring waktu jumlah positif identifikasi dental akan berkembang dan pertambahan
data antemortem akan berhenti. Tim kemudian keliru dengan beberapa masalah pada korban
yang diambil saat itu. Pada point ini pembuatan chart perlu di susun, dengan nama dari orang
yang hilang pada kolom vertical sebelah kanan dan banyak tubuh yang tidak dapat
diidentifikasi pada bagian atas kolom mendatar. Setiap orang yang hilang dibandingkan
28. dengan tiap tubuh yang tidak dapat diidentifikasi dan banyaknya kemungkinan yang
dihasilkan.
Hampir semua pasien gigi tiruan tanpa tanda identitas gigi tiruan tidak bisa
diidentifikasi, ketua tim harus mengkomunikasikan pada pertemuan harian bahwa positif
identifikasi tidak dapat dibuat pada kasus ini, dan juga pada kasus dimana terdapat chart yang
identik dan gambaran yang tidak dapat dibedakan, paling sering terdapat 32 atau 28 gigi
tanpa pengawetan, yang terakhir banyaknya molar ketiga yang tidak ada.
Bagaimanapun positif identifikasi dibuat dengan sungguh-sungguh dan catatan dental
antermortem yang disetujui, pernyataan tentang gigi mungkin dibuat berdasarkan penemuan
gigi yang konsisten dengan antemortem record.
29. Daftar Pustaka
Bowers, MC and Bell GL. 1995. Manual of Forensic Odontology. Pub. Of the American
Society of Forensic Odontology. Page 106-147.
Clement, JG and Ranson DL. 1998. Craniofacial identification in forensic medicine. London:
Arnold. Page 257-265
Eckert, WG. 1980. Introduction to Forensic Sciences. St. Louis : Mosby. Chapter 1, 3 & 13
(Cyril H. Wecht).
Valck, ED. 2000. Forensic Odontology. Proceedings of The European IOFOS Millenium
Meeting. Leuven. Page 23-30, 67-74.
Clement, JG and Ranson DL. 1998. Craniofacial identification in forensic medicine. London:
Arnold. Page 222-227.
http://www.interpol.int/Public/DisasterVictim/Guide/Guide.pdf diakses pada tanggal 28
Oktober 2011.