DOWNLOAD MATERI BIOLOGI KELAS X IPA GRATIS
JANGAN LUPA LIKE SHARE DAN KOMENTAR YA
DAPATKAN JUGA MATERI SBMPTN LAINNYA DENGAN JOIN KE BLOG KAMI ZONA-SBMPTN.BLOGSPOT.COM UNTUK UPDATE MATERI LAINNYA
SELAMAT BELAJAR DAN SEMANGAT !!!!
DOWNLOAD MATERI BIOLOGI SISTEM SARAF KELAS XI IPA GRATIS
JANGAN LUPA LIKE SHARE DAN KOMENTAR YA
DAPATKAN JUGA MATERI SBMPTN LAINNYA DENGAN JOIN KE BLOG KAMI ZONA-SBMPTN.BLOGSPOT.COM UNTUK UPDATE MATERI LAINNYA
SELAMAT BELAJAR DAN SEMANGAT !!!!
Indera adalah suatu alat tubuh (organ) yang peka terhadapa rangsangan tertentu. Indera ini berfungsi sebagai reseptor terhadap rangsangan dari lingkungan. Berdasarkan fungsinya, sel-sel reseptor pada indera ini dibagi menjadi dua, yaitu interoreseptor dan eksoreseptor.
DOWNLOAD MATERI BIOLOGI KELAS X IPA GRATIS
JANGAN LUPA LIKE SHARE DAN KOMENTAR YA
DAPATKAN JUGA MATERI SBMPTN LAINNYA DENGAN JOIN KE BLOG KAMI ZONA-SBMPTN.BLOGSPOT.COM UNTUK UPDATE MATERI LAINNYA
SELAMAT BELAJAR DAN SEMANGAT !!!!
DOWNLOAD MATERI BIOLOGI SISTEM SARAF KELAS XI IPA GRATIS
JANGAN LUPA LIKE SHARE DAN KOMENTAR YA
DAPATKAN JUGA MATERI SBMPTN LAINNYA DENGAN JOIN KE BLOG KAMI ZONA-SBMPTN.BLOGSPOT.COM UNTUK UPDATE MATERI LAINNYA
SELAMAT BELAJAR DAN SEMANGAT !!!!
Indera adalah suatu alat tubuh (organ) yang peka terhadapa rangsangan tertentu. Indera ini berfungsi sebagai reseptor terhadap rangsangan dari lingkungan. Berdasarkan fungsinya, sel-sel reseptor pada indera ini dibagi menjadi dua, yaitu interoreseptor dan eksoreseptor.
pengertian anatomi fisiologi manusia dan sistem panca inderahusna una
presentasi ini berisi tentang pengertian pengertian (antomi manusia, fisiologi manusia, anatomi fisiologi manusia), sistem panca indera (penjelasan mata, hidung, lidah, telinga, dan kulit), dan penyakit pada tiap-tiap sistem panca indera
Kelompok 6
Guru Pembimbing : Aries Merryta, S.Farm, Apt
SMK FARMASI IKIFA
Sistem koordinasi adalah sistem organ yang saling bekerja sama secara efisien untuk melakukan fungsi tertentu. Sistem koordinasi terdiri dari sistem saraf, sistem indera, dan sistem hormon.
DOWNLOAD MATERI BIOLOGI KELAS X IPA GRATIS
JANGAN LUPA LIKE SHARE DAN KOMENTAR YA
DAPATKAN JUGA MATERI SBMPTN LAINNYA DENGAN JOIN KE BLOG KAMI ZONA-SBMPTN.BLOGSPOT.COM UNTUK UPDATE MATERI LAINNYA
SELAMAT BELAJAR DAN SEMANGAT !!!!
Indra berperan sebagai reseptor, bagian tubuh yang berfungsi sebagai penerima rangsangan. Ada lima macam alat indra sehingga di sebut panca indra yaitu Mata, Telinga, Hidung, Kulit, Lidh
pengertian anatomi fisiologi manusia dan sistem panca inderahusna una
presentasi ini berisi tentang pengertian pengertian (antomi manusia, fisiologi manusia, anatomi fisiologi manusia), sistem panca indera (penjelasan mata, hidung, lidah, telinga, dan kulit), dan penyakit pada tiap-tiap sistem panca indera
Kelompok 6
Guru Pembimbing : Aries Merryta, S.Farm, Apt
SMK FARMASI IKIFA
Sistem koordinasi adalah sistem organ yang saling bekerja sama secara efisien untuk melakukan fungsi tertentu. Sistem koordinasi terdiri dari sistem saraf, sistem indera, dan sistem hormon.
DOWNLOAD MATERI BIOLOGI KELAS X IPA GRATIS
JANGAN LUPA LIKE SHARE DAN KOMENTAR YA
DAPATKAN JUGA MATERI SBMPTN LAINNYA DENGAN JOIN KE BLOG KAMI ZONA-SBMPTN.BLOGSPOT.COM UNTUK UPDATE MATERI LAINNYA
SELAMAT BELAJAR DAN SEMANGAT !!!!
Indra berperan sebagai reseptor, bagian tubuh yang berfungsi sebagai penerima rangsangan. Ada lima macam alat indra sehingga di sebut panca indra yaitu Mata, Telinga, Hidung, Kulit, Lidh
Manusia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari membutuhkan rangsangan dari lingkungannya. Dalam menanggapi atau merespon rangsangan yang berasal dari luar, maka tubuh manusia membutuhkan alat-alat yang dapat membantu merespon rangsangan tersebut. Alat-alat tubuh itu dinamakan indera.
Manusia pada umumnya mempunyai lima (panca) indera yang sangat berfungsi dalam merespon rangsangan. Panca indera yang berfungsi baik akan memudahkan tubuh kita untuk memberikan respon yang sesuai dengan
1. LKM 2
(Lembar Kerja Mahasiswa)
Nilai
Sistem Indra
Kelompok : 4
Anggota : Indah Dwi Haryati NIM 132310101005
Dwi Maulidiandari E. NIM 132310101007
Nurwahidah NIM 132310101026
Siti Nur Hasanah NIM 132310101058
Pengampu : Ns. Retno Purwandari, S.Kep.,M.Kep.
No Soal
1. Gambarkan dan jelaskan fungsi dari sistem indra penglihatan!
1. Lapisan Luar (tunika Fibrosa)
a. Sklera berfungsi memberi bentuk pada bola mata, melindungi bola mata dari
kerusakan mekanis dan menjadi tempat melekatnya otot mata
b. Kornea berfungsi mentransmisi cahaya dan memfokuskan berkas cahaya
2. Lapisan tengah (Tunika Vaskular)
a. Lapisan koroid berfungsi mencegah refleksi internal berkas cahaya dan
tervaskulasrisasi untuk memberikan nutrisi pada mata, serta dapat menarik
ligamen supersensori karena elastis.
b. Badan siliaris mengandung pembuluh darah dan otot siliaris yang berfungsi
2. dalam akomodasi penglihatan, ata kemampuan untuk mengubah fokus dari objek
berjarak jauh ke objek berjarak dekat di depan mata.
c. Iris berfungsi untuk mengendaliakn diameter pupil.
d. Pupil adalah ruang terbuka tempat lewatnya cahaya untuk masuk ke interior
mata.
3. Lensa mata berfungsi mengatur fokus cahaya sehingga cahaya jatuh tepat pada
bintik kuning retina, memfokuskan pandangan dengan mengubah bentuk lensa.
4. Rongga Mata berisi aqueos humor yaitu cairan yang berfungsi untuk mencukupi
kebutuhan nutrisi lensa dan kornea.
5. Retina (Lapisan terdalam/Tunika nervosa) berfungsi mengubah cahaya menjadi
sinyal syaraf untuk diinterpretasikan sebagai bayangan.
Sumber:
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC.
Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahaiswa Keperawatan. Jakarta: EGC.
2. Gambarkan dan jelaskan fungsi dari sistem indra penghidu dan pengecap!
Indra Penghidu
1. Lubang hidung berfungsi untuk keluar masuknya udara.
2. Rambut hidung berfungsi untuk menyaring udara yang masuk ketika bernafas.
3. Selaput lendir berfungsisebagai tempat menempelnya kotoran dan sebagai indra
pembau
4. Selapur syaraf berfungsi untuk mendeteksi zat kimia yang ada dalam udara
pernafasan
5. Syaraf pembau berfungsi mengirimkan bau-bauan ke otak.
3. Indra Pengecap
Fungsi indra pengecap :
1. Sebagai pengecap rasa
Sel pengecap berfungsi sebagai reseptor, sedangkan sel penyokong berfungsi
untuk menopang. Bagian-bagian lidah:
a. Bagian depan lidah, fungsinya untuk mengecap rasa manis.
b. Bagian pinggir lidah, fungsinya untuk mengecap rasa asin dan asam.
c. Bagian belakang/pangkal, fungsinya untuk mengecap rasa pahit.
2. Membantu dalam tindakan bicara
3. Sebagai alat bantu menelan makanan
Sumber:
Nurdiansyah, Cahyanti, Rohman, Yanti , dan Putri. 2012. “Indra Penghidu” (Diakses
pada 9 Juli 2014 melalui http://www.scribd.com/doc/114569252/makalah-indera-
penghidu)
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC.
Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahaiswa Keperawatan. Jakarta: EGC.
3. Gambarkan dan jelaskan fungsi dari sistem indra pendengaran!
Telinga tersusun atas tiga bagian yaitu telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.
4. Gbr. Struktur telinga pada manusia
1. Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga, saluran luar, dan membran timpani (gendang
telinga). Daun telinga manusia mempunyai bentuk yang khas, tetapi bentuk ini kurang
mendukung fungsinya sebagai penangkap dan pengumpul getaran suara. Bentuk daun
telinga yang sangat sesuai dengan fungsinya adalah daun telinga pada anjing dan
kucing, yaitu tegak dan membentuk saluran menuju gendang telinga. Saluran luar yang
dekat dengan lubang telinga dilengkapi dengan rambut-rambut halus yang menjaga agar
benda asing tidak masuk, dan kelenjar lilin yang menjaga agar permukaan saluran luar
dan gendang telinga tidak kering.
2. Telinga Tengah
Bagian ini merupakan rongga yang berisi udara untuk menjaga tekanan udara agar
seimbang. Di dalamnya terdapat saluran Eustachio yang menghubungkan telinga tengah
dengan faring. Rongga telinga tengah berhubungan dengan telinga luar melalui
membran timpani. Hubungan telinga tengah dengan bagian telinga dalam melalui
jendela oval dan jendela bundar yang keduanya dilapisi dengan membran yang
transparan.
Selain itu terdapat pula tiga tulang pendengaran yang tersusun seperti rantai yang
menghubungkan gendang telinga dengan jendela oval. Ketiga tulang tersebut adalah
tulang martil (maleus) menempel pada gendang telinga dan tulang landasan (inkus).
Kedua tulang ini terikat erat oleh ligamentum sehingga mereka bergerak sebagai satu
tulang. Tulang yang ketiga adalah tulang sanggurdi (stapes) yang berhubungan dengan
jendela oval. Antara tulang landasan dan tulang sanggurdi terdapat sendi yang
memungkinkan gerakan bebas.
Fungsi rangkaian tulang dengar adalah untuk mengirimkan getaran suara dari gendang
telinga (membran timpani) menyeberangi rongga telinga tengah ke jendela oval.
3. Telinga Dalam
Bagian ini mempunyai susunan yang rumit, terdiri dari labirin tulang dan labirin
membran.
5. Ada 5 bagian utama dari labirin membran, yaitu sebagai berikut.
1. Tiga saluran setengah lingkaran
2. Ampula
3. Utrikulus
4. Sakulus
5. Koklea atau rumah siput
Sakulus berhubungan dengan utrikulus melalui saluran sempit. Tiga saluran setengah
lingkaran, ampula, utrikulus dan sakulus merupakan organ keseimbangan, dan
keempatnya terdapat di dalam rongga vestibulum dari labirin tulang.
Koklea mengandung organ Korti untuk pendengaran. Koklea terdiri dari tiga saluran
yang sejajar, yaitu: saluran vestibulum yang berhubungan dengan jendela oval, saluran
tengah dan saluran timpani yang berhubungan dengan jendela bundar, dan saluran
(kanal) yang dipisahkan satu dengan lainnya oleh membran. Di antara saluran
vestibulum dengan saluran tengah terdapat membran Reissner, sedangkan di antara
saluran tengah dengan saluran timpani terdapat membran basiler. Dalam saluran tengah
terdapat suatu tonjolan yang dikenal sebagai membran tektorial yang paralel dengan
membran basiler dan ada di sepanjang koklea. Sel sensori untuk mendengar tersebar di
permukaan membran basiler dan ujungnya berhadapan dengan membran tektorial.
Dasar dari sel pendengar terletak pada membran basiler dan berhubungan dengan
serabut saraf yang bergabung membentuk saraf pendengar. Bagian yang peka terhadap
rangsang bunyi ini disebut organ Korti.
Cara Kerja Indra Pendengaran
Gelombang bunyi yang masuk ke dalam telinga luar menggetarkan gendang telinga.
Getaran ini akan diteruskan oleh ketiga tulang dengar ke jendela oval. Getaran Struktur
koklea pada jendela oval diteruskan ke cairan limfa yang ada di dalam saluran
vestibulum. Getaran cairan tadi akan menggerakkan membran Reissmer dan
menggetarkan cairan
limfa dalam saluran tengah. Perpindahan getaran cairan limfa di dalam saluran tengah
menggerakkan membran basher yang dengan sendirinya akan menggetarkan cairan
dalam saluran timpani. Perpindahan ini menyebabkan melebarnya membran pada
jendela bundar. Getaran dengan frekuensi tertentu akan menggetarkan selaput-selaput
basiler, yang akan menggerakkan sel-sel rambut ke atas dan ke bawah. Ketika rambut-
rambut sel menyentuh membran tektorial, terjadilah rangsangan (impuls). Getaran
membran tektorial dan membran basiler akan menekan sel sensori pada organ Korti dan
kemudian menghasilkan impuls yang akan dikirim ke pusat pendengar di dalam otak
melalui saraf pendengaran.
Sumber:
http://bebas.ui.ac.id/v12/sponsor/Sponsor-
Pendamping/Praweda/Biologi/0088%20Bio%202-10b.htm Diakses 9 Juli 2014 13.00
Anderson, Paul D. 1996. Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia: Latihan dan Panduan
Belajar. Jakarta: EGC.
6. 4. Gambarkan dan jelaskan fungsi dari sistem indra peraba!
Kulit merupakan panca indera peraba manusia. Kulit menutupi dan melindungi
permukaan tubuh, dan bersambung dengan slaput lendir yang melapisi rongga-rongga
dan lubang-lubang masuk. Kulit merupakan indra peraba yang mempunyai reseptor
khusus untuk sentuhan, panas, dingin, sakit, dan tekanan. Reseptor untuk rasa sakit
ujungnya menjorok masuk ke daerah epidermis. Reseptor untuk tekanan, ujungnya
berada di dermis yang jauh dari epidermis.
a. Fungsi Kulit
Kulit berfungsi sebagai alat pelindung (proteksi) bagian dalam, misalnya otot
dan tulang. Selain itu, kulit juga mempunyai banyak fungsi, di dalamnya terdapat ujung
saraf peraba, membantu mengatur suhu dan mengendalikan hilangnya air dari tubuh dan
mempunyai sedikit kemampuan ekskretori, sekretori, dan absorpsi, membentuk pigmen,
terdapat proses keratinisasi, dan pembentukan vitamin D. Serta sebagai reseptor
terhadap sentuhan, panas, dingin, sakit, dan tekanan.
b. Bagian-bagian Kulit
Kulit terdiri dari lapisan luar yang disebut epidermis dan lapisan dalam atau lapisan
dermis.
Epidermis
Pada lapisan epidermis tidak terdapat pembuluh darah dan sel saraf. Sel utama yang
berdiferensiasi adalah keratinosit keratin (suatu protein fibrosa). Epidermis tersusun
atas empat lapis sel yaitu:
Stratum germinativum berfungsi membentuk lapisan di sebelah atasnya.
Stratum granulosum yang berisi sedikit keratin yang menyebabkan kulit menjadi
keras dan kering. Selain itu sel-sel dari lapisan granulosum umumnya
menghasilkan pigmen hitam (melanin). Kandungan melanin menentukan derajat
warna kulit, kehitaman, atau kecokelatan.
Stratum lusidum merupakan lapisan yang transparan.
Stratum korneum merupakan lapisan yang paling luar.
Dermis
7. Penyusun utama dari bagian dermis adalah jaringan penyokong yang terdiri dari
serat yang berwarna putih dan serat yang berwarna kuning. Serat kuning bersifat
elastis/lentur, sehingga kulit dapat mengembang.
Stratum germinativum mengadakan pertumbuhan ke daerah dermis membentuk
kelenjar keringat dan akar rambut. Akar rambut berhubungan dengan pembuluh darah
yang membawakan makanan dan oksigen, selain itu juga berhubungan dengan serabut
saraf. Pada setiap pangkal akar rambut melekat otot penggerak rambut. Pada waktu
dingin atau merasa takut, otot rambut mengerut dan rambut menjadi tegak. Di sebelah
dalam dermis terdapat timbunan lemak yang berfungsi sebagai bantalan untuk
melindungi bagian dalam tubuh dari kerusakan mekanik. Terdiri dari serabut kolagen
elastin dan retikulin àkulit kuat dan lentur. Mempunyai pembuluh darah dan saraf.
Terdapat limposit, histiosit, sel mast, leukosit. Adneksa: rambut, kuku kel ekrin, sebasea
dan apokrin.
Lemak Subkutan
1. Isolasi suhu dan penyimpanan energi
2. Daya tarik seksual
3. Kelenjar keringat, kecuali telinga
4. Kelenjar sebasea; di dada, wajah, punggung aktivitasnya diatur oleh homon
Kelenjar sekitar kulit
1. Kelenjar keringat
2. Kelenjar ekrin
3. Kelenjar apokrin
4. Kelenajr sebasea
5. Terdapat di permukaan kulit, kecuali telapak tangan+kaki
6. Terletak di samping akar rambut, muara pada folikel rambut
7. Sekresi sebum hormon androgen, pada remaja meningkat, menopause+manula
menurun
Rambut
1. Fungsi: memberi lapisan lemak pada kulit, kuku, rambut, menahan evaporasi
2. Struktur keratin, ± 100.000 folikel rambut di kepala, N : 100-150 rambut
gugur/hr
3. Warna ditentukan oleh kuantitas melanin, bila putih ada kegagalan membentik
melanin
4. Siklus pertumbuhan rambut; fase pertumbuhan, atropi, istirahat (rontok)
5. Stressor lokal dan sistemik rontok
Kuku
1. Bagian terminal lapisan tanduk yang menebal (stratun corneum).
2. Terdiri dari kuku (bagian yang terbenam di dalam kulit jari), badan kuku; bagian
atas jaringan lunak ujung jari
3. Tumbuh 1 mm/mg, kontinue selama hidup
8. 4. Fungsi melindungi jaringan dengan khususnya rabaan halus unung jari
Fisiologi kulit
1. Dapat dilihat, diraba, menjamin kelangsungan hidup
2. Menyokong penampilan dan kepribadian
3. Mempunyai arti estetik, ras
4. Komunikasi non verbal
Cara Kerja Kulit
Rangsang yang dapat diterima kulit berupa sentuhan panas, dingin, tekanan, dan
nyeri. Ketika kulit menerima rangsang, rangsang tersebut diterima oleh sel-sel reseptor.
Selanjutnya, rangsang akan diteruskan ke otak melalui urat saraf. Oleh otak, rangsang
akan diolah. Akibatnya, kita merasakan adanya suatu rangsang. Otak pun
memerintahkan tubuh untuk menanggapi rangsang tersebut.
Sumber:
Fatmawati, Siti, dkk. Alat Indera Peraba (Kulit). [Diakses pada 9 Junli 2014 melalui
http://www.slideshare.net/sitifatma351/alat-indera-peraba-kulit]
Seviani, Nadia Wiranti. Sistem Indera Peraba. [Diakses pada 9 Juli 2014 melalui
http://www.scribd.com/doc/152839219/Makalah-Sistem-Indera-Peraba-Fix]
5. Sebutkan kelainan pada masing-masing sistem indra!
Kelainan pada Mata (Indera Penglihat)
1. Presbiopi
Presbiopi adalah penyakit mata karena proses penuaan, disebut juga mata tua.
Hal ini disebabkan karena elastisitas lensa berkurang. Penderita presbiopi dapat
dibantu dengan lensa rangkap.
2. Hipermetropi
Hipermetropi atau mata jauh disebabkan bola mata terlalu pendek sehingga
bayang-bayang jatuh di belakang retina. Penderita hipermetropi ini tidak dapat
melihat benda yang dekat atau biasa disebut rabun dekat.
3. Miopi
Miopi atau mata dekat adalah cacat mata yang disebabkan oleh bola mata terlalu
panjang sehingga bayang-bayang dari benda yang jaraknya jauh akan jatuh di
depan retina. Pada penderita miopi ini orang tidak dapat melihat benda yang
jauh biasa disebut rabun jauh, mereka hanya dapat melihat benda yang jaraknya
dekat. Untuk cacat seperti ini orang dapat ditolong dengan lensa cekung
(negatif).
9. Gambar Kelainan mata : (a) Miopi, (b) Hipermetropi
4. Astigmatisma
Astigmatisma merupakan kelainan yang disebabkan bola mata atau permukaan
lensa mata mempunyai kelengkungan yang tidak sama, sehingga fokusnya tidak
sama, akibatnya bayang-bayang jatuh tidak pada tempat yang sama. Untuk
menolong orang yang cacat seperti ini dibuat lensa silindris, yaitu yang
mempunyai beberapa fokus.
5. Katarak
Katarak adalah cacat mata, yaitu buramnya dan berkurang elastisitasnya lensa
mata. Hal ini terjadi karena adanya pengapuran pada lensa. Pada orang yang
terkena katarak pandangan menjadi kabur dan daya akomodasi berkurang.
6. Imeralopi
Imeralopi atau rabun senja adalah kelainan yang menyebabkan penderita
menjadi rabun pada senja hari.
7. Xeroftalxni
Xeroftalxni adalah kelainan pada mata, yaitu kornea menjadi kering dan
bersisik.
8. Keratomealasi
Keratomealasi adalah kelainan pada mata yaitu kornea menjadi putih dan rusak.
Kelainan pada Telinga (Indera Pendengaran)
1. Tuli
Tuli adalah ketidakmampuan telinga untuk mendengarkan bunyi atau suara. Tuli
dapat disebabkan oleh adanya kerusakan pada gendang telinga, tersumbatnya
ruang telinga, atau rusaknya saraf pendengaran.
2. Congek
Congek adalah penyakit telinga yang biasanya disebabkan oleh infeksi pada
bagian telinga yang tersembunyi di tengah-tengah. Infeksi ini disebabkan oleh
bakteri.
3. Otitis eksterna
Otitis eksterna adalah suatu infeksi pada saluran telinga. Infeksi ini bisa
menyerang seluruh saluran (otitis eksterna generalisata) atau hanya pada daerah
tertentu sebagai bisul (furunkel).
4. Perikondritis
Perikondritis adalah suatu infeksi pada tulang rawan (kartilago) telinga luar.
Perikondritis bisa terjadi akibat cedera, gigitan serangga dan pemecahan bisul
dengan sengaja. Nanah akan terkumpul diantara kartilago dan lapisan jaringan
ikat di sekitarnya (perikondrium). Kadang nanah menyebabkan terputusnya
aliran darah ke kartilago, dan menyebabkan kerusakan pada kartilago dan pada
akhirnya menyebabkan kelainan bentuk telinga.
5. Eksim
Eksim pada telinga merupakan suatu peradangan kulit pada telinga luar dan
saluran telinga, yang ditandai dengan gatal-gatal, kemerahan, pengelupasan
10. kulit, kulit yang pecah-pecah serta keluarnya cairan dari telinga. Keadaan ini
bisa menyebabkan infeksi pada telinga luar dan saluran telinga.
6. Cidera
Cedera pada telinga luar (misalnya pukulan tumpul) bisa menyebabkan memar
diantara kartilago dan perikondrium. Jika terjadi penimbunan darah di daerah
tersebut, maka akan terjadi perubahan bentuk telinga luar dan tampak massa
berwarna ungu kemerahan. Darah yang tertimbun ini (hematoma) bisa
menyebabkan terputusnya aliran darah ke kartilago sehingga terjadi perubahan
bentuk telinga.
7. Tumor
Tumor pada telinga bisa bersifat jinak atau ganas (kanker). Tumor yang jinak
bisa tumbuh di saluran telinga, menyebabkan penyumbatan dan penimbunan
kotoran telinga serta ketulian. Contoh dari tumor jinak pada saluran telinga
adalah:
Kista sebasea (kantong kecil yang terisi sekresi dari kulit)
Osteoma (tumor tulang)
Keloid (pertumbuhan dari jaringan ikat yang berlebihan setelah
terjadinya cedera).
8. Kanker
Kanker sel basal dan kanker sel skuamosa seringkali tumbuh pada telinga luar
setelah pemaparan sinar matahari yang lama dan berulang-ulang. Pada stadium
dini, bisa diatasi dengan pengangkatan kanker atau terapi penyinaran. Pada
stadium lanjut, mungkin perlu dilakukan pengangkatan daerah telinga luar yang
lebih luas. Jika kanker telah menyusup ke kartilago, dilakukan pembedahan.
Kanker sel basal dan sel skuamosa juga bisa tumbuh di dalam atau menyebar ke
saluran telinga.
Kelainan pada Kulit (Indera Peraba)
1. Jerawat
Jerawat mudah menyerang kulit wajah, leher, punggung, dan dada. Penyakit ini
timbul akibat ketidakseimbangan hormon dan kulit yang kotor. Anak-anak yang
memasuki masa remaja serta orang-orang yang memiiki jenis kulit berminyak
sangat rentan terhadap jerawat.
2. Panu
Panu disebabkan oleh jamur yang menempel di kulit. Panu tampak sebagai
bercak atau bulatan putih di kulit dan disertai rasa gatal. Panu timbul karena
penderita tidak menjaga kebersihan kulit.
3. Kadas
Kadas nampak di kulit sebagai bulatan putih bersisik. Pada setiap bulatan
terdapat garis tepi yang jelas dengan kulit yang tidak terkena. Kadas juga
menyebabkan rasa gatal. Penyakit ini disebabkan oleh jamur.
4. Skabies
Skabies disebut pula “seven-year itch”. Penyakit tersebut disebabkan oleh
11. parasit insekta yang sangat kecil (Sarvoptes scabies) dan dapat menular pada
orang lain.
5. Eksim
Eksim merupakan penyakit kulit yang akut atau kronis. Penyakit tersebut
menyebabkan kulit menjadi kering, kemerah-merahan, gatal-gatal, dan bersisik.
6. Biang keringat
Biang keringat terjadi karena kelenjar keringat tersumbat oleh sel-sel kulit mati
yang tidak dapat terbuang secara sempurna. Keringat yang terperangkap tersebut
menyebabkan timbulnya bintik-bintik kemerahan yang disertai gatal. Daki,
debu, dan kosmetik juga dapat menyebabkan biang keringat.
Kelaianan pada Lidah (Indera Perasa)
1. Oral candidosis.
Penyebabnya adalah jamur yang disebut candida albicans.. gejalanya yaitu lidah
akan tampak tertutup lapisan putih yang dapat dikerok.
2. Atropic glossitis.
Lidah akan terlihat licin dan mengkilat baik seluruh bagian lidah maupun hanya
sebagian kecil. Penyebab yang paling sering biasanya adalah kekurangan zat
besi. Jadi banyak ditemukan pada penderita anemia.
3. Geografic tongue.
Gejalanya yaitu lidah seperti peta, berpulau-pulau. Bagian pulau itu berwarna
merah dan lebih licin dan bila parah akan dikelilingi pita putih tebal.
4. Fissured tongue.
Gejalanya yaitu lidah akan terlihat pecah-pecah.
5. Glossopyrosis.
Kelainan ini berupa keluhan pada lidah dimana lidah terasa sakit dan panas dan
terbakar tetapi tidak ditemukan gejala apapun dalam pemeriksaan. Hal ini lebih
banyak disebabkan karena psikosomatis dibandingkan dengan kelainan pada
syaraf.
Kelainan pada Hidung (Indera Penciuman)
1. Angiofibroma Juvenil.
Adalah tumor jinak pada hidung bagian belakang atau tenggorokan bagian atas
(nasofaring), yang mengandung pembuluh darah. Tumor ini paling sering
ditemukan pada anak-anak laki yang sedang mengalami masa puber.
2. Papiloma Juvenil.
Adalah tumor jinak pada kotak suara (laring). Papiloma disebabkan oleh virus.
Papiloma bisa ditemukan pada anak usia 1 tahun. Papiloma bisa menyebabkan
suara serak, kadang cukup berat sehingga anak tidak dapat berbicara dan bisa
menyumbat saluran udara.
3. Rhinitis Allergica.
12. Adalah peradangan hidung karena alergi. Disebabkan oleh adanya reaksi alergi
pada hidung yang ditimbulkan oleh masuknya substansi asing ke dalam saluran
tenggorokan.
4. Sinusitis.
Merupakan peradangan sinus, yaitu rongga-rongga dalam tulang yang
berhubungan dengan rongga hidung, yang gawat dan biasanya terjadi dalam
waktu menahun (kronis).
5. Salesma dan influenza.
Merupakan infeksi pada alat pernapasan yang disebabkan oleh virus, dan
umumnya dapat menyebabkan batuk, pilek, sakit leher dan kadang-kadang panas
atau sakit pada persendian.
6. Anosmia.
Adalah gangguan pada hidung berupa kehilangan kemampuan untuk membau.
Penyakit ini dapat terjadi karena beberapa hal, misalnya cidera atau infeksi di
dasar kepala, keracunan timbel, kebanyakan merokok, atau tumor otak bagian
depan. Untuk mengatasi gangguan ini harus diketahui dulu penyebabnya.
Sumber :
Farihah, Azzah. 2012. Panca Indera Manusia. Cirebon: IAIN Syekh Nurjati Cirebon.
[Diakses pada 9 Juli 2014 melalui
http://www.academia.edu/2265161/PANCA_INDERA_MANUSIA]
6. Jelaskan pemeriksaan pada masing-masing sistem indra!
Pemeriksaan Indra Penglihatan
Pemeriksaan fisik mata dapat dilakukan dengan beberapa cara berikut:
1. Pemeriksaan ketajaman mata
Pemeriksaan ketajaman mata dilakukan paling awal sebelum melakukan
pemeriksaan mata lebih lanjut. Ketajaman penglihatan dituliskan dalam rasio
perbandingan jarak penglihatan normal seseorang dengan jarak penglihatan yang
dapat dilihat oleh orang seseorang. Misalnya ketajaman penglihatan 20/30 yang
berarti seseorang dapat melihat dengan jarak 20 kaki sedangkan pada penglihatan
normal dapat dilihat dengan jarak 30 kaki. Orang dengan mata normal memiliki
nilai ketajaman mata 20/20.
Alat :
1) Kartu Snellen
2) Lampu senter
3) Karton untuk menutup mata
Indikasi: pada pasien yang diduga mengalami gangguan sensori.
Cara :
1) Pemeriksaan menggunakan kartu snellen standar
Cara melakukan pemeriksaan ketajaman penglihatan menggunakan kartu snellen ini
yaitu:
1. Pasien berdiri sejauh 6 meter (20 kaki) dari kartu snellen.
13. 2. Minta pasien untuk menutup salah satu mata dengan karton.
3. Minta pasien untuk membaca huruf yang ada pada kartu sampai pasien
tidak dapat membaca lagi huruf tersebut.
2) Menilai pasien dengan penglihatan buruk
Jika pasien tidak dapat membaca huruf yang ada pada kartu snellen, maka pasien harus
diperiksa menggunakan kemampuan membaca jari tangan. Cara pemeriksaan
menggunakan kemampuan membaca jari tangan yaitu:
1. Tutup salah satu mata pasien.
2. Perawat berdiri di depan pasien dengan menunjukkan angka pada jari perawat.
3. Jika pasien tidak dapat melihat jari perawat maka dilakukan pemeriksaan
menggunakan cahaya.
Namun seringkali pemeriksaan sistem penglihatan menghadapi kendala pada pasien
anak-anak, orang dengan gangguan mental, dan orang yang berpura-pura tidak melihat
karena pemeriksaan ini berfokus pada subyektif,yaitu interpretasi dari respon yang
dirasakan pasien. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan suatu teknik pemeriksaan
yang berfokus pada objektif dan memiliki korelasi dengan daya penglihatannya melalui
alat yang disebut nystagmometer.
2. Pemeriksaan lapangan pandangan
Cara yang paling mudah dalam melakukan pemeriksaan lapangan pandangan
adalah menggunakan metode uji telunjuk.
Indikasi: pasien yang diduga mengalami gangguan sensori.
Cara :
1) Pasien dan perawat duduk berhadapan.
2) Minta pasien untuk menutup salah satu matanya.
3) Perawat juga ikut menutup salah satu matanya. Misalnya jika pasien menutup
mata kirinya, maka perawat menutu mata kanannya.
4) Minta pasien memandang hidung perawat.
5) Minta pasien menghitung jumlah jari yang ada pada bagian superior dan inferior
lirikan temporal dan nasal.
3. Pemeriksaan buta warna (tes isihara)
Salah satu gangguan mata yang bersifat herediter, yaitu buta warna. Buta warna
merupakan penglihatan warna-warna yang tidak sempurna, seringkali disebut
sebagai cacat penglihatan warna. Cacat penglihatan warna bersifat didapat,
terkadang merupakan gejala dini kerusakan mata. Untuk mengetahui adanya cacat
penglihatan mata perlu dilakukan tes isihara.
Alat dan bahan: Gambar pseudoisokromatik
Teknik :
1. Kartu isihara diletakkan di tempat dengan penerangan baik
2. Pasien diminta menyebutkan gambar atau angka pada kartu tersebut dalam 10
detik.
14. Penilaian :
Bila lebih dari 10 detik berarti terdapat kelainan penglihatan warna buta warna merah
hijau terdapat atrofi saraf optik, buta warna biru kuning terdapat pada retinopati
hipertensif, retinopati diabetic dan degenerasi macula senile dini. Degenerasi pada
macula stargardts dan fundus lamikulatus memberikan gangguan penglihatan warna
merah-hijau.
Pemeriksaan Indra Pendengaran
Sama halnya dengan pemeriksaan mata, dalam melakukan pemeriksaan telinga juga
dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
1. Tes ketajaman auditorius
Tes ini akan dapat mengetahui kemampuan pasien dalam mendengarkan bisikan
kata(voice test) atau detakan jam tangan.
Alat : bel kecil
Indikasi : dapat dilakukan pada semua usia yang diduga mengalami gangguan
sensori.
Cara :
1) Bayi:
a. Perawat berdiri di belakang anak.
b. Bunyikan sebuah bel kecil, bunyikan jari-jari atau tepuk tangan.
c. Hasilnya: pada bayi yang kurang dari 4 bulan menunjukkan reflek terkejut.
Bayi yang berusia 6 bulan/lebih mencoba mencari suara dengan
menggerakkan mata atau kepala mereka.
2) Anak usia prasekolah:
a. Perawat berdiri 0,6 sampai 0,9 meter di depan anak.
b. Berikan instruksi tertentu pada anak.
c. Hasil: anak dengan pendengaran normal akan melakukan instruksi.
3) Anak usia sekolah
a. Berdiri kira-kira 0,3 m di belakang anak.
b. Perintahkan anak untuk menutup telinganya.
c. Bisikkan angka pada anak.
d. Perintahkan anak untuk menirukan angka yang dibisikkan.
e. Lakukan pada telinga lainnya.
2. Uji garputala
a) Uji weber
Alat : garputala.
Tujuan : untuk membedakan tuli konduktif dan tuli sensorineural.
Indikasi: bisa digunakan pada anak-anak dan dewasa.
Cara :
1) Pukulkan garputala pada telapak tangan.
2) Letakkan garputalapada garis tengah kepala pasien.
3) Tanyakan pada pasien letak suara yang terdengar paling keras.
15. Hasil : pada pasien sensorineural, suara terdengar pada telinga yang tidak terganggu.
Ssedangkan pada tuli konduktif, suara terdengar lebih jelas pada telinga yang terganggu.
b) Uji rinne
Alat : garputala.
Tujuan : untuk membandingkan hantaran udara dan tulang.
Indikasi: dapat dilakukan pada anak dan dewasa.
Cara :
1) Pukulkan garputala pada telapak tangan.
2) Letakkan batang garputala ke tulang mastoideus pasien.
3) Ketika pasien menunjukkan bahwa suara tidak terdengar lagi, dekatkan gigi
garputala ke meatus eksternus salah satu telinga.
4) Lakukan cara yang sama pada telinga lainnya.
c) Uji scwabach
Alat : garputala.
Tujuan : untuk membandingkan hantaran bunyi dari 2 subyek.
Indikasi: dapat dilakukan pada anak dan dewasa.
Cara :
1) Getarkan garputala yang dipegang
2) Letakkan ujung garputalapada lubang telinga pasien
3) Ketika pasien menunjukkan bahwa suara tidak terdengar lagi,
4) Lakukan cara yang sama pada telinga subyek kedua atau pemeriksa
5) Bandingkan hasilnya dari kedua subyek tersebut
Hasil :
1. Normal: anak akan mendengar suara garputala di meatus eksternus setelah tidak
terdengar di prosesus mastoideus dan suara dapat terdengar sama baiknya.
2. Abnormal: pada kehilangan pendengaran sensorineural memungkinkan suara
yang dihantarkan lewat udara lebih baik dari pada lewat tulang dan segala suara
diterima seperti sangat jauh dan lemah.
Pemeriksaan Indra Pengecap
Gangguan indera pengecap biasanya disebabkan oleh keadaan yang mengganggu
tastants atau zat yang memberikan impuls pengecap pada sel reseptor dalam taste bud
(gangguan transportasi) yang menimbulkan cedera sel reseptor (gangguan sensorik) atau
yang merusak serabut saraf aferen gustatorius serta lintasan saraf sentral gustatorius
(gangguan neuron).
Manifestasi klinis dari indera pengecap apabila dilihat dari sudut pandang psikofisis,
gangguan pada indera pengecap dapat digolongkan menurut keluhan pasien atau
menurut hasil pemeriksaan sensorik yang objektif missal sebagai berikut.
1. Ageusia total adalah ketidakmampuan untuk mengenali rasa manis, asin, pahit,
dan asam.
2. Ageusia parsial adalah kemampuan mengenali sebagian rasa saja.
3. Ageusia spesifik adalah ketidakmampuan untuk mengenali kualitas rasa pada zat
tertentu.
16. 4. Hipogeusia total adalah penurunan sensitivitas terhadap semua zat pencetus rasa.
5. Hipogeusia parsial adalah penurunan sensitivitas terhadap sebagian pencetus
rasa.
6. Disgeusia adalah kelainan yang menyebabkan persepsi yang salah ketika
merasakan zat pencetus rasa.
Pasien dengan keluhan hilangnya rasa bisa dievaluasi secara psikofisis untuk fungsi
gustatorik selain menilai fungsi olfaktorius. Langkah pertama melakukan tes rasa
seluruh mulut untuk kualitas, intensitas, dan persepsi kenyamanan dengan sukrosa,
asam sitrat, kafein, dan natrium klorida. Tes rasa listrik (elektrogustometri) digunakan
secara klinis untuk mengidentifikasi defisit rasa pada kuadran spesifik dari lidah. Biopsi
papilla foliate atau fungiformis untuk pemeriksaan histopatologik dari kuncup rasa
masih eksperimental akan tetapi cukup menjanjikan mengetahui adanya gangguan rasa.
Pemeriksaan Indra Peraba
Pemeriksaan fisik indra perabaan didasarkan pada sensibilitas. Pemeriksaan fisik sensori
indra perabaan (taktil) terbagi atas 2 jenis, yaitu basic sensory modalities dan testing
higher integrative functions. Basic sensory modalities (pemeriksaan sensori primer)
berupa uji sensasi nyeri dan sentuhan, uji sensasi suhu, uji sensasi taktil, uji propiosepsi
(sensasi letak), uji sensasi getar (pallestesia), dan uji sensasi tekanan. Sedangkan testing
higher integrative functions (uji fungsi integratif tertinggi) berupa stereognosis,
diskriminasi 2 titik, persepsi figure kulit (grafitesia), ekstinksi, dan lokalisasi titik.
Sensasi raba dihantarkan oleh traktus spinotalamikus ventralis. Sedangkan sensasi nyeri
dan suhu dihantarkan oleh serabut saraf menuju ganglia radiks dorsalis dan kemudian
serabut saraf akan menyilang garis tengah dan akan masuk menuju traktus
spinotalamikus lateralis kontralateral yang akan berakhir di talamus sebelum
dihantarkan ke korteks sensorik dan diinterpretasi. Adanya lesi pada traktus-traktus
tersebutlah yang dapat menyebabkan gangguan sensorik tubuh.
A. Basic sensory modalities (pemeriksaan sensori primer)
1. Uji sensasi nyeri dan sentuhan
terbagi menjadi 2 macam, yaitu nyeri superficial (tajam-tumpul) dan nyeri tekan.
1) Nyeri superficial
Merupakan metode uji sensasi dengan menggunakan benda yang memiliki
2 ujung, yaitu tajam dan tumpul. Benda tersebut dapat berupa peniti terbuka
maupun jarum pada reflek hammer. Pasien dalam keadaan mata terpejam
saat dilakukan uji ini dan dilakukan pengkajian respon melalui pertanyaan
“apa yang anda rasakan?” dan membandingkan sensasi 2 stimulus yang
diberikan. Apabila terjadi keraguan respon maupun kesulitandan
ketidakmampuan dalam membedakan sensasi, maka hal ini
mengindikasikan adanya deficit hemisensori berupa analgesia, hipalgesia,
maupun hiperalgesia pada sensasi nyeri. Sedangkan gangguan pada sensasi
sentuhan berupa anestesia dan hiperestesia.
2) Nyeri tekan
Merupakan metode uji sensori dengan mengkaji nyeri melalui penekanan
17. pada tendon dan titik saraf. Metode ini sering digunakan dalam uji sensori
protopatik (nyeri superficial, suhu, dan raba) dan uji propioseptik (tekanan,
getar, posisi, nyeri tekan). Misalnya, berdasarkan Abadie sign pada daerah
dorsalis, tekanan ringan yang diberikan pada tendon Achilles normalnya
adalah ‘hilang’. Dengan kata lain tidak dapat dirasakan sensasi nyeri bila
diberikan tekanan ringan pada tendon Achilles.
2. Uji sensasi suhu
Uji sensasi suhu pada dasarnya lebih direkomendasikan apabila pasien
terindikasi gangguan sensasi nyeri. Hal ini dikarenakan pathways dari indra
nyeri dan suhu saling berbuhungan. Metode ini menggunakan gelas tabung yang
berisi air panas dan dingin. Pasien diminta untuk membedakan sensasi suhu
yang dirasakan tersebut. Apabila pasien tidak dapat membedakan sensasi,maka
pasien dapat diindikasikan mengalami kehilangan “slove and stocking”
(termasuk dalam gangguan neuropati perifer).
3. Uji sensasi tekanan
Uji sensasi tekanan menerapkan kemampuan pasien dalam membedakan tekanan
dar sebuah objek pada ujung jari. Uji ini dilakukan dengan cara menekan aspek
tulang sendi dan subkutan untuk mempersepsikan tekanan. Rekomendasi untuk
uji tekanan ini diutamakan pada penderita diabetes dan dilakukan minimal sekali
setahun.
4. Uji sensasi taktil
Uji sensasi taktil dilakukan dengan menggunakan sehelai dawai (senar) steril
atau dapat juga dengan menggunakan bola kapas. Pasien yang dalam keadaan
mata terpejam akan diminta menentukan area tubuh yang diberi rangsangan
dengan memberikan hapusan bola kapas pada permukaan tubuh bagian
proksimal dan distal. Perbandingan sensitivitas dari tubuh proksimal dan distal
akan menjadi tolak ukur dalam menentukan adanya gangguan sensori. Indikasi
dari gangguan sensori pada uji sensasi taktil ini berupa hyperestetis, anastetis,
dan hipestetik.
5. Uji propiosepsi (sensasi letak)
Uji ini dilakukan dengan menggenggam sisi jari pada kedua tungkai yang
disejajarkan dan menggerakkannya ke arah gerakan jari. Namun yang perlu
diperhatikan adalah menghindari menggenggam ujung dan pangkal jari atau
menyentuh jari yang berdekatan karena lokasi sensasinya mudah ditebak
(memberikan isyarat sentuh). Pasien yang dalam keadaan mata terpejam
diminta untuk menentukan lokasi jari yang digerakkan.
Selain itu, uji ini juga dapat dilakukan dengan menguji posisi sensasi di sendi
metakarpalia palangeal untuk telapak kaki besar. Orang muda normal memiliki
derajat diskriminasi sebesar 1 sampai 2 derajat untuk gerakan sendi distal jari
dan 3 sampai 5 derajat untuk kaki besar.
B. Testing higher integrative functions (uji fungsi integratif tertinggi)
1. Stereognosis
18. Stereognosis merupakan kemampuan untuk mengenali objek dengan perasaan.
Uji ini merupakan identifikasi benda yang dikenal dan diletakkan di atas tangan
pasien sehingga pasien dapat mengidentifikasi benda yang berada di tangannya.
Adanya kesulitan identifikasi benda (gangguan stereognosis) mengindikasikan
adanya lesi pada kolumna posterior atau korteks sensori.
2. Diskriminasi 2 titik
Diskriminasi 2 titik merupakan metode identifikasi sensasi 2 titk dari penekanan
2 titik pin yang berada pada permukaan kulit. Uji ini terus dilakukan berulang
hingga pasien tidak dapat mengidentifikasi sensasi 2 titik yang terpisah. Lokasi
yang sering digunakan untuk uji ini adalah ujung jari, lengan atas, paha, dan
punggung. Adanya gangguan identifikasi 2 titik mengindikasikan adanya lesi
pada kolumna posterior atau korteks sensori.
3. Identifikasi angka (grafitesia)
Grafitesia merupakan metode penggambaran angka di mana nantinya pasien
diminta untuk mengidentifikasi angka yang tergambar pada telapak tangan.
Metode grafitesia dapat menggunakan ujung tumpul pulpen sebagai media
stimuli. Kesulitan pada identifikasi angka menunjukkan adanya glesi pada
kolumna posterior atau korteks sensori.
4. Ekstinksi
Ekstinksi merupakan salah satu uji sensori yang menggunakan metode sentuhan
pada kedua sisi tubuh. Uji ini dilakukan pada saat yang sama dan lokasi yang
sama pada kedua sisi tubuh, misalnya lengan bawah pada kanan dan kiri lengan.
Apabila pasien tidak bisa menggambarkan jumlah titik lokasi sentuhan (biasanya
psien hanya merasakan satu sensasi), maka dapat dipastikan pasien
teridentifikasi adanya lesi sensoris.
5. Lokalisasi titik
Lokalisasi titik merupakan metode didentifikasi letak lokasi sensasi stimulus.
Metode ini dilakukan dengan cara memberikan sensasi sentuhan ringan pada
permukaan kulit dan meminta pasien untuk menyebutkan atau menunjukkan
letak sensasi yang dirasakan. Adanya penurunan sensasi sensori dibuktikan
dengan adanya ketidak-akuratan identifikasi lokalisasi. Hal ini disebabkan
adanya lesi pada korteks sensori sehingga terjadi penurunan maupun hilangnya
sensasi sentuhan pada sisi tersebut.
Pemeriksaan Indra Penciuman
Untuk mengidentifikasi adanya gangguan penciuman diperlukan pemeriksaan fisik
untuk menentukan sensasi kualitatif dan ambang batas deteksi.
1. Pemeriksaan fisik untuk menentukan sensasi kualitatif
Pemeriksaan fisik untuk emenentukan sensasi kualitatif yang paling sederhana
dapat menggunakan bahan-bahan odoran berbeda. Contohnya kopi, vanilla, selai
kacang, jeruk, limun, coklat, dan lemon. Pasien diminta untuk mengidentifikasi
bau dengan mata tertutup dan kemudian mencium aroma dari bahan-bahan
odoran tersebut.
2. Tes odor stix
19. Uji ini menggunakan pena penghasil bau-bauan. Penba ini dipegang dalam jarak
sekitar 3-6 inci dari hidung pasien untuk mengkaji persepsi bau pasien secara
kasar.
3. Tes alkhohol 12 inci
Merupakan metode pemeriksaan persepsi bau secara kasar dengan menggunakan
paket alkhohol isopropil yang dipegang pada jarak 12 inci.
4. The University of Pennsylvania Smell Identification Test (UPSIT)
Merupakan metode paling baik untuk menguji penciuman dan paling
direkomendasikan. Uji ini menggunakan 40 item pilihan ganda berisi bau-bauan
berbentuk kapsul mikro. Orang yang kehilangan seluruh fungsi penciumannya
memiliki skor kisaran 1-7 dari skor maksimal 40. Untuk anosmia total, skor
yang dihasilkan lebih tinggi karena terdapat adanya sejumlah bau-bauan yang
bereaksi terhadap rangsangan terminal.
5. Pemeriksaan fisik untuk emenentukan ambang batas
Penentuan ambang deteksi bau menggunakan alkhohol feniletil yang ditetapkan
dengan menggunakan rangsangan bertingkat. Masing-masing lubang hidung
harus diuji sensitivitasnya melalui ambang deteksi untuk fenil-etil metil etil
karbinol.
Dapus:
Horison. 1995. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Vol I. Edisi 13. Jakarta: EGC.
Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahaiswa Keperawatan. Jakarta: EGC.
Jember, 10 Juli 2014
Dilaporkan oleh, Diperiksa oleh,
( ) ( )
NIM NIP