SlideShare a Scribd company logo
Iklimatul Hafazah
 Pentingnya kajian linguistik dalam karya sastra
dikemukakan oleh Culler (1975: 55), bahwa tugas
kajian linguistik adalah memberikan bantuan
dalam analisis sastra dengan memaparkan
perlengkapan bahasa yang dimanfaatkan di dalam
teks sastra dan diorganisasikan oleh pengarang.
 Aminuddin (1995: 14) menegaskan bahwa bahasa
dalam karya sastra semestinya mengandung
kebaruan dan kekhasan karena hal itu dapat
mencerminkan orisinalitas ciptaan, keunikan, dan
individualnya.
Kajian linguistik dalam karya sastra harus
diposisikan secara wajar dan proposional. Hal
itu mengingat pemakaian bahasa dalam karya
sastra tidak sama dengan pemakaian bahasa
dalam buku ilmiah, majalah dan surat kabar,
iklan, perundang-undangan, serta pidato
kenegaraan. Karya sastra memiliki keunikan
tersendiri sebagai sebuah wacana sastra yang
diungkapkan dengan medium bahasa.
Menurut Pradopo (1995: 119) semiotik
adalah ilmu tanda-tanda. Tanda
mempunyai dua aspek yaitu petanda
(signifier) dan penanda (signified).
Penanda adalah bentuk formalnya yang
menandai sesuatu yang disebut petanda,
sedangkan petanda adalah sesuatu yang
ditandai oleh penanda itu yaitu artinya.
Teori Semiotik Michael
Riffaterre
Michael Riffaterre dalam bukunya yang
berjudul Semiotics of Poetry, mengemukakan
bahwa ada empat hal yang harus diperhatikan
dalam memahami dan memaknai sebuah
puisi. Keempat hal tersebut adalah:
(1) puisi adalah ekspresi tidak langsung,
menyatakan suatu hal dengan arti yang lain,
(2) pembacaan heuristik dan hermeneutik
(retroaktif),
(3) matriks, model, dan varian, dan
(4) hipogram (Riffatere dalam Salam, 2009:3).
 Pergeseran arti (Displacing of Meaning) Pergeseran
makna terjadi apabila suatu tanda mengalami
perubahan dari satu arti ke arti yang lain, ketika suatu
kata mewakili kata yang lain.
 Perusakan atau Penyimpangan arti (Distorsing of
Meaning) Perusakan atau penyimpangan makna
terjadi karena ambiguitas, kontradiksi, dan non-sense.
Ambiguitas dapat terjadi pada kata, frasa, kalimat,
maupun wacana yang disebabkan oleh munculnya
penafsiran yang berbeda-beda menurut konteksnya.
 Penciptaan arti (Creating or Meaning) Penciptaan
makna berupa pemaknaan terhadap segala sesuatu
yang dalam bahasa umum dianggap tidak bermakna,
misalnya “simetri, rima, atau ekuivalensi semantik
antara homolog-homolog dalam suatu stanza”
 Pembacaan heuristik adalah pembacaan sajak sesuai
dengan tata bahasa normatif, morfologi, sintaksis, dan
semantik. Pembacaan heuristik ini menghasilkan arti
secara keseluruhan menurut tata bahasa normatif dengan
sistem semiotik tingkat pertama.
 Setelah melalui pembacaan tahap pertama, pembaca
sampai pada pembacaan tahap kedua, yang disebut sebagai
pembacaan retroaktif atau pembacaan hermeneutik. Pada
tahap ini terjadi proses interpretasi tahap kedua,
interpretasi yang sesungguhnya. Pembaca berusaha
melihat kembali dan melakukan perbandingan berkaitan
dengan yang telah dibaca pada proses pembacaan tahap
pertama.
Dalam menganalisis karya sastra (puisi) matriks
diabstraksikan berupa satu kata, gabungan kata,
bagian kalimat atau kalimat sederhana. Matriks,
model, dan varian-varian dikenali pada pembacaan
tahap kedua.
Matriks, model, dan teks merupakan varian-varian dari
struktur yang sama. Kompleksitas teks pada dasarnya
tidak lebih sebagai pengembangan matriks. Dengan
demikian, matriks merupakan motor atau generator
sebuah teks, sedangkan model menentukan tata cara
pemerolehannya atau pengembangannya.
Untuk memberikan apresiasi atau pemaknaan yang
penuh pada karya sastra, maka sebaiknya karya sastra
tersebut disejajarkan dengan karya sastra lain yang
menjadi hipogram atau latar belakang penciptaannya
Dengan demikian, objek formal dari analisis puisi
dengan kerangka teori Riffaterre adalah “arti”
(significance). Karena “arti” itu berpusat pada matriks
atau hipogram yang tidak diucapkan di dalam puisinya
sendiri, walaupun dapat disiratkannya, maka data
mengenainya tidak dapat ditemukan di dalam teks,
melainkan di dalam pikiran “pembaca” ataupun
“pengarang” (Faruk, 2012:147).
 Puisi Sebagai Ekspresi Tidak Langsung
Riffaterre (1978:1) mengemukakan bahwa puisi
dari waktu ke waktu senantiasa berubah.
Perubahan itu disebabkan oleh perbedaan konsep
estetik dan evolusi selera. Namun ada satu hal
yang tetap dan tidak mengalami perubahan, yakni
puisi itu merupakan ekspresi tidak langsung.
Ketaklangsungan ekspresi itu terjadi, karena
adanya penggantian, penyimpangan, dan
penciptaan arti oleh penulisnya sendiri.
 Dewa mengganti Tuhan, rawa-rawa
mengganti tempat yang tidak baik, gagak
adalah metapora untuk orang jahat, ular
adalah mitos penjelmaan setan yang senang
mengganggu anak cucu Adam dan Hawa.
Jadi, dewa telah mati berarti orang tidak
percaya lagi pada Tuhan, dunia ini hanya
dipenuhi oleh orang jahat yang penuh nafsu
serakah.
 Munculnya ambiguitas baik pada kata-kata,frasa, kalimat, maupun
pada wacana, misalnya kata rawa atau tepi-tepi dpt ditafsirkan sbgai
tmpat pnuh dngan kmaksiatan
 Kontradiksi muncul karena penggunaan ironi, paradoks dan antitesis,
ironi digunkan untuk mnytakan ssuatu dngn mksd
mengjek/mengolok.
Misalnya Dewa telah mati” adalah ironi terhadap hati , manusia yang
sudah tidak percaya lagi pada Tuhan. Demikian pula “Pertapa yang
terbunuh dekat kuil” adalah ironi dari manusia yang baik pun dapat
terjerumus ke dalam kehidupan kemaksiatan dan mati dekat kuil
(tempat suci).
Adapun nonsense adalah kata-kata yang tidak mempunyai arti (sesuai
kamus), namun mempunyai makna “gaib” sesuai dengan konteks.
Nonsense banyak ditemukan dalam puisi-puisi bernuansa mantra
seperti dalam puisi Sutardji “Amuk” berikut ini.
AMUK
Hei kau dengan mantraku
Kau dengar kucing memanggilMu
izuakalizu
Mapakazaba itasatali
Tutulita
Papaliko arukabazaku kodega zuzukalibu
Tutukaliba dekodega zamzam lagotokoco
….
Kuzangga zegezegeze aahh…!
Nama kalian bebas
Carilah Tuhan semaumu
 Penciptaan arti terjadi karena pengorganisasian
ruang teks, di antaranya; enjambemen, tipografi, dan
homolog. Dalam teks biasa (bukan teks sastra),
ruang teks itu tidak ada artinya, namun dalam karya
sastra khususnya puisi, ruang teks dapat
menciptakan/menimbulkan makna.
 Sebagaimana dapat kita lihat pada puisi Sutardji
“Tragedi Winka Sihka”. Huruf-huruf pada kata kawin
dan kasih ditata, dipenggal-penggal, dan dibalik
sehingga membentuk lukisan jalan yang zigzak dan
berliku-liku, sebagaimana liku-liku kehidupan
manusia yang penuh tantangan dan cobaan.
Pembacaan Heuristik dan
Hermeneutik
Dalam pembacaan heuristik ini, puisi dibaca
berdasarkan konvensi bahasa atau sistem bahasa sesuai
dengan kedudukan bahasa sebagai sistem semiotik tingkat
pertama. Puisi dibaca secara linier menurut struktur
normatif bahasa.
Surabaya, demikian judul puisi tersebut, adalah sebuah
kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Surabaya
merupakan ibukota provinsi Jawa Timur.
Jakarta dan Surabaya sama-sama tergolong kota
metropolitan, bedanya, Jakarta lebih dikenal sebagai kota
pusat pemerintahan Indonesia, Surabaya lebih sering
disebut sebagai kota perdagangan.
Janganlah menganggap mereka (sedang) kalap, jika
meraka menerjang (kekuatan) senjata (tentara) sekutu (yang)
lengkap. Janganlah dikira mereka (sedang) nekat, karena mereka
cuma berbekal semangat (dalam) melawan seteru (musuh)
yang hebat (kuat).
Janganlah (men)sepelekan senjata yang (berada) di tangan
mereka atau lengan (badan mereka) yang mirip kerangka
(sangat kurus).
(Namun), tengoklah (semangat) (mem)baja (yang ada) di
dada mereka.
Janganlah (me)remehkan sesobek kain (yang diikatkan) di
kepala (mereka), (tetapi) tengoklah (semangat) merah putih
yang berkibar (menggelora) di (dalam) hati mereka, dan (juga)
dengar(kanlah) pekik(an) mereka, Allahu Akbar!
Dengar(kan)lah pekik(an) mereka. Allahu Akbar! Gaungnya
menggelegar mengoyak langit (membahana di seluruh kota)
Surabaya yang murka (yang bergolak). Allahu Akbar! (Pekikan
itu) menggetarkan (hati) setiap (orang) yang mendengar.
Semua (rintangan) pun menjadi kecil (mudah diatasi). Semua
(musuh/tantangan) pun tinggal seupil (tak berarti). Semua
(musuh) menggigil (ketakutan). Surabaya. O, kota (lambang)
keberanian.
O, kota (yang menjadi) kebanggaan. (Kini), mana sorak-sorai
(pekikan) takbirmu yang (mampu dahulu mampu) membakar
(memberangus) nyali kezaliman? Mana pekik merdekamu yang
(dahulu mampu) menggeletarkan ketidakadilan?
Mana arek-arekmu (pemuda-pemudamu) yang siap menjadi
tumbal kemerdekaan dan harga diri (martabat) menjaga ibu
pertiwi (tanah air/negara) dan anak-anak negeri (bangsa).
Ataukah kini semuanya (itu) ikut terbuai (terlena) lagu-
lagu satu nada demi menjaga keselamatan dan kepuasan
diri sendiri. Allahu Akbar! Dulu Arek-arek (para pemuda)
Surabaya tak ingin (tidak berniat) menyetrika (melindas)
Amerika, melinggis (alat untuk menggali terbuat dari
besi/baja yang runcing) Inggris.
Menggada (memukul dengan gada/senjata para
penjaga gerbang kerajaan) Belanda, murka (marah)
(ke)pada (tentara) Gurka, mereka (para pemuda itu)
hanya tak suka (tidak rela) kezaliman yang angkuh
merajalela mengotori persada (bumi nusantara), mereka
harus melawan (kezaliman itu) meski nyawa yang
menjadi taruhan(nya), karena mereka memang (berjiwa
sebagai) pahlawan. Surabaya. Di manakah kau
sembunyikan Pahlawanku (itu)
Bermula dari judul puisi, “Surabaya”, bait pertama mengantarkan
pembaca menengok kembali kepada peristiwa heroik yang pernah
terjadi di kota Surabaya, tanggal 10 November 1945, yaitu perlawanan
bangsa Indonesia terhadap tentara sekutu.
Penyair mengajak pembaca untuk tidak meremehkan peristiwa heroik
tersebut, mengingat betapa tidak seimbangnya kekuatan antara
pemuda-pemuda Surabaya dengan tentara sekutu pada saat itu.
Penggunaan oposisi-oposisi pernyataan dalam bait pertama puisi
“Surabaya” ini mempertajam ketidakseimbangan kekuatan tersebut,
seperti baris “jangan dikira mereka nekat/karena mereka cuma berbekal
semangat/melawan seteru yang hebat”, juga baris “Jangan sepelekan
senjata di tangan mereka/atau lengan yang mirip kerangka”.
Baris-baris tersebut mempertegas dua hal yang kontras, di satu hal
merupakan kekuatan yang tangguh dan hal lain adalah kelompok yang
rapuh secara fisik.
Perlawanan mereka bukanlah perlawanan seperti orang
yang sedang kalap atau nekat, tetapi perlawanan yang
didasari oleh semangat yang luar biasa.
Penyair memetaforakan semangat luar biasa tersebut
dengan “baja” dalam baris “Tengoklah baja di dada mereka”,
juga memetaforakan semangat luar biasa para pemuda
Surabaya melawan sekutu semata-mata demi tegaknya
kemerdekaan Indonesia, dengan frasa “sesobek kain” dan
“merah putih”, seperti pada baris “Jangan remehkan sesobek
kain di kepala mereka/tengoklah merah putih yang berkibar
di hati mereka”.
Gelora perlawanan para pemuda Surabaya semakin
membuncah karena keyakinan di hati mereka akan
kebesaran Tuhan yang pasti akan menolong kaum yang
tertindas, seperti dalam baris “dan dengar pekik
mereka/Allahu Akbar!”.
Bait kedua yang diawali dengan, “Dengarlah pekik mereka/Allah
Akbar!”, seolah penyair meyakinkan kepada pembaca bahwa semangat
para pemuda Surabaya dalam melakukan perlawanan terhadap musuh
memiliki religiusitas yang tinggi, bahwa perjuangan mereka sudah
sampai pada tataran totalitas yang mengkristal, yaitu tiada kekuatan
yang lebih besar kecuali Allah, Tuhan yang mahabesar.
Semangat seperti itu rupanya telah menjalar ke seluruh warga
Surabaya sehingga menjelma menjadi kekuatan yang sangat dahsyat,
seperti baris “Gaungnya menggelegar/mengoyak langit/Surabaya yang
murka/Allahu Akbar/menggetarkan setiap yang mendengar”.
Bila suatu keadaan sudah seperti itu, maka semua rintangan mudah
disingkirkan, kehebatan musuh menjadi tak berarti, akhirnya musuh
sehebat apapun akan sangat takut, seperti baris “Semua pun menjadi
kecil/Semua pun tinggal seupil/Semua menggigil”.
Kata “seupil” merupakan metafora, untuk menggambarkan kekuatan
musuh yang sangat tangguh itu menjadi tak berarti. Upil adalah
bahasa Jawa yang berarti tahi hidung.
Pada pertengahan bait kedua ini, penyair seolah membangunkan
pembaca dari kekhusyukannya menghayati perjuangan warga Surabaya
dalam mengusir tentara sekutu yang hendak memberangus
kemerdekaan bangsa Indonesia.
Penyair membawa pembaca pada keadaan saat ini, Surabaya, kota yang
menjadi simbol keberanian yang membanggakan, telah kehilangan
semangat religiusitasnya dalam memerangi kezaliman, seperti dalam
baris “Surabaya/O, kota keberanian/O, kota kebanggaan/Mana sorak-
sorai takbirmu/yang membakar nyali kezaliman?”
Surabaya, kota yang menjadi simbol perlawanan kesewenang-
wenangan ini telah kehilangan semangat perjuangannya dalam
menegakkan keadilan, “mana pekik merdekamu/yang menggeletarkan
ketidakadilan?”, dan Surabaya yang berjuluk kota pahlawan ini telah
pula kehabisan pahlawan-pahlawannya, yang dahulu setia membela
kemerdekaan, menjaga martabat bangsa, seperti baris “mana arek-
arekmu yang siap/menjadi tumbal kemerdekaan/dan harga
diri/menjaga ibu pertiwi/dan anak-anak negeri”.
Kondisi-kondisi tersebut memunculkan kekhawatiran
akan lunturnya semangat menegakkan keadilan, semangat
perjuangan tanpa pamrih, dan nasionalisme warga
Surabaya, seperti baris “Ataukah kini semuanya ikut
terbuai/lagu-lagu satu nada/demi menjaga/keselamatan
dan kepuasan/diri sendiri”
Pada bagian akhir bait kedua ini, penyair
mengoposisikan keadaan dahulu dengan sekarang.
Dahulu, dilandasi religuisitas dan nasionalisme yang
tinggi, semangat para pemuda Surabaya melawan sekutu
tentara gabungan Inggris, Belanda, dan Gurka bukanlah
bermaksud memusuhi bangsa Inggris, Belanda, dan orang-
orang Gurka, melainkan kezaliman yang mereka
perlihatkan secara angkuh di nusantara, seperti dalam
baris-baris “Allahu Akbar!/ Dulu arek-arek Surabaya/ tak
ingin menyetrika Amerika/ melinggis Inggris/ Menggada
Belanda/ murka pada Gurka/ mereka hanya tak suka/
kezaliman yang angkuh merajalela/ mengotori persada”.
Kata kunci puisi ini adalah Surabaya. Surabaya
memiliki sejarah heroik dalam mempertahankan
kemerdekaan Indonesia melalui peristiwa
pertempuran warga Surabaya dengan tentara sekutu
pada tanggal 10 November 1945.
Secara keseluruhan puisi ini mengoposisikan dua
hal dan keadaan yang berlawanan. Surabaya yang
dahulu memiliki pemuda-pemuda dengan semangat
membaja melawan para agresor, memiliki warga yang
memiliki jiwa nasionalisme tinggi mempertahankan
ibu pertiwi, memiliki semangat religuisitas kuat dalam
melawan kezaliman tanpa pamrih apa pun,
dioposisikan dengan keadaan sekarang, yakni
Surabaya yang telah kehilangan hal-hal tersebut.
Oposisi-oposisi tersebut merupakan varian dari
matriks yang sama, yang tidak ditemukan secara
linier dalam puisi, yaitu esensi pahlawan.
Sejatinya pahlawan adalah jiwa yang rela berkorban
demi menegakkan keadilan dalam keadaan
bagaimanapun, melawan kezaliman yang
dilakukan oleh siapapun, membela kebenaran
untuk siapapun, dan tanpa berharap apapun selain
ridho Allah.
Puisi ini memberikan pesan luhur bahwa yang
diperlukan sekarang ini adalah bukanlah seorang
pahlawan, melainkan jiwa-jiwa pahlawan, yaitu
jiwa yang memiliki semangat berkorban tanpa
pamrih.
Matriks esensi pahlawan, yakni jiwa yang senantiasa
rela berkorban demi menegakkan keadilan dalam
keadaan bagaimanapun, melawan kezaliman yang
dilakukan oleh siapapun, membela kebenaran untuk
siapapun, dan tanpa berharap apapun selain ridho
Allah ini dapat sekaligus berupa hipogram.
Salah satu hipogram tekstual adalah sebuah hadist
yang diriwayatkan oleh HR Al-Tirmidzi, “Dari Abi
Sa’id al-Khudri, Nabi Saw berkata, “Termasuk jihad
yang paling agung adalah menegakkan keadilan di
hadapan penguasa yang dzolim (berlaku tidak adil,
aniaya).”
Linguistik trapan analisis semiotika

More Related Content

What's hot

Periodisasi Sastra Indonesia
Periodisasi Sastra IndonesiaPeriodisasi Sastra Indonesia
Periodisasi Sastra Indonesia
Dedi Irawan
 
Stilistika isi
Stilistika isiStilistika isi
Stilistika isi
KAHAR KAHAR
 
Ppt.puisi
Ppt.puisiPpt.puisi
Ppt.puisi
Rika Ceriia
 
Semantik ungkapan tabu
Semantik ungkapan tabuSemantik ungkapan tabu
Semantik ungkapan tabu
AjengIlla
 
Materi teori sastra
Materi teori sastraMateri teori sastra
Materi teori sastra
SMK Negeri 2 Denpasar, Bali
 
Analisis Wacana
Analisis WacanaAnalisis Wacana
Analisis Wacana
Hariyatunnisa Ahmad
 
Penerjemahan sastra
Penerjemahan sastraPenerjemahan sastra
Penerjemahan sastra
Sugeng Hariyanto
 
Unsur fisik batin puisi
Unsur fisik batin puisiUnsur fisik batin puisi
Unsur fisik batin puisilebda wisesa
 
3. metode kritik sastra
3. metode kritik sastra3. metode kritik sastra
3. metode kritik sastra
Coral Reef
 
4. aspek aspek kritik sastra
4. aspek aspek kritik sastra4. aspek aspek kritik sastra
4. aspek aspek kritik sastra
Coral Reef
 
Jenis-Jenis Semantik
Jenis-Jenis SemantikJenis-Jenis Semantik
Jenis-Jenis Semantik
Ade Ria Erianti
 
Pp konsep dasar sosiolinguistik
Pp konsep dasar sosiolinguistikPp konsep dasar sosiolinguistik
Pp konsep dasar sosiolinguistikDiana NakEmak
 
Struktur Cerpen
Struktur CerpenStruktur Cerpen
Struktur Cerpen
Frestiany Regina Putri
 
Teori Semiotika Roman Jakobson
Teori Semiotika Roman JakobsonTeori Semiotika Roman Jakobson
Teori Semiotika Roman Jakobson
iqbal Hidayatullah Suteja
 

What's hot (20)

Ppt prosa
Ppt prosaPpt prosa
Ppt prosa
 
Periodisasi Sastra Indonesia
Periodisasi Sastra IndonesiaPeriodisasi Sastra Indonesia
Periodisasi Sastra Indonesia
 
Kritik sastra ppt (2)
Kritik sastra ppt (2)Kritik sastra ppt (2)
Kritik sastra ppt (2)
 
Stilistika isi
Stilistika isiStilistika isi
Stilistika isi
 
Ppt.puisi
Ppt.puisiPpt.puisi
Ppt.puisi
 
Materi prosa
Materi prosaMateri prosa
Materi prosa
 
Semantik ungkapan tabu
Semantik ungkapan tabuSemantik ungkapan tabu
Semantik ungkapan tabu
 
Materi teori sastra
Materi teori sastraMateri teori sastra
Materi teori sastra
 
Analisis Wacana
Analisis WacanaAnalisis Wacana
Analisis Wacana
 
Penerjemahan sastra
Penerjemahan sastraPenerjemahan sastra
Penerjemahan sastra
 
Unsur fisik batin puisi
Unsur fisik batin puisiUnsur fisik batin puisi
Unsur fisik batin puisi
 
3. metode kritik sastra
3. metode kritik sastra3. metode kritik sastra
3. metode kritik sastra
 
4. aspek aspek kritik sastra
4. aspek aspek kritik sastra4. aspek aspek kritik sastra
4. aspek aspek kritik sastra
 
Jenis-Jenis Semantik
Jenis-Jenis SemantikJenis-Jenis Semantik
Jenis-Jenis Semantik
 
linguistik historis komparatif
linguistik historis komparatiflinguistik historis komparatif
linguistik historis komparatif
 
Pp konsep dasar sosiolinguistik
Pp konsep dasar sosiolinguistikPp konsep dasar sosiolinguistik
Pp konsep dasar sosiolinguistik
 
Sosiologi sastra
Sosiologi sastraSosiologi sastra
Sosiologi sastra
 
Semantik
SemantikSemantik
Semantik
 
Struktur Cerpen
Struktur CerpenStruktur Cerpen
Struktur Cerpen
 
Teori Semiotika Roman Jakobson
Teori Semiotika Roman JakobsonTeori Semiotika Roman Jakobson
Teori Semiotika Roman Jakobson
 

Viewers also liked

Analisis budpop
Analisis budpopAnalisis budpop
Analisis budpop
ociHmI
 
Strukturalisme dan Semiotik
Strukturalisme dan SemiotikStrukturalisme dan Semiotik
Strukturalisme dan Semiotik
Shafira Rahmani
 
Cotap Tech Talks: Keith Lazuka, Digital Communication using Sound and Swift
Cotap Tech Talks: Keith Lazuka, Digital Communication using Sound and SwiftCotap Tech Talks: Keith Lazuka, Digital Communication using Sound and Swift
Cotap Tech Talks: Keith Lazuka, Digital Communication using Sound and Swift
Evan Owen
 
presentation critical discourse analysis Fairclough
presentation critical discourse analysis Faircloughpresentation critical discourse analysis Fairclough
presentation critical discourse analysis Fairclough
Tri Sulis
 
Analisis Wacana Kritis
Analisis Wacana KritisAnalisis Wacana Kritis
Analisis Wacana Kritis
hakim jayli
 
Kajian Semiotik puisi "Kupu-kupu" karya Acep Zamzam Noor
Kajian Semiotik puisi "Kupu-kupu" karya Acep Zamzam NoorKajian Semiotik puisi "Kupu-kupu" karya Acep Zamzam Noor
Kajian Semiotik puisi "Kupu-kupu" karya Acep Zamzam NoorHerlangga Juniarko
 
Puisi dan Majas
Puisi dan MajasPuisi dan Majas
Puisi dan Majas
Teuku Ichsan
 
bahasa Indonesia kelas XII
bahasa Indonesia kelas XII bahasa Indonesia kelas XII
bahasa Indonesia kelas XII Yusuf AL-Rosyadi
 
Komunikasi Semiotika
Komunikasi SemiotikaKomunikasi Semiotika
Komunikasi Semiotika
mustikaph
 
Teori semiotika (Kelompok Komunikasi Massa)
Teori semiotika (Kelompok Komunikasi Massa)Teori semiotika (Kelompok Komunikasi Massa)
Teori semiotika (Kelompok Komunikasi Massa)
Yunita Wirapraja
 
Pengantar linguistik umum
Pengantar linguistik umumPengantar linguistik umum
Pengantar linguistik umum
Didikparavisi
 
9 penulisan dengan ejaan bahasa indonesia yang disempurnakan
9   penulisan dengan ejaan bahasa indonesia yang disempurnakan9   penulisan dengan ejaan bahasa indonesia yang disempurnakan
9 penulisan dengan ejaan bahasa indonesia yang disempurnakanpsikologi klas a
 
Peta konsep sms6
Peta konsep sms6Peta konsep sms6
Peta konsep sms6
Paulus Parwira
 

Viewers also liked (16)

Analisis budpop
Analisis budpopAnalisis budpop
Analisis budpop
 
Strukturalisme dan Semiotik
Strukturalisme dan SemiotikStrukturalisme dan Semiotik
Strukturalisme dan Semiotik
 
Cotap Tech Talks: Keith Lazuka, Digital Communication using Sound and Swift
Cotap Tech Talks: Keith Lazuka, Digital Communication using Sound and SwiftCotap Tech Talks: Keith Lazuka, Digital Communication using Sound and Swift
Cotap Tech Talks: Keith Lazuka, Digital Communication using Sound and Swift
 
presentation critical discourse analysis Fairclough
presentation critical discourse analysis Faircloughpresentation critical discourse analysis Fairclough
presentation critical discourse analysis Fairclough
 
Analisis wacana
Analisis wacanaAnalisis wacana
Analisis wacana
 
Analisis Wacana Kritis
Analisis Wacana KritisAnalisis Wacana Kritis
Analisis Wacana Kritis
 
Kajian Semiotik puisi "Kupu-kupu" karya Acep Zamzam Noor
Kajian Semiotik puisi "Kupu-kupu" karya Acep Zamzam NoorKajian Semiotik puisi "Kupu-kupu" karya Acep Zamzam Noor
Kajian Semiotik puisi "Kupu-kupu" karya Acep Zamzam Noor
 
Puisi dan Majas
Puisi dan MajasPuisi dan Majas
Puisi dan Majas
 
bahasa Indonesia kelas XII
bahasa Indonesia kelas XII bahasa Indonesia kelas XII
bahasa Indonesia kelas XII
 
Presentasi Semiotika
Presentasi SemiotikaPresentasi Semiotika
Presentasi Semiotika
 
Komunikasi Semiotika
Komunikasi SemiotikaKomunikasi Semiotika
Komunikasi Semiotika
 
Teori semiotika (Kelompok Komunikasi Massa)
Teori semiotika (Kelompok Komunikasi Massa)Teori semiotika (Kelompok Komunikasi Massa)
Teori semiotika (Kelompok Komunikasi Massa)
 
Pengantar linguistik umum
Pengantar linguistik umumPengantar linguistik umum
Pengantar linguistik umum
 
9 penulisan dengan ejaan bahasa indonesia yang disempurnakan
9   penulisan dengan ejaan bahasa indonesia yang disempurnakan9   penulisan dengan ejaan bahasa indonesia yang disempurnakan
9 penulisan dengan ejaan bahasa indonesia yang disempurnakan
 
Peta konsep sms6
Peta konsep sms6Peta konsep sms6
Peta konsep sms6
 
Kumpulan puisi
Kumpulan puisiKumpulan puisi
Kumpulan puisi
 

Similar to Linguistik trapan analisis semiotika

for laptop.pptx
for laptop.pptxfor laptop.pptx
for laptop.pptx
iqbal Hidayatullah Suteja
 
Ringkasan buku pengkajian puisi (RACHMAT DJOKO PRADOPO)
Ringkasan buku pengkajian puisi (RACHMAT DJOKO PRADOPO)Ringkasan buku pengkajian puisi (RACHMAT DJOKO PRADOPO)
Ringkasan buku pengkajian puisi (RACHMAT DJOKO PRADOPO)
Inunks Peihhcc
 
Puisi
PuisiPuisi
Difinasi sastera
Difinasi sasteraDifinasi sastera
Difinasi sastera
Ayah Ma
 
Kajian maut dan cinta new
Kajian maut dan cinta newKajian maut dan cinta new
Kajian maut dan cinta newNancy Rothstein
 
Segi-segi Sastra Bandingan
Segi-segi Sastra BandinganSegi-segi Sastra Bandingan
Segi-segi Sastra Bandingan
Syukrina Rahmawati
 
Tahap Kehidupan Manusia dan Spiritualisme dalam Puisi Voyelles Karya Athur Ri...
Tahap Kehidupan Manusia dan Spiritualisme dalam Puisi Voyelles Karya Athur Ri...Tahap Kehidupan Manusia dan Spiritualisme dalam Puisi Voyelles Karya Athur Ri...
Tahap Kehidupan Manusia dan Spiritualisme dalam Puisi Voyelles Karya Athur Ri...
Aurel Alifqa Putri Aldira
 
pengantar pengkajian sastra
pengantar pengkajian sastrapengantar pengkajian sastra
pengantar pengkajian sastra
Rico Aprisa
 
Bacaan 2 struktur fisik puisi
Bacaan 2 struktur fisik puisiBacaan 2 struktur fisik puisi
Bacaan 2 struktur fisik puisi
Beits Setyawan
 
Gaya bahasa dalam lirik lagu
Gaya bahasa dalam lirik laguGaya bahasa dalam lirik lagu
Gaya bahasa dalam lirik laguDeny Pranata
 
Gazali bhs. indonesia
Gazali bhs. indonesiaGazali bhs. indonesia
Gazali bhs. indonesia
TeknikInformatika2
 
Karya ilmiah, bahasa indonesia, MEMAHAMI MAKNA DARI SEBUAH PUISI YANG DI BUAT...
Karya ilmiah, bahasa indonesia, MEMAHAMI MAKNA DARI SEBUAH PUISI YANG DI BUAT...Karya ilmiah, bahasa indonesia, MEMAHAMI MAKNA DARI SEBUAH PUISI YANG DI BUAT...
Karya ilmiah, bahasa indonesia, MEMAHAMI MAKNA DARI SEBUAH PUISI YANG DI BUAT...
Dian Agatha
 
kajian stilistika
kajian stilistika kajian stilistika
kajian stilistika
Oyax Ruqoyah
 
Puisi chairil anwar dan amir hamzah
Puisi chairil anwar dan amir hamzahPuisi chairil anwar dan amir hamzah
Puisi chairil anwar dan amir hamzah
veni zaki
 
GENRE KESUSATERAAN MELAYU
GENRE KESUSATERAAN MELAYUGENRE KESUSATERAAN MELAYU
GENRE KESUSATERAAN MELAYU
IPGM Kampus Kota Bharu
 
Akm Litersai Sastra.pptx
Akm Litersai Sastra.pptxAkm Litersai Sastra.pptx
Akm Litersai Sastra.pptx
tentenpimpim
 
HAKIKAT-PUISI.ppt
HAKIKAT-PUISI.pptHAKIKAT-PUISI.ppt
HAKIKAT-PUISI.ppt
Meiy5
 
Bahan presentasi mata kuliah teori sastra
Bahan presentasi mata kuliah teori sastraBahan presentasi mata kuliah teori sastra
Bahan presentasi mata kuliah teori sastraNisha Komik
 

Similar to Linguistik trapan analisis semiotika (20)

for laptop.pptx
for laptop.pptxfor laptop.pptx
for laptop.pptx
 
Ringkasan buku pengkajian puisi (RACHMAT DJOKO PRADOPO)
Ringkasan buku pengkajian puisi (RACHMAT DJOKO PRADOPO)Ringkasan buku pengkajian puisi (RACHMAT DJOKO PRADOPO)
Ringkasan buku pengkajian puisi (RACHMAT DJOKO PRADOPO)
 
Puisi
PuisiPuisi
Puisi
 
Difinasi sastera
Difinasi sasteraDifinasi sastera
Difinasi sastera
 
Bmm3116
Bmm3116Bmm3116
Bmm3116
 
Kajian maut dan cinta new
Kajian maut dan cinta newKajian maut dan cinta new
Kajian maut dan cinta new
 
Segi-segi Sastra Bandingan
Segi-segi Sastra BandinganSegi-segi Sastra Bandingan
Segi-segi Sastra Bandingan
 
Tahap Kehidupan Manusia dan Spiritualisme dalam Puisi Voyelles Karya Athur Ri...
Tahap Kehidupan Manusia dan Spiritualisme dalam Puisi Voyelles Karya Athur Ri...Tahap Kehidupan Manusia dan Spiritualisme dalam Puisi Voyelles Karya Athur Ri...
Tahap Kehidupan Manusia dan Spiritualisme dalam Puisi Voyelles Karya Athur Ri...
 
pengantar pengkajian sastra
pengantar pengkajian sastrapengantar pengkajian sastra
pengantar pengkajian sastra
 
Bacaan 2 struktur fisik puisi
Bacaan 2 struktur fisik puisiBacaan 2 struktur fisik puisi
Bacaan 2 struktur fisik puisi
 
Gaya bahasa dalam lirik lagu
Gaya bahasa dalam lirik laguGaya bahasa dalam lirik lagu
Gaya bahasa dalam lirik lagu
 
Gazali bhs. indonesia
Gazali bhs. indonesiaGazali bhs. indonesia
Gazali bhs. indonesia
 
Karya ilmiah, bahasa indonesia, MEMAHAMI MAKNA DARI SEBUAH PUISI YANG DI BUAT...
Karya ilmiah, bahasa indonesia, MEMAHAMI MAKNA DARI SEBUAH PUISI YANG DI BUAT...Karya ilmiah, bahasa indonesia, MEMAHAMI MAKNA DARI SEBUAH PUISI YANG DI BUAT...
Karya ilmiah, bahasa indonesia, MEMAHAMI MAKNA DARI SEBUAH PUISI YANG DI BUAT...
 
kajian stilistika
kajian stilistika kajian stilistika
kajian stilistika
 
Puisi chairil anwar dan amir hamzah
Puisi chairil anwar dan amir hamzahPuisi chairil anwar dan amir hamzah
Puisi chairil anwar dan amir hamzah
 
KESUSATERAAN MELAYU
KESUSATERAAN MELAYUKESUSATERAAN MELAYU
KESUSATERAAN MELAYU
 
GENRE KESUSATERAAN MELAYU
GENRE KESUSATERAAN MELAYUGENRE KESUSATERAAN MELAYU
GENRE KESUSATERAAN MELAYU
 
Akm Litersai Sastra.pptx
Akm Litersai Sastra.pptxAkm Litersai Sastra.pptx
Akm Litersai Sastra.pptx
 
HAKIKAT-PUISI.ppt
HAKIKAT-PUISI.pptHAKIKAT-PUISI.ppt
HAKIKAT-PUISI.ppt
 
Bahan presentasi mata kuliah teori sastra
Bahan presentasi mata kuliah teori sastraBahan presentasi mata kuliah teori sastra
Bahan presentasi mata kuliah teori sastra
 

More from Riska sasaka

Inetraksi simbolik sebuah penelitian kwalitatif
Inetraksi simbolik sebuah penelitian kwalitatifInetraksi simbolik sebuah penelitian kwalitatif
Inetraksi simbolik sebuah penelitian kwalitatifRiska sasaka
 
Inetraksi simbolik sebuah penelitian kwalitatif
Inetraksi simbolik sebuah penelitian kwalitatifInetraksi simbolik sebuah penelitian kwalitatif
Inetraksi simbolik sebuah penelitian kwalitatifRiska sasaka
 
Etnografi pnelitian kwalitatif
Etnografi pnelitian kwalitatifEtnografi pnelitian kwalitatif
Etnografi pnelitian kwalitatifRiska sasaka
 
Landasan penelitian
Landasan penelitian Landasan penelitian
Landasan penelitian Riska sasaka
 
sistemik holliday
 sistemik holliday sistemik holliday
sistemik hollidayRiska sasaka
 
Pngondsian Operan Skinner
Pngondsian Operan SkinnerPngondsian Operan Skinner
Pngondsian Operan SkinnerRiska sasaka
 
jenis rancangan penelitian
 jenis rancangan penelitian jenis rancangan penelitian
jenis rancangan penelitian
Riska sasaka
 

More from Riska sasaka (9)

Inetraksi simbolik sebuah penelitian kwalitatif
Inetraksi simbolik sebuah penelitian kwalitatifInetraksi simbolik sebuah penelitian kwalitatif
Inetraksi simbolik sebuah penelitian kwalitatif
 
Study kasus
Study kasusStudy kasus
Study kasus
 
Inetraksi simbolik sebuah penelitian kwalitatif
Inetraksi simbolik sebuah penelitian kwalitatifInetraksi simbolik sebuah penelitian kwalitatif
Inetraksi simbolik sebuah penelitian kwalitatif
 
Etnografi pnelitian kwalitatif
Etnografi pnelitian kwalitatifEtnografi pnelitian kwalitatif
Etnografi pnelitian kwalitatif
 
Landasan penelitian
Landasan penelitian Landasan penelitian
Landasan penelitian
 
sistemik holliday
 sistemik holliday sistemik holliday
sistemik holliday
 
Pngondsian Operan Skinner
Pngondsian Operan SkinnerPngondsian Operan Skinner
Pngondsian Operan Skinner
 
Kajian Fonologi
Kajian FonologiKajian Fonologi
Kajian Fonologi
 
jenis rancangan penelitian
 jenis rancangan penelitian jenis rancangan penelitian
jenis rancangan penelitian
 

Recently uploaded

Apa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptx
Apa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptxApa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptx
Apa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptx
AssyifaFarahDiba1
 
654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021
654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021
654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021
renprogarksd3
 
BAB 5 SIKLUS INVESTASI DAN PENDANAAN.ppt
BAB 5 SIKLUS INVESTASI DAN PENDANAAN.pptBAB 5 SIKLUS INVESTASI DAN PENDANAAN.ppt
BAB 5 SIKLUS INVESTASI DAN PENDANAAN.ppt
Ggproject
 
SURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITAS
SURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITASSURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITAS
SURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITAS
Pemdes Wonoyoso
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan.visi guru penggerakpptx
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan.visi guru penggerakpptxKanvas BAGJA prakarsa perubahan.visi guru penggerakpptx
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan.visi guru penggerakpptx
ssuser283069
 
A.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis Jurnal
A.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis JurnalA.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis Jurnal
A.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis Jurnal
Ekhwan2
 
M. Fattahillah Ajrun Azhiima_2021B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
M. Fattahillah Ajrun Azhiima_2021B_Analisis Kritis Jurnal.pdfM. Fattahillah Ajrun Azhiima_2021B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
M. Fattahillah Ajrun Azhiima_2021B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
AjrunAzhiima
 
PERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIP
PERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIPPERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIP
PERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIP
Pemdes Wonoyoso
 
KTSP Raudhatul Athfal Kementerian Agama.pdf
KTSP Raudhatul Athfal Kementerian Agama.pdfKTSP Raudhatul Athfal Kementerian Agama.pdf
KTSP Raudhatul Athfal Kementerian Agama.pdf
khalisahumairahh
 
Tugas Sequence Diagram Rekayasa Perangkat Lunak.pptx
Tugas Sequence Diagram Rekayasa Perangkat Lunak.pptxTugas Sequence Diagram Rekayasa Perangkat Lunak.pptx
Tugas Sequence Diagram Rekayasa Perangkat Lunak.pptx
fauzandika
 
bahan belajar Application Programming Interface (API) Gateway
bahan belajar Application Programming Interface (API) Gatewaybahan belajar Application Programming Interface (API) Gateway
bahan belajar Application Programming Interface (API) Gateway
subbidtekinfo813
 
LAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffff
LAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffffLAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffff
LAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffff
acehirfan
 
Materi matriks dan determinan matriks.pptx
Materi matriks dan determinan matriks.pptxMateri matriks dan determinan matriks.pptx
Materi matriks dan determinan matriks.pptx
BanjarMasin4
 

Recently uploaded (13)

Apa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptx
Apa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptxApa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptx
Apa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptx
 
654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021
654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021
654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021
 
BAB 5 SIKLUS INVESTASI DAN PENDANAAN.ppt
BAB 5 SIKLUS INVESTASI DAN PENDANAAN.pptBAB 5 SIKLUS INVESTASI DAN PENDANAAN.ppt
BAB 5 SIKLUS INVESTASI DAN PENDANAAN.ppt
 
SURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITAS
SURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITASSURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITAS
SURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITAS
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan.visi guru penggerakpptx
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan.visi guru penggerakpptxKanvas BAGJA prakarsa perubahan.visi guru penggerakpptx
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan.visi guru penggerakpptx
 
A.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis Jurnal
A.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis JurnalA.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis Jurnal
A.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis Jurnal
 
M. Fattahillah Ajrun Azhiima_2021B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
M. Fattahillah Ajrun Azhiima_2021B_Analisis Kritis Jurnal.pdfM. Fattahillah Ajrun Azhiima_2021B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
M. Fattahillah Ajrun Azhiima_2021B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
 
PERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIP
PERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIPPERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIP
PERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIP
 
KTSP Raudhatul Athfal Kementerian Agama.pdf
KTSP Raudhatul Athfal Kementerian Agama.pdfKTSP Raudhatul Athfal Kementerian Agama.pdf
KTSP Raudhatul Athfal Kementerian Agama.pdf
 
Tugas Sequence Diagram Rekayasa Perangkat Lunak.pptx
Tugas Sequence Diagram Rekayasa Perangkat Lunak.pptxTugas Sequence Diagram Rekayasa Perangkat Lunak.pptx
Tugas Sequence Diagram Rekayasa Perangkat Lunak.pptx
 
bahan belajar Application Programming Interface (API) Gateway
bahan belajar Application Programming Interface (API) Gatewaybahan belajar Application Programming Interface (API) Gateway
bahan belajar Application Programming Interface (API) Gateway
 
LAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffff
LAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffffLAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffff
LAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffff
 
Materi matriks dan determinan matriks.pptx
Materi matriks dan determinan matriks.pptxMateri matriks dan determinan matriks.pptx
Materi matriks dan determinan matriks.pptx
 

Linguistik trapan analisis semiotika

  • 2.  Pentingnya kajian linguistik dalam karya sastra dikemukakan oleh Culler (1975: 55), bahwa tugas kajian linguistik adalah memberikan bantuan dalam analisis sastra dengan memaparkan perlengkapan bahasa yang dimanfaatkan di dalam teks sastra dan diorganisasikan oleh pengarang.  Aminuddin (1995: 14) menegaskan bahwa bahasa dalam karya sastra semestinya mengandung kebaruan dan kekhasan karena hal itu dapat mencerminkan orisinalitas ciptaan, keunikan, dan individualnya.
  • 3. Kajian linguistik dalam karya sastra harus diposisikan secara wajar dan proposional. Hal itu mengingat pemakaian bahasa dalam karya sastra tidak sama dengan pemakaian bahasa dalam buku ilmiah, majalah dan surat kabar, iklan, perundang-undangan, serta pidato kenegaraan. Karya sastra memiliki keunikan tersendiri sebagai sebuah wacana sastra yang diungkapkan dengan medium bahasa.
  • 4. Menurut Pradopo (1995: 119) semiotik adalah ilmu tanda-tanda. Tanda mempunyai dua aspek yaitu petanda (signifier) dan penanda (signified). Penanda adalah bentuk formalnya yang menandai sesuatu yang disebut petanda, sedangkan petanda adalah sesuatu yang ditandai oleh penanda itu yaitu artinya.
  • 5. Teori Semiotik Michael Riffaterre Michael Riffaterre dalam bukunya yang berjudul Semiotics of Poetry, mengemukakan bahwa ada empat hal yang harus diperhatikan dalam memahami dan memaknai sebuah puisi. Keempat hal tersebut adalah: (1) puisi adalah ekspresi tidak langsung, menyatakan suatu hal dengan arti yang lain, (2) pembacaan heuristik dan hermeneutik (retroaktif), (3) matriks, model, dan varian, dan (4) hipogram (Riffatere dalam Salam, 2009:3).
  • 6.  Pergeseran arti (Displacing of Meaning) Pergeseran makna terjadi apabila suatu tanda mengalami perubahan dari satu arti ke arti yang lain, ketika suatu kata mewakili kata yang lain.  Perusakan atau Penyimpangan arti (Distorsing of Meaning) Perusakan atau penyimpangan makna terjadi karena ambiguitas, kontradiksi, dan non-sense. Ambiguitas dapat terjadi pada kata, frasa, kalimat, maupun wacana yang disebabkan oleh munculnya penafsiran yang berbeda-beda menurut konteksnya.  Penciptaan arti (Creating or Meaning) Penciptaan makna berupa pemaknaan terhadap segala sesuatu yang dalam bahasa umum dianggap tidak bermakna, misalnya “simetri, rima, atau ekuivalensi semantik antara homolog-homolog dalam suatu stanza”
  • 7.  Pembacaan heuristik adalah pembacaan sajak sesuai dengan tata bahasa normatif, morfologi, sintaksis, dan semantik. Pembacaan heuristik ini menghasilkan arti secara keseluruhan menurut tata bahasa normatif dengan sistem semiotik tingkat pertama.  Setelah melalui pembacaan tahap pertama, pembaca sampai pada pembacaan tahap kedua, yang disebut sebagai pembacaan retroaktif atau pembacaan hermeneutik. Pada tahap ini terjadi proses interpretasi tahap kedua, interpretasi yang sesungguhnya. Pembaca berusaha melihat kembali dan melakukan perbandingan berkaitan dengan yang telah dibaca pada proses pembacaan tahap pertama.
  • 8. Dalam menganalisis karya sastra (puisi) matriks diabstraksikan berupa satu kata, gabungan kata, bagian kalimat atau kalimat sederhana. Matriks, model, dan varian-varian dikenali pada pembacaan tahap kedua. Matriks, model, dan teks merupakan varian-varian dari struktur yang sama. Kompleksitas teks pada dasarnya tidak lebih sebagai pengembangan matriks. Dengan demikian, matriks merupakan motor atau generator sebuah teks, sedangkan model menentukan tata cara pemerolehannya atau pengembangannya.
  • 9. Untuk memberikan apresiasi atau pemaknaan yang penuh pada karya sastra, maka sebaiknya karya sastra tersebut disejajarkan dengan karya sastra lain yang menjadi hipogram atau latar belakang penciptaannya Dengan demikian, objek formal dari analisis puisi dengan kerangka teori Riffaterre adalah “arti” (significance). Karena “arti” itu berpusat pada matriks atau hipogram yang tidak diucapkan di dalam puisinya sendiri, walaupun dapat disiratkannya, maka data mengenainya tidak dapat ditemukan di dalam teks, melainkan di dalam pikiran “pembaca” ataupun “pengarang” (Faruk, 2012:147).
  • 10.  Puisi Sebagai Ekspresi Tidak Langsung Riffaterre (1978:1) mengemukakan bahwa puisi dari waktu ke waktu senantiasa berubah. Perubahan itu disebabkan oleh perbedaan konsep estetik dan evolusi selera. Namun ada satu hal yang tetap dan tidak mengalami perubahan, yakni puisi itu merupakan ekspresi tidak langsung. Ketaklangsungan ekspresi itu terjadi, karena adanya penggantian, penyimpangan, dan penciptaan arti oleh penulisnya sendiri.
  • 11.
  • 12.  Dewa mengganti Tuhan, rawa-rawa mengganti tempat yang tidak baik, gagak adalah metapora untuk orang jahat, ular adalah mitos penjelmaan setan yang senang mengganggu anak cucu Adam dan Hawa. Jadi, dewa telah mati berarti orang tidak percaya lagi pada Tuhan, dunia ini hanya dipenuhi oleh orang jahat yang penuh nafsu serakah.
  • 13.  Munculnya ambiguitas baik pada kata-kata,frasa, kalimat, maupun pada wacana, misalnya kata rawa atau tepi-tepi dpt ditafsirkan sbgai tmpat pnuh dngan kmaksiatan  Kontradiksi muncul karena penggunaan ironi, paradoks dan antitesis, ironi digunkan untuk mnytakan ssuatu dngn mksd mengjek/mengolok. Misalnya Dewa telah mati” adalah ironi terhadap hati , manusia yang sudah tidak percaya lagi pada Tuhan. Demikian pula “Pertapa yang terbunuh dekat kuil” adalah ironi dari manusia yang baik pun dapat terjerumus ke dalam kehidupan kemaksiatan dan mati dekat kuil (tempat suci). Adapun nonsense adalah kata-kata yang tidak mempunyai arti (sesuai kamus), namun mempunyai makna “gaib” sesuai dengan konteks. Nonsense banyak ditemukan dalam puisi-puisi bernuansa mantra seperti dalam puisi Sutardji “Amuk” berikut ini.
  • 14. AMUK Hei kau dengan mantraku Kau dengar kucing memanggilMu izuakalizu Mapakazaba itasatali Tutulita Papaliko arukabazaku kodega zuzukalibu Tutukaliba dekodega zamzam lagotokoco …. Kuzangga zegezegeze aahh…! Nama kalian bebas Carilah Tuhan semaumu
  • 15.  Penciptaan arti terjadi karena pengorganisasian ruang teks, di antaranya; enjambemen, tipografi, dan homolog. Dalam teks biasa (bukan teks sastra), ruang teks itu tidak ada artinya, namun dalam karya sastra khususnya puisi, ruang teks dapat menciptakan/menimbulkan makna.  Sebagaimana dapat kita lihat pada puisi Sutardji “Tragedi Winka Sihka”. Huruf-huruf pada kata kawin dan kasih ditata, dipenggal-penggal, dan dibalik sehingga membentuk lukisan jalan yang zigzak dan berliku-liku, sebagaimana liku-liku kehidupan manusia yang penuh tantangan dan cobaan.
  • 17. Dalam pembacaan heuristik ini, puisi dibaca berdasarkan konvensi bahasa atau sistem bahasa sesuai dengan kedudukan bahasa sebagai sistem semiotik tingkat pertama. Puisi dibaca secara linier menurut struktur normatif bahasa. Surabaya, demikian judul puisi tersebut, adalah sebuah kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Surabaya merupakan ibukota provinsi Jawa Timur. Jakarta dan Surabaya sama-sama tergolong kota metropolitan, bedanya, Jakarta lebih dikenal sebagai kota pusat pemerintahan Indonesia, Surabaya lebih sering disebut sebagai kota perdagangan.
  • 18. Janganlah menganggap mereka (sedang) kalap, jika meraka menerjang (kekuatan) senjata (tentara) sekutu (yang) lengkap. Janganlah dikira mereka (sedang) nekat, karena mereka cuma berbekal semangat (dalam) melawan seteru (musuh) yang hebat (kuat). Janganlah (men)sepelekan senjata yang (berada) di tangan mereka atau lengan (badan mereka) yang mirip kerangka (sangat kurus). (Namun), tengoklah (semangat) (mem)baja (yang ada) di dada mereka. Janganlah (me)remehkan sesobek kain (yang diikatkan) di kepala (mereka), (tetapi) tengoklah (semangat) merah putih yang berkibar (menggelora) di (dalam) hati mereka, dan (juga) dengar(kanlah) pekik(an) mereka, Allahu Akbar!
  • 19. Dengar(kan)lah pekik(an) mereka. Allahu Akbar! Gaungnya menggelegar mengoyak langit (membahana di seluruh kota) Surabaya yang murka (yang bergolak). Allahu Akbar! (Pekikan itu) menggetarkan (hati) setiap (orang) yang mendengar. Semua (rintangan) pun menjadi kecil (mudah diatasi). Semua (musuh/tantangan) pun tinggal seupil (tak berarti). Semua (musuh) menggigil (ketakutan). Surabaya. O, kota (lambang) keberanian. O, kota (yang menjadi) kebanggaan. (Kini), mana sorak-sorai (pekikan) takbirmu yang (mampu dahulu mampu) membakar (memberangus) nyali kezaliman? Mana pekik merdekamu yang (dahulu mampu) menggeletarkan ketidakadilan? Mana arek-arekmu (pemuda-pemudamu) yang siap menjadi tumbal kemerdekaan dan harga diri (martabat) menjaga ibu pertiwi (tanah air/negara) dan anak-anak negeri (bangsa).
  • 20. Ataukah kini semuanya (itu) ikut terbuai (terlena) lagu- lagu satu nada demi menjaga keselamatan dan kepuasan diri sendiri. Allahu Akbar! Dulu Arek-arek (para pemuda) Surabaya tak ingin (tidak berniat) menyetrika (melindas) Amerika, melinggis (alat untuk menggali terbuat dari besi/baja yang runcing) Inggris. Menggada (memukul dengan gada/senjata para penjaga gerbang kerajaan) Belanda, murka (marah) (ke)pada (tentara) Gurka, mereka (para pemuda itu) hanya tak suka (tidak rela) kezaliman yang angkuh merajalela mengotori persada (bumi nusantara), mereka harus melawan (kezaliman itu) meski nyawa yang menjadi taruhan(nya), karena mereka memang (berjiwa sebagai) pahlawan. Surabaya. Di manakah kau sembunyikan Pahlawanku (itu)
  • 21. Bermula dari judul puisi, “Surabaya”, bait pertama mengantarkan pembaca menengok kembali kepada peristiwa heroik yang pernah terjadi di kota Surabaya, tanggal 10 November 1945, yaitu perlawanan bangsa Indonesia terhadap tentara sekutu. Penyair mengajak pembaca untuk tidak meremehkan peristiwa heroik tersebut, mengingat betapa tidak seimbangnya kekuatan antara pemuda-pemuda Surabaya dengan tentara sekutu pada saat itu. Penggunaan oposisi-oposisi pernyataan dalam bait pertama puisi “Surabaya” ini mempertajam ketidakseimbangan kekuatan tersebut, seperti baris “jangan dikira mereka nekat/karena mereka cuma berbekal semangat/melawan seteru yang hebat”, juga baris “Jangan sepelekan senjata di tangan mereka/atau lengan yang mirip kerangka”. Baris-baris tersebut mempertegas dua hal yang kontras, di satu hal merupakan kekuatan yang tangguh dan hal lain adalah kelompok yang rapuh secara fisik.
  • 22. Perlawanan mereka bukanlah perlawanan seperti orang yang sedang kalap atau nekat, tetapi perlawanan yang didasari oleh semangat yang luar biasa. Penyair memetaforakan semangat luar biasa tersebut dengan “baja” dalam baris “Tengoklah baja di dada mereka”, juga memetaforakan semangat luar biasa para pemuda Surabaya melawan sekutu semata-mata demi tegaknya kemerdekaan Indonesia, dengan frasa “sesobek kain” dan “merah putih”, seperti pada baris “Jangan remehkan sesobek kain di kepala mereka/tengoklah merah putih yang berkibar di hati mereka”. Gelora perlawanan para pemuda Surabaya semakin membuncah karena keyakinan di hati mereka akan kebesaran Tuhan yang pasti akan menolong kaum yang tertindas, seperti dalam baris “dan dengar pekik mereka/Allahu Akbar!”.
  • 23. Bait kedua yang diawali dengan, “Dengarlah pekik mereka/Allah Akbar!”, seolah penyair meyakinkan kepada pembaca bahwa semangat para pemuda Surabaya dalam melakukan perlawanan terhadap musuh memiliki religiusitas yang tinggi, bahwa perjuangan mereka sudah sampai pada tataran totalitas yang mengkristal, yaitu tiada kekuatan yang lebih besar kecuali Allah, Tuhan yang mahabesar. Semangat seperti itu rupanya telah menjalar ke seluruh warga Surabaya sehingga menjelma menjadi kekuatan yang sangat dahsyat, seperti baris “Gaungnya menggelegar/mengoyak langit/Surabaya yang murka/Allahu Akbar/menggetarkan setiap yang mendengar”. Bila suatu keadaan sudah seperti itu, maka semua rintangan mudah disingkirkan, kehebatan musuh menjadi tak berarti, akhirnya musuh sehebat apapun akan sangat takut, seperti baris “Semua pun menjadi kecil/Semua pun tinggal seupil/Semua menggigil”. Kata “seupil” merupakan metafora, untuk menggambarkan kekuatan musuh yang sangat tangguh itu menjadi tak berarti. Upil adalah bahasa Jawa yang berarti tahi hidung.
  • 24. Pada pertengahan bait kedua ini, penyair seolah membangunkan pembaca dari kekhusyukannya menghayati perjuangan warga Surabaya dalam mengusir tentara sekutu yang hendak memberangus kemerdekaan bangsa Indonesia. Penyair membawa pembaca pada keadaan saat ini, Surabaya, kota yang menjadi simbol keberanian yang membanggakan, telah kehilangan semangat religiusitasnya dalam memerangi kezaliman, seperti dalam baris “Surabaya/O, kota keberanian/O, kota kebanggaan/Mana sorak- sorai takbirmu/yang membakar nyali kezaliman?” Surabaya, kota yang menjadi simbol perlawanan kesewenang- wenangan ini telah kehilangan semangat perjuangannya dalam menegakkan keadilan, “mana pekik merdekamu/yang menggeletarkan ketidakadilan?”, dan Surabaya yang berjuluk kota pahlawan ini telah pula kehabisan pahlawan-pahlawannya, yang dahulu setia membela kemerdekaan, menjaga martabat bangsa, seperti baris “mana arek- arekmu yang siap/menjadi tumbal kemerdekaan/dan harga diri/menjaga ibu pertiwi/dan anak-anak negeri”.
  • 25. Kondisi-kondisi tersebut memunculkan kekhawatiran akan lunturnya semangat menegakkan keadilan, semangat perjuangan tanpa pamrih, dan nasionalisme warga Surabaya, seperti baris “Ataukah kini semuanya ikut terbuai/lagu-lagu satu nada/demi menjaga/keselamatan dan kepuasan/diri sendiri” Pada bagian akhir bait kedua ini, penyair mengoposisikan keadaan dahulu dengan sekarang. Dahulu, dilandasi religuisitas dan nasionalisme yang tinggi, semangat para pemuda Surabaya melawan sekutu tentara gabungan Inggris, Belanda, dan Gurka bukanlah bermaksud memusuhi bangsa Inggris, Belanda, dan orang- orang Gurka, melainkan kezaliman yang mereka perlihatkan secara angkuh di nusantara, seperti dalam baris-baris “Allahu Akbar!/ Dulu arek-arek Surabaya/ tak ingin menyetrika Amerika/ melinggis Inggris/ Menggada Belanda/ murka pada Gurka/ mereka hanya tak suka/ kezaliman yang angkuh merajalela/ mengotori persada”.
  • 26.
  • 27. Kata kunci puisi ini adalah Surabaya. Surabaya memiliki sejarah heroik dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia melalui peristiwa pertempuran warga Surabaya dengan tentara sekutu pada tanggal 10 November 1945. Secara keseluruhan puisi ini mengoposisikan dua hal dan keadaan yang berlawanan. Surabaya yang dahulu memiliki pemuda-pemuda dengan semangat membaja melawan para agresor, memiliki warga yang memiliki jiwa nasionalisme tinggi mempertahankan ibu pertiwi, memiliki semangat religuisitas kuat dalam melawan kezaliman tanpa pamrih apa pun, dioposisikan dengan keadaan sekarang, yakni Surabaya yang telah kehilangan hal-hal tersebut.
  • 28. Oposisi-oposisi tersebut merupakan varian dari matriks yang sama, yang tidak ditemukan secara linier dalam puisi, yaitu esensi pahlawan. Sejatinya pahlawan adalah jiwa yang rela berkorban demi menegakkan keadilan dalam keadaan bagaimanapun, melawan kezaliman yang dilakukan oleh siapapun, membela kebenaran untuk siapapun, dan tanpa berharap apapun selain ridho Allah. Puisi ini memberikan pesan luhur bahwa yang diperlukan sekarang ini adalah bukanlah seorang pahlawan, melainkan jiwa-jiwa pahlawan, yaitu jiwa yang memiliki semangat berkorban tanpa pamrih.
  • 29. Matriks esensi pahlawan, yakni jiwa yang senantiasa rela berkorban demi menegakkan keadilan dalam keadaan bagaimanapun, melawan kezaliman yang dilakukan oleh siapapun, membela kebenaran untuk siapapun, dan tanpa berharap apapun selain ridho Allah ini dapat sekaligus berupa hipogram. Salah satu hipogram tekstual adalah sebuah hadist yang diriwayatkan oleh HR Al-Tirmidzi, “Dari Abi Sa’id al-Khudri, Nabi Saw berkata, “Termasuk jihad yang paling agung adalah menegakkan keadilan di hadapan penguasa yang dzolim (berlaku tidak adil, aniaya).”