SlideShare a Scribd company logo
1 of 26
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kawasan jalan K.H Wahid Hasyim merupakan wilayah pemukiman. Di Wilayah
ini merupakan daerah yang bertopografi rendah serta berbatasan langsung dengan kali
Semarang diantaranya yang sekarang dihadapi adalah banjir disebabkan adanya
fenomena alam dan perilaku manusia, keberadaannya semakin sulit dikendalikan
khususnya yang terjadi di Kota Semarang.
Selain itu banjir yang terjadi di wilayah Semarang disebabkan juga karena
kurang berfungsinya drainase, sedimentasi yang tinggi dan belum maksimalnya
pengendalian banjir dengan menggunakan pompanisasi. Hal ini akan berdampak
negatif terhadap mayoritas masyarakat yang terletak didaerah tersebut. Apabila tidak
dilakukan tindakan untuk mengatasi masalah banjir akan membawa dampak lebih
buruk lagi. Keadaan seperti ini tidak bisa dibiarkan berlarut–larut, sehingga
memerlukan penanganan yang serius dari Pemerintah dan masyarakat pada umumnya
untuk berpartisipasi dalam persoalan ini, untuk itu perlu ada langkah-langkah kongkrit
baik secara teknis maupun non teknis.
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
Maksud dari pembuatan tugas ini adalah untuk pengembangan saluran
drainase dan normalisasi saluran utama pada Kawasan jalan K.H Wahid
Hasyim yang akan mengalir menuju Kali Semarang.
1.2.2 Tujuan
Tujuan dari perencanaan saluran drainase Kawasan jalan K.H Wahid Hasyim
ini adalah memberikan alternatif pengembangan saluran agar dapat
mengalirkan debit banjir rencana sehingga dapat memperlancar jalannya
aliran saluran drainase dan membebaskan genangan banjir pada kawasan
tersebut.
1.3 Lokasi Perencanaan
Kawasan jalan K.H Wahid Hasyim terletak di Kecamatan Semarang Tengah, Kota
Semarang, adapun batas-batas wilayah sebagai berikut :
a. Kelurahan Lembangsari
2
b. Kelurahan Bangunharjo
c. Kelurahan Kranggan
1.4 Identifikasi dan Pembatasan Masalah
1.4.1 Identifikasi masalah
Masalah yang timbul pada daerah Kawasan jalan K.H Wahid Hasyim dapat
diidentifikasi sebagai berikut :
a. Timbulnya banjir akibat kapasitas saluran existing tidak mampu
menampung air buangan. Hal ini berkaitan dengan beban aliran yang harus
dialirkan melebihi beban aliran pada perencanaan sebelumnya.
b. Timbulnya sedimentasi pada dasar saluran mengurangi kapasitas saluran
dan menaikkan muka air saluran.
c. Adanya tumpukan sampah pada saluran akibat kurang sadarnya masyarakat
dalam menjaga kebersihan saluran dapat mengganggu aliran air sehingga
pada saat terjadi hujan, air pada saluran yang ada meluap.
d. Semakin berkurangnya daerah resapan air hujan yang disebabkan oleh
pertumbuhan kota dan perkembangan industri tanpa memperhatikan
konservasi dan keseimbangan tata guna lahan dalam proses infiltrasi,
sehingga presipitasi yang terjadi akan langsung menjadi aliran permukaan
yang menambah beban aliran pada saluran–saluran daerah hilir.
1.4.2 Pembatasan Masalah
Dalam penyusunan Tugas ini permasalahan dibatasi pada :
a. Analisis dimensi saluran drainase
b. Penggunaan saluran dan fasilitas pompa
3
BAB II
ANALISIS DATA HIDROLOGI
Analisis hidologi diperlukan untuk mengetahui karakteristik hidrologi dan
menentukan besarnya debit banjir rencana suatu perencanaan bangunan air pada daerah
Perencanaan Sub Sistem Drainase Kali Semarang, Kota Semarang. Data untuk penentuan
debit banjir rencana pada Tugas Besar ini adalah data curah hujan.
Adapun langkah-langkah untuk mendapatkan debit rencana adalah sebagai berikut :
1. Menentukan Daerah Tangkapan beserta luasnya;
2. Menentukan Curah Hujan Maksimum;
3. Menentukan Metode Distribusi;
4. Memastikan ketepatan dalam pemilihan distribusi dengan plotting data pada kertas
probabilitas dan uji Smirnov-Kolmogorov;
5. Menentukan Curah Hujan Periode Ulang Tertentu;
6. Menghitung Debit Banjir Rencana metode rasional.
2.1 Penentuan Daerah Tangkapan
Konsep penggambaran daerah sub sistem drainase berkaitan dengan peta. Dalam
menentukan luasan ini menggunakan program Autocad. Dalam pembuatan Daerah
Tangkapan ditinjau dari peta kontur sehingga perlu memperhatikan kontur.
2.2 Analisis Curah Hujan Maksimum
Data maksimum tahunan yaitu tiap tahun diambil hanya satu besaran maksimum yang
berpengaruh pada analisis selanjutnya. Data seperti ini dikenal dengan data maksimum
( maximum annual series ). Jumlah data akan sama dengan panjang data yang tersedia.
Tabel 2.1 Data Hujan Maksimum Tahunan
Tahun Hujan Maksimum (mm)
1996 108,4
1997 146
1998 96
1999 106
2000 150
4
2.3 Perhitungan Dispersi
Dari perhitungan curah hujan maksimum tahunan perlu ditentukan kemungkinan
terulangnya curah hujan maksimum harian guna menentukan debit banjir rencana.
Untuk menentukan curah hujan yang akan dipakai dalam menghitung besarnya debit
banjir rencana berdasarkan analisa distribusi curah hujan awalnya dengan pengukuran
dispersi dilanjutkan dengan pengukuran dispersi dengan logaritma dan pengujian
kecocokan sebaran.
Pada pengukuran dispersi tidak semua nilai dari suatu variabel hidrologi terletak atau
sama dengai nilai rata-ratanya akan tetapi ada nilai yang lebih besar atau lebih kecil
daripada nilai rata-ratanya. Besarnya derajat dari sebaran nilai disekitar nilai rata-
ratanya disebut dengan variasi atau dispersi suatu data sembarang variabel hidrologi.
Beberapa macam cara untuk mengukur dispersi diantaranya adalah :
a. Standar Deviasi ( Sd )
Perhitungan standar deviasi digunakan rumus sebagai berikut :
Sd = [
1
𝑛−1
Σ ( Xi – Xrt )2]
1
2
b. Koefisien kemencengan ( Cs )
Perhitungan koefisien kemencengan ( coeffisien of skewness ) digunakan rumus
sebagai berikut :
Cs =
𝑛
( 𝑛−1)( 𝑛−2) 𝑆𝑑
∑ 𝑛
𝑖=1 [ Xi – Xrt ]3
c. Koefisien Kurtosis ( Ck ) digunakan rumus sebagai berikut :
Ck = n2∑ 𝑛
𝑖=1 ( Xi – Xrt )4
( n-1 ) (n-2) ( n-3 ) Sd4
d. Koefisien Variasi ( Cv )
Perhitungan koefisien variasi ( Cv ) digunakan rumus sebagai berikut :
Cv =
𝑆𝑑
𝑋𝑟𝑡
5
Tabel 2.2 Perhitungan Parameter Statistik Curah Hujan Normal
NO TAHUN
RH
Rencana
Xi - Xrt
(Xi -
Xrt)2
(Xi -
Xrt)3
(Xi -
Xrt)4mm
Xi
1 1996 108,4 -13 165,89 -2136,72 27520,95
2 1997 146 25 611,08 15105,86 373416,81
3 1998 96 -25 639,08 -16155,90 408421,20
4 1999 106 -15 233,48 -3567,55 54512,16
5 2000 150 29 824,84 23689,36 680358,39
Jumlah 606 0 2474 16935 1544230
Xrt 121,28
Standart Deviasi S= 22,25
Koef. Skewness CS= 0,64
Peng. Kortosis CK= 1,26
Koef. Variasi CV= 0,18
Tabel 2.3 Perhitungan Parameter Statistik Curah Hujan Log
No Tahun
X
Log
Xi
Log Xi
- Log
Xrt
(Log Xi
- Log
Xrt)2
(Log Xi - Log
Xrt)3
(Log Xi -
Log Xrt)4
1 1996 108,4 2,04 -0,0416 0,001729 -0,000072 0,000003
2 1997 146 2,16 0,0877 0,007699 0,000676 0,000059
3 1998 96 1,98 -0,0943 0,008900 -0,000840 0,000079
6
4 1999 106 2,03 -0,0513 0,002632 -0,000135 0,000007
5 2000 150 2,18 0,0995 0,009897 0,000985 0,000098
Jumlah 10,38 0,00 0,030856 0,000613 0,000246
Log Xrt 2,08
Standart Deviasi S= 0,08
Koef. Skewness CS= 0,53
Peng. Kortosis CK= 1,29
Koef. Variasi CV= 0,04
2.4 Pemilihan Metode Distribusi
Setelah diketahui nilai variabel-variabel dari perhitungan diatas dapat ditentukan
metode distribusi mana yang dapat dipakai. Pemilihan jenis sebaran atau metode
distribusi harus sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan.
Tabel 2.4 Persyaratan Pemilihan Metode Distribusi
Jenis Distribusi Syarat Perhitungan Data
Curah Hujan
Kesimpulan
Normal Cs ≈ 0 0,6410 Tidak Memenuhi
Ck ≈ 3 1,2611 Tidak Memenuhi
Log Normal Cs = 0,22 0,5273 Tidak Memenuhi
Ck = 3,088 1,2936 Tidak Memenuhi
Log Pearson
Tipe III
Selain nilai
diatas
0,5273 Memenuhi
1,2936 Memenuhi
Dari tabel 2.4 ditinjau persyaratan parameter statistik yang mendekati adalah metode
Log Pearson Tipe III untuk memastikan ketepatan dalam pemilihan distribusi tersebut
7
perlu dilakukan perbandingan hasil perhitungan statistik dengan plotting data pada
kertas probabilitas dan uji Smirnov-Kolmogorov.
2.5 Plotting Data
Plotting Data pada kertas probabilitas dilakukan dengan cara mengurutkan data dari
besar ke kecil atau sebaliknya. Kemudian data yng telah dirangking di plotting pada
kertas probabilitas. Dalam kertas probabilitas simbol titik merupakan nilai Rmax
terhadap P(Xm), sedang garis lurus merupakan simbol untuk curah hujan dengan
periode ulang tertentu. Dari gambar pada kertas probabilitas dicari jarak penyimpangan
setiap titik data terhadap kurva teoritis. Jarak penyimpangan terbesar merupakan nilai
△maks. Untuk mengetahui ketepatan distribusi probabilitas data hidrologi dapat
menggunakan cara data yang ada diplot pada kertas probabilitas yang sudah didesain
khusus atau menggunakan skala plot yang melinierkan fungsi distribusi.
Persamaan Weibull :
𝑃 =
𝑚
𝑛 + 1
𝑥 100 (%)
m = nomor urut ( peringkat ) data setelah diurutkan dari besar ke kecil,
n = banyaknya data atau jumlahkejadian ( event ).
Tabel 2.5 Perhitungan Probabilitas
m Xi
P(x) =
m/(n+1) %
1 96 0,167 17
2 106 0,333 33
3 108,4 0,500 50
4 146 0,667 67
5 150 0,833 83
2.6 Pengujian Kecocokan Sebaran Smirnov-Kolmogorov
Dari gambar pada kertas probabilitas dicari jarak penyimpangan setiap titik data
terhadap kurva teoritis. Jarak penyimpangan terbesar merupakan nilai △maks. Nilai
△maks harus lebih kecil dari △kritis (diambil N = 5 , = 0,1 ) seperti diberikan dalam
tabel berikut :
Tabel 2.6 Nilai △kritik untuk uji Smirnov-Kolmogorov
8
n
Derajad kepercayaan ( )
0.2 0.1 0.05 0.01
5 0.45 0.51 0.56 0.67
10 0.32 0.37 0.41 0.49
15 0.27 0.3 0.34 0.4
20 0.23 0.26 0.29 0.36
25 0.21 0.24 0.27 0.32
30 0.19 0.22 0.24 0.29
35 0.18 0.2 0.23 0.27
40 0.17 0.19 0.21 0.25
45 0.16 0.18 0.2 0.24
50 0.15 0.17 0.19 0.23
>50 1.07/n0.5 1.22/n0.5 1.36/n0.5 1.63/n0.5
Distribusi terbaik adalah yang memberikan nilai △maks terkecil. Dari gambar 2.1
sampai 2.4 sebaran data pada kertas probabilitas, diperoleh :
Distribusi Normal : △maks = 0,20
Distribusi Gumbel : △maks = 0,21
Distribusi Log-Normal : △maks = 0,19
Distribusi Log-Pearson III : △maks = 0,16
Dari hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa data hujan mengikuti distribusi
Distribusi Log-Pearson III
9
Gambar 2.1 Kurva Distribusi Gumbel
Gambar 2.2 Kurva Distribusi Log Normal
10
Gambar 2.3 Kurva Distribusi Log pearson III
Gambar 2.4 Kurva Distribusi Normal
11
Hubungan k dengan periode ulang dan nilai Cs = 0,5 ( tabel log pearson III )
Kemencengan
(Cs)
Periode Ulang
10
0,5 1,323
Y= log Xrt + (k. S log X)
Xt = R24 = Y10
Tabel 2.7 Perhitungan curah hujan rencana berdasarkan Metode Log Pearson Tipe III
Periode
Peluang
( % )
S log
X log X Cs k Y Xt
10 10 0,08 2,076610 0,5 1,323 2,180541 151,5449
Sehingga dapat diketahui curah hujan pada periode ulang 10 tahun adalah 152 mm.
2.7 Intensitas Hujan
Intensitas hujan adalah tinggi atau kedalaman hujan yang terjadi pada suatu kurun waktu
dimana air tersebut berkonsentrasi. Hujan dalam intensitas yang besar umumnya terjadi
dalam waktu yang pendek. Besarnya intensitas hujan berbeda-beda, tergantung lama
hujan dan frekuensi kejadiannya. Analisa intensitas hujan dapat didekati dengan Kurva
Intensitas Durasi Frekuensi ( IDF ), dimana intensitas hujan sebagai ordinat dan durasi
hujan sebagai absis. Durasi hujan yang digunakan dapat ditetapkan, misalnya 5, 10, 15,
..., 120 menit atau lebih. Apabila yang tersedia adalah data hujan harian, analisa IDF
dapat ditempuh dengan cara empiris menggunakan metode Mononobe.
Rumus :
I =
𝑅24
24
[
24
𝑡
]2/3
Dimana :
I = intensitas hujan ( mm/jam )
R24 = hujan maksimum dalam 24 jam ( mm )
t = durasi hujan ( jam )
12
Tabel 2.9 Perhitungan Intensitas
durasi I
menit jam mm/jam
5 0,08 276,2
10 0,17 174,0
15 0,25 132,8
20 0,33 109,6
45 0,75 63,8
60 1 52,7
120 2 33,2
180 3 25,3
240 4 20,9
300 5 18,0
Gambar 2.6 Kurva Intensitas Hujan Periode Ulang 10 Tahun
0.0
50.0
100.0
150.0
200.0
250.0
300.0
0 50 100 150 200 250 300 350
I(mm/jam)
menit
13
2.8 Perhitungan Masa Hujan
Kurva masa hujan untuk periode ulang 2 tahun dapat dihitung dengan rumus:
R= I .t
Tabel 2.9 Perhitungan Masa Hujan
durasi I R
menit jam mm/jam mm
5 0,08 276,2 23,02
10 0,17 174,0 29,00
15 0,25 132,8 33,20
20 0,33 109,6 36,54
45 0,75 63,8 47,88
60 1 52,7 52,70
120 2 33,2 66,39
180 3 25,3 76,00
240 4 20,9 83,65
300 5 18,0 90,11
Gambar 2.5 Kurva Masa Hujan Periode Ulang 10 Tahun
y = 16.65ln(x) + 57.7
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
100.00
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00
R(mm)
t ( jam )
14
BAB III
PERENCANAAN SALURAN DRAINASE UTAMA
3.1 Perhitungan Waktu Konsentrasi ( tc )
Besarnya nilai intensitas hujan tergantung pada periode ulang yang digunakan dan
waktu konsentrasi (tc). Besarnys nilai tc dapat dihitung dengan rumus :
td =
L
60x V
tc = to + td
Tabel 3.1 Perhitungan Nilai tc Saluran Sekunder
No to Vs L td tc
1 8 0,9 1508,59 27,94 35,94
2 8 0,9 1201,61 22,25 30,25
3 8 0,9 1229,13 22,76 30,76
4 8 0,9 1519,11 28,13 36,13
5 8 0,9 1519,11 28,13 36,13
6 8 0,9 1499,54 27,77 35,77
7 8 0,9 1269,94 23,52 31,52
3.2 Perhitungan Slope
Besarnys nilai Slope dapat dihitung dengan rumus :
Slope =
elevasi hulu−elevasi hilir
L
Tabel 3.2 Perhitungan Nilai Slope
Saluran elevasi hulu elevasi hilir panjang slope
A-B 1,9 1,7 513,69 0,00039
B-C 1,7 1,6 553,08 0,00018
C-D 1,6 1,1 848,46 0,00059
D-E 1,1 1 66,80 0,00150
15
3.3 Perencanaan Saluran Drainase Utama Menggunakan Prosedur Slope Normal
Bentuk saluran yang digunakan untuk saluran drainase perkotaan yaitu empat persegi
panjang ( dinding tegak ). Tinggi jagaan ( W ) tergantung pada besarnya debit banjir
yang dilewat, klasifikasi saluran ( primer, sekunder, dan tersier ) dan daerah yang dilalui
apakah memerlukan tingkat keamanan yang tinggi, sedang atau rendah, maka besarnya
nilai tinggi jagaan untuk daerah pemukiman adalah 30 cm.
Diketahui: Vmax = 1,75 m/det
Vmin = 0,7 m/det
C = 0,75
Cs = 1
I =
R24
24
(
24
t
)2/3
Slope pada Tabel 3.2
to pada Tabel 3.1
Asumsi V
td =
L
60x V
tc = to + td
Q = 0,00278x C x Cs x I x A
F = ( B + m.H )x H
P = B + 2x( 1+ m2)0,5x H
B = 1,3 H
m= 1,5
R =
F
P
16
Q = n -1x R2/3 x S ½ xF
n= 0,035
V = Q / F
Tabel 3.3 Perhitungan Nilai tc Saluran Primer
Saluran
panjang
(m) V (m/s)
td
(menit)
to
(menit)
tc
(menit)
A-B 513,69 0,6 14,27 35,937 50,21
B-C 553,08 0,5 18,44 36,132 54,57
C-D 848,46 0,86 16,54 36,132 52,67
D-E 66,80 1,38 0,81 31,517 32,32
Tabel 3.4 Perhitungan Debit Rencana
Saluran
I
(mm/jam)
C Cs A (ha) Q (m3/s)
A-B 52,32 0,75 1 57,37 6,26
B-C 49,49 0,75 1 93,57 9,65
C-D 50,67 0,75 1 132,09 13,95
D-E 70,16 0,75 1 157,80 23,09
Tabel 3.5 Perhitungan Dimensi Saluran
Saluran F (m2) P (m) R (m) Q (m3/s) H (m) B (m) F (m) V (m/s)
A-B 2,8 H2 4,91 H 0,57 H 1,09 H8/3 1,9 2,5 10,41269 0,60
B-C 2,8 H2 4,91 H 0,57 H 0,74 H8/3 2,6 3,4 19,2186 0,50
C-D 2,8 H2 4,91 H 0,57 H 1,34 H8/3 2,4 3,1 16,26615 0,86
D-E 2,8 H2 4,91 H 0,57 H 2,13 H8/3 2,4 3,2 16,72736 1,38
Dari hasil perhitungan menggunakan prosedur slope normal diatas pada saluran A-B dan B-
C mempunyai V < Vmin, maka perhitungan dilanjutkan menggunakan asumsi Smin.
17
3.4 Perencanaan Saluran Drainase Utama Menggunakan Prosedur Slope Minimum
Diketahui: Vmin = 0,7 m/det
C = 0,75
Cs = 1
I =
R24
24
(
24
t
)2/3
Slope pada Tabel 3.2
to pada Tabel 3.1
td =
L
60x V
tc = to + td
Q = 0,00278x C x Cs x I x A
F = ( B + m.H )x H
P = B + 2x( 1+ m2)0,5x H
B = 1,3 H
m= 1,5
R =
F
P
Q = n -1x R2/3 x S ½ xF
n= 0,035
V = Q / F
18
Tabel 3.6 Perhitungan Nilai tc Saluran Utama Prosedur Minimum
Saluran
panjang
(m) V (m/s)
td
(menit)
to
(menit)
tc
(menit)
A-B 513,69 0,7 12,23 35,937 48,17
B-C 553,08 0,7 13,17 36,132 49,30
C-D 848,46 0,7 20,20 36,132 56,33
D-E 66,80 0,7 1,59 31,517 33,11
Tabel 3.7 Perhitungan Dimensi Saluran Prosedur Utama Minimum
Saluran I C Cs
A
(ha)
Q
(m/s)
F H B P R S
A-B 53,8 0,75 1 57,4 6,4 9,2 1,8 2,4 8,9 1,0 0,00057
B-C 53,0 0,75 1 93,6 10,3 14,8 2,3 3,0 11,3 1,3 0,00042
C-D 48,4 0,75 1 132,1 13,3 19,1 3,0 3,9 14,7 1,3 0,00043
D-E 69,1 0,75 1 157,8 22,7 32,5 3,4 4,4 16,7 1,9 0,00025
Dari hasil perhitungan menggunakan prosedur slope minimum diatas memenuhi syarat
bahwa Smin > So, maka perencanaan dimensi dapat digunakan.
19
BAB IV
PERENCANAAN SALURAN DRAINASE KOLEKTOR
4.1 Perhitungan Waktu Konsentrasi ( tc )
Besarnya nilai intensitas hujan tergantung pada periode ulang yang digunakan dan
waktu konsentrasi (tc). Besarnys nilai tc dapat dihitung dengan rumus :
td =
L
60x V
tc = to + td
Tabel 4.1 Perhitungan Nilai tc Saluran Kolektor
No to Vs L td tc
8 8 0,9 1384,65 25,64 33,64
9 8 0,9 2357,39 43,66 51,66
4.2 Perhitungan Slope
Besarnys nilai Slope dapat dihitung dengan rumus :
Slope =
elevasi hulu−elevasi hilir
L
Tabel 4.2 Perhitungan Nilai Slope Kolektor
Saluran
elevasi
hulu
elevasi
hilir panjang slope
A-B 1,6 1 513,69 0,0012
4.3 Perencanaan Saluran Drainase Kolektor Menggunakan Prosedur Slope Normal
Bentuk saluran yang digunakan untuk saluran drainase perkotaan yaitu empat persegi
panjang ( dinding tegak ). Tinggi jagaan ( W ) tergantung pada besarnya debit banjir
yang dilewat, klasifikasi saluran ( primer, sekunder, dan tersier ) dan daerah yang dilalui
apakah memerlukan tingkat keamanan yang tinggi, sedang atau rendah.
Diketahui: Vmax = 1,75 m/det
20
Vmin = 0,7 m/det
C = 0,75
Cs = 1
I =
R24
24
(
24
t
)2/3
Slope pada Tabel 4.2
to pada Tabel 4.1
Asumsi V
td =
L
60x V
tc = to + td
Q = 0,00278x C x Cs x I x A
F = ( B + m.H )x H
P = B + 2x( 1+ m2)0,5x H
B = 1,3 H
m= 1,5
R =
F
P
Q = n -1x R2/3 x S ½ xF
n= 0,035
V = Q / F
21
Tabel 4.3 Perhitungan Nilai tc Saluran Kolektor
Saluran
panjang
(m) V (m/s)
td
(menit)
to
(menit)
tc
(menit)
F-E 2557,359 0,6 71,03775 51,66 122,69
Tabel 4.4 Perhitungan Debit Rencana
Saluran
I
(mm/jam)
C Cs A (ha)
Q
(m/s)
F-E 28,84 0,75 1 20,63 1,24
Tabel 4.5 Perhitungan Dimensi Saluran
Saluran F P R Q h B F V
F-E 2,8H2
4,91H 0,57H 1,88 H8/3
0,9 1,1 2,0 0,6
Dari hasil perhitungan menggunakan prosedur slope normal diatas pada saluran F-E
mempunyai V < Vmin,, maka perhitungan dilanjutkan menggunakan asumsi Smin.
4.4 Perencanaan Saluran Drainase Kolektor Menggunakan Prosedur Slope Minimum
Diketahui: Vmin = 0,7 m/det
C = 0,75
Cs = 1
I =
R24
24
(
24
t
)2/3
Slope pada Tabel 4.2
to pada Tabel 4.1
td =
L
60x V
22
tc = to + td
Q = 0,00278x C x Cs x I x A
F = ( B + m.H )x H
P = B + 2x( 1+ m2)0,5x H
B = 1,3 H
m= 1,5
R =
F
P
Q = n -1x R2/3 x S ½ xF
n= 0,035
V = Q / F
Tabel 4.6 Perhitungan Nilai tc Saluran Prosedur Slope Minimum
Saluran
panjang
(m) V (m/s)
td
(menit)
to
(menit)
tc
(menit)
F-E 2557,359 0,7 60,8895 51,66 112,54
Tabel 4.7 Perhitungan Dimensi Saluran Prosedur Minimum
Saluran I C Cs
A
(ha)
Q
(m/s)
F H B P R S
F-E 30,54 0,75 1 20,63 1,31 1,88 0,8 1,1 4,0 0,5 0,0017
Dari hasil perhitungan menggunakan prosedur slope minimum diatas memenuhi syarat
bahwa Smin > So, maka perencanaan dimensi dapat digunakan.
23
BAB V
PERENCANAAN DRAINASE SISTEM POLDER
Komponen drainase sistem polder terdiri dari pintu air, kolam retensi, dan stasion
pompa. Pintu air berfungsi untuk mengisolasi atau memproteksi daerah tangkapan (
catchment area ) sistem polder terhadap masuknya air banjir dari luar. Station pompa
berfungsi mengendalikan muka air didalam daerah tangkapan sistem polder pada saat terjadi
banjir atau hujan lokal. Station pompa digunakan untuk menyalurkan debit banjir akibat
hujan lokal keluar daerah tangkapan sistem polder. Berhubung debit banjir yang masuk lebih
besar dari pada debit atau kapasitas pompa banjir, maka diperlukan kolam retensi untuk
menampung kelebihan debit banjir tersebut. Besarnya volume tampungan kolam retensi
tergantung pada luas kolam dan beda tinggi muka air maksimum dan minimum dikolam,
sehingga kedudukan muka air dikolam retensi harus dijaga selalu minimum.
5.1 Perhitungan Kapasistas Pompa
Untuk menghitung kapasistas pompa berdasarkan hujan kumulatif yang terjadi didaerah
tangkapan sistem polder.
y1 = 12,437ln(x) + 43,198 ( Gambar 2.5 )
y2 = Ip.x
Dimana: x adalah lama pengeringan ( jam )
y1 persamaan kurva masa hujan
y2 persamaan intensitas kapasitas pompa
y1 = y2
12,437ln(3,3) + 43,198 = Ip.3,3
Ip = 17,590 mm/ jam
Qp = 0,00278.C.Ip.A
= 0,00278.0,75.17,590.178,43
= 6,544 m3/detik
5.2 Perhitungan Volume Tampungan
Volume tampungan terdiri dari 3 ( tiga ) komponen, yaitu :
1. Volume tampungan dikolam retensi ( Vk )
2. Volume genangan yang diijinkan terjadi ( Vg ) = 0
3. Volume tampungan disaluran drainase ( Vs ) dimana biasanya diabaikan ( lebih
aman ) = 0
24
Untuk menghitung volume tampungan akan ditinjau dalam dua kondisi.
Kondisi 1:
Dihitung berdasarkan hidrograf banjir yang masuk ke pompa dan kolam retensi.
Dimana:
Qmak = debit banjir maksimum = 22,7 m3/detik
Qp = kapasitas pompa = 6,544 m3/detik
n = 2
tc = 33,11 menit = 33,11 x 60 = 1986,6 detik
Gambar 5.1 Kurva Kapasitas Pompa Dan Volume Tampungan Kondisi 1
Vt = ((Qmak – Qp)2.n.tc)/ (2.Qmak) ( m3 )
Vt = ((22,7 -6,544)2.2. 1986,6)/ (2. 22,7) = 22843 m3
Kondisi 2:
Dihitung berdasarkan hujan komulatif yang terjadi didaerah tangkapan sistem
polder.
Dimana:
t= waktu pengeringan = 3,3 jam
25
R3,3 = I.t = 17,8 mm/jam. 3,3 jam = 58,48 mm
Dari Tabel 2.9
Gambar 5.2 Kurva Kapasitas Pompa Dan Volume Tampungan Kondisi 2
y1 = 12,488ln(x) + 43,275
y2 = Ip.x
△Rmak = y1 – y2
Tabel 5.1 Perhitungan △Rmak
t y1 y2 △Rmak
0,5 34,619 8,795 25,824
0,6 36,896 10,554 26,342
0,7 38,821 12,313 26,508
0,8 40,488 14,072 26,416
0,9 41,959 15,831 26,128
Vt = 10 x C x △Rmak x A
= 10 X 0,75 x 26,508 x 178,43
= 35474 m3
26
Digunakan hasil volume tampungan ( Vt ) yang terbesar yaitu pada perhitungan
kondisi 1 = 22843 m3 < kondisi 2 = 35474 m3, maka Vt = 35474 m3.
Vt = A . H
Dimana : A = Luas kolam ( m2 )
H = Beda tinggi antara muka air maksimum dan minimum ( m )
At =
Vt
(hmak−hmin)
=
35474
(3,4−0,5)
= 12232 m2 = 1,2 Ha
5.3 Perhitungan Lebar Pintu
Dimensi pintu air dihitung berdasarkan debit banjir maksimum ( Qmak ) = 22,7 m3/detik
( lihat sub bab 3.4 )
Aliran dipintu air dalam kondisi kritis, maka memakai rumus:
Qmak = m. b. hkr. ( 2. g. △hk )0,5
Keterangan : m = Koefisien debit ( tergantung bentuk ambang, untuk ambang bulat
m= 1)
b = lebar pintu ( m )
hkr = kedalaman air kritis dibagian hilir ( 0,667H ) = 0,667. 3,4 = 2,27 m
△hkr = beda tinggi kritis ( 0,333H ) = 0,333.3,4 = 1,13 m
22,7 = 1. b. 2,27. ( 2. 9,81. 1,13 )0,5
b = 2,1 m

More Related Content

What's hot

SNI 03 - 1729 - 2002 TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG
SNI 03 - 1729 - 2002 TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNGSNI 03 - 1729 - 2002 TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG
SNI 03 - 1729 - 2002 TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNGMira Pemayun
 
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYATUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYAAristo Amir
 
Tugas-Tugas Beton 1-10
Tugas-Tugas Beton 1-10Tugas-Tugas Beton 1-10
Tugas-Tugas Beton 1-10noussevarenna
 
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)andribacotid
 
Siphon, Terjunan, Gorong-gorong
Siphon, Terjunan, Gorong-gorongSiphon, Terjunan, Gorong-gorong
Siphon, Terjunan, Gorong-gorongYahya M Aji
 
Perencanaan bendung
Perencanaan bendungPerencanaan bendung
Perencanaan bendungironsand2009
 
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghiDaya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghiAyu Fatimah Zahra
 
Pengujian berat jenis dan penyerapan
Pengujian berat jenis dan penyerapanPengujian berat jenis dan penyerapan
Pengujian berat jenis dan penyerapanM Hayale
 
Struktur Beton Bertulang
Struktur Beton BertulangStruktur Beton Bertulang
Struktur Beton BertulangMira Pemayun
 
Karakteristik arus lalu lintas
Karakteristik arus lalu lintasKarakteristik arus lalu lintas
Karakteristik arus lalu lintasbangkit bayu
 
Materi kuliah beton sederhana
Materi kuliah beton sederhanaMateri kuliah beton sederhana
Materi kuliah beton sederhanaperkasa45
 
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR (TUGAS S1 TEKNIK SIPIL UNTAG SEMARANG, MAT KUL : IRBA2)
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR (TUGAS S1 TEKNIK SIPIL UNTAG SEMARANG, MAT KUL : IRBA2)IRIGASI DAN BANGUNAN AIR (TUGAS S1 TEKNIK SIPIL UNTAG SEMARANG, MAT KUL : IRBA2)
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR (TUGAS S1 TEKNIK SIPIL UNTAG SEMARANG, MAT KUL : IRBA2)afifsalim
 
Mekanika fluida 2 pertemuan 4 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 4 okkMekanika fluida 2 pertemuan 4 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 4 okkMarfizal Marfizal
 
Analisis frekuensi-distribusi1
Analisis frekuensi-distribusi1Analisis frekuensi-distribusi1
Analisis frekuensi-distribusi1muhamad agus safar
 
Eksentrisitas pada-pondasi
Eksentrisitas pada-pondasiEksentrisitas pada-pondasi
Eksentrisitas pada-pondasidwidam
 
Cara menghitung alinyemen horizontal
Cara menghitung alinyemen horizontalCara menghitung alinyemen horizontal
Cara menghitung alinyemen horizontalJulia Maidar
 

What's hot (20)

SNI 03 - 1729 - 2002 TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG
SNI 03 - 1729 - 2002 TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNGSNI 03 - 1729 - 2002 TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG
SNI 03 - 1729 - 2002 TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG
 
Tabel baja-wf-lrfd
Tabel baja-wf-lrfdTabel baja-wf-lrfd
Tabel baja-wf-lrfd
 
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYATUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
 
Metode nakayasu
Metode nakayasuMetode nakayasu
Metode nakayasu
 
Tugas-Tugas Beton 1-10
Tugas-Tugas Beton 1-10Tugas-Tugas Beton 1-10
Tugas-Tugas Beton 1-10
 
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
 
Siphon, Terjunan, Gorong-gorong
Siphon, Terjunan, Gorong-gorongSiphon, Terjunan, Gorong-gorong
Siphon, Terjunan, Gorong-gorong
 
Perencanaan bendung
Perencanaan bendungPerencanaan bendung
Perencanaan bendung
 
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghiDaya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
 
Pengujian berat jenis dan penyerapan
Pengujian berat jenis dan penyerapanPengujian berat jenis dan penyerapan
Pengujian berat jenis dan penyerapan
 
Kp 03 2010 saluran
Kp 03 2010 saluranKp 03 2010 saluran
Kp 03 2010 saluran
 
Struktur Beton Bertulang
Struktur Beton BertulangStruktur Beton Bertulang
Struktur Beton Bertulang
 
Karakteristik arus lalu lintas
Karakteristik arus lalu lintasKarakteristik arus lalu lintas
Karakteristik arus lalu lintas
 
Materi kuliah beton sederhana
Materi kuliah beton sederhanaMateri kuliah beton sederhana
Materi kuliah beton sederhana
 
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR (TUGAS S1 TEKNIK SIPIL UNTAG SEMARANG, MAT KUL : IRBA2)
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR (TUGAS S1 TEKNIK SIPIL UNTAG SEMARANG, MAT KUL : IRBA2)IRIGASI DAN BANGUNAN AIR (TUGAS S1 TEKNIK SIPIL UNTAG SEMARANG, MAT KUL : IRBA2)
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR (TUGAS S1 TEKNIK SIPIL UNTAG SEMARANG, MAT KUL : IRBA2)
 
Mekanika fluida 2 pertemuan 4 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 4 okkMekanika fluida 2 pertemuan 4 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 4 okk
 
Pedoman desain geometrik jalan 2020
Pedoman desain geometrik jalan 2020Pedoman desain geometrik jalan 2020
Pedoman desain geometrik jalan 2020
 
Analisis frekuensi-distribusi1
Analisis frekuensi-distribusi1Analisis frekuensi-distribusi1
Analisis frekuensi-distribusi1
 
Eksentrisitas pada-pondasi
Eksentrisitas pada-pondasiEksentrisitas pada-pondasi
Eksentrisitas pada-pondasi
 
Cara menghitung alinyemen horizontal
Cara menghitung alinyemen horizontalCara menghitung alinyemen horizontal
Cara menghitung alinyemen horizontal
 

Viewers also liked

Pengelolaan lingkungan bandar udara
Pengelolaan lingkungan bandar udaraPengelolaan lingkungan bandar udara
Pengelolaan lingkungan bandar udaraWahyu Yuns
 
Sistem Penerapan Drainase
Sistem Penerapan DrainaseSistem Penerapan Drainase
Sistem Penerapan DrainaseReski Aprilia
 
Perencanaan Sistem Drainase di Kelurahan Ulujami (Teknik penulisan dan Presen...
Perencanaan Sistem Drainase di Kelurahan Ulujami (Teknik penulisan dan Presen...Perencanaan Sistem Drainase di Kelurahan Ulujami (Teknik penulisan dan Presen...
Perencanaan Sistem Drainase di Kelurahan Ulujami (Teknik penulisan dan Presen...Debora Elluisa Manurung
 
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...Dian Werokila
 
Bab ii-perencanaan-saluran
Bab ii-perencanaan-saluranBab ii-perencanaan-saluran
Bab ii-perencanaan-saluranAde Rohima
 
87280501 perencanaan-sistem-drainase-130227011440-phpapp01
87280501 perencanaan-sistem-drainase-130227011440-phpapp0187280501 perencanaan-sistem-drainase-130227011440-phpapp01
87280501 perencanaan-sistem-drainase-130227011440-phpapp01Yosep Kristiawan
 
perjanjian sewa rumah
perjanjian sewa rumahperjanjian sewa rumah
perjanjian sewa rumahLegal Akses
 
Perjanjian Usaha Bersama
Perjanjian Usaha BersamaPerjanjian Usaha Bersama
Perjanjian Usaha BersamaLegal Akses
 
Draf Peraturan Perusahaan
Draf Peraturan PerusahaanDraf Peraturan Perusahaan
Draf Peraturan PerusahaanLegal Akses
 
Draf Perjanjian Kerja
Draf Perjanjian KerjaDraf Perjanjian Kerja
Draf Perjanjian KerjaLegal Akses
 

Viewers also liked (12)

Pengelolaan lingkungan bandar udara
Pengelolaan lingkungan bandar udaraPengelolaan lingkungan bandar udara
Pengelolaan lingkungan bandar udara
 
Sistem Penerapan Drainase
Sistem Penerapan DrainaseSistem Penerapan Drainase
Sistem Penerapan Drainase
 
Perencanaan Sistem Drainase di Kelurahan Ulujami (Teknik penulisan dan Presen...
Perencanaan Sistem Drainase di Kelurahan Ulujami (Teknik penulisan dan Presen...Perencanaan Sistem Drainase di Kelurahan Ulujami (Teknik penulisan dan Presen...
Perencanaan Sistem Drainase di Kelurahan Ulujami (Teknik penulisan dan Presen...
 
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...
 
Bab ii-perencanaan-saluran
Bab ii-perencanaan-saluranBab ii-perencanaan-saluran
Bab ii-perencanaan-saluran
 
Laporan hidrologi-2003
Laporan hidrologi-2003Laporan hidrologi-2003
Laporan hidrologi-2003
 
87280501 perencanaan-sistem-drainase-130227011440-phpapp01
87280501 perencanaan-sistem-drainase-130227011440-phpapp0187280501 perencanaan-sistem-drainase-130227011440-phpapp01
87280501 perencanaan-sistem-drainase-130227011440-phpapp01
 
surat wasiat
surat wasiatsurat wasiat
surat wasiat
 
perjanjian sewa rumah
perjanjian sewa rumahperjanjian sewa rumah
perjanjian sewa rumah
 
Perjanjian Usaha Bersama
Perjanjian Usaha BersamaPerjanjian Usaha Bersama
Perjanjian Usaha Bersama
 
Draf Peraturan Perusahaan
Draf Peraturan PerusahaanDraf Peraturan Perusahaan
Draf Peraturan Perusahaan
 
Draf Perjanjian Kerja
Draf Perjanjian KerjaDraf Perjanjian Kerja
Draf Perjanjian Kerja
 

Similar to drainase kota tugas

d0463_Lampiran_Modul.pdf
d0463_Lampiran_Modul.pdfd0463_Lampiran_Modul.pdf
d0463_Lampiran_Modul.pdfelizabethrudhu
 
Tugas Akhir PPT Banjir di kota palembang sumatera selatan.pptx
Tugas Akhir PPT Banjir di kota palembang sumatera selatan.pptxTugas Akhir PPT Banjir di kota palembang sumatera selatan.pptx
Tugas Akhir PPT Banjir di kota palembang sumatera selatan.pptxdwijuwitaptr
 
REDESIGN DRAINASE DI PERUMAHAN BUKIT CENGKEH II KOTA DEPOK
REDESIGN DRAINASE DI PERUMAHAN BUKIT CENGKEH II KOTA DEPOKREDESIGN DRAINASE DI PERUMAHAN BUKIT CENGKEH II KOTA DEPOK
REDESIGN DRAINASE DI PERUMAHAN BUKIT CENGKEH II KOTA DEPOKDebora Elluisa Manurung
 
Contoh Model Dinamis Aplikasi Stella.pdf
 Contoh Model Dinamis Aplikasi Stella.pdf Contoh Model Dinamis Aplikasi Stella.pdf
Contoh Model Dinamis Aplikasi Stella.pdfAhmadIbrahim451295
 
5.-Prosedur-dan-Instruksi-Kerja-Perhitungan-debit-banjir.pdf
5.-Prosedur-dan-Instruksi-Kerja-Perhitungan-debit-banjir.pdf5.-Prosedur-dan-Instruksi-Kerja-Perhitungan-debit-banjir.pdf
5.-Prosedur-dan-Instruksi-Kerja-Perhitungan-debit-banjir.pdfHestinaEviyanti3
 
95010301 sutiono teorisungai
95010301 sutiono teorisungai95010301 sutiono teorisungai
95010301 sutiono teorisungaiJack Lubis
 
132 222-1-pb
132 222-1-pb132 222-1-pb
132 222-1-pbSar Dy
 
Penyaliran Tambang
Penyaliran TambangPenyaliran Tambang
Penyaliran Tambangheny novi
 
Sistem perencanaan drainase dan sawerage perumahan griya asri cikarang, kab. ...
Sistem perencanaan drainase dan sawerage perumahan griya asri cikarang, kab. ...Sistem perencanaan drainase dan sawerage perumahan griya asri cikarang, kab. ...
Sistem perencanaan drainase dan sawerage perumahan griya asri cikarang, kab. ...Rendiswan Dhana
 
LAPORAN REKAYASA HIDROLOGI.pdf
LAPORAN REKAYASA HIDROLOGI.pdfLAPORAN REKAYASA HIDROLOGI.pdf
LAPORAN REKAYASA HIDROLOGI.pdfAkmalFikri22
 
Metode perkiraan banjir das
Metode perkiraan banjir dasMetode perkiraan banjir das
Metode perkiraan banjir dasinfosanitasi
 

Similar to drainase kota tugas (20)

Jurnal hendra
Jurnal hendraJurnal hendra
Jurnal hendra
 
PPT Rekayasa Hidrologi [TM11].pdf
PPT Rekayasa Hidrologi [TM11].pdfPPT Rekayasa Hidrologi [TM11].pdf
PPT Rekayasa Hidrologi [TM11].pdf
 
1100 2441-1-sm
1100 2441-1-sm1100 2441-1-sm
1100 2441-1-sm
 
d0463_Lampiran_Modul.pdf
d0463_Lampiran_Modul.pdfd0463_Lampiran_Modul.pdf
d0463_Lampiran_Modul.pdf
 
Tugas Akhir PPT Banjir di kota palembang sumatera selatan.pptx
Tugas Akhir PPT Banjir di kota palembang sumatera selatan.pptxTugas Akhir PPT Banjir di kota palembang sumatera selatan.pptx
Tugas Akhir PPT Banjir di kota palembang sumatera selatan.pptx
 
REDESIGN DRAINASE DI PERUMAHAN BUKIT CENGKEH II KOTA DEPOK
REDESIGN DRAINASE DI PERUMAHAN BUKIT CENGKEH II KOTA DEPOKREDESIGN DRAINASE DI PERUMAHAN BUKIT CENGKEH II KOTA DEPOK
REDESIGN DRAINASE DI PERUMAHAN BUKIT CENGKEH II KOTA DEPOK
 
Contoh Model Dinamis Aplikasi Stella.pdf
 Contoh Model Dinamis Aplikasi Stella.pdf Contoh Model Dinamis Aplikasi Stella.pdf
Contoh Model Dinamis Aplikasi Stella.pdf
 
5.-Prosedur-dan-Instruksi-Kerja-Perhitungan-debit-banjir.pdf
5.-Prosedur-dan-Instruksi-Kerja-Perhitungan-debit-banjir.pdf5.-Prosedur-dan-Instruksi-Kerja-Perhitungan-debit-banjir.pdf
5.-Prosedur-dan-Instruksi-Kerja-Perhitungan-debit-banjir.pdf
 
95010301 sutiono teorisungai
95010301 sutiono teorisungai95010301 sutiono teorisungai
95010301 sutiono teorisungai
 
29 78-1-pb
29 78-1-pb29 78-1-pb
29 78-1-pb
 
GLOBE_SENIARWAN_2013
GLOBE_SENIARWAN_2013GLOBE_SENIARWAN_2013
GLOBE_SENIARWAN_2013
 
132 222-1-pb
132 222-1-pb132 222-1-pb
132 222-1-pb
 
1.pdf
1.pdf1.pdf
1.pdf
 
Penyaliran Tambang
Penyaliran TambangPenyaliran Tambang
Penyaliran Tambang
 
Sistem perencanaan drainase dan sawerage perumahan griya asri cikarang, kab. ...
Sistem perencanaan drainase dan sawerage perumahan griya asri cikarang, kab. ...Sistem perencanaan drainase dan sawerage perumahan griya asri cikarang, kab. ...
Sistem perencanaan drainase dan sawerage perumahan griya asri cikarang, kab. ...
 
LAPORAN REKAYASA HIDROLOGI.pdf
LAPORAN REKAYASA HIDROLOGI.pdfLAPORAN REKAYASA HIDROLOGI.pdf
LAPORAN REKAYASA HIDROLOGI.pdf
 
12 kustamar-itn
 12  kustamar-itn 12  kustamar-itn
12 kustamar-itn
 
Tugas 1 PSDA
Tugas 1 PSDATugas 1 PSDA
Tugas 1 PSDA
 
Metode perkiraan banjir das
Metode perkiraan banjir dasMetode perkiraan banjir das
Metode perkiraan banjir das
 
Banjir rancangan.pptx
Banjir rancangan.pptxBanjir rancangan.pptx
Banjir rancangan.pptx
 

Recently uploaded

05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.pptSonyGobang1
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaRenaYunita2
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studiossuser52d6bf
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxmuhammadrizky331164
 
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptxAnnisaNurHasanah27
 
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdfrekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdfssuser40d8e3
 
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptxAnnisaNurHasanah27
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++FujiAdam
 
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptxMuhararAhmad
 

Recently uploaded (9)

05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
 
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
 
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdfrekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
 
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
 
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
 

drainase kota tugas

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan jalan K.H Wahid Hasyim merupakan wilayah pemukiman. Di Wilayah ini merupakan daerah yang bertopografi rendah serta berbatasan langsung dengan kali Semarang diantaranya yang sekarang dihadapi adalah banjir disebabkan adanya fenomena alam dan perilaku manusia, keberadaannya semakin sulit dikendalikan khususnya yang terjadi di Kota Semarang. Selain itu banjir yang terjadi di wilayah Semarang disebabkan juga karena kurang berfungsinya drainase, sedimentasi yang tinggi dan belum maksimalnya pengendalian banjir dengan menggunakan pompanisasi. Hal ini akan berdampak negatif terhadap mayoritas masyarakat yang terletak didaerah tersebut. Apabila tidak dilakukan tindakan untuk mengatasi masalah banjir akan membawa dampak lebih buruk lagi. Keadaan seperti ini tidak bisa dibiarkan berlarut–larut, sehingga memerlukan penanganan yang serius dari Pemerintah dan masyarakat pada umumnya untuk berpartisipasi dalam persoalan ini, untuk itu perlu ada langkah-langkah kongkrit baik secara teknis maupun non teknis. 1.2 Maksud dan Tujuan 1.2.1 Maksud Maksud dari pembuatan tugas ini adalah untuk pengembangan saluran drainase dan normalisasi saluran utama pada Kawasan jalan K.H Wahid Hasyim yang akan mengalir menuju Kali Semarang. 1.2.2 Tujuan Tujuan dari perencanaan saluran drainase Kawasan jalan K.H Wahid Hasyim ini adalah memberikan alternatif pengembangan saluran agar dapat mengalirkan debit banjir rencana sehingga dapat memperlancar jalannya aliran saluran drainase dan membebaskan genangan banjir pada kawasan tersebut. 1.3 Lokasi Perencanaan Kawasan jalan K.H Wahid Hasyim terletak di Kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang, adapun batas-batas wilayah sebagai berikut : a. Kelurahan Lembangsari
  • 2. 2 b. Kelurahan Bangunharjo c. Kelurahan Kranggan 1.4 Identifikasi dan Pembatasan Masalah 1.4.1 Identifikasi masalah Masalah yang timbul pada daerah Kawasan jalan K.H Wahid Hasyim dapat diidentifikasi sebagai berikut : a. Timbulnya banjir akibat kapasitas saluran existing tidak mampu menampung air buangan. Hal ini berkaitan dengan beban aliran yang harus dialirkan melebihi beban aliran pada perencanaan sebelumnya. b. Timbulnya sedimentasi pada dasar saluran mengurangi kapasitas saluran dan menaikkan muka air saluran. c. Adanya tumpukan sampah pada saluran akibat kurang sadarnya masyarakat dalam menjaga kebersihan saluran dapat mengganggu aliran air sehingga pada saat terjadi hujan, air pada saluran yang ada meluap. d. Semakin berkurangnya daerah resapan air hujan yang disebabkan oleh pertumbuhan kota dan perkembangan industri tanpa memperhatikan konservasi dan keseimbangan tata guna lahan dalam proses infiltrasi, sehingga presipitasi yang terjadi akan langsung menjadi aliran permukaan yang menambah beban aliran pada saluran–saluran daerah hilir. 1.4.2 Pembatasan Masalah Dalam penyusunan Tugas ini permasalahan dibatasi pada : a. Analisis dimensi saluran drainase b. Penggunaan saluran dan fasilitas pompa
  • 3. 3 BAB II ANALISIS DATA HIDROLOGI Analisis hidologi diperlukan untuk mengetahui karakteristik hidrologi dan menentukan besarnya debit banjir rencana suatu perencanaan bangunan air pada daerah Perencanaan Sub Sistem Drainase Kali Semarang, Kota Semarang. Data untuk penentuan debit banjir rencana pada Tugas Besar ini adalah data curah hujan. Adapun langkah-langkah untuk mendapatkan debit rencana adalah sebagai berikut : 1. Menentukan Daerah Tangkapan beserta luasnya; 2. Menentukan Curah Hujan Maksimum; 3. Menentukan Metode Distribusi; 4. Memastikan ketepatan dalam pemilihan distribusi dengan plotting data pada kertas probabilitas dan uji Smirnov-Kolmogorov; 5. Menentukan Curah Hujan Periode Ulang Tertentu; 6. Menghitung Debit Banjir Rencana metode rasional. 2.1 Penentuan Daerah Tangkapan Konsep penggambaran daerah sub sistem drainase berkaitan dengan peta. Dalam menentukan luasan ini menggunakan program Autocad. Dalam pembuatan Daerah Tangkapan ditinjau dari peta kontur sehingga perlu memperhatikan kontur. 2.2 Analisis Curah Hujan Maksimum Data maksimum tahunan yaitu tiap tahun diambil hanya satu besaran maksimum yang berpengaruh pada analisis selanjutnya. Data seperti ini dikenal dengan data maksimum ( maximum annual series ). Jumlah data akan sama dengan panjang data yang tersedia. Tabel 2.1 Data Hujan Maksimum Tahunan Tahun Hujan Maksimum (mm) 1996 108,4 1997 146 1998 96 1999 106 2000 150
  • 4. 4 2.3 Perhitungan Dispersi Dari perhitungan curah hujan maksimum tahunan perlu ditentukan kemungkinan terulangnya curah hujan maksimum harian guna menentukan debit banjir rencana. Untuk menentukan curah hujan yang akan dipakai dalam menghitung besarnya debit banjir rencana berdasarkan analisa distribusi curah hujan awalnya dengan pengukuran dispersi dilanjutkan dengan pengukuran dispersi dengan logaritma dan pengujian kecocokan sebaran. Pada pengukuran dispersi tidak semua nilai dari suatu variabel hidrologi terletak atau sama dengai nilai rata-ratanya akan tetapi ada nilai yang lebih besar atau lebih kecil daripada nilai rata-ratanya. Besarnya derajat dari sebaran nilai disekitar nilai rata- ratanya disebut dengan variasi atau dispersi suatu data sembarang variabel hidrologi. Beberapa macam cara untuk mengukur dispersi diantaranya adalah : a. Standar Deviasi ( Sd ) Perhitungan standar deviasi digunakan rumus sebagai berikut : Sd = [ 1 𝑛−1 Σ ( Xi – Xrt )2] 1 2 b. Koefisien kemencengan ( Cs ) Perhitungan koefisien kemencengan ( coeffisien of skewness ) digunakan rumus sebagai berikut : Cs = 𝑛 ( 𝑛−1)( 𝑛−2) 𝑆𝑑 ∑ 𝑛 𝑖=1 [ Xi – Xrt ]3 c. Koefisien Kurtosis ( Ck ) digunakan rumus sebagai berikut : Ck = n2∑ 𝑛 𝑖=1 ( Xi – Xrt )4 ( n-1 ) (n-2) ( n-3 ) Sd4 d. Koefisien Variasi ( Cv ) Perhitungan koefisien variasi ( Cv ) digunakan rumus sebagai berikut : Cv = 𝑆𝑑 𝑋𝑟𝑡
  • 5. 5 Tabel 2.2 Perhitungan Parameter Statistik Curah Hujan Normal NO TAHUN RH Rencana Xi - Xrt (Xi - Xrt)2 (Xi - Xrt)3 (Xi - Xrt)4mm Xi 1 1996 108,4 -13 165,89 -2136,72 27520,95 2 1997 146 25 611,08 15105,86 373416,81 3 1998 96 -25 639,08 -16155,90 408421,20 4 1999 106 -15 233,48 -3567,55 54512,16 5 2000 150 29 824,84 23689,36 680358,39 Jumlah 606 0 2474 16935 1544230 Xrt 121,28 Standart Deviasi S= 22,25 Koef. Skewness CS= 0,64 Peng. Kortosis CK= 1,26 Koef. Variasi CV= 0,18 Tabel 2.3 Perhitungan Parameter Statistik Curah Hujan Log No Tahun X Log Xi Log Xi - Log Xrt (Log Xi - Log Xrt)2 (Log Xi - Log Xrt)3 (Log Xi - Log Xrt)4 1 1996 108,4 2,04 -0,0416 0,001729 -0,000072 0,000003 2 1997 146 2,16 0,0877 0,007699 0,000676 0,000059 3 1998 96 1,98 -0,0943 0,008900 -0,000840 0,000079
  • 6. 6 4 1999 106 2,03 -0,0513 0,002632 -0,000135 0,000007 5 2000 150 2,18 0,0995 0,009897 0,000985 0,000098 Jumlah 10,38 0,00 0,030856 0,000613 0,000246 Log Xrt 2,08 Standart Deviasi S= 0,08 Koef. Skewness CS= 0,53 Peng. Kortosis CK= 1,29 Koef. Variasi CV= 0,04 2.4 Pemilihan Metode Distribusi Setelah diketahui nilai variabel-variabel dari perhitungan diatas dapat ditentukan metode distribusi mana yang dapat dipakai. Pemilihan jenis sebaran atau metode distribusi harus sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan. Tabel 2.4 Persyaratan Pemilihan Metode Distribusi Jenis Distribusi Syarat Perhitungan Data Curah Hujan Kesimpulan Normal Cs ≈ 0 0,6410 Tidak Memenuhi Ck ≈ 3 1,2611 Tidak Memenuhi Log Normal Cs = 0,22 0,5273 Tidak Memenuhi Ck = 3,088 1,2936 Tidak Memenuhi Log Pearson Tipe III Selain nilai diatas 0,5273 Memenuhi 1,2936 Memenuhi Dari tabel 2.4 ditinjau persyaratan parameter statistik yang mendekati adalah metode Log Pearson Tipe III untuk memastikan ketepatan dalam pemilihan distribusi tersebut
  • 7. 7 perlu dilakukan perbandingan hasil perhitungan statistik dengan plotting data pada kertas probabilitas dan uji Smirnov-Kolmogorov. 2.5 Plotting Data Plotting Data pada kertas probabilitas dilakukan dengan cara mengurutkan data dari besar ke kecil atau sebaliknya. Kemudian data yng telah dirangking di plotting pada kertas probabilitas. Dalam kertas probabilitas simbol titik merupakan nilai Rmax terhadap P(Xm), sedang garis lurus merupakan simbol untuk curah hujan dengan periode ulang tertentu. Dari gambar pada kertas probabilitas dicari jarak penyimpangan setiap titik data terhadap kurva teoritis. Jarak penyimpangan terbesar merupakan nilai △maks. Untuk mengetahui ketepatan distribusi probabilitas data hidrologi dapat menggunakan cara data yang ada diplot pada kertas probabilitas yang sudah didesain khusus atau menggunakan skala plot yang melinierkan fungsi distribusi. Persamaan Weibull : 𝑃 = 𝑚 𝑛 + 1 𝑥 100 (%) m = nomor urut ( peringkat ) data setelah diurutkan dari besar ke kecil, n = banyaknya data atau jumlahkejadian ( event ). Tabel 2.5 Perhitungan Probabilitas m Xi P(x) = m/(n+1) % 1 96 0,167 17 2 106 0,333 33 3 108,4 0,500 50 4 146 0,667 67 5 150 0,833 83 2.6 Pengujian Kecocokan Sebaran Smirnov-Kolmogorov Dari gambar pada kertas probabilitas dicari jarak penyimpangan setiap titik data terhadap kurva teoritis. Jarak penyimpangan terbesar merupakan nilai △maks. Nilai △maks harus lebih kecil dari △kritis (diambil N = 5 , = 0,1 ) seperti diberikan dalam tabel berikut : Tabel 2.6 Nilai △kritik untuk uji Smirnov-Kolmogorov
  • 8. 8 n Derajad kepercayaan ( ) 0.2 0.1 0.05 0.01 5 0.45 0.51 0.56 0.67 10 0.32 0.37 0.41 0.49 15 0.27 0.3 0.34 0.4 20 0.23 0.26 0.29 0.36 25 0.21 0.24 0.27 0.32 30 0.19 0.22 0.24 0.29 35 0.18 0.2 0.23 0.27 40 0.17 0.19 0.21 0.25 45 0.16 0.18 0.2 0.24 50 0.15 0.17 0.19 0.23 >50 1.07/n0.5 1.22/n0.5 1.36/n0.5 1.63/n0.5 Distribusi terbaik adalah yang memberikan nilai △maks terkecil. Dari gambar 2.1 sampai 2.4 sebaran data pada kertas probabilitas, diperoleh : Distribusi Normal : △maks = 0,20 Distribusi Gumbel : △maks = 0,21 Distribusi Log-Normal : △maks = 0,19 Distribusi Log-Pearson III : △maks = 0,16 Dari hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa data hujan mengikuti distribusi Distribusi Log-Pearson III
  • 9. 9 Gambar 2.1 Kurva Distribusi Gumbel Gambar 2.2 Kurva Distribusi Log Normal
  • 10. 10 Gambar 2.3 Kurva Distribusi Log pearson III Gambar 2.4 Kurva Distribusi Normal
  • 11. 11 Hubungan k dengan periode ulang dan nilai Cs = 0,5 ( tabel log pearson III ) Kemencengan (Cs) Periode Ulang 10 0,5 1,323 Y= log Xrt + (k. S log X) Xt = R24 = Y10 Tabel 2.7 Perhitungan curah hujan rencana berdasarkan Metode Log Pearson Tipe III Periode Peluang ( % ) S log X log X Cs k Y Xt 10 10 0,08 2,076610 0,5 1,323 2,180541 151,5449 Sehingga dapat diketahui curah hujan pada periode ulang 10 tahun adalah 152 mm. 2.7 Intensitas Hujan Intensitas hujan adalah tinggi atau kedalaman hujan yang terjadi pada suatu kurun waktu dimana air tersebut berkonsentrasi. Hujan dalam intensitas yang besar umumnya terjadi dalam waktu yang pendek. Besarnya intensitas hujan berbeda-beda, tergantung lama hujan dan frekuensi kejadiannya. Analisa intensitas hujan dapat didekati dengan Kurva Intensitas Durasi Frekuensi ( IDF ), dimana intensitas hujan sebagai ordinat dan durasi hujan sebagai absis. Durasi hujan yang digunakan dapat ditetapkan, misalnya 5, 10, 15, ..., 120 menit atau lebih. Apabila yang tersedia adalah data hujan harian, analisa IDF dapat ditempuh dengan cara empiris menggunakan metode Mononobe. Rumus : I = 𝑅24 24 [ 24 𝑡 ]2/3 Dimana : I = intensitas hujan ( mm/jam ) R24 = hujan maksimum dalam 24 jam ( mm ) t = durasi hujan ( jam )
  • 12. 12 Tabel 2.9 Perhitungan Intensitas durasi I menit jam mm/jam 5 0,08 276,2 10 0,17 174,0 15 0,25 132,8 20 0,33 109,6 45 0,75 63,8 60 1 52,7 120 2 33,2 180 3 25,3 240 4 20,9 300 5 18,0 Gambar 2.6 Kurva Intensitas Hujan Periode Ulang 10 Tahun 0.0 50.0 100.0 150.0 200.0 250.0 300.0 0 50 100 150 200 250 300 350 I(mm/jam) menit
  • 13. 13 2.8 Perhitungan Masa Hujan Kurva masa hujan untuk periode ulang 2 tahun dapat dihitung dengan rumus: R= I .t Tabel 2.9 Perhitungan Masa Hujan durasi I R menit jam mm/jam mm 5 0,08 276,2 23,02 10 0,17 174,0 29,00 15 0,25 132,8 33,20 20 0,33 109,6 36,54 45 0,75 63,8 47,88 60 1 52,7 52,70 120 2 33,2 66,39 180 3 25,3 76,00 240 4 20,9 83,65 300 5 18,0 90,11 Gambar 2.5 Kurva Masa Hujan Periode Ulang 10 Tahun y = 16.65ln(x) + 57.7 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 R(mm) t ( jam )
  • 14. 14 BAB III PERENCANAAN SALURAN DRAINASE UTAMA 3.1 Perhitungan Waktu Konsentrasi ( tc ) Besarnya nilai intensitas hujan tergantung pada periode ulang yang digunakan dan waktu konsentrasi (tc). Besarnys nilai tc dapat dihitung dengan rumus : td = L 60x V tc = to + td Tabel 3.1 Perhitungan Nilai tc Saluran Sekunder No to Vs L td tc 1 8 0,9 1508,59 27,94 35,94 2 8 0,9 1201,61 22,25 30,25 3 8 0,9 1229,13 22,76 30,76 4 8 0,9 1519,11 28,13 36,13 5 8 0,9 1519,11 28,13 36,13 6 8 0,9 1499,54 27,77 35,77 7 8 0,9 1269,94 23,52 31,52 3.2 Perhitungan Slope Besarnys nilai Slope dapat dihitung dengan rumus : Slope = elevasi hulu−elevasi hilir L Tabel 3.2 Perhitungan Nilai Slope Saluran elevasi hulu elevasi hilir panjang slope A-B 1,9 1,7 513,69 0,00039 B-C 1,7 1,6 553,08 0,00018 C-D 1,6 1,1 848,46 0,00059 D-E 1,1 1 66,80 0,00150
  • 15. 15 3.3 Perencanaan Saluran Drainase Utama Menggunakan Prosedur Slope Normal Bentuk saluran yang digunakan untuk saluran drainase perkotaan yaitu empat persegi panjang ( dinding tegak ). Tinggi jagaan ( W ) tergantung pada besarnya debit banjir yang dilewat, klasifikasi saluran ( primer, sekunder, dan tersier ) dan daerah yang dilalui apakah memerlukan tingkat keamanan yang tinggi, sedang atau rendah, maka besarnya nilai tinggi jagaan untuk daerah pemukiman adalah 30 cm. Diketahui: Vmax = 1,75 m/det Vmin = 0,7 m/det C = 0,75 Cs = 1 I = R24 24 ( 24 t )2/3 Slope pada Tabel 3.2 to pada Tabel 3.1 Asumsi V td = L 60x V tc = to + td Q = 0,00278x C x Cs x I x A F = ( B + m.H )x H P = B + 2x( 1+ m2)0,5x H B = 1,3 H m= 1,5 R = F P
  • 16. 16 Q = n -1x R2/3 x S ½ xF n= 0,035 V = Q / F Tabel 3.3 Perhitungan Nilai tc Saluran Primer Saluran panjang (m) V (m/s) td (menit) to (menit) tc (menit) A-B 513,69 0,6 14,27 35,937 50,21 B-C 553,08 0,5 18,44 36,132 54,57 C-D 848,46 0,86 16,54 36,132 52,67 D-E 66,80 1,38 0,81 31,517 32,32 Tabel 3.4 Perhitungan Debit Rencana Saluran I (mm/jam) C Cs A (ha) Q (m3/s) A-B 52,32 0,75 1 57,37 6,26 B-C 49,49 0,75 1 93,57 9,65 C-D 50,67 0,75 1 132,09 13,95 D-E 70,16 0,75 1 157,80 23,09 Tabel 3.5 Perhitungan Dimensi Saluran Saluran F (m2) P (m) R (m) Q (m3/s) H (m) B (m) F (m) V (m/s) A-B 2,8 H2 4,91 H 0,57 H 1,09 H8/3 1,9 2,5 10,41269 0,60 B-C 2,8 H2 4,91 H 0,57 H 0,74 H8/3 2,6 3,4 19,2186 0,50 C-D 2,8 H2 4,91 H 0,57 H 1,34 H8/3 2,4 3,1 16,26615 0,86 D-E 2,8 H2 4,91 H 0,57 H 2,13 H8/3 2,4 3,2 16,72736 1,38 Dari hasil perhitungan menggunakan prosedur slope normal diatas pada saluran A-B dan B- C mempunyai V < Vmin, maka perhitungan dilanjutkan menggunakan asumsi Smin.
  • 17. 17 3.4 Perencanaan Saluran Drainase Utama Menggunakan Prosedur Slope Minimum Diketahui: Vmin = 0,7 m/det C = 0,75 Cs = 1 I = R24 24 ( 24 t )2/3 Slope pada Tabel 3.2 to pada Tabel 3.1 td = L 60x V tc = to + td Q = 0,00278x C x Cs x I x A F = ( B + m.H )x H P = B + 2x( 1+ m2)0,5x H B = 1,3 H m= 1,5 R = F P Q = n -1x R2/3 x S ½ xF n= 0,035 V = Q / F
  • 18. 18 Tabel 3.6 Perhitungan Nilai tc Saluran Utama Prosedur Minimum Saluran panjang (m) V (m/s) td (menit) to (menit) tc (menit) A-B 513,69 0,7 12,23 35,937 48,17 B-C 553,08 0,7 13,17 36,132 49,30 C-D 848,46 0,7 20,20 36,132 56,33 D-E 66,80 0,7 1,59 31,517 33,11 Tabel 3.7 Perhitungan Dimensi Saluran Prosedur Utama Minimum Saluran I C Cs A (ha) Q (m/s) F H B P R S A-B 53,8 0,75 1 57,4 6,4 9,2 1,8 2,4 8,9 1,0 0,00057 B-C 53,0 0,75 1 93,6 10,3 14,8 2,3 3,0 11,3 1,3 0,00042 C-D 48,4 0,75 1 132,1 13,3 19,1 3,0 3,9 14,7 1,3 0,00043 D-E 69,1 0,75 1 157,8 22,7 32,5 3,4 4,4 16,7 1,9 0,00025 Dari hasil perhitungan menggunakan prosedur slope minimum diatas memenuhi syarat bahwa Smin > So, maka perencanaan dimensi dapat digunakan.
  • 19. 19 BAB IV PERENCANAAN SALURAN DRAINASE KOLEKTOR 4.1 Perhitungan Waktu Konsentrasi ( tc ) Besarnya nilai intensitas hujan tergantung pada periode ulang yang digunakan dan waktu konsentrasi (tc). Besarnys nilai tc dapat dihitung dengan rumus : td = L 60x V tc = to + td Tabel 4.1 Perhitungan Nilai tc Saluran Kolektor No to Vs L td tc 8 8 0,9 1384,65 25,64 33,64 9 8 0,9 2357,39 43,66 51,66 4.2 Perhitungan Slope Besarnys nilai Slope dapat dihitung dengan rumus : Slope = elevasi hulu−elevasi hilir L Tabel 4.2 Perhitungan Nilai Slope Kolektor Saluran elevasi hulu elevasi hilir panjang slope A-B 1,6 1 513,69 0,0012 4.3 Perencanaan Saluran Drainase Kolektor Menggunakan Prosedur Slope Normal Bentuk saluran yang digunakan untuk saluran drainase perkotaan yaitu empat persegi panjang ( dinding tegak ). Tinggi jagaan ( W ) tergantung pada besarnya debit banjir yang dilewat, klasifikasi saluran ( primer, sekunder, dan tersier ) dan daerah yang dilalui apakah memerlukan tingkat keamanan yang tinggi, sedang atau rendah. Diketahui: Vmax = 1,75 m/det
  • 20. 20 Vmin = 0,7 m/det C = 0,75 Cs = 1 I = R24 24 ( 24 t )2/3 Slope pada Tabel 4.2 to pada Tabel 4.1 Asumsi V td = L 60x V tc = to + td Q = 0,00278x C x Cs x I x A F = ( B + m.H )x H P = B + 2x( 1+ m2)0,5x H B = 1,3 H m= 1,5 R = F P Q = n -1x R2/3 x S ½ xF n= 0,035 V = Q / F
  • 21. 21 Tabel 4.3 Perhitungan Nilai tc Saluran Kolektor Saluran panjang (m) V (m/s) td (menit) to (menit) tc (menit) F-E 2557,359 0,6 71,03775 51,66 122,69 Tabel 4.4 Perhitungan Debit Rencana Saluran I (mm/jam) C Cs A (ha) Q (m/s) F-E 28,84 0,75 1 20,63 1,24 Tabel 4.5 Perhitungan Dimensi Saluran Saluran F P R Q h B F V F-E 2,8H2 4,91H 0,57H 1,88 H8/3 0,9 1,1 2,0 0,6 Dari hasil perhitungan menggunakan prosedur slope normal diatas pada saluran F-E mempunyai V < Vmin,, maka perhitungan dilanjutkan menggunakan asumsi Smin. 4.4 Perencanaan Saluran Drainase Kolektor Menggunakan Prosedur Slope Minimum Diketahui: Vmin = 0,7 m/det C = 0,75 Cs = 1 I = R24 24 ( 24 t )2/3 Slope pada Tabel 4.2 to pada Tabel 4.1 td = L 60x V
  • 22. 22 tc = to + td Q = 0,00278x C x Cs x I x A F = ( B + m.H )x H P = B + 2x( 1+ m2)0,5x H B = 1,3 H m= 1,5 R = F P Q = n -1x R2/3 x S ½ xF n= 0,035 V = Q / F Tabel 4.6 Perhitungan Nilai tc Saluran Prosedur Slope Minimum Saluran panjang (m) V (m/s) td (menit) to (menit) tc (menit) F-E 2557,359 0,7 60,8895 51,66 112,54 Tabel 4.7 Perhitungan Dimensi Saluran Prosedur Minimum Saluran I C Cs A (ha) Q (m/s) F H B P R S F-E 30,54 0,75 1 20,63 1,31 1,88 0,8 1,1 4,0 0,5 0,0017 Dari hasil perhitungan menggunakan prosedur slope minimum diatas memenuhi syarat bahwa Smin > So, maka perencanaan dimensi dapat digunakan.
  • 23. 23 BAB V PERENCANAAN DRAINASE SISTEM POLDER Komponen drainase sistem polder terdiri dari pintu air, kolam retensi, dan stasion pompa. Pintu air berfungsi untuk mengisolasi atau memproteksi daerah tangkapan ( catchment area ) sistem polder terhadap masuknya air banjir dari luar. Station pompa berfungsi mengendalikan muka air didalam daerah tangkapan sistem polder pada saat terjadi banjir atau hujan lokal. Station pompa digunakan untuk menyalurkan debit banjir akibat hujan lokal keluar daerah tangkapan sistem polder. Berhubung debit banjir yang masuk lebih besar dari pada debit atau kapasitas pompa banjir, maka diperlukan kolam retensi untuk menampung kelebihan debit banjir tersebut. Besarnya volume tampungan kolam retensi tergantung pada luas kolam dan beda tinggi muka air maksimum dan minimum dikolam, sehingga kedudukan muka air dikolam retensi harus dijaga selalu minimum. 5.1 Perhitungan Kapasistas Pompa Untuk menghitung kapasistas pompa berdasarkan hujan kumulatif yang terjadi didaerah tangkapan sistem polder. y1 = 12,437ln(x) + 43,198 ( Gambar 2.5 ) y2 = Ip.x Dimana: x adalah lama pengeringan ( jam ) y1 persamaan kurva masa hujan y2 persamaan intensitas kapasitas pompa y1 = y2 12,437ln(3,3) + 43,198 = Ip.3,3 Ip = 17,590 mm/ jam Qp = 0,00278.C.Ip.A = 0,00278.0,75.17,590.178,43 = 6,544 m3/detik 5.2 Perhitungan Volume Tampungan Volume tampungan terdiri dari 3 ( tiga ) komponen, yaitu : 1. Volume tampungan dikolam retensi ( Vk ) 2. Volume genangan yang diijinkan terjadi ( Vg ) = 0 3. Volume tampungan disaluran drainase ( Vs ) dimana biasanya diabaikan ( lebih aman ) = 0
  • 24. 24 Untuk menghitung volume tampungan akan ditinjau dalam dua kondisi. Kondisi 1: Dihitung berdasarkan hidrograf banjir yang masuk ke pompa dan kolam retensi. Dimana: Qmak = debit banjir maksimum = 22,7 m3/detik Qp = kapasitas pompa = 6,544 m3/detik n = 2 tc = 33,11 menit = 33,11 x 60 = 1986,6 detik Gambar 5.1 Kurva Kapasitas Pompa Dan Volume Tampungan Kondisi 1 Vt = ((Qmak – Qp)2.n.tc)/ (2.Qmak) ( m3 ) Vt = ((22,7 -6,544)2.2. 1986,6)/ (2. 22,7) = 22843 m3 Kondisi 2: Dihitung berdasarkan hujan komulatif yang terjadi didaerah tangkapan sistem polder. Dimana: t= waktu pengeringan = 3,3 jam
  • 25. 25 R3,3 = I.t = 17,8 mm/jam. 3,3 jam = 58,48 mm Dari Tabel 2.9 Gambar 5.2 Kurva Kapasitas Pompa Dan Volume Tampungan Kondisi 2 y1 = 12,488ln(x) + 43,275 y2 = Ip.x △Rmak = y1 – y2 Tabel 5.1 Perhitungan △Rmak t y1 y2 △Rmak 0,5 34,619 8,795 25,824 0,6 36,896 10,554 26,342 0,7 38,821 12,313 26,508 0,8 40,488 14,072 26,416 0,9 41,959 15,831 26,128 Vt = 10 x C x △Rmak x A = 10 X 0,75 x 26,508 x 178,43 = 35474 m3
  • 26. 26 Digunakan hasil volume tampungan ( Vt ) yang terbesar yaitu pada perhitungan kondisi 1 = 22843 m3 < kondisi 2 = 35474 m3, maka Vt = 35474 m3. Vt = A . H Dimana : A = Luas kolam ( m2 ) H = Beda tinggi antara muka air maksimum dan minimum ( m ) At = Vt (hmak−hmin) = 35474 (3,4−0,5) = 12232 m2 = 1,2 Ha 5.3 Perhitungan Lebar Pintu Dimensi pintu air dihitung berdasarkan debit banjir maksimum ( Qmak ) = 22,7 m3/detik ( lihat sub bab 3.4 ) Aliran dipintu air dalam kondisi kritis, maka memakai rumus: Qmak = m. b. hkr. ( 2. g. △hk )0,5 Keterangan : m = Koefisien debit ( tergantung bentuk ambang, untuk ambang bulat m= 1) b = lebar pintu ( m ) hkr = kedalaman air kritis dibagian hilir ( 0,667H ) = 0,667. 3,4 = 2,27 m △hkr = beda tinggi kritis ( 0,333H ) = 0,333.3,4 = 1,13 m 22,7 = 1. b. 2,27. ( 2. 9,81. 1,13 )0,5 b = 2,1 m