Dokumen tersebut membahas tentang perencanaan ulang bendung tetap Batang Kambang di Kabupaten Pesisir Selatan untuk meningkatkan produksi pangan. Dibahas mengenai latar belakang, batasan masalah, tujuan penulisan, metodologi penelitian, dan landasan teori yang terkait dengan perencanaan bendung seperti analisis hidrologi, perhitungan hidrolis dan stabilitas bendung. [/ringkasan]"
1. ddd[Type text] [Type text] [Type text]
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebutuhan pangan yang terus
meningkat sejalan dengan pertambahan
penduduk memerlukan upaya peningkatan
produksi pangan secara terus menerus.
Salah satu upaya peningkatan produksi
pangan adalah melalui penyediaan dan
peningkatan faktor-faktor pendukung
daerah irigasi dan bangunannya.
Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi
Sumatera Barat merupakan daerah
potensial untuk meningkatkan ketahanan
pangan. Namun daerah irigasi yang ada di
Kabupaten Pesisir Selatan belum optimal
penyediaan air irigasi. Salah satu realisasi
dari kepedulian pemerintah adalah layanan
daerah irigasi Lubuk Sarik yang
sebelumnya dapat dilayani melalui
bendung lama di Kambang Utara. Setelah
tidak beroperasinya Bendung pasca rusak
akibat terjadinya banjir di Batang
Kambang pada bulan November tahun
2011, praktis daerah irigasi tidak berfungsi
secara teknis, sementara potensi areal
pertanian cukup luas dan subur untuk
ditanami dengan luas 1300 ha (Dinas
PSDA Sumatera Barat).
Mengingat daerah ini merupakan
daerah pemukiman maka perlu ditunjang
dengan peningkatan produksi pertanian
khususnya tanaman padi untuk
mewujudkan swasembada pangan,
meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
meningkatkan pendapatan petani dan
optimalisasi pemanfaatan sumber daya air
untuk memenuhi program serta target yang
ditetapkan tersebut. Sebagai langkah
lanjutan peningkatan daerah irigasi maka
dirasa perlu untuk perencanaan ulang
Bendung Lubuk Sarik sebagai faktor
pendukung peningkatan produksi pangan
dengan pemanfaatan sumber daya air di
Batang Kambang.
Merujuk dari beberapa hal di atas
maka penulis tertarik mengambil ini
sebagai bahan untuk pembuatan Tugas
Akhir dengan Judul “Perencanaan Ulang
Bendung Tetap Batang Kambang
Kabupaten Pesisir Selatan (Studi Kasus
Bendung Lubuk Sarik)”.
Batasan Masalah
Lingkup pembahasan dalam
penulisan Tugas Akhir “Perencanaan
Ulang Bendung Tetap Batang Kambang
Kabupaten Pesisir Selatan (Studi Kasus
Bendung Lubuk Sarik)” penulis membatasi
masalah yang dibahas yakni :
a. Analisis hidrologi terdiri dari :
Analisis curah hujan kawasan, analisis
curah hujan rencana dari berbagai
metode, uji distribusi probabilitas, dan
analisis debit banjir rencana.
b. Perencanaan teknis Bendung yang
terdiri dari : Penentuan lokasi
Bendung, perhitungan elevasi mercu
Bendung, perencanaan lebar Bendung,
2. ddd[Type text] [Type text] [Type text]
2
pemilihan tipe mercu, perencanaan
peredam energi, perhitungan hidrolis
Bendung, perencanaan lantai muka,
back water curve, tembok pangkal,
dan bangunan pelengkap.
c. Perhitungan stabilitas Bendung terdiri
dari : Perhitungan gaya-gaya yang
bekerja pada Bendung, dan kontrol
terhadap piping, guling, geser,
kapasitas daya dukung tanah,
eksentrisitas dan tegangan tanah.
Maksud dan Tujuan Penulisan
Maksud penulisan Tugas Akhir ini
adalah untuk menganalisis perencanaan
Bendung tetap Batang Kambang studi
kasus Bendung Lubuk Sarik, sehingga
diperoleh suatu struktur bangunan yang
memenuhi Standar Perencanaan Irigasi 02
dan Standar Perencanaan Irigasi 06, 2013.
Adapun tujuan penulisan Tugas
Akhir ini yang berkaitan dengan topik
pembahasan antara lain :
a. Untuk mengetahui teori-teori dasar
perencanaan Bendung.
b. Melakukan perhitungan hidrologi
Bendung.
c. Melakukan perhitungan hidrolis
Bendung.
d. Melakukan perhitungan stabilitas
Bendung.
Metodologi Penelitian
Lokasi Studi
Bendung Lubuk Sarik terletak di
Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir
Selatan. Desa Lubuk Sarik berjarak 36 km
dari ibukota Pesisir Selatan. Secara
Geografis D.I Lubuk Sarik terletak pada
100° 40,38'-101°50' BT dan 1° 23,51'-
1°45,54' LS dengan luas irigasi 1300 ha.
Bagan Alir Perencanaan Bendung
Gambar 1: Bagan alir
Mulai
Pengumpulan Data
a. Data Topografi
b. Data Hidrologi
c. Data Geologi
d. Data Sawah
e. Data Sungai
Analisis Data
Perhitungan Hidrlois Bendung
Stabilitas
Bendung
Tembok Pangkal dan Sayap
Selesai
Gambar Rencana
TIDAK
YA
3. ddd[Type text] [Type text] [Type text]
3
LANDASAN TEORI
Curah Hujan Rata-rata
Data yang digunakan dalam
perhitungan curah hujan rata-rata
merupakan data curah hujan maksimum
dari setiap hujan harian. Metode yang
digunakan dalam menghitung curah hujan
tahunan maksimum adalah metode poligon
Thiessen.
Gambar 2 : Metode poligon Thiessen
R̅ =
R1. A1 + R2. A2 + R3. A3 + R4. A4…..+ Rn. An
A1 + A2 + A3…….+ An
Dimana :
R̅ = Tinggi curah hujan rata-rata (mm)
Rn = Hujan maximum pada stasiun n
A1 = Luas daerah yang terwakili (km2)
Curah hujan Rencana
Analisis yang digunakan adalah
analisis statistik distribusi curah hujan
harian maksimum.
1. Distribusi Probabilitas Normal
hujan rencana berdasarkan probabilitas
normal, jika data yang dugunakan adalah
berupa sampel, dilakukan dengan rumus
sebagai berikut :
XT = X̅ + KT . SD (2)
Dimana :
XT = Hujan rencana periode ulang (mm)
X̅ = Nilai hujan rata-rata (mm)
KT = Faktor frekuensi, nilainya tergantung
dari T
SD = Standar deviasi
Standar deviasi (SD) = √
(Xi− X̅)2
n−1
(3)
2. Metode Distribusi Gumbel
Besarnya curah hujan rencana dihitung
dengan rumus :
XT = X̅ +
(𝑌𝑡−𝑌𝑛)
𝑆𝑛
x SD (4)
Dimana :
XT = Hujan rencana periode ulang (mm)
X̅ = Curah hujan harian rata-rata (mm)
Sn = Reduced standar deviasi
Yt = Reduced variate
Yn = Reduced mean
3. Metode Log Normal
hujan rencana berdasarkan probabilitas
Log Normal, Jika data yang digunakan
berupa sampel. Untuk perhitungan
digunakan rumus sebagai berikut:
Log XT = Log X̅̅̅̅̅̅̅ + (KT x S Log X) (5)
Dimana :
Log XT = Nilai Logaritma hujan rencana
periode ulang T tahun
Log X̅̅̅̅̅̅̅ = Nilai rata-rata Log X (mm)
S Log X = Standar deviasi dari Log X
KT = Nilai KT
S Log X =√
(Log Xi− Log Xi̅̅̅̅̅̅̅̅̅)2
n−1
(6)
4. Metode Log Pearson Tipe III
hujan rencana berdasarkan probabilitas
Log Pearson Tipe III, Jika data yang
4. ddd[Type text] [Type text] [Type text]
4
digunakan berupa sampel. Untuk
perhitungan digunakan rumus sebagai
berikut:
Log XT = Log X̅̅̅̅̅̅̅ + (KT x S) (7)
Dimana :
Log XT = Nilai Logaritma hujan rencana
periode ulang T tahun
Log X̅̅̅̅̅̅̅ = Nilai rata-rata Log X (mm)
S Log X = Standar deviasi dari Log X
KT = Variabel standar didapat berdasarkan
koefisien kemecengan (Cs atau G)
Persamaan yang digunakan yaitu :
S Log X = √
(Log Xi− Log Xi̅̅̅̅̅̅̅̅̅)2
n−1
(8)
Cs =
n ∑ (Log X − Log X̅̅̅̅̅̅̅̅)3n
i=1
(n−1).(n−2).(S Log X)3
(9)
Uji Distribusi Probabilitas
Pengujian ini dilakukan setelah
digambarkan hubungan antara kedalaman
hujan atau debit dan nilai probalitas diatas
kertas probalitas.
a. Uji Chi-Kuadrat
b. Uji Smirnov Kolmogorof
Debit Banjir Rencana
Ada beberapa metode empiris yang
dipakai untuk menhitung debit banjir
rencana antara lain :
1. Metode Melchior
Menghitung debit banjir rencana
metode Melchior digunakan rumus :
QT = 𝛼 x I x A (10)
Dimana :
QT = Debir banjir rencana (m3/dt)
𝛼 = Koefesien pengaliran
I = intensitas hujan (m3/dt/km2)
A = luas dareah pengaliran (km2)
2. Metode Mononobe
Menghitung debit banjir rencana
dengan metode Mononobe digunakan
rumus :
QT =
α. IT. A
3,6
(11)
Dimana :
QT = Debit banjir rencana (m3/dt)
𝛼 = Koefisien pengaliran
IT = Intensitas hujan (mm/jam)
A = Luas daerah pengaliran (km2)
3. Metode Haspers
Mengitung debit banjir rencana
dengan metode Haspers digunakan rumus :
QT = 𝛼. 𝛽. q. A (12)
Dimana :
QT = Debit banjir rencana (m3/dt)
𝛼 = Koefesien pengaliran
q = Intensitas hujan (m3/dt/km2)
A = Luas daerah pengaliran (km2)
𝛽 = Koefesien reduksi
Pengertian Bendung
Bendung adalah suatu bangunan air
dengan kelengkapan yang di bangun
melintang sungai atau sudetan yang
sengaja dibuat untuk meninggikan taraf
muka air atau untuk mendapatkan tinggi
terjun, sehingga air sungai dapat disadap
dan dialirkan secara gravitasi ke tempat
5. ddd[Type text] [Type text] [Type text]
5
tertentu yang membutuhkannya. (SK SNI
T-02 1990-F).
Klasifikasi Bendung
a. Bendung berdasarkan fungsinya
dapat diklasifikasikan menjadi :
Bendung penyadap
Bendung pembagi banjir
Bendung penahan pasang
b. Berdasarkan tipe strukturnya
Bendung dibagi atas :
Bendung tetap
Bendung gerak
Bendung kombinasi
Bendung bottom intake
c. Ditinjau dari segi sifatnta bendung
dapat pula dibedakan :
Bendung permanen
Bendung semi permanen
Bendung darurat
Elevasi Mercu Bendung
Tinggi mercu Bendung yang
direncanakan berdasarkan pada beberapa
faktor seperti: elevasi sawah tertinggi yang
akan diairi, tinggi air di sawah, kehilangan
tekanan pada saluran, pada alat-alat ukur,
pada bangunan-bangunan lain yang
terdapat di saluran-saluran dan sebagainya.
Tinggi Muka Air Sebelum Ada Bendung
Tinggi muka air dihilir Bendung
dapat dihitung dengan cara trial and error
terhadap kedalaman air (h), dengan
menggunakan rumus pengaliran yaitu :
Q = A x V (12)
V =
1
𝑛
x R2/3 x I1/2 (13)
R =
A
P
(14)
Dimana :
Q = debit banjir (m3/dt)
A = Luas penampang basah (m2)
P = Keliling basah (m)
R = Jari-jari hidraulik (m)
V = Kecepatan (m/dt)
n = Koefesien Manning
I = Kemiringan dasar
Tinggi Muka Air di Atas Mercu
Sampai saat ini belum ada ketentuan
yang pasti mengenai tinggi muka air
maksimum di atas mercu. Tapi dilihat dari
segi keamanan stabilitas bendung, ukuran
pintu-pintu, tinggi tanggul banjir dan
sebagainya,maka dianjurkan tidak melebihi
4,5 meter. Rumus pengaliran yang
digunakan untuk menghitung tinggi muka
air di atas mercu tergantung dari tipe
mercu yang direncanakan.
Gambar 3 : Bentuk mercu Bulat
Perhitungan debit yang mengalir
untuk Bendung dengan tipe mercu bulat
dapat digunakan rumus berikut :
6. ddd[Type text] [Type text] [Type text]
6
Q = Cd. 2/3 √(
2
3
. g ) . B. H1
1,5 (15)
Dimana :
Q = Debit (m3/dt)
g = Percerpatan gravitasi (9,81 m/dt2)
B = Lebar efektif Bendung (m)
Cd = Koefisien debit
H1 = Tinggi energi diatas mercu (m)
Gambar 4 : Bendung dengan mercu Bulat
Koefisien debit pada mercu bulat
dengan jari-jari r1 dan r2 ditentukan oleh r2.
Dimana jari-jari mercu Bendung pasangan
batu akan berkisar antara 0,3 sampai 0,7
kali H1maks dan untuk mercu beton dari 0,1
sampai0,7 H1maks. Keuntungan pengunaan
mercutipe bulat pada sungai adalah
mengurangi tinggi muka air hulu pada saat
banjir.
Lebar Bendung
Lebar Bendung adalah jarak antara
tembok pangkal kanan dengan tembok
pangkal sebelah kiri pada Bendung.
B = 1,2. Bs (16)
Dimana :
B = Lebar Bendung
Bs = Lebar rerata sungai
Lebar Efektif Bendung
Lebar efektif Bendung (Beff) adalah
lebar Bendung yang dapat dilewati oleh
air. Diperoleh dengan mengurangkan lebar
total Bendung dengan jumlah total pilar
dan pengaruh-pengaruh kontraksi akibat
pilar dan pangkal Bendung yang
merupakan fungsi dari tinggi energi.
Beff = B - 2 (n.Kp + Ka). H1 (17)
Dimana :
B = Lebar total Bendung (m)
Beff = Lebar efektif Bendung (m)
Kp = Koefisien kontraksi pilar
Ka = Koefisien kontraksi pangkal
n = Jumlah pilar
H1 = Tinggi energi (m)
Gambar 5 : Lebar efektif Bendung
Kolam Olak Bak Tenggelam
Penggunaan kolam olak tipe bak
tenggelam sangat tepat digunakan selain
berfungsi menjauhkan gerusan setempat
sehingga tidak membahyakan pondasi
Bendung juga menghindarkan benturan
batu langsung pada permukaan bangunan.
7. ddd[Type text] [Type text] [Type text]
7
Gambar 6 : Bak Tenggelam
Perhitungan hidrolis kolam olak tipe
bak tenggelam dapat dilakukan dengan
persamaan berikut:
hc = √
q2
g
(17)
q =
Q
Be
(18)
Dimana :
hc = Kedalaman air kritis (m)
q = Debit aliran (m3/dt.m)
g = Percepatan gravitasi (9,81 m/dt2)
Be = Lebar efesien Bendung (m)
Q = Debit aliran (m3/dt)
Nilai Rmin/hc yang merupakan
fungsi ∆H/hc, dimana ∆H merupakan beda
tinggi muka air hilir dengan tinggi muk air
hulu. Tinggi minimum air dihilir Bendung
bila ∆H/hc < 2,4 adalah Tmin/hc = 1,88
(∆H/hc)0,215 dan bila H/hc > 2,4, Tmin/hc =
1,7 (∆H/hc)0,33.
Lantai Muka
Perbedaan tekanan yang ditimbulkan
oleh perbedaan tinggi air di depan dan di
belakang Bendung akan mengakibatkan
adanya aliran di bawah Bendung, terlebih
bila tanah dasar Bendung bersifat poros.
Menurut Blight besarnya kehilangan
tinggi tekanan pada jalur pengaliran
sepanjang batas pondasi bangunan dan
tanah pondasi adalah sebanding dengan
panjangnya creep line yang dinyatakan :
∆H = L / C atau L ≥ C x ∆H (19)
Dimana :
∆H = Beda tekanan (m)
L = Panjang Creep Line (m)
C = Weighted creep line ratio tergantung
jenis tanah dibawah bangunan.
Kantong Lumpur
Kantong lumpur itu merupakan
pembesaran potongan melintang saluran
sampai panjang tertentu untuk mengurangi
kecepatan aliran dan memberi kesempatan
kepada sedimen untuk mengendap.
Dalam perhitungan kantong lumpur
perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai
berikut :
a. Kecepatan aliran dalam kantong
lumpur hendaknya cukup rendah,
sehingga partikel yang telah
mengendap tidak mengahambur
keluar.
b. Turbulensi yang mengganggu proses
pengendapan harus dicegah
c. Kecepatan hendaknya tersebar secara
merata diseluruh potongan melintang,
sehingga sedimentasi dapat tersebar
secara merata.
d. Kecepatan aliran tidak boleh kurang
dari 0,30 m/dt, guna mencegah
tumbuhnya vegetasi.
8. ddd[Type text] [Type text] [Type text]
8
Pintu Pengambilan (Intake)
Bangunan pengambilan berfungsi
untuk mengelakkan air dari sungai dalam
jumlah yang diinginkan. Pintu
pengambilan di letakkan sedekat mungkin
dengan bangunan pembilas supaya
angkutan sedimen tidak langsung masuk ke
pintu intake.
Debit pengambilan dapat dinyatakan
dengan persamaan yaitu :
Q = µ. b. a √2. g. z (20)
Dimana :
Q = Debit aliran (m3
/dt)
µ = Koefisien debit, µ = 0,80
b = Lebar bukaan (m)
a = Tinggi bukaan (m)
z = Kehilangan energi bukaan (m)
g = Percepatan gravitasi (9,81 m/dt2)
Stabilitas Bendung
Salah satu persyaratan keamanan
Bendung yaitu stabil terhadap geser, guling
dan piping. Untuk itu perlu diperhitungkan
gaya-gaya yang bekerja pada Bendung
seperti berikut:
a. Berat sendiri Bendung
b. Gaya akibat gempa
c. Gaya akibat lumpur
d. Tekanan hidrostatis
e. Tekanan tanah lateral.
Keamanan terhadap gaya guling dikontrol
dengan rumus :
∑
Mt
Mg
≥ Sf (21)
Dimana :
∑ Mt = Jumlah momen tahan (t.m)
∑ Mg = Jumlah momen guling (t.m)
Sf = Faktor keamanan
Keamanan Bendung terhadap gaya geser
dikontrol dengan rumus :
∑ V.f
∑ H
≥ SF (22)
Dimana :
∑ V = Jumlah gaya vertikal (ton)
∑ H = Jumlah gaya horizontal (ton)
f = Koefisien geser
Kapasitas dukung tanah dihitung
berdasarkan persamaan Terzaghi. rumus
umum yang digunakan adalah :
Qult = c.Nc + q.Nq + ½’ . B . N (23)
Tebal lantai kolam olak harus aman
terhadap tekanan uplift pressure, adapun
persamaan yang digunakan yaitu :
dx ≥ S
Px − Wx
τ
(24)
Dimana :
Px = Gaya angkat pada titik x (t/m2)
Wx = Kedalaman air pada titik x (m)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Hidologi Bendung
Untuk mendapatkan debit banjir
rencana pada setiap periode ulang tertentu,
yang nantinya akan dipakai dalam
perencanaan Bendung maka dilakukan
analisis hidrologi. Langkah awal dalam
analisis hidrologi adalah analisis curah
9. ddd[Type text] [Type text] [Type text]
9
hujan rata rata DAS menggunakan metode
Poligon Thiessen. Dari hasil analisis
poligon Thiessen maka ada tiga pos hujan
yang mempengaruhi DAS Batang
Kambang yaitu pos Nyiur Gading,
Surantih, dan Muara Labuh.
Berdasarkan perhitungan uji
kesesuian data dengan menggunakan
metode Chi-Kuadrat dan Smirnov
Kolmogorof, maka untuk curah hujan
rencana dipakai metode Distribusi Log
Perasson Tipe III karena nilai selisih
peluang yang terkecil yaitu 0,051.
Tabel 1 : Hujan rencana Batang Kambang
No.
Hujan rencana
(mm)
Periode ulang
(tahun)
1 77,446 2
2 100,693 5
3 110,408 10
4 118,577 25
5 122,744 50
6 125,603 100
(Sumber : Perhitungan)
Analisis debit banjir rencana
mengunakan tiga metode yaitu metode
Melchior, Mononobe dan Haspers. Dari
ketiga metode yang dipilih, debit banjir
yang digunakan dari metode Mononobe
karena mendekati debit lapangan, dengan
periode ulang Q100 yaitu 645,702 m3/dt.
Perencanaan Hidrolis Bendung
Dari peta Topografi diperoleh :
Elevasi dasar sungai = +32,22 m
Elevasi hulu yang ditinjau = + 46,68 m
Elevasi hilir yang ditinjau = + 45,04 m
Panjang sungai yang ditinjau (L) = 670 m
Kemiringan (I) =
∆H
L
= 0,0025
Elevasi Mercu Bendung
Penepatan elevasi mercu bendung di
tentukan oleh beberapa faktor. Berdasarkan
faktor tersebut diperoleh elevasi mercu
bendung = +35,22 m, dalam perencanaan
lantai hulu berada pada elevasi +33,12 m,
jadi tinggi mercu rencana (P) = 2,10 m.
Tinggi Muka Air Sebelum Ada Bendung
Tinggi muka air dihilir Bendung
dapat dihitung dengan cara trial and error.
Dapat dilihat pada tabel 2 perhitungan
tinggi air banjir, yang mana diperoleh
kedalam air (h) = 2,452 m dengan debit
sebesar 645,702 m3/dt.
k =
V2
2.g
=
4,3182
2 x 9,81
= 0,95 m
Tabel 2 : Perhitungan tinggi air banjir
h (m) A (m2
) P (m) R2/3
(m) I1/2
V (m/dt) Q (m3
/dt)
0,408 23,63 58,77 0,54 0,05 1,358 32,08
0,816 47,76 60,24 0,86 0,05 2,140 102,18
1,224 72,38 61,71 1,11 0,05 2,782 201,36
1,632 97,51 63,18 1,34 0,05 3,343 326,01
2,040 123,13 64,66 1,54 0,05 3,849 473,99
2,452 149,52 66,14 1,73 0,05 4,318 645,702
(Sumber : Perhitungan)
10. ddd[Type text] [Type text] [Type text]
10
Tinggi Muka Air di Atas Mercu
Perhitungan debit yang mengalir
untuk Bendung dengan tipe mercu bulat
dapat digunakan rumus berikut :
Q = Cd. 2/3 √(
2
3
. g ) . B. H1
1,5
Langkah – langkah perhitungan yaitu :
1. Asumsikan nilai Cd = 1,30
2. Dari persamaan Q didapat :
645,702 =
2
3
x 1,30 x √9,81 x
2
3
x Be x H1
3/2
3. Dari persamaan (1) maka :
Be = 67,20 – 0,24. H1 ...................(1)
Maka, masukan persamaan (1) :
645,702 = 2,22 x (67,20 – 0,24. H1) x H1
1,5
Tabel 3 : Tinggi air diatas mercu
Dari coba-coba didapat tinggi air
diatas mercu (H1) = 2,673 m. Berdasarkan
petunjuk perencanaan untuk mercu
pasangan batu jari-jari (r) = 0,30 x 2,673 =
0,80 m.
q =
Q
Bef
=
645,702
66,56
= 9,70 m3/dt/m
V1 =
9,70
2,10+2,673
= 2,03 m/dt
Ha =
V2
2.g
=
2,032
2 x 9,81
= 0,21 m
Hd = H1 – Ha = 2,673 – 0,21 = 2,463 m
Lebar Bendung
Lebar Bendung yaitu jarak antara
pangkal (abutment) sebaiknya sama
dengan rata-rata sungai bagian yang stabil.
Pada perencanaan ini lebar Bendung
adalah :
B = 1,2 x 57,30 m
= 68,80 m
Lebar Efektif Bendung
Lebar efektif Bendung (Beff) adalah
lebar Bendung yang dapat dilewati oleh
air. Lebar pintu penguras (Bp) = 1/10 x
68,80 = 6,88 m. Lebar pintu bersih = 60 %
x 6,88 = 4,1 m. Lebar pintu penguras
direncanakan sebanyak 2 buah dengan
tebal pilar 0,8 m, maka diambil :
a. Jumlah pintu penguras = 2 pintu
b. Lebar pintu = 2,10 m
B’ = 68,80 – (2 x 0,80) = 67,20 m
Be = 67,20 - 2(2 x 0,01 + 0,10) x 2,673
= 66,56 m.
Kolam Olak Bak Tenggelam
Perhitungan hidrolis kolam olak tipe
Bak tenggelam dapat dilakukan dengan
persamaan berikut:
Menghitung debit per satuan lebar
q =
Q
Be
=
645,702
66,56
= 9,70 m3/dt/m.
Tinggi air kritis
hc = √
9,702
9,81
3
= 2,12 m.
(Sumber : Perhitungan)
h (m) 2
3
x 1,30 x√9,81 x
2
3
(67,2 - 0,24.H1)
H1
1,5
Qtrial (m3
/dt)
0,445 2,22 67,093 0,30 44,22
0,900 2,22 66,984 0,85 126,97
1,350 2,22 66,876 1,57 232,88
1,800 2,22 66,768 2,41 357,96
2,250 2,22 66,660 3,38 499,45
2,673 2,22 66,558 4,37 645,702
11. ddd[Type text] [Type text] [Type text]
11
Beda tinggi muka air banjir
∆H = (+37,89) – (+34,67) = 3,22 m.
Radius lengkung
∆H
hc
=
3,22
2,12
= 1,52 m ≤ 2 maka didapat,
Rmin = 1,55 x 2,12 = 4,00 m.
Tinggi air minimum dihilir
Tmin
hc
= 1,88 (
∆H
hc
)
0,215
= 4,36 m.
Lebar ambang ujung
b = 0,1 x Rmin = 0,1 x 4,00 m = 0,40 m
Lantai Muka
Berdasarkan perhitungan panjang
lantai muka maka didapat :
Panjang lantai muka = 6,0 m
Panjang total Vertikal (∑ LV) = 16,42 m
Panjang total Horizontal (∑ LH) = 5,10 m
Beda tinggi tekanan Normal (∆H) = 3,74 m
Beda tinggi tekanan Banjir (∆H) = 3,22 m
Panjang total Creep Line = 21,52 m
Angka rembesan kondisi air normal yaitu :
CW =
∑LV +
1
3
. ∑LH
H
≥ C
CW =
16,42 + 5,10
3,74
= 5,75 > 5 ........Aman!
Panjang rembesan kondisi air normal
yaitu :
Lperlu = C. ∆H = 5 x 3,74 = 18,70 m
Syarat, Lperlu < Ldesain
18,70 m < 21,52 m ......................Aman!
Angka rembesan kondisi air banjir yaitu :
CW =
∑LV +
1
3
. ∑LH
H
≥ C
CW =
16,42 + 5,10
3,22
= 6,68 > 5 ......Aman!
Panjang rembesan kondisi air banjir yaitu :
Lperlu = C. ∆H
= 5 x 3,22 = 16,10 m
Syarat, Lperlu < Ldesain
16,10 m < 21,52 m .....................Aman!
Kantong Lumpur
Untuk hal ini diambil data praktis
yang bisa dipakai untuk perencanaan
kantong lumpur yaitu :
Menghitung volume kantong lumpur
yaitu :
V = 0,0005 x Qnx T
= 0,0005 x 2,171 x 604800
= 656,51 m3
Dengan nilai d = 0,07 mm, suhu air =
20° maka lihat gambar 2.33 didapat nilai w
= 0,004 m/dt.
Menghitung luas permukaan rata-rata
yaitu :
LB =
Qn
w
syarat, L/B > 8
=
2,171
0,004
= 542,75 m2
Lebar (B) = 6,0 m (direncanakan)
L =
542,75
6,0
= 90,50 m
Penentuan kemiringan energi
pembilasan (Is) untuk pembilasan, kantong
lumpur kosong) yaitu:
Kecepatan pembilasan (Vs) = 1,50 m
Koefisien strickler (ks) = 60
12. ddd[Type text] [Type text] [Type text]
12
Debit pembilasan (Qs) = 1,2 x Qn
= 1,2 x 2,171
= 2,605 m3/dt
Menghitung luas penampang basah
pembilasan (As) yaitu :
As =
Qs
Vs
=
2,605
1,50
= 1,74 m2
Dengan lebar (B) = 6,0 m maka didapat
kedalaman pembilasan (hs) yaitu :
hs =
As
B
=
1,74
6,0
= 0,29 m
Menghitung keliling basah pembilasan (Ps)
yaitu :
Ps = B + 2.h.√1 + m2
= 6,0 + 2.(0,29). √1 + 12
= 6,82 m
Menghitung jari-jari hidrolis pembilasan
(Rs) yaitu :
Rs =
As
Ps
=
1,74
6,82
= 0,255 m
Menghitung kemiringan energi pembilasan
(Is) metode strickler yaitu :
Vs = ks x Rs2/3 x Is1/2
Is =
Vs2
(Rs2/3 . ks)²
Is =
1,502
(0,2552/3 x 60)²
= 0,0038
Agar pembilasan lumpur dapat
dilakukan dengan baik, kecepatan aliran
harus dikontrol agar tetap subkritis (Fr < 1)
yaitu :
Fr =
Vs
√g . hs
=
1,5
√9,81 x 0,29
= 0,88 < 1 (Aliran subkritis)...........Oke
Menghitung panjang kantong
lumpur sesuai kebutuhan volume endapan,
dengan volume lumpur (V) = 656,51 m3.
V = 0,50 L.B + ((0,5.(Is – In) L2.B)
656,51 = 0,50 x L x 6,0 + ((0,5 x (0,0038 –
0,000081) x L2 x 6,0)
656,51 = 3,0. L + 0,011 .L2
L = 143,4 m direncanakan = 144,0 m.
Efesiensi kantong lumpur untuk
berbagai diameter sedimen dapat
ditentukan. Dengan panjang (L) = 144 m
dan kedalaman air rencana (hn) = 0,905 m
serta kecepatan (Vn) = 0,40 m/dt,
kecepatan endap (𝜔) dapat disesuaikan.
hn
ω
=
L
Vn
, maka 𝜔 =
hn .Vn
L
𝜔𝑜 =
0,905 x 0,40
144
= 0,0025 m/dt
Fraksi rencana 0,07 mm dengan
kecepatan endapan 0,004 m/dt. Efesiensi
pengendapan fraksi 0,07 mm dapat
dihitung sebagai berikut :
𝜔 = 0,004 m/dt 𝜔o = 0,0025 m/dt
V0 = 0,40 m/dt
𝜔
𝜔o
=
0,004
0,0025
= 1,60
ω
Vo
=
0,004
0,40
= 0,01
Dari grafik Camp maka diperleh efesiensi
pengendapan 87 %.
13. ddd[Type text] [Type text] [Type text]
13
Pintu Pengambilan (Intake)
Dari rencana jaringan irigasi,
keseluruhan areal sawah terteltak disisi
kanan Bendung dengan luas areal sawah
yang akan di aliri 1300 ha, dengan
kebutuhan air normal (NFR) = 1,670
lt/dt.ha (Perhitungan kebutuhan air).
Debit yang diperlukan untuk
mengairi sawah di hitung dengan rumus :
QPengambilan = (NFR/efesiensi total) x A
= (1,670 x 1300 ha)/1000
= 2,171 m3/dt
Debit rencana diambil 120% dari
debit yang dialirkan melalui pintu
pengambilan yaitu :
QDesign = 1,2 x QPengambilan
= 1,2 x 2,171 m3/dt
= 2,605 m3/dt
Pintu pengambilan direncanakan
dengan dimensi yaitu :
Ukuran lebar pintu (b) = 0,80 m
Kehilangan energi bukaan (z) = 0,20 m
Maka tinggi bukaan pintu yaitu :
QDesign = µ. b. a √2. g. z
2,605 = 0,80 x (2 x 0,80). a √2 x 9,81 x 0,20
2,605 = 2,54 x a
a =
2,605
2,54
= 1,02 m
Kesimpulan :
QDesign = 2,605 m3/dt
Lebar pintu = 0,80 m
Tinggi bukaan = 1,02 m
Jumlah pintu = 2 buah pintu
Stabilitas Bendung
a. Kondisi pada saat air Normal
Berdasarkan hasil perhitungan gaya-
gaya yang bekerja pada konstruksi
Bendung pada kondisi air normal, maka
rekapitulasi gaya-gaya dan momen dapat
dilihat pada Tabel 4 sebagai berikut.
Tabel 4 : Rekapitulasi gaya-gaya
Kontrol tehadap Guling
SF =
∑MT
∑MG
≥ 1,50
SF =
221,864
97,934
= 2,27 > 1,50 ....Aman!
Kontrol terhadap Geser
SF = f.
∑V
∑H
≥ 1,50
SF =
0,75 x (50,104 − 9,926)
(24,496 − 0,814)
= 1,70 > 1,50
Daya dukung tanah
Daya dukung tanah menurut Terzaghi
yaitu :
Qult = 154,258 t/m2
𝜎𝑡̅ =
154,258
3
= 51,419 t/m2
σ1,2 =
∑V
B
(1 ±
6.𝑒
B
) ≤ 𝜎𝑡̅̅̅̅
σ1 = 8,755 t/m2 ≤ 51,419 t/m2 ..........Aman!
σ2 = 5,342t/m2 ≤ 51,419 t/m2 ..........Aman!
No. Item
Gaya Horizontal (t) Gaya Vertikal (t) Momen (t.m)
(+) (-) (+) (-) MT MG
1 Berat Sendiri - - - 49,592 217,638 -
2 Gaya Gempa 11,353 - - - - 28,332
3 Tekanan Tanah 1,077 0,814 - - 0,423 1,713
4 Tek. Lumpur 0,441 - - 0,192 1,426 2,209
5 Tek. Hidrostatis 2,205 - - 0,320 2,377 11,047
6 Gaya Uplift 9,393 9,926 - 54,633
∑ Tanpa Gempa 13,116 0,814 9,926 50,104 221,864 69,602
∑ Dengan Gempa 24,469 0,814 9,926 50,104 221,864 97,934
(Sumber : Perhitungan)
14. ddd[Type text] [Type text] [Type text]
14
b. Kondisi pada saat air Banjir
Berdasarkan hasil perhitungan gaya
gaya yang bekerja pada konstruksi
Bendung pada kondisi air banjir, maka
rekapitulasi gaya-gaya dan momen dapat
dilihat pada Tabel 5 sebagai berikut.
Tabel 5 : Rekapitulasi gaya-gaya
Kontrol tehadap Guling
SF =
∑MT
∑MG
≥ 1,25
SF =
302,934
194,414
= 1,60 > 1,25 ....Aman!
Kontrol terhadap Geser
SF = f.
∑V
∑H
≥ 1,25
SF =
0,75 x (73,147 − 18,670)
(40,517 − 0,814)
= 1,37 > 1,25
Daya dukung tanah
Daya dukung tanah menurut Terzaghi
yaitu :
Qult = 154,258 t/m2
𝜎𝑡̅ =
154,258
3
= 51,419 t/m2
σ1,2 =
∑V
B
(1 ±
6.𝑒
B
) ≤ 𝜎𝑡̅̅̅̅
σ1 = 12,877 t/m2 ≤ 51,419 t/m2.......Aman!
σ2 = 6,237t/m2 ≤ 51,419 t/m2.......Aman!
Kondisi air Normal
Kondisi air Banjir
Gambar 7 : Diagram tegangan tanah
No. Item
Gaya Horizontal (t) Gaya Vertikal (t) Momen (t.m)
(+) (-) (+) (-) MT MG
1 Berat Sendiri - - - 49,592 217,638 -
2 Gaya Gempa 11,353 - - - - 28,332
3 Tekanan Tanah 1,077 0,814 - - 0,423 1,713
4 Tek. Lumpur 0,441 - - 0,192 1,426 2,209
5 Tek. Hidrostatis 7,982 - - 23,363 83,447 48,941
6 Gaya Uplift 19,664 18,670 - 113,219
∑ Tanpa Gempa 29,164 0,814 18,670 73,147 302,934 166,082
∑ Dengan Gempa 40,517 0,814 18,670 73,147 302,934 194,414
(Sumber : Perhitungan)
𝜎1= 8,755 t/m2
𝜎2 = 5,342 t/m2
𝜎2= 6,237 t/m2
𝜎1=12,877 t/m2
15. ddd[Type text] [Type text] [Type text]
15
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil perencanaan ulang
Bendung tetap Lubuk Sarik Kabupaten
Pesisir Selatan, penulis dapat mengambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
a. Perhitungan Hidrologi Bendung
Dalam perhitungan debit banjir
rencana periode ulang 100 tahun
digunakan 3 metode yaitu Melchior,
Mononobe, dan Haspers dengan luas
Catchment Area 217,0 km2. Untuk debit
rencana Bendung Lubuk Sarik didapat Q100
sebesar 645,702 m3/dt dari metode
Mononobe, dikarenakan mendekati debit
dilapangan.
b. Perhitungan Hidrolis Bendung
1) Tipe mercu Bendung yang dipakai
yaitu tipe Bulat dengan jari-jari 0,80
meter dengan material struktur
pasangan batu.
2) Berdasarkan hasil perhitungan hidrolis
Bendung dengan Q100 sebesar 645,702
m3/dt didapat hasil sebagai berikut :
a) Tinggi muka air banjir diatas
mercu (H1) = 2.673 meter.
b) Tinggi muka air banjir dihilir
Bendung (H2) = 2,452 meter.
c) Tinggi mercu Bendung didapat =
2,10 meter.
d) Lebar efektif Bendung = 66,56
meter.
e) Panjang lantai muka = 6,0 meter.
3) Bangunan peredam energi dipakai tipe
Bak Tenggelam dengan jari-jari
sebesar 4,0 meter dengan batas
minimum tinggi air dihilir (Tmin) =
4,36 meter.
c. Stabilitas Bendung
Maka didapat kesimpulan bahwa
tubuh Bendung Aman terhadap bahaya :
1) Guling
2) Geser
3) Rembesan bawah pondasi (piping)
4) Daya dukung tanah
B. Saran
1. Dalam merencanakan suatu bendung
hendaknya menggunakan data-data yang
akurat, sehingga dalam pengerjaannya
dilapangan sesuai dengan kebutuhan baik
dari segi kualitas maupun kuantitas.
2. Perencanaan hidraulik bendung
sebaiknya terlebih dahulu melakukan uji
laboratorium untuk mendapatkan kondisi
lapangan yang sesuai, disamping itu
pemilihan tipe bendung disesuaikan
dengan kondisi tanah dasar dan angkutan
sedimen.
3. Dalam perencanaan bendung harus
mempertimbangkan faktor stabilitas,
ekonomis dan nilai estetika bangunan dan
stabilitas adalah hal mutlak yang harus
dipenuhi.
16. ddd[Type text] [Type text] [Type text]
16
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Pekerjaan Umum, Direktorat Sumber Daya Air. Standar Perencanaan Irigasi
01 ; Biro Penerbit PU, Jakarta, 2013
Kementerian Pekerjaan Umum, Direktorat Sumber Daya Air. Standar Perencanaan Irigasi
02 ; Biro Penerbit PU, Jakarta, 2013
Kementerian Pekerjaan Umum, Direktorat Sumber Daya Air. Standar Perencanaan Irigasi
06 ; Biro Penerbit PU, Jakarta, 2013
Kementerian Pekerjaan Umum, Direktorat Sumber Daya Air. Standar Perencanaan Irigasi
07 ; Biro Penerbit PU, Jakarta, 2013
Mawardi Eman, dkk. 2002, Desain Hidraulik Bendung Tetap untuk Irigasi Teknis ; Biro
Penerbit Alfabeta, Bandung, 2010.
Universitas Syiah Kuala, Fakultas Teknik, Bangunan Air I ; Penerbit Unsyiah, Aceh, 2007
Kamiana, I Made, Teknik Perhitungan Debit Rencana Bangunan Air ; Penerbit Graha Ilmu,
Yogyakarta, 2011
Soewarno, Hidrologi Aplikasi Metode Statistik Analisis Data Jilid I & jilid II ; Penerbit
NOVA, Bandung, 1995
Suripin, Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan ; Biro Penerbit ANDI, Yogyakarta,
2004
Soenarno. 1972, Perencanaan Bendung Tetap ; Departemen Pekerjaan Umum Direktorat
Jendral Pengairan, Bandung.
Sosrodarsono, Suyono. Takeda, Kensaku. 1977. Bendungan Tipe Urugan. Penerbit Pradnya
Paramita, Jakarta.