Dokumen tersebut membahas tentang ketersediaan air pada daerah irigasi. Secara singkat, dokumen menjelaskan bahwa ketersediaan air terdiri atas air hujan, air permukaan, dan air tanah. Sumber utama air irigasi berasal dari air permukaan seperti sungai, saluran, dan danau. Dokumen juga menjelaskan variabilitas ketersediaan air dan cara menghitung debit andalan untuk mengakomodasi variabilitas tersebut.
1. Mata Kuliah : Irigasi 1 E
Dosen Pengampu: IR. I MADE UDIANA, MT
Program Studi : Teknik Sipil
KETERSEDIAAN AIR
PADA DAERAH
IRIGASI
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
2. KELOMPOK 13
1. SWINGLY K.N. ELIMANAFE (2006010069)
2
3
THEODORA GABRIELA (2006010070)
ALESANDRA BARBARA D.NUA (2006010030)
4. 8.1. BENTUK KETERSEDIAAN AIR
Ketersediaan air pada dasarnya terdiri atas tiga bentuk, yaitu air hujan, air permukaan,
dan air tanah. Sumber air utama dalam pengelolaan lokasi air adalah sumber air
permukaan dalam bentuk air di sungai, saluran, danau, dan tampungan lainnya.
Penggunaan air tanah kenyataannya sangat membantu pemenuhan kebutuhan air baku
dan air irigasi pada daerah yang sulit mendapatkan air permukaan, akan tetapi
keberlanjutannya perlu dijaga dengan pengambilan yang terkendali di bawah debit
aman (safe yield). Dalam pengelolaan lokasi air, air hujan berkontribusi untuk
mengurangi kebutuhan air irigasi yaitu dalam bentuk hujan efektif. Pada beberapa
daerah dengan kualitas air permukaan yang tidak memadai, dilakukan pemanenan
hujan,yaitu air hujan ditampung menjadi sumber air untuk keperluan rumah tangga.
4
5. Ketersediaan air permukaan dapat
didefinisikan dalam berbagai cara. Lokasi
ketersediaan air dapat berlaku pada suatu
titik, misalnya pada suatu lokasi pos duga air,
bendung tempat pengambilan air irigasi, dan
sebagainya dimana satuan yang kerap
digunakan berupa nilai debit aliran dalam
meter kubik/s atau liter/s. Banyaknya air yang
tersedia dapat pula dinyatakan untuk suatu
areal tertentu, misalnya pada suatu wilayah
sungai (WS), daerah aliran sungai (DAS),
daerah irigasi (DI), dan sebagainya, dimana
satuan yang digunakan adalah banyaknya air
yang tersedia pada satu satuan waktu,
misalnya juta meter kubik/tahun atau
milimeter/ hari.
6. 8.2. VARIABILITAS KETERSEDIAAN AIR
Air yang tersedia pada suatu lokasi tidak pernah tetap jumlahnya
melainkan selalu berubah ubah dari waktu ke waktu. Pada musim hujan terjadi
debit banjir yang besar, dan pada musim kemarau air mengalir dengan debit aliran rendah
yang kecil. Agar dapat menyatakan ketersediaan air secara sempurna maka data debit
aliran haruslah bersifat runtut waktu (time series). Data runtut waktu inilah yang
menjadi masukan utama dalam model simulasi wilayah sungai, dan menggambarkan
secara lengkap variabilitas data debit aliran. Untuk menyatakan ketersediaan air hanya
dengan menggunakan sebuah angka, maka angka tersebut adalah rata-rata dari data
debit yang ada.
7. Cara ini tidak memberi
informasi mengenai variabilitas data.
Menyajikan data sebagai 12 angka
yang menyatakan rata-rata bulanan
lebih memberikan informasi mengenai
variabilitas data dalam setahun,
akan tetapi belum memberi informasi
mengenai berapa debit yang dapat
diandalkan. Angka yang menunjukkan
variabilitas ketersediaan air
sekaligus menunjukkan seberapa besar
debit yang dapat diandalkan adalah
debit andalan.
8. Debit andalan adalah debit yang dapat
diandalkan untuk suatu tingkat keandalan atau
reliabilitas tertentu. Untuk keperluan irigasi
biasa digunakan debit andalan dengan reliabilitas
80% sebagaimana ditetapkan dalam Kriteria
Perencanaan Irigasi (DitjenPengairan, 1985).
Artinya dengan kemungkinan 80% debit yang
terjadi adalah lebih besar atau sama dengan
debit tersebut, atau dengan kata lain sistem
irigasi boleh gagal sekali dalam lima tahun.
Untuk keperluan air minum dan industri
dituntut reliabilitas yang lebih tinggi, yaitu
sekitar 90% sampai dengan 95%. Jika air
sungai digunakan untuk pembangkitan listrik
tenaga air, maka diperlukan reliabilitas yang
sangat tinggi, yaitu antara 95% sampai dengan
99% (Goodman, 1984). Contoh ketersediaan air
yang dinyatakan dalam tinggi aliran rata-rata,
andalan Q80% dan Q90% disajikan pada Gambar
8.2.
8.3. DEBIT ANDALAN
Nilai debit rata-rata, maupun debit andalan sebaiknya dihitung dari
data debit pengamatan yang cukup panjang. Permasalahan yang
kerap kali terjadi adalah bahwa data debit yang diukur tidak lengkap,
yaitu banyak pengamatan yang kosong atau salah, sehingga perlu
dilakukan analisis hujan-aliran untuk melengkapi data debit yang
kosong dan memperpanjang data debit runtut waktu yang kurang
panjang.
9. 8.3.1 Keandalan Sistem
Air yang tersedia jumlahnya selalu berfluktuasi, sehingga
kebutuhan air tidak selalu dapat dipenuhi sepanjang masa.
Salah satu ukuran kinerja pemenuhan kebutuhan air adalah
keandalan sistem. Jika keandalan sistem adalah R, maka
resiko kegagalan (F).
Tingkat keandalan dapat dinyatakan dalam satuan
waktu dan volume. Keandalan menurut satuan waktu
dinyatakan sebagai :
10. Dimana:
Rt : adalah keandalan waktu
n : adalah jumlah waktu kebutuhan air terpenuhi; dan
N : adalah jumlah seluruh waktu
Sedangkan tingkat keandalan menurut volume didefinisikan
sebagai:
Dimana:
Rv : adalah keandalan menurut volume
v : adalah volume penyediaan air; dan
V : adalah volume air yang dibutuhkan.
11. Tingkat keandalan pasokan air dapat ditingkatkan dengan:
a). Pembangunan waduk atau tampungan air. Pola pengoperasian waduk juga akan
menentukan tingkat keandalan waduk dalam memasok kebutuhan air di hilirnya.
Salah satu metode pengoperasian waduk untuk meningkatkan tingkat keandalan adalah
dengan metode hedging yang mengurangi pemasokan kebutuhan air, jika jumlah air dalam
waduk dalam kondisi minim;
b). Suplesi atau alih aliran antar Daerah Aliran Sungai (inter-basin transfer),
contohnya pasok air bersih Jakarta yang diambil dari Sungai Citarum melalui Saluran
Tarum Barat dan dari Sungai Cisadane;
c). Meningkatkan kelestarian hutan pada daerah tangkapan air.
12. 8.3.2 Perhitungan Debit Andalan
Pada dasarnya terdapat dua cara untuk menghitung debit
andalan, yaitu cara plotting position, dan cara statistik. Cara
plotting position pada dilakukan dengan mengurutkan data
dari besar ke kecil, dengan urutan nomor 1 sampai dengan N.
Selanjutnya masing-masing urutan diberi nilai
kemungkinan terlampaui (probability of exceedance).
Plotting position yang dianjurkan adalah cara Weibul yang
memberikan probabilitas urutan ke-r adalan r/(N+1), dan
akhirnya dilakukan interpolasi untuk memperoleh
Interpolasi guna mendapatkan probabilitas 80%, 90% dan
95%. Cara plotting position lainnya adalah menggunakan
fungsi Ms-Excel PERCENTILE, yang didasarkan atas
kemungkinan P = r/N, yang jika jumlah data semakin
banyak maka hasilnya akan mendekati cara Weibul.
13. Cara statistik sebaiknya hanya digunakan jika data yang
tersedia hanya berupa nilai rata-rata dan simpangan baku.
Dengan asumsi distribusi Normal, maka:
Perhitungan debit andalan dengan metode plotting
position menghasilkan kurva durasi aliran atau
lengkung lama aliran, yang absisnya adalah
probabilitas terlampaui, dan besar aliran sebagai
ordinatnya, sebagaimana disajikan pada Gambar 8.3
Dengan lengkung lama aliran dapat diperoleh angka besar
debit aliran untuk berbagai tingkat keandalan.
14. Air yang tersedia sebagai debit aliran sungai bervariasi menurut waktu. Untuk
mengakomodasi variabilitas debit, maka digunakan debit andalan
dengan kemungkinan terlampaui tertentu. Perhitungan debit
andalan memerlukan data runtut-waktu yang panjang, yang diurutkan
sehingga diperoleh nilai kemungkinan terlampaui. Penyediaan air irigasi
memerlukan keandalan Q80%, dan air bersih Q90%. Tingkat keandalan
penyediaan air dapat ditingkatkan dengan tampungan air, alih aliran
antar DAS, dan kelestarian daerah tangkapan air.