SlideShare a Scribd company logo
1 of 27
Download to read offline
Modul ke:
Fakultas
Program Studi
REKAYASA
HIDROLOGI
PERHITUNGAN DEBIT BANJIR RENCANA (1)
Gneis Setia Graha, ST, MT.
Teknik
Teknik Sipil
www.mercubuana.ac.id
Metode Debit Banjir
REKAYASA HIDROLOGI
1. Metode Empiris
Digunakan sebagai alat terakhir, jika tidak terdapat data yang cukup
atau digunakan untuk memeriksa hasil yang didapat dengan
metode yang lain.
2. Metode Statistic atau Kemungkinan
Metode ini sangat teoritis dan mempunyai suatu keuntungan yang
besar sabagai cara peramalan yang berdasarkan data-data yang lalu.
3. Metode Unit Hidrograf
Metode ini diterapkan pada luas DAS 25 – 5000 km2, untuk luas DAS
yang lebih besar dari 5000 km2 metode ini dapat juga digunakan jika
telah dibuatkan hidrigraf satuan yang bersangkutan dengan corak
hujan dalam DAS tersebut.
Metode Sintetis Empiriss
REKAYASA HIDROLOGI
Jika tidak terdapat data hidrologi yang cukup, maka
perkiraan debit banjir dihitung dengan rumus-rumus
empiris yang telah banyak dikemukakan. Hampir semua
rumus empiris adalah tipe rumus yang menyatakan
korelasi dengan satu atau dua variabel yang sangat
berhubungan dengan debit banjir, diantaranya
karakteristik DAS dan sebaran hujan.
Metode Rasional
Pengembangan dari hidrograf rasional. Dipakai untuk menetapkan
besarnya debit banjir dalam perencanaan sarana drainase untuk
DAS kecil (<2.5 km2) seperti pemukiman, jalan raya, jalan KA,
lapangan terbang dll. Besarnya debit aliran permukaan akibat hujan
yang turun disuatu DAS :
Q = 0.278*C*I*A
dimana :
• Q = besarnya debit banjir maksimum (m3/s)
• C = koefisien pengaliran (lihat tabel pada Modul 10)
• I = intensitas hujan selama waktu konsentrasi (tc) (mm/jam)
• A = luas DAS (km2)
Metode Werduwen
Metoda dikembangkan di Indonesia oleh seorang ilmuwan belanda
bernama Weduwen untuk menganalisis debit banjir dari sebuah
DAS dengan luas < 100 km2. Formulasi empiris diturunkan berdasar
curah hujan harian maksimum berperiode ulang 70 tahun yang
pada saat itu mempunyai tinggi curah hujan 240 mm
Besarnya koefisien aliran dinyatakan dalam bentuk rumus:
1
4,1
7
Harga β adalah koefisien reduksi, yang dapat dihitung dengan
rumus:
1
1
9
120
Besarnya curah hujan maksimum dihitung dengan rumus:
67,64
1,45
keterangan:
• α = koefisien aliran
• b = koefisien reduksi
• q = curah hujan maksimum (m3/det/km2)
• t = lamanya hujan maksimum (1/6 sampai 12 jam)
• f = Luas DPS (km2) kurang dari 100 km2
Waktu konsentrasi dihitung dengan rumus:
8 , ,
0,9
keterangan:
• tc = waktu konsentrasi
• L = panjang sungai (km)
• i = kemiringan
Pada penerapan metode Weduwen, pertama ditentukan harga t
perkiraan untuk menghitung harga b, kemudian hitung harga q dan
a, selanjutnya dihitung harga t dengan perhitungan rumus:
0,476 ,
, ,
Keterangan:
• apabila harga t perkiraan belum sama dengan t perhitungan
maka tentukan t yang lain.
• apabila harga t perkiraan sudah sama dengan t perhitungan
maka debit puncak banjirnya dapat dihitung.
Metode Hasper
Persamaan yang digunakan dalam perhitungan debit
banjir dengan menggunakan metoda Hasper adalah
sebagai berikut:
• Debit Banjir (Q) Q = f x α x β x q (m3/dtk)
• Koefisien Runoff (α),
, .
, .
• Koefisien Reduksi (β),
. . /
• Waktu Konsentrasi (T)
T = 0,1 x L0.8 x I-0.3
Hujan Maksimum (q)
Hujan maksimum tergantung dari durasi hujan.
a. Untuk T < 2 jam
.
dimana T dalam jam dan rT, R24 dalam mm.
b. Untuk 2 jam ≤ T ≤ 19 jam
dimana T dalam jam dan rT, R24 dalam mm
c. Untuk 19 jam ≤ T ≤ 30 hari
dimana T dalam jam dan rT, R24 dalam mm
Hujan maksimum dihitung dengan rumus
.
dimana T dalam jam dan q dalam m3/km2/dtk
Metode Monobe
Persamaan yang digunakan
dalam metoda Mononobe
adalah sebagai berikut:
.
/
dimana:
Q = Debit banjir (m3/dtk)
a = Koefisien pengaliran
f = Luas daerah pengaliran (km2)
r = Intensitas hujan (mm/jam)
V= Kecepatan aliran (km/jam),
R= Curah hujan maksimum (mm)
METODE UNIT HIDROGRAF
REKAYASA HIDROLOGI
Pada tahun 1932, L.K. Sherman mengenalkan konsep hidrograf
satuan, yang banyak digunakan untuk transformasi dari hujan
menjadi debit aliran. Hidrograf satuan didefinisikan sebagai
hidrograf limpasan langsung (tanpa aliran dasar) yang ditimbulkan
oleh hujan efektif 1 mm yang terjadi secara merata di permukaan
DAS dengan intensitas tetap dalam suatu durasi tertentu.
Dalam penggunaan hidrograf satuan terdapat beberapa anggapan
sebagai berikut:
• Hujan efektif mempunyai intensitas konstan selama durasi hujan
efektif. Untuk memenuhi anggapan ini maka hujan deras yang
dipilih untuk analisis adalah hujan dengan durasi singkat.
• Hujan efektif terdistribusi secara merata pada seluruh DAS.
Dengan anggapan ini maka hidrograf satuan tidak berlaku untuk
DAS yang sangat luas, karena sulit untuk mendapatkan hujan
merata diseluruh DAS. Penggunaan pada DAS yang sangat luas
dapat dilakukan dengan membagi DAS menjadi sejumlah sub
Konsep Hidrograf Satuan
1. Hidrograf menggambarkan semua kombinasi dari karakteristik fisik DAS
(bentuk, ukuran, kemiringan, sifat tanah) dan karakteristik hujan (pola,
intensitas dan durasi).
2. Mengingat sifat DAS tidak berubah dari hujan yang satu dengan hujan yang
lain, maka hidrograf yang dihasilkan oleh hujan dengan durasi dan pola yang
serupa memberikan bentuk dan waktu dasar yang serupa pula. Dengan
demikian dapat dilakukan superposisi dari hidrograf-hidrograf tersebut.
Apabila terjadi hujan efektif sebesar 2 mm dengan satuan waktu tertentu,
hidrograf yang terjadi akan mempunyai bentuk yang sama dengan hidrograf
dengan hujan efektif 1 mm dengan durasi yang sama, kecuali bahwa
ordinatnya adalah dua kali lebih besar. Demikian juga, apabila hujan efektif 1
mm terjadi dalam dua satuan durasi yang berurutan, hidrograf yang
dihasilkan adalah jumlah dari dua hidrograf 1 mm, dengan hidrograf kedua
mulai dengan keterlambatan satu satuan waktu.
3. Variasi sifat hujan mempunyai pengaruh signifikan pada bentuk hidrograf,
yang meliputi (a) durasi hujan, (b) intensitas, dan (c) distribusi hujan pada
DAS.
Prinsip Hidrograf Satuan
Penurunan Hidrograf Satuan dari Hujan Tunggal
Untuk menurunkan hidrograf satuan diperlukan data hujan dan
debit aliran. Prosedur penurunan hidrograf satuan adalah sebagai
berikut:
1. Digambar hidrograf yang berkaitan dengan hujan yang terjadi.
Aliran dasar dipisahkan sehingga diperoleh hidrograf aliran
langsung (HAL).
2. Dihitung luasan di bawah HAL yang merupakan volume aliran
permukaan. Volume aliran tersebut dikonversi menjadi
kedalaman aliran di seluruh DAS.
3. Ordinat dari HAL dibagi dengan kedalaman aliran, yang
menghasilkan hidrograf satuan dengan durasi sama dengan
durasi hujan.
Penurunan Hidrograf Satuan dari Hujan Sembarang
Apabila hujan terdiri dari beberapa intensitas berbeda yang terjadi
secara berurutan, maka hidrograf satuan dapat dihitung :
n = 1, 2, 3, …, N
m = 1, 2, 3, …, M
dimana:
Qn = hidrograf limpasan langsung
pm = hujan efektif
qn-m+1= hidrograf satuan
N = jumlah ordinat dari hidrograf limpasan langsung
M = jumlah durasi hujan yang berurutan
SOAL DAN PENYELESAIAN
REKAYASA HIDROLOGI
Soal Hidrograf Satuan
DAS Cimanuk mempunyai luas sebesar 286 km2. Hujan dengan
durasi 1 jam sebesar 5.26 mm tercatat pada Stasiun Sukatali
yang terjadi secara merata di seluruh DAS menghasilkan
hidrograf debit seperti ditunjukkan dalam table berikut. Aliran
dasar (base flow) diambil konstan sebesar 13.2 m3/s. Tentukan
hidrograf satuan?
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
0 5 10 15 20 25 30 35
Debit
(m3/s)
Jam Ke-
Hidrograf
Jam ke Debit
(m3/s)
(1) (2)
1 13.2
2 19
3 22.2
4 30
5 35.7
6 51
7 60
8 79.5
9 80.5
10 56.9
11 42.1
12 35.7
13 27.9
14 25.6
15 21.4
16 19.4
17 17.4
18 15.8
19 14.4
20 13.8
21 13.2
22 12.3
23 12.1
24 11.2
25 11
26 10.7
27 10
28 9.9
29 9.4
30 9.1
Penyelesaian
Keterangan:
Kolom (1) = Data
Kolom (2) = Data
Kolom (3) = Data
Kolom (4) = kolom (2) – kolom (3)
Kolom (5) = kolom (4) / tinggi hujan
Tinggi hujan = 5.26 Mm
Jam ke Debit Base Flow
Aliran
langsung
Hidrograf
Satuan
(m3/s) (m3/s) (m3/s) (m3/s/mm)
(1) (2) (3) (4) (5)
1 13.2 13.2 0 0.000
2 19 13.2 5.8 1.103
3 22.2 13.2 9 1.711
4 30 13.2 16.8 3.194
5 35.7 13.2 22.5 4.278
6 51 13.2 37.8 7.186
7 60 13.2 46.8 8.897
8 79.5 13.2 66.3 12.605
9 80.5 13.2 67.3 12.795
10 56.9 13.2 43.7 8.308
11 42.1 13.2 28.9 5.494
12 35.7 13.2 22.5 4.278
13 27.9 13.2 14.7 2.795
14 25.6 13.2 12.4 2.357
15 21.4 13.2 8.2 1.559
16 19.4 13.2 6.2 1.179
17 17.4 13.2 4.2 0.798
18 15.8 13.2 2.6 0.494
19 14.4 13.2 1.2 0.228
20 13.8 13.2 0.6 0.114
21 13.2 13.2 0 0.000
22 12.3 13.2 0 0.000
23 12.1 13.2 0 0.000
24 11.2 13.2 0 0.000
25 11 13.2 0 0.000
26 10.7 13.2 0 0.000
27 10 13.2 0 0.000
28 9.9 13.2 0 0.000
29 9.4 13.2 0 0.000
30 9.1 13.2 0 0.000
-2.000
0.000
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
14.000
0 5 10 15 20 25 30 35
Debit
(m3/s)
Jam Ke-
Hidrograf Satuan
Hidrograf Satuan Dari Hujan Sembarang
Hitung hidrograf satuan satu jam-an dari histogram hujan efektif
dan hidrograf limpasan langsung pada table berikut.
Waktu
Hujan
Efektif
Debit
Limpasan
(jam) (mm) (m3/s)
1 27 12.1
2 49 54.5
3 46 150
4 258.6
5 300.9
6 221.8
7 111
8 52.3
9 39.7
10 23.5
Penyelesaian
M = 3
N = 10
N-M+1 = 10-3+1 = 8
Terima Kasih
Gneis Setia Graha, ST, MT.

More Related Content

Similar to PPT Rekayasa Hidrologi [TM11].pdf

Penyaliran Tambang
Penyaliran TambangPenyaliran Tambang
Penyaliran Tambangheny novi
 
REDESIGN DRAINASE DI PERUMAHAN BUKIT CENGKEH II KOTA DEPOK
REDESIGN DRAINASE DI PERUMAHAN BUKIT CENGKEH II KOTA DEPOKREDESIGN DRAINASE DI PERUMAHAN BUKIT CENGKEH II KOTA DEPOK
REDESIGN DRAINASE DI PERUMAHAN BUKIT CENGKEH II KOTA DEPOKDebora Elluisa Manurung
 
rumus hidrologi hss limantara
rumus hidrologi hss limantararumus hidrologi hss limantara
rumus hidrologi hss limantaraAnnida Lisyahadah
 
LAPORAN REKAYASA HIDROLOGI.pdf
LAPORAN REKAYASA HIDROLOGI.pdfLAPORAN REKAYASA HIDROLOGI.pdf
LAPORAN REKAYASA HIDROLOGI.pdfAkmalFikri22
 
Hidrologi Hujan.pptx
Hidrologi Hujan.pptxHidrologi Hujan.pptx
Hidrologi Hujan.pptxaudisaamalia
 
limpasan air hujan dan pengukurannya
limpasan air hujan dan pengukurannyalimpasan air hujan dan pengukurannya
limpasan air hujan dan pengukurannyaFitria Anggrainy
 
Pengukuran aliran fluida pertemuan 9
Pengukuran aliran fluida pertemuan 9Pengukuran aliran fluida pertemuan 9
Pengukuran aliran fluida pertemuan 9Marfizal Marfizal
 
5.-Prosedur-dan-Instruksi-Kerja-Perhitungan-debit-banjir.pdf
5.-Prosedur-dan-Instruksi-Kerja-Perhitungan-debit-banjir.pdf5.-Prosedur-dan-Instruksi-Kerja-Perhitungan-debit-banjir.pdf
5.-Prosedur-dan-Instruksi-Kerja-Perhitungan-debit-banjir.pdfHestinaEviyanti3
 
Bab 1 Pendahuluan
Bab 1 Pendahuluan Bab 1 Pendahuluan
Bab 1 Pendahuluan afdhal amri
 
Topik 3 - Analisis Data Hujan
Topik 3 - Analisis Data HujanTopik 3 - Analisis Data Hujan
Topik 3 - Analisis Data HujanI-Civec
 
Paper Sistem Pemodelan dan Perencanaan Drainase
Paper Sistem Pemodelan dan Perencanaan DrainasePaper Sistem Pemodelan dan Perencanaan Drainase
Paper Sistem Pemodelan dan Perencanaan DrainasePangeran Sitorus
 
BAHAN KULIAH HIDROLOGI
BAHAN KULIAH HIDROLOGIBAHAN KULIAH HIDROLOGI
BAHAN KULIAH HIDROLOGIEDIS BLOG
 
BAHAN KULIAH HIDROLOGI
BAHAN KULIAH HIDROLOGIBAHAN KULIAH HIDROLOGI
BAHAN KULIAH HIDROLOGIEDIS BLOG
 
Studi evaluasi-normalisasi-saluran-drainase-tanjung-sadari-krembangan-surabay...
Studi evaluasi-normalisasi-saluran-drainase-tanjung-sadari-krembangan-surabay...Studi evaluasi-normalisasi-saluran-drainase-tanjung-sadari-krembangan-surabay...
Studi evaluasi-normalisasi-saluran-drainase-tanjung-sadari-krembangan-surabay...Elma Puspaningtyas
 

Similar to PPT Rekayasa Hidrologi [TM11].pdf (20)

Jurnal hendra
Jurnal hendraJurnal hendra
Jurnal hendra
 
Penyaliran Tambang
Penyaliran TambangPenyaliran Tambang
Penyaliran Tambang
 
REDESIGN DRAINASE DI PERUMAHAN BUKIT CENGKEH II KOTA DEPOK
REDESIGN DRAINASE DI PERUMAHAN BUKIT CENGKEH II KOTA DEPOKREDESIGN DRAINASE DI PERUMAHAN BUKIT CENGKEH II KOTA DEPOK
REDESIGN DRAINASE DI PERUMAHAN BUKIT CENGKEH II KOTA DEPOK
 
Praktikum i anhid
Praktikum i anhidPraktikum i anhid
Praktikum i anhid
 
rumus hidrologi hss limantara
rumus hidrologi hss limantararumus hidrologi hss limantara
rumus hidrologi hss limantara
 
LAPORAN REKAYASA HIDROLOGI.pdf
LAPORAN REKAYASA HIDROLOGI.pdfLAPORAN REKAYASA HIDROLOGI.pdf
LAPORAN REKAYASA HIDROLOGI.pdf
 
1.pdf
1.pdf1.pdf
1.pdf
 
Hidrologi Hujan.pptx
Hidrologi Hujan.pptxHidrologi Hujan.pptx
Hidrologi Hujan.pptx
 
PPT S1.ppt
PPT S1.pptPPT S1.ppt
PPT S1.ppt
 
limpasan air hujan dan pengukurannya
limpasan air hujan dan pengukurannyalimpasan air hujan dan pengukurannya
limpasan air hujan dan pengukurannya
 
Pengukuran aliran fluida pertemuan 9
Pengukuran aliran fluida pertemuan 9Pengukuran aliran fluida pertemuan 9
Pengukuran aliran fluida pertemuan 9
 
Jurnal
JurnalJurnal
Jurnal
 
5.-Prosedur-dan-Instruksi-Kerja-Perhitungan-debit-banjir.pdf
5.-Prosedur-dan-Instruksi-Kerja-Perhitungan-debit-banjir.pdf5.-Prosedur-dan-Instruksi-Kerja-Perhitungan-debit-banjir.pdf
5.-Prosedur-dan-Instruksi-Kerja-Perhitungan-debit-banjir.pdf
 
Bab 1 Pendahuluan
Bab 1 Pendahuluan Bab 1 Pendahuluan
Bab 1 Pendahuluan
 
Topik 3 - Analisis Data Hujan
Topik 3 - Analisis Data HujanTopik 3 - Analisis Data Hujan
Topik 3 - Analisis Data Hujan
 
29 78-1-pb
29 78-1-pb29 78-1-pb
29 78-1-pb
 
Paper Sistem Pemodelan dan Perencanaan Drainase
Paper Sistem Pemodelan dan Perencanaan DrainasePaper Sistem Pemodelan dan Perencanaan Drainase
Paper Sistem Pemodelan dan Perencanaan Drainase
 
BAHAN KULIAH HIDROLOGI
BAHAN KULIAH HIDROLOGIBAHAN KULIAH HIDROLOGI
BAHAN KULIAH HIDROLOGI
 
BAHAN KULIAH HIDROLOGI
BAHAN KULIAH HIDROLOGIBAHAN KULIAH HIDROLOGI
BAHAN KULIAH HIDROLOGI
 
Studi evaluasi-normalisasi-saluran-drainase-tanjung-sadari-krembangan-surabay...
Studi evaluasi-normalisasi-saluran-drainase-tanjung-sadari-krembangan-surabay...Studi evaluasi-normalisasi-saluran-drainase-tanjung-sadari-krembangan-surabay...
Studi evaluasi-normalisasi-saluran-drainase-tanjung-sadari-krembangan-surabay...
 

Recently uploaded

001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptxMuhararAhmad
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaRenaYunita2
 
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxManual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxRemigius1984
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studiossuser52d6bf
 
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfTEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfYogiCahyoPurnomo
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxmuhammadrizky331164
 
materi pengendalian proyek konstruksi.pptx
materi pengendalian proyek konstruksi.pptxmateri pengendalian proyek konstruksi.pptx
materi pengendalian proyek konstruksi.pptxsiswoST
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++FujiAdam
 

Recently uploaded (8)

001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
 
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxManual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
 
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfTEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
 
materi pengendalian proyek konstruksi.pptx
materi pengendalian proyek konstruksi.pptxmateri pengendalian proyek konstruksi.pptx
materi pengendalian proyek konstruksi.pptx
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
 

PPT Rekayasa Hidrologi [TM11].pdf

  • 1. Modul ke: Fakultas Program Studi REKAYASA HIDROLOGI PERHITUNGAN DEBIT BANJIR RENCANA (1) Gneis Setia Graha, ST, MT. Teknik Teknik Sipil www.mercubuana.ac.id
  • 3. 1. Metode Empiris Digunakan sebagai alat terakhir, jika tidak terdapat data yang cukup atau digunakan untuk memeriksa hasil yang didapat dengan metode yang lain. 2. Metode Statistic atau Kemungkinan Metode ini sangat teoritis dan mempunyai suatu keuntungan yang besar sabagai cara peramalan yang berdasarkan data-data yang lalu. 3. Metode Unit Hidrograf Metode ini diterapkan pada luas DAS 25 – 5000 km2, untuk luas DAS yang lebih besar dari 5000 km2 metode ini dapat juga digunakan jika telah dibuatkan hidrigraf satuan yang bersangkutan dengan corak hujan dalam DAS tersebut.
  • 5. Jika tidak terdapat data hidrologi yang cukup, maka perkiraan debit banjir dihitung dengan rumus-rumus empiris yang telah banyak dikemukakan. Hampir semua rumus empiris adalah tipe rumus yang menyatakan korelasi dengan satu atau dua variabel yang sangat berhubungan dengan debit banjir, diantaranya karakteristik DAS dan sebaran hujan.
  • 6. Metode Rasional Pengembangan dari hidrograf rasional. Dipakai untuk menetapkan besarnya debit banjir dalam perencanaan sarana drainase untuk DAS kecil (<2.5 km2) seperti pemukiman, jalan raya, jalan KA, lapangan terbang dll. Besarnya debit aliran permukaan akibat hujan yang turun disuatu DAS : Q = 0.278*C*I*A dimana : • Q = besarnya debit banjir maksimum (m3/s) • C = koefisien pengaliran (lihat tabel pada Modul 10) • I = intensitas hujan selama waktu konsentrasi (tc) (mm/jam) • A = luas DAS (km2)
  • 7. Metode Werduwen Metoda dikembangkan di Indonesia oleh seorang ilmuwan belanda bernama Weduwen untuk menganalisis debit banjir dari sebuah DAS dengan luas < 100 km2. Formulasi empiris diturunkan berdasar curah hujan harian maksimum berperiode ulang 70 tahun yang pada saat itu mempunyai tinggi curah hujan 240 mm Besarnya koefisien aliran dinyatakan dalam bentuk rumus: 1 4,1 7 Harga β adalah koefisien reduksi, yang dapat dihitung dengan rumus: 1 1 9 120
  • 8. Besarnya curah hujan maksimum dihitung dengan rumus: 67,64 1,45 keterangan: • α = koefisien aliran • b = koefisien reduksi • q = curah hujan maksimum (m3/det/km2) • t = lamanya hujan maksimum (1/6 sampai 12 jam) • f = Luas DPS (km2) kurang dari 100 km2
  • 9. Waktu konsentrasi dihitung dengan rumus: 8 , , 0,9 keterangan: • tc = waktu konsentrasi • L = panjang sungai (km) • i = kemiringan
  • 10. Pada penerapan metode Weduwen, pertama ditentukan harga t perkiraan untuk menghitung harga b, kemudian hitung harga q dan a, selanjutnya dihitung harga t dengan perhitungan rumus: 0,476 , , , Keterangan: • apabila harga t perkiraan belum sama dengan t perhitungan maka tentukan t yang lain. • apabila harga t perkiraan sudah sama dengan t perhitungan maka debit puncak banjirnya dapat dihitung.
  • 11. Metode Hasper Persamaan yang digunakan dalam perhitungan debit banjir dengan menggunakan metoda Hasper adalah sebagai berikut: • Debit Banjir (Q) Q = f x α x β x q (m3/dtk) • Koefisien Runoff (α), , . , . • Koefisien Reduksi (β), . . / • Waktu Konsentrasi (T) T = 0,1 x L0.8 x I-0.3
  • 12. Hujan Maksimum (q) Hujan maksimum tergantung dari durasi hujan. a. Untuk T < 2 jam . dimana T dalam jam dan rT, R24 dalam mm. b. Untuk 2 jam ≤ T ≤ 19 jam dimana T dalam jam dan rT, R24 dalam mm c. Untuk 19 jam ≤ T ≤ 30 hari dimana T dalam jam dan rT, R24 dalam mm Hujan maksimum dihitung dengan rumus . dimana T dalam jam dan q dalam m3/km2/dtk
  • 13. Metode Monobe Persamaan yang digunakan dalam metoda Mononobe adalah sebagai berikut: . / dimana: Q = Debit banjir (m3/dtk) a = Koefisien pengaliran f = Luas daerah pengaliran (km2) r = Intensitas hujan (mm/jam) V= Kecepatan aliran (km/jam), R= Curah hujan maksimum (mm)
  • 15. Pada tahun 1932, L.K. Sherman mengenalkan konsep hidrograf satuan, yang banyak digunakan untuk transformasi dari hujan menjadi debit aliran. Hidrograf satuan didefinisikan sebagai hidrograf limpasan langsung (tanpa aliran dasar) yang ditimbulkan oleh hujan efektif 1 mm yang terjadi secara merata di permukaan DAS dengan intensitas tetap dalam suatu durasi tertentu. Dalam penggunaan hidrograf satuan terdapat beberapa anggapan sebagai berikut: • Hujan efektif mempunyai intensitas konstan selama durasi hujan efektif. Untuk memenuhi anggapan ini maka hujan deras yang dipilih untuk analisis adalah hujan dengan durasi singkat. • Hujan efektif terdistribusi secara merata pada seluruh DAS. Dengan anggapan ini maka hidrograf satuan tidak berlaku untuk DAS yang sangat luas, karena sulit untuk mendapatkan hujan merata diseluruh DAS. Penggunaan pada DAS yang sangat luas dapat dilakukan dengan membagi DAS menjadi sejumlah sub
  • 16. Konsep Hidrograf Satuan 1. Hidrograf menggambarkan semua kombinasi dari karakteristik fisik DAS (bentuk, ukuran, kemiringan, sifat tanah) dan karakteristik hujan (pola, intensitas dan durasi). 2. Mengingat sifat DAS tidak berubah dari hujan yang satu dengan hujan yang lain, maka hidrograf yang dihasilkan oleh hujan dengan durasi dan pola yang serupa memberikan bentuk dan waktu dasar yang serupa pula. Dengan demikian dapat dilakukan superposisi dari hidrograf-hidrograf tersebut. Apabila terjadi hujan efektif sebesar 2 mm dengan satuan waktu tertentu, hidrograf yang terjadi akan mempunyai bentuk yang sama dengan hidrograf dengan hujan efektif 1 mm dengan durasi yang sama, kecuali bahwa ordinatnya adalah dua kali lebih besar. Demikian juga, apabila hujan efektif 1 mm terjadi dalam dua satuan durasi yang berurutan, hidrograf yang dihasilkan adalah jumlah dari dua hidrograf 1 mm, dengan hidrograf kedua mulai dengan keterlambatan satu satuan waktu. 3. Variasi sifat hujan mempunyai pengaruh signifikan pada bentuk hidrograf, yang meliputi (a) durasi hujan, (b) intensitas, dan (c) distribusi hujan pada DAS.
  • 18. Penurunan Hidrograf Satuan dari Hujan Tunggal Untuk menurunkan hidrograf satuan diperlukan data hujan dan debit aliran. Prosedur penurunan hidrograf satuan adalah sebagai berikut: 1. Digambar hidrograf yang berkaitan dengan hujan yang terjadi. Aliran dasar dipisahkan sehingga diperoleh hidrograf aliran langsung (HAL). 2. Dihitung luasan di bawah HAL yang merupakan volume aliran permukaan. Volume aliran tersebut dikonversi menjadi kedalaman aliran di seluruh DAS. 3. Ordinat dari HAL dibagi dengan kedalaman aliran, yang menghasilkan hidrograf satuan dengan durasi sama dengan durasi hujan.
  • 19. Penurunan Hidrograf Satuan dari Hujan Sembarang Apabila hujan terdiri dari beberapa intensitas berbeda yang terjadi secara berurutan, maka hidrograf satuan dapat dihitung : n = 1, 2, 3, …, N m = 1, 2, 3, …, M dimana: Qn = hidrograf limpasan langsung pm = hujan efektif qn-m+1= hidrograf satuan N = jumlah ordinat dari hidrograf limpasan langsung M = jumlah durasi hujan yang berurutan
  • 20.
  • 22. Soal Hidrograf Satuan DAS Cimanuk mempunyai luas sebesar 286 km2. Hujan dengan durasi 1 jam sebesar 5.26 mm tercatat pada Stasiun Sukatali yang terjadi secara merata di seluruh DAS menghasilkan hidrograf debit seperti ditunjukkan dalam table berikut. Aliran dasar (base flow) diambil konstan sebesar 13.2 m3/s. Tentukan hidrograf satuan? 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 0 5 10 15 20 25 30 35 Debit (m3/s) Jam Ke- Hidrograf
  • 23. Jam ke Debit (m3/s) (1) (2) 1 13.2 2 19 3 22.2 4 30 5 35.7 6 51 7 60 8 79.5 9 80.5 10 56.9 11 42.1 12 35.7 13 27.9 14 25.6 15 21.4 16 19.4 17 17.4 18 15.8 19 14.4 20 13.8 21 13.2 22 12.3 23 12.1 24 11.2 25 11 26 10.7 27 10 28 9.9 29 9.4 30 9.1
  • 24. Penyelesaian Keterangan: Kolom (1) = Data Kolom (2) = Data Kolom (3) = Data Kolom (4) = kolom (2) – kolom (3) Kolom (5) = kolom (4) / tinggi hujan Tinggi hujan = 5.26 Mm Jam ke Debit Base Flow Aliran langsung Hidrograf Satuan (m3/s) (m3/s) (m3/s) (m3/s/mm) (1) (2) (3) (4) (5) 1 13.2 13.2 0 0.000 2 19 13.2 5.8 1.103 3 22.2 13.2 9 1.711 4 30 13.2 16.8 3.194 5 35.7 13.2 22.5 4.278 6 51 13.2 37.8 7.186 7 60 13.2 46.8 8.897 8 79.5 13.2 66.3 12.605 9 80.5 13.2 67.3 12.795 10 56.9 13.2 43.7 8.308 11 42.1 13.2 28.9 5.494 12 35.7 13.2 22.5 4.278 13 27.9 13.2 14.7 2.795 14 25.6 13.2 12.4 2.357 15 21.4 13.2 8.2 1.559 16 19.4 13.2 6.2 1.179 17 17.4 13.2 4.2 0.798 18 15.8 13.2 2.6 0.494 19 14.4 13.2 1.2 0.228 20 13.8 13.2 0.6 0.114 21 13.2 13.2 0 0.000 22 12.3 13.2 0 0.000 23 12.1 13.2 0 0.000 24 11.2 13.2 0 0.000 25 11 13.2 0 0.000 26 10.7 13.2 0 0.000 27 10 13.2 0 0.000 28 9.9 13.2 0 0.000 29 9.4 13.2 0 0.000 30 9.1 13.2 0 0.000
  • 25. -2.000 0.000 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 14.000 0 5 10 15 20 25 30 35 Debit (m3/s) Jam Ke- Hidrograf Satuan
  • 26. Hidrograf Satuan Dari Hujan Sembarang Hitung hidrograf satuan satu jam-an dari histogram hujan efektif dan hidrograf limpasan langsung pada table berikut. Waktu Hujan Efektif Debit Limpasan (jam) (mm) (m3/s) 1 27 12.1 2 49 54.5 3 46 150 4 258.6 5 300.9 6 221.8 7 111 8 52.3 9 39.7 10 23.5 Penyelesaian M = 3 N = 10 N-M+1 = 10-3+1 = 8
  • 27. Terima Kasih Gneis Setia Graha, ST, MT.