SlideShare a Scribd company logo
BAB I
Keamanan, Kesehatan, dan Keselamatan Kerja (K3)
1.1 Dasar Teori
1.1.1 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)
/OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY (OH&S)
adalah suatu yang istilah umum yang berhubungan
dengan keselamatan dan kesehatan kerja ,orang yang
melakukan/menyelenggarakan pekerjaan dan perlindungan
para pekerja dan orang banyak/masyarakat dari resiko
keselamatan dan kesehatan kerja dari Mesin mesin pabrik ,
peralatan, material dan sumber .
PERATURAN DAN PERUNDANG UNDANGAN
 Undang undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja & Transmigrasi
No.01/Men/1980 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
pada konstruksi Bangunan
 SKB Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum
No.Kep.174/Men/1986 dan No.104/Kpts/1986 dan pedoman
pelaksanaan tetang keselamatan dan Kesehatan Kerja pada
tempat Konstruksi
 Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No.SE.6/BW/1984
tentang peningkatan dan pengawasan keselamatan kerja
pekerja konstruksi bangunan
 Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.05/M/BW/1996
tentang pengawasan dan pembinaan keselamatan kesehatan
kerja pada kegiatan konstruksi bangunan
CIRI CIRI TEMPAT KERJA DAN TENAGA KERJA
JASA KONSTRUKSI YANG DAPAT MENIMBULKAN
KECELAKAAN KERJA
 Ciri ciri tempat kerja
o Selalu berpindah pindah dalam waktu yang relative
singkat
o Pekerjaan didarat,diatas permukaan , dirawa rawa,
didalam air, dibukit didalam tanah
o Terbuka dan tertutup dan mempunyai temperature panas,
dingin, lembab, kering, angin kencang serta berdebu atau
kotor
o Pekerjaan dilaksanakan secara konprehensif
o Menggunakan peralatan mekanis yang banyak manual
dan modern, hal ini sesuai besar proyek
 Ciri ciri Tenaga Kerja
o Tenaga kerja umumnya bersifat musiman atau tidak tetap
o Kualitas sumber daya manusia yang rendah
o Pengetahuan K3 masih kurang
o Fasilitas yang sangat minm
o Bekerja siang dan malam pada kegiatan yang berbeda
 Pengusahan atau pihak manajemen
o Pimpinan perudsahaan masih menganggap pelaksanaan
pelatihan K3 suatu pemborosan
o Pembinaan K3 masih belum berjalan dengan baik
o Petugas P2K3, Safety Officer belum menjadi suatu
kebutuhan
o Program pelatihan K3 masih kurang terutama safety talk
dan safety patrol
o Penyediaan sarana dan prasarana yang belum memadai
o Dan sebagainya
1.1.2 ACCIDENT
adalah suatu kejadian atau peristiwa yang
(dapat) mengalibatkan kecederaan atau kerusakan.
Suatu accident bisa disebabkan oleh kecerobohan,
ketidak perdulian atau suatu kombinasi dari beberapa
penyebab.
Accident mungkin saja tidak disebabkan
oleh kesalahan orang yang cedera
PENYEBAB TERJADINYA ACCIDENT
TINDAKAN TIDAK AMAN (UNSAFE ACT)
Adalah perbuatan ( baik tampak atau
tidak ) yang bisa menyebabkan kecelakaan, yang
melanggar peraturan K3 atau bertentangan dengan
perilaku aman yang diharapkan
KONDISI TIDAK AMAN
Adalah keadaan , yang tidak secara
langsung disebabkan oleh “ Tindakan atau kelalaian
tidak melakukan tindakan “ oleh seseorang pekerja
atau lebih, yang bisa menyebabkan suatu
kecelakaan atau kecederaan bila tidak dikoreksi.
Kondisi itu bisa disebabkan oleh rancangan yang
salah, fabrikasi atau konstruksi yang kurang benar,
perawatan yang kurang memadai dan keausan yang
berkelanjutan.
1.1.2 TIPE DAN KELOMPOK RESIKO BAHAYA
1. Resiko Bahaya bagi keselamatan ( Safety
Hazards)
Pada dasarnya resiko kecelakaan kerja
berasal dari hal-hal sebagai berikut :
 Tempat Keja
 Electrical Services and Overhead
Power Lines
 Poor Housekeeping
 Permukaan Kerja
 Peralatan

 Material
Resiko bahaya bagi kesehatan (Health Hazards)
 Resiko Bahaya Physical
o Noise
o Heat
o Sun
o Vibration
o Manual Handling
 Resiko Bahaya Kimia
o Solids
o gasses
o liquids
 Resiko Bahaya Biologi
o Insect and animal
o Micro-organisme (Bacteria)
 Stress
1.1.4 Prosedur dasar mengendalikan resiko bahaya
a. Eliminator
b. Substitution
c. Enclosure or isolation
d. Engineering methods
f. Work practice
g. Training and education
h. Administrative controls
i. Personal protective equipment
 Elimination
 Subtitution
 Enclosure or Isolation
 Engineering Methods
 Work Practices
 Training and Education
 Administrative Controlss
 Personal Protective Equipment
1.1.5 Keselamatan Kerja di Ketinggian (Working at Height)
Pada umumya pekerjaan acuan dan perancah adalah
pekerjaan yang ada diketinggian , oleh karena itu
keselamatan kerja diketinggian perlu sekali diperhatikan.
Arti Bekerja di Ketinggian
Yang dimaksud dengan bekerja di ketinggian adalah
bekerja di tempat yang memiliki tinggi enam kaki (1,8
meter) atau lebih di atas permukaan yang lebih rendah, di
mana terdapat bahaya jatuh ke permukaan yang lebih
rendah tersebut atau bahkan ke peralatan berbahaya di
bawahnya atau di sekitarnya, dan karena itu maka
perlindungan bahaya jatuh harus disediakan dan digunakan.
Pengertian Ketinggian dan Jatuh
 Ketinggian
Yang dimaksud dengan ketinggian adalah
jarak vertikal dari dasar ke titik puncak. Dalam
prosedur kerja suatu tempat dianggap tinggi bila sudah
mencapai ketinggian enam kaki (1,8 meter) atau lebih
di atas permukaan yang lebih rendah. Pada ketinggian
tersebut, di mana terdapat bahaya jatuh ke level yang
lebih rendah atau ke peralatan berbahaya di bawah dan
sekitarnya, maka perlindungan bahaya jatuh harus
diberikan dan digunakan.
 Jatuh
Jatuh adalah terlepas dan terhempas ke
bawah dengan cepat baik ketika masih dalam
pergerakan turun maupun sesudah sampai ke tanah.
Gaya yang menyebabkan ini adalah gaya gravitasi atau
gaya tarik bumi. Tubuh dapat jatuh bebas dengan cepat.
Waktu yang diperlukan untuk sampai di tanah adalah
seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut:
Tinggi (feet) Waktu yang diperlukan
4 (1,2 meter) 0,5 detik
16 (5 meter) 1 detik
36 (11 meter) 1,5 detik
64 (19 meter) 2 detik
1.1.6 Mengidentifikasi Bahaya Jatuh
Bentuk jatuh dikelompokkan ke dalam dua jenis yaitu :
1) jatuh dari ketinggian yang berbeda
2) jatuh pada ketinggian yang sama
1.1.7 Tindakan dan Faktor Penyebab
Tindakan-tindakan atau faktor-faktor yang menyebabkan
bahaya jatuh antara lain :
 Berpindah dari satu tempat ke tempat
lainnya.
 Permukaan kerja yang tidak mampu
menahan beban.
 Lantai berlubang yang bisa mengakibatkan
orang terperosok.
 Pinggiran tempat kerja yang tidak diberi
pagar pengaman.
 Perubahan tinggi permukaan kerja.
 Tempat pegangan yang hilang atau lepas.
 Permukaan kerja atau lantai yang licin.
 Sepatu yang tidak sesuai.
 Barang-barang yang malang melintang.
 Penggunaan tangga yang tidak benar.
 Pakaian yang tersangkut.
 Tempat kerja yang bergerak.
 Pergerakan atau berhenti tiba-tiba.
 Pencahayaan yang tidak memadai.
 Kondisi cuaca yang buruk.
 Terpapar pada bahan kimia berbahaya atau
arus listrik yang bisa.
 mengakibatkan hilangnya kesadaran.
 Tertabrak.
1.1.8 Kondisi-Kondisi yang Memerlukan Perlindungan Jatuh.
 Pada semua tempat kerja panggung (stage),
apungan (float), dan jenis lain perancah yang
digantung seperti gondola.
 Bila terdapat bahaya di ketinggian
(walaupun kurang dari enam kaki),
seperti bentuk miring atau tidak
seimbang.
 Pada atap rumah atau bangunan yang
berbentuk lereng atau landai
 Pada pinggir lantai atau atap dengan
ketinggian enam kaki atau lebih yang
tidak dilengkapi dengan pagar atau jalur
tali kawat.
 Pada penopang dengan ketinggian
berapa pun, yang berada di atas area
yang terpapar pada baja yang mencuat
dan tidak terlindungi.
 Ketika memindahkan papan lantai,
penutup lubang, grating, dll. dari panel
terakhir pada lantai temporer.
 Pada perancah yang tidak dilengkapi
dengan decking atau pagar.
 Di lokasi ketinggian enam kaki atau
lebih dimana tidak terdapat pelindung
jatuh lainnya.
1.1.9 Hal-hal yang disarankan saat bekerja di ketinggian
1) Kelengkapan peralatan penahan jatuh/pagar
pada pinggiran tempat kerja.
2) Gunakan perancah atau platform.
3) Bila tidak dapat dipasang penahan atau pagar
pada pinggiran tempat kerja, gunakan sistem
penahan jatuh serta peralatan dan tempat
sangkutan.
4) Gunakan tangga.
5) Berikan pelatihan kepada karyawan.
6) Tugaskan pengawas yang kompeten.
7) Siapkan pembantu untuk pekerja yang lain
1.1.10 Sistem dan Perlengkapan Pelindung Jatuh
Secara umum sistem pelindung
jatuh dapat dikategorikan ke dalam dua jenis, yakni:
Sistem Pelindung Pasif dan Sistem Pelindung Aktif.
Yang dimaksud dengan sistem pelindung pasif
adalah: perlengkapan atau alat yang digunakan tidak
secara langsung menjadi bagian dari aktivitas
pekerja saat melakukan pekerjaannya.Sedangkan
sistem pelindung aktif, perlengkapannya terpasang
atau terkait langsung dan menjadi bagian dari
pekerja saat melakukan aktivitasnya
Sistem Pelindung Pasif
o Sistem Pagar Pengaman atau Guardrail
 Papan Penanda Pinggir
Untuk mencegah seseorang
terperosok maka pada pinggiran tempat
kerja dipasang toe board. Toe-board
berfungsi sebagai pembatas dan penahan
kaki agar tidak tergelincir pada saat berjalan
di area tersebut.
 Tali penanda pinggir
Untuk memberi tanda bahwa tempat
tersebut merupakan tepi dari tempat kearja.
Tujuan utama dari tali penanda pinggir
adalah hanya sebagai tanda, tetapi
disarankan yang dapat menahan berat tubuh
pekerja yang berpegangan saat terjatuh.
 Sistem Jaring Pengaman
Sistem ini terdiri dari komponen-
komponen yang bukan merupakabagiandari
atau aktivitas pekerja. Sekali pemasangan
yang benar dilakukan, pencegah jatuh pasif
ini dapat memberikan perlindungan selama
berlangsungnya proyek.
Jaring mungkin tidak aman untuk semua
orang yang jatuh tetapi merupakan alat yang vital. Jaring
dirancang untuk dipasang sebagai pelindung di bawah dan
di sekeliling tempat kerja yang tinggi di mana terdapat
bahaya jatuh. Maksud penggunaannya adalah digunakan
menangkap/menahan orang maupun material yang jatuh
sebelum sampai di tanah.
SISTEM PELINDUNG AKTIF
Sistem Penahan Jatuh Personal
terdiri atas sauh (cantolan), konektor, dan pakaian
pelindung jatuh (harness). Sistem penahan ini bisa
juga termasuk peralatan perlambatan, lifeline, atau
kombinasi lain yang sesuai. Peralatan yang
digunakan :
 Sabuk Pengaman (Safety belt)
sabuk pengaman harus dipasang melingkar
di pinggang pekerja dan tempat ikatan pada bagian
belakang tubuh dihubungkan ke lanyard dan
selanjutnya dikaitkan pada bagian cantolan.
Bagaimana pun sabuk pengaman memiliki
keterbatasan yang serius yaitu kurang menyebarkan
hentakan ke seluruh tubuh jika seseorang terjatuh.
 Retracting Lifeline
Peralatan yang portable, self-containing
dipasang pada tempat pengikatan di atas tempat
kerja. Alat ini akan berfungsi seperti lanyard.
Lifeline, webbing, kabel disangkutkan langsung
sabuk yang terpasang pada badan pekerja atau ke
harness. Tali akan memanjang bila pekerja bergerak
menjauh dan memendek bila pekerja mendekat. Jika
terjadi jatuh maka suatu cara penguncian sentrifugal
akan secara otomatis menghentikan pergerakan.
 Harnesses
Harnesses dililitkan pada dada,
pinggang, dan meliputi batang tubuh (torso) dan
bagian yang lain. Full body harnesses akan
menyebarkan seluruh gaya atau hentakan jatuh
ke seluruh tubuh, sehingga mencegah cedera
akibat hentakan. Terbuat dari nilon dan
polyester webbing straps, harnesses lebih
disukai pekerja dan diperlukan dalam sistem
pencegah jatuh.
o Bagian-bagian Harness
“D “RING
LANYARD
LABELS
BUCKLES
BUCKLES
“D” RING
LABELS
STRAP HARNESS
1.2 Laporan Praktik
Laporan Kerja Harian
Mata Kuliah : Praktek Acuan dan Perancah
Pekerjaan : K3
Hari : Senin dan Selasa
Nama Mhs : Muhammad Iqbal Assegaf
Kelas : 3KBS4
Tahun ajaran : 2019/2020
1.0 Gambar Kerja
No. Gambar Kerja
Penggunaan APD dan Safety Body Harness
2.0 Bahan dan Alat
No. Bahan dan Alat
1 Bahan : 07.00 - 08.00
08.00 - 09.00
09.00 - 10.00
10.00 - 11.00
11.00 - 12.00
2 Alat : 12.00 - 13.00
- Helm 13.00 - 14.00
- Sepatu safety
- Body harnes
Cerah
Tanggal : 7 dan 8 Oktober 2019
KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
Notasi
Cuaca
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
JL. SOEKARNO HATTA NO. 9 MALANG
1.3 Dokumentasi
3.0 Langkah Kerja
No. Uraian Langkah Kerja
1. Mempersiapkan APD dan safety body harnes.
2. Menggunakan APD seperti helm, pakaian safety dan sepatu safety.
3. Memegang bagian D - ring pada full body harness dan digoyang secara perlahan,
memastikan tidak ada webing / tali yang terpelintir dan pengencangnya(chest strap)
terbuka.
4. Memegang tali bahu (shoulder strap) dan memasukkan tangan satu persatu ke dalam
tali.
5. Memasangkan tali dada (chest strap) dan menghuhubungkan tab buckle pada
receptor sampai terdengan bunyi "klik"
6. Menarik dan mengecangkan tali kaki (leg strap), lalu memasangkan atau
menghubungkan pada buckle. Untuk jenis quick connect buckle sampai berbunyi
"Klik", jika buckle sudah terpasang dengan benar. Mengatur lingkar tali pada kaki
sesuai kenyamanan masing-masing.
7. Memastikan bahwa full body harness sudah terpasang dengan benar dan tidak ada
tali yang terpelintir.
4.0 Keselamatan Kerja
No. Identifikasi Keselamatan Kerja
1. APD memenuhi standar keamanan dan layak digunakan
2. Full body harness harus terpasang dengan pas, tidak terlalu longgar atau terlalu
kencang
Pelaksana,
Mhs ybs.
Muhammad Iqbal Assegaf
No Gambar Keterangan
Pengenalan dan
contoh pemasangan
safety body
hardness
Penggunaan APD
Lengkap
BAB II
Pekerjaan Boowplank
2.1 Dasar Teori
Bowplank ialah penanda sementara yang digunakan untuk
menentukan titik-titik as pada area kerja di dalam proyek
pembangunan sesuai dengan hasil pengukuran yang telah
dilakukan sebelumnya. Fungsi utama bowplank adalah sebagai
penentu arah pondasi dan ketinggian lantai bangunan. Bowplank
juga bisa berfungsi untuk membuat sudut siku dengan
menggunakan bantuan theodolit.
Karena hanya dipasang untuk sementara waktu, bowplank
biasanya dibuat dari bahan yang murah seperti kayu berkualitas
rendah. Kayu yang berbentuk tiang pancang ini selanjutnya
ditancapkan di sudut-sudut area pekerjaan pembuatan bangunan.
Sedangkan kayu yang berbentuk papan dipasang secara horisontal
menghubungkan masing-masing tiang pancang. Setelah itu, titik-
titik as untuk menandai area kerja pondasi, kolom, dinding, dan
lain-lain dibuat memakai tali kenor yang dibentangkan serta
diikatkan di papan kayu yang dipasang secara mendatar.
Terdapat enam syarat yang harus dipenuhi agar pembuatan
bowplank benar dan sesuai ketentuan, di antaranya :
1) Kedudukan masing-masing patok kayu dibuat
sedemikian rupa agar kekuatannya terjamin dan
tidak mudah goyah.
2) Posisinya berada di jarak yang cukup dari titik
pembangunan sehingga tidak mengganggu atau
diganggu pekerjaan lainnya.
3) Keberadaannya bisa dilihat dengan jelas sehingga
para pekerja bisa mudah menemukannya.
4) Penanda yang dipasang secara horisontal harus
berada di satu bidang yang rata.
5) Arahnya harus diletakkan serempak menghadap ke
dalam bangunan.
6) Benang merupakan penanda untuk garis tengah
pondasi dan dinding.
2.2 Laporan Praktik
Laporan Kerja Harian
Mata Kuliah : Praktek Acuan dan Perancah
Pekerjaan : Bowplank atau Papan Duga
Hari : Senin Tanggal : 7 Oktober 2019
Nama Mhs : Muhammad Iqbal Assegaf
Kelas : 3KBS4
Tahun ajaran : 2019/2020
1.0 Gambar Kerja
No. Gambar Kerja
2.0 Bahan dan Alat
No. Bahan dan Alat
1 Bahan : 07.00 - 08.00
Kayu papan 2/20 - 8 batang 08.00 - 09.00
Kayu balok 4/6 - 12 batang 09.00 - 10.00
Paku 10.00 - 11.00
Benang 11.00 - 12.00
12.00 - 13.00
2 Alat : 13.00 - 14.00
Palu kecil
Palu besar
Gergaji manual
Gergaji mesin
Selang ukur
Meteran
Waterpass
KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
JL. SOEKARNO HATTA NO. 9 MALANG
Notasi
Cuaca
Cerah
3.0 Langkah Kerja
No. Uraian Langkah Kerja
1 Persiapan bahan dan alat
2 Pengukuran luasan lantai kerja 4 x 4 m
3 Pemasangan acuan bowplank
4 Pengukuran titik elevasi dengan acuan elevasi dari bengkel kayu 0.00 ke lantai kerja +0.30
5 Pemasangan kayu bowplank dengan dibantu dengan waterpass agar sejajar dengan bowplank lainnya
6 Pemasangan benang As
4.0 Keselamatan Kerja
No. Identifikasi Keselamatan Kerja
1 Dalam menggunakan palu juga harus berhati - hati agar tidak melukai tangan
3 Penggunaan helm safety juga diperlukan untuk melindungi kepala
Pelaksana,
Mhs ybs.
Muhammad Iqbal Assegaf
Penggunaan sepatu safety juga diperlukan untuk melindungi kaki dari barang kontruksi yang tidak sengaja
terjatuh
2
2.3 Dokumentasi
No Gambar Keterangan
1 Persiapanalatdanbahan
2 Penentuanawal lokasi
patokacuan
3 Pengukuranlokasi
4 Penentuanelevasi
5 Pemasanganpapan
6 Pengukuranelevasi sesuai
acuan menggunakan
selang
7 Pemasangan benangdi as
bangunan
8 Pembersihanlokasi
BAB III
Pekerjaan Membangun dan Merangkai Scafolding
3.1 Dasar Teori
3.1.1 PERANCAH
Definisi perancah ialah konstruksi yang disanggah dari
dasarnya oleh dua deretan atau lebih tiang tegak, bebas dari
dinding atau bangunan bangunan lainnya, biasanya terbuat
dari pipa baja karena mempunyai kekuatan yang tinggi.
Menurut fungsinya konstruksi perancah dibedakan atas :
1. Konstruksi perancah pekerjaan / andang Berfungsi
membantu sebagai tempat bekerja bagi pekerja konstruksi
dan peralatannya
2. Konstruksi perancah penahan acuan/ bekisting Berfungsi
menahan bekisting sampai beton yang dicor cukup kuat
menahan berat sendiri
Berikut dibawah ini contoh jenis jenis perancah :
Perancah Frame (Frame Scafolding)
Jenis perancah ini sering dipakai di kegiatan
konstruksi karena material mudah diperoleh. Susunan
dari perancah jenis ini dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.
Perancah ini tersusun dari tiang vertikal (frame
upright/scafolding upright/frame standard), batang
memanjang tanpa atau dengan lantai kerja(ledge
frame or ledge frame with floor), jack base atau fixed
base, palang penguat (brace), angkur (anchorage),
landasan (base plate/floor board), lantai kerja
(platform), arm lock dan pagar pengaman (handrail)
Perancah Kayu atau bambu (round Pole Scafolding)
Perancah jenis ini biasanya digunakan pada
pekerjaan sederhana dan bangunan yang tidak terlalu
tinggi dengan resiko kecelakaan kerja yang lebih
rendah.
Perancah Pipa (Single Pipe Scaffolding)
Jenis perancah ini sering dipakai di kegiatan
konstruksi karena material mudah diperoleh. Susunan
dari perancah jenis ini dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.
Perancah ini tersusun dari tiang vertikal (frame
upright/scafolding upright/frame standard), batang
memanjang tanpa atau dengan lantai kerja(ledge
frame or ledge frame with floor), jack base atau fixed
base, palang penguat (brace), angkur (anchorage),
landasan (base plate/floor board), lantai kerja
(platform), klam universal (swivel clamp),joint pin dan
pagar pengaman (handrail).
Perancah Dengan Lantai Kerja Menggunakan Pelat
Pipa (Ledge Plate Single Standard Scaffolding)
Biasanya perancah jenis ini dilengkapi tangga
sebagai alat untuk menaiki/menuruni perancah
Perancah Dengan Penunjang Siku (Bracket Single
Standard Scaffolding)
Perancah jenis ini menggunakan penunjang
pada bagian bawah dari lantai kerja untuk menopang
beban yang diterima oleh lantai kerja
Perancah Beroda (Movable Scaffolding)
Perancah ini dilengkapi roda sebagai alat
untuk bergerak dan untuk tidak bergerak
menggunakan outringger.
3.2 Laporan Praktik
Laporan Kerja Harian
Mata Kuliah : Praktek Acuan dan Perancah
Pekerjaan : Scaffolding
Hari : Selasa Tanggal : 8 Oktober 2019
Nama Mhs : Muhammad Iqbal Assegaf
Kelas : 3KBS4
Tahun ajaran : 2019/2020
1.0 Gambar Kerja
No. Gambar Kerja
Membangun dan Merangkai
scafolding
4 Bay
3 Stage
2.0 Bahan dan Alat
No. Bahan dan Alat
1 Bahan : 07.00 - 08.00
Main frame 08.00 - 09.00
Cross brace 09.00 - 10.00
Clam mati dan Clam hidup 10.00 - 11.00
Pipa (untuk sway brace ) 11.00 - 12.00
Joint pin 12.00 - 13.00
Papan kayu 13.00 - 14.00
Tangga scaffolding
Platform
Benang
Paku
Jack base
2 Alat :
Waterpass
Palu
Kunci ukuran 17
Meteran
`
Cerah
KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
JL. SOEKARNO HATTA NO. 9 MALANG
Notasi
Cuaca
3.0 Langkah Kerja
No. Uraian Langkah Kerja
1 Penentuan lokasi berdirinya scaffolding
9 Lalu pemasangan frame dan cross base di step 2 sama seperti di step 1
4.0 Keselamatan Kerja
No. Identifikasi Keselamatan Kerja
2 Dalam menggunakan palu juga harus berhati - hati agar tidak melukai tangan
Pelaksana,
Mhs ybs.
Muhammad Iqbal Assegaf
Setelah lokasi ditentukan selanjutnya pembersihan lokasi dan pengukuran, penempatan scaffolding sejauh
60 cm dari dinding bengkel kayu
Setelah melakukan pengukuran selanjutnya merangkai 1 bay scaffolding untuk mengetahui panjang, lebar,
tinggi scaffolding untuk memasang jack base (di praktek ini diketahu panjang 1 bay scaffolding 183cm,
lebar 120cm, tinggi 166cm)
Lalu lokasi diberi papan kayu untuk menempatkan jack base, penempatan jack base sesuai dengan
panjang 1 bay scaffolding. Jack base diperkuat dengan paku agar tidak bergeser
7
Setelah selesai pemasangan scaffolding (di praktek ini ditugaskan merangkai 4 bay dan 3 step scaffolding) ,
main frame diukur kedatarannya dengan waterpass secara horizontal dan vertikal, apabila masih belum
datar maka yang diatur adalah jack base
Lalu diukur kelurusan antar frame scaffolding dengan cara tarik benang dengan jarak antar benang dan
frame 1cm
Setelah mengukur kelurusan selanjutnya memasang pipa (brace) di antar ujung awal bay 1 dan akhir bay
4 untuk memperkokoh scaffolding agar tidak goyah dengan menggunakan clam mati
Lalu memasang tangga, sebelum pemasangan tangga di bawah diberi pipa untuk menahan tangga.
Pemasangan tangga juga sekaligus dikerjakan bersamaan dengan pemasangan platform untuk melakukan
pekerjaan di step 2 (pemasangan tangga ditempatkan di tengah per step dan lurus keatas, jadi ada bay
khusus untuk penempatan tangga)
2
3
4
5
6
Dalam melakukan pekerjaan konstruksi yang tinggi diperlukan APD seperti harness belt dan helm. Dan
juga menggunakan sarung tangan
Penggunaan sepatu safety juga diperlukan untuk melindungi kaki dari barang kontruksi yang tidak sengaja
terjatuh
1
3
8
Sebelum pemasangan di step 3 mahasiswa dianjurkan memasang pengaman berupa harness belt, setelah
memasang harness belt mahasiswa boleh melanjutkan ke step 3. di step 3 untuk tinggi frame lebih kecil
dari dari step 1 dan 2
Setelah merangkai step 3, di step 3 di kedua sisi panjangnya diperkuat dengan pipa (brace) agar tidak
goyah, lalu di ujung awal bay 1 dan ujung akhir bay 4 diperkuat dengan sway brace fungsiya juga sama
agar scaffolding tidak goyah
10
11
3.3 Dokumentasi
No Gambar Keterangan
Pengecekan kedataran
Pemasangan Cross
Pemasangan frame
Pemasangan Jack Buise
Pembersihan Lokasi
Pngukuran papan
dasar penyangga frame
Pemasangan benang
untuk kelurusan frame
Pemasangan tangga
Pemasangan pipa
penguat untuk tahanan
guling
Pemasangan joint pin
Pemasangan step
kedua
BAB IV
Pekerjaan Kolom, Balok dan Plat
4.1 Dasar Teori
Bentuk Kolom
Didalam Konstruksi bangunan sipil bentuk bentuk kolom beton dibagi
menjadi 3 bagian yaitu :
1. Kolom persegi
2. Kolom bulat
3. Kolom bentuk bentuk khusus
Pengerjaan Kolom Persegi
Metode Tradisional
Metode Dengan column clamp
Bentuk bentuk cetakan (form)
Pemasangan Kolom persegi :
Meode dengan balok penjepit (Waler)
Alat alat Pengikat :
Metode dengan Steel Waler Frame
Kolom Persegi besar
Pengerjaan Kolom Bulat
Cetakan kolom dari kayu
Cetakan Kolom dari Logam
Cetakan Kolom dari Plastik
Cetakan Kolom dari Card board
Pengerjaan Kolom Bentuk Khusus
Penyekoran (bracing )
Lantai Kerja
Cetakan Balok
Balok beton umumnya dapat dikelompokan dalam 2 tipe bentuk :
- Balok T
- Balok L
Gaya gaya yang bekerja pada akibat pembebanan pada cetakan
balok dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Detail Konstruksi
Detail Konstruksi Acuan
Acuan Balok umumnya terbuat dari kayu papan ataupun dari
plywood karena mudah dibentuk menjadi struktur yang diinginkan, akan
tetapi tidak menutup kemungkinan terbuat dari material lain.
Detail Konstruksi Tiang Perancah
Material tiang perancah dapat menggunakan balok kayu, bambu,
steel props dan scaffolding, dan dilengkapi dengan papan landasan adapun
model struktur perancah balok dapat bermacam macam seperti :
Tiang Tunggal
Perancah ini dapat digunakan akan tetapi konstruksi ini kurang stabil
dalam mendukung beban beban yang bekerja
Dua Tiang
Struktur ini lebih stabil dari tiang tunggal, karena beban yang
bekerja disalurkan pada kedua tiang.
a. Tiang Balok Kayu
b. Perancah Steel Props
c. Scafolding / frame sistim
Cetakan Lantai
Umumnya cetakan lantai beton dirancang disamping untuk
mencetak juga harus mampu menerima beban akibat penumpukan material.
Pembebanan pada cetakan lantai
Detail Konstruksi
4.2 Laporan Praktik
Laporan Kerja Harian
Mata Kuliah : Praktek Acuan dan Perancah
Pekerjaan : Acuan Kolom, Balok dan Pelat
Hari : Rabu dan Kamis Tanggal : 9 - 10 Oktober 2019
Nama Mhs : Muhammad Iqbal Assegaf
Kelas : 3KBS4
Tahun ajaran : 2019/2020
1.0 Gambar Kerja
No. Gambar Kerja
Balok Pelat
2.0 Bahan dan Alat
No. Bahan dan Alat
1 Bahan :
Multiplek 18mm 07.00 - 08.00
Balok Peri 08.00 - 09.00
1 set Angkur 09.00 - 10.00
Main frame 10.00 - 11.00
Cross brace 11.00 - 12.00
Clam mati dan Clam hidup 12.00 - 13.00
Pipa (untuk sway brace ) 13.00 - 14.00
Joint pin
Papan kayu 2x20
Tangga scaffolding 07.00 - 08.00
Platform 08.00 - 09.00
Benang 09.00 - 10.00
Paku 10.00 - 11.00
Jack base 11.00 - 12.00
Mur 12.00 - 13.00
U - head 13.00 - 14.00
14.00 - 15.00
2 Alat : 15.00 - 16.00
Palu
Kunci Ukuran 17
Waterpass
Unting - unting
Meteran
Gergaji Manual
Kolom
KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
JL. SOEKARNO HATTA NO. 9 MALANG
Notasi
Cuaca
Hari Rabu
Cerah
Hari Kamis
Cerah
3.0 Langkah Kerja
No. Uraian Langkah Kerja
6 Lalu cek kelurusan vertikal bekisting dengan bantuan unting - unting
11 Setelah selesai dengan bekisting terakhir yaitu pemasangan bekisting pelat
4.0 Keselamatan Kerja
No. Identifikasi Keselamatan Kerja
1 Struktur harus lurus, seimbang antara vertikal dan horizontal
Pelaksana,
Mhs ybs.
Muhammad Iqbal Assegaf
Seanjutnya yaitu memasang angkur di bagian atas bekisting kolom dan memasang pipa penahan untuk
membantu memperkokoh bekisting
1
2
3
4
5
Lalu menyusun balok peri untuk menjadi suri - suri di antara kolom dengan jarak 30-40cm agar tidak
goyah, suri - suri diperkuat dengan paku (pemasangan suri - suri sejajar dengan tinggi atas kolom).
Setelah selesai yaitu memasang bekisting balok, bekisting balok yang di sisi 54cm diperkuat dengan skur
kayu, dan di sisi 40cm ditahan dengan suri - suri (suri - suri untuk penahan di sisi 40cm juga untuk
menahan bekisting pelat yang akan dipasang)
10
Pembersihan lokasi dan persiapan bahan dan alat, Lokasi yang digunakan adalah tempat praktek job 1
yaitu pemasangan bowplank
Setelah pembersihan lokasi selanjutnya merangkai acuan kolom (bekisting) sesuai dengan lokasi dan
bahan yang disediakan (di praktek ini untuk pxl kolom adalah 60x40 cm)
Lalu bekisting kolom dirangkai dan diikat dengan angkur di bagian bawah kolom dengan jarak 40-50 cm
dari dasar kolom
Setelah itu merangkai scafolding di sekeliling bekisting kolom (pemasangan scafolding sesuai dengan
praktek job 2)
Selanjutnya menyiapkan bahan untuk bekisting balok dan pelat (di praktek ini balok digunakan ukuran di
sisi yang menyatu dengan pelat 40cm, di sisi sebelahnya 54cm, dan lebar 30cm)
Sebelum memasang bekisting, telebih dahulu merangkai scafolding 3 bay 2 step di sisi depan dan
belakang juga di tengah antara kolom untuk pemasangan bekisting
Setelah selesai merangkai scafolding, selanjutnya yaitu memasang gelagar yang terdisi dari balok peri
yang disambungkan. Lalu diletakakkan di U - head sisi memanjang dengan kolom dan gelagar diperkuat
dengan paku
7
9
8
4.3 Dokumentasi
No Gambar Keterangan
Pemasangan pipa
penyangga begesting
Pemasangan Scafollding
Pemasangan angkur
pengunci begesting
Pengukuran dengan
unting unting
Pengukuran dengan
water pass
Memasang begesting
Persiapan alat dan
bahan
Pemasangan U head
Pemasangan Peri
sambungan diatas
Uhead
Mengukur jaraj antar
peri
Pemasangan acuan
balok
Pemasangan acuan plat
BAB V
Pekerjaan Pier Jembatan
5.1 Dasar Teori
Pilar adalah struktur pendukung bangunan atas, pilar bisa digunakan
pada jembatan bentang panjang, posisi pilar bearada pada ke dua abutment.
Ada yang menyebut Definisi pilar yaitu bangunan bawah yang terletak
diantara kedua kepala jembatan, befungsi sebagai pemikul seluruh beban
pada ujung–ujung bentang dan gaya–gaya lainya, serta melimpahkan ke
pondasi.
Pada sebuah konstruksi pilar/pier memiliki beberapa bagian yaitu
pier head atau kepala pilar dan badan pilar. Pier head atau kepala pilar
merupakan istilah yang dipakai pada pilar jembatan, dimana pier head ini
dapat didefinisikan sebai bagian dari pilar jembatan yang memilikiki fungsi
sebagai pemikul ujung perletakan jembatan, antara girder/gelagar dan
bearing pad atau elastomer sebagai dampalan girder ke pier head. Bagian
berikutnya badan pilar, merupakan dinding atau kolom pada bagian pilar
jembatan yang berfungsi meneruskan gaya dari pierhead pada pondasi.
5.2 Laporan Praktik
Laporan Kerja Harian
Mata Kuliah : Praktek Acuan dan Perancah
Pekerjaan : Acuan Pier Jembatan
Hari : Jum'at dan Senin Tanggal : 11 dan 14 Oktober 2019
Nama Mhs : Muhammad Iqbal Assegaf
Kelas : 3KBS4
Tahun ajaran : 2019/2020
1.0 Gambar Kerja
No. Gambar Kerja
2.0 Bahan dan Alat
No. Bahan dan Alat
1 Bahan :
Acuan Pier (multiplek 18mm sesuai dengan ukuran pier jembatan) 07.00 - 08.00
Balok Peri 08.00 - 09.00
1 set Angkur 09.00 - 10.00
Main frame 10.00 - 11.00
Cross brace
Clam mati dan Clam hidup
Pipa (untuk sway brace ) 07.00 - 08.00
Joint pin 08.00 - 09.00
Papan kayu 09.00 - 10.00
Tangga scaffolding 10.00 - 11.00
Platform 11.00 - 12.00
Benang 12.00 - 13.00
Paku 13.00 - 14.00
Jack base 14.00 - 15.00
Mur
Balok Kayu
Pipa paralon
2 Alat :
Palu
Kunci Ukuran 17 & 14
Waterpass
Unting - unting
Meteran
Gergaji Manual
Hari Jum'at
Cerah
Hari Senin
Cerah
KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
JL. SOEKARNO HATTA NO. 9 MALANG
Notasi
Cuaca
5.3 Dokumentasi
No Gambar Keterangan
Pembersihan lokasi
3.0 Langkah Kerja
No. Uraian Langkah Kerja
Persiapan bahan dan alat sekaligus pembersihan lokasi pemasangan bekisting pier jembatan
4 Lalu merangkai badan sayap bekisting sama seperti dengan badan pier
4.0 Keselamatan Kerja
No. Identifikasi Keselamatan Kerja
Struktur harus lurus, seimbang antara vertikal dan horizontal
Pelaksana,
Mhs ybs.
Muhammad Iqbal Assegaf
2
1
Sebelum memasang bekisting sayap terlebih dahulu memasang balok kayu sebagai penahan bawah
multiplek bawah, lalu memasang hollow besi sebagai penahan bekisting sayap yang diberi jarak dari
badan sayap 80cm
Pada besi hollow diberi balok kayu sebagai penahan alas multiplek, seteah selesai memasang multiplek
kemudian memasang bekisting sayap yang diikat atau diperkuat dengan angkur dan baut
6
5
3
Dari antara kolom ditarik garis As tengah untuk menentukan titik tengah dalam pemasangan bekisting
pier
Setelah itu memasang papan multipek sebagai dasar pier, lalu memasang badan pier diurutkan dengan no.
yang sudah ada di bekisting dan diikat dengan angkur dan baut, di dalam bekisting angkur ditutup dengan
pipa paralon
Selanjutnya memasang scafolding di sepanjang sisi pier 2 bay dan 1 step sekaligus memasang gelagar dan
suri - suri di bagian kiri dan kanan sebanyak 4 dengan jarak 30-40cm
Pemasangan begesting
alas dan badan pier
head
Pemasangan angkur dan
pipa pengunci begesting
Pemasangan scaffolding
untuk sayap pier head
Pemasangan acuan
sayap pierhead
Pengecekan pierhead
sesuai gambar rencana
BAB VI
Pekerjaan Pembongkaran
6.1 Dasar Teori
Pembongkaran acuan dan perancah jika beton telah mencapai umur
yang disyaratkan. Ada 3 syarat Pembongkaran Acuan dan Perancah yang
Harus dipenuhi :
. Syarat Ekonomis
1) Waktu pembongkar acuan dan perancah usahakan
bekas bahan bongkaran supaya bisa dipergunakan
kembali agar dapat menghemat biaya seminimal
mungkin.
2) Dilakukan apabila dalam pembongkaran dilakukan
secara hati – hati.
- Syarat Keamanan
1) Jangan sampai di dalam pembongkaran urutan
pembongkaran tidak diperhatikan sehingga bagian
yang belum terbongkar ataupun yang sudah
terbongkar dapat mencelakakan pekerja yang sedang
bekerja.
2) Dalam pembongkaran acuan dan perancah lantai,
yang pertama dibongkar dahulu skur–skurnya
kemudian tiang-tiangnya.
3) Dalam pembongkaran tiang, harus hati–hati karena
tiang ini yang menyangga seluruh beban di atasnya.
4) Kalau tidak hati–hati maka apa–apa yang ada di
atasnya bisa rubuh dan menimpa pekerja yang
sedang berada di bawahnya.
5) Pekerja wajib menggukanan APD ( sepatu safety,
helm, tali, sarung tangan, dan kaca mata ).
- Syarat Kontruktif
1) Pembongkaran tiang-tiang perancah secara teoritis
perlu diperhatikan bidang momen yang timbul harus
sama dengan bidang momen yang direncanakan.
2) Jadi pada pembongkaran tiang perancah lantai harus
dimulai dari tengah dulu kemudian ke arah tepi.
3) Hal ini dimaksudkan agar bidang momen yang
timbul akan sama dengan bidang momen yang
direncanakan.
4) Sedang pada pembongkaran konsol (balok
kantilever), dimulai dari ujung dengan maksud untuk
mendapat-kan bidang momen yang sama.
6.2 Laporan Praktik
Laporan Kerja Harian
Mata Kuliah : Praktek Acuan dan Perancah
Pekerjaan : Pembongkaran
Hari : Selasa Tanggal : 15 Oktober 2019
Nama Mhs : Muhammad Iqbal Assegaf
Kelas : 3KBS4
Tahun ajaran : 2019/2020
1.0 Gambar Kerja
No. Gambar Kerja
2.0 Bahan dan Alat
No. Bahan dan Alat
1 Bahan : 07.00 - 08.00
08.00 - 09.00
09.00 - 10.00
10.00 - 11.00
11.00 - 12.00
2 Alat : 12.00 - 13.00
13.00 - 14.00
3.0 Langkah Kerja
No. Uraian Langkah Kerja
4.0 Keselamatan Kerja
No. Identifikasi Keselamatan Kerja
Membongkar acuan dan perancah secara hati hati dan tidak tergesa gesa untuk menghindari agar
tidak terjadi insiden
Pelaksana,
Mhs ybs.
Muhammad Iqbal Assegaf
Cuaca
Cerah
KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
JL. SOEKARNO HATTA NO. 9 MALANG
Notasi
BAB VII
Penutup
7.1 Kesimpulan
Baik buruk dari pengerjaan acuan dan perancah dapat
mempengaruhi hasil akhir dari mutu beton yang dikerjakan. Acuan yang
kurang baik dapat menimbulkan kerugian seperti kehilangan material,
perubahan dimensi beton, perubahan struktur bangunan, dan juga dapat
mempengaruhi keselamatan pekerja. Dalam pelaksanaannya seorang ahli
di bidang tersebut harus mempunyai keterampilan khusus dan mempunyai
pengetahuan dasar yang cukup tentang acuan dan perancah
Dengan kegiatan ini, kami dapat mengerti hal-hal baru yang
berkembang dalam proyek, mendapatkan pengalaman, dapat memahami
situasi nyata di lapangan, dan mengetahui aplikasi mata kuliah yang telah
diajarkan.
7.2 Saran
1. Sebelum memulai pekerjaan kami bersaran untuk
diberikan uraian secara garis besar langkah kerja
agar kami lebih memiliki pandangan dalam
pelaksanaan dilapangan
Dokumentasi bersama Dosen Pengajar dan tim Praktik

More Related Content

What's hot

Barchart dan Penjadwalan proyek
Barchart dan Penjadwalan proyekBarchart dan Penjadwalan proyek
Barchart dan Penjadwalan proyek
Nurul Angreliany
 
Precedence Diagram Method 2
Precedence Diagram Method 2Precedence Diagram Method 2
Precedence Diagram Method 2
Nurul Angreliany
 
perhitungan-atap
perhitungan-atapperhitungan-atap
perhitungan-atap
pratamadika3
 
Makalah tentang metode pelaksanaan gedung
Makalah tentang metode pelaksanaan gedungMakalah tentang metode pelaksanaan gedung
Makalah tentang metode pelaksanaan gedung
MOSES HADUN
 
Kontraktor Mengelola Proyek Konstruksi
Kontraktor Mengelola Proyek KonstruksiKontraktor Mengelola Proyek Konstruksi
Kontraktor Mengelola Proyek Konstruksi
Bambang Herumanta
 
Perencanaan gording dan penggantung
Perencanaan gording dan penggantungPerencanaan gording dan penggantung
Perencanaan gording dan penggantung
Redi Pasca Prihatditya
 
Sni 03-2834-2000
Sni 03-2834-2000Sni 03-2834-2000
Sni 03-2834-2000
frans1982
 
Cara menghitung alinyemen horizontal
Cara menghitung alinyemen horizontalCara menghitung alinyemen horizontal
Cara menghitung alinyemen horizontal
Julia Maidar
 
04 momen inersia
04   momen inersia04   momen inersia
04 momen inersia
tekpal14
 
Manajemen Mutu Pada Tahap Pelaksanaan Konstruksi
Manajemen Mutu Pada Tahap Pelaksanaan KonstruksiManajemen Mutu Pada Tahap Pelaksanaan Konstruksi
Manajemen Mutu Pada Tahap Pelaksanaan Konstruksi
Asri Surbakti
 
MEKANIKA REKAYASA 3 (METODE CROSS DAN METODE TAKABEYA)
MEKANIKA REKAYASA 3 (METODE CROSS DAN METODE TAKABEYA)MEKANIKA REKAYASA 3 (METODE CROSS DAN METODE TAKABEYA)
MEKANIKA REKAYASA 3 (METODE CROSS DAN METODE TAKABEYA)
Sumarno Feriyal
 
Eksentrisitas pada-pondasi
Eksentrisitas pada-pondasiEksentrisitas pada-pondasi
Eksentrisitas pada-pondasi
dwidam
 
Konstruksi baja-3 sambungan-baut
Konstruksi baja-3 sambungan-bautKonstruksi baja-3 sambungan-baut
Konstruksi baja-3 sambungan-baut
Junaida Wally
 
Ppt k3 konstruksi
Ppt k3 konstruksiPpt k3 konstruksi
Ppt k3 konstruksi
imamfaizin212
 
Jurnal jembatan rangka baja
Jurnal jembatan rangka bajaJurnal jembatan rangka baja
Jurnal jembatan rangka baja
E Sanjani
 
Pengujian kuat tarik_baja_beton (umum)
Pengujian kuat tarik_baja_beton (umum)Pengujian kuat tarik_baja_beton (umum)
Pengujian kuat tarik_baja_beton (umum)
Surya BS
 
Metoda pelaksanaan Sheet Pile
Metoda pelaksanaan Sheet PileMetoda pelaksanaan Sheet Pile
Metoda pelaksanaan Sheet Pile
IMRA MORALDY
 
SNI 2847-2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung
SNI 2847-2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan GedungSNI 2847-2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung
SNI 2847-2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung
Mira Pemayun
 
Pengaruh kadar air terhadap beton
Pengaruh kadar air terhadap betonPengaruh kadar air terhadap beton
Pengaruh kadar air terhadap beton
HASANUDDIN UNIVERSITY
 
Contoh penyelesaian soal uas beton ii
Contoh penyelesaian soal uas beton iiContoh penyelesaian soal uas beton ii
Contoh penyelesaian soal uas beton ii
Harry Calbara
 

What's hot (20)

Barchart dan Penjadwalan proyek
Barchart dan Penjadwalan proyekBarchart dan Penjadwalan proyek
Barchart dan Penjadwalan proyek
 
Precedence Diagram Method 2
Precedence Diagram Method 2Precedence Diagram Method 2
Precedence Diagram Method 2
 
perhitungan-atap
perhitungan-atapperhitungan-atap
perhitungan-atap
 
Makalah tentang metode pelaksanaan gedung
Makalah tentang metode pelaksanaan gedungMakalah tentang metode pelaksanaan gedung
Makalah tentang metode pelaksanaan gedung
 
Kontraktor Mengelola Proyek Konstruksi
Kontraktor Mengelola Proyek KonstruksiKontraktor Mengelola Proyek Konstruksi
Kontraktor Mengelola Proyek Konstruksi
 
Perencanaan gording dan penggantung
Perencanaan gording dan penggantungPerencanaan gording dan penggantung
Perencanaan gording dan penggantung
 
Sni 03-2834-2000
Sni 03-2834-2000Sni 03-2834-2000
Sni 03-2834-2000
 
Cara menghitung alinyemen horizontal
Cara menghitung alinyemen horizontalCara menghitung alinyemen horizontal
Cara menghitung alinyemen horizontal
 
04 momen inersia
04   momen inersia04   momen inersia
04 momen inersia
 
Manajemen Mutu Pada Tahap Pelaksanaan Konstruksi
Manajemen Mutu Pada Tahap Pelaksanaan KonstruksiManajemen Mutu Pada Tahap Pelaksanaan Konstruksi
Manajemen Mutu Pada Tahap Pelaksanaan Konstruksi
 
MEKANIKA REKAYASA 3 (METODE CROSS DAN METODE TAKABEYA)
MEKANIKA REKAYASA 3 (METODE CROSS DAN METODE TAKABEYA)MEKANIKA REKAYASA 3 (METODE CROSS DAN METODE TAKABEYA)
MEKANIKA REKAYASA 3 (METODE CROSS DAN METODE TAKABEYA)
 
Eksentrisitas pada-pondasi
Eksentrisitas pada-pondasiEksentrisitas pada-pondasi
Eksentrisitas pada-pondasi
 
Konstruksi baja-3 sambungan-baut
Konstruksi baja-3 sambungan-bautKonstruksi baja-3 sambungan-baut
Konstruksi baja-3 sambungan-baut
 
Ppt k3 konstruksi
Ppt k3 konstruksiPpt k3 konstruksi
Ppt k3 konstruksi
 
Jurnal jembatan rangka baja
Jurnal jembatan rangka bajaJurnal jembatan rangka baja
Jurnal jembatan rangka baja
 
Pengujian kuat tarik_baja_beton (umum)
Pengujian kuat tarik_baja_beton (umum)Pengujian kuat tarik_baja_beton (umum)
Pengujian kuat tarik_baja_beton (umum)
 
Metoda pelaksanaan Sheet Pile
Metoda pelaksanaan Sheet PileMetoda pelaksanaan Sheet Pile
Metoda pelaksanaan Sheet Pile
 
SNI 2847-2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung
SNI 2847-2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan GedungSNI 2847-2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung
SNI 2847-2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung
 
Pengaruh kadar air terhadap beton
Pengaruh kadar air terhadap betonPengaruh kadar air terhadap beton
Pengaruh kadar air terhadap beton
 
Contoh penyelesaian soal uas beton ii
Contoh penyelesaian soal uas beton iiContoh penyelesaian soal uas beton ii
Contoh penyelesaian soal uas beton ii
 

Similar to laporan praktek acuan perancah

Permen 9 tahun 2016.ppt
Permen 9 tahun 2016.pptPermen 9 tahun 2016.ppt
Permen 9 tahun 2016.ppt
pubgbokisSSM
 
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 09 tahun 2016.ppt
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan  No. 09 tahun 2016.pptPeraturan Menteri Ketenagakerjaan  No. 09 tahun 2016.ppt
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 09 tahun 2016.ppt
MikuSan3
 
K3
K3K3
Unsafe Acttion Unsafe Condition.pptx
Unsafe Acttion Unsafe Condition.pptxUnsafe Acttion Unsafe Condition.pptx
Unsafe Acttion Unsafe Condition.pptx
Mamas Jowo
 
Bekerja-Di-Ketinggian.ppt
Bekerja-Di-Ketinggian.pptBekerja-Di-Ketinggian.ppt
Bekerja-Di-Ketinggian.ppt
AyuNindyaAtiekasari
 
MOHD SAMSU ST_AHLI MUDA K3 KONTRUKSI.pptx
MOHD SAMSU ST_AHLI MUDA K3 KONTRUKSI.pptxMOHD SAMSU ST_AHLI MUDA K3 KONTRUKSI.pptx
MOHD SAMSU ST_AHLI MUDA K3 KONTRUKSI.pptx
AndikaAchmar
 
Keselamatan dan-kesehatan-kerja-k3
Keselamatan dan-kesehatan-kerja-k3Keselamatan dan-kesehatan-kerja-k3
Keselamatan dan-kesehatan-kerja-k3
Duwi susilo wibowo
 
11-CARA KERJA AMAN-SARI-1keselamatan kerja.pdf
11-CARA KERJA AMAN-SARI-1keselamatan kerja.pdf11-CARA KERJA AMAN-SARI-1keselamatan kerja.pdf
11-CARA KERJA AMAN-SARI-1keselamatan kerja.pdf
KurniawanDanang1
 
tugas K3.docx
tugas K3.docxtugas K3.docx
tugas K3.docx
HANIFAZAHRAAMALIA
 
Tenaga Kerja Pada Ketinggian Level 1
Tenaga Kerja Pada Ketinggian Level 1 Tenaga Kerja Pada Ketinggian Level 1
Tenaga Kerja Pada Ketinggian Level 1
ArMedia2
 
10. BEKERJA PADA DIKETINGGIAN.pdf
10. BEKERJA PADA DIKETINGGIAN.pdf10. BEKERJA PADA DIKETINGGIAN.pdf
10. BEKERJA PADA DIKETINGGIAN.pdf
AfienEmonz
 
Keselamatan dan-kesehatan-kerja-k3
Keselamatan dan-kesehatan-kerja-k3Keselamatan dan-kesehatan-kerja-k3
Keselamatan dan-kesehatan-kerja-k3
Rinda Fitri
 
INDUKSI OFN NEW.pptx
INDUKSI OFN NEW.pptxINDUKSI OFN NEW.pptx
INDUKSI OFN NEW.pptx
LerPe1
 
Sistem dan Mekanisme Pengelolaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Pelaksa...
Sistem dan Mekanisme Pengelolaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Pelaksa...Sistem dan Mekanisme Pengelolaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Pelaksa...
Sistem dan Mekanisme Pengelolaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Pelaksa...Reski Aprilia
 
Rakord SG 20092019.pptx
Rakord SG 20092019.pptxRakord SG 20092019.pptx
Rakord SG 20092019.pptx
ssuserf11fb3
 
manual-handling04-140115201-phpapp01.ppt
manual-handling04-140115201-phpapp01.pptmanual-handling04-140115201-phpapp01.ppt
manual-handling04-140115201-phpapp01.ppt
safetymatralestariba
 
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pelabuhan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pelabuhan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pelabuhan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pelabuhan
Bondan Winarno
 
LANGKAH - LANGKAH PENCEGAHAN KEMALANGAN DI TEMPAT KERJA
LANGKAH - LANGKAH PENCEGAHAN KEMALANGAN DI TEMPAT KERJALANGKAH - LANGKAH PENCEGAHAN KEMALANGAN DI TEMPAT KERJA
LANGKAH - LANGKAH PENCEGAHAN KEMALANGAN DI TEMPAT KERJA
fnurizdian
 
01. Menerapkan Prinsip-prinsip Keamanan_PPT D.35EBT13.002.1
01. Menerapkan Prinsip-prinsip Keamanan_PPT D.35EBT13.002.101. Menerapkan Prinsip-prinsip Keamanan_PPT D.35EBT13.002.1
01. Menerapkan Prinsip-prinsip Keamanan_PPT D.35EBT13.002.1
AliceKuhurima1
 
Makalah keselamatan kerja
Makalah keselamatan kerja Makalah keselamatan kerja
Makalah keselamatan kerja
Irjan Kusuma Ian
 

Similar to laporan praktek acuan perancah (20)

Permen 9 tahun 2016.ppt
Permen 9 tahun 2016.pptPermen 9 tahun 2016.ppt
Permen 9 tahun 2016.ppt
 
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 09 tahun 2016.ppt
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan  No. 09 tahun 2016.pptPeraturan Menteri Ketenagakerjaan  No. 09 tahun 2016.ppt
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 09 tahun 2016.ppt
 
K3
K3K3
K3
 
Unsafe Acttion Unsafe Condition.pptx
Unsafe Acttion Unsafe Condition.pptxUnsafe Acttion Unsafe Condition.pptx
Unsafe Acttion Unsafe Condition.pptx
 
Bekerja-Di-Ketinggian.ppt
Bekerja-Di-Ketinggian.pptBekerja-Di-Ketinggian.ppt
Bekerja-Di-Ketinggian.ppt
 
MOHD SAMSU ST_AHLI MUDA K3 KONTRUKSI.pptx
MOHD SAMSU ST_AHLI MUDA K3 KONTRUKSI.pptxMOHD SAMSU ST_AHLI MUDA K3 KONTRUKSI.pptx
MOHD SAMSU ST_AHLI MUDA K3 KONTRUKSI.pptx
 
Keselamatan dan-kesehatan-kerja-k3
Keselamatan dan-kesehatan-kerja-k3Keselamatan dan-kesehatan-kerja-k3
Keselamatan dan-kesehatan-kerja-k3
 
11-CARA KERJA AMAN-SARI-1keselamatan kerja.pdf
11-CARA KERJA AMAN-SARI-1keselamatan kerja.pdf11-CARA KERJA AMAN-SARI-1keselamatan kerja.pdf
11-CARA KERJA AMAN-SARI-1keselamatan kerja.pdf
 
tugas K3.docx
tugas K3.docxtugas K3.docx
tugas K3.docx
 
Tenaga Kerja Pada Ketinggian Level 1
Tenaga Kerja Pada Ketinggian Level 1 Tenaga Kerja Pada Ketinggian Level 1
Tenaga Kerja Pada Ketinggian Level 1
 
10. BEKERJA PADA DIKETINGGIAN.pdf
10. BEKERJA PADA DIKETINGGIAN.pdf10. BEKERJA PADA DIKETINGGIAN.pdf
10. BEKERJA PADA DIKETINGGIAN.pdf
 
Keselamatan dan-kesehatan-kerja-k3
Keselamatan dan-kesehatan-kerja-k3Keselamatan dan-kesehatan-kerja-k3
Keselamatan dan-kesehatan-kerja-k3
 
INDUKSI OFN NEW.pptx
INDUKSI OFN NEW.pptxINDUKSI OFN NEW.pptx
INDUKSI OFN NEW.pptx
 
Sistem dan Mekanisme Pengelolaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Pelaksa...
Sistem dan Mekanisme Pengelolaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Pelaksa...Sistem dan Mekanisme Pengelolaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Pelaksa...
Sistem dan Mekanisme Pengelolaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Pelaksa...
 
Rakord SG 20092019.pptx
Rakord SG 20092019.pptxRakord SG 20092019.pptx
Rakord SG 20092019.pptx
 
manual-handling04-140115201-phpapp01.ppt
manual-handling04-140115201-phpapp01.pptmanual-handling04-140115201-phpapp01.ppt
manual-handling04-140115201-phpapp01.ppt
 
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pelabuhan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pelabuhan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pelabuhan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pelabuhan
 
LANGKAH - LANGKAH PENCEGAHAN KEMALANGAN DI TEMPAT KERJA
LANGKAH - LANGKAH PENCEGAHAN KEMALANGAN DI TEMPAT KERJALANGKAH - LANGKAH PENCEGAHAN KEMALANGAN DI TEMPAT KERJA
LANGKAH - LANGKAH PENCEGAHAN KEMALANGAN DI TEMPAT KERJA
 
01. Menerapkan Prinsip-prinsip Keamanan_PPT D.35EBT13.002.1
01. Menerapkan Prinsip-prinsip Keamanan_PPT D.35EBT13.002.101. Menerapkan Prinsip-prinsip Keamanan_PPT D.35EBT13.002.1
01. Menerapkan Prinsip-prinsip Keamanan_PPT D.35EBT13.002.1
 
Makalah keselamatan kerja
Makalah keselamatan kerja Makalah keselamatan kerja
Makalah keselamatan kerja
 

Recently uploaded

13. Melakukan Investigasi Kecelakaan Kerja.pptx
13. Melakukan Investigasi Kecelakaan Kerja.pptx13. Melakukan Investigasi Kecelakaan Kerja.pptx
13. Melakukan Investigasi Kecelakaan Kerja.pptx
noviardi261188
 
Skema_sertifikasi_pusat_data Standar Nasional Indonesia SNI 8799-1-2019
Skema_sertifikasi_pusat_data Standar Nasional Indonesia SNI 8799-1-2019Skema_sertifikasi_pusat_data Standar Nasional Indonesia SNI 8799-1-2019
Skema_sertifikasi_pusat_data Standar Nasional Indonesia SNI 8799-1-2019
MuhammadIkmalWiawan
 
Materi Dasar Pelatihan PLC Basic (CP2E) OMRON
Materi Dasar Pelatihan PLC Basic (CP2E) OMRONMateri Dasar Pelatihan PLC Basic (CP2E) OMRON
Materi Dasar Pelatihan PLC Basic (CP2E) OMRON
haikal136839
 
Materi 7 Evaluasi Interaksi Manusia dan Komputer
Materi 7 Evaluasi Interaksi Manusia dan KomputerMateri 7 Evaluasi Interaksi Manusia dan Komputer
Materi 7 Evaluasi Interaksi Manusia dan Komputer
MuhammadZidan94
 
Proses terbentuknya (genesa) batu Gamping
Proses terbentuknya (genesa) batu GampingProses terbentuknya (genesa) batu Gamping
Proses terbentuknya (genesa) batu Gamping
RonaMentari2
 
UJIKOM AHLI MUDA TEKNIK BANGUNAN GEDUNG.pptx
UJIKOM AHLI MUDA TEKNIK BANGUNAN GEDUNG.pptxUJIKOM AHLI MUDA TEKNIK BANGUNAN GEDUNG.pptx
UJIKOM AHLI MUDA TEKNIK BANGUNAN GEDUNG.pptx
priyantifitri
 

Recently uploaded (6)

13. Melakukan Investigasi Kecelakaan Kerja.pptx
13. Melakukan Investigasi Kecelakaan Kerja.pptx13. Melakukan Investigasi Kecelakaan Kerja.pptx
13. Melakukan Investigasi Kecelakaan Kerja.pptx
 
Skema_sertifikasi_pusat_data Standar Nasional Indonesia SNI 8799-1-2019
Skema_sertifikasi_pusat_data Standar Nasional Indonesia SNI 8799-1-2019Skema_sertifikasi_pusat_data Standar Nasional Indonesia SNI 8799-1-2019
Skema_sertifikasi_pusat_data Standar Nasional Indonesia SNI 8799-1-2019
 
Materi Dasar Pelatihan PLC Basic (CP2E) OMRON
Materi Dasar Pelatihan PLC Basic (CP2E) OMRONMateri Dasar Pelatihan PLC Basic (CP2E) OMRON
Materi Dasar Pelatihan PLC Basic (CP2E) OMRON
 
Materi 7 Evaluasi Interaksi Manusia dan Komputer
Materi 7 Evaluasi Interaksi Manusia dan KomputerMateri 7 Evaluasi Interaksi Manusia dan Komputer
Materi 7 Evaluasi Interaksi Manusia dan Komputer
 
Proses terbentuknya (genesa) batu Gamping
Proses terbentuknya (genesa) batu GampingProses terbentuknya (genesa) batu Gamping
Proses terbentuknya (genesa) batu Gamping
 
UJIKOM AHLI MUDA TEKNIK BANGUNAN GEDUNG.pptx
UJIKOM AHLI MUDA TEKNIK BANGUNAN GEDUNG.pptxUJIKOM AHLI MUDA TEKNIK BANGUNAN GEDUNG.pptx
UJIKOM AHLI MUDA TEKNIK BANGUNAN GEDUNG.pptx
 

laporan praktek acuan perancah

  • 1. BAB I Keamanan, Kesehatan, dan Keselamatan Kerja (K3) 1.1 Dasar Teori 1.1.1 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) /OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY (OH&S) adalah suatu yang istilah umum yang berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja ,orang yang melakukan/menyelenggarakan pekerjaan dan perlindungan para pekerja dan orang banyak/masyarakat dari resiko keselamatan dan kesehatan kerja dari Mesin mesin pabrik , peralatan, material dan sumber . PERATURAN DAN PERUNDANG UNDANGAN  Undang undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja  Peraturan Menteri Tenaga Kerja & Transmigrasi No.01/Men/1980 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada konstruksi Bangunan  SKB Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum No.Kep.174/Men/1986 dan No.104/Kpts/1986 dan pedoman pelaksanaan tetang keselamatan dan Kesehatan Kerja pada tempat Konstruksi  Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No.SE.6/BW/1984 tentang peningkatan dan pengawasan keselamatan kerja pekerja konstruksi bangunan  Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.05/M/BW/1996 tentang pengawasan dan pembinaan keselamatan kesehatan kerja pada kegiatan konstruksi bangunan
  • 2. CIRI CIRI TEMPAT KERJA DAN TENAGA KERJA JASA KONSTRUKSI YANG DAPAT MENIMBULKAN KECELAKAAN KERJA  Ciri ciri tempat kerja o Selalu berpindah pindah dalam waktu yang relative singkat o Pekerjaan didarat,diatas permukaan , dirawa rawa, didalam air, dibukit didalam tanah o Terbuka dan tertutup dan mempunyai temperature panas, dingin, lembab, kering, angin kencang serta berdebu atau kotor o Pekerjaan dilaksanakan secara konprehensif o Menggunakan peralatan mekanis yang banyak manual dan modern, hal ini sesuai besar proyek  Ciri ciri Tenaga Kerja o Tenaga kerja umumnya bersifat musiman atau tidak tetap o Kualitas sumber daya manusia yang rendah o Pengetahuan K3 masih kurang o Fasilitas yang sangat minm o Bekerja siang dan malam pada kegiatan yang berbeda  Pengusahan atau pihak manajemen o Pimpinan perudsahaan masih menganggap pelaksanaan pelatihan K3 suatu pemborosan o Pembinaan K3 masih belum berjalan dengan baik o Petugas P2K3, Safety Officer belum menjadi suatu kebutuhan o Program pelatihan K3 masih kurang terutama safety talk dan safety patrol
  • 3. o Penyediaan sarana dan prasarana yang belum memadai o Dan sebagainya 1.1.2 ACCIDENT adalah suatu kejadian atau peristiwa yang (dapat) mengalibatkan kecederaan atau kerusakan. Suatu accident bisa disebabkan oleh kecerobohan, ketidak perdulian atau suatu kombinasi dari beberapa penyebab. Accident mungkin saja tidak disebabkan oleh kesalahan orang yang cedera PENYEBAB TERJADINYA ACCIDENT TINDAKAN TIDAK AMAN (UNSAFE ACT) Adalah perbuatan ( baik tampak atau tidak ) yang bisa menyebabkan kecelakaan, yang melanggar peraturan K3 atau bertentangan dengan perilaku aman yang diharapkan
  • 4. KONDISI TIDAK AMAN Adalah keadaan , yang tidak secara langsung disebabkan oleh “ Tindakan atau kelalaian tidak melakukan tindakan “ oleh seseorang pekerja atau lebih, yang bisa menyebabkan suatu kecelakaan atau kecederaan bila tidak dikoreksi. Kondisi itu bisa disebabkan oleh rancangan yang salah, fabrikasi atau konstruksi yang kurang benar, perawatan yang kurang memadai dan keausan yang berkelanjutan.
  • 5. 1.1.2 TIPE DAN KELOMPOK RESIKO BAHAYA
  • 6. 1. Resiko Bahaya bagi keselamatan ( Safety Hazards) Pada dasarnya resiko kecelakaan kerja berasal dari hal-hal sebagai berikut :  Tempat Keja  Electrical Services and Overhead Power Lines  Poor Housekeeping  Permukaan Kerja
  • 7.  Peralatan   Material Resiko bahaya bagi kesehatan (Health Hazards)  Resiko Bahaya Physical o Noise o Heat
  • 8. o Sun o Vibration o Manual Handling
  • 9.  Resiko Bahaya Kimia o Solids o gasses o liquids
  • 10.  Resiko Bahaya Biologi o Insect and animal o Micro-organisme (Bacteria)  Stress
  • 11. 1.1.4 Prosedur dasar mengendalikan resiko bahaya a. Eliminator b. Substitution c. Enclosure or isolation d. Engineering methods f. Work practice g. Training and education h. Administrative controls i. Personal protective equipment  Elimination  Subtitution  Enclosure or Isolation
  • 12.  Engineering Methods  Work Practices
  • 13.  Training and Education  Administrative Controlss  Personal Protective Equipment
  • 14. 1.1.5 Keselamatan Kerja di Ketinggian (Working at Height) Pada umumya pekerjaan acuan dan perancah adalah pekerjaan yang ada diketinggian , oleh karena itu keselamatan kerja diketinggian perlu sekali diperhatikan. Arti Bekerja di Ketinggian Yang dimaksud dengan bekerja di ketinggian adalah bekerja di tempat yang memiliki tinggi enam kaki (1,8 meter) atau lebih di atas permukaan yang lebih rendah, di mana terdapat bahaya jatuh ke permukaan yang lebih rendah tersebut atau bahkan ke peralatan berbahaya di bawahnya atau di sekitarnya, dan karena itu maka perlindungan bahaya jatuh harus disediakan dan digunakan. Pengertian Ketinggian dan Jatuh  Ketinggian Yang dimaksud dengan ketinggian adalah jarak vertikal dari dasar ke titik puncak. Dalam prosedur kerja suatu tempat dianggap tinggi bila sudah mencapai ketinggian enam kaki (1,8 meter) atau lebih di atas permukaan yang lebih rendah. Pada ketinggian tersebut, di mana terdapat bahaya jatuh ke level yang lebih rendah atau ke peralatan berbahaya di bawah dan sekitarnya, maka perlindungan bahaya jatuh harus diberikan dan digunakan.  Jatuh Jatuh adalah terlepas dan terhempas ke bawah dengan cepat baik ketika masih dalam pergerakan turun maupun sesudah sampai ke tanah. Gaya yang menyebabkan ini adalah gaya gravitasi atau gaya tarik bumi. Tubuh dapat jatuh bebas dengan cepat.
  • 15. Waktu yang diperlukan untuk sampai di tanah adalah seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut: Tinggi (feet) Waktu yang diperlukan 4 (1,2 meter) 0,5 detik 16 (5 meter) 1 detik 36 (11 meter) 1,5 detik 64 (19 meter) 2 detik 1.1.6 Mengidentifikasi Bahaya Jatuh Bentuk jatuh dikelompokkan ke dalam dua jenis yaitu : 1) jatuh dari ketinggian yang berbeda 2) jatuh pada ketinggian yang sama 1.1.7 Tindakan dan Faktor Penyebab Tindakan-tindakan atau faktor-faktor yang menyebabkan bahaya jatuh antara lain :  Berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya.
  • 16.  Permukaan kerja yang tidak mampu menahan beban.  Lantai berlubang yang bisa mengakibatkan orang terperosok.  Pinggiran tempat kerja yang tidak diberi pagar pengaman.  Perubahan tinggi permukaan kerja.  Tempat pegangan yang hilang atau lepas.  Permukaan kerja atau lantai yang licin.  Sepatu yang tidak sesuai.  Barang-barang yang malang melintang.  Penggunaan tangga yang tidak benar.  Pakaian yang tersangkut.  Tempat kerja yang bergerak.  Pergerakan atau berhenti tiba-tiba.  Pencahayaan yang tidak memadai.  Kondisi cuaca yang buruk.  Terpapar pada bahan kimia berbahaya atau arus listrik yang bisa.  mengakibatkan hilangnya kesadaran.  Tertabrak. 1.1.8 Kondisi-Kondisi yang Memerlukan Perlindungan Jatuh.  Pada semua tempat kerja panggung (stage), apungan (float), dan jenis lain perancah yang digantung seperti gondola.
  • 17.  Bila terdapat bahaya di ketinggian (walaupun kurang dari enam kaki), seperti bentuk miring atau tidak seimbang.  Pada atap rumah atau bangunan yang berbentuk lereng atau landai  Pada pinggir lantai atau atap dengan ketinggian enam kaki atau lebih yang tidak dilengkapi dengan pagar atau jalur tali kawat.
  • 18.  Pada penopang dengan ketinggian berapa pun, yang berada di atas area yang terpapar pada baja yang mencuat dan tidak terlindungi.  Ketika memindahkan papan lantai, penutup lubang, grating, dll. dari panel terakhir pada lantai temporer.
  • 19.  Pada perancah yang tidak dilengkapi dengan decking atau pagar.  Di lokasi ketinggian enam kaki atau lebih dimana tidak terdapat pelindung jatuh lainnya.
  • 20. 1.1.9 Hal-hal yang disarankan saat bekerja di ketinggian 1) Kelengkapan peralatan penahan jatuh/pagar pada pinggiran tempat kerja. 2) Gunakan perancah atau platform. 3) Bila tidak dapat dipasang penahan atau pagar pada pinggiran tempat kerja, gunakan sistem penahan jatuh serta peralatan dan tempat sangkutan. 4) Gunakan tangga. 5) Berikan pelatihan kepada karyawan. 6) Tugaskan pengawas yang kompeten. 7) Siapkan pembantu untuk pekerja yang lain 1.1.10 Sistem dan Perlengkapan Pelindung Jatuh Secara umum sistem pelindung jatuh dapat dikategorikan ke dalam dua jenis, yakni: Sistem Pelindung Pasif dan Sistem Pelindung Aktif. Yang dimaksud dengan sistem pelindung pasif adalah: perlengkapan atau alat yang digunakan tidak secara langsung menjadi bagian dari aktivitas pekerja saat melakukan pekerjaannya.Sedangkan sistem pelindung aktif, perlengkapannya terpasang atau terkait langsung dan menjadi bagian dari pekerja saat melakukan aktivitasnya Sistem Pelindung Pasif o Sistem Pagar Pengaman atau Guardrail
  • 21.  Papan Penanda Pinggir Untuk mencegah seseorang terperosok maka pada pinggiran tempat kerja dipasang toe board. Toe-board berfungsi sebagai pembatas dan penahan kaki agar tidak tergelincir pada saat berjalan di area tersebut.  Tali penanda pinggir Untuk memberi tanda bahwa tempat tersebut merupakan tepi dari tempat kearja. Tujuan utama dari tali penanda pinggir adalah hanya sebagai tanda, tetapi disarankan yang dapat menahan berat tubuh pekerja yang berpegangan saat terjatuh.  Sistem Jaring Pengaman
  • 22. Sistem ini terdiri dari komponen- komponen yang bukan merupakabagiandari atau aktivitas pekerja. Sekali pemasangan yang benar dilakukan, pencegah jatuh pasif ini dapat memberikan perlindungan selama berlangsungnya proyek. Jaring mungkin tidak aman untuk semua orang yang jatuh tetapi merupakan alat yang vital. Jaring dirancang untuk dipasang sebagai pelindung di bawah dan di sekeliling tempat kerja yang tinggi di mana terdapat bahaya jatuh. Maksud penggunaannya adalah digunakan menangkap/menahan orang maupun material yang jatuh sebelum sampai di tanah. SISTEM PELINDUNG AKTIF Sistem Penahan Jatuh Personal terdiri atas sauh (cantolan), konektor, dan pakaian pelindung jatuh (harness). Sistem penahan ini bisa juga termasuk peralatan perlambatan, lifeline, atau kombinasi lain yang sesuai. Peralatan yang digunakan :  Sabuk Pengaman (Safety belt)
  • 23. sabuk pengaman harus dipasang melingkar di pinggang pekerja dan tempat ikatan pada bagian belakang tubuh dihubungkan ke lanyard dan selanjutnya dikaitkan pada bagian cantolan. Bagaimana pun sabuk pengaman memiliki keterbatasan yang serius yaitu kurang menyebarkan hentakan ke seluruh tubuh jika seseorang terjatuh.  Retracting Lifeline Peralatan yang portable, self-containing dipasang pada tempat pengikatan di atas tempat kerja. Alat ini akan berfungsi seperti lanyard. Lifeline, webbing, kabel disangkutkan langsung sabuk yang terpasang pada badan pekerja atau ke harness. Tali akan memanjang bila pekerja bergerak menjauh dan memendek bila pekerja mendekat. Jika terjadi jatuh maka suatu cara penguncian sentrifugal akan secara otomatis menghentikan pergerakan.
  • 24.  Harnesses Harnesses dililitkan pada dada, pinggang, dan meliputi batang tubuh (torso) dan bagian yang lain. Full body harnesses akan menyebarkan seluruh gaya atau hentakan jatuh ke seluruh tubuh, sehingga mencegah cedera akibat hentakan. Terbuat dari nilon dan polyester webbing straps, harnesses lebih disukai pekerja dan diperlukan dalam sistem pencegah jatuh. o Bagian-bagian Harness “D “RING LANYARD
  • 26. 1.2 Laporan Praktik Laporan Kerja Harian Mata Kuliah : Praktek Acuan dan Perancah Pekerjaan : K3 Hari : Senin dan Selasa Nama Mhs : Muhammad Iqbal Assegaf Kelas : 3KBS4 Tahun ajaran : 2019/2020 1.0 Gambar Kerja No. Gambar Kerja Penggunaan APD dan Safety Body Harness 2.0 Bahan dan Alat No. Bahan dan Alat 1 Bahan : 07.00 - 08.00 08.00 - 09.00 09.00 - 10.00 10.00 - 11.00 11.00 - 12.00 2 Alat : 12.00 - 13.00 - Helm 13.00 - 14.00 - Sepatu safety - Body harnes Cerah Tanggal : 7 dan 8 Oktober 2019 KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI Notasi Cuaca JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MALANG JL. SOEKARNO HATTA NO. 9 MALANG
  • 27. 1.3 Dokumentasi 3.0 Langkah Kerja No. Uraian Langkah Kerja 1. Mempersiapkan APD dan safety body harnes. 2. Menggunakan APD seperti helm, pakaian safety dan sepatu safety. 3. Memegang bagian D - ring pada full body harness dan digoyang secara perlahan, memastikan tidak ada webing / tali yang terpelintir dan pengencangnya(chest strap) terbuka. 4. Memegang tali bahu (shoulder strap) dan memasukkan tangan satu persatu ke dalam tali. 5. Memasangkan tali dada (chest strap) dan menghuhubungkan tab buckle pada receptor sampai terdengan bunyi "klik" 6. Menarik dan mengecangkan tali kaki (leg strap), lalu memasangkan atau menghubungkan pada buckle. Untuk jenis quick connect buckle sampai berbunyi "Klik", jika buckle sudah terpasang dengan benar. Mengatur lingkar tali pada kaki sesuai kenyamanan masing-masing. 7. Memastikan bahwa full body harness sudah terpasang dengan benar dan tidak ada tali yang terpelintir. 4.0 Keselamatan Kerja No. Identifikasi Keselamatan Kerja 1. APD memenuhi standar keamanan dan layak digunakan 2. Full body harness harus terpasang dengan pas, tidak terlalu longgar atau terlalu kencang Pelaksana, Mhs ybs. Muhammad Iqbal Assegaf No Gambar Keterangan Pengenalan dan contoh pemasangan safety body hardness Penggunaan APD Lengkap
  • 28. BAB II Pekerjaan Boowplank 2.1 Dasar Teori Bowplank ialah penanda sementara yang digunakan untuk menentukan titik-titik as pada area kerja di dalam proyek pembangunan sesuai dengan hasil pengukuran yang telah dilakukan sebelumnya. Fungsi utama bowplank adalah sebagai penentu arah pondasi dan ketinggian lantai bangunan. Bowplank juga bisa berfungsi untuk membuat sudut siku dengan menggunakan bantuan theodolit. Karena hanya dipasang untuk sementara waktu, bowplank biasanya dibuat dari bahan yang murah seperti kayu berkualitas rendah. Kayu yang berbentuk tiang pancang ini selanjutnya ditancapkan di sudut-sudut area pekerjaan pembuatan bangunan. Sedangkan kayu yang berbentuk papan dipasang secara horisontal menghubungkan masing-masing tiang pancang. Setelah itu, titik- titik as untuk menandai area kerja pondasi, kolom, dinding, dan lain-lain dibuat memakai tali kenor yang dibentangkan serta diikatkan di papan kayu yang dipasang secara mendatar. Terdapat enam syarat yang harus dipenuhi agar pembuatan bowplank benar dan sesuai ketentuan, di antaranya : 1) Kedudukan masing-masing patok kayu dibuat sedemikian rupa agar kekuatannya terjamin dan tidak mudah goyah. 2) Posisinya berada di jarak yang cukup dari titik pembangunan sehingga tidak mengganggu atau diganggu pekerjaan lainnya. 3) Keberadaannya bisa dilihat dengan jelas sehingga para pekerja bisa mudah menemukannya. 4) Penanda yang dipasang secara horisontal harus berada di satu bidang yang rata. 5) Arahnya harus diletakkan serempak menghadap ke dalam bangunan. 6) Benang merupakan penanda untuk garis tengah pondasi dan dinding.
  • 29. 2.2 Laporan Praktik Laporan Kerja Harian Mata Kuliah : Praktek Acuan dan Perancah Pekerjaan : Bowplank atau Papan Duga Hari : Senin Tanggal : 7 Oktober 2019 Nama Mhs : Muhammad Iqbal Assegaf Kelas : 3KBS4 Tahun ajaran : 2019/2020 1.0 Gambar Kerja No. Gambar Kerja 2.0 Bahan dan Alat No. Bahan dan Alat 1 Bahan : 07.00 - 08.00 Kayu papan 2/20 - 8 batang 08.00 - 09.00 Kayu balok 4/6 - 12 batang 09.00 - 10.00 Paku 10.00 - 11.00 Benang 11.00 - 12.00 12.00 - 13.00 2 Alat : 13.00 - 14.00 Palu kecil Palu besar Gergaji manual Gergaji mesin Selang ukur Meteran Waterpass KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MALANG JL. SOEKARNO HATTA NO. 9 MALANG Notasi Cuaca Cerah
  • 30. 3.0 Langkah Kerja No. Uraian Langkah Kerja 1 Persiapan bahan dan alat 2 Pengukuran luasan lantai kerja 4 x 4 m 3 Pemasangan acuan bowplank 4 Pengukuran titik elevasi dengan acuan elevasi dari bengkel kayu 0.00 ke lantai kerja +0.30 5 Pemasangan kayu bowplank dengan dibantu dengan waterpass agar sejajar dengan bowplank lainnya 6 Pemasangan benang As 4.0 Keselamatan Kerja No. Identifikasi Keselamatan Kerja 1 Dalam menggunakan palu juga harus berhati - hati agar tidak melukai tangan 3 Penggunaan helm safety juga diperlukan untuk melindungi kepala Pelaksana, Mhs ybs. Muhammad Iqbal Assegaf Penggunaan sepatu safety juga diperlukan untuk melindungi kaki dari barang kontruksi yang tidak sengaja terjatuh 2
  • 31. 2.3 Dokumentasi No Gambar Keterangan 1 Persiapanalatdanbahan 2 Penentuanawal lokasi patokacuan 3 Pengukuranlokasi 4 Penentuanelevasi 5 Pemasanganpapan 6 Pengukuranelevasi sesuai acuan menggunakan selang 7 Pemasangan benangdi as bangunan 8 Pembersihanlokasi
  • 32. BAB III Pekerjaan Membangun dan Merangkai Scafolding 3.1 Dasar Teori 3.1.1 PERANCAH Definisi perancah ialah konstruksi yang disanggah dari dasarnya oleh dua deretan atau lebih tiang tegak, bebas dari dinding atau bangunan bangunan lainnya, biasanya terbuat dari pipa baja karena mempunyai kekuatan yang tinggi. Menurut fungsinya konstruksi perancah dibedakan atas : 1. Konstruksi perancah pekerjaan / andang Berfungsi membantu sebagai tempat bekerja bagi pekerja konstruksi dan peralatannya
  • 33.
  • 34. 2. Konstruksi perancah penahan acuan/ bekisting Berfungsi menahan bekisting sampai beton yang dicor cukup kuat menahan berat sendiri Berikut dibawah ini contoh jenis jenis perancah : Perancah Frame (Frame Scafolding) Jenis perancah ini sering dipakai di kegiatan konstruksi karena material mudah diperoleh. Susunan dari perancah jenis ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
  • 35. Perancah ini tersusun dari tiang vertikal (frame upright/scafolding upright/frame standard), batang memanjang tanpa atau dengan lantai kerja(ledge frame or ledge frame with floor), jack base atau fixed base, palang penguat (brace), angkur (anchorage), landasan (base plate/floor board), lantai kerja (platform), arm lock dan pagar pengaman (handrail)
  • 36. Perancah Kayu atau bambu (round Pole Scafolding) Perancah jenis ini biasanya digunakan pada pekerjaan sederhana dan bangunan yang tidak terlalu tinggi dengan resiko kecelakaan kerja yang lebih rendah. Perancah Pipa (Single Pipe Scaffolding) Jenis perancah ini sering dipakai di kegiatan konstruksi karena material mudah diperoleh. Susunan dari perancah jenis ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
  • 37. Perancah ini tersusun dari tiang vertikal (frame upright/scafolding upright/frame standard), batang memanjang tanpa atau dengan lantai kerja(ledge frame or ledge frame with floor), jack base atau fixed base, palang penguat (brace), angkur (anchorage), landasan (base plate/floor board), lantai kerja (platform), klam universal (swivel clamp),joint pin dan pagar pengaman (handrail). Perancah Dengan Lantai Kerja Menggunakan Pelat Pipa (Ledge Plate Single Standard Scaffolding) Biasanya perancah jenis ini dilengkapi tangga sebagai alat untuk menaiki/menuruni perancah
  • 38. Perancah Dengan Penunjang Siku (Bracket Single Standard Scaffolding) Perancah jenis ini menggunakan penunjang pada bagian bawah dari lantai kerja untuk menopang beban yang diterima oleh lantai kerja Perancah Beroda (Movable Scaffolding) Perancah ini dilengkapi roda sebagai alat untuk bergerak dan untuk tidak bergerak menggunakan outringger.
  • 39. 3.2 Laporan Praktik Laporan Kerja Harian Mata Kuliah : Praktek Acuan dan Perancah Pekerjaan : Scaffolding Hari : Selasa Tanggal : 8 Oktober 2019 Nama Mhs : Muhammad Iqbal Assegaf Kelas : 3KBS4 Tahun ajaran : 2019/2020 1.0 Gambar Kerja No. Gambar Kerja Membangun dan Merangkai scafolding 4 Bay 3 Stage 2.0 Bahan dan Alat No. Bahan dan Alat 1 Bahan : 07.00 - 08.00 Main frame 08.00 - 09.00 Cross brace 09.00 - 10.00 Clam mati dan Clam hidup 10.00 - 11.00 Pipa (untuk sway brace ) 11.00 - 12.00 Joint pin 12.00 - 13.00 Papan kayu 13.00 - 14.00 Tangga scaffolding Platform Benang Paku Jack base 2 Alat : Waterpass Palu Kunci ukuran 17 Meteran ` Cerah KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MALANG JL. SOEKARNO HATTA NO. 9 MALANG Notasi Cuaca
  • 40. 3.0 Langkah Kerja No. Uraian Langkah Kerja 1 Penentuan lokasi berdirinya scaffolding 9 Lalu pemasangan frame dan cross base di step 2 sama seperti di step 1 4.0 Keselamatan Kerja No. Identifikasi Keselamatan Kerja 2 Dalam menggunakan palu juga harus berhati - hati agar tidak melukai tangan Pelaksana, Mhs ybs. Muhammad Iqbal Assegaf Setelah lokasi ditentukan selanjutnya pembersihan lokasi dan pengukuran, penempatan scaffolding sejauh 60 cm dari dinding bengkel kayu Setelah melakukan pengukuran selanjutnya merangkai 1 bay scaffolding untuk mengetahui panjang, lebar, tinggi scaffolding untuk memasang jack base (di praktek ini diketahu panjang 1 bay scaffolding 183cm, lebar 120cm, tinggi 166cm) Lalu lokasi diberi papan kayu untuk menempatkan jack base, penempatan jack base sesuai dengan panjang 1 bay scaffolding. Jack base diperkuat dengan paku agar tidak bergeser 7 Setelah selesai pemasangan scaffolding (di praktek ini ditugaskan merangkai 4 bay dan 3 step scaffolding) , main frame diukur kedatarannya dengan waterpass secara horizontal dan vertikal, apabila masih belum datar maka yang diatur adalah jack base Lalu diukur kelurusan antar frame scaffolding dengan cara tarik benang dengan jarak antar benang dan frame 1cm Setelah mengukur kelurusan selanjutnya memasang pipa (brace) di antar ujung awal bay 1 dan akhir bay 4 untuk memperkokoh scaffolding agar tidak goyah dengan menggunakan clam mati Lalu memasang tangga, sebelum pemasangan tangga di bawah diberi pipa untuk menahan tangga. Pemasangan tangga juga sekaligus dikerjakan bersamaan dengan pemasangan platform untuk melakukan pekerjaan di step 2 (pemasangan tangga ditempatkan di tengah per step dan lurus keatas, jadi ada bay khusus untuk penempatan tangga) 2 3 4 5 6 Dalam melakukan pekerjaan konstruksi yang tinggi diperlukan APD seperti harness belt dan helm. Dan juga menggunakan sarung tangan Penggunaan sepatu safety juga diperlukan untuk melindungi kaki dari barang kontruksi yang tidak sengaja terjatuh 1 3 8 Sebelum pemasangan di step 3 mahasiswa dianjurkan memasang pengaman berupa harness belt, setelah memasang harness belt mahasiswa boleh melanjutkan ke step 3. di step 3 untuk tinggi frame lebih kecil dari dari step 1 dan 2 Setelah merangkai step 3, di step 3 di kedua sisi panjangnya diperkuat dengan pipa (brace) agar tidak goyah, lalu di ujung awal bay 1 dan ujung akhir bay 4 diperkuat dengan sway brace fungsiya juga sama agar scaffolding tidak goyah 10 11
  • 41. 3.3 Dokumentasi No Gambar Keterangan Pengecekan kedataran Pemasangan Cross Pemasangan frame Pemasangan Jack Buise Pembersihan Lokasi Pngukuran papan dasar penyangga frame Pemasangan benang untuk kelurusan frame
  • 42. Pemasangan tangga Pemasangan pipa penguat untuk tahanan guling Pemasangan joint pin Pemasangan step kedua
  • 43. BAB IV Pekerjaan Kolom, Balok dan Plat 4.1 Dasar Teori Bentuk Kolom Didalam Konstruksi bangunan sipil bentuk bentuk kolom beton dibagi menjadi 3 bagian yaitu : 1. Kolom persegi 2. Kolom bulat 3. Kolom bentuk bentuk khusus Pengerjaan Kolom Persegi Metode Tradisional
  • 44.
  • 45. Metode Dengan column clamp Bentuk bentuk cetakan (form)
  • 46. Pemasangan Kolom persegi : Meode dengan balok penjepit (Waler) Alat alat Pengikat :
  • 47. Metode dengan Steel Waler Frame
  • 49. Pengerjaan Kolom Bulat Cetakan kolom dari kayu Cetakan Kolom dari Logam Cetakan Kolom dari Plastik
  • 50. Cetakan Kolom dari Card board Pengerjaan Kolom Bentuk Khusus Penyekoran (bracing )
  • 51. Lantai Kerja Cetakan Balok Balok beton umumnya dapat dikelompokan dalam 2 tipe bentuk : - Balok T - Balok L
  • 52. Gaya gaya yang bekerja pada akibat pembebanan pada cetakan balok dapat dilihat pada gambar dibawah ini : Detail Konstruksi Detail Konstruksi Acuan Acuan Balok umumnya terbuat dari kayu papan ataupun dari plywood karena mudah dibentuk menjadi struktur yang diinginkan, akan tetapi tidak menutup kemungkinan terbuat dari material lain.
  • 53. Detail Konstruksi Tiang Perancah Material tiang perancah dapat menggunakan balok kayu, bambu, steel props dan scaffolding, dan dilengkapi dengan papan landasan adapun model struktur perancah balok dapat bermacam macam seperti : Tiang Tunggal Perancah ini dapat digunakan akan tetapi konstruksi ini kurang stabil dalam mendukung beban beban yang bekerja
  • 54. Dua Tiang Struktur ini lebih stabil dari tiang tunggal, karena beban yang bekerja disalurkan pada kedua tiang. a. Tiang Balok Kayu b. Perancah Steel Props c. Scafolding / frame sistim
  • 55. Cetakan Lantai Umumnya cetakan lantai beton dirancang disamping untuk mencetak juga harus mampu menerima beban akibat penumpukan material. Pembebanan pada cetakan lantai Detail Konstruksi
  • 56. 4.2 Laporan Praktik Laporan Kerja Harian Mata Kuliah : Praktek Acuan dan Perancah Pekerjaan : Acuan Kolom, Balok dan Pelat Hari : Rabu dan Kamis Tanggal : 9 - 10 Oktober 2019 Nama Mhs : Muhammad Iqbal Assegaf Kelas : 3KBS4 Tahun ajaran : 2019/2020 1.0 Gambar Kerja No. Gambar Kerja Balok Pelat 2.0 Bahan dan Alat No. Bahan dan Alat 1 Bahan : Multiplek 18mm 07.00 - 08.00 Balok Peri 08.00 - 09.00 1 set Angkur 09.00 - 10.00 Main frame 10.00 - 11.00 Cross brace 11.00 - 12.00 Clam mati dan Clam hidup 12.00 - 13.00 Pipa (untuk sway brace ) 13.00 - 14.00 Joint pin Papan kayu 2x20 Tangga scaffolding 07.00 - 08.00 Platform 08.00 - 09.00 Benang 09.00 - 10.00 Paku 10.00 - 11.00 Jack base 11.00 - 12.00 Mur 12.00 - 13.00 U - head 13.00 - 14.00 14.00 - 15.00 2 Alat : 15.00 - 16.00 Palu Kunci Ukuran 17 Waterpass Unting - unting Meteran Gergaji Manual Kolom KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MALANG JL. SOEKARNO HATTA NO. 9 MALANG Notasi Cuaca Hari Rabu Cerah Hari Kamis Cerah
  • 57. 3.0 Langkah Kerja No. Uraian Langkah Kerja 6 Lalu cek kelurusan vertikal bekisting dengan bantuan unting - unting 11 Setelah selesai dengan bekisting terakhir yaitu pemasangan bekisting pelat 4.0 Keselamatan Kerja No. Identifikasi Keselamatan Kerja 1 Struktur harus lurus, seimbang antara vertikal dan horizontal Pelaksana, Mhs ybs. Muhammad Iqbal Assegaf Seanjutnya yaitu memasang angkur di bagian atas bekisting kolom dan memasang pipa penahan untuk membantu memperkokoh bekisting 1 2 3 4 5 Lalu menyusun balok peri untuk menjadi suri - suri di antara kolom dengan jarak 30-40cm agar tidak goyah, suri - suri diperkuat dengan paku (pemasangan suri - suri sejajar dengan tinggi atas kolom). Setelah selesai yaitu memasang bekisting balok, bekisting balok yang di sisi 54cm diperkuat dengan skur kayu, dan di sisi 40cm ditahan dengan suri - suri (suri - suri untuk penahan di sisi 40cm juga untuk menahan bekisting pelat yang akan dipasang) 10 Pembersihan lokasi dan persiapan bahan dan alat, Lokasi yang digunakan adalah tempat praktek job 1 yaitu pemasangan bowplank Setelah pembersihan lokasi selanjutnya merangkai acuan kolom (bekisting) sesuai dengan lokasi dan bahan yang disediakan (di praktek ini untuk pxl kolom adalah 60x40 cm) Lalu bekisting kolom dirangkai dan diikat dengan angkur di bagian bawah kolom dengan jarak 40-50 cm dari dasar kolom Setelah itu merangkai scafolding di sekeliling bekisting kolom (pemasangan scafolding sesuai dengan praktek job 2) Selanjutnya menyiapkan bahan untuk bekisting balok dan pelat (di praktek ini balok digunakan ukuran di sisi yang menyatu dengan pelat 40cm, di sisi sebelahnya 54cm, dan lebar 30cm) Sebelum memasang bekisting, telebih dahulu merangkai scafolding 3 bay 2 step di sisi depan dan belakang juga di tengah antara kolom untuk pemasangan bekisting Setelah selesai merangkai scafolding, selanjutnya yaitu memasang gelagar yang terdisi dari balok peri yang disambungkan. Lalu diletakakkan di U - head sisi memanjang dengan kolom dan gelagar diperkuat dengan paku 7 9 8
  • 58. 4.3 Dokumentasi No Gambar Keterangan Pemasangan pipa penyangga begesting Pemasangan Scafollding Pemasangan angkur pengunci begesting Pengukuran dengan unting unting Pengukuran dengan water pass Memasang begesting Persiapan alat dan bahan
  • 59. Pemasangan U head Pemasangan Peri sambungan diatas Uhead Mengukur jaraj antar peri Pemasangan acuan balok Pemasangan acuan plat
  • 60. BAB V Pekerjaan Pier Jembatan 5.1 Dasar Teori Pilar adalah struktur pendukung bangunan atas, pilar bisa digunakan pada jembatan bentang panjang, posisi pilar bearada pada ke dua abutment. Ada yang menyebut Definisi pilar yaitu bangunan bawah yang terletak diantara kedua kepala jembatan, befungsi sebagai pemikul seluruh beban pada ujung–ujung bentang dan gaya–gaya lainya, serta melimpahkan ke pondasi. Pada sebuah konstruksi pilar/pier memiliki beberapa bagian yaitu pier head atau kepala pilar dan badan pilar. Pier head atau kepala pilar merupakan istilah yang dipakai pada pilar jembatan, dimana pier head ini dapat didefinisikan sebai bagian dari pilar jembatan yang memilikiki fungsi sebagai pemikul ujung perletakan jembatan, antara girder/gelagar dan bearing pad atau elastomer sebagai dampalan girder ke pier head. Bagian berikutnya badan pilar, merupakan dinding atau kolom pada bagian pilar jembatan yang berfungsi meneruskan gaya dari pierhead pada pondasi.
  • 61. 5.2 Laporan Praktik Laporan Kerja Harian Mata Kuliah : Praktek Acuan dan Perancah Pekerjaan : Acuan Pier Jembatan Hari : Jum'at dan Senin Tanggal : 11 dan 14 Oktober 2019 Nama Mhs : Muhammad Iqbal Assegaf Kelas : 3KBS4 Tahun ajaran : 2019/2020 1.0 Gambar Kerja No. Gambar Kerja 2.0 Bahan dan Alat No. Bahan dan Alat 1 Bahan : Acuan Pier (multiplek 18mm sesuai dengan ukuran pier jembatan) 07.00 - 08.00 Balok Peri 08.00 - 09.00 1 set Angkur 09.00 - 10.00 Main frame 10.00 - 11.00 Cross brace Clam mati dan Clam hidup Pipa (untuk sway brace ) 07.00 - 08.00 Joint pin 08.00 - 09.00 Papan kayu 09.00 - 10.00 Tangga scaffolding 10.00 - 11.00 Platform 11.00 - 12.00 Benang 12.00 - 13.00 Paku 13.00 - 14.00 Jack base 14.00 - 15.00 Mur Balok Kayu Pipa paralon 2 Alat : Palu Kunci Ukuran 17 & 14 Waterpass Unting - unting Meteran Gergaji Manual Hari Jum'at Cerah Hari Senin Cerah KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MALANG JL. SOEKARNO HATTA NO. 9 MALANG Notasi Cuaca
  • 62. 5.3 Dokumentasi No Gambar Keterangan Pembersihan lokasi 3.0 Langkah Kerja No. Uraian Langkah Kerja Persiapan bahan dan alat sekaligus pembersihan lokasi pemasangan bekisting pier jembatan 4 Lalu merangkai badan sayap bekisting sama seperti dengan badan pier 4.0 Keselamatan Kerja No. Identifikasi Keselamatan Kerja Struktur harus lurus, seimbang antara vertikal dan horizontal Pelaksana, Mhs ybs. Muhammad Iqbal Assegaf 2 1 Sebelum memasang bekisting sayap terlebih dahulu memasang balok kayu sebagai penahan bawah multiplek bawah, lalu memasang hollow besi sebagai penahan bekisting sayap yang diberi jarak dari badan sayap 80cm Pada besi hollow diberi balok kayu sebagai penahan alas multiplek, seteah selesai memasang multiplek kemudian memasang bekisting sayap yang diikat atau diperkuat dengan angkur dan baut 6 5 3 Dari antara kolom ditarik garis As tengah untuk menentukan titik tengah dalam pemasangan bekisting pier Setelah itu memasang papan multipek sebagai dasar pier, lalu memasang badan pier diurutkan dengan no. yang sudah ada di bekisting dan diikat dengan angkur dan baut, di dalam bekisting angkur ditutup dengan pipa paralon Selanjutnya memasang scafolding di sepanjang sisi pier 2 bay dan 1 step sekaligus memasang gelagar dan suri - suri di bagian kiri dan kanan sebanyak 4 dengan jarak 30-40cm
  • 63. Pemasangan begesting alas dan badan pier head Pemasangan angkur dan pipa pengunci begesting Pemasangan scaffolding untuk sayap pier head Pemasangan acuan sayap pierhead
  • 65. BAB VI Pekerjaan Pembongkaran 6.1 Dasar Teori Pembongkaran acuan dan perancah jika beton telah mencapai umur yang disyaratkan. Ada 3 syarat Pembongkaran Acuan dan Perancah yang Harus dipenuhi : . Syarat Ekonomis 1) Waktu pembongkar acuan dan perancah usahakan bekas bahan bongkaran supaya bisa dipergunakan kembali agar dapat menghemat biaya seminimal mungkin. 2) Dilakukan apabila dalam pembongkaran dilakukan secara hati – hati. - Syarat Keamanan 1) Jangan sampai di dalam pembongkaran urutan pembongkaran tidak diperhatikan sehingga bagian yang belum terbongkar ataupun yang sudah terbongkar dapat mencelakakan pekerja yang sedang bekerja. 2) Dalam pembongkaran acuan dan perancah lantai, yang pertama dibongkar dahulu skur–skurnya kemudian tiang-tiangnya. 3) Dalam pembongkaran tiang, harus hati–hati karena tiang ini yang menyangga seluruh beban di atasnya. 4) Kalau tidak hati–hati maka apa–apa yang ada di atasnya bisa rubuh dan menimpa pekerja yang sedang berada di bawahnya. 5) Pekerja wajib menggukanan APD ( sepatu safety, helm, tali, sarung tangan, dan kaca mata ). - Syarat Kontruktif 1) Pembongkaran tiang-tiang perancah secara teoritis perlu diperhatikan bidang momen yang timbul harus sama dengan bidang momen yang direncanakan. 2) Jadi pada pembongkaran tiang perancah lantai harus dimulai dari tengah dulu kemudian ke arah tepi. 3) Hal ini dimaksudkan agar bidang momen yang timbul akan sama dengan bidang momen yang direncanakan.
  • 66. 4) Sedang pada pembongkaran konsol (balok kantilever), dimulai dari ujung dengan maksud untuk mendapat-kan bidang momen yang sama. 6.2 Laporan Praktik Laporan Kerja Harian Mata Kuliah : Praktek Acuan dan Perancah Pekerjaan : Pembongkaran Hari : Selasa Tanggal : 15 Oktober 2019 Nama Mhs : Muhammad Iqbal Assegaf Kelas : 3KBS4 Tahun ajaran : 2019/2020 1.0 Gambar Kerja No. Gambar Kerja 2.0 Bahan dan Alat No. Bahan dan Alat 1 Bahan : 07.00 - 08.00 08.00 - 09.00 09.00 - 10.00 10.00 - 11.00 11.00 - 12.00 2 Alat : 12.00 - 13.00 13.00 - 14.00 3.0 Langkah Kerja No. Uraian Langkah Kerja 4.0 Keselamatan Kerja No. Identifikasi Keselamatan Kerja Membongkar acuan dan perancah secara hati hati dan tidak tergesa gesa untuk menghindari agar tidak terjadi insiden Pelaksana, Mhs ybs. Muhammad Iqbal Assegaf Cuaca Cerah KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MALANG JL. SOEKARNO HATTA NO. 9 MALANG Notasi
  • 67. BAB VII Penutup 7.1 Kesimpulan Baik buruk dari pengerjaan acuan dan perancah dapat mempengaruhi hasil akhir dari mutu beton yang dikerjakan. Acuan yang kurang baik dapat menimbulkan kerugian seperti kehilangan material, perubahan dimensi beton, perubahan struktur bangunan, dan juga dapat mempengaruhi keselamatan pekerja. Dalam pelaksanaannya seorang ahli di bidang tersebut harus mempunyai keterampilan khusus dan mempunyai pengetahuan dasar yang cukup tentang acuan dan perancah Dengan kegiatan ini, kami dapat mengerti hal-hal baru yang berkembang dalam proyek, mendapatkan pengalaman, dapat memahami situasi nyata di lapangan, dan mengetahui aplikasi mata kuliah yang telah diajarkan. 7.2 Saran 1. Sebelum memulai pekerjaan kami bersaran untuk diberikan uraian secara garis besar langkah kerja agar kami lebih memiliki pandangan dalam pelaksanaan dilapangan
  • 68. Dokumentasi bersama Dosen Pengajar dan tim Praktik