Dokumen tersebut membahas proses konstruksi pier yang meliputi bahan dan peralatan yang diperlukan, tenaga kerja, fabrikasi tulangan dan bekisting, pengecoran beton, serta pemadatan dan perawatan beton. Proses utama mencakup pemasangan angkur, konstruksi rangka dan bekisting pier, pengecoran beton secara bertahap, dan pemadatan menggunakan vibrator beserta perawatan beton setelah pengecoran.
Dokumen tersebut membahas teori-teori dasar dalam analisis struktur seperti hukum Hooke, teorema Betti, hukum timbal balik Maxwell, energi regangan, prinsip kerja virtual, teori momen area, dan metode unit beban untuk menghitung defleksi rangka batang.
Standar ini mengatur tentang pembebanan yang harus diperhitungkan dalam perencanaan jembatan, termasuk beban mati, beban hidup, beban lingkungan, dan kombinasi beban. Standar ini merevisi ketentuan teknis pembebanan dalam SNI sebelumnya dan menyesuaikannya dengan perkembangan terkini. Standar ini dimaksudkan sebagai acuan bagi perencana dalam menentukan pembebanan rencana untuk jembatan.
Dokumen tersebut membahas tentang sistem koordinat, metode penentuan koordinat, tinggi dan beda tinggi, serta metode pengukuran beda tinggi menggunakan alat ukur tanah seperti teodolit, altimeter, dan waterpassing."
Dokumen tersebut membahas proses konstruksi pier yang meliputi bahan dan peralatan yang diperlukan, tenaga kerja, fabrikasi tulangan dan bekisting, pengecoran beton, serta pemadatan dan perawatan beton. Proses utama mencakup pemasangan angkur, konstruksi rangka dan bekisting pier, pengecoran beton secara bertahap, dan pemadatan menggunakan vibrator beserta perawatan beton setelah pengecoran.
Dokumen tersebut membahas teori-teori dasar dalam analisis struktur seperti hukum Hooke, teorema Betti, hukum timbal balik Maxwell, energi regangan, prinsip kerja virtual, teori momen area, dan metode unit beban untuk menghitung defleksi rangka batang.
Standar ini mengatur tentang pembebanan yang harus diperhitungkan dalam perencanaan jembatan, termasuk beban mati, beban hidup, beban lingkungan, dan kombinasi beban. Standar ini merevisi ketentuan teknis pembebanan dalam SNI sebelumnya dan menyesuaikannya dengan perkembangan terkini. Standar ini dimaksudkan sebagai acuan bagi perencana dalam menentukan pembebanan rencana untuk jembatan.
Dokumen tersebut membahas tentang sistem koordinat, metode penentuan koordinat, tinggi dan beda tinggi, serta metode pengukuran beda tinggi menggunakan alat ukur tanah seperti teodolit, altimeter, dan waterpassing."
Teks tersebut membahas tentang penjadwalan proyek konstruksi dengan menggunakan bar chart dan kurva S. Bar chart digunakan untuk menunjukkan durasi dan urutan kegiatan proyek secara visual, sedangkan kurva S digunakan untuk memonitor kemajuan proyek berdasarkan persentase kumulatif bobot pekerjaan. Teks tersebut juga menjelaskan cara membuat bar chart dan kurva S beserta contoh penerapannya.
Dokumen tersebut membahas tentang Perencanaan dan Pengendalian Durasi Proyek (PDM) yang merupakan jaringan kerja yang menggambarkan kegiatan proyek beserta hubungan antar kegiatan. PDM memiliki kelebihan dibandingkan Network Flow Diagram (NWP) karena tidak memerlukan kegiatan fiktif dan hubungan overlapping dapat dibuat tanpa menambah kegiatan. Dokumen ini juga menjelaskan simbol-simbol dan kaidah dasar dalam membu
Dokumen tersebut membahas perhitungan struktur atap bangunan yang menggunakan sistem truss dengan bahan baja. Terdapat perhitungan panjang dan tegangan gording, dimensi trekstang penyangga, serta perhitungan ikatan untuk mengamankan atap dari angin.
Makalah tentang metode pelaksanaan gedungMOSES HADUN
Makalah ini membahas metode pelaksanaan konstruksi gedung, meliputi pekerjaan persiapan seperti pembersihan lokasi, pembuatan fasilitas sementara, dan pengadaan peralatan. Metode pelaksanaan struktur gedung mencakup pekerjaan pondasi, beton, dan rangka struktur lantai, atap, dan tangga. Makalah ini juga membahas metode instalasi sistem MEP seperti listrik, fire alarm, dan telepon.
Dokumen tersebut membahas tentang perencanaan alinyemen horizontal untuk jalan kelas III. Terdapat tiga tikungan horizontal yaitu PI1, PI2, dan PI3. Dokumen menjelaskan perhitungan komponen geometrik setiap tikungan seperti jari-jari minimum, panjang lengkung, superelevasi, dan stationing.
Manajemen Mutu Pada Tahap Pelaksanaan KonstruksiAsri Surbakti
Makalah ini membahas pengaruh penerapan manajemen mutu pada tahap pelaksanaan konstruksi proyek untuk meningkatkan kualitas. Terdapat tiga proses manajemen mutu yaitu perencanaan, penjaminan, dan pengendalian mutu yang perlu diimplementasikan secara terpadu guna mengurangi masalah dan mempertahankan tingkat kualitas yang diinginkan."
MEKANIKA REKAYASA 3 (METODE CROSS DAN METODE TAKABEYA)Sumarno Feriyal
This document describes the analysis of a multi-story frame structure using the cross method and Takabeya method in structural mechanics. Key steps include:
1) Calculating stiffness and distribution coefficients for each member;
2) Computing primary moments due to external loads and vibration;
3) Solving equations to determine support reactions for different vibration modes;
4) Calculating shear and moment coefficients to determine initial rotational moments.
Dokumen tersebut membahas tentang sistem sambungan pada struktur baja, termasuk jenis sambungan seperti las, baut, dan paku keling, serta perencanaan dan mekanisme berbagai jenis sambungan."
Dokumen tersebut membahas tentang manajemen proyek konstruksi bangunan. Terdapat informasi mengenai pengertian proyek konstruksi, jenis-jenis proyek konstruksi, tahapan proyek konstruksi, pentingnya manajemen proyek, dan pengendalian sumber bahaya di tempat konstruksi.
Laporan ini mendeskripsikan uji kuat tarik yang dilakukan terhadap dua jenis baja konstruksi, yaitu baja tulangan polos dan baja tulangan sirip. Uji ini bertujuan untuk menentukan tegangan leleh, tegangan putus, dan regangan maksimum dari masing-masing baja. Hasilnya menunjukkan bahwa baja tulangan polos memiliki tegangan leleh 319,99 MPa dan baja tulangan sirip memiliki tegangan lele
SNI 2847-2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan GedungMira Pemayun
Dokumen ini merupakan standar nasional Indonesia tentang persyaratan beton struktural untuk bangunan gedung. Dokumen ini menjelaskan persyaratan material beton dan tulangan baja, proses pencampuran dan pengecoran beton, desain struktur beton, analisis beban lentur dan tekan, serta pengujian dan penerimaan kualitas beton.
kadar air agregat adalah banyaknya air yang terkandung di dalam agregat atau perbandingan antara berat air dalam agregat dengan berat agregat dalam kondisi kering tungku. presentasi ini dibuat dengan tujuan untuk menjelaskan pengaruh kadar air agregat terhadap beton dan hubungannya dengan faktor air semen dan kuat tekan beton.
Dokumen tersebut membahas tentang keseimbangan regangan pada balok beton bertulang. Terdapat tiga hal penting yaitu: 1) letak garis netral tergantung pada jumlah tulangan baja tarik, 2) keseimbangan regangan menempati posisi penting sebagai pembatas antara dua cara hancur yang berbeda, 3) standar menetapkan pembatasan jumlah penulangan agar tercapai daktilitas.
Teks tersebut membahas tentang penjadwalan proyek konstruksi dengan menggunakan bar chart dan kurva S. Bar chart digunakan untuk menunjukkan durasi dan urutan kegiatan proyek secara visual, sedangkan kurva S digunakan untuk memonitor kemajuan proyek berdasarkan persentase kumulatif bobot pekerjaan. Teks tersebut juga menjelaskan cara membuat bar chart dan kurva S beserta contoh penerapannya.
Dokumen tersebut membahas tentang Perencanaan dan Pengendalian Durasi Proyek (PDM) yang merupakan jaringan kerja yang menggambarkan kegiatan proyek beserta hubungan antar kegiatan. PDM memiliki kelebihan dibandingkan Network Flow Diagram (NWP) karena tidak memerlukan kegiatan fiktif dan hubungan overlapping dapat dibuat tanpa menambah kegiatan. Dokumen ini juga menjelaskan simbol-simbol dan kaidah dasar dalam membu
Dokumen tersebut membahas perhitungan struktur atap bangunan yang menggunakan sistem truss dengan bahan baja. Terdapat perhitungan panjang dan tegangan gording, dimensi trekstang penyangga, serta perhitungan ikatan untuk mengamankan atap dari angin.
Makalah tentang metode pelaksanaan gedungMOSES HADUN
Makalah ini membahas metode pelaksanaan konstruksi gedung, meliputi pekerjaan persiapan seperti pembersihan lokasi, pembuatan fasilitas sementara, dan pengadaan peralatan. Metode pelaksanaan struktur gedung mencakup pekerjaan pondasi, beton, dan rangka struktur lantai, atap, dan tangga. Makalah ini juga membahas metode instalasi sistem MEP seperti listrik, fire alarm, dan telepon.
Dokumen tersebut membahas tentang perencanaan alinyemen horizontal untuk jalan kelas III. Terdapat tiga tikungan horizontal yaitu PI1, PI2, dan PI3. Dokumen menjelaskan perhitungan komponen geometrik setiap tikungan seperti jari-jari minimum, panjang lengkung, superelevasi, dan stationing.
Manajemen Mutu Pada Tahap Pelaksanaan KonstruksiAsri Surbakti
Makalah ini membahas pengaruh penerapan manajemen mutu pada tahap pelaksanaan konstruksi proyek untuk meningkatkan kualitas. Terdapat tiga proses manajemen mutu yaitu perencanaan, penjaminan, dan pengendalian mutu yang perlu diimplementasikan secara terpadu guna mengurangi masalah dan mempertahankan tingkat kualitas yang diinginkan."
MEKANIKA REKAYASA 3 (METODE CROSS DAN METODE TAKABEYA)Sumarno Feriyal
This document describes the analysis of a multi-story frame structure using the cross method and Takabeya method in structural mechanics. Key steps include:
1) Calculating stiffness and distribution coefficients for each member;
2) Computing primary moments due to external loads and vibration;
3) Solving equations to determine support reactions for different vibration modes;
4) Calculating shear and moment coefficients to determine initial rotational moments.
Dokumen tersebut membahas tentang sistem sambungan pada struktur baja, termasuk jenis sambungan seperti las, baut, dan paku keling, serta perencanaan dan mekanisme berbagai jenis sambungan."
Dokumen tersebut membahas tentang manajemen proyek konstruksi bangunan. Terdapat informasi mengenai pengertian proyek konstruksi, jenis-jenis proyek konstruksi, tahapan proyek konstruksi, pentingnya manajemen proyek, dan pengendalian sumber bahaya di tempat konstruksi.
Laporan ini mendeskripsikan uji kuat tarik yang dilakukan terhadap dua jenis baja konstruksi, yaitu baja tulangan polos dan baja tulangan sirip. Uji ini bertujuan untuk menentukan tegangan leleh, tegangan putus, dan regangan maksimum dari masing-masing baja. Hasilnya menunjukkan bahwa baja tulangan polos memiliki tegangan leleh 319,99 MPa dan baja tulangan sirip memiliki tegangan lele
SNI 2847-2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan GedungMira Pemayun
Dokumen ini merupakan standar nasional Indonesia tentang persyaratan beton struktural untuk bangunan gedung. Dokumen ini menjelaskan persyaratan material beton dan tulangan baja, proses pencampuran dan pengecoran beton, desain struktur beton, analisis beban lentur dan tekan, serta pengujian dan penerimaan kualitas beton.
kadar air agregat adalah banyaknya air yang terkandung di dalam agregat atau perbandingan antara berat air dalam agregat dengan berat agregat dalam kondisi kering tungku. presentasi ini dibuat dengan tujuan untuk menjelaskan pengaruh kadar air agregat terhadap beton dan hubungannya dengan faktor air semen dan kuat tekan beton.
Dokumen tersebut membahas tentang keseimbangan regangan pada balok beton bertulang. Terdapat tiga hal penting yaitu: 1) letak garis netral tergantung pada jumlah tulangan baja tarik, 2) keseimbangan regangan menempati posisi penting sebagai pembatas antara dua cara hancur yang berbeda, 3) standar menetapkan pembatasan jumlah penulangan agar tercapai daktilitas.
Teks tersebut membahas tentang teknik pencegahan kecelakaan kerja di tempat kerja. Secara garis besar mencakup dua aspek yaitu perangkat keras berupa peralatan dan perlengkapan keselamatan serta perangkat lunak yaitu manusia. Teknik pencegahan mencakup antara lain penggunaan alat pelindung diri saat bekerja di ketinggian, penggunaan perancah dan tangga yang aman, teknik pengemudi yang aman, pencegahan tergelinc
Dokumen tersebut membahas tentang pencegahan kecelakaan kerja, terutama pada pekerjaan berisiko tinggi. Beberapa poin pentingnya adalah penggunaan alat pelindung diri, menghindari tindakan dan kondisi yang tidak aman, serta pentingnya pelaporan insiden near miss untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang lebih serius.
MOHD SAMSU ST_AHLI MUDA K3 KONTRUKSI.pptxAndikaAchmar
Uji kompetensi ini bertujuan untuk menilai pengetahuan dan keterampilan asesi dalam menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja di bidang konstruksi, termasuk penggunaan perlengkapan pelindung seperti sepatu kerja, helm, dan sabuk pengaman untuk mencegah kecelakaan dan menjamin lingkungan kerja yang aman.
Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya penerapan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam suatu proyek, termasuk safety plan, jenis keselamatan kerja, pelaksanaan K3 di lapangan, pelatihan K3, alat pelindung diri, rambu-rambu keselamatan, dan dasar hukum K3 di Indonesia.
Dokumen tersebut membahas tentang kesadaran terhadap keselamatan diri bagi pekerja konstruksi. Dokumen menjelaskan bahaya potensial yang dihadapi pekerja konstruksi seperti terjatuh dari ketinggian, tertimpa benda, dan tidak menggunakan alat keselamatan. Dokumen juga menyarankan langkah-langkah pencegahan seperti menggunakan peralatan keselamatan saat bekerja di ketinggian, menata lingkungan kerja yang
Dokumen tersebut membahas tentang kelompok 9 yang terdiri dari 6 mahasiswa yang mengerjakan tugas mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Dokumen tersebut menjelaskan tentang perlunya program K3, jenis-jenis keselamatan kerja, pelaksanaan kegiatan K3 di lapangan seperti safety plan dan patroli, serta alat pelindung diri dan rambu-rambu peringatan.
Dokumen tersebut memberikan ringkasan singkat tentang visi, misi, dan kebijakan K3LH PT. Ombilin Fusi Nusantara. Terdapat penjelasan mengenai tujuan safety induction, alat pelindung diri, peraturan umum, dan hierarki pengendalian risiko.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pelabuhan Bondan Winarno
Masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) khususnya di wilayah pelabuhan memerlukan perhatian yang lebih intensif guna meminimalisir terjadinya kecelekaan kerja yang terjadi.
Tujuan jangka panjang dari penerapan K3 agar karyawan tetap tenang dalam melakukan pekerjaannya sekaligus mampu meningkatkan produktivitas. Sehingga tercipta lingkungan kerja yang aman, sehat, sejahtera, dan bebas dari kecelakaan kerja menuju peningkatan produktivitas.
LANGKAH - LANGKAH PENCEGAHAN KEMALANGAN DI TEMPAT KERJAfnurizdian
[Ringkasan]
Kemalangan di tempat kerja dapat terjadi akibat faktor manusia, lingkungan, atau kombinasi keduanya. Untuk mencegah kemalangan, penting bagi pekerja dan manajemen untuk mematuhi protokol keselamatan, menggunakan peralatan pelindung diri yang tepat, serta memelihara lingkungan kerja yang aman.
Dokumen tersebut membahas tentang penerapan prinsip-prinsip keselamatan, kesehatan kerja (K3) di lingkungan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Termasuk penjelasan tentang lambang K3, tujuan K3, standar K3, sistem manajemen K3, sebab kecelakaan kerja, keselamatan listrik, dan alat pelindung diri yang harus digunakan ketika bekerja di area PLTS.
Dokumen tersebut membahas tentang keselamatan kerja, termasuk definisi, unsur-unsur penunjang keamanan, faktor-faktor penyebab kecelakaan kerja, tanggung jawab atas kecelakaan, manfaat keselamatan kerja, sanksi dan reward terkait K3. Dokumen ini juga memberikan kesimpulan dan saran untuk perusahaan dalam menerapkan program keselamatan kerja yang berkelanjutan.
1. BAB I
Keamanan, Kesehatan, dan Keselamatan Kerja (K3)
1.1 Dasar Teori
1.1.1 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)
/OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY (OH&S)
adalah suatu yang istilah umum yang berhubungan
dengan keselamatan dan kesehatan kerja ,orang yang
melakukan/menyelenggarakan pekerjaan dan perlindungan
para pekerja dan orang banyak/masyarakat dari resiko
keselamatan dan kesehatan kerja dari Mesin mesin pabrik ,
peralatan, material dan sumber .
PERATURAN DAN PERUNDANG UNDANGAN
Undang undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja
Peraturan Menteri Tenaga Kerja & Transmigrasi
No.01/Men/1980 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
pada konstruksi Bangunan
SKB Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum
No.Kep.174/Men/1986 dan No.104/Kpts/1986 dan pedoman
pelaksanaan tetang keselamatan dan Kesehatan Kerja pada
tempat Konstruksi
Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No.SE.6/BW/1984
tentang peningkatan dan pengawasan keselamatan kerja
pekerja konstruksi bangunan
Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.05/M/BW/1996
tentang pengawasan dan pembinaan keselamatan kesehatan
kerja pada kegiatan konstruksi bangunan
2. CIRI CIRI TEMPAT KERJA DAN TENAGA KERJA
JASA KONSTRUKSI YANG DAPAT MENIMBULKAN
KECELAKAAN KERJA
Ciri ciri tempat kerja
o Selalu berpindah pindah dalam waktu yang relative
singkat
o Pekerjaan didarat,diatas permukaan , dirawa rawa,
didalam air, dibukit didalam tanah
o Terbuka dan tertutup dan mempunyai temperature panas,
dingin, lembab, kering, angin kencang serta berdebu atau
kotor
o Pekerjaan dilaksanakan secara konprehensif
o Menggunakan peralatan mekanis yang banyak manual
dan modern, hal ini sesuai besar proyek
Ciri ciri Tenaga Kerja
o Tenaga kerja umumnya bersifat musiman atau tidak tetap
o Kualitas sumber daya manusia yang rendah
o Pengetahuan K3 masih kurang
o Fasilitas yang sangat minm
o Bekerja siang dan malam pada kegiatan yang berbeda
Pengusahan atau pihak manajemen
o Pimpinan perudsahaan masih menganggap pelaksanaan
pelatihan K3 suatu pemborosan
o Pembinaan K3 masih belum berjalan dengan baik
o Petugas P2K3, Safety Officer belum menjadi suatu
kebutuhan
o Program pelatihan K3 masih kurang terutama safety talk
dan safety patrol
3. o Penyediaan sarana dan prasarana yang belum memadai
o Dan sebagainya
1.1.2 ACCIDENT
adalah suatu kejadian atau peristiwa yang
(dapat) mengalibatkan kecederaan atau kerusakan.
Suatu accident bisa disebabkan oleh kecerobohan,
ketidak perdulian atau suatu kombinasi dari beberapa
penyebab.
Accident mungkin saja tidak disebabkan
oleh kesalahan orang yang cedera
PENYEBAB TERJADINYA ACCIDENT
TINDAKAN TIDAK AMAN (UNSAFE ACT)
Adalah perbuatan ( baik tampak atau
tidak ) yang bisa menyebabkan kecelakaan, yang
melanggar peraturan K3 atau bertentangan dengan
perilaku aman yang diharapkan
4. KONDISI TIDAK AMAN
Adalah keadaan , yang tidak secara
langsung disebabkan oleh “ Tindakan atau kelalaian
tidak melakukan tindakan “ oleh seseorang pekerja
atau lebih, yang bisa menyebabkan suatu
kecelakaan atau kecederaan bila tidak dikoreksi.
Kondisi itu bisa disebabkan oleh rancangan yang
salah, fabrikasi atau konstruksi yang kurang benar,
perawatan yang kurang memadai dan keausan yang
berkelanjutan.
6. 1. Resiko Bahaya bagi keselamatan ( Safety
Hazards)
Pada dasarnya resiko kecelakaan kerja
berasal dari hal-hal sebagai berikut :
Tempat Keja
Electrical Services and Overhead
Power Lines
Poor Housekeeping
Permukaan Kerja
10. Resiko Bahaya Biologi
o Insect and animal
o Micro-organisme (Bacteria)
Stress
11. 1.1.4 Prosedur dasar mengendalikan resiko bahaya
a. Eliminator
b. Substitution
c. Enclosure or isolation
d. Engineering methods
f. Work practice
g. Training and education
h. Administrative controls
i. Personal protective equipment
Elimination
Subtitution
Enclosure or Isolation
13. Training and Education
Administrative Controlss
Personal Protective Equipment
14. 1.1.5 Keselamatan Kerja di Ketinggian (Working at Height)
Pada umumya pekerjaan acuan dan perancah adalah
pekerjaan yang ada diketinggian , oleh karena itu
keselamatan kerja diketinggian perlu sekali diperhatikan.
Arti Bekerja di Ketinggian
Yang dimaksud dengan bekerja di ketinggian adalah
bekerja di tempat yang memiliki tinggi enam kaki (1,8
meter) atau lebih di atas permukaan yang lebih rendah, di
mana terdapat bahaya jatuh ke permukaan yang lebih
rendah tersebut atau bahkan ke peralatan berbahaya di
bawahnya atau di sekitarnya, dan karena itu maka
perlindungan bahaya jatuh harus disediakan dan digunakan.
Pengertian Ketinggian dan Jatuh
Ketinggian
Yang dimaksud dengan ketinggian adalah
jarak vertikal dari dasar ke titik puncak. Dalam
prosedur kerja suatu tempat dianggap tinggi bila sudah
mencapai ketinggian enam kaki (1,8 meter) atau lebih
di atas permukaan yang lebih rendah. Pada ketinggian
tersebut, di mana terdapat bahaya jatuh ke level yang
lebih rendah atau ke peralatan berbahaya di bawah dan
sekitarnya, maka perlindungan bahaya jatuh harus
diberikan dan digunakan.
Jatuh
Jatuh adalah terlepas dan terhempas ke
bawah dengan cepat baik ketika masih dalam
pergerakan turun maupun sesudah sampai ke tanah.
Gaya yang menyebabkan ini adalah gaya gravitasi atau
gaya tarik bumi. Tubuh dapat jatuh bebas dengan cepat.
15. Waktu yang diperlukan untuk sampai di tanah adalah
seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut:
Tinggi (feet) Waktu yang diperlukan
4 (1,2 meter) 0,5 detik
16 (5 meter) 1 detik
36 (11 meter) 1,5 detik
64 (19 meter) 2 detik
1.1.6 Mengidentifikasi Bahaya Jatuh
Bentuk jatuh dikelompokkan ke dalam dua jenis yaitu :
1) jatuh dari ketinggian yang berbeda
2) jatuh pada ketinggian yang sama
1.1.7 Tindakan dan Faktor Penyebab
Tindakan-tindakan atau faktor-faktor yang menyebabkan
bahaya jatuh antara lain :
Berpindah dari satu tempat ke tempat
lainnya.
16. Permukaan kerja yang tidak mampu
menahan beban.
Lantai berlubang yang bisa mengakibatkan
orang terperosok.
Pinggiran tempat kerja yang tidak diberi
pagar pengaman.
Perubahan tinggi permukaan kerja.
Tempat pegangan yang hilang atau lepas.
Permukaan kerja atau lantai yang licin.
Sepatu yang tidak sesuai.
Barang-barang yang malang melintang.
Penggunaan tangga yang tidak benar.
Pakaian yang tersangkut.
Tempat kerja yang bergerak.
Pergerakan atau berhenti tiba-tiba.
Pencahayaan yang tidak memadai.
Kondisi cuaca yang buruk.
Terpapar pada bahan kimia berbahaya atau
arus listrik yang bisa.
mengakibatkan hilangnya kesadaran.
Tertabrak.
1.1.8 Kondisi-Kondisi yang Memerlukan Perlindungan Jatuh.
Pada semua tempat kerja panggung (stage),
apungan (float), dan jenis lain perancah yang
digantung seperti gondola.
17. Bila terdapat bahaya di ketinggian
(walaupun kurang dari enam kaki),
seperti bentuk miring atau tidak
seimbang.
Pada atap rumah atau bangunan yang
berbentuk lereng atau landai
Pada pinggir lantai atau atap dengan
ketinggian enam kaki atau lebih yang
tidak dilengkapi dengan pagar atau jalur
tali kawat.
18. Pada penopang dengan ketinggian
berapa pun, yang berada di atas area
yang terpapar pada baja yang mencuat
dan tidak terlindungi.
Ketika memindahkan papan lantai,
penutup lubang, grating, dll. dari panel
terakhir pada lantai temporer.
19. Pada perancah yang tidak dilengkapi
dengan decking atau pagar.
Di lokasi ketinggian enam kaki atau
lebih dimana tidak terdapat pelindung
jatuh lainnya.
20. 1.1.9 Hal-hal yang disarankan saat bekerja di ketinggian
1) Kelengkapan peralatan penahan jatuh/pagar
pada pinggiran tempat kerja.
2) Gunakan perancah atau platform.
3) Bila tidak dapat dipasang penahan atau pagar
pada pinggiran tempat kerja, gunakan sistem
penahan jatuh serta peralatan dan tempat
sangkutan.
4) Gunakan tangga.
5) Berikan pelatihan kepada karyawan.
6) Tugaskan pengawas yang kompeten.
7) Siapkan pembantu untuk pekerja yang lain
1.1.10 Sistem dan Perlengkapan Pelindung Jatuh
Secara umum sistem pelindung
jatuh dapat dikategorikan ke dalam dua jenis, yakni:
Sistem Pelindung Pasif dan Sistem Pelindung Aktif.
Yang dimaksud dengan sistem pelindung pasif
adalah: perlengkapan atau alat yang digunakan tidak
secara langsung menjadi bagian dari aktivitas
pekerja saat melakukan pekerjaannya.Sedangkan
sistem pelindung aktif, perlengkapannya terpasang
atau terkait langsung dan menjadi bagian dari
pekerja saat melakukan aktivitasnya
Sistem Pelindung Pasif
o Sistem Pagar Pengaman atau Guardrail
21. Papan Penanda Pinggir
Untuk mencegah seseorang
terperosok maka pada pinggiran tempat
kerja dipasang toe board. Toe-board
berfungsi sebagai pembatas dan penahan
kaki agar tidak tergelincir pada saat berjalan
di area tersebut.
Tali penanda pinggir
Untuk memberi tanda bahwa tempat
tersebut merupakan tepi dari tempat kearja.
Tujuan utama dari tali penanda pinggir
adalah hanya sebagai tanda, tetapi
disarankan yang dapat menahan berat tubuh
pekerja yang berpegangan saat terjatuh.
Sistem Jaring Pengaman
22. Sistem ini terdiri dari komponen-
komponen yang bukan merupakabagiandari
atau aktivitas pekerja. Sekali pemasangan
yang benar dilakukan, pencegah jatuh pasif
ini dapat memberikan perlindungan selama
berlangsungnya proyek.
Jaring mungkin tidak aman untuk semua
orang yang jatuh tetapi merupakan alat yang vital. Jaring
dirancang untuk dipasang sebagai pelindung di bawah dan
di sekeliling tempat kerja yang tinggi di mana terdapat
bahaya jatuh. Maksud penggunaannya adalah digunakan
menangkap/menahan orang maupun material yang jatuh
sebelum sampai di tanah.
SISTEM PELINDUNG AKTIF
Sistem Penahan Jatuh Personal
terdiri atas sauh (cantolan), konektor, dan pakaian
pelindung jatuh (harness). Sistem penahan ini bisa
juga termasuk peralatan perlambatan, lifeline, atau
kombinasi lain yang sesuai. Peralatan yang
digunakan :
Sabuk Pengaman (Safety belt)
23. sabuk pengaman harus dipasang melingkar
di pinggang pekerja dan tempat ikatan pada bagian
belakang tubuh dihubungkan ke lanyard dan
selanjutnya dikaitkan pada bagian cantolan.
Bagaimana pun sabuk pengaman memiliki
keterbatasan yang serius yaitu kurang menyebarkan
hentakan ke seluruh tubuh jika seseorang terjatuh.
Retracting Lifeline
Peralatan yang portable, self-containing
dipasang pada tempat pengikatan di atas tempat
kerja. Alat ini akan berfungsi seperti lanyard.
Lifeline, webbing, kabel disangkutkan langsung
sabuk yang terpasang pada badan pekerja atau ke
harness. Tali akan memanjang bila pekerja bergerak
menjauh dan memendek bila pekerja mendekat. Jika
terjadi jatuh maka suatu cara penguncian sentrifugal
akan secara otomatis menghentikan pergerakan.
24. Harnesses
Harnesses dililitkan pada dada,
pinggang, dan meliputi batang tubuh (torso) dan
bagian yang lain. Full body harnesses akan
menyebarkan seluruh gaya atau hentakan jatuh
ke seluruh tubuh, sehingga mencegah cedera
akibat hentakan. Terbuat dari nilon dan
polyester webbing straps, harnesses lebih
disukai pekerja dan diperlukan dalam sistem
pencegah jatuh.
o Bagian-bagian Harness
“D “RING
LANYARD
26. 1.2 Laporan Praktik
Laporan Kerja Harian
Mata Kuliah : Praktek Acuan dan Perancah
Pekerjaan : K3
Hari : Senin dan Selasa
Nama Mhs : Muhammad Iqbal Assegaf
Kelas : 3KBS4
Tahun ajaran : 2019/2020
1.0 Gambar Kerja
No. Gambar Kerja
Penggunaan APD dan Safety Body Harness
2.0 Bahan dan Alat
No. Bahan dan Alat
1 Bahan : 07.00 - 08.00
08.00 - 09.00
09.00 - 10.00
10.00 - 11.00
11.00 - 12.00
2 Alat : 12.00 - 13.00
- Helm 13.00 - 14.00
- Sepatu safety
- Body harnes
Cerah
Tanggal : 7 dan 8 Oktober 2019
KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
Notasi
Cuaca
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
JL. SOEKARNO HATTA NO. 9 MALANG
27. 1.3 Dokumentasi
3.0 Langkah Kerja
No. Uraian Langkah Kerja
1. Mempersiapkan APD dan safety body harnes.
2. Menggunakan APD seperti helm, pakaian safety dan sepatu safety.
3. Memegang bagian D - ring pada full body harness dan digoyang secara perlahan,
memastikan tidak ada webing / tali yang terpelintir dan pengencangnya(chest strap)
terbuka.
4. Memegang tali bahu (shoulder strap) dan memasukkan tangan satu persatu ke dalam
tali.
5. Memasangkan tali dada (chest strap) dan menghuhubungkan tab buckle pada
receptor sampai terdengan bunyi "klik"
6. Menarik dan mengecangkan tali kaki (leg strap), lalu memasangkan atau
menghubungkan pada buckle. Untuk jenis quick connect buckle sampai berbunyi
"Klik", jika buckle sudah terpasang dengan benar. Mengatur lingkar tali pada kaki
sesuai kenyamanan masing-masing.
7. Memastikan bahwa full body harness sudah terpasang dengan benar dan tidak ada
tali yang terpelintir.
4.0 Keselamatan Kerja
No. Identifikasi Keselamatan Kerja
1. APD memenuhi standar keamanan dan layak digunakan
2. Full body harness harus terpasang dengan pas, tidak terlalu longgar atau terlalu
kencang
Pelaksana,
Mhs ybs.
Muhammad Iqbal Assegaf
No Gambar Keterangan
Pengenalan dan
contoh pemasangan
safety body
hardness
Penggunaan APD
Lengkap
28. BAB II
Pekerjaan Boowplank
2.1 Dasar Teori
Bowplank ialah penanda sementara yang digunakan untuk
menentukan titik-titik as pada area kerja di dalam proyek
pembangunan sesuai dengan hasil pengukuran yang telah
dilakukan sebelumnya. Fungsi utama bowplank adalah sebagai
penentu arah pondasi dan ketinggian lantai bangunan. Bowplank
juga bisa berfungsi untuk membuat sudut siku dengan
menggunakan bantuan theodolit.
Karena hanya dipasang untuk sementara waktu, bowplank
biasanya dibuat dari bahan yang murah seperti kayu berkualitas
rendah. Kayu yang berbentuk tiang pancang ini selanjutnya
ditancapkan di sudut-sudut area pekerjaan pembuatan bangunan.
Sedangkan kayu yang berbentuk papan dipasang secara horisontal
menghubungkan masing-masing tiang pancang. Setelah itu, titik-
titik as untuk menandai area kerja pondasi, kolom, dinding, dan
lain-lain dibuat memakai tali kenor yang dibentangkan serta
diikatkan di papan kayu yang dipasang secara mendatar.
Terdapat enam syarat yang harus dipenuhi agar pembuatan
bowplank benar dan sesuai ketentuan, di antaranya :
1) Kedudukan masing-masing patok kayu dibuat
sedemikian rupa agar kekuatannya terjamin dan
tidak mudah goyah.
2) Posisinya berada di jarak yang cukup dari titik
pembangunan sehingga tidak mengganggu atau
diganggu pekerjaan lainnya.
3) Keberadaannya bisa dilihat dengan jelas sehingga
para pekerja bisa mudah menemukannya.
4) Penanda yang dipasang secara horisontal harus
berada di satu bidang yang rata.
5) Arahnya harus diletakkan serempak menghadap ke
dalam bangunan.
6) Benang merupakan penanda untuk garis tengah
pondasi dan dinding.
29. 2.2 Laporan Praktik
Laporan Kerja Harian
Mata Kuliah : Praktek Acuan dan Perancah
Pekerjaan : Bowplank atau Papan Duga
Hari : Senin Tanggal : 7 Oktober 2019
Nama Mhs : Muhammad Iqbal Assegaf
Kelas : 3KBS4
Tahun ajaran : 2019/2020
1.0 Gambar Kerja
No. Gambar Kerja
2.0 Bahan dan Alat
No. Bahan dan Alat
1 Bahan : 07.00 - 08.00
Kayu papan 2/20 - 8 batang 08.00 - 09.00
Kayu balok 4/6 - 12 batang 09.00 - 10.00
Paku 10.00 - 11.00
Benang 11.00 - 12.00
12.00 - 13.00
2 Alat : 13.00 - 14.00
Palu kecil
Palu besar
Gergaji manual
Gergaji mesin
Selang ukur
Meteran
Waterpass
KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
JL. SOEKARNO HATTA NO. 9 MALANG
Notasi
Cuaca
Cerah
30. 3.0 Langkah Kerja
No. Uraian Langkah Kerja
1 Persiapan bahan dan alat
2 Pengukuran luasan lantai kerja 4 x 4 m
3 Pemasangan acuan bowplank
4 Pengukuran titik elevasi dengan acuan elevasi dari bengkel kayu 0.00 ke lantai kerja +0.30
5 Pemasangan kayu bowplank dengan dibantu dengan waterpass agar sejajar dengan bowplank lainnya
6 Pemasangan benang As
4.0 Keselamatan Kerja
No. Identifikasi Keselamatan Kerja
1 Dalam menggunakan palu juga harus berhati - hati agar tidak melukai tangan
3 Penggunaan helm safety juga diperlukan untuk melindungi kepala
Pelaksana,
Mhs ybs.
Muhammad Iqbal Assegaf
Penggunaan sepatu safety juga diperlukan untuk melindungi kaki dari barang kontruksi yang tidak sengaja
terjatuh
2
31. 2.3 Dokumentasi
No Gambar Keterangan
1 Persiapanalatdanbahan
2 Penentuanawal lokasi
patokacuan
3 Pengukuranlokasi
4 Penentuanelevasi
5 Pemasanganpapan
6 Pengukuranelevasi sesuai
acuan menggunakan
selang
7 Pemasangan benangdi as
bangunan
8 Pembersihanlokasi
32. BAB III
Pekerjaan Membangun dan Merangkai Scafolding
3.1 Dasar Teori
3.1.1 PERANCAH
Definisi perancah ialah konstruksi yang disanggah dari
dasarnya oleh dua deretan atau lebih tiang tegak, bebas dari
dinding atau bangunan bangunan lainnya, biasanya terbuat
dari pipa baja karena mempunyai kekuatan yang tinggi.
Menurut fungsinya konstruksi perancah dibedakan atas :
1. Konstruksi perancah pekerjaan / andang Berfungsi
membantu sebagai tempat bekerja bagi pekerja konstruksi
dan peralatannya
33.
34. 2. Konstruksi perancah penahan acuan/ bekisting Berfungsi
menahan bekisting sampai beton yang dicor cukup kuat
menahan berat sendiri
Berikut dibawah ini contoh jenis jenis perancah :
Perancah Frame (Frame Scafolding)
Jenis perancah ini sering dipakai di kegiatan
konstruksi karena material mudah diperoleh. Susunan
dari perancah jenis ini dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.
35. Perancah ini tersusun dari tiang vertikal (frame
upright/scafolding upright/frame standard), batang
memanjang tanpa atau dengan lantai kerja(ledge
frame or ledge frame with floor), jack base atau fixed
base, palang penguat (brace), angkur (anchorage),
landasan (base plate/floor board), lantai kerja
(platform), arm lock dan pagar pengaman (handrail)
36. Perancah Kayu atau bambu (round Pole Scafolding)
Perancah jenis ini biasanya digunakan pada
pekerjaan sederhana dan bangunan yang tidak terlalu
tinggi dengan resiko kecelakaan kerja yang lebih
rendah.
Perancah Pipa (Single Pipe Scaffolding)
Jenis perancah ini sering dipakai di kegiatan
konstruksi karena material mudah diperoleh. Susunan
dari perancah jenis ini dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.
37. Perancah ini tersusun dari tiang vertikal (frame
upright/scafolding upright/frame standard), batang
memanjang tanpa atau dengan lantai kerja(ledge
frame or ledge frame with floor), jack base atau fixed
base, palang penguat (brace), angkur (anchorage),
landasan (base plate/floor board), lantai kerja
(platform), klam universal (swivel clamp),joint pin dan
pagar pengaman (handrail).
Perancah Dengan Lantai Kerja Menggunakan Pelat
Pipa (Ledge Plate Single Standard Scaffolding)
Biasanya perancah jenis ini dilengkapi tangga
sebagai alat untuk menaiki/menuruni perancah
38. Perancah Dengan Penunjang Siku (Bracket Single
Standard Scaffolding)
Perancah jenis ini menggunakan penunjang
pada bagian bawah dari lantai kerja untuk menopang
beban yang diterima oleh lantai kerja
Perancah Beroda (Movable Scaffolding)
Perancah ini dilengkapi roda sebagai alat
untuk bergerak dan untuk tidak bergerak
menggunakan outringger.
39. 3.2 Laporan Praktik
Laporan Kerja Harian
Mata Kuliah : Praktek Acuan dan Perancah
Pekerjaan : Scaffolding
Hari : Selasa Tanggal : 8 Oktober 2019
Nama Mhs : Muhammad Iqbal Assegaf
Kelas : 3KBS4
Tahun ajaran : 2019/2020
1.0 Gambar Kerja
No. Gambar Kerja
Membangun dan Merangkai
scafolding
4 Bay
3 Stage
2.0 Bahan dan Alat
No. Bahan dan Alat
1 Bahan : 07.00 - 08.00
Main frame 08.00 - 09.00
Cross brace 09.00 - 10.00
Clam mati dan Clam hidup 10.00 - 11.00
Pipa (untuk sway brace ) 11.00 - 12.00
Joint pin 12.00 - 13.00
Papan kayu 13.00 - 14.00
Tangga scaffolding
Platform
Benang
Paku
Jack base
2 Alat :
Waterpass
Palu
Kunci ukuran 17
Meteran
`
Cerah
KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
JL. SOEKARNO HATTA NO. 9 MALANG
Notasi
Cuaca
40. 3.0 Langkah Kerja
No. Uraian Langkah Kerja
1 Penentuan lokasi berdirinya scaffolding
9 Lalu pemasangan frame dan cross base di step 2 sama seperti di step 1
4.0 Keselamatan Kerja
No. Identifikasi Keselamatan Kerja
2 Dalam menggunakan palu juga harus berhati - hati agar tidak melukai tangan
Pelaksana,
Mhs ybs.
Muhammad Iqbal Assegaf
Setelah lokasi ditentukan selanjutnya pembersihan lokasi dan pengukuran, penempatan scaffolding sejauh
60 cm dari dinding bengkel kayu
Setelah melakukan pengukuran selanjutnya merangkai 1 bay scaffolding untuk mengetahui panjang, lebar,
tinggi scaffolding untuk memasang jack base (di praktek ini diketahu panjang 1 bay scaffolding 183cm,
lebar 120cm, tinggi 166cm)
Lalu lokasi diberi papan kayu untuk menempatkan jack base, penempatan jack base sesuai dengan
panjang 1 bay scaffolding. Jack base diperkuat dengan paku agar tidak bergeser
7
Setelah selesai pemasangan scaffolding (di praktek ini ditugaskan merangkai 4 bay dan 3 step scaffolding) ,
main frame diukur kedatarannya dengan waterpass secara horizontal dan vertikal, apabila masih belum
datar maka yang diatur adalah jack base
Lalu diukur kelurusan antar frame scaffolding dengan cara tarik benang dengan jarak antar benang dan
frame 1cm
Setelah mengukur kelurusan selanjutnya memasang pipa (brace) di antar ujung awal bay 1 dan akhir bay
4 untuk memperkokoh scaffolding agar tidak goyah dengan menggunakan clam mati
Lalu memasang tangga, sebelum pemasangan tangga di bawah diberi pipa untuk menahan tangga.
Pemasangan tangga juga sekaligus dikerjakan bersamaan dengan pemasangan platform untuk melakukan
pekerjaan di step 2 (pemasangan tangga ditempatkan di tengah per step dan lurus keatas, jadi ada bay
khusus untuk penempatan tangga)
2
3
4
5
6
Dalam melakukan pekerjaan konstruksi yang tinggi diperlukan APD seperti harness belt dan helm. Dan
juga menggunakan sarung tangan
Penggunaan sepatu safety juga diperlukan untuk melindungi kaki dari barang kontruksi yang tidak sengaja
terjatuh
1
3
8
Sebelum pemasangan di step 3 mahasiswa dianjurkan memasang pengaman berupa harness belt, setelah
memasang harness belt mahasiswa boleh melanjutkan ke step 3. di step 3 untuk tinggi frame lebih kecil
dari dari step 1 dan 2
Setelah merangkai step 3, di step 3 di kedua sisi panjangnya diperkuat dengan pipa (brace) agar tidak
goyah, lalu di ujung awal bay 1 dan ujung akhir bay 4 diperkuat dengan sway brace fungsiya juga sama
agar scaffolding tidak goyah
10
11
41. 3.3 Dokumentasi
No Gambar Keterangan
Pengecekan kedataran
Pemasangan Cross
Pemasangan frame
Pemasangan Jack Buise
Pembersihan Lokasi
Pngukuran papan
dasar penyangga frame
Pemasangan benang
untuk kelurusan frame
43. BAB IV
Pekerjaan Kolom, Balok dan Plat
4.1 Dasar Teori
Bentuk Kolom
Didalam Konstruksi bangunan sipil bentuk bentuk kolom beton dibagi
menjadi 3 bagian yaitu :
1. Kolom persegi
2. Kolom bulat
3. Kolom bentuk bentuk khusus
Pengerjaan Kolom Persegi
Metode Tradisional
52. Gaya gaya yang bekerja pada akibat pembebanan pada cetakan
balok dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Detail Konstruksi
Detail Konstruksi Acuan
Acuan Balok umumnya terbuat dari kayu papan ataupun dari
plywood karena mudah dibentuk menjadi struktur yang diinginkan, akan
tetapi tidak menutup kemungkinan terbuat dari material lain.
53. Detail Konstruksi Tiang Perancah
Material tiang perancah dapat menggunakan balok kayu, bambu,
steel props dan scaffolding, dan dilengkapi dengan papan landasan adapun
model struktur perancah balok dapat bermacam macam seperti :
Tiang Tunggal
Perancah ini dapat digunakan akan tetapi konstruksi ini kurang stabil
dalam mendukung beban beban yang bekerja
54. Dua Tiang
Struktur ini lebih stabil dari tiang tunggal, karena beban yang
bekerja disalurkan pada kedua tiang.
a. Tiang Balok Kayu
b. Perancah Steel Props
c. Scafolding / frame sistim
55. Cetakan Lantai
Umumnya cetakan lantai beton dirancang disamping untuk
mencetak juga harus mampu menerima beban akibat penumpukan material.
Pembebanan pada cetakan lantai
Detail Konstruksi
56. 4.2 Laporan Praktik
Laporan Kerja Harian
Mata Kuliah : Praktek Acuan dan Perancah
Pekerjaan : Acuan Kolom, Balok dan Pelat
Hari : Rabu dan Kamis Tanggal : 9 - 10 Oktober 2019
Nama Mhs : Muhammad Iqbal Assegaf
Kelas : 3KBS4
Tahun ajaran : 2019/2020
1.0 Gambar Kerja
No. Gambar Kerja
Balok Pelat
2.0 Bahan dan Alat
No. Bahan dan Alat
1 Bahan :
Multiplek 18mm 07.00 - 08.00
Balok Peri 08.00 - 09.00
1 set Angkur 09.00 - 10.00
Main frame 10.00 - 11.00
Cross brace 11.00 - 12.00
Clam mati dan Clam hidup 12.00 - 13.00
Pipa (untuk sway brace ) 13.00 - 14.00
Joint pin
Papan kayu 2x20
Tangga scaffolding 07.00 - 08.00
Platform 08.00 - 09.00
Benang 09.00 - 10.00
Paku 10.00 - 11.00
Jack base 11.00 - 12.00
Mur 12.00 - 13.00
U - head 13.00 - 14.00
14.00 - 15.00
2 Alat : 15.00 - 16.00
Palu
Kunci Ukuran 17
Waterpass
Unting - unting
Meteran
Gergaji Manual
Kolom
KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
JL. SOEKARNO HATTA NO. 9 MALANG
Notasi
Cuaca
Hari Rabu
Cerah
Hari Kamis
Cerah
57. 3.0 Langkah Kerja
No. Uraian Langkah Kerja
6 Lalu cek kelurusan vertikal bekisting dengan bantuan unting - unting
11 Setelah selesai dengan bekisting terakhir yaitu pemasangan bekisting pelat
4.0 Keselamatan Kerja
No. Identifikasi Keselamatan Kerja
1 Struktur harus lurus, seimbang antara vertikal dan horizontal
Pelaksana,
Mhs ybs.
Muhammad Iqbal Assegaf
Seanjutnya yaitu memasang angkur di bagian atas bekisting kolom dan memasang pipa penahan untuk
membantu memperkokoh bekisting
1
2
3
4
5
Lalu menyusun balok peri untuk menjadi suri - suri di antara kolom dengan jarak 30-40cm agar tidak
goyah, suri - suri diperkuat dengan paku (pemasangan suri - suri sejajar dengan tinggi atas kolom).
Setelah selesai yaitu memasang bekisting balok, bekisting balok yang di sisi 54cm diperkuat dengan skur
kayu, dan di sisi 40cm ditahan dengan suri - suri (suri - suri untuk penahan di sisi 40cm juga untuk
menahan bekisting pelat yang akan dipasang)
10
Pembersihan lokasi dan persiapan bahan dan alat, Lokasi yang digunakan adalah tempat praktek job 1
yaitu pemasangan bowplank
Setelah pembersihan lokasi selanjutnya merangkai acuan kolom (bekisting) sesuai dengan lokasi dan
bahan yang disediakan (di praktek ini untuk pxl kolom adalah 60x40 cm)
Lalu bekisting kolom dirangkai dan diikat dengan angkur di bagian bawah kolom dengan jarak 40-50 cm
dari dasar kolom
Setelah itu merangkai scafolding di sekeliling bekisting kolom (pemasangan scafolding sesuai dengan
praktek job 2)
Selanjutnya menyiapkan bahan untuk bekisting balok dan pelat (di praktek ini balok digunakan ukuran di
sisi yang menyatu dengan pelat 40cm, di sisi sebelahnya 54cm, dan lebar 30cm)
Sebelum memasang bekisting, telebih dahulu merangkai scafolding 3 bay 2 step di sisi depan dan
belakang juga di tengah antara kolom untuk pemasangan bekisting
Setelah selesai merangkai scafolding, selanjutnya yaitu memasang gelagar yang terdisi dari balok peri
yang disambungkan. Lalu diletakakkan di U - head sisi memanjang dengan kolom dan gelagar diperkuat
dengan paku
7
9
8
58. 4.3 Dokumentasi
No Gambar Keterangan
Pemasangan pipa
penyangga begesting
Pemasangan Scafollding
Pemasangan angkur
pengunci begesting
Pengukuran dengan
unting unting
Pengukuran dengan
water pass
Memasang begesting
Persiapan alat dan
bahan
59. Pemasangan U head
Pemasangan Peri
sambungan diatas
Uhead
Mengukur jaraj antar
peri
Pemasangan acuan
balok
Pemasangan acuan plat
60. BAB V
Pekerjaan Pier Jembatan
5.1 Dasar Teori
Pilar adalah struktur pendukung bangunan atas, pilar bisa digunakan
pada jembatan bentang panjang, posisi pilar bearada pada ke dua abutment.
Ada yang menyebut Definisi pilar yaitu bangunan bawah yang terletak
diantara kedua kepala jembatan, befungsi sebagai pemikul seluruh beban
pada ujung–ujung bentang dan gaya–gaya lainya, serta melimpahkan ke
pondasi.
Pada sebuah konstruksi pilar/pier memiliki beberapa bagian yaitu
pier head atau kepala pilar dan badan pilar. Pier head atau kepala pilar
merupakan istilah yang dipakai pada pilar jembatan, dimana pier head ini
dapat didefinisikan sebai bagian dari pilar jembatan yang memilikiki fungsi
sebagai pemikul ujung perletakan jembatan, antara girder/gelagar dan
bearing pad atau elastomer sebagai dampalan girder ke pier head. Bagian
berikutnya badan pilar, merupakan dinding atau kolom pada bagian pilar
jembatan yang berfungsi meneruskan gaya dari pierhead pada pondasi.
61. 5.2 Laporan Praktik
Laporan Kerja Harian
Mata Kuliah : Praktek Acuan dan Perancah
Pekerjaan : Acuan Pier Jembatan
Hari : Jum'at dan Senin Tanggal : 11 dan 14 Oktober 2019
Nama Mhs : Muhammad Iqbal Assegaf
Kelas : 3KBS4
Tahun ajaran : 2019/2020
1.0 Gambar Kerja
No. Gambar Kerja
2.0 Bahan dan Alat
No. Bahan dan Alat
1 Bahan :
Acuan Pier (multiplek 18mm sesuai dengan ukuran pier jembatan) 07.00 - 08.00
Balok Peri 08.00 - 09.00
1 set Angkur 09.00 - 10.00
Main frame 10.00 - 11.00
Cross brace
Clam mati dan Clam hidup
Pipa (untuk sway brace ) 07.00 - 08.00
Joint pin 08.00 - 09.00
Papan kayu 09.00 - 10.00
Tangga scaffolding 10.00 - 11.00
Platform 11.00 - 12.00
Benang 12.00 - 13.00
Paku 13.00 - 14.00
Jack base 14.00 - 15.00
Mur
Balok Kayu
Pipa paralon
2 Alat :
Palu
Kunci Ukuran 17 & 14
Waterpass
Unting - unting
Meteran
Gergaji Manual
Hari Jum'at
Cerah
Hari Senin
Cerah
KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
JL. SOEKARNO HATTA NO. 9 MALANG
Notasi
Cuaca
62. 5.3 Dokumentasi
No Gambar Keterangan
Pembersihan lokasi
3.0 Langkah Kerja
No. Uraian Langkah Kerja
Persiapan bahan dan alat sekaligus pembersihan lokasi pemasangan bekisting pier jembatan
4 Lalu merangkai badan sayap bekisting sama seperti dengan badan pier
4.0 Keselamatan Kerja
No. Identifikasi Keselamatan Kerja
Struktur harus lurus, seimbang antara vertikal dan horizontal
Pelaksana,
Mhs ybs.
Muhammad Iqbal Assegaf
2
1
Sebelum memasang bekisting sayap terlebih dahulu memasang balok kayu sebagai penahan bawah
multiplek bawah, lalu memasang hollow besi sebagai penahan bekisting sayap yang diberi jarak dari
badan sayap 80cm
Pada besi hollow diberi balok kayu sebagai penahan alas multiplek, seteah selesai memasang multiplek
kemudian memasang bekisting sayap yang diikat atau diperkuat dengan angkur dan baut
6
5
3
Dari antara kolom ditarik garis As tengah untuk menentukan titik tengah dalam pemasangan bekisting
pier
Setelah itu memasang papan multipek sebagai dasar pier, lalu memasang badan pier diurutkan dengan no.
yang sudah ada di bekisting dan diikat dengan angkur dan baut, di dalam bekisting angkur ditutup dengan
pipa paralon
Selanjutnya memasang scafolding di sepanjang sisi pier 2 bay dan 1 step sekaligus memasang gelagar dan
suri - suri di bagian kiri dan kanan sebanyak 4 dengan jarak 30-40cm
63. Pemasangan begesting
alas dan badan pier
head
Pemasangan angkur dan
pipa pengunci begesting
Pemasangan scaffolding
untuk sayap pier head
Pemasangan acuan
sayap pierhead
65. BAB VI
Pekerjaan Pembongkaran
6.1 Dasar Teori
Pembongkaran acuan dan perancah jika beton telah mencapai umur
yang disyaratkan. Ada 3 syarat Pembongkaran Acuan dan Perancah yang
Harus dipenuhi :
. Syarat Ekonomis
1) Waktu pembongkar acuan dan perancah usahakan
bekas bahan bongkaran supaya bisa dipergunakan
kembali agar dapat menghemat biaya seminimal
mungkin.
2) Dilakukan apabila dalam pembongkaran dilakukan
secara hati – hati.
- Syarat Keamanan
1) Jangan sampai di dalam pembongkaran urutan
pembongkaran tidak diperhatikan sehingga bagian
yang belum terbongkar ataupun yang sudah
terbongkar dapat mencelakakan pekerja yang sedang
bekerja.
2) Dalam pembongkaran acuan dan perancah lantai,
yang pertama dibongkar dahulu skur–skurnya
kemudian tiang-tiangnya.
3) Dalam pembongkaran tiang, harus hati–hati karena
tiang ini yang menyangga seluruh beban di atasnya.
4) Kalau tidak hati–hati maka apa–apa yang ada di
atasnya bisa rubuh dan menimpa pekerja yang
sedang berada di bawahnya.
5) Pekerja wajib menggukanan APD ( sepatu safety,
helm, tali, sarung tangan, dan kaca mata ).
- Syarat Kontruktif
1) Pembongkaran tiang-tiang perancah secara teoritis
perlu diperhatikan bidang momen yang timbul harus
sama dengan bidang momen yang direncanakan.
2) Jadi pada pembongkaran tiang perancah lantai harus
dimulai dari tengah dulu kemudian ke arah tepi.
3) Hal ini dimaksudkan agar bidang momen yang
timbul akan sama dengan bidang momen yang
direncanakan.
66. 4) Sedang pada pembongkaran konsol (balok
kantilever), dimulai dari ujung dengan maksud untuk
mendapat-kan bidang momen yang sama.
6.2 Laporan Praktik
Laporan Kerja Harian
Mata Kuliah : Praktek Acuan dan Perancah
Pekerjaan : Pembongkaran
Hari : Selasa Tanggal : 15 Oktober 2019
Nama Mhs : Muhammad Iqbal Assegaf
Kelas : 3KBS4
Tahun ajaran : 2019/2020
1.0 Gambar Kerja
No. Gambar Kerja
2.0 Bahan dan Alat
No. Bahan dan Alat
1 Bahan : 07.00 - 08.00
08.00 - 09.00
09.00 - 10.00
10.00 - 11.00
11.00 - 12.00
2 Alat : 12.00 - 13.00
13.00 - 14.00
3.0 Langkah Kerja
No. Uraian Langkah Kerja
4.0 Keselamatan Kerja
No. Identifikasi Keselamatan Kerja
Membongkar acuan dan perancah secara hati hati dan tidak tergesa gesa untuk menghindari agar
tidak terjadi insiden
Pelaksana,
Mhs ybs.
Muhammad Iqbal Assegaf
Cuaca
Cerah
KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
JL. SOEKARNO HATTA NO. 9 MALANG
Notasi
67. BAB VII
Penutup
7.1 Kesimpulan
Baik buruk dari pengerjaan acuan dan perancah dapat
mempengaruhi hasil akhir dari mutu beton yang dikerjakan. Acuan yang
kurang baik dapat menimbulkan kerugian seperti kehilangan material,
perubahan dimensi beton, perubahan struktur bangunan, dan juga dapat
mempengaruhi keselamatan pekerja. Dalam pelaksanaannya seorang ahli
di bidang tersebut harus mempunyai keterampilan khusus dan mempunyai
pengetahuan dasar yang cukup tentang acuan dan perancah
Dengan kegiatan ini, kami dapat mengerti hal-hal baru yang
berkembang dalam proyek, mendapatkan pengalaman, dapat memahami
situasi nyata di lapangan, dan mengetahui aplikasi mata kuliah yang telah
diajarkan.
7.2 Saran
1. Sebelum memulai pekerjaan kami bersaran untuk
diberikan uraian secara garis besar langkah kerja
agar kami lebih memiliki pandangan dalam
pelaksanaan dilapangan