SlideShare a Scribd company logo
3- SAMBUNGAN BAUT
Latar Belakang
•
•

Elemen-elemen yang menyusun struktur baja harus digabungkan satu
dengan yang lain dengan suatu sistem sambungan.
Sambungan berfungsi menyatukan elemen-elemen dan menyalurkan
beban dari satu bagian ke bagian yang lain

Sistem Sambungan
•
•
•

Elemen yang disambung
Jenis penyambung : las, baut, paku keling
Pelat penyambung (dan pelat pengisi)

Contoh Sambungan
Sambungan balok - balok

DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

1
Sambungan profil – pelat penyambung

Sambungan pelat – pelat

DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

2
Sambungan balok - kolom

DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

3
Paku Keling (Rivet)
•
•
•

•

Dasar perhitungan untuk sambungan baut dan paku keling adalah sama,
yang membedakan adalah cara pelaksanaan dan bahan yang dipakai.
Sambungan keling umumnya terbuat dari mutu normal.
Sambungan keling dipasang dengan pemanasan awal. Pada saat membara,
material keling diselipkan ke lubang keling dan salah satu ujungnya dipukul
sementara ujung lainnya ditahan. Pukulan tersebut akan membentuk
kepala keling pada ujungnya dan badan keling akan mengisi penuh lubang
keling
Pada saat pendinginan, lubang keling akan memberikan gaya tarik awal,
sehingga sambungan akan menjadi sangat fit.

DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

4
Baut Mutu Normal (Baut Hitam)
•
•
•
•

•
•

Sambungan baut dapat terbuat dari baut mutu normal atau mutu tinggi.
Baut ini dibuat dari baja karbon rendah yang diidentifikasi sebagai A307,
dan merupakan jenis baut yang paling murah
Namun baut ini belum tentu menghasilkan sambungan yang paling murah
karena banyaknya jumlah baut yang dibutuhkan pada suatu sambungan
Pemakaian terutama pada struktur yang ringan, batang sekunder atau
pengaku, platform, gording, rusuk dinding.
Mutu baut dapat dibaca dibagian kepala baut, misalnya tertulis 4.6 artinya
tegangan leleh baut = 4 x 6 x 100 = 2400 kg/cm2
Baut mutu normal dipasang kencang tangan, tanpa gaya tarik awal dan
merupakan tipe tumpu.

DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

5
Baut Mutu Tinggi / High Tension Bolt (HTB)
•
•
•

•
•

•
•
•

Sambungan baut mutu tinggi mengandalkan gaya tarik awal yang terjadi
karena pengencangan awal.
Gaya tersebut dinamakan proof load.
Gaya tersebut akan memberikan friksi, sehingga sambungan baut mutu
tinggi hingga taraf gaya tertentu dapat merupakan tipe friksi. Sambungan
jenis ini baik untuk gaya bolak-balik.
Untuk taraf gaya yang lebih tinggi, sambungan tersebut merupakan tipe
tumpu.
Baut mutu tinggi dipasang dengan mula-mula melakukan kencang tangan
dan diikuti dengan setengah putaran setelah kencang tangan. Atau
menggunkana kunci torsi yang telah dikalibrasi sehingga menghasilkan
setengah putaran setelah kencang tangan.
Diameter yang paling sering digunakan pada konstruksi gedung adalah ¾
inci dan 7/8 inci.
Diamter yang palins sering digunakan pada konstruksi jembatan adalah 7/8
inci dan 1 inci
Saat ini sambungan baut lebih ekonomis daripada sambungan keling.
DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

6
SPESIFIKASI BAUT DAN PAKU KELING
Baut

Mutu

db (mm)

Proof Stress
(MPa)

Kuat Tarik min. ,
fu (MPa)

A307

Normal

6,35 – 10,4

-

60

A325

Tinggi

12,7 – 25,4

585

825

28,6 – 38,1

510

725

12,7 – 38,1

825

1035

-

370

A490

Tinggi

Keling

Normal

•
•

Proof stress A307 adalah
70% x fu
Proof stress A490 adalah
80% x fu

DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

7
Data – Data Teknis Baut HTB
Baut

Mutu

Tegangan
geser ijin
(kg/cm2)

Tegangan
tarik ijin
(kg/cm2)

A307

Normal

960

1600

A325

Tinggi

1225

3080

A490

Tinggi

1540

3780

DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

8
Pengertian Diameter Nominal (dn) dan Diameter Kern (dk)
•
•
•
•

Diameter nominal adalah diameter yang tercantum pada nama
perdagangan, misalnya M12 artinya diameter nominal (dn) = 12 mm
Untuk baut tidak diulir penuh, diameter nominal adalah diameter terluar
dari batang baut
Untuk baut ulir penuh, diameter inti (dk) adalah diameter dalam dari
batang tersebut
Diameter yang digunakan untuk menghitung luas penampang :
 Baut tidak di ulir penuh menggunakan dn
 Baut diulir penuh menggunakan dk

DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

9
Kerusakan Sambungan
a.
b.
c.
d.

Kerusakan pada baut akibat geser
Kerusakan pada pelat lewat lubang sambungan
Kerusakan pada baut ataupun pelat (mana yang lebih lemah) akibat tumpu
Kerusakan pada tepi pelat akibat geser

DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

10
Panduan Pemilihan Alat Sambung
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

9.

Sambungan baut sesuai untuk struktur ringan dengan beban statis yang
kecil, dan batang sekunder (seperti gording, pengikat, bracing, dsb)
Pelaksanaan pekerjaan baut sangat cepat, tidak memerlukan pekerja
dengan kecakapan tinggi
Bila struktur kelak akan dibongkar pasang, baut lebih sesuai untuk
digunakan dibandingkan las
Untuk beban fatique, sebaiknya menggunakan baut mutu tinggi dan las
Pemasangan baut mutu tinggi memerlukan perhatian khusus
Sambungan las memerlukan baja lebih sedikit, dan penampilan
sambungan baik
Pada sambungan yang menerus dan rigid, sambungan las lebih sesuai
Pengelasan sebaiknya dikerjakan di bengkel / work shop karena
pemeriksaan las di lapangan agak diragukan
Pekerjaan las untuk elemen batang yang sangat tebal memerlukan
perhatian ekstra. Lebih seusai jika menggunakan sambungan baut, lagipula
sambungan baut lebih kecil bahanya terhadap retak dan rapuh.
DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

11
Mekanisme Sambungan
1.

Tipe tumpu
Sambungan tipe tumpu adalah sambungan yang dibuat dengan
menggunakan baut yang dikencangkan dengan tangan, atau baut mutu
tinggi yang dikencangkan untuk menimbulkna gaya tarik minimum yang
disyaratkan, yang kuat rencananya disalurkan oleh gaya geser pada baut
dan tumpuan pada bagian-bagian yang disambungkan

DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

12
2.

Tipe friksi
Sambungan tipe friksi adalah sambungan yang dibuat dengan
menggunakan baut mutu tinggi yang dikencangkan untuk menimbulkan
tarikan baut minimum yang disyaratkan sedemikian rupa sehingga gayagaya geser rencana disalurkan melalui jepitan yang bekerja dalam bidang
kontak dan gesekan yang ditimbulkan antara bidang-bidang kontak

DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

13
Klasifikasi Sambungan
1.

Sambungan Kaku (Rigid Connection)
Deformasi titik kumpul harus sedemikian rupa sehingga tidak terlalu
berpengaruh terhadap distribusi gaya maupun terhadap deformasi
keseluruhan struktur. Sambungan dianggap memiliki kekakuan yang cukup
untuk mempertahankan sudut diantara elemen-elemen yang disambung.
M sambungan = 90% - 100% M jepit sempurna

DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

14
DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

15
DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

16
2.

Sambungan Semi Kaku (Semi Rigid Connection)
Pada sambungan semi kaku, perhitungan kekakuan, penyebaran gaya, dan
deformasinya harus menggunakan analisa mekanika yang hasilnya
didukung oleh percobaan eksperimental.
Sambungan tidak memiliki kekakuan yang cukup untuk mempertahankan
sudut antara elemen yang disambung. Dianggap mempunyai kapasitas
yang cukup untuk memberikan tahanan yang dapat diukur terhadap
perubahan sudut tersebut
M sambungan = 20% - 90% M jepit sempurna

DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

17
DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

18
3.

Sambungan Sendi (Simple Connection)
Sambungan sendi harus dapat berubah bentuk agar memberikan rotasi
yang diperlukan pada sambungan. Sambungan tidak boleh mengakibatkan
momen lentur terhadap komponen struktur yang disambung. Detail
sambungan harus dapat memikul gaya reaksi yang bekerja pada
eksentrisitas yang sesuai dengan detail sambungan.
M sambungan = 0% - 20% M jepit sempurna

DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

19
DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

20
DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

21
Bidang Kerja Sambungan
•

Perencanaan sambungan ditentukan oleh bidang kerja sambungan, yaitu
bidang tempat bekerjanya gaya pada sistem sambungan.

•

Bidang kerja :
1.
2.
3.

Sejajar (dalam bidang / sebidang)
Tegak lurus (lurus bidang / tak sebidang)
Kombinasi sejajar – tegak lurus

DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

22
1.

Bidang Kerja Sejajar (Pembebanan Dalam Bidang)
Adalah pembebanan yang gaya dan momen lentur rencananya berada
dalam bidang sambungan sedemikian rupa sehingga gaya yang
ditimbulkan dalam komponen sambungan hanya gaya geser

DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

23
2.

Bidang Kerja Tegal Lurus (Pembebanan Luar Bidang)
Adalah pembebanan yang gaya dan momen lentur rencananya
menghasilkan gaya yang arahnya tegak lurus bidang sambungan
sedemikian rupa sehingga gaya yang ditimbulkan dalam komponen
sambungan hanya gaya tarik

DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

24
3.

Bidang Kerja Kombinasi
Adalah pembebanan yang gaya dan momen lentur rencananya
menghasilkan gaya yang arahnya sejajar dan tegak lurus bidang
sambungan sedemikian rupa sehingga gaya yang ditimbulkan dalam
komponen sambungan adalah kombinasi gaya geser dan tarik

DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

25
Tata Letak Baut

3 db ≤ S ≤ 15 tp atau 200 mm
1,5 db ≤ S1 ≤ (4 tp + 100) atau
200 mm
S2 ≤ 12 tp atau 150 mm

DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

26
Perencanaan Baut

Kuat Geser Rencana Tumpu Baut

Untuk 1 bidang geser baut

DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

27
Kuat Geser Rencana Tumpu Pelat

DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

28
Kuat Tarik Rencana

DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

29
Kombinasi Geser
danTarik Rencana
Tumpu Baut

DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

30
Kuat Geser Rencana Baut Mutu Tinggi Tipe Friksi

DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

31
DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

32
Kombinasi Geser
danTarik Rencana
Friksi Baut

(Tb)

DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

33
Kelompok Baut Yang Memikul Beban Sebidang, Beban Eksentris

•

•

Pada sambungan ini, beban bekerja pada bidang sambungan, tetapi tidak
melalui titik berat sambungan. Akibat eksentris tersebut akan
menimbulkan beban momen puntir pada sambungan, sehingga disamping
sambungan menerima geser sentris, juga ditambah menerima beban
geser puntir
Ada 3 cara pendekatan analisis untuk sambugan baut geser puntir yang
telah dikenal yaitu :
 Cara elastis
 Reduced Eccentricity Method
 Ultimated Strength Method
DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

34
A. Cara Elastis
•

•
•

Penyelesaian cara elastis ini memberikan hasil sangat konservatif karena
pengaruh gesekan antar pelat tidak diperhitungkan.

Untuk kasus A adalah geser sentris sehingga beban Pu diterima secara
merata pada tiap baut : Ku = Pu/n
Untuk kasus B, momen puntir Mu = Pu x e, seolah-olah disebarkan ke
masing-masing baut sedemikian rupa sehingga arah dari beban setiap baut
akan membuat momen kopel terhadap titik berat susunan baut dan besar
beban masing-masing baut sebanding dengan jarak baut tersebut ke titik
berat susunan baut (cg).
DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

35
Kui = beban pada tiap baut
Ri = jarak antara baut ke titik berat (cg) susunan
baut dimana arah Ki tegak lurus Ri
(1)
dan

(2)

kalau masing-masing beban baut dinyatakan dalam K1
(3)
Kalau persamaan (3) dimasukkan persamaan (1)
(4)

Dengan demikian beban masing-masing baut dapat dinyatakan sbb :

Kalau diperhatikan, maka baut yang menerima beban terberat adalah baut terjauh
dari cg (Rmax)
DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

36
Kalau beban K diuraikan dalam arah horisontal dan vertikal,
maka perumusannya adalah :

Sin ai =

Cos ai =

Khi = Ki sin ai =
Kvi = Ki cos ai =
Dimana :

Kva =
Total beban yang diterima :

≤ Ø Rn

DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

37
B. Reduced Eccentricity Method
•

•
•
•

Cara elastis dapat dikatakan over estimate terhadap besarnya momen yang
bekerja pada sambungan sehingga dikembangkanlah suatu cara yang
memakai efektif eksentrisitas dengan memperhitungkan pengaruh tahanan
slip (gesekan) pada bidang gesek.
Baut satu baris, dan n adalah jumlah baut dalam satu baris :
eefektif = eaktual – (1+2n)/4 (inchi)
Baut dua baris atau lebih, simetris, dan n jumlah baut dalam satu baris :
eefektif = eaktual – (1+n)/2 (inchi)
1 inchi = 2,54 cm
Contoh baut 1 baris, n = 4
eefektif = 6 – (1+2x4)/4 = 3,75 in

Contoh baut 2 baris, n = 3
eefektif = 5 – (1+3)/2 = 3 in
Penyelesaian selanjutnya dengan cara elastis
DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

38
C. Ultimate Strength Method
•

Kedua penyelesaian diatas dengan cara sifat sambungan elastis. Cara yang
lebih realistis adalah ultimate strength method

Jika pada baut yang terjauh belum mulai terjadi slip atau leleh, sambungan
belum gagal. Bila momen bertambah, baut yang lebih dekat akan menahan
beban bertambah besar, dan kegagalan tidak terjadi sebelum semua baut slip
atau leleh.
Pada beban eksentris ini cenderung terjadi baik rotasi maupun translasi pada
bahan sambungan, dan pengaruhnya sama dengan perputaran sambungan
terhadap suatu titik yang disebut pusat sesaat perputaran (titik O).
DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

39
•
•
•
•

Pusat sesaat perputaran ini berjarak e’ dari titik berat sambungan.
Deformasi dari baut-baut ini dianggap bervariasi tergantung pada jarak baut
dari pusat sesaat putaran.
Beban geser ultimate yang dapat diterima oleh baut tidak sama dengan Ru
baut, tapi tergantung pada deformasi baut.
Crafod dan Kulak mendapatkan hubungan sbb:

 = total deformasi dari baut
Rult = kekuatan rencana baut (Ru)
Baut terjauh deformasinya diambil =0,34 in dan deformasi baut lainnya dapat
dihitung sebanding dengan jarak (d) antara baut dengan titik pusat (O)
Gaya yang diterima oleh masing-masing baut dinyatakan dengan R dengan arah
tegak lurus garis hubung (d)
Titik O dicari dengan coba-coba, sehingga didapat keseimbangan :
∑V = 0  Pu - ∑Rv = 0
(total gaya vertikal = 0)
∑M terhadap O = 0
(total momen thd titik O = 0)
∑H = 0
(total gaya horisontal = 0)
DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

40
Pendekatan Menentukan Jumlah Baut
•

Untuk sambungan geser sentris jumlah baut bisa langsung dicari :
n = jumlah baut

•

Untuk sambungan geser eksentris jumlah baut harus direncanakan dulu
baru dikontrol kekuatannya. Sebagai perkiraan awal jumlah baut dapat
digunakan rumus pendekatan sbb :
n = jumlah baut
Mu = Momen terfaktor
μ = jarak vertikal antar baut
Ru = kekuatan rencana baut

•
•
•

Rumus tsb berlaku untuk beban Mu saja dan baut hanya 1 baris
Untuk beban Mu dan Pu, nilai Ru direduksi
Untuk baut lebih dari 1 baris, nilai Ru dinaikkan

DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

41
Kelompok Baut Pemikul Beban Tidak Sebidang (Eksentris)
•

Pada tipe sambungan ini beban bekerja tidak lagi pada bidang sambungan,
maka akan timbul gaya lintang dan momen lentur pada bidang sambungan
itu

•

Untuk sambungan dengan beban A, maka beban menjadi geser sentris,
sehingga beban Pu dibagi secara merata pada tiap baut
Ku = Pu/n

DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

42
•

•

•

Untuk sambungan dengan beban B, momen Mu merupakan momen yang
menyebabkan sambungan melentur, dimana bagian atas akan tertarik dan
bagian bawah tertekan
Bila alat penyambung digunakan baut mutu tinggi tipe friction, maka akibat
dari pengencang baut akan memberikan gaya tekan pada bidang
sambungan, tapi bila digunakan baut biasa (tipe tumpu) maka gaya tekan
ini dapat diabaikan
Untuk sambungan baut tipe tumpu dapat diselesaikan dengan cara elastis
atau ultimate sedangkan sambungan baut tipe friction diselesaikan dengan
memperhitungkan gaya tekan.

DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

43
Kelompok Baut Tipe Tumpu Cara Elastis Pendekatan
•

Metode ini mengasumsikan bahwa sambungan yang menerima beban
lentur tersebut akan berputar dengan titik putar pada baut terbawah
sehingga baut-baut akan menerima beban tarik sedemikian rupa sehingga
besarnya sebanding dengan jarak baut terhadap titik putarnya

Mu = Tu1 . d1 + Tu2 . d2 + Tu3 . d3 + Tu4 . d4

(1)

atau

(2)
DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

44
Kalau persamaan (2) di substitusikan ke persamaan (1) maka :

Maka beban tarik pada masing-masing baut :

Baut menerima beban geser sebesar :

Beban tarik max :

DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

45
Kelompok Baut Tipe Tumpu Cara Elastis Luasan Transformasi
•

Pada metode ini momen lentur yang terjadi, gaya tarik ditahan oleh baut
sedangkan tekan dipikul oleh pelat penyambung

Tarik yang diterima luasan baut dapat ditransformasi ke luasan pelat dengan
lebar be
dimana : be = (A . n) / μ
A = luasa penampang baut
μ = jarak baut vertikal
n = jumlah baut 1 deret
DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

46
•

Mencari letak garis netral
½ b . yb2 = ½ be . ya2
b . yb2 = be . ya2
yb/ya = √(be/b)
(1)
ya + yb = h
(2)
Dari persamaan (1) dan (2), ya dan yb dapat dihitung
Momen inersia dari luasan transformasi : I = 1/3 be . ya3 + 1/3 b . yb3
Tegangan tarik max :

Pada baut yang terjauh dari garis netral (g.n) menerima tegangan :

ymax = jarak terjauh dari garis netral

DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

47
•
•

Baut terjauh memikul beban tarik :
Beban geser :

DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

48
Kelompok Baut Tipe Tumpu Cara Ultimate
•

Akibat momen terjadi tegangan tekan yang dipikul pelat dan tegangan tarik
yang dipikul oleh baut

Garis netral didapat dari keseimbangan gaya tekan = gaya tarik :
fyp . a . b = ∑T
T = gaya tarik pada 1 baut
fyp = tegangan leleh pelat
Baut selain memikul beban tarik, juga memikul beban geser :
DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

49
•

Kontrol tarik :

•
•
•

dimana :
Anggap beban tarik baut = Td (diambil dari Td tarik murni dan kombinasi
geser tarik, mana yang terkecil)
Garis netral :

•

Momen rencana yang dapat dipikul oleh sambungan :

•

Kontrol momen terfaktor :

DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

50
Kelompok Baut Tipe Friction
•
•

Akibat momen lentur Mu = Pu x e
Menimbulkan :
bagian atas = geser + tarik
bagian bawah = geser + tekan
Garis netral pada tengah-tengah

Dimana Vn = 1,13 m m Tb
DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

51
Sambungan Balok
•

Karena panjang profil dipasaran terbatas, maka terkadang sebuah balok
harus disambung. Misalnya pada potongan I sejarak x dari perletakan A

•

Pada potongan I akan terjadi gaya lintang sebesar DI dan momen lentur MI
DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

52
Pembagian beban pada sambungan :
• Gaya lintang DI seluruhnya dipikul pelat badan profil
• Momen lentur MI disalurkan ke pelat sayap dan pelat badan dengan
pembagian sbb :
 Badan menerima :
 Sayap menerima :

DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

53
• Sambungan Sayap
Momen yang dipikul saya dijadikan sepasang gaya kopel sehingga sambungan
pada sayap menerima beban geser sentris sebesar gaya kopel tersebut

h = tinggi profil

DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

54
• Sambungan Badan
Momen pada pelat badan dan gaya lintang akan bekerja sebagai beban geser
eksentris dan momen puntir pada sambungan pelat badan

DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

55
DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo

56

More Related Content

What's hot

Sni 1727 2013 tata cara pembebanan untuk rumah dan gedung
Sni 1727 2013 tata cara pembebanan untuk rumah dan gedungSni 1727 2013 tata cara pembebanan untuk rumah dan gedung
Sni 1727 2013 tata cara pembebanan untuk rumah dan gedung
WSKT
 
Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja)
Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja) Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja)
Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja)
NitaMewaKameliaSiman
 
contoh soal menghitung momen ultimate pada balok
contoh soal menghitung momen ultimate pada balokcontoh soal menghitung momen ultimate pada balok
contoh soal menghitung momen ultimate pada balok
Shaleh Afif Hasibuan
 
SNI 03 - 1729 - 2002 TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG
SNI 03 - 1729 - 2002 TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNGSNI 03 - 1729 - 2002 TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG
SNI 03 - 1729 - 2002 TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG
Mira Pemayun
 
Belajar sendiri-sap2000-versi-10
Belajar sendiri-sap2000-versi-10Belajar sendiri-sap2000-versi-10
Belajar sendiri-sap2000-versi-10Muhammad Umari
 
SNI 2847-2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung
SNI 2847-2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan GedungSNI 2847-2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung
SNI 2847-2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung
Mira Pemayun
 
perhitungan jembatan
perhitungan jembatanperhitungan jembatan
perhitungan jembatanFarid Thahura
 
150509326 tabel-baja-profil-wf-pdf
150509326 tabel-baja-profil-wf-pdf150509326 tabel-baja-profil-wf-pdf
150509326 tabel-baja-profil-wf-pdf
algifakhri bagus maulana
 
PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG TAHAN GEMPA
PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG TAHAN GEMPAPERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG TAHAN GEMPA
PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG TAHAN GEMPA
Sumarno Feriyal
 
Tugas-Tugas Beton 1-10
Tugas-Tugas Beton 1-10Tugas-Tugas Beton 1-10
Tugas-Tugas Beton 1-10
noussevarenna
 
Baja 1 struktur tekan tersusun
Baja 1 struktur tekan tersusunBaja 1 struktur tekan tersusun
Baja 1 struktur tekan tersusun
FeraLestari3
 
Struktur baja-5 lentur-balok
Struktur baja-5 lentur-balokStruktur baja-5 lentur-balok
Struktur baja-5 lentur-balok
Leticia Freidac
 
PERHITUNGAN TULANGAN LONGITUDINAL BALOK BETON BERTULANG RANGKAP
PERHITUNGAN TULANGAN LONGITUDINAL BALOK BETON BERTULANG RANGKAPPERHITUNGAN TULANGAN LONGITUDINAL BALOK BETON BERTULANG RANGKAP
PERHITUNGAN TULANGAN LONGITUDINAL BALOK BETON BERTULANG RANGKAP
Sumarno Feriyal
 
Contoh penyelesaian soal uas beton ii
Contoh penyelesaian soal uas beton iiContoh penyelesaian soal uas beton ii
Contoh penyelesaian soal uas beton ii
Harry Calbara
 
Perhitungan tulangAN kolom
Perhitungan tulangAN kolomPerhitungan tulangAN kolom
Perhitungan tulangAN kolom
Shaleh Afif Hasibuan
 
Tabel baja-wf-lrfd
Tabel baja-wf-lrfdTabel baja-wf-lrfd
Tabel baja-wf-lrfd
Gunawan Sulistyo
 
RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1
RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1
RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1
MOSES HADUN
 
Perencanaan Balok Sederhana Beton Bertulang
Perencanaan Balok Sederhana Beton BertulangPerencanaan Balok Sederhana Beton Bertulang
Perencanaan Balok Sederhana Beton Bertulang
Universitas Suryakancana Cianjur
 
Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012
Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012
Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012
فهرودين سفي
 

What's hot (20)

Sni 1727 2013 tata cara pembebanan untuk rumah dan gedung
Sni 1727 2013 tata cara pembebanan untuk rumah dan gedungSni 1727 2013 tata cara pembebanan untuk rumah dan gedung
Sni 1727 2013 tata cara pembebanan untuk rumah dan gedung
 
Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja)
Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja) Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja)
Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja)
 
contoh soal menghitung momen ultimate pada balok
contoh soal menghitung momen ultimate pada balokcontoh soal menghitung momen ultimate pada balok
contoh soal menghitung momen ultimate pada balok
 
SNI 03 - 1729 - 2002 TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG
SNI 03 - 1729 - 2002 TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNGSNI 03 - 1729 - 2002 TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG
SNI 03 - 1729 - 2002 TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG
 
Belajar sendiri-sap2000-versi-10
Belajar sendiri-sap2000-versi-10Belajar sendiri-sap2000-versi-10
Belajar sendiri-sap2000-versi-10
 
SNI 2847-2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung
SNI 2847-2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan GedungSNI 2847-2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung
SNI 2847-2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung
 
perhitungan jembatan
perhitungan jembatanperhitungan jembatan
perhitungan jembatan
 
1 perhitungan-balok
1 perhitungan-balok1 perhitungan-balok
1 perhitungan-balok
 
150509326 tabel-baja-profil-wf-pdf
150509326 tabel-baja-profil-wf-pdf150509326 tabel-baja-profil-wf-pdf
150509326 tabel-baja-profil-wf-pdf
 
PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG TAHAN GEMPA
PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG TAHAN GEMPAPERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG TAHAN GEMPA
PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG TAHAN GEMPA
 
Tugas-Tugas Beton 1-10
Tugas-Tugas Beton 1-10Tugas-Tugas Beton 1-10
Tugas-Tugas Beton 1-10
 
Baja 1 struktur tekan tersusun
Baja 1 struktur tekan tersusunBaja 1 struktur tekan tersusun
Baja 1 struktur tekan tersusun
 
Struktur baja-5 lentur-balok
Struktur baja-5 lentur-balokStruktur baja-5 lentur-balok
Struktur baja-5 lentur-balok
 
PERHITUNGAN TULANGAN LONGITUDINAL BALOK BETON BERTULANG RANGKAP
PERHITUNGAN TULANGAN LONGITUDINAL BALOK BETON BERTULANG RANGKAPPERHITUNGAN TULANGAN LONGITUDINAL BALOK BETON BERTULANG RANGKAP
PERHITUNGAN TULANGAN LONGITUDINAL BALOK BETON BERTULANG RANGKAP
 
Contoh penyelesaian soal uas beton ii
Contoh penyelesaian soal uas beton iiContoh penyelesaian soal uas beton ii
Contoh penyelesaian soal uas beton ii
 
Perhitungan tulangAN kolom
Perhitungan tulangAN kolomPerhitungan tulangAN kolom
Perhitungan tulangAN kolom
 
Tabel baja-wf-lrfd
Tabel baja-wf-lrfdTabel baja-wf-lrfd
Tabel baja-wf-lrfd
 
RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1
RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1
RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1
 
Perencanaan Balok Sederhana Beton Bertulang
Perencanaan Balok Sederhana Beton BertulangPerencanaan Balok Sederhana Beton Bertulang
Perencanaan Balok Sederhana Beton Bertulang
 
Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012
Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012
Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012
 

Similar to Konstruksi baja-3 sambungan-baut

Balok_Girder.pdf
Balok_Girder.pdfBalok_Girder.pdf
Balok_Girder.pdf
DimasPrayuda10
 
Elemen Mesin 3 - Perencanaan Kopling
Elemen Mesin 3 - Perencanaan KoplingElemen Mesin 3 - Perencanaan Kopling
Elemen Mesin 3 - Perencanaan Kopling
Dewi Izza
 
05 perencanaan struktur beton
05   perencanaan struktur beton05   perencanaan struktur beton
05 perencanaan struktur beton
budiMekka
 
Konstruksi baja4
Konstruksi baja4Konstruksi baja4
Konstruksi baja4
Fajar Istu
 
beton pratekan
beton pratekanbeton pratekan
beton pratekan
dwidam
 
Definifisi beton prategang
Definifisi beton prategangDefinifisi beton prategang
Definifisi beton prategang
rendy surindra
 
Baja i-3
Baja i-3Baja i-3
Baja i-3
Zulfikar Akbar
 
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESINMACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
Dwi Ratna
 
sambungan-des-2005 (Sambungan baut).ppt
sambungan-des-2005 (Sambungan baut).pptsambungan-des-2005 (Sambungan baut).ppt
sambungan-des-2005 (Sambungan baut).ppt
fitryhasdanita1
 
kuattarik-210301074459.pdf
kuattarik-210301074459.pdfkuattarik-210301074459.pdf
kuattarik-210301074459.pdf
Arianta Rian
 
fdokumen.com_minggu-9-kemampuan-layanan.ppt
fdokumen.com_minggu-9-kemampuan-layanan.pptfdokumen.com_minggu-9-kemampuan-layanan.ppt
fdokumen.com_minggu-9-kemampuan-layanan.ppt
Alrifqi3
 
bajot
bajotbajot
bajot
KyraGame
 
Rivets joint
Rivets jointRivets joint
Rivets joint
M. Rio Rizky Saputra
 
macam macam sambungan pada struktur baja.pptx
macam macam sambungan pada struktur baja.pptxmacam macam sambungan pada struktur baja.pptx
macam macam sambungan pada struktur baja.pptx
AdhimasTirta
 
Materi kuliah beton sederhana
Materi kuliah beton sederhanaMateri kuliah beton sederhana
Materi kuliah beton sederhanaperkasa45
 
Perencanaan struktur kolom komposit
Perencanaan struktur kolom kompositPerencanaan struktur kolom komposit
Perencanaan struktur kolom komposit
Afret Nobel
 
Indonesia (Bahasa) Superbolt Multi Jackbolt Tensioner (MJT)
Indonesia (Bahasa) Superbolt Multi Jackbolt Tensioner (MJT) Indonesia (Bahasa) Superbolt Multi Jackbolt Tensioner (MJT)
Indonesia (Bahasa) Superbolt Multi Jackbolt Tensioner (MJT)
Cliff Fong
 
Sni tiang pancang
Sni tiang pancangSni tiang pancang
Hand out struktur beton i
Hand out struktur beton iHand out struktur beton i
Hand out struktur beton i
wina athfi
 

Similar to Konstruksi baja-3 sambungan-baut (20)

Balok_Girder.pdf
Balok_Girder.pdfBalok_Girder.pdf
Balok_Girder.pdf
 
Elemen Mesin 3 - Perencanaan Kopling
Elemen Mesin 3 - Perencanaan KoplingElemen Mesin 3 - Perencanaan Kopling
Elemen Mesin 3 - Perencanaan Kopling
 
05 perencanaan struktur beton
05   perencanaan struktur beton05   perencanaan struktur beton
05 perencanaan struktur beton
 
Konstruksi baja4
Konstruksi baja4Konstruksi baja4
Konstruksi baja4
 
beton pratekan
beton pratekanbeton pratekan
beton pratekan
 
Definifisi beton prategang
Definifisi beton prategangDefinifisi beton prategang
Definifisi beton prategang
 
Baja i-3
Baja i-3Baja i-3
Baja i-3
 
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESINMACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
 
sambungan-des-2005 (Sambungan baut).ppt
sambungan-des-2005 (Sambungan baut).pptsambungan-des-2005 (Sambungan baut).ppt
sambungan-des-2005 (Sambungan baut).ppt
 
kuattarik-210301074459.pdf
kuattarik-210301074459.pdfkuattarik-210301074459.pdf
kuattarik-210301074459.pdf
 
fdokumen.com_minggu-9-kemampuan-layanan.ppt
fdokumen.com_minggu-9-kemampuan-layanan.pptfdokumen.com_minggu-9-kemampuan-layanan.ppt
fdokumen.com_minggu-9-kemampuan-layanan.ppt
 
bajot
bajotbajot
bajot
 
Rivets joint
Rivets jointRivets joint
Rivets joint
 
Elmesw10 coupling
Elmesw10 couplingElmesw10 coupling
Elmesw10 coupling
 
macam macam sambungan pada struktur baja.pptx
macam macam sambungan pada struktur baja.pptxmacam macam sambungan pada struktur baja.pptx
macam macam sambungan pada struktur baja.pptx
 
Materi kuliah beton sederhana
Materi kuliah beton sederhanaMateri kuliah beton sederhana
Materi kuliah beton sederhana
 
Perencanaan struktur kolom komposit
Perencanaan struktur kolom kompositPerencanaan struktur kolom komposit
Perencanaan struktur kolom komposit
 
Indonesia (Bahasa) Superbolt Multi Jackbolt Tensioner (MJT)
Indonesia (Bahasa) Superbolt Multi Jackbolt Tensioner (MJT) Indonesia (Bahasa) Superbolt Multi Jackbolt Tensioner (MJT)
Indonesia (Bahasa) Superbolt Multi Jackbolt Tensioner (MJT)
 
Sni tiang pancang
Sni tiang pancangSni tiang pancang
Sni tiang pancang
 
Hand out struktur beton i
Hand out struktur beton iHand out struktur beton i
Hand out struktur beton i
 

More from Junaida Wally

Preparation of a piling paper
Preparation of a piling paperPreparation of a piling paper
Preparation of a piling paper
Junaida Wally
 
Decision analysis applied to rock tunnel exploration 1978 baecher
Decision analysis applied to rock tunnel exploration 1978 baecherDecision analysis applied to rock tunnel exploration 1978 baecher
Decision analysis applied to rock tunnel exploration 1978 baecherJunaida Wally
 
2010 04 tunneling-to_the_future
2010 04 tunneling-to_the_future2010 04 tunneling-to_the_future
2010 04 tunneling-to_the_futureJunaida Wally
 
Structural design finite
Structural design finiteStructural design finite
Structural design finiteJunaida Wally
 
Ecg533 rock-tunnel-engineering
Ecg533 rock-tunnel-engineeringEcg533 rock-tunnel-engineering
Ecg533 rock-tunnel-engineeringJunaida Wally
 
583 24650 emperical method
583 24650 emperical method583 24650 emperical method
583 24650 emperical methodJunaida Wally
 
3 tunnels tunnel sous la manche c
3 tunnels tunnel sous la manche c 3 tunnels tunnel sous la manche c
3 tunnels tunnel sous la manche c Junaida Wally
 
Sni 03 2847-2002 (beton)
Sni 03 2847-2002 (beton)Sni 03 2847-2002 (beton)
Sni 03 2847-2002 (beton)Junaida Wally
 
Analysis of piles under earthquakes
Analysis of piles under earthquakesAnalysis of piles under earthquakes
Analysis of piles under earthquakesJunaida Wally
 
302 settlement of piled foundations
302 settlement of piled foundations302 settlement of piled foundations
302 settlement of piled foundationsJunaida Wally
 
Handout mer iv d iii
Handout mer iv d iiiHandout mer iv d iii
Handout mer iv d iiiJunaida Wally
 
Wide flange-shape-jisg3192
Wide flange-shape-jisg3192Wide flange-shape-jisg3192
Wide flange-shape-jisg3192Junaida Wally
 

More from Junaida Wally (20)

Preparation of a piling paper
Preparation of a piling paperPreparation of a piling paper
Preparation of a piling paper
 
Decision analysis applied to rock tunnel exploration 1978 baecher
Decision analysis applied to rock tunnel exploration 1978 baecherDecision analysis applied to rock tunnel exploration 1978 baecher
Decision analysis applied to rock tunnel exploration 1978 baecher
 
Chapter6
Chapter6Chapter6
Chapter6
 
2010 04 tunneling-to_the_future
2010 04 tunneling-to_the_future2010 04 tunneling-to_the_future
2010 04 tunneling-to_the_future
 
Structural design finite
Structural design finiteStructural design finite
Structural design finite
 
Cv15 nalisis method
Cv15 nalisis methodCv15 nalisis method
Cv15 nalisis method
 
Ecg533 rock-tunnel-engineering
Ecg533 rock-tunnel-engineeringEcg533 rock-tunnel-engineering
Ecg533 rock-tunnel-engineering
 
583 24650 emperical method
583 24650 emperical method583 24650 emperical method
583 24650 emperical method
 
3 tunnels tunnel sous la manche c
3 tunnels tunnel sous la manche c 3 tunnels tunnel sous la manche c
3 tunnels tunnel sous la manche c
 
Sni 03 2847-2002 (beton)
Sni 03 2847-2002 (beton)Sni 03 2847-2002 (beton)
Sni 03 2847-2002 (beton)
 
Pp no 29_th_2000
Pp no 29_th_2000Pp no 29_th_2000
Pp no 29_th_2000
 
Analysis of piles under earthquakes
Analysis of piles under earthquakesAnalysis of piles under earthquakes
Analysis of piles under earthquakes
 
Kaplan05analysis
Kaplan05analysisKaplan05analysis
Kaplan05analysis
 
302 settlement of piled foundations
302 settlement of piled foundations302 settlement of piled foundations
302 settlement of piled foundations
 
Bab ii1
Bab ii1Bab ii1
Bab ii1
 
Metode cross
Metode crossMetode cross
Metode cross
 
Handout mer iv d iii
Handout mer iv d iiiHandout mer iv d iii
Handout mer iv d iii
 
Contoh baja
Contoh bajaContoh baja
Contoh baja
 
Sni baja
Sni bajaSni baja
Sni baja
 
Wide flange-shape-jisg3192
Wide flange-shape-jisg3192Wide flange-shape-jisg3192
Wide flange-shape-jisg3192
 

Recently uploaded

Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
haryonospdsd011
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
NurSriWidyastuti1
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
UmyHasna1
 
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           xKoneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
johan199969
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
MirnasariMutmainna1
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
gloriosaesy
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
kinayaptr30
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
agusmulyadi08
 
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptxPRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
muhammadyudiyanto55
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
EkoPutuKromo
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
MuhammadBagusAprilia1
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
asyi1
 
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
SABDA
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
DataSupriatna
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
agusmulyadi08
 
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawasPrensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
suprihatin1885
 
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdfLaporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
heridawesty4
 

Recently uploaded (20)

Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
 
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           xKoneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
 
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptxPRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
 
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
 
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawasPrensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
 
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdfLaporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
 

Konstruksi baja-3 sambungan-baut

  • 1. 3- SAMBUNGAN BAUT Latar Belakang • • Elemen-elemen yang menyusun struktur baja harus digabungkan satu dengan yang lain dengan suatu sistem sambungan. Sambungan berfungsi menyatukan elemen-elemen dan menyalurkan beban dari satu bagian ke bagian yang lain Sistem Sambungan • • • Elemen yang disambung Jenis penyambung : las, baut, paku keling Pelat penyambung (dan pelat pengisi) Contoh Sambungan Sambungan balok - balok DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo 1
  • 2. Sambungan profil – pelat penyambung Sambungan pelat – pelat DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo 2
  • 3. Sambungan balok - kolom DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo 3
  • 4. Paku Keling (Rivet) • • • • Dasar perhitungan untuk sambungan baut dan paku keling adalah sama, yang membedakan adalah cara pelaksanaan dan bahan yang dipakai. Sambungan keling umumnya terbuat dari mutu normal. Sambungan keling dipasang dengan pemanasan awal. Pada saat membara, material keling diselipkan ke lubang keling dan salah satu ujungnya dipukul sementara ujung lainnya ditahan. Pukulan tersebut akan membentuk kepala keling pada ujungnya dan badan keling akan mengisi penuh lubang keling Pada saat pendinginan, lubang keling akan memberikan gaya tarik awal, sehingga sambungan akan menjadi sangat fit. DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo 4
  • 5. Baut Mutu Normal (Baut Hitam) • • • • • • Sambungan baut dapat terbuat dari baut mutu normal atau mutu tinggi. Baut ini dibuat dari baja karbon rendah yang diidentifikasi sebagai A307, dan merupakan jenis baut yang paling murah Namun baut ini belum tentu menghasilkan sambungan yang paling murah karena banyaknya jumlah baut yang dibutuhkan pada suatu sambungan Pemakaian terutama pada struktur yang ringan, batang sekunder atau pengaku, platform, gording, rusuk dinding. Mutu baut dapat dibaca dibagian kepala baut, misalnya tertulis 4.6 artinya tegangan leleh baut = 4 x 6 x 100 = 2400 kg/cm2 Baut mutu normal dipasang kencang tangan, tanpa gaya tarik awal dan merupakan tipe tumpu. DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo 5
  • 6. Baut Mutu Tinggi / High Tension Bolt (HTB) • • • • • • • • Sambungan baut mutu tinggi mengandalkan gaya tarik awal yang terjadi karena pengencangan awal. Gaya tersebut dinamakan proof load. Gaya tersebut akan memberikan friksi, sehingga sambungan baut mutu tinggi hingga taraf gaya tertentu dapat merupakan tipe friksi. Sambungan jenis ini baik untuk gaya bolak-balik. Untuk taraf gaya yang lebih tinggi, sambungan tersebut merupakan tipe tumpu. Baut mutu tinggi dipasang dengan mula-mula melakukan kencang tangan dan diikuti dengan setengah putaran setelah kencang tangan. Atau menggunkana kunci torsi yang telah dikalibrasi sehingga menghasilkan setengah putaran setelah kencang tangan. Diameter yang paling sering digunakan pada konstruksi gedung adalah ¾ inci dan 7/8 inci. Diamter yang palins sering digunakan pada konstruksi jembatan adalah 7/8 inci dan 1 inci Saat ini sambungan baut lebih ekonomis daripada sambungan keling. DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo 6
  • 7. SPESIFIKASI BAUT DAN PAKU KELING Baut Mutu db (mm) Proof Stress (MPa) Kuat Tarik min. , fu (MPa) A307 Normal 6,35 – 10,4 - 60 A325 Tinggi 12,7 – 25,4 585 825 28,6 – 38,1 510 725 12,7 – 38,1 825 1035 - 370 A490 Tinggi Keling Normal • • Proof stress A307 adalah 70% x fu Proof stress A490 adalah 80% x fu DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo 7
  • 8. Data – Data Teknis Baut HTB Baut Mutu Tegangan geser ijin (kg/cm2) Tegangan tarik ijin (kg/cm2) A307 Normal 960 1600 A325 Tinggi 1225 3080 A490 Tinggi 1540 3780 DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo 8
  • 9. Pengertian Diameter Nominal (dn) dan Diameter Kern (dk) • • • • Diameter nominal adalah diameter yang tercantum pada nama perdagangan, misalnya M12 artinya diameter nominal (dn) = 12 mm Untuk baut tidak diulir penuh, diameter nominal adalah diameter terluar dari batang baut Untuk baut ulir penuh, diameter inti (dk) adalah diameter dalam dari batang tersebut Diameter yang digunakan untuk menghitung luas penampang :  Baut tidak di ulir penuh menggunakan dn  Baut diulir penuh menggunakan dk DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo 9
  • 10. Kerusakan Sambungan a. b. c. d. Kerusakan pada baut akibat geser Kerusakan pada pelat lewat lubang sambungan Kerusakan pada baut ataupun pelat (mana yang lebih lemah) akibat tumpu Kerusakan pada tepi pelat akibat geser DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo 10
  • 11. Panduan Pemilihan Alat Sambung 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Sambungan baut sesuai untuk struktur ringan dengan beban statis yang kecil, dan batang sekunder (seperti gording, pengikat, bracing, dsb) Pelaksanaan pekerjaan baut sangat cepat, tidak memerlukan pekerja dengan kecakapan tinggi Bila struktur kelak akan dibongkar pasang, baut lebih sesuai untuk digunakan dibandingkan las Untuk beban fatique, sebaiknya menggunakan baut mutu tinggi dan las Pemasangan baut mutu tinggi memerlukan perhatian khusus Sambungan las memerlukan baja lebih sedikit, dan penampilan sambungan baik Pada sambungan yang menerus dan rigid, sambungan las lebih sesuai Pengelasan sebaiknya dikerjakan di bengkel / work shop karena pemeriksaan las di lapangan agak diragukan Pekerjaan las untuk elemen batang yang sangat tebal memerlukan perhatian ekstra. Lebih seusai jika menggunakan sambungan baut, lagipula sambungan baut lebih kecil bahanya terhadap retak dan rapuh. DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo 11
  • 12. Mekanisme Sambungan 1. Tipe tumpu Sambungan tipe tumpu adalah sambungan yang dibuat dengan menggunakan baut yang dikencangkan dengan tangan, atau baut mutu tinggi yang dikencangkan untuk menimbulkna gaya tarik minimum yang disyaratkan, yang kuat rencananya disalurkan oleh gaya geser pada baut dan tumpuan pada bagian-bagian yang disambungkan DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo 12
  • 13. 2. Tipe friksi Sambungan tipe friksi adalah sambungan yang dibuat dengan menggunakan baut mutu tinggi yang dikencangkan untuk menimbulkan tarikan baut minimum yang disyaratkan sedemikian rupa sehingga gayagaya geser rencana disalurkan melalui jepitan yang bekerja dalam bidang kontak dan gesekan yang ditimbulkan antara bidang-bidang kontak DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo 13
  • 14. Klasifikasi Sambungan 1. Sambungan Kaku (Rigid Connection) Deformasi titik kumpul harus sedemikian rupa sehingga tidak terlalu berpengaruh terhadap distribusi gaya maupun terhadap deformasi keseluruhan struktur. Sambungan dianggap memiliki kekakuan yang cukup untuk mempertahankan sudut diantara elemen-elemen yang disambung. M sambungan = 90% - 100% M jepit sempurna DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo 14
  • 15. DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo 15
  • 16. DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo 16
  • 17. 2. Sambungan Semi Kaku (Semi Rigid Connection) Pada sambungan semi kaku, perhitungan kekakuan, penyebaran gaya, dan deformasinya harus menggunakan analisa mekanika yang hasilnya didukung oleh percobaan eksperimental. Sambungan tidak memiliki kekakuan yang cukup untuk mempertahankan sudut antara elemen yang disambung. Dianggap mempunyai kapasitas yang cukup untuk memberikan tahanan yang dapat diukur terhadap perubahan sudut tersebut M sambungan = 20% - 90% M jepit sempurna DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo 17
  • 18. DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo 18
  • 19. 3. Sambungan Sendi (Simple Connection) Sambungan sendi harus dapat berubah bentuk agar memberikan rotasi yang diperlukan pada sambungan. Sambungan tidak boleh mengakibatkan momen lentur terhadap komponen struktur yang disambung. Detail sambungan harus dapat memikul gaya reaksi yang bekerja pada eksentrisitas yang sesuai dengan detail sambungan. M sambungan = 0% - 20% M jepit sempurna DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo 19
  • 20. DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo 20
  • 21. DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo 21
  • 22. Bidang Kerja Sambungan • Perencanaan sambungan ditentukan oleh bidang kerja sambungan, yaitu bidang tempat bekerjanya gaya pada sistem sambungan. • Bidang kerja : 1. 2. 3. Sejajar (dalam bidang / sebidang) Tegak lurus (lurus bidang / tak sebidang) Kombinasi sejajar – tegak lurus DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo 22
  • 23. 1. Bidang Kerja Sejajar (Pembebanan Dalam Bidang) Adalah pembebanan yang gaya dan momen lentur rencananya berada dalam bidang sambungan sedemikian rupa sehingga gaya yang ditimbulkan dalam komponen sambungan hanya gaya geser DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo 23
  • 24. 2. Bidang Kerja Tegal Lurus (Pembebanan Luar Bidang) Adalah pembebanan yang gaya dan momen lentur rencananya menghasilkan gaya yang arahnya tegak lurus bidang sambungan sedemikian rupa sehingga gaya yang ditimbulkan dalam komponen sambungan hanya gaya tarik DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo 24
  • 25. 3. Bidang Kerja Kombinasi Adalah pembebanan yang gaya dan momen lentur rencananya menghasilkan gaya yang arahnya sejajar dan tegak lurus bidang sambungan sedemikian rupa sehingga gaya yang ditimbulkan dalam komponen sambungan adalah kombinasi gaya geser dan tarik DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo 25
  • 26. Tata Letak Baut 3 db ≤ S ≤ 15 tp atau 200 mm 1,5 db ≤ S1 ≤ (4 tp + 100) atau 200 mm S2 ≤ 12 tp atau 150 mm DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo 26
  • 27. Perencanaan Baut Kuat Geser Rencana Tumpu Baut Untuk 1 bidang geser baut DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo 27
  • 28. Kuat Geser Rencana Tumpu Pelat DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo 28
  • 29. Kuat Tarik Rencana DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo 29
  • 30. Kombinasi Geser danTarik Rencana Tumpu Baut DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo 30
  • 31. Kuat Geser Rencana Baut Mutu Tinggi Tipe Friksi DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo 31
  • 32. DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo 32
  • 33. Kombinasi Geser danTarik Rencana Friksi Baut (Tb) DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo 33
  • 34. Kelompok Baut Yang Memikul Beban Sebidang, Beban Eksentris • • Pada sambungan ini, beban bekerja pada bidang sambungan, tetapi tidak melalui titik berat sambungan. Akibat eksentris tersebut akan menimbulkan beban momen puntir pada sambungan, sehingga disamping sambungan menerima geser sentris, juga ditambah menerima beban geser puntir Ada 3 cara pendekatan analisis untuk sambugan baut geser puntir yang telah dikenal yaitu :  Cara elastis  Reduced Eccentricity Method  Ultimated Strength Method DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo 34
  • 35. A. Cara Elastis • • • Penyelesaian cara elastis ini memberikan hasil sangat konservatif karena pengaruh gesekan antar pelat tidak diperhitungkan. Untuk kasus A adalah geser sentris sehingga beban Pu diterima secara merata pada tiap baut : Ku = Pu/n Untuk kasus B, momen puntir Mu = Pu x e, seolah-olah disebarkan ke masing-masing baut sedemikian rupa sehingga arah dari beban setiap baut akan membuat momen kopel terhadap titik berat susunan baut dan besar beban masing-masing baut sebanding dengan jarak baut tersebut ke titik berat susunan baut (cg). DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo 35
  • 36. Kui = beban pada tiap baut Ri = jarak antara baut ke titik berat (cg) susunan baut dimana arah Ki tegak lurus Ri (1) dan (2) kalau masing-masing beban baut dinyatakan dalam K1 (3) Kalau persamaan (3) dimasukkan persamaan (1) (4) Dengan demikian beban masing-masing baut dapat dinyatakan sbb : Kalau diperhatikan, maka baut yang menerima beban terberat adalah baut terjauh dari cg (Rmax) DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo 36
  • 37. Kalau beban K diuraikan dalam arah horisontal dan vertikal, maka perumusannya adalah : Sin ai = Cos ai = Khi = Ki sin ai = Kvi = Ki cos ai = Dimana : Kva = Total beban yang diterima : ≤ Ø Rn DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo 37
  • 38. B. Reduced Eccentricity Method • • • • Cara elastis dapat dikatakan over estimate terhadap besarnya momen yang bekerja pada sambungan sehingga dikembangkanlah suatu cara yang memakai efektif eksentrisitas dengan memperhitungkan pengaruh tahanan slip (gesekan) pada bidang gesek. Baut satu baris, dan n adalah jumlah baut dalam satu baris : eefektif = eaktual – (1+2n)/4 (inchi) Baut dua baris atau lebih, simetris, dan n jumlah baut dalam satu baris : eefektif = eaktual – (1+n)/2 (inchi) 1 inchi = 2,54 cm Contoh baut 1 baris, n = 4 eefektif = 6 – (1+2x4)/4 = 3,75 in Contoh baut 2 baris, n = 3 eefektif = 5 – (1+3)/2 = 3 in Penyelesaian selanjutnya dengan cara elastis DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo 38
  • 39. C. Ultimate Strength Method • Kedua penyelesaian diatas dengan cara sifat sambungan elastis. Cara yang lebih realistis adalah ultimate strength method Jika pada baut yang terjauh belum mulai terjadi slip atau leleh, sambungan belum gagal. Bila momen bertambah, baut yang lebih dekat akan menahan beban bertambah besar, dan kegagalan tidak terjadi sebelum semua baut slip atau leleh. Pada beban eksentris ini cenderung terjadi baik rotasi maupun translasi pada bahan sambungan, dan pengaruhnya sama dengan perputaran sambungan terhadap suatu titik yang disebut pusat sesaat perputaran (titik O). DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo 39
  • 40. • • • • Pusat sesaat perputaran ini berjarak e’ dari titik berat sambungan. Deformasi dari baut-baut ini dianggap bervariasi tergantung pada jarak baut dari pusat sesaat putaran. Beban geser ultimate yang dapat diterima oleh baut tidak sama dengan Ru baut, tapi tergantung pada deformasi baut. Crafod dan Kulak mendapatkan hubungan sbb:  = total deformasi dari baut Rult = kekuatan rencana baut (Ru) Baut terjauh deformasinya diambil =0,34 in dan deformasi baut lainnya dapat dihitung sebanding dengan jarak (d) antara baut dengan titik pusat (O) Gaya yang diterima oleh masing-masing baut dinyatakan dengan R dengan arah tegak lurus garis hubung (d) Titik O dicari dengan coba-coba, sehingga didapat keseimbangan : ∑V = 0  Pu - ∑Rv = 0 (total gaya vertikal = 0) ∑M terhadap O = 0 (total momen thd titik O = 0) ∑H = 0 (total gaya horisontal = 0) DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo 40
  • 41. Pendekatan Menentukan Jumlah Baut • Untuk sambungan geser sentris jumlah baut bisa langsung dicari : n = jumlah baut • Untuk sambungan geser eksentris jumlah baut harus direncanakan dulu baru dikontrol kekuatannya. Sebagai perkiraan awal jumlah baut dapat digunakan rumus pendekatan sbb : n = jumlah baut Mu = Momen terfaktor μ = jarak vertikal antar baut Ru = kekuatan rencana baut • • • Rumus tsb berlaku untuk beban Mu saja dan baut hanya 1 baris Untuk beban Mu dan Pu, nilai Ru direduksi Untuk baut lebih dari 1 baris, nilai Ru dinaikkan DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo 41
  • 42. Kelompok Baut Pemikul Beban Tidak Sebidang (Eksentris) • Pada tipe sambungan ini beban bekerja tidak lagi pada bidang sambungan, maka akan timbul gaya lintang dan momen lentur pada bidang sambungan itu • Untuk sambungan dengan beban A, maka beban menjadi geser sentris, sehingga beban Pu dibagi secara merata pada tiap baut Ku = Pu/n DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo 42
  • 43. • • • Untuk sambungan dengan beban B, momen Mu merupakan momen yang menyebabkan sambungan melentur, dimana bagian atas akan tertarik dan bagian bawah tertekan Bila alat penyambung digunakan baut mutu tinggi tipe friction, maka akibat dari pengencang baut akan memberikan gaya tekan pada bidang sambungan, tapi bila digunakan baut biasa (tipe tumpu) maka gaya tekan ini dapat diabaikan Untuk sambungan baut tipe tumpu dapat diselesaikan dengan cara elastis atau ultimate sedangkan sambungan baut tipe friction diselesaikan dengan memperhitungkan gaya tekan. DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo 43
  • 44. Kelompok Baut Tipe Tumpu Cara Elastis Pendekatan • Metode ini mengasumsikan bahwa sambungan yang menerima beban lentur tersebut akan berputar dengan titik putar pada baut terbawah sehingga baut-baut akan menerima beban tarik sedemikian rupa sehingga besarnya sebanding dengan jarak baut terhadap titik putarnya Mu = Tu1 . d1 + Tu2 . d2 + Tu3 . d3 + Tu4 . d4 (1) atau (2) DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo 44
  • 45. Kalau persamaan (2) di substitusikan ke persamaan (1) maka : Maka beban tarik pada masing-masing baut : Baut menerima beban geser sebesar : Beban tarik max : DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo 45
  • 46. Kelompok Baut Tipe Tumpu Cara Elastis Luasan Transformasi • Pada metode ini momen lentur yang terjadi, gaya tarik ditahan oleh baut sedangkan tekan dipikul oleh pelat penyambung Tarik yang diterima luasan baut dapat ditransformasi ke luasan pelat dengan lebar be dimana : be = (A . n) / μ A = luasa penampang baut μ = jarak baut vertikal n = jumlah baut 1 deret DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo 46
  • 47. • Mencari letak garis netral ½ b . yb2 = ½ be . ya2 b . yb2 = be . ya2 yb/ya = √(be/b) (1) ya + yb = h (2) Dari persamaan (1) dan (2), ya dan yb dapat dihitung Momen inersia dari luasan transformasi : I = 1/3 be . ya3 + 1/3 b . yb3 Tegangan tarik max : Pada baut yang terjauh dari garis netral (g.n) menerima tegangan : ymax = jarak terjauh dari garis netral DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo 47
  • 48. • • Baut terjauh memikul beban tarik : Beban geser : DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo 48
  • 49. Kelompok Baut Tipe Tumpu Cara Ultimate • Akibat momen terjadi tegangan tekan yang dipikul pelat dan tegangan tarik yang dipikul oleh baut Garis netral didapat dari keseimbangan gaya tekan = gaya tarik : fyp . a . b = ∑T T = gaya tarik pada 1 baut fyp = tegangan leleh pelat Baut selain memikul beban tarik, juga memikul beban geser : DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo 49
  • 50. • Kontrol tarik : • • • dimana : Anggap beban tarik baut = Td (diambil dari Td tarik murni dan kombinasi geser tarik, mana yang terkecil) Garis netral : • Momen rencana yang dapat dipikul oleh sambungan : • Kontrol momen terfaktor : DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo 50
  • 51. Kelompok Baut Tipe Friction • • Akibat momen lentur Mu = Pu x e Menimbulkan : bagian atas = geser + tarik bagian bawah = geser + tekan Garis netral pada tengah-tengah Dimana Vn = 1,13 m m Tb DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo 51
  • 52. Sambungan Balok • Karena panjang profil dipasaran terbatas, maka terkadang sebuah balok harus disambung. Misalnya pada potongan I sejarak x dari perletakan A • Pada potongan I akan terjadi gaya lintang sebesar DI dan momen lentur MI DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo 52
  • 53. Pembagian beban pada sambungan : • Gaya lintang DI seluruhnya dipikul pelat badan profil • Momen lentur MI disalurkan ke pelat sayap dan pelat badan dengan pembagian sbb :  Badan menerima :  Sayap menerima : DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo 53
  • 54. • Sambungan Sayap Momen yang dipikul saya dijadikan sepasang gaya kopel sehingga sambungan pada sayap menerima beban geser sentris sebesar gaya kopel tersebut h = tinggi profil DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo 54
  • 55. • Sambungan Badan Momen pada pelat badan dan gaya lintang akan bekerja sebagai beban geser eksentris dan momen puntir pada sambungan pelat badan DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo 55
  • 56. DESAIN KONSTRUKSI BAJA MK-144020-Unnar-Dody Brahmantyo 56