1. Omfalokel adalah kelainan bawaan dimana organ perut keluar melalui defek pada dinding abdomen di sekitar pusat. 2. Penyebabnya belum pasti, namun beberapa faktor risiko seperti infeksi ibu hamil dan penggunaan obat-obatan tertentu dapat berperan. 3. Pemeriksaan diagnostik meliputi pemeriksaan fisik, laboratorium, dan ultrasonografi. Pengobatan meliputi perawatan pra dan pasca operasi untuk mengem
1. LAPORAN PENDAHULUANANAK DENGANOMFALOKEL
ASKEP PADA ANAK DENGANOMFALOKEL
A. KONSEP PENYAKIT
1. PENGERTIAN
Omfalokel adalahsuatuherniapadapusat,sehinggasebagianisi perutkeluardandi bungkussuatu
kantongperitoneum.(Rustam Mochtar,1998).
Omfalokel adalahadanyaprotusi (keadaanmenonjolkedepan) padawaktulahirdibagianususyang
melalui suatudefekbesarpadadindingabdomendi umbilikusdanususyangmenonjol hanyadi
tutupi olehmembrane tipistransparanyangterdiri dari amniondanperitoneum.(W.A.Newman
Dorland,2002).
Omfalokel adalahkelainanyangdisebabanolehkegagalanalatdalamkembali keronggaabdomen
pada waktujaninberumur10 mingguhinggamenyebabkantimbulnyaomfalokel.(Ngastiyah,2005).
Omfalokel (eksomfotos) merupakansuatucacatumbilicus,tempatususbesardanorganabdomen
laindapatmenonjol keluar.Iabisadisertai dengankelainankromosom,yangharusdisingkirkan.
Cacat dapat bervariasi dandiameterbeberapacentimetersampai keterlibatandinding abdomen
yang luas.Organyang menonjol keluarditutupiolehlapisantipisperitoneumyangmudahterinfeksi.
(PincusEatzel danLenRoberts.1995).
2. ETIOLOGI
Penyebabnyatidakdiketahui secarapasti (ideopatik).Namunadabeberapafaktorresikoatau
faktor-faktoryangberperanmenimbulkanterjadinyaomphalokeldiantaranyaadalah:
a. Infeksi danpenyakitpadaibu
b. Penggunaanobat-obatanberbahaya,merokok
c. Kelainangenetik
d. Defisiensi asamfolat
e. Penggunaansalisilat
f. Hypoxia( penurunansuplayoksigenke jaringan)
g. Kandungan lemah
3. EPIDEMIOLOGI
Di AmerikaSerikat,omphalokel yangkecilterjadi denganrasio1kasus dalam5.000 kelahiran.
Omphalokel yangbesarterjadi dengan rasio1kasus dalam10.000 kelahiran.Perbandinganlaki-laki
denganperempuanadalah1:1.Menurut catatan DinasKesehatanBangkaBelitung,dalamkurun
waktutiga bulanbelakanganini,setidaknyaadaenamkasuskelahirandenganususterburai.
Padahal,selamaini catatanmedismemperlihatkan,angkakejadiankelainandindingperutadalah
2. sekali dalamtiap200.000 kelahiran.Perempuanumur40 tahunatau lebihcenderungmelahirkan
bayi denganomphalokel.Angkakematiankelainanini tinggi bilaomfalokel besarkarenakantong
dapat pecahdan terjadi infeksi.
4. PATOFISIOLOGI
Kelainanbawaan
Alatdalamgagal kembali ke ronggaabdomen
Isi abdomenmasukke dalamumbilicus
Korda terobek
Usus keluar ileusobstruksi Defisiensipengetahuanorangtua
Resikoinfeksi Kekurangancairan Ansietas
Kenaikansuhutubuh(Hipertermi)
Kegagalanalatdalamuntukkembali ke ronggaabdomenpadawaktujaninberumur10 minggu
sehinggamenyebabkantimbulnyaomfalokel.Kelainanini dapatsegeradilihatyaituberupaprotusi
dari kantongyangberisi ususdanviseraabdomenmelalui defekdindingabdomenpadaumbilikus.
Angkakematiantinggi apabilaomfalokel besarkarenakantongpecahdanterjadi infeksi ( Iskandar
Wahidiyat,1985).
3. Suatuprotusi pada dindingabdomensampai dasartali pusatselama6-10 minggukehamilan.
Protrusi tersebuttumbuhdankeluardari dalamabdomenpadatali pusat,karenaabdomenberisi
terlalusedikitseqitar10-11 minggu,normalnyaususakanberpindahkedalamabdomen.
Ketidakmampuanusus untukbermigrasi secaranormal akanmenyebabkanomfalokel.Omfalokel
biasanyaditutupi olehmembrane yangdilindunguolehvisera.Bayi denganomfalokelmempunyai
insidenyangtinggi terhadapabnormalitasyanglain,seperti inferforasi,agenesiscolondan defek
diafragmaatau jantung( JacksonD. B. & Sounders,1993).
5. MANIFESTASIKLINIS
MenurutA.H. Markum (1991), manifestasi dari omphalokeladalah:
a. Organ visera/internal abdomenkeluar
b. Penonjolanpadaisi usus
c. Teridentifikasi padaprenatal denganultrasound
Sedangkantanda-tandayanglain:
a. Apabilaomfalokel berukurankecilhanyaususyangqeluarataumenonjol
b. Apabilaomfalokel berukuranbesarusus,hati ataulimfayangkeluarataumenonjol
c. Seringditemukanpadabayi premature
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
MenurutA.H. Markum (1991) :
a) PemeriksaanFisik
Pada omfalokeltampakkantongyangberisi ususdenganatautanpahati di garistengahpada bayi
yang barulahir.
b) Pemeriksaan Laboratorium
PemeriksaanMaternal SerumAlfaFetoprotein(MSAFP).Diagnosisprenatal defekpadadinding
abdomendapatdideteksidenganpeningkatanMSAFP.MSAFPdapatjugameninggi padaspinabifida
yang disertai denganpeningkatanasetilkolinesterase danpseudokolinesterase.
c) Prenatal,ultrasound:menunjukkanadanyadefekompalokel
d) Pemeriksaanradiology:Fetal sonographydapatmenggambarkankelainangenetikdengan
memperlihatkanmarkerstructural dari kelainankariotipik.
e) Echocardiographyfetusmembantumengidentifikasi kelainanjantung.Untukmendukung
diagnosiskelainangenetikdiperjelasdenganamniosentesis.Padaomphaloceletampakkantong
yang terisi ususdenganatautanpahepar di garistengahpada bayi yang baru lahir.
5. terbentukherniaventralisyangbesar.Epitelisasi inimembutuhkanwaktu3-4bulan.Kemudian
operasi koreksi herniaventralistersebutdapatdikerjakansetelahanakberumur5-10 bulan.
· Terapi oksigendiberikanuntukmembantupernafasan
b) Pembedahan
Pembedahandilakukansecarabertahaptergantungbesarkecilnyalubangpadadindingabdomen.
Tujuanpebedahanadalahuntukmengembalikanviserakedalamkavumabdomendanmenutup
didingabdomen.
Pada omphalokel,jikalubangnyakecilmakaakandisambungkansaja,namunjikalubangnyabesar
maka akan dicangkokdenganmengambil kulitdari bokongataupahabayi.Operasi koreksi ini untuk
menempatkanususke dalamronggaperutdanmenutuplubang.Harusdikerjakansecepatmungkin
sebabtidakada perlindunganinfeksi.Tambahanlagi makinditundaoperasimakinsukarkarenausus
akan udem.
c) PaskaBedah
· Perawatanpaskabedahneonatusrutin
· Terapi oksigenmaupunventilasi mekanikkemungkinandiperlukan
· Dilakukanaspirasi setiapjampadatubanasogastrik
· Pemberianantibiotika
· Terapi intravenadiberikanuntukperbaikancairan
Pada sekitar7-12 hari setelahpembedahan,anakakankembali lagi mengalami pembedahanuntuk
menjalani perbaikancacat.Namunini tergantungdari kondisi si bayi (lemahatautidak).
1) Bayi post bedahomphalokel yangmasihdalamperawatan
2) Bayi post operasi omphalokel dengandindingabdomenyangsudahrapi seperti orangnormal
lainnya.
1. Prognosiskedepan
2. Dominanpremature ,,penanganan( kompresnacl ) -> hipotermi
3. Umur dilakukanpembedahansebaiknyaumurberap
4. Etiologi ,,,obat2anapa ( kandungan) bsamenyebabkanomfalokel
9. · Teaching: Disease process
1) Nilai tingkatpengetahuanorangtuaberhubungandenganprosespenyakit
2) Jelaskanpatofisiologi dari penyakitdanbagaimanahal tersebutberhubungandengananatomi
fisiologi
3) Gambarkan tanda dangejalayangberhubungandenganpenyakit
4) Diskusikanpilihanterapi/perawatan
Post Op :
DX 4 : Nyeri akutberhubungandenganagenciderabiologis
NOC:
· Paincontrol
KH :
· Tingkatnyeri pasienberkurang
· Ekpresi wajahtidakmenunjukannyeri
NIC:
· Painmanagement
1) Observasi isyaratnonverbal dari ketidaknyamananterutamasaattridakdapatberkomunikasi
secara efektif
2) Kurangi faktor-faktorpencetusnyeri
· Environmentalmanagement:Comfort
3) Jaga kebersihan
4) Sesuaikantemperatureruangan
DX 5 : Kecemasanberhubungandenganstatuskesehatan
NOC:
· Anxietylevel
· Anxietyself-Control
KH :
· Orangtua tidakmengalami stress
· Orangtua dapat mengontrol kecemasan
· Orangtua dapat menggunakanteknikrelaksasiuntukmengurangikecemasan
10. NIC:
· Anxiety Reduction
1) Instruksikanorangtuauntukmenggunakanteknikrelaksasi
2) Observasi reaksi verbal dannonverbal tentangkecemasan
· Copinganhancement
3) Perhatikanpemahamanpersepsi orangtuaterhadapsituasi yangpenuhstress
4) Anjurkanorangtua untukmengungkapkansecaraverbal perasaan,persepsi,danketakutan
DX 6 : Defisiensi pengetahuanorangtuatentangprosedurperawatananakpostop berhubungan
denganketerbatasankognitif
NOC:
· Knowledge :Treatmentprocedure
KH :
· Orangtua mengetahui prosespenyakitsecaraspesifik
· Orangtua mengerti prosedurperawatanpostopterhadapanaknya
NIC:
· Teaching: Procedure /treatment
1) Informasikanorangtua/keluargaterdekattentangkapandandimanaprosedur/perawatanakan
dilakukan
2) Informasikanorangtua/ keluargaterdekattentangberapalamaprosedur/perawatan
berlangsung
3) Jelaskanpentingnyaprosedurprosesperawatan
4) Jelaskancaraperawatanpadaanak post opkepadaorang tua
DAFTAR PUSTAKA
A.H.Markum. 1991. Buku AjarKesehatan Anak. Jilid I.FKUI : Jakarta
Dongoes,M.F.1999. RencanaAsuhanKeperawatan:PedomanuntukPerencanaan
dan PendokumentasianPerawatanPasien.Edisi2.Jakarta: EGC.
Dorland,W.A.Newman.2002.KamusKedokteran Dorland. Edisi29.Jakarta : EGC.
11. Mochtar, Rustam.1998. SinopsisObstetri.EGC : Jakarta
Ngastiyah.2005. Perawatan AnakSakit.EGC:Jakarta
PincusEatzel & LenRoberts.1995. Kapita Selekta Pediatri.EGC : Jakarta.
Suriadi & Yuliani R.2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak.Edisi1. PenerbitFKUI:Jakarta
LAPORAN PENDAHULUAN ANAK DENGAN OMFALOKEL
ASKEP PADA ANAK DENGAN OMFALOKEL
A. KONSEP PENYAKIT
1. PENGERTIAN
Omfalokel adalah suatu hernia pada pusat, sehingga sebagian
isi perut keluar dan di bungkus suatu kantong peritoneum.
(Rustam Mochtar,1998).
Omfalokel adalah adanya protusi (keadaan menonjol kedepan)
pada waktu lahir dibagian usus yang melalui suatu defek besar
pada dinding abdomen di umbilikus dan usus yang menonjol hanya
di tutupi oleh membrane tipis transparan yang terdiri dari
amnion dan peritoneum. (W. A. Newman Dorland, 2002).
Omfalokel adalah kelainan yang disebaban oleh kegagalan alat
dalam kembali kerongga abdomen pada waktu janin berumur 10
minggu hingga menyebabkan timbulnya omfalokel. (Ngastiyah,
2005).
Omfalokel (eksomfotos) merupakan suatu cacat umbilicus,
tempat usus besar dan organ abdomen lain dapat menonjol keluar.
Ia bisa disertai dengan kelainan kromosom, yang harus
disingkirkan. Cacat dapat bervariasi dan diameter beberapa
centimeter sampai keterlibatan dinding abdomen yang luas. Organ
yang menonjol keluar ditutupi oleh lapisan tipis peritoneum yang
mudah terinfeksi. (Pincus Eatzel dan Len Roberts. 1995).
2. ETIOLOGI
12. Penyebabnya tidak diketahui secara pasti (ideopatik). Namun
ada beberapa faktor resiko atau faktor-faktor yang berperan
menimbulkan terjadinya omphalokel diantaranya adalah :
a. Infeksi dan penyakit pada ibu
b. Penggunaan obat-obatan berbahaya, merokok
c. Kelainan genetik
d. Defisiensi asam folat
e. Penggunaan salisilat
f. Hypoxia ( penurunan suplay oksigen ke jaringan)
g. Kandungan lemah
3. EPIDEMIOLOGI
Di Amerika Serikat, omphalokel yang kecil terjadi dengan rasio
1 kasus dalam 5.000 kelahiran. Omphalokel yang besar terjadi
dengan rasio 1 kasus dalam 10.000 kelahiran. Perbandingan laki-
laki dengan perempuan adalah 1:1. Menurut catatan Dinas
Kesehatan Bangka Belitung, dalam kurun waktu tiga bulan
belakangan ini, setidaknya ada enam kasus kelahiran dengan usus
terburai. Padahal, selama ini catatan medis memperlihatkan,
angka kejadian kelainan dinding perut adalah sekali dalam tiap
200.000 kelahiran. Perempuan umur 40 tahun atau lebih cenderung
melahirkan bayi dengan omphalokel. Angka kematian kelainan ini
tinggi bila omfalokel besar karena kantong dapat pecah dan
terjadi infeksi.
4. PATOFISIOLOGI
Kelainan bawaan
Alat dalam gagal
kembali ke rongga abdomen
13. Isi abdomen masuk
ke dalam umbilicus
Korda terobek
Usus keluar ileus
obstruksi Defisiensi pengetahuan orang tua
Resiko infeksi Kekurangan
cairan Ansietas
Kenaikan suhu
tubuh (Hipertermi)
Kegagalan alat dalam untuk kembali ke rongga abdomen pada
waktu janin berumur 10 minggu sehingga menyebabkan timbulnya
omfalokel. Kelainan ini dapat segera dilihat yaitu berupa
protusi dari kantong yang berisi usus dan visera abdomen melalui
defek dinding abdomen pada umbilikus. Angka kematian tinggi
apabila omfalokel besar karena kantong pecah dan terjadi infeksi
( Iskandar Wahidiyat, 1985).
Suatu protusi pada dinding abdomen sampai dasar tali pusat
selama 6-10 minggu kehamilan. Protrusi tersebut tumbuh dan
keluar dari dalam abdomen pada tali pusat, karena abdomen berisi
terlalu sedikit seqitar 10-11 minggu, normalnya usus akan
berpindah kedalam abdomen. Ketidakmampuan usus untuk bermigrasi
secara normal akan menyebabkan omfalokel. Omfalokel biasanya
ditutupi oleh membrane yang dilindungu oleh visera. Bayi dengan
omfalokel mempunyai insiden yang tinggi terhadap abnormalitas
14. yang lain, seperti inferforasi, agenesis colon dan defek
diafragma atau jantung ( Jackson D. B. & Sounders, 1993).
5. MANIFESTASI KLINIS
Menurut A.H. Markum (1991), manifestasi dari omphalokel
adalah :
a. Organ visera / internal abdomen keluar
b. Penonjolan pada isi usus
c. Teridentifikasi pada prenatal dengan ultrasound
Sedangkan tanda-tanda yang lain :
a. Apabila omfalokel berukuran kecil hanya usus yang qeluar
atau menonjol
b. Apabila omfalokel berukuran besar usus, hati atau limfa yang
keluar atau menonjol
c. Sering ditemukan pada bayi premature
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut A.H. Markum (1991) :
a) Pemeriksaan Fisik
Pada omfalokel tampak kantong yang berisi usus dengan atau tanpa
hati di garis tengah pada bayi yang baru lahir.
b) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Maternal Serum Alfa Fetoprotein (MSAFP). Diagnosis
prenatal defek pada dinding abdomen dapat dideteksi dengan
peningkatan MSAFP. MSAFP dapat juga meninggi pada spinabifida
yang disertai dengan peningkatan asetilkolinesterase dan
pseudokolinesterase.
c) Prenatal, ultrasound: menunjukkan adanya defek ompalokel
d) Pemeriksaan radiology: Fetal sonography dapat menggambarkan
kelainan genetik dengan memperlihatkan marker structural dari
kelainan kariotipik.
e) Echocardiography fetus membantu mengidentifikasi kelainan
jantung. Untuk mendukung diagnosis kelainan genetik diperjelas
dengan amniosentesis. Pada omphalocele tampak kantong yang
terisi usus dengan atau tanpa hepar di garis tengah pada bayi
yang baru lahir.
15. 7. KOMPLIKASI
Ø Infeksi
Ø Ruptur kantong omfalokel
Ø Hernia ventralis
8. PROGNOSIS
Kelainan kongenital dinding perut ini mungkin disertai
kelainan bawaan lain yang memperburuk prognosis. Omphalocele
yang besar dapat ditutup meskipun dengan operasi yang bertahap.
Bayi dengan omphalocele dianggap kritis mengancam hidup jika
disertai dengan ukuran torax yang kecil dengan hipoplasia
pulmoner yang mengakibatkan gangguan pernafasan.
9. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Terapeutik menurut Suriadi & Yuliani R (2001)
adalah :
a) Perawatan pra-bedah
· Terpeliharanya suhu tubuh
· Kehilangan panas dapat berlebihan karena usus yang mengalami
prolaps sangat meningkatkan area permukaan.
· Pemasangan NGT dan pengisapan yang kontinu untuk mencegah
distensi usus-usus yang mempersulit pembedahan.
· Penggunaan bahan synthetic (silatik) dengan lapisan tipis
yang tidak melengket seperti xeroform, kemudian dengan kerlix
dan pembungkus Saran untuk menutup usus atau menutup dengan kasa
steril lembab dengan cairan NaCl steril untuk mencegah
kontaminasi
· Omphalocele dianjurkan tidak melakukan traksi yang berlebihan
pada mesenterium.
· Terapi intravena untuk hidrasi
· Antiseptik dengan spectrum luas secara intravena: Besarnya
kantong, luasnya cacat dinding perut dan ada tidaknya hepar di
dalam kantong, akan menentukan cara pengelolaan. Bila kantong
16. omphalocele kecil, dapat dilakukan operasi satu tahap. Dinding
kantong dibuang, isi kantong dimasukkan ke dalam rongga perut,
kemudian lubang ditutup dengan peritoneum, fasia dan kulit.
Tetapi biasanya omphalocele terlalu besar dan rongga perut
terlalu kecil sehingga isi kantong tidak dapat dimasukkan ke
dalam perut.
Jika dipaksakan, maka karena regangan pada dinding perut,
diafragma akan terdorong ke atas sehingga terjadi gangguan
pernapasan. Obstruksi vena cava inferior dapat juga terjadi
karena tekanan tersebut.
Tindakan yang dapat dilakukan ialah melindungi kantong
omphalocele dengan cairan antiseptik, misalnya betadin dan
menutupnya dengan kain dakron agar tidak tercemar. Dengan
demikian, ada kesempatan untuk terjadinya epitelisasi dari tepi,
sehingga seluruh kantong tertutup epitel dan terbentuk hernia
ventralis yang besar. Epitelisasi ini membutuhkan waktu 3-4
bulan. Kemudian operasi koreksi hernia ventralis tersebut dapat
dikerjakan setelah anak berumur 5-10 bulan.
· Terapi oksigen diberikan untuk membantu pernafasan
b) Pembedahan
Pembedahan dilakukan secara bertahap tergantung besar
kecilnya lubang pada dinding abdomen. Tujuan pebedahan adalah
untuk mengembalikan visera kedalam kavum abdomen dan menutup
diding abdomen.
Pada omphalokel, jika lubangnya kecil maka akan disambungkan
saja, namun jika lubangnya besar maka akan dicangkok dengan
mengambil kulit dari bokong atau paha bayi. Operasi koreksi ini
untuk menempatkan usus ke dalam rongga perut dan menutup lubang.
Harus dikerjakan secepat mungkin sebab tidak ada perlindungan
infeksi. Tambahan lagi makin ditunda operasi makin sukar karena
usus akan udem.
17. c) Paska Bedah
· Perawatan paska bedah neonatus rutin
· Terapi oksigen maupun ventilasi mekanik kemungkinan
diperlukan
· Dilakukan aspirasi setiap jam pada tuba nasogastrik
· Pemberian antibiotika
· Terapi intravena diberikan untuk perbaikan cairan
Pada sekitar 7-12 hari setelah pembedahan, anak akan kembali
lagi mengalami pembedahan untuk menjalani perbaikan cacat. Namun
ini tergantung dari kondisi si bayi (lemah atau tidak).
1) Bayi post bedah omphalokel yang masih dalam perawatan
2) Bayi post operasi omphalokel dengan dinding abdomen yang
sudah rapi seperti orang normal lainnya.
1. Prognosis kedepan
2. Dominan premature ,, penanganan ( kompres nacl ) ->
hipotermi
3. Umur dilakukan pembedahan sebaik nya umur berap
4. Etiologi ,,, obat2an apa ( kandungan) bsa menyebabkan
omfalokel
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Data Demografi
Nama pasien, tanggal lahir, Alamat, Tanggal masuk RS, Jenis
kelamin, Agama, pekerjaan, No. Register, dan lain-lain.
b. Data fokus Pengkajian
1. Mengkaji kondisi abdomen
· Kaji area sekitar dinding abdomen yang terbuka
· Kaji letak defek, umun nya berada disebelah kanan umbilicus
· Perhatikan adanya tanda-tanda infeksi/iritasi
18. · Nyeri abdomen, mungkin terlokalisasi atau menyebar,
akut/kronis sering disebabkan oleh inflamasi dan obstruksi.
· Distensi abdomen, kontur menonjol dari abdomen yang mungkin
disebabkan oleh perlambatan pengosongan lambung, akumulasi gas
/ feses, inflamasi/obstruksi.
2. Mengukur temperature tubuh
· Demam, manifestasi umum dari penyakit pada anak-anak dengan
gangguan GI, biasanya berhubungan dengan dehidrasi, infeksi atau
inflamasi.
· Lakukan pengukuran suhu secara kontinyu tiap 2 jam
· Perhatikan apabila terjadi peningkatan suhu secara mendadak
3. Kaji sirkulasi
· Kaji adanya sianosis perifer
4. Kaji distress pernapasan
· Lakukan pengkajian fisik pada dada dan paru
· Frekuensi : Cepat (Takipneu), Normal atau lambat
· Kedalaman : Normal. Dangkal (Hipopnea), terlali dalam
(Hipernea)
· Kemudahan : Sulit (Dispneu), Otophnea
· Irama : Fariasi dalam frekuensi dan kedalaman pernapasan
· Opservasi adanya tanda-tanda infeksi, batuk, sputum,dan nyeri
dada
· Kaji adanya suara nafas tambahan (Mengi/wheezing)
· Perhatikan bila pasien tampak pucat/ sianosis
2. DIAGNOSA
Pre Op :
· Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer
yang tidak adekuat
· Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi
· Defisiensi pengetahuan orang tua tentang penyakit
berhubungan dengan keterbatasan kognitif
Post Op :
· Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
19. · Kecemasan orang tua berhubungan dengan status kesehatan
· Defisiensi pengetahuan orang tua tentang cara perawatan anak
post op berhubungan dengan keterbatasan kognitif
3. PERENCANAAN
Pre Op :
Dx 1 : Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer yang
tidak adekuat
NOC :
· Risk Control : Infectious Process
· Self-care: Hygiene
· Infection severity: Newborn
KH :
- Mengetahui faktor resiko
- Bersihkan daerah perineal
- Infeksi pada umbilikus dapat dicegah
NIC :
· Perineal Care
1) Bantu pasien untu membersihkan
2) Jaga perineum agar tidak kering
· Proteksi Infeksi
3) Monitor tanda-tanda gejala infeksi sitemik dan local
4) Pelihara teknik isolasi
· Monitor Elektrolit
5) Monitor cairan yang hilang
6) Monitor adekuatnya ventilasi
DX 2 : Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi
NOC :
· Thermogulation : Newborn
· Vital signs
KH :
20. · Tidak ada tanda-tanda hipertermi
· Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
NIC :
· Fever treatment
1) Monitor warna kulit dan temperature
2) Monitor intake dan output cairan
· Vital sign monitoring
3) Monitor nadi, suhu, dan pernapasan
4) Monitor pada nafas abnormal
· Environmental management
5) Ciptakan lingkungan yang aman untuk pasien
6) Batasi pengunjung
DX 3 : Defisiensi pengetahuan orang tua tentang penyakit berhubungan
dengan keterbatasan kognitif
NOC :
· Knowledge : Disease Process
KH :
· Orang tua memahami proses penyakit secara spesifik
· Orang tua mengenali tanda dan gejala penyakit
· Orang tua mengetahui komplikasi yang berpotensi akibat
penyakit
NIC :
· Teaching : Disease process
1) Nilai tingkat pengetahuan orang tua berhubungan dengan proses
penyakit
2) Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal tersebut
berhubungan dengan anatomi fisiologi
3) Gambarkan tanda dan gejala yang berhubungan dengan penyakit
4) Diskusikan pilihan terapi/perawatan
Post Op :
DX 4 : Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
NOC :
21. · Pain control
KH :
· Tingkat nyeri pasien berkurang
· Ekpresi wajah tidak menunjukan nyeri
NIC :
· Pain management
1) Observasi isyarat non verbal dari ketidaknyamanan terutama saat
tridak dapat berkomunikasi secara efektif
2) Kurangi faktor-faktor pencetus nyeri
· Environmental management : Comfort
3) Jaga kebersihan
4) Sesuaikan temperature ruangan
DX 5 : Kecemasan berhubungan dengan status kesehatan
NOC :
· Anxiety level
· Anxiety self-Control
KH :
· Orang tua tidak mengalami stress
· Orang tua dapat mengontrol kecemasan
· Orang tua dapat menggunakan teknik relaksasi untuk mengurangi
kecemasan
NIC :
· Anxiety Reduction
1) Instruksikan orang tua untuk menggunakan teknik relaksasi
2) Observasi reaksi verbal dan non verbal tentang kecemasan
· Coping anhancement
3) Perhatikan pemahaman persepsi orang tua terhadap situasi yang
penuh stress
4) Anjurkan orang tua untuk mengungkapkan secara verbal perasaan,
persepsi, dan ketakutan
22. DX 6 : Defisiensi pengetahuan orang tua tentang prosedur perawatan
anak post op berhubungan dengan keterbatasan kognitif
NOC :
· Knowledge : Treatment procedure
KH :
· Orang tua mengetahui proses penyakit secara spesifik
· Orang tua mengerti prosedur perawatan post op terhadap anak
nya
NIC :
· Teaching : Procedure / treatment
1) Informasikan orang tua/keluarga terdekat tentang kapan dan
dimana prosedur/perawatan akan dilakukan
2) Informasikan orang tua / keluarga terdekat tentang berapa lama
prosedur / perawatan berlangsung
3) Jelaskan pentingnya prosedur proses perawatan
4) Jelaskan cara perawatan pada anak post op kepada orang tua
DAFTAR PUSTAKA
A.H. Markum. 1991. Buku Ajar Kesehatan Anak. Jilid I. FKUI :
Jakarta
Dongoes, M.F. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 2.
Jakarta : EGC.
Dorland, W.A. Newman.2002.Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29.
Jakarta : EGC.
Mochtar, Rustam.1998. Sinopsis Obstetri. EGC : Jakarta
Ngastiyah.2005. Perawatan Anak Sakit. EGC: Jakarta
23. Pincus Eatzel & Len Roberts. 1995. Kapita Selekta Pediatri. EGC
: Jakarta.
Suriadi & Yuliani R. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi
1. Penerbit FKUI : Jakarta
OMPHALOCEL
TINJAUAN PUSTAKA
A.Anatomi dan Fisiologi
Usus halus adalah segmen pertemuan antara panjang dari saluran Gastrointestinal (GI) yang
jumlah panjangnya kira – kira dua pertiga dari panjang total saluran. Bagian ini membalik
dan melipat dari yang memungkinkan kira – kira 7000 cm area permukaan untuk sekresi dan
absrobsi. Usus halus dibagi dalam tiga bagian anatomik :
1)Bagian atas disebut Duodenum
2)Bagian tengah disebut Yeyunum
3)Bagian wajah disebut Ileum
(Brunner and Suddart (Edisi 8),2001).
Fungsi usus halus terdiri dari :
Menerima zat – zat makanan yang sudah dicerna untuk disearap melalui kapiler – kapiler
darah dan saluran – saluran limfe.
Menyerap protein dalam bentuk asam amino.
Karbohidrat diserap adalam bentuk monosakarida.
Usus besar mempunyai beberapa bagian yaitu :
1)Seikum (berbentuk seperti cacing sehingga disebut sebagai umbai cacing)
2)Kolon asenden (panjangnya 13 cm, terletak di bawah abdomen sebelah kanan membujur ke
atas dari ileum sampai kebawah hati)
3)Appendiks (usus buntu : berbentuk seperti corong dari akhir seikum yang mempunyai pintu
keluar)
4)Kolon transversum (panjang 38 cm, membujur dari kolon esenden sampai ke kolon
desenden)
5)Kolon desendens (panajang 25 cm, terletak dibawah bagian kiri abdomen membujur dari
atas ke baawah dari fleksura lienalis sampai ke depan ileum kiri)
6)Kolon sigmoid (lanjutan dari kolon desendens yang terletak miring dalam rongga pelvis
sebelah kiri bentuknya menyeripai huruf S)
Fungsi usus besar, terdiri dari :
Menyerap air dari makanan
Tempat tinggal bakteri koli
Tempat feses
(Syaifuddin, 2000)
Jalan keluar anal diatur oleh jaringan otot lurik yang membentuk sfingter baik internal
24. maupun eksternal. Ada dua tipe kontraksi yang terjadi secara teratur di usus halus, yaitu :
1)Kontraksi segmentasi yang menghasilkan campuran gelombang yang menggerakkan isi
usus ke belakang dan ke depan dalm gerakan mengaduk.
2)Peristaltik usus untuk mendorong isi usus halus tersebut kea rah kolon.
Makanan yang pada awalnya dicerna di dalam bentuk lemak, protein dan karbihidrat akan
dipecahkan menjadi nutrisi unsure pokoknya melalui proses pencernaan. Karbohidrat
dipecahkan menjadi disakarida (misalnya ; sukrosa, maltosa, dan glaktosa), juga pada
monosakrida menjadi glukosa dan fruktosa. Protein dipecah menjadi asam amino dan
peptide. Lemak yang dicerna diemulsikan menjadi monogliserioda dan asam lemak. Molekul
yang lebih kecil ini kemudian siap diabsorbsi tanpa perubahan secara esensial. Absorbsi
berpindah ke yeyunum dan diselesaikan ole transfor aktif maupun difusi (Brunner and
Suddart (Edisi 8), 2001).
Kerja kolon dalam 4 jam setelah makan, materi residu melawati ileum terminalis dan dengan
perlahan melewati bagian proksimal kolon melalui katup ileosekal. Katup ini yang secara
normal tertutup membantu mencegah isi kolon mengalir kembali ke usus halus. Pada setiap
gelombang peristaltic, katup terbuka secara singkat dan memungkinkan sebagian isinya
masuk ke kolon.
Populasi bakteri sebagai komponen utama dari isi usus besar. Bakteri dapat membantu
menyelesaikan pemecahan materi sisa dan garam empedu. Terdapat dua jenis sekresi kolon,
yaitu ditambahkan pada materi sisa :
a)Mukus, yaitu untuk melindungi mukosa kolon dari isi interluminal dan juga dapat
memberikan perlekatan untuk masa fekal.
b)Larutan elektrolit, yaitu larutan bikarbonat yang bekerja untuk menetralisir produk akhir
yang terbentuk melalui kerja bakteri kolonik.
(Brunner and suddart (Edisi 8), 2001).
Pergerakan usus halus, seperti di mana pun dalam traktus gastrointestinal, dapat dibagi
menjadi kontraksi pencampuran (kontraksi segmentasi) dan gerakan pendorong.
1.Kontraksi pencampuran atau kontraksi segmenatasi
Bila bagian tertentu usus halus diregangkan oleh kimus, peregangan dinding usus
menimbulkan kontraksi konsentris local dengan jarak interval tertentu sepanjang usus.
Panajang longitudinal setiap kontraksi kira – kira hanya sekitar 1 cm, sehingga setiap
rangkaian kontraksi menimbulkan “segmentasi” paada usus halus. Bahwa kontraksi membagi
usus menjadi segmen – segmen berjarak yang mempunyai bentuk rantai sosis. Bila suatu
rangkaian kontraksi segmentasi berelaksasi, timbul suatu rangkaian baru, tetapi kontraksi saat
ini terutama pada titik baru diantara kontraksi – kontraksi sebelumnya.
Frekuensi maksimal dari kontraksi segmentasi dalam usus halus ditentukan oleh frekuensi
gelombang lambat dalam dinding usus, yang merupakan irama listrik dasar. Karena beasar
frekuensi ini kira – kira 12 per menit dalam duodenum dan proksimal jejunum, frekuensi
maksimal dari kontraksi segmentasi kira – kira 12 per menit, hal ini hanya ada paada keadaan
perangsangan yang ekstrem. Pada ileum termnalis, frekuensi maksimum 8 – 9 per menit.
2.Gerakan mendorong
Peristaltic dalam usus halus. Kimus didorong melalui usus halus oleh gelombang peristaltic.
Usus halus bergerak menuju anus dengan kecepatan 0,5 – 2 cm/ detik. Lebih cepat di usus
bagian proksimal dan lebih lambat di usus bagian terminal.
Kontrol peristaltik oleh sinyal saraf dan hormone. Aktifitas peristaltic usus halus sangat
meningkat sesudah makan. Hal ini sebagian disebabkan oleh awal masuknya kimus ke dalam
duodenum, tetapi juga oleh apa yang disebut dengan refleks gastroenteritik yang dimulai
dengan peregangan lambung dan diterusakan terutaama melalui pleksus mienterikus dari
lambung turun di sepanjang dinding usus halus.
26. berukuran raksasa dan mengenai hati, limfe dan tonjolan besar pada bowel (isi perut). Tali
pusat biasanya diimsersi ke dalam kantong jika kantong rupture pada uteru, maka usus akan
terlihat gelap dan edematous. Jika tidak ditutup maka selama pelepasan, usus menunjukkan
normal yang esensial. Kira – kira 1 dari 3 bayi dengan omphalocel diasosiasikan sebagai
congenital anomaly atau abnormal.
(Jackson, D.B.& Sounders, 1993).
C.Patofisiologi
Disebabkan oleh kegagalan alat dalam untuk kembali ke rongga abdomen pada waktu janin
berumur 10 minggu sehingga menyebabkan timbulnaya omfalokel atau omphalocel.
Kelaianan ini dapat segera dilihat yaitu berupa protrusi dari kantong yang berisi usus dan
visera abdomen melalui defek dinding abdomen pada umbilicus. Angka kematian tinggi
apabila omfalokel besar karena akantong pecah dan terjadi infeksi. (DR. Iskandar Wahidiyat
(FKUI), 1985).
Suatu portusi pada dinding abdomen sampai dasar tali pusat. Selama 6 – 10 minggu
kehamilan. Protrusi tersebut tumbuh dan keluar dari dalam abdomen, pada tali pusat karena
abdomen berisi terlalu sedikit sekitar 10 – 11 minggu, normalnya usus akan berpindah
kemabali ke dalam abdomen. Ketidakmampuan usus untuk bermigrasi secara normal akan
menyebabkan Omphalocele. Omphalocele biasanya ditutupi oleh membrane yang dilindungi
oleh visera. Bayi dengan omphalocele mempunyai insiden yang tinggi terhadap obnormalitas
yang lain, seperti imperforasi, agenesis colon dan defek diafragma atau jantung (Jackson,
D.B.& Sounders, 1993).
G.Penatalaksanaan Medis
Agar tidak terjadi cedera pada usus dan infeksi perut, segera dilakukan pembedahan untuk
menutup omfalokel. Sebelum dilakukan operasi, bila kantong belum pecah harus diberi
merkurokrom dan diharapakan akan terjadi penebalan selaput yang menutupi kantong
tersebut, sehingga operasi dapat ditunda sampai beberapa bulan. Sebaiknya operasi dilakukan
segera sesudah lahir, tetapi harus diingat bahwa dengan memasukkan semua isi usus dan alat
visera sekaligus kerongga abdomen akan menimbulkan tekanan yang mendadak pada paru,
sehingga timbul gangguan pernafasan (DR. Iskandar Wahidiyat (FKUI), 1985).
Menurut Ngastiah, 1997 penatalaksanaan pada penderita omphalocel anatara lain :
1.Medik
Operasi dilakukan setelah lahir, akan tetapi mengingat dengan memasukkan semua usus dan
alat visera sekaligus ke dalam rongga abdomen akan terjadi tekanan yang mendadak pada
paru, sehingga dapat menimbulkan gangguan pernafasan, maka operasi biasanya dilakukan
penundaan sampai beberapa bulan
2.Keperawatan
Makalah keperawatan yang dapat terjadi adalah resiko infkasi, sebelum dilakukan operasi
bila kantong belum pecah dapat diolewskan merkurokrom setiap hari untuk mencegah
infeksi. Operasi ditunda sampai beberapa bulan atau menunggu terjadinya penebalan selaput
yang menutupi kantongh tersebut. Setelah diolesi merkurokrom dapat ditutupi dengan kasa
steril kemudian diatasnya ditutupi lagi dengan kapas agak tebal baru dapat dipasangkan
gurita.
Pada Ompohalocel diperbaiki dengan pembedahan, meskipun tidak selalu. Sebuah kantong
melindungi isi abdomen dan waktu yang tepat untuk masalah berat yang lain (seperti
gangguan hati) harus diberi lebih dulu, jika diperlukan. Untuk memfiksasi omphalocel,
kantung tersebut dibalut dengan benda buatan psesial , dimana kemudian dijahit ditempat
tersebut. Secara perlahan, lama – lama isi abdomen (Usus yang keluar) ditekan ke dalam
abdomen. Ketika omphalocel telah nyaman dalam rongga abdomen, maka benda buatan
tersebut dikeluarkan dan abdomen kemudian ditutup.
27. (Townsend CM, 2004 & Ledbetter DJ, 2006, in http://www.google.com)
Menurut Sjamsuhidajat, tindakan pada penderita omphalocel :
Besarnya kantong, luasnya cacat dinding perut dan ada tidaknya hati di dalam kantong akan
menentukan cara pengelolaan. Bila kantong omphalocel kecil dapat dilakukan operasi satu
tahap. Dinding kantong di buang, isi kantong dimasukkan ke dalam rongga perut, kemudia
lubang ditutup dengan peritoneum, fasia dan kulit.
Tetapi biasanya omphalocel terlalu besar dan rongga perut terlalu besar, sehingga isi kantong
tidak dapat dimasukkan ke dalam perut. Jia dipaksakan maka karena regangan pada dinding
perut, diafragma akan terdorong ke atas sehingga akan terjadi gangguan pernafasan.
Obstruksi vena cava inferior dapat juga terjadi karena tekanan tersebut. Tindakan yang dapat
dilakukan ialah melindungi kantong omphalocel dengan cairan antiseptic, musalnya betadin
dan menutupnya dengan kain kasa atau dakron agar tidak tercemar.
Pemberian obat analgesic :
1.Rencanakan untuk memberikan analgesik yang telah ditentukan sebelum prosedur :
a.Oral : efek obat terjadi setelah 11/2 – 2 jam untuk hapir semua obat analgesik.
b.Intravena : efek paling cepat setelah 5 menit.
2.Kuatkan efek dari analgesik dengan memberitahukan bahwa anak akan merasa lebih baik.
3.Berikan obat mulai dengan dosis yang dianjurkan sesuai dengan BB, contoh obat :
a.Obat - obat anti inflamasi nonsteroid : asetaminofen dengan 10 – 20 mg/kg per dosis setiap
4 -6 jam, tidak boleh lebih dari 5 dosis dalam 24 jam.
b.Opioid pilihan untuk nyeri sedang sampai berat (dosis awal anak dengan BB < 50kg)
contohnya :
Morfin : oral 0,2–0,4 mg/kg tiap 3 – 4 jam. Parenteral 0,1 – 0,2 mg/kg. IM 3 – 4 jam 0,02 –
0,1 mg/kg dan IV bolus 2 jam.
Fentanil : oral 5 – 15 mg/kg. Parenteral 0,5 – 2,5 mg/kg dan IV bolus setiap 0,5 jam.
Kodein: oral 1 mg/kg tiap 3–4 jam. Parenteral tidak dianjurkan.
H.Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada penderita Omphalocel, yaitu :
Infeksi usus
Kematian jaringan usus yang bisa berhubungan dengan kekeringan atau trauma oleh karena
usus yang tidak dilindungi.
(Townsend CM, 2004 & Ledbetter DJ, 2006, in http://www.google.com)
Pada omphalocel mempunyai resiko sebagai berikut :
Pemberian anestesi :
Bereaksi dengan pengobatan atau obat anestesi
Masalah pernafasan atau gangguan pola nafas, karena dapat menyebabkan menurunnya kerja
organ pernafasan.
Pembedahan
Perdarahan
Resiko infeksi terhadap luka atau kurangnya perawatan (strerilisasi)
Luka pada organ
Kesulitan bernafas (mungkin terjadi akibat pertambahan tekanan pada abdomen, ketika
omphalocel ditutup).
Peritonitis (radang pada selaput lambung)
Kelumpuhan sementara pada usus halus (http://www.google.com).
I.Asuhan Keperawatan
1.Pengkajian
28. a.Pengkajian Pre-Operatif
1)Kelainan embrional
2)Pembesaran tali pusat
3)Pemeriksaan abdomen
Pritusi visera intra abdominal ke dasar korada umbilical
Ukuran defek abdomen sekitar 4 – 12 cm
Lokasi defek, epigastrik atau hypogastrik.
Penutupannya hanya lapisan amnion dan peritoneum (membrane tipis transparan)
Omphalocel kecil hanya usus saja yang menonjol
Omphalocel besar terjadi distorsia dan injuri pola hati
4)System pernafasan
Bunyi nafas (mengi, mur - mur)
Frekuensi pernafasan
5)Riwayat kesehatan dan kebiasaan ibu seperti merokok, minium alcohol dan penggunaan
obat.
6)Observasi perilaku anak
Menangis keras
Gelisah
7)Imaging studies
Fetal sonography untuk mendeteksi genetic abnormal
Fetal echocardiogram untuk mendeteksi jantung yang abnormal
Amniosintesis untuk menegakkan penemuan positif terhadap genetic yang abnormal.
b.Pengkajian Post-Operatif
1)Kaji integritas kulit : tekstur, warna dan suhu kulit
2)Amati tanda – tanda terjadinya infeksi
3)Amati apakah ada kebocoran pada area amniosintesis
4)Amati pola eliminasi
5)Amati pola nafas
6)Kaji status nutrisi anak : BB dan TB
7)Kaji adanya nyeri
2.Diagnosa Keperawatan
a.Diagnosa keperawatan Pre-operatif
1)Gangguan rasa nyaman terhadap nyeri berhubungan dengan penekanan pada susunan saraf
perifer.
2)Resiko infeksi berhubungan dengan inavasi bakteri
3)Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan defek dinding abdomen.
b.Diagnosa keperawatan Post-operatif
1)Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka insisi abdomen.
2)Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran darah
3)Gangguan rasa nyaman terhadap nyeri berhubungan dengan luka insisi pembedahan.
4)Resti gangguan pola nafas berhubungan dengan tekanan yang mendadak pada paru – paru.
5)Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.
6)Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan absorbsi
nutrisi yang diperlukan tubuh.
7)Koping individu tidak efektif : cemas berhubungan dengan proses hospitalisasi dan
pembedahan serta perpisahan
30. 2. Defisiensi asam folat, hipoksia dan salisilat menimbulkan defek dinding abdomen pada
percobaan dengan tikus tetapi kemaknaannya secara klinis masih sebatas perkiraan. Secara
jelas peningkatan MSAFP (Maternal Serum Alfa Feto Protein) pada pelacakan dengan
ultrasonografi memberikan suatu kepastian telah terjadi kelainan struktural pada fetus. Bila
suatu kelainan didapati bersamaan dengan adanya omfalokel, layak untuk dilakukan
amniosintesis guna melacak kelainan genetik.
3. Polihidramnion, dapat diduga adanya atresia intestinal fetus dan kemungkinan tersebut
harus dilacak dengan USG.
C. Patofisiologi
Menurut Suriadi & Yuliani R, 2001, patofisiologi dari omphalokel adalah :
1. Selama perkembangan embrio, ada suatu kelemahan yang terjadi dalam dinding abdomen
semasa embrio yang mana menyebabkan herniasi pada isi usus pada salah satu samping
umbilicus (yang biasanya pada samping kanan). Ini menyebabkan organ visera abdomen
keluar dari kapasitas abdomen dan tidak tertutup oleh kantong.
2. Terjadi malrotasi dan menurunnya kapasitas abdomen yang dianggap sebagai anomaly.
3. Gastroskisis terbentuk akibat kegagalan fusi somite dalam pembentukan dinding abdomen
sehingga dinding abdomen sebagian tetap terbuka.
4. Letak defek umumnya disebelah kanan umbilicus yang terbentuk normal.
5. Usus sebagian besar berkembang di luar rongga abdomen janin. Akibatnya, usus menjadi
tebal dan kaku karena pengendapan dan iritasi cairan amnion dalam kehidupan intrauterine.
Usus juga tampak pendek. Rongga abdomen janin sempit.
6. Usus-usus, visera dan seluruh permukaan rongga abdomen berhubungan dengan dunia luar
menyebabkan penguapan dan pancaran panas dari tubuh cepat berlangsung, sehingga terjadi
dehidrasi dan hipotermi, kontaminasi usus dengan kuman juga dapat terjadi dan
menyebabkan sepsis, aerologi menyebabkan usus-usus distensi sehingga mempersulit koreksi
pemasukan ke rongga abdomen pada waktu pembedahan.
7. Embriogenesis. Pada janin usia 5 – 6 minggu isi abdomen terletak di luar embrio di rongga
selom. Pada usia 10 minggu terjadi pengembangan lumen abdomen sehingga usus dari extra
peritoneum akan masuk ke rongga perut. Bila proses ini terhambat maka akan terjadi kantong
di pangkal umbilikus yang berisi usus, lambung kadang hati. Dindingnya tipis terdiri dari
lapisan peritoneum dan lapisan amnion yang keduanya bening sehingga isi kantong tengah
tampak dari luar, keadaan ini disebut omfalokel. Bila usus keluar dari titik terlemah di kanan
umbilikus, usus akan berada di luar rongga perut tanpa dibungkus peritoneum dan amnion,
keadaan ini disebut gastroschisis.
D. Manifestasi Klinis
Menurut A.H. Markum (1991), manifestasi dari omphalokel adalah :
1. Organ visera / internal abdomen keluar.
2. Penonjolan pada isi usus.
3. Teridentifikasi pada prenatal dengan ultrasound
E. Klasifikasi
Banyaknya usus dan organ perut lainnya yang menonjol pada omfalokel berikut tergantung
pada besarnya lubang di pusar. Jika lubangnya kecil mungkin hanya usus yang menonjol, tapi
jika lubangnya besar hati juga bisa menonjol melalui lubang tersebut.
F. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut A.H. Markum (1991) pemeriksaan diagnostik dari omphalokel:
1. Pemeriksaan Fisik.
Pada omfalokel tampak kantong yang berisi usus dengan atau tanpa hati di garis tengah pada
bayi yang baru lahir. Pada gastro schisis usus berada di luar rongga perut tanpa adanya
31. kantong.
2. Pemeriksaan Laboratorium.
Pemeriksaan Maternal Serum Alfa Fetoprotein (MSAFP). Diagnosis prenatal defek pada
dinding abdomen dapat dideteksi dengan peningkatan MSAFP. MSAFP dapat juga meninggi
pada spinabifida yang disertai dengan peningkatan asetilkolinesterase dan
pseudokolinesterase.
3. Prenatal, ultrasound
4. Pemeriksaan radiology
Fetal sonography dapat menggambarkan kelainan genetik dengan memperlihatkan marker
structural dari kelainan kariotipik. Echocardiography fetus membantu mengidentifikasi
kelainan jantung. Untuk mendukung diagnosis kelainan genetik diperjelas dengan
amniosentesis
Pada omphalocele tampak kantong yang terisi usus dengan atau tanpa hepar di garis tengah
pada bayi yang baru lahir.
G. Pencegahan
Terpenuhinya nutrisi selama kehamilan seperti asam folat, vitamin B komplek dan protein.
H. Komplikasi
Menurut Marshall Klaus, 1998, komplikasi dari omphalokel adalah :
1. Komplikasi dini adalah infeksi pada kantong yang mudah terjadi pada permukaan yang
telanjang.
2. Kekurangan nutrisi dapat terjadi sehingga perlu balans cairan dan nutrisi yang adekuat
misalnya dengan nutrisi parenteral.
3. Dapat terjadi sepsis terutama jika nutrisi kurang dan pemasangan ventilator yang lama.
4. Nekrosis
5. Kelainan kongenital dinding perut ini mungkin disertai kelainan bawaan lain yang
memperburuk prognosis.
I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan langsung keadaan tersebut adalah menutup isi abdomen yang mengalimi
herniasi dengan pembungkus selofan bersih ( misalnya Clingfilm) atau swab salim steril
hangat untuk mengurangi kehilangan cairan dan panas serta memberikan sedikit banyak
proteksi. Isi lambung harus diaspirasi. Penting untuk mengurangi kehilangan panas pada bayi
ini, baik dengan pembungkusan yang tepat utau perawatan dalam incubator, atau keduanya.
Pemindahan bayi ke unit bedah kemudian dipercepat. Agar tidak terjadi cidera pada usus dan
infeksi perut, dilakukan operasi pembedahan untuk menutup omfalokel.