SlideShare a Scribd company logo
MANAJEMEN KASUS
RAIH VIGURUH HERMARWAN
DM RSUD SOEDRIMAN KEBUMEN
KASUS
S eorang perempuan berusia 25 tahun datang ke RS dengan
keluhan nyeri kepala terasa berdenyut, sejak 4 jam yang lalu.
K eluhan nyeri kepala berdenyut di sisi kanan, intensitas sedang
dan disertai mual. K eluhan diawali dengan pasien merasa seperti
melihat kilatan c ahaya kemudian diikuti dengan nyeri kepala
berdenyut di sisi kanan. P asien mengatakan keluhan memberat
saat melihat c ahaya terang dan mendengar suara yang terlalu
keras
Keluhan utama :
keluhan nyeri kepala terasa berdenyut
3
▪ RP S
S eorang perempuan berusia 25 tahun datang ke
RS dengan keluhan nyeri kepala terasa
berdenyut, sejak 4 jam yang lalu. K eluhan nyeri
kepala berdenyut di sisi kanan, intensitas sedang
dan disertai mual. K eluhan diawali dengan pasien
merasa seperti melihat kilatan cahaya kemudian
diikuti dengan nyeri kepala berdenyut di sisi
kanan. P asien mengatakan keluhan memberat
saat melihat cahaya terang dan mendengar suara
yang terlalu keras
▪ RP D
▪ Hipertensi  disangkal
▪ Diabetes Mellitus  disangkal
▪ Riwayat keluhan serupa  disangkal
▪ Dislipidemia  disangkal
▪ Alergi&Asma  disangkal
4
PEMERIKSAAN FISIK
▪ Keadaan umum :Tampak kesakitan
▪ Kesadaran :GCSE4V5M6
▪ Vital sign :Dalam batas normal
5
Pemeriksaan Neurologi
▪ nervus c ranialis : normal
▪ reflek fisiologis : normal
▪ reflek patologis : normal
▪ kekuatan otot : normal
▪ sensibilitas : normal
6
DIAGNOSIS
Klinis
Topis
Etiologis
: cephalgia
: intracranial
: classic migrain
RENCANA TERAPI
▪ N on farmakologi :
▫ Menc ari tempat tenang dan gelap pada saat
serangan migren terjadi karena fotofobia dan
fonofobia yang dialaminya.
▪ F armakologi :
▫ Analgetik dan O AIN S : Ibuprofen 400 – 800 mg
per 6 jam (A).
▫ Antimuntah :Donperidone 10mg oral
▫ Triptan :S umatriptan 30mg
TINJAUAN PUSTAKA
9
DEFINISI
Migren adalah suatu istilah yang digunakan untuk nyeri
kepala primer. Nyeri kepala berulang dengan manifestasi
serangan selama 4-72 jam. Karakteristik nyeri kepala
unilateral, berdenyut, intensitas sedang atau berat,
bertambah berat dengan aktivitas fisik yang rutin dan diikuti
dengan nausea dan atau fotofobia dan fonofobia.
10
EPIDEMIOLOGI
▪ P revalensinya bervariasi berdasarkan usia dan jenis kelamin.
▪ Di antara laki-laki dan perempuan praremaja sekitar 5% .
▪ P ada pubertas dan dewasa, prevalensi meningkat sekitar 20% ,
▪ pada wanita umur dekade ketiga dan keempat menc apai 10%
lebih tinggi daripada pria.
▪ P ada usia paruh baya, prevalensi mulai berkurang untuk kedua
jenis kelamin, menc apai sekitar 5% untuk pria dan 5 - 10%
untuk wanita pada dekade ketujuh.
11
Faktor Pencetus
a. Menstruasi biasa pada hari pertama menstruasi atau sebelumnya/
perubahan
hormonal.
b. Puasa dan terlambat makan
c. Makanan misalnya akohol, coklat, susu, keju dan buah-buahan,
mengandung MSG
d. Cahaya kilat atau berkelip.
e. Banyak tidur atau kurang tidur
f. Faktor herediter
g. Faktor psikologis: cemas, marah, sedih
12
KLASIFIKASI
▪ Migren dengan aura (c lassic migrain)
▪ Migren tanpa aura (c ommon migrain)
13
PATOFISIOLOGI
▪ Teori vaskular
▪ V asokontriksi intrakranial di bagian luar korteks
berperan dalam terjadinya migren dengan aura.
P endapat ini diperkuat dengan adanya nyeri kepala
disertai denyut yang sama dengan jantung. P embuluh
darah yang mengalami konstriksi terutama terletak di
perifer otak akibat aktivasi saraf nosiseptif setempat
14
▪ Teori N eurovaskular dan N eurokimia
▪ P ada saat serangan migren terjadi, nervus trigeminus
mengeluarkan C G RP (C alc itonin G ene-related
P eptide) dalam jumlah besar. Hal inilah yang
mengakibatkan vasodilatasi pembuluh darah multipel,
sehingga menimbulkan nyeri kepala
15
▪ Teori c ortic al spreading depression (C S D)
▪ C S D pada episode aura akan menstimulasi nervus
trigeminalis nukleus kaudatus, memulai terjadinya
migren.
▪ P ada migren tanpa aura, kejadian kec il di neuron juga
mungkin merangsang nukleus kaudalis kemudian
menginisiasi migren. N ervus trigeminalis yang
teraktivasi akan menstimulasi pembuluh kranial untuk
dilatasi. 16
MANIFESTASI KLINIS
▪ N yeri sedang sampai berat
▪ N yeri unilateral dan jarang bilateral
▪ S akit kepala berdenyut atau serasa ditusuk-tusuk
▪ Rasa nyerinya semakin parah dengan aktivitas fisik.
▪ Disertai mual dengan atau tanpa muntah
▪ F otofobia dan atau fonofobia
17
PEMERIKSAAN FISIK
▪ Tanda vital dalam batas normal
▪ P emeriksaan neurologis normal
▪ Temuan-temuan yang abnormal menunjukkan
sebab-sebab sekunder
18
PEMERIKSAAN PENUNJANG
▪ Darah rutin, elektrolit, kadar gula darah, (atas
indikasi, untukmenyingkirkan penyebab
sekunder)
▪ b. C T scan kepala / MRI kepala (untuk
menyingkirkan penyebab sekunder)
19
DIAGNOSIS
▪ Kriteria diagnosis Migren tanpa Aura
▪ A. S ekurang-kurangnya terjadi 5 serangan yang memenuhi kriteria B -D
▪ B. Serangan nyeri kepala berlangsung selama 4 – 72 jam (tidak diobati atau tidak
berhasil diobati).
▪ C . N yeri kepala mempunyai sedikitnya dua diantara karakteristik berikut :
▫ 1. Lokasi unilateral
▫ 2. Kualitas berdenyut
▫ 3. Intensitas nyeri sedang atau berat
▫ 4. Keadaan bertambah berat oleh aktivitas fisik atau penderita
menghindari aktivitas fisik rutin (seperti berjalan atau naik tangga).
▪ D. S elama nyeri kepala disertai salah satu dibawah ini :
▪ 1. N ausea dan atau muntah
▪ 2. F otofobia dan fonofobia
20
▪ K riteria diagnosis Migren tanpa Aura
▪ S ekurang-kurangnya terjadi 2 serangan yang memenuhi c riteria B -
D.
▫ Adanya aura yang terdiri paling sedikit satu dari dibawah ini
tetapi tidak dijumpai kelemahan motorik:
▫ G angguan visual yang reversibel seperti : positif (c ahaya yang
berkedip-kedip, bintik-bintik atau garis-garis) dan negatif
(hilangnya penglihatan).
▫ G angguan sensoris yang reversible termasuk positif (pins and
needles), dan/atau negatif (hilang rasa/baal). 21
22
• Paling sedikit dua dari dibawah ini:
• Gejala visual homonim dan/atau gejala sensoris
unilateral
• Paling tidak timbul satu macam aura secara
gradual > 5 menit dan /atau jenis aura yang
lainnya > 5 menit.
• Masing-masing gejala berlangsung > 5 menit dan
< 60 menit.
TATALAKSANA
▪ A. Terapi abortif migrain:
▪ Abortif non spesifik : analgetik, obat anti-inflamasi non steroid
(O AIN S )
▪ • Analgetik dan O AIN S
▫ a. Aspirin 500 - 1000 mg per 4-6 jam (Level of evidence : A).
▫ b. Ibuprofen 400 – 800 mg per 6 jam (A).
▫ c . P arasetamol 500 -1000 mg per 6-8 jam untuk terapi
migrain akut ringan sampai sedang (B ).
▫ d. Kalium diklofenak (powder) 50 -100 mg per hari dosis
tunggal.
▪ • Antimuntah
23
▪ Abortif spesifik
▪ • Triptan
▫ a. Triptan oral dapat digunakan pada semua migran berat
jika serangan sebelumnya belum dapat dikendalikan
dengan analgesik sederhana (A).
▫ b. S umatriptan 30mg, E letriptan 40-80 mg atau
Rizatriptan 10 mg (A).
▪ • E rgotamin
▫ E rgotamin tidak direkomendasikan untuk migrain akut
(A). 24
▪ Terapi profilaksi migrain:
▪ • P rinsip umum :
▪ o O bat harus dititrasi perlahan sampai dosis efektif atau
maksimum untuk meminimalkan efek samping.
▪ o O bat harus diberikan 6 sampai 8 minggu mengikuti dosis
titrasi.
▪ o P ilihan obat harus sesuai profil efek samping dan kondisi
komorbid pasien.
▪ o S etelah 6-12 bulan profilaksi efektif, obat dihentikan
sec ara bertahap.
25
▪ • B eta bloker
▫ o P ropanolol 80-240 mg per hari sebagai terapi profilaksi lini pertama
(A).
▫ o Timolol 10-15 mg dua kali/hari, dan metropolol 45- 200 mg/hari,
dapat sebagai obat profilaksi alternatif (A)
▪ • Antiepilepsi
▫ o Topiramat 25-200 mg per hari untuk profilaksi migrain episodik dan
kronik (A).
▫ o Asam valproat 400-1000 mg per hari untuk profilaksi migrain episodik
(A).
▪ • Antidepresi
▫ o Amitriptilin 10-75mg, untuk profikasi migrain (B ). 9
▪ • O bat antiinflamasi non steroid
26
EDUKASI
▪ 1. Terapi komprehensif migrain menc akup terapi akut
dan profilaksi, menejemen faktor penc etus dan gaya
hidup melalui strategi selfmanagement.
▪ 2. S elf-management, pasien berperan aktif dalam
menejemen migrainnya.
▪ 3. Menggunakan obat akut atau profilaksi sec ara wajar.
27
PROGNOSIS
▪ Ad vitam : bonam
▪ Ad Sanationam : dubia ad malam
▪ Ad Fungsionam : bonam
28
TERIMA KASIH

More Related Content

What's hot

Otitis media akut
Otitis media akutOtitis media akut
Otitis media akut
Phil Adit R
 
Check list pemeriksaan neurologi 2
Check list pemeriksaan neurologi 2Check list pemeriksaan neurologi 2
Check list pemeriksaan neurologi 2
cokordawahyu
 
Skizofrenia
Skizofrenia Skizofrenia
Skizofrenia
fikri asyura
 
Laporan kasus ii
Laporan kasus iiLaporan kasus ii
Laporan kasus ii
Riesti Roiito
 
Kuliah otologi (1)
Kuliah otologi (1)Kuliah otologi (1)
Kuliah otologi (1)
fikri asyura
 
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolorLaporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
azmiarraga
 
Wawancara psikiatri
Wawancara psikiatriWawancara psikiatri
Wawancara psikiatri
Azimatul Karimah
 
Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptx
Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptxPerbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptx
Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptx
AditAditya19
 
TRAUMA TELINGA (Ear Trauma)
TRAUMA TELINGA (Ear Trauma)TRAUMA TELINGA (Ear Trauma)
TRAUMA TELINGA (Ear Trauma)
Yolly Finolla
 
Tanatologi
TanatologiTanatologi
Tentir+menulis+resep+fkui2007
Tentir+menulis+resep+fkui2007Tentir+menulis+resep+fkui2007
Tentir+menulis+resep+fkui2007
amelialestari417
 
Dermatitis kontak alergi
Dermatitis kontak alergiDermatitis kontak alergi
Dermatitis kontak alergi
Usqi Krizdiana
 
Fisiologi Hidung
Fisiologi HidungFisiologi Hidung
Fisiologi Hidung
Kampus-Sakinah
 
Epistaksis
EpistaksisEpistaksis
Epistaksis
fikri asyura
 
Laporan Kasus Bell's palsy
Laporan Kasus Bell's palsyLaporan Kasus Bell's palsy
Laporan Kasus Bell's palsy
Rindang Abas
 
Infeksi Varicella Zoster dan Rubella
Infeksi Varicella Zoster dan RubellaInfeksi Varicella Zoster dan Rubella
Infeksi Varicella Zoster dan Rubella
Wulung Gono
 
239776755 dr-bowo-lapkas-scabies
239776755 dr-bowo-lapkas-scabies239776755 dr-bowo-lapkas-scabies
239776755 dr-bowo-lapkas-scabies
homeworkping4
 

What's hot (20)

Otitis media akut
Otitis media akutOtitis media akut
Otitis media akut
 
Otitis media akut
Otitis media akutOtitis media akut
Otitis media akut
 
Check list pemeriksaan neurologi 2
Check list pemeriksaan neurologi 2Check list pemeriksaan neurologi 2
Check list pemeriksaan neurologi 2
 
Skizofrenia
Skizofrenia Skizofrenia
Skizofrenia
 
Laporan kasus ii
Laporan kasus iiLaporan kasus ii
Laporan kasus ii
 
Kuliah otologi (1)
Kuliah otologi (1)Kuliah otologi (1)
Kuliah otologi (1)
 
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolorLaporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
 
Stilah untuk suara nafas
Stilah untuk suara nafasStilah untuk suara nafas
Stilah untuk suara nafas
 
Wawancara psikiatri
Wawancara psikiatriWawancara psikiatri
Wawancara psikiatri
 
Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptx
Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptxPerbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptx
Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptx
 
TRAUMA TELINGA (Ear Trauma)
TRAUMA TELINGA (Ear Trauma)TRAUMA TELINGA (Ear Trauma)
TRAUMA TELINGA (Ear Trauma)
 
Tanatologi
TanatologiTanatologi
Tanatologi
 
Tentir+menulis+resep+fkui2007
Tentir+menulis+resep+fkui2007Tentir+menulis+resep+fkui2007
Tentir+menulis+resep+fkui2007
 
Dermatitis kontak alergi
Dermatitis kontak alergiDermatitis kontak alergi
Dermatitis kontak alergi
 
Skrofuloderma
SkrofulodermaSkrofuloderma
Skrofuloderma
 
Fisiologi Hidung
Fisiologi HidungFisiologi Hidung
Fisiologi Hidung
 
Epistaksis
EpistaksisEpistaksis
Epistaksis
 
Laporan Kasus Bell's palsy
Laporan Kasus Bell's palsyLaporan Kasus Bell's palsy
Laporan Kasus Bell's palsy
 
Infeksi Varicella Zoster dan Rubella
Infeksi Varicella Zoster dan RubellaInfeksi Varicella Zoster dan Rubella
Infeksi Varicella Zoster dan Rubella
 
239776755 dr-bowo-lapkas-scabies
239776755 dr-bowo-lapkas-scabies239776755 dr-bowo-lapkas-scabies
239776755 dr-bowo-lapkas-scabies
 

Similar to Laporan kasus migrain.pptx

skizofrenia & psikosis akut
skizofrenia & psikosis akutskizofrenia & psikosis akut
skizofrenia & psikosis akut
Joni Iswanto
 
Case report Intracerebral Hemoragik.pptx
Case report Intracerebral Hemoragik.pptxCase report Intracerebral Hemoragik.pptx
Case report Intracerebral Hemoragik.pptx
alimadjid2
 
ENSEPHALITIS ANTI NMDAR.pptx
ENSEPHALITIS ANTI NMDAR.pptxENSEPHALITIS ANTI NMDAR.pptx
ENSEPHALITIS ANTI NMDAR.pptx
RyanTantriArdo1
 
psikosis akut& skizofrenia
psikosis akut& skizofreniapsikosis akut& skizofrenia
psikosis akut& skizofrenia
Joni Iswanto
 
PPT soal latihan ukmppd.pptx
PPT soal latihan ukmppd.pptxPPT soal latihan ukmppd.pptx
PPT soal latihan ukmppd.pptx
AditAditya19
 
P6. MDD.pdf
P6. MDD.pdfP6. MDD.pdf
P6. MDD.pdf
ssuser90246b
 
nyeri kepala yang sering terjadi pada pasien hipertensi
nyeri kepala yang sering terjadi  pada pasien hipertensinyeri kepala yang sering terjadi  pada pasien hipertensi
nyeri kepala yang sering terjadi pada pasien hipertensi
NuriyaJuanda
 
106418371 case-ika-epilepsi
106418371 case-ika-epilepsi106418371 case-ika-epilepsi
106418371 case-ika-epilepsi
homeworkping7
 
Epilepsi s1-va
Epilepsi s1-vaEpilepsi s1-va
Epilepsi s1-va
raesatartilla
 
Laporan Kasus (Benign Paroxysmal Positional Vertigo).pptx
Laporan Kasus (Benign Paroxysmal Positional Vertigo).pptxLaporan Kasus (Benign Paroxysmal Positional Vertigo).pptx
Laporan Kasus (Benign Paroxysmal Positional Vertigo).pptx
hasriyanti10
 
106418283 case-ika-epilepsi
106418283 case-ika-epilepsi106418283 case-ika-epilepsi
106418283 case-ika-epilepsi
homeworkping7
 
PERMENKES.pptx
PERMENKES.pptxPERMENKES.pptx
PERMENKES.pptx
oktaniarahmana
 
PRESUS SNH Radiologi.pptx
PRESUS SNH Radiologi.pptxPRESUS SNH Radiologi.pptx
PRESUS SNH Radiologi.pptx
MSulthonWicaksana
 
2. Kejang Demam Pada Anak.pdf
2. Kejang Demam Pada Anak.pdf2. Kejang Demam Pada Anak.pdf
2. Kejang Demam Pada Anak.pdf
LaluMuhammadKamalAbd
 
[FDI] PEMBAHASAN TO FDI 2 BATCH I 2021.pdf
[FDI] PEMBAHASAN TO FDI 2 BATCH I 2021.pdf[FDI] PEMBAHASAN TO FDI 2 BATCH I 2021.pdf
[FDI] PEMBAHASAN TO FDI 2 BATCH I 2021.pdf
toryilonda07
 
EPILEPSI.pptx
EPILEPSI.pptxEPILEPSI.pptx
EPILEPSI.pptx
Vina Mariana Ulfah
 
PPT KEJANG DEMAM.pptx
PPT KEJANG DEMAM.pptxPPT KEJANG DEMAM.pptx
PPT KEJANG DEMAM.pptx
pujasarianugrah1
 
Diabetic Kidney Disease and Neurologic Complication
Diabetic Kidney Disease and Neurologic ComplicationDiabetic Kidney Disease and Neurologic Complication
Diabetic Kidney Disease and Neurologic Complication
StefanusErdanaPutra
 
Presentasi Seminar Kejang pada Anak dr. Asih, Sp.A.pdf
Presentasi Seminar Kejang pada Anak dr. Asih, Sp.A.pdfPresentasi Seminar Kejang pada Anak dr. Asih, Sp.A.pdf
Presentasi Seminar Kejang pada Anak dr. Asih, Sp.A.pdf
WildaAlAlufRiandini
 
TRY OUT Premium UKMPPD
TRY OUT Premium UKMPPDTRY OUT Premium UKMPPD
TRY OUT Premium UKMPPD
RosaliaWaromi
 

Similar to Laporan kasus migrain.pptx (20)

skizofrenia & psikosis akut
skizofrenia & psikosis akutskizofrenia & psikosis akut
skizofrenia & psikosis akut
 
Case report Intracerebral Hemoragik.pptx
Case report Intracerebral Hemoragik.pptxCase report Intracerebral Hemoragik.pptx
Case report Intracerebral Hemoragik.pptx
 
ENSEPHALITIS ANTI NMDAR.pptx
ENSEPHALITIS ANTI NMDAR.pptxENSEPHALITIS ANTI NMDAR.pptx
ENSEPHALITIS ANTI NMDAR.pptx
 
psikosis akut& skizofrenia
psikosis akut& skizofreniapsikosis akut& skizofrenia
psikosis akut& skizofrenia
 
PPT soal latihan ukmppd.pptx
PPT soal latihan ukmppd.pptxPPT soal latihan ukmppd.pptx
PPT soal latihan ukmppd.pptx
 
P6. MDD.pdf
P6. MDD.pdfP6. MDD.pdf
P6. MDD.pdf
 
nyeri kepala yang sering terjadi pada pasien hipertensi
nyeri kepala yang sering terjadi  pada pasien hipertensinyeri kepala yang sering terjadi  pada pasien hipertensi
nyeri kepala yang sering terjadi pada pasien hipertensi
 
106418371 case-ika-epilepsi
106418371 case-ika-epilepsi106418371 case-ika-epilepsi
106418371 case-ika-epilepsi
 
Epilepsi s1-va
Epilepsi s1-vaEpilepsi s1-va
Epilepsi s1-va
 
Laporan Kasus (Benign Paroxysmal Positional Vertigo).pptx
Laporan Kasus (Benign Paroxysmal Positional Vertigo).pptxLaporan Kasus (Benign Paroxysmal Positional Vertigo).pptx
Laporan Kasus (Benign Paroxysmal Positional Vertigo).pptx
 
106418283 case-ika-epilepsi
106418283 case-ika-epilepsi106418283 case-ika-epilepsi
106418283 case-ika-epilepsi
 
PERMENKES.pptx
PERMENKES.pptxPERMENKES.pptx
PERMENKES.pptx
 
PRESUS SNH Radiologi.pptx
PRESUS SNH Radiologi.pptxPRESUS SNH Radiologi.pptx
PRESUS SNH Radiologi.pptx
 
2. Kejang Demam Pada Anak.pdf
2. Kejang Demam Pada Anak.pdf2. Kejang Demam Pada Anak.pdf
2. Kejang Demam Pada Anak.pdf
 
[FDI] PEMBAHASAN TO FDI 2 BATCH I 2021.pdf
[FDI] PEMBAHASAN TO FDI 2 BATCH I 2021.pdf[FDI] PEMBAHASAN TO FDI 2 BATCH I 2021.pdf
[FDI] PEMBAHASAN TO FDI 2 BATCH I 2021.pdf
 
EPILEPSI.pptx
EPILEPSI.pptxEPILEPSI.pptx
EPILEPSI.pptx
 
PPT KEJANG DEMAM.pptx
PPT KEJANG DEMAM.pptxPPT KEJANG DEMAM.pptx
PPT KEJANG DEMAM.pptx
 
Diabetic Kidney Disease and Neurologic Complication
Diabetic Kidney Disease and Neurologic ComplicationDiabetic Kidney Disease and Neurologic Complication
Diabetic Kidney Disease and Neurologic Complication
 
Presentasi Seminar Kejang pada Anak dr. Asih, Sp.A.pdf
Presentasi Seminar Kejang pada Anak dr. Asih, Sp.A.pdfPresentasi Seminar Kejang pada Anak dr. Asih, Sp.A.pdf
Presentasi Seminar Kejang pada Anak dr. Asih, Sp.A.pdf
 
TRY OUT Premium UKMPPD
TRY OUT Premium UKMPPDTRY OUT Premium UKMPPD
TRY OUT Premium UKMPPD
 

Recently uploaded

Vaskularisasi sistem konduksi jantung.pdf
Vaskularisasi sistem konduksi jantung.pdfVaskularisasi sistem konduksi jantung.pdf
Vaskularisasi sistem konduksi jantung.pdf
ShaoranAulia1
 
PMBA 6-23, IBU HAMIL,IBU MENYUSUISUI.pptx
PMBA 6-23, IBU HAMIL,IBU MENYUSUISUI.pptxPMBA 6-23, IBU HAMIL,IBU MENYUSUISUI.pptx
PMBA 6-23, IBU HAMIL,IBU MENYUSUISUI.pptx
kartikaoktarini
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ABORTUSABORTUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ABORTUSABORTUSASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ABORTUSABORTUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ABORTUSABORTUS
maya746072
 
PPT TUMBUH KEMBANG ANAK-BAYI DAN BALITA.pptx
PPT TUMBUH KEMBANG ANAK-BAYI DAN BALITA.pptxPPT TUMBUH KEMBANG ANAK-BAYI DAN BALITA.pptx
PPT TUMBUH KEMBANG ANAK-BAYI DAN BALITA.pptx
kartikaoktarini
 
Panduan 25 Keterampilan Dasar Kader posyandu.pdf
Panduan 25 Keterampilan Dasar Kader posyandu.pdfPanduan 25 Keterampilan Dasar Kader posyandu.pdf
Panduan 25 Keterampilan Dasar Kader posyandu.pdf
AbdulWahid24425
 
Manajemen keuangan puskesmas xxxxxxxxxxxx
Manajemen keuangan puskesmas xxxxxxxxxxxxManajemen keuangan puskesmas xxxxxxxxxxxx
Manajemen keuangan puskesmas xxxxxxxxxxxx
AdheaPriyanka1
 
MATERI IMUNISASI_PEMBINAAN KADER POSYANDU 2024.pptx
MATERI IMUNISASI_PEMBINAAN KADER POSYANDU 2024.pptxMATERI IMUNISASI_PEMBINAAN KADER POSYANDU 2024.pptx
MATERI IMUNISASI_PEMBINAAN KADER POSYANDU 2024.pptx
lidyanimargareth23
 
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TN.pptx
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TN.pptxLAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TN.pptx
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TN.pptx
GregoryStevanusGulto
 
Pencegahan Penyakit_Rizkiyah Novianti.ppt
Pencegahan Penyakit_Rizkiyah Novianti.pptPencegahan Penyakit_Rizkiyah Novianti.ppt
Pencegahan Penyakit_Rizkiyah Novianti.ppt
Rizkiyahnovianti
 
Kebijakan Orientasi PIN Polio Putaran k2pptx
Kebijakan Orientasi PIN Polio Putaran k2pptxKebijakan Orientasi PIN Polio Putaran k2pptx
Kebijakan Orientasi PIN Polio Putaran k2pptx
HestyGrariwa2
 

Recently uploaded (10)

Vaskularisasi sistem konduksi jantung.pdf
Vaskularisasi sistem konduksi jantung.pdfVaskularisasi sistem konduksi jantung.pdf
Vaskularisasi sistem konduksi jantung.pdf
 
PMBA 6-23, IBU HAMIL,IBU MENYUSUISUI.pptx
PMBA 6-23, IBU HAMIL,IBU MENYUSUISUI.pptxPMBA 6-23, IBU HAMIL,IBU MENYUSUISUI.pptx
PMBA 6-23, IBU HAMIL,IBU MENYUSUISUI.pptx
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ABORTUSABORTUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ABORTUSABORTUSASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ABORTUSABORTUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ABORTUSABORTUS
 
PPT TUMBUH KEMBANG ANAK-BAYI DAN BALITA.pptx
PPT TUMBUH KEMBANG ANAK-BAYI DAN BALITA.pptxPPT TUMBUH KEMBANG ANAK-BAYI DAN BALITA.pptx
PPT TUMBUH KEMBANG ANAK-BAYI DAN BALITA.pptx
 
Panduan 25 Keterampilan Dasar Kader posyandu.pdf
Panduan 25 Keterampilan Dasar Kader posyandu.pdfPanduan 25 Keterampilan Dasar Kader posyandu.pdf
Panduan 25 Keterampilan Dasar Kader posyandu.pdf
 
Manajemen keuangan puskesmas xxxxxxxxxxxx
Manajemen keuangan puskesmas xxxxxxxxxxxxManajemen keuangan puskesmas xxxxxxxxxxxx
Manajemen keuangan puskesmas xxxxxxxxxxxx
 
MATERI IMUNISASI_PEMBINAAN KADER POSYANDU 2024.pptx
MATERI IMUNISASI_PEMBINAAN KADER POSYANDU 2024.pptxMATERI IMUNISASI_PEMBINAAN KADER POSYANDU 2024.pptx
MATERI IMUNISASI_PEMBINAAN KADER POSYANDU 2024.pptx
 
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TN.pptx
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TN.pptxLAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TN.pptx
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TN.pptx
 
Pencegahan Penyakit_Rizkiyah Novianti.ppt
Pencegahan Penyakit_Rizkiyah Novianti.pptPencegahan Penyakit_Rizkiyah Novianti.ppt
Pencegahan Penyakit_Rizkiyah Novianti.ppt
 
Kebijakan Orientasi PIN Polio Putaran k2pptx
Kebijakan Orientasi PIN Polio Putaran k2pptxKebijakan Orientasi PIN Polio Putaran k2pptx
Kebijakan Orientasi PIN Polio Putaran k2pptx
 

Laporan kasus migrain.pptx

  • 1. MANAJEMEN KASUS RAIH VIGURUH HERMARWAN DM RSUD SOEDRIMAN KEBUMEN
  • 2. KASUS S eorang perempuan berusia 25 tahun datang ke RS dengan keluhan nyeri kepala terasa berdenyut, sejak 4 jam yang lalu. K eluhan nyeri kepala berdenyut di sisi kanan, intensitas sedang dan disertai mual. K eluhan diawali dengan pasien merasa seperti melihat kilatan c ahaya kemudian diikuti dengan nyeri kepala berdenyut di sisi kanan. P asien mengatakan keluhan memberat saat melihat c ahaya terang dan mendengar suara yang terlalu keras
  • 3. Keluhan utama : keluhan nyeri kepala terasa berdenyut 3
  • 4. ▪ RP S S eorang perempuan berusia 25 tahun datang ke RS dengan keluhan nyeri kepala terasa berdenyut, sejak 4 jam yang lalu. K eluhan nyeri kepala berdenyut di sisi kanan, intensitas sedang dan disertai mual. K eluhan diawali dengan pasien merasa seperti melihat kilatan cahaya kemudian diikuti dengan nyeri kepala berdenyut di sisi kanan. P asien mengatakan keluhan memberat saat melihat cahaya terang dan mendengar suara yang terlalu keras ▪ RP D ▪ Hipertensi  disangkal ▪ Diabetes Mellitus  disangkal ▪ Riwayat keluhan serupa  disangkal ▪ Dislipidemia  disangkal ▪ Alergi&Asma  disangkal 4
  • 5. PEMERIKSAAN FISIK ▪ Keadaan umum :Tampak kesakitan ▪ Kesadaran :GCSE4V5M6 ▪ Vital sign :Dalam batas normal 5
  • 6. Pemeriksaan Neurologi ▪ nervus c ranialis : normal ▪ reflek fisiologis : normal ▪ reflek patologis : normal ▪ kekuatan otot : normal ▪ sensibilitas : normal 6
  • 8. RENCANA TERAPI ▪ N on farmakologi : ▫ Menc ari tempat tenang dan gelap pada saat serangan migren terjadi karena fotofobia dan fonofobia yang dialaminya. ▪ F armakologi : ▫ Analgetik dan O AIN S : Ibuprofen 400 – 800 mg per 6 jam (A). ▫ Antimuntah :Donperidone 10mg oral ▫ Triptan :S umatriptan 30mg
  • 10. DEFINISI Migren adalah suatu istilah yang digunakan untuk nyeri kepala primer. Nyeri kepala berulang dengan manifestasi serangan selama 4-72 jam. Karakteristik nyeri kepala unilateral, berdenyut, intensitas sedang atau berat, bertambah berat dengan aktivitas fisik yang rutin dan diikuti dengan nausea dan atau fotofobia dan fonofobia. 10
  • 11. EPIDEMIOLOGI ▪ P revalensinya bervariasi berdasarkan usia dan jenis kelamin. ▪ Di antara laki-laki dan perempuan praremaja sekitar 5% . ▪ P ada pubertas dan dewasa, prevalensi meningkat sekitar 20% , ▪ pada wanita umur dekade ketiga dan keempat menc apai 10% lebih tinggi daripada pria. ▪ P ada usia paruh baya, prevalensi mulai berkurang untuk kedua jenis kelamin, menc apai sekitar 5% untuk pria dan 5 - 10% untuk wanita pada dekade ketujuh. 11
  • 12. Faktor Pencetus a. Menstruasi biasa pada hari pertama menstruasi atau sebelumnya/ perubahan hormonal. b. Puasa dan terlambat makan c. Makanan misalnya akohol, coklat, susu, keju dan buah-buahan, mengandung MSG d. Cahaya kilat atau berkelip. e. Banyak tidur atau kurang tidur f. Faktor herediter g. Faktor psikologis: cemas, marah, sedih 12
  • 13. KLASIFIKASI ▪ Migren dengan aura (c lassic migrain) ▪ Migren tanpa aura (c ommon migrain) 13
  • 14. PATOFISIOLOGI ▪ Teori vaskular ▪ V asokontriksi intrakranial di bagian luar korteks berperan dalam terjadinya migren dengan aura. P endapat ini diperkuat dengan adanya nyeri kepala disertai denyut yang sama dengan jantung. P embuluh darah yang mengalami konstriksi terutama terletak di perifer otak akibat aktivasi saraf nosiseptif setempat 14
  • 15. ▪ Teori N eurovaskular dan N eurokimia ▪ P ada saat serangan migren terjadi, nervus trigeminus mengeluarkan C G RP (C alc itonin G ene-related P eptide) dalam jumlah besar. Hal inilah yang mengakibatkan vasodilatasi pembuluh darah multipel, sehingga menimbulkan nyeri kepala 15
  • 16. ▪ Teori c ortic al spreading depression (C S D) ▪ C S D pada episode aura akan menstimulasi nervus trigeminalis nukleus kaudatus, memulai terjadinya migren. ▪ P ada migren tanpa aura, kejadian kec il di neuron juga mungkin merangsang nukleus kaudalis kemudian menginisiasi migren. N ervus trigeminalis yang teraktivasi akan menstimulasi pembuluh kranial untuk dilatasi. 16
  • 17. MANIFESTASI KLINIS ▪ N yeri sedang sampai berat ▪ N yeri unilateral dan jarang bilateral ▪ S akit kepala berdenyut atau serasa ditusuk-tusuk ▪ Rasa nyerinya semakin parah dengan aktivitas fisik. ▪ Disertai mual dengan atau tanpa muntah ▪ F otofobia dan atau fonofobia 17
  • 18. PEMERIKSAAN FISIK ▪ Tanda vital dalam batas normal ▪ P emeriksaan neurologis normal ▪ Temuan-temuan yang abnormal menunjukkan sebab-sebab sekunder 18
  • 19. PEMERIKSAAN PENUNJANG ▪ Darah rutin, elektrolit, kadar gula darah, (atas indikasi, untukmenyingkirkan penyebab sekunder) ▪ b. C T scan kepala / MRI kepala (untuk menyingkirkan penyebab sekunder) 19
  • 20. DIAGNOSIS ▪ Kriteria diagnosis Migren tanpa Aura ▪ A. S ekurang-kurangnya terjadi 5 serangan yang memenuhi kriteria B -D ▪ B. Serangan nyeri kepala berlangsung selama 4 – 72 jam (tidak diobati atau tidak berhasil diobati). ▪ C . N yeri kepala mempunyai sedikitnya dua diantara karakteristik berikut : ▫ 1. Lokasi unilateral ▫ 2. Kualitas berdenyut ▫ 3. Intensitas nyeri sedang atau berat ▫ 4. Keadaan bertambah berat oleh aktivitas fisik atau penderita menghindari aktivitas fisik rutin (seperti berjalan atau naik tangga). ▪ D. S elama nyeri kepala disertai salah satu dibawah ini : ▪ 1. N ausea dan atau muntah ▪ 2. F otofobia dan fonofobia 20
  • 21. ▪ K riteria diagnosis Migren tanpa Aura ▪ S ekurang-kurangnya terjadi 2 serangan yang memenuhi c riteria B - D. ▫ Adanya aura yang terdiri paling sedikit satu dari dibawah ini tetapi tidak dijumpai kelemahan motorik: ▫ G angguan visual yang reversibel seperti : positif (c ahaya yang berkedip-kedip, bintik-bintik atau garis-garis) dan negatif (hilangnya penglihatan). ▫ G angguan sensoris yang reversible termasuk positif (pins and needles), dan/atau negatif (hilang rasa/baal). 21
  • 22. 22 • Paling sedikit dua dari dibawah ini: • Gejala visual homonim dan/atau gejala sensoris unilateral • Paling tidak timbul satu macam aura secara gradual > 5 menit dan /atau jenis aura yang lainnya > 5 menit. • Masing-masing gejala berlangsung > 5 menit dan < 60 menit.
  • 23. TATALAKSANA ▪ A. Terapi abortif migrain: ▪ Abortif non spesifik : analgetik, obat anti-inflamasi non steroid (O AIN S ) ▪ • Analgetik dan O AIN S ▫ a. Aspirin 500 - 1000 mg per 4-6 jam (Level of evidence : A). ▫ b. Ibuprofen 400 – 800 mg per 6 jam (A). ▫ c . P arasetamol 500 -1000 mg per 6-8 jam untuk terapi migrain akut ringan sampai sedang (B ). ▫ d. Kalium diklofenak (powder) 50 -100 mg per hari dosis tunggal. ▪ • Antimuntah 23
  • 24. ▪ Abortif spesifik ▪ • Triptan ▫ a. Triptan oral dapat digunakan pada semua migran berat jika serangan sebelumnya belum dapat dikendalikan dengan analgesik sederhana (A). ▫ b. S umatriptan 30mg, E letriptan 40-80 mg atau Rizatriptan 10 mg (A). ▪ • E rgotamin ▫ E rgotamin tidak direkomendasikan untuk migrain akut (A). 24
  • 25. ▪ Terapi profilaksi migrain: ▪ • P rinsip umum : ▪ o O bat harus dititrasi perlahan sampai dosis efektif atau maksimum untuk meminimalkan efek samping. ▪ o O bat harus diberikan 6 sampai 8 minggu mengikuti dosis titrasi. ▪ o P ilihan obat harus sesuai profil efek samping dan kondisi komorbid pasien. ▪ o S etelah 6-12 bulan profilaksi efektif, obat dihentikan sec ara bertahap. 25
  • 26. ▪ • B eta bloker ▫ o P ropanolol 80-240 mg per hari sebagai terapi profilaksi lini pertama (A). ▫ o Timolol 10-15 mg dua kali/hari, dan metropolol 45- 200 mg/hari, dapat sebagai obat profilaksi alternatif (A) ▪ • Antiepilepsi ▫ o Topiramat 25-200 mg per hari untuk profilaksi migrain episodik dan kronik (A). ▫ o Asam valproat 400-1000 mg per hari untuk profilaksi migrain episodik (A). ▪ • Antidepresi ▫ o Amitriptilin 10-75mg, untuk profikasi migrain (B ). 9 ▪ • O bat antiinflamasi non steroid 26
  • 27. EDUKASI ▪ 1. Terapi komprehensif migrain menc akup terapi akut dan profilaksi, menejemen faktor penc etus dan gaya hidup melalui strategi selfmanagement. ▪ 2. S elf-management, pasien berperan aktif dalam menejemen migrainnya. ▪ 3. Menggunakan obat akut atau profilaksi sec ara wajar. 27
  • 28. PROGNOSIS ▪ Ad vitam : bonam ▪ Ad Sanationam : dubia ad malam ▪ Ad Fungsionam : bonam 28