Dokumen tersebut membahas tentang kasus pasien laki-laki berumur 57 tahun dengan keluhan sesak napas yang didiagnosis menderita PPOK eksaserbasi akut berdasarkan pemeriksaan fisik dan laboratorium. Pasien dirawat inap dan mendapat penatalaksanaan obat-obatan serta pemantauan perkembangan kondisinya.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian, tujuan, dan jenis-jenis visum et repertum (VeR) dalam ilmu kedokteran forensik. VeR digunakan sebagai laporan medis resmi untuk kasus pidana yang dibuat berdasarkan pemeriksaan terhadap korban atau barang bukti."
Dokumen tersebut membahas tentang anatomi dan fisiologi hidung serta penjelasan mengenai epistaksis (mimisan). Hidung terdiri atas hidung luar dan cavitas nasi yang dibagi menjadi bagian kanan dan kiri oleh septum nasi. Epistaksis adalah gejala berupa perdarahan dari hidung yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah di dalam hidung, dengan insidensi sekitar 60% populasi dunia yang pernah mengalaminya. Penyebab epist
Dokumen tersebut membahas tentang kasus pasien laki-laki berumur 57 tahun dengan keluhan sesak napas yang didiagnosis menderita PPOK eksaserbasi akut berdasarkan pemeriksaan fisik dan laboratorium. Pasien dirawat inap dan mendapat penatalaksanaan obat-obatan serta pemantauan perkembangan kondisinya.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian, tujuan, dan jenis-jenis visum et repertum (VeR) dalam ilmu kedokteran forensik. VeR digunakan sebagai laporan medis resmi untuk kasus pidana yang dibuat berdasarkan pemeriksaan terhadap korban atau barang bukti."
Dokumen tersebut membahas tentang anatomi dan fisiologi hidung serta penjelasan mengenai epistaksis (mimisan). Hidung terdiri atas hidung luar dan cavitas nasi yang dibagi menjadi bagian kanan dan kiri oleh septum nasi. Epistaksis adalah gejala berupa perdarahan dari hidung yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah di dalam hidung, dengan insidensi sekitar 60% populasi dunia yang pernah mengalaminya. Penyebab epist
Dokumen tersebut merupakan daftar pemeriksaan modul neurologi yang mencakup pemeriksaan motorik, refleks fisiologis dan patologis, serta sensoris umum. Pemeriksaan motorik meliputi inspeksi sikap dan gerakan anggota gerak, tonus otot, dan kekuatan otot. Pemeriksaan refleks meliputi refleks tendon, kulit perut, dan refleks patologis seperti Babinski. Pemeriksaan sensoris meliputi pemeriksaan
Tn. N mengalami gangguan psikotik berupa halusinasi auditif dan waham paranoid yang sudah berlangsung selama sebulan. Dokter mendiagnosisnya dengan skizofrenia paranoid dan memberikan obat antipsikotik serta obat untuk mencegah efek samping.
Dokumen tersebut membahas anatomi dan kelainan-kelainan telinga luar dan tengah. Terdapat penjelasan mengenai anatomi daun telinga, liang telinga, membran timpani, tulang pendengaran, otot telinga tengah, serta telinga dalam. Dibahas pula berbagai kelainan kongenital dan akuisitif yang dapat terjadi pada bagian-bagian tersebut seperti mikrotia, hematoma, infeksi, tumor, dan lain sebagain
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolorazmiarraga
Berikut adalah ringkasan dokumen laporan kasus Tinea (Pityriasis) versicolor dalam 3 kalimat:
Kasus seorang pria berusia 18 tahun dengan keluhan bercak kulit di dada yang muncul sejak 2 bulan lalu. Pemeriksaan menunjukkan skuama hipopigmentasi dan hiperpigmentasi di dada. Diagnosis yang didiagnosis adalah Tinea (Pityriasis) versicolor berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemerik
Wawancara psikiatri bertujuan untuk mengumpulkan informasi diagnosa pasien, perjalanan penyakit, dan merencanakan terapi. Wawancara merupakan bagian penting dalam membangun hubungan antara dokter dan pasien. Tahapannya meliputi pendahuluan, inti wawancara, dan penutup dengan menggunakan pertanyaan terbuka, mendengarkan, memberikan respon, dan menyimpulkan. Observasi gejala nonverbal dan sikap pasien juga pent
Anatomy of the head and neck is a compact organization of the elements of nerves, blood vessels, epithelial, and musculoskeletal which are functionally integrated and continuous. One is our Ear
Tanatologi adalah ilmu yang mempelajari segala aspek yang berkaitan dengan kematian, termasuk diagnosis kematian, perubahan yang terjadi setelah kematian, dan manfaatnya untuk menentukan waktu dan penyebab kematian. Ilmu ini mempelajari tanda-tanda awal kematian seperti berhentinya pernafasan hingga tanda pasti kematian seperti suhu, lebam, dan kaku mayat untuk memperkirakan waktu kematian. Tan
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai anatomi dan fisiologi hidung sebagai indera penciuman. Hidung terdiri atas hidung luar, hidung dalam, dan sinus paranasal yang dilapisi selaput lendir. Serabut saraf olfaktori di hidung dalam dapat mendeteksi aroma dan mengirimkan sinyal ke otak untuk ditafsirkan. Gangguan pada hidung dapat menyebabkan kelainan seperti anosmia, hiposmia, dan disosmia.
Dokumen tersebut membahas tentang epistaksis dan polip nasal. Epistaksis adalah keluarnya darah dari hidung yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti trauma, infeksi, atau kelainan sistemik. Penatalaksanaannya meliputi hentikan perdarahan, cegah komplikasi, dan cegah epistaksis berulang. Polip nasal adalah kelainan benjolan mukosa hidung dan sinus yang disebabkan oleh peradangan kronik dan gangguan keseimbangan vask
Pasien perempuan berusia 52 tahun dirujuk ke rumah sakit dengan keluhan bibir mencong ke kanan dan mata kiri tidak bisa tertutup rapat. Pemeriksaan menemukan gangguan pada saraf wajah (Nervus Facialis) sebelah kiri. Diagnosisnya adalah parese nervus facialis tipe perifer sehingga didiagnosis menderita Bell's palsy. Pengobatan yang diberikan antara lain prednison dan antivirus.
Dokumen tersebut membahas gangguan psikosis akut dan skizofrenia. Secara ringkas, dokumen menjelaskan gejala dan penatalaksanaannya, termasuk pemberian obat antipsikotik untuk mengurangi gejala psikotik dan mencegah kekambuhan, serta pentingnya dukungan keluarga dan penatalaksanaan lanjutan.
Dokumen tersebut merupakan daftar pemeriksaan modul neurologi yang mencakup pemeriksaan motorik, refleks fisiologis dan patologis, serta sensoris umum. Pemeriksaan motorik meliputi inspeksi sikap dan gerakan anggota gerak, tonus otot, dan kekuatan otot. Pemeriksaan refleks meliputi refleks tendon, kulit perut, dan refleks patologis seperti Babinski. Pemeriksaan sensoris meliputi pemeriksaan
Tn. N mengalami gangguan psikotik berupa halusinasi auditif dan waham paranoid yang sudah berlangsung selama sebulan. Dokter mendiagnosisnya dengan skizofrenia paranoid dan memberikan obat antipsikotik serta obat untuk mencegah efek samping.
Dokumen tersebut membahas anatomi dan kelainan-kelainan telinga luar dan tengah. Terdapat penjelasan mengenai anatomi daun telinga, liang telinga, membran timpani, tulang pendengaran, otot telinga tengah, serta telinga dalam. Dibahas pula berbagai kelainan kongenital dan akuisitif yang dapat terjadi pada bagian-bagian tersebut seperti mikrotia, hematoma, infeksi, tumor, dan lain sebagain
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolorazmiarraga
Berikut adalah ringkasan dokumen laporan kasus Tinea (Pityriasis) versicolor dalam 3 kalimat:
Kasus seorang pria berusia 18 tahun dengan keluhan bercak kulit di dada yang muncul sejak 2 bulan lalu. Pemeriksaan menunjukkan skuama hipopigmentasi dan hiperpigmentasi di dada. Diagnosis yang didiagnosis adalah Tinea (Pityriasis) versicolor berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemerik
Wawancara psikiatri bertujuan untuk mengumpulkan informasi diagnosa pasien, perjalanan penyakit, dan merencanakan terapi. Wawancara merupakan bagian penting dalam membangun hubungan antara dokter dan pasien. Tahapannya meliputi pendahuluan, inti wawancara, dan penutup dengan menggunakan pertanyaan terbuka, mendengarkan, memberikan respon, dan menyimpulkan. Observasi gejala nonverbal dan sikap pasien juga pent
Anatomy of the head and neck is a compact organization of the elements of nerves, blood vessels, epithelial, and musculoskeletal which are functionally integrated and continuous. One is our Ear
Tanatologi adalah ilmu yang mempelajari segala aspek yang berkaitan dengan kematian, termasuk diagnosis kematian, perubahan yang terjadi setelah kematian, dan manfaatnya untuk menentukan waktu dan penyebab kematian. Ilmu ini mempelajari tanda-tanda awal kematian seperti berhentinya pernafasan hingga tanda pasti kematian seperti suhu, lebam, dan kaku mayat untuk memperkirakan waktu kematian. Tan
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai anatomi dan fisiologi hidung sebagai indera penciuman. Hidung terdiri atas hidung luar, hidung dalam, dan sinus paranasal yang dilapisi selaput lendir. Serabut saraf olfaktori di hidung dalam dapat mendeteksi aroma dan mengirimkan sinyal ke otak untuk ditafsirkan. Gangguan pada hidung dapat menyebabkan kelainan seperti anosmia, hiposmia, dan disosmia.
Dokumen tersebut membahas tentang epistaksis dan polip nasal. Epistaksis adalah keluarnya darah dari hidung yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti trauma, infeksi, atau kelainan sistemik. Penatalaksanaannya meliputi hentikan perdarahan, cegah komplikasi, dan cegah epistaksis berulang. Polip nasal adalah kelainan benjolan mukosa hidung dan sinus yang disebabkan oleh peradangan kronik dan gangguan keseimbangan vask
Pasien perempuan berusia 52 tahun dirujuk ke rumah sakit dengan keluhan bibir mencong ke kanan dan mata kiri tidak bisa tertutup rapat. Pemeriksaan menemukan gangguan pada saraf wajah (Nervus Facialis) sebelah kiri. Diagnosisnya adalah parese nervus facialis tipe perifer sehingga didiagnosis menderita Bell's palsy. Pengobatan yang diberikan antara lain prednison dan antivirus.
Dokumen tersebut membahas gangguan psikosis akut dan skizofrenia. Secara ringkas, dokumen menjelaskan gejala dan penatalaksanaannya, termasuk pemberian obat antipsikotik untuk mengurangi gejala psikotik dan mencegah kekambuhan, serta pentingnya dukungan keluarga dan penatalaksanaan lanjutan.
Pasien laki-laki usia 19 tahun mengalami kejang dan gangguan mental seperti halusinasi dan bicara meracau. Berdasarkan riwayat dan pemeriksaan fisik, didiagnosis menderita ensefalitis anti-NMDAR berdasarkan gejala klinis dan riwayat penggunaan narkoba.
Pasien mungkin mengalami gangguan psikosis akut yang ditandai dengan halusinasi, waham, agitasi atau perilaku aneh. Pengobatan meliputi antipsikotik untuk mengurangi gejala dan mencegah kekambuhan, serta dukungan keluarga dan masyarakat. Konsultasi spesialis dianjurkan untuk memastikan diagnosis dan pengobatan yang tepat.
Pasien laki-laki berusia 50 tahun datang dengan keluhan kelemahan separuh badan kiri dan gangguan bicara. Pemeriksaan menemukan hemiparese dextra dan diagnosis gangguan area Broca.
Dokumen tersebut memberikan ringkasan tentang pelayanan farmasi pada penderita gangguan depresi. Gangguan depresi merupakan masalah kesehatan mental yang umum dengan gejala seperti kesedihan, kelelahan, dan gangguan tidur. Farmasis berperan penting dalam mengelola pengobatan pasien dengan melakukan evaluasi, menyusun rencana pelayanan, memberikan konseling, dan memantau kepatuhan serta efek samping obat.
Laporan kasus ini membahas seorang anak laki-laki berusia 11 tahun yang dirawat karena status epileptikus yang diderita sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Anak ini memiliki riwayat kejang sejak bayi dan perkembangan fisik tertinggal. Berdasarkan pemeriksaan fisik dan penunjang, didiagnosis menderita status epileptikus, gizi kurang, mikrocephali dan retardasi mental. Penatalaksanaan yang diberikan melip
Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
1. Laporan kasus seorang anak laki-laki berumur 11 tahun dengan keluhan utama kejang yang dirujuk ke rumah sakit setelah mengalami lima episode kejang.
2. Riwayat penyakit menunjukkan riwayat kejang sejak bayi yang sering terjadi setiap bulan tanpa pengobatan. Status gizi anak tersebut kurang.
3. Pemeriksaan menemukan fungsi
Dokumen tersebut merangkum laporan kasus seorang pasien wanita berusia 47 tahun dengan keluhan lemas sisi kanan tubuh. Hasil CT scan kepala menunjukkan adanya infark luas di lobus otak kiri yang diduga disebabkan oleh oklusi arteri otak kiri. Diagnosisnya adalah stroke nonhemoragik."
2. KASUS
S eorang perempuan berusia 25 tahun datang ke RS dengan
keluhan nyeri kepala terasa berdenyut, sejak 4 jam yang lalu.
K eluhan nyeri kepala berdenyut di sisi kanan, intensitas sedang
dan disertai mual. K eluhan diawali dengan pasien merasa seperti
melihat kilatan c ahaya kemudian diikuti dengan nyeri kepala
berdenyut di sisi kanan. P asien mengatakan keluhan memberat
saat melihat c ahaya terang dan mendengar suara yang terlalu
keras
4. ▪ RP S
S eorang perempuan berusia 25 tahun datang ke
RS dengan keluhan nyeri kepala terasa
berdenyut, sejak 4 jam yang lalu. K eluhan nyeri
kepala berdenyut di sisi kanan, intensitas sedang
dan disertai mual. K eluhan diawali dengan pasien
merasa seperti melihat kilatan cahaya kemudian
diikuti dengan nyeri kepala berdenyut di sisi
kanan. P asien mengatakan keluhan memberat
saat melihat cahaya terang dan mendengar suara
yang terlalu keras
▪ RP D
▪ Hipertensi disangkal
▪ Diabetes Mellitus disangkal
▪ Riwayat keluhan serupa disangkal
▪ Dislipidemia disangkal
▪ Alergi&Asma disangkal
4
6. Pemeriksaan Neurologi
▪ nervus c ranialis : normal
▪ reflek fisiologis : normal
▪ reflek patologis : normal
▪ kekuatan otot : normal
▪ sensibilitas : normal
6
8. RENCANA TERAPI
▪ N on farmakologi :
▫ Menc ari tempat tenang dan gelap pada saat
serangan migren terjadi karena fotofobia dan
fonofobia yang dialaminya.
▪ F armakologi :
▫ Analgetik dan O AIN S : Ibuprofen 400 – 800 mg
per 6 jam (A).
▫ Antimuntah :Donperidone 10mg oral
▫ Triptan :S umatriptan 30mg
10. DEFINISI
Migren adalah suatu istilah yang digunakan untuk nyeri
kepala primer. Nyeri kepala berulang dengan manifestasi
serangan selama 4-72 jam. Karakteristik nyeri kepala
unilateral, berdenyut, intensitas sedang atau berat,
bertambah berat dengan aktivitas fisik yang rutin dan diikuti
dengan nausea dan atau fotofobia dan fonofobia.
10
11. EPIDEMIOLOGI
▪ P revalensinya bervariasi berdasarkan usia dan jenis kelamin.
▪ Di antara laki-laki dan perempuan praremaja sekitar 5% .
▪ P ada pubertas dan dewasa, prevalensi meningkat sekitar 20% ,
▪ pada wanita umur dekade ketiga dan keempat menc apai 10%
lebih tinggi daripada pria.
▪ P ada usia paruh baya, prevalensi mulai berkurang untuk kedua
jenis kelamin, menc apai sekitar 5% untuk pria dan 5 - 10%
untuk wanita pada dekade ketujuh.
11
12. Faktor Pencetus
a. Menstruasi biasa pada hari pertama menstruasi atau sebelumnya/
perubahan
hormonal.
b. Puasa dan terlambat makan
c. Makanan misalnya akohol, coklat, susu, keju dan buah-buahan,
mengandung MSG
d. Cahaya kilat atau berkelip.
e. Banyak tidur atau kurang tidur
f. Faktor herediter
g. Faktor psikologis: cemas, marah, sedih
12
14. PATOFISIOLOGI
▪ Teori vaskular
▪ V asokontriksi intrakranial di bagian luar korteks
berperan dalam terjadinya migren dengan aura.
P endapat ini diperkuat dengan adanya nyeri kepala
disertai denyut yang sama dengan jantung. P embuluh
darah yang mengalami konstriksi terutama terletak di
perifer otak akibat aktivasi saraf nosiseptif setempat
14
15. ▪ Teori N eurovaskular dan N eurokimia
▪ P ada saat serangan migren terjadi, nervus trigeminus
mengeluarkan C G RP (C alc itonin G ene-related
P eptide) dalam jumlah besar. Hal inilah yang
mengakibatkan vasodilatasi pembuluh darah multipel,
sehingga menimbulkan nyeri kepala
15
16. ▪ Teori c ortic al spreading depression (C S D)
▪ C S D pada episode aura akan menstimulasi nervus
trigeminalis nukleus kaudatus, memulai terjadinya
migren.
▪ P ada migren tanpa aura, kejadian kec il di neuron juga
mungkin merangsang nukleus kaudalis kemudian
menginisiasi migren. N ervus trigeminalis yang
teraktivasi akan menstimulasi pembuluh kranial untuk
dilatasi. 16
17. MANIFESTASI KLINIS
▪ N yeri sedang sampai berat
▪ N yeri unilateral dan jarang bilateral
▪ S akit kepala berdenyut atau serasa ditusuk-tusuk
▪ Rasa nyerinya semakin parah dengan aktivitas fisik.
▪ Disertai mual dengan atau tanpa muntah
▪ F otofobia dan atau fonofobia
17
18. PEMERIKSAAN FISIK
▪ Tanda vital dalam batas normal
▪ P emeriksaan neurologis normal
▪ Temuan-temuan yang abnormal menunjukkan
sebab-sebab sekunder
18
19. PEMERIKSAAN PENUNJANG
▪ Darah rutin, elektrolit, kadar gula darah, (atas
indikasi, untukmenyingkirkan penyebab
sekunder)
▪ b. C T scan kepala / MRI kepala (untuk
menyingkirkan penyebab sekunder)
19
20. DIAGNOSIS
▪ Kriteria diagnosis Migren tanpa Aura
▪ A. S ekurang-kurangnya terjadi 5 serangan yang memenuhi kriteria B -D
▪ B. Serangan nyeri kepala berlangsung selama 4 – 72 jam (tidak diobati atau tidak
berhasil diobati).
▪ C . N yeri kepala mempunyai sedikitnya dua diantara karakteristik berikut :
▫ 1. Lokasi unilateral
▫ 2. Kualitas berdenyut
▫ 3. Intensitas nyeri sedang atau berat
▫ 4. Keadaan bertambah berat oleh aktivitas fisik atau penderita
menghindari aktivitas fisik rutin (seperti berjalan atau naik tangga).
▪ D. S elama nyeri kepala disertai salah satu dibawah ini :
▪ 1. N ausea dan atau muntah
▪ 2. F otofobia dan fonofobia
20
21. ▪ K riteria diagnosis Migren tanpa Aura
▪ S ekurang-kurangnya terjadi 2 serangan yang memenuhi c riteria B -
D.
▫ Adanya aura yang terdiri paling sedikit satu dari dibawah ini
tetapi tidak dijumpai kelemahan motorik:
▫ G angguan visual yang reversibel seperti : positif (c ahaya yang
berkedip-kedip, bintik-bintik atau garis-garis) dan negatif
(hilangnya penglihatan).
▫ G angguan sensoris yang reversible termasuk positif (pins and
needles), dan/atau negatif (hilang rasa/baal). 21
22. 22
• Paling sedikit dua dari dibawah ini:
• Gejala visual homonim dan/atau gejala sensoris
unilateral
• Paling tidak timbul satu macam aura secara
gradual > 5 menit dan /atau jenis aura yang
lainnya > 5 menit.
• Masing-masing gejala berlangsung > 5 menit dan
< 60 menit.
23. TATALAKSANA
▪ A. Terapi abortif migrain:
▪ Abortif non spesifik : analgetik, obat anti-inflamasi non steroid
(O AIN S )
▪ • Analgetik dan O AIN S
▫ a. Aspirin 500 - 1000 mg per 4-6 jam (Level of evidence : A).
▫ b. Ibuprofen 400 – 800 mg per 6 jam (A).
▫ c . P arasetamol 500 -1000 mg per 6-8 jam untuk terapi
migrain akut ringan sampai sedang (B ).
▫ d. Kalium diklofenak (powder) 50 -100 mg per hari dosis
tunggal.
▪ • Antimuntah
23
24. ▪ Abortif spesifik
▪ • Triptan
▫ a. Triptan oral dapat digunakan pada semua migran berat
jika serangan sebelumnya belum dapat dikendalikan
dengan analgesik sederhana (A).
▫ b. S umatriptan 30mg, E letriptan 40-80 mg atau
Rizatriptan 10 mg (A).
▪ • E rgotamin
▫ E rgotamin tidak direkomendasikan untuk migrain akut
(A). 24
25. ▪ Terapi profilaksi migrain:
▪ • P rinsip umum :
▪ o O bat harus dititrasi perlahan sampai dosis efektif atau
maksimum untuk meminimalkan efek samping.
▪ o O bat harus diberikan 6 sampai 8 minggu mengikuti dosis
titrasi.
▪ o P ilihan obat harus sesuai profil efek samping dan kondisi
komorbid pasien.
▪ o S etelah 6-12 bulan profilaksi efektif, obat dihentikan
sec ara bertahap.
25
26. ▪ • B eta bloker
▫ o P ropanolol 80-240 mg per hari sebagai terapi profilaksi lini pertama
(A).
▫ o Timolol 10-15 mg dua kali/hari, dan metropolol 45- 200 mg/hari,
dapat sebagai obat profilaksi alternatif (A)
▪ • Antiepilepsi
▫ o Topiramat 25-200 mg per hari untuk profilaksi migrain episodik dan
kronik (A).
▫ o Asam valproat 400-1000 mg per hari untuk profilaksi migrain episodik
(A).
▪ • Antidepresi
▫ o Amitriptilin 10-75mg, untuk profikasi migrain (B ). 9
▪ • O bat antiinflamasi non steroid
26
27. EDUKASI
▪ 1. Terapi komprehensif migrain menc akup terapi akut
dan profilaksi, menejemen faktor penc etus dan gaya
hidup melalui strategi selfmanagement.
▪ 2. S elf-management, pasien berperan aktif dalam
menejemen migrainnya.
▪ 3. Menggunakan obat akut atau profilaksi sec ara wajar.
27
28. PROGNOSIS
▪ Ad vitam : bonam
▪ Ad Sanationam : dubia ad malam
▪ Ad Fungsionam : bonam
28