Perbedaan evaluasi formatif dan sumatif berdasarkan referensi berikut:
Fitzpatrick, J. L., Sanders, J. R., Worthen, B. R. Program evaluation: Alternative approaches and practical guidelines (4th ed.). Boston: Pearson
Perbedaan evaluasi formatif dan sumatif berdasarkan referensi berikut:
Fitzpatrick, J. L., Sanders, J. R., Worthen, B. R. Program evaluation: Alternative approaches and practical guidelines (4th ed.). Boston: Pearson
Difteri adalah salah satu penyakit yang sangat menular yang dapat
dicegah dengan imunisasi, disebabkan oleh bakteri Corynebacterium
diptheriae strain toksigenik. Manusia adalah satu-satunya reservoir
Corynebacterium diptheriae. Penularan terjadi secara droplet (percikan
ludah) dari batuk, bersin, muntah, melalui alat makan, atau kontak
erat langsung dari lesi di kulit. Apabila tidak diobati dan kasus tidak
mempunyai kekebalan, angka kematian sekitar 50%, sedangkan dengan
terapi angka kematiannya sekitar 10% (CDC Manual for the Surveilans
of Vaccine Preventable Diseases, 2017). Angka kematian Difteri ratarata 5 – 10% pada anak usia kurang 5 tahun dan 20% pada dewasa
diatas 40 tahun (CDC Atlanta, 2016).
persiapan utk transfer kredit di pt antar pt di asia tenggara, kita harus menyiapkan institusi yg misa mempuanyai patner dan dapat transfer dgn pt di negara tetangga, semoga sinergi makin baik dan cepat..utk indonesia dan asia tenggara..
Difteri adalah salah satu penyakit yang sangat menular yang dapat
dicegah dengan imunisasi, disebabkan oleh bakteri Corynebacterium
diptheriae strain toksigenik. Manusia adalah satu-satunya reservoir
Corynebacterium diptheriae. Penularan terjadi secara droplet (percikan
ludah) dari batuk, bersin, muntah, melalui alat makan, atau kontak
erat langsung dari lesi di kulit. Apabila tidak diobati dan kasus tidak
mempunyai kekebalan, angka kematian sekitar 50%, sedangkan dengan
terapi angka kematiannya sekitar 10% (CDC Manual for the Surveilans
of Vaccine Preventable Diseases, 2017). Angka kematian Difteri ratarata 5 – 10% pada anak usia kurang 5 tahun dan 20% pada dewasa
diatas 40 tahun (CDC Atlanta, 2016).
persiapan utk transfer kredit di pt antar pt di asia tenggara, kita harus menyiapkan institusi yg misa mempuanyai patner dan dapat transfer dgn pt di negara tetangga, semoga sinergi makin baik dan cepat..utk indonesia dan asia tenggara..
Kegiatan pemantauan ini bertujuan untuk menilai kondisi kualitas perairan, penyakit dan kelayakan usaha budidaya di wilayah Pulau Nguan, Kelurahan Galang Baru, Kotamadya Batam. Pengamatan dilakukan pada tanggal 25 Maret 2015 di dua lokasi budidaya yang fokus pada pengembangan usaha budidaya ikan laut. Pengambilan sampel air dilakukan dengan metoda gabungan tempat (integrated) berdasarkan SNI No.6989.57:2008 untuk parameter pH, salinitas, suhu, kedalaman, ammonia (NH3), nitrit (NO2), posfat (PO4) dan kekeruhan. Metoda pemantauan juga dilakukan dengan metoda wawancara untuk mendapatkan informasi terkini tentang pengelolaan budidaya ikan. Hasil pemantauan menunjukkan bahwa pH berada pada kisaran 8,01 – 8,03, salinitas 33 ‰, Nitrit < <0.1 /><0,009 /><0,033 mg/L dan suhu berada pada kisaran 30,1 – 30,2 ⁰C. Sementara kedalaman dan kekeruhan menjadi faktor pembatas dalam mendukung optimalisasi produksi. Hasil uji mikrobiologi menunjukkan bahwa ikan budidaya bebas dari infeksi parasit dan virus, namun positif terinfeksi oleh bakteri Vibrio spp. Adanya upaya untuk penerapan biosekuriti dan teknologi budidaya di kedua lokasi pemantauan menjadikan Pulau Nguan sangat berpotensi sebagai sentra produksi budidaya ikan laut di Kota Batam
Kata kunci: Pulau Nguan, Kualitas Air, Mikrobiologi, Cara Budidaya Ikan yang Baik
Kegiatan pemantauan ini bertujuan untuk menilai kondisi kualitas perairan, penyakit dan kelayakan usaha budidaya di sentra produksi ikan lele Pancur Tower, Kelurahan Sungai Beduk, Kotamadya Batam. Pengamatan dilakukan pada tanggal 22 April 2015 di dua lokasi budidaya yang fokus pada pengembangan usaha budidaya ikan lele. Pengambilan sampel air dilakukan dengan metoda gabungan tempat (integrated) berdasarkan SNI No.6989.57:2008 untuk parameter pH, salinitas, suhu, kedalaman, ammonia (NH3), nitrit (NO2), posfat (PO4) dan kekeruhan. Metoda pemantauan juga dilakukan dengan metoda wawancara untuk mendapatkan informasi terkini tentang pengelolaan budidaya ikan. Hasil pemantauan menunjukkan bahwa pH berada pada kisaran 7,2 – 7,5, salinitas 0 ‰ dan Nitrit < <0.1 /><0.1 mg/L. Meanwhile Ammonia (NH3) ranged from 0,03 – 2,88 mg/L, Posphate (PO4) 0,355 mg/L, temperature ranged from 30,5 – 31,3 ⁰C and turbidity 16,27 – 39,85 NTU become a limited factor in order to support the production. The microbiology test showed that fish are free from bacteria infection, but positively infected by Dactylogyrus sp. The distribution of Aeromonas vaccine and the application of filterisation system are urgently needed in order to increase the production
Key words: Pancur Tower, Water quality, Dactylogyrus sp, Vaccine, Filterisation System
Graduate school is known to be much more intensive than undergraduate work, so it is important that students develop good time management skills. We know that in graduate study, there are so many assignments, project work, appointment with professor or instructor. Therefore, the application of Higher Levels of Thinking (HOTs) are more important than Lower level of thinking (LOTs). HOTS require that we apply the facts that we learn. These skills are commonly defined based on Bloom's Taxonomy, which examines and categorizes different levels of thinking and HOTS include with: analysis, evaluation and creation
In order to promote HOTS, graduate students must not only have a basic knowledge and comprehension of concepts but be able to apply what they are learning through an activities.
Critical reading involves presenting a reasoned argument that evaluates and analyses what you have read. Being critical, therefore - in an academic sense - means advancing your understanding, not not to find fault, but also want to assess the strength of the evidence and the argument.
Group projects can help students develop a host of skills that are increasingly important in the professional world. Positive group experiences have been shown to contribute to student learning, improve the communication skills, discussion, solve the problem and support the succesfull study, especially in the graduate study
The new skills and knowledge that you gain from your graduate education can improve your ability to do your best in work and obtained a better position, means that you will have more opportunities to improve your career
Nervous Necrosis Virus (NVV) and Iridovirus infection is known to cause mass mortality in marine aquaculture fish species. Monitoring activity which become one of main responsibilities of Batam Mariculture Development Center was carried out to detect the occurrence of NNV and Iridovirus in mariculture production units. Sampling was performed by using purposive sampling method and analyzed both in field and laboratory. Furthermore, water quality were also collected to gain the quality profile and interview was performed to gain prime information about the application of health management practices. Based on polymerase chain reaction followed by Insulated isothermal PCR analysis method, we investigated the occurrence of positive NNV in tiger grouper Epinephelus fuscoguttaus cultured in Batam and positive indication of Iridovirus in humpback grouper Cromileptes altivelis cultured in Teluk Mandeh and Asian Sea bass Lates calcarifer in Kota Baru-South Borneo. Water quality analysis showed that the environmental quality still appropiriate for mariculture activities and not become a trigger for the emergence of NNV and Iridovirus disease outbreaks. Although the origin of NNV and Iridovirus are difficult to trace, evidence showed that some infection may have been contributed by the importation of fish fingerlings from other regions. Currently, effective treatment for NNV and Iridovirus still need further study hence strict biosecurity application need to be carried out in order to control the spread of virus in the fish stocks
We investigated the effects of fish protein hydrolysate (FPH) on zootechnical performance and immune response of the Asian Seabass Lates calcarifer Bloch. Experimental fish were fed with 3 diets: a local commercial diet (control), coated or not, with 2 and 3% FPH (w/w). Twelve thousand Asian Seabass juveniles (5.88±0.56 g) were divided into three groups and two replicates reared in nursery tanks (2000 L). The remaining fish were then used for grow-out experiment in floating net cages (1m x 1 m x 3 m). Zootechnical performances were assessed at both stages with following indicators: total weight gain (TWG), % relative weight gain (% RWG), % specific growth rate (% SGR), final weight (g) and final length (cm). At the end of each trial period, fish immune status was assessed through blood sampling and the measurement of Neutrophile (%), Monocyte (%), Lymphocyte (%), Macrophage (105 cell/mL), Leukocyte (103 cell/mL) and Phagocytes activity (%). At the end of the nursery trial, an immersion bacterial challenge with Vibrio parahaemolyticus (105 cells mL-1) was implemented. The results showed that dietary FPH supplementation significantly influenced the growth and immune status of Asian Seabass when compared to the control group. Fish fed FPH supplemented diet yielded higher growth rates and survival rates than non supplemented group. Fish phagocytic activity and resistance to a bacterial challenge were also improved by dietary FPH supplementation. These results may be related to the significant changes observed in fish leukocyte profiles, when fed FPH supplemented diets. Altogether, these results show the positive contribution of FPH to the sustainability of Asian seabass farming.
Nervous Necrosis Virus (NVV) and Iridovirus infection is known to cause mass mortality in marine aquaculture fish species. Monitoring activity which become one of main responsibilities of Batam Mariculture Development Center was carried out to detect the occurrence of NNV and Iridovirus in mariculture production units. Sampling was performed by using purposive sampling method and analyzed both in field and laboratory. Furthermore, water quality were also collected to gain the quality profile and interview was performed to gain prime information about the application of health management practices. Based on polymerase chain reaction followed by Insulated isothermal PCR analysis method, we investigated the occurrence of positive NNV in tiger grouper Epinephelus fuscoguttaus cultured in Batam and positive indication of Iridovirus in humpback grouper Cromileptes altivelis cultured in Teluk Mandeh and Asian Sea bass Lates calcarifer in Kota Baru-South Borneo. Water quality analysis showed that the environmental quality still appropiriate for mariculture activities and not become a trigger for the emergence of NNV and Iridovirus disease outbreaks. Although the origin of NNV and Iridovirus are difficult to trace, evidence showed that some infection may have been contributed by the importation of fish fingerlings from other regions. Currently, effective treatment for NNV and Iridovirus still need further study hence strict biosecurity application need to be carried out in order to control the spread of virus in the fish stocks.
Kota Batam merupakan wilayah kepulauan yang memiliki beberapa tujuan wisata yang menarik untuk dikunjungi. Bila selama ini, Batam cukup dikenal dengan wisata alam ke Jembatan Barelang (baca: Jembatan Raja Haji Fisabilillah) atau menyusuri sejarah perjuangan para pengungsi Vietnam yang terdampar di pulau Galang, maka kini Batam layak untuk direkomendasikan sebagai daerah dengan wisata pantai yang cukup indah dan salah satunya adalah di kawasan wisata pantai Nongsa.
Konsep Blue Economy yang diperkenalkan oleh Gunter Pauli sangat menarik untuk dipahami dan diterapkan, khususnya oleh Provinsi Kepulauan Riau yang memiliki karakteristik sebagai wilayah kepulauan dengan potensi kelautan yang cukup besar namun minim lahan untuk pertanian. Implementasi Blue economy dapat menjadi solusi bagi Pemerintah Daerah untuk memenuhi kebutuhan pangan yang semakin meningkat serta mewujudkan penguatan ekonomi masyarakat melalui berbagai aktivitas di bidang kelautan. Secara garis besar, konsep ini menawarkan paradigma pembangunan sektor kelautan dengan pemanfaatan sumber daya alam secara bertanggungjawab dan berkelanjutan melalui penerapan industri yang bersifat tanpa limbah (Zero waste) dan efisien. Penerapan konsep Blue economy ini semakin menggema sejak disepakati oleh 21 Negara Asia Pasifik sebagai fokus kerjasama kemitraan negara APEC yang tertuang dalam Deklarasi Xianmen melalui Pertemuan Tingkat Menteri Kelautan APEC Keempat (The 4th APEC Ocean-related Ministerial Meeting/AOMM4). Dalam pertemuan tersebut, dihasilkan kesepakatan bahwa penerapan konsep Blue economy akan lebih difokuskan kepada 3 bidang kerjasama, diantaranya: (1) Konservasi ekosistem laut dan pesisir, (2) keamanan pangan dan perdagangan, serta (3) pengembangan ilmu kelautan dan inovasi teknologi.
Model implementasi Blue Economy yang meliputi promosi Good Ocean Governance, pengembangan wilayah Blue Economy, dan model investasi Blue Economy menuju penggunaan sumber daya alam yang lebih efisien telah berhasil diimplementasikan di beberapa negara, seperti: China, Korea Selatan dan Kanada dan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat dan menciptakan lapangan kerja secara berkelanjutan. Penerapan konsep ini di Indonesia juga dapat dilihat melalui pilot project Kementerian Kelautan dan Perikanan bekerjasama dengan Food and Agriculture Organization (FAO) di kawasan industry laut Nusa-penida Bali. Hasil yang diperoleh dari implementasi konsep ini dinilai sangat baik karena mampu mengintegrasikan berbagai sektor produksi dan limbah yang dihasilkan, seperti kotoran dari unit produksi sapi, babi dan aktivitas budidaya ikan dapat dimanfaatkan untuk peningkatan produksi rumput laut.
Penyakit ikan saat ini telah menjelma menjadi salah satu faktor pembatas dalam keberlanjutan usaha budidaya perikanan. Tindakan pengendalian dan penangulangan penyakit yang tepat dapat membantu meminimalisir tingkat kerugian ekonomi dan meningkatkan tingkat kelulushidupan ikan budidaya
Untuk mendukung keberhasilan produksi budidaya ikan laut, selain pengendalian hama dan penyakit ikan, kesehatan lingkungan juga menjadi salah satu faktor penting yang harus dikelola dengan baik. Saat ini, kecenderungan terjadinya penurunan kualitas lingkungan budidaya ikan laut tidak hanya disebabkan oleh kegiatan budidaya itu sendiri, namun juga dapat dipengaruhi oleh berbagai kegiatan industri, pertambangan hingga aktivitas rumah tangga. Pada kajian ini, objek penelitian lebih difokuskan kepada hasil keputusan Mahkamah Agung terhadap dua gugatan Class action masyarakat akibat penambangan bauksit yang tidak bertanggung jawab di Pulau Bintan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengamati faktor-faktor pendukung keberhasilan gugatan perdata class action akibat aktifitas pertambangan. Data dianalisis dengan studi pengamatan langsung dan pencermatan dokumen dengan membandingkan hasil keputusan dua gugatan class action yang dilakukan oleh masyarakat pembudidaya ikan di Pulau Bintan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor analisa parameter air laut pada laboratorium yang sudah terakreditasi dan kelengkapan administrasi usaha budidaya memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap keberhasilan gugatan perdata class action. Hasil penelitian juga menunjukkan dampak penurunan produksi dan peningkatan angka pengangguran akibat menurunnya aktivitas produksi di dua lokasi yang terkena dampak cemaran limbah. Namun demikian, kondisi ini memberikan pemahaman positif di kalangan pembudidaya tentang tahapan audit lingkungan yang harus dilakukan berdasarkan standard dan acuan mutu yang memilki kekuatan hukum di muka pengadilan.
Kita tentu berharap, dalam skala daerah, Provinsi Kepri juga ikut turut andil dalam mewujudkan peningkatan produksi untuk penyediaan bahan baku pangan baik ditingkat lokal, nasional maupun internasional. Hal ini menjadi sangat vital mengingat di tahun 2015, Kepri menjadi salah satu “pintu gerbang” pelaksanaan AFTA yang pastinya akan menghadirkan persaingan ketat di pasar lokal. Kita berharap di tahun 2015, yang juga manjadi tahun pergantian Kepala Daerah, akan menghasilkan pemimpin dengan visi visi dan pengetahuan kemaritiman yang kuat serta berani menjadikan sektor perikanan budidaya sebagai pondasi pembangunan ekonomi. Bila ini mampu diwujudkan, tentu kasus impor lele Malaysia yang dianggap lebih murah tidak akan terjadi lagi dan produk perikanan budidaya kita mampu menjadi raja dan dikonsumsi di negeri sendiri***
Kegiatan pemantauan ini bertujuan untuk menilai kondisi kualitas perairan, penyakit dan kelayakan usaha budidaya di Desa Tanjung Banon, Kelurahan Sembulang, Batam. Pengamatan dilakukan pada bulan Februari 2015 di tiga lokasi budidaya dan dua diantaranya adalah unit produksi ikan laut. Pengambilan sampel air dilakukan dengan metoda gabungan tempat (integrated) berdasarkan SNI No.6989.57:2008 untuk parameter pH, salinitas, suhu, kedalaman, ammonia (NH3), nitrit (NO2), posfat (PO4) dan kekeruhan. Metoda pemantauan juga dilakukan dengan metoda wawancara untuk mendapatkan informasi terkini tentang pengelolaan budidaya ikan. Hasil pemantauan menunjukkan bahwa kedalaman air memiliki level yang rendah untuk budidaya ikan laut dan kekeruhan cukup tinggi untuk media persiapan produksi. Untuk budidaya ikan laut, pH berada pada kisaran 7,67-7,69, suhu 29,2⁰C, salinitas 30 ‰ dan kekeruhan 2,28-2,65 NTU. Sementara untuk media persiapan air tawar, pH 7,25, suhu 29,8⁰C, salinitas 0 ‰ dan kekeruhan 22,6 NTU. Secara umum, untuk seluruh lokasi parameter NO2, NH3 dan PO4 berada di bawah limit deteksi. Tidak adanya aplikasi biosekuriti, penerapan cara budidaya ikan yang baik serta terlalu bergantungnya masyarakat terhadap bantuan benih dan berbagai sarana produksi menjadikan aktivitas budidaya perikanan di Desa Tanjung Banon menjadi tidak berkelanjutan
Kata kunci: Tanjung Banon, Kualitas Air, Biosekuriti, Cara Budidaya Ikan yang Baik
Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas suplementasi protein hidrolisis pada pakan terhadap respons
kekebalan tubuh dan performa pertumbuhan ikan kakap putih Lates calcarifer. Penelitian dilakukan di dua fase
pemeliharaan, yakni fase pendederan dan perbesaran dengan menggunakan rancangan acak lengkap. Penelitian ini
menggunakan tiga perlakuan dan masing–masing perlakuan memiliki tiga ulangan, dengan deskripsi perlakuan
adalah kontrol, aplikasi 3% dan 2% protein hidrolisis. Uji tantang dilakukan dengan menggunakan Vibrio
parahaemolyticus pada konsentrasi 105 sel/mL dengan metode perendaman. Hasil analisa respons kekebalan
tubuh menunjukkan bahwa neutrofil, leukosit, dan monosit pada kelompok ikan yang mendapatkan aplikasi
protein hidrolisis meningkat secara nyata dibandingkan kontrol (p<0,05).><0,05).><0,05)><0,05).
Kata kunci: kakap putih, protein hidrolisis, pertumbuhan, sistem kekebalan tubuh
Kegiatan pemantauan kawasan budidaya dan penyakit ikan merupakan salah satu perangkat yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi data hasil produksi dan informasi yang relevan tentang keragaan/dinamika penyakit tertentu pada suatu ”lokasi” sebagai akibat dari fluktuasi beberapa parameter kualitas lingkungan budidaya. Dari hasil pemantauan yang dilakukan di Selat Nenek, Kelurahan Temoyong diketahui bahwa kondisi kualitas air cukup optimal untuk produksi ikan laut, Sementara hasil analisa penyakit menunjukkan bahwa terdapat infeksi parasit Diplectanum spp dan infeksi bakteri Vibrio sp sebagai dampak sistem budidaya yang dilakukan. Hasil wawancara juga menunjukkan bahwa masyarakat sangat antusias untuk melakukan pengembangan produksi budidaya dengan disertai dukungan oleh pemerintah daerah
Balai Perikanan Budidaya Laut Batam
Alternative strategies for minimizing the detrimental effects of bacterial infection and prevention of diseases in aquaculture are necessary since the ongoing efficacy of antibiotics is proving to be unsustainable. One of the most promising approach is the use of aqua herbal conditioners to stimulate the immune system of fish to allow them to fight off infections. In this study, the protective effect of aqua herbal conditioners produced from, mainly, mangrove and neem plant extracts in marine fish, was tested on Asian Seabass Lates calcarifer and Silver Pompano Trachinotus blochii at 8-10 g of weight size. Challenge tests were performed by immersion with two pathogenic bacteria: Vibrio harveyi and Vibrio parahaemolyticus, at a concentration of 105 cells ml-1 for 60 minutes after 12 h, 24 h and 36 h conditioning treatment. The experimental trial show that after 72 h, commercially available aqua herbal conditioners (AquaHerb) was able to significantly increase the percentage survival of L. calcarifer and T. blochii and reduces their susceptibilityto the V.harveyi and V.parahaemolyticus. Significantly higher leukocytesnumber, monocyte, neutrophil andphagocyticindexwere detected in all conditioning group for Silver Pompano and Asian Seabass. These results suggest that the combination of herbal extracts together with other trace elements contained in AquaHerb were able to act as immunostimulants and appear to improve the immune status and disease resistance of Asian Seabass and Silver Pompano.
Kelompok II Diklat Pengendali Hama dan Penyakit Ikan (PHPI) Angkatan 2014, terdiri dari: (1). Romi Novriadi, S.Pd.Kim., M.Sc (2) Corina Siringoringo, S.St.Pi. (3) Niezha Eka Putri, S.Si. (4) Dody Yunianto, S.Si. (5) Awal Junaid, S.Pi. (6) Indra Purwanto, S.Pi (7) Oxye Mitchel S.Pi dan (8) M. Arwin, S.Pi
In the present study, the protective effect of herbal-based conditioners as an immunostimulants was tested on tiger grouper (Epinephelus fuscoguttatus) juvenile at various times of their culture period to enhance their resistance against bacterial infection. The trial comprised of a single formulation of herbal-based bioconditioners with scheduled water changes during the treatment. Three period of exposure (6 h, 12 h and 24 h) with herbal-based bioconditioners as well as a control are performed in completely randomized design of experiment followed by a challenge test using single pathogenic bacteria: Vibrio parahaemolyticus at concentration of 105 cells ml-1. Percentage survival and host-pathogen interaction were determined at the end of exposure and challenge test. Various challenge tests showed that herbal-based bioconditioners (AquaHerb) significantly increase the percentage survival (P<0.05)><0.05). In addition, tiger grouper immune system performance was found to be better than in the control group. Finally, by combining the positive impact of herbal-based Bioconditioners, this prophylactic approach can become a very effective alternatives to the use of antibiotics and other synthetic compounds.
Key Words: Herbal-based bioconditioners, V. parahaemolyticus, Tiger grouper, Percentage survival
Blue Economy merupakan konsep yang dapat dijadikan acuan untuk pembangunan sektor perikanan budidaya di Provinsi Kepulauan Riau. Presentasi ini dibuat oleh Dr. Syamsul Akbar dan Romi Novriadi, M.Sc sebagai insan perikanan yang ingin mendedikasikan hidup untuk mendukung produksi budidaya perikanan yang berkelanjutan
More from Ministry of Marine Affairs and Fisheries, Republic of Indonesia (20)
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
Laporan Akhir Tugas Belajar Luar Negeri
1. LAPORAN AKHIR TUGAS BELAJAR
LUAR NEGERI
Disusun Oleh:
Nama Lengkap
: Romi Novriadi
NIP
: 19811111 200502 1 002
Pangkat/Gol
: III/a (Penata Muda)
Jabatan
: Pengendali HPI Pertama
Instansi
: Balai Budidaya Laut Batam
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya
Kementerian Kelautan dan Perikanan
Alamat Lembaga
: Jl. Raya Barelang Jembatan III, PO BOX 60 Sekupang, Batam - 29422
Telp
: 0778-381258
381258
Fax
: 0778- 7027624
Program Studi
: Master of Science in Aquaculture
Universiteit Gent – Belgia
Fakultas
: Bioscience Engineering
Department of Animal Production
Laboratory of Aquaculture and Artemia Research Centre
Biaya Pendidikan
: De Vlaamse Interuniversitaire Raad (
(VLIR)
Promotor
: Prof. Dr. Patrick Sorgeloos
Prof. Dr. ir. Peter Bossier
r.
2013
2. Jakarta, 30 September 2013
Hal
: Laporan Telah Menyelesaikan Tugas Belajar
Kepada Yth.
1. Direktur Jenderal Perikanan Budidaya
2. Kepala Badan Pemgembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan
3. Kepala Balai Budidaya Laut Batam
Dengan ini, saya pegawai Balai Budidaya Laut Batam :
Nama Lengkap
NIP
Pangkat/Gol
Jabatan
Unit Kerja
: Romi Novriadi
: 19811111 200502 1 002
: III/a (Penata Muda)
: Pengendali HPI Pertama
: Balai Budidaya Laut Batam
Melaporkan bahwa saya telah menyelesaikan/lulus tugas belajar pada Program Master of
Science in Aquaculture di Universiteit Gent di Belgia. Seluruh program telah saya selesaikan
tepat waktu (sesuai kondisi), berangkat pada tanggal 18 September 2011 dan kembali ke
Indonesia tanggal 29 September 2013 . Dasar penugasan adalah SK Tugas Belajar Nomor:
B.20B/SJ.2/KP.510/VIII/2012 tanggal 30 Agustus 2012 dan 6 Mei 2013 dengan sumber dana
dari De Vlaamse Interuniversitaire Raad (VLIR)
Saya sampaikan program perkuliahan yang telah diselesaikan adalah sebagai berikut :
Program
: Master
Gelar
: Master of Science in Aquaculture
Bidang studi
: Aquaculture
Lama Perkuliahan
: 2 (dua) tahun
Jumlah kredit
: 120
IPK (GPA)
: 695/1000 (Distinction)
Bersama surat ini saya lampirkan laporan tugas belajar, copy transkrip dan copy ijasah, 2
copy tesis/tugas akhir dan copy legalisir penyetaraan ijazah oleh Direktur Jenderal
Pendidikan Tinggi.
Demikian laporan ini saya perbuat, atas perhatian yang diberikan saya ucapkan terima kasih.
Hormat saya,
Romi Novriadi
Tembusan:
1. Kepala Kepegawaian Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya
2. Kepala Kepegawaian Balai Budidaya Laut Batam
3. LAPORAN TUGAS BELAJAR
I. KEGIATAN DAN DESKRIPSI MATA KULIAH YANG DIPELAJARI
Waktu
Uraian Kegiatan
18 September 2011 Berangkat dari Indonesia
18 September 2011 Tiba di Gent, Belgia
21 September 2011 Mengikuti Welcome Day for International student
Uraian Singkat Mata Kuliah
Semester 1
Mata kuliah yang diikuti:
1.
2.
3.
4.
5.
Aquatic Ecology (Prof. Colin Janssen)
Biology of Aquatic Organisms (Prof. Dominique Adriaens)
Freshwater Fish Culture Techniques (Dr. Nancy Nevejan)
General Aspects of Aquaculture (Prof. Patrick Sorgeloos)
Microbial Ecology and Environmental Sanitation (Prof. Korneel
Rabaey)
6. Technology of Fishery Products (Prof. Frank Devlieghere)
7. Applied Statistics (Prof. Olivier Thas)
Total kredit : 30 ECTS*
ECTS = European Credit Transfer System
Selama semester pertama, pengetahuan tentang ekologi, biologi,
mikrobiologi dan statistik semakin diperkuat. Proses pembelajaran
juga disertai dengan kunjungan industri ke beberapa sentra produksi
budidaya di antaranya adalah: Budidaya ikan Sole di Yerseke, Belanda
dan pengembangan industri kerang dan moluska di Perancis.
Semester 2
Mata kuliah yang diikuti:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Physiology of Aquatic Organisms (Prof. Gudrun De Boeck)
Algae Culture (Prof. Peter Bossier)
Aquatic Farm Management Training (Prof. Peter Bossier)
Aquaculture Nutrition (Dr. Gilbert van Stappen)
Mollusc and Crustacean Culture (Dr. Nanvy Navejan)
Aquaculture and the Environment (Prof. Peter Bossier)
Marine Fish Larviculture (Dr. Gilbert Van stappen)
Total kredit : 30 ECTS
ECTS = European Credit Transfer System
Di semester kedua, metoda perkuliahan di fokuskan kepada beberapa
aspek dalam pengembangan budidaya, seperti teknik pemeliharaan
4. larva yang baik, produksi pakan hidup meliputi kultur rotifer dan
Artemia, teknik produksi ikan dan kerang, kultur alga, dampak
kegiatan budidaya terhadap lingkungan dan teknik pengelolaan
industri budidaya yang baik.
Selama semester kedua ini juga dilakukan kunjungan industri sebagai
bagian dari mata kuliah pengelolaan industri budidaya ke beberapa
sentra produksi ikan, kerang dan rumput laut di 2 negara, yakni:
Portugal dan Spanyol.
Kegiatan kunjungan di Portugal dipusatkan di Porto untuk mengamati
sistem resirkulasi yang diaplikasikan di unit produksi larva dan benih
ikan. Sementara kunjungan di Spanyol dipusatkan di sentra produksi
galicia – Deportivo untuk mengamati lebih lanjut pengembangan
produksi kerang dan rumput laut dengan sistem manajemen integrasi
melalui pemanfaatan limbah organik.
Internship Summer Selama summer break antara tahun pertama dan kedua saya
Break
mengikuti magang di:
INVE Shrimp Culture Research and Development
Lokasi: Chonburi – Thailand
Spesifik kegiatan :
1. Melakukan kegiatan sampling kualitas udang L. vannamei pada
fase benih (dimulai dari Mysis hingga post larva) di beberapa
sentra produksi budidaya udang di Chonburi – Thailand
2. Melakukan pengamatan terhadap penggunaan berbagai pakan
komersil dan pakan hidup terhadap perkembangan insang dan
rostrum udang L. vannamei
Sumber dana magang diperoleh dari seleksi Master Allowance yang
dilakukan oleh De Vlaamse Interuniversitaire Raad (VLIR)
Output dari kegiatan magang adalah satu buah artikel yang sedang
direview untuk dipublikasi dan abstrak yang diterima untuk
dipresentasikan pada Asia Pacific Aquaculture. Ho Chi Minh City ,
Vietnam. 10-13 desember 2013.
Semester 3
Mata kuliah yang diikuti:
1.
2.
3.
4.
5.
Aquaculture Genetics (Prof. Peter Bossier)
Diseases in Aquaculture (Prof. Peter Bossier)
Management in Aquaculture Industry (Prof. Peter Bossier)
Food Marketing and Consumer Behaviour (Prof. Wim verbeke)
Development Economics (Prof. Marijke D’haese)
Total kredit : 30 ECTS*
ECTS = European Credit Transfer System
5. Semester 3, saya mengambil spesialisasi dalam bidang genetik,
pengelolaan kesehatan ikan dan lingkungan, pengelolaan industri
budidaya dan dikombinasikan dengan mata kuliah pilihan tentang
bagaimana proses pemasaran sebuah produk dengan memahami
keinginan konsumen.
Semester 4
Master Thesis
Judul: A Toolbox for immune parameters of Artemia
Tesis saya di promotori oleh : Prof. Dr. ir. Peter Bossier
Dan disupervisi oleh : Dr. Sofie van Maele
Abstrak Tesis:
Alternative strategies for minimizing the detrimental effects and
prevention of diseases in aquaculture are necessary since the use of
antibiotics proved to be unsuccessful. Immunostimulants have shown to be
instrumental in recent studies since they can induce the major immune
cascades found in vertebrates and invertebrates, including humoral, cellular
and phenoloxidase responses. Therefore they are considered as a potential
alternative strategy for disease control for aquaculture purposes.
In this study, the protective effect of β-1,3/1,6 glucans (MacroGard)
produced from a specially-selected strain of the yeast Saccharomyces
cerevisiae, was tested on nauplii of the brine shrimp Artemia at various
times of their culture period and concentrations under gnotobiotic
conditions. Challenge tests were performed with two pathogenic bacteria:
Vibrio harveyi BB120 and a novel strain of Vibrio HABRA6 (H6), at a
concentration of 105 cells ml-1. An autoclaved food source was provided at a
density of 107 cells ml-1. Various challenge tests showed that β-1,3/1,6
glucans (MacroGard) can significantly increase the survival of Artemia and
improve the resistance of Artemia against both pathogens under
gnotobiotic conditions. Gene expression of prophenoloxidase and
transglutaminase was checked in the Artemia nauplii after a short period of
exposure (6h) to β-1,3/1,6 glucans and a subsequent challenge test with H6.
The expression of prophenoloxidase (proPO) was quickly upregulated in
response to the presence of H6 and there was a downregulatory trend at 6h
post challenge. On the other hand, the transcript of transglutaminase did
not show any respond to the β-glucan treatment. Using L-DOPA as a
substrate, enzyme activity of phenoloxidase (PO) was measured at 490 nm.
Significant high levels of PO were present 3h and 6h post priming and 6h
post challenge with H6. However, the enzyme activity of nitric oxide,
measured at 540 nm, showed no significant response to the β-1,3/1,6
glucans treatment. These results suggest that β-1,3/1,6 glucans could
enhance the defense potential of Artemia against bacterial infection mainly
due to the ability to stimulate the activation of the proPO system and
phenoloxidase activity.
Total kredit : 30 ECTS
6. 28 September 2013
29 September 2013
Berangkat dari Gent - Belgia
Tiba di Jakarta, Indonesia
II. INFORMASI AKADEMIK
1. Persyaratan kelulusan program studi
Program studi Pasca sarjana di bidang Akuakultur di Universiteit Gent – Belgia
mempersyaratkan mahasiswa untuk lulus minimal sebanyak 120 ECTS (European Credit
Transfer System) untuk memperoleh ijazah dan gelar Master of Science in Aquaculture.
2. Internship
Saya mengikuti program internship di INVE Shrimp Culture and Research Development
di Provinsi Chonburi – Thailand selama 50 hari kerja. Program magang yang saya ikuti
meliputi :
Kegiatan sampling kualitas udang L. vannamei pada fase benih (dimulai dari Mysis
hingga post larva) di beberapa sentra produksi budidaya udang di Chonburi –
Thailand
Melakukan pengamatan terhadap penggunaan berbagai pakan komersil dan pakan
hidup terhadap perkembangan insang dan rostrum udang L. vannamei
Sumber dana magang diperoleh dari seleksi Master Allowance yang dilakukan oleh De
Vlaamse Interuniversitaire Raad (VLIR)
Output dari kegiatan magang adalah satu buah artikel yang sedang direview untuk
dipublikasi dan abstrak yang diterima untuk dipresentasikan pada Asia Pacific
Aquaculture. Ho Chi Minh City , Vietnam. 10-13 desember 2013. (Terlampir Sertifikat
dan Laporan Internship)
3. Ringkasan tesis
Kesimpulan dari Tesis yang saya lakukan adalah:
1. β-1,3/1,6 glucans (MacroGard) produced from a specially-selected strain of the yeast
Saccharomyces cerevisiae were a good priming compound and were able to protect
brine shrimp Artemia nauplii against infections of Vibrio harveyi BB120 and H6 in
axenic conditions.
2. In this study, the expression of the Prophenoloxidase (proPO) gene was rapidly
upregulated in response to β-1,3/1,6 glucans at 3 h post challenge with H6, while
transglutaminase (TGase) gene did not respond to the glucan treatment.
3. In this study, the expression of phenoloxidase (PO) enzyme activity was enhanced at
3h and 6h post priming and 6h post challenge with H6.
4. Nitric Oxide activity did not respond significantly to the β-1,3/1,6 glucans priming
treatment at any time point of the sampling.
7. 4. Intensitas dan kualitas bimbingan dengan advisor dan staf pengajar
Diskusi dan komunikasi terjalin dengan sangat baik dan bahkan tidak jarang parktek
lapangan dibidang pengelolaan larva dilakukan di luar jam akademis.
5. Situasi belajar di universitas
Situasi belajar di Universiteit Gent sangat kondusif dalam mendukung penemuan dan
aplikasi riset khususnya di bidang Akuakultur. Dengan status sebagai pusat referensi
pengembangan Artemia, saya banyak memiliki kesempatan untuk bertemu dengan para
peneliti dari seluruh dunia untuk berinteraksi tentang bagaimana teknik pegelolaan larva
ikan dan produksi pakan hidup, khususnya Artemia. Pada tahun ini, kami cukup
beruntung karena bertepatan dengan event internasional 4 tahunan yang
diselenggarakan oleh Universiteit Gent bertajuk: Larvi International Conference. Pada
tahun ini telah memasuki penyelenggaraan yang ke-enam dan di hadiri oleh ribuan
peneliti di bidang pengelolaan larva ikan dan udang.
6. Fasilitas belajar di universitas
Fasilitas belajar di Universiteit Gent sangat lengkap dan ditunjang oleh fasilitas Teleconference untuk berkomunikasi aktif dengan narasumber pada saat pelaksanaan kuliah
berlangsung
7. Kehidupan sosial di lingkungan universitas
Kehidupan sosial di lingkungan universitas sangat beragam dan umumnya didominasi
oleh kegiatan pertukaran budaya. Saat ini Universiteit Gent memiliki ribuan mahasiswa
internasional yang datang melalui berbagai program beasiswa baik di tingkat sarjana,
master dan doktor.
III. INFORMASI NON AKADEMIK
1. Situasi lingkungan sekitar tempat tinggal/kota
Kota Gent, sebagaimana dengan kota-kota lainnya di Belgia memiliki karakter yang unik
dalam sistem pemerintahan dan bahasa. Hal ini didasari oleh adanya 3 komunitas besar
yang tinggal di Gent: French Community, Dutch Community dan German Community.
Secara umum, untuk belajar, Gent sangat nyaman dengan banyaknya perpustakaan yang
disediakan oleh pemerintah setempat
2. Kehidupan sosial di Gent
Sebagai pelajar Indonesia di Gent, saya sangat menikmati berbagai kegiatan yang
dilakukan oleh komunitas masyarakat Indonesia di Gent, dimulai dari latihan tari
tradisional hingga ke penggunaan alat-alat musik tradisional, yang jujur, selama sebelum
kuliah jarang saya pelajari. Interaksi juga dilakukan dengan memahami budaya luar dan
8. berupaya mengintegrasikannya dalam kegiatan yang didasari semangat kekeluargaan.
Masyarakat Gent sendiri juga sangat ramah dan satu hal yang sangat saya kagumi adalah
para pejalan kaki seperti saya sangat dihormati dalam kegiatan berlalu lintas.
3. Hubungan dengan perwakilan pemerintah Indonesia
Sangat baik dan penuh suasana keakraban. Berbagai keperluan administrasi seperti:
penilaian DP3 dan lapor diri direspon dengan sangat positif oleh staf KBRI.
4. Kegiatan-kegiatan yang pernah diikuti
Kegiatan ilmiah yang diikuti:
1) International World Food Day Conference, Faculty of Bioscience and Engineering, 7
October 2011.
2) VLIZ Young Marine Scientist, 24 February 2012, Brugge – Belgium
3) Tropical Agriculture, Ethnobotany, Agroforestry & Biodiversity Meeting, Faculty of
Bioscience Engineering, Universiteit Gent.
4) International meeting: The “win-win” approach in University Development
Cooperation: case study of the UGent collaboration with Vietnam. January 2013
5) Permanent Training ‘ Low Countries Studies’, Faculteit Letteren en Wijsbegeerte,
Universiteit Gent, February – Mei 2013
6) 6th International Larvi Conference, 2 – 5 September 2013.
Kegiatan di luar kampus:
1) Koordinator mahasiswa International (International Student Association in Gent)
periode 2011 – 2012
2) Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Gent periode 2012 - 2013