Laporan ini membahas tata kelola sistem informasi penjualan di PT Indomarco Prismatama. Laporan ini menjelaskan pengertian dan model tata kelola sistem informasi yang digunakan yaitu ITIL dan ISO/IEC 17799, dengan fokus pada pelayanan konsumen dan keamanan informasi. Laporan ini juga menjelaskan perencanaan kegiatan tata kelola sistem informasi penjualan terkait organisasi dan pembagian tugas pada berbagai departemen.
1. 1
LAPORAN TATA KELOLA SISTEM INFORMASI PENJUALAN
A. PENGERTIAN TATA KELOLA SISTEM INFORMASI
Tata kelola sistem informasi adalah salah satu bagian dari tata
kelola perusahaan yang difokuskan pada teknologi informasi perusahaan
tersebut beserta manajemen kinerja dan resikonya. Tata kelola sistem
informasi membangun sebuah sistem yang nantinya digunakan oleh
pihak-pihak penting dalam perusahaan guna memberikan masukan yang
diperlukan untuk proses pengambilan keputusan.
B. MODEL TATA KELOLA SISTEM INFORMASI
Pada proyek Tata Kelola Sistem Informasi Penjualan pada PT.
Indomarco Prismatama, berdasarkan beberapa model yang sering
digunakan dalam proyek tata kelola sistem informasi, pada proyek ini
digunakan 2 (dua) pendekatan model tata kelola sistem informasi, yaitu
The IT Infrastructure Library (ITIL) dan ISO/IEC 17799. Berdasarkan
pendekatan di atas, di bawah ini akan dijelaskan lebih lanjut.
The IT Infrastructure Library (ITIL). Model The IT Infrastructure
Library (ITIL) berfokus kepada pelayanan customer. Berdasarkan hal
tersebut, maka proses tata kelola sistem informasi penjualan ini lebih
difokuskan kepada pelayanan customer. Implementasi dari model ITIL ini
pada sistem informasi penjualan adalah :
1. Barcode harga barang sesuai dengan yang tertera pada
etalase dengan barcode harga yang ada di komputer.
2. Memudahkan customer dalam melakukan pembayaran E-
Banking menggunakan Debit, Kredit, ATM dan Indomaret
Card.
3. Memudahkan dalam pengontrolan stock barang.
2. 2
ISO/IEC 17799. Model ISO/IEC 17799 ini berfokus kepada
keamanan informasi yang mempunyai 3 (tiga) elemen dasar, yaitu :
1. Confidentiality. Pada elemen pertama ini, memastikan
informasi hanya dapat diakses oleh yang berhak.
Implementasi dari elemen ini adalah :
a. Informasi penentuan harga dan perubahan harga hanya
dapat diakses oleh bagian Development.
b. Laporan transaksi penjualan atau transaksi per hari
langsung terkoneksi ke bagian keuangan.
c. Akses kasir hanya dapat diakses oleh kasir
d. Semua operasi sistem dikontrol oleh bagian IT.
2. Integrity. Pada elemen ini, menjaga akurasi dan selesainya
informasi dan metode pemrosesan. Implementasi dari elemen
ini adalah :
a. Back up dan pelaporan data setiap hari mulai dari proses
transaksi hingga tutup harian langsung terkoneksi ke
sistem pusat.
b. Perubahan harga langsung terupdate oleh bagian
development.
c. Pengontrolan stok barang/persediaan barang langsung
terupdate pada bagian SCM.
3. Avaliability. Pada elemen terakhir, memastikan user yang
terotorisasi mendapatkan akses kepada informasi dan aset
yang terhubung dengannya ketika memerlukannya.
Implementasi dari elemen ini adalah :
a. Semua data-data baik data transaksi penjualan atau
laporan-laporan penjualan bisa diakses oleh Dewan
Direksi.
3. 3
C. FOKUS UTAMA AREA TATA KELOLA SI
Perlu diketahui bahwa dalam melakukan tata kelola sistem
informasi, ada 5 (lima) fokus utama area yang harus diperhatikan, yaitu :
1. Strategic Alignment. Strategic alignment atau penyelarasan
strategi. Dalam hal penyelarasan strategi ini, proses tata kelola
harus disesuaikan dengan visi dan misi perusahaan. Pengelolaan
dan pengembangan sistem informasi penjualan harus sejalan
dengan tujuan dari organisasi perusahaan sehingga dapat
memberikan hasil maksimum pada perusahaan.
Implementasinya adalah pengelolaan dan pengembangan
sistem informasi penjualan difokuskan pada pelayanan konsumen
dan keamanan informasi dari laporan transaksi penjualan.
2. Value Delivery. Value delivery atau penyampaian nilai.
Dalam hal ini, ditekankan kepada nilai atau keuntungan dari
teknologi informasi yang digunakan.
Implementasinya adalah pengelolaan dan pengembangan
sistem informasi penjualan disesuaikan dengan kebutuhan sistem
dan sesuai dengan keputusan Dewan Direksi sehingga dapat
meminimalkan biaya.
3. Resource Management. Resource Management atau
manajemen sumber daya. Pada area ini, manajemen sumber daya
harus dikelola dengan sebaik-baiknya. Karena dengan manajemen
sumber daya, dapat diketahui kualitas sumber daya yang akan
digunakan dalam proses tata kelola sistem informasi penjualan.
Manajemen sumber daya ini meliputi aplikasi, informasi,
infrastruktur dan sumber daya manusia. Dalam manajemen sumber
daya, sumber daya manusia sangat berperan penting dalam proses
4. 4
tata kelola sistem informasi, karena perusahaan dapat menilai
kualitas dari masing-masing manusia berdasarkan pengetahuan
dan keahliannya sehingga perusahaan bisa memperkirakan
keuntungan yang diperoleh atas pemberdayaan SDM tersebut.
Implementasinya adalah perusahaan melakukan perekrutan
pegawai yang memiliki pengetahuan dan keahlian khususnya
dibidang IT.
4. Risk Management. Risk management atau manajemen
resiko. Pada area ini, pengelolaan resiko perlu dilakukan untuk
mengidentifikasi kemungkinan resiko yang ada dan bagaimana
cara mengatasi resiko tersebut.
Implementasinya adalah perusahaan mengadakan pelatihan
terhadap pegawai-pegawai yang nantinya akan menggunakan
sistem tersebut sehingga meminimalkan resiko-resiko yang terjadi
seperti human error.
5. Performance Measurement. Performance Measurement
atau pengukuran kinerja. Dalam hal ini, pengukuran kinerja
dilakukan untuk mengontrol perkembangan sistem secara bertahap
guna melihat hasil yang dicapai baik hasil dari transaksi penjualan
maupun hasil kerja dari para pegawai. Pengukuran kinerja ini
dilakukan untuk membuktikan bahwa arahan yang telah ditetapkan
telah dilaksanakan.
Implementasinya adalah laporan transaksi penjualan dapat
langsung diakses oleh manager. Selain itu, kinerja pegawai dapat
langsung dipantau melalui proses transaksi setiap harinya.
5. 5
D. PERENCANAAN KEGIATAN
Perencanaan kegiatan tata kelola sistem informasi penjualan ini
lebih diprioritaskan kepada segi pelayanan konsumen dan keamanan
informasi. Dari perencanaan tersebut, maka proses tata kelola sistem
informasi penjualan ini dibuat untuk memperbaiki pelayanan terhadap
konsumen terutama pada bagian toko seperti sistem pembayaran,
kecocokan barcode harga barang, pengontrolan terhadap stok barang di
toko dan di gudang pada bagian SCM. Selain itu, proses tata kelola sistem
informasi penjualan ini dibuat untuk meningkatkan keamanan informasi
seperti laporan transaksi penjualan langsung terhubung ke bagian
keuangan/finance, laporan transaksi penjualan toko langsung bisa diakses
oleh manager, transaksi kasir hanya bisa dilakukan oleh kasir yang
bertugas hari itu.
E. TAHAP DASAR PERENCANAAN
1. Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan. Dalam
proses tata kelola sistem informasi penjualan ini, tujuan dari tata
kelola ini terfokus pada pelayanan customer dan keamanan data.
Hal ini sesuai dengan pendekatan model tata kelola yang dipilih.
2. Merumuskan keadaan saat ini. Keadaan sistem informasi
penjualan sebelum adanya tata kelola adalah dalam proses
transaksi penjualan, konsumen masih melakukan pembayaran
dengan uang tunai. Dalam pengontrolan stok barang, masih
menggunakan laporan tertulis. Pada bidang keamanan, transaksi
pada kasir masih banyak dilakukan olek karyawan yang bukan kasir
yang bertugas pada saat itu.
6. 6
3. Mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan. Dari
penerapan tata kelola sistem informasi penjualan ini, ada beberapa
faktor yang harus diperhatikan baik faktor yang menguntungkan
ataupun merugikan. Faktor-faktor yang memudahkan dalam tata
kelola sistem ini adalah tersedianya jaringan sistem informasi pada
perusahaan, tersedianya sumberdaya yang dibutuhkan.
Selain faktor yang menguntungkan, ada juga faktor yang merugikan
atau menghambat adalah banyak konsumen yang belum bisa
melakukan pembayaran e-banking, masih ada karyawan yang
belum bisa menggunakan sistem ini (belum menguasai
penggunaan komputer).
4. Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan
untuk pencapaian tujuan. Tahap ini merupakan tahap terakhir dari
perencanaan pengembangan dari rencana tata kelola sistem
informasi sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
Ada dua alasan mendasar perlunya perencanaan, maka tata kelola
sistem informasi penjualan dalam pencapaiannya ini dapat dinilai dari segi :
1. Protective Benefits. Dari segi ini, diharapkan dengan
adanya tata kelola sistem informasi penjualan ini maka proses
penjualan yang terjadi di toko dapat terkontrol dengan baik,
pengawasan terhadap persediaan dan distribusi barang dapat
termonitor dengan baik, laporan transaksi penjualan dapat
terpantau dan terupdate setiap saat dibutuhkan.
2. Positive Benefits. Dari segi ini, diharapkan dengan adanya
tata kelola sistem informasi penjualan ini maka pendapatan
perusahaan meningkat dikarenakan transaksi penjualan yang
7. 7
meningkat. Hal ini disebabkan karena antusiasme pembeli yang
berbelanja di toko.
F. PENGORGANISASIAN
Pengorganisasian (organizing) adalah proses penyusunan struktur
organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumberdaya-
sumberdaya yang dimilikinya, dan lingkungan yang melingkupinya.
Dengan adanya pengorganisasian seluruh sumber daya yang ada akan
diatur penggunaannya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan. Dalam hal tata kelola sistem informasi
penjualan ini, pengorganisasian dilakukan agar pelaksanaan tugas dapat
diselesaikan dengan lebih baik dan teratur, koordinasi pelaksanaan
pekerjaan dapat lebih baik dan mudah, dan pengawasan pelaksanaan
pekerjaan dapat lebih efektif dan efisien sehingga tujuan dapat tercapai.
G. ASPEK-ASPEK PENTING PROSES PENGORGANISASIAN
Di dalam proses tata kelola sistem informasi penjualan, ada
beberapa aspek yang harus diperhatikan guna mendukung suksesnya
proses tata kelola. Aspek-aspek tersebut antara lain :
G.1 PEMBAGIAN KERJA
Pembagian Kerja merupakan pemerincian tugas pekerjaan
agar setiap individu dalam organisasi bertanggungjawab untuk dan
melaksanakan sekumpulan kegiatan yang terbatas. Pada proses
tata kelola sistem informasi penjualan ini, pembagian kerja pada
setiap bagian dalam masing-masing departemen sudah sesuai
dengan kapasitas dan kemampuan masing-masing petugas dalam
bagian tersebut.
8. 8
Setiap orang pada masing-masing departemen mempunyai
tugas dan tanggung jawab yang harus dilakukan dan keirjakan
sesuai dengan wewenang yang diberikan oleh masing-masing
kepala departemen di mana kepala departemen tersebut telah
mengetahui kemampuan masing-masing staf sehingga mereka
memberikan tanggung jawab pekerjaan tersebut kepada staf-
stafnya.
Dalam hal tata kelola ini, pembagian kerja pada masing-
masing bagian sudah ditentukan sesuai tugas dn tanggung jawab
masing-masing bagian.
1. MANAGING DIRECTOR
Managing Departemen bertanggung jawab dalam
memimpon rapat, menetapkan kebijaksanaan, strategi dan
perencanaan yerhadap perusahaan, mengambil keputusan untuk
perusahaan berdasarkan laporan-laporan dari setiap staf atau
departemen dalam perusahaan serta memonitor perkembangan
perusahaan.
2. MARCHANDISING DEPT.
Marchandising bertanggung jawab dalam memilah poduk
yang akan masuk gerai-gerai Indomaret sesuai dengan kualitas
yang ditawarkan oleh calon supplier.
a. Food Product. Bertanggung jawab dalam menjamin kualitas
produk yang termaksud dalam kategori makanan.
b. Non Food Product. Bertanggung jawab dalam menjamin
kualitas produk yang bukan termaksud dalam kategori makanan.
9. 9
3. DEVELOPMENT DEPT.
Development bertanggung jawab dalam pengembangan
dari masing- masing cabang/gerai – gerai indomart.
a. Grand Opening Development. Bertanggung jawab untuk
mengurusi dan mendisplay barang ketika toko pertama kali di buka
dan menunjang pembukaan toko baru.
b. Price Tag Development. Bertanggung jawab dalam
memberi harga pada produk baru, dan ataupun mengubah list
harga sesuai dengan harga yang telah ditentukan.
c. Promotion Development. Bertanggung jawab untuk
mempromosikan barang/produk yang berada pada toko dengan
membuat brosur, displan, dsb.
4. SUPPLY CHAIN MANAGEMENT DEPT. (SCM)
Supply Chain Management. Bertanggung jawab mengatur
arus barang dari pabrik ke customer. Melakukan perencanaan
persediaan barang. Memperkirakan demand planning dan
pengalokasian barang ke semua cabang.
a. Chief Delivery. Bertanggung jawab untuk mengontrol
pengantaran barang ke gerai-gerai indomaret.
b. Delivery Control. Bertanggung jawab untuk mengontrol
semua barang yang masuk oleh supplier/rekanan sehingga menjadi
stok di gudang.
5. IDM DEPT.
10. 10
IDM Shop. merupakan gerai-gerai atau toko yang tersebar di
tiap-tiap daerah yeng bertanggung jawab untuk melaksanakan
transaksi jual beli.
6. IT MANAGER DEPT.
IT Manager. Bertanggung jawab dan bertugas mengatur
kelancaran sistem. Mengontrol akses dari sebuah sistem.
Mengontrol jaringan sistem.
a. Management Information System. Bertanggung jawab
dalam merencanakan, memberi arahan, mengatur dan
melaksanakan proyek serta memonitor jalannya proyek /
perkembangan proyek.
b. Network. Bertanggung jawab di dalam perawatan jaringan
serta mengontrol akses sebuah sistem.
c. Developer. Bertanggung jawab atas pengembangan sistem
dalam perusahaan baik yang sudah ada maupun sistem baru yang
dibutuhkan.
d. Infrastructure. Bertanggung jawab Bertanggung jawab atas
jalannya infrastruktur jaringan komputer dalam perusahaan.
Memberikan solusi terbaik dalam hal infrastruktur jaringan dalam
hal peralatan, security dan aspek-aspek yang terkait.
e. Database Administrator. Bertanggung jawab dalam
merancang dan membangun database di dalam sistem. Sebagai
administrasi dan pemeliharaan teknis yang menyangkut
perusahaan dalam pembagian sistem database.
f. Help Desk. Bertanggung jawab dalam mengatasi
permasalahan/ troubleshooting, perencanaan, mengkoordinir serta
mendukung proses bisnis.
11. 11
7. FINANCE DEPT.
Finance bertanggung jawab dan bertugas mengendalikan
dan mengawasi kinerja keuangan perusahaan secara keseluruhan.
Melakukan audit terhadap pembayaran dan bertanggung jawab
dalam seluruh aktivitas pembiayaan. Mengkoordinir pembuatan
laporan-laporan keuangan perusahaan untuk keputusan internal.
a. BBT (Bukti Bank Terima). Bertanggung jawab dalam
mengawasi kinerja keuangan dalam bagian pemasukan atas
penerimaan uang, termasuk penerimaan dari gerai-gerai.
b. BBK (Bukti Bank Keluar). Bertanggung jawab dalam
mengawasi kinerja keuangan dalam bagian pengeluaran uang,
untuk menunjang kinerja operasi
8. BRANCH INVENTORY CENTER DEPT. (BIC)
BIC bertanggung jawab dalam memonitoring dan audit
internal, dan mengawasi proses pelaksanaan akuntansi keuangan
dan manajemen. BIC berhubungan dengan toko IDM, di mana
setelah dilakukan audit terhadap toko IDM maka data-data yang
diperoleh dikelola oleh IT. Ketika penglolaan data tersebut terdapat
kekurangan, maka pihak IT melaporkan pada pihak Finace untuk
melakukan penagihan atas kekurangan barang atau kerugian pada
toko tersebut.
G.2 DEPARTEMENTALISASI
Departementalisasi adalah pengelompokan kegiatan kerja
suatu organisasi agar kegiatan-kegiatan yang sejenis dan saling
berhubungan dapat dikerjakan bersama.
12. 12
Pada proses tata kelola sistem informasi penjualan ini,
proses departementalisasi ini menggunakan departementalisasi
fungsional. Departementalisasi fungsional mengelompokkan fungsi-
fungsi yang sama atau kegiatan-kegiatan yang sejenis untuk
membentuk suatu satuan organisasi. Pada organisasi ini, beban
tugas dari Direktur Manager dibagi kepada beberapa manajer
dibawahnya. Namun, mereka tetap melapor kepada Direktur
Manager karena tanggung jawab keseluruhan atas operasi usaha
berada di tangan Direktur Manager. Di bawah ini adalah gambar
struktur organisasi departementalisasi fungsional.
Gambar. Struktur Organisasi Departementalisasi Fungsional
G.3 BAGAN ORGANISASI FORMAL
Bagan Organisasi Formal atau biasa disebut Struktur
Organisasi merupakan mekanisme-mekanisme formal di mana
organisasi dikelola.
Bagan Organisasi Formal atau Struktur organisasi
menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola tetap
hubungan-hubungan di antara fungsi-fungsi, bagian-bagian atau
posisi-posisi, maupun orang-orang yang menunjukkan kedudukan,
13. 13
tugas, wewenang dan tanggungjawab yang berbeda-beda dalam
suatu organisasi.
Gambar. Bagan Organisasi Formal Penjualan
Di dalam bagan organisasi formal atau struktur organisasi
ada beberapa aspek utama yang harus diperhatikan, yaitu :
a. Pembagian kerja.
b. Manajer dan bawahan atau rantai perintah Menunjukkan
hubungan wewenang dan tanggung jawab antara atasan dengan
bawahan dalam suatu organisasi
c. Tipe pekerjaan yang dilaksanakan
d. Pengelompokan segmen-segmen pekerjaan dasar
pembagian kegiatan organisasi (misal: Fungsional atau divisi)
e. Tingkatan manajemen
G.4 RANTAI PERINTAH DAN KESATUAN PERINTAH
14. 14
Rantai Perintah atau juga disebut Rantai Komando (Chain of
Command) adalah garis wewenang yang tidak terputus di mana
menghubungkan semua orang dalam sebuah organisasi dan
menunjukkan posisi orang-orang tersebut. Rantai perintah ini
menjelaskan kepada siapa hasil pekerjaan akan dilaporkan. Rantai
perintah berhubungan dengan dua prinsip, yaitu :
a. Kesatuan Perintah yang berarti bahwa tiap pegawai
menjadi tanggung jawab seorang supervisor saja. Atau dengan
kata lain, setiap pegawai hanya mempunyai seseorang di mana dia
dapat melaporkan dan mempertanggungjawabkan hasil
pekerjaannya.
b. Otoritas merupakan garis wewenang yang ditentukan
dengan jelas dalam sebuah organisasi yang mencakup semua
pegawai. Otoritas merupakan hak yang melekat pada posisi
manajerial seperti memberikan tugas dengan harapan tugas
tersebut dapat dipatuhi dan dijalankan.
Gambar. Proses Rantai Komando dan Kesatuan Perintah
G.5 TINGKAT-TINGKAT HIRARKI MANAJEMEN
15. 15
Hirarki merupakan suatu sistem yang level atau tingkatan
keputusannya secara bertingkat sesuai susunan dengan beberapa
elemen keputusan pada setiap tingkatan keputusan.
Di dalam manajemen, tingkatan atau hirarki manajemen
dibagi atas 3 tingkatan. Tingkatan-tingkatan tersebut membedakan
pembagian tugas dan tanggung jawab masing-masing manajemen.
Pembagian tingkatan atau hirarki manajemen dapat dilihat pada
gambar di bawah ini :
Gambar. Tingkatan Hirarki Manajemen
a. Manajemen Atas. Manajemen atas merupakan manajemen
paling atas yang bertanggung jawab atas kinerja manajemen yang
berada di bawahnya yaitu manajemen tengah dan bawah. Dalam
hal ini, manajemen atas adalah Managing Director. Manajemen
atas bertugas dalam merencanakan kegiatan dan strategis
perusahaan secara umum dan mengarahkan jalannya perusahaan.
Selain itu, manajemen atas bertanggung jawab atas pengelolaan
organisasi secara keseluruhan. Di dalam pengambilan keputusan,
manajemen atas memerlukan informasi global berupa ringkasan
atau laporan dari seluruh transaski yang terjadi dalam periode
waktu tertentu.
16. 16
b. Manajemen Tengah. Manajemen tengah merupakan
manajemen yang berada di antara manajemen atas dan bawah.
Dalam hal ini, manajemen atas adalah Kepala Bagian. Manajemen
tengah ini bertugas dalam merumuskan rencana dan sasaran
operasional jangka menengah, melakukan pengendalian dan
membuat keputusan operasional berdasarkan lingkup
tanggungjawabnya. Selain itu, manajemen tengah bertanggung
jawab atas pengelolaan organisasi berdasarkan
departementalisasi, divisi atau bagiannya. Di dalam pengambilan
keputusan, manajemen tengah memerlukan informasi berdasarkan
divisinya. Sebagai contoh, departemen persediaan barang, kepala
bagian membutuhkan informasi terperinci tentang produk yang
laris, sehingga nantinya dapat dibuat perencanaan yang matang
untuk menjamin persediaan produk tersebut.
c. Manajemen Bawah. Manajemen bawah merupakan
manajemen yang berada di tingkat paling bawah dari tingkatan
manajemen. Dalam hal ini, manajemen atas adalah Kepala Bagian.
Manajemen bawah bertanggung jawab atas pelaksanaan rencana
dan sasaran operasional, membuat keputusan jangka pendek
berdasarkan arah kebijakan, prosedur dan pedoman yang telah
ditentukan serta mengendalikan transaksi harian. Di dalam
pengambilan keputusan, manajemen tingkat bawah memebutuhkan
informasi terperinci dari pergerakan setiap transkasi agar dapat
melakukan kontrol terhadap proses tersebut.
G.6 SALURAN KOMUNIKASI
Saluran Komunikasi dalam hal ini berarti suatu sarana
penyampaian sebuah informasi pada suatu organisasi dari pihak
bawah bawah ke pihak atas maupun sebaliknya.
17. 17
Di dalam hal ini, saluran komunikasi yang digunakan ada 2
(dua) jenis komunikasi, yaitu Komunikasi Vertikal dan Komunikasi
Lateral atau Horisontal. Penggolongan komunikasi ini didasarkan
pada arah aliran pesan-pesan dan informasi didalam suatu
organisasi. Untuk memperoleh pengertian yang lebih mendalam,
maka akan diuraikan ketiga jenis komunikasi tersebut :
a. Komunikasi Vertikal. Komunikasi vertikal terdiri atas
komunikasi ke atas dan ke bawah sesuai rantai perintah.
1. Komunikasi ke bawah. Aliran informasi dalam
komunikasi kebawah mengalir dari tingkatan manajemen
puncak ke manajemen menengah, manajemen yang lebih
rendah, dan akhirnya sampai pada karyawan operasional.
Komunikasi ini juga mempunyai fungsi pengarahan, instruksi,
nasehat/saran dan penilaian kepada bawahan serta
memberikan informasi kepada para anggota organisasi
tentang tujuan dan kebijaksanaan organisasi.
2. Komunikasi ke atas. Alirannya dalam hirarki wewenang
yang lebih rendah ke lebih tinggi biasanya mengalir di
sepanjang rantai komando. Fungsi utamanya adalah untuk
memperoleh informasi mengenai kegiatan, keputusan dan
pelaksanaan pekerjaan karyawan pada tingkat yang lebih
rendah.
b. Komunikasi Horizontal atau juga disebut Komunikasi ke
samping. Terjadi antara dua pejabat atau pihak yang berada dalam
tingkatan hirarki wewenang yang sama (komunikasi horizontal) atau
antara orang atau juga pihak pada tingkatan yang berbeda yang
tidak mempunyai wewenang langsung terhadap pihak lainnya
(komunikasi diagonal). Komunikasi horizontal meliputi hal-hal
berikut ini :
18. 18
1. Komunikasi di antara para anggota dalam kelompok kerja
yang sama.
2. Komunikasi yang terjadi antara dan di antara departemen-
departemen pada tingkatan organisasi yang sama.
Di bawah ini adalah gambar Saluran Komunikasi pada Tata
Kelola Sistem Informasi Penjualan.
Gambar. Saluran Komunikasi
G.7 PENGGUNAAN KOMITE
Komite adalah sekelompok orang yang ditunjuk untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan khusus yang mana kegiatan
tersebut tidak dapat diselesaikan oleh seseorang dalam hal ini
adalah pejabat atau pimpinan perusahaan atau oleh beberapa
orang (dewan). Suatu komite ada yang diberi wewenang untuk
membuat keputusan ada pula yang sebatas melakukan tugas tanpa
berhak membuat keputusan sendiri.
Komite dapat memberikan kemudahan dalam melaksanakan
suatu tugas, yaitu dengan adanya forum untuk bertukar pikiran,
adanya koordinasi, adanya wadah untuk menampung semua
19. 19
informasi, adanya media untuk konsolidasi wewenang dan
keuntungan-keuntungan lain.
G.8 RENTANG MANAJEMEN DAN KELOMPOK-KELOMPOK
INFORMAL YANG TAK DAPAT DIHINDARKAN
Rentang Kendali adalah jumlah bawahan langsung yang
dapat dipimpin dan dikendalikan secara efektif oleh seorang
manajer/pimpinan. Rentang Kendali (span of control) sangat
diperlukan dalam pengorganisasian, karena hal ini berhubungan
langsung dengan pembagian kerja, koordinasi, dan kepemimpinan
seorang pemimpin (manajer).
Rentang Kendali diperlukan dalam suatu organisasi karena
adanya “limits factor (keterbatasan)” manusia di mana seorang
manusia khususnya dalam hal ini adalah manajer/pimpinan tidak
mampu melaksanakan semua tugas atau pekerjaan secara mandiri
sehingga diperlukan pembagian tugas kepada bawahannya sesuai
dengan kemampuan dan keahlian dari masing-masing bawahan.
Sedangkan kelompok-kelompok informal yang tak dapat
dihindarkan adalah sekumpulan orang di luar struktur organisasi
yang terbentuk atas dasar hubungan pribadi dan kekeluargaan dari
pimpinan perusahaan. Meskipun terbentuk di luar struktur
organisasi, organisasi informal ini sangat berpengaruh terhadap
organisasi.
20. 20
KESIMPULAN
Tata kelola sistem informasi yang baik adalah tata kelola yang di
dalamnya terdapat perencanaan dan peorganisasian kegiatan. Sebuah
proyek dalam hal ini adalah proyek tata kelola sistem informasi penjualan
haruslah mempunyai perencanaan kegiatan yang matang, jelas dan
terperinci. Hal ini dimaksudkan agar nantinya dalam pelaksanaan proyek
dalam berjalan dengan lancar. Selain perencanaan kegiatan,
pengorganisasian kegiatan juga harus diperhatikan karena di dalam
pengorganisasian kegiatan terdapat di dalamnya struktur organisasi,
pembagian kerja, departementalisasi, tingkatan manajemen dan rantai
perintah. Dengan adanya pengorganisasian kegiatan, sebuah proyek
dapat dijalankan sesuai dengan tujuan sehingga menghasilkan hasil yang
maksimal dan mendukung operasional perusahaan.