Dalam Mata Kuliah Bimbingan Konseling (Semester 2)
Saya lulusan 2018 S1 Pendidikan Manajemen Perkantoran di Universitas Pendidikan Indonesia. Disini saya akan membagikan semua materi yang sudah saya dan teman kelas saya kerjakan selama masa kuliah. Semoga bermanfaat. :)
Dalam Mata Kuliah Bimbingan Konseling (Semester 2)
Saya lulusan 2018 S1 Pendidikan Manajemen Perkantoran di Universitas Pendidikan Indonesia. Disini saya akan membagikan semua materi yang sudah saya dan teman kelas saya kerjakan selama masa kuliah. Semoga bermanfaat. :)
Pendidikan moral adalah usaha yang dilakukan secara terencana untuk mengubah sikap, perilaku, tindakan, kelakuan yang dilakukan peserta didik agar mampu berinteraksi dengan lingkungan masyarakatnya sesuai dengan nilai moral dan kebudayaan masyarakat setempat.
Berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat (Ali Ibrahim Akbar, 2000), ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengolah diri dan orang lain (soft skill). Bahkan orang-orang tersukses didunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung oleh kemampuan soft skill daripada hard skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan moral peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan. Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat beberapa sumber pendidikan moral agar sesuai untuk diterapkan didalam kehidupan.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Istilah anak berkebutuhan khusus oleh sebagian orang dianggap sebagai padanan kata dari istilah anak berkelaianan atau anak penyandang cacat. Anggapan seperti ini tentu saja tidak tepat, sebab pengertian anak berkebutuhan khusus mengandung makna yang lebih luas, yaitu anak-anak yang memiliki hambatan perkembangan dan hambatan belajar termasuk di dalamnya anak-anak penyandang cacat. Mereka memerlukan layanan yang bersifat khusus dalam pendidikan, agar hambatan belajarnya dapat dihilangkan sehingga kebutuhannya dapat dipenuhi.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui Konsep Anak Berkebutuhan Khusus
2. Mengetahui Prevalensi Anak Berkebutuhan Khusus di Indonesia
3. Mengetahui Faktor Penyebab Anak Berkebutuhan Khusus
1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah konsep Anak Berkebutuhan Khusus ?
2. Bagaimanakah prevalensi Anak Berkebutuan Khusus di Indonesia ?
3. Apakah faktor penyebab Anak Berkebutuhan Khusus ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Anak Berkebutuhan Khusus
Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan menyimpang dari kriteria normal baik secara fisik, psikis, emosi, dan perilaku, sehingga dalam mengembangkan potensinya memerlukan perlakuan dan pendidikan khusus.
Istilah anak berkebutuhan khusus bukan merupakan terjemahan atau kata lain dari anak penyandang cacat, tetapi anak berkebutuhan khusus mencakup spektrum yang luas yaitu meliputi anak berkebutuhan khusus temporer dan anak berkebutuhan khusus permanen (penyandang cacat). Oleh karena itu apabila menyebut anak berkebutuhan khusus selalu harus diikuti ungkapan termasuk anak penyandang cacat. Jadi anak penyandang cacat merupakan bagian atau anggota dari anak berkebutuhan khusus. Oleh karena itu konsekuensi logisnya adalah lingkup garapan pendidikan kebutuhan khusus menjadi sangat luas, berbeda dengan lingkup garapan pendidikan khusus yang hanya menyangkut anak penyandang cacat.
Cakupan konsep anak berkebutuhan khusus dapat dikategorikan menjadi dua kelompok besar yaitu anak berkebutuhan khusus yang bersifat sementara (temporer) dan anak berkebutuhan khusus yang besifat menetap (permanent).
1. Anak Berkebutuhan Khusus Bersifat Sementara (Temporer)
Anak berkebutuhan khusus yang bersifat sementara (temporer) adalah anak yang mengalami hambatan belajar dan hambatan perkembangan disebabkan oleh faktor-faktor eksternal, misalnya trauma akibat bencana alam atau kerusuhan, anak yang mengalami kesulitan konsentrasi karena sering diperlakukan dengan kasar, atau anak yang tidak bisa membaca karena kekeliruan guru mengajar. Pengalaman traumatis dapat menjadi hambatan dalam belajar karena mengganggu emosional siswa. Pengalaman traumatis seperti itu bersifat sementara tetapi apabila anak ini tidak memperoleh intervensi yang tepat bisa jadi akan menjadi permanent. Anak seperti ini memerlukan layanan pendidikan kebutuhan khusus, yaitu pendidikan yang disesuaikan dengan hambatan yang dialaminya tetapi a
Pendidikan moral adalah usaha yang dilakukan secara terencana untuk mengubah sikap, perilaku, tindakan, kelakuan yang dilakukan peserta didik agar mampu berinteraksi dengan lingkungan masyarakatnya sesuai dengan nilai moral dan kebudayaan masyarakat setempat.
Berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat (Ali Ibrahim Akbar, 2000), ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengolah diri dan orang lain (soft skill). Bahkan orang-orang tersukses didunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung oleh kemampuan soft skill daripada hard skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan moral peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan. Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat beberapa sumber pendidikan moral agar sesuai untuk diterapkan didalam kehidupan.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Istilah anak berkebutuhan khusus oleh sebagian orang dianggap sebagai padanan kata dari istilah anak berkelaianan atau anak penyandang cacat. Anggapan seperti ini tentu saja tidak tepat, sebab pengertian anak berkebutuhan khusus mengandung makna yang lebih luas, yaitu anak-anak yang memiliki hambatan perkembangan dan hambatan belajar termasuk di dalamnya anak-anak penyandang cacat. Mereka memerlukan layanan yang bersifat khusus dalam pendidikan, agar hambatan belajarnya dapat dihilangkan sehingga kebutuhannya dapat dipenuhi.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui Konsep Anak Berkebutuhan Khusus
2. Mengetahui Prevalensi Anak Berkebutuhan Khusus di Indonesia
3. Mengetahui Faktor Penyebab Anak Berkebutuhan Khusus
1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah konsep Anak Berkebutuhan Khusus ?
2. Bagaimanakah prevalensi Anak Berkebutuan Khusus di Indonesia ?
3. Apakah faktor penyebab Anak Berkebutuhan Khusus ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Anak Berkebutuhan Khusus
Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan menyimpang dari kriteria normal baik secara fisik, psikis, emosi, dan perilaku, sehingga dalam mengembangkan potensinya memerlukan perlakuan dan pendidikan khusus.
Istilah anak berkebutuhan khusus bukan merupakan terjemahan atau kata lain dari anak penyandang cacat, tetapi anak berkebutuhan khusus mencakup spektrum yang luas yaitu meliputi anak berkebutuhan khusus temporer dan anak berkebutuhan khusus permanen (penyandang cacat). Oleh karena itu apabila menyebut anak berkebutuhan khusus selalu harus diikuti ungkapan termasuk anak penyandang cacat. Jadi anak penyandang cacat merupakan bagian atau anggota dari anak berkebutuhan khusus. Oleh karena itu konsekuensi logisnya adalah lingkup garapan pendidikan kebutuhan khusus menjadi sangat luas, berbeda dengan lingkup garapan pendidikan khusus yang hanya menyangkut anak penyandang cacat.
Cakupan konsep anak berkebutuhan khusus dapat dikategorikan menjadi dua kelompok besar yaitu anak berkebutuhan khusus yang bersifat sementara (temporer) dan anak berkebutuhan khusus yang besifat menetap (permanent).
1. Anak Berkebutuhan Khusus Bersifat Sementara (Temporer)
Anak berkebutuhan khusus yang bersifat sementara (temporer) adalah anak yang mengalami hambatan belajar dan hambatan perkembangan disebabkan oleh faktor-faktor eksternal, misalnya trauma akibat bencana alam atau kerusuhan, anak yang mengalami kesulitan konsentrasi karena sering diperlakukan dengan kasar, atau anak yang tidak bisa membaca karena kekeliruan guru mengajar. Pengalaman traumatis dapat menjadi hambatan dalam belajar karena mengganggu emosional siswa. Pengalaman traumatis seperti itu bersifat sementara tetapi apabila anak ini tidak memperoleh intervensi yang tepat bisa jadi akan menjadi permanent. Anak seperti ini memerlukan layanan pendidikan kebutuhan khusus, yaitu pendidikan yang disesuaikan dengan hambatan yang dialaminya tetapi a
Dalam paper ini terdapat soal dan jawaban UTS Mata Kuliah Kurikulum dna Pembelajaran. dalam UTS ini terdapat beberapa soal, diantaraya mengenai keterkaitan kurikulum dan pembelajaran; 2. penjelasan peranan kurikulum; 3. Penjelasan empat landasan kurikulum;4. Penjelasan komponen kurikulum; 5. Penjelasan pengembangan prinsip pengembangan kurikulum; 6. Penjelasan secara singkat model pengembangan kurikulum menurut Tyler, Taba dan Olifa; Penjelasan Model konsep pengembangan kurikulum; 8. Penjelasan mengenai perbedaan KTSP dan kurikulm 2013.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
Laporan Pembina Pramuka SD dalam format doc dapat anda jadikan sebagai rujukan dalam membuat laporan. silakan download di sini https://unduhperangkatku.com/contoh-laporan-kegiatan-pramuka-format-word/
3. OLEH :
1. Desi Wulan Dari
2. Tria Utami Ningrum
3. Elisa Anggra Ariski
4.Dewi Asma
5.Wahyu Mei Larassari
6.Wulan Oktantias
4. DEFINISI KURIKULUM
Kurikulum merupakan suatu rencana yang
disusun untuk melancarkan proses belajar
mengajar dibawah bimbingan dan tanggung
jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta
staf pengajarnya.
5. Kurikulum adalah program belajar
bagi siswa yang disusun secara sistematis
dan logis, di berikan oleh sekolah untuk
mencapai tujuan pendidikan. Sebagai
program belajar, kurikulum adalah niat,
rencana atau harapan.Kurikulum
merupakan pedoman mendasar
dalam proses pembelajaran.
6. Herman H. horne memberikan dasar
kurikulum dengan 3 macam, yaitu :
1. Dasar psikologi, digunakan untuk mengetahui kemampuan
yang diperoleh dari pelajaran dan kebutuhan peserta didik ( the
ability and needs of children )
2. Dasar sosiologis, digunakan untuk mengetahui tuntutan sah dari
masyarakat
3. Dasar filosofis, digunakan untuk mengetahui keadaan alam
semesta tempat kita hidup ( the kind of universe in which we li
live )
7. FUNGSI KURIKULUM
Fungsi penyesuaian ( the adjustive or adaptive function )
sebagai alat pendidikan yang bertujuan untuk mengarahkan siswa
agar memiliki sifat well adjustend yaitu mampu menyesuaikan diri
dengan lingkungannya.
Fungsi integrasi ( the integrating function )
sebagai alat pendidikan yang bertujuan menghasilkan pribadi-pribadi
yg utuh, membentuk kepribadian untuk dapat hidup dan
berintegrasi dengan masyarakat.
8. Fungsi diferensiasi ( the differentiating function )
Sebagai alat pendidikan yang bertujuan memberikan pelayanan terhadap
perbedaan individu siswa, baik perbedaan fisik maupun psikis.
Fungsi persiapan ( the propaedeutic function )
Sebagai alat pendidikan yang bertujuan mempersiapkan siswa melanjutkan
studi ke jenjang pendidikan berikutnya dan mempersiapkan siswa untuk
dapat hidup dalam masyarakat seandainya tidak dapat melanjutkan
pendidikannya.
9.
Fungsi pemilihan ( the selective function )
Sebagai alat pendidikan yang bertujuan memberikan kesempatan kepada
siswa untuk memilih program-program belajar yang sesuai dengan
kemampuan dan minatnya.
Fungsi diagnostic ( the diagnostic function )
Sebagai alat pendidikan yang bertujuan membantu dan mengarahkan siswa
untuk dapat memahami dan menerima kekuatan ( potensi ) dan kelemahan
yang dimilikinya.
10. PERANAN KURIKULUM TERHADAP
KEGIATAN PEMBELAJARAN
Peranan Konservatif
Peranan konservatif menekankan bahwa kurikulum
sebagai sarana untuk mentransmisikan nilai nilai warisan
budaya . Peranan konservatif ini pada hakikatnya
menempatkan kurikulum yang berorientasi ke masa
lampau.
11. Peranan Kreatif
Peranan kreatif menekankan bahwa kurikulum harus mampu
mengembangkan sesatu yang baru sesuai dengan
perkembangan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan
masyarakat pada masa sekarang dan masa mendatang.
12. Peranan kritis dan evaluative
Peranan ini di latarbelakangi oleh adanya kenyataan
bahwa nilai-nilai dan budaya yang hidup dalam
masyarakat senantiasa mengalami perubahan. peranan
kurikulum tidak hanya mewariskan nilai dan budaya,
melainkan juga memiliki peranan untuk menilai dan
memilih nilai dan budaya serta pengetahuan baru yang
akan diwariskan.