Kurikulum humanistik berdasarkan filsafat eksistensialisme dan konsep pendidikan John Dewey dan Rousseau. Tujuannya membina manusia secara utuh, tidak hanya kognitif tetapi juga afektif dan sosial. Hal ini relevan dengan tujuan pendidikan Indonesia untuk membentuk kepribadian yang utuh.
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...YuliaKartika6
Presentasi ini merupakan pemenuhan tugas evaluasi akhir semester mata kuliah Pengantar Filsafat ilmu oleh Sigit Sardjono, Dr,M.Ec.
Dimana berisi sekumpulan pertanyaan dan jawaban berbagai materi Filsafat Ilmu dengan sudut pandang Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...YuliaKartika6
Presentasi ini merupakan pemenuhan tugas evaluasi akhir semester mata kuliah Pengantar Filsafat ilmu oleh Sigit Sardjono, Dr,M.Ec.
Dimana berisi sekumpulan pertanyaan dan jawaban berbagai materi Filsafat Ilmu dengan sudut pandang Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi
Pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif, didalamnya mencakup perencanaan, penerapan dan evaluasi. Perencanaan kurikulum adalah langkah awal membangun kurikulum ketika pekerja kurikulum membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk menghasilkan perencanaan yang akan digunakan oleh guru dan peserta didik. Penerapan kurikulum atau biasa disebut juga implementasi kurikulum berusaha mentransfer perencanaan kurikulum ke dalam tindakan operasional. Evaluasi kurikulum merupakan tahap akhir dari pengembangan kurikulum untuk menentukan seberapa besar hasil-hasil pembelajaran, tingkat ketercapaian program-program yang telah direncanakan dan hasil-hasil kurikulum itu sendiri.
Makalah Teori Belajar - Pemrosesan InformasiDedy Wiranto
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa mempelajari sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadan alam, benda-benda atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar.
Motivasi dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)Mayawi Karim
Berisi tentang pengertian motivasi dan fungsi motivasi dalam pembelajaran, pentingnya moivasi dalam pembelajaran, faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar, ciri siswa yang mempunyai motivasi belajar, teori-teori motivasi, upaya untuk meningkatkan motivasi belajar.
Pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif, didalamnya mencakup perencanaan, penerapan dan evaluasi. Perencanaan kurikulum adalah langkah awal membangun kurikulum ketika pekerja kurikulum membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk menghasilkan perencanaan yang akan digunakan oleh guru dan peserta didik. Penerapan kurikulum atau biasa disebut juga implementasi kurikulum berusaha mentransfer perencanaan kurikulum ke dalam tindakan operasional. Evaluasi kurikulum merupakan tahap akhir dari pengembangan kurikulum untuk menentukan seberapa besar hasil-hasil pembelajaran, tingkat ketercapaian program-program yang telah direncanakan dan hasil-hasil kurikulum itu sendiri.
Makalah Teori Belajar - Pemrosesan InformasiDedy Wiranto
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa mempelajari sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadan alam, benda-benda atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar.
Motivasi dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)Mayawi Karim
Berisi tentang pengertian motivasi dan fungsi motivasi dalam pembelajaran, pentingnya moivasi dalam pembelajaran, faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar, ciri siswa yang mempunyai motivasi belajar, teori-teori motivasi, upaya untuk meningkatkan motivasi belajar.
Coping with the impact of Covid-19 pandemic on primary education: teachers' s...Ali Murfi
Purpose
The research aimed to explore the issues in the implementation of online education practice in elementary school, to study teachers' coping strategy to the online education issues and to evaluate teachers' problem-solving skill in online learning practice during the Covid-19 pandemic.
Design/methodology/approach
An exploratory research focused on identifying the obstacles in teaching practice faced by elementary school teachers as well as their coping strategy with eight convenience sampled schools.
Findings
Online education practice faced unpreparedness and competency issues. Unpreparedness was found in terms of social, technical and cultural factors, while competency issue was related to online education competency and digital competency. Teachers’ struggle to cope with the issue in online education practice was focused on the performing conventional education in the online manner, suggesting teachers' lack of competency in encouraging learning success. Teachers neglected the development of students' readiness and competencies to engage in online learning. Moreover, teachers’ struggle had the least impact on the development of their online teaching competency and digital competency that are required for carrying out online teaching. In general, teachers' problem-solving skill was below the expected level. These findings suggested that improvement of teachers' competencies is important in order to cope with the issues such as in online education practice during Covid-19 pandemic and to face future challenges in education.
Originality/value
This study evaluated the gap between actual action and expected action of elementary school teachers in coping with the issues regarding online education practice.
From teachers to students creativity? the mediating role of entrepreneurial e...Ali Murfi
Enhancing creativity is beneficial for students to be involved in entrepreneurial activities and entrepreneurship education to promote students’ creative thinking abilities. This paper examines how teacher creativity drives students’ ingenuity and investigates entrepreneurship education’s pivotal role in explaining this relationship. A quantitative method was involved in obtaining a better understanding of the relationship between variables using variance-based Structural Equation Modeling Partial Least Square (SEM-PLS). Participants in this study were gathered from numerous vocational schools in Yogyakarta of Indonesia undergoing an online survey. The findings indicate that teacher creativity has a positive effect on entrepreneurship education and students’ creativity. It also reveals a strong correlation between entrepreneurship education in the schools and their students’ creativity.
Human Resources Approach for Optimization of Knowledge Management Implementat...Ali Murfi
Professional human resources view knowledge management as a guarantor of knowledge owned, acquired, and developed together with other people in the organization so that personal knowledge can become organizational knowledge that can contribute to organizational performance. This study aims to analyze the optimization of the implementation of knowledge management at Bina Nusantara University to approach human resources. This approach is carried out to gain commitment and at the same time increase the competence of human resources in using knowledge management. This study uses a qualitative research method with the type of case study. The research results at Bina Nusantara University show that the resource approach focuses on empowering stakeholders, managing perceptions, developing individual competencies and commitments, and appreciating all achievements. This human resource approach is grouped into students, alumni, and parents. Second, industry, business people, and the community. Third, faculty members, and fourth, staff. This research contributes to a deep understanding of the human resource approach for optimizing knowledge management in higher education.
Strategi Pembelajaran Aktif Question Student Have (QSH) Pada Mata Pelajaran F...Ali Murfi
Pembelajaran yang kurang memperhatikan perbedaan individual anak dan didasarkan pada keinginan guru, akan sulit untuk dapat mengantarkan anak didik ke arah pencapaian tujuan pembelajaran. Salah satu aplikasi daripada aktif learning adalah strategi Question Students Have (pertanyaan dari siswa). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami bentuk-bentuk, langkah-langkah, kelebihan dan kekurangan dari strategi pembelajaran Question Student Have (QSH), serta bagaimana model Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada mata pelajaran Fiqh di MTs Negeri 9 Bantul.
Kepemimpinan Sekolah dalam Situasi Krisis Covid-19 di IndonesiaAli Murfi
Coronavirus disease (Covid-19) is shaking the world. This massive event triggered by infectious disease is beyond the predictions of many people, even practitioners, and experts in the field of crisis management. Now all sectors are affected, including the world of Education. Academic leaders respond by moving their educational activities and those related online. The decision to pivot into distance learning is made quickly. This research focuses on highlighting how the headmaster's leadership in carrying out crisis management in the Islamic School of Al-Azhar Cairo Yogyakarta by going through the stages, namely 1) Before the Crisis, 2) During the Crisis, 3) After the Crisis. This research uses a qualitative method with the type of case study. The results showed that Before the Crisis stage was carried out by implementing the Covid-19 Prevention Literacy policy. The stages during the crisis are carried out with (a) Health Talk, (b) Learning from Home Policy, and (c) Video and Podcast Challenge. After the crisis phase, the principal develops a collaborative approach to leadership, evaluating, and controlling the various effects of the crisis to prevent future crises. Crisis management is needed so that schools can be better prepared to deal with crises and reduce their impact so that the learning process and managerial activities can continue to run productively.
Islam Nusantara: Religion Dialectic and Cultural for Pluralism-Democratic Soc...Ali Murfi
Seeing the face of Islamic nowadays, Islam Nusantara is very needed, because its characteristic proposes solution in moderate ways, not right or left extreme, always balance, inclusive, tolerance, can live in harmonization with other religion followers and can accept the democracy well. Islam Nusantara is delivered through in friendly, harmonize and respectful way, so that it does not suppress the culture. Islam Nusantara is neither a new religion nor a new school, but Islam Nusantara is the face of Islam in Southeast Asia. The teachings of Islam are implemented in a society in which the mental and character are influenced by the structure of the islands. Islam Nusantara's characteristic can be formulated in operational form as the basic of life for the pluralism and nationality society so that it can be defined as a process of Islam Nusantara actualization through local wisdom. In the level of practice, it can be done by inserting Islam Nusantara's values, not only in knowledge's source and structure but also in society's morality. Those values are moderate, tolerance, balance and inclusive.
Islamic Education System in Singapore: Current Issues and ChallengesAli Murfi
Although Singapore cannot be used as a model for global Islamic education, this country has quite several madrasahs. The Singapore government is also quite responsive in providing support for the continuation of Islamic education activities. This study aims to analyze the Islamic education system—madrasah management and curriculum in Singapore. Most importantly, this study identifies how the role of madrasahs in the Singapore education system is. The study in this paper is qualitative. This study uses library research, and the method of content analysis and constant comparative analysis becomes the first option of the writer. The results show that Singapore's Islamic Ugama Majlis (MUIS) plays a significant role in monitoring and managing the development of Islamic education in Singapore, which performs three types of Islamic education, Part-Time Education, Full Time Education, and Islamic Study Program for the Community. MUIS created a special curriculum by proposing the Singapore Islamic Education System (SIES) by introducing the ALIVE curriculum. The role and relevance of madrasahs cannot be underestimated or dismissed because the growing Muslim community and society will always need the right channels for real Islamic education regardless of how progressive or modern it is. This paper provides a broad view of madrasah in Singapore and looks at management, curriculum, and the role of madrasahs.
COMPARISON OF PAI AND PAK: AN OVERVIEW OF VALUES OF MULTICULTURAL EDUCATION Ali Murfi
This research to reveal comparative Islamic Education (PAI) with Christian Education (PAK) through a textbook’s lesson in terms of content values of multicultural education. The comparative’s analysis includes three aspects, differences, similarities, and common platform. The results showed that substance of values of multicultural education contained in the textbooks have much in similarities which eventually became common platform both than the differences that exist, so that PAI and PAK should move bind themselves to each other in one joint effort to raise the noble values of multicultural, where both scientific traditions stand firm through efforts integration and comprehension charge of teaching materials. Keywords: Multicultural Education, Differences, Similarities, Common Platform A. Introduction The issue of the value of multiculturalism is a major challenge faced by the religions of the world, every religion emerged from a pluralistic religious environment. At the same time, the followers of religions have formed an exclusive insight into their religious and contrary to the spirit of multiculturalism. Various movements often arise and are often the cause of the emergence of new insights and religious development.
Bias Gender dalam Buku Teks Pendidikan Agama Islam dan KristenAli Murfi
This research has been done to reveal the gender bias in text books of Islamic and Christian religious educationas as the basis for promoting gender concept religious education factually. These findings show that the text books of Islamic and Christian religious, which are learnt by students nowadays, are found only a little value of gender norm. Because of this, it is necessary for the religious education lessons are to be revised and implemented the comprehension of gender bias by professional teacher. This is as the innovative movement of religious education about equality and equity of women and men in the access of economic, social, cultural and political activities.
Posdaya Sebagai Alternatif Pemerataan Pendidikan Anak Usia Dini Ali Murfi
This research is intended to reveal the importance of Posdaya as an alternative in equal distribution of early childhood education which is the community-based organization or educational embodiment of, by and for the community. The results showed that the implementation of the model of Posdaya is one of alternative in the equal distribution of early childhood educational levels or it which is called PAUD. The organization of PAUD Posdaya is evidence of the the answers of credibility the challenge of demographic bonus the year 2045, or 100 years of independence of Indonesia and can be a solution related to a classical problem of educational about equal distribution that occurred in Indonesia. Some of the things that make Posdaya important to be held because the first, Posdaya get higher percentage of community pasticipation. The second, it can be reached by all circles of society, especially medium to bottom class people. The third is as media to synergize the existence of each instituiton in society, such as government programs related to toddler, mothers, and society as Posyandu, PKK, BKB, KB, the national program for community empowerment (PNPM Mandiri), and other empowerment programs.
Keywords: Posdaya, Community Pasticipation, Equal Distribution of Education
1. BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Suatu kurikulum, apakah kurikulum pendidikan dasar, pendidikan mnenegah atau
pendidikan tinggi, kurikulumsekolah umum, kejuruan, dan lain-lain merupakan
perwujudan atau penerapan teori-teori kurikulum. Teori-teori tersebut merupakan hasil
pengkajian, penelitian dan pengembangan ahli kurikulum. Kumpulan teori-teori
kurikulum membentuk suatu ilmu atau bidang studi kurikulum.
Menulusuri pendidikan nasional, kita ternyata banyak mengalami malpraktik, jika
dilihat dari aspek kurikulumnya. Artinya, implementasi kurikulum di berbagai jenjang
pendidikan kurang memperhatikan tujuan akhir pendidikan. Akibatnya, sekolah
menjadi terlalu memusatkan diri kepada pencapaian target kurikulum dalam domain
kognitif semata. Persoalan sistim nilai, kreativitas, dan kompetensi peserta didik
kurang diperhatikan secara proposional.
Berangkat dari hal ini para praktisi pendidikan merumuskan sebuah model konsep
kurikulum humanistic, yaitu bertujuan untuk mengarahkan dan membina manusia
yang utuh bukan saja segi fisik dan intelektual tetapi juga segi social dan afektif
(emosi, sikap, perasaan, nilai, dll).
1.2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan hal-hal yang tertulis dalam latar belakang, maka penulis dalam hal ini
akan membatasi permasalahan dalam beberapa pertanyaan
1. Apa yang dimaksud dengan kurikulum, humanistic dan pendidikan ?
2. Bagaimana konsep dasar kurikulum humanistic ?
3. Apa ciri-ciri kurikulum humanistic ?
4. Apa relevansinya antara kurikulum humanistic dengan tujuan pendidikan di
Indonesia ?
1.3. TUJUAN MASALAH
Dengan berdasar kepada poin-poin pertanyaan tersebut di atas, maka penulis
mempunyai tujuan dalam penulisan makalah ini, yaitu :
1. Memahami dan mengerti tentang kurikulum, humanistic dan pendidikan ?
2. Mengetahui dan memahami konsep dasar kurikulum humanistic ?
3. Memahami cirri-ciri kurikulum humanistic ?
4. Mengetahui dan memahami relevansi anatara kurikulum humanistic dengan tujuan
pendidikan di Indonesia ?
1
2. BAB II
ISI
2.1 PENGERTIAN KURIKULUM, HUMANISTIK, PENDIDIKAN.
2.1.1. KURIKULUM
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.1
2.1.2. HUMANISTIK
Humanistik berasal dari akar kata Humanis yang secara etimologis adalah orang
yg mendambakan dan memperjuangkan terwujudnya pergaulan hidup yg lebih
baik, berdasarkan asas perikemanusiaan; pengabdi kepentingan sesama umat
manusia. Humanis juga didefinisikan sebagai paham yang menganut bahwa
manusia adalah subjek terpenting.2
Dalam kaitanya dengan kurikulum, bahwa yang di maksud dengan kurikulum
humanistic adalah kurikulum yang berorientasikan pada perkembangan
kepribadian, sikap, emosi/perasaan peserta didik.
2.1.3. PENDIDIKAN
Pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
keperibadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.3
Sedangkan tujuan pendidikan nasional adalah berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.4
1
UU RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 Ayat 19
2
Artikata.com
3
UU RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 Ayat 1
4
UU RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3
2
3. 2.2 KONSEP DASAR KURIKULUM HUMANISTIK
Kurikulum humanistic dikembangkan oleh para ahli pendidikan humanistic. Kurikulum
ini berdasarkan filsafat eksistensialisme (Jean Paul Sartre) dan berdasarkan konsep
aliran pendidikan pribadi yaitu John Dewey dan J.J Rousseau. Aliran ini lebih
memberikan tempat utama kepada peserta didik. Mereka bertolak dari asumsi bahwa
anak atau peserta didik adalah yang pertama dan utama dalam pendidikan. Ia adalah
subjek yang menjadi pusat kegiatan pendidikan. Mereka percaya bahwa peserta didik
mempunyai potensi, punya kemampuan, dan kekuatan untuk berkembang.para pendidik
humanis juga berpegang pada konsep Gestalt, bahwa individu atau anak merupakan satu
kesatuan yang menyeluruh. Pendidikan diarahkan membina manusia yang utuh bukan
saja segi fisik dan intelektual tetapi juga segi social dan afektif (emosi, sikap, perasaan,
nilai, dll).5
Pandangan mereka berkembang sebagai reaksi terhadap pendidikan yang lebih
menekankan segi intelektual dengan peran utama dipegang oleh pendidik. Pendidikan
humanistic menekankan peranan peserta didik. Pendidikan merupkan suatu upaya untuk
menciptakan situasi yang permisif, rileks, akrab. Berkat situasi tersebut anak
mengembangkan segala potensi yang dimiliknya. Menurut Mc Neil, tugas Guru adalah
menciptakan situasi yang permisif dan mendorong siswa untuk mencari
danmengembangkan pemecahan sendiri.
Pendidikan mereka lebih menekankan bagaimana mengajar peserta didik (mendorong
peserta didik), dan bagaimana merasakan atau bersikap terhadap sesuatu. Tujuan
pengajaran memperluas kesadran diri sendiri dan mengurangi kerenggangan dan
keterasingan dari lingkungan.
2.3 KARAKTERISTIK KURIKULUM HUMANISTIK
Kurikulum humanistic mempunyai beberapa karakteristik berkenaan tujuan, metode, isi
dan evaluasi.
1. Bagi mereka tujuan pendidikan adalah proses perkembangan pribadi yang dinamis
yang diarahkan pada pertumbuhan, integritas, dan otonomi keperibadian, sikap yang
sehat terhadap diri sendiri, oranglain, dan belajar.
5
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 86-87
3
4. 2. Metode yang baik adalah yang memberikan pengalaman yang akan membantu para
siswa memperluas kesadaran akan dirinya dan orang lain dan dapat mengembangkan
potensi-potensi yang dimilikinya.
3. Isi mencakup seluruh aspek pribadi yang harus dimiliki peserta didik (kognitif,
estetika, maupun moral)
4. Dalam evaluasi, kurikulum humanistic berbeda dengan yang biasa. Lebih
mengutamakan proses daripada hasil. Kalau kurikulum yang biasa terutama subjek
akademis mempunyai criteria pencapaian, maka dalam kurikulum humanistic tidak
ada criteria. Sasaran mereka adalah perkembangan anak supaya menjadi manusia
yang seutuhnya.
2.4. RELEVANSI DENGAN TUJUAN PENDIDIKAN DI INDONESIA
Berbicara tujuan pendidikan Indonesia, maka tidak bisa lepas dari Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 yahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
khusunya pada Bab II pasal 3 yang menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Menulusuri pendidikan nasional, kita ternyata banyak mengalami malpraktik, jika
dilihat dari aspek kurikulumnya. Artinya, implementasi kurikulum di berbagai jenjang
pendidikan kurang memperhatikan tujuan akhir pendidikan. Akibatnya, sekolah menjadi
terlalu memusatkan diri kepada pencapaian target kurikulum dalam domain kognitif
semata. Persoalan sistim nilai, kreativitas, dan kompetensi peserta didik kurang
diperhatikan secara proposional.6 Berangkat dari hal ini para praktisi pendidikan
merumuskan sebuah model konsep kurikulum humanistic, yaitu bertujuan untuk
mengarahkan dan membina manusia yang utuh bukan saja segi fisik dan intelektual
tetapi juga segi social dan afektif (emosi, sikap, perasaan, nilai, dll).
Berdasarkan tujuan kurikulum humanistic tersebut maka relevansi konsep pokok
kurikilum humanistic dengan tujuan pendidikan di Indonesia adalah terletak pada nilai
dasar humanisme untuk tidak hanya membina domain kognitif saja tetapi menbina
domain afektif dengan unsure-unsurnya yang pada gilirannya dapat mewujudkan
6
Jurnal Pemikiran Alternatif Pendidikan, INSANIA IVOL14INo.3ISep-Des2009I336-447
4
5. perilaku, yang mencerminkan tergambarnya kepribadian yang utuh. Hal itu bisa
dijelaskan sebagai:
1. Konsep dasar kurikulum humanistic yang bertujuan untuk mengarahkan dan
membina manusia yang utuh bukan saja segi fisik dan intelektual tetapi juga segi
social dan afektif (emosi, sikap, perasaan, nilai, dll). Hal ini dapat sebagai jalan
untuk mengantarkan pemikiran dan praksis pendidikan untuk menuju terwujudnya
kepribadian yang utuh, yakni sebagai manusia yang tepat dalam menentukan minat,
sikap, dan apresiasi terhadap nilai-nilai, dan norma kehidupan.
2. Pendidikan humanistic menekankan peranan peserta didik. Pendidikan merupkan
suatu upaya untuk menciptakan situasi yang permisif, rileks, akrab. Berkat situasi
tersebut anak mengembangkan segala potensi yang dimiliknya. Hal ini dapat
mendorong kearah pemikiran dan praksis pendidikan untuk mengantarkan peserta
didik memiliki sikap disiplin, bertanggung jawab, dan beretos kerja. Pada giliranya
hal itu dapat untuk mewujudkan gambaran manusia yang cerdas, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kepribadian
yang mantap.
5
6. BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
1. Kurikulum humanistik berdasarkan filsafat eksistensialisme (Jean Paul Sartre)
dan berdasarkan konsep aliran pendidikan pribadi yaitu John Dewey dan J.J
Rousseau.
2. Berdasarkan tujuan kurikulum humanistic maka relevansi konsep pokok
kurikilum humanistic dengan tujuan pendidikan di Indonesia adalah terletak
pada nilai dasar humanisme untuk tidak hanya membina domain kognitif saja
tetapi menbina domain afektif dengan unsure-unsurnya yang pada gilirannya
dapat mewujudkan perilaku, yang mencerminkan tergambarnya kepribadian
yang utuh. Hal itu bisa dijelaskan sebagai:
1. Konsep dasar kurikulum humanistic yang bertujuan untuk mengarahkan dan
membina manusia yang utuh bukan saja segi fisik dan intelektual tetapi juga
segi social dan afektif (emosi, sikap, perasaan, nilai, dll). Hal ini dapat
sebagai jalan untuk mengantarkan pemikiran dan praksis pendidikan untuk
menuju terwujudnya kepribadian yang utuh, yakni sebagai manusia yang
tepat dalam menentukan minat, sikap, dan apresiasi terhadap nilai-nilai, dan
norma kehidupan.
2. Pendidikan humanistic menekankan peranan peserta didik. Pendidikan
merupkan suatu upaya untuk menciptakan situasi yang permisif, rileks, akrab.
Berkat situasi tersebut anak mengembangkan segala potensi yang dimiliknya.
Hal ini dapat mendorong kearah pemikiran dan praksis pendidikan untuk
mengantarkan peserta didik memiliki sikap disiplin, bertanggung jawab, dan
beretos kerja. Pada giliranya hal itu dapat untuk mewujudkan gambaran
manusia yang cerdas, memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani
dan rohani, serta memiliki kepribadian yang mantap.
6
7. DAFTAR PUSTAKA
UU RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Jurnal Pemikiran Alternatif Pendidikan, INSANIA IVOL14INo.3ISep-Des2009I336-447.
artikata.com
7