1. INVENTARISASI DIVISI PHAEOPHYTA DAN RHODOPHYTA DI
PANTAI TELUK LOMBOK SANGATTA, KALIMANTAN TIMUR
Elista Mulatifah Flandini, Evinoraida Rency Siagian, Hajar Nailufar, Normala
Sari dan Tya Febritasari
Mahasiswa Program Studi Biologi FMIPA Universitas Mulawarman, Samarinda
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi ekologi makroalga kelas
Phaeophyta dan Rhodophyta. Selain itu untuk mengetahui jenis-jenis makroalga kelas
Phaeophyta dan Rhodophyta pada ekosistem padang lamun di Pantai Teluk Lombok
Sangatta. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mahasiswa dan
masyarakat. Penelitian ini dilaksanakan, pada tanggal 29 Desember 2013 bertempat di
Pantai Teluk Lombok Sangatta, Kutai Timur, Kalimantan Timur. Dalam penelitian ini
metode yang digunakan adalah deskriptif serta teknik pengambilan sampel dengan
pembuatan transek. Dimana dalam 1 garis transek terdapat 4 plot berbentuk lingkaran
dengan diameter 10 meter dan jarak antar 1 plot ke plot lain adalah 20 meter. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa di Pantai Teluk Lombok Sangatta ditemukan 8 spesies
dari divisi Rhodophyta yaitu: Galaxaura sp., Hypnea sp., Laurencia sp., Euchema sp.,
Euchema isiforme, Hypnea choroides, Farlowia compresa, dan Chondrus sp. dan 2
spesies dari divisi Phaeophyta yaitu : Padina sp., dan Turbinaria triquetra. Sebaran
makroalga divisi Phaeophyta dan Rhodophyta di Pantai Teluk Lombok Sangatta terdapat
pada substrat berpasir dan daerah padang lamun. Kelompok habitat makroalga tersebut
terdiri dari habitat substrat pasir dan padang lamun.
Kata Kunci: Teluk Lombok, Makroalga, Phaeophyta, Rhodopyta, Inventarisasi.
PENDAHULUAN
Alga merupakan salah satu
sumberdaya alam hayati laut yang
bernilai ekonomis dan memiliki peranan
ekologis sebagai produsen yang tinggi
dalam rantai makanan dan tempat
pemijahan biota-biota laut. Studi alga
laut di Indonesia pernah dilakukan oleh
Rumpius pada tahun 1750 di perairan
Ambon. Pengkajian secara intensif
dilaksanakan pada ekspedisi “Siboga”
pada tahun 1899-1900 oleh Weber-Van
Bosse di perairan bagian Indonesia.
Ekspedisi ini berhasil mendeskripsikan
782 spesies alga makro di antaranya 196
Chlorophyta, 134 Phaeophyta dan 452
Rhodophyta (Anggadiredja et al., 2009).
Alga cokelat (Phaeophyta) adalah
salah satu di antara tiga divisi alga laut
makrobentik yang ditemukan tumbuh di
perairan laut. Tubuh alga ini masih
berupa thallus yang terdiri atas holdfast,
blade dan stipe. Cadangan makanan
Phaeophyta berupa laminaran dan
mannitol.
Phaeophyta
ditemukan
predominan pada zona litoral bawah dan
subtidal
atas.
Ganggang
merah
(Rhodophyta)
adalah
salah
satu
kelompok tertua ganggang eukariotik
dan salah satu yang terbesar. Kelompok
ini terdiri dari sekitar 5.000 sampai
6.000 spesies kebanyakan multiselular.
Mereka mendominasi sepanjang daerah
pesisir dan landas kontinental tropis,
subtropis, dan daerah air dingin.
Ganggang merah secara ekologis
signifikan karena produsen utama,
penyedia habitat struktural untuk
organisme laut lainnya.
Pantai Teluk Lombok Sangatta
merupakan salah satu pantai yang
memiliki keanekaragaman makroalga
jenis Phaeophyta dan Rhodophyta yang
tersebar pada berbagai habitat dan
belum
teridentifikasi
jenis
dan
2. sebarannya, baik pada ekosistem lamun
maupun pada terumbu karang. Belum
adanya kajian khusus mengenai
makroalga ini di Pantai Teluk Lombok
Sangatta yang menjadi alasan penelitian
ini. Melihat hal tersebut, maka perlunya
dilakukan
penelitian
ini
untuk
mengetahui sebaran makroalga jenis
Phaeophyta dan Rhodophyta pada
ekosistem lamun di Pantai Teluk
Lombok Sangatta.
Oleh karena itu dilakukan
praktikum lapangan Cryptogamae untuk
mengetahui jenis-jenis makroalga dari
divisi Phaeophyta dan Rhodophyta yang
terdapat di Pantai Teluk Lombok
Sangatta dan mengetahui ciri-ciri dari
jenis makroalga divisi Phaeophyta dan
Rhodophyta yang terdapat di Pantai
Teluk Lombok Sangatta.
TINJAUAN PUSTAKA
Ganggang merupakan organisme
berklorofil dan beraneka ragam, mulai
dari yang bersel satu dan dapat bergerak
bebas hingga yang multiseluler dan
panjangnya dapat mencapai 60 m.
Bentuk tubuh ganggang menunjukkan
diferensiasi bila dilihat sepintas dari
luar, sehingga kenampakannya seperti
kormus tumbuhan tinggi, tetapi dari segi
anatomi belum memperlihatkan adanya
diferensiasi secara mendalam (Latifah,
2001).
Seperti halnya tumbuhan lain,
reproduksi ganggang meliputi dua cara,
yaitu secara aseksual dan seksual.
Reproduksi
aseksual
berlangsung
dengan berbagai cara, yang dibedakan
ke dalam dua kategori yaitu: pertama,
pembelahan dan fragmentasi, sedangkan
kategori kedua yaitu pembentukan
zoospora.
Reproduksi
seksual
melibatkan pembentukan gamet, melalui
peleburan satu gamet dengan gamet
lainnya. Hasil peleburan dinamakan
zigot. Terdapat 2 tipe utama reproduksi
seksual. Tipe yang pertama, isogami:
gamet-gametnya berukuran sama besar
dan dapat bergerak bebas. Tipe yang
kedua, oogami: gamet betina berukuran
besar dibuahi gamet jantan yang kecil
dan dapat bergerak (Tjitrosoepomo,
1989).
Pada
dasarnya,
klasifikasi
ganggang
ditentukan
berdasarkan
keanekaragaman pigmennya. Seiring
dengan
berkembangnya
waktu,
klasifikasi ganggang dibedakan atas ciriciri lain seperti sifat makanan, sifat
struktural serta
sifat reproduktifnya (Darley, 1982).
Ganggang merah (Rhodophyta)
mudah dibedakan dengan kelompok
ganggang eukariotik lain disebabkan
kombinasi
karakteristik
yaitu
ketidaklengkapan dari setiap tahap
pembentukan flagelata, adanya pigmen
aksesori fotosintesis yang disebut
fikobilin (fikoeritrin dan fikosianin),
fotosintesis pada lamela terjadi secara
terpisah, atau adanya thylakoids, dalam
kloroplas, pati sebagai cadangan
makanan.keberadaan oogamous pada
reproduksi seksual yang melibatkan selsel khusus betina disebut karpogonia
dan gamet jantan disebut spermatia.
Fikosianin dan fikoeritrin menyebabkan
warna hijau klorofil tidak kelihatan.
Cadangan utama dari Rhodophyta
berupa tepung floridean, yang identik
dengan amilopektin bercabang. Dinding
sel Rhodophyta mengandung selulosa,
galaktans (seperti agar, karagenan),
silan, dan mannan, terdiri dari dua lapis
yaitu lapisan mikrofibril yang keras
(Darley, 1982).
Phaeophyta atau alga coklat
adalah salah satu alga yang tersusun atas
zat
warna
atau
pigmentasinya.
Phaeophyta (alga coklat) ini berwarna
coklat karena mengandung pigmen
xantofis. Bentuk tubuhnya seperti
tumbuhan
tinggi.
Klasifikasi
Berdasarkan
tipe
pergantian
keturunan, phaeophyta dibagi dalam 3
golongan yaitu:
1. Golongan
Isogeneratae,
yaitu
golongan tumbuhan yang memiliki
pergiliran keturunan isomorf.Sporofit
3. dan gametofit mempunyai bentuk
dan ukuran yang sama secara
morfologi tetapi sitologinya berbeda.
Contoh: Ectocarpus, Dictyota dan
Cutleria
2. Golongan Heterogeneratae, yaitu
golongan tumbuhan yang memiliki
pergiliran
keturunan
yang
heteromorf.
Sporotif
dan
gametofitnya
berbeda
secara
morfologi maupun sitologisnya.
Contoh: Laminaria, Nercosystis.
3. Golongan Cyclosporae, yaitu
golongan tumbuhan yang tidak
memiliki
pergiliran
keturunan.Contoh: Fucus.
(Anggadiredja et al., 2009).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan
pada tanggal 29 Desember 2013 di
Pantai Teluk Lombok Sangatta,
Kutai Timur, Kalimantan Timur pada
pukul 06.30 WITA pada saat surut
terendah
pantai.
Dilanjutkan
identifikasi jenis-jenis makroalga
divisi Phaeophyta dan Rhodophyta
pada tanggal 30 Desember 2013 pada
pukul 09.00 WITA di Laboratorium
Fisiologi Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Mulawarman Samarida, Kalimantan
Timur.
Dalam penelitian ini metode
yang digunakan adalah metode
deskriptif serta teknik pengambilan
sampel dengan pembuatan garis
transek. Dimana dalam 1 garis
transek terdapat 4 plot berbentuk
lingkaran dengan diameter 10 meter
dan jarak antar 1 plot dengan plot
lain adalah 20 meter. Setiap plot
dilakukan pengamatan dengan 1
orang sebagai poros untuk dijadikan
sebagai titik tumpuan dan 1 orang
untuk menarik dan membentuk
lingkaran serta diikuti 2 orang yang
bertugas sebagai pencatat sampel
yang didapat, 5 orang sebagai
pencari sampel, 1 orang sebagai
dokumentasi dan 1 orang sebagai
pengingat waktu. Pencarian sampel
ini dilakukan selama 1 jam. Setelah
itu sampel yang didapat disimpan
pada plastik gandum dan hasil yang
didapat diidentifikasi. Metode ini
bertujuan untuk mempermudah
dalam pengamatan dan penelitian
dalam pencarian sampel serta metode
ini merupakan metode yang dapat
mencakup
seluruh
komunitas
makroalga divisi Phaeophyta dan
Rhodophyta yang ada di laut dan
tidak membutuhkan waktu yang
lama.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pantai
Teluk
Lombok
merupakan salah satu lokasi wisata
umum yang terletak kurang lebih 22
km dari kota Sangatta. Secara
administratif, pantai Teluk Lombok
masuk ke dalam wiayah Desa
Sangkima. Secara kawasan, Pantai
Teluk Lombok ini masuk dalam
kawasan Taman Nasional Kutai.
Pantai Teluk Lombok saat ini telah
berkembang menjadi kawasan wisata
terbuka (mass tourisme) yang
berbasis wisata pantai. Pantai yang
terbentang sepanjang kurang lebih 4
km, dengan topografi yang landai
dan berpasir putih ini sudah sejak
lama menjadi daerah tujuan wisata,
terutama pada hari-hari libur dan
akhir pekan. Di bagian utara pantai
ini terdapat areal hutan mangrove
yang relatif baik dan terjaga. Pada
sebagian dari kawasan mangrove ini
sudah tersedia bardwalk sepanjang
300 meter yang memungkinkan para
pengunjung untuk lebih dalam
masuk ke areal mangrove. Selain itu
4. beberapa jenis biota laut dapat kita
temukan di pantai teluk lombok ini.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai
berikut :
Tabel 1. Klasifikasi Spesies Makroalga (Chlorophyta, Phaeophyta dan Rhodophyta)
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Divisi
Rhodophyta
Rhodophyta
Rhodophyta
Rhodophyta
Rhodophyta
Rhodophyta
Rhodophyta
Rhodophyta
Phaeophyta
Phaeophyta
Phaeophyta
Kelas
Rhodophyceae
Rhodophyceae
Rhodophyceae
Rhodophyceae
Rhodophyceae
Rhodophyceae
Rhodophyceae
Rhodophyceae
Phaeophyceae
Phaeophyceae
Phaeophyceae
Ordo
Gigartinales
Florideophycidae
Gigartinales
Hypnales
Ceramiales
Nemaliales
Gracilariales
Gigartinales
Fucales
Dictyotales
Dictyotales
Famili
Solariaceae
Domunticeae
Gigartinaceae
Hypneaceae
Laurencieae
Chaetangiaceae
Gracilariaceae
Solariaceae
Sargassaceae
Dictyotaceae
Dictyotaceae
Genus
Euchema
Farlowia
Chondrus
Hypnea
Laurencia
Galaxaura
Glacilaria
Euchema
Turbinaria
Stypopodium
Padina
Spesies
Euchema isiformes
Farlowia compressa
Chondrus sp.
Hypnea choroides
Laurencia sp.
Galaxaura sp.
Gracilaria curtissae
Euchema alvarezii
Turbinaria sp.
Stypopodium sp.
Padina sp.
Tabel 2. Jumlah Makroalga Divisi Phaeophyta dan Rhodophyta yang ditemukan Di Pantai Teluk
Lombok Sangatta
No.
Famili
Spesies
Jumlah Spesies
Plot 1
Plot 2
Plot 3
1.
Solariaceae
Euchema isiforme
1
1
2.
Domunticeae
Farlowia compressa
1
3.
Gigartinaceae
Chondrus sp.
6
4.
Hypneaceae
Hypnea choroides
1
3
2
5.
Laurenciaea
Laurencia sp.
6.
Chaetangiaceae
Galaxaura sp.
1
7.
Gracilariaceae
Gracilaria sp.
1
8.
Domunticeae
Euchema alvarezii
1
9.
Dictyotaceae
Padina sp.
1
10. Dictyotaceae
Stypopodium sp.
1
11. Sargassaceae
Turbinaria sp.
5
1
Total Spesies
2
15
9
Hasil
pengamatan
yang
diperoleh antara lain: ditemukan 11
spesies yang terdiri dari 8 spesies
divisi Rhodophyta dan 3 spesies
divisi Phaeophyta. Spesies dari divisi
Rhodophyta yang ditemukan yaitu:
Galaxaura sp., Gracilaria sp.,
Laurencia sp., Euchema alvarezii.,
Euchema
isiforme,
Hypnea
choroides, Farlowia compresa, dan
Chondrus sp. sedangkan spesies dari
divisi Phaeophyta yang ditemukan
yaitu: Padina sp., Turbinaria
triquetra dan Stypopodium sp.
Ganggang coklat (Phaeophyta)
adalah salah satu ganggang yang
tersusun atas zat warna atau
pigmentasinya. Ganggang coklat ini
berwarna coklat karena mengandung
pigmen xantofis. Bentuk tubuhnya
seperti tumbuhan tinggi. Ganggang
coklat ini mempunyai talus (tidak
ada bagian akar, batang dan daun),
terbesar diantara semua ganggang
ukuran
tulusnya
mulai
dari
mikroskopik sampai makroskopik.
Ganggang ini juga mempunyai
jaringan
transportasi
air
dan
makanan yang anolog dengan
transportasi pada tumbuhan darat,
kebanyakan bersifat autotrof
Plot 4
1
2
3
6
5. Struktur tubuh alga coklat
bervariasi mulai dari yang berbentuk
filamen hingga yang menyerupai
tumbuhan tingkat tinggi. Banyak di
antara anggota divisi Phaeophyta
merupakan jenis alga dengan ukuran
thalus terbesar di dunia, contohnya
Macrocystis pyrifera yang dapat
tumbuh lebih dari 80 meter di pesisir
barat California. Pada umumnya alga
coklat dapat hidup di laut tumbuh di
dasar perairan dan melekat pada
substrat
dengan
menggunakan
holdfast. Di Indonesia alga coklat
yang umum dijumpai berasal dari
genera
Sargassum,
Turbinaria,
Dictyota dan Padina.
Sel vegetatif mengandung
kloroplas berbentuk bulat panjang,
seperti pita, mengandung klofil serta
xantofil. Sel vegetatif mengandung
khloroplast berbentuk bulat, bulat
panjang, seperti pita; mengandung
khlorofil a dan khlorofil c serta
beberapa
santofil
misalnya
fukosantin. Cadangan makanan
berupa laminarin dan manitol.
Dinding sel mengandung selulose
dan asam alginat.
Secara umum spesies dari
divisi Phaeophyta yang ditemukan
antara lain:
Padina sp.
Ganggang pirang (Padina sp.)
merupakan ganggang pirang. Dalam
kromatofornya terkandung klorofil –
a, karotin, dan xanofisil, tetapi
terutama fikosanin yang menutupi
warna lain yang menyebabkan
ganggang ini berwarna pirang. Talus
berbentuk pita bercabang-cabang
menggarpu. Mempunyai alat perekat
yang disebut rhizoid. Habitatnya
dilaut dan pada talusnya terdapat
garis-garis konsentris. Terdiri dari sel
yang berbentuk menyerupai kipas
dengan bagian tepi menggulung,
terdapat rambut halus yang tersusun
konsentris
sebagai
tempat
gametangia dan sporangia. Habitat
dari spesies ini adalah di laut
khususnya di perairan pantai dan
hidup menempel pada batu karang.
Termasuk dalam ordo Dictyotales
karena sporofit dan gametofit
bergiliiran dan beraturan, dan
keduanya mempunyai thallus yang
berbentuk pita yang bercabangcabang menggarpu.
Gambar 1. Padina sp.
Turbinaria triquetra
Alga makro ini memiliki
bentuk thallus yang menyerupai
stipe tegak, kasar dan terdapat
bekas-bekas percabangan, sedangkan
bentuk bladenya yang menyerupai
kerucut segitiga dengan pinggir
bergerigi dan bagian tengah blade
atau daun melengkung ke dalam.
Percabangannya ferticillate atau
cabang-cabang
thallus
tumbuh
dengan melingkari thallus sebagai
sumbu
utama.
Holdfastnya
berbentuk cakram kecil. Warna
hijau tua, hijau tua dan orange.
Umumnya sebaran spesies ini lebih
banyak di daerah rataan terumbu
karang atau di tempat-tempat yang
lebih
banyak
terkena
arus
langsung. Bila terlihat dari atas filoid
tampak triangular.
6. Gambar 2. Turbinaria triquetra
Stypopodium sp.
Thallus
seperti
kipas
membentuk segmen-segmen atau
lembaran tipis seperti daun dengan
garis-garis
rambut
radial
dan
berkumpul
di
bagian
permukaanbercabang, tumbuh dari sel
apical
membentuk
foliaceous,
berbentuk
percabangan
thalli.
Berwarna-warni dalam air, berwarna
coklat kehitaman, rhizoids berbentuk
kipas tipis. Spora tidak mempunyai
bulu cambuk. Thallus bercabang
dengan medulla membentuk lapisan
sel dan disusun oleh parenkim dan sel
apikal.
Pertumbuhan
apikal,
reproduksi aseksual (aplanospores).
Alga merah (Rhodophyta)
merupakan kelompok algae yang
jenis-jenisnya memiliki berbagai
bentuk dari variasi warna. Namun
demikian sebagain indikasinya dari
segi warna bahwa itu alga merah,
adalah antara lain terjadinya
perubahan warna dari warna aslinya
menjadi ungu pabila algae tersebut
terkena panas sinar matahari secara
langsung.
Rhodophyta memiliki warna
yang beragam. Warna ini disebabkan
oleh pigmen caroten, fuxoxanthin
serta klorofil-a dan c. Dilihat dari
bentuknya kelompok rumput laut ini
memiliki ukuran dan bentuk yang
beragam. Rhodophyta umumnya
bersifat autotrof, ada juga yang
heterotrof, yaitu yang tidak memiliki
kromatofora dan biasanya parasit
pada rumput laut lain seperti
Elachista scutulata hidup menempel
pada Himanthalia elongate.
Perkembangbiakan rumput laut
ini secara seksual dengan karpogonia
dan
spermatia
sedangkan
pertumbuhannya bersifat uniaksial
yaitu satu sel di ujung thallus dan
multiaksial, yaitu banyak sel di ujung
thallus.
Gambar 3. Stypopodium sp.
Galaxaura sp.
Galaxaura tersebar luas di
perairan tropik dan subtropik.
Talusnya
mengandung
kapur,
tumbuh tegak dengan percabangan
dikotom, berwarna merah keunguan
dan licin, melekat pada batu karang
dengan bantuan holdfast. Memiliki
diameter 1,5-2 mm Galaxaura
dimanfaatkan sebagai penghasil
sumber polisakarida sulfat yang
berhubungan dengan karagen.
Gambar 5. Galaxaura sp.
Gracilaria sp.
Spesies ini mempunyai thallus
berwarna
merah
kecoklatan.
7. Penampakan
thallus
bervariasi
mulai
dari
bentuk sederhana
sampai kompleks. Thallus memiliki
permukaan yang tidak berduri dan
bercabang.
Percabangan
ke
berbagai arah dengan batang-batang
utama keluar saling berdekatan ke
daerah basal (pangkal). Tumbuh
melekat ke substrat dengan alat
perekat berupa cakram.
Gambar 6. Gracilaria sp.
Laurencia sp.
Laurencia sp. mempunyai
warna thallus hijau tua sampai merah
kecoklatan karena adanya pigmen
fikoeritrin. Axis pada spesies ini
terkesan rebah dan memiliki holdfast
untuk melekatkan diri pada substrat.
Di percabangan axis terdapat
primary branch yang pada ujungnya
terdapat spical pit. Pertumbuhan di
spical pit lebih cepat daripada bagian
thallus lainnya. Alga ini termasuk
alga tetrasporofik yang sel auxilarynya
akan
terbentuk
setelah
melakukan fertilisasi dan tumbuh di
atas sel pendukung karpogonium.
Spesies ini memiliki tubuh yang
berbentuk silindrik atau memipih,
berwarna merah kecoklatan dan
mempunyai cabang-cabang yang
terdiri dari axis (cabang utama),
primary branch dan secondary
branch.
Gambar 7. Laurencia sp.
Euchema alvarezii
Ciri-ciri rumput laut jenis ini
yaitu thallus silindris, percabangan
thallus berujung runcing atau tumpul
dan ditumbuhi nodulus, berupa duri
lunak yang tersusun berputar teratur
mengelilingi cabang, lebih banyak
dari yang terdapat pada E. cottonii.
Jaringan tengah terdiri dari filament
tidak berwarna serta dikelilingi oleh
sel-sel besar, lapisan korteks, dan
lapisan epidermis. Ciri-ciri lainnya
mirip E. Cottonii.
Gambar 8. Euchema alvarezii
Euchema isiforme
Spesies ini mempunyai thallus
silindris,
permukaan
licin,
cartilogeneus. Keadaan warna tidak
selalu
tetap,
kadang-kadang
berwarna hijau, hijau kuning, abuabu atau merah. Perubahan warna
sering terjadi hanya karena faktor
lingkungan.
Kejadian
ini
merupakan suatu proses adaptasi
kromatik yaitu penyesuaian antara
proporsi pigmen dengan berbagai
kualitas pencahayaan. Penampakan
thallus
bervariasi
mulai
dari
8. bentuk sederhana sampai kompleks.
Duri-duri pada thallus runcing
memanjang, agak jarang-jarang dan
tidak bersusun melingkari thallus.
Percabangan
ke
berbagai arah
dengan batang-batang utama keluar
saling berdekatan ke daerah basal
(pangkal). Tumbuh melekat ke
substrat
dengan
alat
perekat
berupa cakram.
Farlowia compresa
Talus dalam kumpulan padat,
15-30 cm tinggi, merah jambu
keunguan, pelekap cakera kecil.
Talus mengembang secara mendadak
dari dasar reniform menjadi struktur
bermembran subbulat, kadangkala
oblong lebar, beralun, mudah atau
sedikit sebanyak berlobus, biasanya
mempunyai panjang yang hampir
sama dengan lebar, bahagian tepi
licin, krenulat atau subdentat kasar,
kadang-kadang dengan papilos kecil,
bentuk elips. Keseluruhan tumbuhan
lembut,
mudah
hancur
dan
bergelatin.
Gambar 9. Euchema isiforme
Hypnea choroides
Thallus silindris, percabangan
alternate, terdapat duri-duri cabang
yang pendek rnenyerupai taji atau
tanduk. Rumpun rimbun dan
berekspansi ke berbagai arah.
Ukuran thallus kecil, sekitar diameter
0,5 mm. Warna thallus hijau
kekuning-kuningan.
Tumbuh
umumnya melekat pada batu atau
bersifat epifit pada berbagai substrat.
Alga jenis ini memiliki sebaran
tumbuh yang luas dan umum didapat
di perairan Indonesia.
Gambar 10. Hypnea choroides
Gambar 11. Farlowia compresa
Chondrus sp.
Chondrus sp. tergolong dalam
divisi
Rhodophyta
(ganggang
merah). Talus dari ganggang ini
bervariasi mengenai bentuk tekstur
dan warnanya. Bentuk talus ada yang
silindris, pipih dan lembaran.
Rumpun yang terbentuk oleh
berbagai system percabangan ada
yang tampak sederhana berupa
filament dan ada pula yang berupa
percabangan yang kompleks. Warna
talus bervariasi merah, ungu, coklat
dan hijau. Spesies ini merupakan
alga merah relatif kecil, hingga
mencapai sedikit lebih dari 20 cm.
Ini tumbuh dari diskoid pegangan
erat dan cabang empat atau lima kali
dengan cara, dikotomis seperti kipas.
Morfologi ini sangat bervariasi,
9. terutama luasnya dari thalli. Cabangcabang adalah 2-15 mm luas, teguh
dalam tekstur dan coklat kemerahan
berwarna gelap pemutihan untuk
kekuningan di bawah sinar matahari.
Gambar 12. Chondrus sp.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi kondisi makroalga antara
lain :
1. Suhu
Suhu di lautan adalah salah
satu faktor yang amat penting bagi
kehidupan organisme, karena suhu
sangat mempengaruhi baik aktivitas
metabolisme maupun perkembangan
dari organism-eorganisme tersebut.
2. Salinitas
Salinitas merupakan ukuran
bagi jumlah zat padat yang larut
dalam suatu volume air dan
dinyatakan dalam permil, di perairan
samudera salinitas biasanya berkisar
antara 34-350/00. Di perairan pantai
karena terjadi pengenceran, misalnya
karena pengaruh aliran sungai,
salinitas
bisa
turun
rendah.
Sebaliknya di daerah dengan
penguapan yang sangat kuat,
salinitas bisa meningkat tinggi.
3. Kedalaman
Makroalga hidup di daerah
litoral
dan
sublitoral
dengan
penetrasi cahaya matahari dapat
mecapai kedalaman hingga 200 m,
Namun sebagian besar makroalga
dijumpai pada kedalaman 0–30
meter. Di perairan Indonesia,
makroalga tumbuh di berbagai
paparan terumbu karang seperti di
pulau-pulau
perairan
Sulawesi
Selatan. Makroalga dapat tumbuh di
kedalaman perairan 1-200 m tetapi
kehadiran jenisnya banyak dijumpai
di paparan terumbu karang pada
kedalaman 1-5 m.
Makroalga yang dikenal juga
sebagai rumput laut merupakan
tumbuhan thallus (Thallophyta)
dimana organ-organ berupa akar,
batang
dan
daunnya
belum
terdiferensiasi dengan jelas (belum
sejati). Sebagian besar makroalga di
Indonesia bernilai ekonomis tinggi
yang dapat digunakan sebagai
makanan dan secara tradisional
digunakan sebagai obat-obatan oleh
masyarakat khususnya di wilayah
pesisir. Sebaran makroalga baik
vertikal
maupun
horizontal
umumnya mengikuti pola sebaran
lokasi tersebut dan berdasarkan
kesesuaian substrat dasar sebagai
tempat melekat.
Faktor
kesalahan
dalam
penelitian ini adalah kesalahan dalam
pengidentifikasian dan pencatatan
data yang kurang akurat sehingga
dapat memperngaruhi hasil yang
didapat sehingga tidak sesuai dengan
yang diharapkan. Selain, kurang
tepat dalam menentukan letak garis
transek,
sehingga
jenis-jenis
makroalga
khususnya
divisi
Phaeophyta dan Rhodophyta yang
didapat
tidak
sesuai
dengan
keinginan.
KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa di Pantai Teluk Lombok
Sangatta ditemukan 8 spesies dari
divisi Rhodophyta yaitu: Galaxaura
sp., Gracilaria sp., Laurencia sp.,
10. Euchema sp., Euchema isiforme,
Hypnea
choroides,
Farlowia
compresa, dan Chondrus sp. dan
terdapat 3 spesies dari divisi
Phaeophyta yaitu: Padina sp.,
Turbinaria
triquetra
dan
Stypopodium sp.
DAFTAR PUSTAKA
Anggadiredja, T.J., A. Zatnika, P. Heri,
dan S. Istini, S. 2009. Rumput
Laut. Penerbit Penebar
Swadaya. Jakarta.
Darley WM. 1982. Algae biology: A
physiological approach. In
Wilkinson JF (Ed). Basic
Microbiology. Blackwell Sci.
Pub. London.
Haruna, F. S., 1994. Pengaruh
Sedimen Dasar Terhadap
Penyebaran,
Kepadatan,
Keanekaragaman,
Keseragaman
dan
Pertumbuhan Padang Lamun
Di Laut Sekitar Barang
Lompo. Tesis Program Pasca
Sarjana UNHAS. Ujung
Pandang.
Hutabarat, S. dan S. M. Evans.,
1985.
Pengantar
Oseanografi.
UI
Press.
Jakarta.
Kadi dan Atmajaya, W. S., 1988.
Rumput Laut (Alga), Jenis,
Reproduksi,
Produksi,
Budidaya dan Pasca Panen.
LIPI. Jakarta.
Latifah, R. 2001. Botani Tumbuhan
Rendah. Umm. Malang
Tjitrosoepomo, G. 1989. Taksonomi
Tumbuhan (Schizophyta,
Thallophyta, Bryophyta,
Pteridophyta). Gajah Mada
University Press. Yogyakarta.
Oktaviani, D. 2002. Distribusi
Sapsial Makro Alga di
Perairan
Kepulauan
Spermonde. Jurusan Ilmu
Kelautan,
Universitas
Hasanuddin. Makassar.