Dalam rangka pencapaian tujuan bernegara sebagaimana tercantum dalam alinea IV Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dibentuk pemerintahan negara yang menyelenggarakan fungsi pemerintahan dalam berbagai bidang. Pembentukan pemerintahan negara tersebut menimbulkan hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang yang perlu dikelola dalam suatu sistem pengelolaan keuangan negara.
Dalam rangka pencapaian tujuan bernegara sebagaimana tercantum dalam alinea IV Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dibentuk pemerintahan negara yang menyelenggarakan fungsi pemerintahan dalam berbagai bidang. Pembentukan pemerintahan negara tersebut menimbulkan hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang yang perlu dikelola dalam suatu sistem pengelolaan keuangan negara.
This presentation on public attitudes to devolution was given to National Housing Federation Devolution Conference in Manchester on 9th February 2016 by Nicola Moss, Director, Ipsos MORI North.
From the Muslim Mindanao Autonomy Roundtable Discussion Series of the Institute for Autonomy and Governance (IAG), presentation by Atty. Rasol Mitmug | 18 June 2015, Committee Room 1 Senate of the Philippines
Posisi Ilmu Administrasi Negara Dengan Ilmu Sosial Lainnyavirmannsyah
Ilmu administrasi negara sebagai seni
Ilmu administrasi negara sebagai ilmu
Ilmu administrasi negara sebagai Bidang Studi atau Disiplin Akademik
Ilmu administrasi negara sebagai Bidang Studi atau Disiplin Akademik
“Untuk itu, ciptakan suatu kadensi (: peningkatan) akuntabilitas.
Pemimpin yang sukses secara tertib dan berkala membuat
pertanggunggugatan komitmen yang telah dibuatnya,” demikian kata
Stephen R. Covey. Pertanggunggugatan (akuntabilitas) adalah disiplin
atau roadmap keempat yang ditawarkan Covey bagi para pemimpin
atau eksekutif dalam kondisi dunia yang sedang berubah cepat.
Akuntabilitas merupakan kewajiban untuk mempertanggung gugat
(obligation to answer) apa saja yang telah dicapai, termasuk
pertanggungjawaban (responsibility) untuk menentukan tindakan
(obligation to act) apa yang akan dilakukan. Demikian pula,
pemerintahan daerah harus mempertanggung-gugatkan pelaksanaan
urusan pemerintahan yang telah diserahkan kepada mereka baik
pemerintah provinsi, kabupaten maupun kota sesuai dengan amanat
UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 33
Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah. Pertanggunggugatan pemerintah daerah
menyangkut pelaksanaan desentralisasi politik, administratif dan
fiskal. Melalui tulisan ini penulis ingin mengupas sedikit gambaran
dinamika implementasi dan upaya yang dapat ditempuh dalam
pelaksanaan desentralisasi fiskal di Indonesia.
Desentralisasi fiskal di indonesia : Permasalahan dan PencapaianIsnu Rahadi Wiratama
Era baru desentralisasi fiskal di Indonesia dimulai setelah reformasi 1998. Daerah diberikan kewenangan untuk mengelola keuangannya masing-masing. Harapannya adalah, penggunaan sumber daya yang terbatas akan efisien dan efektif serta mengurangangi ketidakseimbangan vertikal yang pada akhirnya mampu meningkatkan pelayanan publik. Hal ini karena Pemerintah Daerah dianggap sebagai pihak yang paling tahu akan kebutuhan masing-masing. Namun demikian dalam pelaksanaannya timbul berbagai permasalahan seperti masalah pengelolaan belanja daerah, korupsi, fenomena daerah kaya dan daerah miskin, dan lainnya. Permasalahan-permasalahan tersebut timbul salah satunya karena sumber daya yang dimiliki tiap daerah berbeda.
The new era of fiscal decentralization in Indonesia began after the reform of 1998. The local goverment is given the authority to manage its finances respectively . The hope is, the use of limited resources efficiently and effectively and reduce vertical imbalance which in turn can improve public services. However, in practice arises various problems such as the problem of managing expenditure, corruption, the phenomenon of rich areas and poor areas, and more. The problems arise because of the availability resources of each area is different.
Kampung Keluarga Berkualitas merupakan salah satu wadah yang sangat strategis untuk mengimplementasikan kegiatan-kegiatan prioritas Program Bangga Kencana secara utuh di lini
lapangan dalam rangka menyelaraskan pelaksanaan program-program yang dilaksanakan Desa
3. Keuangan negara yang dimaksud adalah seluruh kekayaan negara
dalam bentuk apapun, yang dipisahkan atau yang tidak dipisahkan,
termasuk didalamnya segala bagian kekayaan negara dan segala hak
dan kewajiban
Bagaimana hubungan keuangan pemerintah pusat ke pemerintah
daerah ?
Keuangan Negara antara regional pusat dan daerah pastilah memiliki
hubungan. Dewasa ini, bentuk hubungan tersebut tercermin pada
tindakan desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan, dan
pinjaman daerah. Desentralisasi merupakan sebuah alat untuk
mencapai salah satu tujuan bernegara, khususnya dalam rangka
pelayanan publik yang lebih baik serta menciptakan proses
pengambilan keputusan yang lebih demokratis. Hal tersebut dapat
diwujudkan dengan pelimpahan kewenangan kepada tingkat
pemerintah secara vertikal yang artinya dari atas ke bawah untuk
melkukan pembelanjaan, pemungutan pajak,
Apa definisi Keuangan Negara Pusat dan Daerah?
4. Apa tujuan Keuangan Negara Pusat dan Daerah?
1. Akuntabilitas (Accountability)
Pemda harus mempertanggungjawabkan tugas keuangan kepada lembaga atau orang yang
berkepentingan dan sah. Lembaga atau orang yang dimaksud antara lain, adalah
Pemerintah Pusat, DPRD, Kepala Daerah, masyarakat dan kelompok kepentingan
lainnya (LSM);
2. Memenuhi kewajiban Keuangan
Keuangan daerah harus ditata sedemikian rupa sehingga mampu melunasi semua
ikatan keuangan, baik jangka pendek maupun jangka panjang;
3. Kejujuran
Urusan keuangan harus diserahkanpada pegawai professional dan jujur, sehingga
mengurangi kesempatan untuk berbuat curang.
4. Hasil guna (effectiveness) dan gaya guna (efficiency) kegiatan daerah.
Tata cara pengurusan keuangan daerah harus sedemikian rupa memungkinkan setiap
program direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan dengan biaya
serendah-rendahnya dengan hasil yang maksimal.
5. Pengendalian
Manajer Keuangan Daerah, DPRD dan aparat fungsional pemeriksaan harus
melakukan pengendalian agar semua tujuan dapat tercapai. Harus selalu memantau
melalui akses informasi
6. Pelaksanaan otonomi daerah
Dalam pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah daerah harus mempunyai
sumber-sumber keuangan yang memadai untuk membiayai penyelenggaraan
otonominya. Kapasitas keuangan pemerintah daerah akan menentukan
kemampuan pemerintah daerah dalam menjalankan fungsi-fungsinya seperti
melaksanakan fungsi pelayanan masyarakat (public service function),
melaksanakan fungsi pembangunan (development function) dan perlindungan
masyarakat (protective function). Rendahnya kemampuan keuangan daerah akan
menimbulkan siklus efek negatif antara lain rendahnya tingkat pelayanan
masyarakat yang pada gilirannya akan mengundang campur tangan pusat atau
bahkan dalam bentuk ekstrim menyebabkan dialihkannya sebagian fungsi-fungsi
pemerintah daerah ke tingkat pemerintahan yang lebih atas ataupun kepada
instansi vertikal (unit dekonsentrasi).
Pelaksanaan otonomi daerah
7. Dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pusat dan Pemerintahan Daerah ditegaskan bahwa penerimaan Daerah
dalam pelaksanaan Desentralisasi terdiri atas Pendapatan Daerah dan Pembiayaan.
Pendapatan Daerah bersumber dari Pendapatan Asli Daerah; Dana Perimbangan;
dan Lain-lain Pendapatan.
1. Pendapatan Asli Daerah
(PAD)
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh Daerah yang
dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Pendapatan Asli Daerah (PAD) bersumber dari Pajak Daerah, Retribusi
Daerah, hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan; dan lain-lain
8. 2. Dana Perimbangan
Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan
APBN yang dialokasikan kepada Daerah untuk mendanai kebutuhan
Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi.
Telly Sumbu (2010) menemukan berbagai ketidak selarasan dalam
perundangan pengelolaan keuangan Negara. Sebagai contoh Undang-
Undang No. 17 Tahun 2003 yang mengandung isi dan pokok pengelolaan
keuangan Negara dan daerah, namun jika ditelaah secara mendalam latar
belakang dan penyatuan tersebut tidak ditemukan dalam UU ini.