Tawuran antar pelajar disebabkan oleh beberapa faktor seperti pengaruh lingkungan, kurangnya peran orang tua, dan kurangnya fasilitas bermain. Cara menghindarinya adalah tidak terpengaruh lingkungan buruk, menolak ajakan tawuran dari teman, serta mengisi waktu luang dengan kegiatan positif seperti ekstrakurikuler.
2. Pengertian Tawuran
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), “tawuran
adalah perkelahian massal atau perkelahian yang
dilakukan beramai-ramai”. Berdasarkan definisi tersebut,
maka tawuran pelajar dapat diartikan sebagai perkelahian
yang dilakukan secara massal atau beramai-ramai antara
sekelompok pelajar dengan sekelompok pelajar lainnya.
Menurut Mansoer (dikutip dalam Solikhah, 1999)
“perkelahian pelajar atau yang biasa disebut dengan
tawuran adalah perkelahian massal yang merupakan
perilaku kekerasan antar kelompok pelajar laki-laki yang
ditujukan pada kelompok pelajar dari sekolah lain”.
3. Tawuran menjadi suatu kebiasaan dan trend
dikalangan anak sekolah. Tanpa melihat
dirinya masih berstatus pelajar dan masih
memakai seragam sekolah, aksi tawuran ini
sering dilakukan setelah jam pelajaran
selesai (pulang sekolah). Sehingga kerap
sekali muncul pertanyaan, Apakah jam
sekolah dirasa blm cukup untuk menguras
waktu mereka?
4. Alasan pertama, tawuran bisa terjadi
karena pengaruh lingkungan,
termasuk di dalamnya media yang
menyuguhkan pemberitaan-
pemberitaan perlakuan anarkis yang
kemudian mereka tonton hampir
setiap hari, yang dimaksudkan
tontonan ini dapat berupa
demonstrasi anarkis yang biasanya
dilakukan oleh para kelompok kontra
pemerintah. Tindakan yang mereka
lakukan terkadang sampai merusak
dan baku hantam dengan petugas
keamanan. Perbuatan-perbuatan ini
lah yang kemudian secara tidak
langsung memberikan dampak
negatif pada anak-anak dan
menciptakan pola pikir yang salah
dalam perkembangan anak-anak
usia sekolah.
5. Alasan kedua, minimnya
pandampingan orang tua
terhadap anak-anak usia
sekolah. Peran serta orang
tua dalam lingkup keluarga
jelas merupakan faktor yang
sangat mutlak diperlukan
bagi tumbuh
kembangnya anak.
Pembimbingan keluarga
sangat menentukan pola
pikir dan perbuatan anak.
Anak yang dibimbing dengan
baik dalam keluarganya
biasanya memiliki rasa
tanggung jawab tinggi
terhadap diri sendiri dan
keluarga.
6. Alasan ketiga, kurangnya area
bermain. Kenapa tawuran menjadi
sering dilakukan oleh anak-anak usia
sekolah, ini besar kemungkinan
karena kurangnya area bermain.
Khususnya di Ibukota Jakarta,
dengan pesatnya pertumbuhan
pembangunan kota yang akhirnya
berorientasi pada pertumbuhan
ekonomi seringkali lupa akan
kepentingan anak-anak. Kita lupa
bahwasanya kita pernah mengalami
masa anak-anak. Sekarang banyak
anak-anak yang hilang masa kanak-
kanaknya akibat tidak adanya
fasilitas. Mungkin ada, tapi itu sudah
menjadi milik anak-anak yang
memiliki uang, contohnya bermain di
pusat perbelanjaan yang kemudian
harus menguras “kocek” yang tidak
sedikit. Bagaimana nasib anak-anak
yang berasal dari golongan
masyarakat bawah? Dimana tempat
mereka bermain?
7. Faktor keluarga. Berikut ini adalah salah satu faktor penyebab
tawuran, yaitu faktor keluarga:
• a..Adanya parenting yang otoriter, di mana dalam pengasuhan dip
enuhi dengan tindakan kekerasan terhadap anak.
• b..Adanya kekerasan yang terjadi antar orangtua, misalnya orangtua
kurang harmonis,
sering bertengkar dan melakukan tindak kekerasan.
Faktor sekolah. Sekolah merupakan salah satu faktor penyebab
tawuran, berikut ini faktor-faktor penyebab tawuran dari lingkungan
sekolah:
• a..Adanya kualitas pengajaran yang kurang memadai dan kurang
menunjang proses belajar.
• b..Adanya guru yang lebih berperan sebagai penghukum dan
pelaksana aturan, serta
sebagai tokoh otoriter yang seringkali menggunakan kekerasan d
alam “proses pembelajaran” dan “mendidik” siswanya.
8. Faktor lingkungan. Berikut ini faktor-faktor dari lingkungan sekitar
bisa terjadinya tawuran:
• a..Adanya lingkungan yang sempit dan kumuh, anggota lingkungan
yang berperilaku buruk, misalnya: pemakai narkoba, zat adiktif,
pemerasan, pengeroyokan, dan tindakan brutal lainnya.
• b..Lingkungan kota (tempat tinggal) yang penuh kekerasan yang
hampir setiap hari, setiap saat disaksikan oleh para remaja, seperti:
tayangan buser, TKP, paroli, dll.
• c..Adanya kelompok sebaya (geng) yang berprilaku tidak baik.
Perbedaan persepsi. Dalam menghadapi suatu masalah, jika
terjadi perbedaan persepsi maka hal itu dapat menyebabkan
munculnya konflik.
Sumber Konflik
Menurut Smith (dikutip dalam Sopiah, 2008), sumber terjadinya konflik adalah masalah
komunikasi, struktur organisasi dan faktor manusia.
Masalah komunikasi. Yang bisa terjadi pada masing-masing atau gabungan dari unsur-unsur
komunikasi, yaitu sumber komunikasi, pesan, penerima pesan dan saluran.
Struktur organisasi. Secara potensial dapat memunculkan konflik. Dalam organiasasi
mempunyai tujuan, kepentingan dan program sendiri-sendiri yang seringkali berbeda dengan
yang lain.
Faktor manusia. Sifat dan kepribadian manusia satu dengan yang lain berbeda dan unik. Hal ini
berpotensi memunculkan konflik.
9. Akibat dari tawuran yaitu luka-luka karena terkena batu
yang dilempar oleh musuh atau terkena ikat pinggang
salah satu musuh. Tawuran juga menimbulkan dampak
berupa hukuman dari sekolah. Hukuman dari sekolah
dapat memberian efek jera bagi para pelajar, seperti
skorsing atau bahkan dikeluarkan dari sekolah atau Drop
Out (D.O). Masuk penjara juga merupakan akibat dari
tawuran. Jika tertangkap polisi dan dianggap
membahayakan maka akan terkena Pasal 351 ayat 3
dengan hukuman 7 tahun penjara, Pasal 170 ayat 2 ketiga
E dengan ancaman hukuman 12 tahun penjara, dan yang
paling parah Pasal 338 dengan ancaman 15 tahun
penjara. Lebih parah akibat dari tawuran yaitu kehilangan
nyawa. Sudah banyak korban-korban yang kehilangan
nyawa akibat mengikuti tawuran.
10.
11.
12. Untuk alasan yang pertama, tawuran termasuk dalam kategori ancaman
keamanan yakni ancaman keamanan dari dalam negara, INPRES NO 2/
2013, tentang Penanganan Gangguan Keamanan dalam Negeri
merupakan produk yang baik dalam menjaga
kestabilan dan keamanan dalam negeri. Tawuran yang kerap kali dilakukan
oleh anak-anak sekolah perlu mendapatkan perhatian
oleh para pelaksana dalam Inpres No. 2/2013 tersebut. Hal tersebut
dapat dimasukkan dalam agenda Inpres no 2/2013 misalnya
melakukan “pembinaan” (bukan hukuman berat) terhadap anak-anak yang
melakukan tindakan mengancam keamanan negera. Jelas sekali, masa
depanbangsa kita sangat tergantung pada anak-anak tersebut, sehingga
setiap kebijakan perlu menyentuh sampai kepada lapisan anak-anak.
13. Untuk alasan yang kedua, pesatnya pertumbuhan kota pada akhirnya
mengabaikan kepentingan anak-anak. Perlu dikaji kembali, fasilitas tempat
bermain anak-anak saat ini dirasa sudah sangat kurang, khususnya di daerah
Ibukota. Mengapa kemudian anak-anak sekolah melakukan
tawuran sangat erat kaitannya karena mereka tidak memiliki kegiatan lain
selain disekolah dan juga mereka tidak memiliki tempat bermain. Saat ini
banyak tempat-tempat olahraga atau tempat bermain yang untuk bisa masuk
kedalamnya harus memerlukan biaya, sedangkan banyak anak-anak sekolah
yang tidak mempunyai uang untuk hal tersebut. Oleh karena itu, pemerintah
perlu menyediakan fasilitas olahraga atau tempat bermain untuk anak-anak.
Bisa saja dengan mempergunakan fasilitas yang sudah ada atau bahkan
membangun tempat olahraga yang bebas biaya kepada anak-anak sekolah,
dengan menggunakan kartu pelajar sebagai tiket masuknya. Selain
menghindari adanya ancaman tawuran dari pelajar, fasilitas tersebut juga
berguna mendidik anak-anak untuk lebih berorientasi pada prestasi. Dengan
demikian, kita sudah menyelamatkan masa depan Negara dengan
menyelamatkan anak-anak bangsa.
14. Cara menghindari tawuran antar pelajar yaitu :
1. Tidak terpengaruh lingkungan sekitar.
2. Menolak ajakan teman yang ingin kita mengikuti
tawuran.
3. Hindari senior yang suka mengajak tawuran.
4. Menghindar jika bertemu atau melihat senior yang
suka mengajak tawuran.
5. Sepulang sekolah langsung pulang ke rumah.
6. Jika bel pulang sekolah sudah berbunyi, jangan
terlalu sering kumpul bersama teman-teman.
7. Melakukan kegiatan positif, seperti mengikuti
ekstrakurikuler.
15.
16.
17.
18.
19. Sumber : http://sosbud.kompasiana.com/2013/02/15/tawuran-antar-pelajar-sebab-
dan-solusinya-528920.html
DAFTAR PUSTAKA
Fakhrurrozi, M. (2009). Kecerdasan emosi pada remaja pelaku tawuran. Diunduh
darihttp://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/psychology/2009/Artikel_10
501002.pdf
Sopiah. (2008). Perilaku organisasional. Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET (penerbit ANDI).