Laporan Fisiologi Tumbuhan VII Pengaruh Perendaman Biji Timun Dalam Air Terha...UNESA
Perkecambahan (germinasi) merupakan suatu proses keluarnya bakal tanaman (tunas) dari lembaga yang disertai dengan terjadinya mobilisasi cadangan makanan dari jaringan penyimpanan atau keping biji ke bagian vegetatif (sumbu pertumbuhan embrio atau lembaga). Proses perkecambahan dipengaruhi oleh kondisi tempat dikecambahkan. Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh adalah: air, gas, suhu, dan cahaya. Temperatur optimum untuk perkecambahan adalah 34°C (Astawan, 2009).
Benih yang tak diberi perlakuan akan berkecambah dalam waktu 4 bulan. Penempatan benih dalam media yang lembap dan di bawah sinar matahari yang hangat dapat mempercepat proses perkecambahan. Pemecahan kulit biji dan merendamnya semalaman dalam air mungkin juga mempercepat perkecambahan (Krisnawati, dkk., 2011).
Sutopo, (2002) menyatakan bahwa perendaman dalam air dapat memudahkan penyerapan air oleh benih, sehingga kulit benih menjadi lisis dan lemah, selain itu juga dapat digunakan untuk pencucian benih sehingga benih terbebas dari patogen yang menghambat perkecambahan benih. Untuk mempertahankan daya perkecambahan yang tinggi, biji yang kurang baik kualitasnya biasanya direndam dalam air (Elevitch dan Manner, 2006).
Permulaan fase perkecambahan ini ditandai dengan penghisapan air atau imbibisi. Imbibisi adalah peristiwa penyerapan air oleh permukaan zat-zat yang hidrofilik, yang menyebabkan zat tersebut mengembang setelah menyerap air. Kata imbibisi berasal dari kata Latin imbibere yang berarti “menyelundup”. Proses imbibisi yang terjadi pada biji berguna untuk melunakkan kulit biji dan menyebabkan pengembangan embrio dan endosperma. Hal ini menyebabkan pecah atau robeknya kulit biji. Selain itu, air memberikan fasilitas untuk masuknya oksigen ke dalam biji. Dinding sel yang kering hampir tidak permeabel untuk gas, tetapi apabila dinding sel mengalami imbibisi, maka gas akan masuk ke dalam sel secara difusi. Apabila dinding sel kulit biji dan embrio menyerap air, maka suplai oksigen meningkat kepada sel-sel hidup sehingga memungkinkan lebih aktifnya pernafasan. Sehingga di dalam proses imbibisi ditimbulkan panas. Sebaliknya CO2 yang dihasilkan oleh pernapasan tersebut lebih mudah keluar secara difusi. Peristiwa imbibisi pada hakekatnya tidak lain adalah suatu proses difusi. Sel-sel biji kering mempunyai nilai osmosis tinggi, sehingga molekul-molekul air berdifusi ke dalam sel biji kering. Peristiwa imbibisi juga hekekatnya adalah peristiwa osmosis. Dinding sel-sel kulit biji kering adalah permeabel untuk molekul-molekul air. Sehingga molekul air dengan mudahnya melewati pori yang ada pada dinding sel tersebut (Advinda, 2018).
Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang telah didapatkan, semakin lama perendaman pada biji timun (Cucumis sativus) maka semakin cepat pula perkecambahan bijinya.
Dormansi merupakan terhambatnya proses metabolisme dalam biji dan merupakan masa istirahat biji sehingga proses perkecambahan tidak dapat terjadi, yang disebabkan karena adanya pengaruh dari dalam dan luar biji
Tumbuhan membutuhkan komponen anorganik dari lingkungan baik CO2 dari atmosfer dan hara mineral dari tanah. Tumbuhan membutuhkan hara organik maupun anorganik. Hara organik oleh tumbuhan dibutuhkan dalam bentuk senyawa karbon. Hal ini berhubungan dengan karbon, hidrogen dan oksigen yang dibentuk melalui proses fotosintesis. Sedangkan hara anorganik umumnya berasal dari tanah. Hara anorganik yang diakuisisi dari tanah dalam bentuk ion. Hara mineral umumnya secara terus menerus akan mengalami siklus melalui semua organisme dimana hara tersebut akan masuk ke biosfer melalui sistem perakaran tumbuhan. Luas permukaan akar dan kemampuan akar mengabsorpsi ion anorganik pada konsentrasi rendah dari dalam tanah menyebabkan absorpsi hara mineral oleh tumbuhan merupakan proses yang sangat efektif. Hara mineral yang telah diabsorpsi oleh akar kemudian ditranslokasi ke berbagai organ tumbuhan. Selanjutnya hara mineral tersebut akan digunakan untuk berbagai fungsi biologis. Proses akuisisi hara mineral dari dalam tanah yang dilakukan tumbuhan juga dibantu orgamisme lain, seperti cendawan mikoriza dan bakteri pengikat nitrogen.
Laporan Fisiologi Tumbuhan VII Pengaruh Perendaman Biji Timun Dalam Air Terha...UNESA
Perkecambahan (germinasi) merupakan suatu proses keluarnya bakal tanaman (tunas) dari lembaga yang disertai dengan terjadinya mobilisasi cadangan makanan dari jaringan penyimpanan atau keping biji ke bagian vegetatif (sumbu pertumbuhan embrio atau lembaga). Proses perkecambahan dipengaruhi oleh kondisi tempat dikecambahkan. Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh adalah: air, gas, suhu, dan cahaya. Temperatur optimum untuk perkecambahan adalah 34°C (Astawan, 2009).
Benih yang tak diberi perlakuan akan berkecambah dalam waktu 4 bulan. Penempatan benih dalam media yang lembap dan di bawah sinar matahari yang hangat dapat mempercepat proses perkecambahan. Pemecahan kulit biji dan merendamnya semalaman dalam air mungkin juga mempercepat perkecambahan (Krisnawati, dkk., 2011).
Sutopo, (2002) menyatakan bahwa perendaman dalam air dapat memudahkan penyerapan air oleh benih, sehingga kulit benih menjadi lisis dan lemah, selain itu juga dapat digunakan untuk pencucian benih sehingga benih terbebas dari patogen yang menghambat perkecambahan benih. Untuk mempertahankan daya perkecambahan yang tinggi, biji yang kurang baik kualitasnya biasanya direndam dalam air (Elevitch dan Manner, 2006).
Permulaan fase perkecambahan ini ditandai dengan penghisapan air atau imbibisi. Imbibisi adalah peristiwa penyerapan air oleh permukaan zat-zat yang hidrofilik, yang menyebabkan zat tersebut mengembang setelah menyerap air. Kata imbibisi berasal dari kata Latin imbibere yang berarti “menyelundup”. Proses imbibisi yang terjadi pada biji berguna untuk melunakkan kulit biji dan menyebabkan pengembangan embrio dan endosperma. Hal ini menyebabkan pecah atau robeknya kulit biji. Selain itu, air memberikan fasilitas untuk masuknya oksigen ke dalam biji. Dinding sel yang kering hampir tidak permeabel untuk gas, tetapi apabila dinding sel mengalami imbibisi, maka gas akan masuk ke dalam sel secara difusi. Apabila dinding sel kulit biji dan embrio menyerap air, maka suplai oksigen meningkat kepada sel-sel hidup sehingga memungkinkan lebih aktifnya pernafasan. Sehingga di dalam proses imbibisi ditimbulkan panas. Sebaliknya CO2 yang dihasilkan oleh pernapasan tersebut lebih mudah keluar secara difusi. Peristiwa imbibisi pada hakekatnya tidak lain adalah suatu proses difusi. Sel-sel biji kering mempunyai nilai osmosis tinggi, sehingga molekul-molekul air berdifusi ke dalam sel biji kering. Peristiwa imbibisi juga hekekatnya adalah peristiwa osmosis. Dinding sel-sel kulit biji kering adalah permeabel untuk molekul-molekul air. Sehingga molekul air dengan mudahnya melewati pori yang ada pada dinding sel tersebut (Advinda, 2018).
Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang telah didapatkan, semakin lama perendaman pada biji timun (Cucumis sativus) maka semakin cepat pula perkecambahan bijinya.
Dormansi merupakan terhambatnya proses metabolisme dalam biji dan merupakan masa istirahat biji sehingga proses perkecambahan tidak dapat terjadi, yang disebabkan karena adanya pengaruh dari dalam dan luar biji
Tumbuhan membutuhkan komponen anorganik dari lingkungan baik CO2 dari atmosfer dan hara mineral dari tanah. Tumbuhan membutuhkan hara organik maupun anorganik. Hara organik oleh tumbuhan dibutuhkan dalam bentuk senyawa karbon. Hal ini berhubungan dengan karbon, hidrogen dan oksigen yang dibentuk melalui proses fotosintesis. Sedangkan hara anorganik umumnya berasal dari tanah. Hara anorganik yang diakuisisi dari tanah dalam bentuk ion. Hara mineral umumnya secara terus menerus akan mengalami siklus melalui semua organisme dimana hara tersebut akan masuk ke biosfer melalui sistem perakaran tumbuhan. Luas permukaan akar dan kemampuan akar mengabsorpsi ion anorganik pada konsentrasi rendah dari dalam tanah menyebabkan absorpsi hara mineral oleh tumbuhan merupakan proses yang sangat efektif. Hara mineral yang telah diabsorpsi oleh akar kemudian ditranslokasi ke berbagai organ tumbuhan. Selanjutnya hara mineral tersebut akan digunakan untuk berbagai fungsi biologis. Proses akuisisi hara mineral dari dalam tanah yang dilakukan tumbuhan juga dibantu orgamisme lain, seperti cendawan mikoriza dan bakteri pengikat nitrogen.
PENDAHULUAN
Penggunaan bibit karet unggul bermutu tinggi merupakan suatu keharusan bagi pekebun, kesalahan dalam memilih bibit akan mengakibatkan kerugian yang sangat fatal dikala tanaman karet mulai disadap. Hal ini perlu disadari oleh seluruh pekebun agar tidak mengalami kerugian tersebut setelah menunggu waktu yang cukup lama (4-5 tahun).
Agar diperoleh hasil Bahan Olahan Karet (BOKAR) yang optimal juga berkualitas tinggi, dituntut bagi setiap pekebun untuk me-ngetahui, terampil serta menguasai akidah dan syarat-syarat bibit unggul bermutu tinggi sesuai dengan standar teknologi yang ber-laku.
PENGENALAN KLON
Penggunaan bibit untuk pertanaman karet di Indonesia pada awalnya berasal dari populasi introduksi berupa biji yang tidak terseleksi. Pertanaman tersebut memberikan keragaman pertumbuhan dan produksi yang sangat nyata. Oleh karena itu dilakukan seleksi awal untuk mendapatkan pohon induk terseleksi berupa seedling yang dilaksanakan pada tahun 1910-1935 dan untuk selanjutnya dikelompokkan ke dalam Generasi I.
Dengan ditemukannya teknologi per-banyakan bibit melalui okulasi diperoleh klon-klon anjuran berupa klon hasil persilangan terseleksi periode tahun 1935-1960 yang dikelompokkan kedalam Generasi II yaitu Tjir, Tjir 16, GT 1, LCB 479, LCB 1320, dan PR 107.
Dari hasil lokakarya Pemuliaan Karet tahun 2001 di Palembang telah dihasilkan klon-klon anjuran untuk periode tahun 2002-2004 yaitu :
•Klon penghasil lateks adalah klon-klon yang mempunyai ciri potensi hasil lateks sangat tinggi, tetapi penghasil kayunya sedang. Yang termasuk dalam klon ini BPM 24, BPM 107, BPM 109, IRR 104, PB 217, PB 260, PR 255, dan PR 261.
•Klon penghasil lateks-kayu adalah klon dengan potensi hasil lateks tinggi dan potensi hasil kayu juga tinggi, klon tersebut yaitu AVROS 2037, RPM 1, IRR 21, IRR 32, IRR 39, IRR 42, IRR 118, PB 330, dan RRIC 100.
•Klon penghasil kayu adalah kelompok klon yang memiliki potensi hasil lateks sedang, tetapi potensi hasil kayu sangat tinggi. Yang termasuk klon ini adalah IRR 70, IRR 71, IRR 72, dan IRR 78.
TEKNIK PENGENALAN KLON KARET
Agar diperoleh klon karet sesuai dengan yang diinginkan, pengenalan klon-klon karet sangat diperlukan. Teknik pengenalan klon karet dilakukan dengan pengamatan secara visual terhadap cirri-ciri morfologi yang khas pada masing-masing klon.
Budidaya Pisang Yang baik dan benar akan menghasilkan keuntungan yang besar. Agar berproduksi maksimal, Pisang memerlukan nutrisi atau unsur hara yang cukup. Unsur hara yang dibutuhkan meliputi unsur makro yaitu N, P, K, Ca dan Mg. Disamping itu beberapa unsur hara mikro juga harus dipenuhi diantaranya adalah S, Cu, Zn dan Fe. Kekurangan atau defisiensi unsur hara akan memberikan gejala yang khusus atau spesifik.
Similar to Kelompok 5 (butrisi yang diperlukan tanaman) (20)
Apakah program Sekolah Alkitab Liburan ada di gereja Anda? Perlukah diprogramkan? Jika sudah ada, apa-apa saja yang perlu dipertimbangkan lagi? Pak Igrea Siswanto dari organisasi Life Kids Indonesia membagikannya untuk kita semua.
Informasi lebih lanjut: 0821-3313-3315 (MLC)
#SABDAYLSA #SABDAEvent #ylsa #yayasanlembagasabda #SABDAAlkitab #Alkitab #SABDAMLC #ministrylearningcenter #digital #sekolahAlkitabliburan #gereja #SAL
1. Kelompok 5
҉Devia Dwi Rahayu
҉Erika Ambar Sari
҉Mildawati
҉Nia Novita Putri
҉ M. Rizki Wahyu Ramadhan
Nutrisi yang diperlukan tanaman
2. Unsur-Unsur Penting bagi Tumbuhan
Tumbuhan memerlukan setidaknya
enam belas elemen penting. Karbon,
hidrogen, oksigen, fosfor, potasium,
nitrogen, sulfur, kalsium dan magnesium
diperlukan dalam jumlah relatif banyak dan
disebut makronutrien. Zat besi, klor,
tembaga, mangan, seng, boron, dan
molybdenum diperlukan dalam jumlah
sedikit dan disebut mikronutrien.
3. Nutrisi yang diperlukan tanaman
Nutrisi diperlukan oleh tumbuhan agar dapat terus
tumbuh dan berkembang. Apabila tumbuhan mengalami
kekurangan nutrisi, maka akan berakibat terjadinya defisiensi,
yang artinya tumbuhan akan tumbuh dengan tidak sempurna.
Jenis nutrisi yang diperlukan tumbuhan terbagi
menjadi dua, yaitu unsur makro (makronutrien) dan unsur
mikro (mikronutrien). Makronutrien adalah nutrisi yang
dibutuhkan tumbuhan dalam jumlah banyak, sedangkan
mikronutrien adalah nutrisi yang hanya diperlukan sedikit.
Keduanya dijabarkan dalam tabel berikut.
5. No. Makronutrien Fungsinya
Penyakit yang ditimbulkan jika
kekurangan
1
Oksigen (O)
Karbon (C)
Hidrogen (H)
Bahan dasar untuk fotosintesis.
Pertumbuhan dan metabolisme
terhambat, dan tugmbuhan akan mati.
2 Nitrogen (N)
Komposisi protein, asam nukleat, koenzim,
dan klorofil.
Pertumbuhan terhambat, daun muda
akan berwarna hijau pucat, daun tua
akan berwarna kuning dan gugurnya
daun. Penyakit seperti ini disebut
klorosis.
3 Sulfur (S) Komponen sebagian kecil asam amino.
Daun berwarna hijau pucat atau
kekuningan, dan pertumbuhan lambat.
4 Kalium (K)
Mengaktifkan enzim, mengatur
keseimbangan larutan air, dan
mempengaruhi osmosis.
Pertumbuhan lambat, daun-daun tua
menggulung, terdapat bercak-bercak,
tepi daun hangus, dan tumbuhan
menjadi lemah sehingga mudah roboh.
5 Kalsium (Ca)
Mengatur beberapa fungsi sel dan
menguatkan dinding sel.
Daun-daun tidak terbentuk, tunas ujung
mati, dan pertumbuhan akar terhambat,.
6 Fosfor (P)
Komponen asam nukleat, fosfolipid, dan
ATP.
Berkas pembuluh berwarna keunguan,
pertumbuhan terhambat, buah dan biji
yang dihasilkan lebih sedikit.
7 Magnesium (Mg)
Komponen klorofil dan mengaktifkan
beberapa enzim.
Klorosis dan daun-daun berguguran,
pembelahan sel terganggu.
8. No. Mikronutrien Fungsinya Penyakit yang ditimbulkan jika kekurangan
1 Klor (Cl)
Mengatur pertumbuhan akar dan batang,
serta mengatur fotolisis.
Layu, klorosis, dan beberapa daun mati.
2 Besi (Fe)
Mengatur sintesis protein dan transpor
elektron.
Klorosis, terbentuknya jalur-jalur berwarna kuning serta
hijau pada rumput-rumputan.
3 Boron (B)
Mengatur perkecambahan, pembungaan,
pembuahan, pembelahan sel, dan
metabolisme nitrogen.
Pertumbuhan tunas terhenti, cabang-cabang lateral mati,
daun menebal dan keriting, serta menjadi rapuh.
4 Mangan (Mn) Sintesis klorofil dan pengaktifan koenzim.
Berkas pembuluh berwarna gelap, tetapi warna daun
memutih dan gugur.
5 Seng (Zn)
Mengatur pembentukan auksin, kloroplas,
dan amilum, serta komponen enzim.
Klorosis, daun berwarna merah tua dan akar abnormal.
6 Tembaga (Cu) Komponen beberapa enzim.
Klorosis, bintik-bintik pada daun yang sudah mati, dan
pertumbuhan terhambat.
7 Molibdenum (Mo)
Bagian dari enzim yang digunakan dalam
metabolisme nitrogen.
Daun hijau pucat dan menggulung.
9.
10. Berikut disajikan tabel unsur makro bagi tumbuhan dan gejala
kekurangan (defisiensi) unsur tersebut.
Unsur Bentuk Molekul Kepentingan bagi
Tumbuhan
Gejala Defisiensi
Karbon CO2 Molekul-molekul organik
dalam sel tumbuhan
Sangat jarang mengalami desisiensi
Oksigen H2O2O2 Molekul organik dan anorganik
dalam sel
Sangat jarang mengalami desisiensi
Nitrogen NO-,
NH4
+
Pembentuk protein dan asam
nukleat, hormon, koenzim
Daun pucat, klorosis yang berubah menjadi
merah dan ungu, pertumbuhan terhenti
Kalium K+ Kofaktor fungsional dalam
sintesis protein, osmosis,
keseimbangan ion dalam sel
Klorosis, pinggir daun cokelat, akar dan batang
kerdil/lemah
Kalsium Ca2+ Sintesis dinding sel, kofaktor
enzim, perbaikan struktur
membran
Menghambat pertumbuhan pada daerah
meristem
Magnesium Mg2+ Bagian dari molekul klorofil,
berfungsi pada sintesis protein,
berlaku sebagai kofaktor enzim
Klorosis daun pada daun tua, terdapat bercak
merah atau ungu
Fosfor H2PO4
–,
HPO4
2–
Bagian dari asam nukleat dan
fosfolipid, ATP, dan beberapa
koenzim
Menghambat pertumbuhan, daun tua berwarna
hijau tua
Sulfur (belerang) SO4
2– Bagian dari jenis-jenis protein, Klorosis, daun kuning
11. Unsur Bentuk Molekul Kepentingan bagi Tumbuhan Gejala Defisiensi
Klorin Cl– Keseimbangan tekanan osmotik sel,
reaksi fotosintesis
Tanaman layu, menghambat pertumbuhan akar,
produksi buah kurang, klorosis
Besi Fe3+, Fe2+ Bagian dari enzim penting
(sitokrom), sintesis klorofil
Daun muda klorosis, batang pendek dan ramping
Boron H3BO3
Berguna bagi transportasi
karbohidrat dan sintesis asam
nukleat
Meristem apikal batang dan akar mati, daun
menggulung
Mangan Mn2+ Enzim dalam siklus Krebs,
pembebasan oksigen pada
fotosintesis
Klorosis
Seng Zn2+ Aktif dalam pembentukan klorofil,
mengaktifkan beberapa enzim
Ukuran daun mengecil, klorosis, pemendekan
internodus
Tembaga Cu+, Cu2+ Kofaktor enzim, diperlukan dalam
transpor elektron fotosintesis
Daun hijau tua, ujungnya kering, menggulung
Molybdenum MoO4
2– Fiksasi nitrogen Klorosis, daun menggulung, daun muda mati
Berikut disajikan tabel unsur mikro bagi tumbuhan dan gejala
kekurangan (defisiensi) unsur tersebut.