2. 02
04
03
01
Nama Kelompok :
Riska Putri Dessyanti
191114201670
Hafsa Rettob
170914201564
Ajeng Indah Indriani
191114201672
Salamatul Insaniya
191114201717
M. David Wahyu Saputra
191114201702
05
3. DEFINISI BENCANA BANJIR
Banjir merupakan salah satu bencana alam yang paling merusak
secara global dan diproyeksikan akan meningkat di banyak wilayah di
dunia (Watson et al., 2016). Banjir adalah bencana alam yang bisa
terjadi kapan saja secara tiba-tiba,biasanya banjir terjadi pada musim
hujan,hal ini terjadi dikarenakan intensitas curah hujan yang sangat
tinggi menjadi pemicu yang mendukung terjadinya peristiwa banjir.
4. KONDISI
Kabupaten Sukoharjo merupakah salah satu kabupaten yang
memiliki multibencana, salah satunya bencana banjir. Kabupaten
sukoharjo sendiri berada di intermountain basin dimana banjir yang
terjadi bukan dari air hujan yang jatuh di Kabupaten Sukoharjo,
melainkan kiriman dari wilayah yang ada disekitar atau disebut
sebagai banjir lintas batas wilayah (Trans-boundery flood). Banjir
lintas batas wilayah bukan hanya banjir negara dan lintas provinsi
(Soemari et al. 2020), tetapi juga meliputi banjir lintas
kabupaten/kota. Banjir yang terjadi di Kabupaten Sukoharjo
merupakan banjir kiriman lintas batas wilayah yang meliputi
Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten Kabupaten Wonogiri dan
Kabupaten Karanganyar
5. GAMBARAN UMUM WILAYAH
Kabupaten Sukoharjo merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Tengah.
Kabupaten Sukoharjo memiliki luas wilayah 444, 666 km2, serta memiliki letak geografis pada 7o
32’17” – 7 o 49’32” Lintang Selatan dan 110o 42’06,79” – 110o 57’33,7” Bujur Timur. Jika dilihat
berdasarkan letak geografis, Kabupaten Sukoharjo terletak di bagian tenggara dari Provinsi Jawa
Tengah, adapun daerah Kota/Kabupaten yang berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo, yakni :
a. Sebelah Utara : Kota Surakarta dan Kabupaten Karanganyar
b. Sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar.
c. Sebelah Selatan : Kabupaten Gunung Kidul (Provinsi DIY) dan Kabupaten Wonogiri.
d. Sebelah Barat : Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten
6. SEJARAH
Secara lokasi geografis pada daerah pesisir utara di Provinsi Jawa Tengah juga menyebabkan banjir
yang sudah akrab dalam kehidupan masyarakat Jawa Tengah. Hal ini seakan menjadi kontradiksi
dimana kota Semarang merupakan ibukota dengan tingkat kerawanan akan bencana yang paling
rendah dibandingkan ibukota lainnya seperti Bandung dan Yogyakarta. Terdapat beberapa masalah
dibalik fenomena ini yang tidak dapat dianggap remeh yaitu terjadinya perubahan kondisi fisik alam
berupa naiknya permukaan laut dan penurunan tanah, pemanfaatan air tanah, pandangkalan sungai,
dan paling utama adalah karena penataan ruang yang kurang tepat khususnya konversi untuk lahan
terbangun di Kota Semarang khususnya Kabupaten Sukoharjo. Bahkan, daerah Sragen, Wonogiri,
Sukoharjo, dan Karanganyar turut terkena imbas luapan air sungai Bengawan Solo. Sehingga
menimbulkan kerugian berupa korban jiwa, ribuan penduduk yang mengungsi, dan juga kerugian
material yang sangat besar.
7. POTENSI BENCANA
Menurut Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana No 02 Tahun 2012
tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana, parameter dalam penentuan peta
ancaman bencana banjir adalah curah hujan, ketinggian, penggunaaan lahan, kemiringan
lereng, jenis tanah, dan geomorfologi serta kemudian dilakukan validasi menggunakan data
historis kejadian. Pembobotan parameter curah hujan, ketinggian, penggunaaan lahan,
kemiringan lereng, jenis tanah, dan geomorfologi menggunakan metode overlay dihasilkan
53,81% wilayah kabupaten Sukoharjo masuk kedalam kategori ancaman tinggi, 25,99%
ancaman sedang dan 20,2% ancaman rendah
8. METODELOGI
1. Memenuhi aturan tingkat kedetailan analisis (kedalaman analisa di tingkat nasional
minimal hingga kabupaten / kota, kedalaman analisis di tingkat provinsi minimal
kecamaran, kedalaman analisis di tingkat kabupaten atau kota minimal hingga tingkat
kelurahan , desa, kampung dan nagari).
2. Skala peta 1:25.000 untuk kabupaten atau kota di Pulau Jawa dan Nusa Tenggara
3. Mampu menghitung jumlah jiwa terpapar bencana (dalam jiwa)
4. Mampu menghitung nilai kerugian harta benda dan kerusakan lingkungan (dalam
rupiah).
5. Menggunakan kelas 3 interval tingkat resiko, yaitu Resiko tinggi, sedang dan rendah.
6. Menggunakan GIS dengan Analisis Grid (1 ha) dalam pemetaan resiko bencana
10. PETA RESIKO BENCANA BANJIR
Berdasarkan hasil dari analisis indeks pengkajian risiko
bencana dari analisis ancaman, kerentanan dan
kapasitas didapati hasil terkait peta risiko bencana banjir
dari Kab.Sukoharjo dengan hasil tingkat risiko bencanan
banjir dari beberapa unit Kecamatan yang ada di
Kabupaten Sukaharjo yaitu, kecamatan dengan risiko
tinggi ada 11 kecamatan dan 1 kecamatan dengan
risiko sedang
12. REKOMENDASI
Kebijakan Administratif Kebijakan Teknis
Di wilayah kabupaten Sukoharjo didapatkan hasil
dengan menggabungkan dan pembobotan
parameter curah hujan, ketinggian, penggunaaan
lahan, kemiringan lereng, jenis tanah, dan
geomorfologi menggunakan metode overlay
dihasilkan 53,81% wilayah kabupaten Sukoharjo
masuk kedalam kategori ancaman tinggi, 25,99%
ancaman sedang dan 20,2% ancaman rendah.
Strategi dan kebijakannya harus sejalan dengan
aturan yang ada pada UU. No. 7, Tahun 2004
berupa pencegahan bencana secara fisik dan non
fisik, penanggulangan bencana, dan pemulihan
kondisi setelah bencana
Pelaksanaan kegiatan kampung siaga bencana
dilaksanakan oleh masyarakat dalam wadah
diberi nama kampung siaga bencana.
Kampung siaga bencana dibentuk atas usulan
masyarakat dan ditetapkan oleh Bupati/
Walikota. Pada pembentukan kampung siaga
bencana harus memenuhi syarat yaitu daerah
tersebut memiliki kerawanan terhadap jenis
bencana tertentu dan adanya kesiapan dan
peran aktif masyarakat yang bermukim di
daerah rawan bencana tersebut untuk
membentuk kampung siaga bencana.
13. CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, and
includes icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik
THANKS!