Tugas 1 Mata Kuliah Mitigasi Bencana Pesisir (3 SKS), Nama : Putri Widyawati Nur Adimah, NIM : 1310190008, Dosen Pengampu: Luhur Moekti Prayogo, S.Si., M.Eng, Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas PGRI Ronggolawe Tuban 2022
Tugas 1 Mata Kuliah Mitigasi Bencana Pesisir (3 SKS), Nama : Putri Widyawati Nur Adimah, NIM : 1310190008, Dosen Pengampu: Luhur Moekti Prayogo, S.Si., M.Eng, Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas PGRI Ronggolawe Tuban 2022
12_Antisipasi Bencana Hidrometeorlogi di Indonesiasakuramochi
Indonesia merupakan negara yang rawan bencana hidrometeorologi yang menimbulkan korban jiwa dan kerugian material. Untuk itu perlu upaya penanggulan yang konkret yaitu melalui: (1) Penjabaran Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN PRB) dalam berbagai kebijakan, didukung kelembagaan yang kuat, legislasi yang implementatif, dan pendanaan yang mencukupi; (2) Upaya preventif secara teknis yang nyata untuk mengantisipasi bencana hidrometeorologi secara lebih terencana dan terintegrasi. Di sisi lain, DPR juga perlu melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan RAN PRB dan penggunaan dana bencana, serta memasukkan isu pengurangan risiko bencana dalam berbagai produk legislasinya.
Ada hal menarik dari rilis terbaru Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) tentang data kejadian bencana selama kurun 2019 kemarin. Meski terus dirundung petaka, namun intensitas bencana 2019 mengalami penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Tahun 2017 tercatat kejadian bencana mengalami puncaknya sebanyak 2.869 kejadian, disusul 2018 sebanyak 2.573 kejadian.
12_Antisipasi Bencana Hidrometeorlogi di Indonesiasakuramochi
Indonesia merupakan negara yang rawan bencana hidrometeorologi yang menimbulkan korban jiwa dan kerugian material. Untuk itu perlu upaya penanggulan yang konkret yaitu melalui: (1) Penjabaran Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN PRB) dalam berbagai kebijakan, didukung kelembagaan yang kuat, legislasi yang implementatif, dan pendanaan yang mencukupi; (2) Upaya preventif secara teknis yang nyata untuk mengantisipasi bencana hidrometeorologi secara lebih terencana dan terintegrasi. Di sisi lain, DPR juga perlu melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan RAN PRB dan penggunaan dana bencana, serta memasukkan isu pengurangan risiko bencana dalam berbagai produk legislasinya.
Ada hal menarik dari rilis terbaru Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) tentang data kejadian bencana selama kurun 2019 kemarin. Meski terus dirundung petaka, namun intensitas bencana 2019 mengalami penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Tahun 2017 tercatat kejadian bencana mengalami puncaknya sebanyak 2.869 kejadian, disusul 2018 sebanyak 2.573 kejadian.
(Aborsi kandungan) obat penggugur kandungan untuk masa depan yang belum mau {...
BAB 1 pendahuluan
1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang rawan mengalami bencana sehingga
sering disebut supermarketnya bencana. Bencana merupakan sebuah fenomena
kehidupan manusia yang tidak dapat diketahui secara pasti kapan akan terjadi.
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik
oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis (UU No. 24 tahun 2007).
Bencana yang diakibatkan oleh faktor alam antara lain berupa gempa
bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, dan tanah longsor. Sedangkan bencana
yang diakibatkan oleh faktor non alam antara lain berupa gagal teknologi,
epidemik dan wabah penyakit (UU No. 24 tahun 2007).
Dilaporkan bahwa terdapat 2.342 kejadian bencana sepanjang tahun
2016, dari 2.342 bencana tersebut sekitar 92 persen adalah bencana
hidrometeorologi yang di dominasi oleh banjir, longsor dan puting beliung.(4)
Salah satu bencana yang sering terjadi di Indonesia adalah banjir. Data kejadian
bencana yang di laporkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
menunjukkan bahwa pada tahun 2013 terdapat 525 kejadian banjir di
Indonesia.
Banjir adalah suatu peristiwa meluapnya air yang menggenangi suatu
permukaan tanah dengan ketinggian yang melebihi batas normal. Banjir pada
umumnya terjadi pada saat aliran air melebihi volume air yang dapat
ditampung di dalam sungai, danau, rawa, drainase, tanggul, serta saluran air
lainnya pada selang waktu tertentu (Krisna, 2008).
Bencana banjir dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor
hujan, faktor hancurnya Daerah Aliran Sungai (DAS), faktor kesalahan
2. 2
perencanaan pembangunan alur sungai, faktor pendangkalan sungai dan faktor
kesalahan tata wilayah dan pembangunan sarana dan prasarana (Maryono,
2005).
Kota Sukabumi termasuk salah satu daerah yang dinilai rawan bencana
banjir. Berikut data kejadian jenis bencana di Kota Sukabumi tahun 2013 –
2018:
Tabel 1.1 Trend Kejadian Jenis Bencana Di Kota Sukabumi Periode
2013-2018
No. Jenis Bencana
Tahun
2013 2014 2015 2016 2017 2018 Jml %
1. Kebakaran 19 23 29 20 25 38 154 17,32
2. Banjir 7 9 21 45 18 10 110 12,37
3. Tanah Longsor 27 36 33 64 50 30 240 27,00
4.
Angin
Topan/Beliung
2 9 33 35 4 19 102 11,47
5. Gempa Bumi - 1 3 3 23 25 55 6,19
6. Cuaca Ekstrim 57 55 23 20 40 33 228 25,65
Jumlah 112 133 142 187 160 155 889 100,00
Berdasarkan tabel 1.1 menunjukan bahwa kejadian banjir dari tahun 2013
sampai 2018 adalah sebanyak 110 kasus atau (12,37%) di Kota Sukabumi
dengan kejadian terbesar pada Tahun 2016 dengan 45 kasus. Meskipun pada
Tahun 2018 angka kejadian bencana banjir telah menurun menjadi 10 kasus,
tetapi masih perlu dilakukan manajemen penanggulangan bencana guna
menghindari dan meminimalisir dampak atau kerugian baik materil maupun
non materil yang diakibatkan oleh kejadian banjir.
Manajemen bencana (Disaster Management) adalah ilmu pengetahuan
yang mempelajari bencana beserta segala aspek yang berkaitan dengan
bencana, terutama risiko bencana dan bagaimana menghindari risiko bencana
(Febriawati, dkk, 2017). Kesiapsiagaan merupakan bagian dari proses
manajemen bencana yang sedang berkembang saat ini, pentingnya upaya
kesiapsiagaan merupakan salah satu elemen penting dari kegiatan pencegahan
pengurangan risiko bencana yang bersifat pro-akif sebelum terjadi bencana
(Qirana, Daru & Bina, 2018).
3. 3
Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian yang serta melalui langkah
tepat guna dan berdaya guna (UU No 24 Tahun 2007).
Tabel 1.2 Rekapitulasi Kejadian Bencana di Wilayah Kecamatan Kota
Sukabumi Tahun 2013 - 2018
No. Kecamatan
Tahun
2013 2014 2015 2016 2017 2018 jml %
1. Cikole 21 36 33 29 46 27 192 21,74
2. Cibeureum 24 19 12 14 16 14 99 11,21
3. Citamiang 19 23 19 44 15 20 140 15,86
4.
Gunung
Puyuh
11 16 20 36 19 15 117 13,25
5. Warudoyong 17 17 22 30 17 15 118 13,36
6. Lembursitu 4 10 14 17 14 24 83 9,40
7. Baros 9 12 19 14 10 15 79 8,95
Tk. Kota - 1 3 3 23 25 55 6,23
Jumlah 105 134 142 187 160 155 883 100,00
Kelurahan Warudoyong termasuk salah satu wilayah rawan bencana
bencana, khususnya bencana banjir. Oleh karena itu, kesiapsiagaan dalam
menghadapi bencana perlu dipahami oleh semua masyarakat yang ada di
wilayah tersebut. Dalam pelaksanaannya, masyarakat harus ikut serta dalam
kegiatan kesiapsiagaan bencana. Oleh sebab itu, semua masyarakat perlu
memahami tentang kesiapsiagaan bencana agar tercipta sikap yang positif
dalam menghadapi bencana yang pada akhirnya bisa meminimalkan resiko
sebagai dampak dari terjadinya bencana banjir.
Melihat betapa pentingnya masalah di atas, maka kami merasa tertarik
dan perlu untuk mempelajari lebih jauh dan membuat makalah tentang
“Analisis Kesiapsigaan dan Mitigasi Bencana Banjir di RT 07 RW 01
Kelurahan Warudoyong Kota Sukabumi”.
4. 4
B. Rumusan Masalah
Atas dasar penentuan latar belakang di atas, maka kami dapat mengambil
perumusan masalah yaitu:
1. Bagaimana konsep dari bencana?
2. Bagaimana konsep dari kesiapsiagaan bencana?
3. Bagaimana konsep dari banjir?
4. Bagaimana Analisis Kesiapsigaan dan Mitigasi Bencana Banjir di RT 07
RW 01 Kelurahan Warudoyong Kota Sukabumi?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum disusunnya makalah ini adalah untuk mengetahui
tentang Analisis Kesiapsigaan dan Mitigasi Bencana Banjir di RT 07 RW
01 Kelurahan Warudoyong Kota Sukabumi.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui bagaimana konsep dari bencana.
b. Untuk mengetahui bagaimana konsep dari kesiapsiagaan bencana.
c. Untuk mengetahui bagaimana konsep dari banjir.
d. Untuk mengetahui bagaimana Analisis Kesiapsigaan dan Mitigasi
Bencana Banjir di RT 07 RW 01 Kelurahan Warudoyong Kota
Sukabumi.