Dokumen tersebut membahas kebijakan pemenuhan tenaga teknis menengah kehutanan di Provinsi Sulawesi Selatan untuk periode 2020-2024, mencakup kondisi umum kawasan hutan, kebutuhan tenaga teknis di bidang perencanaan hutan dan rehabilitasi hutan serta pengelolaan Daerah Aliran Sungai.
Kebijakan dan program dishut sumbar dalam sosialisasi svlk kemitraan kemenhutFazrin Rahmadani
Dokumen tersebut membahas tentang gambaran umum kondisi hutan di Sumatera Barat serta visi dan misi, kebijakan, dan program pembangunan kehutanan untuk mewujudkan pemantapan pengelolaan dan fungsi kawasan hutan guna kesejahteraan masyarakat.
Notulen rapat konsultasi publik FSC Controlled Wood dan HCVF di Perum Perhutani KPH Nganjuk membahas peserta rapat, susunan acara, dan resume rapat yang mencakup pembukaan, sambutan, materi konsultasi publik, tanggapan/saran, dan kesimpulan. Tanggapan dan saran stakeholder tertulis dari undangan dan langsung mencakup topik pengelolaan hutan, konservasi, dan kerjasama dengan masyarakat.
Notulen rapat konsultasi publik FSC Controlled Wood dan HCVF yang diadakan di Perum Perhutani KPH Nganjuk memberikan informasi mengenai peserta rapat, susunan acara, dan ringkasan hasil diskusi. Diskusi menyimpulkan komitmen Perum Perhutani dalam melibatkan stakeholder dan mengedepankan pendekatan sosial dalam pengelolaan hutan.
Membangun Ketahanan Ekonomi Regional dan Masyarakat Adat Melalui Hasil Hutan ...CIFOR-ICRAF
Dokumen tersebut membahas tentang pengelolaan hutan di Provinsi Papua, mencakup fungsi hutan, komoditas unggulan kehutanan menurut wilayah adat, dan pembentukan unit pelaksana teknis dinas kabupaten/kota untuk melaksanakan kegiatan teknis operasional dan penunjang tertentu seperti Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi dan Lindung.
Dokumen tersebut berisi ringkasan anggaran Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Barat untuk tahun 2016, mencakup program, kegiatan dan anggaran masing-masing unit organisasi di bawah Dinas Kehutanan seperti unit inventarisasi dan pemetaan hutan serta unit penanggulangan kebakaran hutan dan lahan.
Permenhut ri no 78 th 2014 ttg pedoman penyusunan programa penyuluhan kehutananJhon Blora
Peraturan ini mengatur tentang pedoman penyusunan program penyuluhan kehutanan. Program penyuluhan kehutanan dibagi menjadi beberapa tingkatan yakni tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, dan nasional. Substansi program penyuluhan kehutanan meliputi matrik dan narasi yang mencakup keadaan wilayah, tujuan, permasalahan, sasaran, dan cara mencapai tujuan. Keadaan wilayah meliputi sumber daya alam, manus
Kebijakan dan program dishut sumbar dalam sosialisasi svlk kemitraan kemenhutFazrin Rahmadani
Dokumen tersebut membahas tentang gambaran umum kondisi hutan di Sumatera Barat serta visi dan misi, kebijakan, dan program pembangunan kehutanan untuk mewujudkan pemantapan pengelolaan dan fungsi kawasan hutan guna kesejahteraan masyarakat.
Notulen rapat konsultasi publik FSC Controlled Wood dan HCVF di Perum Perhutani KPH Nganjuk membahas peserta rapat, susunan acara, dan resume rapat yang mencakup pembukaan, sambutan, materi konsultasi publik, tanggapan/saran, dan kesimpulan. Tanggapan dan saran stakeholder tertulis dari undangan dan langsung mencakup topik pengelolaan hutan, konservasi, dan kerjasama dengan masyarakat.
Notulen rapat konsultasi publik FSC Controlled Wood dan HCVF yang diadakan di Perum Perhutani KPH Nganjuk memberikan informasi mengenai peserta rapat, susunan acara, dan ringkasan hasil diskusi. Diskusi menyimpulkan komitmen Perum Perhutani dalam melibatkan stakeholder dan mengedepankan pendekatan sosial dalam pengelolaan hutan.
Membangun Ketahanan Ekonomi Regional dan Masyarakat Adat Melalui Hasil Hutan ...CIFOR-ICRAF
Dokumen tersebut membahas tentang pengelolaan hutan di Provinsi Papua, mencakup fungsi hutan, komoditas unggulan kehutanan menurut wilayah adat, dan pembentukan unit pelaksana teknis dinas kabupaten/kota untuk melaksanakan kegiatan teknis operasional dan penunjang tertentu seperti Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi dan Lindung.
Dokumen tersebut berisi ringkasan anggaran Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Barat untuk tahun 2016, mencakup program, kegiatan dan anggaran masing-masing unit organisasi di bawah Dinas Kehutanan seperti unit inventarisasi dan pemetaan hutan serta unit penanggulangan kebakaran hutan dan lahan.
Permenhut ri no 78 th 2014 ttg pedoman penyusunan programa penyuluhan kehutananJhon Blora
Peraturan ini mengatur tentang pedoman penyusunan program penyuluhan kehutanan. Program penyuluhan kehutanan dibagi menjadi beberapa tingkatan yakni tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, dan nasional. Substansi program penyuluhan kehutanan meliputi matrik dan narasi yang mencakup keadaan wilayah, tujuan, permasalahan, sasaran, dan cara mencapai tujuan. Keadaan wilayah meliputi sumber daya alam, manus
Peraturan Menteri Kehutanan ini mengatur tentang metode dan materi penyuluhan kehutanan yang meliputi pengertian istilah, maksud dan tujuan, metode penyuluhan berdasarkan tujuan, jumlah sasaran, media dan teknik komunikasi, serta pengelompokan metode penyuluhan kehutanan.
Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan ber...CIFOR-ICRAF
Dokumen tersebut membahas tentang penyelenggaraan urusan pemerintahan bidang kehutanan antara pemerintah pusat dan daerah sesuai dengan UU No. 23 Tahun 2014. Dokumen menjelaskan pembagian urusan kehutanan antara pemerintah pusat dan daerah provinsi serta daerah kabupaten/kota berdasarkan lampiran BB UU 23/2014 yang meliputi perencanaan hutan, pengelolaan hutan, dan pengelolaan kawasan hut
Mangrove management as an essential ecosystem area: A case study from Teluk P...CIFOR-ICRAF
Mangrove di Teluk Pangpang, Banyuwangi ditetapkan sebagai Kawasan Ekosistem Esensial pada tahun 2010 untuk melindungi ekosistemnya. Namun, pengelolaannya masih menghadapi tantangan seperti perbedaan pemahaman antar pihak dan keaktifan anggota pengelola yang perlu ditingkatkan. Upaya yang dilakukan antara lain penyusunan rencana pengelolaan, pembentukan forum pengelola, dan pelatihan untuk masyarakat.
Tantangan dalam pengelolaan ekosistem gambut di IndonesiaCIFOR-ICRAF
Dokumen tersebut membahas tantangan pengelolaan ekosistem gambut di Indonesia, termasuk kebijakan terkait lahan gambut, kompleksitas kegiatan di lahan gambut, penggunaan api yang menyebabkan kebakaran berulang, serta berbagai masalah teknis dalam melakukan restorasi gambut seperti lokasi yang melintasi batas administratif dan konsesi.
Dokumen tersebut merupakan peraturan Direktur Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan tentang pedoman penyusunan Rencana Pemmanfaatan Hutan dan Rencana Kerja Tahunan Izin Pemmanfaatan Hutan Perhutanan Sosial. Dokumen ini memberikan panduan penyusunan perencanaan dan pelayanan pengesahan RPH-IPHPS secara transparan, partisipatif, akuntabel, dan mengutamakan kesetaraan gender.
Dokumen tersebut membahas tentang kebijakan pengelolaan kesatuan pengelolaan hutan produksi (KPHP) di Indonesia, termasuk target pembentukan KPHP, peran berbagai instansi dalam pengelolaan hutan, dan tata cara pengelolaan hutan oleh KPHP.
Peraturan Menteri Kehutanan ini menetapkan pedoman penyusunan program penyuluhan kehutanan agar penyelenggara penyuluhan di seluruh tingkatan memiliki acuan yang sama dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan penyuluhan. Pedoman ini mengatur tentang ruang lingkup, maksud, tujuan, dan definisi istilah yang terkait dengan penyusunan program penyuluhan kehutanan.
Dokumen tersebut membahas pengaturan mengenai perhutanan sosial di wilayah kerja Perum Perhutani sesuai dengan peraturan P.39/MENLHK/SETJEN/KUM.L/6/2017. Dokumen tersebut menjelaskan tentang subjek dan bentuk perizinan perhutanan sosial, syarat-syarat permohonan izin pemanfaatan hutan perhutanan sosial, ketentuan mengenai pola tanam, bagi hasil, tata cara permohonan,
IMPLIKASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERH...01112015
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas implikasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah terhadap kebijakan penyelenggaraan urusan pemerintahan bidang lingkungan hidup dan kehutanan serta langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk menyikapi perubahan kewenangan dalam pembagian urusan pemerintahan tersebut.
Dokumen tersebut membahas tentang kehutanan masyarakat di Indonesia, termasuk capaian target, tantangan, dan langkah ke depan. Capaian target kehutanan masyarakat pada RPJMN 2010-2014 baru tercapai sekitar 17,5% dari target semula karena berbagai kendala seperti proses perizinan yang rumit dan kapasitas lembaga masyarakat. Pemerintah menargetkan luasan hutan yang dikelola masyarakat meningkat menjadi 12,7
Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
1. Dokumen tersebut membahas strategi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir dalam pengendalian kebakaran hutan dan lahan.
2. Strategi tersebut meliputi strategi organisasi, program, sumber daya, dan kelembagaan.
3. Faktor pendukung dan penghambat strategi tersebut diidentifikasi.
Peraturan Menteri Kehutanan ini mengatur tentang metode dan materi penyuluhan kehutanan yang meliputi pengertian istilah, maksud dan tujuan, metode penyuluhan berdasarkan tujuan, jumlah sasaran, media dan teknik komunikasi, serta pengelompokan metode penyuluhan kehutanan.
Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan ber...CIFOR-ICRAF
Dokumen tersebut membahas tentang penyelenggaraan urusan pemerintahan bidang kehutanan antara pemerintah pusat dan daerah sesuai dengan UU No. 23 Tahun 2014. Dokumen menjelaskan pembagian urusan kehutanan antara pemerintah pusat dan daerah provinsi serta daerah kabupaten/kota berdasarkan lampiran BB UU 23/2014 yang meliputi perencanaan hutan, pengelolaan hutan, dan pengelolaan kawasan hut
Mangrove management as an essential ecosystem area: A case study from Teluk P...CIFOR-ICRAF
Mangrove di Teluk Pangpang, Banyuwangi ditetapkan sebagai Kawasan Ekosistem Esensial pada tahun 2010 untuk melindungi ekosistemnya. Namun, pengelolaannya masih menghadapi tantangan seperti perbedaan pemahaman antar pihak dan keaktifan anggota pengelola yang perlu ditingkatkan. Upaya yang dilakukan antara lain penyusunan rencana pengelolaan, pembentukan forum pengelola, dan pelatihan untuk masyarakat.
Tantangan dalam pengelolaan ekosistem gambut di IndonesiaCIFOR-ICRAF
Dokumen tersebut membahas tantangan pengelolaan ekosistem gambut di Indonesia, termasuk kebijakan terkait lahan gambut, kompleksitas kegiatan di lahan gambut, penggunaan api yang menyebabkan kebakaran berulang, serta berbagai masalah teknis dalam melakukan restorasi gambut seperti lokasi yang melintasi batas administratif dan konsesi.
Dokumen tersebut merupakan peraturan Direktur Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan tentang pedoman penyusunan Rencana Pemmanfaatan Hutan dan Rencana Kerja Tahunan Izin Pemmanfaatan Hutan Perhutanan Sosial. Dokumen ini memberikan panduan penyusunan perencanaan dan pelayanan pengesahan RPH-IPHPS secara transparan, partisipatif, akuntabel, dan mengutamakan kesetaraan gender.
Dokumen tersebut membahas tentang kebijakan pengelolaan kesatuan pengelolaan hutan produksi (KPHP) di Indonesia, termasuk target pembentukan KPHP, peran berbagai instansi dalam pengelolaan hutan, dan tata cara pengelolaan hutan oleh KPHP.
Peraturan Menteri Kehutanan ini menetapkan pedoman penyusunan program penyuluhan kehutanan agar penyelenggara penyuluhan di seluruh tingkatan memiliki acuan yang sama dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan penyuluhan. Pedoman ini mengatur tentang ruang lingkup, maksud, tujuan, dan definisi istilah yang terkait dengan penyusunan program penyuluhan kehutanan.
Dokumen tersebut membahas pengaturan mengenai perhutanan sosial di wilayah kerja Perum Perhutani sesuai dengan peraturan P.39/MENLHK/SETJEN/KUM.L/6/2017. Dokumen tersebut menjelaskan tentang subjek dan bentuk perizinan perhutanan sosial, syarat-syarat permohonan izin pemanfaatan hutan perhutanan sosial, ketentuan mengenai pola tanam, bagi hasil, tata cara permohonan,
IMPLIKASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERH...01112015
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas implikasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah terhadap kebijakan penyelenggaraan urusan pemerintahan bidang lingkungan hidup dan kehutanan serta langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk menyikapi perubahan kewenangan dalam pembagian urusan pemerintahan tersebut.
Dokumen tersebut membahas tentang kehutanan masyarakat di Indonesia, termasuk capaian target, tantangan, dan langkah ke depan. Capaian target kehutanan masyarakat pada RPJMN 2010-2014 baru tercapai sekitar 17,5% dari target semula karena berbagai kendala seperti proses perizinan yang rumit dan kapasitas lembaga masyarakat. Pemerintah menargetkan luasan hutan yang dikelola masyarakat meningkat menjadi 12,7
Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
1. Dokumen tersebut membahas strategi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir dalam pengendalian kebakaran hutan dan lahan.
2. Strategi tersebut meliputi strategi organisasi, program, sumber daya, dan kelembagaan.
3. Faktor pendukung dan penghambat strategi tersebut diidentifikasi.
Dokumen tersebut membahas tentang Taman Nasional Aketajawe Lolobata di Maluku Utara yang meliputi profil, dasar penetapan, tugas pokok, sistem zonasi, ancaman perambahan hutan, dan dampaknya. Taman Nasional ini memiliki luas 167.300 ha yang dibagi menjadi beberapa zona untuk perlindungan ekosistem dan keanekaragaman hayati serta memungkinkan pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan. Ancaman utama
Arah Strategi Nasional Pengelolaan Ekosistem MangroveCIFOR-ICRAF
Dokumen tersebut membahas strategi nasional pengelolaan ekosistem mangrove di Indonesia. Strategi ini mencakup pendekatan yang menyeluruh, menyentuh semua aspek, membumi dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan, dan membudayakan pengelolaan mangrove. Strategi khususnya meliputi pemanfaatan mangrove untuk pariwisata, perlindungan iklim, mitigasi bencana, dan peningkatan produktivitas perikanan. Dokumen juga membahas ker
Dokumen tersebut merupakan rancangan peraturan menteri tentang pembangunan model desa konservasi dalam rangka pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan konservasi. Rancangan peraturan ini terdiri dari 5 bab dan 28 pasal yang membahas tentang ketentuan umum, penetapan model desa konservasi, pelaksanaan pembangunan, pembinaan dan pembiayaan. Pembangunan model desa konservasi bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarak
Silvikuktur merupakan ilmu dan seni dalam pembangunan hutan yg lestari mulai dari pembibitan, penanaman, pemeliharaan, perlindungan dari hama penyakit sampai kepada produksi sehingga dihasilkan tegakan hutan yang produktif dan lestari secara ekologi, ekonomi dan sosial
Perhutanan Sosial Almisbat | Pojok Desa #05TV Desa
Perhutanan Sosial Poros Baru Ekonomi Desa Hutan
Nara sumber :
1. Leroy Sami Uguy Direktur SDA-TTG, PPMD Kemendesa pdtt
2. Ananda Artono, Kadiv PS Perum Perhutani
3. Sutrisno, P2PS, FKMM
4. Swari Utami Dewi, Pokja Nasional Perhutanan sosial, PSKL KLHK
5. Chairidin A. (Almisbhat/pendamping PS)
Dokumen ini membahas latar belakang pentingnya pengelolaan hutan lestari dan penatausahaan hasil hutan bagi pembangunan ekonomi. Tujuan praktik lapangan mahasiswa adalah menerapkan ilmu pengetahuan kehutanan, mempelajari kegiatan pengelolaan hutan dan penatausahaan hasil hutan di Perum Perhutani, serta mengetahui proses penatausahaan hasil hutan kayu. Praktik akan dilaksanakan selama 30 hari di Perum
Dokumen tersebut merangkum arahan kebijakan pengendalian perubahan iklim di Provinsi Maluku, yang mencakup komitmen Indonesia dalam mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 29% pada 2030, program-program mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di berbagai sektor seperti kehutanan, energi, dan pangan, serta anggaran untuk melaksanakan program-program tersebut di beberapa kabupaten di Maluku.
Similar to Kebijakan pemenuhan tenaga teknis menengah kehutanan (20)
Pendekatan Legal Kelola Satwa Liar di SulawesiAdi Pujakesuma
Dokumen tersebut membahas pendekatan hukum dalam pengelolaan satwa liar di Sulawesi. Terdapat beberapa poin penting yaitu: (1) peraturan terkait konservasi satwa liar seperti UU No. 5/1990 dan PP No. 7/1999, (2) kriteria satwa yang dilindungi, (3) larangan dan sanksi pidana terhadap pelanggaran perlindungan satwa liar dan ekosistemnya. Dokumen ini juga menjelaskan upaya penegakan huk
Asep Warlan Yusuf: Catatan hukum awy terhadap ruu cipta kerja 27 feb 2020Adi Pujakesuma
RUU Cipta Kerja dianggap melemahkan perlindungan lingkungan hidup dengan menghapus atau mengubah ketentuan penting dalam UU PPLH seperti penghapusan izin lingkungan, penurunan kriteria AMDAL, dan penghapusan tanggung jawab mutlak pelaku usaha atas pencemaran lingkungan. Hal ini dianggap bertentangan dengan komitmen konstitusi untuk pembangunan berkelanjutan.
Rapat membahas kebijakan pengelolaan hutan produksi dan perhutanan sosial, termasuk alokasi lahan untuk kemitraan dengan masyarakat, program kelola sosial di hutan tanaman industri dan hutan alam, serta dukungan kebijakan untuk industri hasil hutan rakyat."
Perkembangan tora yang berasal dari kawasan hutanAdi Pujakesuma
“PERKEMBANGAN TORA YANG BERASAL
DARI KAWASAN HUTAN”
DISAMPAIKAN OLEH:
DIREKTUR JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN PADA RAPAT KERJA NASIONAL LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN. Yogyakarta, 27- 28 Februrai 2020.
NAWACITA RPJMN 2015-2019 dan Dilanjutkan RPJMN 2020-2024.
Tersedianya sumber Tanah Obyek Reforma Agraria (TORA) dan terlaksananya redistribusi tanah dan legalisasi aset
(teridentifikasi kawasan hutan yang akan dilepaskan sedikitnya sebanyak 4,1 juta ha) • Meningkatnya akses masyarakat untuk mengelola hutan melalui hutan kemasyarakatan, hutan desa, hutan tanaman
rakyat, hutan adat dan hutan rakyat serta kemitraan seluas 12,7 juta ha.
KETERANGAN
a) Kriteria 1 masih menunggu PP untuk menarik 20% (429.358 ha) di
lokasi pelepasan.
b) Kriteria 2 (938.878 ha) masih perlu ditindaklanjut dengan
permohonan daerah sesuai Permenko.
c) Kriteria 3 (39.229 ha) masih perlu ditindaklanjut dengan
permohonan daerah sesuai Permenko.
d) Kriteria 4 sudah dikeluarkan SK Pelepasan (264.578,31 ha) clear
jadi APL, tindak lanjut legalisasi dan reditribusi oleh BPN (Sudah
terbit sertifikat sebanyak 16.340 bidang untuk 6.515 KK pada 41
lokasi)
e) Kriteria 5,6, dan 7 terdiri dari :
1. Data Realisasi Tata Batas 2014 sd 2018 seluas 307.516 ha (clear jadi APL)
tindak lanjut legalisasi dan redistribusi oleh BPN.
2. Realisasi perubahan kawasan hutan dalam rangka RTRWP Kaltim (16.503
ha), Kepri (207.000 ha), Sulsel (72.558 ha), 296.061 ha. (clear jadi APL),
tindak lanjut legalisasi dan redistribusi oleh BPN
6 3. Adendum IUPHHK 34.134 ha (clear jadi APL), tindak
lanjut legalisasi dan redistribusi oleh BPN. 4. Adendum IUPHHK 16.895 ha (Kawasan Hutan), tindak lanjut
Perhutanan Sosial. 5. SK Penyelesaian Pola PPTKH 74 Kabupaten 109.960,4 ha
(perubahan batas) 6. SK Penyelesaian Pola PPTKH 74 Kabupaten 69.176,5 ha
(perhutanan sosial) 7. SK Penyelesaian Pola PPTKH 56 Kabupaten 94.702 ha
(perubahan batas) 8. SK Penyelesaian Pola PPTKH 56 Kabupaten 56.503,5 ha
(perhutanan sosial)
Dokumen tersebut membahas tentang peran Badan Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BP2SDM) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam pengelolaan hutan dan perhutanan sosial. Dokumen ini menjelaskan tentang luas kawasan hutan yang dikelola masyarakat melalui skema-skema perhutanan sosial dan capaian yang dicapai. Juga dibahas tentang penyuluh kehutanan yang terlibat dalam menduk
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengatur pedoman tata kearsipan di lingkungan kementerian tersebut, mencakup sistem sentralisasi kebijakan dan desentralisasi pelaksanaan, organisasi kearsipan pusat dan daerah, pembinaan dan pengawasan kearsipan, serta pembiayaan kegiatan kearsipan. Dokumen ini juga menjelaskan tentang pengurusan naskah dinas, penataan berkas, dan penyusutan
Prospek alumni smk kehutanan dalam mendukung perhutanan sosialAdi Pujakesuma
PROSPEK ALUMNI SMK KEHUTANAN DALAM MENDUKUNG PERHUTANAN SOSIAL
ECOTOURISM, EDUTOURISM
Wisata Hutan Perhutanan Sosial (wisata Berkelanjutan )
(Solusi Penanganan Konflik Kawasan )
LOKET NURSERY
Pengunjung Cukup Membeli bibit dan menaman di spot tanam kenang
REVITALISASI SMK DAN TANTANGANNYA DALAM MENYIAPKAN TENAGA KERJA TERAMPIL DI...Adi Pujakesuma
REVITALISASI SMK DAN TANTANGANNYA
DALAM MENYIAPKAN TENAGA KERJA TERAMPIL
DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0.
Siswa yang memiliki performance value yang dibutuhkan oleh dunia kerja/industri meliputi 3 aspek, yaitu: Knowledge (pengetahuan), Skill (keterampilan) dan Affective (sikap).
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas hasil pengawasan di beberapa provinsi terkait kebijakan dan kinerja pengawasan di Kementerian LHK.
2. Terdapat beberapa temuan dari audit BPK RI mengenai pengelolaan keuangan, aset, dan kinerja satuan kerja di lingkungan Kementerian LHK.
3. Dokumen tersebut juga mengidentifikasi kecenderungan temuan berulang pada satuan kerja
Implementasi Sistem Pengendalian Intern PemerintahAdi Pujakesuma
Laporan ini memberikan informasi mengenai pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) di satuan kerja lingkup Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di beberapa provinsi di Indonesia bagian timur. Laporan ini mencakup daftar satuan kerja beserta pelaksanaan SPIP mereka di triwulan pertama dan kedua tahun 2018.
Rangkuman hasil pengawasan terkait pengaduan masyarakat perumahan Villa Mutiara terhadap PT. Barry Callebaut dan PT. Comextra Majora di Makassar adalah: tim terpadu melakukan verifikasi dokumen, wawancara, dan kunjungan lapangan untuk menyelidiki dugaan pencemaran lingkungan. Kedua perusahaan belum sepenuhnya mematuhi peraturan terkait pengelolaan limbah cair dan udara.
DAMPAK PIRIT ANTARA MANFAAT DAN BAHAYA BAGI LINGKUNGAN DAN KESEHATAN.pdfd1051231033
Tanah merupakan bagian terpenting dalam bidang pertanian, peranan tanah juga sangat kompleks bagi media perakaran tanaman. Tanah mampu menopang dan menyediakan unsur hara yang sangat dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif. Tanah tersusun dari bahan mineral, bahan organik, udara dan air. Bahan mineral tersusun dari hasil aktivitas pelapukan bebatuan, sedangkan bahan organik berasal dari pelapukan serasah tumbuhan akibat adanya aktivitas mikroorganisme di dalam tanah. Salah satu jenis tanah adalah tanah sulfat masam. Tanah sulfat masam ini keberadaannya di daerah rawa pasang surut. Sering kali tanah sulfat masam dijumpai pada lahan gambut terdegradasi yang mengakibatkan tanah mengandung pirit (FeS2) naik kepermukaan. Tanah sulfat masam yang mengandung pirit ini juga mengganggu pertumbuhan tanaman. Terganggunya pertumbuhan tanaman menyebabkan lahan ini nantinya akan ditinggalkan petani bila tidak dilakukan usaha perbaikan atau menjadi lahan bongkor.
ANALISIS DAMPAK DAN SOLUSI HUJAN ASAM: PENGARUH PEMBAKARAN BAHAN BAKAR FOSIL ...d1051231079
Hujan asam merupakan kombinasi ringan dari asam sulfat dan asam nitrat. Hujan asam biasanya terjadi di daerah-daerah yang padat penduduk dan banyaknya aktivitas manusia dalam kegiatan transportasi. Emisi gas SO2 dan NO2 yang berasal dari kegiatan industri dan transportasi merupakan penyebab terjadinya peristiwa hujan asam apabila emisi gas tersebut bereaksi dengan air hujan, dimana senyawa yang bersifat asam terbentuk. Emisi gas SO2 dan NO2 yang berasal dari aktivitas manusia dapat berubah menjadi nitrat (NO3 - ) dan sulfat (SO4 2-) melalui proses fisika dan kimia yang kompleks. Sulfat dan nitrat lebih banyak berbentuk asam yang terlarut dalam air hujan. Keasaman air hujan berhubungan erat dengan konsentrasi SO2 dan NO2 yang terlarut di dalam air hujan. Semakin tinggi konsentrasi SO2 dan NO2 , maka dapat mengakibatkan nilai keasaman air hujan semakin asam .Deposisi asam yang berasal dari emisi antropogenik SO2 dan NOx , memiliki pengaruh besar pada biogeokimia, dan menyebabkan pengasaman tanah dan air permukaan, eutrofikasi ekosistem darat dan air dan penurunan keanekaragaman hayati di banyak wilayah.
“ANALISIS DINAMIKA DAN KONDISI ATMOSFER AKIBAT PENINGKATAN POLUTAN DAN EMISI...aisyrahadatul14
Pencemaran udara adalah pelepasan zat-zat berbahaya ke atmosfer, seperti polusi industri, kendaraan bermotor, dan pembakaran sampah. Dampaknya terhadap lingkungan sangat serius. Udara yang tercemar dapat merusak lapisan ozon, memicu perubahan iklim, dan mengurangi kualitas udara yang kita hirup setiap hari. Bagi makhluk hidup, pencemaran udara dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti penyakit pernapasan, iritasi mata, dan bahkan kematian. Lingkungan juga terdampak dengan terganggunya ekosistem dan berkurangnya keanekaragaman hayati.
Pengelolaan Lahan Gambut Sebagai Media Tanam Dan Implikasinya Terhadap Konser...d1051231053
Gambut merupakan tanah yang memiliki karakteristik unik. Lahan gambut yang begitu luas di beberapa pulau besar di Indonesia, menjadikan pengelolaan lahan gambut sering dilakukan, terutama dalam peralihan fungsi menjadi perkebunan, pertanian, hingga pemukiman. Pada studi kasus ini lebih berfokus pada degradasi lahan gambut menjadi media tanam, proses, dampak, serta upaya pemulihan dampak yang dihasilkan dari degradasi lahan gambut tersebut
DAMPAK KEBAKARAN LAHAN GAMBUT TERHADAP KUALITAS AIR DAN KESEHATAN MASYARAKAT.pdfd1051231031
Kebakaran hutan dan lahan gambut merupakan kebakaran permukaan dimana api membakar bahan bakar yang ada di atas permukaan seperti pepohonan maupun semak-semak, kemudian api menyebar tidak menentu secara perlahan di bawah permukaan (Ground fire), membakar bahan organicmelalui pori-pori gambut dan melalui akar semak belukar ataupun pohon yang bagian atasnya terbakar. Selanjutnya api menjalar secara vertical dan horizontal berbentuk seperti kantong asap dengan pembakaran yang tidak menyala (smoldering) sehingga hanya asap yang berwarna putih saja yang Nampak di atas permukaan, yang sering dikenal dengan kabut asap yang terjadi akibat kebakaran hutan yang bersifat masiv. Oleh karena peristiwa kebakaran tersebut terjadi di bawah tanah dan tidak nampak di permukaanselain itu tanahnya merupakan tanah basah/gambut yang mengandung air maka proses kegiatan pemadamannya tentu akan menimbulkan kesulitan.
INTERAKSI, KOMUNIKASI, DAN AKTIFITAS MIKROBA DI LINGKUNGAN
Kebijakan pemenuhan tenaga teknis menengah kehutanan
1. DEPARTEMEN KEHUTANAN
Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
DEPARTEMEN KEHUTANAN
Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
1
KEPALA DINAS KEHUTANAN
PROVINSI SULAWESI SELATAN
Oleh:
KEBIJAKAN PEMENUHAN
TENAGA TEKNIS
MENENGAH KEHUTANAN
PROVINSI SUL-SEL
TAHUN 2020 - 2024
ALUMNI SEKOLAH MENENGAH
KEHUTANAN NEGERI
2. DEPARTEMEN KEHUTANAN
Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
DEPARTEMEN KEHUTANAN
Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
I. ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEHUTANAN
PROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN 2020-2024
DINAS KEHUTANAN
PROV. SULAWESI SELATAN
2
A. KONDISI UMUM KAWASAN HUTAN
3. DEPARTEMEN KEHUTANAN
Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
DEPARTEMEN KEHUTANAN
Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
DINAS KEHUTANAN
PROV. SULAWESI SELATAN
3
1,188,816
482,923
119,719
268,632
529,134
21,358
Luas Kawasan Hutan
Hutan Lindung
Hutan Produksi Terbatas
Hutan Produksi
HSA dan Wisata
Taman Nasional Laut
Hutan Produksi
Konservasi
4. DEPARTEMEN KEHUTANAN
Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
DEPARTEMEN KEHUTANAN
Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
KONDISI UMUM LAHAN
DINAS KEHUTANAN
PROV. SULAWESI SELATAN
4
5. DEPARTEMEN KEHUTANAN
Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
DEPARTEMEN KEHUTANAN
Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
STRUKTUR ORGANISASI
DINAS KEHUTANAN
PROV. SULAWESI SELATAN
5
7. DEPARTEMEN KEHUTANAN
Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
DEPARTEMEN KEHUTANAN
Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
KONDISI UMUM PERMASALAHAN
DINAS KEHUTANAN
PROV. SULAWESI SELATAN
7
Sebagian wilayah DAS membutuhkan pemulihan serta masih luasnya lahan kritis
didalam maupun diluar kawasan hutan sementara kapasitas kegiatan RHL untuk
menekan laju degradasi hutan dan lahan masih terbatas;
Status Kepastian Hukum Kawasan Hutan, Konflik tenurial terhadap lahan
kehutanan, alih fungsi lahan, perambahan hutan dan illegal logging masih cukup
tinggi.
Masih terbatasnya kapasitas SDM Kualifikasi Kehutanan yang memiliki skill dan
kompetensi yang sesuai dalam pengelolaan hutan;
Belum optimalnya pengelolaan jasa lingkungan sektor kehutanan;
Partisipasi masyarakat yang belum optimal dalam pengelolaan hutan secara lestari;
Masih rendahnya produksi hasil hutan kayu dan hasil hutan bukan kayu untuk
mendukung dan menyuplai kebutuhan industri kehutanan;
Kurangnya basis data dan informasi sektor kehutanan yang valid;
Masih kurangnya sarana dan prasarana pada UPT Dinas Kehutanan.
Sumber Pendanaan Kegiatan Pengurusan Hutan dari APBD sangat minim.
8. DEPARTEMEN KEHUTANAN
Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
DEPARTEMEN KEHUTANAN
Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
ARAH KEBIJAKAN
DINAS KEHUTANAN
PROV. SULAWESI SELATAN
8
Visi : Sulawesi Selatan Yang Inovatif, Produktif, Kompetitif, Inklusif dan Berkarakter
Misi 5 : Meningkatkan Produktifitas dan Daya Saing Produk Sumber Daya Alam Yang Berkelanjutan
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan
1 2 3 4
Meningkatkan kapasitas perencanaan, monitoring
dan evaluasi pelaksanaan pembangunan
kehutanan, pelayanan umum dan sumber daya
aparatur serta akuntabilitas pengelolaan
keuangan dan asset.
1. Meningkatnya kualitas dan akuntabilitas
dokumen perencanaan, keuangan dan asset.
2. Meningkatnya kualitas pelayanan dan sumber
daya aparatur pelaksana.
3. Menyediakan informasi dan data yang valid.
1. Meningkatkan kapasitas sumber daya aparatur
pengelola administrasi perkantoran yang
berintegritas dan handal.
2. Meningkatkan kemampuan manajerial dan
teknis aparatur.
Mewujudkan peningkatan sumber daya
aparatur pengelola administrasi dan
pelayanan umum untuk mendukung
pelaksanaan kegiatan.
Mengoptimalkan pemanfaatan produksi hasil
hutan dan tertib peredaran hasil hutan serta
penerimaan dana bagi hasil sektor kehutanan
dan mengembangkan industri primer hasil hutan
kayu berkelanjutan.
1. Menjaga fungsi kawasan hutan sesuai
peruntukannya.
2. Meningkatnya produksi hasil hutan kayu dan
bukan kayu.
3. Mengembangkan industri primer hasil hutan.
1. Meningkatkan pemahaman tentang manfaat
hutan kepada masyarakat sekitar hutan.
2. Meningkatkan peran serta masyarakat dan
pelaku industri didalam pengelolaan hutan
secara berkelanjutan dan lestari.
Mewujudkan masyarakat serta pelaku
industri yang peduli terhadap kelestarian
hutan melalui kegiatan sosialisasi dan
penyuluhan.
Mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alam
secara berdaya saing tanpa mengabaikan
kelestarian, daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup.
1. Meningkatnya produksi dan penggunaan bibit
yang bersertifikat.
2. Meningkatnya luas lahan kritis yang
direhabilitasi.
3. Meningkatnya indeks kualitas tutupan lahan.
1. Meningkatkan pengetahuan pengelolaan
perbenihan yang sesuai standar.
2. Meningkatkan peran serta masyarakat dan
pelaku industri didalam pengelolaan hutan
secara berkelanjutan dan lestari.
Mewujudkan pengelolaan sumber daya
alam secara bijak dan lestari.
Meningkatkan produktifitas dan daya saing
produk sektor perekonomian berbasis sumber
daya alam serta memberdayakan masyarakat
didalam dan disekitar hutan.
1. Meningkatnya pemberdayaan masyarakat
disekitar kawasan hutan.
2. Meningkatnya jumlah kelompok masyarakat
yang mendapatkan pendampingan.
1. Meningkatkan kapasitas pemberdayaan
masyarakat disekitar hutan melalui skema
kegiatan Perhutanan Sosial.
2. Meningkatkan kapasitas pemberdayaan
masyarakat melalui kegiatan pendampingan.
Mewujudkan masyarakat yang sejahtera
melalui kegiatan pemberdayaan
masyarakat sekitar hutan.
Melindungi ekosistem hutan dan menjaga
kelestarian sumber daya hutan serta
keanekaragaman hayati
Menurunnya kasus pembalakan liar (illegal
logging) dan konflik tenurial.
Meningkatkan upaya preventif dan persuasif
dalam rangka pengamanan hutan melalui
kegiatan patroli rutin dan penyuluhan.
Mewujudkan upaya preventif dan
persuasif dalam rangka pengamanan
hutan melalui kegiatan patroli rutin dan
penyuluhan.
9. DEPARTEMEN KEHUTANAN
Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
DEPARTEMEN KEHUTANAN
Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
Kepastian Hukum kawasan hutan melalui berbagai kegiatan, antara lain :
sinkronisasi dan koordinasi dalam penataan ruang, pengukuhan dan
penataan batas hutan serta pemeliharaan dan rekonstruksi batas hutan ;
Penyediaan data dan informasi (spasial dan numerik) sumberdaya hutan
Kondisi hutan terjamin melalui perlindungan dan konservasi alam
sehingga berjalan sesuai fungsinya (konservasi, lindung dan produksi);
Rehabilitasi Hutan dan Lahan dengan pendekatan Daerah Aliran Sungai
(DAS) dikelola secara optimal agar fungsinya sebagai sistem penyangga
kehidupan terpelihara.
Terpenuhinya pemenuhan bahan baku industri kehutanan secara kontinyu.
Hutan dapat diakses oleh masyarakat melalui kegiatan kehutanan
Memberikan peran kepada masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya
hutan sesuai dengan kemampuan dan sumberdaya yang dimiliki;
Meningkatkan kualitas kesejahteraan masyarakat yang bergantung pada
sumberdaya hutan terutama yang berada di dalam dan sekitar hutan
melalui pemberdayaan kelompok tani hutan.
DINAS KEHUTANAN
PROV. SULAWESI SELATAN
9
HASIL YANG DIHARAPKAN
10. DEPARTEMEN KEHUTANAN
Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
DEPARTEMEN KEHUTANAN
Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
Peningkatan kesejahteraan masyarakat di dalam dan di sekitar hutan
meningkat secara proporsional dan bertahap sebagai dampak dari adanya
kegiatan kehutanan;
Penyerapan tenaga kerja dibidang pemanfaatan hutan dan rehabilitasi
hutan dan lahan di provinsi Sulawesi Selatan meningkat;
Pendapatan riil masyarakat melalui kegiatan pengembangan komoditi
unggulan kehutanan meningkat.
Berkembangnya Aneka usaha kehutanan berupa peningkatan produksi
hasil hutan bukan, kayu kesejahteraan masyarakat yang bergantung pada
sumberdaya hutan terutama yang berada di dalam dan sekitar hutan
melalui pemberdayaan kelompok tani hutan.
Organisasi Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Selatan dapat berjalan
secara efektif, efisien dan optimal sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya;
Lembaga non pemerintah yang berkaitan dengan kehutanan dapat
berkembang dan menjadi mitra (partner), katalisator dan kontrol yang
efisien dan efektif bagi penyelenggaraan kehutanan;
DINAS KEHUTANAN
PROV. SULAWESI SELATAN
10
HASIL YANG DIHARAPKAN
11. DEPARTEMEN KEHUTANAN
Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
DEPARTEMEN KEHUTANAN
Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
Jejaring kerja kehutanan di provinsi Sulawesi Selatan terbina dan secara
bertahap berkembang;
Sarana dan prasarana pendukung kegiatan pembangunan kehutanan di
provinsi Sulawesi Selatan tersedia dan memadai;
Pengawasan dan pengendalian pembangunan kehutanan di provinsi
Sulawesi Selatan berjalan efektif serta didukung oleh pengawasan
masyarakat;
Anggaran untuk penyelenggaraan kehutanan di provinsi Sulawesi Selatan
tersedia dan memadai serta terjadwal dengan baik
Sumber Daya Manusia (SDM) kehutanan yang profesional tersedia di
provinsi Sulawesi Selatan didukung dengan sistem karier dan insentif yang
memadai;
DINAS KEHUTANAN
PROV. SULAWESI SELATAN
11
12. DEPARTEMEN KEHUTANAN
Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
DEPARTEMEN KEHUTANAN
Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
II. KEBUTUHAN TENAGA TEKNIS MENENGAH KEHUTANAN
DINAS KEHUTANAN
PROV. SULAWESI SELATAN
12
A. BIDANG PERENCANAAN HUTAN
Tenaga teknis menengah inventarisasi hutan :
Identifikasi potensi SDH
Inventarisasi Terestris, Flora, Fauna, Sosekbud, Geofisik, enumerasi
TSP/ PSP reenumerasi TSP/ PSP.
Pengoperasian GPS, Pengelolaan Citra Satelit dan Analisa Data
Hutan
Tenaga teknis menengah pemolaan hutan :
Pengambilan titik koordinat, Pengukuran kawasan hutan/ enclave
dan kawasan non hutan.
Penyiapan data dan peta dalam rangka penetapan kawasan hutan,
penataan batas, penatagunaan kawasan atau zonasi/ blok.
KEBUTUHAN TENAGA TEKNIS KEHUTANAN MENENGAH DIARAHKAN UNTUK
MEMPERKUAT KELEMBAGAAN KPH DALAM MELAKSANAAN TUGAS DAN
FUNGSINYA.
13. DEPARTEMEN KEHUTANAN
Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
DEPARTEMEN KEHUTANAN
Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
DINAS KEHUTANAN
PROV. SULAWESI SELATAN
13
B. BIDANG REHABILITASI HUTAN DAN PENGELOLAAN DAS
Tenaga teknis menengah perbenihan & pembibitan tanaman hutan :
Sertifikasi sumber benih/bibit, penilaian dan pengujian benih/ bibit.
Pengelolaan sarana dan prasana persemaian, pengadaan dan peredaran
benih tanaman hutan, pengelolaan ASDG, Pemulian Pohon, Kebun Bibit
dll.
Tenaga teknis menengah persuteraan alam :
Sertifikasi dan pengujian mutu ulat sutera, pengelolaan tanaman murbei,
pengadaan dan peredaran bibit ulat sutera, UPUK/ UPUB dan
penanganan produksi.
Tenaga teknis menengah Rehabilitasi Hutan dan Lahan :
Pengumpulan dan pengolahan data RHL, pembuatan rancangan RHL,
pengembangan areal model dan pemberdayaan masyarakat.
Konservasi tanah dan air
Tenaga teknis menengah pengelolaan Daerah Aliran Sungai :
Pengelolaan DAS dan tata air, Pengukuran Tinggi Muka Air,
perhitungan debit air sungai, sedimentasi dll.
Tenaga teknis menengah perhutanan social :
Pembinaan dan pengembangan kelembagaan masyarakat,
pengembangan areal model, bimbingan teknis serta pendampingan.
14. DEPARTEMEN KEHUTANAN
Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
DEPARTEMEN KEHUTANAN
Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
DINAS KEHUTANAN
PROV. SULAWESI SELATAN
14
Tenaga teknis menengah wisata alam :
Pembinaan habitat dan satwa liar berupa sarana prasarana,
Pemanfaatan potensi jasa lingkungan, pemberdayaan masyarakat,
Tenaga teknis menengah konservasi jenis :
Pengelolaan keanekaragaman hayati (biodiversity),penanganan
medis, penangkaran dan pemantauan tumbuhan dan satwa yang
dilindungi dan tidak dilindungi.
Tenaga teknis menengah konservasi Kawasan :
Pembinaan kemitraan dan pembuatan areal model, pembentukan dan
pendampingan kader konservasi.
Inventasisasi satwa, transplantasi terumbu, rehabilitasi kawasan dan
peningkatan jumlah tumbuhan atau satwa asli.
Pengendalian kebakaran hutan dan lahan, tukar menukar satwa,
pengaturan perburuan.
C. BIDANG KONSERVASI SUMBER DAYA HUTAN
15. DEPARTEMEN KEHUTANAN
Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
DEPARTEMEN KEHUTANAN
Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
DINAS KEHUTANAN
PROV. SULAWESI SELATAN
15
D. BIDANG PEMANFAATAN HUTAN
Tenaga teknis menengah pemanfaatan hutan dan usaha Kawasan :
Pembinaan dan bimbingan teknis pengelolaan Hutan Produksi
Lestari, Kegiatan HTR, pengelolaan informasi pemanfaatan hutan,
penanganan perijinan pemanfaatan hutan dan kawasan hutan.
Identifikasi potensi kawasan hutan.
Tenaga teknis menengah iuran dan peredaran hasil hutan :
Pemenuhan hak negara berupa PNBP (PSDH, DR, Sewa Lahan dan
lain-lain), Rekonsiliasi Penerimaan, Distrubusi dan Bagi Hasil,
pengendalian peredaran hasil hutan dan penatausahaan hasil hutan.
Tenaga teknis menengah pengolahan dan pemasaran hasil hutan :
Pengukuran dan pengujian hasil hutan, pemenuhan bahan baku
industri, eksport, promosi, pemasaran, Analisa pasar dan strategi
pengembangan hutan dan hasil hutan kayu dan bukan kayu.
16. DEPARTEMEN KEHUTANAN
Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
DEPARTEMEN KEHUTANAN
Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
III. KEBIJAKAN REKRUTMEN TENAGA TEKNIS MENENGAH
KEHUTANAN
DINAS KEHUTANAN
PROV. SULAWESI SELATAN
16
Kebijakan pemerintah yang memberikan porsi yang besar untuk kegiatan
Rehabilitasi dan Pemulihan Sumber Daya Hutan
Kebijakan standarisasi kompetensi SDM Kehutanan
Regenerasi SDM.
Penganggaran melalui APBN maupun DAK Bidang Kehutanan
B. POLA REKRUTMEN
Formasi CPNS melalui Kementerian LHK
Formasi CPNS melalui Pemerintah Propinsi
Formasi PPPK tingkat Kementerian LHK
Formasi PPPK tingkat Pemerintah Provinsi
BUMN, BUMD (Perum Perhutani, PT. Inhutani dll)
Mitra Kehutanan (Konsultan Kehutanan, Kontraktor Kehutanan dll)
Mitra Non Kehutanan (PT. Vale dll)
Outsourcing
A. PELUANG
17. DEPARTEMEN KEHUTANAN
Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
DEPARTEMEN KEHUTANAN
Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
SEKIAN
DINAS KEHUTANAN
PROV. SULAWESI SELATAN
17