SlideShare a Scribd company logo
1 of 46
KB HORMONAL
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah yang diberikan Oleh Dr.
Farid, Ir., dr., SpC M.Kes. M.H.Kes.
Disusun Oleh :
Mery Tarlina ( D3E613005 )
Nur’Aini ( D3E613007 )
AKADEMI KEBIDANAN MEDIKA OBGIN
BANDUNG BARAT
2015
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan
karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah KB Hormonal ini berdasar pengetahuan dan
kemampuan yang kami miliki. Dan kamipun berterimakasih kepada Dosen yang telah memberikan
tugas ini.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan.
Untuk itu, kami berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami oleh semua pembacanya dan dapat berguna bagi
kami sendiri maupun semuanya.
Bandung, Maret 2015
Penulis,
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ................................................................................................ 1
1.2 Rumusan masalah ........................................................................................... 2
1.3 Tujuan .............................................................................................................2
BAB II ISI
2.1Definisi Kontrasepsi Hormonal ...................................................................... 3
2.2Sejarah Kontrasepsi Hormonal......................................................................... 3
2.3Macam-macam Kontrasepsi Hormonal .......................................................... 4
2.3.1 Kontrasepsi Pil .................................................................................... 4
2.3.2 Kontrasepsi Suntikan .......................................................................... 18
2.3.3 AKDR Dengan Progestin ................................................................... 27
2.3.4 Kontrasepsi Implan ............................................................................. 30
BAB 3 PEMBAHASAN
3.1 Mekanisme Kerja Dari COC (Combination Of Oral Contraception) ............. 39
3.2 Manfaat COC 39
3.3 Efek Positif Pada Seksualitas Perempuan ...................................................... 39
3.4 Pengaruh Kontrasepsi Hormonal Pada Penurunan Pelumasan ...................... 40
3.5 Pengaruh Kontrasepsi Hormonal Pada Estrogen Dan Progesteron ................ 40
3.6 Pengaruh Kontrasepsi Hormonal Pada Emosi ................................................ 41
3.7 Pengaruh Terhadap Libido ............................................................................. 41
3.8 Etonorgestrel Implan ...................................................................................... 42
3.9 AKDR-LNG (Mirena) .................................................................................... 42
BAB III PENUTUP
Kesimpulan ........................................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... iii
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Indonesia cukup besar, sehingga perlu dilakukan program pembatasan angka kelahiran.
Program pembatasan angka kelahiran di Indonesia dikenal dengan program keluarga berencana
yang disingkat dengan KB.
Program KB di Indonesia dijalankan dengan cara kontrasepsi yaitu upaya untuk mencegah
terjadinya kehamilan. Upaya tersebut dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen.
Namun sampai saat ini belum ada suatu cara kontrasepsi yang 100% ideal, karena idealnya suatu
kontrasepsi dilihat dari daya guna, aman, murah, estetik, mudah didapat, tidak memerlukan
motivasi terus-menerus, dan efek samping minimal .
Ada berbagai macam jenis Alat Kontrasepsi yang tersedia di pasaran yang dapat dibeli
dengan bebas. Pil kontrasepsi dipergunakan oleh kurang lebih 50 juta akseptor di seluruh dunia. Di
Indonesia diperkirakan kurang lebih 60% akseptor mempergunakan pil kontrasepsi. Jumlah ini
tampaknya akan tetap tinggi dibandingkan dengan jumlah akseptor yang mempergunakan cara
kontrasepsi yang lain. Pil mengakibatkan perlunya tenaga pelayanan lebih banyak dibandingkan
IUD, sehingga merupakan beban yang berat bagi tenaga medis serta para medis. Oleh karena itu
perlu pelayanan yang diatur oleh tenaga terlatih yang terdapat dalam masyarakat sendiri.
Sehubungan dengan ini diperlukan pengetahuan dasar serta petunjuk-petunjuk untuk pelaksana
pelayanan tersebut, baik untuk seleksi akseptor maupun cara mengatasi keluhan-keluhan yang
ditemukan.
3
1.2Rumusan Masalah
a. Apakah pengertian Kontrasepsi Hormonal ?
b. Bagaimakah sejarah Kontrasepsi Hormonal ?
c. Bagaimanakah macam-macam Kontrasepsi Hormonal ?
d. Bagaimanakah Kontrasepsi Hormonal ?
e. Mekanisme kerja dari Kontrasepsi Hormonal ?
f. Pengaruh Kontrasepsi Hormonal ?
1.3 Tujuan
a. Mengetahui pengertian Kontrasepsi Hormonal.
b. Mengetahui sejarah Kontrasepsi Hormonal.
c. Mengetahui macam-macam Kontrasepsi Hormonal.
d. Mengetahui Kontrasepsi Hormonal.
e. Mengetahui Mekanisme kerja dari Kontrasepsi Hormonal.
f. Mengetahui Pengaruh Kontrasepsi Hormonal.
4
BAB II
ISI
2.1 Definisi Kontrasepsi Hormonal
Kontrasepsi hormonal adalah alat atau obat kontrasepsi yang bertujuan untuk mencegah
terjadinya kehamilan dimana bahan bakunya mengandung preparat estrogen dan progesterone,
atau salah satu hormonnya.
2.2 SejarahKontrasepsiHormonal
Sejarah perkembangan kontrasepsi hormonal dimulai pada awal abad ke 20. Pada tahun
1921 Haberlandt melakukan transplantasi ovarium binatang percobaan yang sedang hamil kepada
binatang lain dari spesies yang sama. Ia menemukan kemandulan sementara pada binatang yang
menerima transplantasi.
Pada tahun 1930 Allen melakukan isolasi progesteron, dan pada tahuntahun berikutnya
Bickenbach dan von Massenbach menemukan bahwa progesteron, testosteron, dan estrogen dapat
menghambat ovulasi. Walaupun demikian, sampai tahun 1950 hormon steroid ini belum
mendapat tempat sebagai antifertilitas, tetapi banyak diselidiki untuk menghasilkan kortison.1
Barulah pada tahun 1950-an setelah Pincus, Chang,dan Rock menemukan bahwa
pemberian progesteron per os pada hari ke 5 sampai ke 25 daur haid dapat menghambat ovulasi,
hormon steroid ini dipakai untuk keperluan kontrasepsi. Percobaan pertama pemakaian
kontrasepsi oral dengan noretindrel dan mestranol di Puerto Rico pada tahun 1956 membuktikan
daya guna yang sangat tinggi sebagai kontrasepsi.1
Semenjak itu perkembangan kontrasepsi hormonal berlangsung terus. Tahun 1960 pil
kombinasi estrogen-progesteron mulai digunakan. Tahun 1963 pil sekuensial diperkenalkan.
Sejak tahun 1965 sampai sekarang banyak diadakan penyesuaian dosis atau penggunaan
progesteron saja, sehingga muncul pil mini, dll. Perkembangan ini pada umumnya bertujuan
mencari suatu kontrasepsi hormonal yang mempunyai daya guna tinggi, efek samping minimal,
dan keluhan pasien yang sekecil-kecilnya.1
5
2.3Macam-macam Kontrasepsi Hormonal
2.3.1 Kontrasepsi Pil
A. Sejarah
Perkembangan penggunaan pil kontrasepsi sebagai pencegah kehamilan diawali
ketika pada tahun 1940 Sturgis dan Albright menjelaskan tentang efek hambatan ovulasi
pada wanita yang mengkonsumsi preparat estrogen.. Penggunaan preparat progesteron
untuk menghambat ovulasi pertama kali dilakukan oleh Rock, Pincus dan Gracia dengan
menggunakan derivat dari 19 nortestosterone yang diberikan selama 20 (dua puluh) hari,
dimulai dari hari ke 5 (lima) menstruasi sampai dengan hari ke 25 (duapuluh lima) dalam
satu siklus menstruasi.
Secara intensif, penelitian tentang penggunaan pil kombinasi dilakukan dibawah
pimpinan Pincus dan Rock yang melakukan percobaan lapangan di Puerto Rico. Pil
tersebut mengandung progestin norethynodrel dan estrogen mestranol, ternyata pil
tersebut memiliki daya yang sangat tinggi untuk mencegah kehamilan sehingga menjadi
permulaan terciptanya pil kombinasi.
Pil yang terdiri dari kombinasi antara etinilestradiol atau mestranol dengan salah
satu jenis progestagen (progesteron sintetik) kini banyak digunakan untuk kontrasepsi.
Sebagai hasil penelitian lebih lanjut, ditemukan pil sekuensial, mini pill, morning after
pill, dan Depo-Provera yang diberikan sebagai suntikan. Dewasa ini masih terus
dilakukan kegiatan penelitian lebih lanjut untuk menemukan suatu cara untuk menjadikan
kontrasepsi hormonal yang mempunyai daya guna tinggi dan dengan efek samping yang
sekecil mungkin.
B. Jenis-Jenis Kontrasepsi Pil
1. Pil kombinasi
Pil kombinasi ini dipakai oleh lebih dari 65 juta wanita di seluruh dunia.
Dalam satu pil terdapat baik estrogen maupun progestin sinetik. Pil diminum
setiap hari selama 3 minggu, diikuti dengan 1 minggu tanpa pil atau plasebo,
pada saat mana suatu perdarahan surut akan terjadi. Estrogennya ialah etinil
estradiol atau mestranol, dalam dosis 0.05; 0,08; atau 0,1 mg per tablet.
6
Progestinnya bervariasi: yang yang merupakan androgen, yang merupakan
progesteron, atau mempunyai pengaruh estrogen instrinsik. Daya guna teorotis
hampir 100% (tigkat kehamilan 0,1/100 tahun-wanita). Daya guna pemakaian
ialah 95 – 98% efektif (tingkat kehamilan 0,7/100 tahun-wanita).1
 Dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopouse.
 Mudah dihntikan setiap saat.
 Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil dihentikan.
 Dapat digunkaan sebagai kontrasepsi darurat
 Membantu mencegah :
⁻ Kehamilan ektofik,
⁻ Kanker ovarium,
⁻ Kanker endometrium,
⁻ Kista ovarium,
⁻ Penyakit radang
panggul,
⁻ Kelainan jinak pada payudara,
⁻ Kelainan jinak pada payudara,
⁻ Disminore,
⁻ Akne. 2
1.A. Kontraindikasi Pil Kombinasi :
Hamil atau dicurigai hamil,
Menyusui ekslusif,
Pendarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya,
Penyakit hati akut (Hefatitis),
Perokok dengan usia > 35 Tahun,
Riwayat penyakit jantung, stroke, atau tekanan darah > 180/100 mmHg,
Riwayat gangguan faktor pembekuan darah atau kencing manis >20 tahun
Kanker payudara atau dicurigai kanker payudara,
Migran dan gejala neurologik fokal (epilepsi/riwayat efilepsi),
Tidak dapat menggunakan pil secara teratur setiap hari.
6
1.B. Perhatian Khusus Untuk Penggunaan Pil Kombinasi
keadaan Saran
Tekanan Darah
Tinggi
Sistolik >160 mmHg, atau
Diastolik >90 mmHg
Pil tidak boleh digunakan
Kencing Manis Tanpa komplikasi Pil dapat diberikan
Migran Tanpa gejala neurologik
fokal yang berhubungan
dengan nyeri kepala
Pil dapat diberikan
Menggunakan
obat fenitoin,
barbiturat,
ritampisin.
Pil dengan dosis
otinitestradiol 50 µg
Anemia Bulan
Sabit
Pil jangan digunakan
1.C. Penanganan Efek Samping Yang Sering Terjadi Dan Masalah-Masalah
Kesehatan Lainnya
Efek Samping atau
Masalah
Penanganan
 Amenorea (tidak ada
perdarahan, atau
spooting)
Periksa dalam atau tes kehamilan, bila tidak
hamil dan klien minum pil dengan beenar,
tenanglah. Tidak datang haid kemungkinan
besar karena kurang adekuatnya efek estrogen
terhadap endometrium. Tidak perlu pengobatan
khusus, coba berikan pil dengan dosis estrogen
50 µg, atau dosis estrogen tetap, tetapi dosis
progestin dikurangi. Bila klien hamil intrauterin,
hentikan pil, dan yakinkan pasien, bahwa pil
yang telah diminumnya tidak punya efek pada
janin.
7
 Muat, pusing, atau
muntah (akibat reaksi
anatilaktik)
Tes kehamilan, atau pemeriksaan ginekologik.
Bila tidak hamil, sarankan minum pil saat makan
malam, atau sebelum tidur.
 Pendarahan
pervaginam/spotting
Tes kehamilan, atau pemeriksaan ginekologik.
Saraankan minum pil pada waktu sama. Jelaskan
bahwa pendarahan/spotting hal yang biasa
terjadi pada 3 bulan pertama, dan lambat laun
akan berhenti. Bila pendarahan/spotting tetap
saja terjadi, ganti pil dengan dosis estrogen lebih
tinggi (50 µg) sampai pendarahan teratasi, lalu
kembali ke dosis awal. Bila pendarahan/spotting
timbul lagi, lanjutan lagi dengan dosis 50 µg,
atau ganti dengan metode kontrasepsi yang lain.
1.D. Keadaan Yang Perlu Mendapatkan Perhatian
Tanda Masalah Yang Mungkin Terjadi
 Nyeri dada hebat, batuk,
napas pendek.
Serangan jantung atau bekuan darah di
dalam paru.
 Sakit kepala hebat. Stroke, hipertensi, migran.
 Nyeri tungkai hebat (betis
atau paha).
Sumbatan pembuluh darah tungkai.
 Nyeri abdomen hebat. Penyakit kandungan empedu, bekuan
darah, pankreatitis.
 Kehilangan penglihatan
atau kabur.
Stroke, hipertensi, atau problem vaskular.
 Tidak terjadi
pendarahan/spotting
setelah selesai minum pil.
Kemungkinan kehamilan.
8
1.E. Jenis
 Monofasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung
hormon aktif estrogen/progesteron (E/P) dalam dosis yang sama,
dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
 Bifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon
aktif estrogen/progesteron (E/P) dengan dua dosis yang berbeda, dengan
7 tablet tanpa hormon aktif.
 Trifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung
hormon aktif estrogen/progesteron (E/P) dengan tiga dosis yang
berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
1.F. Cara Kerja Pil Kombinasi
− Menekan ovulasi.
− Mencegah implantasi.
− Lendir serviks mengental sehingga sulit dilalui oleh sperma.
− Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi telur dengan
sendirinya akan terganggu pula.
1.G. Manfaat Pil Kombinasi
 Memiliki efektifitas yang tinggi (hampir menyerupai efektivas
tubektomi), bila digunakan setiap hari (1 kehamilan per 100 perempuan
dalam tahun pertama penggunaan).
 Risiko terhadap kesehatan sangat kecil.
 Tidak menggangu hubungan seksual.
9
 Siklus haid menjadi teratur, banyaknya darah haid berkurang (mencegah
anemia), tidak terjadi nyeri haid.
 Siklus haid menjadi teratur, banyaknya darah haid berkurang (mencegah
anemia), tidak terjadi nyeri haid.
 Dapat digunakan jangka panjang selama perempuan masih ingin
menggunakannya untuk mencegah kehamilan.
1.H. Keterbatasan
o Mahal dan membosankan karena harus menggunakan setiap hari.
o Mual, terutama pada 3 bulan pertama.
o Perdarahan bercak atau perdarahan sela, terutama 3 bulan pertama.
o Pusing.
o Nyeri payudara.
o Berat badan naik sedikit, jarang pada pil kombinasi.
o Tidak boleh diberikan pada perempuan menyusui (dapat mengurangi
ASI).
o Pada sebagian kecil perempuan dapat menimbulkan depresi, dan
perubahan suasana hati, sehingga keinginan untuk melakukan hubungan
berkurang.
o Dapat meningkatkan tekan darah dan retensi cairan, sehingga risiko
stroke, dan gangguan pembekuan darah pada vena dalam sedikit
meningkat. Pada perempuan usia > 35 tahun dan merokok perlu hati-
hati.
o Tidak mencegah IMS (Infeksi Menular Seksual), HBV, HIV/AIDS.
1.I. Yang Dapat Menggunakan Kontrasepsi Pil Kombinasi
Pada prinsipnya hampir semua Ibu boleh menggunakan pil kombinasi,
seperti :
 Usian Reproduksi
 Telah memiliki anak ataupn yang belum memiliki anak.
 Gemuk atau kurus.
 Menginginkan metode kontrasepsi dengan efektivitas tinggi.
10
 Setelah melahirkan dan tidak menyusui.
 Setelah melahirkan 6 bulan yang tidak memberikan ASI ekslusif,
sedangkan semua cara kontrasepsi yang dianjurkan tidak cocok bagi
ibu tersebut.
 Pascakeguguran.
 Anemia karena haid berlebihan.
 Siklus haid tidak teratur.
 Riwayat kehamilan ektofik.
 Kelainan payudara jinak.
 Kencing manis tanpa komplikasi pada ginjal, pembuluh darah, mata
dan saraf.
 Penyakit tiroid, penyakit radang panggu, endometriosis, atau tumor
ovarium jinak.
 Menderita tuberkolosis (kecuali yang sedang menggunakan
rifampisin).
1.J. Yang Boleh Menggunakan Pil Kombinasi :
Hamil, atau dicurigai hamil.
Menyusui ekslusif.
Pendarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya.
Penyakit hati akut (hepatitis).
Perokok dengan usia > 35 tahun.
Riwayat penyakit jantung, stroke, atau tekanan darah > 180/110 mmHg.
Riwayat gangguan faktor pembekuan darah atau kencing manis > 20
tahun.
Kanker payudara atau dicurigai neurologik fokal (epilepsi/riwayat
epilepsi).
Tidak dapat mengunakan pil secara teratur setiap hari.
11
1.K. Waktu Mulai Menggunakan Pil Kombinasi
 Setiap saat selagi haid, untuk meyakinkan kalau perempuan tersebut
tidak hamil
 Hari pertama sampai hari ke 7 siklus haid.
 Boleh menggunakan pada hari ke 8, tetapi perlu menggunakan metode
kontrasepsi yang lain (kondom) mulai hari ke 8 sampai hari ke 14 atau
tidak melakukan hubungan seksual sampai anda telah menghabiskan
paket pil tersebut.
 Setelah melahirkan :
− Setelah 6 bulan pemberian ASI ekslusif.
− Setelah 3 bulan dan tidak menyusui.
− Pasca keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari).
 Bila berhenti menggunakan kontrasepsi injeksi, dan ingin menggantikan
dengan pil kombinasi, pil dapat segera diberikan tanpa perlu menunggu
haid.
2. Pil Sekuensial
Pil sekuensial dewasa ini kurang populer. Selama14-15 hari pertama
hanya diberikan estrogen, selanjutnya kombinasi estrogen dan progesteron
sampai siklus haid selasai. Khasiat utama pil sekuensial adalah mengahmbat
ovulasi. Dosis estrogen pada pil sekuensial lebih tinggi dari pada dosis
estrogen pada pil kombinasi. Berhubung tidak ada progesteron pada pil-pil
pertama, maka lupa minum pil itu dapat menimbulkan kehamilan. 1
Efek samping dan kontraindikasi hampir sama dengan pil kombinasi.
12
3. Kontrasepsi Pil Progestin (MINIPIL)[3]
3.A. Profil
 Cocok untuk perrempuan menyusui yang ingin memakai pil kb
 Sangat efektif pada masa laktasi
 Dosis rendah
 Tidak menurunkan produksi ASI
 Tidak memberikan efek samping estrogen
 Efek samping utama adalah gangguan perdarahan; perdarahan bercak, atau
perdarahan tidak teratur
 Dapat dipakai sebagai kontrasepsi darurat.
3.B. Jenis MINIPIL
− Kemasan dengan isi 35 pil: 300 µg levonorgestrel atau 350 µg noretindron
− Kemasan dengan isi 28 pil: 75 µg desogestrel.
3.C. Cara Kerja MINIPIL
 Menekan sekresi gonadotropin dan sintesis streroid seks di ovarium
(tidak begitu kuat).
 Endometrium mengalami transformasi lebih awal sehingga implantasi
lebih sulit.
 Mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi sperma.
 Mengubah motilitas tuba sehingga transfortasi sperma terganggu.
3.D. Efektivitas MINIPIL
Sangat efektif (98,5 %). Pada penggunaan minipil jangan sampai terlupa
satu dua tablet atau jangan sampai terjadi gangguan gastrointestinal (muntah,
diare), karena akibatnya kemungkinan terjadi kehamilan sangat besar.
Penggunaan obat-obat mukolitik asetilsistein bersamaan dengan minipil perlu
13
dihindari karena mukolitik jenis ini dapat meningkatkan penetrasi sperma
sehingga kemampuan kontrasepsi dari minipil dapat terganggu
Agar didapatkan kehandalan yang tinggi, maka:
 Sangat efektif bila digunakan secara benar
 Tidak mengganggu hubungan seksual
 Tidak mempengaruhi ASI
 Kesuburan cepat kembali
 Nyaman dan mudah digunakan
 Sedikit efek samping
 Dapat dihentikan setiap saat
 Tidak mengandung estrogen.
3.E. Keuntungan MINIPIL
 Mengurangi nyeri haid
 Mengurangi jumlah darah haid
 Menurunkan tingkat anemia
 Mencegah kanker endometrium
 Melindungi dari penyakit radang panggul
 Tidak meningkatkan pembekuan darah
 Dapat diberikan pada penderita endometriosis
 Kurang menyebabkan peningkatan tekanan darah, nyeri kepala, dan
depresi
 Dapat mengurangi keluhan premenstrual sindrom ( sakit kepala, perut
kembung, nyeri payudara, nyeri pada betis, lekas marah)
 Sedikit sekali mengganggu metabolisme karbohidrat sehingga relatif
aman diberikan pada perempuan pengidap kencing manis yang belum
mengalami komplikasi.
14
3.F. Keterbatasan MINIPIL
 Hampir 30-60 % mengalami gangguan haid ( perdarahan sela, spotting,
amenorea).
 Peningkatan/penurunan berat badan.
 Harus digunakan setiap hari dan pada waktu yang sama.
 Bila lupa satu pil saja, kegagalan menjadi lebih besar.
 Payudara menjadi tegang, mual, pusing, dermatitis, atau jerawat.
 Risiko kehamilan ektopik cukup tinggi (4 dari 100 kehamilan), tetapi risiko
ini lebih rendah jika dibandingkan dengan perempuan yang tidak
menggunakan minipil.
 Efektivitasnya menjadi rendah bila digunakan bersamaan dengan obat
tuberkulosis atau obat epilepsy.
 Tidak melindungi diri dari infeksi menular seksual atau HIV/AIDS.
 Hirsutisme (tumbuh rambut/bulu berlebihan di daerah muka), tetapi sangat
jarang terjadi.
3.G. Yang Boleh Menggunakan MINIPIL
¤ Usia reproduktif.
¤ Telah memiliki anak, atau yang belum memiliki anak.
¤ Menginginkan suatu metode kontraspsi yang sangat efektif selama
periode menyusui.
¤ Pascapersalinan dan tidak menyusui.
¤ Keguguran.
¤ Perokok segala usia.
¤ Mempunyai tekanan darah tinggi (selama < 180/110 mmHg) atau dengan
masalah pembekuan darah.
¤ Tidak boleh menggunakan estrogen atau lebih senang tidak menggunakan
estrogen.
15
3.H. Yang Tidak Boleh Menggunakan Minipil
⁻ Hamil atau diduga hamil.
⁻ Pendarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
⁻ Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid.
⁻ Menggunakan obat tuberkolosis (rifampisin), atau obat untuk (fenition dan
barbiturat).
⁻ Kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
⁻ Sering lupa menggunakan pil.
⁻ Miom uterus. Progestin memicu pertumbuhan miom uterus.
⁻ Riwayat stroke. Progestin menyebabkan spasme pembuluh darah.
3.I. Waktu Mulai Menggunakan Minipil
 Mulai hari pertama sampai hari ke-5 siklus haid. Tidak diperlukan
pencegahan dengan kontrasepsi lain.
 Dapat digunakan setiap saat, asal saja tidak terjadi kehamilan. Bila
menggunakannya setelah hari ke-5 siklus haid, jangan melakukan hubungan
seksual selama 2 hari atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 2
hari saja.
 Bila klien tidak haid (amenorea), minipil dapat digunakan setiap saat, asal
saja diyakini tidak hamil. Jangan melakukan hubungan seksual selama 2 hari
atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 2 hari saja.
 Bila menyusui antara 6 minggu dan 6 bulan pascapersalinan dan tidak haid,
minipil dapat dimulai setiap saat. Bila menyusui penuh, tidak memerlukan
metode kontrasepsi tambahan.
 Bila lebih dari 6 minggu pascapersalinan dan klien telah mendapatkan haid,
minipil dapat dimulai pada hari 1 – 5 hari siklus haid.
 Minipil dapat diberikan segera pascakeguguran.
 Bila sebelumnya klien menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin
menggantinya dengan minpil, minipil dapat segera diberikan, bila saja
kontrasepsi sebelumnya digunakan dengan benar atau ibu tersebut sedang
tidak hamil. Tidak perlu menunggu sampai datangnya haid berikutnya.
16
 Bila kontrasepsi yang sebelumnya adalah kontrasepsi suntikan,bminipil
diberikan pada jadwal sutikan berikutnya. Tidak diperlukan penggunaan
metode kontrasepsi yang lain.
 Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kotasepsi nonhormonal dan ibu tersebut
ingin menggantinya dengan minipil, minipil diberikan pada hari 1 – 5 siklus
haid dan tidak memerlukan kontrasepsi lain.
 Bila kontrasepsi sebelumnya yang digunakan adalah AKDR (termasuk
AKDR yang mengandung hormon), minipil dapat diberikan pada hari 1 – 5
siklus haid. Dilakukan pengangkatan AKDR.
3.J. Keadaan Yang Memerlukan Perhatian Khusus
Keadaan Anjuran
Stroke Sebaiknya jangan menggunakan minipil
Penyakit Jantung
Koronor/Infark
Jangan diberi minipil. Progestin menyebabkan
vasokontriksi pembuluh darah.
3.K. Intruksi Kepada Klien
 Minum minipil setiap hari pada saat yang sama.
 Minum pil yang pertama pada hari pertama haid.
 Bila klien muntah dalam waktu 2 jam setelah menggunakan pil, minumlah
pil yang lain, atau gunakan metode kontrasepsi lain bila klien berniat
melakukan hubungan seksual pada 48 jam berikutnya.
 Bila klien lupa 1 aatau 2 pil, minumlah segera pil yang terlupa tersebut
sesegera klien ingat dan gunakan metode pelindung sampai akhir bulan.
 Walaupun klien blum haid, mulailah paket baru sehari setelah paket
terakhir habis.
 Bila haid klien teratur setiap hari dan kemudian kehilangan 1 siklus (tidak
haid), atau bila merasa hamil, temui petugas kesehatan klien untuk
memeriksa uji kehamilan.
17
3.L. Peringatan Khusus Untuk Pemakai Minipil
 Bila beberapa bulan mengalami haid teratur dan kemudian terlambat haid,
perlu dipikirkan kemungkinan telah terjadi kehamilan.
 Bila mengeluh pendarahan bercak yang disertai dengan nyeri perut hebat,
maka yang pertama kali dipikirkan mungkin adakah kehamilan ektofik
 Problem mata (kehilangan penglihatan, atau mata kabur), nyeri kepala
hebat, maka perlu diikirkan kemungkinan terjadi hipertensi atau problem
vaskuler.
3.M. Penanganan Efek Samping Yang Sering Ditemukan
Efek Samping Penanganan
 Amenorhe Pastikan hamil atau tidak bila tidak hamil, tidak perlu
tindakan khusus. Cukup konseling saja. Bila amenorhe
berlanjut atau hal tersebut membuat klien khawatir,
rujuk ke klinik. Bila hamil, hentikan pil, dan kehamilan
dilanjutkan. Jelaskan kepada klien bahwa minipil
sangat kecil dapat menimbulkan kelainan janin. Bila
diduga kehamilan ektofik, klien perlu dirujuk, jangan
memberikan obat-obatan hormonal untuk
menimbulkan haid. Kalaupun diberikan tidak akan ada
gunanya.
 Perdarahan
tidak
teratur/spotting
Bila tidak menimbulkan masalah kesehatan/tidak
hamil, tidak perlu tindakan khusus. Bila klien tetap saja
tidak dapat menerima kejadian tersebut, perlu dicari
metode kontrasepsi lain.
4. KB Darurat Hormonal : digunakan setelah berhubungan seksual.
18
2.3.2 Kontrasepsi Suntikan :
2.3.1 Kontrasepsi Suntikan Progestin
Kontrasepsi suntikan di indonesia adalah salah satu kontrasepsi yang
popular. Kontrasepsi suntikan yang digunakan ialah long-acting progestin, yaitu
Noretisteron enantat (NETEN) dengan nama dagang Noristrat dan
Depomedroksi progesterone acetat (DMPA) dengan nama dagang Depoprovera.
Suntikan diberikan pada hari ke 3-5 hari pasca persalinan, segera setelah
keguguran, dan pada masa interval sebelum hari kelima haid. Teknik
penyuntikannya yaitu secara intramusculer dalam, didaerah m. gluteus
maksimus atau deltoideus.
Kontraindikasi kontrasepsi suntikan kurang lebih sama dengan kontrasepsi
hormonal lainnya. Efek samping yang berupa gangguan haid ialah amenorea,
menoragia, dan spotting. Efek samping lain yang bukan merupakan gangguan
haid dan keluhan subjektif lainnya juga kurang lebih sama dengan kontrasepsi
hormonal lainnya.
2.A. Profil :
 Sangat efektif
 Aman
 dapat dipake oleh semua perempuan dalam usia reproduksi
 kembalinya kesuburan lebih lambat, rata-rata 4 bulan
 cocok untuk masa laktasi karena tidak menekan produksi ASI
2.B. Jenis
Tersedia dua jenis suntikan yang hanya mengandung progestin, yaitu:
⁻ Depo medroksiprogesteron asetat (depo proveta), mengandung 150 mg
DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik IM (di daerah
bokong) .
⁻ Depo noretisteron enantat (depo noristerat), yang mengandung 200 mg
19
noretindron enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik IM
2.C Cara Kerja :
 Mencegah ovulasi
 Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi
sperma
 Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atropi
 Mengahmbat transportasi gamet oleh tuba.
2.D Keuntungan :
 Sangat efektif
 Pencegahan kehamilan jangka panjang
 Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
 Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap
penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah
 Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI
 Sedikit efek samping
 Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai perimenopause
 Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik
 Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara
 Mencegah beberapa penyebab terjadinya penyakit radang panggul
 Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell)
2.E. keterbatasan :
 Sering ditemukan gangguan haid, seperti:
⁻ Siklus haid yang memendek atau memanjang
⁻ Perdarahan yang banyak atau sedikit
⁻ Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting)
⁻ Tidak haid sama sekali
 klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus
20
kembali untuk suntikan)
 tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut
 permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering
 tidak menjamin perlindungan terhadap penularan ims, hepatitis b virus,
atau infeksi virus hiv
 terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian
 terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadinya perusakan atau
kelainan pada organ genitalia, melainkan karena belum habisnya pelepasan
obat suntikan dai deponya (tempat suntikan)
 pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan
tulang (densitas)
 Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan vagina,
menurunkan libido, sakit kepala, nervositas, jerawat.
2.F. Yang Dapat Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin
 usia reproduksi
 nulipara yang telah memiliki anak
 menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan memiliki efektivitas tinggi
 menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai
 setelah melahirkan dan tidak menyusui
 Setelah abortus atau keguguran
 Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi
 Perokok
 Tekanan darah <180/110 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan
darah atau anemia bulan sabit
 Menggunakan obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau obat
tuberkulosis (rifampisin)
 Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen
 Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi
 Anemia defesiensi besi
 Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan
pil kontrasepsi kombinasi.
21
2.G. Yang Tidak Boleh Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin
Hamil atau dicurigai hamil (resiko cacat pada janin 7/100.000 kelahiran)
Perdarahan pervaginam yang belum jelas sebabnya
Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid
Terutama amenorea
Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara
Diabetes mellitus disertai komplikasi
2.H. Waktu Mulai Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin
¤ Setiap saat selama siklus haid, asal ibu tersebut tidak hamil
¤ Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid
¤ Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap saat, asalkan
ibu tersebut tidak hamil. Selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan
hubungan seksual
¤ Ibu yang neggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin mengganti dengan
kontrasepsi suntikan. Bila ibu telah menggunakan kontrasepsi hormonal
sebelumnya secara benar, dan ibu tersebut tidak hami, suntikan pertama dapat
segera diberikan tidak perlu menunggu sampai haid berikutnya datang
¤ Bial ibu sedang menggunakan jenis kontrasepsi lain dan ingin menggantinya
dengan jenis kontrasepsi yang lain lagi, kontrasepsi suntikan yang akan
diberikan dimulai pada saat jadwal kontrasepsi suntikan yang sebelumnya.
¤ Ibu yang menggunakan kontrasepsi non hormonal dan ingin menggantinya
dengan jenis kontrasepsi hormonal, suntikan pertama kontrasepsi hormonal
yang akan diberikan dan segera diberikan, asal saja ibu tersebut tidak hamil, dan
pemberiannya tidak perlu menunggu haid berikutnya datang. Bila ibu disuntik
hari ke-7 haid, ibu tersebut selama 7 hari setelah disuntikan tidak boleh
berhubungan seksual.
¤ Ibu inginmenggantikan AKDR dengan kontrasepsi hormonal. Suntikan pertama
dapat diberikan pada hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid atau dapat
diberikan setiap saat setelah hari ke-7 siklus haid, asal ibu tidak hamil
22
¤ Ibu tidak haid atau ibu dengan perdarahan tidak teratur. Suntikan pertama dapat
diberikan setiap saat selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan
hubungan seksual
2.I. Peringatan Bagi Pemakai Kontrasepsi Suntikan Progestin
− Setiap terlambat haid harus dipikirkan adanya kemungkinan kehamilan
− Nyeri abdomen bawah yang berat kemungkinan gejala kehamilan ektopik
terganggu
− Timbulnya abses atau perdarahan tempat injeksi
− Sakit kepala migrain, sakit kepala berulang yang berat, atau kaburnya
penglihatan
− Perdarahan berat yang dua kali lebih panjang dari masa haid atau dua kali
lebih banyak dalam satu periode masa haid
2.3.2 Suntik Kombinasi
Jenis suntik kombinasi adalah 25 mg Depo Medroksiprogesteron Asetat dan 5
mg Estradiol sipionat yang diberikan injeksi I.M sebulan sekali (Cyclofem), dan 50
mg Noretindron Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang diberikan injeksi I.M
sebulan sekali.
A. Cara kerja :
o Menekan ovulasi
o Membuat lendir serviks menjadin kental sehingga penetrasi sperma
terganggu
o Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implantasi terganggu.
o Menghambat transportasi gamet oleh tuba.
B. Efektifitas
Sangat efektif (0,1-0,4 kehamilan per 100 perempuan) selama tahun pertama
penggunaan.
23
C. Yang boleh menggunakan suntikan kombinasi
 Usia reproduksi
 Telah memiliki anak, ataupun yang belum memiliki anak
 Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektivitas yang tinggi
 Menyusui ASI pascapersalinan > 6 bulan
 Pascapersalinan dan tidak menyusui
 Anemia
 Nyeri haid hebat
 Haid teratur
 Riwayat kehamilan ektopik
 Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.
D. Kontraindikasi suntik kombinasi :
Hamil atau diduga hamil.
Menyusui dibawah 6 minggu pasca persalinan.
Pendarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
Penyakit hati akut (virus hepatitis).
Usia >35 tahun yang merokok.
Riwayat penyakit jantung, stroke, atau dengan tekanan darah tinggi (>
180/110 mmHg).
Riwayat kelainan tromboemboli atau dengan kencing manis >20 tahun.
Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau migran.
Keganasan pada payudara.
E. Waktu Mulai Menggunakan Suntikan Kombinasi
 Suntikan pertama dapat diberikan dalam waktu 7 hari siklus haid. Tidak
diperlukan kontrasepsi tambahan
 Bila suntikan pertama diberikan setelah hari ke 7 siklus haid, klien tidak boleh
melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan kontrasepsi lain
untuk 7 hari
24
 Bila klieh tidak haid, suntikan pertama dapat diberikan setiap saat, asal saja dapat
dipastikan ibu tersebut tidak hamil. Klien tidak boleh melakukan hubungan
seksual untuk 7 hari lamanya atau menggunakan metode kkontrasepsi yang lain
selama masa waktu 7 hari.
 Bila klien pascapersalinan 6 bulan, menyusui, serta belum haid, suntikan pertama
dapat diberikan, asal saja dapat dipastikan tidak hamil.
 Bila pasca persalinan > 6 bulan, menyusui, serta telah mendapat haid, maka
suntika pertama diberikan pada siklus haid hari 1 dan 7
 Bila pascapersalinan < 6 bulan dan menyusui, jangan diberi suntikan kombinasi.
 Bila pascapersalinan 3 minggu, dan tidak menyusui, suntikan kombinasi dapat
diberi
 Pascakeguguran, suntikan kombinasi dapat segera diberikan atau dalam waktu 7
hari
 Ibu yang sedang menggunakan metode kontrasepsi hormonal kombinasi. Selama
ibu tersebut menggunakan kontrasepsi sebelumnya secara benar, suntikan
kombinasi dapat segera diberikan tanpa perlu menunggu haid. Bila ragu-ragu,
perlu dilakukan uji kehamilan terlebih dahulu.
 Bila kontrasepsi sebelumnya juga kontrasepsi hormonal, dan ibu tersebut ingin
menggantinya dengan suntikan kombinasi, maka suntikan kombinasi tersebut
dapat diberikan sesuai jadwal kontrasepsi sebelumnya. Tidak diperlukan metode
kontrasepsi lain.
 Ibu yang menggunakan metode kontrasepsi nonhormonal dan ingin menggantinya
dengan suntikan kombinasi, maka suntika pertama dapat segera diberikan, asal
saja diyakini ibu tersebut tidak hamil, dan pemberiannya tanpa perlu menunggu
datangnya haid. Bila diberikan pada hari 1-7 siklus haid, metode kontrasepsi lain
tidak diperlukan. Bila sebelumnya menggunakan AKDR, dan ingin menggantinya
dengan suntika kombinasi, maka suntika pertama diberikan hari 1-7 siklus haid.
Cabut segera AKDR.
25
F. Cara penggunaan
Suntikan kombinasi diberikan setiap bulan dengan suntikan intramuskuler
dalam. Klien diminta datang setiap 4 minggu. Suntikan ulang dapat diberikan 7 hari
lebih awal, dengan kemungkinan terjadi gangguan perdarahan. Dapat juga diberikan
setelah 7 hari dari jadwal yang telah ditentukan, asal saja diyakini ibu tersebut tidak
hamil. Tidak dibenarkan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau
menggunakan metode kontrasepsi yang lain untuk 7 hari saja.
G. Keadaan yang perlu memerlukan perhatian khusus
Keadaan Anjuran
 Tekanan darah tinggi < 180/110 mmHg dapat diberikan, tetapi perlu
pengawasan.
 Kencing manis Dapat diberikan pada kasus tanpa komplikasi
dengan kencing manisnya terjadi < 20 tahun. Perlu
diwaspadai
 Migran Bila tidak ada gejala neurologik yang berhubungan
dengan sakit kepala, boleh diberikan.
 Menggunakan obat
tuberkolosis/obat epilepsi
Berikan pil kontrasepsi kombinasi dengan 50 µg
etinilestradiol atau cari metode kontrasepsi lain.
 Mempunyai penyakit
anemia bulan sabit (sickle
cell).
Sebaiknya jangan menggunakan suntik kombinasi.
Efek samping Anjuran
 Amenore. Singkirkan kehamilan, bila tidak terjadi kehamilan, dan
tidak perlu diberi pengobatan khusus. Jelaskan bahwa
darah haid tidak berkumpul dalam rahim. Anjurkan
klien untuk kembali ke klinik bila tidak datangnya haid
masih menjadi masalah. Bila klien hamil, rujuk klien.
Hentikan penyuntikan, dan jelaskan bahwa hormon
progestin dan estrogen sedikit sekali pengaruhnya pada
janin.
26
 Mual/pusing/muntah. Pastikan tidak ada kehamilan. Bia hamil, rujuk. Bila
tidak hamil, informasi bahwa hal ini adalah hal biasa
dan akan hilang dalam waktu dekat
 Perdarahan/perdarahan
bercak (spotting).
Bila hamil, rujuk. Bila tidak hamil cari penyebab
perdarahan yang lain. Jelaskan bahwa perdarahan yang
terjadi merupakan hal biasa. Bila pendarahan
berkelanjutan dan mengkhawatirkan klien, metode
kontrasepsi lain perlu dicari.
H. Intruksi Untuk Klien
 Klien harus kembali ke dokter/klinik untuk mendapatkan suntikan kembali setiap
4 minggu.
 Bila tidak haid lebih dari 2 bulan, klien harus kembali ke dokter/klinik untuk
memastikan hamil atau tidak
 Jelaskan efek samping tersering yang didapat pada penyuntikan dan apa yang
harus dilakukan bila hal tersebut terjadi. Bila klien mengeluh mual, sakit kepala,
atau nyeri payudara, serta perdarahan, informasikan kalau keluhan tersebut sering
ditemukan, dan biasanya akan hilang pada suntikan ke-2 atau ke-3.
 Apabila klien sedang menggunakan obat-obat tuberculosis atau obat epilepsy,
obat-obat tersebut dapat menggangu efektifitas kontrasepsi yang sedang
digunakan.
I. Tanda-Tanda Yang Harus Diwaspadai Pada Penggunaan Suntikan Kombinasi
 Nyeri dada hebat atau napas pendek. Kemungkinan adanya bekuan darah paru,
atau serangan jantung.
 Sakit kepala hebat, atau gangguan penglihatan. Kemungkinan terjadi stroke,
hipertensi, atau migrain.
 Nyeri tungkai hebat. Kemungkinan telah terjadi sumbatan pembuluh darah pada
 Tidak terjadi perdarahan atau spooting selama 7 hari sebelum suntikan
berikutnya, kemungkinan terjadi kehamilan.
27
2.3.3 AKDR Dengan Progestin
Jenis AKDR yang mengandung hormon steroid adalah prigestase yang
mengandung progesterone dari mirena yang mengandung Levonorgestel.
3.A. Cara Kerja :
 Endometrium mengalami transformasi yang ireguler, epitel atropi sehingga
mengganggu implantasi.
 Mencegah terjadinya pembuahan dengan mengeblok bersatunya ovum
dengan sperma.
 Mengurangi jumlah sperma yang mencapai tuba faloppii
 Menginaktifkan sperma
3.B. Efektifitas :
Sangat efektif, yaitu 0,5-1 kehamilan per 100 perempuan salama satu tahun
pertama penggunaan.
3.C. Keuntungan Kontrasepsi
 Efektif dengan proteksi jangka panjang (satu tahun)
 Tidak mengganggu hubungan suami istri
 Tidak berpengaruh terhadap ASI
 Kesuburan segera kembali sesudah AKDR diangkat
 Efek sampingnya sangat kecil
 Memiliki efek sistemik yang sangat kecil
3.D. Keterbatasan
Diperlukan pemeriksaan dalam dan penyaringan infeksi genitalia sebelum
pemasangan AKDR
Diperlukan tenaga terlatih untuk pemasangan dan pencabutan AKDR
Klien tidak dapat menghentikan sendiri setiap saat, sehingga sangat
tergantung pada tenaga kesehatan
Pada penggunaan jangka panjang dapat terjadi amenorea
Dapat terjadi perforasi uterus pada saat insersi (< 1/1000 kasus)
28
Kejadian kehamilan ektopik relatif tinggi
Bertambahnya risiko mendapat penyakit radang panggul sehingga dapat
menyebabkan infertilitas
Mahal
Progestin sedikit meningkatkan risiko trombosis sehingga perlu hati-hati
pada perempuan premenopause. Risiko ini lebih rendah bila dibandingkan
dengan pil kombinasi
Progestin dapat menurunkan kadar HDL-kolesterol pada pemberian jangka
panjang sehingga perlu hati-hati dan perempuan dengan penyakit
kardiovaskuler
Memburuk perjalanan penyakit kanker payudara
Progestin dapat mempengaruhi jenis-jenis tertentu hiperlipidemia
Progestin dapat memicu pertumbuhan miom uterus
Yang boleh menggunakan AKDR dengan progestin
Usia reproduksi
Telah memiliki anak maupun belum
Menginginkan kontrasepsi yang efektif jangka panjang untuk mencegah
kehamilan
Sedang menyusui dan ingin memakai kontrasepsi
Pascakeguguran dan tidak ditemukan tanda-tanda radang panggul
Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal kombinasi
Sering lupa menggunakan pil
Usia perimenopause dan dapat digunakan bersamaan dengan pemberian
estrogen
Mempunyai resiko yang rendah mendapat penyakit menular seksual
Yang tidak boleh menggunakan AKDR dengan progestin
Hamil atau diduga hamil
Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
Menderita vaginitis, salpingitis, endometritis
Menderita penyakit radang panggul atau pascakeguguran septik
Kelainan kongenital rahim
Miom submukosum
Rahim yang sulit digerakkan
29
Riwayat kehamilan ektopik
Penyakit trofoblas ganas
Terbukti menderita penyakit tuberculosis panggul
Kanker genitalia/payudara.
Sering ganti pasangan
Gangguan toleransi glukosa. Progestin menyebabkan sedikit peningkatan
kadar gula dan kadar insulin
Waktu AKDR dan progestin dipasang
Setiap waktu selama siklus haid, jika ibu tersebut dapat dipastikan tidak
hamil.
Sesudah melahirkan, dalam waktu 48 jam pertama pascapersalinan, 6-8
minggu, ataupun lebih sesudah melahirkan
Segera susudah induksi haid, pascakeguguran spontan, atau keguguran
buatan, dengan syarat tidak terdapat bukti-bukti adanya infeksi.
3.E. Intruksi Kepada Klien
¤ Dalam keadaan normal klien kembali untuk control rutin sesudah
menstruasi pertama kali pascasenggama (4-6 minggu) tetapi jangan sampai
melewati 3 bulan sesudah pemakaian AKDR.
¤ Cek benang AKDR dan jika terjadi salah-satu keadaan berikut ini, klien
harus kembali ke klinik. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
¤ Timbul kram diperut bagian bawah
¤ Adanya perdarahan bercak antara haid atau sesudah melakukan senggama
¤ Nyeri sesudah melakukan senggama atau jika suaminya mengalami
perasaan kurang enak sewaktu melakukan senggama
¤ AKDR perlu diangkat setelah satu tahun ataupun lebih awal bila
dikehendaki
¤ Bila terjadi ekspulsi AKDR, atau keluar cairan yang berlebihan dari
kemaluan, lihat terjadi infeksi atau tidak
¤ Muncul keluhan sakit kepala atau sakit kepala makin parah.
¤ Jadwal kunjungan kembali ke klinik
30
¤ Normalnya klien harus kembali untuk kontrol pertama sesudah datang haid
pertama setelah AKDR dipasang (4-6 minggu), tetapi jangan lebih dari 3
bulan. Ditanyakan masalah-masalah yang muncul selama pemakaian
AKDR.
2.3.4 Kontrasepsi Implan
Implan adalah metode kontrasepsi hormonal yang efektif, tidak permanen
dan dapat mencegah terjadinya kehamilan antara tiga hingga lima tahun. Metode
ini dikembangkan oleh The Population Council, yaitu suatu organisasi
internasional yang didirikan tahun 1952 untuk mengembangkan teknologi
kontrasepsi.
A. Berbagai Jenis Kontrasepsi Hormonal Implan
Norplant terdiri dari 6 kapsul yang secara total bermuatan 216 mg
levonorgestrel. Panjang kapsul adalah 34 mm dengan diameter 2,4 mm. Kapsul
terbuat dari bahan silastik medik (polydimethysiloxane) yang fleksibel di mana
kedua ujungnya ditutup dengan penyumbat sintetik yang tidak mengganggu
kesehatan klien. Setelah penggunaan setelah 5 tahun, ternyata masih tersimpan
sekitar 50% bahan aktif levonorgestrel asal yang belum terdistribusi ke jaringan
insterstisial dan sirkulasi. Enam kapsul Norplant dipasang menurut konfigurasi
kipas di lapisan subdermal lengan atas.
A.1 Jadelle (Norplant II)
Studi dan perkembangan implant levonorgestrel dua kapsul (implan-
2) telah dilakukan sejak 20 tahun yang lalu. Setelah diproduksi dan
penggunaannya disetujui oleh badan pengawasan obat internasional,
implan-2 digunakan di banyak negara (Eropa, Asia, dan Afrika). Implan-
2 Eropa dikenal sebagai Implan-II dan kemudian dipasarkan dengan nama
dagang jadelle (Schering, Berlin).
Implan-2 yang sama, juga diproduksi di China dengan nama
Sinoplan II. Walaupun telah mendapat persetujuan dari U.S. food and
31
Drug Administration (FDA), tetapi belum ada rencana untuk melakukan
pemasaran implan-2 secara luas di Amerika Serikat hingga saat ini.
Implan-2 memakai levonorgestrel 150 mg dalam kapsul 43 mm dan
diameter 2,5 mm. Pelepasan harian hormon levonorgestrel dari implan-2
hampir sama dengan Norplant dan secara teoritis, masa kerjanya menjadi
40% lebih singkat. U.S. FDA menyetujui masa kerja Norplant adalah 5
tahun tetapi studi komparasi dengan implan-2 ternyata 5-year pregnancy
rates dan efek samping kedua kontrasepsi subdermal ini adalah sama.
Population Council baru-baru ini menyatakan bahwa Jadelle
direkomendasikan untuk penggunaan 5 tahun dan Norplant untuk 7 tahun.
Kumulasi dari 5 tahun pregnancy rate per 100 women-years Jadelle di
antara 0,8 hingga 1,0 dan Norplant sebesar 0,2 per tahun.
A.2 Implanon
Implanon (Organon, Oss, Netherlands) adalah kontrasepsi subdermal
kapsul tunggal yang mengandung etonogestrel (3-ketodesogestrel),
merupakan metabolit desogestrel yang efek androgeniknya lebih rendah
dan aktivitas progestational yang lebih tinggi dari levonorgestrel. Kapsul
polimer (ethylene vinyl acetate) mempunyai tingkat pelepasan hormon
yang lebih stabil dari kapsul silastik Norplant sehingga variabilitas kadar
hormon dalam serum menjadi lebih kecil.
Telah banyak dilakukan penelitian tentang keamanan, efektivitas dan
penerimaan Implanon dan bnayak negara di Eropa dan Asia telah
menggunakan Implanon. Implanon dikemas dalam trokar steril yang
sekaligus disertai dengan pendorong (inserter) kapsul sehingga
pemasangan hanya membutuhkan waktu 1-2,5menit. Tidak seperti implan-
2 (Jadelle, Implan-2 dan Sinoplant), implanon diirancang khusus untuk
inhibisi ovulasi selama masa penggunaan. Karena ovulasi pertama dan
luteinisasi terjadi pada paruh kedua tahun ketiga penggunaan walaupun ada
penelitian yang menyatakan masa aktifnya dapat mencapai 4 tahun. Dengan
tidak terjadinya kehamilan selama penggunaan pada 70.000 siklus
perempuan maka implanon dikategorikan sebagai alat kontrasepsi paling
efektif dari yang pernah dibuat selama ini.
32
A.3 Implan lainnya
The Population Council telah mengembangkan implan-1
menggunakan Nestorone atau ST-1435. Nestorone adalah progesteron kuat
yang dapat menghambat ovulasi dan tidak terikat dengan sex hormone-
binding globulin (SHBG) serta tanpa efek estrogenik atau androgenik.
Nestorone menjadi tidak aktif bila diberikan per oral karena segera
dimetabolisme dalam hati sehingga aman bagi bayi yang mendapat ASI dari
seorang ibu pengguna kontrasepsi hormon subdermal. Penelitian saat ini
mengarah penggunaan kapsul 40 mm dengan dosis normal atau 30 mm
dengan dosis yang lebih tinggi agar dapat bekerja aktif untuk jangka waktu
2 tahun. Kapsul tunggal 30 mm sedang diteliti di tiga senter tetapi dalam
waktu yang sama. Nestorone kapsul tunggal 30 mm telah diregistrasi di
Brazil dengan nama EL-cometrine tetapai digunakan untuk pengobatan
endometriosis dengan wkatu kerja aktif 6 bulan.
Mekanisme Kerja
Implan mencegah terjadinya kehamilan melalui berbagai cara.
Seperti kontrasepsi progestin pada umumnya, mekanisme utamanya adalah
menebalkan mukus serviks sehingga tidak dapat dilewati oleh sperma.
Walaupun pada konsentrasi yang rendah, progestin akan menimbulkan
pengentalan mukus serviks. Perubahan terjadi segera setelah pemasangan
implan. Progestin juga menekan pengeluaran follicle stimulating hormone
(FSH) dan luteinizing hormone (LH) dari hipotalamus dan hipofis.
Lonjakan LH (surge) direndahkan sehingga ovulasi ditekan oleh
levonorgestrel. Level LH ditekan lebih kuat oleh etonogestrel sehingga
tidak terjadi ovulasi pada 3 tahun pertama penggunaan implan-1.
Penggunaan progestin jangka panjang, juga menyebabkan
hipotropisme endometrium sehingga dapat mengganggu proses implantasi.
Perubahan pertumbuhan dan maturasi endometrium, juga menjadi
penyebab terjadinya perdarahan ireguler.
Hal ini baru dalam implan-2 ialah cara pengeluaran hormon
levonogestrel di dalam tubuh, yang terjadi secara terus-menerus dan stabil
33
selama 3-4 tahun. Metode kontrasepsi subdermal ini setara dengan 1095-
1460 progestin yang harus diminum tiap hari.
Kemasan
Implans 2 tersedia dalam kemasan 2 kapsul yang masing-masing
berisi 75 mg levonogestrel dalam kantong plastik steril yang tertutup
(diinsersikan subdermal menggunakan trokat) atau 2 kapsul di dalam
selubung stokar stril, di mana hanya diperlukan pendorong (inserter-plus
atau inserter fin) untuk menempatkan kedua kapsul levonogestrel pada
lapisan subdermal lengan atas klien.
Penyimpanan dan Masa Simpan
Penyimpanan kemasan steril dari impaln-2 harus disimpan di tempat
yang sejuk dan kering. Kemasan steril dari implan-2 harus tetap terjaga
baik, tidak koyak atau rusak. Bila disimpan dengan benar, mempunyai masa
simpan 3 tahun. Tanggal akhir (masa kadaluarsa) untuk pemasangan
tercetak pada setiap kotak atau kemasannya.
Masa Pakai
Bila dipasang sebelum tanggal kadaluarsa, implan-2 bekerja efektif
mencegah kehamilan hingga 3-4 tahun. Kapsul yang dipasang harus dicabut
menjelang akhir masa 3-4 tahun (masa pakai). Kapsul yang baru dapat
dipasang kembali setelah pencabutan apabila dikehendaki oleh klien.
Pengaruh Pada Lendir Serviks
Mungkin pengaruh kontrasepsi yang paling penting dari LNG adalah
perubahan yang terjadi pada komposisi lendir serviks-walaupun siklus haid
perempuan tersebut teratur. Penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa
kental, jumlahnya menjadi berkurang, sehingga mencegah penetrasi
sperma.
34
Mencegah Ovulasi
Sejumlah kecil LNG yang dilepas secara terus menerus dari kapsul,
bekerja pada daerah tertentu di otak (hipotalamus dan kelenjar hipofise
anterior) untuk:
 Menurunkan sekresi FSH (follicle Stimulation Hormone) dan LH
(luteinizing Hormone)
 Menghambat (mengurangi) sentakan gelombang (surge) LH pada
pertengahan siklus.
Pengaruh Pada Endometrium
Levonorgestrel dan progestin sintetik lainnya menghambat reseptor
progesteron. Mekanisme keeja ini menyebabkan sel endometrium yang
melapisi kavum uteri menjadi tipis, sekresi kelenjar lebih sedikit sehingga
fungsi reseptif endometrium menjadi terganggu. Efek sekunder tersebut
sangat penting untuk mencegah terjadinya kehamilan.
Efektivitas Implant-2
Implant-2 merupakan salah satu kontrasepsi efektif yang pernah
dibuat. Angka kehamilan pada tahun pertama hanya 0,2 per 100 perempuan
dan angka kumulatif pada tahun kelima hanya 1,6. Tidak ada metode
kontrasepsi lain yang seefektif kontrasepsi subdermal levonorgtrel atau
etonogestrel. Pada tahun 1990, lebih dari 55.000 perempuan pada 46
negara, termasuk Amerika telah ikut berpartisipasi dalam uji klinik.
Berdasarkan hasil dari seluruh negara, indeks dari pearl (yaitu jumlah
kehamilan per 100 pengguna dalam 1 tahun) adalah 0,2 dan 0,9 untuk dua
tahun pertama; 0,5 dan 1,1 per 100 perempuan untuk tahun ketiga sampai
tahun kelima. Angka kegagalan pada tahun pertama dan kedua tersebut
dibandingkan dengan angka kegagalan terendah untuk tubektomi dan
vasektomi.
35
Efektivitas dan berat badan
Penelitian awal menunjukan peningkatan angka kehamilan kumulatif
secara keseluruhan pada perempuan dengan berat badan lebih dari 70 kg
(9,3 berbanding 4,5 pada pemakai dengan berat badan 60 sampai 69 kg).
Penelitian ini dilakukan menggunakkan implandengan kapsul densitas
tinggi. Pada penelitian lanjutan dengan kapsul densitas rendah, ternyata
angka kehamilan juga lebih rendah. Pada kapsul densitas tinggi, angka
kehamilan kumulatif 5 tahun menjadi sedikit lebih tinggi pada perempuan
dengan berat badan 70 kg atau lebih (2,4 berbanding 1,5) dibandingka n
perempuan yang lebih kurus. Implan-2 yang sekarang dipakai di seluruh
dunia adalah jenis lunak atau densitas rendah, oleh sebab itu, petugas
pelayanan tidak perlu khawatir lagi untuk menganjurkan pemakaian
implan-2 pada perempuan yang gemuk (>70 kg).
Angka kegagalan kontrasepsi subdermal juga meningkat pada mereka
yang menggunakan obat yang dapat meningkatkan produksi enzim hati.
Enzim tersebut akan memetabolisir levonorgetrel yang dikeluarkan dari
implan-2. Obat-obat yang termasuk dalam kategori ini adalah:
 Obat anti epilepsi (anti kejang) seperti barbiturat (misalnya
fenobarbital), fenitoin (misalnya dilantin) dan karbamazepine
(misalnya tegretol), tetapi tidak termasuk asam valproat; dan
 Antibiotika (hanya rifampisin dan griseofulvin).
Kelangsungan pemakaian
Angka kelangsungan pemakaian yang dilaporkan dari berbagai pusat
penelitian adalah antara 76-95% pada tahun pertama dan menurun menjadi
25-78% pada tahun kelima. Lama masa pemakaian pada penelitian ini rata-
rata 3,5 tahun.
Perubahan pola perdarahan haid dari pemakai implan-2 merupakan
penyebab utama untuk menghentikan pemakaiannya. Berdasarkan data
yang dikumpulkan dari penelitian international committee for
contraception research (ICCR) klien yang menghentikan pemakaian implan
36
karena perubahan haid, kurang lebih 9% selama tahun pertama, tetapi
kemudian menurun menjadi 3% pada tahun kelima.
Akibat Pada Kehamilan
Pemakaian implan-2 tidak meningkatkan insidens hamil ektopik.
Menurut penelitian, anhka kejadian kehamilan ektopik hanya 1,3 per 1000
perempuan per tahun pada pengguna implan-2. Anhka ini sama dengan
kehamilan ektopik di amerika pada perempuan yang tidak memakai
kontrasepsi, yaitu 1,4 per 1000 orang per tahun 1980-an (sivin 1990).
Pemakaian implan-2 tidak berhubungan dengan masalah pada
kehamilannya. Sampai sekarang hanya ada satu kelainan bawaan pada janin
dari permepuan yang memakai kontrasepsi subdermal levonorgestrel.
Kasus tersebut berupa kelainan pada genital (penis dan skrotum tidak
tumbuh dengan sempurna, testis hanya satu) tetapi tidak ada bukti bahwa
kelainan tersebut disebabkan oleh penggunaan implan-2 (Croxatto 1993).
Pulihnya Kesuburan
Salah satu karakteristik penting dari implan-2 adalah efek
kontrasepsinya yang tidak permanen. Setelah kapsul dicabut, kadar LNG
serum dalam beberapa hari sudah menghilang. Kesuburan perempuan akan
cepat kembali pulih seperti saat sebelum dipasang implan-2. Dari beberapa
penelitian dilaporkan, setelah pencabutan, tidak ada efek jangka panjang
untuk kesuburannya. Tanpa memandang umur satu pun paritas (perempuan
muda yang belum pernah hamil dapat dengan aman memakai metode ini).
Pada kenyataannya, angka kehamilan pada perempuan yang memakai
implan-2 hampir sama dengan perempuan yang tidak memakai kontrasepsi.
Efek Samping
Pemakaian klinik pada lebih dari 4 juta perempuan di 30 negara
(termasuk lebih dari 1 juta di AS) menunjukan bahwa tingkat ditoleransi
dari sebagian besar perempuan terhadap implan-2 adalah sangat tinggi.
Keuntungan utama dari implan-2 adalah tidak mengandung estrogen yang
menyebabkan berbagai efek samping pada pemakaian implan adlah
37
perubahan pola perdarahan haid. Dapat terjadi perdarahan bercak atau
terus-menerus pada 6-9 bulan pertama dari penggunaan implan-2.
Masalah ini sama dengan ynag sering terjadi pada pemakaian
kontrasepsi suntikan dan pil yang hnaya mengandung progestin saja.
Meskipun hampir semua pengguna akan mengalami satu atau beberapa efek
samping dalam 3 sampai 5 tahun pemakaian, jarang terjadi masalah yang
berat. Sayangnya, efek smaping ringan ini, seringkali menyebabkan
pengguna menghentikan pemakaian implan-2. Penjelasan yang akurat oleh
petugas dan pemahaman yang baik dari klien tentang bebbagai efek
samping dan cara mengatasinya dapat membnatu kelangsungan pemakaian
implan-2.
Konseling sebelum pemasangan implan-2 sangat berpengaruh
terhadap kepuasaan/kelangsungan penggunaan.
Perubahan Perdarahan Haid
Perubahan pada pola perdarahan haid dialami oleh sebagian besar
perempuan yang memakai implan Norplant, terutama pada 90 hari pertama
pemakaian. Ini merupakan efek smaping terbanyak dan tersering
dilaporkan, termasuk:
 Perdarahan yang lama selama beberapa bulan pertama pemakaian
 Perdarahan atau bercak perdarahan diantara siklus haid
 Lamanya perdarahan atau bercak perdarahan berkurang
 Tidak mengalami perdarahan atau bercak perdarahan sama sekali
selama beberapa bulan (aminore)
 Kombinasi terhadp efek samping tersebut di atas.
Endometrium
Beberapa penelitian untuk mengetahui efek levonortrel terhadap
endometrium. Kajian mikroskopis 225 endometrium pengguna implan dari
2 sampai 116 bulan masih terlihat aktivitas sekresi dan poliferasi, tetapi
sebagian diantaranya menujukan penurunan aktivitas endometrium
(hipoflasia atau atropi) serupa dengan pola yang ada pada pengguna pil oral
38
kombinasi dan hanya progestin. Sebagai tambahan, tidak dijumpai
perubahan patologi yang mempunyai arti klinis, berdasarkan penelitian ini,
disimpulkan bahwa pemakaian yang lama dari LNG tidak ada hubungannya
dengan efek yang membahayakan pada endometrium.
39
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Mekanisme Kerja Dari COC (Combination Of Oral Contraception)
Mekanisme utama tindakan COC adalah dengan penekanan ovulasi [6]. Seperti
dijelaskan oleh Rivera et al., COC menghambat produksi hipofisis dan sekresi follicle
stimulating hormone (FSH) dan hormon luteinizing (LH). Hasilnya adalah pengembangan
folikular, ovulasi, dan pembentukan korpus luteum dihambat [7]. Akibatnya, ada penurunan
sekresi estradiol dan progesteron ovarium produksi.
Selain itu, wanita yang menggunakan kontrasepsi oral kombinasi, lendir serviks
tetap tebal dan sangat kental dan penelitian telah menunjukkan bahwa penetrasi sperma
dihambat akibat efek progestin [7].
3.2 Manfaat COC
Pil kontrasepsi adalah bentuk yang sangat efektif dan kontrasepsi reversibel. Tidak
seperti kondom laki-laki, perempuan memiliki kontrol atas metode kontrasepsi. Meskipun
ada banyak formulasi dari COC, dalam uji klinis, ketika digunakan dengan baik, tingkat
kegagalan kurang dari 1%.
3.3 Efek Positif Pada Seksualitas Perempuan
Salah satu indikasi yang paling umum untuk COC adalah gangguan ginekologis
menyakitkan atau masalah seperti endometriosis, dismenore, dan menorrhagia. COC
diketahui efektif dalam mengurangi rasa sakit ginekologi disebabkan oleh berbagai
gangguan, serta kehilangan darah menstruasi; Namun, ada beberapa studi khusus
mengevaluasi dampak dari COC pada fungsi seksual wanita bila digunakan untuk
mengobati gangguan ini. Larson menemukan bahwa kehilangan darah menstruasi menurun
40
pada semua wanita pada COC sebanyak 40% setelah 3 bulan penggunaan [20]. Sebuah
tinjauan baru-baru ini Dienogest untuk pengobatan endometriosis menemukan bahwa
wanita dengan endometriosis memiliki insiden penurunan dispareunia setelah 24 minggu.
Mengingat bahwa kontrasepsi oral kombinasi adalah bentuk kontrasepsi yang
sangat efektif, mereka dapat membantu menghilangkan rasa takut hamil, mungkin
memberikan pengalaman seksual yang lebih santai dan menyenangkan.
Para peneliti menemukan bahwa kekhawatiran tentang kehamilan yang tidak
diinginkan memiliki dampak yang sangat negatif pada gairah seksual, terutama jika salah
satu pasangan tidak berbagi masalah ini. Menariknya, mereka juga menemukan bahwa
wanita merasa bahwa perhatian bersama pasangan tentang kontrasepsi bisa berfungsi untuk
penyangga potensi efek negative pada kemampuan mereka untuk merasa terangsang .
3.4 Pengaruh Kontrasepsi Hormonal Pada Penurunan Pelumasan
Dalam salah satu penelitian awal menggunakan pil modern, McCoy dan Matyas
diberikan kuesioner kepada 364 wanita, usia 18- 26, 30% wanita menggunakan COC [29].
Wanita menggunakan COC secara signifikan lebih mungkin untuk melaporkan penurunan
lubrikasi vaginanya. Dalam sebuah penelitian yang lebih baru oleh Sabatini dan Cagiano,
penulis membandingkan efek samping dan kepuasan seksual pada 280 wanita secara acak
dua COC yang berbeda serta cincin vagina (tiga kelompok). Kedua kelompok pengguna
COC awalnya dilaporkan kekeringan vagina, meskipun efek ini menurun
3.5 Pengaruh Kontrasepsi Hormonal Pada Estrogen Dan Progesteron
Gabungan kontrasepsi hormonal (misalnya, pil), disebut demikian karena
mengandung versi sintetis dari estrogen dan progesteron, yang menghambat produksi alami
hormon esterogen dan progesteron, pada dasarnya menghilangkan variabilitas siklus
menstruasi
Kontrasepsi hormonal mengubah umpan balik hypothalamicpituitary ke ovarium,
mencegah pematangan folikel ovarium, menghalangi ovulasi (Frye, 2006), dan
41
menghambat peningkatan estrogen yang terjadi selama paruh pertama siklus menstruasi
(Van Heusden & FAUSER, 2002) .
Pil telah terbukti menurunkan kadar serum hormon estradiol bahkan setelah
penghentian (Balogh, Ditroi, & Lampe, 1981; Panzer et al, 2006.).
Bukti-bukti jelas menunjukkan bahwa kombinasi kontrasepsi hormonal
menurunkan kadar estrogen dan progesteron.
3.6 Pengaruh Kontrasepsi Hormonal Pada Emosi
Penurunan estradiol pada akhir siklus menstruasi, post-partum atau menopause telah
dikaitkan dengan perubahan mood negatif dan gejala depresi selama fase ini (Musa-Kolko,
2009). Di satu sisi, kontrasepsi oral kombinasi mengandung etinil estradiol-sebagai agonis
sintetik untuk reseptor estradiol, yang bisa mempromosikan perubahan mood yang positif.
Sifat antagonis untuk reseptor 5-HT3 telah dibuktikan tidak hanya untuk estradiol, tetapi
juga untuk etinilestradiol (Wetzel et al., 1998). Di sisi lain tingkat penurunan estradiol
endogen sebagai konsekuensi dari kontrasepsi oral ( Sahlberg et al., 1987) dapat
mengakibatkan perubahan mood negatif.
Dalam meta-analisis Oinonen dan Mazmanian (2002) menunjukkan bahwa rasio
progesteron / estrogen berkorelasi dengan arah perubahan emosional.dan ditemukan bahwa
terdapat dua populasi wanita dengan diferensial respon emosional terhadap penggunaan
kontrasepsi oral.
3.7 Pengaruh Terhadap Libido
Progesteron only
Depot medroksiprogesteron asetat (DMPA).DMPA adalah progestin injeksi yang
merupakan kontrasepsi yang sangat handal. Nelson menemukan bahwa 5,8% dari wanita
yang menggunakan DMPA melaporkan hilangnya atau menurunnya libido [73]. Ott et al.
melaporkan tidak ada perbedaan dalam minat seksual ketika membandingkan berbagai
bentuk kontrasepsi hormonal, termasuk COC dan DMPA [74]. Terakhir, Schaffir et al.
menemukan bahwa pengguna COC memiliki tingkat yang lebih rendah dari testosteron
bebas dibandingkan dengan pengguna DMPA; Namun, skor keinginan, gairah, dan skor
total pada FSFI tidak berbeda. Para penulis menyimpulkan bahwa sementara pengguna
42
COC dan DMPA memiliki tingkat hormon seks yang berbeda secara signifikan, mereka
tidak berbeda dalam fungsi seksual [75].
Sebuah artikel baru-baru menilai pengaruh kontrasepsi oral (formulasi khusus tidak
dinilai, namun sebagian besar peserta menggunakan pil estrogen-progestin gabungan) dan
DMPA pada kepentingan seksual pada 328 remaja mengikuti Longi-tudinally selama 41
bulan [74]. Mereka menemukan bahwa minat seksual tidak berubah secara signifikan dalam
kelompok baik selama masa studi. Menariknya, para peneliti menemukan bahwa minat
seksual lebih tinggi ketika menggunakan kontrasepsi oral
Dalam salah satu penelitian terbaru di DMPA, penulis tidak menemukan perbedaan
dalam minat seksual dibandingkan dengan bukan pengguna dari metode hormonal
kontrasepsi pada populasi remaja
3.8 Etonorgestrel Implan
The etonorgestrel implan (Implanon) adalah batang yang dimasukkan ke lengan
atas. Meskipun secara umum ada profil efek samping yang rendah, penurunan libido telah
tercatat. Gezginc et al. menemukan bahwa 2,5% wanita melepas implan karena penurunan
libido
3.9 AKDR-LNG (Mirena)
Dalam sebuah penelitian terhadap wanita yang menggunakan LNG IUD,
Skrzypulec dan Drosdzol menunjukkan bahwa wanita yang menggunakan AKDR-LNG
memiliki keinginan seksual yang besar, gairah yang lebih besar, dan disfungsi seksual
kurang dibandingkan dengan kelompok kontrol perempuan
iii
DAFTAR PUSTAKA
1. Wiknjosastro, Hanifa. Kontrasepsi. Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2005, 905-33.
2. Affandi B. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. 3rd. Jakarta: Bina
Pustaka Sarwono Prawihardjo; 2011. p. MK 29-36.
3. Affandi B. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. 3rd. Jakarta: Bina
Pustaka Sarwono Prawihardjo; 2011. p. MK 50-2.

More Related Content

What's hot

Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3.
Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3.Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3.
Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3.Al-Ikhlas14
 
Kehamilan dengan HIV/AIDS PPT
Kehamilan dengan HIV/AIDS PPTKehamilan dengan HIV/AIDS PPT
Kehamilan dengan HIV/AIDS PPTqurratuakyun
 
Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Program Keluarga Berencana
Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Program Keluarga BerencanaPenggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Program Keluarga Berencana
Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Program Keluarga BerencanaCandra Wiguna
 
Implementasi upaya penurunan kasus kematian ibu dan bayi
Implementasi upaya penurunan kasus kematian ibu dan bayiImplementasi upaya penurunan kasus kematian ibu dan bayi
Implementasi upaya penurunan kasus kematian ibu dan bayiMuh Saleh
 
Anamnesa pada Ibu Bersalin
Anamnesa pada Ibu Bersalin Anamnesa pada Ibu Bersalin
Anamnesa pada Ibu Bersalin pjj_kemenkes
 
Kuesioner pra skrining perkembangan (kpsp)
Kuesioner pra skrining perkembangan (kpsp)Kuesioner pra skrining perkembangan (kpsp)
Kuesioner pra skrining perkembangan (kpsp)Amalia Senja
 
08. manajemen laktasi
08. manajemen laktasi08. manajemen laktasi
08. manajemen laktasiJoni Iswanto
 
Isu etik bidan dengan tenaga kesehatan lain kelompok 4
Isu etik bidan dengan tenaga kesehatan lain kelompok 4Isu etik bidan dengan tenaga kesehatan lain kelompok 4
Isu etik bidan dengan tenaga kesehatan lain kelompok 4Al-Ikhlas14
 
Ruang lingkup program keluarga berencana,ppt
Ruang lingkup program keluarga berencana,pptRuang lingkup program keluarga berencana,ppt
Ruang lingkup program keluarga berencana,pptmartaagustinasirait
 
Partograf dan penilaian kemajuan persalinan
Partograf dan penilaian kemajuan persalinanPartograf dan penilaian kemajuan persalinan
Partograf dan penilaian kemajuan persalinanDokter Tekno
 
Tata Laksana Preeklamsia
Tata Laksana PreeklamsiaTata Laksana Preeklamsia
Tata Laksana PreeklamsiaElyas Andi
 
24 standar pelayanan kebidanan
24 standar pelayanan kebidanan24 standar pelayanan kebidanan
24 standar pelayanan kebidananshona2493
 

What's hot (20)

Obat obat uterotonika
Obat obat uterotonikaObat obat uterotonika
Obat obat uterotonika
 
Masa Antara
Masa Antara Masa Antara
Masa Antara
 
Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3.
Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3.Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3.
Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3.
 
Kehamilan dengan HIV/AIDS PPT
Kehamilan dengan HIV/AIDS PPTKehamilan dengan HIV/AIDS PPT
Kehamilan dengan HIV/AIDS PPT
 
Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Program Keluarga Berencana
Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Program Keluarga BerencanaPenggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Program Keluarga Berencana
Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Program Keluarga Berencana
 
Distosia Bahu final
Distosia Bahu finalDistosia Bahu final
Distosia Bahu final
 
Implementasi upaya penurunan kasus kematian ibu dan bayi
Implementasi upaya penurunan kasus kematian ibu dan bayiImplementasi upaya penurunan kasus kematian ibu dan bayi
Implementasi upaya penurunan kasus kematian ibu dan bayi
 
Anamnesa pada Ibu Bersalin
Anamnesa pada Ibu Bersalin Anamnesa pada Ibu Bersalin
Anamnesa pada Ibu Bersalin
 
Pemeriksaan panggul
Pemeriksaan panggulPemeriksaan panggul
Pemeriksaan panggul
 
Kuesioner pra skrining perkembangan (kpsp)
Kuesioner pra skrining perkembangan (kpsp)Kuesioner pra skrining perkembangan (kpsp)
Kuesioner pra skrining perkembangan (kpsp)
 
KPSP & DDST
KPSP & DDST KPSP & DDST
KPSP & DDST
 
08. manajemen laktasi
08. manajemen laktasi08. manajemen laktasi
08. manajemen laktasi
 
Isu etik bidan dengan tenaga kesehatan lain kelompok 4
Isu etik bidan dengan tenaga kesehatan lain kelompok 4Isu etik bidan dengan tenaga kesehatan lain kelompok 4
Isu etik bidan dengan tenaga kesehatan lain kelompok 4
 
Ruang lingkup program keluarga berencana,ppt
Ruang lingkup program keluarga berencana,pptRuang lingkup program keluarga berencana,ppt
Ruang lingkup program keluarga berencana,ppt
 
askeb akseptor Kb suntik 3 bulan
askeb akseptor Kb suntik 3 bulanaskeb akseptor Kb suntik 3 bulan
askeb akseptor Kb suntik 3 bulan
 
Sap kb
Sap kbSap kb
Sap kb
 
Partograf dan penilaian kemajuan persalinan
Partograf dan penilaian kemajuan persalinanPartograf dan penilaian kemajuan persalinan
Partograf dan penilaian kemajuan persalinan
 
Tata Laksana Preeklamsia
Tata Laksana PreeklamsiaTata Laksana Preeklamsia
Tata Laksana Preeklamsia
 
PPT LTA KEBIDANAN
PPT LTA KEBIDANANPPT LTA KEBIDANAN
PPT LTA KEBIDANAN
 
24 standar pelayanan kebidanan
24 standar pelayanan kebidanan24 standar pelayanan kebidanan
24 standar pelayanan kebidanan
 

Similar to KB HORMONAL

Makalah kontrasepsi suntik n vasektomi
Makalah kontrasepsi suntik n vasektomiMakalah kontrasepsi suntik n vasektomi
Makalah kontrasepsi suntik n vasektomiNova Ci Necis
 
Makalah a.l kontrasepsi_non_hormonal_dan
Makalah a.l kontrasepsi_non_hormonal_danMakalah a.l kontrasepsi_non_hormonal_dan
Makalah a.l kontrasepsi_non_hormonal_dandias123654
 
Contoh proposal kebidanan pak hasariy AKBID PARAMATA RAHA
Contoh proposal kebidanan pak hasariy AKBID PARAMATA RAHA Contoh proposal kebidanan pak hasariy AKBID PARAMATA RAHA
Contoh proposal kebidanan pak hasariy AKBID PARAMATA RAHA Operator Warnet Vast Raha
 
KB 2 Asuhan Kebidanan KB Hormonal
KB 2 Asuhan Kebidanan KB HormonalKB 2 Asuhan Kebidanan KB Hormonal
KB 2 Asuhan Kebidanan KB Hormonalpjj_kemenkes
 
Alat kontrasepsi kb
Alat kontrasepsi kbAlat kontrasepsi kb
Alat kontrasepsi kbasfar12
 
Pilihan Metode Kontrasepsi
Pilihan Metode Kontrasepsi Pilihan Metode Kontrasepsi
Pilihan Metode Kontrasepsi Aan Erlian
 
BAB 3 KIA dan KB-WPS Office.pdf
BAB 3 KIA dan KB-WPS Office.pdfBAB 3 KIA dan KB-WPS Office.pdf
BAB 3 KIA dan KB-WPS Office.pdfIishNurlela1
 
KB 3 Asuhan Kebidanan KB Non Hormonal
KB 3 Asuhan Kebidanan KB Non HormonalKB 3 Asuhan Kebidanan KB Non Hormonal
KB 3 Asuhan Kebidanan KB Non Hormonalpjj_kemenkes
 
Pelayanan kontrasepsi dan kb di masyarakat
Pelayanan kontrasepsi dan kb di masyarakatPelayanan kontrasepsi dan kb di masyarakat
Pelayanan kontrasepsi dan kb di masyarakatIinthane Permathe
 
Bahan Tayang (PPT).pptx
Bahan Tayang (PPT).pptxBahan Tayang (PPT).pptx
Bahan Tayang (PPT).pptxssuser45c7c8
 

Similar to KB HORMONAL (20)

Makalah kontrasepsi suntik n vasektomi
Makalah kontrasepsi suntik n vasektomiMakalah kontrasepsi suntik n vasektomi
Makalah kontrasepsi suntik n vasektomi
 
Makalah a.l kontrasepsi_non_hormonal_dan
Makalah a.l kontrasepsi_non_hormonal_danMakalah a.l kontrasepsi_non_hormonal_dan
Makalah a.l kontrasepsi_non_hormonal_dan
 
Tugas promkes
Tugas promkesTugas promkes
Tugas promkes
 
Proposal kebidanan AKBID PARAMATA RAHA
Proposal kebidanan AKBID PARAMATA RAHA Proposal kebidanan AKBID PARAMATA RAHA
Proposal kebidanan AKBID PARAMATA RAHA
 
Kb askeb
Kb askebKb askeb
Kb askeb
 
Makalah kesehatan tentang kb
Makalah kesehatan tentang kbMakalah kesehatan tentang kb
Makalah kesehatan tentang kb
 
Askeb kb suntik
Askeb kb suntikAskeb kb suntik
Askeb kb suntik
 
Contoh proposal kebidanan pak hasariy AKBID PARAMATA RAHA
Contoh proposal kebidanan pak hasariy AKBID PARAMATA RAHA Contoh proposal kebidanan pak hasariy AKBID PARAMATA RAHA
Contoh proposal kebidanan pak hasariy AKBID PARAMATA RAHA
 
KB 2 Asuhan Kebidanan KB Hormonal
KB 2 Asuhan Kebidanan KB HormonalKB 2 Asuhan Kebidanan KB Hormonal
KB 2 Asuhan Kebidanan KB Hormonal
 
Nansy pp
Nansy ppNansy pp
Nansy pp
 
Alat kontrasepsi kb
Alat kontrasepsi kbAlat kontrasepsi kb
Alat kontrasepsi kb
 
Pilihan Metode Kontrasepsi
Pilihan Metode Kontrasepsi Pilihan Metode Kontrasepsi
Pilihan Metode Kontrasepsi
 
Makalah kesehatan tentang kb
Makalah kesehatan tentang kbMakalah kesehatan tentang kb
Makalah kesehatan tentang kb
 
Makalah kesehatan tentang kb
Makalah kesehatan tentang kbMakalah kesehatan tentang kb
Makalah kesehatan tentang kb
 
BAB 3 KIA dan KB-WPS Office.pdf
BAB 3 KIA dan KB-WPS Office.pdfBAB 3 KIA dan KB-WPS Office.pdf
BAB 3 KIA dan KB-WPS Office.pdf
 
Surya83
Surya83Surya83
Surya83
 
KB 3 Asuhan Kebidanan KB Non Hormonal
KB 3 Asuhan Kebidanan KB Non HormonalKB 3 Asuhan Kebidanan KB Non Hormonal
KB 3 Asuhan Kebidanan KB Non Hormonal
 
Pelayanan kontrasepsi dan kb di masyarakat
Pelayanan kontrasepsi dan kb di masyarakatPelayanan kontrasepsi dan kb di masyarakat
Pelayanan kontrasepsi dan kb di masyarakat
 
Bahan Tayang (PPT).pptx
Bahan Tayang (PPT).pptxBahan Tayang (PPT).pptx
Bahan Tayang (PPT).pptx
 
Bab i kti
Bab i ktiBab i kti
Bab i kti
 

Recently uploaded

MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdfMATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdfestidiyah35
 
KEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.ppt
KEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.pptKEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.ppt
KEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.pptmutupkmbulu
 
METODE FOOD RECORD (pENGUKURAN FOOD.pptx
METODE FOOD RECORD (pENGUKURAN FOOD.pptxMETODE FOOD RECORD (pENGUKURAN FOOD.pptx
METODE FOOD RECORD (pENGUKURAN FOOD.pptxika291990
 
PPT TUGAS PEMBIAYAAN RS DI ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL.pptx
PPT TUGAS PEMBIAYAAN RS DI ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL.pptxPPT TUGAS PEMBIAYAAN RS DI ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL.pptx
PPT TUGAS PEMBIAYAAN RS DI ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL.pptxnoviariansari
 
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdfDiagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdfAlanRahmat
 
mater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUAR
mater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUARmater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUAR
mater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUARGregoryStevanusGulto
 
PROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdf
PROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdfPROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdf
PROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdfMeiRianitaElfridaSin
 
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRBimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRJessieArini1
 
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptx
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptxPENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptx
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptxandibtv
 
implementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docx
implementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docximplementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docx
implementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docxhurufd86
 
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.pptPENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.pptssuser940815
 
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptxDASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptxNadiraShafa1
 

Recently uploaded (12)

MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdfMATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
 
KEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.ppt
KEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.pptKEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.ppt
KEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.ppt
 
METODE FOOD RECORD (pENGUKURAN FOOD.pptx
METODE FOOD RECORD (pENGUKURAN FOOD.pptxMETODE FOOD RECORD (pENGUKURAN FOOD.pptx
METODE FOOD RECORD (pENGUKURAN FOOD.pptx
 
PPT TUGAS PEMBIAYAAN RS DI ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL.pptx
PPT TUGAS PEMBIAYAAN RS DI ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL.pptxPPT TUGAS PEMBIAYAAN RS DI ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL.pptx
PPT TUGAS PEMBIAYAAN RS DI ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL.pptx
 
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdfDiagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
 
mater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUAR
mater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUARmater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUAR
mater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUAR
 
PROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdf
PROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdfPROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdf
PROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdf
 
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRBimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
 
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptx
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptxPENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptx
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptx
 
implementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docx
implementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docximplementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docx
implementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docx
 
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.pptPENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
 
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptxDASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
 

KB HORMONAL

  • 1. KB HORMONAL Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah yang diberikan Oleh Dr. Farid, Ir., dr., SpC M.Kes. M.H.Kes. Disusun Oleh : Mery Tarlina ( D3E613005 ) Nur’Aini ( D3E613007 ) AKADEMI KEBIDANAN MEDIKA OBGIN BANDUNG BARAT 2015
  • 2. i KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah KB Hormonal ini berdasar pengetahuan dan kemampuan yang kami miliki. Dan kamipun berterimakasih kepada Dosen yang telah memberikan tugas ini. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami oleh semua pembacanya dan dapat berguna bagi kami sendiri maupun semuanya. Bandung, Maret 2015 Penulis,
  • 3. 1 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang ................................................................................................ 1 1.2 Rumusan masalah ........................................................................................... 2 1.3 Tujuan .............................................................................................................2 BAB II ISI 2.1Definisi Kontrasepsi Hormonal ...................................................................... 3 2.2Sejarah Kontrasepsi Hormonal......................................................................... 3 2.3Macam-macam Kontrasepsi Hormonal .......................................................... 4 2.3.1 Kontrasepsi Pil .................................................................................... 4 2.3.2 Kontrasepsi Suntikan .......................................................................... 18 2.3.3 AKDR Dengan Progestin ................................................................... 27 2.3.4 Kontrasepsi Implan ............................................................................. 30 BAB 3 PEMBAHASAN 3.1 Mekanisme Kerja Dari COC (Combination Of Oral Contraception) ............. 39 3.2 Manfaat COC 39 3.3 Efek Positif Pada Seksualitas Perempuan ...................................................... 39 3.4 Pengaruh Kontrasepsi Hormonal Pada Penurunan Pelumasan ...................... 40 3.5 Pengaruh Kontrasepsi Hormonal Pada Estrogen Dan Progesteron ................ 40 3.6 Pengaruh Kontrasepsi Hormonal Pada Emosi ................................................ 41 3.7 Pengaruh Terhadap Libido ............................................................................. 41 3.8 Etonorgestrel Implan ...................................................................................... 42 3.9 AKDR-LNG (Mirena) .................................................................................... 42 BAB III PENUTUP Kesimpulan ........................................................................................................... 40 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... iii
  • 4. 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Indonesia cukup besar, sehingga perlu dilakukan program pembatasan angka kelahiran. Program pembatasan angka kelahiran di Indonesia dikenal dengan program keluarga berencana yang disingkat dengan KB. Program KB di Indonesia dijalankan dengan cara kontrasepsi yaitu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya tersebut dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Namun sampai saat ini belum ada suatu cara kontrasepsi yang 100% ideal, karena idealnya suatu kontrasepsi dilihat dari daya guna, aman, murah, estetik, mudah didapat, tidak memerlukan motivasi terus-menerus, dan efek samping minimal . Ada berbagai macam jenis Alat Kontrasepsi yang tersedia di pasaran yang dapat dibeli dengan bebas. Pil kontrasepsi dipergunakan oleh kurang lebih 50 juta akseptor di seluruh dunia. Di Indonesia diperkirakan kurang lebih 60% akseptor mempergunakan pil kontrasepsi. Jumlah ini tampaknya akan tetap tinggi dibandingkan dengan jumlah akseptor yang mempergunakan cara kontrasepsi yang lain. Pil mengakibatkan perlunya tenaga pelayanan lebih banyak dibandingkan IUD, sehingga merupakan beban yang berat bagi tenaga medis serta para medis. Oleh karena itu perlu pelayanan yang diatur oleh tenaga terlatih yang terdapat dalam masyarakat sendiri. Sehubungan dengan ini diperlukan pengetahuan dasar serta petunjuk-petunjuk untuk pelaksana pelayanan tersebut, baik untuk seleksi akseptor maupun cara mengatasi keluhan-keluhan yang ditemukan.
  • 5. 3 1.2Rumusan Masalah a. Apakah pengertian Kontrasepsi Hormonal ? b. Bagaimakah sejarah Kontrasepsi Hormonal ? c. Bagaimanakah macam-macam Kontrasepsi Hormonal ? d. Bagaimanakah Kontrasepsi Hormonal ? e. Mekanisme kerja dari Kontrasepsi Hormonal ? f. Pengaruh Kontrasepsi Hormonal ? 1.3 Tujuan a. Mengetahui pengertian Kontrasepsi Hormonal. b. Mengetahui sejarah Kontrasepsi Hormonal. c. Mengetahui macam-macam Kontrasepsi Hormonal. d. Mengetahui Kontrasepsi Hormonal. e. Mengetahui Mekanisme kerja dari Kontrasepsi Hormonal. f. Mengetahui Pengaruh Kontrasepsi Hormonal.
  • 6. 4 BAB II ISI 2.1 Definisi Kontrasepsi Hormonal Kontrasepsi hormonal adalah alat atau obat kontrasepsi yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan dimana bahan bakunya mengandung preparat estrogen dan progesterone, atau salah satu hormonnya. 2.2 SejarahKontrasepsiHormonal Sejarah perkembangan kontrasepsi hormonal dimulai pada awal abad ke 20. Pada tahun 1921 Haberlandt melakukan transplantasi ovarium binatang percobaan yang sedang hamil kepada binatang lain dari spesies yang sama. Ia menemukan kemandulan sementara pada binatang yang menerima transplantasi. Pada tahun 1930 Allen melakukan isolasi progesteron, dan pada tahuntahun berikutnya Bickenbach dan von Massenbach menemukan bahwa progesteron, testosteron, dan estrogen dapat menghambat ovulasi. Walaupun demikian, sampai tahun 1950 hormon steroid ini belum mendapat tempat sebagai antifertilitas, tetapi banyak diselidiki untuk menghasilkan kortison.1 Barulah pada tahun 1950-an setelah Pincus, Chang,dan Rock menemukan bahwa pemberian progesteron per os pada hari ke 5 sampai ke 25 daur haid dapat menghambat ovulasi, hormon steroid ini dipakai untuk keperluan kontrasepsi. Percobaan pertama pemakaian kontrasepsi oral dengan noretindrel dan mestranol di Puerto Rico pada tahun 1956 membuktikan daya guna yang sangat tinggi sebagai kontrasepsi.1 Semenjak itu perkembangan kontrasepsi hormonal berlangsung terus. Tahun 1960 pil kombinasi estrogen-progesteron mulai digunakan. Tahun 1963 pil sekuensial diperkenalkan. Sejak tahun 1965 sampai sekarang banyak diadakan penyesuaian dosis atau penggunaan progesteron saja, sehingga muncul pil mini, dll. Perkembangan ini pada umumnya bertujuan mencari suatu kontrasepsi hormonal yang mempunyai daya guna tinggi, efek samping minimal, dan keluhan pasien yang sekecil-kecilnya.1
  • 7. 5 2.3Macam-macam Kontrasepsi Hormonal 2.3.1 Kontrasepsi Pil A. Sejarah Perkembangan penggunaan pil kontrasepsi sebagai pencegah kehamilan diawali ketika pada tahun 1940 Sturgis dan Albright menjelaskan tentang efek hambatan ovulasi pada wanita yang mengkonsumsi preparat estrogen.. Penggunaan preparat progesteron untuk menghambat ovulasi pertama kali dilakukan oleh Rock, Pincus dan Gracia dengan menggunakan derivat dari 19 nortestosterone yang diberikan selama 20 (dua puluh) hari, dimulai dari hari ke 5 (lima) menstruasi sampai dengan hari ke 25 (duapuluh lima) dalam satu siklus menstruasi. Secara intensif, penelitian tentang penggunaan pil kombinasi dilakukan dibawah pimpinan Pincus dan Rock yang melakukan percobaan lapangan di Puerto Rico. Pil tersebut mengandung progestin norethynodrel dan estrogen mestranol, ternyata pil tersebut memiliki daya yang sangat tinggi untuk mencegah kehamilan sehingga menjadi permulaan terciptanya pil kombinasi. Pil yang terdiri dari kombinasi antara etinilestradiol atau mestranol dengan salah satu jenis progestagen (progesteron sintetik) kini banyak digunakan untuk kontrasepsi. Sebagai hasil penelitian lebih lanjut, ditemukan pil sekuensial, mini pill, morning after pill, dan Depo-Provera yang diberikan sebagai suntikan. Dewasa ini masih terus dilakukan kegiatan penelitian lebih lanjut untuk menemukan suatu cara untuk menjadikan kontrasepsi hormonal yang mempunyai daya guna tinggi dan dengan efek samping yang sekecil mungkin. B. Jenis-Jenis Kontrasepsi Pil 1. Pil kombinasi Pil kombinasi ini dipakai oleh lebih dari 65 juta wanita di seluruh dunia. Dalam satu pil terdapat baik estrogen maupun progestin sinetik. Pil diminum setiap hari selama 3 minggu, diikuti dengan 1 minggu tanpa pil atau plasebo, pada saat mana suatu perdarahan surut akan terjadi. Estrogennya ialah etinil estradiol atau mestranol, dalam dosis 0.05; 0,08; atau 0,1 mg per tablet.
  • 8. 6 Progestinnya bervariasi: yang yang merupakan androgen, yang merupakan progesteron, atau mempunyai pengaruh estrogen instrinsik. Daya guna teorotis hampir 100% (tigkat kehamilan 0,1/100 tahun-wanita). Daya guna pemakaian ialah 95 – 98% efektif (tingkat kehamilan 0,7/100 tahun-wanita).1  Dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopouse.  Mudah dihntikan setiap saat.  Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil dihentikan.  Dapat digunkaan sebagai kontrasepsi darurat  Membantu mencegah : ⁻ Kehamilan ektofik, ⁻ Kanker ovarium, ⁻ Kanker endometrium, ⁻ Kista ovarium, ⁻ Penyakit radang panggul, ⁻ Kelainan jinak pada payudara, ⁻ Kelainan jinak pada payudara, ⁻ Disminore, ⁻ Akne. 2 1.A. Kontraindikasi Pil Kombinasi : Hamil atau dicurigai hamil, Menyusui ekslusif, Pendarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya, Penyakit hati akut (Hefatitis), Perokok dengan usia > 35 Tahun, Riwayat penyakit jantung, stroke, atau tekanan darah > 180/100 mmHg, Riwayat gangguan faktor pembekuan darah atau kencing manis >20 tahun Kanker payudara atau dicurigai kanker payudara, Migran dan gejala neurologik fokal (epilepsi/riwayat efilepsi), Tidak dapat menggunakan pil secara teratur setiap hari.
  • 9. 6 1.B. Perhatian Khusus Untuk Penggunaan Pil Kombinasi keadaan Saran Tekanan Darah Tinggi Sistolik >160 mmHg, atau Diastolik >90 mmHg Pil tidak boleh digunakan Kencing Manis Tanpa komplikasi Pil dapat diberikan Migran Tanpa gejala neurologik fokal yang berhubungan dengan nyeri kepala Pil dapat diberikan Menggunakan obat fenitoin, barbiturat, ritampisin. Pil dengan dosis otinitestradiol 50 µg Anemia Bulan Sabit Pil jangan digunakan 1.C. Penanganan Efek Samping Yang Sering Terjadi Dan Masalah-Masalah Kesehatan Lainnya Efek Samping atau Masalah Penanganan  Amenorea (tidak ada perdarahan, atau spooting) Periksa dalam atau tes kehamilan, bila tidak hamil dan klien minum pil dengan beenar, tenanglah. Tidak datang haid kemungkinan besar karena kurang adekuatnya efek estrogen terhadap endometrium. Tidak perlu pengobatan khusus, coba berikan pil dengan dosis estrogen 50 µg, atau dosis estrogen tetap, tetapi dosis progestin dikurangi. Bila klien hamil intrauterin, hentikan pil, dan yakinkan pasien, bahwa pil yang telah diminumnya tidak punya efek pada janin.
  • 10. 7  Muat, pusing, atau muntah (akibat reaksi anatilaktik) Tes kehamilan, atau pemeriksaan ginekologik. Bila tidak hamil, sarankan minum pil saat makan malam, atau sebelum tidur.  Pendarahan pervaginam/spotting Tes kehamilan, atau pemeriksaan ginekologik. Saraankan minum pil pada waktu sama. Jelaskan bahwa pendarahan/spotting hal yang biasa terjadi pada 3 bulan pertama, dan lambat laun akan berhenti. Bila pendarahan/spotting tetap saja terjadi, ganti pil dengan dosis estrogen lebih tinggi (50 µg) sampai pendarahan teratasi, lalu kembali ke dosis awal. Bila pendarahan/spotting timbul lagi, lanjutan lagi dengan dosis 50 µg, atau ganti dengan metode kontrasepsi yang lain. 1.D. Keadaan Yang Perlu Mendapatkan Perhatian Tanda Masalah Yang Mungkin Terjadi  Nyeri dada hebat, batuk, napas pendek. Serangan jantung atau bekuan darah di dalam paru.  Sakit kepala hebat. Stroke, hipertensi, migran.  Nyeri tungkai hebat (betis atau paha). Sumbatan pembuluh darah tungkai.  Nyeri abdomen hebat. Penyakit kandungan empedu, bekuan darah, pankreatitis.  Kehilangan penglihatan atau kabur. Stroke, hipertensi, atau problem vaskular.  Tidak terjadi pendarahan/spotting setelah selesai minum pil. Kemungkinan kehamilan.
  • 11. 8 1.E. Jenis  Monofasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/progesteron (E/P) dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.  Bifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/progesteron (E/P) dengan dua dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.  Trifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/progesteron (E/P) dengan tiga dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif. 1.F. Cara Kerja Pil Kombinasi − Menekan ovulasi. − Mencegah implantasi. − Lendir serviks mengental sehingga sulit dilalui oleh sperma. − Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi telur dengan sendirinya akan terganggu pula. 1.G. Manfaat Pil Kombinasi  Memiliki efektifitas yang tinggi (hampir menyerupai efektivas tubektomi), bila digunakan setiap hari (1 kehamilan per 100 perempuan dalam tahun pertama penggunaan).  Risiko terhadap kesehatan sangat kecil.  Tidak menggangu hubungan seksual.
  • 12. 9  Siklus haid menjadi teratur, banyaknya darah haid berkurang (mencegah anemia), tidak terjadi nyeri haid.  Siklus haid menjadi teratur, banyaknya darah haid berkurang (mencegah anemia), tidak terjadi nyeri haid.  Dapat digunakan jangka panjang selama perempuan masih ingin menggunakannya untuk mencegah kehamilan. 1.H. Keterbatasan o Mahal dan membosankan karena harus menggunakan setiap hari. o Mual, terutama pada 3 bulan pertama. o Perdarahan bercak atau perdarahan sela, terutama 3 bulan pertama. o Pusing. o Nyeri payudara. o Berat badan naik sedikit, jarang pada pil kombinasi. o Tidak boleh diberikan pada perempuan menyusui (dapat mengurangi ASI). o Pada sebagian kecil perempuan dapat menimbulkan depresi, dan perubahan suasana hati, sehingga keinginan untuk melakukan hubungan berkurang. o Dapat meningkatkan tekan darah dan retensi cairan, sehingga risiko stroke, dan gangguan pembekuan darah pada vena dalam sedikit meningkat. Pada perempuan usia > 35 tahun dan merokok perlu hati- hati. o Tidak mencegah IMS (Infeksi Menular Seksual), HBV, HIV/AIDS. 1.I. Yang Dapat Menggunakan Kontrasepsi Pil Kombinasi Pada prinsipnya hampir semua Ibu boleh menggunakan pil kombinasi, seperti :  Usian Reproduksi  Telah memiliki anak ataupn yang belum memiliki anak.  Gemuk atau kurus.  Menginginkan metode kontrasepsi dengan efektivitas tinggi.
  • 13. 10  Setelah melahirkan dan tidak menyusui.  Setelah melahirkan 6 bulan yang tidak memberikan ASI ekslusif, sedangkan semua cara kontrasepsi yang dianjurkan tidak cocok bagi ibu tersebut.  Pascakeguguran.  Anemia karena haid berlebihan.  Siklus haid tidak teratur.  Riwayat kehamilan ektofik.  Kelainan payudara jinak.  Kencing manis tanpa komplikasi pada ginjal, pembuluh darah, mata dan saraf.  Penyakit tiroid, penyakit radang panggu, endometriosis, atau tumor ovarium jinak.  Menderita tuberkolosis (kecuali yang sedang menggunakan rifampisin). 1.J. Yang Boleh Menggunakan Pil Kombinasi : Hamil, atau dicurigai hamil. Menyusui ekslusif. Pendarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya. Penyakit hati akut (hepatitis). Perokok dengan usia > 35 tahun. Riwayat penyakit jantung, stroke, atau tekanan darah > 180/110 mmHg. Riwayat gangguan faktor pembekuan darah atau kencing manis > 20 tahun. Kanker payudara atau dicurigai neurologik fokal (epilepsi/riwayat epilepsi). Tidak dapat mengunakan pil secara teratur setiap hari.
  • 14. 11 1.K. Waktu Mulai Menggunakan Pil Kombinasi  Setiap saat selagi haid, untuk meyakinkan kalau perempuan tersebut tidak hamil  Hari pertama sampai hari ke 7 siklus haid.  Boleh menggunakan pada hari ke 8, tetapi perlu menggunakan metode kontrasepsi yang lain (kondom) mulai hari ke 8 sampai hari ke 14 atau tidak melakukan hubungan seksual sampai anda telah menghabiskan paket pil tersebut.  Setelah melahirkan : − Setelah 6 bulan pemberian ASI ekslusif. − Setelah 3 bulan dan tidak menyusui. − Pasca keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari).  Bila berhenti menggunakan kontrasepsi injeksi, dan ingin menggantikan dengan pil kombinasi, pil dapat segera diberikan tanpa perlu menunggu haid. 2. Pil Sekuensial Pil sekuensial dewasa ini kurang populer. Selama14-15 hari pertama hanya diberikan estrogen, selanjutnya kombinasi estrogen dan progesteron sampai siklus haid selasai. Khasiat utama pil sekuensial adalah mengahmbat ovulasi. Dosis estrogen pada pil sekuensial lebih tinggi dari pada dosis estrogen pada pil kombinasi. Berhubung tidak ada progesteron pada pil-pil pertama, maka lupa minum pil itu dapat menimbulkan kehamilan. 1 Efek samping dan kontraindikasi hampir sama dengan pil kombinasi.
  • 15. 12 3. Kontrasepsi Pil Progestin (MINIPIL)[3] 3.A. Profil  Cocok untuk perrempuan menyusui yang ingin memakai pil kb  Sangat efektif pada masa laktasi  Dosis rendah  Tidak menurunkan produksi ASI  Tidak memberikan efek samping estrogen  Efek samping utama adalah gangguan perdarahan; perdarahan bercak, atau perdarahan tidak teratur  Dapat dipakai sebagai kontrasepsi darurat. 3.B. Jenis MINIPIL − Kemasan dengan isi 35 pil: 300 µg levonorgestrel atau 350 µg noretindron − Kemasan dengan isi 28 pil: 75 µg desogestrel. 3.C. Cara Kerja MINIPIL  Menekan sekresi gonadotropin dan sintesis streroid seks di ovarium (tidak begitu kuat).  Endometrium mengalami transformasi lebih awal sehingga implantasi lebih sulit.  Mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi sperma.  Mengubah motilitas tuba sehingga transfortasi sperma terganggu. 3.D. Efektivitas MINIPIL Sangat efektif (98,5 %). Pada penggunaan minipil jangan sampai terlupa satu dua tablet atau jangan sampai terjadi gangguan gastrointestinal (muntah, diare), karena akibatnya kemungkinan terjadi kehamilan sangat besar. Penggunaan obat-obat mukolitik asetilsistein bersamaan dengan minipil perlu
  • 16. 13 dihindari karena mukolitik jenis ini dapat meningkatkan penetrasi sperma sehingga kemampuan kontrasepsi dari minipil dapat terganggu Agar didapatkan kehandalan yang tinggi, maka:  Sangat efektif bila digunakan secara benar  Tidak mengganggu hubungan seksual  Tidak mempengaruhi ASI  Kesuburan cepat kembali  Nyaman dan mudah digunakan  Sedikit efek samping  Dapat dihentikan setiap saat  Tidak mengandung estrogen. 3.E. Keuntungan MINIPIL  Mengurangi nyeri haid  Mengurangi jumlah darah haid  Menurunkan tingkat anemia  Mencegah kanker endometrium  Melindungi dari penyakit radang panggul  Tidak meningkatkan pembekuan darah  Dapat diberikan pada penderita endometriosis  Kurang menyebabkan peningkatan tekanan darah, nyeri kepala, dan depresi  Dapat mengurangi keluhan premenstrual sindrom ( sakit kepala, perut kembung, nyeri payudara, nyeri pada betis, lekas marah)  Sedikit sekali mengganggu metabolisme karbohidrat sehingga relatif aman diberikan pada perempuan pengidap kencing manis yang belum mengalami komplikasi.
  • 17. 14 3.F. Keterbatasan MINIPIL  Hampir 30-60 % mengalami gangguan haid ( perdarahan sela, spotting, amenorea).  Peningkatan/penurunan berat badan.  Harus digunakan setiap hari dan pada waktu yang sama.  Bila lupa satu pil saja, kegagalan menjadi lebih besar.  Payudara menjadi tegang, mual, pusing, dermatitis, atau jerawat.  Risiko kehamilan ektopik cukup tinggi (4 dari 100 kehamilan), tetapi risiko ini lebih rendah jika dibandingkan dengan perempuan yang tidak menggunakan minipil.  Efektivitasnya menjadi rendah bila digunakan bersamaan dengan obat tuberkulosis atau obat epilepsy.  Tidak melindungi diri dari infeksi menular seksual atau HIV/AIDS.  Hirsutisme (tumbuh rambut/bulu berlebihan di daerah muka), tetapi sangat jarang terjadi. 3.G. Yang Boleh Menggunakan MINIPIL ¤ Usia reproduktif. ¤ Telah memiliki anak, atau yang belum memiliki anak. ¤ Menginginkan suatu metode kontraspsi yang sangat efektif selama periode menyusui. ¤ Pascapersalinan dan tidak menyusui. ¤ Keguguran. ¤ Perokok segala usia. ¤ Mempunyai tekanan darah tinggi (selama < 180/110 mmHg) atau dengan masalah pembekuan darah. ¤ Tidak boleh menggunakan estrogen atau lebih senang tidak menggunakan estrogen.
  • 18. 15 3.H. Yang Tidak Boleh Menggunakan Minipil ⁻ Hamil atau diduga hamil. ⁻ Pendarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya. ⁻ Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid. ⁻ Menggunakan obat tuberkolosis (rifampisin), atau obat untuk (fenition dan barbiturat). ⁻ Kanker payudara atau riwayat kanker payudara. ⁻ Sering lupa menggunakan pil. ⁻ Miom uterus. Progestin memicu pertumbuhan miom uterus. ⁻ Riwayat stroke. Progestin menyebabkan spasme pembuluh darah. 3.I. Waktu Mulai Menggunakan Minipil  Mulai hari pertama sampai hari ke-5 siklus haid. Tidak diperlukan pencegahan dengan kontrasepsi lain.  Dapat digunakan setiap saat, asal saja tidak terjadi kehamilan. Bila menggunakannya setelah hari ke-5 siklus haid, jangan melakukan hubungan seksual selama 2 hari atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 2 hari saja.  Bila klien tidak haid (amenorea), minipil dapat digunakan setiap saat, asal saja diyakini tidak hamil. Jangan melakukan hubungan seksual selama 2 hari atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 2 hari saja.  Bila menyusui antara 6 minggu dan 6 bulan pascapersalinan dan tidak haid, minipil dapat dimulai setiap saat. Bila menyusui penuh, tidak memerlukan metode kontrasepsi tambahan.  Bila lebih dari 6 minggu pascapersalinan dan klien telah mendapatkan haid, minipil dapat dimulai pada hari 1 – 5 hari siklus haid.  Minipil dapat diberikan segera pascakeguguran.  Bila sebelumnya klien menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin menggantinya dengan minpil, minipil dapat segera diberikan, bila saja kontrasepsi sebelumnya digunakan dengan benar atau ibu tersebut sedang tidak hamil. Tidak perlu menunggu sampai datangnya haid berikutnya.
  • 19. 16  Bila kontrasepsi yang sebelumnya adalah kontrasepsi suntikan,bminipil diberikan pada jadwal sutikan berikutnya. Tidak diperlukan penggunaan metode kontrasepsi yang lain.  Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kotasepsi nonhormonal dan ibu tersebut ingin menggantinya dengan minipil, minipil diberikan pada hari 1 – 5 siklus haid dan tidak memerlukan kontrasepsi lain.  Bila kontrasepsi sebelumnya yang digunakan adalah AKDR (termasuk AKDR yang mengandung hormon), minipil dapat diberikan pada hari 1 – 5 siklus haid. Dilakukan pengangkatan AKDR. 3.J. Keadaan Yang Memerlukan Perhatian Khusus Keadaan Anjuran Stroke Sebaiknya jangan menggunakan minipil Penyakit Jantung Koronor/Infark Jangan diberi minipil. Progestin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah. 3.K. Intruksi Kepada Klien  Minum minipil setiap hari pada saat yang sama.  Minum pil yang pertama pada hari pertama haid.  Bila klien muntah dalam waktu 2 jam setelah menggunakan pil, minumlah pil yang lain, atau gunakan metode kontrasepsi lain bila klien berniat melakukan hubungan seksual pada 48 jam berikutnya.  Bila klien lupa 1 aatau 2 pil, minumlah segera pil yang terlupa tersebut sesegera klien ingat dan gunakan metode pelindung sampai akhir bulan.  Walaupun klien blum haid, mulailah paket baru sehari setelah paket terakhir habis.  Bila haid klien teratur setiap hari dan kemudian kehilangan 1 siklus (tidak haid), atau bila merasa hamil, temui petugas kesehatan klien untuk memeriksa uji kehamilan.
  • 20. 17 3.L. Peringatan Khusus Untuk Pemakai Minipil  Bila beberapa bulan mengalami haid teratur dan kemudian terlambat haid, perlu dipikirkan kemungkinan telah terjadi kehamilan.  Bila mengeluh pendarahan bercak yang disertai dengan nyeri perut hebat, maka yang pertama kali dipikirkan mungkin adakah kehamilan ektofik  Problem mata (kehilangan penglihatan, atau mata kabur), nyeri kepala hebat, maka perlu diikirkan kemungkinan terjadi hipertensi atau problem vaskuler. 3.M. Penanganan Efek Samping Yang Sering Ditemukan Efek Samping Penanganan  Amenorhe Pastikan hamil atau tidak bila tidak hamil, tidak perlu tindakan khusus. Cukup konseling saja. Bila amenorhe berlanjut atau hal tersebut membuat klien khawatir, rujuk ke klinik. Bila hamil, hentikan pil, dan kehamilan dilanjutkan. Jelaskan kepada klien bahwa minipil sangat kecil dapat menimbulkan kelainan janin. Bila diduga kehamilan ektofik, klien perlu dirujuk, jangan memberikan obat-obatan hormonal untuk menimbulkan haid. Kalaupun diberikan tidak akan ada gunanya.  Perdarahan tidak teratur/spotting Bila tidak menimbulkan masalah kesehatan/tidak hamil, tidak perlu tindakan khusus. Bila klien tetap saja tidak dapat menerima kejadian tersebut, perlu dicari metode kontrasepsi lain. 4. KB Darurat Hormonal : digunakan setelah berhubungan seksual.
  • 21. 18 2.3.2 Kontrasepsi Suntikan : 2.3.1 Kontrasepsi Suntikan Progestin Kontrasepsi suntikan di indonesia adalah salah satu kontrasepsi yang popular. Kontrasepsi suntikan yang digunakan ialah long-acting progestin, yaitu Noretisteron enantat (NETEN) dengan nama dagang Noristrat dan Depomedroksi progesterone acetat (DMPA) dengan nama dagang Depoprovera. Suntikan diberikan pada hari ke 3-5 hari pasca persalinan, segera setelah keguguran, dan pada masa interval sebelum hari kelima haid. Teknik penyuntikannya yaitu secara intramusculer dalam, didaerah m. gluteus maksimus atau deltoideus. Kontraindikasi kontrasepsi suntikan kurang lebih sama dengan kontrasepsi hormonal lainnya. Efek samping yang berupa gangguan haid ialah amenorea, menoragia, dan spotting. Efek samping lain yang bukan merupakan gangguan haid dan keluhan subjektif lainnya juga kurang lebih sama dengan kontrasepsi hormonal lainnya. 2.A. Profil :  Sangat efektif  Aman  dapat dipake oleh semua perempuan dalam usia reproduksi  kembalinya kesuburan lebih lambat, rata-rata 4 bulan  cocok untuk masa laktasi karena tidak menekan produksi ASI 2.B. Jenis Tersedia dua jenis suntikan yang hanya mengandung progestin, yaitu: ⁻ Depo medroksiprogesteron asetat (depo proveta), mengandung 150 mg DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik IM (di daerah bokong) . ⁻ Depo noretisteron enantat (depo noristerat), yang mengandung 200 mg
  • 22. 19 noretindron enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik IM 2.C Cara Kerja :  Mencegah ovulasi  Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma  Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atropi  Mengahmbat transportasi gamet oleh tuba. 2.D Keuntungan :  Sangat efektif  Pencegahan kehamilan jangka panjang  Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri  Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah  Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI  Sedikit efek samping  Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai perimenopause  Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik  Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara  Mencegah beberapa penyebab terjadinya penyakit radang panggul  Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell) 2.E. keterbatasan :  Sering ditemukan gangguan haid, seperti: ⁻ Siklus haid yang memendek atau memanjang ⁻ Perdarahan yang banyak atau sedikit ⁻ Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting) ⁻ Tidak haid sama sekali  klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus
  • 23. 20 kembali untuk suntikan)  tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut  permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering  tidak menjamin perlindungan terhadap penularan ims, hepatitis b virus, atau infeksi virus hiv  terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian  terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadinya perusakan atau kelainan pada organ genitalia, melainkan karena belum habisnya pelepasan obat suntikan dai deponya (tempat suntikan)  pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan tulang (densitas)  Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan vagina, menurunkan libido, sakit kepala, nervositas, jerawat. 2.F. Yang Dapat Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin  usia reproduksi  nulipara yang telah memiliki anak  menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan memiliki efektivitas tinggi  menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai  setelah melahirkan dan tidak menyusui  Setelah abortus atau keguguran  Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi  Perokok  Tekanan darah <180/110 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan darah atau anemia bulan sabit  Menggunakan obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau obat tuberkulosis (rifampisin)  Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen  Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi  Anemia defesiensi besi  Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan pil kontrasepsi kombinasi.
  • 24. 21 2.G. Yang Tidak Boleh Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin Hamil atau dicurigai hamil (resiko cacat pada janin 7/100.000 kelahiran) Perdarahan pervaginam yang belum jelas sebabnya Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid Terutama amenorea Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara Diabetes mellitus disertai komplikasi 2.H. Waktu Mulai Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin ¤ Setiap saat selama siklus haid, asal ibu tersebut tidak hamil ¤ Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid ¤ Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap saat, asalkan ibu tersebut tidak hamil. Selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual ¤ Ibu yang neggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin mengganti dengan kontrasepsi suntikan. Bila ibu telah menggunakan kontrasepsi hormonal sebelumnya secara benar, dan ibu tersebut tidak hami, suntikan pertama dapat segera diberikan tidak perlu menunggu sampai haid berikutnya datang ¤ Bial ibu sedang menggunakan jenis kontrasepsi lain dan ingin menggantinya dengan jenis kontrasepsi yang lain lagi, kontrasepsi suntikan yang akan diberikan dimulai pada saat jadwal kontrasepsi suntikan yang sebelumnya. ¤ Ibu yang menggunakan kontrasepsi non hormonal dan ingin menggantinya dengan jenis kontrasepsi hormonal, suntikan pertama kontrasepsi hormonal yang akan diberikan dan segera diberikan, asal saja ibu tersebut tidak hamil, dan pemberiannya tidak perlu menunggu haid berikutnya datang. Bila ibu disuntik hari ke-7 haid, ibu tersebut selama 7 hari setelah disuntikan tidak boleh berhubungan seksual. ¤ Ibu inginmenggantikan AKDR dengan kontrasepsi hormonal. Suntikan pertama dapat diberikan pada hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid atau dapat diberikan setiap saat setelah hari ke-7 siklus haid, asal ibu tidak hamil
  • 25. 22 ¤ Ibu tidak haid atau ibu dengan perdarahan tidak teratur. Suntikan pertama dapat diberikan setiap saat selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual 2.I. Peringatan Bagi Pemakai Kontrasepsi Suntikan Progestin − Setiap terlambat haid harus dipikirkan adanya kemungkinan kehamilan − Nyeri abdomen bawah yang berat kemungkinan gejala kehamilan ektopik terganggu − Timbulnya abses atau perdarahan tempat injeksi − Sakit kepala migrain, sakit kepala berulang yang berat, atau kaburnya penglihatan − Perdarahan berat yang dua kali lebih panjang dari masa haid atau dua kali lebih banyak dalam satu periode masa haid 2.3.2 Suntik Kombinasi Jenis suntik kombinasi adalah 25 mg Depo Medroksiprogesteron Asetat dan 5 mg Estradiol sipionat yang diberikan injeksi I.M sebulan sekali (Cyclofem), dan 50 mg Noretindron Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang diberikan injeksi I.M sebulan sekali. A. Cara kerja : o Menekan ovulasi o Membuat lendir serviks menjadin kental sehingga penetrasi sperma terganggu o Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implantasi terganggu. o Menghambat transportasi gamet oleh tuba. B. Efektifitas Sangat efektif (0,1-0,4 kehamilan per 100 perempuan) selama tahun pertama penggunaan.
  • 26. 23 C. Yang boleh menggunakan suntikan kombinasi  Usia reproduksi  Telah memiliki anak, ataupun yang belum memiliki anak  Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektivitas yang tinggi  Menyusui ASI pascapersalinan > 6 bulan  Pascapersalinan dan tidak menyusui  Anemia  Nyeri haid hebat  Haid teratur  Riwayat kehamilan ektopik  Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi. D. Kontraindikasi suntik kombinasi : Hamil atau diduga hamil. Menyusui dibawah 6 minggu pasca persalinan. Pendarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya. Penyakit hati akut (virus hepatitis). Usia >35 tahun yang merokok. Riwayat penyakit jantung, stroke, atau dengan tekanan darah tinggi (> 180/110 mmHg). Riwayat kelainan tromboemboli atau dengan kencing manis >20 tahun. Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau migran. Keganasan pada payudara. E. Waktu Mulai Menggunakan Suntikan Kombinasi  Suntikan pertama dapat diberikan dalam waktu 7 hari siklus haid. Tidak diperlukan kontrasepsi tambahan  Bila suntikan pertama diberikan setelah hari ke 7 siklus haid, klien tidak boleh melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan kontrasepsi lain untuk 7 hari
  • 27. 24  Bila klieh tidak haid, suntikan pertama dapat diberikan setiap saat, asal saja dapat dipastikan ibu tersebut tidak hamil. Klien tidak boleh melakukan hubungan seksual untuk 7 hari lamanya atau menggunakan metode kkontrasepsi yang lain selama masa waktu 7 hari.  Bila klien pascapersalinan 6 bulan, menyusui, serta belum haid, suntikan pertama dapat diberikan, asal saja dapat dipastikan tidak hamil.  Bila pasca persalinan > 6 bulan, menyusui, serta telah mendapat haid, maka suntika pertama diberikan pada siklus haid hari 1 dan 7  Bila pascapersalinan < 6 bulan dan menyusui, jangan diberi suntikan kombinasi.  Bila pascapersalinan 3 minggu, dan tidak menyusui, suntikan kombinasi dapat diberi  Pascakeguguran, suntikan kombinasi dapat segera diberikan atau dalam waktu 7 hari  Ibu yang sedang menggunakan metode kontrasepsi hormonal kombinasi. Selama ibu tersebut menggunakan kontrasepsi sebelumnya secara benar, suntikan kombinasi dapat segera diberikan tanpa perlu menunggu haid. Bila ragu-ragu, perlu dilakukan uji kehamilan terlebih dahulu.  Bila kontrasepsi sebelumnya juga kontrasepsi hormonal, dan ibu tersebut ingin menggantinya dengan suntikan kombinasi, maka suntikan kombinasi tersebut dapat diberikan sesuai jadwal kontrasepsi sebelumnya. Tidak diperlukan metode kontrasepsi lain.  Ibu yang menggunakan metode kontrasepsi nonhormonal dan ingin menggantinya dengan suntikan kombinasi, maka suntika pertama dapat segera diberikan, asal saja diyakini ibu tersebut tidak hamil, dan pemberiannya tanpa perlu menunggu datangnya haid. Bila diberikan pada hari 1-7 siklus haid, metode kontrasepsi lain tidak diperlukan. Bila sebelumnya menggunakan AKDR, dan ingin menggantinya dengan suntika kombinasi, maka suntika pertama diberikan hari 1-7 siklus haid. Cabut segera AKDR.
  • 28. 25 F. Cara penggunaan Suntikan kombinasi diberikan setiap bulan dengan suntikan intramuskuler dalam. Klien diminta datang setiap 4 minggu. Suntikan ulang dapat diberikan 7 hari lebih awal, dengan kemungkinan terjadi gangguan perdarahan. Dapat juga diberikan setelah 7 hari dari jadwal yang telah ditentukan, asal saja diyakini ibu tersebut tidak hamil. Tidak dibenarkan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan metode kontrasepsi yang lain untuk 7 hari saja. G. Keadaan yang perlu memerlukan perhatian khusus Keadaan Anjuran  Tekanan darah tinggi < 180/110 mmHg dapat diberikan, tetapi perlu pengawasan.  Kencing manis Dapat diberikan pada kasus tanpa komplikasi dengan kencing manisnya terjadi < 20 tahun. Perlu diwaspadai  Migran Bila tidak ada gejala neurologik yang berhubungan dengan sakit kepala, boleh diberikan.  Menggunakan obat tuberkolosis/obat epilepsi Berikan pil kontrasepsi kombinasi dengan 50 µg etinilestradiol atau cari metode kontrasepsi lain.  Mempunyai penyakit anemia bulan sabit (sickle cell). Sebaiknya jangan menggunakan suntik kombinasi. Efek samping Anjuran  Amenore. Singkirkan kehamilan, bila tidak terjadi kehamilan, dan tidak perlu diberi pengobatan khusus. Jelaskan bahwa darah haid tidak berkumpul dalam rahim. Anjurkan klien untuk kembali ke klinik bila tidak datangnya haid masih menjadi masalah. Bila klien hamil, rujuk klien. Hentikan penyuntikan, dan jelaskan bahwa hormon progestin dan estrogen sedikit sekali pengaruhnya pada janin.
  • 29. 26  Mual/pusing/muntah. Pastikan tidak ada kehamilan. Bia hamil, rujuk. Bila tidak hamil, informasi bahwa hal ini adalah hal biasa dan akan hilang dalam waktu dekat  Perdarahan/perdarahan bercak (spotting). Bila hamil, rujuk. Bila tidak hamil cari penyebab perdarahan yang lain. Jelaskan bahwa perdarahan yang terjadi merupakan hal biasa. Bila pendarahan berkelanjutan dan mengkhawatirkan klien, metode kontrasepsi lain perlu dicari. H. Intruksi Untuk Klien  Klien harus kembali ke dokter/klinik untuk mendapatkan suntikan kembali setiap 4 minggu.  Bila tidak haid lebih dari 2 bulan, klien harus kembali ke dokter/klinik untuk memastikan hamil atau tidak  Jelaskan efek samping tersering yang didapat pada penyuntikan dan apa yang harus dilakukan bila hal tersebut terjadi. Bila klien mengeluh mual, sakit kepala, atau nyeri payudara, serta perdarahan, informasikan kalau keluhan tersebut sering ditemukan, dan biasanya akan hilang pada suntikan ke-2 atau ke-3.  Apabila klien sedang menggunakan obat-obat tuberculosis atau obat epilepsy, obat-obat tersebut dapat menggangu efektifitas kontrasepsi yang sedang digunakan. I. Tanda-Tanda Yang Harus Diwaspadai Pada Penggunaan Suntikan Kombinasi  Nyeri dada hebat atau napas pendek. Kemungkinan adanya bekuan darah paru, atau serangan jantung.  Sakit kepala hebat, atau gangguan penglihatan. Kemungkinan terjadi stroke, hipertensi, atau migrain.  Nyeri tungkai hebat. Kemungkinan telah terjadi sumbatan pembuluh darah pada  Tidak terjadi perdarahan atau spooting selama 7 hari sebelum suntikan berikutnya, kemungkinan terjadi kehamilan.
  • 30. 27 2.3.3 AKDR Dengan Progestin Jenis AKDR yang mengandung hormon steroid adalah prigestase yang mengandung progesterone dari mirena yang mengandung Levonorgestel. 3.A. Cara Kerja :  Endometrium mengalami transformasi yang ireguler, epitel atropi sehingga mengganggu implantasi.  Mencegah terjadinya pembuahan dengan mengeblok bersatunya ovum dengan sperma.  Mengurangi jumlah sperma yang mencapai tuba faloppii  Menginaktifkan sperma 3.B. Efektifitas : Sangat efektif, yaitu 0,5-1 kehamilan per 100 perempuan salama satu tahun pertama penggunaan. 3.C. Keuntungan Kontrasepsi  Efektif dengan proteksi jangka panjang (satu tahun)  Tidak mengganggu hubungan suami istri  Tidak berpengaruh terhadap ASI  Kesuburan segera kembali sesudah AKDR diangkat  Efek sampingnya sangat kecil  Memiliki efek sistemik yang sangat kecil 3.D. Keterbatasan Diperlukan pemeriksaan dalam dan penyaringan infeksi genitalia sebelum pemasangan AKDR Diperlukan tenaga terlatih untuk pemasangan dan pencabutan AKDR Klien tidak dapat menghentikan sendiri setiap saat, sehingga sangat tergantung pada tenaga kesehatan Pada penggunaan jangka panjang dapat terjadi amenorea Dapat terjadi perforasi uterus pada saat insersi (< 1/1000 kasus)
  • 31. 28 Kejadian kehamilan ektopik relatif tinggi Bertambahnya risiko mendapat penyakit radang panggul sehingga dapat menyebabkan infertilitas Mahal Progestin sedikit meningkatkan risiko trombosis sehingga perlu hati-hati pada perempuan premenopause. Risiko ini lebih rendah bila dibandingkan dengan pil kombinasi Progestin dapat menurunkan kadar HDL-kolesterol pada pemberian jangka panjang sehingga perlu hati-hati dan perempuan dengan penyakit kardiovaskuler Memburuk perjalanan penyakit kanker payudara Progestin dapat mempengaruhi jenis-jenis tertentu hiperlipidemia Progestin dapat memicu pertumbuhan miom uterus Yang boleh menggunakan AKDR dengan progestin Usia reproduksi Telah memiliki anak maupun belum Menginginkan kontrasepsi yang efektif jangka panjang untuk mencegah kehamilan Sedang menyusui dan ingin memakai kontrasepsi Pascakeguguran dan tidak ditemukan tanda-tanda radang panggul Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal kombinasi Sering lupa menggunakan pil Usia perimenopause dan dapat digunakan bersamaan dengan pemberian estrogen Mempunyai resiko yang rendah mendapat penyakit menular seksual Yang tidak boleh menggunakan AKDR dengan progestin Hamil atau diduga hamil Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya Menderita vaginitis, salpingitis, endometritis Menderita penyakit radang panggul atau pascakeguguran septik Kelainan kongenital rahim Miom submukosum Rahim yang sulit digerakkan
  • 32. 29 Riwayat kehamilan ektopik Penyakit trofoblas ganas Terbukti menderita penyakit tuberculosis panggul Kanker genitalia/payudara. Sering ganti pasangan Gangguan toleransi glukosa. Progestin menyebabkan sedikit peningkatan kadar gula dan kadar insulin Waktu AKDR dan progestin dipasang Setiap waktu selama siklus haid, jika ibu tersebut dapat dipastikan tidak hamil. Sesudah melahirkan, dalam waktu 48 jam pertama pascapersalinan, 6-8 minggu, ataupun lebih sesudah melahirkan Segera susudah induksi haid, pascakeguguran spontan, atau keguguran buatan, dengan syarat tidak terdapat bukti-bukti adanya infeksi. 3.E. Intruksi Kepada Klien ¤ Dalam keadaan normal klien kembali untuk control rutin sesudah menstruasi pertama kali pascasenggama (4-6 minggu) tetapi jangan sampai melewati 3 bulan sesudah pemakaian AKDR. ¤ Cek benang AKDR dan jika terjadi salah-satu keadaan berikut ini, klien harus kembali ke klinik. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah : ¤ Timbul kram diperut bagian bawah ¤ Adanya perdarahan bercak antara haid atau sesudah melakukan senggama ¤ Nyeri sesudah melakukan senggama atau jika suaminya mengalami perasaan kurang enak sewaktu melakukan senggama ¤ AKDR perlu diangkat setelah satu tahun ataupun lebih awal bila dikehendaki ¤ Bila terjadi ekspulsi AKDR, atau keluar cairan yang berlebihan dari kemaluan, lihat terjadi infeksi atau tidak ¤ Muncul keluhan sakit kepala atau sakit kepala makin parah. ¤ Jadwal kunjungan kembali ke klinik
  • 33. 30 ¤ Normalnya klien harus kembali untuk kontrol pertama sesudah datang haid pertama setelah AKDR dipasang (4-6 minggu), tetapi jangan lebih dari 3 bulan. Ditanyakan masalah-masalah yang muncul selama pemakaian AKDR. 2.3.4 Kontrasepsi Implan Implan adalah metode kontrasepsi hormonal yang efektif, tidak permanen dan dapat mencegah terjadinya kehamilan antara tiga hingga lima tahun. Metode ini dikembangkan oleh The Population Council, yaitu suatu organisasi internasional yang didirikan tahun 1952 untuk mengembangkan teknologi kontrasepsi. A. Berbagai Jenis Kontrasepsi Hormonal Implan Norplant terdiri dari 6 kapsul yang secara total bermuatan 216 mg levonorgestrel. Panjang kapsul adalah 34 mm dengan diameter 2,4 mm. Kapsul terbuat dari bahan silastik medik (polydimethysiloxane) yang fleksibel di mana kedua ujungnya ditutup dengan penyumbat sintetik yang tidak mengganggu kesehatan klien. Setelah penggunaan setelah 5 tahun, ternyata masih tersimpan sekitar 50% bahan aktif levonorgestrel asal yang belum terdistribusi ke jaringan insterstisial dan sirkulasi. Enam kapsul Norplant dipasang menurut konfigurasi kipas di lapisan subdermal lengan atas. A.1 Jadelle (Norplant II) Studi dan perkembangan implant levonorgestrel dua kapsul (implan- 2) telah dilakukan sejak 20 tahun yang lalu. Setelah diproduksi dan penggunaannya disetujui oleh badan pengawasan obat internasional, implan-2 digunakan di banyak negara (Eropa, Asia, dan Afrika). Implan- 2 Eropa dikenal sebagai Implan-II dan kemudian dipasarkan dengan nama dagang jadelle (Schering, Berlin). Implan-2 yang sama, juga diproduksi di China dengan nama Sinoplan II. Walaupun telah mendapat persetujuan dari U.S. food and
  • 34. 31 Drug Administration (FDA), tetapi belum ada rencana untuk melakukan pemasaran implan-2 secara luas di Amerika Serikat hingga saat ini. Implan-2 memakai levonorgestrel 150 mg dalam kapsul 43 mm dan diameter 2,5 mm. Pelepasan harian hormon levonorgestrel dari implan-2 hampir sama dengan Norplant dan secara teoritis, masa kerjanya menjadi 40% lebih singkat. U.S. FDA menyetujui masa kerja Norplant adalah 5 tahun tetapi studi komparasi dengan implan-2 ternyata 5-year pregnancy rates dan efek samping kedua kontrasepsi subdermal ini adalah sama. Population Council baru-baru ini menyatakan bahwa Jadelle direkomendasikan untuk penggunaan 5 tahun dan Norplant untuk 7 tahun. Kumulasi dari 5 tahun pregnancy rate per 100 women-years Jadelle di antara 0,8 hingga 1,0 dan Norplant sebesar 0,2 per tahun. A.2 Implanon Implanon (Organon, Oss, Netherlands) adalah kontrasepsi subdermal kapsul tunggal yang mengandung etonogestrel (3-ketodesogestrel), merupakan metabolit desogestrel yang efek androgeniknya lebih rendah dan aktivitas progestational yang lebih tinggi dari levonorgestrel. Kapsul polimer (ethylene vinyl acetate) mempunyai tingkat pelepasan hormon yang lebih stabil dari kapsul silastik Norplant sehingga variabilitas kadar hormon dalam serum menjadi lebih kecil. Telah banyak dilakukan penelitian tentang keamanan, efektivitas dan penerimaan Implanon dan bnayak negara di Eropa dan Asia telah menggunakan Implanon. Implanon dikemas dalam trokar steril yang sekaligus disertai dengan pendorong (inserter) kapsul sehingga pemasangan hanya membutuhkan waktu 1-2,5menit. Tidak seperti implan- 2 (Jadelle, Implan-2 dan Sinoplant), implanon diirancang khusus untuk inhibisi ovulasi selama masa penggunaan. Karena ovulasi pertama dan luteinisasi terjadi pada paruh kedua tahun ketiga penggunaan walaupun ada penelitian yang menyatakan masa aktifnya dapat mencapai 4 tahun. Dengan tidak terjadinya kehamilan selama penggunaan pada 70.000 siklus perempuan maka implanon dikategorikan sebagai alat kontrasepsi paling efektif dari yang pernah dibuat selama ini.
  • 35. 32 A.3 Implan lainnya The Population Council telah mengembangkan implan-1 menggunakan Nestorone atau ST-1435. Nestorone adalah progesteron kuat yang dapat menghambat ovulasi dan tidak terikat dengan sex hormone- binding globulin (SHBG) serta tanpa efek estrogenik atau androgenik. Nestorone menjadi tidak aktif bila diberikan per oral karena segera dimetabolisme dalam hati sehingga aman bagi bayi yang mendapat ASI dari seorang ibu pengguna kontrasepsi hormon subdermal. Penelitian saat ini mengarah penggunaan kapsul 40 mm dengan dosis normal atau 30 mm dengan dosis yang lebih tinggi agar dapat bekerja aktif untuk jangka waktu 2 tahun. Kapsul tunggal 30 mm sedang diteliti di tiga senter tetapi dalam waktu yang sama. Nestorone kapsul tunggal 30 mm telah diregistrasi di Brazil dengan nama EL-cometrine tetapai digunakan untuk pengobatan endometriosis dengan wkatu kerja aktif 6 bulan. Mekanisme Kerja Implan mencegah terjadinya kehamilan melalui berbagai cara. Seperti kontrasepsi progestin pada umumnya, mekanisme utamanya adalah menebalkan mukus serviks sehingga tidak dapat dilewati oleh sperma. Walaupun pada konsentrasi yang rendah, progestin akan menimbulkan pengentalan mukus serviks. Perubahan terjadi segera setelah pemasangan implan. Progestin juga menekan pengeluaran follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH) dari hipotalamus dan hipofis. Lonjakan LH (surge) direndahkan sehingga ovulasi ditekan oleh levonorgestrel. Level LH ditekan lebih kuat oleh etonogestrel sehingga tidak terjadi ovulasi pada 3 tahun pertama penggunaan implan-1. Penggunaan progestin jangka panjang, juga menyebabkan hipotropisme endometrium sehingga dapat mengganggu proses implantasi. Perubahan pertumbuhan dan maturasi endometrium, juga menjadi penyebab terjadinya perdarahan ireguler. Hal ini baru dalam implan-2 ialah cara pengeluaran hormon levonogestrel di dalam tubuh, yang terjadi secara terus-menerus dan stabil
  • 36. 33 selama 3-4 tahun. Metode kontrasepsi subdermal ini setara dengan 1095- 1460 progestin yang harus diminum tiap hari. Kemasan Implans 2 tersedia dalam kemasan 2 kapsul yang masing-masing berisi 75 mg levonogestrel dalam kantong plastik steril yang tertutup (diinsersikan subdermal menggunakan trokat) atau 2 kapsul di dalam selubung stokar stril, di mana hanya diperlukan pendorong (inserter-plus atau inserter fin) untuk menempatkan kedua kapsul levonogestrel pada lapisan subdermal lengan atas klien. Penyimpanan dan Masa Simpan Penyimpanan kemasan steril dari impaln-2 harus disimpan di tempat yang sejuk dan kering. Kemasan steril dari implan-2 harus tetap terjaga baik, tidak koyak atau rusak. Bila disimpan dengan benar, mempunyai masa simpan 3 tahun. Tanggal akhir (masa kadaluarsa) untuk pemasangan tercetak pada setiap kotak atau kemasannya. Masa Pakai Bila dipasang sebelum tanggal kadaluarsa, implan-2 bekerja efektif mencegah kehamilan hingga 3-4 tahun. Kapsul yang dipasang harus dicabut menjelang akhir masa 3-4 tahun (masa pakai). Kapsul yang baru dapat dipasang kembali setelah pencabutan apabila dikehendaki oleh klien. Pengaruh Pada Lendir Serviks Mungkin pengaruh kontrasepsi yang paling penting dari LNG adalah perubahan yang terjadi pada komposisi lendir serviks-walaupun siklus haid perempuan tersebut teratur. Penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa kental, jumlahnya menjadi berkurang, sehingga mencegah penetrasi sperma.
  • 37. 34 Mencegah Ovulasi Sejumlah kecil LNG yang dilepas secara terus menerus dari kapsul, bekerja pada daerah tertentu di otak (hipotalamus dan kelenjar hipofise anterior) untuk:  Menurunkan sekresi FSH (follicle Stimulation Hormone) dan LH (luteinizing Hormone)  Menghambat (mengurangi) sentakan gelombang (surge) LH pada pertengahan siklus. Pengaruh Pada Endometrium Levonorgestrel dan progestin sintetik lainnya menghambat reseptor progesteron. Mekanisme keeja ini menyebabkan sel endometrium yang melapisi kavum uteri menjadi tipis, sekresi kelenjar lebih sedikit sehingga fungsi reseptif endometrium menjadi terganggu. Efek sekunder tersebut sangat penting untuk mencegah terjadinya kehamilan. Efektivitas Implant-2 Implant-2 merupakan salah satu kontrasepsi efektif yang pernah dibuat. Angka kehamilan pada tahun pertama hanya 0,2 per 100 perempuan dan angka kumulatif pada tahun kelima hanya 1,6. Tidak ada metode kontrasepsi lain yang seefektif kontrasepsi subdermal levonorgtrel atau etonogestrel. Pada tahun 1990, lebih dari 55.000 perempuan pada 46 negara, termasuk Amerika telah ikut berpartisipasi dalam uji klinik. Berdasarkan hasil dari seluruh negara, indeks dari pearl (yaitu jumlah kehamilan per 100 pengguna dalam 1 tahun) adalah 0,2 dan 0,9 untuk dua tahun pertama; 0,5 dan 1,1 per 100 perempuan untuk tahun ketiga sampai tahun kelima. Angka kegagalan pada tahun pertama dan kedua tersebut dibandingkan dengan angka kegagalan terendah untuk tubektomi dan vasektomi.
  • 38. 35 Efektivitas dan berat badan Penelitian awal menunjukan peningkatan angka kehamilan kumulatif secara keseluruhan pada perempuan dengan berat badan lebih dari 70 kg (9,3 berbanding 4,5 pada pemakai dengan berat badan 60 sampai 69 kg). Penelitian ini dilakukan menggunakkan implandengan kapsul densitas tinggi. Pada penelitian lanjutan dengan kapsul densitas rendah, ternyata angka kehamilan juga lebih rendah. Pada kapsul densitas tinggi, angka kehamilan kumulatif 5 tahun menjadi sedikit lebih tinggi pada perempuan dengan berat badan 70 kg atau lebih (2,4 berbanding 1,5) dibandingka n perempuan yang lebih kurus. Implan-2 yang sekarang dipakai di seluruh dunia adalah jenis lunak atau densitas rendah, oleh sebab itu, petugas pelayanan tidak perlu khawatir lagi untuk menganjurkan pemakaian implan-2 pada perempuan yang gemuk (>70 kg). Angka kegagalan kontrasepsi subdermal juga meningkat pada mereka yang menggunakan obat yang dapat meningkatkan produksi enzim hati. Enzim tersebut akan memetabolisir levonorgetrel yang dikeluarkan dari implan-2. Obat-obat yang termasuk dalam kategori ini adalah:  Obat anti epilepsi (anti kejang) seperti barbiturat (misalnya fenobarbital), fenitoin (misalnya dilantin) dan karbamazepine (misalnya tegretol), tetapi tidak termasuk asam valproat; dan  Antibiotika (hanya rifampisin dan griseofulvin). Kelangsungan pemakaian Angka kelangsungan pemakaian yang dilaporkan dari berbagai pusat penelitian adalah antara 76-95% pada tahun pertama dan menurun menjadi 25-78% pada tahun kelima. Lama masa pemakaian pada penelitian ini rata- rata 3,5 tahun. Perubahan pola perdarahan haid dari pemakai implan-2 merupakan penyebab utama untuk menghentikan pemakaiannya. Berdasarkan data yang dikumpulkan dari penelitian international committee for contraception research (ICCR) klien yang menghentikan pemakaian implan
  • 39. 36 karena perubahan haid, kurang lebih 9% selama tahun pertama, tetapi kemudian menurun menjadi 3% pada tahun kelima. Akibat Pada Kehamilan Pemakaian implan-2 tidak meningkatkan insidens hamil ektopik. Menurut penelitian, anhka kejadian kehamilan ektopik hanya 1,3 per 1000 perempuan per tahun pada pengguna implan-2. Anhka ini sama dengan kehamilan ektopik di amerika pada perempuan yang tidak memakai kontrasepsi, yaitu 1,4 per 1000 orang per tahun 1980-an (sivin 1990). Pemakaian implan-2 tidak berhubungan dengan masalah pada kehamilannya. Sampai sekarang hanya ada satu kelainan bawaan pada janin dari permepuan yang memakai kontrasepsi subdermal levonorgestrel. Kasus tersebut berupa kelainan pada genital (penis dan skrotum tidak tumbuh dengan sempurna, testis hanya satu) tetapi tidak ada bukti bahwa kelainan tersebut disebabkan oleh penggunaan implan-2 (Croxatto 1993). Pulihnya Kesuburan Salah satu karakteristik penting dari implan-2 adalah efek kontrasepsinya yang tidak permanen. Setelah kapsul dicabut, kadar LNG serum dalam beberapa hari sudah menghilang. Kesuburan perempuan akan cepat kembali pulih seperti saat sebelum dipasang implan-2. Dari beberapa penelitian dilaporkan, setelah pencabutan, tidak ada efek jangka panjang untuk kesuburannya. Tanpa memandang umur satu pun paritas (perempuan muda yang belum pernah hamil dapat dengan aman memakai metode ini). Pada kenyataannya, angka kehamilan pada perempuan yang memakai implan-2 hampir sama dengan perempuan yang tidak memakai kontrasepsi. Efek Samping Pemakaian klinik pada lebih dari 4 juta perempuan di 30 negara (termasuk lebih dari 1 juta di AS) menunjukan bahwa tingkat ditoleransi dari sebagian besar perempuan terhadap implan-2 adalah sangat tinggi. Keuntungan utama dari implan-2 adalah tidak mengandung estrogen yang menyebabkan berbagai efek samping pada pemakaian implan adlah
  • 40. 37 perubahan pola perdarahan haid. Dapat terjadi perdarahan bercak atau terus-menerus pada 6-9 bulan pertama dari penggunaan implan-2. Masalah ini sama dengan ynag sering terjadi pada pemakaian kontrasepsi suntikan dan pil yang hnaya mengandung progestin saja. Meskipun hampir semua pengguna akan mengalami satu atau beberapa efek samping dalam 3 sampai 5 tahun pemakaian, jarang terjadi masalah yang berat. Sayangnya, efek smaping ringan ini, seringkali menyebabkan pengguna menghentikan pemakaian implan-2. Penjelasan yang akurat oleh petugas dan pemahaman yang baik dari klien tentang bebbagai efek samping dan cara mengatasinya dapat membnatu kelangsungan pemakaian implan-2. Konseling sebelum pemasangan implan-2 sangat berpengaruh terhadap kepuasaan/kelangsungan penggunaan. Perubahan Perdarahan Haid Perubahan pada pola perdarahan haid dialami oleh sebagian besar perempuan yang memakai implan Norplant, terutama pada 90 hari pertama pemakaian. Ini merupakan efek smaping terbanyak dan tersering dilaporkan, termasuk:  Perdarahan yang lama selama beberapa bulan pertama pemakaian  Perdarahan atau bercak perdarahan diantara siklus haid  Lamanya perdarahan atau bercak perdarahan berkurang  Tidak mengalami perdarahan atau bercak perdarahan sama sekali selama beberapa bulan (aminore)  Kombinasi terhadp efek samping tersebut di atas. Endometrium Beberapa penelitian untuk mengetahui efek levonortrel terhadap endometrium. Kajian mikroskopis 225 endometrium pengguna implan dari 2 sampai 116 bulan masih terlihat aktivitas sekresi dan poliferasi, tetapi sebagian diantaranya menujukan penurunan aktivitas endometrium (hipoflasia atau atropi) serupa dengan pola yang ada pada pengguna pil oral
  • 41. 38 kombinasi dan hanya progestin. Sebagai tambahan, tidak dijumpai perubahan patologi yang mempunyai arti klinis, berdasarkan penelitian ini, disimpulkan bahwa pemakaian yang lama dari LNG tidak ada hubungannya dengan efek yang membahayakan pada endometrium.
  • 42. 39 BAB III PEMBAHASAN 3.1 Mekanisme Kerja Dari COC (Combination Of Oral Contraception) Mekanisme utama tindakan COC adalah dengan penekanan ovulasi [6]. Seperti dijelaskan oleh Rivera et al., COC menghambat produksi hipofisis dan sekresi follicle stimulating hormone (FSH) dan hormon luteinizing (LH). Hasilnya adalah pengembangan folikular, ovulasi, dan pembentukan korpus luteum dihambat [7]. Akibatnya, ada penurunan sekresi estradiol dan progesteron ovarium produksi. Selain itu, wanita yang menggunakan kontrasepsi oral kombinasi, lendir serviks tetap tebal dan sangat kental dan penelitian telah menunjukkan bahwa penetrasi sperma dihambat akibat efek progestin [7]. 3.2 Manfaat COC Pil kontrasepsi adalah bentuk yang sangat efektif dan kontrasepsi reversibel. Tidak seperti kondom laki-laki, perempuan memiliki kontrol atas metode kontrasepsi. Meskipun ada banyak formulasi dari COC, dalam uji klinis, ketika digunakan dengan baik, tingkat kegagalan kurang dari 1%. 3.3 Efek Positif Pada Seksualitas Perempuan Salah satu indikasi yang paling umum untuk COC adalah gangguan ginekologis menyakitkan atau masalah seperti endometriosis, dismenore, dan menorrhagia. COC diketahui efektif dalam mengurangi rasa sakit ginekologi disebabkan oleh berbagai gangguan, serta kehilangan darah menstruasi; Namun, ada beberapa studi khusus mengevaluasi dampak dari COC pada fungsi seksual wanita bila digunakan untuk mengobati gangguan ini. Larson menemukan bahwa kehilangan darah menstruasi menurun
  • 43. 40 pada semua wanita pada COC sebanyak 40% setelah 3 bulan penggunaan [20]. Sebuah tinjauan baru-baru ini Dienogest untuk pengobatan endometriosis menemukan bahwa wanita dengan endometriosis memiliki insiden penurunan dispareunia setelah 24 minggu. Mengingat bahwa kontrasepsi oral kombinasi adalah bentuk kontrasepsi yang sangat efektif, mereka dapat membantu menghilangkan rasa takut hamil, mungkin memberikan pengalaman seksual yang lebih santai dan menyenangkan. Para peneliti menemukan bahwa kekhawatiran tentang kehamilan yang tidak diinginkan memiliki dampak yang sangat negatif pada gairah seksual, terutama jika salah satu pasangan tidak berbagi masalah ini. Menariknya, mereka juga menemukan bahwa wanita merasa bahwa perhatian bersama pasangan tentang kontrasepsi bisa berfungsi untuk penyangga potensi efek negative pada kemampuan mereka untuk merasa terangsang . 3.4 Pengaruh Kontrasepsi Hormonal Pada Penurunan Pelumasan Dalam salah satu penelitian awal menggunakan pil modern, McCoy dan Matyas diberikan kuesioner kepada 364 wanita, usia 18- 26, 30% wanita menggunakan COC [29]. Wanita menggunakan COC secara signifikan lebih mungkin untuk melaporkan penurunan lubrikasi vaginanya. Dalam sebuah penelitian yang lebih baru oleh Sabatini dan Cagiano, penulis membandingkan efek samping dan kepuasan seksual pada 280 wanita secara acak dua COC yang berbeda serta cincin vagina (tiga kelompok). Kedua kelompok pengguna COC awalnya dilaporkan kekeringan vagina, meskipun efek ini menurun 3.5 Pengaruh Kontrasepsi Hormonal Pada Estrogen Dan Progesteron Gabungan kontrasepsi hormonal (misalnya, pil), disebut demikian karena mengandung versi sintetis dari estrogen dan progesteron, yang menghambat produksi alami hormon esterogen dan progesteron, pada dasarnya menghilangkan variabilitas siklus menstruasi Kontrasepsi hormonal mengubah umpan balik hypothalamicpituitary ke ovarium, mencegah pematangan folikel ovarium, menghalangi ovulasi (Frye, 2006), dan
  • 44. 41 menghambat peningkatan estrogen yang terjadi selama paruh pertama siklus menstruasi (Van Heusden & FAUSER, 2002) . Pil telah terbukti menurunkan kadar serum hormon estradiol bahkan setelah penghentian (Balogh, Ditroi, & Lampe, 1981; Panzer et al, 2006.). Bukti-bukti jelas menunjukkan bahwa kombinasi kontrasepsi hormonal menurunkan kadar estrogen dan progesteron. 3.6 Pengaruh Kontrasepsi Hormonal Pada Emosi Penurunan estradiol pada akhir siklus menstruasi, post-partum atau menopause telah dikaitkan dengan perubahan mood negatif dan gejala depresi selama fase ini (Musa-Kolko, 2009). Di satu sisi, kontrasepsi oral kombinasi mengandung etinil estradiol-sebagai agonis sintetik untuk reseptor estradiol, yang bisa mempromosikan perubahan mood yang positif. Sifat antagonis untuk reseptor 5-HT3 telah dibuktikan tidak hanya untuk estradiol, tetapi juga untuk etinilestradiol (Wetzel et al., 1998). Di sisi lain tingkat penurunan estradiol endogen sebagai konsekuensi dari kontrasepsi oral ( Sahlberg et al., 1987) dapat mengakibatkan perubahan mood negatif. Dalam meta-analisis Oinonen dan Mazmanian (2002) menunjukkan bahwa rasio progesteron / estrogen berkorelasi dengan arah perubahan emosional.dan ditemukan bahwa terdapat dua populasi wanita dengan diferensial respon emosional terhadap penggunaan kontrasepsi oral. 3.7 Pengaruh Terhadap Libido Progesteron only Depot medroksiprogesteron asetat (DMPA).DMPA adalah progestin injeksi yang merupakan kontrasepsi yang sangat handal. Nelson menemukan bahwa 5,8% dari wanita yang menggunakan DMPA melaporkan hilangnya atau menurunnya libido [73]. Ott et al. melaporkan tidak ada perbedaan dalam minat seksual ketika membandingkan berbagai bentuk kontrasepsi hormonal, termasuk COC dan DMPA [74]. Terakhir, Schaffir et al. menemukan bahwa pengguna COC memiliki tingkat yang lebih rendah dari testosteron bebas dibandingkan dengan pengguna DMPA; Namun, skor keinginan, gairah, dan skor total pada FSFI tidak berbeda. Para penulis menyimpulkan bahwa sementara pengguna
  • 45. 42 COC dan DMPA memiliki tingkat hormon seks yang berbeda secara signifikan, mereka tidak berbeda dalam fungsi seksual [75]. Sebuah artikel baru-baru menilai pengaruh kontrasepsi oral (formulasi khusus tidak dinilai, namun sebagian besar peserta menggunakan pil estrogen-progestin gabungan) dan DMPA pada kepentingan seksual pada 328 remaja mengikuti Longi-tudinally selama 41 bulan [74]. Mereka menemukan bahwa minat seksual tidak berubah secara signifikan dalam kelompok baik selama masa studi. Menariknya, para peneliti menemukan bahwa minat seksual lebih tinggi ketika menggunakan kontrasepsi oral Dalam salah satu penelitian terbaru di DMPA, penulis tidak menemukan perbedaan dalam minat seksual dibandingkan dengan bukan pengguna dari metode hormonal kontrasepsi pada populasi remaja 3.8 Etonorgestrel Implan The etonorgestrel implan (Implanon) adalah batang yang dimasukkan ke lengan atas. Meskipun secara umum ada profil efek samping yang rendah, penurunan libido telah tercatat. Gezginc et al. menemukan bahwa 2,5% wanita melepas implan karena penurunan libido 3.9 AKDR-LNG (Mirena) Dalam sebuah penelitian terhadap wanita yang menggunakan LNG IUD, Skrzypulec dan Drosdzol menunjukkan bahwa wanita yang menggunakan AKDR-LNG memiliki keinginan seksual yang besar, gairah yang lebih besar, dan disfungsi seksual kurang dibandingkan dengan kelompok kontrol perempuan
  • 46. iii DAFTAR PUSTAKA 1. Wiknjosastro, Hanifa. Kontrasepsi. Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2005, 905-33. 2. Affandi B. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. 3rd. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo; 2011. p. MK 29-36. 3. Affandi B. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. 3rd. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo; 2011. p. MK 50-2.