Prosa merupakan karya sastra berbentuk cerita yang bebas dari rima dan irama. Terdiri atas prosa fiksi berupa cerita rekaan dan prosa nonfiksi yang berisi informasi faktual. Prosa fiksi mencakup cerpen, novel, dan dongeng sedangkan prosa nonfiksi meliputi artikel, biografi, dan reportase. Kedua jenis prosa memiliki unsur-unsur seperti tema, tokoh, alur, dan latar yang membangun cerita.
Bahasa standar,nonstandar, dan bahasa ilmiahNanda Saragih
Dokumen tersebut membahas tiga jenis bahasa yaitu bahasa standar, non-standar, dan ilmiah. Bahasa standar adalah bahasa yang menjadi acuan dan digunakan dalam situasi resmi. Bahasa non-standar dipakai dalam situasi tidak resmi. Bahasa ilmiah digunakan dalam tulisan ilmiah untuk menyampaikan informasi secara objektif, jelas, dan tepat.
Dokumen tersebut membahas tentang sastra Indonesia pada berbagai angkatan, mulai dari Pujangga Lama, Angkatan 20-an, 30-an, 45, 50-an hingga 66-an. Setiap angkatan memiliki ciri khas berdasarkan kondisi sosial politik masa itu."
Prosa merupakan karya sastra berbentuk cerita yang bebas dari rima dan irama. Terdiri atas prosa fiksi berupa cerita rekaan dan prosa nonfiksi yang berisi informasi faktual. Prosa fiksi mencakup cerpen, novel, dan dongeng sedangkan prosa nonfiksi meliputi artikel, biografi, dan reportase. Kedua jenis prosa memiliki unsur-unsur seperti tema, tokoh, alur, dan latar yang membangun cerita.
Bahasa standar,nonstandar, dan bahasa ilmiahNanda Saragih
Dokumen tersebut membahas tiga jenis bahasa yaitu bahasa standar, non-standar, dan ilmiah. Bahasa standar adalah bahasa yang menjadi acuan dan digunakan dalam situasi resmi. Bahasa non-standar dipakai dalam situasi tidak resmi. Bahasa ilmiah digunakan dalam tulisan ilmiah untuk menyampaikan informasi secara objektif, jelas, dan tepat.
Dokumen tersebut membahas tentang sastra Indonesia pada berbagai angkatan, mulai dari Pujangga Lama, Angkatan 20-an, 30-an, 45, 50-an hingga 66-an. Setiap angkatan memiliki ciri khas berdasarkan kondisi sosial politik masa itu."
Kelompok 5 Psikolinguistik - Aspek Neurologi BahasaRicky Subagya
Dokumen tersebut membahas aspek neurologi bahasa yang mencakup struktur otak, proses berbahasa, fungsi kebahasaan otak, teori lateralisasi dan lokalisasi, serta perbedaan otak pria dan wanita.
Pengertian dan ruang lingkup kajian psikolinguistikkholid harras
Psikolinguistik mempelajari hubungan antara bahasa, pikiran, dan perilaku manusia. Ia membahas proses penyandian dan pemahaman bahasa, serta bagaimana kemampuan berbahasa diperoleh dan digunakan. Ruang lingkupnya meliputi pemerolehan bahasa, hubungan antara pengetahuan dan penggunaan bahasa, serta proses produksi dan pemahaman tuturan. Psikolinguistik berfokus pada kompetensi, akuisisi
Teks tersebut membahas tentang landasan neurologis pada bahasa manusia. Secara singkat, otak manusia telah berevolusi selama jutaan tahun untuk membesar dan menjadi lebih kompleks, yang memungkinkan manusia untuk mengembangkan kemampuan bahasa. Otak manusia memiliki struktur dan organisasi yang berbeda dari otak binatang, terutama karena peran penting hemisfer kiri dalam berbahasa.
Teks tersebut membahas tentang jenis-jenis makna, relasi makna, dan perubahan makna dalam bahasa Indonesia. Jenis-jenis makna dibedakan berdasarkan kriteria seperti jenis semantik, adanya referen, makna denotatif dan konotatif, sedangkan relasi makna meliputi sinonim, antonim, dan hiponim. Teks juga membahas tentang perubahan makna yang dapat terjadi secara diakronis."
Dokumen tersebut membahas tentang alih kode dan campur kode. Alih kode adalah peralihan penggunaan bahasa karena berubahnya situasi, sedangkan campur kode adalah penggunaan dua bahasa atau lebih dalam satu tuturan. Dokumen tersebut menjelaskan pengertian, penyebab, dan perbedaan antara alih kode dan campur kode menurut beberapa ahli.
Dokumen tersebut membahas tentang pemerolehan dan perkembangan bahasa anak, meliputi teori-teori pemerolehan bahasa, faktor-faktor yang mempengaruhi pemerolehan bahasa, tahap-tahap perkembangan bahasa anak, serta analisis pemerolehan bahasa dalam aspek fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik.
Kompetensi dan performansi merupakan konsep penting dalam teori bahasa yang diperkenalkan oleh Noam Chomsky pada tahun 1957. Kompetensi mengacu pada pengetahuan internal seseorang tentang bahasa, sedangkan performansi merupakan realisasi atau penggunaan bahasa dalam berinteraksi. Perbedaan antara kompetensi dan performansi masih menjadi perdebatan hingga saat ini.
Dokumen tersebut merupakan karya tulis ilmiah tentang minat siswa MA Bahrul Ulum terhadap pelajaran mengarang. Dokumen ini membahas latar belakang masalah rendahnya minat siswa terhadap pelajaran mengarang, tujuan penelitian untuk mengetahui minat dan penyebabnya, serta metode penelitian menggunakan angket kepada siswa.
Bab ii esensi dan urgensi identitas nasional sebagai salah satu determinan pe...Syaiful Ahdan
Dokumen tersebut membahas tentang konsep dan urgensi identitas nasional bagi negara Indonesia. Identitas nasional meliputi ciri-ciri seperti bendera, bahasa, lambang negara, dan lagu kebangsaan yang menunjukkan identitas bangsa Indonesia secara lahiriah maupun batiniah. Pancasila dijelaskan sebagai jati diri bangsa Indonesia yang mencerminkan nilai-nilai luhur yang menyatukan bangsa.
Dokumen ini membahas tentang hubungan antara ideologi, pengarang, dan karya sastra. Ideologi dianggap bersifat abstrak sedangkan karya sastra bersifat konkret, namun ada pandangan bahwa ideologi dapat menghancurkan karya sastra. Ada tantangan bagi penulis untuk menyatukan sastra dengan ideologi seperti yang diungkapkan dalam istilah "litterature engagee". Pertentangan ideologi dalam karya s
1. Teori behaviorisme menekankan pengaruh stimulus dan respons dalam pembelajaran bahasa. Eksperimen Watson dengan Albert menunjukkan pelatihan dapat mengubah perilaku. Teori Skinner tentang operant conditioning menjelaskan bagaimana perilaku diperkuat atau dilemahkan.
2. Teori nativisme menyatakan kemampuan bahasa manusia ditentukan secara genetik melalui alat penguasaan bahasa. Anak secara alami mempelajari struktur b
Peristiwa tutur adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak yaitu penutur dan lawan tutur, dengan satu pokok tuturan,di dalam, tempat, dan situasi tertentu. Jadi interaksi yang berlangsung antara seorang pedagang dan pembeli di pasar pada waktu tertentu mengunakan bahasa sebagai alat komunikasinya adalah sebuah peristiwa tutur. Peristiwa serupa kita dapati juga dalam acara diskusi di ruang kuliah, rapat dinas di kantor, sidang di pengadilan, dan sebagainya.
Bagaimana percakapan di bus kota atau sedang di kereta api yang terjadi di antara penumpang yang tidak saling kenal (pada mulanya) dengan topik pembicaraan tidak menentu, tanpa tujuan, dengan ragam bahasa yang berganti-ganti, apakah dapat juga di sebut sebagai peristiwa tutur? Secara sosiolinguistik percakapan tersebut tidak dapat dikatakan sebagai peristiwa tutur, sebab pokok percakapan tidak menentu (berganti-ganti menurut situasi), tanpa tujuan dilakukan oleh orang-orang yang tidak segaja untuk bercakap-cakap, dan mengunakan ragam bahasa yang berganti-ganti. Sebuah percakapan baru dapat di sebut sebagai sebuah peristiwa tutur kalau memenuhi syarat.
Menurut Dell Hymes (1972) seorang pakar sosiolinguistik terkenal, bahwa suatu peristiwa tutur mempunyai delapan komponen, dan dibentuk menjadi akronim SPEAKING (diangkat dari Wadhaugh 1990):
Dokumen tersebut membahas sejarah perkembangan drama di dunia barat dan Indonesia. Drama berkembang pertama kali di Yunani dan Romawi, kemudian menyebar ke negara-negara Eropa lain. Di Indonesia, drama tradisional berkembang sebelum zaman Hindu dan dipengaruhi oleh drama Barat saat zaman kolonial. Jenis drama tradisional di Indonesia antara lain wayang, makyong, randai dan lainnya.
Puisi "Karawang Bekasi" menceritakan tentang perjuangan para pejuang yang gugur dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Mereka yang telah gugur memohon agar perjuangan mereka tidak dilupakan dan semangat perjuangan terus dilanjutkan untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Kelompok 5 Psikolinguistik - Aspek Neurologi BahasaRicky Subagya
Dokumen tersebut membahas aspek neurologi bahasa yang mencakup struktur otak, proses berbahasa, fungsi kebahasaan otak, teori lateralisasi dan lokalisasi, serta perbedaan otak pria dan wanita.
Pengertian dan ruang lingkup kajian psikolinguistikkholid harras
Psikolinguistik mempelajari hubungan antara bahasa, pikiran, dan perilaku manusia. Ia membahas proses penyandian dan pemahaman bahasa, serta bagaimana kemampuan berbahasa diperoleh dan digunakan. Ruang lingkupnya meliputi pemerolehan bahasa, hubungan antara pengetahuan dan penggunaan bahasa, serta proses produksi dan pemahaman tuturan. Psikolinguistik berfokus pada kompetensi, akuisisi
Teks tersebut membahas tentang landasan neurologis pada bahasa manusia. Secara singkat, otak manusia telah berevolusi selama jutaan tahun untuk membesar dan menjadi lebih kompleks, yang memungkinkan manusia untuk mengembangkan kemampuan bahasa. Otak manusia memiliki struktur dan organisasi yang berbeda dari otak binatang, terutama karena peran penting hemisfer kiri dalam berbahasa.
Teks tersebut membahas tentang jenis-jenis makna, relasi makna, dan perubahan makna dalam bahasa Indonesia. Jenis-jenis makna dibedakan berdasarkan kriteria seperti jenis semantik, adanya referen, makna denotatif dan konotatif, sedangkan relasi makna meliputi sinonim, antonim, dan hiponim. Teks juga membahas tentang perubahan makna yang dapat terjadi secara diakronis."
Dokumen tersebut membahas tentang alih kode dan campur kode. Alih kode adalah peralihan penggunaan bahasa karena berubahnya situasi, sedangkan campur kode adalah penggunaan dua bahasa atau lebih dalam satu tuturan. Dokumen tersebut menjelaskan pengertian, penyebab, dan perbedaan antara alih kode dan campur kode menurut beberapa ahli.
Dokumen tersebut membahas tentang pemerolehan dan perkembangan bahasa anak, meliputi teori-teori pemerolehan bahasa, faktor-faktor yang mempengaruhi pemerolehan bahasa, tahap-tahap perkembangan bahasa anak, serta analisis pemerolehan bahasa dalam aspek fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik.
Kompetensi dan performansi merupakan konsep penting dalam teori bahasa yang diperkenalkan oleh Noam Chomsky pada tahun 1957. Kompetensi mengacu pada pengetahuan internal seseorang tentang bahasa, sedangkan performansi merupakan realisasi atau penggunaan bahasa dalam berinteraksi. Perbedaan antara kompetensi dan performansi masih menjadi perdebatan hingga saat ini.
Dokumen tersebut merupakan karya tulis ilmiah tentang minat siswa MA Bahrul Ulum terhadap pelajaran mengarang. Dokumen ini membahas latar belakang masalah rendahnya minat siswa terhadap pelajaran mengarang, tujuan penelitian untuk mengetahui minat dan penyebabnya, serta metode penelitian menggunakan angket kepada siswa.
Bab ii esensi dan urgensi identitas nasional sebagai salah satu determinan pe...Syaiful Ahdan
Dokumen tersebut membahas tentang konsep dan urgensi identitas nasional bagi negara Indonesia. Identitas nasional meliputi ciri-ciri seperti bendera, bahasa, lambang negara, dan lagu kebangsaan yang menunjukkan identitas bangsa Indonesia secara lahiriah maupun batiniah. Pancasila dijelaskan sebagai jati diri bangsa Indonesia yang mencerminkan nilai-nilai luhur yang menyatukan bangsa.
Dokumen ini membahas tentang hubungan antara ideologi, pengarang, dan karya sastra. Ideologi dianggap bersifat abstrak sedangkan karya sastra bersifat konkret, namun ada pandangan bahwa ideologi dapat menghancurkan karya sastra. Ada tantangan bagi penulis untuk menyatukan sastra dengan ideologi seperti yang diungkapkan dalam istilah "litterature engagee". Pertentangan ideologi dalam karya s
1. Teori behaviorisme menekankan pengaruh stimulus dan respons dalam pembelajaran bahasa. Eksperimen Watson dengan Albert menunjukkan pelatihan dapat mengubah perilaku. Teori Skinner tentang operant conditioning menjelaskan bagaimana perilaku diperkuat atau dilemahkan.
2. Teori nativisme menyatakan kemampuan bahasa manusia ditentukan secara genetik melalui alat penguasaan bahasa. Anak secara alami mempelajari struktur b
Peristiwa tutur adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak yaitu penutur dan lawan tutur, dengan satu pokok tuturan,di dalam, tempat, dan situasi tertentu. Jadi interaksi yang berlangsung antara seorang pedagang dan pembeli di pasar pada waktu tertentu mengunakan bahasa sebagai alat komunikasinya adalah sebuah peristiwa tutur. Peristiwa serupa kita dapati juga dalam acara diskusi di ruang kuliah, rapat dinas di kantor, sidang di pengadilan, dan sebagainya.
Bagaimana percakapan di bus kota atau sedang di kereta api yang terjadi di antara penumpang yang tidak saling kenal (pada mulanya) dengan topik pembicaraan tidak menentu, tanpa tujuan, dengan ragam bahasa yang berganti-ganti, apakah dapat juga di sebut sebagai peristiwa tutur? Secara sosiolinguistik percakapan tersebut tidak dapat dikatakan sebagai peristiwa tutur, sebab pokok percakapan tidak menentu (berganti-ganti menurut situasi), tanpa tujuan dilakukan oleh orang-orang yang tidak segaja untuk bercakap-cakap, dan mengunakan ragam bahasa yang berganti-ganti. Sebuah percakapan baru dapat di sebut sebagai sebuah peristiwa tutur kalau memenuhi syarat.
Menurut Dell Hymes (1972) seorang pakar sosiolinguistik terkenal, bahwa suatu peristiwa tutur mempunyai delapan komponen, dan dibentuk menjadi akronim SPEAKING (diangkat dari Wadhaugh 1990):
Dokumen tersebut membahas sejarah perkembangan drama di dunia barat dan Indonesia. Drama berkembang pertama kali di Yunani dan Romawi, kemudian menyebar ke negara-negara Eropa lain. Di Indonesia, drama tradisional berkembang sebelum zaman Hindu dan dipengaruhi oleh drama Barat saat zaman kolonial. Jenis drama tradisional di Indonesia antara lain wayang, makyong, randai dan lainnya.
Puisi "Karawang Bekasi" menceritakan tentang perjuangan para pejuang yang gugur dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Mereka yang telah gugur memohon agar perjuangan mereka tidak dilupakan dan semangat perjuangan terus dilanjutkan untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Laporan penelitian ini membahas analisis gaya bahasa dalam puisi. Ia menjelaskan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi penting bagi manusia dan media untuk menciptakan karya sastra seperti puisi. Gaya bahasa dalam puisi meliputi pilihan kata, nada, struktur kalimat, dan makna. Majas juga penting untuk memberikan penekanan pada puisi. Laporan ini menyimpulkan bahwa gaya bahasa sangat penting d
Unsur intrinsik dalam cerita anak meliputi tema, alur, latar, tokoh, penokohan, dan sudut pandang. Tema adalah gagasan pokok dalam cerita, alur adalah urutan peristiwa, latar menyangkut tempat dan waktu, tokoh adalah karakter utama, penokohan melibatkan penggambaran karakter, dan sudut pandang dapat orang pertama atau ketiga.
Dokumen tersebut merangkum peran dan tugas empat divisi utama dalam dunia jurnalistik, yaitu reporter, fotografer, tim kreatif, dan editor. Reporter bertugas mencari informasi lapangan dan melakukan wawancara. Fotografer mendampingi reporter untuk mengambil foto peristiwa. Tim kreatif menentukan tema dan mengumpulkan konten selain berita. Editor menyunting konten dan mendesain layar akhir sebelum publikasi.
Citraan merupakan unsur penting dalam puisi yang berfungsi untuk menimbulkan gambaran atau imajinasi dalam pembaca. Citraan dapat mencakup pengalaman sensorik seperti visual, auditif, kinestetik, penciuman dan lainnya. Puisi Dewa Telah Mati menggunakan berbagai citraan seperti visualisasi rawa dan bangkai, suara gagak mengakak, serta gerakan terbang untuk mempertegas tema keagamaan dan kematian.
Genre sastra indonesia, NURIL ANWAR, S.Pd.Nuril anwar
Genre sastra indonesia,
Secara etimologi, istilah puisi berasal dari bahasa Yunani poeima ‘membuat’ atau poeisis ‘pembuatan’, dan dalam bahasa Inggris disebut poem dan poetry. Puisi diartikan ‘membuat’ dan ‘pembuatan’ karena
lewat puisi pada dasarnya seorang telah menciptakan suatu dunia tersendiri, yang mungkin berisi pesan atau gambaran suasana-suasana tertentu, baik fisik maupun batiniah.
Dokumen tersebut membahas lima pendekatan dalam penelitian sastra bandingan menurut Clements, yaitu genre sastra, bentuk, gaya, periode dan generasi, pengaruh, serta tema, motif, dan mitos. Dokumen ini juga memberikan contoh-contoh perbandingan karya sastra dari berbagai genre dan budaya untuk mengilustrasikan pendekatan-pendekatan tersebut.
Glosarium card teks biografi faris indy.s x tkj 2 vocsten malang .Nuril anwar
Perjanjian damai ini mengakhiri perang saudara selama 5 tahun. Kedua belah pihak setuju untuk berbagi kekuasaan dan membentuk pemerintahan koalisi. Perjanjian ini diharapkan dapat membawa perdamaian dan stabilitas ke negara.
Pantun adalah puisi tradisional berbentuk empat baris yang berima silang. Dokumen ini menjelaskan struktur dan kaidah bahasa pantun, termasuk diksi, bahasa kiasan, imaji, dan bunyi seperti rima dan irama.
Puisi "Tangis" menceritakan tentang seorang pembunuh yang melarikan diri dari desanya setelah membunuh seseorang. Ibunya yang sudah tua menunggu kepulangannya dengan cemas meski ia adalah seorang pembunuh. Puisi ini menggambarkan kasih sayang seorang ibu yang tak peduli dengan kesalahan anaknya.
Puisi "Di" menceritakan tentang kesadaran manusia akan kematian dan bahwa pada akhirnya semua orang akan meninggal dunia dan kembali kepada Sang Pencipta. Puisi menggunakan bentuk tipografi berupa dua segitiga bertumpuk yang melambangkan pohon cemara dan menunjuk ke langit, menggambarkan pandangan manusia tentang keberadaan Tuhan di atas langit.
Dokumen tersebut merupakan rencana pelaksanaan pembelajaran menulis puisi bebas untuk siswa kelas 8. Pembelajaran dimulai dengan pengenalan materi tentang puisi bebas dan pilihan kata, kemudian siswa dibagi kelompok untuk menulis puisi berdasarkan gambar yang diberikan guru dengan memperhatikan pilihan kata. Di akhir pembelajaran dilakukan refleksi dan penilaian terhadap hasil karya siswa.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian puisi, unsur-unsur puisi, dan perbedaan antara puisi dan prosa. Puisi didefinisikan sebagai karya sastra yang mengekspresikan pemikiran dan perasaan secara padat melalui bahasa dan struktur yang menarik, seperti irama dan rima. Unsur-unsur puisi meliputi kata, larik, bait, bunyi, dan makna. Puisi berbeda dari prosa karena sifatnya yang lebih
Teks tersebut menjelaskan tahapan penulisan puisi menurut beberapa ahli. Terdapat empat tahap yaitu persiapan dan usaha, inkubasi, iluminasi, dan verifikasi. Pada tahap pertama penyair mengumpulkan informasi, tahap kedua mengendapkan ide, ketiga mengekspresikan ide ke dalam puisi, dan keempat meninjau ulang hasil karya. Tahapan ini bertujuan agar puisi yang dihasilkan memiliki kualitas yang
Penggunaan pendekatan historis, sosiologis, psikologis, antropologis, dan mitopoik dalam memahami karya sastra. Setiap pendekatan memiliki latar belakang dan fokus yang berbeda untuk menganalisis hubungan antara karya sastra, pengarang, dan lingkungan sosial budaya.
1. Kajian sosiologi sastra mempelajari hubungan antara pengarang, karya sastra, dan pembaca dengan konteks sosial masyarakat.
2. Terdapat tiga pendekatan dalam kajian sosiologi sastra yaitu sosiologi pengarang, sosiologi karya sastra, dan sosiologi pembaca untuk memahami hubungan antara karya sastra dengan masyarakat.
3. Tujuan analisis sosiologi s
Dokumen tersebut membahas tentang sosiologi sastra. Ringkasannya adalah:
Sosiologi sastra adalah pendekatan yang melihat karya sastra dalam hubungannya dengan masyarakat. Karya sastra dipandang sebagai cerminan kehidupan sosial dan budaya masyarakat. Sosiologi sastra berusaha memahami karya sastra dalam konteks sosial historisnya.
Dokumen tersebut membahas pendekatan struktural murni dalam memahami karya sastra di mana karya sastra dipandang sebagai entitas otonom yang tidak terpengaruh oleh pengarang, realitas, atau pembaca. Dokumen juga membahas perkembangan pendekatan strukturalisme menjadi strukturalisme genetik yang mempertimbangkan faktor latar belakang sejarah dan sosial budaya dalam memahami karya sastra.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian puisi secara etimologis dan menurut beberapa ahli, jenis-jenis puisi, serta perbedaan antara puisi dan prosa. Puisi didefinisikan sebagai karangan yang terikat struktur dengan mempertimbangkan unsur bunyi, yang mengekspresikan pengalaman penyair untuk menimbulkan pengalaman pada pembaca. Puisi dibedakan dari prosa berdasarkan aktivitas kejiwaan dan sifatnya yang le
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
2. PEMBELAJARAN YANG MENGUATKAN TRANSISI PAUD-SD Merancang Instrumen Asesmen ...
Jurnal Kajian Puisi Indonesia
1. SINDIRAN SEBAGAI PENEGAS KRITIK SOSIAL TERHADAP
KEBOBROKAN MORAL:
Tinjauan Semiotik dan Stilistik terhadap Antologi Puisi Sosial 51 Penyair
Pilihan, Bangga Aku Jadi Rakyat Indonesia
oleh:
Desi Sri Cahyani
Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap aspek semiotik
dan stilistik Antologi Puisi Sosial 51 Penyair Pilihan, Aku Bangga Jadi
Rakyat Indonesia. Proses pengkajian puisi ini menggunakan
pendekatan stilistika dan semiotika. Pada penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan adalah metode
deskriptif kualitatif, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis puisi
menggunakan pendekatan semiotika dan stilistika. Pada puisi-puisi
Soni Farid Maulana dalam Antologi Puisi Sosial 51 Penyair pilihan,
Bangga Aku Jadi Rakyat Indonesia secara semiotik didominasi oleh
tema-tema tentang kritik sosial terhadap kondisi sosial yang terjadi
pada suatu masyarakat. Kritik sosial yang dimunculkan lewat
penggambaran diri si “aku” dengan kondisi sosialnya. Dalam aspek
stilistika terdapat beberapa penggunaan diksi-diksi yang menarik dan
majas ironi serta majas hiperbol sangat dominan. Kritik sosial terhadap
kebobrokan moral yang terjadi di masyarakat sangat tergambar jelas
melalui penggambaran yang sederhana.
Kata Kunci: puisi, semiotika, stilistika, kritik sosial, kebobrokan
moral
PENDAHULUAN
Bahasa merupakan medium utama dari karya sastra. Bahasa sebagai ujaran
yang dihasilkan dari alat ucap manusia mengandung suatu kekuatan tanda di
dalamnya. Kekuatan tanda itu muncul dari hubungan tanda dengan tanda
(sintaksis), hubungan tanda dengan maknanya (semantik), dan hubungan tanda
dengan pengguna (pragmatik).
Begitu juga dengan puisi yang menggunakan medium bahasa sebagai alat
penyampaiannya. Puisi merupakan salah satu genre sastra yang memiliki tingkat
kepekatan yang tinggi dalam penggunaan tanda karena hakekat puisi adalah
ekspresi tidak langsung. Hakikat ini terkait dengan penyampaian suatu hal melalui
atau dengan sesuatu hal yang lain. Kehadiran puisi tidak terlepas dari makna
simbol-simbol (kata-kata) yang terkandung dalam puisi tersebut serta
hubungannya dengan hal-hal atau kejadian-kejadian di luar sastra. Oleh karena
itu, puisi perlu ditinjau dari segi hermeneutik atau keterkaitkan antara simbol-simbol
yang terkandung dalam sebuah karya sastra dengan hal-hal yang ada di
luar sastra.
Berawal dari pernyataan-pernyataan di atas, Antologi Puisi Sosial 51
Penyair Pilihan, Bangga Aku Jadi Rakyat Indonesia yang merupakan kumpulan
puisi dari 51 penyair ini menggambarkan kehidupan masyarakat yang dirangkai
dalam kata-kata berbentuk puisi. Yang menarik untuk dikaji antologi puisi ini
1
2. memiliki tema-tema yang hampir sama yaitu tentang kondisi sosial suatu
masyarakat.
Dari pemaparan tersebut, ada dua permasalahan yang dibahas dalam
penelitian ini. Yang pertama adalah menganalisis dari aspek semiotik dan yang
kedua dari aspek stilistik pada puisi-puisi karya Soni Farid Maulana dalam
Antologi Puisi Sosial 51 Penyair Pilihan, Bangga Aku Jadi Rakyat Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengupas aspek-aspek semiotik dan stilistik yang
terdapat dalam Antologi Puisi ini.
KAJIAN TEORI
A. Hakikat Puisi
Puisi pada hakikatnya adalah suatu pernyataan perasaan dan pandangan
hidup seorang penyair yang memandang satu peristiwa alam dengan ketajaman
perasaannya. Perasaan yang tajam inilah yang menggetar rasa hatinya, yang
menimbulkan semacam gerak dalam daya rasanya. Lalu ketajaman tanggapan ini
berpadu dengan sikap hidupnya mengalir melalui bahasa, menjadilah ia sebuah
puisi, satu pengucapan seorang penyair.
Hingga saat ini, tidak ada definisi yang baku mengenai apa itu puisi. Banyak
ahli-ahli sastra yang memberikan definisi puisi.Namun, seperti yang dikemukakan
oleh Shahnon Ahmad (dalam Pradopo.2010:7) bahwa bila unsur-unsur dari
pendapat-pendapat itu dipadukan, maka akan didapat garis-garis besar tentang
pengertian puisi yang sebenarnya. Unsur-unsur tersebut dapat berupa: emosi,
imajinasi, pemikiran, ide, nada, irama, kesan pancaindera, susunan kata, kata-kata
kiasan, kepadatan, dan perasaaan yang bercampur-baur. Sehingga dapat
disimpulkan ada tiga unsur yang pokok. Pertama, hal yang meliputi pemikiran,
ide, atau emosi; kedua, bentuknya; dan ketiga ialah kesannya.
Hakikat puisi ialah apa yang menyebabkan puisi itu disebut puisi. Puisi
merupakan karya seni (mengandung unsur estetik) yang unsur seni dominannya
mengandalkan keindahan kata, gaya bunyi, gaya kata, gaya kalimat, wacana dan
tipografinya. Kepuitisan dapat dicapai dengan bermacam-macam cara, misalnya
dengan bentuk visual: tipografi, susunan bait; dengan bunyi: persajakan, asonansi,
aliterasi, kiasan bunyi, lambang rasa, dan orkestrasi; dengan pemilihan kata
(diksi), bahasa kiasan, sarana retorika, unsur-unsur ketatabahasaan, gaya bahasa
dan sebagainya. Dalam mencapai kepuitisan itu penyair menggunakan banyak
cara sekaligus secara bersamaan untuk mendapatkan jaringan efek puitis yang
sebanyak-banyaknya, yang lebih besar daripada pengaruh beberapa komponen
secara terpisah penggunaannya. Antara unsur pernyataan (ekspresi), sarana
kepuitisan, yang satu dengan yang lainnya saling membantu, saling memperkuat
dengan kesejajarannya ataupun pertentangannya, semuanya itu untuk
mendapatkan kepuitisan yang seefektif mungkin, seintensif mungkin (Pradopo.
2010: 13).
Ada tiga aspek yang perlu diperhatikan untuk mengerti hakikat puisi, antara
lain :
1. Fungsi Estetik
Dalam sebuah karya sastra khususnya puisi, fungsi estetiknya dominan dan
di dalamnya ada unsur-unsur estetik. Unsur-unsur keindahan ini merupakan
2
3. unsur-unsur kepuitisan, misalnya persajakan, diksi (pilihan kata), irama dan gaya
bahasa. Gaya bahasa meliputi semua penggunaan bahasa secara khusus untuk
mendapatkan efek tertentu, yaitu efek estetika atau aspek kepuitisannya. Jenis-jenis
gaya bahasa itu meliputi semua aspek bahasa, yaitu bunyi, kata, kalimat dan
wacana yang dipergunakan secara khusus untuk mendapatkan efek tertentu itu
(Pradopo. 2010: 315).
2. Kepadatan
Karya sastra berupa puisi menjadi berbeda dengan karya sastra lain seperti
prosa dan drama karena terdapat aktivitas pemadatan. Puisi merupakan ekspresi
esensi, tidak semua peristiwa diceritakan panjang lebar oleh penyairnya. Hanya
inti masalah, peristiwa atau inti cerita dan esensi yang dikemukakan dalam puisi.
3. Ekspresi Tidak Langsung
Ekspresi tidak langsung dapat berupa kiasan. Riffaterre (dalam Pradopo.
2010: 318) mengemukakan bahwa sepanjang waktu, dari waktu ke waktu, puisi
itu selalu berubah. Perubahan ini disebabkan oleh evolusi selera dan perubahan
konsep estetik. Akan tetapi, satu hal yang tidak berubah, yaitu puisi itu
mengucapkan sesuatu secara tidak langsung. Ucapan tidak langsung ialah
menyatakan suatu hal dengan arti lain. Ketidaklangsungan ekspresi ini
disebabkan oleh tiga hal yaitu (1) penggantian arti (displacing of meaning), (2)
penyimpangan atau pemencongan arti (distorting of meaning), dan (3) penciptaan
arti (creating of meaning).
B. Kajian Semiotika
Peirce merupakan seorang ahli filsafat atau logika. Istilah semiotika dia
munculkan sebagai padanan kata untuk logika. Menurut Peirce logika
mempelajari cara bernalar dan sesuai dengan hipotesisnya, penalaran dilakukan
melalui tanda-tanda.
Semiotika merupakan suatu cabang ilmu yang mempelajari tanda. Peirce
mengklasifikasikan tanda menjadi beberapa kategori yang berdasar pada beberapa
hal. Klasifikasi yang dimunculkan oleh Peirce dikenal dengan konsep triadiknya.
Klasifikasi trikotomi yang pertama, Peirce membagi tanda berdasarkan
representamen (tanda itu sendiri) menjadi qualisign, sinsign, dan legisign (Noth
dalam Nugroho). Qualisign adalah suatu kualitas yang merupakan tanda,
walaupun pada dasarnya ia belum dapat menjadi tanda sebelum mewujud. Sinsign
adalah suatu hal yang ada (exist) secara aktual yang berupa tanda tunggal.
Legisign adalah suatu hukum (law), seperangkat kaidah atau prinsip yang
merupakan tanda; setiap tanda konvensional kebahasaan (Budiman dalam
Nugroho).
Trikotomi yang kedua didasarkan pada hubungan tanda dengan objeknya.
“This tricotomy classifies signs with respect to the relation between the
representamen and object” (Noth dalam Nugroho). Pada klasifikasi ini, terdapat
ikon, indeks, dan simbol. Ikon hubungan karena keserupaan, indeks berdasarkan
hubungan sebab akibat, dan simbol hubungan berdasarkan kesepakatan (Ratna
dalam Nugroho).
Lebih lanjut, ikon dibagi lagi menjadi beberapa macam yaitu citra, diagram,
dan metafora. Citra atau imaji adalah tanda yang secara langsung bersifat ikonis,
3
4. yang menampilkan kualitas-kualitas simpel seperti dapat dilihat pada gambar dan
karya seni rupa pada umumnya. Macam ikon yang kedua adalah diagram.
Diagram adalah ikon yang menampilkan relasi-relasi, terutama relasi diadik atau
yang kurang lebih demikian, di antara bagian-bagiannya sendiri. Jenis ikon yang
ketiga adalah metafora. Jenis ini merupakan suatu meta-tanda (metasign) yang
ikonisitasnya berdasarkan pada kemiripan atau similaritas di antara objek-objek
dari dua tanda simbolis (Budiman dalam Nugroho).
Menurut Zaimar (1991), analisis semiotika terhadap karya sastra sebaiknya
dimulai dengan analisis bahasa dan menggunakan langkah-langkah seperti dalam
tataran linguistik wacana. Pertama, menganalisis aspek sintaksis. Kedua,
menganalisis aspek semantik. Ketiga, menganalisis aspek pragmatik.
Analisis aspek sintaksis mengungkapkan hubungan tanda yang satu dengan
tanda yang lain dalam satu karya tersebut. Analisis sintaksis ini lebih mengarah
kepada bentuk-bentuk kata yang digunakan. Selain itu dapat juga diarahkan pada
kedudukan dan fungsi dari kata atau frasa tersebut dalam suatu ujaran (kalimat).
Analisis aspek ini akan menghasilkan suatu pemahaman terhadap kedudukan
suatu tanda di antara tanda-tanda yang lain dengan mengetahui fungsi masing-masing
tanda tersebut.
Dalam menganalisis aspek semantik, hal pertama yang harus dilakukan
adalah analisis komponen makna kata yang terdapat dalam puisi. Lalu, analisis
dilanjutkan dengan penemuan isotopi hingga motif pun akan diketahui, bahkan
tema pun kemungkinan besar dapat ditemukan.
Analisis pragmatik lebih mengungkapkan siapa tokoh utama dalam puisi ini
dan siapa lawan bicaranya, lalu timbul ujaran-ujaran yang diungkapkan pada puisi
ini. Seperti ujaran pertanyaan atau ujaran yang menunjukkan siapa tokoh utama
dan siapa atau apa lawan bicara dari tokoh utama.
C. Kajian Stilistika
Menurut Abrams stilistika kesastraan merupakan sebuah metode analisis
karya sastra yang mengkaji berbagai bentuk dan tanda-tanda kebahasaan yang
digunakan seperti yang terlihat pada struktur lahirnya. Metode analisis ini menjadi
penting, karena dapat memberikan informasi tentang karakteristik khusus sebuah
karya sastra. Bahkan, menurut Wellek dan Warren, ia dapat memberikan manfaat
yang besar bagi studi sastra jika dapat menentukan prinsip yang mendasari
kesatuan karya sastra dan jika dapat menemukan suatu tujuan estetika umum yang
menonjol dalam sebuah karya sastra dari keseluruhan unsurnya.
Pada awalnya, langkah pertama dalam menganalisis stilistika adalah
mengamati devasi-deviasi seperti pengulangan bunyi inversi susunan kata,
susunan hierarki klausa, yang semuanya mempunyai fungsi estetis seperti
penekanan, atau membuat kejelasan atau justru kebalikannya: usaha estetis untuk
mengaburkan dan membuat makna menjadi tidak jelas
Keraf (2009 : 113) menyatakan bahwa gaya bahasa dapat dibatasi sebagai
cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan
jiwa dan kepribadian penulis (pemakain bahasa). Pernyataan tersebut secara
khusus mengarah pada kekhasan yang dimiliki oleh setiap penulis dalam
penggunaan bahasa dalam komunikasi yang dilakukan. Memang benar apa yang
4
5. diungkapkan Keraf, pada akhirnya, penggunaan bahasa dengan kekhususan
tertentu dapat mengantarkan seorang pemakain bahasa mencapai kekhasan bahasa
yang dimilikinya. Hal tersebut tentunya dengan suatu intensitas dan konsistensi
yang menyertainya. Sehingga tidak sedikit orang yang mampu menunjukkan gaya
bahasa yang khas yang berbeda dari bahasa yang digunakan orang pada
umumnya.
METODE PENELITIAN
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan objektif.
Pendekatan objektif merupakan pendekatan yang sangat mengutamakan
penyelidikan karya sastra berdasarkan kenyataan teks sastra itu sendiri. Hal-hal
yang diluar karya sastra walaupun masih ada hubungan dengan sastra dianggap
tidak perlu untuk dijadikan pertimbangan dalam menganalisis. Penelitian
dilakukan dengan pendekatan kualitatif dengan teknik pengolahan data analisis
deksriptif. Metode penelitian sastra yang digunakan adalah metode deskriptif
analisis. Metode penelitian deskriptif analisis merupakan metode yang dilakukan
dengan cara mendeskrisikan fakta-fakta, setelah itu disusul dengan melakukan
analisis.
Di dalam metode ini peneliti tidak hanya menguraikan, namun ia juga bisa
memberikan pemahaman dan penjelasan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah: 1) menentukan teks yang dipakai sebagai objek penelitian,
yaitu Antologi Puisi Sosial 51 Penyair Pilihan, Bangga Aku Jadi Rakyat
Indonesia; 2) menentukan fokus penelitian, yakni menelaah aspek stilistika dan
semiotika; 3) menganalisis objek penelitian; dan 4) menyusun dan membuat
laporan penelitian. Langkah-langkah analisis melalui pengkajian gaya bahasa
(stilistika) dan pemaknaan terhadap tanda (semiotika) yang ada dalam karya.
Analisis yang dilakukan akan melewati tiga tahap yaitu analisis aspek sintaksis,
analisis aspek semantik dan aspek pragmatik.
DESKRIPSI DATA
Data yang menjadi objek penelitian ini adalah puisi-puisi pada Antologi
Puisi Sosial 51 Penyair Pilihan, Bangga Aku Jadi Rakyat Indonesia. Dalam
antologi puisi ini terdapat 51 penyair dan terdapat tiga sampai empat buah puisi
dari tiap penyairnya. Puisi-puisi tersebut dikumpulkan berdasarkan tema-tema
yang sama. Pada penelitian ini, penulis akan menganalisis tiga puisi Soni Farid
Maulana yaitu Stasiun Kota Praja, Air Mata, dan Tulang Belakang.
HASIL PENELITIAN
Pada hasil penelitian ini penulis akan memaparkan sampel-sampel analisis
puisi melalui pendekatan semiotik dan stilistika. Pada tahap ini penulis akan
memaparkan tiga buah puisi karya Soni Farid Maulana yang akan dianalisis yaitu;
“Stasiun Kota Praja”, “Air Mata”, dan “Tulang Belakang”. Berikut ini adalah
pemaparannya.
5
6. 1. Puisi “Stasiun Kota Praja”
a. Deskripsi Data
Stasiun Kota Praja
Apa yang kau ingin dengan tatap matamu setajam
mata belati mengincar isi dompetku? Sungguh tak ada uang
selain bon utang, alamat lama, kawan masa silam
Sekali lagi apa yang kau ingin dengan tatap matamu itu?
Sungguh, aku tak akan lengah dengan dompetku, walau
tanganmu segarang maut menyabit nyawaku di situ
2010
b. Analisis Semiotik
Berdasarkan langkah-langkah pengkajian semiotik yang sudah
dipaparkan di dalam kajian teori, dalam mengkaji puisi di atas
menggunakan beberapa aspek yaitu berdasarkan aspek sintaksis, aspek
semantik, dan aspek pragmatik. Secara sintaksis, puisi di atas tersusun atas
rangkaian kata-kata dengan berbagai kategorinya. Puisi tersebut dapat
dibagi ke dalam satuan sintaksis yang lebih kecil untuk mempermudah
pemahaman. Satuan-satuan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut : /Apa
yang kau ingin dengan tatap matamu setajam mata belati mengincar isi
dompetku?/, /Sungguh tak ada uang, selain bon utang, alamat lama, kawan
masa silam/, /Sekali lagi apa yang kau ingin dengan tatap matamu itu?/,
/Sungguh, aku tak akan lengah dengan dompetku. walau tanganmu
segarang maut menyabit nyawaku di situ/.
Secara sintaksis puisi “Stasiun Kota Praja” memiliki dua bait yang
setiap baitnya terdiri atas dua kalimat. Kalimat pertama pada kedua bait
merupakan kalimat tanya. Kalimat tanya atau sering disebut kalimat
interogatif adalah kalimat yang isinya menanyakan sesuatu atau seseorang
(Damaianti. 2006: 106). Dalam kalimat pertama kedua bait puisi ini,
ditandai dengan kata tanya apa yang digunakan untuk menanyakan sesuatu.
Perasaan merasa diawasi dan kecurigaan si aku dalam puisi tersebut
tergambar jelas dalam kalimat pertama dan ketiga berikut ini : / Apa yang
kau ingin dengan tatap matamu setajam mata belati mengincar isi
dompetku?/,/ Sekali lagi apa yang kau ingin dengan tatap matamu itu?.
Pada kalimat kedua dalam bait pertama berikut ini: /Sungguh tak ada uang,
selain bon utang, alamat lama, kawan masa silam/, terlihat kepolosan si
aku dengan pengakuannya bahwa dia tidak memiliki sesuatu yang berharga.
Namun, si aku bukanlah seorang yang penakut dan menyerah begitu saja
dengan bahaya yang mungkin akan dihadapi. Kewaspadaannya tergambar
jelas dalam kalimat keempat, /Sungguh, aku tak akan lengah dengan
dompetku. walau tanganmu segarang maut menyabit nyawaku di situ/
Dikaji secara semantik, ada beberapa isotopi dalam puisi tersebut. Ada
isotopi tempat, kecurigaan, keluguan, kewaspadaan, kekejaman dan
kejahatan. Dari isotopi-isotopi tersebut dapat ditarik sebuah makna secara
6
7. garis besar bahwa puisi ini mengisahkan sebuah kecurigaan yang dirasakan
oleh si aku yang merasakan diawasi. Penggambaran suasana dalam puisi
tersebut digambarkan secara gamblang. Kejahatan yang merajalela akibat
dari kebobrokan moral sehingga kita harus selalu waspada dimana pun kita
berada.S
ecara pragmatik berdasarkan tanda dan penanda yang muncul, puisi
ini menceritakan sebuah suasana di Stasiun Kota Praja. Bukan hanya
suasana kesibukan orang-orang yang akan melakukan perjalanan, namun
terdapat kesibukan sekelompok orang yang melakukan kesempatan dalam
kesempitan. Kehidupan yang serba sulit ini, lengah sedikit saja kita di
tempat umum sudah habislah semua barang berharga kita. Pembaca puisi ini
diharapkan masuk ke dalam sebuah suasana tersebut, lewat penggambaran
yang menegangkan diharapkan pembaca dapat masuk merasakan apa yang
dirasakan si aku.
c. Analisis Stilistik
Kajian stilistik tidak hanya sekedar melihat gaya bahasa dalam arti
sempit yaitu bahasa figuratif atau majas. Namun dapat melangkah pada
satuan-satuan bahasa yang lebih detail. Analisis stilistik pada puisi ini,
terdapat majas hiperbol pada larik berikut: /Apa yang kau ingin dengan
tatap matamu setajam mata belati mengincar isi dompetku?/ dan /walau
tanganmu segarang maut menyabit nyawaku di situ/. Majas hiperbol yang
dihadirkan memang berfungsi untuk lebih menguatkan suasana tegang
karena kecurigaan si aku pada seseorang yang sedang mengamatinya. Larik
ini, /walau tanganmu segarang maut menyabit nyawaku di situ/ dapat
dikategorikan pula mengadung majas persamaan atau simile. Diksi
tanganmu diumpamakan seperti segarang maut menyabit nyawaku di situ.
Lebih menguatkan bahwa seseorang yang mengamati si aku benar-benar
orang yang kejam. Puisi ini menggunakan gaya bahasa yang dapat dipahami
karena langsung menjelaskan secara gamblang situasi suatu tempat yang
terjadi melalui penggambaran suasana yang dirasakan tokoh aku.
2. Puisi “Air Mata”
a. Deskripsi Data
Air Mata
Demi hukum dan HAM kau bela para koruptor
hingga titik darah penghabisan. Hmm, sungguhkah?
Tidak, tidak demi semua itu. Tapi demi segepok uang,
Demi asap dapurmu dan demi gizi anak-bini tuamu
Juga demi mobil barumu dan villa bini mudamu. Nun
di sebuah ranjang rumah sakit di jantung metropolitan
siapa yang menunggumu dengan empat sayap putih
tumbuh indah di pundaknya? Kau masih teler
2010
7
8. b. Analisis Semiotik
Puisi di atas mengisahkan seorang penyair kesal atas ketidakadilan
yang sering dilakukan dan kepentingan pribadi yang selalu diutamakan oleh
para pelaku hukum. Puisi ini bila dilihat dari judulnya “Air Mata” menjadi
sebuah ungkapan kekecewaan pada kondisi yang terjadi.
Bila dianalisis secara sintaksis, pada kalimat pertama penyair
mengatakan: /Demi hukum dan HAM kau bela para koruptor hingga titik
darah penghabisan/, menunjukkan penggambaran peran tokoh si “kau”.
Namun terdapat keraguan yang dirasakan penyair sehingga muncul kalimat,
“Hmm, sungguhkah?”. Akhirnya pernyataan pertama yang menggambarkan
peran si “kau” dibantah pada keterangan kalimat berikutnya, “Tidak, tidak
demi semua itu. Tapi demi segepok uang, demi asap dapurmu dan demi gizi
anak-bini tuamu. Juga demi mobil barumu dan villa bini mudamu”. Pada
kalimat terakhir: “Nun di sebuah ranjang rumah sakit di jantung
metropolitan siapa yang menunggumu dengan empat sayap putih tumbuh
indah di pundaknya? Kau masih teler, menjelaskan kondisi ketika si “aku”
terlena dengan keserakahannya sampai melupakan kuasa Yang Maha Kuasa.
Kuasa yang suatu saat akan mencabut segala yang dia punya termasuk
nyawanya.
Bila dikaji secara semantik, ada beberapa hal yang menjadi menarik
untuk dibahas. Ada beberapa pilihan kata seperti kata yang dijadikan judul
puisi ini “Air Mata”, air mata disini bukan hanya bermakna air yang keluar
dari mata tetapi memiliki makna jauh lebih dari itu. Air mata dapat
bermakna sebuah kekecewaan, kekesalan atau kesedihan. Dalam puisi ini
jelas air mata yang dimaksud adalah sebuah kekesalan terhadap pelaku
yang seharusnya bisa mengayomi masyarakat namun malah mencurangi
dengan segala keserakahannya.
Dalam puisi tersebut terdapat beberapa isotopi yaitu isotopi
perjuangan, keraguan, penolakan, kemanusiaan, keserakahan, dan
ancamana. Jadi secara umum dapat ditarik makna bahwa keserakahan dapat
menimbulkan suatu tindakan yang bertentangan dengan yang seharusnya
diperbuat dan menghalalkan segala cara demi meraih keuntungan pribadi
tanpa memikirkan akibat dari perbuatannya.
Secara pragmatik, puisi ini menjelaskan kekesalan dari penyair
terhadap prilaku para pelaku hukum. Ketidakadilan yang sering dilakukan
dan kepentingan pribadi yang selalu diutamakan oleh para pelaku hukum.
Pembaca puisi ini diharapkan terbuka pikirannya, betapa pentingnya kita
menjalankan suatu kewajiban dengan benar. Selalu ingat sang Maha
Penguasa selalu mengawasi kita dan kematian pasti akan datang. Sehingga
jangan terlalu terlena dengan keserakahan yang dapat membuat kita lupa
pada Maha Kuasa.
c. Analisis Stilistik
Gaya bahasa dalam puisi ini sangat sederhana sehingga mudah untuk
dipahami. Terdapat majas hiperbol pada larik pertama, /Demi hukum dan
HAM kau bela para koruptor hingga titik darah penghabisan/, majas
hiperbol pada larik ini bertujuan untuk melebih-lebihkan sesuatu yang
8
9. dikerjakan oleh si “kau” namun akhirnya ini menjadi sebuah sindiran atau
disebut dengan majas ironi. Karena di kalimat berikutnya digambarkan
keserakan yang dilakukan si “kau”. Selain itu di larik terakhir: “Nun di
sebuah ranjang rumah sakit di jantung metropolitan siapa yang
menunggumu dengan empat sayap putih tumbuh indah di pundaknya?/ .
terdapat diksi empat sayap putih tumbuh indah di pundaknya yang
menggantikan sebagai sebutan kepada malaikat khususnya malaikat
pencabut nyawa karena larik sebelumnya mengatakan: Nun di sebuah
ranjang rumah sakit di jantung metropolitan siapa yang menunggumu.
3. Puisi “Tulang Belakang”
a. Deskripsi Data
Tulang Belakang
Puisi adalah indah matamu di sisiku.
Tidak, ia adalah luka bakar
Dalam hati si miskin,
Gelombang banjir, lautan sampah,
lakon edan orang berduit
di gedung-gedung pemerintahan,
para penegak hukum mati kutu karenanya,
Tidak, ia adalah kau yang merasa cerdas,
padahal kau tak berguna bagi siapa pun,
selain parasit, semacam lintah,
atau buaya darat, ah malah
serupa iblis keparat. Tidak,
ia adalah mulut kerasmu
mengutuki berbagai proyek kesenian,
yang dengan itu
kau berdiri dalam barisan paling depan,
mengajukan proposal temu kreatif para demit:
demi perbaikan gizi anak-binimu. Hhhhmmmmm,
Puisi bukan semua itu, ia adalah nyeri kematian,
yang sejak lahir mengincar kita dari arah
tulang belakang. Dan kau, cintaku,
di sisiku, mendaras ayat kursi.
2011
b. Analisis Semiotik
Dalam puisi di atas Soni Farid Maulana ingin mengungkapkan makna
dari sebuah kata puisi. Di awal larik penyair mengatakan: /Puisi adalah
indah matamu di sisiku/. Namun di larik berikutnya terdapat pertengkaran
batin si penyair, sehingga puisi tersebut membentuk suatu monolog. Secara
sintaksis, larik kedua sampai larik terakhir merupakan keterangan dari
subjek. Kata puisi yang menjadi subjek mengalami pelesapan sehingga
menggunakan kata ganti ia. Pertama, batinnya mengatakan: /Tidak, ia
adalah luka bakar dalam hati si miskin/, /gelombang banjir/, /lautan
sampah/, /lakon edan orang berduit di gedung-gedung pemerintahan/, /para
penegak hukum mati kutu karenanya/. Keterangan subjek lebih mengarah
9
10. pada kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh keserakahan manusia.
Kedua, batinnya mengatakan: /Tidak, ia adalah kau yang merasa cerdas,
padahal kau tak berguna bagi siapa pun, selain parasit, semacam lintah,
atau buaya darat, ah malah serupa iblis keparat/. Keterangan subjek
mengarah pada keterangan sifat manusia yang sombong dan licik. Ketiga,
batinnya mengatakan: / Tidak, ia adalah mulut kerasmu mengutuki berbagai
proyek kesenian, yang dengan itu kau berdiri dalam barisan paling depan,
mengajukan proposal temu kreatif para demit: demi perbaikan gizi anak-binimu/.
Keterangan subjek mengarah pada kelicikan seorang yang serakah
demi kepentingannya pribadi. Di akhir larik penyair mengatakan penolakan
terhadap pendapat-pendapat batinnya, /Puisi bukan semua itu, ia adalah
nyeri kematian, yang sejak lahir mengincar kita dari arah tulang belakang.
Dan kau, cintaku, di sisiku, mendaras ayat kursi/.
Bila dikaji secara semantik, larik /puisi adalah indah di matamu/ ingin
menggambarkan bahwa puisi itu merupakan sesuatu yang indah. Namun
dalam kenyataannya sesuatu yang indah belum tentu indah. Sehingga
terdapat dalam diri penyair sendiri sebuah kegalauan mengenai makna dari
sebuah puisi. Diksi puisi dalam puisi ini dapat diartikan seperti kehidupan.
Kehidupan yang terlihat indah dan terkadang melenakan ini sebenarnya
hanya bersifat semu. Pada kenyataannya kehancuran terjadi dimana-mana
akibat dari keserakahan yang hanya mementingkan diri sendiri.
Diksi Tulang Belakang yang menjadi judul dalam puisi ini pun
memiliki makna lebih dari tulang belakang yang berfungsi sebagai
penyokong tubuh. Dalam puisi ini tulang belakang bisa berarti sebuah
prinsip hidup. Kehidupan yang melenakan selalu menyerang kita mulai dari
prinsip hidup yang menjadi pegangan.
Dalam puisi tersebut terdapat beberapa isotopi, seperti isotopi
pernyataan, isotopi penolakan, isotopi kegalauan, isotopi kejahatan, isotopi
keserakahan, isotopi penderitaan, isotopi kerusakan, isotopi bencana, isotopi
kemanusiaan dan isotopi kecurangan. Jadi secara umum dapat ditarik makna
bahwa kehidupan yang terlihat indah belum tentu indah dalam kenyataanya.
Secara pragmatik setelah melihat tanda dan penanda yang terdapat
pada puisi ini, mengisahkan kegalauan si “aku” memaknai kata “puisi” yang
berarti kehidupan. Pembaca puisi ini diharapkan dapat ikut merenungkan
makna dari sebuah kehidupan itu apa. Karena kehidupan yang terlihat indah
dan terkadang melenakan ini sebenarnya hanya bersifar semu.
c. Analisis Stilistik
Puisi di atas dalam penggunaan gaya bahasa dan diksi-diksinya sangat
menarik. Rangkaian kata-kata dalam puisi ini membentuk sebuah monolog
si penyair dengan batinnya. Diksi Tulang Belakang yang menjadi judul
dalam puisi ini pun memiliki makna lebih dari tulang belakang, dalam puisi
ini tulang belakang dapat diartikan seperti kehidupan. Puisi ini banyak
sekali menggunakan majas sindiran atau ironi, seperti dalam larik berikut:
/Tidak, ia adalah kau yang merasa cerdas, padahal kau tak berguna bagi
siapa pun, selain parasit, semacam lintah, atau buaya darat, ah malah
serupa iblis keparat/.
10
11. PEMBAHASAN
A. Kritik Sosial terhadap Kebobrokan Moral: Tinjauan Semiotik Antologi
Puisi Sosial 51 Penyair Pilihan, Bangga Aku Jadi Rakyat Indonesia
Puisi merupakan suatu ungkapan yang bermedium bahasa. Kata-kata
merupakan unsur yang cukup penting dalam puisi. Suatu pemilihan kata yang
tepat akan sangat membantu kualitas dari puisi.
Berawal dari analisis puisi-puisi yang ada dalam Antologi Puisi Sosial 51
Penyair Pilihan, Bangga Aku Jadi Rakyat Indonesia melalui pendekatan
semiotika dan stilistika, penulis menemukan beberapa hal yang dapat diambil.
Hal-hal tersebut berkaitan dengan tanda-tanda dan gaya bahasa yang
dimunculkan oleh puisi-puisi Soni Farid Maulana.
Analisis semiotik pada puisi-puisi tersebut bertujuan untuk mengungkap
tanda dan petanda yang terdapat dalam puisi. Pengungkapan tanda ini
dimaksudkan agar pembaca dapat menafsirkan suatu makna yang terkandung
dalam puisi. Pengungkapan tanda-tanda tersebut melahirkan berbagai isotopi
yang kemudian memunculkan tema dalam puisi. Tema ini menjadi sebuah
unsur dalam puisi agar pembaca dapat memaknai puisi tersebut.
Puisi-puisi dalam Antologi Puisi Sosial 51 Penyair Pilihan, Bangga Aku
Jadi Rakyat Indonesia ini memiliki tema yang hampir sama yaitu sebuah
kritik sosial terhadap suatu kondisi sosial masyarakat. Pada Antologi puisi ini
Soni Farid Maulana memasukan empat buah puisi yaitu Tulang Belakang,
Stasiun Kota Praja, Air Mata dan Sirte.
Setelah dilakukan analisis semiotik terhadap puisi-puisi yang terdapat
dalam Antologi Puisi Sosial 51 Penyair Pilihan, Bangga Aku Jadi Rakyat
Indonesia, didapatkan peta kesamaan dari puisi-puisi yang ada dalam antologi
tersebut. Peta kesamaan ini lebih didasarkan pada analisis semiotik yang lebih
khusus diorientasikan pada pengungkapan tematik puisi. Tema-tema yang
dimunculkan dalam antologi puisi ini banyak memiliki kesamaan yaitu
tentang kondisi sosial masyarakat. Sehingga dengan adanya peta kesamaan
tema tersebut dapat mempermudah dalam proses pengkajian antologi puisi
ini.
Dari hasil analisis telah didapatkan bahwa tema-tema seputar kritik sosial
lewat penggambaran secara langsung sangat mendominasi puisi-puisi dalam
Antologi Puisi Sosial 51 Penyair Pilihan, Bangga Aku Jadi Rakyat Indonesia.
Soni Farid Maulana menggunakan penggambaran kondisi sosial secara
langsung dan benar-benar real.
Dalam puisi Stasiun Kota Praja mengandung tema kritik sosial. Puisi ini
menceritakan sebuah suasana di Stasiun Kota Praja. Bukan hanya suasana
kesibukan orang-orang yang akan melakukan perjalanan, namun terdapat
kesibukan sekelompok orang yang melakukan kesempatan dalam kesempitan.
Sebuah potret kehidupan yang mencerminkan kebobrokan moral manusia. Di
tempat itu dikisahkan seseorang yang merasakan diawasi. Kecurigaannya
datang ketika seseorang menatapnya dengan tajam seperti mengincar sesuatu
yang dia miliki.
11
12. Tanda- tanda kecurigaan ini dimunculkan pada larik pertama dan
ketiga, /Sekali lagi apa yang kau ingin dengan tatap matamu itu?/ dan /Apa
yang kau ingin dengan tatap matamu setajam mata belati mengincar isi
dompetku?/. Tanda- tanda kejahatan dan kegarangan dimunculkan pada larik
terakhir, /walau tanganmu segarang maut menyabit nyawaku di situ/.
Dalam puisi Air Mata pun mengandung kritik sosial. Penggambaran
kondisi sosial digambarkan secara jelas. Puisi ini mengisahkan seorang
penyair kesal atas ketidakadilan yang sering dilakukan dan kepentingan
pribadi yang selalu diutamakan oleh para pelaku hukum. Puisi ini bila dilihat
dari judulnya “Air Mata” menjadi sebuah ungkapan kekecewaan pada kondisi
yang terjadi.
Diksi air mata disini bukan hanya bermakna air yang keluar dari mata
tetapi memiliki makna jauh lebih dari itu. Air mata dapat bermakna sebuah
kekecewaan, kekesalan atau kesedihan. Dalam puisi ini jelas air mata yang
dimaksud adalah sebuah kekesalan terhadap pelaku yang seharusnya bisa
mengayomi masyarakat namun malah mencurangi dengan segala
keserakahannya.
Tema- tema kritik sosial terhadap kebobrokan moral muncul juga pada
puisi Tulang Belakang. Puisi ini ingin menggambarkan bahwa puisi itu
merupakan sesuatu yang indah. Namun dalam kenyataannya sesuatu yang
indah belum tentu indah. Sehingga terdapat dalam diri penyair sendiri sebuah
kegalauan mengenai makna dari sebuah puisi. Diksi puisi dalam puisi ini
dapat diartikan seperti kehidupan. Kehidupan yang terlihat indah dan
terkadang melenakan ini sebenarnya hanya bersifat semu. Pada kenyataannya
kehancuran terjadi dimana-mana akibat dari keserakahan yang hanya
mementingkan diri sendiri.
Dalam puisi ini gambaran mengenai kerusakan, keserakahan
digambarkan secara gamblang. Tanda- tanda kerusakan ini dimunculkan pada
larik berikut: /Tidak, ia adalah luka bakar dalam hati si miskin/, /gelombang
banjir/, /lautan sampah/, /lakon edan orang berduit di gedung-gedung
pemerintahan/, /para penegak hukum mati kutu karenanya/. Lalu tanda- tanda
keserakahan dimunculkan pada larik berikut: Tidak, ia adalah kau yang
merasa cerdas, padahal kau tak berguna bagi siapa pun, selain parasit,
semacam lintah, atau buaya darat, ah malah serupa iblis keparat/ dan /
Tidak, ia adalah mulut kerasmu mengutuki berbagai proyek kesenian, yang
dengan itu kau berdiri dalam barisan paling depan, mengajukan proposal
temu kreatif para demit: demi perbaikan gizi anak-binimu/.
Secara garis besarnya puisi-puisi karya Soni Farid Maulana dalam
Antologi Puisi Sosial 51 Penyair Pilihan, Bangga Aku Jadi Rakyat Indonesia
ini mengangkat tema-tema tentang kritik sosial. Kritik sosial ini diungkapkan
melalui gambaran yang sederhana dan benar-benar real digambarkan
bagaimana kebobrokan moral manusia. Hal ini membantu kita sebagai
pembacanya mudah memahami isi dari puisi-puisi tersebut.
12
13. B. Sindiran sebagai Penegas Sebuah Kritik Sosial terhadap Kebobrokan
Moral: Tinjauan Stilistika Antologi Puisi Sosial 51 Penyair Pilihan,
Bangga Aku Jadi Rakyat Indonesia
Dalam karya sastra, gaya bahasa memiliki peran yang sangat penting
untuk mencapai tingkat estetika tertentu. Terkait dengan penggunaan gaya
bahasa dalam puisi, orang sering kali memahaminya sebagai penggunaan
bahasa kias atau sering juga orang menyebutnya majas. Stilistika sebagai
suatu ilmu yang mempelajari gaya bahasa menjadi pilihan yang dipakai oleh
penyair dalam memperindah penyampaian gagasan dalam puisi.
Analisis terhadap puisi-puisi yang ada dalam Antologi Puisi Sosial 51
Penyair Pilihan, Bangga Aku Jadi Rakyat Indonesia secara stilistik
didapatkan berbagai gaya yang dieksplorasi. Majas sebagai bagian dari gaya
bahasa ada dalam setiap puisi. Eksplorasi majas terkait dengan pilihan-pilihan
seperti diksi.
Sebagian besar puisi- puisi dalam Antologi Puisi Sosial 51 Penyair
Pilihan, Bangga Aku Jadi Rakyat Indonesia menggunakan diksi-diksi yang
sederhana sehingga mudah untuk dipahami. Penggambaran kondisi sosial
yang terdapat pada puisi-puisi Soni Farid Maulana dalam antologi tersebut
digambarkan secara gamblang.
Puisi-puisi dalam antologi puisi ini pun tak terlepas dari majas yang
memperindah puisi. Dalam KBBI Luar Jaringan Versi 1.5 mencatat bahwa
majas adalah cara melukiskan sesuatu dengan jalan menyamakannya dengan
sesuatu yang lain atau disebut juga kiasan. Bahasa kiasan ada bermacam-macam,
namun meskipun bermacam- macam, mempunyai sesuatu hal (sifat)
yang umum, yaitu bahasa-bahasa kiasan tersebut mempertalikan sesuatu
dengan cara menghubungkannya dengan sesuatu yang lain (Altenbernd dalam
Pradopo, 1970: 15).
Majas-majas yang dominan muncul yaitu majas hiperbol dan majas ironi.
Majas hiperbol merupakan gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan
yang berlebihan, dengan membesar-besarkan sesuatu hal. Sedangkan majas
ironi merupakan gaya bahasa yang menjadi acuan yang ingin mengatakan
sesuatu dengan makna atau maksud berlainan dari apa yang terkandung
dalam rangkaian kata-katanya.
Majas hiperbol dan majas ironi dalam puisi-puisi Soni Farid Maulana in
bertujuan untuk lebih menegaskan hal yang ingin diungkapkan berkaitan
dengan tema-tema kritik sosial yang terdapat dalam Antologi Puisi Sosial 51
Penyair Pilihan, Bangga Aku Jadi Rakyat Indonesia .
13
14. SIMPULAN
Dari pengkajian-pengkajian yang dilakukan di awal dapat disimpulkan
beberapa hal yaitu sebagai berikut:
1. Pada pengkajian secara semiotik puisi-puisi karya Soni Farid Maulana dalam
Antologi Puisi Sosial 51 Penyair Pilihan, Bangga Aku Jadi Rakyat Indonesia
banyak didominasi oleh tema-tema tentang kritik terhadap kondisi sosial yang
terjadi pada suatu masyarakat. Hal ini karena antologi puisi tersebut adalah
antologi puisi yang bertemakan sama yaitu tentang kondisi sosial masyarakat.
2. Pada pengkajian secara stilistik puisi-puisi karya Soni Farid Maulana dalam
Antologi Puisi Sosial 51 Penyair Pilihan, Bangga Aku Jadi Rakyat Indonesia
terdapat beberapa pemakaian diksi-diksi yang menarik dan dominan
menggunakan majas hiperbol untuk lebih menegaskan hal yang ingin
diungkapkan serta majas ironi atau sindiran karena majas ini berkaitan
dengan tema-tema kritik sosial yang terdapat dalam puisi-puisi Soni Farid
Maulana.
DAFTAR PUSTAKA
Damaianti, Viesmaia S. Dan Nunung Sitaresmi. 2005. Sintaksis Bahasa
Indonesia. Bandung: Pusat Studi Literasi.
Keraf, G. (2009). Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta : Gramedia.
Maulida,Avira.N. (2012). Hakikat Puisi. [Online]. Tersedia:
[http://duniaevira.blogspot.com/2012/05/hakikat-puisi.html] yang direkam
pada 17 Mei 2012. [3 Januari 2014]
Nugroho, Rudi A. (2013). CINTA, ALAM, DAN INTERTEKS: Tinjauan Semiotik
dan Stilistik terhadap Antologi Puisi Situ Waktu. Jurnal. Bandung.
Pradopo, R.D. (2010). Pengkajian Puisi. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press.
Ramlan. 2005. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta: C.V. Karyono.
Wellek, Rene dan Austin Warren. (1990) Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.
14