SlideShare a Scribd company logo
SINDIRAN SEBAGAI PENEGAS KRITIK SOSIAL TERHADAP 
KEBOBROKAN MORAL: 
Tinjauan Semiotik dan Stilistik terhadap Antologi Puisi Sosial 51 Penyair 
Pilihan, Bangga Aku Jadi Rakyat Indonesia 
oleh: 
Desi Sri Cahyani 
Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap aspek semiotik 
dan stilistik Antologi Puisi Sosial 51 Penyair Pilihan, Aku Bangga Jadi 
Rakyat Indonesia. Proses pengkajian puisi ini menggunakan 
pendekatan stilistika dan semiotika. Pada penelitian ini menggunakan 
pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan adalah metode 
deskriptif kualitatif, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis puisi 
menggunakan pendekatan semiotika dan stilistika. Pada puisi-puisi 
Soni Farid Maulana dalam Antologi Puisi Sosial 51 Penyair pilihan, 
Bangga Aku Jadi Rakyat Indonesia secara semiotik didominasi oleh 
tema-tema tentang kritik sosial terhadap kondisi sosial yang terjadi 
pada suatu masyarakat. Kritik sosial yang dimunculkan lewat 
penggambaran diri si “aku” dengan kondisi sosialnya. Dalam aspek 
stilistika terdapat beberapa penggunaan diksi-diksi yang menarik dan 
majas ironi serta majas hiperbol sangat dominan. Kritik sosial terhadap 
kebobrokan moral yang terjadi di masyarakat sangat tergambar jelas 
melalui penggambaran yang sederhana. 
Kata Kunci: puisi, semiotika, stilistika, kritik sosial, kebobrokan 
moral 
PENDAHULUAN 
Bahasa merupakan medium utama dari karya sastra. Bahasa sebagai ujaran 
yang dihasilkan dari alat ucap manusia mengandung suatu kekuatan tanda di 
dalamnya. Kekuatan tanda itu muncul dari hubungan tanda dengan tanda 
(sintaksis), hubungan tanda dengan maknanya (semantik), dan hubungan tanda 
dengan pengguna (pragmatik). 
Begitu juga dengan puisi yang menggunakan medium bahasa sebagai alat 
penyampaiannya. Puisi merupakan salah satu genre sastra yang memiliki tingkat 
kepekatan yang tinggi dalam penggunaan tanda karena hakekat puisi adalah 
ekspresi tidak langsung. Hakikat ini terkait dengan penyampaian suatu hal melalui 
atau dengan sesuatu hal yang lain. Kehadiran puisi tidak terlepas dari makna 
simbol-simbol (kata-kata) yang terkandung dalam puisi tersebut serta 
hubungannya dengan hal-hal atau kejadian-kejadian di luar sastra. Oleh karena 
itu, puisi perlu ditinjau dari segi hermeneutik atau keterkaitkan antara simbol-simbol 
yang terkandung dalam sebuah karya sastra dengan hal-hal yang ada di 
luar sastra. 
Berawal dari pernyataan-pernyataan di atas, Antologi Puisi Sosial 51 
Penyair Pilihan, Bangga Aku Jadi Rakyat Indonesia yang merupakan kumpulan 
puisi dari 51 penyair ini menggambarkan kehidupan masyarakat yang dirangkai 
dalam kata-kata berbentuk puisi. Yang menarik untuk dikaji antologi puisi ini 
1
memiliki tema-tema yang hampir sama yaitu tentang kondisi sosial suatu 
masyarakat. 
Dari pemaparan tersebut, ada dua permasalahan yang dibahas dalam 
penelitian ini. Yang pertama adalah menganalisis dari aspek semiotik dan yang 
kedua dari aspek stilistik pada puisi-puisi karya Soni Farid Maulana dalam 
Antologi Puisi Sosial 51 Penyair Pilihan, Bangga Aku Jadi Rakyat Indonesia. 
Penelitian ini bertujuan untuk mengupas aspek-aspek semiotik dan stilistik yang 
terdapat dalam Antologi Puisi ini. 
KAJIAN TEORI 
A. Hakikat Puisi 
Puisi pada hakikatnya adalah suatu pernyataan perasaan dan pandangan 
hidup seorang penyair yang memandang satu peristiwa alam dengan ketajaman 
perasaannya. Perasaan yang tajam inilah yang menggetar rasa hatinya, yang 
menimbulkan semacam gerak dalam daya rasanya. Lalu ketajaman tanggapan ini 
berpadu dengan sikap hidupnya mengalir melalui bahasa, menjadilah ia sebuah 
puisi, satu pengucapan seorang penyair. 
Hingga saat ini, tidak ada definisi yang baku mengenai apa itu puisi. Banyak 
ahli-ahli sastra yang memberikan definisi puisi.Namun, seperti yang dikemukakan 
oleh Shahnon Ahmad (dalam Pradopo.2010:7) bahwa bila unsur-unsur dari 
pendapat-pendapat itu dipadukan, maka akan didapat garis-garis besar tentang 
pengertian puisi yang sebenarnya. Unsur-unsur tersebut dapat berupa: emosi, 
imajinasi, pemikiran, ide, nada, irama, kesan pancaindera, susunan kata, kata-kata 
kiasan, kepadatan, dan perasaaan yang bercampur-baur. Sehingga dapat 
disimpulkan ada tiga unsur yang pokok. Pertama, hal yang meliputi pemikiran, 
ide, atau emosi; kedua, bentuknya; dan ketiga ialah kesannya. 
Hakikat puisi ialah apa yang menyebabkan puisi itu disebut puisi. Puisi 
merupakan karya seni (mengandung unsur estetik) yang unsur seni dominannya 
mengandalkan keindahan kata, gaya bunyi, gaya kata, gaya kalimat, wacana dan 
tipografinya. Kepuitisan dapat dicapai dengan bermacam-macam cara, misalnya 
dengan bentuk visual: tipografi, susunan bait; dengan bunyi: persajakan, asonansi, 
aliterasi, kiasan bunyi, lambang rasa, dan orkestrasi; dengan pemilihan kata 
(diksi), bahasa kiasan, sarana retorika, unsur-unsur ketatabahasaan, gaya bahasa 
dan sebagainya. Dalam mencapai kepuitisan itu penyair menggunakan banyak 
cara sekaligus secara bersamaan untuk mendapatkan jaringan efek puitis yang 
sebanyak-banyaknya, yang lebih besar daripada pengaruh beberapa komponen 
secara terpisah penggunaannya. Antara unsur pernyataan (ekspresi), sarana 
kepuitisan, yang satu dengan yang lainnya saling membantu, saling memperkuat 
dengan kesejajarannya ataupun pertentangannya, semuanya itu untuk 
mendapatkan kepuitisan yang seefektif mungkin, seintensif mungkin (Pradopo. 
2010: 13). 
Ada tiga aspek yang perlu diperhatikan untuk mengerti hakikat puisi, antara 
lain : 
1. Fungsi Estetik 
Dalam sebuah karya sastra khususnya puisi, fungsi estetiknya dominan dan 
di dalamnya ada unsur-unsur estetik. Unsur-unsur keindahan ini merupakan 
2
unsur-unsur kepuitisan, misalnya persajakan, diksi (pilihan kata), irama dan gaya 
bahasa. Gaya bahasa meliputi semua penggunaan bahasa secara khusus untuk 
mendapatkan efek tertentu, yaitu efek estetika atau aspek kepuitisannya. Jenis-jenis 
gaya bahasa itu meliputi semua aspek bahasa, yaitu bunyi, kata, kalimat dan 
wacana yang dipergunakan secara khusus untuk mendapatkan efek tertentu itu 
(Pradopo. 2010: 315). 
2. Kepadatan 
Karya sastra berupa puisi menjadi berbeda dengan karya sastra lain seperti 
prosa dan drama karena terdapat aktivitas pemadatan. Puisi merupakan ekspresi 
esensi, tidak semua peristiwa diceritakan panjang lebar oleh penyairnya. Hanya 
inti masalah, peristiwa atau inti cerita dan esensi yang dikemukakan dalam puisi. 
3. Ekspresi Tidak Langsung 
Ekspresi tidak langsung dapat berupa kiasan. Riffaterre (dalam Pradopo. 
2010: 318) mengemukakan bahwa sepanjang waktu, dari waktu ke waktu, puisi 
itu selalu berubah. Perubahan ini disebabkan oleh evolusi selera dan perubahan 
konsep estetik. Akan tetapi, satu hal yang tidak berubah, yaitu puisi itu 
mengucapkan sesuatu secara tidak langsung. Ucapan tidak langsung ialah 
menyatakan suatu hal dengan arti lain. Ketidaklangsungan ekspresi ini 
disebabkan oleh tiga hal yaitu (1) penggantian arti (displacing of meaning), (2) 
penyimpangan atau pemencongan arti (distorting of meaning), dan (3) penciptaan 
arti (creating of meaning). 
B. Kajian Semiotika 
Peirce merupakan seorang ahli filsafat atau logika. Istilah semiotika dia 
munculkan sebagai padanan kata untuk logika. Menurut Peirce logika 
mempelajari cara bernalar dan sesuai dengan hipotesisnya, penalaran dilakukan 
melalui tanda-tanda. 
Semiotika merupakan suatu cabang ilmu yang mempelajari tanda. Peirce 
mengklasifikasikan tanda menjadi beberapa kategori yang berdasar pada beberapa 
hal. Klasifikasi yang dimunculkan oleh Peirce dikenal dengan konsep triadiknya. 
Klasifikasi trikotomi yang pertama, Peirce membagi tanda berdasarkan 
representamen (tanda itu sendiri) menjadi qualisign, sinsign, dan legisign (Noth 
dalam Nugroho). Qualisign adalah suatu kualitas yang merupakan tanda, 
walaupun pada dasarnya ia belum dapat menjadi tanda sebelum mewujud. Sinsign 
adalah suatu hal yang ada (exist) secara aktual yang berupa tanda tunggal. 
Legisign adalah suatu hukum (law), seperangkat kaidah atau prinsip yang 
merupakan tanda; setiap tanda konvensional kebahasaan (Budiman dalam 
Nugroho). 
Trikotomi yang kedua didasarkan pada hubungan tanda dengan objeknya. 
“This tricotomy classifies signs with respect to the relation between the 
representamen and object” (Noth dalam Nugroho). Pada klasifikasi ini, terdapat 
ikon, indeks, dan simbol. Ikon hubungan karena keserupaan, indeks berdasarkan 
hubungan sebab akibat, dan simbol hubungan berdasarkan kesepakatan (Ratna 
dalam Nugroho). 
Lebih lanjut, ikon dibagi lagi menjadi beberapa macam yaitu citra, diagram, 
dan metafora. Citra atau imaji adalah tanda yang secara langsung bersifat ikonis, 
3
yang menampilkan kualitas-kualitas simpel seperti dapat dilihat pada gambar dan 
karya seni rupa pada umumnya. Macam ikon yang kedua adalah diagram. 
Diagram adalah ikon yang menampilkan relasi-relasi, terutama relasi diadik atau 
yang kurang lebih demikian, di antara bagian-bagiannya sendiri. Jenis ikon yang 
ketiga adalah metafora. Jenis ini merupakan suatu meta-tanda (metasign) yang 
ikonisitasnya berdasarkan pada kemiripan atau similaritas di antara objek-objek 
dari dua tanda simbolis (Budiman dalam Nugroho). 
Menurut Zaimar (1991), analisis semiotika terhadap karya sastra sebaiknya 
dimulai dengan analisis bahasa dan menggunakan langkah-langkah seperti dalam 
tataran linguistik wacana. Pertama, menganalisis aspek sintaksis. Kedua, 
menganalisis aspek semantik. Ketiga, menganalisis aspek pragmatik. 
Analisis aspek sintaksis mengungkapkan hubungan tanda yang satu dengan 
tanda yang lain dalam satu karya tersebut. Analisis sintaksis ini lebih mengarah 
kepada bentuk-bentuk kata yang digunakan. Selain itu dapat juga diarahkan pada 
kedudukan dan fungsi dari kata atau frasa tersebut dalam suatu ujaran (kalimat). 
Analisis aspek ini akan menghasilkan suatu pemahaman terhadap kedudukan 
suatu tanda di antara tanda-tanda yang lain dengan mengetahui fungsi masing-masing 
tanda tersebut. 
Dalam menganalisis aspek semantik, hal pertama yang harus dilakukan 
adalah analisis komponen makna kata yang terdapat dalam puisi. Lalu, analisis 
dilanjutkan dengan penemuan isotopi hingga motif pun akan diketahui, bahkan 
tema pun kemungkinan besar dapat ditemukan. 
Analisis pragmatik lebih mengungkapkan siapa tokoh utama dalam puisi ini 
dan siapa lawan bicaranya, lalu timbul ujaran-ujaran yang diungkapkan pada puisi 
ini. Seperti ujaran pertanyaan atau ujaran yang menunjukkan siapa tokoh utama 
dan siapa atau apa lawan bicara dari tokoh utama. 
C. Kajian Stilistika 
Menurut Abrams stilistika kesastraan merupakan sebuah metode analisis 
karya sastra yang mengkaji berbagai bentuk dan tanda-tanda kebahasaan yang 
digunakan seperti yang terlihat pada struktur lahirnya. Metode analisis ini menjadi 
penting, karena dapat memberikan informasi tentang karakteristik khusus sebuah 
karya sastra. Bahkan, menurut Wellek dan Warren, ia dapat memberikan manfaat 
yang besar bagi studi sastra jika dapat menentukan prinsip yang mendasari 
kesatuan karya sastra dan jika dapat menemukan suatu tujuan estetika umum yang 
menonjol dalam sebuah karya sastra dari keseluruhan unsurnya. 
Pada awalnya, langkah pertama dalam menganalisis stilistika adalah 
mengamati devasi-deviasi seperti pengulangan bunyi inversi susunan kata, 
susunan hierarki klausa, yang semuanya mempunyai fungsi estetis seperti 
penekanan, atau membuat kejelasan atau justru kebalikannya: usaha estetis untuk 
mengaburkan dan membuat makna menjadi tidak jelas 
Keraf (2009 : 113) menyatakan bahwa gaya bahasa dapat dibatasi sebagai 
cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan 
jiwa dan kepribadian penulis (pemakain bahasa). Pernyataan tersebut secara 
khusus mengarah pada kekhasan yang dimiliki oleh setiap penulis dalam 
penggunaan bahasa dalam komunikasi yang dilakukan. Memang benar apa yang 
4
diungkapkan Keraf, pada akhirnya, penggunaan bahasa dengan kekhususan 
tertentu dapat mengantarkan seorang pemakain bahasa mencapai kekhasan bahasa 
yang dimilikinya. Hal tersebut tentunya dengan suatu intensitas dan konsistensi 
yang menyertainya. Sehingga tidak sedikit orang yang mampu menunjukkan gaya 
bahasa yang khas yang berbeda dari bahasa yang digunakan orang pada 
umumnya. 
METODE PENELITIAN 
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan objektif. 
Pendekatan objektif merupakan pendekatan yang sangat mengutamakan 
penyelidikan karya sastra berdasarkan kenyataan teks sastra itu sendiri. Hal-hal 
yang diluar karya sastra walaupun masih ada hubungan dengan sastra dianggap 
tidak perlu untuk dijadikan pertimbangan dalam menganalisis. Penelitian 
dilakukan dengan pendekatan kualitatif dengan teknik pengolahan data analisis 
deksriptif. Metode penelitian sastra yang digunakan adalah metode deskriptif 
analisis. Metode penelitian deskriptif analisis merupakan metode yang dilakukan 
dengan cara mendeskrisikan fakta-fakta, setelah itu disusul dengan melakukan 
analisis. 
Di dalam metode ini peneliti tidak hanya menguraikan, namun ia juga bisa 
memberikan pemahaman dan penjelasan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam 
penelitian ini adalah: 1) menentukan teks yang dipakai sebagai objek penelitian, 
yaitu Antologi Puisi Sosial 51 Penyair Pilihan, Bangga Aku Jadi Rakyat 
Indonesia; 2) menentukan fokus penelitian, yakni menelaah aspek stilistika dan 
semiotika; 3) menganalisis objek penelitian; dan 4) menyusun dan membuat 
laporan penelitian. Langkah-langkah analisis melalui pengkajian gaya bahasa 
(stilistika) dan pemaknaan terhadap tanda (semiotika) yang ada dalam karya. 
Analisis yang dilakukan akan melewati tiga tahap yaitu analisis aspek sintaksis, 
analisis aspek semantik dan aspek pragmatik. 
DESKRIPSI DATA 
Data yang menjadi objek penelitian ini adalah puisi-puisi pada Antologi 
Puisi Sosial 51 Penyair Pilihan, Bangga Aku Jadi Rakyat Indonesia. Dalam 
antologi puisi ini terdapat 51 penyair dan terdapat tiga sampai empat buah puisi 
dari tiap penyairnya. Puisi-puisi tersebut dikumpulkan berdasarkan tema-tema 
yang sama. Pada penelitian ini, penulis akan menganalisis tiga puisi Soni Farid 
Maulana yaitu Stasiun Kota Praja, Air Mata, dan Tulang Belakang. 
HASIL PENELITIAN 
Pada hasil penelitian ini penulis akan memaparkan sampel-sampel analisis 
puisi melalui pendekatan semiotik dan stilistika. Pada tahap ini penulis akan 
memaparkan tiga buah puisi karya Soni Farid Maulana yang akan dianalisis yaitu; 
“Stasiun Kota Praja”, “Air Mata”, dan “Tulang Belakang”. Berikut ini adalah 
pemaparannya. 
5
1. Puisi “Stasiun Kota Praja” 
a. Deskripsi Data 
Stasiun Kota Praja 
Apa yang kau ingin dengan tatap matamu setajam 
mata belati mengincar isi dompetku? Sungguh tak ada uang 
selain bon utang, alamat lama, kawan masa silam 
Sekali lagi apa yang kau ingin dengan tatap matamu itu? 
Sungguh, aku tak akan lengah dengan dompetku, walau 
tanganmu segarang maut menyabit nyawaku di situ 
2010 
b. Analisis Semiotik 
Berdasarkan langkah-langkah pengkajian semiotik yang sudah 
dipaparkan di dalam kajian teori, dalam mengkaji puisi di atas 
menggunakan beberapa aspek yaitu berdasarkan aspek sintaksis, aspek 
semantik, dan aspek pragmatik. Secara sintaksis, puisi di atas tersusun atas 
rangkaian kata-kata dengan berbagai kategorinya. Puisi tersebut dapat 
dibagi ke dalam satuan sintaksis yang lebih kecil untuk mempermudah 
pemahaman. Satuan-satuan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut : /Apa 
yang kau ingin dengan tatap matamu setajam mata belati mengincar isi 
dompetku?/, /Sungguh tak ada uang, selain bon utang, alamat lama, kawan 
masa silam/, /Sekali lagi apa yang kau ingin dengan tatap matamu itu?/, 
/Sungguh, aku tak akan lengah dengan dompetku. walau tanganmu 
segarang maut menyabit nyawaku di situ/. 
Secara sintaksis puisi “Stasiun Kota Praja” memiliki dua bait yang 
setiap baitnya terdiri atas dua kalimat. Kalimat pertama pada kedua bait 
merupakan kalimat tanya. Kalimat tanya atau sering disebut kalimat 
interogatif adalah kalimat yang isinya menanyakan sesuatu atau seseorang 
(Damaianti. 2006: 106). Dalam kalimat pertama kedua bait puisi ini, 
ditandai dengan kata tanya apa yang digunakan untuk menanyakan sesuatu. 
Perasaan merasa diawasi dan kecurigaan si aku dalam puisi tersebut 
tergambar jelas dalam kalimat pertama dan ketiga berikut ini : / Apa yang 
kau ingin dengan tatap matamu setajam mata belati mengincar isi 
dompetku?/,/ Sekali lagi apa yang kau ingin dengan tatap matamu itu?. 
Pada kalimat kedua dalam bait pertama berikut ini: /Sungguh tak ada uang, 
selain bon utang, alamat lama, kawan masa silam/, terlihat kepolosan si 
aku dengan pengakuannya bahwa dia tidak memiliki sesuatu yang berharga. 
Namun, si aku bukanlah seorang yang penakut dan menyerah begitu saja 
dengan bahaya yang mungkin akan dihadapi. Kewaspadaannya tergambar 
jelas dalam kalimat keempat, /Sungguh, aku tak akan lengah dengan 
dompetku. walau tanganmu segarang maut menyabit nyawaku di situ/ 
Dikaji secara semantik, ada beberapa isotopi dalam puisi tersebut. Ada 
isotopi tempat, kecurigaan, keluguan, kewaspadaan, kekejaman dan 
kejahatan. Dari isotopi-isotopi tersebut dapat ditarik sebuah makna secara 
6
garis besar bahwa puisi ini mengisahkan sebuah kecurigaan yang dirasakan 
oleh si aku yang merasakan diawasi. Penggambaran suasana dalam puisi 
tersebut digambarkan secara gamblang. Kejahatan yang merajalela akibat 
dari kebobrokan moral sehingga kita harus selalu waspada dimana pun kita 
berada.S 
ecara pragmatik berdasarkan tanda dan penanda yang muncul, puisi 
ini menceritakan sebuah suasana di Stasiun Kota Praja. Bukan hanya 
suasana kesibukan orang-orang yang akan melakukan perjalanan, namun 
terdapat kesibukan sekelompok orang yang melakukan kesempatan dalam 
kesempitan. Kehidupan yang serba sulit ini, lengah sedikit saja kita di 
tempat umum sudah habislah semua barang berharga kita. Pembaca puisi ini 
diharapkan masuk ke dalam sebuah suasana tersebut, lewat penggambaran 
yang menegangkan diharapkan pembaca dapat masuk merasakan apa yang 
dirasakan si aku. 
c. Analisis Stilistik 
Kajian stilistik tidak hanya sekedar melihat gaya bahasa dalam arti 
sempit yaitu bahasa figuratif atau majas. Namun dapat melangkah pada 
satuan-satuan bahasa yang lebih detail. Analisis stilistik pada puisi ini, 
terdapat majas hiperbol pada larik berikut: /Apa yang kau ingin dengan 
tatap matamu setajam mata belati mengincar isi dompetku?/ dan /walau 
tanganmu segarang maut menyabit nyawaku di situ/. Majas hiperbol yang 
dihadirkan memang berfungsi untuk lebih menguatkan suasana tegang 
karena kecurigaan si aku pada seseorang yang sedang mengamatinya. Larik 
ini, /walau tanganmu segarang maut menyabit nyawaku di situ/ dapat 
dikategorikan pula mengadung majas persamaan atau simile. Diksi 
tanganmu diumpamakan seperti segarang maut menyabit nyawaku di situ. 
Lebih menguatkan bahwa seseorang yang mengamati si aku benar-benar 
orang yang kejam. Puisi ini menggunakan gaya bahasa yang dapat dipahami 
karena langsung menjelaskan secara gamblang situasi suatu tempat yang 
terjadi melalui penggambaran suasana yang dirasakan tokoh aku. 
2. Puisi “Air Mata” 
a. Deskripsi Data 
Air Mata 
Demi hukum dan HAM kau bela para koruptor 
hingga titik darah penghabisan. Hmm, sungguhkah? 
Tidak, tidak demi semua itu. Tapi demi segepok uang, 
Demi asap dapurmu dan demi gizi anak-bini tuamu 
Juga demi mobil barumu dan villa bini mudamu. Nun 
di sebuah ranjang rumah sakit di jantung metropolitan 
siapa yang menunggumu dengan empat sayap putih 
tumbuh indah di pundaknya? Kau masih teler 
2010 
7
b. Analisis Semiotik 
Puisi di atas mengisahkan seorang penyair kesal atas ketidakadilan 
yang sering dilakukan dan kepentingan pribadi yang selalu diutamakan oleh 
para pelaku hukum. Puisi ini bila dilihat dari judulnya “Air Mata” menjadi 
sebuah ungkapan kekecewaan pada kondisi yang terjadi. 
Bila dianalisis secara sintaksis, pada kalimat pertama penyair 
mengatakan: /Demi hukum dan HAM kau bela para koruptor hingga titik 
darah penghabisan/, menunjukkan penggambaran peran tokoh si “kau”. 
Namun terdapat keraguan yang dirasakan penyair sehingga muncul kalimat, 
“Hmm, sungguhkah?”. Akhirnya pernyataan pertama yang menggambarkan 
peran si “kau” dibantah pada keterangan kalimat berikutnya, “Tidak, tidak 
demi semua itu. Tapi demi segepok uang, demi asap dapurmu dan demi gizi 
anak-bini tuamu. Juga demi mobil barumu dan villa bini mudamu”. Pada 
kalimat terakhir: “Nun di sebuah ranjang rumah sakit di jantung 
metropolitan siapa yang menunggumu dengan empat sayap putih tumbuh 
indah di pundaknya? Kau masih teler, menjelaskan kondisi ketika si “aku” 
terlena dengan keserakahannya sampai melupakan kuasa Yang Maha Kuasa. 
Kuasa yang suatu saat akan mencabut segala yang dia punya termasuk 
nyawanya. 
Bila dikaji secara semantik, ada beberapa hal yang menjadi menarik 
untuk dibahas. Ada beberapa pilihan kata seperti kata yang dijadikan judul 
puisi ini “Air Mata”, air mata disini bukan hanya bermakna air yang keluar 
dari mata tetapi memiliki makna jauh lebih dari itu. Air mata dapat 
bermakna sebuah kekecewaan, kekesalan atau kesedihan. Dalam puisi ini 
jelas air mata yang dimaksud adalah sebuah kekesalan terhadap pelaku 
yang seharusnya bisa mengayomi masyarakat namun malah mencurangi 
dengan segala keserakahannya. 
Dalam puisi tersebut terdapat beberapa isotopi yaitu isotopi 
perjuangan, keraguan, penolakan, kemanusiaan, keserakahan, dan 
ancamana. Jadi secara umum dapat ditarik makna bahwa keserakahan dapat 
menimbulkan suatu tindakan yang bertentangan dengan yang seharusnya 
diperbuat dan menghalalkan segala cara demi meraih keuntungan pribadi 
tanpa memikirkan akibat dari perbuatannya. 
Secara pragmatik, puisi ini menjelaskan kekesalan dari penyair 
terhadap prilaku para pelaku hukum. Ketidakadilan yang sering dilakukan 
dan kepentingan pribadi yang selalu diutamakan oleh para pelaku hukum. 
Pembaca puisi ini diharapkan terbuka pikirannya, betapa pentingnya kita 
menjalankan suatu kewajiban dengan benar. Selalu ingat sang Maha 
Penguasa selalu mengawasi kita dan kematian pasti akan datang. Sehingga 
jangan terlalu terlena dengan keserakahan yang dapat membuat kita lupa 
pada Maha Kuasa. 
c. Analisis Stilistik 
Gaya bahasa dalam puisi ini sangat sederhana sehingga mudah untuk 
dipahami. Terdapat majas hiperbol pada larik pertama, /Demi hukum dan 
HAM kau bela para koruptor hingga titik darah penghabisan/, majas 
hiperbol pada larik ini bertujuan untuk melebih-lebihkan sesuatu yang 
8
dikerjakan oleh si “kau” namun akhirnya ini menjadi sebuah sindiran atau 
disebut dengan majas ironi. Karena di kalimat berikutnya digambarkan 
keserakan yang dilakukan si “kau”. Selain itu di larik terakhir: “Nun di 
sebuah ranjang rumah sakit di jantung metropolitan siapa yang 
menunggumu dengan empat sayap putih tumbuh indah di pundaknya?/ . 
terdapat diksi empat sayap putih tumbuh indah di pundaknya yang 
menggantikan sebagai sebutan kepada malaikat khususnya malaikat 
pencabut nyawa karena larik sebelumnya mengatakan: Nun di sebuah 
ranjang rumah sakit di jantung metropolitan siapa yang menunggumu. 
3. Puisi “Tulang Belakang” 
a. Deskripsi Data 
Tulang Belakang 
Puisi adalah indah matamu di sisiku. 
Tidak, ia adalah luka bakar 
Dalam hati si miskin, 
Gelombang banjir, lautan sampah, 
lakon edan orang berduit 
di gedung-gedung pemerintahan, 
para penegak hukum mati kutu karenanya, 
Tidak, ia adalah kau yang merasa cerdas, 
padahal kau tak berguna bagi siapa pun, 
selain parasit, semacam lintah, 
atau buaya darat, ah malah 
serupa iblis keparat. Tidak, 
ia adalah mulut kerasmu 
mengutuki berbagai proyek kesenian, 
yang dengan itu 
kau berdiri dalam barisan paling depan, 
mengajukan proposal temu kreatif para demit: 
demi perbaikan gizi anak-binimu. Hhhhmmmmm, 
Puisi bukan semua itu, ia adalah nyeri kematian, 
yang sejak lahir mengincar kita dari arah 
tulang belakang. Dan kau, cintaku, 
di sisiku, mendaras ayat kursi. 
2011 
b. Analisis Semiotik 
Dalam puisi di atas Soni Farid Maulana ingin mengungkapkan makna 
dari sebuah kata puisi. Di awal larik penyair mengatakan: /Puisi adalah 
indah matamu di sisiku/. Namun di larik berikutnya terdapat pertengkaran 
batin si penyair, sehingga puisi tersebut membentuk suatu monolog. Secara 
sintaksis, larik kedua sampai larik terakhir merupakan keterangan dari 
subjek. Kata puisi yang menjadi subjek mengalami pelesapan sehingga 
menggunakan kata ganti ia. Pertama, batinnya mengatakan: /Tidak, ia 
adalah luka bakar dalam hati si miskin/, /gelombang banjir/, /lautan 
sampah/, /lakon edan orang berduit di gedung-gedung pemerintahan/, /para 
penegak hukum mati kutu karenanya/. Keterangan subjek lebih mengarah 
9
pada kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh keserakahan manusia. 
Kedua, batinnya mengatakan: /Tidak, ia adalah kau yang merasa cerdas, 
padahal kau tak berguna bagi siapa pun, selain parasit, semacam lintah, 
atau buaya darat, ah malah serupa iblis keparat/. Keterangan subjek 
mengarah pada keterangan sifat manusia yang sombong dan licik. Ketiga, 
batinnya mengatakan: / Tidak, ia adalah mulut kerasmu mengutuki berbagai 
proyek kesenian, yang dengan itu kau berdiri dalam barisan paling depan, 
mengajukan proposal temu kreatif para demit: demi perbaikan gizi anak-binimu/. 
Keterangan subjek mengarah pada kelicikan seorang yang serakah 
demi kepentingannya pribadi. Di akhir larik penyair mengatakan penolakan 
terhadap pendapat-pendapat batinnya, /Puisi bukan semua itu, ia adalah 
nyeri kematian, yang sejak lahir mengincar kita dari arah tulang belakang. 
Dan kau, cintaku, di sisiku, mendaras ayat kursi/. 
Bila dikaji secara semantik, larik /puisi adalah indah di matamu/ ingin 
menggambarkan bahwa puisi itu merupakan sesuatu yang indah. Namun 
dalam kenyataannya sesuatu yang indah belum tentu indah. Sehingga 
terdapat dalam diri penyair sendiri sebuah kegalauan mengenai makna dari 
sebuah puisi. Diksi puisi dalam puisi ini dapat diartikan seperti kehidupan. 
Kehidupan yang terlihat indah dan terkadang melenakan ini sebenarnya 
hanya bersifat semu. Pada kenyataannya kehancuran terjadi dimana-mana 
akibat dari keserakahan yang hanya mementingkan diri sendiri. 
Diksi Tulang Belakang yang menjadi judul dalam puisi ini pun 
memiliki makna lebih dari tulang belakang yang berfungsi sebagai 
penyokong tubuh. Dalam puisi ini tulang belakang bisa berarti sebuah 
prinsip hidup. Kehidupan yang melenakan selalu menyerang kita mulai dari 
prinsip hidup yang menjadi pegangan. 
Dalam puisi tersebut terdapat beberapa isotopi, seperti isotopi 
pernyataan, isotopi penolakan, isotopi kegalauan, isotopi kejahatan, isotopi 
keserakahan, isotopi penderitaan, isotopi kerusakan, isotopi bencana, isotopi 
kemanusiaan dan isotopi kecurangan. Jadi secara umum dapat ditarik makna 
bahwa kehidupan yang terlihat indah belum tentu indah dalam kenyataanya. 
Secara pragmatik setelah melihat tanda dan penanda yang terdapat 
pada puisi ini, mengisahkan kegalauan si “aku” memaknai kata “puisi” yang 
berarti kehidupan. Pembaca puisi ini diharapkan dapat ikut merenungkan 
makna dari sebuah kehidupan itu apa. Karena kehidupan yang terlihat indah 
dan terkadang melenakan ini sebenarnya hanya bersifar semu. 
c. Analisis Stilistik 
Puisi di atas dalam penggunaan gaya bahasa dan diksi-diksinya sangat 
menarik. Rangkaian kata-kata dalam puisi ini membentuk sebuah monolog 
si penyair dengan batinnya. Diksi Tulang Belakang yang menjadi judul 
dalam puisi ini pun memiliki makna lebih dari tulang belakang, dalam puisi 
ini tulang belakang dapat diartikan seperti kehidupan. Puisi ini banyak 
sekali menggunakan majas sindiran atau ironi, seperti dalam larik berikut: 
/Tidak, ia adalah kau yang merasa cerdas, padahal kau tak berguna bagi 
siapa pun, selain parasit, semacam lintah, atau buaya darat, ah malah 
serupa iblis keparat/. 
10
PEMBAHASAN 
A. Kritik Sosial terhadap Kebobrokan Moral: Tinjauan Semiotik Antologi 
Puisi Sosial 51 Penyair Pilihan, Bangga Aku Jadi Rakyat Indonesia 
Puisi merupakan suatu ungkapan yang bermedium bahasa. Kata-kata 
merupakan unsur yang cukup penting dalam puisi. Suatu pemilihan kata yang 
tepat akan sangat membantu kualitas dari puisi. 
Berawal dari analisis puisi-puisi yang ada dalam Antologi Puisi Sosial 51 
Penyair Pilihan, Bangga Aku Jadi Rakyat Indonesia melalui pendekatan 
semiotika dan stilistika, penulis menemukan beberapa hal yang dapat diambil. 
Hal-hal tersebut berkaitan dengan tanda-tanda dan gaya bahasa yang 
dimunculkan oleh puisi-puisi Soni Farid Maulana. 
Analisis semiotik pada puisi-puisi tersebut bertujuan untuk mengungkap 
tanda dan petanda yang terdapat dalam puisi. Pengungkapan tanda ini 
dimaksudkan agar pembaca dapat menafsirkan suatu makna yang terkandung 
dalam puisi. Pengungkapan tanda-tanda tersebut melahirkan berbagai isotopi 
yang kemudian memunculkan tema dalam puisi. Tema ini menjadi sebuah 
unsur dalam puisi agar pembaca dapat memaknai puisi tersebut. 
Puisi-puisi dalam Antologi Puisi Sosial 51 Penyair Pilihan, Bangga Aku 
Jadi Rakyat Indonesia ini memiliki tema yang hampir sama yaitu sebuah 
kritik sosial terhadap suatu kondisi sosial masyarakat. Pada Antologi puisi ini 
Soni Farid Maulana memasukan empat buah puisi yaitu Tulang Belakang, 
Stasiun Kota Praja, Air Mata dan Sirte. 
Setelah dilakukan analisis semiotik terhadap puisi-puisi yang terdapat 
dalam Antologi Puisi Sosial 51 Penyair Pilihan, Bangga Aku Jadi Rakyat 
Indonesia, didapatkan peta kesamaan dari puisi-puisi yang ada dalam antologi 
tersebut. Peta kesamaan ini lebih didasarkan pada analisis semiotik yang lebih 
khusus diorientasikan pada pengungkapan tematik puisi. Tema-tema yang 
dimunculkan dalam antologi puisi ini banyak memiliki kesamaan yaitu 
tentang kondisi sosial masyarakat. Sehingga dengan adanya peta kesamaan 
tema tersebut dapat mempermudah dalam proses pengkajian antologi puisi 
ini. 
Dari hasil analisis telah didapatkan bahwa tema-tema seputar kritik sosial 
lewat penggambaran secara langsung sangat mendominasi puisi-puisi dalam 
Antologi Puisi Sosial 51 Penyair Pilihan, Bangga Aku Jadi Rakyat Indonesia. 
Soni Farid Maulana menggunakan penggambaran kondisi sosial secara 
langsung dan benar-benar real. 
Dalam puisi Stasiun Kota Praja mengandung tema kritik sosial. Puisi ini 
menceritakan sebuah suasana di Stasiun Kota Praja. Bukan hanya suasana 
kesibukan orang-orang yang akan melakukan perjalanan, namun terdapat 
kesibukan sekelompok orang yang melakukan kesempatan dalam kesempitan. 
Sebuah potret kehidupan yang mencerminkan kebobrokan moral manusia. Di 
tempat itu dikisahkan seseorang yang merasakan diawasi. Kecurigaannya 
datang ketika seseorang menatapnya dengan tajam seperti mengincar sesuatu 
yang dia miliki. 
11
Tanda- tanda kecurigaan ini dimunculkan pada larik pertama dan 
ketiga, /Sekali lagi apa yang kau ingin dengan tatap matamu itu?/ dan /Apa 
yang kau ingin dengan tatap matamu setajam mata belati mengincar isi 
dompetku?/. Tanda- tanda kejahatan dan kegarangan dimunculkan pada larik 
terakhir, /walau tanganmu segarang maut menyabit nyawaku di situ/. 
Dalam puisi Air Mata pun mengandung kritik sosial. Penggambaran 
kondisi sosial digambarkan secara jelas. Puisi ini mengisahkan seorang 
penyair kesal atas ketidakadilan yang sering dilakukan dan kepentingan 
pribadi yang selalu diutamakan oleh para pelaku hukum. Puisi ini bila dilihat 
dari judulnya “Air Mata” menjadi sebuah ungkapan kekecewaan pada kondisi 
yang terjadi. 
Diksi air mata disini bukan hanya bermakna air yang keluar dari mata 
tetapi memiliki makna jauh lebih dari itu. Air mata dapat bermakna sebuah 
kekecewaan, kekesalan atau kesedihan. Dalam puisi ini jelas air mata yang 
dimaksud adalah sebuah kekesalan terhadap pelaku yang seharusnya bisa 
mengayomi masyarakat namun malah mencurangi dengan segala 
keserakahannya. 
Tema- tema kritik sosial terhadap kebobrokan moral muncul juga pada 
puisi Tulang Belakang. Puisi ini ingin menggambarkan bahwa puisi itu 
merupakan sesuatu yang indah. Namun dalam kenyataannya sesuatu yang 
indah belum tentu indah. Sehingga terdapat dalam diri penyair sendiri sebuah 
kegalauan mengenai makna dari sebuah puisi. Diksi puisi dalam puisi ini 
dapat diartikan seperti kehidupan. Kehidupan yang terlihat indah dan 
terkadang melenakan ini sebenarnya hanya bersifat semu. Pada kenyataannya 
kehancuran terjadi dimana-mana akibat dari keserakahan yang hanya 
mementingkan diri sendiri. 
Dalam puisi ini gambaran mengenai kerusakan, keserakahan 
digambarkan secara gamblang. Tanda- tanda kerusakan ini dimunculkan pada 
larik berikut: /Tidak, ia adalah luka bakar dalam hati si miskin/, /gelombang 
banjir/, /lautan sampah/, /lakon edan orang berduit di gedung-gedung 
pemerintahan/, /para penegak hukum mati kutu karenanya/. Lalu tanda- tanda 
keserakahan dimunculkan pada larik berikut: Tidak, ia adalah kau yang 
merasa cerdas, padahal kau tak berguna bagi siapa pun, selain parasit, 
semacam lintah, atau buaya darat, ah malah serupa iblis keparat/ dan / 
Tidak, ia adalah mulut kerasmu mengutuki berbagai proyek kesenian, yang 
dengan itu kau berdiri dalam barisan paling depan, mengajukan proposal 
temu kreatif para demit: demi perbaikan gizi anak-binimu/. 
Secara garis besarnya puisi-puisi karya Soni Farid Maulana dalam 
Antologi Puisi Sosial 51 Penyair Pilihan, Bangga Aku Jadi Rakyat Indonesia 
ini mengangkat tema-tema tentang kritik sosial. Kritik sosial ini diungkapkan 
melalui gambaran yang sederhana dan benar-benar real digambarkan 
bagaimana kebobrokan moral manusia. Hal ini membantu kita sebagai 
pembacanya mudah memahami isi dari puisi-puisi tersebut. 
12
B. Sindiran sebagai Penegas Sebuah Kritik Sosial terhadap Kebobrokan 
Moral: Tinjauan Stilistika Antologi Puisi Sosial 51 Penyair Pilihan, 
Bangga Aku Jadi Rakyat Indonesia 
Dalam karya sastra, gaya bahasa memiliki peran yang sangat penting 
untuk mencapai tingkat estetika tertentu. Terkait dengan penggunaan gaya 
bahasa dalam puisi, orang sering kali memahaminya sebagai penggunaan 
bahasa kias atau sering juga orang menyebutnya majas. Stilistika sebagai 
suatu ilmu yang mempelajari gaya bahasa menjadi pilihan yang dipakai oleh 
penyair dalam memperindah penyampaian gagasan dalam puisi. 
Analisis terhadap puisi-puisi yang ada dalam Antologi Puisi Sosial 51 
Penyair Pilihan, Bangga Aku Jadi Rakyat Indonesia secara stilistik 
didapatkan berbagai gaya yang dieksplorasi. Majas sebagai bagian dari gaya 
bahasa ada dalam setiap puisi. Eksplorasi majas terkait dengan pilihan-pilihan 
seperti diksi. 
Sebagian besar puisi- puisi dalam Antologi Puisi Sosial 51 Penyair 
Pilihan, Bangga Aku Jadi Rakyat Indonesia menggunakan diksi-diksi yang 
sederhana sehingga mudah untuk dipahami. Penggambaran kondisi sosial 
yang terdapat pada puisi-puisi Soni Farid Maulana dalam antologi tersebut 
digambarkan secara gamblang. 
Puisi-puisi dalam antologi puisi ini pun tak terlepas dari majas yang 
memperindah puisi. Dalam KBBI Luar Jaringan Versi 1.5 mencatat bahwa 
majas adalah cara melukiskan sesuatu dengan jalan menyamakannya dengan 
sesuatu yang lain atau disebut juga kiasan. Bahasa kiasan ada bermacam-macam, 
namun meskipun bermacam- macam, mempunyai sesuatu hal (sifat) 
yang umum, yaitu bahasa-bahasa kiasan tersebut mempertalikan sesuatu 
dengan cara menghubungkannya dengan sesuatu yang lain (Altenbernd dalam 
Pradopo, 1970: 15). 
Majas-majas yang dominan muncul yaitu majas hiperbol dan majas ironi. 
Majas hiperbol merupakan gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan 
yang berlebihan, dengan membesar-besarkan sesuatu hal. Sedangkan majas 
ironi merupakan gaya bahasa yang menjadi acuan yang ingin mengatakan 
sesuatu dengan makna atau maksud berlainan dari apa yang terkandung 
dalam rangkaian kata-katanya. 
Majas hiperbol dan majas ironi dalam puisi-puisi Soni Farid Maulana in 
bertujuan untuk lebih menegaskan hal yang ingin diungkapkan berkaitan 
dengan tema-tema kritik sosial yang terdapat dalam Antologi Puisi Sosial 51 
Penyair Pilihan, Bangga Aku Jadi Rakyat Indonesia . 
13
SIMPULAN 
Dari pengkajian-pengkajian yang dilakukan di awal dapat disimpulkan 
beberapa hal yaitu sebagai berikut: 
1. Pada pengkajian secara semiotik puisi-puisi karya Soni Farid Maulana dalam 
Antologi Puisi Sosial 51 Penyair Pilihan, Bangga Aku Jadi Rakyat Indonesia 
banyak didominasi oleh tema-tema tentang kritik terhadap kondisi sosial yang 
terjadi pada suatu masyarakat. Hal ini karena antologi puisi tersebut adalah 
antologi puisi yang bertemakan sama yaitu tentang kondisi sosial masyarakat. 
2. Pada pengkajian secara stilistik puisi-puisi karya Soni Farid Maulana dalam 
Antologi Puisi Sosial 51 Penyair Pilihan, Bangga Aku Jadi Rakyat Indonesia 
terdapat beberapa pemakaian diksi-diksi yang menarik dan dominan 
menggunakan majas hiperbol untuk lebih menegaskan hal yang ingin 
diungkapkan serta majas ironi atau sindiran karena majas ini berkaitan 
dengan tema-tema kritik sosial yang terdapat dalam puisi-puisi Soni Farid 
Maulana. 
DAFTAR PUSTAKA 
Damaianti, Viesmaia S. Dan Nunung Sitaresmi. 2005. Sintaksis Bahasa 
Indonesia. Bandung: Pusat Studi Literasi. 
Keraf, G. (2009). Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta : Gramedia. 
Maulida,Avira.N. (2012). Hakikat Puisi. [Online]. Tersedia: 
[http://duniaevira.blogspot.com/2012/05/hakikat-puisi.html] yang direkam 
pada 17 Mei 2012. [3 Januari 2014] 
Nugroho, Rudi A. (2013). CINTA, ALAM, DAN INTERTEKS: Tinjauan Semiotik 
dan Stilistik terhadap Antologi Puisi Situ Waktu. Jurnal. Bandung. 
Pradopo, R.D. (2010). Pengkajian Puisi. Yogyakarta : Gadjah Mada University 
Press. 
Ramlan. 2005. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta: C.V. Karyono. 
Wellek, Rene dan Austin Warren. (1990) Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia. 
14

More Related Content

What's hot

Kelompok 5 Psikolinguistik - Aspek Neurologi Bahasa
Kelompok 5 Psikolinguistik - Aspek Neurologi BahasaKelompok 5 Psikolinguistik - Aspek Neurologi Bahasa
Kelompok 5 Psikolinguistik - Aspek Neurologi Bahasa
Ricky Subagya
 
Hubungan komunikasi dengan retorika
Hubungan komunikasi dengan retorikaHubungan komunikasi dengan retorika
Hubungan komunikasi dengan retorika
erikadwiyana
 
Pengertian dan ruang lingkup kajian psikolinguistik
Pengertian dan ruang lingkup kajian psikolinguistikPengertian dan ruang lingkup kajian psikolinguistik
Pengertian dan ruang lingkup kajian psikolinguistik
kholid harras
 
Landasan neurologis pada bahasa
Landasan neurologis pada bahasaLandasan neurologis pada bahasa
Landasan neurologis pada bahasa
Dedi Damhudi
 
Makalah semantik
Makalah semantikMakalah semantik
Makalah semantik
Muhammad Idris
 
Tahapan apresiasi Drama
Tahapan apresiasi Drama Tahapan apresiasi Drama
Tahapan apresiasi Drama
University of Singaperbangsa Karawang
 
Makalah ragam bahasa, bahasa indonesia ragam ilmiah
Makalah ragam bahasa, bahasa indonesia ragam ilmiahMakalah ragam bahasa, bahasa indonesia ragam ilmiah
Makalah ragam bahasa, bahasa indonesia ragam ilmiah
Prescott Py3man
 
Makalah alih kode dan campur kode
Makalah alih kode dan campur kodeMakalah alih kode dan campur kode
Makalah alih kode dan campur kode
Yuliana Aminulloh
 
Ilmu dan Teknologi
Ilmu dan TeknologiIlmu dan Teknologi
Ilmu dan Teknologi
Nurmahmudah M.Phil.
 
Pemerolehan dan Perkembangan Bahasa Anak
Pemerolehan dan Perkembangan Bahasa AnakPemerolehan dan Perkembangan Bahasa Anak
Pemerolehan dan Perkembangan Bahasa Anak
Hamdan Husein Batubara
 
Performansi dan kompetensi Chomsky
Performansi dan kompetensi ChomskyPerformansi dan kompetensi Chomsky
Performansi dan kompetensi Chomsky
kholid harras
 
KARYA TULIS BAHASA INDONESIA SMA MENGENAI MINAT SISWA TERHADAP PELAJARAN MENG...
KARYA TULIS BAHASA INDONESIA SMA MENGENAI MINAT SISWA TERHADAP PELAJARAN MENG...KARYA TULIS BAHASA INDONESIA SMA MENGENAI MINAT SISWA TERHADAP PELAJARAN MENG...
KARYA TULIS BAHASA INDONESIA SMA MENGENAI MINAT SISWA TERHADAP PELAJARAN MENG...
Photo Setudio Planet solo grand mall
 
Bab ii esensi dan urgensi identitas nasional sebagai salah satu determinan pe...
Bab ii esensi dan urgensi identitas nasional sebagai salah satu determinan pe...Bab ii esensi dan urgensi identitas nasional sebagai salah satu determinan pe...
Bab ii esensi dan urgensi identitas nasional sebagai salah satu determinan pe...
Syaiful Ahdan
 
Bilingualism and diglosia
Bilingualism and diglosiaBilingualism and diglosia
Bilingualism and diglosiaYahyaChoy
 
IDEOLOGI, PENGARANG DAN KARYA SASTRA
IDEOLOGI, PENGARANG DAN KARYA SASTRA IDEOLOGI, PENGARANG DAN KARYA SASTRA
IDEOLOGI, PENGARANG DAN KARYA SASTRA
Fadia Rizqi
 
Teori Belajar dalam Pembelajaran Bahasa
Teori Belajar dalam Pembelajaran BahasaTeori Belajar dalam Pembelajaran Bahasa
Teori Belajar dalam Pembelajaran Bahasa
Yunita Siswanti
 
TINDAK TUTUR DAN PERISTIWA TUTUR
TINDAK TUTUR DAN PERISTIWA TUTURTINDAK TUTUR DAN PERISTIWA TUTUR
TINDAK TUTUR DAN PERISTIWA TUTUR
Nurulbanjar1996
 
Perkembangan Drama
Perkembangan DramaPerkembangan Drama
Perkembangan Drama
Keisya Kenshi
 

What's hot (20)

Kelompok 5 Psikolinguistik - Aspek Neurologi Bahasa
Kelompok 5 Psikolinguistik - Aspek Neurologi BahasaKelompok 5 Psikolinguistik - Aspek Neurologi Bahasa
Kelompok 5 Psikolinguistik - Aspek Neurologi Bahasa
 
Hubungan komunikasi dengan retorika
Hubungan komunikasi dengan retorikaHubungan komunikasi dengan retorika
Hubungan komunikasi dengan retorika
 
Pengertian dan ruang lingkup kajian psikolinguistik
Pengertian dan ruang lingkup kajian psikolinguistikPengertian dan ruang lingkup kajian psikolinguistik
Pengertian dan ruang lingkup kajian psikolinguistik
 
Landasan neurologis pada bahasa
Landasan neurologis pada bahasaLandasan neurologis pada bahasa
Landasan neurologis pada bahasa
 
Makalah semantik
Makalah semantikMakalah semantik
Makalah semantik
 
makalah Transformasi generatif
makalah Transformasi generatif makalah Transformasi generatif
makalah Transformasi generatif
 
Tahapan apresiasi Drama
Tahapan apresiasi Drama Tahapan apresiasi Drama
Tahapan apresiasi Drama
 
Makalah ragam bahasa, bahasa indonesia ragam ilmiah
Makalah ragam bahasa, bahasa indonesia ragam ilmiahMakalah ragam bahasa, bahasa indonesia ragam ilmiah
Makalah ragam bahasa, bahasa indonesia ragam ilmiah
 
Makalah alih kode dan campur kode
Makalah alih kode dan campur kodeMakalah alih kode dan campur kode
Makalah alih kode dan campur kode
 
Ilmu dan Teknologi
Ilmu dan TeknologiIlmu dan Teknologi
Ilmu dan Teknologi
 
Pemerolehan dan Perkembangan Bahasa Anak
Pemerolehan dan Perkembangan Bahasa AnakPemerolehan dan Perkembangan Bahasa Anak
Pemerolehan dan Perkembangan Bahasa Anak
 
Performansi dan kompetensi Chomsky
Performansi dan kompetensi ChomskyPerformansi dan kompetensi Chomsky
Performansi dan kompetensi Chomsky
 
KARYA TULIS BAHASA INDONESIA SMA MENGENAI MINAT SISWA TERHADAP PELAJARAN MENG...
KARYA TULIS BAHASA INDONESIA SMA MENGENAI MINAT SISWA TERHADAP PELAJARAN MENG...KARYA TULIS BAHASA INDONESIA SMA MENGENAI MINAT SISWA TERHADAP PELAJARAN MENG...
KARYA TULIS BAHASA INDONESIA SMA MENGENAI MINAT SISWA TERHADAP PELAJARAN MENG...
 
Bab ii esensi dan urgensi identitas nasional sebagai salah satu determinan pe...
Bab ii esensi dan urgensi identitas nasional sebagai salah satu determinan pe...Bab ii esensi dan urgensi identitas nasional sebagai salah satu determinan pe...
Bab ii esensi dan urgensi identitas nasional sebagai salah satu determinan pe...
 
Semantik
SemantikSemantik
Semantik
 
Bilingualism and diglosia
Bilingualism and diglosiaBilingualism and diglosia
Bilingualism and diglosia
 
IDEOLOGI, PENGARANG DAN KARYA SASTRA
IDEOLOGI, PENGARANG DAN KARYA SASTRA IDEOLOGI, PENGARANG DAN KARYA SASTRA
IDEOLOGI, PENGARANG DAN KARYA SASTRA
 
Teori Belajar dalam Pembelajaran Bahasa
Teori Belajar dalam Pembelajaran BahasaTeori Belajar dalam Pembelajaran Bahasa
Teori Belajar dalam Pembelajaran Bahasa
 
TINDAK TUTUR DAN PERISTIWA TUTUR
TINDAK TUTUR DAN PERISTIWA TUTURTINDAK TUTUR DAN PERISTIWA TUTUR
TINDAK TUTUR DAN PERISTIWA TUTUR
 
Perkembangan Drama
Perkembangan DramaPerkembangan Drama
Perkembangan Drama
 

Viewers also liked

Apresiasi puisi kontemporer jurnal
Apresiasi puisi kontemporer jurnalApresiasi puisi kontemporer jurnal
Apresiasi puisi kontemporer jurnalbuwarnisutopo
 
Kumpulan puisi dan unsur intrinsiknya
Kumpulan puisi dan unsur intrinsiknyaKumpulan puisi dan unsur intrinsiknya
Kumpulan puisi dan unsur intrinsiknya
Utami Trianti
 
ANALISIS GAYA BAHASA DALAM PUISI
ANALISIS GAYA BAHASA DALAM PUISIANALISIS GAYA BAHASA DALAM PUISI
ANALISIS GAYA BAHASA DALAM PUISI
Bella Kriwangko
 
KD 10.5 ANTOLOGI PUISI
KD 10.5 ANTOLOGI PUISIKD 10.5 ANTOLOGI PUISI
KD 10.5 ANTOLOGI PUISI
Phaphy Wahyudhi
 
kajian stilistika
kajian stilistika kajian stilistika
kajian stilistika
Oyax Ruqoyah
 
Unsur intrinsik dalam cerita anak
Unsur intrinsik dalam cerita anakUnsur intrinsik dalam cerita anak
Unsur intrinsik dalam cerita anak
tanti_yuliani
 
Pengenalan Dasar Tentang Jurnalistik
Pengenalan Dasar Tentang JurnalistikPengenalan Dasar Tentang Jurnalistik
Pengenalan Dasar Tentang Jurnalistik
Icha Nathalia
 
Refleksi teks cerita fabel
Refleksi teks cerita fabelRefleksi teks cerita fabel
Refleksi teks cerita fabelTriyono Untung
 
Citraan dalam puisi
Citraan dalam puisiCitraan dalam puisi
Citraan dalam puisi
Karla Pallevi
 
Genre sastra indonesia, NURIL ANWAR, S.Pd.
Genre sastra indonesia, NURIL  ANWAR, S.Pd.Genre sastra indonesia, NURIL  ANWAR, S.Pd.
Genre sastra indonesia, NURIL ANWAR, S.Pd.
Nuril anwar
 
Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi Melalui Quantum Learning
Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi Melalui Quantum LearningPeningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi Melalui Quantum Learning
Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi Melalui Quantum Learning
wahyu here
 
Segi-segi Sastra Bandingan
Segi-segi Sastra BandinganSegi-segi Sastra Bandingan
Segi-segi Sastra Bandingan
Syukrina Rahmawati
 
Glosarium card teks biografi faris indy.s x tkj 2 vocsten malang .
Glosarium card teks biografi faris indy.s x tkj 2 vocsten malang .Glosarium card teks biografi faris indy.s x tkj 2 vocsten malang .
Glosarium card teks biografi faris indy.s x tkj 2 vocsten malang .
Nuril anwar
 
Memahami kaidah kebahasaan teks pantun
Memahami kaidah kebahasaan teks pantunMemahami kaidah kebahasaan teks pantun
Memahami kaidah kebahasaan teks pantun
mayunda_
 
Kaidah kebahasaan dalam pantun
Kaidah kebahasaan dalam pantunKaidah kebahasaan dalam pantun
Kaidah kebahasaan dalam pantun
rena alexandrea
 
Analisis Puisi Fenomenologis
Analisis Puisi FenomenologisAnalisis Puisi Fenomenologis
Analisis Puisi Fenomenologis
Desy Sri Cahyani
 
5 puisi kontemporer 2
5 puisi kontemporer 25 puisi kontemporer 2
5 puisi kontemporer 2
buwarnisutopo
 
Bahasa indonesia , menulis puisi bebas
Bahasa indonesia , menulis puisi bebasBahasa indonesia , menulis puisi bebas
Bahasa indonesia , menulis puisi bebasrisca putantri
 
Kd 3.17 4.17
Kd  3.17    4.17Kd  3.17    4.17
Kd 3.17 4.17
Pak Sulaiman
 
RPP Menulis Puisi Kelas VIII
RPP Menulis Puisi Kelas VIIIRPP Menulis Puisi Kelas VIII
RPP Menulis Puisi Kelas VIII
Septriani Dewi
 

Viewers also liked (20)

Apresiasi puisi kontemporer jurnal
Apresiasi puisi kontemporer jurnalApresiasi puisi kontemporer jurnal
Apresiasi puisi kontemporer jurnal
 
Kumpulan puisi dan unsur intrinsiknya
Kumpulan puisi dan unsur intrinsiknyaKumpulan puisi dan unsur intrinsiknya
Kumpulan puisi dan unsur intrinsiknya
 
ANALISIS GAYA BAHASA DALAM PUISI
ANALISIS GAYA BAHASA DALAM PUISIANALISIS GAYA BAHASA DALAM PUISI
ANALISIS GAYA BAHASA DALAM PUISI
 
KD 10.5 ANTOLOGI PUISI
KD 10.5 ANTOLOGI PUISIKD 10.5 ANTOLOGI PUISI
KD 10.5 ANTOLOGI PUISI
 
kajian stilistika
kajian stilistika kajian stilistika
kajian stilistika
 
Unsur intrinsik dalam cerita anak
Unsur intrinsik dalam cerita anakUnsur intrinsik dalam cerita anak
Unsur intrinsik dalam cerita anak
 
Pengenalan Dasar Tentang Jurnalistik
Pengenalan Dasar Tentang JurnalistikPengenalan Dasar Tentang Jurnalistik
Pengenalan Dasar Tentang Jurnalistik
 
Refleksi teks cerita fabel
Refleksi teks cerita fabelRefleksi teks cerita fabel
Refleksi teks cerita fabel
 
Citraan dalam puisi
Citraan dalam puisiCitraan dalam puisi
Citraan dalam puisi
 
Genre sastra indonesia, NURIL ANWAR, S.Pd.
Genre sastra indonesia, NURIL  ANWAR, S.Pd.Genre sastra indonesia, NURIL  ANWAR, S.Pd.
Genre sastra indonesia, NURIL ANWAR, S.Pd.
 
Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi Melalui Quantum Learning
Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi Melalui Quantum LearningPeningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi Melalui Quantum Learning
Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi Melalui Quantum Learning
 
Segi-segi Sastra Bandingan
Segi-segi Sastra BandinganSegi-segi Sastra Bandingan
Segi-segi Sastra Bandingan
 
Glosarium card teks biografi faris indy.s x tkj 2 vocsten malang .
Glosarium card teks biografi faris indy.s x tkj 2 vocsten malang .Glosarium card teks biografi faris indy.s x tkj 2 vocsten malang .
Glosarium card teks biografi faris indy.s x tkj 2 vocsten malang .
 
Memahami kaidah kebahasaan teks pantun
Memahami kaidah kebahasaan teks pantunMemahami kaidah kebahasaan teks pantun
Memahami kaidah kebahasaan teks pantun
 
Kaidah kebahasaan dalam pantun
Kaidah kebahasaan dalam pantunKaidah kebahasaan dalam pantun
Kaidah kebahasaan dalam pantun
 
Analisis Puisi Fenomenologis
Analisis Puisi FenomenologisAnalisis Puisi Fenomenologis
Analisis Puisi Fenomenologis
 
5 puisi kontemporer 2
5 puisi kontemporer 25 puisi kontemporer 2
5 puisi kontemporer 2
 
Bahasa indonesia , menulis puisi bebas
Bahasa indonesia , menulis puisi bebasBahasa indonesia , menulis puisi bebas
Bahasa indonesia , menulis puisi bebas
 
Kd 3.17 4.17
Kd  3.17    4.17Kd  3.17    4.17
Kd 3.17 4.17
 
RPP Menulis Puisi Kelas VIII
RPP Menulis Puisi Kelas VIIIRPP Menulis Puisi Kelas VIII
RPP Menulis Puisi Kelas VIII
 

Similar to Jurnal Kajian Puisi Indonesia

Bmm3116
Bmm3116Bmm3116
Gazali bhs. indonesia
Gazali bhs. indonesiaGazali bhs. indonesia
Gazali bhs. indonesia
TeknikInformatika2
 
Pendekatan Pengkajian Sastra.ppt
Pendekatan Pengkajian Sastra.pptPendekatan Pengkajian Sastra.ppt
Pendekatan Pengkajian Sastra.ppt
TiaBronte
 
Makalah kritik sastra
Makalah kritik sastraMakalah kritik sastra
Makalah kritik sastraMila Wati
 
Pengertian sastra dan jenis jenis sastra
Pengertian sastra dan jenis jenis sastraPengertian sastra dan jenis jenis sastra
Pengertian sastra dan jenis jenis sastraAbu Ja'far
 
Berbagai pendekatan-dalam-pengkajian-sastra(1)
Berbagai pendekatan-dalam-pengkajian-sastra(1)Berbagai pendekatan-dalam-pengkajian-sastra(1)
Berbagai pendekatan-dalam-pengkajian-sastra(1)
Lailin Luthfiana
 
PSIKOLOGI SASTRA-SITI NURFAIZAH.pptx
PSIKOLOGI SASTRA-SITI NURFAIZAH.pptxPSIKOLOGI SASTRA-SITI NURFAIZAH.pptx
PSIKOLOGI SASTRA-SITI NURFAIZAH.pptx
ssuseraba534
 
Manfaat sosiologi bagi bidang keilmuan sastra indonesia
Manfaat sosiologi bagi bidang keilmuan sastra indonesiaManfaat sosiologi bagi bidang keilmuan sastra indonesia
Manfaat sosiologi bagi bidang keilmuan sastra indonesiaMujahid Vanquisher
 
Tugas kajian cerita anak..
Tugas kajian cerita anak..Tugas kajian cerita anak..
Tugas kajian cerita anak..
Siti Kusmainawati
 
Tugas kajian cerita anak..
Tugas kajian cerita anak..Tugas kajian cerita anak..
Tugas kajian cerita anak..
Arwifach Reza
 
Apresiasi drama dan_pembelajarannya
Apresiasi drama dan_pembelajarannyaApresiasi drama dan_pembelajarannya
Apresiasi drama dan_pembelajarannya
Pbsi IkipMuh Maumere
 
Kajian drama indonesia p pt 1- unsur&struktur karya
Kajian drama indonesia p pt 1- unsur&struktur karyaKajian drama indonesia p pt 1- unsur&struktur karya
Kajian drama indonesia p pt 1- unsur&struktur karya
University of Singaperbangsa Karawang
 
Bahan presentasi mata kuliah teori sastra
Bahan presentasi mata kuliah teori sastraBahan presentasi mata kuliah teori sastra
Bahan presentasi mata kuliah teori sastraNisha Komik
 
Makalah sosiologi
Makalah sosiologiMakalah sosiologi
Makalah sosiologi
Mara Sutan Siregar
 
Teori Struktural Genetik.ppt
Teori Struktural Genetik.pptTeori Struktural Genetik.ppt
Teori Struktural Genetik.ppt
CiciLidaPutri
 
HAKIKAT-PUISI.ppt
HAKIKAT-PUISI.pptHAKIKAT-PUISI.ppt
HAKIKAT-PUISI.ppt
Meiy5
 
Kritik satra
Kritik satraKritik satra
Kritik satra
Via Nugraha
 
Psikologi Sastra Novel "Cala Ibi"
Psikologi Sastra Novel "Cala Ibi"Psikologi Sastra Novel "Cala Ibi"
Psikologi Sastra Novel "Cala Ibi"Marliena An
 
Makalah pengenalan puisi
Makalah pengenalan puisiMakalah pengenalan puisi
Makalah pengenalan puisiPriyanka Eka
 

Similar to Jurnal Kajian Puisi Indonesia (20)

Bmm3116
Bmm3116Bmm3116
Bmm3116
 
Gazali bhs. indonesia
Gazali bhs. indonesiaGazali bhs. indonesia
Gazali bhs. indonesia
 
Pendekatan Pengkajian Sastra.ppt
Pendekatan Pengkajian Sastra.pptPendekatan Pengkajian Sastra.ppt
Pendekatan Pengkajian Sastra.ppt
 
Makalah kritik sastra
Makalah kritik sastraMakalah kritik sastra
Makalah kritik sastra
 
Pengertian sastra dan jenis jenis sastra
Pengertian sastra dan jenis jenis sastraPengertian sastra dan jenis jenis sastra
Pengertian sastra dan jenis jenis sastra
 
Berbagai pendekatan-dalam-pengkajian-sastra(1)
Berbagai pendekatan-dalam-pengkajian-sastra(1)Berbagai pendekatan-dalam-pengkajian-sastra(1)
Berbagai pendekatan-dalam-pengkajian-sastra(1)
 
PSIKOLOGI SASTRA-SITI NURFAIZAH.pptx
PSIKOLOGI SASTRA-SITI NURFAIZAH.pptxPSIKOLOGI SASTRA-SITI NURFAIZAH.pptx
PSIKOLOGI SASTRA-SITI NURFAIZAH.pptx
 
Manfaat sosiologi bagi bidang keilmuan sastra indonesia
Manfaat sosiologi bagi bidang keilmuan sastra indonesiaManfaat sosiologi bagi bidang keilmuan sastra indonesia
Manfaat sosiologi bagi bidang keilmuan sastra indonesia
 
Tugas kajian cerita anak..
Tugas kajian cerita anak..Tugas kajian cerita anak..
Tugas kajian cerita anak..
 
Tugas kajian cerita anak..
Tugas kajian cerita anak..Tugas kajian cerita anak..
Tugas kajian cerita anak..
 
Apresiasi drama dan_pembelajarannya
Apresiasi drama dan_pembelajarannyaApresiasi drama dan_pembelajarannya
Apresiasi drama dan_pembelajarannya
 
Kajian drama indonesia p pt 1- unsur&struktur karya
Kajian drama indonesia p pt 1- unsur&struktur karyaKajian drama indonesia p pt 1- unsur&struktur karya
Kajian drama indonesia p pt 1- unsur&struktur karya
 
Bahan presentasi mata kuliah teori sastra
Bahan presentasi mata kuliah teori sastraBahan presentasi mata kuliah teori sastra
Bahan presentasi mata kuliah teori sastra
 
Makalah sosiologi
Makalah sosiologiMakalah sosiologi
Makalah sosiologi
 
A310060126
A310060126A310060126
A310060126
 
Teori Struktural Genetik.ppt
Teori Struktural Genetik.pptTeori Struktural Genetik.ppt
Teori Struktural Genetik.ppt
 
HAKIKAT-PUISI.ppt
HAKIKAT-PUISI.pptHAKIKAT-PUISI.ppt
HAKIKAT-PUISI.ppt
 
Kritik satra
Kritik satraKritik satra
Kritik satra
 
Psikologi Sastra Novel "Cala Ibi"
Psikologi Sastra Novel "Cala Ibi"Psikologi Sastra Novel "Cala Ibi"
Psikologi Sastra Novel "Cala Ibi"
 
Makalah pengenalan puisi
Makalah pengenalan puisiMakalah pengenalan puisi
Makalah pengenalan puisi
 

Recently uploaded

Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
nasrudienaulia
 
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdfSeminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
inganahsholihahpangs
 
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdfPPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
SdyokoSusanto1
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
jodikurniawan341
 
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Fathan Emran
 
Observasi Praktik Kinerja Kepala Sekolah.pdf
Observasi Praktik Kinerja Kepala Sekolah.pdfObservasi Praktik Kinerja Kepala Sekolah.pdf
Observasi Praktik Kinerja Kepala Sekolah.pdf
andikuswandi67
 
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs KonsekuensiAksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
sabir51
 
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptxMateri 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
ahyani72
 
Penjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptx
Penjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptxPenjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptx
Penjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptx
GuneriHollyIrda
 
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARUAKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
junaedikuluri1
 
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdekaSOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
NiaTazmia2
 
POKJA 1 Kelompok Kerja 1 TPP PKK 11.pptx
POKJA 1 Kelompok Kerja 1 TPP PKK 11.pptxPOKJA 1 Kelompok Kerja 1 TPP PKK 11.pptx
POKJA 1 Kelompok Kerja 1 TPP PKK 11.pptx
KotogadangKependuduk
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR utkMAS052024 (2).pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR utkMAS052024 (2).pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR utkMAS052024 (2).pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR utkMAS052024 (2).pdf
solihin kadar
 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
setiatinambunan
 
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdfLaporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
OcitaDianAntari
 
Chapter 19 Intermediate Accounting Kieso
Chapter 19 Intermediate Accounting KiesoChapter 19 Intermediate Accounting Kieso
Chapter 19 Intermediate Accounting Kieso
AryaMahardhika3
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
Kanaidi ken
 
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
PreddySilitonga
 
2. PEMBELAJARAN YANG MENGUATKAN TRANSISI PAUD-SD Merancang Instrumen Asesmen ...
2. PEMBELAJARAN YANG MENGUATKAN TRANSISI PAUD-SD Merancang Instrumen Asesmen ...2. PEMBELAJARAN YANG MENGUATKAN TRANSISI PAUD-SD Merancang Instrumen Asesmen ...
2. PEMBELAJARAN YANG MENGUATKAN TRANSISI PAUD-SD Merancang Instrumen Asesmen ...
PikeKusumaSantoso
 

Recently uploaded (20)

Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
 
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdfSeminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
 
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdfPPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
 
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
 
Observasi Praktik Kinerja Kepala Sekolah.pdf
Observasi Praktik Kinerja Kepala Sekolah.pdfObservasi Praktik Kinerja Kepala Sekolah.pdf
Observasi Praktik Kinerja Kepala Sekolah.pdf
 
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs KonsekuensiAksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
 
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptxMateri 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
 
Penjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptx
Penjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptxPenjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptx
Penjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptx
 
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARUAKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
 
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdekaSOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
 
POKJA 1 Kelompok Kerja 1 TPP PKK 11.pptx
POKJA 1 Kelompok Kerja 1 TPP PKK 11.pptxPOKJA 1 Kelompok Kerja 1 TPP PKK 11.pptx
POKJA 1 Kelompok Kerja 1 TPP PKK 11.pptx
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR utkMAS052024 (2).pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR utkMAS052024 (2).pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR utkMAS052024 (2).pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR utkMAS052024 (2).pdf
 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
 
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdfLaporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
 
Chapter 19 Intermediate Accounting Kieso
Chapter 19 Intermediate Accounting KiesoChapter 19 Intermediate Accounting Kieso
Chapter 19 Intermediate Accounting Kieso
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
 
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
 
2. PEMBELAJARAN YANG MENGUATKAN TRANSISI PAUD-SD Merancang Instrumen Asesmen ...
2. PEMBELAJARAN YANG MENGUATKAN TRANSISI PAUD-SD Merancang Instrumen Asesmen ...2. PEMBELAJARAN YANG MENGUATKAN TRANSISI PAUD-SD Merancang Instrumen Asesmen ...
2. PEMBELAJARAN YANG MENGUATKAN TRANSISI PAUD-SD Merancang Instrumen Asesmen ...
 

Jurnal Kajian Puisi Indonesia

  • 1. SINDIRAN SEBAGAI PENEGAS KRITIK SOSIAL TERHADAP KEBOBROKAN MORAL: Tinjauan Semiotik dan Stilistik terhadap Antologi Puisi Sosial 51 Penyair Pilihan, Bangga Aku Jadi Rakyat Indonesia oleh: Desi Sri Cahyani Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap aspek semiotik dan stilistik Antologi Puisi Sosial 51 Penyair Pilihan, Aku Bangga Jadi Rakyat Indonesia. Proses pengkajian puisi ini menggunakan pendekatan stilistika dan semiotika. Pada penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis puisi menggunakan pendekatan semiotika dan stilistika. Pada puisi-puisi Soni Farid Maulana dalam Antologi Puisi Sosial 51 Penyair pilihan, Bangga Aku Jadi Rakyat Indonesia secara semiotik didominasi oleh tema-tema tentang kritik sosial terhadap kondisi sosial yang terjadi pada suatu masyarakat. Kritik sosial yang dimunculkan lewat penggambaran diri si “aku” dengan kondisi sosialnya. Dalam aspek stilistika terdapat beberapa penggunaan diksi-diksi yang menarik dan majas ironi serta majas hiperbol sangat dominan. Kritik sosial terhadap kebobrokan moral yang terjadi di masyarakat sangat tergambar jelas melalui penggambaran yang sederhana. Kata Kunci: puisi, semiotika, stilistika, kritik sosial, kebobrokan moral PENDAHULUAN Bahasa merupakan medium utama dari karya sastra. Bahasa sebagai ujaran yang dihasilkan dari alat ucap manusia mengandung suatu kekuatan tanda di dalamnya. Kekuatan tanda itu muncul dari hubungan tanda dengan tanda (sintaksis), hubungan tanda dengan maknanya (semantik), dan hubungan tanda dengan pengguna (pragmatik). Begitu juga dengan puisi yang menggunakan medium bahasa sebagai alat penyampaiannya. Puisi merupakan salah satu genre sastra yang memiliki tingkat kepekatan yang tinggi dalam penggunaan tanda karena hakekat puisi adalah ekspresi tidak langsung. Hakikat ini terkait dengan penyampaian suatu hal melalui atau dengan sesuatu hal yang lain. Kehadiran puisi tidak terlepas dari makna simbol-simbol (kata-kata) yang terkandung dalam puisi tersebut serta hubungannya dengan hal-hal atau kejadian-kejadian di luar sastra. Oleh karena itu, puisi perlu ditinjau dari segi hermeneutik atau keterkaitkan antara simbol-simbol yang terkandung dalam sebuah karya sastra dengan hal-hal yang ada di luar sastra. Berawal dari pernyataan-pernyataan di atas, Antologi Puisi Sosial 51 Penyair Pilihan, Bangga Aku Jadi Rakyat Indonesia yang merupakan kumpulan puisi dari 51 penyair ini menggambarkan kehidupan masyarakat yang dirangkai dalam kata-kata berbentuk puisi. Yang menarik untuk dikaji antologi puisi ini 1
  • 2. memiliki tema-tema yang hampir sama yaitu tentang kondisi sosial suatu masyarakat. Dari pemaparan tersebut, ada dua permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Yang pertama adalah menganalisis dari aspek semiotik dan yang kedua dari aspek stilistik pada puisi-puisi karya Soni Farid Maulana dalam Antologi Puisi Sosial 51 Penyair Pilihan, Bangga Aku Jadi Rakyat Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengupas aspek-aspek semiotik dan stilistik yang terdapat dalam Antologi Puisi ini. KAJIAN TEORI A. Hakikat Puisi Puisi pada hakikatnya adalah suatu pernyataan perasaan dan pandangan hidup seorang penyair yang memandang satu peristiwa alam dengan ketajaman perasaannya. Perasaan yang tajam inilah yang menggetar rasa hatinya, yang menimbulkan semacam gerak dalam daya rasanya. Lalu ketajaman tanggapan ini berpadu dengan sikap hidupnya mengalir melalui bahasa, menjadilah ia sebuah puisi, satu pengucapan seorang penyair. Hingga saat ini, tidak ada definisi yang baku mengenai apa itu puisi. Banyak ahli-ahli sastra yang memberikan definisi puisi.Namun, seperti yang dikemukakan oleh Shahnon Ahmad (dalam Pradopo.2010:7) bahwa bila unsur-unsur dari pendapat-pendapat itu dipadukan, maka akan didapat garis-garis besar tentang pengertian puisi yang sebenarnya. Unsur-unsur tersebut dapat berupa: emosi, imajinasi, pemikiran, ide, nada, irama, kesan pancaindera, susunan kata, kata-kata kiasan, kepadatan, dan perasaaan yang bercampur-baur. Sehingga dapat disimpulkan ada tiga unsur yang pokok. Pertama, hal yang meliputi pemikiran, ide, atau emosi; kedua, bentuknya; dan ketiga ialah kesannya. Hakikat puisi ialah apa yang menyebabkan puisi itu disebut puisi. Puisi merupakan karya seni (mengandung unsur estetik) yang unsur seni dominannya mengandalkan keindahan kata, gaya bunyi, gaya kata, gaya kalimat, wacana dan tipografinya. Kepuitisan dapat dicapai dengan bermacam-macam cara, misalnya dengan bentuk visual: tipografi, susunan bait; dengan bunyi: persajakan, asonansi, aliterasi, kiasan bunyi, lambang rasa, dan orkestrasi; dengan pemilihan kata (diksi), bahasa kiasan, sarana retorika, unsur-unsur ketatabahasaan, gaya bahasa dan sebagainya. Dalam mencapai kepuitisan itu penyair menggunakan banyak cara sekaligus secara bersamaan untuk mendapatkan jaringan efek puitis yang sebanyak-banyaknya, yang lebih besar daripada pengaruh beberapa komponen secara terpisah penggunaannya. Antara unsur pernyataan (ekspresi), sarana kepuitisan, yang satu dengan yang lainnya saling membantu, saling memperkuat dengan kesejajarannya ataupun pertentangannya, semuanya itu untuk mendapatkan kepuitisan yang seefektif mungkin, seintensif mungkin (Pradopo. 2010: 13). Ada tiga aspek yang perlu diperhatikan untuk mengerti hakikat puisi, antara lain : 1. Fungsi Estetik Dalam sebuah karya sastra khususnya puisi, fungsi estetiknya dominan dan di dalamnya ada unsur-unsur estetik. Unsur-unsur keindahan ini merupakan 2
  • 3. unsur-unsur kepuitisan, misalnya persajakan, diksi (pilihan kata), irama dan gaya bahasa. Gaya bahasa meliputi semua penggunaan bahasa secara khusus untuk mendapatkan efek tertentu, yaitu efek estetika atau aspek kepuitisannya. Jenis-jenis gaya bahasa itu meliputi semua aspek bahasa, yaitu bunyi, kata, kalimat dan wacana yang dipergunakan secara khusus untuk mendapatkan efek tertentu itu (Pradopo. 2010: 315). 2. Kepadatan Karya sastra berupa puisi menjadi berbeda dengan karya sastra lain seperti prosa dan drama karena terdapat aktivitas pemadatan. Puisi merupakan ekspresi esensi, tidak semua peristiwa diceritakan panjang lebar oleh penyairnya. Hanya inti masalah, peristiwa atau inti cerita dan esensi yang dikemukakan dalam puisi. 3. Ekspresi Tidak Langsung Ekspresi tidak langsung dapat berupa kiasan. Riffaterre (dalam Pradopo. 2010: 318) mengemukakan bahwa sepanjang waktu, dari waktu ke waktu, puisi itu selalu berubah. Perubahan ini disebabkan oleh evolusi selera dan perubahan konsep estetik. Akan tetapi, satu hal yang tidak berubah, yaitu puisi itu mengucapkan sesuatu secara tidak langsung. Ucapan tidak langsung ialah menyatakan suatu hal dengan arti lain. Ketidaklangsungan ekspresi ini disebabkan oleh tiga hal yaitu (1) penggantian arti (displacing of meaning), (2) penyimpangan atau pemencongan arti (distorting of meaning), dan (3) penciptaan arti (creating of meaning). B. Kajian Semiotika Peirce merupakan seorang ahli filsafat atau logika. Istilah semiotika dia munculkan sebagai padanan kata untuk logika. Menurut Peirce logika mempelajari cara bernalar dan sesuai dengan hipotesisnya, penalaran dilakukan melalui tanda-tanda. Semiotika merupakan suatu cabang ilmu yang mempelajari tanda. Peirce mengklasifikasikan tanda menjadi beberapa kategori yang berdasar pada beberapa hal. Klasifikasi yang dimunculkan oleh Peirce dikenal dengan konsep triadiknya. Klasifikasi trikotomi yang pertama, Peirce membagi tanda berdasarkan representamen (tanda itu sendiri) menjadi qualisign, sinsign, dan legisign (Noth dalam Nugroho). Qualisign adalah suatu kualitas yang merupakan tanda, walaupun pada dasarnya ia belum dapat menjadi tanda sebelum mewujud. Sinsign adalah suatu hal yang ada (exist) secara aktual yang berupa tanda tunggal. Legisign adalah suatu hukum (law), seperangkat kaidah atau prinsip yang merupakan tanda; setiap tanda konvensional kebahasaan (Budiman dalam Nugroho). Trikotomi yang kedua didasarkan pada hubungan tanda dengan objeknya. “This tricotomy classifies signs with respect to the relation between the representamen and object” (Noth dalam Nugroho). Pada klasifikasi ini, terdapat ikon, indeks, dan simbol. Ikon hubungan karena keserupaan, indeks berdasarkan hubungan sebab akibat, dan simbol hubungan berdasarkan kesepakatan (Ratna dalam Nugroho). Lebih lanjut, ikon dibagi lagi menjadi beberapa macam yaitu citra, diagram, dan metafora. Citra atau imaji adalah tanda yang secara langsung bersifat ikonis, 3
  • 4. yang menampilkan kualitas-kualitas simpel seperti dapat dilihat pada gambar dan karya seni rupa pada umumnya. Macam ikon yang kedua adalah diagram. Diagram adalah ikon yang menampilkan relasi-relasi, terutama relasi diadik atau yang kurang lebih demikian, di antara bagian-bagiannya sendiri. Jenis ikon yang ketiga adalah metafora. Jenis ini merupakan suatu meta-tanda (metasign) yang ikonisitasnya berdasarkan pada kemiripan atau similaritas di antara objek-objek dari dua tanda simbolis (Budiman dalam Nugroho). Menurut Zaimar (1991), analisis semiotika terhadap karya sastra sebaiknya dimulai dengan analisis bahasa dan menggunakan langkah-langkah seperti dalam tataran linguistik wacana. Pertama, menganalisis aspek sintaksis. Kedua, menganalisis aspek semantik. Ketiga, menganalisis aspek pragmatik. Analisis aspek sintaksis mengungkapkan hubungan tanda yang satu dengan tanda yang lain dalam satu karya tersebut. Analisis sintaksis ini lebih mengarah kepada bentuk-bentuk kata yang digunakan. Selain itu dapat juga diarahkan pada kedudukan dan fungsi dari kata atau frasa tersebut dalam suatu ujaran (kalimat). Analisis aspek ini akan menghasilkan suatu pemahaman terhadap kedudukan suatu tanda di antara tanda-tanda yang lain dengan mengetahui fungsi masing-masing tanda tersebut. Dalam menganalisis aspek semantik, hal pertama yang harus dilakukan adalah analisis komponen makna kata yang terdapat dalam puisi. Lalu, analisis dilanjutkan dengan penemuan isotopi hingga motif pun akan diketahui, bahkan tema pun kemungkinan besar dapat ditemukan. Analisis pragmatik lebih mengungkapkan siapa tokoh utama dalam puisi ini dan siapa lawan bicaranya, lalu timbul ujaran-ujaran yang diungkapkan pada puisi ini. Seperti ujaran pertanyaan atau ujaran yang menunjukkan siapa tokoh utama dan siapa atau apa lawan bicara dari tokoh utama. C. Kajian Stilistika Menurut Abrams stilistika kesastraan merupakan sebuah metode analisis karya sastra yang mengkaji berbagai bentuk dan tanda-tanda kebahasaan yang digunakan seperti yang terlihat pada struktur lahirnya. Metode analisis ini menjadi penting, karena dapat memberikan informasi tentang karakteristik khusus sebuah karya sastra. Bahkan, menurut Wellek dan Warren, ia dapat memberikan manfaat yang besar bagi studi sastra jika dapat menentukan prinsip yang mendasari kesatuan karya sastra dan jika dapat menemukan suatu tujuan estetika umum yang menonjol dalam sebuah karya sastra dari keseluruhan unsurnya. Pada awalnya, langkah pertama dalam menganalisis stilistika adalah mengamati devasi-deviasi seperti pengulangan bunyi inversi susunan kata, susunan hierarki klausa, yang semuanya mempunyai fungsi estetis seperti penekanan, atau membuat kejelasan atau justru kebalikannya: usaha estetis untuk mengaburkan dan membuat makna menjadi tidak jelas Keraf (2009 : 113) menyatakan bahwa gaya bahasa dapat dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakain bahasa). Pernyataan tersebut secara khusus mengarah pada kekhasan yang dimiliki oleh setiap penulis dalam penggunaan bahasa dalam komunikasi yang dilakukan. Memang benar apa yang 4
  • 5. diungkapkan Keraf, pada akhirnya, penggunaan bahasa dengan kekhususan tertentu dapat mengantarkan seorang pemakain bahasa mencapai kekhasan bahasa yang dimilikinya. Hal tersebut tentunya dengan suatu intensitas dan konsistensi yang menyertainya. Sehingga tidak sedikit orang yang mampu menunjukkan gaya bahasa yang khas yang berbeda dari bahasa yang digunakan orang pada umumnya. METODE PENELITIAN Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan objektif. Pendekatan objektif merupakan pendekatan yang sangat mengutamakan penyelidikan karya sastra berdasarkan kenyataan teks sastra itu sendiri. Hal-hal yang diluar karya sastra walaupun masih ada hubungan dengan sastra dianggap tidak perlu untuk dijadikan pertimbangan dalam menganalisis. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif dengan teknik pengolahan data analisis deksriptif. Metode penelitian sastra yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Metode penelitian deskriptif analisis merupakan metode yang dilakukan dengan cara mendeskrisikan fakta-fakta, setelah itu disusul dengan melakukan analisis. Di dalam metode ini peneliti tidak hanya menguraikan, namun ia juga bisa memberikan pemahaman dan penjelasan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1) menentukan teks yang dipakai sebagai objek penelitian, yaitu Antologi Puisi Sosial 51 Penyair Pilihan, Bangga Aku Jadi Rakyat Indonesia; 2) menentukan fokus penelitian, yakni menelaah aspek stilistika dan semiotika; 3) menganalisis objek penelitian; dan 4) menyusun dan membuat laporan penelitian. Langkah-langkah analisis melalui pengkajian gaya bahasa (stilistika) dan pemaknaan terhadap tanda (semiotika) yang ada dalam karya. Analisis yang dilakukan akan melewati tiga tahap yaitu analisis aspek sintaksis, analisis aspek semantik dan aspek pragmatik. DESKRIPSI DATA Data yang menjadi objek penelitian ini adalah puisi-puisi pada Antologi Puisi Sosial 51 Penyair Pilihan, Bangga Aku Jadi Rakyat Indonesia. Dalam antologi puisi ini terdapat 51 penyair dan terdapat tiga sampai empat buah puisi dari tiap penyairnya. Puisi-puisi tersebut dikumpulkan berdasarkan tema-tema yang sama. Pada penelitian ini, penulis akan menganalisis tiga puisi Soni Farid Maulana yaitu Stasiun Kota Praja, Air Mata, dan Tulang Belakang. HASIL PENELITIAN Pada hasil penelitian ini penulis akan memaparkan sampel-sampel analisis puisi melalui pendekatan semiotik dan stilistika. Pada tahap ini penulis akan memaparkan tiga buah puisi karya Soni Farid Maulana yang akan dianalisis yaitu; “Stasiun Kota Praja”, “Air Mata”, dan “Tulang Belakang”. Berikut ini adalah pemaparannya. 5
  • 6. 1. Puisi “Stasiun Kota Praja” a. Deskripsi Data Stasiun Kota Praja Apa yang kau ingin dengan tatap matamu setajam mata belati mengincar isi dompetku? Sungguh tak ada uang selain bon utang, alamat lama, kawan masa silam Sekali lagi apa yang kau ingin dengan tatap matamu itu? Sungguh, aku tak akan lengah dengan dompetku, walau tanganmu segarang maut menyabit nyawaku di situ 2010 b. Analisis Semiotik Berdasarkan langkah-langkah pengkajian semiotik yang sudah dipaparkan di dalam kajian teori, dalam mengkaji puisi di atas menggunakan beberapa aspek yaitu berdasarkan aspek sintaksis, aspek semantik, dan aspek pragmatik. Secara sintaksis, puisi di atas tersusun atas rangkaian kata-kata dengan berbagai kategorinya. Puisi tersebut dapat dibagi ke dalam satuan sintaksis yang lebih kecil untuk mempermudah pemahaman. Satuan-satuan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut : /Apa yang kau ingin dengan tatap matamu setajam mata belati mengincar isi dompetku?/, /Sungguh tak ada uang, selain bon utang, alamat lama, kawan masa silam/, /Sekali lagi apa yang kau ingin dengan tatap matamu itu?/, /Sungguh, aku tak akan lengah dengan dompetku. walau tanganmu segarang maut menyabit nyawaku di situ/. Secara sintaksis puisi “Stasiun Kota Praja” memiliki dua bait yang setiap baitnya terdiri atas dua kalimat. Kalimat pertama pada kedua bait merupakan kalimat tanya. Kalimat tanya atau sering disebut kalimat interogatif adalah kalimat yang isinya menanyakan sesuatu atau seseorang (Damaianti. 2006: 106). Dalam kalimat pertama kedua bait puisi ini, ditandai dengan kata tanya apa yang digunakan untuk menanyakan sesuatu. Perasaan merasa diawasi dan kecurigaan si aku dalam puisi tersebut tergambar jelas dalam kalimat pertama dan ketiga berikut ini : / Apa yang kau ingin dengan tatap matamu setajam mata belati mengincar isi dompetku?/,/ Sekali lagi apa yang kau ingin dengan tatap matamu itu?. Pada kalimat kedua dalam bait pertama berikut ini: /Sungguh tak ada uang, selain bon utang, alamat lama, kawan masa silam/, terlihat kepolosan si aku dengan pengakuannya bahwa dia tidak memiliki sesuatu yang berharga. Namun, si aku bukanlah seorang yang penakut dan menyerah begitu saja dengan bahaya yang mungkin akan dihadapi. Kewaspadaannya tergambar jelas dalam kalimat keempat, /Sungguh, aku tak akan lengah dengan dompetku. walau tanganmu segarang maut menyabit nyawaku di situ/ Dikaji secara semantik, ada beberapa isotopi dalam puisi tersebut. Ada isotopi tempat, kecurigaan, keluguan, kewaspadaan, kekejaman dan kejahatan. Dari isotopi-isotopi tersebut dapat ditarik sebuah makna secara 6
  • 7. garis besar bahwa puisi ini mengisahkan sebuah kecurigaan yang dirasakan oleh si aku yang merasakan diawasi. Penggambaran suasana dalam puisi tersebut digambarkan secara gamblang. Kejahatan yang merajalela akibat dari kebobrokan moral sehingga kita harus selalu waspada dimana pun kita berada.S ecara pragmatik berdasarkan tanda dan penanda yang muncul, puisi ini menceritakan sebuah suasana di Stasiun Kota Praja. Bukan hanya suasana kesibukan orang-orang yang akan melakukan perjalanan, namun terdapat kesibukan sekelompok orang yang melakukan kesempatan dalam kesempitan. Kehidupan yang serba sulit ini, lengah sedikit saja kita di tempat umum sudah habislah semua barang berharga kita. Pembaca puisi ini diharapkan masuk ke dalam sebuah suasana tersebut, lewat penggambaran yang menegangkan diharapkan pembaca dapat masuk merasakan apa yang dirasakan si aku. c. Analisis Stilistik Kajian stilistik tidak hanya sekedar melihat gaya bahasa dalam arti sempit yaitu bahasa figuratif atau majas. Namun dapat melangkah pada satuan-satuan bahasa yang lebih detail. Analisis stilistik pada puisi ini, terdapat majas hiperbol pada larik berikut: /Apa yang kau ingin dengan tatap matamu setajam mata belati mengincar isi dompetku?/ dan /walau tanganmu segarang maut menyabit nyawaku di situ/. Majas hiperbol yang dihadirkan memang berfungsi untuk lebih menguatkan suasana tegang karena kecurigaan si aku pada seseorang yang sedang mengamatinya. Larik ini, /walau tanganmu segarang maut menyabit nyawaku di situ/ dapat dikategorikan pula mengadung majas persamaan atau simile. Diksi tanganmu diumpamakan seperti segarang maut menyabit nyawaku di situ. Lebih menguatkan bahwa seseorang yang mengamati si aku benar-benar orang yang kejam. Puisi ini menggunakan gaya bahasa yang dapat dipahami karena langsung menjelaskan secara gamblang situasi suatu tempat yang terjadi melalui penggambaran suasana yang dirasakan tokoh aku. 2. Puisi “Air Mata” a. Deskripsi Data Air Mata Demi hukum dan HAM kau bela para koruptor hingga titik darah penghabisan. Hmm, sungguhkah? Tidak, tidak demi semua itu. Tapi demi segepok uang, Demi asap dapurmu dan demi gizi anak-bini tuamu Juga demi mobil barumu dan villa bini mudamu. Nun di sebuah ranjang rumah sakit di jantung metropolitan siapa yang menunggumu dengan empat sayap putih tumbuh indah di pundaknya? Kau masih teler 2010 7
  • 8. b. Analisis Semiotik Puisi di atas mengisahkan seorang penyair kesal atas ketidakadilan yang sering dilakukan dan kepentingan pribadi yang selalu diutamakan oleh para pelaku hukum. Puisi ini bila dilihat dari judulnya “Air Mata” menjadi sebuah ungkapan kekecewaan pada kondisi yang terjadi. Bila dianalisis secara sintaksis, pada kalimat pertama penyair mengatakan: /Demi hukum dan HAM kau bela para koruptor hingga titik darah penghabisan/, menunjukkan penggambaran peran tokoh si “kau”. Namun terdapat keraguan yang dirasakan penyair sehingga muncul kalimat, “Hmm, sungguhkah?”. Akhirnya pernyataan pertama yang menggambarkan peran si “kau” dibantah pada keterangan kalimat berikutnya, “Tidak, tidak demi semua itu. Tapi demi segepok uang, demi asap dapurmu dan demi gizi anak-bini tuamu. Juga demi mobil barumu dan villa bini mudamu”. Pada kalimat terakhir: “Nun di sebuah ranjang rumah sakit di jantung metropolitan siapa yang menunggumu dengan empat sayap putih tumbuh indah di pundaknya? Kau masih teler, menjelaskan kondisi ketika si “aku” terlena dengan keserakahannya sampai melupakan kuasa Yang Maha Kuasa. Kuasa yang suatu saat akan mencabut segala yang dia punya termasuk nyawanya. Bila dikaji secara semantik, ada beberapa hal yang menjadi menarik untuk dibahas. Ada beberapa pilihan kata seperti kata yang dijadikan judul puisi ini “Air Mata”, air mata disini bukan hanya bermakna air yang keluar dari mata tetapi memiliki makna jauh lebih dari itu. Air mata dapat bermakna sebuah kekecewaan, kekesalan atau kesedihan. Dalam puisi ini jelas air mata yang dimaksud adalah sebuah kekesalan terhadap pelaku yang seharusnya bisa mengayomi masyarakat namun malah mencurangi dengan segala keserakahannya. Dalam puisi tersebut terdapat beberapa isotopi yaitu isotopi perjuangan, keraguan, penolakan, kemanusiaan, keserakahan, dan ancamana. Jadi secara umum dapat ditarik makna bahwa keserakahan dapat menimbulkan suatu tindakan yang bertentangan dengan yang seharusnya diperbuat dan menghalalkan segala cara demi meraih keuntungan pribadi tanpa memikirkan akibat dari perbuatannya. Secara pragmatik, puisi ini menjelaskan kekesalan dari penyair terhadap prilaku para pelaku hukum. Ketidakadilan yang sering dilakukan dan kepentingan pribadi yang selalu diutamakan oleh para pelaku hukum. Pembaca puisi ini diharapkan terbuka pikirannya, betapa pentingnya kita menjalankan suatu kewajiban dengan benar. Selalu ingat sang Maha Penguasa selalu mengawasi kita dan kematian pasti akan datang. Sehingga jangan terlalu terlena dengan keserakahan yang dapat membuat kita lupa pada Maha Kuasa. c. Analisis Stilistik Gaya bahasa dalam puisi ini sangat sederhana sehingga mudah untuk dipahami. Terdapat majas hiperbol pada larik pertama, /Demi hukum dan HAM kau bela para koruptor hingga titik darah penghabisan/, majas hiperbol pada larik ini bertujuan untuk melebih-lebihkan sesuatu yang 8
  • 9. dikerjakan oleh si “kau” namun akhirnya ini menjadi sebuah sindiran atau disebut dengan majas ironi. Karena di kalimat berikutnya digambarkan keserakan yang dilakukan si “kau”. Selain itu di larik terakhir: “Nun di sebuah ranjang rumah sakit di jantung metropolitan siapa yang menunggumu dengan empat sayap putih tumbuh indah di pundaknya?/ . terdapat diksi empat sayap putih tumbuh indah di pundaknya yang menggantikan sebagai sebutan kepada malaikat khususnya malaikat pencabut nyawa karena larik sebelumnya mengatakan: Nun di sebuah ranjang rumah sakit di jantung metropolitan siapa yang menunggumu. 3. Puisi “Tulang Belakang” a. Deskripsi Data Tulang Belakang Puisi adalah indah matamu di sisiku. Tidak, ia adalah luka bakar Dalam hati si miskin, Gelombang banjir, lautan sampah, lakon edan orang berduit di gedung-gedung pemerintahan, para penegak hukum mati kutu karenanya, Tidak, ia adalah kau yang merasa cerdas, padahal kau tak berguna bagi siapa pun, selain parasit, semacam lintah, atau buaya darat, ah malah serupa iblis keparat. Tidak, ia adalah mulut kerasmu mengutuki berbagai proyek kesenian, yang dengan itu kau berdiri dalam barisan paling depan, mengajukan proposal temu kreatif para demit: demi perbaikan gizi anak-binimu. Hhhhmmmmm, Puisi bukan semua itu, ia adalah nyeri kematian, yang sejak lahir mengincar kita dari arah tulang belakang. Dan kau, cintaku, di sisiku, mendaras ayat kursi. 2011 b. Analisis Semiotik Dalam puisi di atas Soni Farid Maulana ingin mengungkapkan makna dari sebuah kata puisi. Di awal larik penyair mengatakan: /Puisi adalah indah matamu di sisiku/. Namun di larik berikutnya terdapat pertengkaran batin si penyair, sehingga puisi tersebut membentuk suatu monolog. Secara sintaksis, larik kedua sampai larik terakhir merupakan keterangan dari subjek. Kata puisi yang menjadi subjek mengalami pelesapan sehingga menggunakan kata ganti ia. Pertama, batinnya mengatakan: /Tidak, ia adalah luka bakar dalam hati si miskin/, /gelombang banjir/, /lautan sampah/, /lakon edan orang berduit di gedung-gedung pemerintahan/, /para penegak hukum mati kutu karenanya/. Keterangan subjek lebih mengarah 9
  • 10. pada kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh keserakahan manusia. Kedua, batinnya mengatakan: /Tidak, ia adalah kau yang merasa cerdas, padahal kau tak berguna bagi siapa pun, selain parasit, semacam lintah, atau buaya darat, ah malah serupa iblis keparat/. Keterangan subjek mengarah pada keterangan sifat manusia yang sombong dan licik. Ketiga, batinnya mengatakan: / Tidak, ia adalah mulut kerasmu mengutuki berbagai proyek kesenian, yang dengan itu kau berdiri dalam barisan paling depan, mengajukan proposal temu kreatif para demit: demi perbaikan gizi anak-binimu/. Keterangan subjek mengarah pada kelicikan seorang yang serakah demi kepentingannya pribadi. Di akhir larik penyair mengatakan penolakan terhadap pendapat-pendapat batinnya, /Puisi bukan semua itu, ia adalah nyeri kematian, yang sejak lahir mengincar kita dari arah tulang belakang. Dan kau, cintaku, di sisiku, mendaras ayat kursi/. Bila dikaji secara semantik, larik /puisi adalah indah di matamu/ ingin menggambarkan bahwa puisi itu merupakan sesuatu yang indah. Namun dalam kenyataannya sesuatu yang indah belum tentu indah. Sehingga terdapat dalam diri penyair sendiri sebuah kegalauan mengenai makna dari sebuah puisi. Diksi puisi dalam puisi ini dapat diartikan seperti kehidupan. Kehidupan yang terlihat indah dan terkadang melenakan ini sebenarnya hanya bersifat semu. Pada kenyataannya kehancuran terjadi dimana-mana akibat dari keserakahan yang hanya mementingkan diri sendiri. Diksi Tulang Belakang yang menjadi judul dalam puisi ini pun memiliki makna lebih dari tulang belakang yang berfungsi sebagai penyokong tubuh. Dalam puisi ini tulang belakang bisa berarti sebuah prinsip hidup. Kehidupan yang melenakan selalu menyerang kita mulai dari prinsip hidup yang menjadi pegangan. Dalam puisi tersebut terdapat beberapa isotopi, seperti isotopi pernyataan, isotopi penolakan, isotopi kegalauan, isotopi kejahatan, isotopi keserakahan, isotopi penderitaan, isotopi kerusakan, isotopi bencana, isotopi kemanusiaan dan isotopi kecurangan. Jadi secara umum dapat ditarik makna bahwa kehidupan yang terlihat indah belum tentu indah dalam kenyataanya. Secara pragmatik setelah melihat tanda dan penanda yang terdapat pada puisi ini, mengisahkan kegalauan si “aku” memaknai kata “puisi” yang berarti kehidupan. Pembaca puisi ini diharapkan dapat ikut merenungkan makna dari sebuah kehidupan itu apa. Karena kehidupan yang terlihat indah dan terkadang melenakan ini sebenarnya hanya bersifar semu. c. Analisis Stilistik Puisi di atas dalam penggunaan gaya bahasa dan diksi-diksinya sangat menarik. Rangkaian kata-kata dalam puisi ini membentuk sebuah monolog si penyair dengan batinnya. Diksi Tulang Belakang yang menjadi judul dalam puisi ini pun memiliki makna lebih dari tulang belakang, dalam puisi ini tulang belakang dapat diartikan seperti kehidupan. Puisi ini banyak sekali menggunakan majas sindiran atau ironi, seperti dalam larik berikut: /Tidak, ia adalah kau yang merasa cerdas, padahal kau tak berguna bagi siapa pun, selain parasit, semacam lintah, atau buaya darat, ah malah serupa iblis keparat/. 10
  • 11. PEMBAHASAN A. Kritik Sosial terhadap Kebobrokan Moral: Tinjauan Semiotik Antologi Puisi Sosial 51 Penyair Pilihan, Bangga Aku Jadi Rakyat Indonesia Puisi merupakan suatu ungkapan yang bermedium bahasa. Kata-kata merupakan unsur yang cukup penting dalam puisi. Suatu pemilihan kata yang tepat akan sangat membantu kualitas dari puisi. Berawal dari analisis puisi-puisi yang ada dalam Antologi Puisi Sosial 51 Penyair Pilihan, Bangga Aku Jadi Rakyat Indonesia melalui pendekatan semiotika dan stilistika, penulis menemukan beberapa hal yang dapat diambil. Hal-hal tersebut berkaitan dengan tanda-tanda dan gaya bahasa yang dimunculkan oleh puisi-puisi Soni Farid Maulana. Analisis semiotik pada puisi-puisi tersebut bertujuan untuk mengungkap tanda dan petanda yang terdapat dalam puisi. Pengungkapan tanda ini dimaksudkan agar pembaca dapat menafsirkan suatu makna yang terkandung dalam puisi. Pengungkapan tanda-tanda tersebut melahirkan berbagai isotopi yang kemudian memunculkan tema dalam puisi. Tema ini menjadi sebuah unsur dalam puisi agar pembaca dapat memaknai puisi tersebut. Puisi-puisi dalam Antologi Puisi Sosial 51 Penyair Pilihan, Bangga Aku Jadi Rakyat Indonesia ini memiliki tema yang hampir sama yaitu sebuah kritik sosial terhadap suatu kondisi sosial masyarakat. Pada Antologi puisi ini Soni Farid Maulana memasukan empat buah puisi yaitu Tulang Belakang, Stasiun Kota Praja, Air Mata dan Sirte. Setelah dilakukan analisis semiotik terhadap puisi-puisi yang terdapat dalam Antologi Puisi Sosial 51 Penyair Pilihan, Bangga Aku Jadi Rakyat Indonesia, didapatkan peta kesamaan dari puisi-puisi yang ada dalam antologi tersebut. Peta kesamaan ini lebih didasarkan pada analisis semiotik yang lebih khusus diorientasikan pada pengungkapan tematik puisi. Tema-tema yang dimunculkan dalam antologi puisi ini banyak memiliki kesamaan yaitu tentang kondisi sosial masyarakat. Sehingga dengan adanya peta kesamaan tema tersebut dapat mempermudah dalam proses pengkajian antologi puisi ini. Dari hasil analisis telah didapatkan bahwa tema-tema seputar kritik sosial lewat penggambaran secara langsung sangat mendominasi puisi-puisi dalam Antologi Puisi Sosial 51 Penyair Pilihan, Bangga Aku Jadi Rakyat Indonesia. Soni Farid Maulana menggunakan penggambaran kondisi sosial secara langsung dan benar-benar real. Dalam puisi Stasiun Kota Praja mengandung tema kritik sosial. Puisi ini menceritakan sebuah suasana di Stasiun Kota Praja. Bukan hanya suasana kesibukan orang-orang yang akan melakukan perjalanan, namun terdapat kesibukan sekelompok orang yang melakukan kesempatan dalam kesempitan. Sebuah potret kehidupan yang mencerminkan kebobrokan moral manusia. Di tempat itu dikisahkan seseorang yang merasakan diawasi. Kecurigaannya datang ketika seseorang menatapnya dengan tajam seperti mengincar sesuatu yang dia miliki. 11
  • 12. Tanda- tanda kecurigaan ini dimunculkan pada larik pertama dan ketiga, /Sekali lagi apa yang kau ingin dengan tatap matamu itu?/ dan /Apa yang kau ingin dengan tatap matamu setajam mata belati mengincar isi dompetku?/. Tanda- tanda kejahatan dan kegarangan dimunculkan pada larik terakhir, /walau tanganmu segarang maut menyabit nyawaku di situ/. Dalam puisi Air Mata pun mengandung kritik sosial. Penggambaran kondisi sosial digambarkan secara jelas. Puisi ini mengisahkan seorang penyair kesal atas ketidakadilan yang sering dilakukan dan kepentingan pribadi yang selalu diutamakan oleh para pelaku hukum. Puisi ini bila dilihat dari judulnya “Air Mata” menjadi sebuah ungkapan kekecewaan pada kondisi yang terjadi. Diksi air mata disini bukan hanya bermakna air yang keluar dari mata tetapi memiliki makna jauh lebih dari itu. Air mata dapat bermakna sebuah kekecewaan, kekesalan atau kesedihan. Dalam puisi ini jelas air mata yang dimaksud adalah sebuah kekesalan terhadap pelaku yang seharusnya bisa mengayomi masyarakat namun malah mencurangi dengan segala keserakahannya. Tema- tema kritik sosial terhadap kebobrokan moral muncul juga pada puisi Tulang Belakang. Puisi ini ingin menggambarkan bahwa puisi itu merupakan sesuatu yang indah. Namun dalam kenyataannya sesuatu yang indah belum tentu indah. Sehingga terdapat dalam diri penyair sendiri sebuah kegalauan mengenai makna dari sebuah puisi. Diksi puisi dalam puisi ini dapat diartikan seperti kehidupan. Kehidupan yang terlihat indah dan terkadang melenakan ini sebenarnya hanya bersifat semu. Pada kenyataannya kehancuran terjadi dimana-mana akibat dari keserakahan yang hanya mementingkan diri sendiri. Dalam puisi ini gambaran mengenai kerusakan, keserakahan digambarkan secara gamblang. Tanda- tanda kerusakan ini dimunculkan pada larik berikut: /Tidak, ia adalah luka bakar dalam hati si miskin/, /gelombang banjir/, /lautan sampah/, /lakon edan orang berduit di gedung-gedung pemerintahan/, /para penegak hukum mati kutu karenanya/. Lalu tanda- tanda keserakahan dimunculkan pada larik berikut: Tidak, ia adalah kau yang merasa cerdas, padahal kau tak berguna bagi siapa pun, selain parasit, semacam lintah, atau buaya darat, ah malah serupa iblis keparat/ dan / Tidak, ia adalah mulut kerasmu mengutuki berbagai proyek kesenian, yang dengan itu kau berdiri dalam barisan paling depan, mengajukan proposal temu kreatif para demit: demi perbaikan gizi anak-binimu/. Secara garis besarnya puisi-puisi karya Soni Farid Maulana dalam Antologi Puisi Sosial 51 Penyair Pilihan, Bangga Aku Jadi Rakyat Indonesia ini mengangkat tema-tema tentang kritik sosial. Kritik sosial ini diungkapkan melalui gambaran yang sederhana dan benar-benar real digambarkan bagaimana kebobrokan moral manusia. Hal ini membantu kita sebagai pembacanya mudah memahami isi dari puisi-puisi tersebut. 12
  • 13. B. Sindiran sebagai Penegas Sebuah Kritik Sosial terhadap Kebobrokan Moral: Tinjauan Stilistika Antologi Puisi Sosial 51 Penyair Pilihan, Bangga Aku Jadi Rakyat Indonesia Dalam karya sastra, gaya bahasa memiliki peran yang sangat penting untuk mencapai tingkat estetika tertentu. Terkait dengan penggunaan gaya bahasa dalam puisi, orang sering kali memahaminya sebagai penggunaan bahasa kias atau sering juga orang menyebutnya majas. Stilistika sebagai suatu ilmu yang mempelajari gaya bahasa menjadi pilihan yang dipakai oleh penyair dalam memperindah penyampaian gagasan dalam puisi. Analisis terhadap puisi-puisi yang ada dalam Antologi Puisi Sosial 51 Penyair Pilihan, Bangga Aku Jadi Rakyat Indonesia secara stilistik didapatkan berbagai gaya yang dieksplorasi. Majas sebagai bagian dari gaya bahasa ada dalam setiap puisi. Eksplorasi majas terkait dengan pilihan-pilihan seperti diksi. Sebagian besar puisi- puisi dalam Antologi Puisi Sosial 51 Penyair Pilihan, Bangga Aku Jadi Rakyat Indonesia menggunakan diksi-diksi yang sederhana sehingga mudah untuk dipahami. Penggambaran kondisi sosial yang terdapat pada puisi-puisi Soni Farid Maulana dalam antologi tersebut digambarkan secara gamblang. Puisi-puisi dalam antologi puisi ini pun tak terlepas dari majas yang memperindah puisi. Dalam KBBI Luar Jaringan Versi 1.5 mencatat bahwa majas adalah cara melukiskan sesuatu dengan jalan menyamakannya dengan sesuatu yang lain atau disebut juga kiasan. Bahasa kiasan ada bermacam-macam, namun meskipun bermacam- macam, mempunyai sesuatu hal (sifat) yang umum, yaitu bahasa-bahasa kiasan tersebut mempertalikan sesuatu dengan cara menghubungkannya dengan sesuatu yang lain (Altenbernd dalam Pradopo, 1970: 15). Majas-majas yang dominan muncul yaitu majas hiperbol dan majas ironi. Majas hiperbol merupakan gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang berlebihan, dengan membesar-besarkan sesuatu hal. Sedangkan majas ironi merupakan gaya bahasa yang menjadi acuan yang ingin mengatakan sesuatu dengan makna atau maksud berlainan dari apa yang terkandung dalam rangkaian kata-katanya. Majas hiperbol dan majas ironi dalam puisi-puisi Soni Farid Maulana in bertujuan untuk lebih menegaskan hal yang ingin diungkapkan berkaitan dengan tema-tema kritik sosial yang terdapat dalam Antologi Puisi Sosial 51 Penyair Pilihan, Bangga Aku Jadi Rakyat Indonesia . 13
  • 14. SIMPULAN Dari pengkajian-pengkajian yang dilakukan di awal dapat disimpulkan beberapa hal yaitu sebagai berikut: 1. Pada pengkajian secara semiotik puisi-puisi karya Soni Farid Maulana dalam Antologi Puisi Sosial 51 Penyair Pilihan, Bangga Aku Jadi Rakyat Indonesia banyak didominasi oleh tema-tema tentang kritik terhadap kondisi sosial yang terjadi pada suatu masyarakat. Hal ini karena antologi puisi tersebut adalah antologi puisi yang bertemakan sama yaitu tentang kondisi sosial masyarakat. 2. Pada pengkajian secara stilistik puisi-puisi karya Soni Farid Maulana dalam Antologi Puisi Sosial 51 Penyair Pilihan, Bangga Aku Jadi Rakyat Indonesia terdapat beberapa pemakaian diksi-diksi yang menarik dan dominan menggunakan majas hiperbol untuk lebih menegaskan hal yang ingin diungkapkan serta majas ironi atau sindiran karena majas ini berkaitan dengan tema-tema kritik sosial yang terdapat dalam puisi-puisi Soni Farid Maulana. DAFTAR PUSTAKA Damaianti, Viesmaia S. Dan Nunung Sitaresmi. 2005. Sintaksis Bahasa Indonesia. Bandung: Pusat Studi Literasi. Keraf, G. (2009). Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta : Gramedia. Maulida,Avira.N. (2012). Hakikat Puisi. [Online]. Tersedia: [http://duniaevira.blogspot.com/2012/05/hakikat-puisi.html] yang direkam pada 17 Mei 2012. [3 Januari 2014] Nugroho, Rudi A. (2013). CINTA, ALAM, DAN INTERTEKS: Tinjauan Semiotik dan Stilistik terhadap Antologi Puisi Situ Waktu. Jurnal. Bandung. Pradopo, R.D. (2010). Pengkajian Puisi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Ramlan. 2005. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta: C.V. Karyono. Wellek, Rene dan Austin Warren. (1990) Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia. 14