PERBEDAAN SIKLUS MENSTRUASI ANTARA IBU YANG MENGGUNAKAN ALAT KONTRASEPSI IUD ...Salisa Setiawati
PERBEDAAN SIKLUS MENSTRUASI ANTARA IBU YANG
MENGGUNAKAN ALAT KONTRASEPSI IUD DENGAN KONTRASEPSI
SUNTIK DI DUSUN GENENG SENTUL SIDOAGUNG GODEAN SLEMAN
YOGYAKARTA
PERBEDAAN SIKLUS MENSTRUASI ANTARA IBU YANG MENGGUNAKAN ALAT KONTRASEPSI IUD ...Salisa Setiawati
PERBEDAAN SIKLUS MENSTRUASI ANTARA IBU YANG
MENGGUNAKAN ALAT KONTRASEPSI IUD DENGAN KONTRASEPSI
SUNTIK DI DUSUN GENENG SENTUL SIDOAGUNG GODEAN SLEMAN
YOGYAKARTA
PERBEDAAN SIKLUS MENSTRUASI ANTARA IBU YANG MENGGUNAKAN ALAT KONTRASEPSI IUD ...Salisa Setiawati
PERBEDAAN SIKLUS MENSTRUASI ANTARA IBU YANG
MENGGUNAKAN ALAT KONTRASEPSI IUD DENGAN KONTRASEPSI
SUNTIK DI DUSUN GENENG SENTUL SIDOAGUNG GODEAN SLEMAN
YOGYAKARTA
1. BAB I
PENDAHULUAN
1
1.1 Latar Belakang
Keluarga sangat penting dalam menjalankan sebuah hidup dalam
berumah tangga. Kesejahteraan keluarga merupakan output dari
ketahanan keluarga. Dimana diketahui bahwa jika kesejahteraan keluarga
kurang maka anak-anak kurang mendapatkan pendidikan dan gizi yang
layak tersebut pada akhirnya akan menjadi calon-calon orangtua dengan
tingkat pendidikan dan kesejahteraan rendah, yang kemudian akan
menghasilkan anak-anak dengan tingkat pendidikan yang kesejahteraan
yang rendah pula. Pada akhirnya, kelompok miskin tersebut akan tidak
pernah lepas dari lingkaran kemiskinan.
Cakupan pelayanan keluarga berencana bagi masyarakat miskin
masih rendah, hal ini menunjukkan akses dan kualitas pelayanan KB bagi
mereka masih juga rendah. Meskipun target peserta KB baru dan aktif
setiap tahun relatif baik, kontribusi peserta KB baru miskin terhadap
pertambahan peserta KB aktif miskin diduga masih relatif kecil disebabkan
tingginya kegagalan pemakai kontrasepsi dan tingginya angka putus pakai
kontrasepsi pada akseptor KB miskin. Berdasarkan hal ini, maka
dilakukan analisis dan dirumuskan rekomendasi perbaikan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan KB bagi masyarakat miskin, (Profil
Bappenas diakses 21 Maret 2014).
Program Keluarga berencana yang kita kenal seperti sekarang ini
adalah buah perjuangan yang cukup lama yang dilakukan tokoh-tokoh
2. 2
atau pelopor di bidang itu, baik di dalam maupun diluar negeri. Diluar
negeri upaya keluarga berencana mula-mula timbul atas prakarsa
kelompok orang-orang yang menaruh perhatian pada masalah kesehatan
ibu, yaitu pada awal abad XIX di Inggris. Hal tersebut sejalan dengan
ditinggalkannya cara-cara mengatur kehamilan secara tradisional dan
mulai digunakannya alat-alat kontrasepsi yang memenuhi syarat medis,
maka dimulailah usaha-usaha keluarga berencana di abad modern,
dengan tujuan dan sasaran uang lebih luas, tidak terbatas pada upaya
mewujudkan kesehatan ibu dan anak dengan cara membatasi kehamilan
atau kelahiran saja, (Meilani N dkk, 2008).
Oleh Suratun, 2008 menurut WHO (World Helath Organisation),
(1970) keluarga berencana adalah tindakan yang membantu suami istri
untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan
kehamilan yang tidak diinginkan, mengatur interval antara lain, mengontrol
waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan suami istri serta
menentukan jumlah anak dalam keluarga, (Suratun, dkk, 2008).
Hasil survei pengetahuan keluarga menunjukkan bahwa jumlah
PUS mengalami peningkatan setiap tahunnya, dari sekitar 37,7 juta PUS
menjadi 43,6 juta PUS. PUS tersebut terbagi menjadi PUS yang ber-KB
karena berbagai alasan seperti hamil, keinginan mempunyai anak,
keinginan untuk menunda anak dan tidak ingin mempunyai anak lagi atau
disebut unmet need. Presentase PUS bukan peserta KB terlihat
menunjukkan penurunan, hal ini mengindikasikan perbaikan akses
3. 3
pelayanan KB sehingga cakupan KB meningkat, (Profil Bappenas diakses
21 Maret 2014).
Menurut profil BKKBN jumlah peserta pengguna KB Di Indonesia
pada periode Agustus 2012 sebanyak 6.152.231 pengguna. Apabila dilihat
per mix kontrasepsi maka presentasenya adalah sebagai berikut, yang
menggunakan IUD 449.177 orang atau 7,46 %, MOW 87.079 orang atau
1,24 %, MOP 17.331 orang atau 0.28%, kondom 462.186 atau 7,51%,
implant 527.569 orang atau 8.58 %, suntikan 2.949.633 atau 47,94%, Pil
1.649.256 orang atau 26.81%, (Profil BKKBN Nasional, diakses pada
tanggal 21 Maret 2014).
Dari data diatas dapat kita lihat ketahui bahwa sebagian besar
masyarakat Indonesia yang menggunakan alat kontrasepsi memilih
metode non kontrasepsi jangka panjang atau dapat dikatakan mereka
memilih alat kontrasepsi Yang memiliki reaksi jangka pendek. Total
pengguna alat kontrasepsi jangka pendek mencapai 83,33%, sementara
penggunaan kontrasepsi jangka panjang hanya sebesar 16,67%. Metode
kontrasepsi yang meyoritas dipilih oleh masyarakat yaitu metode suntikan
dengan presentase 47,94%, sementara metode yang paling tidak diminati
oleh masyarakat Indonesia adalah metode persentase 47,94%, sementara
metode yang paling tidak diminati oleh masyarakat Indonesia adalah
metode MOP dengan presentase hanya 0,51%.
4. 4
Menurut penelitian Jansiun Sinaga, dkk, bahwa jumlah akseptor
KB yang ada di Kelurahan Simarimbun Kota Pematang Siantar tahun
2009 yaitu sebanyak 927 akseptor.Analisa data dilakukan secara deskritif
dengan melihat persentasi data frekuensi yang telah terkumpul dan
disajikan dalam tabel silang, dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa
mayoritas responden mempunyai pengetahuan baik sebanyak 139 orang
(49,8%), diantaranya yang memakai IUD sebanyak 20 orang (7,2%),
Implant sebanyak 19 orang (6,8%), Suntik sebanyak 45 orang (16,1%),
kondom sebanyak 3 orang (1,1%), Pil sebanyak 29 orang (10,4%), MOW
sebanyak 23 orang (8,2%), dan paling sedikit mempunyai pengetahuan
kurang yaitu sebanyak 48 orang (17,2%). Dari 48 tersebut yang memakai
IUD 2 orang, suntik sebanyak 25 orang, kondom sebanyak 8 orang, Pil
sebanyak 13 orang. Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi rendahnya pengguna berbagai macam kontrasepsi . Dari
hasil penelitian tersebut diketahui bahwa semakin baik pendapatan
mereka maka semakin baik juga alat kontrasepsi yang mereka gunakan,
(Jurnal Jansiun Sinaga, 2010, diakses tanggal 1 April 2014).
Menurut pelitian jurnal Yanti.N.H, dkk, jumlah PUS di Kabupaten
Deli Serdang sampai tahun 2010 sebanyak 300.133 jiwa, dengan capaian
Akseptor KB baru sebesar 14,98%, peserta KB aktif sebesar 73.06%.
Akseptor yang menggunakan MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka
Panjang) seperti: IUD sebesar 11,11%, MOP/MOW sebesar 5,74%,
implant sebesar 8,035%. Non MKJP yaitu memakai kondom sebesar
5. 5
8,23%, suntik sebesar 31,45% dan pil sebesar 35,41%. Jumlah PUS
sampai bulan Juni tahun 2011 di Kecamatan Pantai Labu sebanyak 7.472
jiwa, ada peningkatan dibandingkan tahun 2009 sebanyak 7.221.
Partisipasi masyarakat sebagai Peserta KB Aktif tahun 2011 sebesar
5.453 yakni 72,98% dari jumlah total PUS, capaian KB baru 47% dari
Permintaan Pemakaian Masyarakat (PPM) sebanyak 1.032. Dari jumlah
tersebut distribusi peserta KB menurut alat adalah: IUD dengan PPM
sebanyak 621 dan PA sebesar 1,89%, MOW/MOP PPM sebanyak 338
dan PA 3,08%, implant PPM sebanyak 416 dan PA 7,99%, kondom PPM
sebanyak 474 dan PA 10,28%, suntik PPM sebanyak 2.016 dan PA
30,64%, dan pil PPM sebanyak 2.400 dan PA 43,90%. Meskipun
masyarakat telah mengalami perubahan bersamaan dengan proses
modernisasi, aspek sosio-kultural masih melekat dalam kehidupan sehari-hari
sehingga mempengaruhi penerimaan dan pelaksanaan program KB
di Indonesia, ( Jurnl Yanti.N.H,dkk, 2011, diakses tanggal 1 April 2014).
Menurut penelitian Santa Siahaan Di Desa Dolok Margu
Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2012,
bahwa 28 orang responden berpengetahuan baik berdasarkan kelompok
umur 20-25 mayoritas berpengetahuan kurang sebanyak 21 orang (75%),
berdasarkan pendidikan SMA mayoritas berpengetahuan kurang
sebanyak 11 orang (39,9%) berdasarkan pekerjaan petani mayoritas
berpengetahuan kurang sebanyak 16 orang (57,1%), (Jurnal Santa M
Siahaan,2012).
6. 6
Menurut profil Humbang Hasundutan jumlah penduduk menurut
jenis kelamin perempuan sebanyak 87.996 jiwa dan menurut jenis
kelamin laki-laki sebanyak 86.769 jiwa dan menurut jumplah PUS
sebanyak 23.033, yang menjadi peserta KB Baru sebanyak 7.645
(33,19%) dan yang menjadi peserta KB aktif sebanyak 15.637 jiwa
(67,89%). Yang menggunakan KB Baru menurut metode KB, IUD
sebanyak 1.144 jiwa (14,96%), MOP sebanyak 15 jiwa (0,20%), MOW
sebanyak 143 jiwa (1,87%), Kondom sebanyak 994 jiwa (13,00%), implant
sebanyak 1.668 jiwa (21,82%), Suntikan sebanyak 2.394 jiwa (31,31%),
dan yang menggunakan metode Pil sebanyak 1.287 jiwa (16,83%).Dan
yang menjadi peserta KB Aktif yang menggunakan metode IUD sebanyak
2.435 jiwa (15,57%), MOW sebanyak 1.711 jiwa (10,94%), MOP sebanyak
39 jiwa (0,25 %), kondom sebanyak, 1.747 jiwa (11,17%), Implan
sebanyak 1.799 jiwa (11,50%), Suntikan sebanyak 4.480 jiwa (28,65), Pil
sebanyak 3.426 jiwa (21,91%), (Profil Humbang, 2012).
Pada observasi pendahuluan pada tanggal 27 Maret di Poskesdes
Sosor Tambok terlihat Pasangan Usia Subur sebanyak 60 KK, yang
menggunakan metode kondom sebanyak 1 orang, yang menggunakan
metode Implant 8 sebanyak orang, yang menggunakan metode Suntik
sebanyak 10 orang, yang menggunakan metode Pil sebanyak 3 orang,
yang menggunakan metode KB IUD sebanyak 4 orang, yang
menggunakan metode MOW sebanyak 4 orang dan metode KB MOP
7. 7
tidak ada yang menggunakan. Dari data yang diambil yang paling banyak
digunakan adalah metode Suntik.
Melihat dari latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul Pengaruh Pengetahuan Pasangan Usia Subur
(PUS) Terhadap Penggunaan KB Di Poskesdes Bidan M. Tambunan
Desa Sosor Tambok Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang
Hasundutan Tahun 2014.
1.2 Perumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka penulis membuat rumusan
masalah penelitian adalah :“Bagaimana pengaruh pengetahuan
Pasangan Usia Subur terhadap rendahnya pengguna KB di
Poskesdes Bidan M. Tambunan Desa Sosor Tambok Kecamatan
Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2014”.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan PUS dengan rendahnya
pengguna KB di Poskesdes Bidan M. Tambunan Desa Sosor Tambok
Kecamatan Doloksanggul Kebupaten Humbang Hasundutan Tahun 2014.
1.3.2 Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui pengaruh PUS terhadap rendahnya pengguna
KB berdasarkan pendidikan.
b) Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan PUS terhadap
rendahnya pengguna KB berdasarkan pekerjaan.
8. 8
c) Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan PUS terhadap
rendahnya pengguna KB berdasarkan sumber informasi.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi PUS (Pasangan Usia Subur)
Dapat meningkatkan pengetahuan terhadap program KB yang
sudah ada dilaksanakan.
1.4.2 Bagi Masyarakat
Sebagai bahan informasi untuk masyarakat terutama Pasangan
Usia Subur (PUS) terhadap program KB.
1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan
a. Sebagai sumber refrensi, sumber bahan bacaan, dan bahan
pengajaran terutama yang berkaitan dengan gambaran
pengetahuan PUS terhadap program KB.
b. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam bidang
penelitian serta penerapan ilmu yang didapat selama studi.
1.4.4 Bagi Peneliti
a. Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program
D-III Kebidanan Kesehatan Baru Doloksanggul.
b. Sebagai aplikasi ilmu yang telah didapat selama perkulihaan di
Akademi Kebidanan Kesehatan Baru Doloksanggul.