SlideShare a Scribd company logo
1 of 30
PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN BRIDGING ANALOGY

      UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA

                    PADA MATERI LISTRIK DINAMIS

                    (Penelitian di kelas X SMAN 1 Tomo)

A. Latar Belakang

       Seiring dengan perkembangan masyarakat dengan kebutuhan yang

relatifmeningkat, pemerintah berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Berdasarkan UU. Sisdiknas No. 20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar

dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan

Negara.

       Banyak siswa yang merasa takut dengan pelajaran fisika karena sudah

dianggap sebagai pelajaran yang sulit dipahami sehingga hasil belajar yang

didapat pun selalu minim. Hal ini disebabkan karena pembelajaran masih

didominasi oleh guru dimana murid hanya menerima penjelasan dari guru,

mencatat hal-hal penting dan menghafal rumus-rumus.Padahal, jika dalam proses

pembelajaran fisika digunakan sebuah metode pembelajaran yang tepat maka

pelajaran fisika pun akan menjadi pelajaran yang menarik karenakonsep-konsep

fisika yang dipelajari sangat terkait dengan kehidupan sehari-hari. Dengan adanya

keterkaitan konsep-konsep fisika dengan kehidupan sehari-hari maka sangat




                                          1
2




dibutuhkan suatu gambaran, imajinasi, atau bentuk analogi dari suatu konsep,

sehingga konsep fisika tidak hanya dihafal tetapi mudah untuk dipahami.

       Berdasarkan hasil studi pendahuluan mengenai pembelajaran fisika di

kelas X SMAN 1 Tomo, diperoleh bahwa pemahaman konsep fisika siswa masih

rendah.Menurut guru yang bersangkutan, hal tersebut disebabkan karena metode

yang diterapkan dalam pembelajaran selalu menggunakan metode ceramah,

sehingga pembelajaran hanya berpusat pada guru. Selain itu faktor pengajar yang

bukan guru fisika yang sebenarnya pun menjadi penyebab pembelajaran fisika

yang kurang efektif. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa,

mereka mengatakan sangat jarang melakukan kegiatan praktikum. Hal tersebut

disebabkan kurangnya fasilitas praktikum.

       Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bidang studi fisika mengatakan

bahwa untuk melakukan kegiatan praktikum sangat dibutuhkan fasilitas praktikum

yang memadai agar kegiatan praktikum lebih efektif. Sehingga guru lebih memilih

metode ceramah dengan alasan agar materi tetap tersampaikan walaupun tanpa

diadakan praktikum.

       Masalah rendahnya pemahaman konsep fisika siswa perlu diperhatikan

karena pemahaman konsep dalam pembelajaran fisika sangat dibutuhkan sehingga

dengan adanya penanaman pemahaman konsep pada siswa, pembelajaran fisika

akan lebih bermakna dan terarah sehingga tujuan pendidikan akan tercapai.Siswa

dikatakan memahami bila memiliki kemampuan berpikir untuk mengkonstruksi

makna dari materi pembelajaran baik lisan, tulisan dan komunikasi grafik atau

pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki, atau mengintegrasikan
3




pengetahuan yang baru ke dalam skema yang telah ada dalam pemikiran siswa

(Anderson, 2001:70).

       Oleh sebab itu, guru harus memberikan fasilitas berupa metode atau

pendekatan yang dapat menanamkan pemahaman konsep siswa. Dari sekian

banyaknya pendekatan pembelajaran, maka diberikan alternatif pendekatan

pembelajaran yang dianggap mampu meningkatkan pemahaman siswa yaitu

pendekatan pembelajaran bridging analogy. Berdasarkan karakteristiknya,

Purwanita dalam Fuadah (2011:18) analogi terbagi menjadi, bridging analogy

yang menggunakan berbagai bentuk intermediet untuk sampai pada konsep target

yang dituju dan pictorial analogy yang menggunakan gambar-gambar sebagai

persamaan dari target.

       Pendekatan bridging analogy adalah suatu pendekatan analogi yang

menghubungkan atau menjembatani konsep yang dianalogikan (diajarkan) dari

konsep yang dianggap sebagai analog (Indrawati, 1997: 21 dalam Fuadah (2011:

18). Mei-Hung Chiu, Jing-Wen Lin (2004: 431) mengemukakan bahwa ada

beberapa fungsi dari model analogi diantaranya : (1) analogi dapat dijadikan alat

untuk memahami suatu konsep; (2) analogi dapat dijadikan alat untuk memahami

suatu konsep dan pemecahan masalah; (3) analogi dianggap sebagai cara asimilasi

pengetahuan baru ke dalam struktur yang ada; (4) analogi dapat mengurangi

miskonsepsi pada siswa; (5) analogi dapat membangkitkan intuisi siswa.

       Menurut Glynn (1995) dalam Wibowo (2010:16) bahwa model

pembelajaran analogi merupakan model pembelajaran yang terdiri dari enam

tahapan yaitu memperkenalkan konsep target, menyampaikan konsep analogi,
4




mengidentifikasi sifat-sifat konsep analogi dengan konsep target, memetakan

kesamaan, mengidentifikasi sifat konsep analogi yang tidak relevan, dan menarik

kesimpulan tentang target. Materi yang dipilih dalam penelitian ini adalah materi

listrik dinamis, karena pada materi ini siswa kurang memahami konsep arus

listrik, selain itu materi listrik arus searah merupakan salah satu subpokok yang

menjadi prasyarat mempelajari teori listrik dinamis.

       Penerapan pendekatan bridging analogy ini menuntut siswa untuk bisa

menghubungkan suatu konsep yang dianalogikan dengan konsep sasaran dan

diharapkan siswa mampu meningkatkan pemahaman konsep. Berdasarkan hasil

penelitian Wibowo (2010: 68) menyimpulkan bahwa penerapan model

pembelajaran analogi dapat meningkatkan pemahaman konsep fisika siswa pada

materi listrik dinamis dengan kategori sedang. Kemudian berdasarkan penelitian

Fuadah (2011: 74) Penerapan pendekatan pembelajaran bridging analogy dapat

meningkatkan kemampuan metakognitif matematika siswa SMP.

       Pada penelitian lain mengenai bridging analogy yang dilakukan oleh

Podolefsky   (2005:    16)   menyatakan     bahwa      pendekatan   analogi   dapat

mempengaruhi pemahaman konsep-konsep fisika pada siswa. Kemudian

penelitian yang dilakukan oleh Refik Dilber, Bahattin Duzgun (2008: 5)

menyatakan bahwa model analogi lebih meningkatkan pemahaman konsep serta

mengurangi miskonsepsi siswa pada materi listrik dibandingkan penerapan model

tradisional. Selain itu berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mei-Hung Chiu,

Jing-Wen Lin (2004: 460) bahwa model analogi tidak hanya dapat membantu
5




dalam proses pemahaman konsep siswa akan tetapi membantu siswa agar tidak

terdapat miskonsepsi.

       Berdasarkan latar belakang di atas, maka untuk meningkatkan pemahaman

konsep siswa digunakan pendekatan bridging analogy. Karena dalam memahami

konsep-konsep fisika dibutuhkan suatu analogi konsep untuk memperjelas suatu

konsep serta memberikan gambaran agar konsep itu mudah dipahami.

    Dari banyaknya materi yang disajikan dalam fisika, maka dalam penelitian ini

dipilih materi yang sesuai dengan pendekatan pembelajaran bridging analogy

yaitu materi listrik dinamis. Materi ini diambil karena berdasarkan hasil

wawancara dengan beberapa siswa, materi listrik dinamis merupakan materi yang

sulit dipahami. Dengan melihat kesesuaian antara materi dan pendekatan

pembelajaran yang dipilih bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa.

       Berdasarkan pemaparan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Penerapan Pendekatan Pembelajaran Bridging analogy

untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa pada Materi Listrik Dinamis”.

B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini

adalah sebagai berikut:

     1. Bagaimana         keterlaksanaan   pembelajaran   dengan   menggunakan

        pendekatan bridging analogy pada materi listrik dinamis?

     2. Apakah penerapan pendekatan pembelajaran bridging analogy pada

        materi listrik dinamis dapat meningkatkan pemahaman konsep fisika

        siswa?
6




C. Batasan Masalah

    Dengan mempertimbangkan luasnya ruang lingkup dalam penelitian ini,

maka peneliti membatasi permasalahan penelitian, yaitu sebagai berikut:

     1. Materi yang diberikan berkenaan dengan materi ajar fisika SMA Kelas

         X, yaitu materi listrik dinamis pada subpokok materi listrik arus searah.

     2. Pemahaman yang akan diteliti meliputi lima aspek yaitu: mengartikan

         (interpreting), memberikan contoh (exemplifying), mengklasifikasikan

         (classifying), meringkas (summarizing), membandingkan/membedakan

         (comparing).

D. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah

mengetahui:

      1. Keterlaksanaan      pembelajaran    dengan     menggunakan     pendekatan

          bridging analogy pada materi listrik dinamis.

      2. Peningkatan pemahaman konsep siswa setelah diterapkan pendekatan

          pembelajaran bridging analogy.

E. Manfaat Penelitian

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bukti empiris tentang

potensi pendekatan pembelajaran bridging analogy dalam meningkatkan

pemahaman konsep siswa dan memperkaya hasil-hasil penelitian dalam bidang

kajian sejenis, yang nantinya dapat digunakan oleh berbagai pihak yang terkait

atau yang berkepentingan dengan hasil-hasil penelitian ini, seperti: siswa, guru,

praktisi penelitian, lembaga-lembaga, peneliti, dan lain-lain.
7




F. Definisi Operasional

    Untuk menghindari adanya salah pemaknaan dari setiap istilah yang

digunakan dalam penelitian ini, maka secara operasional istilah-istilah tersebut

dapat didefinisikan sebagai berikut:

   1. Pendekatan pembelajaran bridging analogy merupakan salah satu

       pendekatan pembelajaran dengan cara menggunakan gambaran analogi

       suatu konsep sebagai penghubung konsep sasaranagar tidak terjadi

       miskonsepsi. Tahapan pendekatan bridging analogy adalah sebagai

       berikut: (1) memperkenalkan konsep target; (2) menyampaikan konsep

       analogi; (3) memetakan sifat konsep analogy dengan konsep target; (4)

       mengidentifikasi sifat analogi yang tidak relevan; (5) menyimpulkan.

       Keterlaksanaan      pendekatan   pembelajaran   bridging   analogy   maka

       dilakukan observasi yang dilakukan oleh guru dengan menggunakan

       lembar observasi.

   2. Pemahaman konsep merupakan kemampuan siswa dalam menafsirkan arti

       dari suatu konsep. Indikator pemahaman konsep merujuk pada taksonomi

       Bloom yang direvisi, atau sering dikenal dengan taksonomi Anderson

       (2001: 70) yaitu: (1) mengartikan (interpreting); (2) memberikan contoh

       (exemplifying); (3) mengklasifikasikan (classifying); (4) meringkas

       (summarizing); (5) membandingkan/membedakan (comparing), yang

       diukur menggunakan tes tertulis pretest dan postest berupa soal pilihan

       ganda.
8




   3. Materi listrik dinamis memuat secara khusus tentang rangkaian listrik,

       menjelaskan hukum Ohm dan hukum Kirchhoff, rangkaian hambatan serta

       sumber tegangan. Materi listrik dinamis terdapat pada KTSP yang

       diajarkan pada siswa kelas X semester genap pada standar kompetensi ke

       lima yaitu menerapkan konsep kelistrikan dalam berbagai penyelesaian

       masalah dan berbagai produk teknologi.

G. Kerangka Berpikir

    Saat ini pelajaran fisika masih menjadi pelajaran yang dianggap sulit karena

siswa harus banyak menghafal rumus dan banyak menghitung. Untuk itu

dibutuhkan suatu pendekatan pembelajaran yang mampu memahamkan suatu

konsep fisika, sehingga siswa tidak menganggap bahwa pelajaran fisika itu sulit

karena harus menghafal banyak rumus tetapi dapat memahamkan konsep dengan

mengajak siswa untuk berfikir abstrak dengan menghubungkan suatu kasus yang

dialami dalam keseharian ke dalam konsep yang akan dituju, sehingga konsep

yang dituju dapat tergambar/terbayang oleh siswa melalui konsep analogi. Salah

satu pendekatan tersebut yaitu pendekatan bridging analogy.

    Pendekatan pembelajaran bridging analogy didasarkan pada gambaran

analogi sebagai penghubung untuk memahami konsep yang akan dituju.

Pendekatan bridging analogy dapat membantu siswa dalam memahami konsep

yang dianggap sulit dengan cara memberi penjelasan konsep dengan

menggunakan perbandingan sesuatu yang diketahui dalam kehidupan sehari-hari.

Pada proses pembelajaran ini siswa diberikan konsep analogi yang menyerupai

konsep target sehingga siswa mampu membayangkan hubungan analogi dengan
9




konsep yang dituju. Kemudian siswa menjelaskan kesamaan-kesamaan pada

konsep analogi dengan konsep target. Berdasarkan karakteristiknya, Purwanita

dalam Fuadah (2011: 18) analogi terbagi menjadi: 1) bridging analogy yang

menggunakan berbagai bentuk intermediet untuk sampai pada konsep target yang

dituju, dan 2) pictorial analogy yang menggunakan gambar-gambar sebagai

persamaan dari target. Tahapan pendekatan bridging analogy ini terdiri dari lima

tahapan, yaitu:

1. Memperkenalkan konsep target/materi yang akan dijelaskan.

2. Menyampaikan konsep anlogi.

3. Memetakan sifat konsep analogi dengan konsep target.

4. Mengidentifikasi sifat konsep analogi yang tidak relevan.

5. Menarik kesimpulan antara konsep analogi yang telah didiskusikan.

    Kemampuan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kemampuan

pemahaman konsep. Dengan merujuk pada taksonomi Bloom yang direvisi, atau

sering dikenal dengan taksonomi Anderson (200: 70) terdapat beberapa proses

kognitif yang termasuk ke dalam kemampuan memahami diantaranya:

1. Mengartikan (Interpreting)

    Kemampuan mengartikan akan terlihat apabila siswa mampu mengubah

    suatu bentuk informasi ke dalam bentuk informasi yang lain sesuai dengan

    apa yang ia pahami dari suatu informasi tersebut dengan menggunakan

    bahasa sendiri yang mudah untuk dipahami.
10




2. Memberi contoh (Exemplifying)

   Kemampuan mencontohkan terjadi apabila siswa mampu mengaplikasikan

   suatu konsep ke dalam suatu contoh khusus. Cara mengetahui kemampuan ini

   yaitu memberikan pilihan beberapa contoh yang telah diberikan yang sesuai

   dengan konsep yang dimaksudkan dalam pertanyaan tersebut.

3. Mengklasifikasikan (Classifying)

   Kemampuan mengklasifikasikan merupakan kemampuan yang terjadi apabila

   siswa mampu mengkategorikan beberapa contoh atau masalah ke dalam

   konsep yang lebih khusus. Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam

   kemampuan kognitif ini dapat diberikan beberapa contoh           atau masalah,

   kemudian siswa diharuskan menemukan konsep atau prinsip umum dari

   contoh tersebut.

4. Meringkas (Summarizing)

   Kemampuan meringkas terjadi apabila siswa mampu menyatakan kalimat

   atau pernyataan dari hasil pengkajian suatu konsep atau materi secara garis

   besar. Cara mengukur kemampuan kognitif ini dengan memberikan

   pemilihan jawaban yang melibatkan ringkasan tersebut.

5. Membandingkan (comparing)

   Kemampuan membandingkan dapat terjadi apabila siswa mampu melihat

   perbedaan dan persamaan antara dua objek atau lebih. Adapun teknik

   penilaian untuk menilai proses kognitif yaitu dengan pemetaan. Dalam

   pemetaan siswa harus menunjukkan bagaimana setiap bagian dari suatu

   objek, ide, masalah atau situasi yang sesuai untuk setiap bagian lain.
11




                   Materi pokok yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah materi pokok

               listrik dinamis. Diperkirakan penerapan pendekatan pembelajaran bridging

               analogy dalam materi pokok listrik dinamis akan mempengaruhi pemahaman

               konsep siswa, karena melalui penerapan pendekatan pembelajaran ini diharapkan

               dapat      meningkatkan       pemahaman konsep fisika siswa.                   Untuk   melihat

               keterlaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan bridging

               analogy dan peningkatan pemahaman konsep fisika siswa maka dilakukan

               analisis, kemudian dibuat sebuah simpulan. Kerangka pemikiran dapat dilihat

               pada bagan berikut.                     Belajar Fisika


                                    Proses Belajar Mengajar Fisika pada Materi Listrik Dinamis



                                              Tahapan pendekatan bridging analogy                        Bagaimana
                                                                                                       keterlaksanaan
                               1.     Memperkenalkan konsep target                                     proses belajar
                               2.     Menyampaikan konsep analogi                                         mengajar
                               3.     Mengidentifikasi sifat-sifat konsep analogi dan konsep target    menggunakan
                               4.     Memetakan persamaan sifat konsep analogi yang tidak               pendekatan
                                      relevan                                                             bridging
                               5.     Menarik kesimpulan                                                  analogi?


                                                    Pemahaman Konsep

                                      1.   Mengartikan (Interpreting)
 Apakah ada peningkatan               2.   Memberikan contoh (Exemplifying)
pemahaman konsep fisika               3.   Mengklasifikasi (Classifying)
         siswa?                       4.   Meringkas (Summarizing)
                                      5.   Membedakan (Comparing)



                                                          Analisis



                                                          Simpulan



                                           Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran
12




H. Hipotesis Penelitian

     Berdasarkan pernyataan dan rumusan masalah di atas, maka hipotesis dari

penelitian ini adalah:

H0: Tidak terdapat peningkatan pemahaman konsep pada siswa sebelum dan

       sesudah menerapkan pendekatan pembelajaran bridging analogy pada

       materi listrik dinamis.

Ha: Terdapat peningkatan pemahaman konsep pada siswa sebelum dan sesudah

       menerapkan pendekatan pembelajaran bridging analogy pada materi listrik

       dinamis.

I.   Metodologi Penelitian

     Berikut ini merupakan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam

penelitian:

1. Menentukan Jenis Data

     Jenis data yang akan diambil dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan

data kualitatif. Secara keseluruhan, data yang diperoleh dalam penelitian ini

adalah:

a. Data kuantitatif terdiri dari (1) prosentase keterlaksanaan pembelajaran, (2)

     skor tes pemahaman konsep, dan (3) skor hasil isian LKS.

b. Data kualitatif yaitu berupa deskripsi komentar yang diperoleh dari lembar

     observasi keterlaksanaan proses pembelajaran menggunakan bridging

     analogy.
13




2. Lokasi Penelitian

    Penelitian mengambil lokasi di SMA Negeri 1 Tomo, Sumedang. Hal ini

dikarenakan pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran fisika masih bersifat

tradisional.

3. Populasi Sampel

    Populasi yang akan diteliti adalah seluruh kelas X di SMA Negeri 1 Tomo,

Sumedang yang berjumlah lima kelas dengan jumlah 200 siswa.Sampel yang akan

dipilih untuk penelitian menggunakan simple random sampling Sugiyono (2009:

74) satu kelas dijadikan sampel yaitu kelas X-5 dengan jumlah siswa 40 orang.

4. Metode dan Desain Penelitian

    Metode penelitian yang digunakan adalah metode preeksperimen karena

belum sepenuhnya melakukan eksperimen. Penelitian ini hanya dilakukan pada

kelas eksperimen tanpa adanya kelas kontrol sebagai pembanding. Perbedaan

hasil belajar dapat dilihat dari hasil pretest dan posttest.

    Desain yang digunakan pada penelitian ini one-group pretest-posttest design.

Representasi desain one-group pretestt-posttest seperti dijelaskan dalam (Sugiyono

2009: 74) diperlihatkan dalam tabel berikut ini.

                                            Tabel 1.1
                                         Desain Penelitian
                 Kelompok             Pretest          Treatment      Posttest
                 ekperiment             O1                 X            O2
Keterangan:
O1: Pretest
X : Treatment, yaitu implementasi pendekatan pembelajaran bridging analogy
O2: Posttest
14




   Sampel dalam penelitian ini, diberi perlakuan penerapan pendekatan bridging

analogy sebanyak 3 kali.Untuk mengetahui pengetahuan awal, sampel diberi tes

awal berupa pretest. Kemudian dilanjutkan dengan treatment (perlakuan) berupa

penerapan pendekatan bridging analogy, selanjutnya diberi posttest yang

instrumennya sama dengan pretest. Instrumen dalam penelitian ini merupakan

instrumen untuk mengukur pemahaman konsep siswa yang telah di-judgement

oleh dosen ahli dan diujicobakan terlebih dahulu.

5. Prosedur Penelitian

   Penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahap yaitu tahap perencanaan, tahap

pelaksanaan, dan tahap akhir. Ketiga tahap berikut dijelaskan sebagai berikut:



   a. Tahap perencanaan

       1. Telaah kompetensi mata pelajaran fisika SMA.

       2. Menentukan sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian.

       3. Membuat surat izin penelitian.

       4. Studi literature terhadap jurnal, buku, artikel dan laporan penelitian

           mengenai pendekatan bridging analogy baik skripsi, tesis, maupun

           disertasi.

       5. Observasi awal.

       6. Menentukan sampel penelitian.

       7. Membuat RPP sesuai pendekatan yang diterapkan.

       8. Menyediakan alat dan bahan yang akan digunakan.

       9. Membuat perangkat tes.
15




   10. Membuat lembar observasi.

   11. Pelatihan observer untuk mengisi lembar observasi keterlaksanaan

      pendekatan bridging analogy.

   12. Membuat jadwal kegiatan pembelajaran.



b. Tahap Pelaksanaan

   1. Melakukan uji coba instrumen.

   2. Melakukan analisis terhadap uji coba instrumen, berupa validitas,

      realibilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran.

   3. Melakukan pretest.

   4. Melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan bridging analogy.

   5. Mengobservasi keterlaksanaan pembelajaran pendekatan bridging

      analogy selama berlangsungnya proses pembelajaran yang dilakukan

      oleh observer.

   6. Melaksanakan posttest.



c. Tahap Akhir

   a. Mengolah data hasil penelitian.

   b. Menganalisis dan membahas temuan penelitian.

   c. Memberikan kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari

      pengolahan data.
16




Prosedur penelitian di atas dapat dituangkan dalam bentuk skema penulisan

berikut:

           Studi Pendahuluan

           Studi literatur tentang pendekatan pembelajaran bridging
           analogy

           Analisis Kurikulum dan materi pembelajaran fisika SMA



                                     Penentuan
                                      Materi

                                        Penentua
           Pembuatan Instrumen          n Sampel             LKS

           Judgement Instrumen                               RPP
                                                        Lembar Observasi
            Telaah Instrumen

           Uji coba instrumen



                                  Pembelajaran dengan
                                     menggunakan
             Pretest                   pendekatan              Posttest
                                      Pembelajaran
                                    bridging analogy



                                     Analisis Data          Lembar Observasi
                                      Penelitian

                                Pembahasan Data
                                   Penelitian

                                 Kesimpulan

                       Gambar 1.2 Prosedur Penelitian
17




6. Instrumen Penelitian

   Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari instrumen tes dan

lembar observasi. Secara lebih rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Lembar observasi

   Melalui lembar observasi ini diharapkan peneliti dapat memperoleh gambaran

keterlaksanaan pembelajaran selama proses pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan bridging analogy. Lembar observasi berbentuk format isian checklist

yang berfungsi untuk menilai keterlaksanaan pembelajaran pendekatan bridging

analogy yang di dalamnya terdapat kolom komentar dan saran untuk mengisi

kelemahan-kelemahan dari pembelajaran yang telah berlangsung agar dapat

diperbaiki     pada   pertemuan   berikutnya.   Adapun     indikator     pengamatan

keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan bridging analogy,

diantaranya:

1. Memperkenalkan konsep target.

2. Menyampaikan konsep analogi.

3. Memetakan kesamaan.

4. Mengidentifikasi sifat konsep analogi yang tidak relevan.

5. Menarik kesimpulan tentang target.

Jumlah kegiatan guru dan siswa pada pendekatan bridging analogy sebanyak 46

item pada pertemuan kesatu, 44 item pada pertemuan kedua dan 36 item pada

pertemuan ketiga. Lembar observasi digunakan pada pertemuan kesatu, kedua,

dan ketiga dari awal pembelajaran sampai dengan akhir pembelajaran.
18




b. Tes pemahaman konsep siswa

   Tujuan dari tes tertulis ini adalah untuk mengetahui peningkatan pemahaman

konsep siswa pada materi listrik dinamis. Tes yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah tes objektif dalam bentuk pilihan ganda yang diberikan pada

awal pembelajaran (pretest) dan akhir pembelajaran (posttest). Soal untuk pretest

dan posttest adalah sama. Dengan jumlah soal 18 butir soal dengan lima pilihan

yaitu a, b, c, d dan e. Dipilihnya tes objektif karena bentuk tes ini dapat dinilai

secara objektif dan lebih mudah dalam pemeriksaannya. Tes tertulis ini apabila

jawaban benar maka diberi skor 1 dan apabila jawaban salah maka diberi skor 0.

Indikator-indikator yang digunakan dalam pemahaman konsep adalah:

1. Mengartikan (interpreting)

2. Memberikan contoh (exemplifying)

3. Mengklasifikasi (classifying)

4. Meringkas (summarizing)

5. Membedakan (comparing)

Tes ini dilakukan dan dianalisis untuk mengetahui peningkatan pemahaman

konsep siswa pada sub materi listrik dinamis dengan menggunakan pendekatan

pembelajaran bridging analogy.

7. Analisis Instrumen

a. Analisis Lembar Observasi

   Sebelum lembar observasi digunakan sebagai instrumen penelitian, tes ini

diuji kelayakan terlebih dahulu berupa       judgment kepada dosen ahli untuk

mengetahui ketepatan penggunaannya dalam penelitian. Lembar observasi
19




divalidisasi secara konstruk pada aspek bahasa, materi, konstruksi, kesesuaian

dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan kesesuaian dengan

sintak/langkah-langkah pendekatan pembelajaran bridging analogy. Setelah

instrumen lembar observasi dianggap layak untuk digunakan, maka lembar

observasi digunakan untuk menguji keterlaksanaan pendekatan bridging analogy

dalam proses pembelajaran oleh observer. Lembar observasi ini diberikan kepada

observer setiap kali pertemuan, sebelum proses pembelajaran dilaksanakan.


b. Analisis Tes Pemahaman Konsep

1) Analisis Kualitatif Butir Soal

   Pada prinsipnya analisis butir soal secara kualitatif dilaksanakan berdasarkan

kaidah penulisan soal (tes tertulis, perbuatan, dan sikap).         Aspek yang

diperhatikan di dalam penelaahan secara kualitatif ini adalah setiap soal ditelaah

dari segi materi, konstruksi, bahasa/budaya, dan kunci jawaban/pedoman

penskorannya. Dalam melakukan penelaahan setiap butir soal, penelaah perlu

mempersiapkan bahan-bahan penunjang seperti: (1) kisi-kisi tes, (2) kurikulum

yang digunakan, (3) buku sumber, dan (4) kamus bahasa Indonesia.

2) Analisis Kuantitatif

a. Uji Validitas

   Pengujian validitas tiap butir soal pilihan ganda (PG) dilakukan dengan

menggunakan rumus berikut:

                                                    (Arikunto, 2008: 79)
20




Keterangan :
          = koefisien korelasi biserial
       MP = rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari
       validitasnya
       Mt = rerata skor total
       St = standar deviasi dari skor total
       p = proporsi siswa yang menjawab benar



       q = proporsi siswa yang menjawab salah



       Setelah didapat nilai kemudian diinterpretasikan terhadap tabel nilai

seperti di bawah ini:

                                       Tabel 1. 2
                                Interpretasi Nilai

               Koefisian Korelasi                        Interpretasi
                0,00 <    ≤ 0,20                        Sangat rendah
                0,20 <    ≤ 0,40                           Rendah
                0,40 <    ≤ 0,60                           Sedang
                0,60 <    ≤ 0,80                            Tinggi
                0,80 <    ≤ 1,00                        Sangat tinggi
                                                           (Arikunto, 2010: 319)

b. Uji reliabilitas

   Pengujian reabilitas tiap butir soal pilihan ganda (PG) dilakukan dengan

menggunakan rumus Spearman-Brown berikut:

                                2r 1    1
                                       2 2
                        r11
                              (1 r 1     1    )            (Arikunto, 2010: 223)
                                        2 2
Keterangan:
r11 = reliabilitas instrumen
r ½ ½ = rxy yang disebutkan sebagai indeks korelasi antara dua belahan instrumen
21




   Sedangkan untuk mencari r ½          ½   dengan rumus korelasi produk moment kasar:

                           N       XY       (   X )(    Y)
        r1    1
             2 2
                   (N    X2    (        X ) 2 )( N     Y2    (   Y ) 2 ) (Arikunto, 2010: 213)
Keterangan :
r½ ½   = korelasi reliabilitas yang telah sisesuaikan
N      = jumlah tes
∑X     = jumlah skor ganjil
∑Y     = jumlah skor genap
∑XY    = Jumlah hasil kali skor ganjil genap

   Nilai reliabilitas yang didapatkan kemudian diinterpretasikan berdasarkan

tabel berikut:

                                       Tabel 1.3
                              Kriteria Realibilitas Soal
                      Rentang                          Keterangan
                   0,00<r11 ≤ 0,20                    Sangat rendah
                   0,20<r11≤ 0,40                        Rendah
                   0,40<r11 ≤ 0,60                       Sedang
                   0,60<r11≤ 0,80                        Tinggi
                   0,80<r11 ≤ 1,00                    Sangat tinggi
                                                      (Arikunto, 2008: 75)

c. Daya Pembeda Soal

   Untuk mengetahui daya pembeda soal ganda digunakan rumus:


                                                            (Arikunto, 2008: 213)


Keterangan:

   D =daya pembeda butir soal
   JA = banyaknya peserta kelompok atas
   JB = banyaknya peserta kelompok bawah
   BA =jumlah jawaban benar dari kelompok atas
   BB = Jumlah jawaban benar dari kelompok bawah
22




   PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
         (sebagai indeks kesukaran)
   PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Nilai DP yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk menentukan daya pembeda

butir soal dengan menggunakan kriteria yang tercantum pada tabel di bawah ini:

                                   Tabel 1.4
                       Interpretasi Nilai Daya Pembeda
                  Indeks Daya Pembeda          Interpretasi
                          DP = 0,00               Sangat Jelek
                       0,00 < DP ≤ 0,20              Jelek
                       0,20 < DP ≤ 0,40             Cukup
                       O,40 < DP ≤ 0,70              Baik
                       O,70 < DP ≤ 1,00           Sangat Baik
                                                   (Arikunto, 2008: 218)

d. Uji tingkat kesukaran

   Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar.

Soal yang terlalu mudah tidak merangsang anak untuk mempertinggi usaha

memecahkannya. Sebaliknya, soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa

menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi di luar

jangkauan (Arikunto, 2007).

Tingkat kesukaran dihitung dengan menggunakan perumusan :




                                                   (Arikunto, 2008: 208)

Keterangan    :

       P= Indeks kesukaran
       B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar
       JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes
23




Nilai P yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk menentukan tingkat

kesukaran butir soal dengan menggunakan kriteria pada tabel berikut:

                                    Tabel 1.5
                          Kategori Tingkat Kesukaran
                       Indeks Kesukaran Interpretasi
                               P< 0,30        Sukar
                           0,30 ≤ P ≤ 0,70   Sedang
                           0,70 <P ≤ 1,00    Mudah
                                                            (Arikunto, 2008: 210)

8. Analisis Data

   Pengambilan data dimaksudkan untuk mengolah data mentah dari hasil

penelitian agar dapat ditafsirkan dan mengandung makna. Langkah-langkah

pengolahan data tersebut, yaitu:

1. Analisis data keterlaksanaan pembelajaran

   Untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran pendekatan bridging analogy

akan diolah secara kuantitatif dan kualitatif. Cara pengisian lembar observasi dari

setiap pertemuan dengan memberi tanda checklist (√) pada kolom “Ya” atau

“Tidak” untuk masing-masing tahapan. Untuk kolom “Ya” nilainya 1 dan untuk

kolom “Tidak” nilainya 0. Adapun langkah-langkah selanjutnya adalah sebagai

berikut:

   1) Menghitung jumlah skor keterlaksanaan yang diperoleh.

   2) Mengubah jumlah skor untuk seluruh pertemuan yang telah diperoleh

       menjadi nilai persentase dengan menggunakan rumus di bawah ini:
24




   3) Menghitung persentase keterlaksanaan tertinggi dan terendah serta

       membuat deskripsi berdasarkan komentar observer.

   4) Menghitung rata-rata persentase keterlaksanaan pendekatan dari keempat

       pertemuan dengan menggunakan rumus:

                                  persentase =

   5) Menghitung rata-rata persentase keterlaksanaan untuk seluruh pertemuan

       berdasarkan setiap tahapan pendekatan.

   6) Menghitung tahapan pendekatan pembelajaran dari yang tertinggi sampai

       yang terendah dan melakukan analisis kualitatif berdasarkan komentar

       observer.

   7) Mengubah persentase yang diperoleh kedalam kriteria keterlaksanaan

       dengan kriteria sebagai berikut:

                                       Tabel 1.6
                   Kriteria Keterlaksanaan Pendekatan Pembelajaran

                       Persentase Rata-Rata        Kriteria
                             0%-20%              Sangat kurang
                             21%-40%                Kurang
                             41%-60%                Sedang
                             61%-80%                 Baik
                            81%-100%              Sangat baik

                                                         (Nurjanah, 2010: 7)


2. Analisis tes pemahaman konsep siswa

   Untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa pada submateri arus

listrik searah setelah penerapan pendekatan pembelajaran bridging analogy

berupa tes pilihan ganda yaitu dengan langkah berikut:

1) Membuat hasil analisis tes pemahaman konsep
25




   Analisis tes pemahaman konsep siswa ini dilakukan dengan cara

   membandingkan antara nilai pretest dan posttest. Prosedur penilaian yang

   digunakan untuk menganalisis data hasil penelitian berupa tes pilihan ganda

   dengan langkah berikut ini:




   Tes ini dianalisis untuk mengetahui hasil peningkatan pemahaman konsep

   siswa pada materi listrik dinamis dengan menggunakan pendekatan bridging

   analogy. Untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa, maka

   terlebih dahulu menghitung skor pretest dan posttest dengan menggunakan

   nilai normal gain (NG), dengan rumus sebagai berikut:

      NG =                                                      (Meltzer, 2002: 21)


                                         Tabel 1.7
                               Interpretasi nilai Normal Gain
                                   NG                  Klasifikasi
                                NG≤ 0,30                Rendah
                             0,30 < NG≤ 0,70            Sedang
                                0,70 < NG                Tinggi
                                                                  (Hake, 1999: 1)

2) Pengujian Hipotesis

   Prosedur yang akan ditempuh dalam menguji hipotesis yaitu dengan langkah-

   langkah sebagai berikut:

1. Melakukan uji normalitas data yang diperoleh dari data pretest dan posttest

   dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

                         2        (Oi    Ei )2
                                                 (Subana dkk, 2005 : 124)
                                        Ei
26




   Keterangan:
     2
         : Chi kuadrat
   Oi : Frekuensi observasi
   Ei : frekuensi ekspektasi


2. Uji Hipotesis

   Uji hipotesis, dimaksudkan untuk menguji diterima atau ditolaknya hipotesis

yang diajukan. Uji hipotesis dapat dilakukan dengan menggunakan langkah-

langkah sebagai berikut:

a) Apabila data berdistribusi normal maka digunakan statistik parametris yaitu

  dengan menggunakan test “t”. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai

  berikut:

(1) Menghitung harga thitung menggunakan rumus:

                                        Md
                            thitung                         (Arikunto, 2010: 349)
                                           X d2
                                      N. (N - 1)


     Md          = mean dari perbedaan pretest dengan posttest

     xd         = deviasi masing-masing subjek (d-Md)

     ∑X2d       = jumlah kuadrat deviasi

     N          = subjek sampel deviasi

     d.b.       = ditentukan dengan N-1
27




                                                       (Arikunto, 2010: 350)


      Keterangan:
      -       d merupakan gain
      -       N merupakan jumlah subjek

      Untuk memperoleh             dapat ditempuh dengan rumus berikut.

                                             (Arikunto, 2010: 351)

(2) Mencari harga ttabel yang tercantum pada tabel nilai “t” dengan berpegang

    pada derajat kebebasan (db) yang telah diperoleh , baik pada taraf signifikansi

    1 % ataupun 5 %. Rumus derajat kebebasan adalah db = N -1

(3) Melakukan perbandingan antara thitung dan ttabel . Jika thitung lebih besar atau

    sama dengan ttabel maka Ho ditolak, sebaliknya Ha diterima atau disetujui

    yang berarti terdapat peningkatan pemahaman konsep secara signifikan. Jika

    thitung lebih kecil daripada ttabel maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti

    tidak terdapat peningkatan pemahaman konsep secara signifikan.

                                                               (Sudijono, 1999: 291)


b) Apabila data terdistribusi tidak normal maka dilakukan dengan uji
   wilcoxonmacth pairs test

              T       T
      z
                  T


      Keterangan:

      T = jumlah jenjang/ rangking yang terendah

              T       T
      z
                  T



                  n(n 1)(2n 1)
          T
                       24
28




dengan demikian
                       n(n 1)
                   T
    T          T          4
z
           T       n(n 1)(2n 1)
                        24

Kriteria

Zhitung> Ztabel maka H0 ditolak, Ha diterima

Zhitung< Ztabel maka H0 diterima, Ha ditolak

                                               (Sugiyono, 2006: 133)
29




                             DAFTAR PUSTAKA


Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi).
     Jakarta : Bumi Aksara
________________.2010.Prosedur       Penelitian   Suatu   Pendekatan   Praktik..
     Jakarta: Bumi Aksara.

E. Brown, David. 2006. “Using Examples And Analogies To Remediate
    Misconceptions In Physics: Factors Influencing Conceptual Change”.A
    Wiley Company

Inkam Siti, Fuadah. 2011. “Penerapan Pendekatan Pembelajaran Bridging
     Analogy Untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognitif Matematika Siswa
     SMP”. Bandung: Skripsi UPI. (Tidak diterbitkan).

Jing-Wen Lin, Mei-Hung Chiu. 2005. “Promoting Fourth Graders’ Conceptual
     Change of Their Understandingof Electric Current via Multiple Analogies”.
     China: Journal Of Researce In Science.

Meltzer, David E. (2002). The Relationship Between Mathematics Preparation
     And Conceptual Learning Gains In Physics: A Possible Ìhidden Variableî In
     Diagnostic Pretest Scores. Ames: Department of Physics and Astronomy,
     Iowa State University.
Permen Diknas Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006.Standar Kompetensi
     Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Podolefsky, Noah. 2005. Jurnal “The Use of Analogy in Physics Learning and
     Instruction”. Colorado.

Purwanto, Budi. 2008. Fisika Dasar 1B untuk Kelas X SMA dan MA Semester2.
     Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.

Richard R. Hake. (1999). Analizing change/Gain Scores.American Educational
     Research Association’s Division D, Measurement and Research
     Methodology Journal.

Sudijono, Anas. (1999). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja
     Grafindo Persada.
Sugiyono. 2006. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sukmara, Dian & Rohman, Chaerul (Ed). (2007). Implementasi Life Skill dalam
    KTSP: Melalui Model Manajemen Potensial Qodrati. Bandung: Mughni
    Sejahtera
30




UIN Sunan Gunung Djati Bandung. (2010). Pedoman Karya Tulis Ilmiah Skripsi
     Tesis, dan Disertasi. Bandung: Sunan Gunung Djati Press
Wibowo, Jayaman. 2010.“Penerapan Model Pembelajaran Analogi Dalam
    Pembelajaran Materi Listrik Dinamis Untuk Meningkatkan Pemahaman
    Konsep Fisika Siswa SMP”. Bandung: Skripsi UPI. (Tidak diterbitkan).

More Related Content

What's hot

2 upaya meningkatkan pemahaman konsep dan disposisi matematis menggunakan mod...
2 upaya meningkatkan pemahaman konsep dan disposisi matematis menggunakan mod...2 upaya meningkatkan pemahaman konsep dan disposisi matematis menggunakan mod...
2 upaya meningkatkan pemahaman konsep dan disposisi matematis menggunakan mod...Fppi Unila
 
Penerapan model pembelajaran conceptual understanding procedures (CUPs)
Penerapan model pembelajaran conceptual understanding procedures (CUPs)  Penerapan model pembelajaran conceptual understanding procedures (CUPs)
Penerapan model pembelajaran conceptual understanding procedures (CUPs) NERRU
 
Proposal skripsi metlit tugas iii
Proposal skripsi metlit tugas iiiProposal skripsi metlit tugas iii
Proposal skripsi metlit tugas iiiStr Balondero
 
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATK...
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATK...PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATK...
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATK...NERRU
 
Power point skripsi
Power point skripsiPower point skripsi
Power point skripsisiskaningsih
 
Makalah penelitian jurnal bintang
Makalah penelitian jurnal bintangMakalah penelitian jurnal bintang
Makalah penelitian jurnal bintangLauri Bintang
 
Instrumen tes kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi matematis
Instrumen tes kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi matematisInstrumen tes kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi matematis
Instrumen tes kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi matematisPreally A
 
Teknik lewi meningkatkan kemahiran pelajar menulis formula kamiran luas
Teknik lewi meningkatkan kemahiran pelajar menulis formula kamiran luasTeknik lewi meningkatkan kemahiran pelajar menulis formula kamiran luas
Teknik lewi meningkatkan kemahiran pelajar menulis formula kamiran luasMagdalene Lim
 
Pemahaman konsep dengan pmri
Pemahaman konsep dengan pmriPemahaman konsep dengan pmri
Pemahaman konsep dengan pmrimafia_konoha
 
Model 5 E
Model 5 EModel 5 E
Model 5 EKusdian
 
Bab 1 m apos setting stad untuk meningkatkan pemahaman konsep homomorfisma grup
Bab 1 m apos setting stad untuk meningkatkan pemahaman konsep homomorfisma grupBab 1 m apos setting stad untuk meningkatkan pemahaman konsep homomorfisma grup
Bab 1 m apos setting stad untuk meningkatkan pemahaman konsep homomorfisma grupnazihah zuhrotun
 
Model 5 E
Model 5 EModel 5 E
Model 5 EKusdian
 
Studi komparasi model pembelajaran realistic mathematics education
Studi komparasi model pembelajaran realistic mathematics educationStudi komparasi model pembelajaran realistic mathematics education
Studi komparasi model pembelajaran realistic mathematics educationloviolivia90
 
Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metod...
Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metod...Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metod...
Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metod...umdatus
 

What's hot (20)

2 upaya meningkatkan pemahaman konsep dan disposisi matematis menggunakan mod...
2 upaya meningkatkan pemahaman konsep dan disposisi matematis menggunakan mod...2 upaya meningkatkan pemahaman konsep dan disposisi matematis menggunakan mod...
2 upaya meningkatkan pemahaman konsep dan disposisi matematis menggunakan mod...
 
Penerapan model pembelajaran conceptual understanding procedures (CUPs)
Penerapan model pembelajaran conceptual understanding procedures (CUPs)  Penerapan model pembelajaran conceptual understanding procedures (CUPs)
Penerapan model pembelajaran conceptual understanding procedures (CUPs)
 
Proposal skripsi metlit tugas iii
Proposal skripsi metlit tugas iiiProposal skripsi metlit tugas iii
Proposal skripsi metlit tugas iii
 
Jurnal yeni
Jurnal yeniJurnal yeni
Jurnal yeni
 
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATK...
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATK...PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATK...
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATK...
 
Power point skripsi
Power point skripsiPower point skripsi
Power point skripsi
 
Makalah penelitian jurnal bintang
Makalah penelitian jurnal bintangMakalah penelitian jurnal bintang
Makalah penelitian jurnal bintang
 
Proposal skripsi
Proposal skripsiProposal skripsi
Proposal skripsi
 
Instrumen tes kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi matematis
Instrumen tes kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi matematisInstrumen tes kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi matematis
Instrumen tes kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi matematis
 
Teknik lewi meningkatkan kemahiran pelajar menulis formula kamiran luas
Teknik lewi meningkatkan kemahiran pelajar menulis formula kamiran luasTeknik lewi meningkatkan kemahiran pelajar menulis formula kamiran luas
Teknik lewi meningkatkan kemahiran pelajar menulis formula kamiran luas
 
Pemahaman konsep dengan pmri
Pemahaman konsep dengan pmriPemahaman konsep dengan pmri
Pemahaman konsep dengan pmri
 
Model 5 E
Model 5 EModel 5 E
Model 5 E
 
Proposal untuk pps
Proposal untuk ppsProposal untuk pps
Proposal untuk pps
 
Analisis 8 jurnal
Analisis 8 jurnalAnalisis 8 jurnal
Analisis 8 jurnal
 
Bab 1 m apos setting stad untuk meningkatkan pemahaman konsep homomorfisma grup
Bab 1 m apos setting stad untuk meningkatkan pemahaman konsep homomorfisma grupBab 1 m apos setting stad untuk meningkatkan pemahaman konsep homomorfisma grup
Bab 1 m apos setting stad untuk meningkatkan pemahaman konsep homomorfisma grup
 
Model 5 E
Model 5 EModel 5 E
Model 5 E
 
Studi komparasi model pembelajaran realistic mathematics education
Studi komparasi model pembelajaran realistic mathematics educationStudi komparasi model pembelajaran realistic mathematics education
Studi komparasi model pembelajaran realistic mathematics education
 
Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metod...
Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metod...Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metod...
Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metod...
 
Jurnal
JurnalJurnal
Jurnal
 
Pembelajaran Osborn
Pembelajaran OsbornPembelajaran Osborn
Pembelajaran Osborn
 

Similar to MENINGKATKAN PEMAHAMAN

Similar to MENINGKATKAN PEMAHAMAN (20)

Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
laporan Ptk destri saragih merangin
laporan Ptk destri saragih meranginlaporan Ptk destri saragih merangin
laporan Ptk destri saragih merangin
 
siswa kreatigs.pdf
siswa kreatigs.pdfsiswa kreatigs.pdf
siswa kreatigs.pdf
 
Metodologi Penelitian
Metodologi PenelitianMetodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
 
42622-75676629363-1-SM.pdf
42622-75676629363-1-SM.pdf42622-75676629363-1-SM.pdf
42622-75676629363-1-SM.pdf
 
Proposal skripsi metlit nihhhhhhhh
Proposal skripsi metlit nihhhhhhhhProposal skripsi metlit nihhhhhhhh
Proposal skripsi metlit nihhhhhhhh
 
Fisika
FisikaFisika
Fisika
 
Seminar Usul penelitian
Seminar Usul penelitianSeminar Usul penelitian
Seminar Usul penelitian
 
4435 14519-1-pb
4435 14519-1-pb4435 14519-1-pb
4435 14519-1-pb
 
1 peningkatan kualitas belajar
1 peningkatan kualitas belajar1 peningkatan kualitas belajar
1 peningkatan kualitas belajar
 
Tugas 2 ptk febridawati - sma n 1 batanghari
Tugas 2 ptk febridawati - sma n 1 batanghariTugas 2 ptk febridawati - sma n 1 batanghari
Tugas 2 ptk febridawati - sma n 1 batanghari
 
YAMIN_LK. 2.2 Menentukan Solusi.pdf
YAMIN_LK. 2.2 Menentukan Solusi.pdfYAMIN_LK. 2.2 Menentukan Solusi.pdf
YAMIN_LK. 2.2 Menentukan Solusi.pdf
 
Skripsi penerapan pembelajaran think
Skripsi penerapan pembelajaran thinkSkripsi penerapan pembelajaran think
Skripsi penerapan pembelajaran think
 
Proposal SKRIPSI
Proposal SKRIPSIProposal SKRIPSI
Proposal SKRIPSI
 
Kajian tindakan-kpd
Kajian tindakan-kpdKajian tindakan-kpd
Kajian tindakan-kpd
 
Jurnal
JurnalJurnal
Jurnal
 
Judul
JudulJudul
Judul
 
Ppt
PptPpt
Ppt
 
157 423-1-pb
157 423-1-pb157 423-1-pb
157 423-1-pb
 
Proposal ls sd mi
Proposal ls sd miProposal ls sd mi
Proposal ls sd mi
 

MENINGKATKAN PEMAHAMAN

  • 1. PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN BRIDGING ANALOGY UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATERI LISTRIK DINAMIS (Penelitian di kelas X SMAN 1 Tomo) A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan masyarakat dengan kebutuhan yang relatifmeningkat, pemerintah berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan. Berdasarkan UU. Sisdiknas No. 20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Banyak siswa yang merasa takut dengan pelajaran fisika karena sudah dianggap sebagai pelajaran yang sulit dipahami sehingga hasil belajar yang didapat pun selalu minim. Hal ini disebabkan karena pembelajaran masih didominasi oleh guru dimana murid hanya menerima penjelasan dari guru, mencatat hal-hal penting dan menghafal rumus-rumus.Padahal, jika dalam proses pembelajaran fisika digunakan sebuah metode pembelajaran yang tepat maka pelajaran fisika pun akan menjadi pelajaran yang menarik karenakonsep-konsep fisika yang dipelajari sangat terkait dengan kehidupan sehari-hari. Dengan adanya keterkaitan konsep-konsep fisika dengan kehidupan sehari-hari maka sangat 1
  • 2. 2 dibutuhkan suatu gambaran, imajinasi, atau bentuk analogi dari suatu konsep, sehingga konsep fisika tidak hanya dihafal tetapi mudah untuk dipahami. Berdasarkan hasil studi pendahuluan mengenai pembelajaran fisika di kelas X SMAN 1 Tomo, diperoleh bahwa pemahaman konsep fisika siswa masih rendah.Menurut guru yang bersangkutan, hal tersebut disebabkan karena metode yang diterapkan dalam pembelajaran selalu menggunakan metode ceramah, sehingga pembelajaran hanya berpusat pada guru. Selain itu faktor pengajar yang bukan guru fisika yang sebenarnya pun menjadi penyebab pembelajaran fisika yang kurang efektif. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa, mereka mengatakan sangat jarang melakukan kegiatan praktikum. Hal tersebut disebabkan kurangnya fasilitas praktikum. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bidang studi fisika mengatakan bahwa untuk melakukan kegiatan praktikum sangat dibutuhkan fasilitas praktikum yang memadai agar kegiatan praktikum lebih efektif. Sehingga guru lebih memilih metode ceramah dengan alasan agar materi tetap tersampaikan walaupun tanpa diadakan praktikum. Masalah rendahnya pemahaman konsep fisika siswa perlu diperhatikan karena pemahaman konsep dalam pembelajaran fisika sangat dibutuhkan sehingga dengan adanya penanaman pemahaman konsep pada siswa, pembelajaran fisika akan lebih bermakna dan terarah sehingga tujuan pendidikan akan tercapai.Siswa dikatakan memahami bila memiliki kemampuan berpikir untuk mengkonstruksi makna dari materi pembelajaran baik lisan, tulisan dan komunikasi grafik atau pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki, atau mengintegrasikan
  • 3. 3 pengetahuan yang baru ke dalam skema yang telah ada dalam pemikiran siswa (Anderson, 2001:70). Oleh sebab itu, guru harus memberikan fasilitas berupa metode atau pendekatan yang dapat menanamkan pemahaman konsep siswa. Dari sekian banyaknya pendekatan pembelajaran, maka diberikan alternatif pendekatan pembelajaran yang dianggap mampu meningkatkan pemahaman siswa yaitu pendekatan pembelajaran bridging analogy. Berdasarkan karakteristiknya, Purwanita dalam Fuadah (2011:18) analogi terbagi menjadi, bridging analogy yang menggunakan berbagai bentuk intermediet untuk sampai pada konsep target yang dituju dan pictorial analogy yang menggunakan gambar-gambar sebagai persamaan dari target. Pendekatan bridging analogy adalah suatu pendekatan analogi yang menghubungkan atau menjembatani konsep yang dianalogikan (diajarkan) dari konsep yang dianggap sebagai analog (Indrawati, 1997: 21 dalam Fuadah (2011: 18). Mei-Hung Chiu, Jing-Wen Lin (2004: 431) mengemukakan bahwa ada beberapa fungsi dari model analogi diantaranya : (1) analogi dapat dijadikan alat untuk memahami suatu konsep; (2) analogi dapat dijadikan alat untuk memahami suatu konsep dan pemecahan masalah; (3) analogi dianggap sebagai cara asimilasi pengetahuan baru ke dalam struktur yang ada; (4) analogi dapat mengurangi miskonsepsi pada siswa; (5) analogi dapat membangkitkan intuisi siswa. Menurut Glynn (1995) dalam Wibowo (2010:16) bahwa model pembelajaran analogi merupakan model pembelajaran yang terdiri dari enam tahapan yaitu memperkenalkan konsep target, menyampaikan konsep analogi,
  • 4. 4 mengidentifikasi sifat-sifat konsep analogi dengan konsep target, memetakan kesamaan, mengidentifikasi sifat konsep analogi yang tidak relevan, dan menarik kesimpulan tentang target. Materi yang dipilih dalam penelitian ini adalah materi listrik dinamis, karena pada materi ini siswa kurang memahami konsep arus listrik, selain itu materi listrik arus searah merupakan salah satu subpokok yang menjadi prasyarat mempelajari teori listrik dinamis. Penerapan pendekatan bridging analogy ini menuntut siswa untuk bisa menghubungkan suatu konsep yang dianalogikan dengan konsep sasaran dan diharapkan siswa mampu meningkatkan pemahaman konsep. Berdasarkan hasil penelitian Wibowo (2010: 68) menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran analogi dapat meningkatkan pemahaman konsep fisika siswa pada materi listrik dinamis dengan kategori sedang. Kemudian berdasarkan penelitian Fuadah (2011: 74) Penerapan pendekatan pembelajaran bridging analogy dapat meningkatkan kemampuan metakognitif matematika siswa SMP. Pada penelitian lain mengenai bridging analogy yang dilakukan oleh Podolefsky (2005: 16) menyatakan bahwa pendekatan analogi dapat mempengaruhi pemahaman konsep-konsep fisika pada siswa. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Refik Dilber, Bahattin Duzgun (2008: 5) menyatakan bahwa model analogi lebih meningkatkan pemahaman konsep serta mengurangi miskonsepsi siswa pada materi listrik dibandingkan penerapan model tradisional. Selain itu berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mei-Hung Chiu, Jing-Wen Lin (2004: 460) bahwa model analogi tidak hanya dapat membantu
  • 5. 5 dalam proses pemahaman konsep siswa akan tetapi membantu siswa agar tidak terdapat miskonsepsi. Berdasarkan latar belakang di atas, maka untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa digunakan pendekatan bridging analogy. Karena dalam memahami konsep-konsep fisika dibutuhkan suatu analogi konsep untuk memperjelas suatu konsep serta memberikan gambaran agar konsep itu mudah dipahami. Dari banyaknya materi yang disajikan dalam fisika, maka dalam penelitian ini dipilih materi yang sesuai dengan pendekatan pembelajaran bridging analogy yaitu materi listrik dinamis. Materi ini diambil karena berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa, materi listrik dinamis merupakan materi yang sulit dipahami. Dengan melihat kesesuaian antara materi dan pendekatan pembelajaran yang dipilih bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa. Berdasarkan pemaparan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Pendekatan Pembelajaran Bridging analogy untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa pada Materi Listrik Dinamis”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan bridging analogy pada materi listrik dinamis? 2. Apakah penerapan pendekatan pembelajaran bridging analogy pada materi listrik dinamis dapat meningkatkan pemahaman konsep fisika siswa?
  • 6. 6 C. Batasan Masalah Dengan mempertimbangkan luasnya ruang lingkup dalam penelitian ini, maka peneliti membatasi permasalahan penelitian, yaitu sebagai berikut: 1. Materi yang diberikan berkenaan dengan materi ajar fisika SMA Kelas X, yaitu materi listrik dinamis pada subpokok materi listrik arus searah. 2. Pemahaman yang akan diteliti meliputi lima aspek yaitu: mengartikan (interpreting), memberikan contoh (exemplifying), mengklasifikasikan (classifying), meringkas (summarizing), membandingkan/membedakan (comparing). D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui: 1. Keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan bridging analogy pada materi listrik dinamis. 2. Peningkatan pemahaman konsep siswa setelah diterapkan pendekatan pembelajaran bridging analogy. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bukti empiris tentang potensi pendekatan pembelajaran bridging analogy dalam meningkatkan pemahaman konsep siswa dan memperkaya hasil-hasil penelitian dalam bidang kajian sejenis, yang nantinya dapat digunakan oleh berbagai pihak yang terkait atau yang berkepentingan dengan hasil-hasil penelitian ini, seperti: siswa, guru, praktisi penelitian, lembaga-lembaga, peneliti, dan lain-lain.
  • 7. 7 F. Definisi Operasional Untuk menghindari adanya salah pemaknaan dari setiap istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka secara operasional istilah-istilah tersebut dapat didefinisikan sebagai berikut: 1. Pendekatan pembelajaran bridging analogy merupakan salah satu pendekatan pembelajaran dengan cara menggunakan gambaran analogi suatu konsep sebagai penghubung konsep sasaranagar tidak terjadi miskonsepsi. Tahapan pendekatan bridging analogy adalah sebagai berikut: (1) memperkenalkan konsep target; (2) menyampaikan konsep analogi; (3) memetakan sifat konsep analogy dengan konsep target; (4) mengidentifikasi sifat analogi yang tidak relevan; (5) menyimpulkan. Keterlaksanaan pendekatan pembelajaran bridging analogy maka dilakukan observasi yang dilakukan oleh guru dengan menggunakan lembar observasi. 2. Pemahaman konsep merupakan kemampuan siswa dalam menafsirkan arti dari suatu konsep. Indikator pemahaman konsep merujuk pada taksonomi Bloom yang direvisi, atau sering dikenal dengan taksonomi Anderson (2001: 70) yaitu: (1) mengartikan (interpreting); (2) memberikan contoh (exemplifying); (3) mengklasifikasikan (classifying); (4) meringkas (summarizing); (5) membandingkan/membedakan (comparing), yang diukur menggunakan tes tertulis pretest dan postest berupa soal pilihan ganda.
  • 8. 8 3. Materi listrik dinamis memuat secara khusus tentang rangkaian listrik, menjelaskan hukum Ohm dan hukum Kirchhoff, rangkaian hambatan serta sumber tegangan. Materi listrik dinamis terdapat pada KTSP yang diajarkan pada siswa kelas X semester genap pada standar kompetensi ke lima yaitu menerapkan konsep kelistrikan dalam berbagai penyelesaian masalah dan berbagai produk teknologi. G. Kerangka Berpikir Saat ini pelajaran fisika masih menjadi pelajaran yang dianggap sulit karena siswa harus banyak menghafal rumus dan banyak menghitung. Untuk itu dibutuhkan suatu pendekatan pembelajaran yang mampu memahamkan suatu konsep fisika, sehingga siswa tidak menganggap bahwa pelajaran fisika itu sulit karena harus menghafal banyak rumus tetapi dapat memahamkan konsep dengan mengajak siswa untuk berfikir abstrak dengan menghubungkan suatu kasus yang dialami dalam keseharian ke dalam konsep yang akan dituju, sehingga konsep yang dituju dapat tergambar/terbayang oleh siswa melalui konsep analogi. Salah satu pendekatan tersebut yaitu pendekatan bridging analogy. Pendekatan pembelajaran bridging analogy didasarkan pada gambaran analogi sebagai penghubung untuk memahami konsep yang akan dituju. Pendekatan bridging analogy dapat membantu siswa dalam memahami konsep yang dianggap sulit dengan cara memberi penjelasan konsep dengan menggunakan perbandingan sesuatu yang diketahui dalam kehidupan sehari-hari. Pada proses pembelajaran ini siswa diberikan konsep analogi yang menyerupai konsep target sehingga siswa mampu membayangkan hubungan analogi dengan
  • 9. 9 konsep yang dituju. Kemudian siswa menjelaskan kesamaan-kesamaan pada konsep analogi dengan konsep target. Berdasarkan karakteristiknya, Purwanita dalam Fuadah (2011: 18) analogi terbagi menjadi: 1) bridging analogy yang menggunakan berbagai bentuk intermediet untuk sampai pada konsep target yang dituju, dan 2) pictorial analogy yang menggunakan gambar-gambar sebagai persamaan dari target. Tahapan pendekatan bridging analogy ini terdiri dari lima tahapan, yaitu: 1. Memperkenalkan konsep target/materi yang akan dijelaskan. 2. Menyampaikan konsep anlogi. 3. Memetakan sifat konsep analogi dengan konsep target. 4. Mengidentifikasi sifat konsep analogi yang tidak relevan. 5. Menarik kesimpulan antara konsep analogi yang telah didiskusikan. Kemampuan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kemampuan pemahaman konsep. Dengan merujuk pada taksonomi Bloom yang direvisi, atau sering dikenal dengan taksonomi Anderson (200: 70) terdapat beberapa proses kognitif yang termasuk ke dalam kemampuan memahami diantaranya: 1. Mengartikan (Interpreting) Kemampuan mengartikan akan terlihat apabila siswa mampu mengubah suatu bentuk informasi ke dalam bentuk informasi yang lain sesuai dengan apa yang ia pahami dari suatu informasi tersebut dengan menggunakan bahasa sendiri yang mudah untuk dipahami.
  • 10. 10 2. Memberi contoh (Exemplifying) Kemampuan mencontohkan terjadi apabila siswa mampu mengaplikasikan suatu konsep ke dalam suatu contoh khusus. Cara mengetahui kemampuan ini yaitu memberikan pilihan beberapa contoh yang telah diberikan yang sesuai dengan konsep yang dimaksudkan dalam pertanyaan tersebut. 3. Mengklasifikasikan (Classifying) Kemampuan mengklasifikasikan merupakan kemampuan yang terjadi apabila siswa mampu mengkategorikan beberapa contoh atau masalah ke dalam konsep yang lebih khusus. Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam kemampuan kognitif ini dapat diberikan beberapa contoh atau masalah, kemudian siswa diharuskan menemukan konsep atau prinsip umum dari contoh tersebut. 4. Meringkas (Summarizing) Kemampuan meringkas terjadi apabila siswa mampu menyatakan kalimat atau pernyataan dari hasil pengkajian suatu konsep atau materi secara garis besar. Cara mengukur kemampuan kognitif ini dengan memberikan pemilihan jawaban yang melibatkan ringkasan tersebut. 5. Membandingkan (comparing) Kemampuan membandingkan dapat terjadi apabila siswa mampu melihat perbedaan dan persamaan antara dua objek atau lebih. Adapun teknik penilaian untuk menilai proses kognitif yaitu dengan pemetaan. Dalam pemetaan siswa harus menunjukkan bagaimana setiap bagian dari suatu objek, ide, masalah atau situasi yang sesuai untuk setiap bagian lain.
  • 11. 11 Materi pokok yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah materi pokok listrik dinamis. Diperkirakan penerapan pendekatan pembelajaran bridging analogy dalam materi pokok listrik dinamis akan mempengaruhi pemahaman konsep siswa, karena melalui penerapan pendekatan pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep fisika siswa. Untuk melihat keterlaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan bridging analogy dan peningkatan pemahaman konsep fisika siswa maka dilakukan analisis, kemudian dibuat sebuah simpulan. Kerangka pemikiran dapat dilihat pada bagan berikut. Belajar Fisika Proses Belajar Mengajar Fisika pada Materi Listrik Dinamis Tahapan pendekatan bridging analogy Bagaimana keterlaksanaan 1. Memperkenalkan konsep target proses belajar 2. Menyampaikan konsep analogi mengajar 3. Mengidentifikasi sifat-sifat konsep analogi dan konsep target menggunakan 4. Memetakan persamaan sifat konsep analogi yang tidak pendekatan relevan bridging 5. Menarik kesimpulan analogi? Pemahaman Konsep 1. Mengartikan (Interpreting) Apakah ada peningkatan 2. Memberikan contoh (Exemplifying) pemahaman konsep fisika 3. Mengklasifikasi (Classifying) siswa? 4. Meringkas (Summarizing) 5. Membedakan (Comparing) Analisis Simpulan Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran
  • 12. 12 H. Hipotesis Penelitian Berdasarkan pernyataan dan rumusan masalah di atas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah: H0: Tidak terdapat peningkatan pemahaman konsep pada siswa sebelum dan sesudah menerapkan pendekatan pembelajaran bridging analogy pada materi listrik dinamis. Ha: Terdapat peningkatan pemahaman konsep pada siswa sebelum dan sesudah menerapkan pendekatan pembelajaran bridging analogy pada materi listrik dinamis. I. Metodologi Penelitian Berikut ini merupakan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian: 1. Menentukan Jenis Data Jenis data yang akan diambil dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Secara keseluruhan, data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah: a. Data kuantitatif terdiri dari (1) prosentase keterlaksanaan pembelajaran, (2) skor tes pemahaman konsep, dan (3) skor hasil isian LKS. b. Data kualitatif yaitu berupa deskripsi komentar yang diperoleh dari lembar observasi keterlaksanaan proses pembelajaran menggunakan bridging analogy.
  • 13. 13 2. Lokasi Penelitian Penelitian mengambil lokasi di SMA Negeri 1 Tomo, Sumedang. Hal ini dikarenakan pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran fisika masih bersifat tradisional. 3. Populasi Sampel Populasi yang akan diteliti adalah seluruh kelas X di SMA Negeri 1 Tomo, Sumedang yang berjumlah lima kelas dengan jumlah 200 siswa.Sampel yang akan dipilih untuk penelitian menggunakan simple random sampling Sugiyono (2009: 74) satu kelas dijadikan sampel yaitu kelas X-5 dengan jumlah siswa 40 orang. 4. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode preeksperimen karena belum sepenuhnya melakukan eksperimen. Penelitian ini hanya dilakukan pada kelas eksperimen tanpa adanya kelas kontrol sebagai pembanding. Perbedaan hasil belajar dapat dilihat dari hasil pretest dan posttest. Desain yang digunakan pada penelitian ini one-group pretest-posttest design. Representasi desain one-group pretestt-posttest seperti dijelaskan dalam (Sugiyono 2009: 74) diperlihatkan dalam tabel berikut ini. Tabel 1.1 Desain Penelitian Kelompok Pretest Treatment Posttest ekperiment O1 X O2 Keterangan: O1: Pretest X : Treatment, yaitu implementasi pendekatan pembelajaran bridging analogy O2: Posttest
  • 14. 14 Sampel dalam penelitian ini, diberi perlakuan penerapan pendekatan bridging analogy sebanyak 3 kali.Untuk mengetahui pengetahuan awal, sampel diberi tes awal berupa pretest. Kemudian dilanjutkan dengan treatment (perlakuan) berupa penerapan pendekatan bridging analogy, selanjutnya diberi posttest yang instrumennya sama dengan pretest. Instrumen dalam penelitian ini merupakan instrumen untuk mengukur pemahaman konsep siswa yang telah di-judgement oleh dosen ahli dan diujicobakan terlebih dahulu. 5. Prosedur Penelitian Penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. Ketiga tahap berikut dijelaskan sebagai berikut: a. Tahap perencanaan 1. Telaah kompetensi mata pelajaran fisika SMA. 2. Menentukan sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian. 3. Membuat surat izin penelitian. 4. Studi literature terhadap jurnal, buku, artikel dan laporan penelitian mengenai pendekatan bridging analogy baik skripsi, tesis, maupun disertasi. 5. Observasi awal. 6. Menentukan sampel penelitian. 7. Membuat RPP sesuai pendekatan yang diterapkan. 8. Menyediakan alat dan bahan yang akan digunakan. 9. Membuat perangkat tes.
  • 15. 15 10. Membuat lembar observasi. 11. Pelatihan observer untuk mengisi lembar observasi keterlaksanaan pendekatan bridging analogy. 12. Membuat jadwal kegiatan pembelajaran. b. Tahap Pelaksanaan 1. Melakukan uji coba instrumen. 2. Melakukan analisis terhadap uji coba instrumen, berupa validitas, realibilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran. 3. Melakukan pretest. 4. Melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan bridging analogy. 5. Mengobservasi keterlaksanaan pembelajaran pendekatan bridging analogy selama berlangsungnya proses pembelajaran yang dilakukan oleh observer. 6. Melaksanakan posttest. c. Tahap Akhir a. Mengolah data hasil penelitian. b. Menganalisis dan membahas temuan penelitian. c. Memberikan kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan data.
  • 16. 16 Prosedur penelitian di atas dapat dituangkan dalam bentuk skema penulisan berikut: Studi Pendahuluan Studi literatur tentang pendekatan pembelajaran bridging analogy Analisis Kurikulum dan materi pembelajaran fisika SMA Penentuan Materi Penentua Pembuatan Instrumen n Sampel LKS Judgement Instrumen RPP Lembar Observasi Telaah Instrumen Uji coba instrumen Pembelajaran dengan menggunakan Pretest pendekatan Posttest Pembelajaran bridging analogy Analisis Data Lembar Observasi Penelitian Pembahasan Data Penelitian Kesimpulan Gambar 1.2 Prosedur Penelitian
  • 17. 17 6. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari instrumen tes dan lembar observasi. Secara lebih rinci dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Lembar observasi Melalui lembar observasi ini diharapkan peneliti dapat memperoleh gambaran keterlaksanaan pembelajaran selama proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan bridging analogy. Lembar observasi berbentuk format isian checklist yang berfungsi untuk menilai keterlaksanaan pembelajaran pendekatan bridging analogy yang di dalamnya terdapat kolom komentar dan saran untuk mengisi kelemahan-kelemahan dari pembelajaran yang telah berlangsung agar dapat diperbaiki pada pertemuan berikutnya. Adapun indikator pengamatan keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan bridging analogy, diantaranya: 1. Memperkenalkan konsep target. 2. Menyampaikan konsep analogi. 3. Memetakan kesamaan. 4. Mengidentifikasi sifat konsep analogi yang tidak relevan. 5. Menarik kesimpulan tentang target. Jumlah kegiatan guru dan siswa pada pendekatan bridging analogy sebanyak 46 item pada pertemuan kesatu, 44 item pada pertemuan kedua dan 36 item pada pertemuan ketiga. Lembar observasi digunakan pada pertemuan kesatu, kedua, dan ketiga dari awal pembelajaran sampai dengan akhir pembelajaran.
  • 18. 18 b. Tes pemahaman konsep siswa Tujuan dari tes tertulis ini adalah untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa pada materi listrik dinamis. Tes yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tes objektif dalam bentuk pilihan ganda yang diberikan pada awal pembelajaran (pretest) dan akhir pembelajaran (posttest). Soal untuk pretest dan posttest adalah sama. Dengan jumlah soal 18 butir soal dengan lima pilihan yaitu a, b, c, d dan e. Dipilihnya tes objektif karena bentuk tes ini dapat dinilai secara objektif dan lebih mudah dalam pemeriksaannya. Tes tertulis ini apabila jawaban benar maka diberi skor 1 dan apabila jawaban salah maka diberi skor 0. Indikator-indikator yang digunakan dalam pemahaman konsep adalah: 1. Mengartikan (interpreting) 2. Memberikan contoh (exemplifying) 3. Mengklasifikasi (classifying) 4. Meringkas (summarizing) 5. Membedakan (comparing) Tes ini dilakukan dan dianalisis untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa pada sub materi listrik dinamis dengan menggunakan pendekatan pembelajaran bridging analogy. 7. Analisis Instrumen a. Analisis Lembar Observasi Sebelum lembar observasi digunakan sebagai instrumen penelitian, tes ini diuji kelayakan terlebih dahulu berupa judgment kepada dosen ahli untuk mengetahui ketepatan penggunaannya dalam penelitian. Lembar observasi
  • 19. 19 divalidisasi secara konstruk pada aspek bahasa, materi, konstruksi, kesesuaian dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan kesesuaian dengan sintak/langkah-langkah pendekatan pembelajaran bridging analogy. Setelah instrumen lembar observasi dianggap layak untuk digunakan, maka lembar observasi digunakan untuk menguji keterlaksanaan pendekatan bridging analogy dalam proses pembelajaran oleh observer. Lembar observasi ini diberikan kepada observer setiap kali pertemuan, sebelum proses pembelajaran dilaksanakan. b. Analisis Tes Pemahaman Konsep 1) Analisis Kualitatif Butir Soal Pada prinsipnya analisis butir soal secara kualitatif dilaksanakan berdasarkan kaidah penulisan soal (tes tertulis, perbuatan, dan sikap). Aspek yang diperhatikan di dalam penelaahan secara kualitatif ini adalah setiap soal ditelaah dari segi materi, konstruksi, bahasa/budaya, dan kunci jawaban/pedoman penskorannya. Dalam melakukan penelaahan setiap butir soal, penelaah perlu mempersiapkan bahan-bahan penunjang seperti: (1) kisi-kisi tes, (2) kurikulum yang digunakan, (3) buku sumber, dan (4) kamus bahasa Indonesia. 2) Analisis Kuantitatif a. Uji Validitas Pengujian validitas tiap butir soal pilihan ganda (PG) dilakukan dengan menggunakan rumus berikut: (Arikunto, 2008: 79)
  • 20. 20 Keterangan : = koefisien korelasi biserial MP = rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari validitasnya Mt = rerata skor total St = standar deviasi dari skor total p = proporsi siswa yang menjawab benar q = proporsi siswa yang menjawab salah Setelah didapat nilai kemudian diinterpretasikan terhadap tabel nilai seperti di bawah ini: Tabel 1. 2 Interpretasi Nilai Koefisian Korelasi Interpretasi 0,00 < ≤ 0,20 Sangat rendah 0,20 < ≤ 0,40 Rendah 0,40 < ≤ 0,60 Sedang 0,60 < ≤ 0,80 Tinggi 0,80 < ≤ 1,00 Sangat tinggi (Arikunto, 2010: 319) b. Uji reliabilitas Pengujian reabilitas tiap butir soal pilihan ganda (PG) dilakukan dengan menggunakan rumus Spearman-Brown berikut: 2r 1 1 2 2 r11 (1 r 1 1 ) (Arikunto, 2010: 223) 2 2 Keterangan: r11 = reliabilitas instrumen r ½ ½ = rxy yang disebutkan sebagai indeks korelasi antara dua belahan instrumen
  • 21. 21 Sedangkan untuk mencari r ½ ½ dengan rumus korelasi produk moment kasar: N XY ( X )( Y) r1 1 2 2 (N X2 ( X ) 2 )( N Y2 ( Y ) 2 ) (Arikunto, 2010: 213) Keterangan : r½ ½ = korelasi reliabilitas yang telah sisesuaikan N = jumlah tes ∑X = jumlah skor ganjil ∑Y = jumlah skor genap ∑XY = Jumlah hasil kali skor ganjil genap Nilai reliabilitas yang didapatkan kemudian diinterpretasikan berdasarkan tabel berikut: Tabel 1.3 Kriteria Realibilitas Soal Rentang Keterangan 0,00<r11 ≤ 0,20 Sangat rendah 0,20<r11≤ 0,40 Rendah 0,40<r11 ≤ 0,60 Sedang 0,60<r11≤ 0,80 Tinggi 0,80<r11 ≤ 1,00 Sangat tinggi (Arikunto, 2008: 75) c. Daya Pembeda Soal Untuk mengetahui daya pembeda soal ganda digunakan rumus: (Arikunto, 2008: 213) Keterangan: D =daya pembeda butir soal JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah BA =jumlah jawaban benar dari kelompok atas BB = Jumlah jawaban benar dari kelompok bawah
  • 22. 22 PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar (sebagai indeks kesukaran) PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Nilai DP yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk menentukan daya pembeda butir soal dengan menggunakan kriteria yang tercantum pada tabel di bawah ini: Tabel 1.4 Interpretasi Nilai Daya Pembeda Indeks Daya Pembeda Interpretasi DP = 0,00 Sangat Jelek 0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek 0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup O,40 < DP ≤ 0,70 Baik O,70 < DP ≤ 1,00 Sangat Baik (Arikunto, 2008: 218) d. Uji tingkat kesukaran Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang anak untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya, soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi di luar jangkauan (Arikunto, 2007). Tingkat kesukaran dihitung dengan menggunakan perumusan : (Arikunto, 2008: 208) Keterangan : P= Indeks kesukaran B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes
  • 23. 23 Nilai P yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk menentukan tingkat kesukaran butir soal dengan menggunakan kriteria pada tabel berikut: Tabel 1.5 Kategori Tingkat Kesukaran Indeks Kesukaran Interpretasi P< 0,30 Sukar 0,30 ≤ P ≤ 0,70 Sedang 0,70 <P ≤ 1,00 Mudah (Arikunto, 2008: 210) 8. Analisis Data Pengambilan data dimaksudkan untuk mengolah data mentah dari hasil penelitian agar dapat ditafsirkan dan mengandung makna. Langkah-langkah pengolahan data tersebut, yaitu: 1. Analisis data keterlaksanaan pembelajaran Untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran pendekatan bridging analogy akan diolah secara kuantitatif dan kualitatif. Cara pengisian lembar observasi dari setiap pertemuan dengan memberi tanda checklist (√) pada kolom “Ya” atau “Tidak” untuk masing-masing tahapan. Untuk kolom “Ya” nilainya 1 dan untuk kolom “Tidak” nilainya 0. Adapun langkah-langkah selanjutnya adalah sebagai berikut: 1) Menghitung jumlah skor keterlaksanaan yang diperoleh. 2) Mengubah jumlah skor untuk seluruh pertemuan yang telah diperoleh menjadi nilai persentase dengan menggunakan rumus di bawah ini:
  • 24. 24 3) Menghitung persentase keterlaksanaan tertinggi dan terendah serta membuat deskripsi berdasarkan komentar observer. 4) Menghitung rata-rata persentase keterlaksanaan pendekatan dari keempat pertemuan dengan menggunakan rumus: persentase = 5) Menghitung rata-rata persentase keterlaksanaan untuk seluruh pertemuan berdasarkan setiap tahapan pendekatan. 6) Menghitung tahapan pendekatan pembelajaran dari yang tertinggi sampai yang terendah dan melakukan analisis kualitatif berdasarkan komentar observer. 7) Mengubah persentase yang diperoleh kedalam kriteria keterlaksanaan dengan kriteria sebagai berikut: Tabel 1.6 Kriteria Keterlaksanaan Pendekatan Pembelajaran Persentase Rata-Rata Kriteria 0%-20% Sangat kurang 21%-40% Kurang 41%-60% Sedang 61%-80% Baik 81%-100% Sangat baik (Nurjanah, 2010: 7) 2. Analisis tes pemahaman konsep siswa Untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa pada submateri arus listrik searah setelah penerapan pendekatan pembelajaran bridging analogy berupa tes pilihan ganda yaitu dengan langkah berikut: 1) Membuat hasil analisis tes pemahaman konsep
  • 25. 25 Analisis tes pemahaman konsep siswa ini dilakukan dengan cara membandingkan antara nilai pretest dan posttest. Prosedur penilaian yang digunakan untuk menganalisis data hasil penelitian berupa tes pilihan ganda dengan langkah berikut ini: Tes ini dianalisis untuk mengetahui hasil peningkatan pemahaman konsep siswa pada materi listrik dinamis dengan menggunakan pendekatan bridging analogy. Untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa, maka terlebih dahulu menghitung skor pretest dan posttest dengan menggunakan nilai normal gain (NG), dengan rumus sebagai berikut: NG = (Meltzer, 2002: 21) Tabel 1.7 Interpretasi nilai Normal Gain NG Klasifikasi NG≤ 0,30 Rendah 0,30 < NG≤ 0,70 Sedang 0,70 < NG Tinggi (Hake, 1999: 1) 2) Pengujian Hipotesis Prosedur yang akan ditempuh dalam menguji hipotesis yaitu dengan langkah- langkah sebagai berikut: 1. Melakukan uji normalitas data yang diperoleh dari data pretest dan posttest dengan menggunakan rumus sebagai berikut: 2 (Oi Ei )2 (Subana dkk, 2005 : 124) Ei
  • 26. 26 Keterangan: 2 : Chi kuadrat Oi : Frekuensi observasi Ei : frekuensi ekspektasi 2. Uji Hipotesis Uji hipotesis, dimaksudkan untuk menguji diterima atau ditolaknya hipotesis yang diajukan. Uji hipotesis dapat dilakukan dengan menggunakan langkah- langkah sebagai berikut: a) Apabila data berdistribusi normal maka digunakan statistik parametris yaitu dengan menggunakan test “t”. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: (1) Menghitung harga thitung menggunakan rumus: Md thitung (Arikunto, 2010: 349) X d2 N. (N - 1) Md = mean dari perbedaan pretest dengan posttest xd = deviasi masing-masing subjek (d-Md) ∑X2d = jumlah kuadrat deviasi N = subjek sampel deviasi d.b. = ditentukan dengan N-1
  • 27. 27 (Arikunto, 2010: 350) Keterangan: - d merupakan gain - N merupakan jumlah subjek Untuk memperoleh dapat ditempuh dengan rumus berikut. (Arikunto, 2010: 351) (2) Mencari harga ttabel yang tercantum pada tabel nilai “t” dengan berpegang pada derajat kebebasan (db) yang telah diperoleh , baik pada taraf signifikansi 1 % ataupun 5 %. Rumus derajat kebebasan adalah db = N -1 (3) Melakukan perbandingan antara thitung dan ttabel . Jika thitung lebih besar atau sama dengan ttabel maka Ho ditolak, sebaliknya Ha diterima atau disetujui yang berarti terdapat peningkatan pemahaman konsep secara signifikan. Jika thitung lebih kecil daripada ttabel maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak terdapat peningkatan pemahaman konsep secara signifikan. (Sudijono, 1999: 291) b) Apabila data terdistribusi tidak normal maka dilakukan dengan uji wilcoxonmacth pairs test T T z T Keterangan: T = jumlah jenjang/ rangking yang terendah T T z T n(n 1)(2n 1) T 24
  • 28. 28 dengan demikian n(n 1) T T T 4 z T n(n 1)(2n 1) 24 Kriteria Zhitung> Ztabel maka H0 ditolak, Ha diterima Zhitung< Ztabel maka H0 diterima, Ha ditolak (Sugiyono, 2006: 133)
  • 29. 29 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta : Bumi Aksara ________________.2010.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.. Jakarta: Bumi Aksara. E. Brown, David. 2006. “Using Examples And Analogies To Remediate Misconceptions In Physics: Factors Influencing Conceptual Change”.A Wiley Company Inkam Siti, Fuadah. 2011. “Penerapan Pendekatan Pembelajaran Bridging Analogy Untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognitif Matematika Siswa SMP”. Bandung: Skripsi UPI. (Tidak diterbitkan). Jing-Wen Lin, Mei-Hung Chiu. 2005. “Promoting Fourth Graders’ Conceptual Change of Their Understandingof Electric Current via Multiple Analogies”. China: Journal Of Researce In Science. Meltzer, David E. (2002). The Relationship Between Mathematics Preparation And Conceptual Learning Gains In Physics: A Possible Ìhidden Variableî In Diagnostic Pretest Scores. Ames: Department of Physics and Astronomy, Iowa State University. Permen Diknas Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006.Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Podolefsky, Noah. 2005. Jurnal “The Use of Analogy in Physics Learning and Instruction”. Colorado. Purwanto, Budi. 2008. Fisika Dasar 1B untuk Kelas X SMA dan MA Semester2. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. Richard R. Hake. (1999). Analizing change/Gain Scores.American Educational Research Association’s Division D, Measurement and Research Methodology Journal. Sudijono, Anas. (1999). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sugiyono. 2006. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sukmara, Dian & Rohman, Chaerul (Ed). (2007). Implementasi Life Skill dalam KTSP: Melalui Model Manajemen Potensial Qodrati. Bandung: Mughni Sejahtera
  • 30. 30 UIN Sunan Gunung Djati Bandung. (2010). Pedoman Karya Tulis Ilmiah Skripsi Tesis, dan Disertasi. Bandung: Sunan Gunung Djati Press Wibowo, Jayaman. 2010.“Penerapan Model Pembelajaran Analogi Dalam Pembelajaran Materi Listrik Dinamis Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Siswa SMP”. Bandung: Skripsi UPI. (Tidak diterbitkan).