1. PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN BRIDGING ANALOGY
UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA
PADA MATERI LISTRIK DINAMIS
(Penelitian di kelas X SMAN 1 Tomo)
A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan masyarakat dengan kebutuhan yang
relatifmeningkat, pemerintah berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Berdasarkan UU. Sisdiknas No. 20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
Negara.
Banyak siswa yang merasa takut dengan pelajaran fisika karena sudah
dianggap sebagai pelajaran yang sulit dipahami sehingga hasil belajar yang
didapat pun selalu minim. Hal ini disebabkan karena pembelajaran masih
didominasi oleh guru dimana murid hanya menerima penjelasan dari guru,
mencatat hal-hal penting dan menghafal rumus-rumus.Padahal, jika dalam proses
pembelajaran fisika digunakan sebuah metode pembelajaran yang tepat maka
pelajaran fisika pun akan menjadi pelajaran yang menarik karenakonsep-konsep
fisika yang dipelajari sangat terkait dengan kehidupan sehari-hari. Dengan adanya
keterkaitan konsep-konsep fisika dengan kehidupan sehari-hari maka sangat
1
2. 2
dibutuhkan suatu gambaran, imajinasi, atau bentuk analogi dari suatu konsep,
sehingga konsep fisika tidak hanya dihafal tetapi mudah untuk dipahami.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan mengenai pembelajaran fisika di
kelas X SMAN 1 Tomo, diperoleh bahwa pemahaman konsep fisika siswa masih
rendah.Menurut guru yang bersangkutan, hal tersebut disebabkan karena metode
yang diterapkan dalam pembelajaran selalu menggunakan metode ceramah,
sehingga pembelajaran hanya berpusat pada guru. Selain itu faktor pengajar yang
bukan guru fisika yang sebenarnya pun menjadi penyebab pembelajaran fisika
yang kurang efektif. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa,
mereka mengatakan sangat jarang melakukan kegiatan praktikum. Hal tersebut
disebabkan kurangnya fasilitas praktikum.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bidang studi fisika mengatakan
bahwa untuk melakukan kegiatan praktikum sangat dibutuhkan fasilitas praktikum
yang memadai agar kegiatan praktikum lebih efektif. Sehingga guru lebih memilih
metode ceramah dengan alasan agar materi tetap tersampaikan walaupun tanpa
diadakan praktikum.
Masalah rendahnya pemahaman konsep fisika siswa perlu diperhatikan
karena pemahaman konsep dalam pembelajaran fisika sangat dibutuhkan sehingga
dengan adanya penanaman pemahaman konsep pada siswa, pembelajaran fisika
akan lebih bermakna dan terarah sehingga tujuan pendidikan akan tercapai.Siswa
dikatakan memahami bila memiliki kemampuan berpikir untuk mengkonstruksi
makna dari materi pembelajaran baik lisan, tulisan dan komunikasi grafik atau
pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki, atau mengintegrasikan
3. 3
pengetahuan yang baru ke dalam skema yang telah ada dalam pemikiran siswa
(Anderson, 2001:70).
Oleh sebab itu, guru harus memberikan fasilitas berupa metode atau
pendekatan yang dapat menanamkan pemahaman konsep siswa. Dari sekian
banyaknya pendekatan pembelajaran, maka diberikan alternatif pendekatan
pembelajaran yang dianggap mampu meningkatkan pemahaman siswa yaitu
pendekatan pembelajaran bridging analogy. Berdasarkan karakteristiknya,
Purwanita dalam Fuadah (2011:18) analogi terbagi menjadi, bridging analogy
yang menggunakan berbagai bentuk intermediet untuk sampai pada konsep target
yang dituju dan pictorial analogy yang menggunakan gambar-gambar sebagai
persamaan dari target.
Pendekatan bridging analogy adalah suatu pendekatan analogi yang
menghubungkan atau menjembatani konsep yang dianalogikan (diajarkan) dari
konsep yang dianggap sebagai analog (Indrawati, 1997: 21 dalam Fuadah (2011:
18). Mei-Hung Chiu, Jing-Wen Lin (2004: 431) mengemukakan bahwa ada
beberapa fungsi dari model analogi diantaranya : (1) analogi dapat dijadikan alat
untuk memahami suatu konsep; (2) analogi dapat dijadikan alat untuk memahami
suatu konsep dan pemecahan masalah; (3) analogi dianggap sebagai cara asimilasi
pengetahuan baru ke dalam struktur yang ada; (4) analogi dapat mengurangi
miskonsepsi pada siswa; (5) analogi dapat membangkitkan intuisi siswa.
Menurut Glynn (1995) dalam Wibowo (2010:16) bahwa model
pembelajaran analogi merupakan model pembelajaran yang terdiri dari enam
tahapan yaitu memperkenalkan konsep target, menyampaikan konsep analogi,
4. 4
mengidentifikasi sifat-sifat konsep analogi dengan konsep target, memetakan
kesamaan, mengidentifikasi sifat konsep analogi yang tidak relevan, dan menarik
kesimpulan tentang target. Materi yang dipilih dalam penelitian ini adalah materi
listrik dinamis, karena pada materi ini siswa kurang memahami konsep arus
listrik, selain itu materi listrik arus searah merupakan salah satu subpokok yang
menjadi prasyarat mempelajari teori listrik dinamis.
Penerapan pendekatan bridging analogy ini menuntut siswa untuk bisa
menghubungkan suatu konsep yang dianalogikan dengan konsep sasaran dan
diharapkan siswa mampu meningkatkan pemahaman konsep. Berdasarkan hasil
penelitian Wibowo (2010: 68) menyimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran analogi dapat meningkatkan pemahaman konsep fisika siswa pada
materi listrik dinamis dengan kategori sedang. Kemudian berdasarkan penelitian
Fuadah (2011: 74) Penerapan pendekatan pembelajaran bridging analogy dapat
meningkatkan kemampuan metakognitif matematika siswa SMP.
Pada penelitian lain mengenai bridging analogy yang dilakukan oleh
Podolefsky (2005: 16) menyatakan bahwa pendekatan analogi dapat
mempengaruhi pemahaman konsep-konsep fisika pada siswa. Kemudian
penelitian yang dilakukan oleh Refik Dilber, Bahattin Duzgun (2008: 5)
menyatakan bahwa model analogi lebih meningkatkan pemahaman konsep serta
mengurangi miskonsepsi siswa pada materi listrik dibandingkan penerapan model
tradisional. Selain itu berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mei-Hung Chiu,
Jing-Wen Lin (2004: 460) bahwa model analogi tidak hanya dapat membantu
5. 5
dalam proses pemahaman konsep siswa akan tetapi membantu siswa agar tidak
terdapat miskonsepsi.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka untuk meningkatkan pemahaman
konsep siswa digunakan pendekatan bridging analogy. Karena dalam memahami
konsep-konsep fisika dibutuhkan suatu analogi konsep untuk memperjelas suatu
konsep serta memberikan gambaran agar konsep itu mudah dipahami.
Dari banyaknya materi yang disajikan dalam fisika, maka dalam penelitian ini
dipilih materi yang sesuai dengan pendekatan pembelajaran bridging analogy
yaitu materi listrik dinamis. Materi ini diambil karena berdasarkan hasil
wawancara dengan beberapa siswa, materi listrik dinamis merupakan materi yang
sulit dipahami. Dengan melihat kesesuaian antara materi dan pendekatan
pembelajaran yang dipilih bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Penerapan Pendekatan Pembelajaran Bridging analogy
untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa pada Materi Listrik Dinamis”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan bridging analogy pada materi listrik dinamis?
2. Apakah penerapan pendekatan pembelajaran bridging analogy pada
materi listrik dinamis dapat meningkatkan pemahaman konsep fisika
siswa?
6. 6
C. Batasan Masalah
Dengan mempertimbangkan luasnya ruang lingkup dalam penelitian ini,
maka peneliti membatasi permasalahan penelitian, yaitu sebagai berikut:
1. Materi yang diberikan berkenaan dengan materi ajar fisika SMA Kelas
X, yaitu materi listrik dinamis pada subpokok materi listrik arus searah.
2. Pemahaman yang akan diteliti meliputi lima aspek yaitu: mengartikan
(interpreting), memberikan contoh (exemplifying), mengklasifikasikan
(classifying), meringkas (summarizing), membandingkan/membedakan
(comparing).
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
mengetahui:
1. Keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
bridging analogy pada materi listrik dinamis.
2. Peningkatan pemahaman konsep siswa setelah diterapkan pendekatan
pembelajaran bridging analogy.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bukti empiris tentang
potensi pendekatan pembelajaran bridging analogy dalam meningkatkan
pemahaman konsep siswa dan memperkaya hasil-hasil penelitian dalam bidang
kajian sejenis, yang nantinya dapat digunakan oleh berbagai pihak yang terkait
atau yang berkepentingan dengan hasil-hasil penelitian ini, seperti: siswa, guru,
praktisi penelitian, lembaga-lembaga, peneliti, dan lain-lain.
7. 7
F. Definisi Operasional
Untuk menghindari adanya salah pemaknaan dari setiap istilah yang
digunakan dalam penelitian ini, maka secara operasional istilah-istilah tersebut
dapat didefinisikan sebagai berikut:
1. Pendekatan pembelajaran bridging analogy merupakan salah satu
pendekatan pembelajaran dengan cara menggunakan gambaran analogi
suatu konsep sebagai penghubung konsep sasaranagar tidak terjadi
miskonsepsi. Tahapan pendekatan bridging analogy adalah sebagai
berikut: (1) memperkenalkan konsep target; (2) menyampaikan konsep
analogi; (3) memetakan sifat konsep analogy dengan konsep target; (4)
mengidentifikasi sifat analogi yang tidak relevan; (5) menyimpulkan.
Keterlaksanaan pendekatan pembelajaran bridging analogy maka
dilakukan observasi yang dilakukan oleh guru dengan menggunakan
lembar observasi.
2. Pemahaman konsep merupakan kemampuan siswa dalam menafsirkan arti
dari suatu konsep. Indikator pemahaman konsep merujuk pada taksonomi
Bloom yang direvisi, atau sering dikenal dengan taksonomi Anderson
(2001: 70) yaitu: (1) mengartikan (interpreting); (2) memberikan contoh
(exemplifying); (3) mengklasifikasikan (classifying); (4) meringkas
(summarizing); (5) membandingkan/membedakan (comparing), yang
diukur menggunakan tes tertulis pretest dan postest berupa soal pilihan
ganda.
8. 8
3. Materi listrik dinamis memuat secara khusus tentang rangkaian listrik,
menjelaskan hukum Ohm dan hukum Kirchhoff, rangkaian hambatan serta
sumber tegangan. Materi listrik dinamis terdapat pada KTSP yang
diajarkan pada siswa kelas X semester genap pada standar kompetensi ke
lima yaitu menerapkan konsep kelistrikan dalam berbagai penyelesaian
masalah dan berbagai produk teknologi.
G. Kerangka Berpikir
Saat ini pelajaran fisika masih menjadi pelajaran yang dianggap sulit karena
siswa harus banyak menghafal rumus dan banyak menghitung. Untuk itu
dibutuhkan suatu pendekatan pembelajaran yang mampu memahamkan suatu
konsep fisika, sehingga siswa tidak menganggap bahwa pelajaran fisika itu sulit
karena harus menghafal banyak rumus tetapi dapat memahamkan konsep dengan
mengajak siswa untuk berfikir abstrak dengan menghubungkan suatu kasus yang
dialami dalam keseharian ke dalam konsep yang akan dituju, sehingga konsep
yang dituju dapat tergambar/terbayang oleh siswa melalui konsep analogi. Salah
satu pendekatan tersebut yaitu pendekatan bridging analogy.
Pendekatan pembelajaran bridging analogy didasarkan pada gambaran
analogi sebagai penghubung untuk memahami konsep yang akan dituju.
Pendekatan bridging analogy dapat membantu siswa dalam memahami konsep
yang dianggap sulit dengan cara memberi penjelasan konsep dengan
menggunakan perbandingan sesuatu yang diketahui dalam kehidupan sehari-hari.
Pada proses pembelajaran ini siswa diberikan konsep analogi yang menyerupai
konsep target sehingga siswa mampu membayangkan hubungan analogi dengan
9. 9
konsep yang dituju. Kemudian siswa menjelaskan kesamaan-kesamaan pada
konsep analogi dengan konsep target. Berdasarkan karakteristiknya, Purwanita
dalam Fuadah (2011: 18) analogi terbagi menjadi: 1) bridging analogy yang
menggunakan berbagai bentuk intermediet untuk sampai pada konsep target yang
dituju, dan 2) pictorial analogy yang menggunakan gambar-gambar sebagai
persamaan dari target. Tahapan pendekatan bridging analogy ini terdiri dari lima
tahapan, yaitu:
1. Memperkenalkan konsep target/materi yang akan dijelaskan.
2. Menyampaikan konsep anlogi.
3. Memetakan sifat konsep analogi dengan konsep target.
4. Mengidentifikasi sifat konsep analogi yang tidak relevan.
5. Menarik kesimpulan antara konsep analogi yang telah didiskusikan.
Kemampuan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kemampuan
pemahaman konsep. Dengan merujuk pada taksonomi Bloom yang direvisi, atau
sering dikenal dengan taksonomi Anderson (200: 70) terdapat beberapa proses
kognitif yang termasuk ke dalam kemampuan memahami diantaranya:
1. Mengartikan (Interpreting)
Kemampuan mengartikan akan terlihat apabila siswa mampu mengubah
suatu bentuk informasi ke dalam bentuk informasi yang lain sesuai dengan
apa yang ia pahami dari suatu informasi tersebut dengan menggunakan
bahasa sendiri yang mudah untuk dipahami.
10. 10
2. Memberi contoh (Exemplifying)
Kemampuan mencontohkan terjadi apabila siswa mampu mengaplikasikan
suatu konsep ke dalam suatu contoh khusus. Cara mengetahui kemampuan ini
yaitu memberikan pilihan beberapa contoh yang telah diberikan yang sesuai
dengan konsep yang dimaksudkan dalam pertanyaan tersebut.
3. Mengklasifikasikan (Classifying)
Kemampuan mengklasifikasikan merupakan kemampuan yang terjadi apabila
siswa mampu mengkategorikan beberapa contoh atau masalah ke dalam
konsep yang lebih khusus. Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam
kemampuan kognitif ini dapat diberikan beberapa contoh atau masalah,
kemudian siswa diharuskan menemukan konsep atau prinsip umum dari
contoh tersebut.
4. Meringkas (Summarizing)
Kemampuan meringkas terjadi apabila siswa mampu menyatakan kalimat
atau pernyataan dari hasil pengkajian suatu konsep atau materi secara garis
besar. Cara mengukur kemampuan kognitif ini dengan memberikan
pemilihan jawaban yang melibatkan ringkasan tersebut.
5. Membandingkan (comparing)
Kemampuan membandingkan dapat terjadi apabila siswa mampu melihat
perbedaan dan persamaan antara dua objek atau lebih. Adapun teknik
penilaian untuk menilai proses kognitif yaitu dengan pemetaan. Dalam
pemetaan siswa harus menunjukkan bagaimana setiap bagian dari suatu
objek, ide, masalah atau situasi yang sesuai untuk setiap bagian lain.
11. 11
Materi pokok yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah materi pokok
listrik dinamis. Diperkirakan penerapan pendekatan pembelajaran bridging
analogy dalam materi pokok listrik dinamis akan mempengaruhi pemahaman
konsep siswa, karena melalui penerapan pendekatan pembelajaran ini diharapkan
dapat meningkatkan pemahaman konsep fisika siswa. Untuk melihat
keterlaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan bridging
analogy dan peningkatan pemahaman konsep fisika siswa maka dilakukan
analisis, kemudian dibuat sebuah simpulan. Kerangka pemikiran dapat dilihat
pada bagan berikut. Belajar Fisika
Proses Belajar Mengajar Fisika pada Materi Listrik Dinamis
Tahapan pendekatan bridging analogy Bagaimana
keterlaksanaan
1. Memperkenalkan konsep target proses belajar
2. Menyampaikan konsep analogi mengajar
3. Mengidentifikasi sifat-sifat konsep analogi dan konsep target menggunakan
4. Memetakan persamaan sifat konsep analogi yang tidak pendekatan
relevan bridging
5. Menarik kesimpulan analogi?
Pemahaman Konsep
1. Mengartikan (Interpreting)
Apakah ada peningkatan 2. Memberikan contoh (Exemplifying)
pemahaman konsep fisika 3. Mengklasifikasi (Classifying)
siswa? 4. Meringkas (Summarizing)
5. Membedakan (Comparing)
Analisis
Simpulan
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran
12. 12
H. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan pernyataan dan rumusan masalah di atas, maka hipotesis dari
penelitian ini adalah:
H0: Tidak terdapat peningkatan pemahaman konsep pada siswa sebelum dan
sesudah menerapkan pendekatan pembelajaran bridging analogy pada
materi listrik dinamis.
Ha: Terdapat peningkatan pemahaman konsep pada siswa sebelum dan sesudah
menerapkan pendekatan pembelajaran bridging analogy pada materi listrik
dinamis.
I. Metodologi Penelitian
Berikut ini merupakan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam
penelitian:
1. Menentukan Jenis Data
Jenis data yang akan diambil dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan
data kualitatif. Secara keseluruhan, data yang diperoleh dalam penelitian ini
adalah:
a. Data kuantitatif terdiri dari (1) prosentase keterlaksanaan pembelajaran, (2)
skor tes pemahaman konsep, dan (3) skor hasil isian LKS.
b. Data kualitatif yaitu berupa deskripsi komentar yang diperoleh dari lembar
observasi keterlaksanaan proses pembelajaran menggunakan bridging
analogy.
13. 13
2. Lokasi Penelitian
Penelitian mengambil lokasi di SMA Negeri 1 Tomo, Sumedang. Hal ini
dikarenakan pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran fisika masih bersifat
tradisional.
3. Populasi Sampel
Populasi yang akan diteliti adalah seluruh kelas X di SMA Negeri 1 Tomo,
Sumedang yang berjumlah lima kelas dengan jumlah 200 siswa.Sampel yang akan
dipilih untuk penelitian menggunakan simple random sampling Sugiyono (2009:
74) satu kelas dijadikan sampel yaitu kelas X-5 dengan jumlah siswa 40 orang.
4. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode preeksperimen karena
belum sepenuhnya melakukan eksperimen. Penelitian ini hanya dilakukan pada
kelas eksperimen tanpa adanya kelas kontrol sebagai pembanding. Perbedaan
hasil belajar dapat dilihat dari hasil pretest dan posttest.
Desain yang digunakan pada penelitian ini one-group pretest-posttest design.
Representasi desain one-group pretestt-posttest seperti dijelaskan dalam (Sugiyono
2009: 74) diperlihatkan dalam tabel berikut ini.
Tabel 1.1
Desain Penelitian
Kelompok Pretest Treatment Posttest
ekperiment O1 X O2
Keterangan:
O1: Pretest
X : Treatment, yaitu implementasi pendekatan pembelajaran bridging analogy
O2: Posttest
14. 14
Sampel dalam penelitian ini, diberi perlakuan penerapan pendekatan bridging
analogy sebanyak 3 kali.Untuk mengetahui pengetahuan awal, sampel diberi tes
awal berupa pretest. Kemudian dilanjutkan dengan treatment (perlakuan) berupa
penerapan pendekatan bridging analogy, selanjutnya diberi posttest yang
instrumennya sama dengan pretest. Instrumen dalam penelitian ini merupakan
instrumen untuk mengukur pemahaman konsep siswa yang telah di-judgement
oleh dosen ahli dan diujicobakan terlebih dahulu.
5. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahap yaitu tahap perencanaan, tahap
pelaksanaan, dan tahap akhir. Ketiga tahap berikut dijelaskan sebagai berikut:
a. Tahap perencanaan
1. Telaah kompetensi mata pelajaran fisika SMA.
2. Menentukan sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian.
3. Membuat surat izin penelitian.
4. Studi literature terhadap jurnal, buku, artikel dan laporan penelitian
mengenai pendekatan bridging analogy baik skripsi, tesis, maupun
disertasi.
5. Observasi awal.
6. Menentukan sampel penelitian.
7. Membuat RPP sesuai pendekatan yang diterapkan.
8. Menyediakan alat dan bahan yang akan digunakan.
9. Membuat perangkat tes.
15. 15
10. Membuat lembar observasi.
11. Pelatihan observer untuk mengisi lembar observasi keterlaksanaan
pendekatan bridging analogy.
12. Membuat jadwal kegiatan pembelajaran.
b. Tahap Pelaksanaan
1. Melakukan uji coba instrumen.
2. Melakukan analisis terhadap uji coba instrumen, berupa validitas,
realibilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran.
3. Melakukan pretest.
4. Melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan bridging analogy.
5. Mengobservasi keterlaksanaan pembelajaran pendekatan bridging
analogy selama berlangsungnya proses pembelajaran yang dilakukan
oleh observer.
6. Melaksanakan posttest.
c. Tahap Akhir
a. Mengolah data hasil penelitian.
b. Menganalisis dan membahas temuan penelitian.
c. Memberikan kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari
pengolahan data.
16. 16
Prosedur penelitian di atas dapat dituangkan dalam bentuk skema penulisan
berikut:
Studi Pendahuluan
Studi literatur tentang pendekatan pembelajaran bridging
analogy
Analisis Kurikulum dan materi pembelajaran fisika SMA
Penentuan
Materi
Penentua
Pembuatan Instrumen n Sampel LKS
Judgement Instrumen RPP
Lembar Observasi
Telaah Instrumen
Uji coba instrumen
Pembelajaran dengan
menggunakan
Pretest pendekatan Posttest
Pembelajaran
bridging analogy
Analisis Data Lembar Observasi
Penelitian
Pembahasan Data
Penelitian
Kesimpulan
Gambar 1.2 Prosedur Penelitian
17. 17
6. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari instrumen tes dan
lembar observasi. Secara lebih rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Lembar observasi
Melalui lembar observasi ini diharapkan peneliti dapat memperoleh gambaran
keterlaksanaan pembelajaran selama proses pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan bridging analogy. Lembar observasi berbentuk format isian checklist
yang berfungsi untuk menilai keterlaksanaan pembelajaran pendekatan bridging
analogy yang di dalamnya terdapat kolom komentar dan saran untuk mengisi
kelemahan-kelemahan dari pembelajaran yang telah berlangsung agar dapat
diperbaiki pada pertemuan berikutnya. Adapun indikator pengamatan
keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan bridging analogy,
diantaranya:
1. Memperkenalkan konsep target.
2. Menyampaikan konsep analogi.
3. Memetakan kesamaan.
4. Mengidentifikasi sifat konsep analogi yang tidak relevan.
5. Menarik kesimpulan tentang target.
Jumlah kegiatan guru dan siswa pada pendekatan bridging analogy sebanyak 46
item pada pertemuan kesatu, 44 item pada pertemuan kedua dan 36 item pada
pertemuan ketiga. Lembar observasi digunakan pada pertemuan kesatu, kedua,
dan ketiga dari awal pembelajaran sampai dengan akhir pembelajaran.
18. 18
b. Tes pemahaman konsep siswa
Tujuan dari tes tertulis ini adalah untuk mengetahui peningkatan pemahaman
konsep siswa pada materi listrik dinamis. Tes yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah tes objektif dalam bentuk pilihan ganda yang diberikan pada
awal pembelajaran (pretest) dan akhir pembelajaran (posttest). Soal untuk pretest
dan posttest adalah sama. Dengan jumlah soal 18 butir soal dengan lima pilihan
yaitu a, b, c, d dan e. Dipilihnya tes objektif karena bentuk tes ini dapat dinilai
secara objektif dan lebih mudah dalam pemeriksaannya. Tes tertulis ini apabila
jawaban benar maka diberi skor 1 dan apabila jawaban salah maka diberi skor 0.
Indikator-indikator yang digunakan dalam pemahaman konsep adalah:
1. Mengartikan (interpreting)
2. Memberikan contoh (exemplifying)
3. Mengklasifikasi (classifying)
4. Meringkas (summarizing)
5. Membedakan (comparing)
Tes ini dilakukan dan dianalisis untuk mengetahui peningkatan pemahaman
konsep siswa pada sub materi listrik dinamis dengan menggunakan pendekatan
pembelajaran bridging analogy.
7. Analisis Instrumen
a. Analisis Lembar Observasi
Sebelum lembar observasi digunakan sebagai instrumen penelitian, tes ini
diuji kelayakan terlebih dahulu berupa judgment kepada dosen ahli untuk
mengetahui ketepatan penggunaannya dalam penelitian. Lembar observasi
19. 19
divalidisasi secara konstruk pada aspek bahasa, materi, konstruksi, kesesuaian
dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan kesesuaian dengan
sintak/langkah-langkah pendekatan pembelajaran bridging analogy. Setelah
instrumen lembar observasi dianggap layak untuk digunakan, maka lembar
observasi digunakan untuk menguji keterlaksanaan pendekatan bridging analogy
dalam proses pembelajaran oleh observer. Lembar observasi ini diberikan kepada
observer setiap kali pertemuan, sebelum proses pembelajaran dilaksanakan.
b. Analisis Tes Pemahaman Konsep
1) Analisis Kualitatif Butir Soal
Pada prinsipnya analisis butir soal secara kualitatif dilaksanakan berdasarkan
kaidah penulisan soal (tes tertulis, perbuatan, dan sikap). Aspek yang
diperhatikan di dalam penelaahan secara kualitatif ini adalah setiap soal ditelaah
dari segi materi, konstruksi, bahasa/budaya, dan kunci jawaban/pedoman
penskorannya. Dalam melakukan penelaahan setiap butir soal, penelaah perlu
mempersiapkan bahan-bahan penunjang seperti: (1) kisi-kisi tes, (2) kurikulum
yang digunakan, (3) buku sumber, dan (4) kamus bahasa Indonesia.
2) Analisis Kuantitatif
a. Uji Validitas
Pengujian validitas tiap butir soal pilihan ganda (PG) dilakukan dengan
menggunakan rumus berikut:
(Arikunto, 2008: 79)
20. 20
Keterangan :
= koefisien korelasi biserial
MP = rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari
validitasnya
Mt = rerata skor total
St = standar deviasi dari skor total
p = proporsi siswa yang menjawab benar
q = proporsi siswa yang menjawab salah
Setelah didapat nilai kemudian diinterpretasikan terhadap tabel nilai
seperti di bawah ini:
Tabel 1. 2
Interpretasi Nilai
Koefisian Korelasi Interpretasi
0,00 < ≤ 0,20 Sangat rendah
0,20 < ≤ 0,40 Rendah
0,40 < ≤ 0,60 Sedang
0,60 < ≤ 0,80 Tinggi
0,80 < ≤ 1,00 Sangat tinggi
(Arikunto, 2010: 319)
b. Uji reliabilitas
Pengujian reabilitas tiap butir soal pilihan ganda (PG) dilakukan dengan
menggunakan rumus Spearman-Brown berikut:
2r 1 1
2 2
r11
(1 r 1 1 ) (Arikunto, 2010: 223)
2 2
Keterangan:
r11 = reliabilitas instrumen
r ½ ½ = rxy yang disebutkan sebagai indeks korelasi antara dua belahan instrumen
21. 21
Sedangkan untuk mencari r ½ ½ dengan rumus korelasi produk moment kasar:
N XY ( X )( Y)
r1 1
2 2
(N X2 ( X ) 2 )( N Y2 ( Y ) 2 ) (Arikunto, 2010: 213)
Keterangan :
r½ ½ = korelasi reliabilitas yang telah sisesuaikan
N = jumlah tes
∑X = jumlah skor ganjil
∑Y = jumlah skor genap
∑XY = Jumlah hasil kali skor ganjil genap
Nilai reliabilitas yang didapatkan kemudian diinterpretasikan berdasarkan
tabel berikut:
Tabel 1.3
Kriteria Realibilitas Soal
Rentang Keterangan
0,00<r11 ≤ 0,20 Sangat rendah
0,20<r11≤ 0,40 Rendah
0,40<r11 ≤ 0,60 Sedang
0,60<r11≤ 0,80 Tinggi
0,80<r11 ≤ 1,00 Sangat tinggi
(Arikunto, 2008: 75)
c. Daya Pembeda Soal
Untuk mengetahui daya pembeda soal ganda digunakan rumus:
(Arikunto, 2008: 213)
Keterangan:
D =daya pembeda butir soal
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA =jumlah jawaban benar dari kelompok atas
BB = Jumlah jawaban benar dari kelompok bawah
22. 22
PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
(sebagai indeks kesukaran)
PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Nilai DP yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk menentukan daya pembeda
butir soal dengan menggunakan kriteria yang tercantum pada tabel di bawah ini:
Tabel 1.4
Interpretasi Nilai Daya Pembeda
Indeks Daya Pembeda Interpretasi
DP = 0,00 Sangat Jelek
0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek
0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup
O,40 < DP ≤ 0,70 Baik
O,70 < DP ≤ 1,00 Sangat Baik
(Arikunto, 2008: 218)
d. Uji tingkat kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar.
Soal yang terlalu mudah tidak merangsang anak untuk mempertinggi usaha
memecahkannya. Sebaliknya, soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa
menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi di luar
jangkauan (Arikunto, 2007).
Tingkat kesukaran dihitung dengan menggunakan perumusan :
(Arikunto, 2008: 208)
Keterangan :
P= Indeks kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar
JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes
23. 23
Nilai P yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk menentukan tingkat
kesukaran butir soal dengan menggunakan kriteria pada tabel berikut:
Tabel 1.5
Kategori Tingkat Kesukaran
Indeks Kesukaran Interpretasi
P< 0,30 Sukar
0,30 ≤ P ≤ 0,70 Sedang
0,70 <P ≤ 1,00 Mudah
(Arikunto, 2008: 210)
8. Analisis Data
Pengambilan data dimaksudkan untuk mengolah data mentah dari hasil
penelitian agar dapat ditafsirkan dan mengandung makna. Langkah-langkah
pengolahan data tersebut, yaitu:
1. Analisis data keterlaksanaan pembelajaran
Untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran pendekatan bridging analogy
akan diolah secara kuantitatif dan kualitatif. Cara pengisian lembar observasi dari
setiap pertemuan dengan memberi tanda checklist (√) pada kolom “Ya” atau
“Tidak” untuk masing-masing tahapan. Untuk kolom “Ya” nilainya 1 dan untuk
kolom “Tidak” nilainya 0. Adapun langkah-langkah selanjutnya adalah sebagai
berikut:
1) Menghitung jumlah skor keterlaksanaan yang diperoleh.
2) Mengubah jumlah skor untuk seluruh pertemuan yang telah diperoleh
menjadi nilai persentase dengan menggunakan rumus di bawah ini:
24. 24
3) Menghitung persentase keterlaksanaan tertinggi dan terendah serta
membuat deskripsi berdasarkan komentar observer.
4) Menghitung rata-rata persentase keterlaksanaan pendekatan dari keempat
pertemuan dengan menggunakan rumus:
persentase =
5) Menghitung rata-rata persentase keterlaksanaan untuk seluruh pertemuan
berdasarkan setiap tahapan pendekatan.
6) Menghitung tahapan pendekatan pembelajaran dari yang tertinggi sampai
yang terendah dan melakukan analisis kualitatif berdasarkan komentar
observer.
7) Mengubah persentase yang diperoleh kedalam kriteria keterlaksanaan
dengan kriteria sebagai berikut:
Tabel 1.6
Kriteria Keterlaksanaan Pendekatan Pembelajaran
Persentase Rata-Rata Kriteria
0%-20% Sangat kurang
21%-40% Kurang
41%-60% Sedang
61%-80% Baik
81%-100% Sangat baik
(Nurjanah, 2010: 7)
2. Analisis tes pemahaman konsep siswa
Untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa pada submateri arus
listrik searah setelah penerapan pendekatan pembelajaran bridging analogy
berupa tes pilihan ganda yaitu dengan langkah berikut:
1) Membuat hasil analisis tes pemahaman konsep
25. 25
Analisis tes pemahaman konsep siswa ini dilakukan dengan cara
membandingkan antara nilai pretest dan posttest. Prosedur penilaian yang
digunakan untuk menganalisis data hasil penelitian berupa tes pilihan ganda
dengan langkah berikut ini:
Tes ini dianalisis untuk mengetahui hasil peningkatan pemahaman konsep
siswa pada materi listrik dinamis dengan menggunakan pendekatan bridging
analogy. Untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa, maka
terlebih dahulu menghitung skor pretest dan posttest dengan menggunakan
nilai normal gain (NG), dengan rumus sebagai berikut:
NG = (Meltzer, 2002: 21)
Tabel 1.7
Interpretasi nilai Normal Gain
NG Klasifikasi
NG≤ 0,30 Rendah
0,30 < NG≤ 0,70 Sedang
0,70 < NG Tinggi
(Hake, 1999: 1)
2) Pengujian Hipotesis
Prosedur yang akan ditempuh dalam menguji hipotesis yaitu dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Melakukan uji normalitas data yang diperoleh dari data pretest dan posttest
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
2 (Oi Ei )2
(Subana dkk, 2005 : 124)
Ei
26. 26
Keterangan:
2
: Chi kuadrat
Oi : Frekuensi observasi
Ei : frekuensi ekspektasi
2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis, dimaksudkan untuk menguji diterima atau ditolaknya hipotesis
yang diajukan. Uji hipotesis dapat dilakukan dengan menggunakan langkah-
langkah sebagai berikut:
a) Apabila data berdistribusi normal maka digunakan statistik parametris yaitu
dengan menggunakan test “t”. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai
berikut:
(1) Menghitung harga thitung menggunakan rumus:
Md
thitung (Arikunto, 2010: 349)
X d2
N. (N - 1)
Md = mean dari perbedaan pretest dengan posttest
xd = deviasi masing-masing subjek (d-Md)
∑X2d = jumlah kuadrat deviasi
N = subjek sampel deviasi
d.b. = ditentukan dengan N-1
27. 27
(Arikunto, 2010: 350)
Keterangan:
- d merupakan gain
- N merupakan jumlah subjek
Untuk memperoleh dapat ditempuh dengan rumus berikut.
(Arikunto, 2010: 351)
(2) Mencari harga ttabel yang tercantum pada tabel nilai “t” dengan berpegang
pada derajat kebebasan (db) yang telah diperoleh , baik pada taraf signifikansi
1 % ataupun 5 %. Rumus derajat kebebasan adalah db = N -1
(3) Melakukan perbandingan antara thitung dan ttabel . Jika thitung lebih besar atau
sama dengan ttabel maka Ho ditolak, sebaliknya Ha diterima atau disetujui
yang berarti terdapat peningkatan pemahaman konsep secara signifikan. Jika
thitung lebih kecil daripada ttabel maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti
tidak terdapat peningkatan pemahaman konsep secara signifikan.
(Sudijono, 1999: 291)
b) Apabila data terdistribusi tidak normal maka dilakukan dengan uji
wilcoxonmacth pairs test
T T
z
T
Keterangan:
T = jumlah jenjang/ rangking yang terendah
T T
z
T
n(n 1)(2n 1)
T
24
28. 28
dengan demikian
n(n 1)
T
T T 4
z
T n(n 1)(2n 1)
24
Kriteria
Zhitung> Ztabel maka H0 ditolak, Ha diterima
Zhitung< Ztabel maka H0 diterima, Ha ditolak
(Sugiyono, 2006: 133)
29. 29
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi).
Jakarta : Bumi Aksara
________________.2010.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik..
Jakarta: Bumi Aksara.
E. Brown, David. 2006. “Using Examples And Analogies To Remediate
Misconceptions In Physics: Factors Influencing Conceptual Change”.A
Wiley Company
Inkam Siti, Fuadah. 2011. “Penerapan Pendekatan Pembelajaran Bridging
Analogy Untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognitif Matematika Siswa
SMP”. Bandung: Skripsi UPI. (Tidak diterbitkan).
Jing-Wen Lin, Mei-Hung Chiu. 2005. “Promoting Fourth Graders’ Conceptual
Change of Their Understandingof Electric Current via Multiple Analogies”.
China: Journal Of Researce In Science.
Meltzer, David E. (2002). The Relationship Between Mathematics Preparation
And Conceptual Learning Gains In Physics: A Possible Ìhidden Variableî In
Diagnostic Pretest Scores. Ames: Department of Physics and Astronomy,
Iowa State University.
Permen Diknas Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006.Standar Kompetensi
Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Podolefsky, Noah. 2005. Jurnal “The Use of Analogy in Physics Learning and
Instruction”. Colorado.
Purwanto, Budi. 2008. Fisika Dasar 1B untuk Kelas X SMA dan MA Semester2.
Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Richard R. Hake. (1999). Analizing change/Gain Scores.American Educational
Research Association’s Division D, Measurement and Research
Methodology Journal.
Sudijono, Anas. (1999). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Sugiyono. 2006. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sukmara, Dian & Rohman, Chaerul (Ed). (2007). Implementasi Life Skill dalam
KTSP: Melalui Model Manajemen Potensial Qodrati. Bandung: Mughni
Sejahtera
30. 30
UIN Sunan Gunung Djati Bandung. (2010). Pedoman Karya Tulis Ilmiah Skripsi
Tesis, dan Disertasi. Bandung: Sunan Gunung Djati Press
Wibowo, Jayaman. 2010.“Penerapan Model Pembelajaran Analogi Dalam
Pembelajaran Materi Listrik Dinamis Untuk Meningkatkan Pemahaman
Konsep Fisika Siswa SMP”. Bandung: Skripsi UPI. (Tidak diterbitkan).