Jaringan tegangan menengah atau sering disebut jaringan distribusi primer merupakan bagian dari sistem tenaga listrik antar gardu induk dan gardu distribusi.Pada jaringan distribusi primer umumnya terdiri dari jaringan tiga - fasa dengan menggunakan tiga atau empat kawat sebagai penghantar.Pada pendistribusian tenaga listrik ke pengguna tenaga listrik di suatu kawasan, penggunaan sistem Tegangan Menengah sebagai jaringan utama adalah upaya utama menghindarkan rugi-rugi penyaluran (losses) dengan kualitas persyaratan tegangan yang harus dipenuhi oleh PT PLN Persero selaku pemegang Kuasa Usaha Utama sebagaimana diatur dalam UU ketenagalistrikan No 30 tahun 2009. Dengan ditetapkannya standar Tegangan Menengah sebagai tegangan operasi yang digunakan di Indonesia adalah 20 kV
Jaringan tegangan menengah atau sering disebut jaringan distribusi primer merupakan bagian dari sistem tenaga listrik antar gardu induk dan gardu distribusi. Pada jaringan
distribusi primer umumnya terdiri dari jaringan tiga - fasa denganmenggunakan tiga atau empat kawatsebagai penghantar. Sistem tegangan menengah yang digunakan di Indonesia pada umumnya adalah 20 kV
Jaringan tegangan rendah berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik dari Gardu Distribusi ke Konsumen tegangan rendah. Tegangan rendah yang digunakan PT. PLN (persero) adalah 127/220 V dan 220/380 V
Gardu distribusi adalah suatu bangunan gardu listrik berisi atau terdiri dari instalasi Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Menengah (PHB-TM), Transformator Distribusi (TD) dan Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB-TR) untuk memasok kebutuhan tenaga listrik bagi para pelanggan baik dengan Tegangan Menengah (TM 20 kV) maupun Tegangan Rendah (TR 220/380V).
Transmisi Jaringan Tegangan Rendah adalah bagian hilir dari sistem tenaga listrik pada tegangan distribusi di bawah 1000 Volt, yang langsung memasok kebutuhan listrik tegangan rendah ke konsumen. Di Indonesia, tegangan operasi transmisi SUTR saat ini adalah 220/ 380. Volt.
Pengertian umum Gardu Distribusi adalah suatu bangunan gardu listrik berisi atau terdiri dari instalasi Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Menengah (PHB-TM), Transformator Distribusi (TD) dan Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB-TR) untuk memasok kebutuhan tenaga listrik bagi para pelanggan baik dengan Tegangan Menengah (TM 20 kV) maupun Tegangan Rendah (TR 220/380V). .
Konstruksi Gardu distribusi dirancang berdasarkan optimalisasi biaya terhadap maksud dan tujuan penggunaannya yang kadang kala harus disesuaikan dengan peraturan Pemda setempat.
Gardu distribusi merupakan salah satu komponen dari suatu system distribusi yang berfungsi untuk menghubungkan jaringan ke konsumen atau untuk membagikan atau mendistribusikan tenaga listrik pada beban atau konsumen baik konsumen tegangan menengah maupun konsumen tegangan rendah.
Jaringan tegangan menengah atau sering disebut jaringan distribusi primer merupakan bagian dari sistem tenaga listrik antar gardu induk dan gardu distribusi. Pada jaringan distribusi primer umumnya terdiri dari jaringan tiga - fasa dengan menggunakan tiga atau empat kawat sebagai penghantar. Sistem tegangan menengah yang digunakan di Indonesia pada umumnya adalah 20 kV
Jaringan Tegangan Menengah (JTM) atau sering disebut Jaringan Distribusi Primer adalah suatu bagian daripada sistem tenaga listrik antara gardu induk dan gardu distribusi. Dalam penyaluran tenaga listrik pada jaringan distribusi primer menggunakan 3 sistem saluran diantaranya saluran udara (SUTM), saluran kabel udara (SKUTM) dan saluran kabel tanah (SKTM). Adapun standar Tegangan Menengah sebagai tegangan operasi yang digunakan di Indonesia adalah 20 kV.
Jaringan tegangan menengah atau sering disebut jaringan distribusi primer merupakan bagian dari sistem tenaga listrik antar gardu induk dan gardu distribusi. Pada jaringan
distribusi primer umumnya terdiri dari jaringan tiga - fasa denganmenggunakan tiga atau empat kawatsebagai penghantar. Sistem tegangan menengah yang digunakan di Indonesia pada umumnya adalah 20 kV
Jaringan tegangan rendah berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik dari Gardu Distribusi ke Konsumen tegangan rendah. Tegangan rendah yang digunakan PT. PLN (persero) adalah 127/220 V dan 220/380 V
Gardu distribusi adalah suatu bangunan gardu listrik berisi atau terdiri dari instalasi Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Menengah (PHB-TM), Transformator Distribusi (TD) dan Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB-TR) untuk memasok kebutuhan tenaga listrik bagi para pelanggan baik dengan Tegangan Menengah (TM 20 kV) maupun Tegangan Rendah (TR 220/380V).
Transmisi Jaringan Tegangan Rendah adalah bagian hilir dari sistem tenaga listrik pada tegangan distribusi di bawah 1000 Volt, yang langsung memasok kebutuhan listrik tegangan rendah ke konsumen. Di Indonesia, tegangan operasi transmisi SUTR saat ini adalah 220/ 380. Volt.
Pengertian umum Gardu Distribusi adalah suatu bangunan gardu listrik berisi atau terdiri dari instalasi Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Menengah (PHB-TM), Transformator Distribusi (TD) dan Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB-TR) untuk memasok kebutuhan tenaga listrik bagi para pelanggan baik dengan Tegangan Menengah (TM 20 kV) maupun Tegangan Rendah (TR 220/380V). .
Konstruksi Gardu distribusi dirancang berdasarkan optimalisasi biaya terhadap maksud dan tujuan penggunaannya yang kadang kala harus disesuaikan dengan peraturan Pemda setempat.
Gardu distribusi merupakan salah satu komponen dari suatu system distribusi yang berfungsi untuk menghubungkan jaringan ke konsumen atau untuk membagikan atau mendistribusikan tenaga listrik pada beban atau konsumen baik konsumen tegangan menengah maupun konsumen tegangan rendah.
Jaringan tegangan menengah atau sering disebut jaringan distribusi primer merupakan bagian dari sistem tenaga listrik antar gardu induk dan gardu distribusi. Pada jaringan distribusi primer umumnya terdiri dari jaringan tiga - fasa dengan menggunakan tiga atau empat kawat sebagai penghantar. Sistem tegangan menengah yang digunakan di Indonesia pada umumnya adalah 20 kV
Jaringan Tegangan Menengah (JTM) atau sering disebut Jaringan Distribusi Primer adalah suatu bagian daripada sistem tenaga listrik antara gardu induk dan gardu distribusi. Dalam penyaluran tenaga listrik pada jaringan distribusi primer menggunakan 3 sistem saluran diantaranya saluran udara (SUTM), saluran kabel udara (SKUTM) dan saluran kabel tanah (SKTM). Adapun standar Tegangan Menengah sebagai tegangan operasi yang digunakan di Indonesia adalah 20 kV.
Jaringan distribusi tegangan rendah merupakan bagian hilir dari sistem tenaga listrik pada tegangan distribusi di bawah 1000 Volt, yang langsung memasok kebutuhan listrik tegangan rendah ke konsumen. Di Indonesia, tegangan operasi transmisi SUTR saat ini adalah 220/ 380 Volt.. Jaringan distribusi tegangan rendah dimulai dari sumber yang disebut Gardu Distribusi mulai dari panel hubung bagi TR keluar didistribusikan. Umumnya radius pelayanan berkisar 350 meter. Di Indonesia (PLN) susut tegangan diizinkan ± 5% - 10% dari tegangan operasi.
Jaringan distribusi adalah suatu saluran/ jaringan yang menghubungkan dari sumber daya listrik besar (gardu induk) dengan para konsumen/pemakai listrik baik itu pabrik,industri,atau rumah tangga.
Jaringan Tegangan Rendah merupakan bagian hilir dari suatu sistem tenaga listrik pada tegangan distribusi dibawah 1000 Volt, yang langsung memasok kebutuhan listrik tegangan rendah ke konsumen. Melalui jaringan distribusi ini disalurkan tenaga listrik kepada para pemanfaat / pelanggan listrik. Jaringan Tegangan Rendah berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik dari gardu distribusi ke konsumen tegangan rendah. Tegangan rendah yang digunakan PT.PLN adalah 127/220V dan 220/380V. Pada umumnya radius pelayanan berkisar 350 meter. Di Indonesia (PLN) susut tegangan di izinkan ±5% - 10% dari tegangan operasi.
Jaringan Distribusi Tegangan Rendah adalah bagian hilir dari suatu sistem tenaga listrik. Melalui jaringan distribusi ini disalurkan tenaga listrik kepada para konsumen atau pelanggan dengan tegangan 380 V / 220 V
Gas Insulated Switchgear atauGas Insulated Substation biasa disebut dengan istilah GIS, merupakan sebuah sistem penghubung dan pemutus jaringan listrik yang dikemas dalam sebuah enclosure dengan menggunakan gas SF6 bertekanan sebagai material isolasi elektrik. Enclosure adalah selubung pelindung yang berfungsi untuk menjaga
Sistem proteksi pada instalasi penyaluran, dengan ruang lingkup sistem proteksi pada Gardu Induk ( GI ) / Gardu Induk Tegangan Extra Tinggi (GITET ) dan Saluran Udara Tegangan Tinggi ( SUTT ) / Saluran Kabel Tegangan Tinggi ( SKTT ) / Saluran Tegangan Extra Tinggi ( SUTET ), harus mampu bekerja sesuai dengan tujuan dan persyaratan serta fungsinya yang ditentukan terhadap jenis gangguan yang terjadi. Karena apabila tidak mampu, akan mengakibatkan kerugian yang besar, dilihat dari segikerusakanyang lebih luas terhadap peralatan instalasi itu sendiri maupun tidak lancarnya penyaluran tenaga listrik.
Jaringan Tegangan Menengah (JTM) atau sering disebut Jaringan Distribusi Primer adalah suatu bagian daripada sistem tenaga listrik antara gardu induk dan gardu distribusi. Dalam penyaluran tenaga listrik pada jaringan distribusi primer menggunakan 3 sistem saluran diantaranya saluran udara (SUTM), saluran kabel udara (SKUTM) dan saluran kabel tanah (SKTM). Adapun standar Tegangan Menengah sebagai tegangan operasi yang digunakan di Indonesia adalah 20 kV.
Gardu Induk adalah sub sistem dari system transmisi atau penyaluran tenaga listrik. Sebagai subsistem dari sistem transmisi tenaga listrik, peranan Gardu Induk sangat besar. Gardu Induk juga bisa diibaratkan sebagai terminal atau stasiun transmisi, di mana tegangan listrik bisa diatur apabila tegangan turun
Proses penyaluran tenaga listrik dari tempat pembangkit tenaga listrik (Power Plant) hingga Saluran distribusi listrik (substation distribution) sehingga dapat disalurkan sampai pada konsumer pengguna listrik.
Jaringan tegangan menengah atau sering disebut jaringan distribusi primer merupakan bagian dari sistem tenaga listrik antar gardu induk dan gardu distribusi. Pada jaringan distribusi primer umumnya terdiri dari jaringan tiga - fasa dengan menggunakan tiga atau empat kawat sebagai penghantar.
Pengertian umum Gardu Distribusi tenaga listrik yang paling dikenal adalah suatu bangunan gardu listrik berisi atau terdiri dari instalasi Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Menengah (PHB-TM), Transformator Distribusi (TD) dan Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB-TR) untuk memasok kebutuhan tenaga listrik bagi para pelanggan baik dengan Tegangan Menengah (TM 20 kV) maupun Tegangan Rendah (TR 220/380V)
Sistem Distribusi Tegangan Rendah merupakan bagian hilir dari suatu sistem tenaga listrik pada tegangan distribusi dibawah 1 Kilo Volt langsung kepada para pelanggan tegangan rendah
Menyalurkan tenaga listrik dari gardu distribusi ke konsumen tegangan rendah. Tegangan rendah yang digunakan PT.PLN adalah 127/220V dan 220/380V. Pada umumnya radius pelayanan berkisar 350 meter. Di Indonesia (PLN) susut tegangan di izinkan ±5% - 10% dari tegangan operasi.
Dalam transmisi dan distribusi tenaga listrik banyak dilakukan berbagai cara diantaranya melalui saluran udara (Over Head Line) dan saluran kabel bawah tanah (Underground Transmission). Akan tetapi transmisi dan distribusi saluran udara menjadi sangat sulit untuk dilaksanakan khususnya pada daerah yang jumlah penduduknya banyak seperti di kota-kota, dengan alas an beresiko tinggi dan mengurangi keindahan lingkungan. Untuk menghindari hal tersebut maka digunakan kabel transmisi yang di pasang di bawah permukaan tanah yang disebut kabel kabel bawah tanah (Underground Cable).
Jaringan Tegangan Menengah (JTM) atau sering disebut Jaringan Distribusi Primer adalah suatu bagian daripada sistem tenaga listrik antara gardu induk dan gardu sitribusi. dalam penyaluran tenaga listrik pada jaringan distribusi primer menggunakan 3 sistem saluran diantaranya :
Saluram Udara Tegangan Menengah (SUTM)
Saluram Kabel Udara Tegangan Menengah (SKUTM)
saluran Kabel Tanah Tegangan Menengah (SKTM)
Adapun standar Tegangan Menengah sebagai tegangan operasi yang digunakan di Indonesia adalah 20 kV.
Jaringan Tegangan Menengah (JTM) atau sering disebut Jaringan Distribusi Primer adalah suatu bagian daripada sistem tenaga listrik antara gardu induk dan gardu sitribusi.
Jaringan distribusi tegangan rendah merupakan bagian hilir dari sistem tenaga listrik pada tegangan distribusi di bawah 1000 Volt, yang langsung memasok kebutuhan listrik tegangan rendah ke konsumen. Di Indonesia, tegangan operasi transmisi SUTR saat ini adalah 220/ 380 Volt.. Jaringan distribusi tegangan rendah dimulai dari sumber yang disebut Gardu Distribusi mulai dari panel hubung bagi TR keluar didistribusikan. Umumnya radius pelayanan berkisar 350 meter. Di Indonesia (PLN) susut tegangan diizinkan ± 5% - 10% dari tegangan operasi.
Jaringan distribusi adalah suatu saluran/ jaringan yang menghubungkan dari sumber daya listrik besar (gardu induk) dengan para konsumen/pemakai listrik baik itu pabrik,industri,atau rumah tangga.
Jaringan Tegangan Rendah merupakan bagian hilir dari suatu sistem tenaga listrik pada tegangan distribusi dibawah 1000 Volt, yang langsung memasok kebutuhan listrik tegangan rendah ke konsumen. Melalui jaringan distribusi ini disalurkan tenaga listrik kepada para pemanfaat / pelanggan listrik. Jaringan Tegangan Rendah berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik dari gardu distribusi ke konsumen tegangan rendah. Tegangan rendah yang digunakan PT.PLN adalah 127/220V dan 220/380V. Pada umumnya radius pelayanan berkisar 350 meter. Di Indonesia (PLN) susut tegangan di izinkan ±5% - 10% dari tegangan operasi.
Jaringan Distribusi Tegangan Rendah adalah bagian hilir dari suatu sistem tenaga listrik. Melalui jaringan distribusi ini disalurkan tenaga listrik kepada para konsumen atau pelanggan dengan tegangan 380 V / 220 V
Gas Insulated Switchgear atauGas Insulated Substation biasa disebut dengan istilah GIS, merupakan sebuah sistem penghubung dan pemutus jaringan listrik yang dikemas dalam sebuah enclosure dengan menggunakan gas SF6 bertekanan sebagai material isolasi elektrik. Enclosure adalah selubung pelindung yang berfungsi untuk menjaga
Sistem proteksi pada instalasi penyaluran, dengan ruang lingkup sistem proteksi pada Gardu Induk ( GI ) / Gardu Induk Tegangan Extra Tinggi (GITET ) dan Saluran Udara Tegangan Tinggi ( SUTT ) / Saluran Kabel Tegangan Tinggi ( SKTT ) / Saluran Tegangan Extra Tinggi ( SUTET ), harus mampu bekerja sesuai dengan tujuan dan persyaratan serta fungsinya yang ditentukan terhadap jenis gangguan yang terjadi. Karena apabila tidak mampu, akan mengakibatkan kerugian yang besar, dilihat dari segikerusakanyang lebih luas terhadap peralatan instalasi itu sendiri maupun tidak lancarnya penyaluran tenaga listrik.
Jaringan Tegangan Menengah (JTM) atau sering disebut Jaringan Distribusi Primer adalah suatu bagian daripada sistem tenaga listrik antara gardu induk dan gardu distribusi. Dalam penyaluran tenaga listrik pada jaringan distribusi primer menggunakan 3 sistem saluran diantaranya saluran udara (SUTM), saluran kabel udara (SKUTM) dan saluran kabel tanah (SKTM). Adapun standar Tegangan Menengah sebagai tegangan operasi yang digunakan di Indonesia adalah 20 kV.
Gardu Induk adalah sub sistem dari system transmisi atau penyaluran tenaga listrik. Sebagai subsistem dari sistem transmisi tenaga listrik, peranan Gardu Induk sangat besar. Gardu Induk juga bisa diibaratkan sebagai terminal atau stasiun transmisi, di mana tegangan listrik bisa diatur apabila tegangan turun
Proses penyaluran tenaga listrik dari tempat pembangkit tenaga listrik (Power Plant) hingga Saluran distribusi listrik (substation distribution) sehingga dapat disalurkan sampai pada konsumer pengguna listrik.
Jaringan tegangan menengah atau sering disebut jaringan distribusi primer merupakan bagian dari sistem tenaga listrik antar gardu induk dan gardu distribusi. Pada jaringan distribusi primer umumnya terdiri dari jaringan tiga - fasa dengan menggunakan tiga atau empat kawat sebagai penghantar.
Pengertian umum Gardu Distribusi tenaga listrik yang paling dikenal adalah suatu bangunan gardu listrik berisi atau terdiri dari instalasi Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Menengah (PHB-TM), Transformator Distribusi (TD) dan Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB-TR) untuk memasok kebutuhan tenaga listrik bagi para pelanggan baik dengan Tegangan Menengah (TM 20 kV) maupun Tegangan Rendah (TR 220/380V)
Sistem Distribusi Tegangan Rendah merupakan bagian hilir dari suatu sistem tenaga listrik pada tegangan distribusi dibawah 1 Kilo Volt langsung kepada para pelanggan tegangan rendah
Menyalurkan tenaga listrik dari gardu distribusi ke konsumen tegangan rendah. Tegangan rendah yang digunakan PT.PLN adalah 127/220V dan 220/380V. Pada umumnya radius pelayanan berkisar 350 meter. Di Indonesia (PLN) susut tegangan di izinkan ±5% - 10% dari tegangan operasi.
Dalam transmisi dan distribusi tenaga listrik banyak dilakukan berbagai cara diantaranya melalui saluran udara (Over Head Line) dan saluran kabel bawah tanah (Underground Transmission). Akan tetapi transmisi dan distribusi saluran udara menjadi sangat sulit untuk dilaksanakan khususnya pada daerah yang jumlah penduduknya banyak seperti di kota-kota, dengan alas an beresiko tinggi dan mengurangi keindahan lingkungan. Untuk menghindari hal tersebut maka digunakan kabel transmisi yang di pasang di bawah permukaan tanah yang disebut kabel kabel bawah tanah (Underground Cable).
Jaringan Tegangan Menengah (JTM) atau sering disebut Jaringan Distribusi Primer adalah suatu bagian daripada sistem tenaga listrik antara gardu induk dan gardu sitribusi. dalam penyaluran tenaga listrik pada jaringan distribusi primer menggunakan 3 sistem saluran diantaranya :
Saluram Udara Tegangan Menengah (SUTM)
Saluram Kabel Udara Tegangan Menengah (SKUTM)
saluran Kabel Tanah Tegangan Menengah (SKTM)
Adapun standar Tegangan Menengah sebagai tegangan operasi yang digunakan di Indonesia adalah 20 kV.
Jaringan Tegangan Menengah (JTM) atau sering disebut Jaringan Distribusi Primer adalah suatu bagian daripada sistem tenaga listrik antara gardu induk dan gardu sitribusi.
Jaringan Tegangan Menengah (JTM) atau sering disebut Jaringan Distribusi Primer adalah suatu bagian daripada sistem tenaga listrik antara gardu induk dan gardu distribusi
Jaringan tegangan menengah atau sering disebut jaringan distribusi primer merupakan bagian dari sistem tenaga listrik antar gardu induk dan gardu distribusi.Pada jaringan distribusi primer umumnya terdiri dari jaringan tiga - fasa dengan menggunakan tiga atau empat kawat sebagai penghantar.Pada pendistribusian tenaga listrik ke pengguna tenaga listrik di suatu kawasan, penggunaan sistem Tegangan Menengah sebagai jaringan utama adalah upaya utama menghindarkan rugi-rugi penyaluran (losses) dengan kualitas persyaratan tegangan yang harus dipenuhi oleh PT PLN Persero selaku pemegang Kuasa Usaha Utama sebagaimana diatur dalam UU ketenagalistrikan No 30 tahun 2009. Dengan ditetapkannya standar Tegangan Menengah sebagai tegangan operasi yang digunakan di Indonesia adalah 20 kV
Jaringan Distribusi Tegangan Rendah adalah bagian hilir dari suatu sistem tenaga listrik. Melalui jaringan distribusi ini disalurkan tenaga listrik kepada para pemanfaat / pelanggan listrik. Mengingat ruang lingkup konstruksi jaring distribusi ini langsung berhubungan dan berada pada lingkungan daerah berpenghuni, maka selain harus memenuhi persyaratan kualitas teknis pelayanan juga harus memenuhi persyaratan aman terhadap pengguna dan akrab terhadap lingkungan.
Merupakan proses penyaluran tenaga listrik dari tempat pembangkit tenaga listrik
(Power Plant) hingga Saluran distribusi listrik (substation distribution) sehingga
dapat disalurkan sampai pada konsumer pengguna listrik.
Sistem tenaga listrik terdiri dari :
1. Pusat Pembangkit Listrik (Power Plant)
Yaitu tempat energi listrik pertama kali dibangkitkan, dimana terdapat turbin
sebagai penggerak mula (Prime Mover) dan generator yang membangkitkan listrik.
Biasanya dipusat pembangkit listrik juga terdapat gardu induk.
2. Transmisi Tenaga Listrik
Merupakan proses penyaluran tenaga listrik dari tempat pembangkit tenaga listrik
(Power Plant) hingga Saluran distribusi listrik (substation distribution) sehingga
dapat disalurkan sampai pada konsumer pengguna listrik.
3. Transmisi Tenaga Listrik
Merupakan proses penyaluran tenaga listrik dari tempat pembangkit tenaga listrik
(Power Plant) hingga Saluran distribusi listrik (substation distribution) sehingga
dapat disalurkan sampai pada konsumer pengguna listrik.
Jaringan tegangan menengah atau sering disebut jaringan distribusi primer merupakan bagian dari sistem tenaga listrik antar gardu induk dan gardu distribusi. Pada jaringan distribusi primer umumnya terdiri dari jaringan tiga - fasa dengan menggunakan tiga atau empat kawat sebagai penghantar. Sistem tegangan menengah yang digunakan di Indonesia pada umumnya adalah 20 kV
Transmisi (penyaluran) adalah Penyaluran energi listrik sehingga mempunyai listrik, maksud proses dan cara menyalurkan energi listrik dari satu tempat ke tempat lainnya, misalnya :
Dari pembangkit listrik ke gardu induk.
Dari satu gardu induk ke gardu induk lainnya.
Dari gardu induk ke jaring tegangan menengah dan gardu distribusi.
Sistem transmisi listrik berkembang seiring dengan perjalanan waktu dan inovasi teknologi. Awalnya, sistem transmisi listrik terbatas pada jarak pendek dan menggunakan tegangan rendah. Namun, penemuan generator listrik dan transformator oleh tokoh seperti Nikola Tesla membuka pintu bagi penggunaan tegangan tinggi dan pengiriman listrik jarak jauh. Perang arus listrik antara Thomas Edison dan George Westinghouse memunculkan pilihan transmisi listrik berbasis arus bolak-balik (AC) dengan tegangan tinggi, yang akhirnya menjadi standar industri karena keefisiensiannya. Seiring waktu, perkembangan teknologi terus mendukung kemajuan dalam sistem transmisi, termasuk pengenalan peralatan modern seperti circuit breakers dan sistem monitoring otomatis. Dengan pertumbuhan kebutuhan energi dan pergeseran ke sumber energi terbarukan, sistem transmisi listrik terus mengalami transformasi untuk memenuhi tantangan keberlanjutan dan efisiensi energi.
Adalah proses penghantaran tenaga listrik secara besar-besaran dari pembangkit listrik, ke gardu induk. Jalur yang terinterkoneksi untuk memfasilitasi penghantaran ini dikenal sebagai jaringan transmisi listrik
Jaringan Tegangan Menengah atau Jaringan distribusi Primer adalah bagian dari sistem tenaga listrik antar gardu induk dan gardu distribusi yang umumnya terdiri dari jaringan tiga-fasa dengan tiga atau empat kawat penghantar serta dengan tegangan sebesar 20 kV (untuk di Indonesia)
Sistem transmisi listrik merupakan sistem yang berfungsi untuk mengalirkan listrik dari pembangkit ke gardu listrik utama (main substation). Umumnya, pembangkit listrik dan substation terpisah dengan jarak yang cukup jauh.
Sistem transmisi listrik merupakan sistem yang berfungsi untuk mengalirkan listrik dari pembangkit ke gardu listrik utama (main substation). Umumnya, pembangkit listrik dan substation terpisah dengan jarak yang cukup jauh.
Daya dihasilkan oleh pembangkit yang dikoppel dengan generator.Tegangan yang dihasilkan akan disalurkan ke saluran transmisi setelah dinaikkan tegangannya mengguna trafo step up,kemudian ke saluran distribusi setelah tegangnnya diturunkan menggunakan trafo step down.Melalui trafo distribusi daya disalurkan ke pelanggan
Transmisi tenaga listrik adalah proses menghantarkan listrik dari sumber ke tempat pengguna. Mari kita jelajahi bagaimana transmisi tenaga listrik bekerja dan komponen-komponennya.
Gardu Induk SF6 atau GIS merupakan Gardu Induk yang menggunakan media isolasi elektrik berupa Gas SF6 pada semua peralatan utama di Switchgear. Hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan gas SF6 yaitu tekanan pada gas harus sesuai dengan standarnya. GIS 150Kv. Pelabuhan Ratu merupakan salah satu Gardu Induk yang menggunakan gas SF6 sebagai media isolasi
Gardu induk adalah suatu instalasi yang terdiri dari peralatan listrik yang berfungsi untuk : 1) Mengubah tenaga listrik tegangan tingi yang satu ke tegangan tinggi yang lainnya atau tegangan menengah. 2) Pengukuran, pengawasan, operasi serta pengaturan pengamanan sistem tenaga listrik.
Stabilisasi operasi sistem tenaga listrik didefinisikan sebagai kemampuan dari sistem untuk menjaga kondisi operasi yang seimbang dan kemampuan sistem tersebut untuk kembali ke kondisi operasi normal ketika terjadi gangguan
Proteksi sistem tenaga listrik bertujuan utama untuk menjaga keamanan dan keselamatan baik bagi peralatan listrik maupun pengguna. Dengan adanya proteksi yang efektif, gangguan seperti hubung singkat dan arus lebih dapat dideteksi dan diatasi dengan cepat, sehingga mencegah terjadinya kebakaran, kerusakan peralatan, atau bahaya bagi pengguna.
Jaringan Tegangan Menengah (JTM) atau sering disebut Jaringan Distribusi Primer adalah suatu bagian daripada sistem tenaga listrik antara gardu induk dan gardu sitribusi.
Pengertian umum Gardu Distribusi tenaga listrik yang paling dikenal adalah suatu bangunan gardu listrik berisi atau terdiri dari instalasi Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Menengah (PHB-TM), Transformator Distribusi (TD) dan Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB-TR) untuk memasok kebutuhan tenaga listrik bagi para pelanggan baik dengan Tegangan Menengah (TM 20 kV) maupun Tegangan Rendah (TR 220/380V).
DISTRIBUSI Jaringan Tegangan Rendah adalah bagian hilir dari sistem tenaga listrik pada tegangan distribusi di bawah 1000 Volt, yang langsung memasok kebutuhan listrik tegangan rendah ke konsumen. Di Indonesia, tegangan operasi transmisi SUTR saat ini adalah 220/ 380. Volt.
Gardu induk adalah sebuah subsistem dari system penyaluran (teransmisi) tenaga listrik. Gardu indu memiliki perang penting dari pengoprasianya, tidak dapat di pisahkan dari system penyaluran secara keseluruhan
GIS (Gas Insulated Switchgear) merupakan salah satu bagian penting dari sistem tenaga listrik yang berfungsi sebagai saluran penghubung. Gas Insulated Switchgear (GIS) adalah sebuah sistem penghubung dan pemutus jaringan listrik yang dikemas dalam sebuah tabung non ferro dan menggunakan bahan gas sulphur hexa fluorida (SF6) sebagai media isolasinya.
Sistem Tenaga Listrik merupakan sekumpulan pusat listrik dan pusat beban yang satu sama lain dihubungkan oleh jaringan transmisi dan distribusi sehingga merupakan sebuah kesatuan interkoneksi. Energi listrik dibangkitkan oleh pusat-pusat listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTGU, PLTP dan PLTP.
Sistem proteksi tenaga listrik merupakan sistem pengaman pada peralatan peralatan yang terpasang pada sistem tenaga listrik, seperti generator, busbar, transformator, saluran udara tegangan tinggi, saluran kabel bawah tanah, dan lain sebagainya terhadap kondisi abnormal operasi sistem tenaga listrik tersebut.
Jaringan tengangan mengengah atau sering disebut jaringan distribusi primer merupakan bagian dari sistem tenaga listrik antara gardu induk dan gardu distribusi
Distribusi Tegangan Menengah adalah jaringan yang berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik dari gardu induk ke gardu distribusi atau kekonsumen dengan tegangan yang disalurkan adalah 20 kv.
Gardu distribusi adalah suatu fasilitas dalam sistem kelistrikan yang berfungsi untuk mendistribusikan daya listrik dari gardu induk atau stasiun transformator ke pelanggan akhir seperti rumah, industri, dan bisnis. Gardu distribusi bertindak sebagai hub yang mengatur dan menyebarkan daya listrik pada tingkat tegangan yang lebih rendah, sesuai dengan kebutuhan pengguna di area tertentu.
Jaringan Tegangan Rendah ialah jaringan tenaga listrik dengan tegangan rendah yang mencakup seluruh bagian jaringan tersebut beserta perlengkapannya dari sumber penyaluran tegangan rendah tidak termasuk SLTR. Sedangkan sambungun tenaga listrik tegangan rendah (SLTR) ialah penghantar di bawah atau di atas tanah termasuk peralatannnya mulaidari titik penyambungan pada JTR sampaidengan alat pembatas dan pengukur (APP)
Gardu Induk merupakan sub (transmisi) tenaga listrik, atau merupakan penyaluran (transmisi). Sebagai sub sistem dari sistem penyaluran (transmisi), gardu induk mempunyai peranan penting dalam pengoperasiannya tidak dapat dipisahkan dari sistem penyaluran (transmisi) secara keseluruhan
Transmisi tenaga listrik merupakan proses penyaluran tenaga listrik dari tempat pembangkit tenaga listrik (Power Plant) hingga substation distribution sehingga dapat disalurkan sampai pada konsumen pengguna listrik melalui suatu bahan konduktor
Gas Insulated Substation (GIS) didefinisikan sebagai rangkaian beberapa peralatan yang terpasang di dalam sebuah metal enclosure dan diisolasi oleh gas bertekanan(8 ).Pada umumnya gas bertekanan yang digunakan adalah Sulfur Hexafluoride (SF6). Enclosure adalah selubung pelindung yang berfungsi untuk menjaga bagian bertegangan terhadap lingkungan luar.
Sistem proteksi tenaga listrik merupakan sistem pengaman pada peralatan peralatan yang terpasang pada sistem tenaga listrik yang dapat memutuskan ataupun menghubungkan peralatan listrik baik dalam keadaan normal maupun tidak normal demi keandalan sistem pelayanan daya listrik
3. JARINGAN TEGANGAN
MENENGAH
3A Teknik Pembangkit Energi
01. Deskripsi Umum >
02. Komponen, Konstruksi dan
Penyelenggaraan
>
03. Struktur JTM >
4. Gangguan Pada JTM >
4. 01.
Deskripsi Umum
Jaringan distribusi tegangan menengah adalah jaringan tenaga listrik yang menyalurkan daya listrik dari
gardu induk sub transmisi ke gardu distribusi. Jaringan distribusi tegangan menengah berawal dari
gardu induk/ pusat Listrik pada sistem terpisah/isolated. Bentuk jaringan dapat berbentuk radial atau
tertutup(radial open loop). Standar tegangan menengah sebagai tegangan operasi yang digunakan di
Indonesia adalah 20kV.
6. JENIS KONSTRUKSI
JTM
B. SKUTM
(Saluran Kabel Udara Tegangan
Menengah)
C. SKTM
(Saluran Kabel Tanah Tegangan
Menengah)
A. SUTM
(Saluran Udara Tegangan
Menengah
7. A. SUTM
(Saluran Udara Tegangan
Menengah)
A. SUTM (Saluran Udara Tegangan
Menengah
Saluran Udara Tegangan Menengah adalah konstruksi
termurah untuk penyaluran tenaga listrik pada daya yang
sama. Konstruksi ini terbanyak digunakan untuk konsumen
jaringan tegangan menengah yang digunakan di Indonesia.
Adapun ciri utama dari jaringan ini adalah penggunaan
penghantar telanjang yang ditopang dengan isolator pada
tiang besi/beton.
8. A. SUTM
(Saluran Udara Tegangan
Menengah)
• Ruang Bebas dan Jarak Aman
Jarak aman adalah jarak antara bagian aktif/fase dari
jaringan terhadap benda-benda disekelilingnya baik
secara mekanis atau elektromagnetis yang tidak
memberikan pengaruh membahayakan. Secara rinci
jarak aman jaringan terhadap bangunan lain dapat
dilihat pada table berikut :
+ info >
9. A. SUTM
(Saluran Udara Tegangan
Menengah)
• Ruang Bebas dan Jarak Aman
Jarak aman adalah jarak antara bagian aktif/fase dari
jaringan terhadap benda-benda disekelilingnya baik
secara mekanis atau elektromagnetis yang tidak
memberikan pengaruh membahayakan. Secara rinci
jarak aman jaringan terhadap bangunan lain dapat
dilihat pada table berikut :
+ info >
X
Ruang Bebas dan Jarak Aman
Khusus terhadap jaringan telekomunikasi,
jarak aman minimal adalah 1m baik vertical
maupun horizontal. Bila dibawah JTM
terdapat JTR, jarak minimal JTM dengan kabel
JTR dibawahnya minimal 120cm.
10. A. SUTM
(Saluran Udara Tegangan
Menengah)
• Ruang Bebas dan Jarak Aman
Jarak aman adalah jarak antara bagian aktif/fase dari
jaringan terhadap benda-benda disekelilingnya baik
secara mekanis atau elektromagnetis yang tidak
memberikan pengaruh membahayakan. Secara rinci
jarak aman jaringan terhadap bangunan lain dapat
dilihat pada table berikut :
+ info >
11. JENIS KONSTRUKSI
JTM
B. SKUTM
(Saluran Kabel Udara Tegangan
Menengah)
C. SKTM
(Saluran Kabel Tanah Tegangan
Menengah)
A. SUTM
(Saluran Udara Tegangan
Menengah
12. • Untuk lebih meningkatkan keamanan dan keandalan
penyaluran tenaga listrik, penggunaan penghantar telanjang
atau penghantar berisolasi setengah pada konstruksi jaringan
Saluran Udara Tegangan Menengah 20kV, dapat juga
digantikan dengan konstruksi penghantar berisolasi penuh
yang dipilin.
B. SKUTM
(Saluran Kabel Udara
Tegangan Menengah)
13. JENIS KONSTRUKSI
JTM
B. SKUTM
(Saluran Kabel Udara Tegangan
Menengah)
C. SKTM
(Saluran Kabel Tanah Tegangan
Menengah)
A. SUTM
(Saluran Udara Tegangan
Menengah
14. • Konstruksi SKTM ini adalah konstruksi yang
aman dan andal untuk mendistribusikan
tenaga listrik tegangan menengah, tetapi
relative lebih mahal untuk penyaluran daya
yang sama.
C. SKTM
(Saluran Kabel Tanah
Tegangan Menengah)
15. • Penggunaan Saluran Kabel bawah tanah tegangan
menengah (SKTM) sebagai jaringan utama
pendistribusian tenaga listrik adalah sebagai upaya
utama peningkatan kualitas pendistribusian.
Dibandingkan dengan SUTM, penggunaan SKTM akan
memperkecil resiko kegagalan operasi akibat faktor
eksternal/meningkatkan keamanan ketenagalistrikan.
Secara garis besar, termasuk dalam kelompok SKTM
adalah:
a. SKTM bawah tanah-underground MV Cable.
b. SKTM Laut – Submarine MV Cable.
C. SKTM
(Saluran Kabel
Tanah
Tegangan
Menengah)
17. KOMPONEN SUTM
1. Penghantar Telanjang (BC: Bare Conductor)
Konduktor dengan bahan utama tembaga(Cu) atau alluminium (Al) yang di pilin bulat padat , sesuai SPLN
42 -10 : 1986 dan SPLN 74 : 1987 Pilihan konduktor penghantar telanjang yang memenuhi pada dekade
ini adalah AAC atau AAAC. Sebagai akibat tingginya harga tembaga dunia, saat ini belum memungkinkan
penggunaan penghantar berbahan tembaga sebagai pilihan yang baik.
2. Penghantar Berisolasi Setengah AAAC-S (half insulated single core)
Konduktor dengan bahan utama aluminium ini diisolasi dengan material XLPE (croslink polyetilene
langsung), dengan batas tegangan 6 kV dan harus memenuhi SPLN No 43-5-6 tahun 1995
3. Penghantar Berisolasi Penuh (Three single core)
XLPE dan berselubung PVC berpenggantung penghantar baja dengan tegangan Pengenal 12/20 (24) kV
Penghantar jenis ini khusus digunakan untuk SKUTM dan berisolasi penuh. SPLN 43-5- 2:1995-Kabel
A.
Penghanta
r
19. KOMPONEN SUTM
C. PERALATAN
HUBUNG
Pada percabangan atau pengalokasian seksi pada jaringan SUTM untuk maksud
kemudahan operasional harus dipasang Pemutus Beban (Load Break Switch :
LBS), selain LBS dapat juga dipasangkan Fused Cut-Out (FCO).
20. KOMPONEN SUTM
D. TIANG
1. Tiang Kayu
SPLN 115 : 1995 berisikan tentang Tiang Kayu untuk jaringan distribusi, kekuatan, ketinggian dan
pengawetan kayu sehingga pada beberapa wilayah pengusahaan PT PLN Persero bila suplai kayu
memungkinkan, dapat digunakan sebagai tiang penopang penghantar penghantar SUTM.
2. Tiang Besi
SPLN 115 : 1995 berisikan tentang Tiang Kayu untuk jaringan distribusi, kekuatan, ketinggian dan
pengawetan kayu sehingga pada beberapa wilayah pengusahaan PT PLN Persero bila suplai kayu
memungkinkan, dapat digunakan sebagai tiang penopang penghantar penghantar SUTM
3. Tiang Beton
Untuk kekuatan sama, pilihan tiang jenis ini dianjurkan digunakan di seluruh PLN karena lebih murah
dibandingkan dengan jenis konstruksi tiang lainnya termasuk terhadap kemungkinan penggunaan konstruksi
21. SPESIFIKASI TEKNIS
MATERIAL
Spesifikasi Konstruksi Tiang
Spesifikasi tiang kayu yang dapat digunakan pada jaringan distribusi harus memenuhi SPLN 115:1995
tentang Tiang kayu untuk jaringan distribusi. Spesifikasi Tiang besi yang dapat dipergunakan pada Saluran
Udara Tegangan Menengah , sesuai SPLN 54 : 1983 tentang Standar Tiang Besi Baja dapat dilihat pada tabel
22. SPESIFIKASI TEKNIS
MATERIAL
Spesifikasi Konstruksi Tiang
Sedang untuk tiang beton, tipe tubular sesuai SPLN 93 : 1991 tentang Tiang Beton Pratekan untuk jaringan
distribusi, spesifikasi konstruksi tiang beton penampang bulat dapat dilihat pada tabel
24. KONSTRUKSI SUTM
1. Ruang Bebas (Right Of Way) dan jarak aman (safety distance)
Jarak aman adalah jarak antara bagian aktif/fase dari jaringan terhadap benda-benda disekelilingnya
25. KONSTRUKSI SUTM
Spesifikasi Konstruksi SUTM
Secara rinci standar konstruksi Saluran Udara Tegangan Menengah sebagai berikut :
- 1. Konstruksi SUTM sistem 3 kawat
a. Konstruksi SUTM Sirkit Tunggal
b. Konstruksi SUTM Sirkit Ganda
c. Konstruksi Penopang Tiang
- 2. Konstruksi SUTM sistem 4 kawat (jaringan SUTM dengan Penghantar Netral)
a. Konstruksi SUTM Tunggal
b. Konstruksi SUTM Dua Sirkit (Ganda)
c. Konstruksi SUTM tiga sirkit
KONSTRUKSI SUTM
26. KONSTRUKSI SKUTM
• Saluran kabel udara Tegangan Menengah adalah saluran udara Tegangan Menengah yang
menggunakan kabel sebagai sarana penghantar. Terdapat dua jenis kabel yang dipakai :
• Kabel udara dengan ketahanan isolator 6 kV / half insulated – AAAC – S yang berukuran 150
mm² dan 70 mm².
• Kabel udara dengan ketahanan isolator penuh / 24 kV / Fasa – Fasa ) dari jenis NFA2XSEY –
T, berukuran ( 3 x 150 A1 + 90 SE ) dan 9 3 x 70 A1 + 70 SE ).
• Ruang Bebas dan Jarak Aman
Ruang Bebas ( Right of Way ) dan jarak aman ( Safety Clearence) pada konstruksi SKUTM harus
tetap memenuhi syarat keamanan lingkungan dan keandalan.
27. PENYELENGGARAAN
SUTM & SKUTM
1. Persiapan Peta Rencana dan Proses Perizinan
Sebelum melaksanakan pekerjaan penarikan penghantar/penggelaran kabel JTM, perlu dilakukan persiapan
teknis dan administratif, berupa :
a. Gambar Rencana Pelaksanaan
b. Izin Pelaksanaan
c. Gambar As Built Drawing Utilitas yang terpasang pada jalur rencana pekerjaan
d. Dokumen-dokumen permintaan material
e. Persiapan Peralatan Kerja dan K2/K3
f. Izin Pelaksanaan Otoritas setempat
g. Pengawas Unit PLN terkait
Prosedur Penyelenggaraan Konstruksi
30. PENYELENGGARAAN
SUTM & SKUTM
4. Pemasangan guy-wire / treckschoor atau Topang Tarik (pole supporter)
Sebelum penarikan penghantar, pasang guy-wire atau tiang topang tarik pada tiang awal, tiang akhir atau tiang sudut sesuai
rancangan konstruksi SUTM pada trase bersangkutan. Periksa ketentuan instalasi guywire, topang tarik, penguatan khusus
pondasi tiang
5. Instalasi Cross-Arm dan Isolator
Sebelum instalasi, perhatikan kesiapan petugas instalasi baik fisik bersangkutan maupun kelengkapan alat kerja dan
keselamatan kerja. Pasang cross-arm pembantu pada tiang sebagai pijakan kerja petugas instalasi 1,2 m dari rencana posisi
cross-arm. Pasang cross-arm pada tiang sesuai rancangan konstruksi SUTM tersebut dan kencangkan masing-masing baut
pengikat minimal 20 Nm dengan menggunakan kunci 19 atau 22. Pada pemasangan isolator, naikkan isolator dengan katrol
dan segera ikatkan pada cross-arm. Perhatikan kesesuaian isolator tumpu atau tarik dengan sudut tiang
31. PENYELENGGARAAN
SUTM & SKUTM
6. Penarikan Penghantar (Stringing)
Sebelum pelaksanaan penarikan penghantar, periksa hal-hal berikut :
1) Tiang beton diberi penguatan sementara – guywire/treckschor di tiang awal dan tiang ujung
2) Konstruksi instalasi Cross-Arm serta isolator pada masing-masing tiang
3) Kesiapan penghantar dalam drum/haspel pada penopang rol
4) Terpasangnya minimal 2 Stringing Block pada masing-masing tiang.
5) Tenaga kerja penarik penghantar
6) Tenaga pengawas lapangan/keselamatan kerja
7) Petugas pengendali kontrol kecepatan putar drum penghantar
8) Perkakas kerja yang diperlukan
9) Peralatan keselamatan kerja pada ketinggian
32. PENYELENGGARAAN
SUTM & SKUTM
6. Penarikan Penghantar (Stringing)
Pada saat penarikan perhatikan :
1) Saat menggelar, diharuskan penghantar diawali penghantar tengah, ditarik dari bagian tengah tiang afspan.
2) Potong menurut panjang yang diperlukan dan ikatkan sementara pada travers ujung tiang.
3) Penarikan kedua penghantar pinggir harus dilaksanakan bersama dan balance running blocks atau rollers
selalu dipakai sampai pada waktu penghantar-penghantar diberi kuat tarik dan lendutan tertentu.
4) Periksa dan segera perbaiki penghantar penghantar bilamana pada titik tertentu, stranded penghantar
tersebut terurai, dengan menggunakan repair sleeve
33. PENYELENGGARAAN
SUTM & SKUTM
7. Penyelesaian Akhir (finishing)
Setelah tahapan konstruksi pemasangan JTM selesai, maka dilanjutkan dengan uji teknis dan
komisioning sesuai dengan ketentuan yang berlaku, untuk kemudian diterbitkan Sertifikat Laik
Operasi (SLO) oleh Badan yang berwenang.
34. KOMPONEN UTAMA
KONSTRUKSI SKTM
1. Penandaan Kabel SKTM
Menggunakan kode pengenal dari masing-masing bahan pada kabel
dimulai dari bagian paling dalam (inti) sampai dengan bagian paling luar
(Selubung Luar)
36. KONSTRUKSI SKTM
1. Jarak Aman Konstruksi SKTM
Karena menyangkut fasilitas PEMDA seperti jalan raya,
trotoar atau instalasi pengguna lainnya
(telekom/PAM), dikawasan perkotaan pekerjaan
konstruksi SKTM untuk sistem distribusi harus
dilaksanakan dengan ketentuan/seijin PEMDA
setempat. Sebagaimana ditetapkan dalam SNI 04-
0225-2000 tentang Peraturan Umum Instalasi Listrik,
Jarak aman antara instalasi bawah tanah lain
ditetapkan sebagai berikut:
37. KONSTRUKSI SKTM
2. Pemilihan Jenis Konstruksi SKTM
Jenis Konstruksi SKTM bawah tanah pada
garis besarnya dibedakan atas sistem
tanam langsung (direct buried cable)
menggunakan pipa saluran/ducting atau
terowongan (tunneling cable). Dasar
pemilihan jenis konstruksi ini secara
ringkas dapat dilihat sebagai berikut.
38. PENYELENGGARAAN
KONSTRUKSI SKTM
1. Pekerjaan Persiapan Penggelaran Kabel
Sebelum pekerjaan lapangan dilaksanakan, periksa dan persiapkan gambar rencana rute pelaksanaan pelaksanaan
peta 1 : 5000. Pastikan terlebih dulu awal dan akhir penggelaran kabel. Laksanakan Survei rencana trase/jalur kabel
dan pastikan keseluruhan proses periijinan PEMDA atau Pemilik lahan sudah diperoleh untuk keseluruhan trase
SKTM serta penggalian titik kontrol jalur kabel pada tiap 5 meter (injeksi test galian) untuk meneliti kemungkinan
adanya utilitas lain. Dalam hal terdapat instalasi utilitas non PLN lain dibawah tanah, periksa ulang dan laksanakan
konsultasi dengan PEMDA/Pemilik lahan. Siapkan material penunjang
39. PENYELENGGARAAN
KONSTRUKSI SKTM
2. Pelaksanaan Galian Kabel
Galian kabel harus dilaksanakan sesuai syarat jarak aman SKTM. Tanah bekas galian harus
diletakan sedemikian sehingga tidak turun kembali ke galian atau mengganggu pengguna
jalan/lahan lokasi galian.
3. Handling Transportasi Kabel SKTM
Pekerjaan pemindahan atau pengangkutan kabel harus dilakukan hati-hati dan dilaksanakan sesuai
ketentuan. Untuk jarak pemindahan pendek < 20 meter, haspel dapat digelindingkan dan didorong dengan
Arah berlawanan gulungan kabel.
40. PENYELENGGARAAN
KONSTRUKSI SKTM
4. Penggelaran Kabel SKTM
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggelaran/penarikan kabel :
1. Jumlah tenaga yang akan melaksanakan penarikan atau penggelaran kabel harus cukup minimal
satu orang per 5 meter kabel. Jadi jika akan menggelar I rol haspel kabel yang panjangnya ± 300 m
diperlukan tenaga minimal 300/3 = 100 orang
2. a. Sebelum dilakukan penarikan atau penggelaran kabel tanah haspel, harus diletakkan
diatas dongkrak untuk memudahkan penarikan. s
b. Kabel dilepas dari rol haspelnya, ditarik dan digelar secara hati – hati jangan sampai
melilit dan menyatu, dsb.
c. Kabel ditarik dengan tangan oleh pekerja–pekerja yang berdiri dengan jarak yang
teratur sepanjang penggalian (1 orang, 1 roller, setiap kurang lebih 5 m)
d. Setiap pekerja menarik kabel secara serentak sesuai aba – aba (komando, suara) pengawas
41. PENYELENGGARAAN
KONSTRUKSI SKTM
3. Dalam melakukan penarikan kabel pada tikungan / belokan radius lengkungan kabel
selama penggelaran harus selalu lebih dari 20 kali diameter kabelnya.
43. PENYELENGGARAAN
KONSTRUKSI SKTM
6. Instalasi Terminal Kabel
7. Pemasangan Penghantar Pembumian
8. Penandaan Konstruksi SKTM
9. Pemeriksaan Akhir dan Komisioning SKTM
10. Konstruksi SKTM dengan Pipa Conduit
11. Konstruksi SKTM dengan Kanal Terowongan
44. PENYELENGGARAAN
KONSTRUKSI SKTM
12. Penyelesaian Akhir (Finishing)
Setelah tahapan konstruksi pemasangan JTM selesai, maka dilanjutkan
dengan uji teknis dan komisioning sesuai dengan ketentuan yang berlaku,
untuk kemudian diterbitkan Sertifikat Laik Operasi (SLO) oleh Badan yang
berwenang.
46. 1. Jaringan Radial
Kerugian tipe jaringan ini apabila jalur utama pasokan
terputus maka seluruh penyulang akan padam.
Kerugian lain mutu tegangan pada gardu distribusi
yang paling akhir kurang baik, hal ini dikarenakan
besarnya rugi-rugi pada saluran.
47. 2. Jaringan Hantaran Penghubung (Tie Line)
Bila salah satu penyulang mengalami
gangguan maka pasokan listrik akan dipindah
ke penyulang lain.
52. 1. Gangguan Hubung Singkat
Gangguan hubung singkat dapat terjadi antar fase (3 fase atau 2 fase) atau 1 fase ketanah
dan sifatnya bisa temporer atau permanen.
a. Gangguan Permanen
Hubung singkat pada kabel, belitan trafo, generator, tembusnya isolasi.
b. Gangguan Temporer
Flashover karena sambaran petir, flashover dengan pohon, tertiup angin
53. 2. Gangguan Beban Lebih
Gangguan beban lebih terjadi karena pembebanan sistem distribusi yang melebihi
kapasitas sistem terpasang. Gangguan ini sebenarnya bukan gangguan murni, tetapi
bila dibiarkan terus-menerus berlangsung dapat merusak peralatan.
3. Gangguan Tegangan Lebih
Gangguan tegangan lebih termasuk gangguan yang sering terjadi pada saluran distribusi. Berdasarkan
penyebabnya maka gangguan tegangan lebih ini dapat dikelompokkan atas dua hal, yaitu :
a. Tegangan lebih power frekuensi
Pada sistem distribusi hal ini biasanya disebabkan oleh kesalahan pada AVR atau pengatur tap pada trafo
distribusi.
a. Tegangan lebih surja
Gangguan ini biasanya disebabkan oleh surja hubung atau surja petir.
(Setelah Titik)Secara rinci Jarak aman jaringan terhadap bangunan lain dapat dilihat pada tabel. Khusus terhadap jaringan telekomunikasi, jarak aman minimal adalah 1 m baik vertikal atau horizontal. Bila dibawah JTM terdapat JTR, jarak minimal antara JTM dengan kabel JTR dibawahnya minimal 120 cm
(Setelah Titik) SKUTM yang menggunakan kabel Twisted, jarak aman sekurang – kurangnya 60 cm, dan ROW kabel tidak boleh bersentuhan dengan pohon / bangunan. Pada titik sambungan SKUTM kabel Twisted dan SUTM AAAC, jarak aman sama dengan ketentuan pada SUTM AAAC.
Fungsi Utama survei adalah menentukan rute/lintasan optimal konstruksi jaringan yang akan dipasang.