Dokumen tersebut membahas tentang industri ekstraktif migas dan penerimaan negara. Secara garis besar, industri migas terdiri atas kegiatan hulu dan hilir. Kegiatan hulu meliputi eksplorasi dan produksi minyak dan gas, sedangkan hilir meliputi pengolahan, penyimpanan, dan perdagangan. Penerimaan negara berasal dari kontrak kerja sama dan pajak atas kegiatan migas.
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
OPTIMASI PENERIMAAN
1. Industri Ekstraktif Migas dan Penerimaan Negara
Oleh : Maryati Abdullah (Wakil CSO di Multi Stakeholder Group EITI Indonesia)
Kegiatan
industri
ekstrak.f
minyak
dan
gas
bumi
(migas)
terdiri
atas
kegiatan
usaha
hulu
dan
kegiatan
usaha
hilir.
Kegiatan
usaha
hilir
bertumpu
pada
kegiatan
eksplorasi
dan
eksploitasi,
sedangkan
kegiatan
usaha
hilir
bertumpu
pada
kegiatan
pengolahan,
penyimpanan,
serta
niaga
1 .
Kegiatan
usaha
hulu
dilaksanakan
dan
dikendalikan
melalui
Kontrak
Kerja
Sama
(KKS),
sedangkan
kegiatan
usaha
hilir
dilaksanakan
melalui
ijin
usaha.
Pembinaan
dan
pengawasan
kegiatan
usaha
hulu
migas
dilaksanakan
oleh
BPMIGAS
(badan
pelaksana
kegiatan
usaha
hulu
migas),
sedangkan
pembinaan
dan
pengawasan
kegiatan
hilir
dilaksanakan
oleh
BPH
migas
(badan
pelaksana
kegiatan
usaha
hilir
migas)
2.
BPMIGAS
secara
hukum
berstatus
sebagai
BHMN
(badan
hukum
milik
negara).
Kegiatan
usaha
migas
baik
hulu
maupun
hilir
dapat
dilaksanakan
oleh
Badan
Usaha
Milik
Negara
(BUMN);
Badan
Usaha
Milik
Daerah
(BUMD);
Koperasi,
Usaha
kecil
dan
Badan
Usaha
Swasta.
Badan
Usaha
(BU)3
atau
Bentuk
Usaha
Tetap
(BUT)4
yang
melakukan
kegiatan
usaha
hulu
dilarang
melakukan
kegiatan
usaha
hilir,
dan
begitu
juga
sebaliknya.
Jika
badan
usaha
melakukan
kegiatan
hulu
dan
hilir
secara
bersamaan,
maka
harus
membentuk
badan
hukum
yang
terpisah,
antara
lain
secara
holding
company.
BU
dan
BUT
harus
mendapat
ijin
dari
Kementerian
ESDM
(cq.
Ditjen
Migas).
Taksonomi
bidang
usaha
perminyakan
dan
gas
nasional
Secara
garis
besar,
taksonomi
bidang
usaha
perminyakan
dan
gas
nasional
kita
dapat
digambarkan
pada
bagan
berikut
:
Sumber : Kementerian ESDM, Pedoman dan Pola Tetap Pengembangan Industri Migas Nasional 2005-2020 (Blueprint
Implementasi UU No.22/2001), www.esdm.go.id
INDUSTRI EKSTRAKTIF MIGAS & PENERIMAAN NEGARA
PAGE 1 OF 22 MARYATI ABDULLAH/2011
1 UU Migas No.22/2001, Pasal 5
2 Ibid, pasal 11, pasal 23 dan pasal 44
3 Badan Usaha (BU) adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang menjalankan jenis usaha bersifat tetap, terus menerus dan didirikan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku serta bekerja dan berkedudukan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (pasal 1 angka 17, UU
No.22/2001 tentang Migas)
4 Bentuk Usaha Tetap (BUT) adalah badan usaha yang didirikan dan berbadan hukum di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
melakukan kegiatan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan wajib mematuhi peraturan perundangan-undangan yang berlaku di republik
Indonesia (pasal 1 angka 18, UU No.22/2001 tentang Migas)
2. penjelasan
gambar
:
bidang
usaha
perminyakan
nasional
secara
garis
besar
terdiri
atas
usaha
hulu,
usaha
hilir
hingga
sampai
pada
pengguna
(end
users).
Industri
hulu
terdiri
atas
usaha
eskplorasi
dan
ekploitasi
(produksi)
yang
menghasilkan
produk
berupa
minyak
mentah/crude
oil
(aliran
minyak
mentah
digambarkan
dengan
anak
panah
berwarna
merah).
Crude
oil
ada
yang
langsung
diekspor
dan
ada
yang
dipakai
untuk
memenuhi
kebutuhan
dalam
negeri,
yakni
masuk
dalam
industri
hilir
yang
melipu.
usaha
pengolahan,
pengangkutan,
penyimpanan
(storage),
hingga
usaha
niaga
baik
umum
maupun
terbatas
(tanpa
aset).
Dari
usaha
niaga
tersebut
dihasilkan
bahan
bakar
minyak
(BBM)
atau
hasil
olahan
lainnya
yang
sampai
ke
tangan
konsumen
(end
users).
sebagian
BBM
untuk
memenuhi
kebutuhan
konsumen
dalam
negeri
juga
ada
yang
diimpor
dari
luar
negeri
dan
sebaliknya
produk
olahannya
juga
ada
yang
diekspor.
Pada
se.ap
rantai
kegiatan,
mulai
dari
hulu,
hilir
hingga
tata
niaga
ke
konsumen,
terdapat
aliran
transaksi
keuangan.
Sumber : Kementerian ESDM, Pedoman dan Pola Tetap Pengembangan Industri Migas Nasional 2005-2020 (Blueprint
Implementasi UU No.22/2001), www.esdm.go.id
penjelasan
gambar
:
bidang
usaha
gas
bumi
nasional
secara
garis
besar
terdiri
atas
usaha
hulu,
usaha
hilir
hingga
sampai
pada
pengguna
(end
users).
Industri
hulu
terdiri
atas
usaha
eskplorasi
dan
ekploitasi
(produksi)
yang
menghasilkan
produk
berupa
gas
bumi
(aliran
gas
bumi
digambarkan
dengan
anak
panah
berwarna
hitam).
Gas
bumi
tersebut
masuk
ke
dalam
industri
hilir
yang
melipu.
:
pengolahan
gas
menjadi
LNG
dan
LPG,
kemudian
masuk
dalam
usaha
pengangkutan
yakni
pengapalan
untuk
diekspor,
pengangkutan
ke
transmisi,
distribusi
melalui
angkutan
darat
ataupun
laut.
Pengangkutan
tersebut
ada
yang
diarahkan
untuk
usaha
penyimpanan
(storage)
maupun
pada
usaha
niaga
untuk
sampai
pada
konsumen
(end
users)
yang
terdiri
atas
KK
(konsumen
kecil),
KM
(konsumen
menengah),
mauun
KB
(konsumen
besar).
Bahkan,
sejak
dari
industri
hulu,
telah
ada
juga
penjualan
langsung
gas
bumi
kepada
KB
(konsumen
besar)
dan
setelah
menjadi
LPN
dan
LNG
juga
terdapat
niaga
langsung
ke
KK,
KM,
dan
KB.
PAGE 2 OF 22 MARYATI ABDULLAH/2011
3. Pelaksanaan
Kegiatan
Usaha
Hulu
Migas
Kerangka
hukum
kebijakan
hulu
migas
didasarkan
atas
Undang-‐Undang
Migas
(UU
No.22
Tahun
2001);
Peraturan
Pemerintah
R.I
No.35
Tahun
2004
tentang
kegiatan
usaha
hulu
migas
serta
perubahannya
pada
PP
nomor
24
Tahun
2005;
Peraturan
Pemerintah
Nomor.42
Tahun
2002
tentang
Badan
Pelaksana
Kegiatan
Usaha
Hulu
Migas;
Peraturan
Menteri
ESDM;
serta
Peraturan
BPMIGAS.
Kegiatan
hulu
migas
dilaksanakan
oleh
BU
atau
BUT
berdasarkan
penandatangan
KKS
yang
ditandatangani
oleh
BPMIGAS
dan
kontraktor
kontrak
kerja
sama
(KKKS)
atau
biasa
disingkat
dengan
kontraktor.
Kegiatan
Usaha
Hulu
Migas
terdiri
atas
kegiatan
Eksplorasi
dan
Eksploitasi.
Eksplorasi
adalah
kegiatan
yang
bertujuan
memperoleh
informasi
mengenai
kondisi
geologi
untuk
menemukan
dan
memperoleh
perkiraan
cadangan
Minyak
dan
Gas
Bumi
di
Wilayah
Kerja
yang
telah
ditentukan;
sedangkan
Eksploitasi
adalah
rangkaian
kegiatan
yang
bertujuan
untuk
menghasilkan
Minyak
dan
Gas
Bumi
dalam
Wilayah
Kerja
yang
ditentukan,
yang
terdiri
atas
pengeboran
dan
menyelesaian
sumur,
pembangunan
sarana
pengangkutan,
penyimpanan,
dan
pengolahan
untuk
pemisahan
dan
pemurnian
Migas
di
lapangan
serta
kegiatan
lain
yang
mendukungnya
5.
Tahapan kegiatan hulu migas
Tahapan
kegiatan
ekstrak.f
(hulu)
migas
melipu.
:
1.
Survey
Umum
Untuk
menunjang
penyiapan
WIlayah
Kerja
(WK)
migas,
dilakukan
survey
umum
yang
dilaksanakan
oleh
atau
dengan
izin
pemerintah
(Cq.
menteri
ESDM).
Survey
umum
dilakukan
pada
wilayah
terbuka
di
dalam
Wilayah
Hukum
Pertambangan
Indonesia
atau
dapat
juga
melintasi
WK
setelah
terlebih
dahulu
melakukan
koordinasi
dengan
BPMIGAS.
Kegiatan
survey
umum
antara
lain
melipu.
survey
geologi,
survey
geofisika,
dan
survey
geokimia
6.
Untuk
melaksanakan
survey,
menteri
ESDM
dapat
memberi
ijin
kepada
Badan
Usaha
sebagai
pelaksana
survey
atas
biaya
dan
resiko
BU
yang
bersangkutan.
Sebelum
melaksanakan
survey,
BU
wajib
menyampaikan
jadwal
dan
prosedur
pelaksanaan
Survey
Umum
kepada
Menteri
terlebih
dahulu
7.
BU
yang
melakukan
survey
umum
dapat
menyimpan
dan
memanfaatkan
data
hasil
survey
umum
sampai
dengan
berakhirnya
izin8.
2.
Penawaran
Wilayah
Kerja
(WK)
Mekanisme
penawaran
wilayah
kerja
(WK)
atau
Blok
Migas
diatur
melalui
Peraturan
Menteri
ESDM
(PerMen)
yang
dikeluarkan
secara
priodik.
Penawaran
WK
oleh
menteri
ESDM
(Cq.Ditjen
Migas)
dilakukan
melalui
proses
lelang
reguler
atau
proses
penawaran
langsung
atas
blok
yang
tersedia.
Proses
lelang
reguler
melalui
tahapan
:
Kementerian
ESDM
(Cq.Ditjen
migas)
melakukan
kajian
term
&
condi2on,
konsultasi
dengan
pemerintah
daerah
(provinsi)
9 ,
penetapan
WK
dan
term
&
condi2on
KKS
oleh
Menteri
ESDM,
Pengumuman
penawaran
WK,
mengadakan
forum
klarifikasi,
penerimaan
dokumen
penawaran
(bid
par2cipa2on),
evaluasi
dokumen
penawaran,
INDUSTRI EKSTRAKTIF MIGAS & PENERIMAAN NEGARA
PAGE 3 OF 22 MARYATI ABDULLAH/2011
5 Pasal 1 angka 8 dan angka 9, UU No.22/2001 tentang Migas
6 PP No.35/2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Migas, pasal 11
7 Ibid, Pasal 13
8 Ibid, Pasal 14,
9 Konsultasi dengan Pemerintah Daerah dilakukan untuk memberi penjelasan dan memperoleh informasi mengenai rencana penawaran
wilayah-wilayah tertentu yang dianggap potensial mengandung sumber daya migas menjadi WK. Pelaksanaan konsultasi dengan
Pemerintah Daerah dilakukan dengan Gubernur yang memimpin penyelenggaraan Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan Undang-
Undang tentang Pemerintah Daerah (penjelasan pasal 12, UU 22/2001 tentang Migas)
4. dan
penentuan
pemenang
lelang.
Sedangkan
penawaran
langsung
atas
blok
yang
tersedian
dilakukan
melalui
:
pembuatan
proposal
permohonan;
presentasi
teknis
dan
keekonomian;
pengumuman
WK;
forum
klarifikasi,
penerimaan
dokumen
penawaran
(bid
par2cipa2on),
evaluasi
dokumen
penawaran,
dan
penentuan
pemenang
lelang.
3.
Penandatanganan
KKS
Setelah
mendapat
persetujuan
dari
Menteri
ESDM,KKS
ditandatangani
oleh
BPMIGAS
dan
kontraktor.
Se.ap
KKS
yang
sudah
ditandatangani
harus
diberitahukan
secara
tertulis
kepada
DPR
RI
10.
KKS
paling
sedikit
memuat
persyaratan
11
:
a.Kepemilikan
sumberdaya
migas
tetap
di
tangan
pemerintah
sampai
..k
penyerahan
b.Pengendalian
manajemen
atas
operasi
yang
dilaksanakan
oleh
kontraktor
berada
pada
badan
pelaksana
c. Modal
dan
resiko
seluruhnya
ditanggung
oleh
kontraktor
KKS
wajib
memuat
paling
sedikit
17
ketentuan-‐ketentuan
pokok,
yaitu
12
:
a.Penerimaan
negara;
b.Wilayah
kerja
dan
pengembaliannya;
c. Kewajiban
pengeluaran
dana;
d.Perpindahan
kepemilikan
hasil
produksi
atas
migas;
e.Jangka
waktu
dan
kondisi
perpanjangan
kontrak;
f. Penyelesaian
perselisihan;
g. Kewajiban
pemasokan
minyak
bumi
dan/atau
gas
bumi
untuk
kebutuhan
dalam
negeri;
h.Berakhirnya
kontrak;
i. Kewajiban
pasca
operasi
pertambangan
j. Keselamatan
dan
kesehatan
kerja
k. Pengelolaan
lingkungan
hidup
l. Pengalihan
hak
dan
kewajiban
m.Pelaporan
yang
diperlukan
n.Rencana
pengembangan
lapangan
o.Pengutamaan
pemanfaatan
barang
dan
jasa
dalam
negeri
p.Pengembangan
masyarakat
sekitarnya
dan
jaminan
hak-‐hak
masyarakat
adat
q.Pengutamaan
penggunaan
tenaga
kerja
indonesia
Jangka
waktu
pelaksanaan
KKS
maksimal
30
(.ga
puluh)
tahun
dan
dapat
diperpanjang
hingga
maksimal
20
(dua
puluh)
tahun
13 .
Jangka
waktu
KKS
terdiri
atas
jangka
waktu
eksplorasi
selama
6
(enam)
tahun
dan
dapat
diperpanjang
satu
kali
maksimal
4
tahun.
Perpanjangan
eksplorasi
dapat
diajukan
setelah
kontraktor
memenuhi
kewajiban
minimum
menurut
KKS.
Apabila
dalam
jangka
waktu
eksplorasi
tersebut
belum
menghasilkan
migas,
maka
PAGE 4 OF 22 MARYATI ABDULLAH/2011
10 UU No.22/2001 tentang Migas, Pasal 11 ayat (2)
11 UU No.22/2001 tentang migas, Pasal 6 ayat (2)
12 ibid, pasal 11 ayat (3)
13 UU No.22/2001 tentang Migas, pasal 14
5. kontraktor
wajib
mengembalikan
seluruh
WK
tersebut.
BU
atau
BUT
wajib
mengembalikan
sebagian
WKnya
secara
bertahap
atau
seluruhnya
kepada
Menteri
14
.
Perpanjangan
KKS
Kontraktor
boleh
mengajukan
permohonan
perpanjangan
KKS
kepada
Menteri
ESDM,
maksimal
10
tahun
sebelum
KKS
berakhir.
Prosedur
perpanjangannya
dengan
cara
kontraktor
mengajukan
permohonan
perpanjangan
KKS
kepada
Menteri
ESDM,
kemudian
Kementerian
ESDM
(cq.
Ditjen
Migas)
melakukan
evaluasi
evaluasi
teknis
dan
keekonomian,
melakukan
kajian
term
&
condi.on,
kemudian
mengeluarkan
laporan
dan
persetujuan
Menteri
ESDM
untuk
melakukan
negosiasi.
Setelah
itu
berlangsunglah
negosiasi
term
and
condi.on
antara
pemerintah
dengan
kontraktor,
jika
belum
tercapai
kesepakatan
maka
proses
kembali
ke
awal,
jika
tercapai
kesepakatan
maka
melangkah
pada
pembahasan
KKS
yang
akhirnya
menginisiasi
lahirnya
KKS
baru.
4.
Kegiatan
Eksplorasi
&
Eksploitasi
Setelah
KKS
(PSC)
ditandatangani,
maka
dimulailah
kegiatan
eksplorasi
dan
eksploitasi
oleh
operator
dari
sebuah
WK/
Blok
Migas.
Dalam
melaksanakan
kegiatan
tersebut,
operator
berhubungan
langsung
dengan
BPMIGAS.
Dokumen
teknis
pengembangan
lapangan
(kegiatan
eksplorasi-‐eksploitasi)
migas
Dokumen
teknis
yang
terkait
dengan
kegiatan
eksplorasi
dan
eksploitasi
yang
harus
dibuat
oleh
kontraktor
untuk
mendapat
persetujuan
dari
pemerintah
(Cq.
Menteri
ESDM/BPMIGAS)
adalah
:
1.
Rencana
pengembangan
lapangan
(Plan
of
Development/
POD)
POD
merupakan
rencana
pengembangan
satu
atau
lebih
lapangan
migas
secara
terpadu
(integrated)
untuk
mengembangkan/memperoduksi
cadangan
hidrocarbon
secara
op.mal
dengan
memper.mbangkan
aspek
teknis,
ekonomis,
dan
HSE
(health
safety
and
environment).
Jenis
POD
terdiri
atas
POD
I,
POD
II
dst,
dan
POP
(put
on
produc2on).
POD
I
wajib
mendapat
persetujuan
Menteri
ESDM
berdasarkan
per.mbangan
BPMIGAs
setelah
berkonsultasi
dengan
pemda
provinsi
yang
bersangkutan
15 .
Jika
dalam
jangka
waktu
5
(lima)
tahun
setelah
POD
I
disetujuai
kontraktor
.dak
melaksanakan
kegiatannya,
maka
kontraktor
wajib
mengembalikan
seluruh
WKnya
kepada
Menteri
.
Sedangkan
POP
bertujuan
untuk
memproduksikan
lapangan
yang
memiliki
cadangan
rela.f
kecil,
menggunakan
fasilitas
produksi
di
sekitar
dengan
cara
‘lie
in’
ke
exis.ng
facili.es.
Proposal
POD
disampaikan
kontraktor
kepada
BPMIGAS
berdasarkan
kondisi
aktual
dan
persetujuan
oleh
kepala
BPMIGAS.
Masalaku
(validitas)
POD
adalah
2
(dua)
tahun
sejak
persetujuan
dikeluarkan.
Perubahan
ruang
lingkup
kerja
(scope
of
work)
atau
keterlambatan
pelaksanaan
POD
tanpa
pemberitahuan
persetujuan
dianggap
batal
(expired).
Isi
POD
terdiri
atas
:
(1)
Execu.ve
summary
:
ringkasan
dari
rencana
pengembangan
lapangan
yang
melipu.
informasi
teknis,
keekonomian,
dan
HSE;
(2)
Geological
finding
:
menjelaskan
penemuan
geologi
migas
hingga
data
geologi
terakhir
berdasarkan
log.analisa
cueng
dan
digunakan
untuk
merevisi
peta
geologi;
(3)
Explora.on
Incen.ves
:
bertujuan
untuk
memberikan
;
(4)
Reservoar
Descrip.on;
(5)Secrec/EOR
Incen.ves;
(6)
Field
Development
Scenarios;
(7)
Drilling
Result;
(8)
Field
Development
Facili.es;
(9)
Project
Schedule;
(10)
Produc.on
Result;
(11)
HSE
&
Community
Development;
(12)
Abandonment;
(13)
Project
Economic;
dan
(14)
Conclusion.
INDUSTRI EKSTRAKTIF MIGAS & PENERIMAAN NEGARA
PAGE 5 OF 22 MARYATI ABDULLAH/2011
14 UU No.22/2001 tentang Migas, pasal 16
15 ibid, pasal 21
6. 2.
Work
Program
&
Budget
(WP&B)
WP&B
merupakan
usulan
rincian
rencana
kegiatan
dan
anggaran
tahunan
dengan
memper.mbangkan
tentang
kondisi,
komitmen,
efek.fitas
dan
efisiensi
pengoperasian
KPS/JOB/KKS
di
suatu
Wilayah
Kerja.
WP&B
melipu.
kegiatan
eksplorasi
(survey
seismik
&
geologi,
pemboran
dan
studi
G&G,
lead
&
prospect,
explora.on
commitment);
kegiatan
produksi
dan
usaha
menjaga
kesinambungannya
(POD,
pemboran
sisipan,
operasi
produksi
dan
kerja
ulang,
mempertahankan
produksi,
proyek
EOR
(Sec.recovery
&
ter.ary
recovery);
serta
biaya-‐
biaya
untuk
program
tersebut
(kegiatan
eksplorasi,
pemboran
development
&
fasilitas
produksi,
produksi
&
operasi,
administrasi
umum,
administrasi
eskplorasi
&
biaya
overhead).
Di
dalam
WP&B
juga
disebutkan
bagi
hasil
(en.tlement
share)
yang
mencantumkan
gross
revenue,
harga
minyak
dan
gas,
cost
recobery,
governemnt
share
dan
contractor
share;
unit
cost
(US$/Bbl)
yang
terdiri
atas
direct
produc.on
cost,
total
produc.on
cost
dan
cost
recovery;
serta
status
unrecovered
cost.
3.
Authoriza.on
financial
Expenditure
(AFE)
AFE
merupakan
persetujuan
pembelanjaan
triwulanan
kontraktor
oleh
BPMIGAS.
AFE
didasarkan
atas
perencanaan
belanja
yang
ada
di
WP&B.
AFE
merupakan
salah
satu
alat
kontrol
BPMIGAS
terhadap
pengeluaran
belanja
kegiatan
eksplorasi
dan
eksploitasi
yang
dilaksanakan
oleh
kontraktor.
Tahapan
pengambangan
lapangan
migas
Tahapan
pengembangan
lapangan
migas
terdiri
atas
:
1. Tahap
Prakonstruksi
Kegiatan-‐kegiatan
yang
dilakukan
pada
tahap
ini
melipu.
:
pembebasan
lahan
pada
lokasi-‐lokasi
kegiatan
seper.
sumur,
kompleks
CPF
(Central
processing
facility),
fasilitas
tepi
pantai,
jalur
pipa
untuk
hak
lintas
pipa
(right
of
way/ROW)
dan
lokasi-‐lokasi
lainnya
yang
dibutuhkan
sesuai
dengan
POD;
pengurusan
ijin
kepada
Pemda
setempat
untuk
pembangunan
pipa
dan
sebagainya;
koordinasi
dengan
instansi
terkait
(baik
pemerintah
pusat
misalnya
kementerian
kehutanan,
perhutani,
dan
pemerintah
daerah
setempat);
serta
kegiatan
koordinasi
dan
sosialisasi
dengan
masyarakat
sekitar
mengenai
persiapan
pengembangan
lapangan
migas.
Termasuk
kegiatan
pada
fase
ini
adalah
berkoordinasi
mengenai
rencana
tata
ruang
dan
wilayah
setempat
(RT/RW)
serta
melakukan
analisis
menganai
dampak
lingkungan
(AMDAL).
2. Tahap konstruksi dan Pengeboran
Ak.fitas
yang
dilakukan
pada
tahap
ini
antara
lain
:
persiapan
lahan,
mobilisasi
peralatan
dan
material
(bahan-‐
bahan
kimia
yang
diperlukan),
pemboran
sumur,
pembangunan
CPF,
pembangunan
bandar
udara
khusus,
penambatan
kapal
tampung
dan
bongkar
muat
minyak/FSO
(floa2ng
Storage
and
offloading),
pembangunan
fasilitas
tepi
pantai,
dan
pemasangan
pipa
penyaluran
minyak.
Pada
tahap
ini,
kegiatan
CSR
perusahaan
juga
telah
berlangsung
sebagai
bentuk
tanggungjawab
perusahaan
kepada
masyarakat
sekitar.
3. Tahap
Operasi
produksi
Ak.fitas
yang
dilakukan
pada
tahap
ini
antara
lain
:
pemrosesan
minyak
di
CPF,
penginjeksian
air
dan
gas
ke
sumur
injeksi,
operasional
bandar
udara
khusus,
penyaluran
minyak,
operasional
FSO,
pemeliharaan
sumur,
pembersihan
tangki
.mbun
minyak
mentah.
Pada
tahapan
ini
minyak
telah
berproduksi
secara
komersial,
dimana
hasil
penjualan
minyak
(lijing)
telah
diperhitungkan
sebagai
penerimaan
negara
sesuai
dengan
skema
bagi
hasil
antara
PAGE 6 OF 22 MARYATI ABDULLAH/2011
7. pemerintah
dan
kontraktor
sebagaimana
tercantum
di
dalam
PSC.
Termasuk
pada
tahapan
ini,
terdapat
skema
penggan.an
biaya
operasi
yang
dikeluarkan
oleh
kontraktor
(cost
recovery),
dan
terdapat
skema
alokasi
dana
untuk
penutupan
tambang
(abandonmen
and
site
restora.on/ASR)
yang
disetorkan
kontraktor
ke
rekening
ASR
milik
pemerintah
yang
ditempatkan
di
bank
nasional.
Pasca
tambang
Ak.fitas
yang
dilakukan
pada
tahap
ini
antara
lain
:
Penglepasan
tenaga
kerja,
pembongkaran
fasilitas
utama
dan
demobilisasi,
penanganan
bahan
kimia
bekas,
dan
rehabilitasi
lahan
bekas
kegiatan.
Kegiatan
pemindahan/
demobilisasi,
pembersihan
dan
rehabilitasi
lahan
(abandonment
and
site
restora2on/ASR)
dalam
fase
ini
menggunakan
dana
ASR
yang
telah
disetorkan
oleh
kontraktor
kepada
pemerintah
sejak
tahun
pertama
blok
migas
tersebut
berproduksi.
Besarnya
jumlah
dana
ASR
yang
harus
disetorkan
oleh
kontraktor
pada
.ap
WK
berbeda-‐
beda
sesuai
dengan
penilaian
dan
kajian
yang
ditentukan
oleh
.m
yang
dibentuk
oleh
BPMIGAS.
Mekanisme
penggunaan
dana
ASR
tersebut
juga
ditentukan
oleh
ketentuan
teknis
BPMIGAS.
Aliran
Penerimaan
Negara
dari
Sektor
Hulu
Migas
Kontraktor
yang
melaksanakan
kegiatan
usaha
Hulu
wajib
membayar
penerimaan
negara
yang
berupa
pajak
dan
penerimaan
negara
bukan
pajak.
Penerimaan
negara
yang
berupa
pajak
antara
lain
:
pajak-‐pajak
migas
(Pph
Migas,
PPN,
Pph
badan,
dll),
Bea
masuk
dan
pungutan
lain
atas
impor
dan
cukai
serta
Pajak
daerah
dan
retribusi
daerah
(PDRD)
16 .
Sebelum
KKS
ditandatangani,
kontraktor
dapat
memilih
ketentuan
kewajiban
membayar
pajak,
yakni
(a)
Mengiku.
ketentuan
peraturan
perundang-‐undangan
di
bidang
perpajakan
yang
berlaku
pada
saat
KKS
ditandatangani;
atau
(b)
Mengiku.
ketentuan
peraturan
perundang-‐undangan
di
bidang
perpajakan
yang
berlaku
.
Sedangkan
penerimaan
negara
bukan
pajak
(PNBP)
secara
umum
terdiri
atas
:
bagian
negara
(Government
Take)
dari
bagi
hasil
dengan
kontraktor,
Pungutan
negara
yang
berupa
iuran
tetap
dan
iuran
eksplorasi
dan
eksploitasi,
serta
Bonus-‐
bonus.
PNBP
merupakan
penerimaan
pemerintah
dan
Pemerintah
Daerah,
yang
pembagiannya
ditetapkan
sesuai
dengan
ketentuan
peraturan
perundang-‐undangan
yang
berlaku.
PNBP
setelah
dikurangi
Penerimaan
Pemerintah
Daerah
merupakan
PNBP
sektor
Migas
yang
dapat
dimanfaatkan
sebagian
oleh
Departemen
sesuai
dengan
ketentuan
peraturan
perundang-‐undangan
yang
berlaku.
Penggunaan
sebagian
PNBP
oleh
Departemen
adalah
dalam
rangka
:
(1)
menunjang
kegiatan
Eksplorasi
dan
Eksploitasi
dan
upaya
untuk
menarik
investor
dalam
meningkatkan
pencarian
dan
penemuan
cadangan
baru;
(2)
melakukan
upaya
yang
menunjang
kegiatan
hulu
minyak
dan
gas
bumi
yang
kondusif,
pelaksanaan
survey,
promosi
wilayah
kerja,
konsultasi
dengan
Pemerintah
Daerah,
dll.
Aliran
dana
dari
sektor
hulu
minyak
dan
gas
bumi
Aliran
Dana
dan
Penerimaan
di
Sektor
Hulu
Migas
mengiku.
alur
proses
kegiatan
Usaha
Hulu
Migas,
dimulai
dari
proses
penandatanganan
kontrak
hingga
perhitungan
bagi
hasil
antara
Pemerintah
dengan
Kontraktor,
sampai
dengan
proses
perhitungan
dan
transfer
Dana
Bagi
Hasil
(DBH)
Migas
Kepada
Pemerintah
Daerah,
di
.ngkat
Provinsi
maupun
Kabupaten/Kota.
Secara
umum,
Aliran
Dana
Migas
mengiku.
aturan
yang
berlaku
di
Indonesia
baik
berupa
Undang-‐Undang
Migas,
Undang-‐Undang
Sistem
Keuangan
Negara,
Undang-‐Undang
Perpajakan
dan
Undang-‐Undang
terkait
dengan
Otonomi
Daerah.
Secara
spesifik,
perhitungan
Aliran
Dana
Migas
mengiku.
model
Kontrak
Kerja
Sama
(KKS)
(misal
:
Kontrak
Bagi
Hasil/PSC),
Data
produksi
yang
terjual
(lijing)
dan
ketentuan-‐ketentuan
khusus
dari
Departemen
Keuangan
dan
DepDagri,
serta
Departemen
ESDM
dan
BP
Migas.
INDUSTRI EKSTRAKTIF MIGAS & PENERIMAAN NEGARA
PAGE 7 OF 22 MARYATI ABDULLAH/2011
16 Pasal 31, UU No.22/2001 tentang migas
8. Secara
keseluruhan,
aliran
Dana
yang
terjadi
dalam
kegiatan
Usaha
Hulu
Migas
terdiri
atas
:
1.
Saat
Penandatangan
Kontrak
Kerja
Sama
Maksimal
30
(.ga
puluh)
hari
setelah
penandatanganan
KKS,
kontraktor
wajib
menyerahkan
bonus
tanda
tangan
kontrak
kepada
pemerintah.
Bonus
tanda
tangan
(signature
bonus)
ini
diterima
oleh
Kementerian
ESDM
dan
langsung
masuk
ke
rekening
bendahara
negara
di
kementerian
keuangan.
2.
Saat
Proses
Eksplorasi
berlangsung
-‐ Dana
Kredit
Investasi
(investment
credit)
yang
diberikan
Pemerintah
kepada
Kontraktor
untuk
mendorong
investasi
di
sektor
Hulu
Migas.
-‐ Dana
penyertaan
modal
(Par.cipa.ng
interest/PI)
yang
disetorkan
oleh
Pemerintah
Daerah
melalui
BUMD
kepada
Kontraktor
KKS
-‐ Dana
tanggungjawab
sosial
perusahaan
(Corporate
Social
Responsibility/CSR)
yang
dikeluarkan
oleh
Kontraktor
KKS
-‐ Dana
cadangan
khusus
pasca
kegiatan
Usaha
Hulu
yang
disetorkan
oleh
Kontraktor
KKS
kepada
BP
Migas
untuk
pemulihan
lingkungan
(abandonment
and
site
restora.on/ASR)
3.
Saat
Proses
Ekspoitasi
(telah
menghasilkan
produksi
komersial)
-‐ Dana
Pemulihan
(Cost
Recovery)
yang
dibayarkan
pemerintah
kepada
Kontraktor
KKS
-‐ Dana
hasil
penjualan
minyak
yang
diperoleh
melalui
skema
FTP
oleh
pemerintah
-‐ Dana
Bagi
Hasil
untuk
pemerintah
dan
kontraktor
KKS
atas
penjualan
hasil
produksi
migas
secara
komersial
(government
share
dan
contractor
share)
-‐ DMO
Fee
(Fee
atas
Domes.c
Market
Obliga.on)
yang
dibayarkan
Pemerintah
kepada
Kontraktor
atas
pemenuhan
kewajiban
pemasokan
Kebutuhan
pasar
dalam
negeri
-‐ Pajak2
di
sektor
migas
(PPN,
PDRD,
Pph
Migas,
dll)
yang
wajib
dibayar
oleh
Kontraktor
KKS
kepada
Pemerintah
-‐ Dana
Bagi
Hasil
Migas
dari
Pemerintah
Pusat
kepada
Pemerintah
Daerah,
baik
Provinsi
maupun
Kabupaten/Kota
Secara
sederhana,
aliran
dana
Migas
dapat
digambarkan
dalam
chart
berikut
:
PAGE 8 OF 22 MARYATI ABDULLAH/2011
10. PengerFan
isFlah
yang
digunakan
pada
bagan
Aliran
Dana
Migas
di
atas,
antara
lain
:
Bonus
Tanda
Tangan
(Signature
Bonus)
Signature
Bonus
adalah
bonus
tandatangan
yang
diberikan
Kontraktor
kepada
Pemerintah
atas
penandatanganan
Kontrak
Kerja
Sama
Migas.
Besarnya
berdasarkan
penawaran
Kontraktor
dan
atas
kesepakatan
kedua
belah
pihak.
bonus
tandatangan
ini
diterima
oleh
Kementerian
ESDM
dan
langsung
masuk
ke
rekening
bendahara
negara
di
kementerian
keuangan.
Penyertaan
Modal
(Par=cipa=ng
Interest/PI)
Par.cipa.ng
Interest
adalah
bagian
penyertaan
modal
yang
ditawarkan
Kontraktor
kepada
perusahaan
milik
pemerintah
sebagai
investasi
dalam
kegiatan
ekplorasi
dan
eksploitasi.
Misalnya
pada
Blok
Cepu,
interest
yang
ditawarkan
adalah
sebesar
10%
berasal
dari
5%
kontribusi
dari
PT.
Pertamina
EP
Cepu
dan
5%
berasal
dari
MCL
dan
Ampolex.
PI
10
%
ini
kemudian
dibagi
kepada
Pemda
provinsi
jawa
tengah
(1,09%),
Pemda
provinsi
jawa
.mur
(2,24%),
pemda
kabupaten
blora
(2,18%),
dan
pemda
kabupaten
bojonegoro
(4,49%).
First
Tranche
Petroleum
(FTP)
Yaitu,
minyak
yang
disisihkan
di
awal
sebelum
dikurangi
kredit
investasi
(investment
credit)
dan
biaya
produksi
(cost
recovery).
Besarnya
FTP
sesuai
dengan
perjanjian
dalam
KKS.
FTP
dibagi
menjadi
Bagian
Pemerintah
dan
Bagian
Kontraktor
sesuai
dengan
pembagian
Bagi
Hasil
yang
tercantum
dalam
KKS.
Misal,
FTP
Blok
Cepu
adalah
sebesar
20%
dari
gross
Revenue
(R).
Cost
Recovery
(CR)
Yaitu
jumlah
biaya
operasi
yang
akan
digan.
oleh
Pemerintah
Pusat.
Cost
Recovery
terdiri
dari
biaya
operasi
tahun
sekarang,
biaya
operasi
tahun
sebelumnya
yang
belum
tergan.kan,
dan
depresiasi
terhadap
modal
kapital
tahun
sebelumnya
dan
tahun
berjalan.
Pengembalian
biaya
ini
diatur
dalam
pasal
56
PP
nomor
34
tahun
200517.
Investment
Credit
(IC)
Yaitu
sejenis
insen.f
dari
pemerintah
untuk
mendorong
investor
menanamkan
modalnya
di
sektor
Hulu
Migas.
Misalnya,
Investment
credit
dalam
PSC
Blok
Cepu,
diberikan
kepada
kontraktor
sebesar
15,78%
dari
investasi
kapital.
Investment
credit
merupakan
obyek
pajak.
Gross
Revenue
(R)
–
Pendapatan
Kotor
Gross
Revenue
(R)
adalah
produksi
minyak
terjual
dikalikan
dengan
harga.
Harga
minyak
ditentukan
oleh
pemerintah
dengan
pedoman
ICP
(Indonesian
Crude
Price).
Produksi
yang
dimaksud
adalah
minyak
yang
telah
diproduksi
dan
telah
dijual
secara
komersial.
Dalam
perhitungan
:
R
=
produksi
terjual
x
ICP
Profit
Oil
(Equity)
Yaitu
perolehan
revenue
setelah
dikurangi
FTP
dan
Cost
Recovery.
Dalam
Perhitungan
:
Equity
=
R
–
FTP
–
IC
-‐
CR
.
Profit
Oil
dibagi
menjadi
Bagian
Pemerintah
dan
Bagian
Kontraktor
sesuai
dg
pembagian
bagi
hasil
yang
tercantum
dalam
KKS.
PAGE 10 OF 22 MARYATI ABDULLAH/2011
17 Pasal 56 ayat 2 disebutkan bahwa Kontraktor mendapatkan kembali biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk melakukan Eksplorasi dan
Eksploitasi sesuai dengan rencana kerja dan anggaran serta otorasiasi pembelanjan finansial yang telah disetujui oleh Badan Pelaksana
setelah menghasilkan produksi komersial.
11. Bagian
Pemerintah
dan
Bagian
Kontraktor
(Government
Take-‐Contractor
Take)
Pembagian
keuntungan
minyak
antara
Pemerintah
dan
Kontraktor
ditetapkan
sesuai
dengan
KKS
yang
ditandatangani
kedua
belah
pihak.
Misalnya,
pada
Blok
Cepu,
berlaku
ketentuan
:
Jika
harga
berada
di
atas
45
USD/barel,
maka
bagian
Pemerintah
adalah
sebesar
73,214%
dan
Kontraktor
sebesar
26,786%.
Untuk
harga
di
bawah
45
USD/barel
pembagiannya
mengiku.
ketentuan
lain
(bagian
pemerintah
lebih
sedikit)
sesuai
dengan
KKS.
Bagian
keuntungan
ini
adalah
pendapatan
sebelum
pajak.
DomesFc
Market
ObligaFon
(DMO)
Yaitu
kewajiban
kontraktor
kepada
pemerintah
untuk
menyerahkan
25%
dari
bagiannya
untuk
kebutuhan
minyak
dalam
negeri.
Dalam
UU
22/2001,
kewajiban
ini
diatur
dalam
pasal
2218.
DMO
akan
dikenakan
apabila
Profit
Oil
(Equity)
lebih
besar
dari
FTP.
Dalam
Perhitungan
:
DMO
=
25%
x
(Bagian
Kontraktor)
x
R
DMO
Fee
Yaitu
imbalan
yang
diberikan
pemerintah
atas
penyerahan
DMO.
Misalnya,
pada
Blok
Cepu
berlaku
ketentuan
selama
60
bulan
(5
tahun)
sejak
produksi
harganya
adalah
100
%
dari
ICP,
setelah
itu
harganya
adalah
10%
dari
ICP.
Pajak
Pemerintah
(Government
tax)
Yaitu
pajak
yang
dibayarkan
Kontraktor
kepada
Pemerintah
yang
terkait
langsung
dengan
pendapatan
pengusahaan
migas.
Tarif
pajak
diatur
dalam
UU
No
17
tahun
2000
tentang
Pajak
Penghasilan.
Berdasarkan
UU
tersebut,
ditentukan
bahwa
tarif
PPh
yang
diberlakukan
adalah
sebesar
44%.
Hal
ini
mengingat
bahwa
kontraktor
(migas)
adalah
merupakan
suatu
"bentuk
usaha
tetap"
(BUT)19,
sehingga
pajak
penghasilan
yang
harus
dibayar
adalah
30%
x
penghasilan
bersih20
+
20%
x
(70%
dari
penghasilan
bersih)21.
Cadangan
Dana
Pasca
Operasi
(Dana
Pasca
Tambang)
Adalah
dana
yang
dipersiapkan
sebagai
dana
cadangan
khusus
untuk
proses
penutupan
dan
pemulihan
pasca
operasi
Kegiatan
Usaha
Hulu
di
Wilayah
Kerja
yang
bersangkutan.
Dana
cadangan
ini
termasuk
dalam
biaya
operasi
yang
akan
dicover
oleh
pemerintah.
Tata
cara
penggunaan
dana
cadangan
khusus
tersebut
ditetapkan
dalam
KKS.
Dana
ini
biasa
disebut
dengan
dana
ASR
(abandonment
and
site
restora-on)
Dana
Bagi
Hasil
(DBH)
SDA
Minyak
dan
Gas
Bumi
Adalah
Dana
Bagi
Hasil
yang
berasal
dari
penerimaan
negara
SDA
pertambangan
Minyak
dan
Gas
Bumi
dari
wilayah
kabupaten/kota
yang
bersangkutan
setelah
dikurangi
komponen
pajak
dan
pungutan
lainnya,
dengan
proporsi
pembagian
tertentu.
INDUSTRI EKSTRAKTIF MIGAS & PENERIMAAN NEGARA
PAGE 11 OF 22 MARYATI ABDULLAH/
2011
18 Ayat (1) menyebutkan bahwa Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap wajib menyerahkan paling banyak 25% bagiannya dari hasil
produksi Minyak Bumi dan/atau Gas Bumi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
19 UU No.17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan, Pasal 2 ayat (5) huruf g.
20 Ibid, Pasal 17 ayat (1) huruf b menyebutkan Penghasilan Kena Pajak bagi wajib pajak badan atau bentuk usaha tetap diatas
Rp100.000.000,00 sebesar 30%.
21 Ibid, Pasal 26 ayat (4) Penghasilan Kena Pajak sesudah dikurangi pajak dari suatu bentuk usaha tetap di Indonesia dikenakan pajak
sebesar 20% (dua puluh persen).
12. Aliran
Penerimaan
dan
Pendapatan
Minyak
dan
Gas
Bumi
Menurut
Undang-‐Undang
Nomor.17
tentang
Keuangan
Negara
pasal
1,
definisi
penerimaan
negara
adalah
uang
yang
masuk
ke
kas
negara
(ayat
9),
sedangkan
penerimaan
daerah
adalah
uang
yang
masuk
ke
kas
daerah
(ayat
11).
Pendapatan
negara
didefinisikan
sebagai
hak
pemerintah
pusat
yang
diakui
sebagai
penambah
nilai
kekayaan
bersih
(ayat
13),
sedangkan
pendapatan
daerah
adalah
hak
pemerintah
daerah
yang
diakui
sebagai
penambah
nilai
kekayaan
bersih
(ayat
15).
Dengan
demikian,
maka
penerimaan
Migas
adalah
uang
yang
masuk
ke
kas
negara/daerah
yang
berasal
dari
kegiatan
usaha
Hulu
Migas,
sedangkan
pendapatan
Migas
adalah
hak
pemerintah
pusat/daerah
yang
diakui
sebagai
penambah
nilai
kekayaan
bersih.
Penerimaan
Migas
kita,
terutama
dari
kontraktor
ke
pemerintah,
didasarkan
pada
ketentuan
Kontrak
Kerjasama
(KKS)
dengan
pola
Kontrak
Produc.on
Sharing
(KPS).
Bagan
penerimaan
Migas
dengan
Pola
Kontrak
Produc.on
Sharing
dapat
dilihat
pada
bagan-‐bagan
berikut
:
PAGE 12 OF 22 MARYATI ABDULLAH/2011
14. Penjelasan
gambar
:
setelah
minyak
dan
gas
berproduksi
dan
dijual
secara
komersial,
maka
pada
saat
ini
penerimaan
negara
mulai
diperhitungkan.
Pada
5
(lima)
tahun
pertama,
minyak
pertama
yang
keluar
dari
blok
migas
disisihkan
sebesar
20%
sebagai
FTP
yang
dibagi
antara
pemerintah
dan
kontraktor
sesuai
dengan
prosentase
bagi
hasil.
Pemerintah
membayar
investment
credit
(jika
ada)
dan
recoverable
cost
kepada
kontraktor.
Setelah
dikurangi
komponen
tersebut,
maka
diperoleh
net
opera.ng
income
(atau
equity
to
be
split)
yang
dibagi
antara
pemerintah
dan
kontraktor.
Bagian
pemerintah
ini
dicatat
sebagai
penerimaan
negara
bukan
pajak
(PNBP).
Bagian
pemerintah
ini
kemudian
diperhitungkan
dengan
unsur-‐unsur
pengurang
yang
dikembalikan
kepada
kontraktor,
yaitu
:
PBB,
PPN,
PDRD,
dan
fee
kegiatan
hulu
migas.
Dari
bagian
kontraktor
tersebut,
kontraktor
berkewajiban
untuk
memenuhi
pasokan
pasar
dalam
negeri
(domes.c
market
obliga.on)
sebesar
25%
dari
bagian
kontraktor
dan
diperhitungkan
dengan
DMO
fee
yang
dibayarkan
pemerintah
kepada
kontraktor.
Kontraktor
juga
berkewajiban
untuk
membayar
pajak
kepada
pemerintah
berupa
Pph
Migas
(yang
terdiri
atas
Pph
badan
maupun
Pph
karyawan).
Sehingga
secara
keseluruhan,
dari
produksi
bersih
minyak
yang
diperoleh,
pemerintah
mendapat
bagian
sebesar
85%
(penerimaan
pajak
dan
nonpajak)
dan
kontraktor
sebesar
15%.
Sedangkan
dari
produksi
bersih
gas
yang
diperoleh,
pemerintah
mendapat
bagian
sebesar
70%
(penerimaan
pajak
dan
nonpajak)
dan
kontraktor
sebesar
30%.
Faktor-‐faktor
yang
mempengaruhi
penerimaan
Migas
dalam
APBN
antara
lain
:
a.Asumsi
makro
berupa
:
lijing
nasional
(dalam
ribu
barel
perhari),
harga
minyak
mentah
Indonesia
‘ICP’
(dalam
US$/barel),
dan
Nilai
tukar
rupiah
terhadap
Dolar
Amerika.
b.Unsur-‐unsur
pengurang
bagian
pemerintah
antara
lain
:
PBB
Migas,
reimbursemen
PPN,
PDRD,
Fee
kegiatan
Usaha
Hulu
Migas,
over/under
lijing.
Sedangkan
cost
recovery
telah
diperhitungkan
sebagai
pengeluaran
negara
dalam
APBN.
c. Penerimaan
Negara
Bukan
Pajak
:
terdiri
atas
penerimaan
dari
FTP
dan
Government
share/government
take
d.Penerimaan
pajak
:
Pph
Migas
(PPh
badan
maupun
Pph
karyawan)
e.Penerimaan
lainnya
:
selisih
harga
DMO
Langkah-‐Langkah
Perhitungan
:
A. Menghitung
Bagian
Pemerintah
dan
Kontraktor
1.Carilah
data-‐data
awal
sebagai
data
yang
diketahui,
yakni
:
Variabel Data Satuan Sumber
Lifting Barel Oil BP Migas/ESDM
ICP USD /Barel BP Migas/ESDM
Investment Credit USD BP Migas
Cost Recovery USD BP Migas
Bagi Hasil
(Pemerintah-Kontraktor)
USD BP Migas/ESDM (Dokumen
Kontrak/PSC)
Nilai Kurs USD, Rp Bank Indonesia
PAGE 14 OF 22 MARYATI ABDULLAH/2011
15. 2.
Hitunglah
FTP
(First
Trance
Petroleum)
FTP
=
20%
(Li0ing)
FTP
Pemerintah
=
%
bagi
hasil
pemerintah
x
FTP
FTP
Kontraktor
=
%
bagi
hasil
kontraktor
x
FTP
Satuan
FTP
bisa
berupa
Barel
Oil
(jika
belum
dijual)
atau
USD
(jika
telah
dijual)
3.
Hitunglah
Pendapatan
Kotor
(Gross
Revenue)
Rumus
:
GR
=
Li0ing
x
ICP
Satuannya
:
Barel
Oil
x
USD/Barel
Oil
=
USD
4.
Hitunglah
Equity
to
Be
Split
Rumus
:
ETBS
=
GR
-‐
FTP
-‐
Investment
Credit
-‐
Cost
Recovery
Satuannya
:
USD-‐USD-‐USD-‐USD
=
USD
5. Hitunglah
EnFtlement
Pemerintah
En.tlement
Pemerintah
=
%
bagi
hasil
pemerintah
x
ETBS
satuannya
:
%
x
USD
=
USD
6. Hitunglah
Contractor
EnFtlement
En.tlement
Kontraktor
=
%
bagi
hasil
kontraktor
x
ETBS
satuannya
:
%
x
USD
=
USD
B.
Menghitung
Penerimaan
Negara
Bukan
Pajak
(PNBP)
1.Carilah
data-‐data
awal
sebagai
data
yang
diketahui,
yakni
:
Variabel Data Satuan Sumber
DMO Fee Rp PNBP, Kemenkeu
Fee Usaha Hulu Migas Rp BP Migas, ESDM, Kemenkeu
Pajak-Pajak (PPN, PBB) Rp BP Migas, Ditjen Pajak-Kemenkeu
Bea Masuk Rp Ditjen Bea Cukai-Kemenkeu
PDRD Rp Pemda
Over/Under Lifting Rp BP Migas, ESDM
2.Hitunglah
PNBP
Migas
Rumus
:
PNBP
=
En.tlement
Pemerintah
-‐
DMO
Fee
-‐
Fee
Hulu
Migas
-‐
Pajak
-‐
Bea
masuk
-‐
PDRD
(+/-‐)
Over/Under
lijing
Satuannya
:
Rp
INDUSTRI EKSTRAKTIF MIGAS & PENERIMAAN NEGARA
PAGE 15 OF 22 MARYATI ABDULLAH/
2011
16. Dana Bagi Hasil (DBH) SDA Migas
Di
Indonesia,
sistem
DBH
Migas
dikenal
sejak
era
otonomi
daerah
sebagai
bentuk
desentraliasi
fiskal
melalui
skema
dana
perimbangan.
Peraturan
Pemerintah
Nomor
55
Tahun
2005
tentang
Dana
Perimbangan
mendefinisikan
Dana
Perimbangan
sebagai
dana
yang
bersumber
dari
pendapatan
APBN
yang
dilokasikan
kepada
daerah
untuk
mendanai
kebutuhan
daerah
dalam
rangka
pelaksanaan
desentralisasi
22 .
Dalam
peraturan
yang
sama,
DBH
Sumber
Daya
Alam
Migas
didefinisikan
sebagai
bagian
daerah
yang
berasal
dari
penerimaan
sumber
daya
alam
pertambangan
minyak
dan
gas
bumi.
DBH
SDA
Migas
berasal
dari
penerimaan
negara
SDA
pertambangan
minyak
dan
gas
bumi
dari
wilayah
kabupaten/kota
maupun
wilayah
provinsi
yang
bersangkutan
setelah
dikurangi
komponen
pajak
dan
pungutan
lainnya.
DBH
SDA
Migas
berasal
dari
wilayah
kabupaten/kota
apabila
sumur
penghasil
Migas
tersebut
terletak
di
wilayah
daratan
atau
wilayah
off-‐
shore
0
–
4
mil
laut
di
kabupaten/kota
yang
bersangkutan.
Sedangkan
wilayah
off-‐shore
4
-‐
12
mil
laut
merupakan
wilayah
provinsi.
Regulasi
yang
mengatur
persoalan
DBH
Migas
antara
lain
:
1.Undang-‐Undang
Nomor
33
Tahun
2004
tentang
Perimbangan
Keuangan
Pusat
dan
Daerah,
2.Peraturan
Pemerintah
Nomor
55
Tahun
2005
tentang
Dana
Perimbangan,
3.Peraturan
Menteri
Keuangan
(PMK)
tentang
perkiraan
DBH
Migas
(se.ap
tahun),
4.Peraturan
Menteri
Keuangan
(PMK)
tentang
realisasi
DBH
Migas
(se.ap
tahun)
5.Keputusan-‐Keputusan
Menteri
Terkait
(Kementrian
ESDM,
Kementerian
Keuangan,
Kementerian
Dalam
Negeri),
6.Peraturan
Teknis
pada
Kementerian,
BPMIGAS
dan
Departemen
Teknis
lainnya
PAGE 16 OF 22 MARYATI ABDULLAH/2011
22 PP No. 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan, Pasal 1 ayat (8)
17. Proporsi
DBH
Minyak
Bumi
Dalam
UU
No.
33
Tahun
2004
pasal
14(e),
dan
PP
No.
55
tahun
2005
pasal
21
dijelaskan
bahwa
DBH
pertambangan
minyak
bumi
sebesar
15,5%
adalah
berasal
dari
penerimaan
negara
SDA
pertambangan
Minyak
Bumi
dari
wilayah
kabupaten/kota
yang
bersangkutan
setelah
dikurangi
komponen
pajak
dan
pungutan
lainnya,
dengan
proporsi
pembagian
sebagai
berikut
:
INDUSTRI EKSTRAKTIF MIGAS & PENERIMAAN NEGARA
PAGE 17 OF 22 MARYATI ABDULLAH/
2011
18. Proporsi
DBH
Gas
Bumi
Dalam
UU
No.
33
tahun
2004
pasal
14(f),
dan
PP
No.
55
tahun
2005,
pasal
23
dijelaskan
bahwa
DBH
pertambangan
Gas
Bumi
sebesar
30,5%
adalah
berasal
dari
penerimaan
negara
SDA
pertambangan
Gas
Bumi
dari
wilayah
kabupaten/kota
yang
bersangkutan
setelah
dikurangi
komponen
pajak
dan
pungutan
lainnya,
dengan
proporsi
pembagian
sebagai
berikut
PAGE 18 OF 22 MARYATI ABDULLAH/2011
19. Penetapan
Alokasi
DBH
Migas
Mekanisme
Penentuan
dan
Perhitungan
DBH
SDA
sebagaimana
diatur
dalam
PP
Nomor.
55
Tahun
2005,
pasal
27
adalah
sebagai
berikut
:
-‐ Menteri
Teknis
(Kementerian
ESDM
&
BPMIGAS)
menetapkan
daerah
penghasil
dan
dasar
perhitungan
DBH
SDA
paling
lambat
60
hari
sebelum
tahun
anggaran
bersangkutan
dilaksanakan
setelah
berkonsultasi
dengan
Kementerian
Dalam
Negeri.
Ketetapan
menteri
teknis
tersebut
disampaikan
kepada
menteri
Keuangan.
-‐ Dalam
hal
SDA
berada
pada
wilayah
yang
berbatasan
atau
berada
pada
lebih
dari
satu
daerah,
Mendagri
menetapkan
daerah
penghasil
SDA
berdasarkan
per.mbangan
menteri
teknis
terkait
paling
lambat
60
hari
setelah
diterimanya
usulan
per.mbangan
dari
menteri
teknis.
Ketetapan
Mendagri
menjadi
dasar
perhitungan
DBH
SDA
oleh
menteri
teknis.
-‐ Penetapan
alokasi
DBH
SDA
Migas
untuk
masing-‐masing
daerah
ditetapkan
paling
lambat
30
hari
setelah
menerima
ketetapan
dari
menteri
teknis
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1),
perkiraan
bagian
pemerintah,
dan
perkiraan
unsur-‐unsur
pengurang
lainnya.
Secara
sederhana,
mekanisme
penetapan
alokasi
DBH
Migas
digambarkan
dalam
bagan
berikut
:
Sumber : Maryati Abdullah, 2010
Penyaluran
DBH
SDA
Migas
Penyaluran
DBH
SDA
Migas
sebagaimana
diatur
dalam
PP
Nomor
55
Tahun
2005
pasal
29
adalah
sebagai
berikut
:
Penyaluran
DBH
Migas
dilaksanakan
berdasarkan
realisasi
penerimaan
SDA
Migas
tahun
anggaran
berjalan,
secara
triwulan,
dengan
cara
melakukan
pemindahbukuan
dari
Rekening
Kas
Umum
Negara
ke
Rekening
Kas
Umum
Daerah.
Penyaluran
DBH
SDA
Migas
ke
daerah
dilakukan
dengan
menggunakan
asumsi
dasar
harga
minyak
bumi
.dak
melebihi
130%
(seratus
.ga
pulug
persen)
dari
penetapan
dalam
APBN
tahun
berjalan.
Dalam
hal
asumsi
dasar
INDUSTRI EKSTRAKTIF MIGAS & PENERIMAAN NEGARA
PAGE 19 OF 22 MARYATI ABDULLAH/
2011
20. minyak
bumi
yang
ditetapkan
dalam
APBN
Perubahan
melebihi
130%,
selisih
penerimaan
negara
dari
Migas
sebagai
dampak
dari
kelebihan
dimaksud
dialokasikan
dengan
menggunakan
formula
DAU.
Waktu
dan
besarnya
penyaluran
DBH
SDA
Migas
sebagaimana
diatur
oleh
Keputusan
Menteri
Keuangan
adalah
:
Periode
Transfer
DBH
Migas
ke
DaerahPeriode
Transfer
DBH
Migas
ke
Daerah
Periode
Waktu Besaran
Nilai
(Rp)
Triwulan
I
(Desember
-‐-‐
Februari) 20%
dari
Perkiraan
DBH
Triwulan
II
(Maret
-‐-‐
Mei)
20%
dari
Perkiraan
DBH
*
Triwulan
III
(Juni
-‐-‐
Agustus) Realisasi
&
Rekonsiliasi
DBH
Triwulan
IV
(September
-‐-‐
November) Realisasi
&
Rekonsiliasi
DBH
*
Mulai
tahun
2011,
20%
di
ubah
menjadi
15%
dari
Perkiraan
DBH
**
DBH
Ditransfer
langsung
ke
Rekening
Kas
Daerah
***
Se.ap
.ga
bulan
sekali,
terdapat
forum
rekonsiliasi,
baik
rekonsiliasi
lijing
maupun
rekonsiliasi
DBH
yang
dihadiri
oleh
Kementerian
ESDM,
BPMIGAS,
Kementerian
Keuangan,
Kementerian
Dalam
Negeri
dan
Pemerintah
Daerah
(Dinas
Pengelolaan
Pendapatan,
Keuangan
dan
Aset
Daerah,
serta
Dinas
Pertambangan
Energi)
*
Mulai
tahun
2011,
20%
di
ubah
menjadi
15%
dari
Perkiraan
DBH
**
DBH
Ditransfer
langsung
ke
Rekening
Kas
Daerah
***
Se.ap
.ga
bulan
sekali,
terdapat
forum
rekonsiliasi,
baik
rekonsiliasi
lijing
maupun
rekonsiliasi
DBH
yang
dihadiri
oleh
Kementerian
ESDM,
BPMIGAS,
Kementerian
Keuangan,
Kementerian
Dalam
Negeri
dan
Pemerintah
Daerah
(Dinas
Pengelolaan
Pendapatan,
Keuangan
dan
Aset
Daerah,
serta
Dinas
Pertambangan
Energi)
Pemantauan
dan
Evaluasi
DBH
SDA
Migas
Sesuai
dengan
PP
No.
55
Tahun
2005,
pasal
32
dan
34
terkait
pemantauan
dan
pengawasan
adalah
:
1. Menteri
Keuangan
melakukan
pemantauan
dan
evaluasi
atas
penggunaan
anggaran
pendidikan
dasar
yang
berasal
dari
DBH
Migas.
2. Apabila
hasil
pemantauan
dan
evaluasi
mengindikasikan
adanya
penyimpangan
penggunaan
anggaran
untuk
alokasi
pendidikan
dasar,
menteri
Keuangan
meminta
aparat
pengawasan
fungsional
untuk
melakukan
pemeriksaan.
3. Hasil
pemeriksaan
tersebut
dapat
dijadikan
sebagai
bahan
per.mbangan
dalam
pengalokasian
DBH
untuk
tahun
anggaran
berikutnya.
Permasalahan
Terkait
DBH
Migas
Secara
umum
..k
kri.s
permasalahan
DBH
terdiri
atas
:
1. Minimnya
akses
publik
terhadap
informasi-‐informasi
dasar
terkait
dengan
pendapatan,
seper.
:
angka
produksi,
besarnya
investment
credit,
cost
recovery,
DMO,
dan
Pajak
Migas,
serta
Dokumen
KKS/PSC.
PAGE 20 OF 22 MARYATI ABDULLAH/2011
21. 2. Lemahnya
kapasitas
pemerintah
daerah
dalam
memahami
mekanisme
perhitungan
alur
pendapatan
dan
bagi
hasil
Migas.
Hal
ini
berakibat
pada
rendahnya
kesadaran
dan
keinginan
pemerintah
daerah
untuk
membuat
prediksi
DBH
Migas
untuk
daerahnya
masing-‐masing.
3. Lemahnya
kapasitas
dan
posisi
tawar
pemerintah
daerah
dalam
forum-‐forum
rekonsiliasi
li0ing
dan
DBH
yang
diselenggarakan
oleh
Kementerian
ESDM-‐BPMIGAS
maupun
oleh
Kementerian
Keuangan.
4. Persoalan
keterlambatan
bayar/transfer
DBH
dari
pusat
ke
daerah.
Hal
ini
menyebabkan
tertundanya
beberapa
program-‐program
pembangunan
di
.ngkat
daerah,
yang
bisa
berakibat
pada
buruknya
pelayanan
publik
dasar
masyarakat
di
daerah.
5. Karakter
industri
ekstrak.f
Migas
yang
vola-l,
sangat
fluktua-f
dan
tergantung
dengan
harga
pasar
merupakan
tantangan
bagi
pemerintah
daerah
untuk
mampu
membuat
perencanaan
pembangunan
dalam
mengelola
pendapatan
DBH
Migas
untuk
kebutuhan
masa
mendatang
dan
berkelanjutan.
Bagi
Hasil
Migas
dari
Penyertaan
Modal
(par=cipa=ng
interest)
Daerah
Bagi
Hasil
Migas
dari
penyertaan
modal
(par2cipa2ng
interest/PI)
Daerah
dalam
kegiatan
usaha
hulu
Migas
berdasarkan
pada
persentasi
penyertaan
modal
yang
dimiliki
oleh
daerah.
Ketentuan
par2cipa2ng
interest
daerah
ini
berlaku
sejak
tahun
2001,
yang
diatur
dalam
UU
Migas
Nomor
22
Tahun
2001.
Lebih
lanjut,
ketentuan
PI
ini
diatur
dalam
PP
Nomor
35
Tahun
2004
tentang
Pelaksanaan
Kegiatan
Usaha
Hulu
Migas,
khususnya
pasal
34
:
“Sejak
disetujuinya
rencana
pengembangan
lapangan
yang
pertama
kali
akan
diproduksi
dari
suatu
Wilayah
Kerja,
kontraktor
wajib
menawarkan
par2cipa2ng
interest
10%
(sepuluh
persen)
kepada
Badan
Usaha
Milik
Daerah”;
pasal
35
:
(1)
Pernyataan
minat
dan
kesanggupan
untuk
mengambil
par2cipa2ng
interest
sebagaimana
dimaksud
dalam
pasal
34
disampaikan
oleh
Badan
Usaha
Milik
Daerah
dalam
jangka
waktu
paling
lama
60
(enam
puluh)
hari
sejak
tanggal
penawaran
dari
Kontraktor.
(2)
Dalam
hal
Badan
Usaha
Milik
Daerah
.dak
memberikan
pernyataan
kesanggupan
dalam
jangka
waktu
sebagaimana
dimaksud
dalam
ayat
(1),
Kontraktor
wajib
menawarkan
kepada
perusahaan
Nasional.
(3)
Dalam
hal
perusahaan
nasional
.dak
memberikan
pernyataan
minat
dan
kesanggupan
dalam
jangka
waktu
paling
lama
60
(enam
puluh)
hari
sejak
tanggal
penawaran
dari
Kontraktor
kepada
perusahaan
nasional,
maka
penawaran
dinyatakan
tertutup.
Yang
dimaksud
Badan
Usaha
Milik
Daerah
(BUMD)
dalam
ketentuan
ini
adalah
BUMD
yang
didirikan
oleh
Pemerintah
Daerah
yang
daerah
administrasinya
melipu.
lapangan
yang
bersangkutan.
BUMD
tersebut
haruslah
memiliki
kemampuan
finansial
yang
cukup
untuk
berpar.sipsi.
Par2cipa2ng
Interest
dilakukan
antara
Kontraktor
dengan
BUMD
secara
kelaziman
bisnis.
Apabila
dalam
wilayah
tersebut
terdapat
lebih
dari
1
(satu)
BUMD,
maka
pengaturan
pembagian
Par2cipa2ng
Interest
diserahkan
kepada
kebijakan
Gubernur.
Dalam
hal
BUMD
.dak
memberikan
pernyataan
kesanggupan
dalam
jangka
waktu
yang
telah
ditentukan,
maka
kontraktor
wajib
menawarkan
kepada
perusahaan
nasional,
yakni
BUMN,
koperasi,
usaha
kecil
dan
perusahaan
swasta
nasional
yang
keseluruhan
sahamnya
dimiliki
oleh
warga
negara
Indonesia.
INDUSTRI EKSTRAKTIF MIGAS & PENERIMAAN NEGARA
PAGE 21 OF 22 MARYATI ABDULLAH/
2011
22. Sebagai
contoh,
di
Blok
Cepu,
yang
Wilayah
Kerjanya
melipu.
Kabupaten
Blora
dan
Kabupaten
Bojonegoro,
dan
berada
di
dua
provinsi
yakni
Provinsi
Jawa
Timur
dan
Provinsi
Jawa
Tengah.
Berdasarkan
kandungan
Migasnya,
sebaran
pseudo
reserve
dari
masing-‐masing
kabupaten
adalah
:
Kabupaten
Blora
sebesar
32,73028094%
dan
Kabupaten
Bojonegoro
sebesar
67,26971906%.
Dengan
sebaran
tersebut,
dari
masing-‐masing
wilayah
dianalogikan
ke
dalam
Perhitungan
Perimbangan
Keuangan
Pusat
dan
Daerah,
yakni
:
Kabupaten
Bojonegoro : 0,67
x
67,27% = 44,846%
Provinsi
Jawa
Timur : 0,33
x
67,27% = 22,423%
Kabupaten
Blora : 0,67
x
32,73% = 21,82%
Provinsi
Jawa
Tengah : 0,33
x
32,73% = 10,91%
Sehingga
komposisi
penyertaan
modal
se.ap
daerah
dari
10%
PI
yang
ditawarkan
adalah
:
Kabupaten
Bojonegoro : 44,846
x
10% = 4,4846%
Provinsi
Jawa
Timur : 22,423
x
10% = 2,2423%
Kabupaten
Blora : 21,82
x
10% = 2,1820%
Provinsi
Jawa
Tengah : 10,91
x
10% = 1,0910%
Akan
tetapi,
untuk
Par2cipa2ng
Interest
(PI),
Bojonegoro
ditengarai
berada
dalam
posisi
yang
dirugikan,
karena
ditengarai
adanya
prak.k
yang
tertutup
dalam
proses
penunjukkan
mitra
pengelola
PI
Bojonegoro,
yakni
PT.
Surya
Energi
Raya
(SER).
Pembagian
keuntungannyapun
dinilai
kurang
menguntungkan,
yaitu
25
%
untuk
Pemkab
Bojonegoro
(yang
diwakili
oleh
BUMD
PT.
Asri
Darma
Sejahtera)
dan
75
%
untuk
PT.
SER.
Tentu
saja,
pembagian
persentase
keuntungan
tersebut
sangat
merugikan
masyarakat
Bojonegoro.
Pembagian
keuntungan
ini
diusulkan
oleh
beberapa
pihak
untuk
dinegosiasi
ulang
agar
porsi
Pemda
Bojonegoro
dalam
pendapatan
PI
lebih
besar,
yang
akan
sangat
bermanfaat
bagi
pembangunan
masyarakat
Bojonegoro.
Perhitungan
bagi
hasil
dari
par2cipa2ng
interest
dilakukan
se.ap
tahun
berdasarkan
keuntungan
(dividen)
yang
diperoleh
perusahaan.
Jumlah
pembagian
keuntungan
dari
masing-‐masing
kabupaten
didasarkan
pada
besarnya
persentase
penyertaan
modal
masing-‐masing
daerah.
Marya2
Abdullah
dapat
dihubungi
di
marymarya2@yahoo.com
Dajar
Referensi
:
1. Bahan
presentasi
Menteri
Keuangan
(Sri
Mulyani)
pada
seminar
nasional
migas
ICW,
Maret
2010
2. Bahan
presentasi
Kasubdit
DBH
SDA,
DPKD,
kementerian
Keuangan
pada
scooping
study
EITI
3. Marya.
Abdullah
&
Ambarsai
D.C,
Modul
Pela.han
“Aliran
pendapatan
untuk
transparansi
migas”,
PATTIRO-‐RWI,
2010.
4. www.bpmigas.com
5. www.esdm.go.id
PAGE 22 OF 22 MARYATI ABDULLAH/2011