Dokumen tersebut membahas perkembangan pelayanan kefarmasian di Indonesia sejak tahun 1870 hingga 1990. Pelayanan kefarmasian telah mengalami beberapa perubahan sejak tahun 1960-an, meliputi perkembangan dari dispensing dan compounding menuju pelayanan farmasi klinik dan pharmaceutical care yang berorientasi pada pasien. Perubahan ini terjadi dalam empat periode yaitu periode tradisional, transisional, farmasi klinik, dan pharmaceutical care.
Tugas ini membahas pelaksanaan pelayanan kefarmasian dan masalah yang dihadapi, termasuk regulasi dan kehadiran apoteker, serta implementasi pelayanan farmasi klinis oleh tenaga non-apoteker. Konseling obat merupakan aspek penting dalam pelayanan kefarmasian, namun seringkali dilakukan oleh tenaga teknis bukan apoteker.
Kuliah ini membahas peranan farmasis dalam memberikan pelayanan informasi obat dan konseling pasien, khususnya untuk penyakit kronis. Farmasis perlu memiliki keahlian komunikasi yang baik, kemampuan memecahkan masalah, dan evaluasi literatur medis untuk membantu pasien mengelola penyakitnya dengan benar. Tujuan akhirnya adalah meningkatkan kepatuhan pasien terhadap terapi obat.
PENGGUNAAN OBAT TIDAK RASIONAL:
1. Ada atau kecil kemungkinan untuk memberi manfaat
2. Kemungkinan efek samping lebih besar dari manfaat
3. Biaya tidak seimbang dari manfaat
Materi Penggunaan Obat Rasional.
Pengobatan dapat disebut rasional apabila pasien menerima terapi yang tepat sesuai dengan kebutuhan kliniknya, sesuai dengan dosis yang dibutuhkannya, pada periode waktu yang adekuat, dan dengan harga yang terjangkau untuk pasien dan masyarakat (WHO,1985).
Dokumen tersebut membahas perkembangan pelayanan kefarmasian di Indonesia sejak tahun 1870 hingga 1990. Pelayanan kefarmasian telah mengalami beberapa perubahan sejak tahun 1960-an, meliputi perkembangan dari dispensing dan compounding menuju pelayanan farmasi klinik dan pharmaceutical care yang berorientasi pada pasien. Perubahan ini terjadi dalam empat periode yaitu periode tradisional, transisional, farmasi klinik, dan pharmaceutical care.
Tugas ini membahas pelaksanaan pelayanan kefarmasian dan masalah yang dihadapi, termasuk regulasi dan kehadiran apoteker, serta implementasi pelayanan farmasi klinis oleh tenaga non-apoteker. Konseling obat merupakan aspek penting dalam pelayanan kefarmasian, namun seringkali dilakukan oleh tenaga teknis bukan apoteker.
Kuliah ini membahas peranan farmasis dalam memberikan pelayanan informasi obat dan konseling pasien, khususnya untuk penyakit kronis. Farmasis perlu memiliki keahlian komunikasi yang baik, kemampuan memecahkan masalah, dan evaluasi literatur medis untuk membantu pasien mengelola penyakitnya dengan benar. Tujuan akhirnya adalah meningkatkan kepatuhan pasien terhadap terapi obat.
PENGGUNAAN OBAT TIDAK RASIONAL:
1. Ada atau kecil kemungkinan untuk memberi manfaat
2. Kemungkinan efek samping lebih besar dari manfaat
3. Biaya tidak seimbang dari manfaat
Materi Penggunaan Obat Rasional.
Pengobatan dapat disebut rasional apabila pasien menerima terapi yang tepat sesuai dengan kebutuhan kliniknya, sesuai dengan dosis yang dibutuhkannya, pada periode waktu yang adekuat, dan dengan harga yang terjangkau untuk pasien dan masyarakat (WHO,1985).
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang pemantauan terapi obat yang meliputi identifikasi masalah penggunaan obat pasien, evaluasi efektivitas dan keamanan terapi obat, serta rekomendasi perubahan terapi jika diperlukan untuk mencapai hasil terapi yang optimal.
Dokumen tersebut membahas tentang pelayanan informasi obat (PIO) dan konseling yang dilakukan oleh apoteker, termasuk tujuan, sasaran, jenis informasi yang diberikan kepada berbagai pihak, dan dasar hukum yang mengatur PIO dan konseling di Indonesia.
Dokumen tersebut membahas mengenai peran penting farmasis dalam memberikan konsultasi obat kepada masyarakat untuk meningkatkan kepatuhan penggunaan obat dan mengurangi risiko efek samping obat. Konsultasi farmasi meliputi memberikan edukasi tentang penyakit, pengobatan, dan cara penggunaan obat yang benar kepada pasien. Teknik komunikasi seperti bertanya, mendengarkan, dan memberikan contoh digunakan untuk memastikan pas
Fungsi dan tugas apoteker sesuai dengan kompetensi apoteker diRahmad Sutrisna
Dokumen tersebut menjelaskan kompetensi apoteker menurut WHO dan APTFI. WHO mendefinisikan delapan kompetensi apoteker yaitu sebagai penyedia layanan kesehatan, pengambil keputusan, komunikator, pemimpin, manajer, pembelajar seumur hidup, guru, dan peneliti. Sedangkan APTFI menetapkan tujuh kompetensi apoteker yaitu pengelolaan obat, pelayanan obat, konsultasi/informasi
Manajemen Pengadaan Obat di Rumah Sakit
Sistem pengadaan obat, Metode pengadaan obat, pendistribusian obat, komponen pengadaan obat, kriteria suplier siklus pengadaan obat
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang farmakoterapi yang mencakup pengantar, materi-materi seperti nyeri, sistem syaraf, gangguan jiwa, dan infeksi. Juga dibahas proses, tujuan, dan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil terapi seperti diagnosis, pemilihan obat, dan kepatuhan pasien.
Dokumen tersebut membahas tentang aplikasi farmakokinetika klinis dalam merancang aturan dosis obat secara individual untuk mencapai respon terapeutik optimal dan meminimalkan efek samping, dengan mempertimbangkan variasi antar individu dalam farmakokinetika dan farmakodinamika."
Dokumen tersebut membahas indikator pelayanan kefarmasian untuk tahun 2020-2024 yang mencakup pengkajian dan pelayanan resep, pelayanan informasi obat, konseling, dan persentase fasyankes yang melaksanakan standar pelayanan kefarmasian. Definisi operasional dan cara perhitungan masing-masing indikator dijelaskan. Juga diuraikan alur pelaporan indikator pelayanan kefarmasian di puskesmas dan rumah sakit.
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang pemantauan terapi obat yang meliputi identifikasi masalah penggunaan obat pasien, evaluasi efektivitas dan keamanan terapi obat, serta rekomendasi perubahan terapi jika diperlukan untuk mencapai hasil terapi yang optimal.
Dokumen tersebut membahas tentang pelayanan informasi obat (PIO) dan konseling yang dilakukan oleh apoteker, termasuk tujuan, sasaran, jenis informasi yang diberikan kepada berbagai pihak, dan dasar hukum yang mengatur PIO dan konseling di Indonesia.
Dokumen tersebut membahas mengenai peran penting farmasis dalam memberikan konsultasi obat kepada masyarakat untuk meningkatkan kepatuhan penggunaan obat dan mengurangi risiko efek samping obat. Konsultasi farmasi meliputi memberikan edukasi tentang penyakit, pengobatan, dan cara penggunaan obat yang benar kepada pasien. Teknik komunikasi seperti bertanya, mendengarkan, dan memberikan contoh digunakan untuk memastikan pas
Fungsi dan tugas apoteker sesuai dengan kompetensi apoteker diRahmad Sutrisna
Dokumen tersebut menjelaskan kompetensi apoteker menurut WHO dan APTFI. WHO mendefinisikan delapan kompetensi apoteker yaitu sebagai penyedia layanan kesehatan, pengambil keputusan, komunikator, pemimpin, manajer, pembelajar seumur hidup, guru, dan peneliti. Sedangkan APTFI menetapkan tujuh kompetensi apoteker yaitu pengelolaan obat, pelayanan obat, konsultasi/informasi
Manajemen Pengadaan Obat di Rumah Sakit
Sistem pengadaan obat, Metode pengadaan obat, pendistribusian obat, komponen pengadaan obat, kriteria suplier siklus pengadaan obat
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang farmakoterapi yang mencakup pengantar, materi-materi seperti nyeri, sistem syaraf, gangguan jiwa, dan infeksi. Juga dibahas proses, tujuan, dan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil terapi seperti diagnosis, pemilihan obat, dan kepatuhan pasien.
Dokumen tersebut membahas tentang aplikasi farmakokinetika klinis dalam merancang aturan dosis obat secara individual untuk mencapai respon terapeutik optimal dan meminimalkan efek samping, dengan mempertimbangkan variasi antar individu dalam farmakokinetika dan farmakodinamika."
Dokumen tersebut membahas indikator pelayanan kefarmasian untuk tahun 2020-2024 yang mencakup pengkajian dan pelayanan resep, pelayanan informasi obat, konseling, dan persentase fasyankes yang melaksanakan standar pelayanan kefarmasian. Definisi operasional dan cara perhitungan masing-masing indikator dijelaskan. Juga diuraikan alur pelaporan indikator pelayanan kefarmasian di puskesmas dan rumah sakit.
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
Dokumen tersebut berisi pedoman pelayanan kefarmasian di Puskesmas Bukit Wolio Indah. Pedoman ini membahas tentang latar belakang, tujuan, sasaran, ruang lingkup, batasan operasional, dan landasan hukum pelayanan kefarmasian di puskesmas. Dokumen ini juga membahas tentang standar ketenagaan yang mencakup kualifikasi sumber daya manusia, pendidikan dan pelatihan, serta distribusi ketenagaan di Puskesmas Bukit Wolio Indah.
Program Pendidikan Profesi Apoteker merupakan program pendidikan lanjut bagi sarjana farmasi yang bertujuan mempersiapkan mahasiswa mendapatkan keahlian khusus sebagai apoteker dan bekerja di berbagai bidang seperti pelayanan, industri, distribusi, pendidikan, penelitian.
Dokumen tersebut membahas tentang:
1. Definisi praktik kefarmasian menurut UU Kesehatan dan pelayanan farmasi klinik di apotek
2. Pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai di puskesmas mencakup perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan, dan pemantauan
3. Pentingnya meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian dan melindungi pasien dari pengg
01 - Peran Apoteker dalam Praktek Kefarmasian.pdfLindaIndriani6
Kuliah ini membahas tentang compounding dan dispensing dalam praktek kefarmasian, meliputi latar belakang, landasan hukum, definisi, tujuan, dan peran apoteker. Mahasiswa diharapkan memahami peran apoteker dalam menjalankan praktik profesi kefarmasian.
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka - abdiera.com, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka.
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka.
Materi ini membahas tentang defenisi dan Usia Anak di Indonesia serta hubungannya dengan risiko terpapar kekerasan. Dalam modul ini, akan diuraikan berbagai bentuk kekerasan yang dapat dialami anak-anak, seperti kekerasan fisik, emosional, seksual, dan penelantaran.
(II) - Pengertian dan lingkup ilmu kefarmasian.ppt
1. ILMU KEFARMASIAN
• TUJUAN PROGRAM STUDI FARMASI
Mendidik mahasiswa melalui
serangkaian pengalaman belajar kefarmasian
sehingga mempunyai:
• Pengetahuan
• Ketrampilan
• Sikap perilaku ilmiah dan islami dalam bidang
keprofesiannya.
2. SEVEN STAR PHARMACIST (WHO) : 1.Care-giver, -
2.Decision-maker – 3.Communicator – 4.Leader –
5.Manager – 6.Life-long learner – 7.Teacher
KOMPETENSI LULUSAN :
a. mampu memberikan pelayanan kefarmasian
b. mampu mengambil keputusan dalam bidang
kefarmasian
c. mampu berkomunikasi secara profesional dan islami
d. mampu menjadi pemimpin di bidang kefarmasian
e. mampu mengelola sumber daya dan informasi
kefarmasian secara profesional
f. mampu menjadi pembelajar dalam bidang kefarmasian
dan ilmu yang terkait
g. mampu mendidik dan melatih di bidang kefarmasian
3. STANDAR KOMPETENSI APOTEKER INDONESIA
1. Mampu melakukan praktek kefarmasian secara profesional dan etik
2. Mampu menyelesaikan masalah terkait penggunaan sediaan
farmasi
3. Mampu melakukan dispensing sediaan farmasi dan alat kesehatan
4. Mampu memformulasi dan memproduksi sediaan farmasi dan alat
kesehatan sesuai standar yang berlaku
5. Mempunyai keterampilan dalam pemberian informasi sediaan
farmasi dan alat kesehatan
6. Mampu berkontribusi dalam upaya preventif dan promotive
kesehatan masyarakat
7. Mampu mengelola sedian farmasi dan alat kesehatan sesuai
standar yang berlaku
8. Mempunyai keteampilan organisasi dan mampu membangun
hubungan interpersonal dalam melakukan praktek kefarmasian
9. Mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang berhubungan dengan kefarmasian
4. I AM A PHARMACIST
I AM A SPESCIALIST IN MEDICATIONS :
- I supply medicines and pharmaceuticals to those who need them
- I prepare and compound special dosage form
- I control the storage and preservation of all medications in my care.
. I AM A CUSTODIAN OF MEDICAL INFORMATION :
- My library is a ready source of drug knowledge
- My files contain thousands of specific drug names and tens of
thousand of facts about them
- My records include the medication and health history of entire
families
- My journals and meetings report advances in pharmacy from around the
world
5. I AM A COMPANION OF THE PHYSICIAN
- I am a partner in the case of every patient who takes any kind of
medication
- I am a consultant on the merits of different therapeutic agents
- I am the connecting link between physician and patient and the
final check on the safety of medicines.
6. I AM A CUONSELOR TO THE PATIENT :
- I help the patient understand the proper use of prescription
medication
- I assist in the patient’s choice of nonprescription drugs or in the
decision to consult a physician
- I advise the patient on matters of prescription storage and potency.
. I AM A GUARDIAN OF THE PUBLIC HEALTH :
- My pharmacy is a center for health care information
- I encourage and promote sound personal health practices
- My services are available to all at all times.
THIS IS MY CALLING . THIS IS MY PRIDE
7. KURIKULUM :
- TINGKAT SARJANA
- TINGKAT PROFESI
PENDIDIKAN PROFESI :
ASPEK AKADEMIK
ASPEK KEPROFESIAN
8. GENERAL END TERMS
Sufficient knowledge and skills to work in the health science
professions at an academic level or to continue into an other
scientific education
Correctly apply the available knowledge and skills into science
professions and to stay abreast of relevant novel
developments
Adequate skills to communicate verbally or in writing with
others, including lay persons
Ability (individually or in multidisiplinary groups) to identify,
formulated and solve problems
Ability to criticallyfollow the social functioning as a health
science professional and to adapt where necessary
9. PHARMACEUTICAL END TERMS
Understand the effects and working mechanisms of medicines
and diagnostics, as well as the biomedical aspects involved,
the effects of drug delivery formulations and the possibilities
for drug targeting
Insight and skills in methodologies for drug design and drug
development
Insight in the toxicological aspects of drugs and food
products, cosmetics, household chemicals, etc
10. Ability to carry out experimental research and to interpret
results in a multidisiplinary context. The ability to critically
evaluate scientific literature
Insight and skills in methodologies to carry out quality control
and quality assurance, including applications in the
pharmaceutical industry and in biotechnology
Insight and skills in methodologies to investigate drug
utilisation and to assess the impact of pharmacotherapy
11. PHARMACEUTICAL END TERMS IN
PROFESSIONAL ASPECTS
Sufficient knowledge on the basic and practical aspects of
pharmacy as a profession, including labour aspects and
environmental implications
Sufficient knowledge and skills (partly obtained through in-
service training) to work as pharmacist
Ability to build a professional relationship with patients as well
as physicians, supported by social skills and insight in social
and ethical aspects
------------------
12. Insight and skills in pharmacotherapy to provide adequate
treatment and counselling of the individual patient
(pharmaceutical care) as well as counselling to the prescribers
Knowledge of the managerial, judicial and ethical aspects in
the pharmacy profession.
13. ASPEK AKADEMIK :
Landasan pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) yang kokoh
Ilmu alam dasar – ilmu biomedik – ilmu perilaku – ilmu sosial ;
Analisis kritis – berfikir kritis – penalaran ilmiah –
pengambilan keputusan ilmiah.
. ASPEK KEPROFESIAN :
Landasan keprofesian yang kokoh, yang diperoleh melalui
sosialisasi profesional sikap dan tingkah laku profesional –
ketrampilan profesional – ketrampilan interpersonal –
ketrampilan teknikal – ketrampilan intelektual.
14. Pharmaceutical care
Ilmu Sosial/Psikologi Ilmu Komunikasi/
Management
Health Science
Mikrobiologi dll Pharmaceutical
Sciences
Life Science
Fisika – Kimia – Biologi
15. PERKEMBANGAN ILMU KEFARMASIAN DAN
PENERAPANNYA
Health care / Pharmaceutical care
patient oriented
KEDOKTERAN FARMASI
Biologi Kimia Kimia Biologi
(*****) (***) (*****) (***)
Fisika (*) Fisika (*)
Health Sciebce
Life Science
FISIKA – KIMIA – BIOLOGI drug oriented
16. RUMPUN ILMU
BIOLOGI FARMASI :
- Biologi Dasar
- Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan
- Morfologi dan Sistematika Tumbuhan
- Farmakognosi
- Obat Tradisional / Komplementer / Alternatif
- Fitokimia
- Fitofarmaka
17. ILMU KEDOKTERAN DASAR :
- Anatomi dan Fisiologi Manusia
- Biokimia
- Parasitologi
- Imunologi
- Mikrobiologi
- Farmakologi I – II
- Patologi Klinik
- Patofisiologi dan Terminologi Klinik
- Patofisiologi
- Farmakoterapi I - II
18. ILMU FARMASI KOMUNITAS :
- Preskripsi I – II – III
- Manajemen Kesehatan
- Manajemen Farmasi
- Sistem Informasi Obat
- Farmakoepidemiologi
- Farmasi Klinik
- Perilaku Pelayanan Farmasi
19. • ILMU FARMASETIKA :
- Farmasetika Dasar
- Fisika Farmasi
- Formulasi dan Teknologi Sediaan Solida
- Formulasi dan Teknologi Sediaan Liquida
- Formulasi dan Teknologi Sediaan Semisolida
- Formulasi dan teknologi Sediaan Steril
- Biofarmasetika
- Farmakokinetika
20. ILMU KIMIA FARMASI :
- Kimia Dasar
- Kimia Organik I – II
- Kimia Analisis
- Kimia Farmasi Analisis
- Kimia Medisinal
21. • LAIN – LAIN :
- Al Islam dan Kemuhammadiyahan
- English for Specific Purposes
- Teknologi Informasi
- Fisika Dasar
- Matematika
- Kewarganegaraan
- Metodologi Penelitian dan Statistika
- Seminar
- Skripsi
- KKN
22. PHARMACEUTICAL CARE : ( WHO – 1997 )
is the responsible provision of drug therapy for the purpose of
achcieving definite outcomes that improve a patients quality of life
• These outcomes are :
– Cure of a disease
– Elemination or reduction of patients symptomatology
– Aresting or slowing of disease process
– Preventing a disease or symptomatology
23. • THE PROCESS OF PHARMACEUTICAL CARE :
- a pharmacist cooperates with a patient or other professionals
in : designing – implementing – monitoring a therapeutic plan that will
produce specific therapeutic outcomes for the patient.
This in turn involves three mayor functions :
- identifying potential and actual drug related problems
- resolving actual drug related problems
- preventing drug related problems
24. FILOSOFIS PHARMACEUTICAL CARE atau
ASUHAN KEFARMASIAN (International Pharmaceutical Fed.) :
• Tanggungjawab profesi dalam hal :
- farmakoterapi dengan tujuan untuk mencapai keluaran (out
comes) yang dapat meningkatkan
atau menjaga kualitas hidup pasien.
. Asuhan kefarmasian merupakan proses kolaboratif yang bertujuan :
- mengidentifikasi
- mencegah
- menyelesaikan masalah obat dan
- masalah yang berhubungan dengan kesehatan
25. • TUGAS – PEKERJAAN FARMASIS : (asuhan kefarmasian)
- bukannya sekedar membuat obat,
melainkan juga menjamin serta meyakinkan bahwa produk
kefarmasian dibuat/diselenggarakannya adalah bagian yang tidak
terpisahkan dari proses penyembuhan penyakit yang diderita
pasien
- pasien menikmati layanan profesional dari seorang farmasis dalam
bentuk penjelasan tentang obat sehingga pasien memahami
program obatnya secara paripurna.
26. • PHARMACEUTICAL CARE is a necessary element of health care
and should be integrated with other elements.
Pharmaceutical care is however provided for the direct benefit for the
patient, and the Pharmacist is responsible directly to the patient for
the quality of the care.
The fundamental relationship in pharmaceutical care is mutually
beneficial exchange in which the patient grants authority to the
provider, and the provider gives competence and commitment
(accept responsibility) to the patient.
27. LINGKUP PEKERJAAN FARMASIS / APOTEKER :
- meliputi semua aspek tentang obat : penyediaan bahan baku
- pembuatan sediaan – pelayanan kepada pasien/pemakai
KEWENANGAN : otoritas dalam berbagai aspek obat atau proses
kefarmasian yang tidak dimiliki oleh tenaga kesehatan lainnya.
PRODUK KERJA dilaksanakan melalui prosedur-prosedur kefarmasian
dan harus memenuhi syarat-syarat :
- ilmu pengetahuan kefarmasian
- etik profesi kefarmasian
- sasaran jenis pekerjaan yang dilakukan
- hasil kerja akhir yang seragam, tanpa mengurang pertimbangan
keprofesian secara pribadi ( professional judgement )
28. CIRI OBAT YANG DIPRODUKSI dengan filosofi asuhan
kefarmasian adalah :
• Obat yang diproduksi merupakan obat yang :
- berkualitas
- efikasi
- aman
- cukup memadai
- nyaman
- harga yang wajar
29. STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN
(standar kompetensi farmasis) : untuk mengukur kualitas
pelayanan kefarmasian yang diberikan kepada konsumen (masyarakat)
• KOMPETENSI FARMASIS (pada Asuhan Kefarmasian) :
1- pelayanan obat kepada pasien atas permintaan
dokter, dokter gigi atau dokter hewan baik verbal / non verbal
2- memberikan pelayanan kepada pasien atas permintaan
pasien itu sendiri dalam rangkan ingin melakukan
pengobatan mandiri
3- memberikan pelayanan informasi obat
4- memberikan pelayanan konsultasi obat
5- memberikan formulasi obat untuk mendukung proses terapi
6- melakukan monitoring efek samping obat
7- melaksanakan pelayanan klinik berbasis farmakokinetika
8- penatalaksanaan obat sitostatika dan obat yang setara
9- melakukan pelayanan evaluasi penggunaan obat.
30. BERFIKIR ILMIAH BAGI SEORANG FARMASIS /
APOTEKER
• FARMASIS (Apoteker) : adalah seorang profesional yang
melakukan profesi kefarmasian
Farmasis : adalah salah satu dari profesional dibidang kesehatan
- Dokter dan Dokter Gigi
- Farmasis / Apoteker
- Nurse (Perawat profesional)
- Sarjana Kesehatan Publik / Masyarakat
- Nutrisionis (Ahli Gizi)
31. HASIL PENDIDIKAN PROFESI
Pendidikan Tinggi Bidang Kesehatan / Farmasi :
• Menghasilkan lulusan yang memberi pelayanan / asuhan kepada
masyarakat dalam bidang profesi sebagai bagian dari upaya
membangun bangsa.
. Menghasilkan berbagai jenis dan sifat luaran (out comes)
kegiatan riset ilmiah dan pengabdian kepada masyarakat
. Jujur – santun – beradab dan berbudaya serta cerdas dan memiliki
kompetensi sesuai yang dituntut profesi
. Menunjukkan sikap dan tingkah laku profesional – menguasai
pengetahuan ilmiah serta ketrampilan profesional
32. • PROFESIONALISME : adalah sikap seorang profesional (profi),
melakukan sesuatu pekerjaan pokok sebagai profesi bukan hobi
• PROFESIONAL : kata-kata yang diliputi image, berbau sukses –
kompeten – efisien ,
mempunyai kemampuan untuk bekerja keras tetapi sekaligus
menikmatinya.
Seorang profesional selalu sibuk, tetapi dengan tenang dan mantap
ia menguasai situasi – kepala dingin.
Hasil kerjanya : memenuhi standar international pekerjaan tersebut
33. • PROFESIONALISME : mengsugestikan bahwa orangnya bersifat
pragmatis, tidak dipengaruhi dalam
profesinya oleh sentimen religius dan idiologis, hubungan keluarga
dan masalah probadi.
Profesional berarti bahwa tidak ada “masalah” yang tidak dapat di
pecahkan.
Seorang profesional adalah seorang yang percaya diri atau
“ self confident “
Seorang Ahli bukanlah / belum pasti seorang profi.
Profesionalis mengatakan sesuatu tentang kualitas dalam cara kerja
seseorang melampaui sekedar ketrampilan.
34. • PROFESIONALISME dan INTEGRITAS KEPRIBADIAN
INTEGRITAS : suatu sifat dasar yang dimiliki seseorang yang utuh.
Artinya kepribadiannya tidak terkotak-kotak.
Orang yang integer : jujur – satu lahir batin – satu dalam sikap hati dan
tindakan – dapat dipercaya – batinnya kuat.
Integritas Intelektual : keterlibatan kepada kebenaran
Integritas Moral : bersih – jujur – tidak munafik – mencintai mutu
Integritas Religius : rendah hati – memberi kebebasan pada orang
lain – hormat yang sebesar-besarnya kepada Allah
Integritas ke”art”isan : terampil – kreatif – mencintai keindahan (art)
35. • ART : ars (bhs. Latin : skill )
– Dalam pengertian luas : mencerminkan kreativitas dan estetika.
Seni : mengekspresikan perasaan seseorang tentang kehidupan
Filsafat – ilmu pengetahuan – seni dan agama merupakan pilar
(empat masukan utama) dalam akal – budi manusia.
Seni (art) sangat berperan dalam pelaksanaan profesi seorang
farmasis.
“ the art of compounding “
“ ars preparandi “
36. HUBUNGAN :
SAIN – TEKNOLOGI – KESENIAN dan FILSAFAT / AGAMA
• Kesenian
Filsafat
Agama
Sain Teknologi
37. ILMU PENGETAHUAN
vs
KEBENARAN
• COPERNICUS : penemu teori Matahari-sentris
berlawanan dengan kalangan gereja yang masih bumi-sentris
. GALILEO (1609) : penemu teleskop mendukung Copernicus,
Saturnus dilingkari gelang-gelang, ada 4 planet yang
mengelilingi bumi.
Tahun 1616 : Galileo dipaksa tidak boleh menyebarkan teori
Copernicus.
Tahun 1623 : ada pergantian pimpinan gereja pengakuan
terselubung akan kebenaran teori Galileo, tetapi secara formal
belum/tidak mengakui teori matahari-sentris.
Terkadang suatu kebenaran atas suatu ilmu pengetahuan sering di
tutup-tutupi utk kepentingan golongan tertentu
38. MENUTUP-NUTUPI KEBENARAN menghambat kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi dan juga dibidang “ ke Tuhanan “
• Tuhan menurunkan suatu ayat untuk memperingati orang-orang
yang tidak mau berfikir obyektif tersebut.
• melalui mekanisme yang jelas dan terarah ini, prinsip keilmuan
yang ada dalam pikiran manusia akan selalu terasah dan memiliki
pencapaian yang tinggi.
• Ilmu bergerak dari pembenaran dan sanggahan, berdasarkan logika
dan bukti-bukti nyata. Kalau ini yang terjadi, maka kita mampu
menjadi sosok manusia yang tidak saja pekerja keras dan
berprestasi namun juga mampu mencari “karunia Allah” yang
bertebaran dimuka bumi ini dan juga mampu menilai sesuatu,
mengambil keputusan secara obyektif berdasarkan prinsip fitrah
abadi bukan karena pengaruh dan tuntutan lingkungan semata.