2. Total Sleep Time (TST)
● Total Sleep Time (TST) adalah jumlah total waktu yang
dihabiskan seseorang untuk tidur selama periode waktu tertentu,
biasanya diukur dalam jam.
● Menurut American Academy of Sleep Medicine (AASM), TST
didefinisikan sebagai jumlah waktu total yang dihabiskan dalam
tidur yang sehat selama periode pengamatan, termasuk kedua
tidur rapid eye movement (REM) dan non-REM.
American Academy of Sleep Medicine. (2014). International Classification of Sleep Disorders:
Diagnostic and Coding Manual (3rd ed.). Dari https://aasm.org/
3. Sleep Efficiency
● Mengacu pada persentase waktu seseorang tidur, dibandingkan dengan
jumlah waktu yang dihabiskan seseorang di tempat tidur. Persentasenya
dihitung dengan membagi Total Waktu Tidur dengan Total Waktu di tempat
tidur. Efisiensi tidur normal dianggap 80% atau lebih.
American Academy of Sleep Medicine. (2014). International Classification of Sleep Disorders:
Diagnostic and Coding Manual (3rd ed.). Dari https://aasm.org/
4. Sleep Onset
● Waktu yang dibutuhkan seseorang untuk tertidur setelah
mencoba tidur. Sleep Onset diukur sebagai waktu antara saat
seseorang berbaring di tempat tidur dan saat tidur pertama
terjadi. Hal ini sering dinyatakan dalam satuan waktu seperti
menit.
American Academy of Sleep Medicine. (2014). International Classification of Sleep Disorders:
Diagnostic and Coding Manual (3rd ed.). Dari https://aasm.org/
5. Sleep Latency
● Waktu yang dibutuhkan seseorang untuk mulai tertidur setelah
mencoba tidur. Sleep Latency diukur sebagai periode waktu dari saat
seseorang berbaring di tempat tidur hingga saat tidur pertama terjadi.
Ini dapat dihitung dalam satuan waktu seperti menit.
● Sleep Latency memberikan indikasi tentang seberapa cepat
seseorang dapat masuk ke dalam fase tidur setelah berusaha tidur,
dan ini penting dalam penilaian gangguan tidur seperti insomnia.
● Latensi tidur normal adalah 5-15 menit. Latensi tidur kurang dari lima menit
mungkin menunjukkan rasa kantuk yang berlebihan. Latensi tidur lebih dari
15 menit mungkin menunjukkan adanya kesulitan dalam memulai tidur
American Academy of Sleep Medicine. (2014). International Classification of Sleep Disorders:
Diagnostic and Coding Manual (3rd ed.). Dari https://aasm.org/
6. WASO (Wake After Sleep Onset)
● Total waktu yang dihabiskan dalam keadaan bangun setelah
seseorang mulai tertidur. WASO diukur sebagai jumlah waktu dalam
menit atau jam yang dihabiskan dalam keadaan bangun setelah
seseorang mulai tidur, sebelum tidur berlanjut. Ini sering digunakan
sebagai indikator keadaan tidur yang terganggu.
American Academy of Sleep Medicine. (2014). International Classification of Sleep Disorders:
Diagnostic and Coding Manual (3rd ed.). Dari https://aasm.org/
7. Arousal
● Arousal mengacu pada proses terbangunnya seseorang dari tidur
atau keadaan tidur yang lebih dalam ke keadaan yang lebih sadar
atau responsif. Arousal dapat terjadi secara spontan atau sebagai
respons terhadap stimulus eksternal atau internal, seperti suara
keras atau ketidaknyamanan fisik.
American Academy of Sleep Medicine. (2014). International Classification of Sleep Disorders:
Diagnostic and Coding Manual (3rd ed.). Dari https://aasm.org/
8. REM Sleep Behavior Disorder (RBD)
● Gangguan tidur yang ditandai oleh aktivitas motorik yang
tidak biasa, seperti berbicara, berteriak, bergerak, atau
melakukan tindakan lain selama fase tidur REM. Biasanya,
selama fase REM, otot-otot tubuh menjadi sangat relaks,
menghasilkan kondisi yang dikenal sebagai atonia otot.
Namun, pada orang dengan RBD, atonia otot tidak
sepenuhnya terjadi, yang memungkinkan individu untuk
bergerak atau berperilaku selama tidur REM.
American Academy of Sleep Medicine. (2014). International Classification of Sleep Disorders:
Diagnostic and Coding Manual (3rd ed.). Dari https://aasm.org/
9. Periodic Limb Movement Disorder (PLMD)
● Gangguan tidur yang ditandai oleh gerakan ritmis tungkai atau
lengan yang berulang selama tidur, terutama pada tahap tidur non-
REM. Gerakan ini biasanya terjadi secara periodik, dengan interval
tertentu antara setiap gerakan, dan dapat mengganggu kualitas
tidur seseorang.
● PLMD didefinisikan dalam klasifikasi gangguan tidur mereka. Dalam
klasifikasi ini, PLMD dianggap sebagai gangguan tidur motorik yang
terjadi selama tidur, biasanya selama tidur non-REM.
American Academy of Sleep Medicine. (2014). International Classification of Sleep Disorders:
Diagnostic and Coding Manual (3rd ed.). Dari https://aasm.org/
10. Persentasi Tidur
● Fase 1 NREM : 2%-5%
● Fase 2 NREM : 45-55%
● Fase 3 NREM : 13%-23%
● Fase REM : 20-25%
11. Derajat Keparahan OSA
● Derajat ringan apabila didapatkan skor AHI berkisar 5-14
● Derajat sedang apabila didapatkan skor AHI berkisar 15-29
● Derajat berat apabila didapatkan skor AHI ≥ 30